BAB VI
PENUTUP
BUKU INI telah mengungkap hal penting dan mungkin
kontraversi, keluar dari pakem, out of the box dan paradok dari
pemahaman pada umumnya. Ketika menemukan spirit yang
terkandung dalam hampir semua budaya Using, khususnya
pada upacara adat Barong Ider Bumi dalam konteks verbal,
sering dikonotasikan sebagai sifat dan perilaku negatif. Seperti
ungkapan Aclak, Bingkak, dan Ladak. Padahal ada sisi penting
dan positif yang justru dalam konteks uri-uri budaya Using
membangkitkan motivasi suatu budaya mampu bertahan
dan eksis.
Ungkapan verbal Aclak dalam banyak hal sering
didefinisikan sebagai sifat dan perilaku sok tahu, merasa
lebih hebat, merasa lebih tahu, bahkan ada juga yang
mendefinisikan sebagai perilaku yang tidak takut merepoti
diri sendiri meskipun tidak sanggup melakukannya. Hal
itu, sering dianggap dan dikonotasikan sebagai sifat dan
perilaku negatif. Padahal, di sisi lain justru sifat dan perilaku
tersebut memunculkan semangat atau spirit aktif, ekspresif,
dan dinamis. Sehingga melalui sifat dan perilaku itu suatu
budaya mampu dipertahankan untuk menjaga kehebatannya,
menjaga kelebihannya dari yang lain meskipun harus
mengorbankan kepentingan pribadinya. Inilah sifat utama
83
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
leluhur masyarakat dan budaya Using yang pantang
menyerah dan gigih mempertahankan identitasnya.
Ungkapan verbal Bingkak dalam banyak hal sering
didefinisikan sebagai sifat dan perilaku tidak memiliki sopan
santun, mudah mengganggu orang lain, usil, acuh tak acuh
dan semua atribut negatif lainnya. Padahal melalui sifat dan
perilaku itu justru memunculkan spirit kreatif, menunjukkan
sifat dan perilaku akomodatif dan egaliter sebagai karakter
khas leluhurnya. Hal itu mampu diekspresikan melalui
kreativitas budayanya baik dalam wujud budaya tangibles
maupun budaya intangibles.
Ungkapan verbal Ladak dalam banyak hal sering
didefinisikan sebagai sifat dan perilaku angkuh, sombong
dan atribut negatif lainnya. Justru dibalik atribut negatif,
melalui sifat dan perilaku itu menimbulkan motivasi
teguh pendirian sebagaimana karakter para leluhur yang
digdaya, sakti mandra guna, memiliki jiwa patriot, bahkan
memunculkan inovasi. Ketika para ibu-ibu masyarakat
Blambangan kala itu diminta oleh raja untuk menyusui para
anak raja, karena diyakini melalui cara itu anaknya akan sakti
madra guna seperti para satria Blambangan kala itu yang
dijadikan semacam sarana uji coba kesaktian sebuah pusaka
raja. Sehingga untuk menunjukkan kedigdayaan para satria
Balambangan sering melakukan adu kesaktian. Warisan
karateristik yang demikian diturunkan sebagai inovasi untuk
mempromosikan identitas diri.
Pada bab sebelumnya telah dipaparkan dan dijelaskan
contoh-contoh spirit Aclak, Bingkak dan Ladak secara lengkap.
Bagaimana upacara adat Barong Ider Bumi sebagai ritual
yang bersifat sakral kemudian mampu menjadi propan,
bagaimana Barong sebagai budaya tangibles difungsikan
menjadi budaya intangibles sebagai Barong Ider Bumi. Belum
lagi sertaan budaya Using lainnya ketika upacara adat Ider
84
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Bumi diselenggarakan. Seperti Angklun Paglak, biasanya
dimainkan di atas paglak tengah sawah, kemudian ikut serta
dalam fenomena Barong Ider Bumi dimainkan di atas paglak
pinggir jalan raya desa dengan ketinggian kurang lebih 10
meter. Kesemuanya itu adalah gambaran peran dari tiga sifat
dan perilaku tersebut.
Oleh karena itu, ungkapan Aclak, Bingkak dan Ladak
dalam kaca mata teori Mead konsep Self telah memiliki spirit
yang berperan ganda. Suatu ketika berperan sebagai subyek,
kesempatan lainnya bisa sebagai obyek. Suatu ketika bersifat
bebas, suatu ketika bersifat tak bebas. Suatu ketika tak
terkendali, pada kesempatan lainnya terkendali. Artinya spirit
Aclak, Bingkak dan Ladak suatu ketika muncul sifat dan perilaku
yang berkonotasi negatif, tergantung bagaimana mereka
mempersepsi. Padahal sesungguhnya sifat dan karakter itu
memunculkan nilai positif ketika fenomena Barong Ider Bumi
itu mampu eksis dan bertahan hingga sekarang. Oleh karena
itu, spirit Aclak, Bingkak dan Ladak memiliki peranan penting,
karena dalam masyarakat kontemporer hal itu memunculkan
spirit aktif, kreatif dan inovatif. Yaitu spirit pada era milenial
sekarang ini menjadi semacam trend atau kecenderungan atau
bahkan keniscayaan.
