The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

13_RAHMATULLAH EDY, S.Tr.Kes.(Rad)_RANCANGAN AKTUALISASI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rahmatullah Edy, 2023-03-13 04:30:27

13_RAHMATULLAH EDY, S.Tr.Kes.(Rad)_RANCANGAN AKTUALISASI

13_RAHMATULLAH EDY, S.Tr.Kes.(Rad)_RANCANGAN AKTUALISASI

42 f. Hospitality ASN adalah seorang pelayan publik. Untuk itu keramahan tentu menjadi faktor penting yang harus dimiliki. Hospitality atau keramahan adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya, baik tutur kata dan sikapnya dalam setiap pelaksanaan tugas, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. g. Networking Seorang ASN harus mampu untuk membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, dapat mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. h. Enterpreneurship Enterpreneurship adalah keyakinan kuat yang ada dalam diri seseorang untuk mengubah dunia melalui ide dan inovasinya. Keyakinan ini kemudia ditindaklanjuti dengan keberanian mengambil risiko mewujudkan ide dan inovasinya tersebut melalui organisasi yang didirikannya, mulai dari membangun, memelihara, dan mengembangkannya sampai menghasilkan dampak nyata bagi dunia. Membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, dapat mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.


43 3.3. Komunikasi 3.3.1. Komunikasi Komunikasi adalah suatu pemindahan makna atau pemahaman dari pengirim kepada penerima, di dalamnya tercangkup tiga bagian penting dari komunikasi yang efektif yakni sang pengirim, sang penerima dan keberhasilan pengirim makna. Komunikasi merupakan proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Frase dua atau lebih perlu ditekankan, karena sebagian literatur menyebut istilah komunikasi intrapersonal, yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaiansuatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal atau bentuk non verbal, tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama. Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi (Salisah, 2011). 3.3.2. Komunikasi Kesehatan. Komunikasi kesehatan adalah suatu proses penyampaian informasi kesehatan untuk mendorong perubahan perilaku individu maupun kelompok guna meningkatkan derajat kesehatan (Endrawati, 2015). Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/ masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya. Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah


44 terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isuisu kesehatan dan faktor faktor yang mempengaruhi transaksitersebut (Rahmadiana, 2012: 88). Komunikasi kesehatan mengarah pada jalannya proses komunikasi dan pesan yang menyelimuti isu kesehatan. Pengetahuan dalam bidang ini dapat dikategorikan berdasarkan penekanannya ke dalam dua kelompok besar yaitu perspektif berdasarkan proses dan perspektif berdasarkan pesan. Pendekatan berdasarkan proses menggali cara-cara yang di dalamnya pemaknaan kesehatan dinyatakan, diinterpretasi dan dipertukarkan, sebuah proses investigasi interaksi dan strukturasi simbolik yang dikaitkan dengan kesehatan, sedangkan perspektif berbasis pesan terpusat pada pembentukan pesan kesehatan yang efektif, juga mengenai usaha strategis untuk menciptakan komunikasi yang efektif yang dapat mencapai tujuan para stakeholders bidang kesehatan (Salisah, 2011). 3.3.3 Komunikasi Efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,


45 meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jannah, Darmini, dan Rochmayanti (2017) Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan medis selanjutnya, karena dengan membangun komunikasi yang efektif, pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh petugas sehinggaakan patuh menjalankan prosedur pemeriksaan dan percaya bahwa petugas tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah dan mengakibatkan beralihnya pasien kepada pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan lebih baik. 3.3.4. Komunikasi Efektif Pada Radiografer. Radiografer sebagai petugas dalam melakukan pemeriksaan radiologi harus mampu menjelaskan instruksi dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga mengurangi rasa takut atau cemas pasien pada saat pemeriksaan (Jannah, Darmini, & Rochmayanti, 2017). Radiografer yang terampil dalam berkomunikasi yang efektif, akan mudah menjalin hubungan dengan pasien dan mampu memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan. Hal ini menimbulkan rasa percaya pasien terhadap petugas, mencegah terjadinya masalah legal, dan mendorong timbulnya komunikasi efektif. Dengan demikian, diharapkan dapat tercapai asuhan keperawatan yang berkualitas (Jannah, Darmini, & Rochmayanti, 2017).


