Percayalah,
Bahwa Tuhan telah merencanakan
setiap pertemuan-pertemuan hebat sejak jauh-jauh hari.
Dengan maksud yang kini belum kita mengerti,
dengan maksud yang masih harus kita cari dan pahami.
Termasuk pertemuan Anda dengan buku ini. Hari ini.
Selamat Berkelana!
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Pasal 114 Setiap Orang yang
mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja
dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang
dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pasal 115 Setiap
Orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya
melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk Penggunaan Secara
Komersial baik dalam media elektonik maupun non elektronik, dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
iii
iv
v
vi
MENGEDEPANKAN literasi dan meningkatkan kualitas pendidikan
adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat Indonesia. Kami
mendukung dan menyambut positif atas penyelenggaraan Festival
Literasi Bantul yang dilaksanakan oleh Gerakan Menulis Buku
Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan
Olahraga Kabupaten Bantul. Kegiatan ini sebagai sarana
mempersiapkan masa depan Indonesia yang menyala. Karena
dengan penanaman budaya literasi khususnya pada generasi muda
maka kehidupan bangsa yang cerdas adalah hal yang pasti
terwujud.
Kemampuan membaca dan menulis memiliki peranan
penting dalam keberhasilan proses belajar siswa. Membaca adalah
salah satu kesempatan untuk meningkatkan wawasan dan
membentuk karakter dalam diri siswa. Dengan mengundang siswa-
siswi menuliskan karya, maka kita juga akan menumbuhkan minat
membaca pada diri siswa. Karena seorang penulis tentu
memerlukan banyak sumber bacaan untuk melengkapi tulisannya.
Maka, dengan adanya program ini, diharapkan akan tumbuh para
generasi muda yang memiliki minat membaca dan berkarya yang
tinggi dan siap untuk menyalakan Indonesia di masa mendatang.
Kami memberikan apresiasi kepada Gerakan Menulis Buku
Indonesia yang telah mempelopori acara Festival Literasi Bantul ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih dan memberikan
penghargaan tinggi kepada guru-guru inspiratif yang telah
mengundang siswa-siswinya untuk aktif berkarya. Untuk mencapai
masa depan Indonesia yang menyala adalah dengan menyiapkan
generasi muda calon pemimpin bangsa melalui program ini.
vii
Selanjutnya, kami mengucapkan selamat kepada siswa-
siswi SD/Sederajat, SMP/Sederajat, dan SMA/Sederajat di Bantul
yang tengah menyambut dengan suka cita buku-buku karyanya.
Kami sampaikan kepada siswa-siswi yang kami banggakan untuk
terus meningkatkan kompetensi serta pembentukan karakter
dirinya melalui membaca dan berkarya.
Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten
Bantul untuk mendukung program positif dan mengapresiasi guru-
guru serta siswa-siswa yang telah berkarya. Dorongan dan apresiasi
memiliki beragam cara mulai dari mengajak lingkungan sekitar
untuk meningkatkan budaya membaca, menggunakan buku ini
sebagai acuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, membuat
taman baca di sekitar untuk memfasilitasi masyarakat.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung program ini hingga terlaksana dengan baik dan tanpa
kendala.
Salam literasi!
Drs. ISDARMOKO, M.Pd., M.MPar.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Kabupaten Bantul
viii
DENGAN mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Allah Swt.,
saya panjatkan rasa syukur atas kesempatan untuk ikut
memberikan kata pengantar untuk buku ini. Saya memberikan
apresiasi dan dorongan kepada program Gerakan Sekolah Menulis
Buku (GSMB) atas kerja sama GMB-Indonesia dengan sekolah-
sekolah dari berbagai wilayah di Indonesia. Dengan memberi
kesempatan kepada para siswa kita dan para gurunya untuk
menulis, maka kita telah bersama-sama pula menghidupkan napas
literasi dengan semangat berkarya.
Isi buku dari program GSMB berupa antologi puisi siswa,
cerpen siswa, atau antologi artikel oleh siwa atau guru. Program
GSMB ini bertujuan untuk memacu semangat para siswa dan guru
untuk menulis dan mempublikasikan karyanya, khususnya pada
tahun 2020 sebagai masa pandemi Covid-19. Saya sampaikan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh insan yang telah
mencatatkan buah pikirnya ke dalam tulisan buku ini yang
insyaallah akan menjadi amal jariyah dan hidup untuk umur yang
abadi.