Selanjutnya secara akademis, terdapat implikasi teori
yang diajukan dalam buku ini, yaitu berkaitan dengan
kerangka teori Interaksi Simbolik Mead konsep aktif
dan kreatif, menjadi konsep aktif, kreatif dan inovatif. Di
samping itu secara praktis, nilai-nilai spirit Barong Ider Bumi
menumbuhkan motivasi-motivasi, yaitu motivasi sosial,
budaya, ekonomi, dan motivasi politik. Sehingga diperlukan
penataan-penataan yang lebih proporsional sehingga
motivasi-motivasi itu berdampak pada kesejahteraan
masyarakat Using desa Kemiren.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, F.M. 1982. Modern Sociological Theory, An
Introduction, Oxford University Press. Delhi.
Ali, H. 1991. Bahasa dab Sastra Using di Banyuwangi: Suatu
Laporan Proseding Kongres Bahasa Jawa. Semarang.
15-20 Juli 1991.
Aminuddin. 2003. Semantik Pendekatan Studi Tentang Makna.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Anna, T. 1991. Husserl’s Legacy In Phenomenological Philosophies.
Springer Science Business Media, B.V.
Anoegrajekti, N. 2003. Seblang: Studi tentang Ritus dan
Identitas Komunitas Using. Jurnal Bahasa dan Seni
(Volume 2).
Anoegrajekti, N. 2007. Penari Gandrung dan Gerak Sosial
Banyuwangi, Srinthil: Media Perempuan Multikultur.
Jakarta: Kajian Perempuan Desantara.
Anoegrajekti, N. 2010. Etnografi Sastra Using: Ruang
Negosiasi dan Pertarungan Identitas. ATAVISME, 13
(2); 137-148. (Online), (http://atavisme.web.id/index.
php/atavisme/search/titles)
87
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Anoegrajekti, N. 2011. Gandrung Banyuwangi:Kontestasi
dn Refresentasi Identitas Using. Jurnal Humaniora. 23
Halaman 23-36.
Armaya, AK. 2014. Tirtaganda: Sebuah Novel Sejarah.
Banyuwangi. PSSB.
Arsana, I Nyoman Cau & Bandem, I Made. 2005. Gamelan
Janger: Hibrida Musik Banyuwangi dan Bali Sebuah
Akulturasi Budaya. Jurnal Humanika, 18 (1).
Beatty , A. 2001. Variasi Agama di Jawa. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Bertens, K. 2006. Fenomenologi Eksistensial. Jakarta: Universitas
Atmajaya.
Budiman, M. 2002. Indonesia: Perang Tanda dalam Indonesia:
Tanda yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Budiono. 2009. Konstruksi Identitas Etnik dalam Masyarakat Multi
Etnik di Banyuwangi. Ringkasan disertasi tidak diterbitkan.
Universitas Surabaya: Airlangga.
Chaer, A. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Creswell, J.W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daeng, H. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan
Antropologis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Danzin, N.K. & Lincoln, Y.S. 2009. Qualitatif Research, Hanbook.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariharto. 2009. Kesenian Gandrung Banyuwangi. Banyuwangi.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi
88
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Darmana, K. 2015. Ritual Barong Ider Bumi Masyarakat Using
Desa Kemiren Banyuwangi Jawa Timu. Laporan Disertasi
pada Promosi Dokto. Humas UGM
Endraswara, S. 2003. Falsafah Hidup Jawa. Tangerang. Cakrawala
Furchan, A. 1992. Pengantar Meode Penelitian Kualitatif,
Surabay: Usaha Nasional.
Frederica K. 2014. Perancangan Buku Essay Mengenai Barong
Ider Bumi Sebagai Wisata Ritual Adat Kemiren. Jurnal DKV
Adiwarna. Vol,2 Halaman 12
Garna, J. K. 1993. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung:
Universitas Padjadjaran.
Geertz, C. 1981. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Geertz. 1993. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.
Gubernur DIY. 2011. Penguatan Identitas Etnis Dan Budaya
Jawa Dalam Kehidupan Global. Makalah disampaiakn
pada Kongres Bahasa dan Sastra Jawa Sebagai Sumber
Kearifan Lokal dalam Pembentukan Watak dan Pekerti
Bangsa. 28 Novembar 2011.-Surabaya.
Haryanto, S. 2012. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga
Postmodern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hasbiansyah, O. 2008. Pendekatan Fenomenologi: Pengantar
Praktik dalam Ilmu sosial dan Komunikasi. Mediator, 9
(1). (Online),
(http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/
dounload/1146/714.)
Herusantoso. 1987. Bahasa Using di Banyuwangi. Disertasi
tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia.
89
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Kaelan. 2004. Filsafat Analitis Menurut Ludwig Wittgenstein:
Relevansinya bagi Pengembangan Pragmatik (Online)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article
=2814&val=297.
Kaplan, D. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kholil, A. 2011. Kebo-keboan dan Ider Bumi Suku Using: Potret
Inklusivisme Islam Di Masyarakat Using Banyuwangi.
Jurnal El-Harakah, 13 (2).
Koentjaraningrat. 1992. Kebudayaan Mitaliter dan Pembangunan.
Jakarta.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Kusmayati, A.M. 2000. Arak-arakan Seni Pertunjukan Dalam
Upacara Tradisional di Madura. Yogyakarta. Yayasan
Untuk Indonesia
Kuswarno, E. 2009. Fenomenologi Metodologi Penelitian
Komunikasi (Fenomena pengemis) Bandung. Bandung:
Widya Padjadjaran.
Liliweri, A. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Nusa Media.
Bandung
--------. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.