46 Menurut Jannah, Darmini, dan Rochmayanti (2017) komunikasi efektif sebagai sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran- pikiran atau informasi. Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif, antara lain respect, empathy, audible, clarity, dan humble. Adapun gambaran 5 faktor komunikasi efektif di Instalasi Radiologi sebagai berikut. 1. Respect, yaitu Radiografer menghormati dan menghargai pasien, memberikan salam dan sapa pada saat pasien datang ke ruang pemeriksaan. 2. Empathy, yaitu Radiografer mampu menempatkan diri pada situasi yang dialami oleh pasien, sehingga pasien merasa nyaman. Setiap keluhan pasien dapatdidengarkan dengan baik. Radiografer memberikan sentuhan kasih sayang dan perhatian yang tulus kepada pasien. 3. Audible, yaitu Radiografer mampu menyampaikan instruksi dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga pasien mengerti pesan tersebut. 4. Clarity, yaitu Radiografer mampu menjelaskan instruksi pemeriksaan dengan baik, sehingga kejelasan dari pesan tersebut tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan oleh pasien. Radiografer bersikap terbuka, sehingga menimbulkan kepercayaan pasien.


47 5. Humble, yaitu Radiografer dalam melayani pasien bersikap ramah dan rendah hati. Radiografer bersikap lemah lembut, penuh pengendalian diri, tidak sombong, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. 3.4 Rancangan Aktualisasi 3.4.1. Identifikasi Isu Isu atau masalah adalah kesenjangan antara idealita (seharusnya) dengan realita (kenyataannya). Rencana kegiatan Aktualisasi yang akan dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sukamara sesuai dengan nilai-nilai dasar ASN Berorietasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (BerAKHLAK) dan sesuai dengan peran dan kedudukan ASN (Manajemen ASN) dan Smart ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari hasil penelusuran tugas pokok dan fungsi serta uraian tugas, dalam menjalankan tugas penulis mendapatkan beberapa isu terkait dengan pelayanan di Instalasi Radiologi RSUD Jaraga Sasameh sebagai berikut :


Tabel 3.1 Identifika No Identifikasi Isu Deskripsi Isu Kondisi saat ini 1. Belum optimalnya waktu tunggu hasil ekspertise pemeriksaan Radiologi di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Masih belum optimalnya waktu tunggu hasil dan pemberian hasil expertise radiologi terutama pada shift siang ataupun malam. Masih terdapat keterlambatan hasil ekspertise yang diberikan oleh pihak radiologi kepada pasien ataupun ruangan a t s b k p I r c a m s e b


48 asi Isu dan Deskripsi Isu Penyebab Isu Data Pendukung Dikaitkan dengan Agenda III Kondisi Yang diharapkan a. kurangnya tenaga dokter spesialis radiologi, b. kurangnya komponen penunjang seperti T yang terbatas di ruangan Radiologi c. Belum adanya SOP yang mengatur tentang sistem pemberian ekspertise yang berlaku. Dari hasil pengataman selama bekerja di unit kerja Radiologi RSUD Jaraga Sasameh Barito selatan, Saya melihat masih terdapat keterlambatan hasil ekspertise yang diberikan oleh pihak radiologi kepada pasien ataupun ruangan yang disebabkan kurangnya tenaga dokter spesialis radiologi, dan juga kurangnya komponen penunjang seperti IT yang Manajemen ASN : Masih belum mampu memberikan pelayanan yang prima, dengan dibuktikan masih terjadi keterlambatan pemberian hasil ekspertise radiologi Terjadi peningkatan dalam segi tenaga dokter spesialis, maupun komponen penunjang lainnya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih prima


2. Belum optimalnya komunikasi prapemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien, dan edukasi pemeriksaan Masih sering terjadinya petugas radiologi yang tidak melakukan identifikasi terhadap pasien Masih banyak petugas yang tidak melakukan tindakan identifikasi pasien dalam melakukan pemeriksaan radiologi. a b


49 terbatas di ruangan Radiologi a. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi saat ini yang terjadi pada petugas radiografer ialah kurangnya kesadaran terhadap Tindakan tersebut. b. Kurangnya pengetahuan radiografer tentang komunikasi efektif dalam melakukan pemeriksaan radiologi. Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan beberapa rekan kerja di ruangan Radiologi kurangnya kesadaran radiografer untuk melakukan komunikasi pra pemeriksaan dan juga edukasi kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Sehingga hal tersebut jika dibiarkan akan dapat menyebabkan hal yang fatal seperti pasien tidak mengetahui Manajemen ASN: Harus melakukan perubahan terhadap cara bagaimana melayani pasien dengan memberikan edukasi kepada radiografer tentang bagaimana melakukan komunikasi efektif terhadap pasien dan penerapannya. Terjadi perubahan habbit petugas dimana petugas lebih memperhatikan pasien atau lebih sadar akan pentingnya komunikasi efektif, memberikan simpati serta empati terhadap identifikasi pasien untuk menunjang pemeriksaan yang akan kita lakukan.