Adanya Program GSMB Nasional Tahun 2020 ini bisa dikatakan
sebagai momentum sekaligus monumen dari suatu kemajuan
pendidikan di Indonesia. Dalam kondisi pandemi Covid-19 yang
sekaligus bagi setiap kita dituntut untuk bisa beradaptasi dengan
perubahan zaman baru yang disebut Era VUCA. VUCA yang
merupakan singkatan dari Volatile (bergejolak), Uncertainly (tidak
pasti), Complexity (kompleks), dan Ambiguity (tidak jelas)
merupakan gambaran situasi dunia di masa kini. Kita semua
dihadapkan pada sebuah perubahan dinamika yang sangat cepat
ix
dalam berbagai bidang sosial, ekonomi, politik, dan bidang lainnya,
tetapi kita sulit memprediksi apa yang sedang dan akan terjadi.
Terkadang, hal itu diselimuti kondisi gangguan, kekacauan dan
makna yang berbaur dari berbagai kondisi yang ada, atau terkadang
suatu keadaan yang terasa mengambang tanpa kejelasan. Karena
itu, maka pantaslah disyukuri bahwa anak-anak bangsa ini tetap
bisa mencurahkan isi hati dan pikirannya dalam bentuk buku yang
saat ini ada di tangan pembaca ini.
Kebiasan menulis bagi setiap orang tidaklah boleh ditunda,
termasuk bagi anak-anak kita di sekolah dasar dan sekolah
menengah. Walaupun “Mengarang itu Gampang” kata alm.
Arswendo Atmowiloto, tetapi lebih lanjut kegiatan menulis
(mengarang) pun harus bisa didorong agar menjadi kesukaan,
kebiasaan dan bahkan tuntutan serta kebutuhan bagi setiap
mereka. Untuk bisa menulis/mengarang pada akhirnya kita pun
dituntut harus juga mau membaca. Karena itu dengan gerakan
menulis buku, maka cakrawala para siswa dan guru akan makin
luas akibat dari berkegiatan menulis dan membaca.
Akhir kata, sekali lagi saya ucapkan selamat kepada GMB-
Indonesia, kepada Bapak/Ibu Guru dan para siswa yang sangat
membanggakan ini karena tulisannya telah terpilih dan dimuat
dalam buku ini.Demikian juga kepada para orang tua yang telah
berhasil mengantarkan putra-putrinya untuk berkarya menulis, dan
seluruh instansi yang telah terlibat dalam kesuksesan program
Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional Tahun 2020.
Semoga Allah Tuhan YME senantiasa meridhai. Aamiin.
PROF. DR. RAVIK KARSIDI, M.S.
Guru Besar Sosiologi Pendidikan
Universitas Sebelas Maret dan Staf Khusus Menko PMK
x
Pendiri Sekolah Cikal, Pendidik, dan Penulis
PENDIDIKAN masa kini dan masa depan bukan sekadar
pembedaan yang penuh harapan, tetapi sesungguhnya suatu
keniscayaan. Pendidikan butuh perubahan, saya seringkali
mengatakan butuh PERCEPATAN perubahan. Hanya mereka yang
tidak belajar, bergerak, dan bermakna di lapangan yang tidak
sepakat bahwa kondisi ekosistem pendidikan kita gawat darurat.
Banyak sekali yang harus kita kerjakan barengan, apabila kita
memang ingin berpihak pada anak, menumbuhkan kompetensinya
untuk masa depan.
Kabar baiknya, setiap hari saya menemukan begitu banyak
bukti betapa pendidikan adalah bidang yang publik peduli.
Mengambil peran dalam pendidikan, bertanggung jawab dalam
melakukan praktik baik dan menyebarluaskannya adalah apa yang
tercermin dalam buku ini. Literasi jelas bagian dari kompetensi
yang esensial ditumbuhkan untuk semua dan setiap anak. Literasi
bukan tentang kemampuan orang per orang tapi tentang budaya
sekolah dan potensi lingkungan yang perlu terus dikembangkan.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi, sikap penuh empati, kreasi
yang melampaui batasan dinding kelas sendiri, semua
menggambarkan literasi.
Sejatinya, literasilah yang akan menggerakkan negeri ini.