Yogyakarta. LKIS Pelangi Aksara
Margana, S. 2012. Ujung Timur Jawa, 1763-1813: Perebutan
Hegemoni Blambangan. Yogyakarta: Pustaka Ifada.
.Mead, G. H. 1934. Mine, Self and Society. Chicago. University
of Chicago
Moran, D. 2005. Edmund Husserl: Founder of Phenomenology.
USA: Polity Press Malden.
Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandun: PT
Remaja Rosdakarya.
90
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Moleong, L. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosda
Karya
Mu’arief, S. 2002. Mengenal Budaya Masyarakat Using. SIC.
Muhadjir, H.N. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan
Positivistik, Rasioanalistik, Phenomenologik, dan Realisme
Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama.
Yogyakarta: Rake Sarasin
Mulyana, D. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Moustakas, C. 1994. Phenomenological Research Methods.
California: SAGE Publication.Inc.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nurhadi. 2012. Transformasi Budaya Lokal (Using) Pada Sekolah
Unggul (Studi Multi Situs di Sekolah Menengah Pertama
Nrgre Banyuwangi, Sekolah Menengah Negri Giri, dan
Sekolah Menengah Negri Srono. Disertasi
Parekh, B. 2008. Rethinking Multiculturalism: Kebargaman
Budaya dan Teori Politik. Yogyakarta: Kanisius.
Poerwodarminto, WJS. (1976). Kamus Umum Indonesia. Jakarta.
PN. Balai Pustaka
Purwaningsih, E. (2007). “Kebo-keboan, Aset Budaya di
Kabupaten Banyuwangi”, Jantra, II (4), hlm. 273-277.
Pelajar, hlm. 975-983.
Putra, H. S. A. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan
Karya Sastra. Yogyakarta: Galang Printika.
Putra, A. 2014. Strategi Kebudayaan untuk Revolusi Mental di
Indonesia “Revolusi Mental sebagai Strategi Kebudayaan;
91
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.
_____. 2010. Produk-produk Kesenian Osing. Yogyakarta.
Profile Banyuwangi. 2011. Banyuwangi Sunrise Of Java.
Banyuwangi.
Ritzer, G. 2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.
Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Ritzer, G. & Goodman, D.J. 2010. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Prenada Media Group.
Rochsun dan Lestari, L., 2012. ”Studi tentang Tanggapan
Masyarakat terhadap Upacara Adat Ider Bumi di Desa
Kemiren, Glagah-Banyuwangi”. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Sosial dan Humaniora, 9 (1). Surabaya: Airlangga
University Press.
Rukyah, W. 2016. Makna Interaksi Simbolik pada Proses Upacara
Adat Cumpe dan Sampua Suku Buton di Samarinda. ejournal
Ilmu Komunikasi, 4(3), 265-279. (online), ejournal.ilkom.
fisipunmul.ac.id
Rusdi. 2011. Konflik Sosial Dalam Proses Ganti Rugi Lahan dan
Bangunan Korban Lumpur Lapindo Di Kecamatan Porong
Kabupaten Sidoarjo. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Saputra, H. S. P. 2007. Memuja Mantra, Sabuk Mangir dan Jaran
Goyang Masyarakat Suku Using Banyuwangi. Yogyakarta:
PT LkiS Pelangi Aksara.
Sari A. M, dkk (2015). Dinamika Upacara Adat Barong Ider
Bumi Sebagai Obyek Wisata Budaya Using Di Desa
Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.
Artikel Karya Ilmiyah. I (1) : 1-11.
92
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Serad, L. 2001. ”Asal-Usul Selamaten Ider Bumi”, Brosur dalam
Upacara Ider Bumi. Kemiren.
Setyabudi, I. 2011. Nilai Guna Ruang Tinggal Suku Using
Banyuwangi Dalam Kegiatan Sosial, Budaya dan Agama.
Jurnal Local Wisdom, 3 (1), hlm 01-08.
Simanjuntak, B. A. 2016. Tradisi. Agama. Dan Aseptasi
Modernisasi Pada Mayarakat Pedesaan Jawa. Jakarta. IKPI
DKI Jakarta
Singodimayan, H. (2009). Seblang Sebuah Seni Perdamaian
Masyarakat Using Banyuwangi. Banyuwangi. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Banyuiangi
Soeprapto, R. H. R. 2002. Interaksionisme Simbolik. Malang:
Averroes Press.
Sudarsyah, A. 2016. Kerangka Analisis Data Fenomenologi
(Contoh Analisis Teks Sebuah Catatan Harian). Jurnal
Penelitian Pendidikan, 13 (1). (Online) http://ejournal.
upi.edu/index.php/Jer/article/download/3475/2461.
Sudjana, I. M. 2001. Nagari Tawon Madu., Sejarah Politik
Blambangan Abad XVIII. Bali. Larasan Sejarah
Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Contoh
Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyani. 2007. Ritual Ider Bumi Di Desa Kemiren Kecamatan
Glagah Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Mudra, 22 (1),
hlm:28-38. ISSN 085-3461.
Sunarlan. 2008. Using: Masyarakat Yang Kaya Kesenian, Tetapi
Sering Terlibat Masalah Politik. Jember: Biro Mental dan
Spiritual Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kompyaisda.
93
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Susilo, D. R. K. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: AR
Ruzz Media.
Sutarto, A. 2006. “Sekilas Tentang Masyarakat Using” dalam
Makalah Kegiatan Jelajah Budaya. Yogyakarta:. BPSNT.