3. Belum optimalnya ruang tunggu pasien di ruang radiologi ruang tunggu pasien yang disediakan belum sesuai, dikarenakan terlalu dekat dengan sumber radiasi yang berada di ruangan radiologi. Ruang tunggu yang disediakan selain tempatnya terlalu dekat dengan ruangan yang bersumberkan radiasi ruang tunggu tersebut juga terlalu sempit, jika terdapat pemeriksaan dan terdapat keluarga pasien yang menunggu di ruangan tersebut maka akan terlihat sempit dan sedikit menggangu mobilitas petugas untuk melakukan a b


50 pemeriksaan yang akan dilakukan seperti apa, dan juga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pemeriksaan a. terlalu sempitnya ruang tunggu yang terdapat di dalam ruangan radiologi. b. Terlalu dekatnya jarak antar paien dan ruang yang bersumber radiasi tersebut Manajemen ASN : harus memberikan solusi tempat untuk penunggu keluarga pasien agar semua pemeriksaan berjalan dengan nyaman. Terjadinya tempat tunggu pasien yang lebih kondusif dan timbulnya rasa nyaman dalam melakukan pelayanan dan pemeriksaan. Gambar 3.1 Ruang tunggu pasien di dalam ruangan Radiologi


pemeriksaan. 4. Belum optimalnya pengetahuan pasien maupun keluarga pasien terhadap proteksi radiasi maupun dampak dari penggunaan radiasi Masih belum optimalnya pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai bahaya proteksi radiasi. Masih kurangnya indikator yang menerangkan tentang bahaya radiasi a b 5. Belum optimalnya hasil expertise radiologi yang masih dalam hasil expertise radiologi yang notabennya digunakan sebagai Hasil ekpertise yang digunakan di radiologi RSUD Jaraga Sasameh masih a


51 a. Masih kurangnya indikator – indikator yang terdapat di ruangan radiologi mengenai bahaya radiasi, seperti poster, pamflet dll b. Kurangnya kesadaran petugas radiologi untuk melakukan proteksi radiasi kepada pasien ataupun keluarga pasien. Manajemen ASN : harus memberikan solusi dimana menampah titik titik poster, pamflet pemberitahuan tentang bahaya radiasi dimana titik tersebut pasien dapat membaca dengan jelas sehingga pasien dapat menerima informasi yang jelas pula. Diharapkan kedepannya pasien akan lebih mengetahui tentang bahaya radiasi dan wajib lapor kepada petugas radiologi jika terdapat pasien ataupun keluarga pasien yang tidak boleh berada di sekitar sumber radiasi. a. Kurangnya sistem IT yang mendukung untuk membuat hasil ekpertise Smart ASN : memberikan solusi dimana kita sebagai ASN Diharapkan kedepannya dapat terwujudnya radiologi yang Gambar 3.2 Letak indikator tanda bahaya radiasi yang minim


bentuk manual atau kertas yang ditulis tangan penunjang pemeriksaan pasien dan hal tersebut juga bisa di bawa sebagai salah satu komponen untuk dilakukannya rujukan pasien ke Rumah Sakit lainnya, masih dalam bentuk manual ataupun tulis tangan menggunakan tulis tangan. b


52 yang menggunakana sistem link. b. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman SDM tentang bagaimana sistem link yang digunakan untuk melakukan ekspertise secara otomatis. Radiografer harus dapat memberikan pemahamamn tentang sistem dan IT tentang melakukan ekpertise otomatis sehingga dapat mempermudah pekerjaan kita dalam melakukan pelayanan publik. terintegrasi dengan sistem IT yang lebih baik lagi sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang lebi Gambar 3. 3 Hasil maksimal pula. expertise yang masih dalam bentuk tulis tangan atau manual


