The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by estermega.bs, 2021-06-15 06:49:07

kelompok 8a_Tanaman pestisida

kelompok 8a_Tanaman pestisida

Keywords: pestisida,tumbuhan

30 JENIS TANAMAN
BIOPESTISIDA

Disusun oleh :
Felicia Alifah (140410190015)
Adam Almaliki (140410190017)
Azhar Fauzan Fawazillah (140410190057)
Ester Mega Bintang.S (140410190069)
Muhammad Daffa N (140410190031)
Sarah Khoerun Nisa (140410190103)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena buku ini telah selesai disusun.
Buku ini disusun agar dapat membantu para mahasiswa
dalam mempelajari keanekaragaman hayati di sekitar kita
yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pengamou mata kuliah Taksonomi Phanerogamae, bapak
Dr. Budi Irawan, S.Si., M.Si dan Ibu Betty Mayawatie
Marzuki, Dra., M.Si yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan buku ini.

Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku ini
mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini
sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan
memberikan sebuah manfaat bagi pembaca.

Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan
saran dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis
kedepannya.

Bandung, 15 Juni 2021

Penulis

OUTLINE

TOPIK UTAMA

1.Kenapa Biopestisida?
2.Jenis-Jenis Tanaman Biopestisida

Bawang Merah (Allium cepa)
Lidah Buaya (Aloe vera)
Kecombrang (Etlingera elatior)
Jengkol (Archidendron jiringa)
Jeruk Purut (Citrus hystrix)
Cabai Merah (Capsicum anuum)
Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Tomat (Solanum lycopersicum)
Pinang (Areca catechu)
Jarak (Ricinus communis)
Jahe (Zingiber officinale)
Pepaya (Carica papaya)
Putri Malu (Mimosa pudica)
Sirih (Piper betle)
Keladi Hutan (Colocasia esculenta)
Kunyit (Curcuma longa )
Kelapa (Cocos nucifera)
Mahoni (Swietenia mahagon)
Ketumbar (Coriandrum sativum)
Miana (Coleus atropurpureus)
Bawang Putih (Allium sativum)
Serai (Cymbopogon citratus)
Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Kelor (Moringa oleifera)
Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Lengkuas (Alpinia galanga)
Mengkudu (Morinda citrifolia)
Bandotan (Ageratum conyzoides)
Sirsak (Annona muricata)
Kencur (Kaempferia galanga)

Pada abad ke 21, gaya hidup sehat dengan slogan ³back to
nature´ telah menjadi populer di kalangan bagi masyarakat.
Masyarakat mulai menyadari seberapa besar dampak negatif bagi
kehidupan bila terus menerus menggunakan bahan-bahan kimia non
alami, seperti pupuk dan pestisida, kimia sintetis dan hormon
tumbuh (Astuti, 2013).
Dalam budidaya tanaman, erat kaitannya dengan serangan hama
dan atau penyakit pada tanaman. Hama dan penyakit yang
menyerang ada yang disebabkan oleh vertebrata, invertebrata,
maupun mikroorganisme yang menyebabkan tanaman sakit sehingga
produksinya terhenti. Untuk itu perlu dilakukan
pengendaliannya. Pengendalian hama kimia banyak dilakukan
karena alasan kepraktisan dan ingin cepat melihat hasilnya
serta banyak dijual dipasaran. Padahal pengendalian secara
kimia dengan pestisida dapat merugikan manusia dan lingkungan,
karena residu yang ditinggalkan bersifat racun dan
karsinogenik (Astuti, 2013).

Demi keberlangsungan lingkungan, mulai dikembangkan

biopestisida. Biopestisida diartikan sebagai suatu pestisida

yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Oleh karena terbuat

dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah

terurai (biodegradable). Biopestisida bersifat “hit and run”,

yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu

dan setelah hama terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang

di alam (Kardinan, 2004).

Agar biopestisida dapat bekerja secara efektif untuk

mengendalikan hama, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

(Umar, 2014) :

Biopestisida cepat terurai oleh sinar matahari, udara,

kelembaban, dan komponen alam lainnya. Maka, waktu yang paling

tepat untuk pengaplikasian adalah di sore hari saat cuaca cerah

tanpa ada indikasi hujan turun yang dapat mencuci biopestisida

dari permukaan tanaman.

Karena mudah terurai, biopestisida tidak bisa menjaga tanaman

dalam waktu lama, sehingga aplikasinya harus dilakukan lebih

sering, terutama pada kondisi lingkungan dengan kelembaban

tinggi.

Karena umumnya biopestisida bekerja lebih lambat (pengaruhnya

tidak segera terlihat), aplikasi biopestisida lebih efektif

dilakukan sebagai tindakan preventif (pencegahan). Pengamatan

terhadap kondisi lingkungan menjadi penting dilakukan.

Biopestisida umumnya bersifat basa, sehingga harus dihindari

mencampur biopestisida dengan bahan pestisida kimia yang umumnya

bersifat asam. Pencampuran keduanya akan menyebabkan senyawa

saling menetralisir, sehingga kehilangan pengaruhnya .

JENIS JENIS
TANAMAN

BIOPESTISIDA

BAWANG MERAH Kingdom Plantae
Allium cepa L. Phylum Tracheophyta
Class Magnoliopsida
Oleh: Ester Mega Bintang.S (069) Order Asparagales
Family Amaryllidaceae
Genus Allium
Species A. cepa
(Linnaeus, 1753)

Tanaman tropis dan subtropis dan termasuk salah satu komoditas sayuran penting.

Berasal dari Syria dan sejak beberapa ribu tahun yang lalu sudah dikenal manusia

sebagai penyedap masakan (Rismunandar, 1986). Habitat antropogenik (habitat

buatan atau terganggu), padang rumput dan ladang. Menyebar keseluruh dunia sejak

abad VIII (Rahmat, 1994). Allium cepa L.