Sutarto, A. 2010. Kamus Budaya dan Religi Using. Jember:
Lembaga Pendidikan Universitas Jember.
Sutrisno, M. 2008. Filsafat Kebudayaan: Ikhtiar Sebuah Teks.
Hujan Kabisat.
Suwandi, S. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta:
KLEIN Press.
--------.(2008). Using: Masyarakat yang Kaya Kesenian, Tetapi
Sering Terbelit Masalah Politik. Dalam Prosiding
Pemetaan Kebudayaan di Provinsi Jawa Timur. Subuah
upaya pencarian nilai-nilai positif. Biro Mental Spiritual
Provinsi Jawa Timur. Kompyawisda Jatim-Jember
Suyono, Capt. R.P. 2009. Mistisme Tengger. Yogyakarta: Lkis.
Tarigan, H. G. 1993. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Tjetjep, R. R. 2000. Eskpresi Seni Orang Miskin. Bandung:
Nuansa.
Turner, V.W. 1967. The Forest of Symbols, Aspects of Ndembu
Ritual. Ithaca and London: CornellUniversity Press.
Utomo S. 2008. Masuknya Islam Ke Ujung Timur Jawa.
Banyuwangi. Tim Independen
Van Zoest, A. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan
Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan
Sumber Agung.
Weber, M. 2013. Teori Dasar Analisis Kebudayaan. Terjemahan
oleh Abdul Qodir Shaleh. Jogjakarta: IRCiSoD.
94
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Weber, M. 2015. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme.
Terjemahan oleh Yusup Priyasudiarja. Yogyakarta:
Narasi.
Winangun. 1992. Masyarakat Bebas Struktur. Yogyakarta:
Kanisius.
Wirawan, I.B. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma.
Jakarta: Kencana Prenada media group.
Wolbers. P A. 1992. Maintaining Using Identity Through Musical
Performance Seblang And Gandrung of Banyuwangi, East
Java, Indonesia. Thesis. Urbana Ilinois. University.
University van Amsterdam
Zainuddin, S., dkk. 1996. Orientasi Nilai budaya Osing di
Kabupaten Banyuwangi. Laporan Penelitian. Jember:
Lembaga Penelitian Universitas Jember.
Internet:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/komunikasi/article/
view/.../17638
jsbn.ub.ac.id/index.php/sbn/article/download/26/10
jsbn.ub.ac.id/index.php/sbn/article/download/26/10
http://en.wikipedia.org/wiki/John_B._Watson
http://psychology.about.com/od/
profilesofmajorthinkers/p/jamesbio.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_E._Park
http://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Simmel.
http://www2.asanet.org/governance/rose.html
95
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
http://www.answers.com/topic/redfield-
robert#ixzz1O161jdNw
http://en.wikipedia.org/wiki/John_B._Watson
http://psychology.about.com/od/profilesofmajorthinkers
/p/jamesbio.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_E._Park
http://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Simmel.
http://www2.asanet.org/governance/rose.html
http://www.answers.com/topic/redfield-robert#
ixzz1O161jdNw
Htt://de-kill.blogspot.com/2009/04/sekilas-budaya-bali.
html
96
GLOSARIUM
Aclak Sok tahu, lebih tahu, lebih hebat, tidak
takut merepoti diri sendiri meskipun
tidak sanggup melakukannya,
ekspresif, dinamis, dan dramatis, aktif
Ancak Angklung Artefak berbentuk pigura, tempat atau
dudukan alat music angklung
Angklung Alat musik khas masyarakat Using
yang tebuat dari bamboo
Angklung Paglak Alat musik khas masyarakat Using
desa Kemiren, terbuat dari bambu,
dimainkan diatas bangunan yang
terbuat dari bambu dengan ketinggian
tertentu biasanya empat sampai 10
meter
Ancak Gong Artefak berbentuk pigura, tempat atau
dudukan alat musik Gong
97
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Arak-arakan Kirap atau pawai atau karnaval
Arstistik Mempunyai nilai seni
Asrama Inggrisan Tempat tinggal sementara, dulu
tempat kantor dagang Inggris
Akulturasi Terjadinaya asimilasi dua arus nilai
budaya
Ajang Sarana atau alat atau tempat untuk
makan
Adaptable Mudah menyesuaikan diri
Barong Ider Bumi Nama sebuah artefak atau hasil
budaya material masyarakat Using.
Barong merupakan nama penyebutan
binatang mitologi, keramat (sakral).
Ider Bumi merupakan kegiatan atau
tindakan mengelilingi tempat berpijak
atau bumi.
Bingkak Usil, mudah menggu orang lain, tidak
memiliki sopan santun, acuh tak acuh,
kreatif, egaliter
Buyut Cili Eyang atau kakek Cili,
Bahasa Using
Bahasa komunikasi dalam interaksi
Belik sosial di antara masyarakat Using
Sumber air yang terletak dipinggiran
sungai dipenrutukkan mandi
98
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Besiki Hormat hanya kepada mertua dan
orang yang telah menunaikan ibadah
Haji
Bokor Tempat uang renceh dan beras kuning
untuk ditaburkan
Blambangan Nama negeri di ujung timur pulau
Jawa, mempunyai 10 macam
julukan:a) Balumbung, yaitu negeri
subur makmur , b) Negeri Arya,
yaitu kerajaan Hindu yg kuat c) Bala
bang, yaitu negeri para pemberani
d) Barangbrangan, yaitu negeri
penyebrangan e) Negeri Tawon Madu,
yaitu ibukota Blambangan menjadi
simbol kekuasaan dengan konsep
tawon madu f) Lambang, yaitu negeri
banyak lambang g) Negeri Menak,
yaitu gelar utk raja Islam padahal
negeri Hindu kuat h) Negeri para
Wali, yaitu negeri perdamaian i)
Negeri di Jawa paling akhir dikuasai
Belanda, j) Negeri penuh hikayat
akan keabadian cinta suci ketika
digambarkan oleh pengorbanan
seorang istri pada suami dan
putranya.