53 3.4.2 Analisa Tapisan Isu Dalam upaya menyikapi isu-isu aktual serta tantangan perubahan dan perkembangan yang terjadi, perlu ditentukan isu – isu yang menjadi prioritas untuk ditangani. Beberapa isu yang telah didapat, dilakukan validasi menggunakan teknik analisis APKL (Aktual, Problematik, Khalayak Kelayakan). Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi. Problematik artinya isu tersebut memiliki masalah yang komplek. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis dan dapat di munculkan pemecahan masalahnya. Setelah mendapatkan isu-isu yang ada di Instalasi Radiologi UPT RSUD Jaraga Sasameh maka tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi analisa isu menggunakan metode APKL. Adapun penentuan isu dengan menggunakan metode APKL adalah sebagai berikut: a. Aktual, Artinya Isu atau pokok persoalan sedang terjadi atau akan terjadi dan sedang menjadi perbincaraan. b. Problematik, artinya isu yang menyimpang dari kondisi yang seharusnya, standar ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu dicari penyebab dan pemecahannya. c. Kekhalayakan, Artinya isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak. d. Kelayakan, artinya bersifat logis dan patut dibahas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.


54 Tabel 3.2 Validasi isu – isu dengan teknik analisis APKL N o ISU Kriteria APKL PRIORITA S A P K L 1. Belum optimalnya waktu tunggu hasil pemeriksaan Radiologi di RSUD Jaraga Sasameh Buntok Memenuhi 2. Belum optimalnya komunikasi pra-pemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan edukasi pemeriksaan Memenuhi 3. Belum optimalnya penggunaan SOP terhadap kepatuhan Radiografer X Memenuhi 4. Belum optimalnya edukasi terhadap pasien maupun keluarga pasien terhadap proteksi maupun dampak dari penggunaan radiasi Memenuhi 5. Belum optimalnya hasil expertise radiologi yang masih dalam bentuk manual atau kertas yang ditulis tangan Memenuhi Isu – isu yang telah dianalisis dengan teknik analisis APKL akan menghasilkan isu mana yang memenuhi syarat atau layak diangkat menjadi isu permasalahan, berdasarkan Tabel 3.2 didapatkan 4 isu yang memenuhi syarat atau layak, kemudian keempat isu permasalahan tersebut nantinya akan ditentukan isu mana yang menjadi prioritas dengan menggunakan teknik analisis USG (Urgency, Seriousness, and Growth). Teknik analisis USG merupakan alat analisis yang digunakan untuk menyusun urutan prioritas yang penting, serius, dan berkembang untuk diselesaikan. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Cara menggunakan metode USG adalah dengan menentukan nilai tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan masalah pada masing-masing masalah pokok dengan memberikan skala nilai


55 Tabel 3.3 Validasi isu – isu dengan teknik analisis USG No Isu Kriteria USG Jumlah Rank U S G 1. Belum optimalnya waktu tunggu hasil pemeriksaan Radiologi di RSUD Jaraga Sasameh Buntok 7 6 4 17 IV • Anggaran alokasi tenaga dr. Radiologi 4 3 2 • Waktu kunjungan pasien 3 3 2 2. Belum optimalnya komunikasi prapemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan edukasi pemeriksaan 8 7 8 23 I • Keahlian Soft Skill dan cara komunkasi petugas 4 4 4 • Tidak adanya media sebagai bantuan petugas 4 3 4 3. Belum optimalnya edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terhadap proteksi maupun dampak dari penggunaan radiasi 8 7 6 22 II • Biaya pembuatan media 4 4 3 • Waktu pembuatan media 4 3 3 4. Belum optimalnya hasil expertise radiologi yang masih dalam bentuk manual atau kertas yang ditulis tangan 7 8 6 21 III • Pembuatan dan penerapan sistem yang mendukung 4 4 3 • Pembuatan SOP terupdate 3 4 3 Keterangan : 5 : Sangat; urgent/Serius/Mendesak 4 : Urgent; /Serius/Mendesak 3 : Cukup; Urgent/Serius/Mendesak 2 : Kurang; Urgent/Serius/Mendesak 1 : Tidak; Urgent/Serius/Mendesak


56 Berdasarkaan hasil Analisa APKL dan USG, isu yang akan diangkat adalah Belum optimalnya komunikasi pra-pemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan edukasi pemeriksaan. 3.4.3 Analisa Penyebab Isu Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya isudengan menggunakan teknik analisis diagram Fishbone. Diagram Fishbone akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah. Masalah tersebut akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan mencakup.