Kemerdekaan bangsa kita dalam begitu banyak aspek, perlu diiringi
kemerdekaan belajar dari semua pemangku kepentingan
pendidikan. Sekolah yang melakukan inovasi, guru yang terus
beradaptasi, orangtua yang ikut peduli, semua aspek-aspek penting
dari proses pendidikan berdaya, sesungguhnya direprentasikan
dalam lembar-lembaran buku dan kegiatan-kegiatan di baliknya.
xi
Terima kasih kepada semua yang sudah terlibat! Perjalanan kita
untuk mencapai tujuan pendidikan, akses, kualitas, dan kesetaraan,
masih panjang. Tetapi harapan dan kesadaran akan pentingnya cita-
cita yang kita perjuangkan, saya harap bisa terus dikorbankan
dengan penerbitan sejenis. Kompetensi anak (juga pendidik) tidak
semestinya hanya muncul di lembar ujian, tetapi justru dalam
bentuk kontribusi seperti ini pada kehidupan. Mari mendukung
semua penggerak perubahan untuk bersuara lebih keras dan
menyebarkan bagaimana pendidikan masa kini bisa menjadi
jembatan untuk masa depan.
xii
Founder GMB-Indonesia
PANDEMI koronavirus yang menjangkit Indonesia sejak bulan
Maret 2020, pada akhirnya memang memaksa kita untuk
menghadapi tatanan baru yang sarat gemuruh. Kita pasti
menyadari, bahwa pandemi ini, telah berhasil mengancam
kesehatan dan juga sendi-sendi ekonomi. Namun demikian, kita
mesti bergandeng tangan untuk menyelamatkan masa depan. Yakni
dengan, tetap memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak
penerus masa depan.
Betapapun dampak pandemi ini memaksa kita untuk
menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh, bukan berarti hak anak-anak
untuk mendapatkan pendidikan yang optimal seketika runtuh.
Bagaimanapun juga, anak-anak kita harus tetap mendapatkan
pembelajaran yang dapat meningkatkan ilmu dan kompetensinya;
harus tetap mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk terus
berkarya serta menginspirasi dunia; dan harus semakin
mendapatkan perhatian khusus dalam hal kebahagiaan dan
kemudahan pada proses belajarnya.
Memang tidak mudah. Tetapi bukan berati tidak usah. Para
pendidik Indonesia yang berjuang di garda terdepan, sudah
semestinya mendapatkan solusi dan bantuan. Kondisi pandemi ini
tidak bisa diatasi hanya dengan memindahkan proses belajar-
xiii
mengajar ke dalam aplikasi-aplikasi digital yang rumit dan tak
terarah. Namun yang benar-benar kita butuhkan, adalah
memfasilitasi para guru, siswa, dan orang tua di Indonesia, untuk
bersama-sama mendigitalisasi sekolahnya.
Sebagai wujud kontribusi GMB-Indonesia dalam menghadirkan
pendidikan yang berkemerdekaan, berkesesuaian dan
berkemajuan, di masa pandemi ini, GMB-Indonesia berupaya untuk
hadir dan menjemput semua siswa, guru dan para orang tua untuk
berakselerasi ke masa depan: menuju Sekolah 4.0 yang kita
dambakan!
Melalui program ‘Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional’ yang
telah selama 4 tahun membantu ribuan sekolah untuk berkarya dan
menerbitkan buku bersama, dan kini ditambah penanaman sistem
sekolah digital melalui platform DigiLite Indonesia, kita dapat
bersama-sama melakukan inovasi revolusioner bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia. Dengan menggabungkan sebuah program
literasi dan sebuah platform pendidikan yang terintegrasi dan
terotomatisasi, kita bisa mendorong sekaligus memfasilitasi para
pendidik dan peserta didik, untuk dapat senantiasa belajar,
berkarya, terkoneksi, menginspirasi, serta berkontribusi bagi
kemajuan bangsa dan dunia.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah terus berupaya; terus
berkarya; dan terus menjadi makna.
Selamat datang di Program Pengembangan Literasi dan
Digitalisasi Sekolah Pertama Di Indonesia.
xiv
4
xv
Puisi adalah pesta. Seperti ulang tahun atau pernikahan, tetapi
benci perayaan. Ada beranda di halaman belakang buat setiap tamu
yang datang. Aku biarkan orang-orang berbincang dan bersulang
dengan diri sendiri.
Aku mungkin tidak berada di sana — aku sedang duduk menemani
diriku di taman kota atau perpustakaan atau terjebak pesta berbeda
dalam puisi yang belum dituliskan.
Aku mengundang kau juga. Datanglah. Masuklah. Tak ada kamera
tersembunyi yang mengawasimu seperti di tiap sudut kota. Di
puisiku hanya akan kau temukan tubuhmu jatuh ke lengan
seseorang. Dia menciummu hingga kau lupa kau pernah merasa
ditinggalkan.