99
Cili Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Danyang Nama danyang desa Kemiren, yaitu
Dika sosok yang mampu selalu hadir dalam
Egaliter kepercayannya (masyarakat Using),
Folkspirit mampu memberikan pedoman bagi
seluruh warganya untuk berbuat baik
dan selalu ingat bahwa diluar mereka
ada sesuatu kekuatan yang mampu
mempengaruhinya. Oleh karena itu,
masyarakat Using setiap akan ada
kegiatan di desanya selalu memohon
ijin dalam wujud memberikan sesajen
atau mengadakan rituan di makam
buyut Cili tersebut.
Sosok yang selalu hadir dalam
kepercayaan masyarakat yang
melindungi terhadap keamanan,
keselamatan, terhindar dari
malapetaka dan dapat mendatangkan
kesejahteraan.
Kamu, tetapi untuk lawan tutur
kekerabatan atau penghormatan
kepada mertua atau orang yang sudah
naik haji.
Bersifat sama atau sederajad, mudah
bergaul, mudah bersosialisasi,
beradaptasi atau menyesuaikan diri,
mampu menerima perbedaan.
Identitas yang unik, spirit untuk
mengalihkan manusia dari
suasana ketidak patuhan ke arah
kesempurnaan
100
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Gamelan Alat musik pengiring tari gandrung,
seperti gong, kendang, kempul, biola,
kluncing
Gandrung Salah satu seni budaya tari khas
masyarakat Using, dulu penari
diperankan oleh orang laki-laki.
Perkembangan, penari diperankan
oleh orang perempuan
Genjer-genjer Merupakan judul lagu populer
berbahasa Using pada eranya,
Genteng Atap rumah dibuat dari bahan dasar
tanah liat kemudian dikeringkan
melalui proses pembakaran
Grapyak Ramah, mudah bergaul, bersosialisasi
Gedhog Seorang yang bertugas mengatur
giliran menari bersama Gandrung saat
tahapan Paju Gandrung
Hadrah Kuntul Seni budaya khas masyarakat Using
menggunakan alat rebana yang
dulunya bernama kuntulan atau
hadrah berjanji
Jenggirat, Bergegas, bersegera, semangat, spirit
Jenggirat Tangi Bergegas, bersemangat bangun,
spirit atau semangat memelihara dan
mempertahakan tradisi tua.
101
Jejer Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Nama tarian pembuka pada tari
Gandrung,
Jenang abang dan Bubur yang dibuat dari beras ketan
jenang putih berwarna merah dicampur dengan
gula kelapa dan berwarna putih
Jaran Kecak Kuda yang sudah terlatih biasanya
bisa ngencak atau menari
Kluncing Alat musik yang terbuat dari
besi, berbentuk segi tiga. Cara
membunyikan dengan cara
memukulnya dengan sepenggal
batang besi juga sambil mengikuti
irama musik lainnya
Kali Elo Nama sungai yang berada ditengah
kota Banyuwangi bermuara di
pelabuhan Boom (nama pelabuhan di
kota Banyuwangi)
Kiling atau panjer Tradisi masyarakat Using Banyuwangi
kiling yang berarti baling-baling.
Kerasan Jenak, tidak kerasan maksudnya tidak
jenak.
Kebo-keboan Upacara adat Ider Bumi masyarakat
Using desa Alasmalang dan Aliyan
Kemroyok Nilai-nilai rukun, rahab
Kiling Baling-baling.
102
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Kinangan Terdiri dari daun sirih, gambir,
tembakau, enjet (kapur)
Kendhi Tempat air minum yang terbuat dari
tanah liat
Kejawan Perilaku yang jawani, atau perilaku
Kemroyok masyarakat sebagaimana pemeluk
agama Jawa Kuno
D. iartikan rukun, guyup
Ladak Angkuh, sombong tapi teguh
pendirian, inovatif
Lemesan Suatu cara berpikir atau prinsip
berpikir yang terbuka, demokratis,
dan fleksibel terhadap pengaruh-
pengaruh yang ada di luarnya
Loji Berasal dari kata lodge artinya
penginapan, menurut lidah lokal
disebut Loji.
Lamat-lamat Berarti sayup-sayup
Lemesan Istilah dalam bahasa Using
menunjukkan suatu perilaku yang
berarti suka membantu sesama atau
suka menolong, berpikir yang terbuka,
demokratis, dan fleksibel.
Modin Aparat desa dibidang urusan agama
103
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Macan-macanan Toterm atau topeng yang
menggabarkan sejenis hewan Macan
Masyarakat Salah satu kelompok etnik yang
Using mendiami sebagian wilayah
kabupaten Banyuwangi dan
diposisikan sebagai penduduk asli
Banyuwangi.