Gambar 3.4 Analisis Penyeb Lingkungan Material Kurangny petugas u tindakan k tersebut d melaksan Kura tenta efek mela Petugas belum se mengaplikasikan p baik terutama dala efektif dan identifik melaksanakan pem Tidak adanya pamflet untuk mengingatkan petugas dalam melakukan tindakan komunikasi efektif. Tidak adanya format ceklis untuk petugas dalam proses identifikasi pasien. Kurangnya perhatian kepada petugas untuk melakukan komunikasi efektif dan identifikasi pasien dalam pemeriksaan Sikap untuk saling mengingatkan agar melakukan komunikasi efektif dalam setiap tindakan pemeriksaaan


57 bab Isu dengan Diagram Fishbone Belum optimalnya komunikasi prapemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan edukasi pemeriksaan di Instalasi Radiologi UPT RSUD Jaraga Sasameh Buntok. Sistem Skill Kurangnya kedisiplinan petugas untuk melakukan tindakan identifikasi pasien. ya kesadaran untuk melakukan komunikasi efektif dalam nakan pemeriksaan angnya pemahaman petugas ang pentingnya komunikasi ktif dan identifikasi pasien dalam aksanakan pemeriksaan penuhnya pengetahuan dengan am hal komunikasi kasi pasien dalam meriksaan


58 Berdasarkan hasil analisis diagram fishbone di atas yakni Belum optimalnya komunikasi pra-pemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan edukasi pemeriksaan di Instalasi Radiologi UPT RSUD Jaraga Sasameh Kabupaten Barito Selatan. Maka dapat di identifikasi bahwa isu strategis yang terjadi yakni disebabkan beberapa faktor. Faktor penghambat di antaranya adalah : 1. Sistem a. Kurangnya kesadaran petugas untuk melakukan tindakan komunikasi efektif tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan b. Kurangnya kedisiplinan petugas untuk melakukan tindakan identifikasi pasien. 2. Skill (Kemampuan) a. Petugas belum sepenuhnya mengaplikasikan pengetahuan dengan baik terutama dalam hal komunikasi efektif dan identifikasi pasien dalam melaksanakan pemeriksaan b. Kurangnya pemahaman petugas tentang pentingnya komunikasi efektif dan identifikasi pasien dalam melaksanakan pemeriksaan. 3. Materils (Bahan) a. Tidak adanya format ceklis untuk petugas dalam proses identifikasi pasien. b. Kurangnya pelatihan yang di ikuti atau disediakan untuk membentuk komunikasi efektif tersebut. 4. Sorrondings (Lingkungan) a. Sikap untuk saling mengingatkan agar melakukan komunikasi efektif dalam setiap tindakan pemeriksaaan. b. Kurangnya perhatian kepada petugas untuk melakukan komunikasi efektif dan identifikasi pasien dalam pemeriksaan.


59 3.4.4 Gagasan Penyelesaian Isu Setelah menganalisis dari munculnya isu yang diangkat dan mengetahui bahwa penyebab dari isu tersebut ialah kurangnya kesadaran petugas dalam melakukan komunikasi efektif serta melakukan identifikasi pasien pada setiap pemeriksaan. Maka perlu dilakukan optimalisasi peningkatan pemahaman petugas dengan melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Meminta Persetujuan Kepada Atasan untuk Melaksanakan Kegiatan Aktualisasi dan Melakukan Konsultasi dengan Mentor; 2. Mengumpulkan referensi mengenai sasaran keselamatan pasien ketepatan identifikasi pasien; 3. Membuat cheklist identifikasi pasien yang akan digunakan oleh petugas setiap melakukan pemeriksaan radiologi dari awal hingga hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien dan membuat poster untuk peningkatan motivasi petugas melakukan identifikasi; 4. Melakukan sosialisasi kepada rekan kerja tentang pentingnya untuk melakukan komunikasi efektif dan mengidentifikasi pasien dan juga memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara melakukannya. 5. Pengaplikasian Identifikasi pasien menggunakan cheklist identifikasi; 6. Evaluasi pelaksanaan kegiatan.