Kau boleh membayangkan dia adalah aku atau siapa pun yang kau
inginkan.
xvi
Tulang kayu cokelat mengkilap terhubung syaraf paku baja
Berdiri tegak bersiap untuk menantang zaman
Susunan jati tebal idaman duniawi
Tertata rapi menarik jiwa haus ilmu
Sudut ruangan berhias papan tulis adalah rumah
Akulah sang kursi ilmu
Seorang anak bertubuh kurus datang kepadaku
Dengan wajah berhias mentari pagi
Dia duduk di atasku
Tenang ringan kusangga
Aku tersenyum nyaman
Namun ketika masa bergulir memuai waktu
Keceriaan itu memudar muram
Tajamnya jarum jam menusuk pelan menyiksa relungnya
Detak terdengar keras kasar memekakkan telinga
Brak!
Aku mengerang terhimpit
Anak itu terhempas menuju ke arahku
kasar lewat dorongan keras tangan kuasa seseorang
"Hey kau bagai sudra berlipat derita Kau tak pantas ceria!"
Perihnya mengalir dan meradang di tiap seratku
Aku pun semakin lemah dengan karungan luka xvi
xvii
Beban derita anak itu menjelma godam besar
Memukul mukul tiap sendiku
Merontokkan satu demi satu paku keyakinanku
Kakiku patah tanganku terhempas lepas terpisah raga
Lumpuh layu aku
Getaran kata menyulut sumbu lidahku yang kelu
Hentikan godam derita anak itu biarkan dia berkawan ceria
Kelu itu terdengar hanya sayup di telingaku
Tak ada yang berubah
Sang waktu terus bergulir menggilah kisah
Satu lagi
Sebuah karakter terbunuh di atasku
xviii
Jelas aku tak mengerti
Enam tujuh sembilan empat
Dasar makna abadi
Aku terlahir dengan selamat
AKU
Bertahta di dalam mimpi
Bergema di dalam hati
PIKIR
Berniat untuk menangis
Berharap beban terkikis
AKU
Bermandikan dengan kegagalan
Bersatu dengan kekalahan
KOSONG
Berjuang tanpa harapan
Berjalan tanpa tujuan
AKU
Berlinang keraguan
Berlindung dalam kuasa Tuhan
SEPI
Berteman dengan misi
Bermain dengan intuisi
xix
xxi
xxiii
xxiv
Aku terjebak dalam sangkar berduri
Menari-nari mencoba melepas diri
Berkicau mengundang uluran tangan
Namun goresan sana-sini yang kudapat
Aku terikat pada rantai besi
Ada debar yang tak dapat kutahan
Membelenggu malam dengan segenggam tanya
Menyeru pada angin yang membisu
Aku terpaut pada raga tak bertuan
Menjejali diri dengan rindu
Menemani sepi yang berteriak sumbang
Mencaci maki harap yang tak bersua
Aku terinjak hingga sekarat
Merutuki setiap ucap yang tak terungkap
Berbagi resah di antara penat yang menyengat
Membungkus rasa yang hampir padam
Aku terhimpit oleh ingatan
Menguasai sudut-sudut mimpi
Menikam senyum yang pergi entah ke mana
Menjejakkan tinta sepeninggal tanya
Apakah wujudku masih terkemas rapi dalam sudut ingatanmu?
Warnamu yang begitu indah
Menghiasi langit di sore hari
Membuatnya menjadi lebih berseri
Dan membuat mata tertuju padamu
Dengan perpaduan warna jingga dan merah
Membuat langit sore menjadi lebih berwarna
Membuat mata yang melihat menjadi damai
Engkau tak pernah ingkar janji
Selalu datang di waktu petang
Walau hanya dalam sekejap
Dan memudar tertutup oleh gelapnya malam
Tapi engkau telah mengubah dunia
Dengan kecantikanmu yang tiada tanding
Terima kasih karena telah menghiasi langit soreku
Dan membuat semua kegundahan menjadi tenang
Semburat jingga terlukis di langit senja
Perlahan sirna bersama asa
Secercah harapan yang kala itu kuagungkan
Kini hanya siluet yang sukar dijelaskan
Apa semesta mengirim tabir menghalang asa?
Hingga diri tak sanggup menemukannya
Kini dengan siapa aku akan percaya?
Jika senja saja enggan menjaga asa bersamanya
Dengan apa aku akan menggapainya?
Jika bayu enggan mengantarkannya
Dunia yang angkuh serta semesta yang megah
Dan aku hanyalah debu
Yang penuh dengan asa
Kuserahkan segalanya pada Yang Kuasa
Kembali termenung dalam sunyi
Lalu bertanya pada diri sendiri
Kini kejinya dunia menanti
Dalam perjalanan pencarian dari sebuah inti
Aku kembali menanya pada diriku
Atas dasar kebingungan yang terus berenang di kepala tanpa henti
Sudahkah aku mengenal diriku?