Mengarak Kegiatan arak-arakan atau kirab dalam
prosesi upacara adat Barong Ider Bumi
Mupu Suatu kegiatan meminta-minta kepada
keluarga terdekat,
Ninja Peristiwa pembantaian terhadap
orang-orang yang diduga melakukan
praktek ilmu hitam
Njaban Pemirsa atau penonton tari Gandrung,
bukan tamu tetapi dapat kebagian
menari bersama Gandrung
Nyedulur Menganggap saudara kepada tamu
yang rahab terhadap dirinya
Osing atau Using Berarti “tidak”, mengusung nila tidak
atau Hing atau mau ikut bangsa penjajah
Sing
104
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Pageblug Peristiwa bencana penyakit yang
terjadi sekitar tahun 1830-an, dimana
bila terdapat seorang yang sakit di
pagi hari, maka sore hari meninggal
dunia, begitu juga jika di sore hari
terdapat masyarakat yang sakit, maka
di pagi harinya meninggal. Peristiwa
itu juga terjadi pada mata pencaharian
dan pertanian mereka yang telah
terjadi kerusakan pada hasil pertanian
dan perkebunan.
Patriotik Bersifat cinta kepada tanah
kelahirannya. Memperjuangkan tanah
kelahiran secara sungguh-sungguh
atas kedaulatan wilayahnya ketika
dirongrong bangsa penjajah
Puputan Bayu Habis-habisan, puput = habis,
Bayu = nama tempat atau desa di
Banyuwangi. Perang Puputan Bayu
merupakan perang besar yang pernah
terjadi bumi Blambangan (sekarang
Banyuwangi), ketika masyarakat
Blambangan (sekarang dikenal
Masyarakat Using) melakukan
perlawanan secara habis-habisan
(masksimal) kepada penjajah Belanda
(VOC)
Prabu Tawang Anak Kedawung ialah Pangeran
Alun Adipati Macan Putih, pendiri kota
macan putih
105
Paglak Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Merupakan bangunan bercagak empat
terbuat dari bambu dengan ketinggian
bervariasi, biasanya tinggi paglak
kurang lebih 10 meter.
Paju atau paju Menari bersama dengan penari
Gandrung Gandrung
Pecel Pithik Jenis makanan khas etnik Using,
terdiri dari lauk pauk terbuat dari
ayam bakar kampung dicampur
dengan bumbu-bumbu tertentu dan
parutan kelapa muda.
Ponjen Salah satu bagian dari perang bangkat
yang dibawa oleh pihak mempelai
pria untuk diserahkan kepada
pihak mempelai wanita. Isi ponjen
sebelum digunakan atau diserahkan
kepada fakir miskin harus ditublek
(dituangkan) dan dikosek (diaduk)
diatas kain putih bekas.
Pithik-pithikan Toterm atau topeng yang
menggambarkan ayam atau ayam
ayaman
Rahab Rukun atau dapat dikatakan sifat
peduli atau sifat kepedulian terhadap
sesama
Rika Berarti kamu, tetapi untuk lawan
tutur secara kekerabatan dan yang
dihormati.
106
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Repenan Suatu acara dalam tahapan pada
struktur Gandrung yang berarti duduk
bersama antara penari Gandrung
dengan tamu undangan atau pemirsa,
sebelum tamu tersebut turut menari
bersama Gandrung di atas pentas.
Rumyang Memiliki kesan bersih, terang
benderang atau lega, leluasa, damai.
Rahaban Persaudaraan, kerukunan, perilaku
yang berarti mudah bergaul dengan
semua orang
Selamatan, Merupakan ritus atau ekspresi atau
sikap religius dari manusia yang
mengembalikan kerukunan dalam
masyarakat dan dengan alam rohani.
Suatu upacara makan yang terdiri atas
sajian, makanan simbolik, sambutan
resmi, dan do’a.
Simbol Barong Simbul sakral, upacara atau
pemberian sesajen pada saat akan
diselenggarakan sebuah acara budaya
yang melibatkan Barong.
107
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Sembur uthik- Sesaji yang ditaburkan saat arak-
uthik, arakan (kirab). Terdiri dari beras
kuning (beras yang diberi warna
kuning), dicampur dengan uang receh
yang berjumlah harus ganjil. Biasanya
berjumlah Rp 99.000 dan ditaruh
dalam suatu tempat bernama Bokor
berwarna kuning emas.
Seblang Jenis upacara berupa tarian yang
diselenggarakan oleh masyarakat
Using di desa Olehsari dan desa
Bakungan
Santet Salah satu nama jenis guna-guna
atau ngelmu yang dimiliki oleh etnik
Using, di antaranya adalah ngelmu
pengasihan dan ngelmu yang bersifat
destruktif disebut sihir
Sinkritis Akulturasi atau penyatuan secara
perlahan-lahan dua arus nilai budaya
Islam sebagai suatu syariat agama
dan Hindu sebagai entitas budaya
menyatu.
Selendro Satu di antara dua gamelan musik
Sira Kamu, tetapi untuk lawan tutur
kekerabatan atau kategori umur yang
sederajad
108
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Seblang Upacara bersih desa, merupakan
pementasan tari Seblang yang
penarinya berasal dari garis keturunan
penari Seblang.