60 3.4.5. Rancangan Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisasi. Pada rancangan kegiatan, masing-masing kegiatan disusun ke dalam tahapan kegiatan dengan dikaitkan pada materi Agenda II yaitu nilai-nilai dasar BerAKHLAK dan materi Agenda III (Manajeman ASN, dan SMART ASN). Tahapan kegiatan dan kegiatan rancangan aktualiasi dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Rancangan Kegiatan dan Tahapan Kegiatan No Kegiatan Tahap Kegiatan 1. Meminta Persetujuan Kepada Atasan untuk Melaksanakan Kegiatan Aktualisasi dan Melakukan Konsultasi dengan Mentor 1. Membuat jadwal pertemuan dengan atasan untuk memohon ijin persetujuan kegiatan aktualisasidi unit kerja 2. Membuat surat ijin persetujuan kegiatan kepimpinan 3. Membuat jadwal konsultasi dengan mentor 4. Melaksanakan konsultasi dengan mentor terkait isu-isu dan rancangan kegiatan aktualisasi 2. Mengumpulkan referensi mengenai komunikasi pasien dan identifikasi pasien 1. Mencari referensi dan literasi mengenai Sasaran Keselamatan Pasien Ketepatan Identifikasi Pasien. 2. Melakukan Koordinasi dengan mentor terkait rancangan Identifikasi pemeriksaan radiologi 3. Membuat cheklist identifikasi pasien yang akan digunakan oleh petugas setiap melakukan pemeriksaan radiologi dari awal hingga hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien dan membuat poster untuk peningkatan motivasi petugas melakukan identifikasi 1. Menuangkan rancangan cheklist identifikasi pasien dan rancangan poster. 2. Evaluasi cheklist identifikasi pasien dan poster oleh mentor 4. Melakukan sosialisasi kepada rekan kerja tentang pentingnya untuk melakukan komunikasi efektif dan mengidentifikasi pasien serta memberikan 1. Berkonsultasi dan meminta arahan dari mentor dalam rencana kegiatan sosialisasi dan persamaan persepsi dengan rekan sejawat untuk penerapan cheeklist identifikasi pasien. 2. Menyiapkan materi dan rencana kegiatan


61 pengetahuan tentang bagaimana cara melakukannya. serta jadwal kegiatan. 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi untuk menyamakan persepsi tentang pentingnya komunikasi efektif dan identifikasi pasien. 5. Pengaplikasian Identifikasi pasien menggunakan cheklist identifikasi 1. Mencetak cheklist identifikasi pasien dan poster serta koordinasi dengan mentor untuk selanjutnya digunakan atau di pasang di tempat tempat yang telah ditentukan 2. Membagikan cheeklist tentang identifikasi pasien yang akan digunakan dalam proses pelayanan berlangsung. 3. Mensosialisasikan kepada petugas instalasi radiologi dan pengaplikasian cheklist identifikasi 6. Evaluasi pelaksanaan kegiatan 1. Memberikan dan menilai form survey kepada petugas instalasi radiologi 2. Pengumpulan dokumentasi dan membuat laporan kegiatan


3.4.6 Matrik Rancangan Aktualisasi RANCANGAN AKTUALISA KABUPATEN TAH Unit Kerja : UPT RSUD Jaraga Sasameh Bunto Identifikasi Isu : 1. Belum optimalnya waktu tunggu 2. Belum optimalnya komunikasi edukasi tentang pemeriksaan. 3. Belum optimalnya penggunaan 4. Belum optimalnya edukasi ke dampak dari penggunaan radia 5. Belum optimalnya hasil expertis tangan Isu yang di angkat : Belum optimalnya komunikasi pra-p tentang pemeriksaan di Instalasi Ra Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi Komunikasi Efektif Pe Sasameh Kabupaten Barito Selatan


62 ASI PELATIHAN DASAR CPNS BARITO SELATAN HUN 2023 ok hasil pemeriksaan Radiologi di UPT RSUD Jaraga Sasameh Buntok. pra-pemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan SOP terhadap kepatuhan Radiografer. pada pasien maupun keluarga pasien terhadap proteksi maupun si. se radiologi yang masih dalam bentuk manual atau kertas yang ditulis pemeriksaan kepada pasien tentang identifikasi pasien dan edukasi adiologi UPT RSUD Jaraga Sasameh Buntok. tugas Radiologi Terhadap Identifikasi Pasien di RSUD Jaraga n.