Ataukah masih terjebak dalam pusaran duniawi
Aku kembali terpaku dalam diam
Seolah waktu berhenti berjalan
Anganku terus berkelana dalam kesunyian
Aku tenggelam dalam euphoria palsu yang menyedihkan
Aku dan kamu adalah manusia pilu
Dalam sebuah dimensi kelinglungan yang menyesatkan
Kami berada di lingkaran setan penuh cobaan
Aku mencoba bermonolog
Berbicara pada sisi diriku yang lain
Mencari setitik cahaya dalam sebuah kegelapan abadi
Tentang pencarian dari sebuah jati diri
Rasa susah hati yang tak berkesudahan
Kami takut terjatuh dalam sebuah kekeliruan
Terus melanglang tanpa arah dan tujuan
Keresahan yang terus menghantui tiap malam
Jiwa kami terguncang
Tanpa ada pendirian yang kokoh tuk jadi pedoman
Bak ombak samudra menyapu bibir pantai
Kami pun ikut terhanyut di dalam drama dunia yang tak kunjung
usai
Kemudian aku terbangun dari angan
Mengedarkan pandang dalam kesunyian
Menyusun kembali kesadaran yang kini berantakan
Melangkah kembali pada realita kejam tak berperasaan
Berusaha kembali pada kenyataan
Sebuah sisi bahagia penuh kepalsuan
Dengan senyum bodoh yang terus tersungging
Dan sorot mata kebingungan
Aku optimis dan terus menatap tajam ke depan
Siap berperang melawan kemunafikan
Melangkah tegas seperti kuda yang berada dalam pacuan
Menuju dunia penuh sandiwara dan rekayasa
Detak jantung terus terdengar samar
Adrenalin darah muda yang terus menggebu
Mencoba terus mencari "siapakah aku"
Berjanji tak akan tersesat dan terperangkap pada krisis identitas
Sosok rapuh yang kini berusaha berdiri tegak
Dengan ribuan belati yang siap menusuk dari belakang
Kami kaum muda haus akan kebenaran
Bermodalkan niat dan keberanian
Mencoba menantang dunia demi menemukan siapa dirinya dalam
kerasnya kehidupan
Kau sungguh menawan
Kau sungguh elegan
Kau membawa senyuman
Menemaniku setiap malam
Diiringi melodi tentram
Dengan angin adem
Dan suara hewan malam
Terang cahayamu
Membuat elok dirimu
Bagai sinar dalam hatiku
Yang menerangi mimpi-mimpiku
Dari sudut pandang ini
Tersurat senyum simpul
Menyimpan tawa,
Mencicip dan mencecap
Yang manis dan malu
Ia dipandang, direndahkan, dilecehkan
Sesekali tangan berlikuk masuk mulut
Mengantar sedikit remah
Sekali, sekali lagi, dan lagi
Sedikit demi sedikit dengan sabar
Ia menelan tanpa menggubris tawa
Yang datang dari belakang itu
Akhir katanya
Hanya tawa kemenangan
Atas remah roti
Atas tawa
Yang berlalu saat di kelas terakhir itu..
Hidup di metropolitan ini kujalani
Hari demi hari harus dilewati
Hanya sendiri, demi sesuap nasi
Tak bisa berharap pada orang lain lagi
Tak mudah hidup di kota metropolitan
Banyak godaan yang selalu ada di depan
Tak jarang kita tergoda setan
Hanya harta yang ada di pikiran
Tak terasa hidup pun semakin berat
Hanya Tuhanlah yang selalu dekat
Berharap kepada-Nya selalu diberi berkat
Agar selalu sehat sampai nanti wafat
Hidup ini terasa semakin berat…
Demi amal untuk akhirat
Tak lepas dari dosa
Terkadang buat diri putus asa
Sang mentari membangunkan kami
Memberi semangat untuk menanam padi
Kami rela bekerja di pinggir kali
Untuk menghidupi kalian nanti
Tapi apa yang kalian balas
Kalian menggusur sawah dengan ganas
Menebang pohon dengan bebas
Kalian berpikir ini pantas
Tanpa memandang kami perlu makan dan bernapas
Kami terpaksa melawan karena terjerat
Dengan bertaruh alam akan selamat
Tanpa takut kami dianggap penjahat
Walaupun harus melawan aparat dan pejabat
Demi masa depan anak dan cucu kami yang selamat
Memangnya apa itu beton dan besi
Yang kami tahu hanyalah menanam padi
Jangan paksa kami untuk berganti ke profesi
Dengan embel-embel untung yang diganti
Jikalau kami berhenti bertani
Mau makan apa kita nanti
Ku tertunduk dalam kehampaan
Terpojok dalam sudut yang menyakitkan
Haruskah kubuang lembar keindahan
Dan kuganti dengan sebuah tangisan