Seblang-seblang Tahapan akhir pertunjukkan
Gandrung, yaitu menjelang Subuh
Sembur uthik- Menyemburkan atau menaburkan
uthik beras kuning dan uang receh logam
yang ditaruh dalam bokor berwarna
emas sepanjang jalan desa dalam
prosesi Ider Bumi, kemudian
diperebutkan oleh banyak orang
khususnya anak-anak kecil
Sekul arum Kemenyan atau dupa dengan cara
dibakar untuk mendapatkan aroma
dan asapnya, menambah suasana
sakral
Surat Alfatihah Salah satu surat dalam kitab suci
Alqur’an sebagai kitab suci umat Islam
Sego golong Nasi putih yang dibungkus daun
pisang dan ditengahnya berisi telor
rebus
109
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
Saji Buangan Sesaji yang harus dibuang pada
tempat-tempat tertentu pada suatu
situs yang dipercaya membawa
berkah. Sesaji yang dibuang di
antaranya; kembang telon, kepala
ayam, berutu, jeroan, dan ragi kuning.
Semua sesaji diletakkan di sumber air
sebagai lambang kehidupan
Sesaji Peras Lambang kehati-hatian untuk
memanfaatkan sesuatu yang telah
diperoleh. berlambang dari pohon
kelapa; empal, batang, daun, janur,
buah, beluluk, sampai pada lidinya
Sesaji Kinangan Terdiri dari gambir, jambe, daun sirih,
sisig atau bakau lengkap dengan alat
penumbuknya
Sesaji Poro Saji yang dibuat dari hasil bumi
Bungkil
Toyo arum Air yang diisi dengan bunga berbau
Tumpeng harum terdiri dari bunga kenongo
(bunga wongso dalam bahasa Using),
bunga cempaka (bunga pecari bahasa
Using), bunga sedap malam, dan
bunga mawar
Terbuat dari nasi putih berbentuk
kerucut yang menyerupai gunungan
dimaksudkan untuk memberi sedekah
dan sekali gus menghormati danyang
atau ruh halus
110
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
Takir Nama dari suatu ajang yang terbuat
dari daun pisang berbentuk persegi
empat atau seperti kubus
Upacara adat Suatu aktivitas manusia melalui
kebiasaan bertindak, atau suatu
perilaku atau tindakan tertentu yang
“biasa” dilakukan oleh individu atau
kelompok dan berkelanjutan dalam
sebuah komunitas tertentu.
Uri-uri Melestarikan budaya sejak jaman
dahulu hingga sekarang
Ubo Rampe Sgala macam sarana dan prasarana
yang terkait dengan pernak pernik
penyelenggaraan upacara adat Barong
Ider Bumi.
Umbul-umbul Umbul-umbul khas desa Kemiren,
terbuat dari pelepah pohon enau yang
masih disisakan sedikit daunnya,
dan diisi (gantungan) kain motif
juono (rembang) dan bermacam jajan.
Pembawa umbul-umbul memakai
pakaian tulik yaitu busana putra khas
Banyuwangi
Weluri Omongan atau ucapan atau petuah
orang tua atau nasehat orang dahulu.
111
INDEKS
A Buyut Cili, 6, 38, 39, 53, 55, 64, 66,
Aclak, 19, 33, 34, 38, 39, 40, 41, 77, 83, 89
59, 60, 69, 73, 74, 75, 76, 77, C
79, 93, 95, 97, 99, 101 Cili, 38, 39, 55, 64
Adaptable, 80
Ajang, 51, 62, 68, 69 D
Akulturasi, 17, 35, 47, 48, 89 Danyang, 6, 38, 53, 56, 64, 77
Angklung, 36, 51, 52, 68, 69, 76,
81, 82, 85, 86 E
Angklung Paglak, 36, 52, 69, 81, Egaliter, 75
82, 86
Arak-arakan, 83 G
Gamelan, 18
B Gandrung, 3, 5, 17, 20, 27, 41, 60,
Bahasa Using, 2, 3, 34, 57, 79, 88
Barong Ider Bumi, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 61, 62, 86
Genteng, 30
13, 15, 22, 24, 25, 31, 37, 38, Grapyak, 34
39, 40, 54, 55, 56, 58, 60, 63,
64, 69, 76, 77, 80, 81, 82, 85, H
86, 88, 89, 90, 92, 94, 95, 97, Hadrah Kuntul, 81
98, 99, 100, 101, 102, 103
Belik., 30 J
Bingkak, 19, 34, 35, 38, 39, 40, 41, Jenggirat Tangi, 2, 27, 41, 59
59, 60, 69, 73, 74, 75, 79, 81, Jenggirat., 2, 98
82, 83, 84, 93, 95, 97, 99, 101
Blambangan, 2, 21, 27, 28, 45, 46,
47, 48, 52, 53, 67, 69
113
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
K Rahaban, 80, 93, 94, 96, 97
Kebo-keboan, 20, 54, 56, 60, 65,
S
76, 80, 82 Santet, 26
Kemroyok, 32, 90, 94, 96, 97 Seblang, 17, 18, 44, 54, 56, 60, 65,
Kerasan, 33
Kiling, 36, 46, 50, 51, 52, 67, 68, 71, 76, 80, 82
Selamatan, 6, 32, 55, 83
72, 76 Selendro, 69
Sesaji buangan, 82
L Sesaji kinang, 82
Ladak, 19, 36, 37, 38, 39, 40, 41, Sesaji peras, 82
Sesaji poro bungkil, 82
59, 60, 69, 73, 74, 75, 86, 87, Sinkritis, 24, 54, 55, 80, 83, 87
88, 92, 93, 94, 95, 97, 99, 101
Lemesan, 32, 80, 90, 93, 94, 96, 97
M T
Masyarakat Using, 6, 7, 8, 9, 11, Tumpeng, 37, 57, 80, 83, 91
15, 21, 23, 24, 27, 28, 29, 30, U
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, Ubo rampe, 89, 99