Tabel 3.5 Matriks No . Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil 1. Meminta Persetujuan Kepada Atasan untuk Melaksanakan Kegiatan Aktualisasi dan Melakukan Konsultasi dengan Mentor 1. Membuat jadwal pertemuan dengan atasan untuk memohon ijin persetujuan kegiatan aktualisasidi unit kerja 2. Membuat surat ijin persetujuan kegiatan kepimpinan 3. Membuat jadwal konsultasi dengan mentor 4. Melaksanakan konsultasi dengan mentor terkait isu-isu dan rancangan kegiatan aktualisasi a. Terlaksananya pertemuan dengan Kepala Instalasi Radiologi UPT RSUD Jaraga Sasameh b. Terbitnya sura izin persetujua melaksanakan kegiatan yang ditandatangan oleh pimpinan. c. Adanya masuk dan saran dari mentor. d. Tersedianya d bahan materi konsultasi.


63 Rancangan Aktualisasi Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan Konstribusi terhadap visi dan misi organisasi Penguat terhadap nilai-nilai organisasi a a T at an n i . kan raf 1. Berorientasi pelayanan: Menyiapkan Bahan untuk dikonsultasikan kepada pimpinan dengan cekatan dan solutif. 2. Akuntabel: saya akan menyiapkan bahan konsultasi dengan penuh tanggung jawab dan akan dengan Teliti mencatat semua masukan dan saran dari pimpinan. 3. Kompeten: dalam melakukan konsultasi dan membuat surat Visi organisasi “Terwujudnya Pelayanan Prima Bermutu, Mudah, Aman, Nyaman” Misi Organisasi. 1.Meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit Nilai organisasi yang menguat dari kegiatan ini adalah Inklusif Semua program pembanguna n kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembanguna n kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kemenkes


64 izin persetujuan saya akan melakukannya dengan kualitas terbaik yang saya miliki. 4. Harmonis: disaat saya meminta arahan dan persetujuan dari mentor, maka saya akan menerima masukan dan menghargai setiap saran yang diberikan tanpa memandang latar belakang mentor saya. 5. Loyal: berpegang teguh pada komitmen pada saat saya menjalankan tugas yang diberikan oleh pimpinan ataupun mentor. saja.


65 6. Adaptif: pada saat saya melakukan konsultasi, saya akan menerima apapun saran yang telah diberikan oleh mentor apabila ada perubahan terhadap masalah yang dikonsultasikan dan akan bersikap proaktif dalam mengembangkan kreatifitas. 7. Kolaboratif: Berdiskusi dengan pimpinan langsung dan juga mentor untuk mendapatkan sebuah kesepakatan dan tujuan yang ingin dicapai. SMART ASN (Integritas): tepat


66 waktu pada saat ingin bertemu dengan pimpinan SMART ASN (Nasionalisme): pada saat melakukan konsultasi menggunakan bahasa yang mudah dipahami kepada pimpinan maupun mentor yaitu bahasa Indonesia. SMART ASN (Profesionalisme ): menjalankan saran atau masukan dari mentor dengan sebaik-baiknya dan penuh dengan tanggung jawab. SMART ASN (Digital Skills): disini saya menggunakan


2. Mengumpulka n referensi mengenai komunikasi efektif dan identifikasi pasien 1. Mencari referensi dan literasi mengenai Sasaran Keselamatan Pasien Ketepatan Identifikasi Pasien. 2. Melakukan Koordinasi a. Didapatkan referensi dan literasi yang mendukung kegiatan. b. didapatkan ide dan saran dari atasan terkait dengan kegiata yang akan dilaksanakan


67 laptop, hp, dan apps MS Office untuk menyiapkan bahan Konsultasi yang akan saya sampaikan Manajemen ASN: Profesional tidak memaksakan kehendak dalam menyampikan tujuan kita kepada pimpinan dan ramah dalam bertutur kata kepada saat bertemu dengan pimpinan. e an 1. Akuntabel : mencari referensi dan literasi dengan kerja keras dan tanggung jawab 2. Kompeten : memberikan literasi terbaik dan dijamin keabsahannya Visi organisasi “Terwujudnya Pelayanan Prima Bermutu, Mudah, Aman, Nyaman” Misi Organisasi. 1.Meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit 2. Pengelolaan Rumah Sakit yang Nilai organisasi yang menguat dari kegiatan ini adalah Pro Rakyat pembanguna n kesehatan, Kemenkes selalu


dengan mentor terkait rancangan Identifikasi pemeriksaan radiologi.