Kasih sayang yang sirna seketika
Membuatku sulit berpijak di semesta
Didewasakan oleh semesta
Diasuh oleh masa
Sehingga tidak sadar bahwa sudah terlalu lama bermonolog
Hingga lupa akan prolog
Dan tanpa sadar sudah epilog
Kemari dengarlah ceritaku
Ini tentang kebahagiaan
Dia sungguh amat ceria
Dia sungguh amat manis
Siapapun yang pernah melihatnya
Pasti akan jatuh cinta
Dia amat memesona
Dan memikat
Hingga beberapa dari mereka meneteskan air mata
Rasanya aneh
Menggelitik hati
Hingga menciptakan senyum di bibir
Aku tak berbohong
Sungguh
Tak sedikit orang yang merindukan kehadirannya
Semua orang selalu ingin melihatnya
Walaupun mereka hanya melihatnya dari kejauhan
Dan hanya melihatnya dari lubang kecil
Dia tetap terukir indah di hati mereka
Menetap di sana dan tidak akan terlupakan
Dia seperti cahaya bulan
Lembut dan menawan
Seperti suasana malam hari
Dingin namun menenangkan jiwa
Dia memberi mereka harapan
Dia menghilangkan beban yang mereka pikul
Dia menelusupkan cinta di hati setiap orang
Dia menciptakan dunia mejadi lebih berwarna
Namun dia dianggap sepele
Tidak sedikit pula orang yang lupa akan kehadirannya
Tapi dia berjanji dia pasti hadir di setiap kehidupan
Menceritakan kepada mereka indahnya kehidupan di matanya
Cerita lama terulang kembali
Berisikan untaian janji manis pemuas hati
Meski beradu dalam egois diri
Tak ayal aku jatuh dalam gelora janji
Seakan hidup ini terlengkapi
Tetapi pujangga hati telah mati
Terkubur dalam penyesalan diri
Sebuah belati tertancap di hati
Menyisakan lara yang tak terobati
Sukmaku menjerit pilu
Mengapa penantianku tak terbayar
Salahkah aku selalu memujinya
Apakah ini hanya drama klasik
Atau bahkan sebuah permainan
Ah biarkan
Ada alam semesta yang akan membalasnya
Meskipun hati ini tak bertuan
Dinginnya malam menyadarkan untuk kembali ke dunia nyata
Halaman terakhir buku kosong
Seperti keadaan hati saat ini
Ditinggalkan dan kepastian menjadi mainnya
Mimpi buruk tentang perasaan dan akhir cerita ini
Tak melihat bukan berarti buta
Tak mendengar bukan berarti tuli
Diam bukan berarti bungkam
Lantang juga bukan berarti menentang
Hiduplah dengan kebebasan
Kehidupan yang dipenuhi wawasan
Mata berisikan pandangan
Kenangan penuh akan pengalaman
Mencoba hal baru dengan membaca dan menulis
Bukan hanya tertawa dan menangis
Bahkan cengis-cengis dan ceriwis
Membaca ibarat memahami
Menulis ibarat menuangkan
Jika tak memahami sebuah misteri
Apa yang dapat terjadi ke depan
Kekhawatiran akan datang menghantui
Hati juga terasa tertekan
Membaca suatu bacaan
Menulis suatu tulisan
Mengukir sebuah pikiran
Menempa seserpih perasaan
Jangan jadi orang yang mengecewakan
Raihlah mimpi dan mencapai harapan
Terbanglah mencapai negeri awan
Menyelam sedalam lautan
Kikislah beberapa batuan
Carilah celah dalam kegelapan
Kamu adalah perihal tentang rasa
Di kala waktu itu datang tiba-tiba
Terjebak di antara ruang dimensi
Sedikit terbahak wajah berseri
Tawaku akan candamu
Kembalikanku dari semua sendu
Kala senja menutup dengan gulita
Kau hampiri dengan wajah ceria
Tak lama kita saling berinteraksi
Kau sudah menyentuh sukma yang terkunci
Bersihkan bahagia yang telah berdebu
Yang telah terkubur lama dalam abu
Syair rintikkan waktu purnama
Aku ingin sedikit kata aksioma
Sekelumit cerita biografi
Mungkin berisi warna yang bergradasi
Inginku berlabuh dalam kelambu jiwamu
Menuntun langkah kecilmu yang masih ragu
Aku tak ingin hanya sekadar fatamorgana
Yang membuatku menelan dilema
Jagalah rasaku kala daku beradaptasi
Bangkit dari hati yang hampir mati
Nanti berikanku setetes madu
Jikalau ragaku di atas tandu
Relung hatiku mulai bergema
Tersebutlah namamu pembuat bahagia
Kucukupkan dirimu sebagai pengisi
Dengan hatiku kau tinggali
Harap yang besar kau disisiku
Kala insan ini baik buruk tak menentu
Dekapan sehangat rajutan sutra