39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, Upacara adat, 3, 6, 7, 8, 9, 13, 15,
49, 50, 51, 52, 55, 57, 58, 59,
60, 61, 62, 63, 64, 65, 67, 68, 22, 24, 25, 31, 37, 38, 39, 40,
69, 71, 72, 73, 76, 77, 79, 80, 44, 51, 54, 55, 56, 57, 58, 63,
81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 64, 65, 68, 69, 76, 77, 80, 82,
89, 90, 91, 92, 93, 94, 97, 98, 86, 88, 90, 92, 97, 98, 99, 101
99, 100, 101, 102, 103 Uri-Uri, 2, 3, 5, 32, 49, 59
N W
Nyedulur, 34 Weluri., 59
O
Osing, 26, 42
P
Pageblug, 17, 56
Paglak, 51, 52, 69, 86
Patriotik, 6, 27
Pecel pithik, 89
Ponjen, 57
Prabu Tawang Alun, 45
R
Rahab, 33, 34, 90
114
BIODATA PENULIS
Hal baru dalam dunia akademik Rochsun
yang lahir di Banyuwangi pada 26
Juli 1964, ketika memutuskan untuk
“mengawini” disiplin ilmu yang berbeda
sama sekali dari pengalaman pendidikan
sebelumnya sebagai seorang dosen
pendidikan matematika. Strata satu (S1)
pendidikan matematika Universitas Muhammadiyah Malang
membawa kepada karir sebagai dosen Kopertis Wilayah
Tujuh Jawa Timur diperbantukan pada IKIP Budi Utomo
Malang. Nomor induk pegawai semula 131947777 kemudian
pada tahun 2008 mengalami konversi nomor induk pegawai
menjadi 196407261991031003. Mata kuliah yang diampu sejak
menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Matematika IKIP
Budi Utomo Malang adalah Metoda Statistika. Oleh karena
itu sebagai tuntutan akademis dan karir harus menempuh
jenjang strata dua (S2) di Universitas Airlangga dengan
minat studi Biostatistika. Sejak selesai studi magister di
bidang biostatistika, diminta membatu mengajar di beberapa
Perguruan Tinggi seperti STAIN Malang, FKIP Universitas
Muhammadiyah Malang, Universitas Kanjuruhan Malang
dan Akademi Keperawatan Kendedes. Pengalaman itu
membuahkan hasil yang dapat ditunjukkan melalui beberapa
115
Spirit Aclak, Bingkak dan Ladak
penelitian terkait dengan pembelajaran Statistika serta
menerbitkan buku-buku statistika sebagai buku pegangan
mahasiswa.
Lima tahun lebih mengabdi sebagai ketua program studi
Pendidikan Matematika, dan berakhir tugas sejak tahun 2008,
karena harus beralih tugas menjadi Kepala Biro Kerjasama
dan Hubungan Masyarakat. Melalui tugas sebagai Kepala
Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat telah melakukan
perjalanan ke beberapa Negara dalam rangka memenuhi
tanggung jawab sebagai amanah tugas institusi. Lebih dari
30 negara melalui program Darmasiswa dan program Bipa
telah dikelola, sehingga diberi amanah untuk memimpin IRO
(International Relation Office) sampai pada hal-hal tertentu
lektor kepala golongan IV ini mewakili rektor dalam bidang
kerjasama dan hubungan masyarakat. Tuntukan tugas yang
harus mengedepankan perilaku humanis, sehingga diperlukan
pengetahuan lebih terkait dengan bidang kerja, pada akhirnya
harus menempuh studi strata tiga (S3). Program doktor Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
menjadi pilihan. Keputusan untuk menyeberang ke disiplin
ilmu sosial khususnya belajar sosiologi adalah keniscayaan.
Belajar sosiologi tidak seperti yang dibayangkan apalagi
belajar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, merupakan “istri baru”
sama sekali harus belajar menyesuaikan diri, dari habitat
berbeda. Bermodal semangat, berani tampil dan tidak takut
salah, meskipun tertatih-tatih semua proses dilalui dengan
wajar. Akhirnya disertasi berjudul Spirit Barong Ider Bumi Desa
Kemiren Banyuwangi selesai dan dipertahankan di hadapan
penguji pada 15 Januari 2018. Untuk kepentingan publikasi,
beberapa perubahan dan tambahan telah dilakukan,
Pada tahun 2012, hasil penelitian Rochsun berjudul
Tanggapan masyarakat terhadap upacara adat Barong Ider
Bumi desa Kemiren Banyuwangi dimuat oleh jurnal nasional
Humaniora terbitan kopertis wilayah VII Jawa Timur. Hal
116
Interaksi Simbolik Upacara Adat Barong Ider Bumi
menjadi pengalaman menarik dalam kehidupan akademik
saya, ketika jurnal itu disitasi oleh beberapa peneliti termasuk
disitasi oleh calon doktor universitas terkemuka di Jogjakarta
dalam sebuah disertasinya. Jurnal yang sama dalam volume
11, nomor 2, Desember 2014 berjudul Spirit Budaya Using:
Studi Fenomenologi Upacara Adat Ider Bumi. Juga telah disitasi
oleh beberpa peneliti sesudahnya.
Phone: 082143530000. Mail: [email protected] atau
[email protected]
117