68 serta sesuai dengan hal yang sedang dibahas. 3. Adaptif: pada saat saya melakukan konsultasi, saya akan menerima apapun saran yang telah diberikan oleh mentor apabila ada perubahan terhadap masalah yang dikonsultasikan dan akan bersikap proaktif dalam mengembangkan kreatifitas. SMART ASN (Digital Skills): disini saya menggunakan laptop, hp, dan apps MS Office untuk menyiapkan bahan Konsultasi yang akan saya sampaikan efektif dan efisien. mendahuluka n kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Responsif Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat


3. Membuat cheklist identifikasi pasien yang akan digunakan oleh petugas setiap melakukan pemeriksaan radiologi dari awal hingga hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien dan membuat poster untuk peningkatan motivasi petugas melakukan 1. Menuangkan rancangan cheklist identifikasi pasien dan rancangan poster. 2. Evaluasi cheklist identifikasi pasien dan poster oleh mentor a. Didapatkan cheklist identifikasi pas dan poster dal bentuk visual. b. Didapatkan masukkan sara dan perbaikan oleh mentor


69 Manajemen ASN : Referensi sebagai menjadi dasar pelayanan publik yang berkualitas. sien am an 1. Berorientasi pelayanan: Menyiapkan rancangan cheklist untuk dikonsultasikan kepada pimpinan dan mentor dengan cekatan dan solutif. 2. Akuntabel: saya akan menyiapkan bahan konsultasi dengan penuh tanggung jawab dan akan dengan Teliti mencatat semua masukan dan saran dari pimpinan. 3. Kompeten: dalam pembuatan Visi organisasi “Terwujudnya Pelayanan Prima Bermutu, Mudah, Aman, Nyaman” Misi Organisasi: 1. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, dan aman. 2. Meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit 3. Pengembangan pelayanan unggulan Nilai organisasi yang menguat dari kegiatan ini adalah Responsif Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat.


identifikasi


70 cheklist dan juga poster sebagai media identifikasi pasien saya melakukannya dengan kualitas terbaik yang saya miliki. 4. Harmonis: disaat saya meminta arahan dan persetujuan dari mentor, maka saya akan menerima masukan dan menghargai setiap saran yang diberikan tanpa memandang latar belakang mentor saya. 5. Adaptif: pada saat saya melakukan konsultasi, saya akan menerima apapun saran yang telah


71 diberikan oleh mentor apabila ada perubahan terhadap masalah yang dikonsultasikan dan akan bersikap proaktif dalam mengembangkan kreatifitas. 6. Kolaboratif: Berdiskusi dengan pimpinan langsung dan juga mentor untuk mendapatkan sebuah kesepakatan dan tujuan yang ingin dicapai. SMART ASN (Integritas): tepat waktu pada saat ingin bertemu dengan pimpinan SMART ASN (Nasionalisme): pada saat


72 melakukan konsultasi menggunakan bahasa yang mudah dipahami kepada pimpinan maupun mentor yaitu bahasa Indonesia. SMART ASN (Profesionalisme ): menjalankan saran atau masukan dari mentor dengan sebaik-baiknya dan penuh dengan tanggung jawab. SMART ASN (Digital Skills): disini saya menggunakan laptop, hp, dan apps MS Office untuk menyiapkan bahan Konsultasi yang akan saya


4. Melakukan sosialisasi kepada rekan kerja tentang pentingnya untuk melakukan komunikasi efektif dan mengidentifika si pasien serta memberikan pengetahuan tentang bagaimana 1. Berkonsultasi dan meminta arahan dari mentor dalam rencana kegiatan sosialisasi dan persamaan persepsi dengan rekan sejawat untuk penerapan cheeklist identifikasi pasien. 2. Menyiapkan a. Adanya saran dan masukan d mentor guna terlaksananya kegiatan b. Tersedianya bahan yang ak di sosialisasika dan adanya jadwal pelaksanan kegiatan c. Kehadiran tem rekan sejawat dalam


73 sampaikan Manajemen ASN: Profesional tidak memaksakan kehendak dalam menyampikan tujuan kita kepada pimpinan dan ramah dalam bertutur kata kepada saat bertemu dengan pimpinan. dari kan an man 1. Berorientasi pelayanan: menyampaikan rencana sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan mentor dan rekan kerja yang terlibat secara solutif, cekatan dan ramah 2. Akuntabel: Jujur dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi dan persamaan Visi organisasi “Terwujudnya Pelayanan Prima Bermutu, Mudah, Aman, Nyaman” Misi Organisasi: 1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia 2. Optimalisasi sumber daya manusia dan sumber daya Nilai organisasi yang menguat dari kegiatan ini adalah Inklusif Semua program pembanguna n kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembanguna n kesehatan


Click to View FlipBook Version