Membuat syaraf lajur otak terlena
Gendang telingamu jangan terkontaminasi
Hanya karena mereka berasumsi
Jauhkan pikiranmu tentang hal itu
Ikatlah bahagiamu bersamaku
Daun tak bertulang pun ikut berdansa
Kala mendengar romansa kita
Terima kasih selalu ada di sisi
Temani suka dukaku terisi
Buang bimbangmu tentang pertanyaan retoris itu
Karena lubuk hatimu pun tahu
Aku sayang kamu
Ting-ting
Dentuman suara sendok beradu dengan cangkir
Tercium aroma semerbak kopi
Kuletakan di meja ruang imajinasi
Ini aku
Seorang remaja tanggung
Yang sedang menikmati hasil keringat pejuangku
Menjadi secangkir kopi yang pahit
Kuteguk sembari memandang sebuah bingkai prasasti
Dalam secangkir kopi yang masih hangat ini
Kutemukan sebuah harapan seorang putri nirmala
Yang rasanya menjadi satu dengan pahitnya kopi
Tentang dunia yang pernah dijanjikan
Dunia yang penuh sukacita
Dunia yang penuh arti perjuangan
Dunia yang indah dengan kebersamaan
Dunia yang memberi kebebasan
Satu teguk kutelan
Pahit rasanya
Seperti duniaku saat ini
Haha…
Mirisnya duniaku ini
Dunia monopoli
Dunia palsu
Dunia tabu yang penuh tipu dan nafsu
Satu teguk lagi dan kubertanya
Di mana dunia yang pernah dijanjikan putri nirmalaku
Dunia di mana banyak pemuda-pemudi yang bercita-cita
Dunia yang dapat menghargai
Dunia penuh cinta dan canda tawa
Di mana tutur kata orang tua masih sakti dan dihormati
Kuteguk lagi kopiku sebelum habis
Kupandangi sejenak dunia luar jendela
Dunia yang penuh estetika
Di mana banyak pemuda-pemudi lemah
Yang bukannya bercita-cita namun malah banyak bercinta
Yang suka menjual keluh kesahnya
Mental baja katanya
Semangat 45 koar-koarnya?
Tapi bolong ditembus cinta yang belum seberapa sakitnya
Dibanding kesedihan seorang putri nirmala yang kehilangan
pangerannya di medan pertempuran
Tegukan terakhirku menghabiskan sisa kopi dalam cangkir
Kusenyumi sekitarku
Sudah waktunya,
Mengais asa tuk mewujudkan harapan putri nirmalaku
Harapan yang gagal terwujud
Di tengah dunia yang bertopeng keindahan
Layaknya pemuda masa kini
Yang membaca puisi karena estetikanya
Bukan makna dan rasanya
Mungkin puisi ini pun akan berakhir sama
Pagi hari membuka mata
Ingin rasanya melanjutkan tidur batinnya
Tak begitu semangat
Tak begitu ceria
Matahari pun murung melihatnya
Bukan karena mengapa
Haya saja terlalu mendung dalam dirinya
Terbesit dalam pikirnya
Tak begitu jelas apa
Yang jelas hanya membuatnya semakin mendung
Mungkin udara tak mendukung
Mungkin kawannya, tempat ia meletakkan raganya juga tak
mendukung
Dirinya pun tak tau apa yang sedang dipikir
Suara detik jam, suara binatang di sekitar
Menambah suasana menjadi semakin kelam
Tak terasa sudah sepanjang hidupnya
Dibangunkan oleh suara tuannya
Jangan lupa, tak jelas apa selanjutnya
Yang jelas sekarang ia harus melanjutkan harinya sampai matahari
berganti menjadi bulan
Itu saja kalau tidak hujan
Karena bulan selalu bersembunyi di balik awan mendung jika hujan
datang
Diceritakan juga kawannya
Bukan manusia
Tempat ia mencurahkan segalanya
Walau kawannya pun tak paham, hanya diam
Hanya saja ia nyaman
Kawannya itu tak mengadili hidupnya
Selanjutnya
Tak lupa
Setiap keluar dari tempatnya
Menarik napas
Dan berkata
INDAHNYA DUNIAKU
Aku hanyalah insan
Hidup berkelana
Demi sebuah intan
Saat ‘ku lahir
Mereka ramah padaku
Layaknya seorang pangeran
Kini ‘ku mulai matang
Tumbuh hampa
Di hutan belantara ini
Ragaku rapuh
Pikiranku semu
Jiwaku merintih
Aku menjelajah
Menapakkan kaki
Menjamah seluruh daratan
Angkasa yang dingin
Lajunya hujan
Tidak membuatku bergidik
Itulah kisahku
Bergerilya dengan dunia
Demi menuai intanku
Jalur setapak oleh merpati
Dirintisnya mengarungi negeri
Menampung aspirasi hari
Rangkaian kata mendamba diri
Sangkakala memaparkan eloknya
Anak manusia meratapi jalannya
Oh... mengapa begitu sara?
Rangkaian keluh kesah terlampau lara
Ibu... Aku kalut...
Rangkaian kataku dulu tak kunjung lulut
Ibu... Aku resah...
Rangkaian kisahku penuh keluh kesah
Ibu... Bantu aku...
Pasrahkan rangkaian hidupku
Sepenuhnya untuk Tuhanku
Angin berhembus sore itu
Ombak berlari bergulung-gulung
Raga ini terasa pilu
Serasa tubuh tanpa tulang
Sang surya mulai tenggelam
Sandikala pun menyusul malam
Aroma tak sedap mulai tercium
Wahai insan penikmat alam mengapa kalian terdiam
Langit gelap berhiaskan bintang
Burung berkejaran tinggalkan malam
Bergeraklah wahai petualang
Agar bumi kembali tersenyum
Hari ini bukanlah hari yang luar biasa maupun istimewa
Seperti biasa kutuangkan setinta hitam di atas secarik kertas
Melewati hari tanpa sebuah senyuman yang ikhlas
Menumpahkan kopi hitam dalam secerah harapan
Entahlah....
Perasaan apa yang telah menjelajahi jiwaku
Aku lelah, ingin kuhapus semua bayangan pahit yang tak kunjung
henti
Aku pun lelah, lelah beradu dengan waktu
Hari ini tak ingin kujalani dengan hanya menepiskan sebuah rasa
Walau aku jujur, itu tak akan berarti apa-apa
Percuma bercerita, jika tak ada satu pun yang peduli
Malam itu, kudapati dirimu
Dalam sudut kamar mungilmu risau melepas rindu
Dan… kau pun terlelap lugu
Semua lembaran kelabu
Cerita yang sempat tertunda dulu
Kau kisahkan dengan lidahku
Terdengar lirih nan haru
Derai getir tak kuasaku pun jatuh
Menggenangi relung batin yang terenggut, meranggas deras
berkabut pilu
Gemetar tatapku …
Kan teringat masa lalu
Dalam timang manja mesra sang ibu
Menemani di kala heningmu
Dan… terhenti tangismu
Andai duka lara tak kau temui
Rinai tawa, canda ria tergenapi
Semestinya kucoba menemani
Meluruhkan segala jelaga hati
Senyum manis tersumbar sendu
Mengarungi di hari panjangmu
Bersenandung lagu yang pernah kau tahu
Dan… Kau pun bernyanyi merdu
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri
Apakah mesin waktu itu benar-benar ada?
Bagaimana bentuk mesin waktu itu?
Pertanyaan yang belum pasti jawabannya
Bahkan tidak ada jawabannya
Selalu terngiang di pikiranku
Mesin waktu
Jika benar mesin waktu itu ada
Satu hal yang aku inginkan dari mesin waktu
Bawa aku pergi ke masa lalu
Mengapa?
Banyak hal yang ingin aku perbaiki
Banyak hal yang ingin aku ulangi kembali
Bukankah masa lalu terasa begitu indah?
Waktu di mana kamu merasa bebas
Tidak banyak yang perlu dipikirkan
Hanya bermain dan tertawa
Tak kenal lelah
Menyenangkan bukan?
Lalu bagaimana dengan masa sekarang?
Apa yang salah dengan masa sekarang?
Kamu pasti juga merasakannya
Kurasa tahun ini adalah tahun terberat dalam hidup
Bukankah begitu?
Bagiku dunia saat ini
Terasa berbeda dari biasanya
Semua seperti menghilang
Seperti tidak ada kehidupan
Tak ada hiruk pikuk yang terdengar
Sepi sunyi menemani di setiap langkahku
Membuat ingatan masa lalu kembali muncul