Allium cepa L., Sp. Pl. (1753) 300; Merkodovich, Flora Uzbekistana (1941) 1; Maire, Flore de l'Afrique

du Nord (1958) 5; Ovczinnikov, Flora Tadzhikskoi SSR (1963) 2; Nasir, Flora of Pakistan (1975) 83;
Smitinand & Larsen, Flora of Thailand (1978) 1; Smith, Flora Vitiensis Nova (1979) 1; Townsend & Guest,
Flora of Iraq (1985) 8; Espejo Serena & López-Ferrari, Consejo Nacional de la Flora de México (1993) 1;

Noltie, Flora of Bhutan (1994) 3; Govaerts, World Checklist of Seed Plants (1995) 1; Edwards, Demissew,
& Hedberg, Flora of Ethiopia and Eritrea (1997) 6; Zhengyi & Raven, Flora of China (2000) 24; Boulos,

Flora of Egypt (2005) 4; Danihelka, Chrtek, & Kaplan, Casopsi Ceské Botanické Spolecnosti (2012) 84;
Baksh-Comeau, Maharaj, Adams, Harris, Filer, & Hawthorne, Phytotaxa (2016) 250.

Herba, tumbuh tegak dengan tinggi 15-50 cm, membentuk rumpun, tanaman
semusim (Wibowo, 2005). Akar: serabut, sistem perakaran dangkal,
bercabang terpencar pada kedalaman 15 – 30 cm di dalam tanah. Batang:
berasal dari pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok
yang tidak sempurna (rudimenter), berbentuk cakram, tipis dan pendek,
bagian bawah tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), bagian
atas terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah – pelepah daun yang
berada di dalam tanah dan berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis.
Umbi lapis: tebal, berdaging, merah keputihan, diameter dewasa >15 cm
Daun: silindris kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang dan berujung
runcing, bagian bawahnya melebar dan membengkak, warna hijau muda sampai
tua, letak daun melekat pada tangkai yang relatif pendek. Bunga: Tangkai
bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30
– 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 – 6
helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau
kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Bunga bawang merupakan bunga sempurna dan dapat menyerbuk sendiri atau
silang. Buah: bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 –
3 butir. Biji: agak pipih, segitiga, saat muda berwarna bening atau putih
setelah tua berwarna hitam, ukuran 3 x 2 mm (Aoyama & Yamamoto, 2007).

Nama lokal: Bawang Merah (Indonesia), Bawang Abang Mirah (Aceh), Bawang
Abang (Palembang), Bawang Sirah (Minangkabau), Pia (Batak), Bawang Suluh
(Lampung), Bawang Beureum (Sunda), Brambang, Brambang Abang (Jawa),
Bhabang Mera (Madura), Jasun Mirah (Bali), Lasuna Mahamu, Ransuna
Mahendeng, Yantuna Mopura, Dansuna Rundang, Lasuna Randang, Lansuna Mea,
Lansuna Raindang (Sulawesi Utara), Bawangi (Gorontalo), Laisuna Pilas,
Laisuna Mpilas (Roti), Kalpeo Meh (Timor), Bowang Wulwul (Kai), Kosai
Miha, Bawa Rohiha (Ternate), Bawa Kahori (Tidore) (Widianti & Wulandari,
2008).

Manfaat: Secara umum umbi lapis bawang merah mampu menurunkan panas/demam
pada anak, influenza, batuk pada anak, batuk dahak, masuk angin, sakit
perut, perut kembung, sakit kepala, pusing, sesak napas, menurunkan
kolestrol tinggi, pegal linu, rematik, keseleo, cacingan, biduran, kutu
air, dan bisul (Wijayakusuma, 2008).

Sebagai biopestisida 1 TANAMAN UTUH

Kompos kulit bawang merah mengandung senyawa
acetogenin yang berfungsi untuk membunuh hama
serangga tanaman (Plantus, 2008). Hasil
penelitian Nurjasmi (2019) menunjukkan di
dalam bawang terdapat agen hayati, yaitu
bakteri Actinomycetes yang dinilai efektif
dalam membunuh jamur Sclerotium rolfsii.
Jamur tersebut merupakan penyebab beberapa
penyakit pada tanaman, seperti busuk batang,
layu serta rebah kecambah (Magenda et al.,
2011). Dalam dosis kecil dapat mengakibatkan
rasa tidak nafsu makan terhadap hama.
Sedangkan bila dalam dosis besar dapat
menyebabkan serangga keracunan (Nurjasmi,
2019).

UMBI LAPIS
sumber: dokumentasi pribadi

LIDAH BUAYA Kingdom Plantae
Aloe vera (L.) Phylum Tracheophyta
Class Magnoliopsida
Burm.f. Order Asparagales
Family Xanthorrhoeaceae
Oleh: Ester Mega Bintang.S (069) Genus Aloe
Species A. vera
((L.) Burm.f., 1768)

Tanaman yang banyak tumbuh pada iklim tropis ataupun subtropis dan sudah
digunakan sejak lama karena fungsi pengobatannya.Tanaman hias populer di kebun,
taman, pekarangan, dan kebun raya. Habitat di area hangat tropis & subtropis,
kering & semi kering, semak Mediterania, hutan kering, semak perkotaan, daerah
riparian, bukit pasir dan habitat pantai berpasir lainnya. Berasal dari Oman.
Dibudidayakan secara luas di seluruh dunia (Furnawanthi, 2002).

Aloe vera (L.) Burm.f.

Aloe vera (L.) Burm.f., Fl. Indica (1768) 83; Britton, Flora of Bermuda (1918) 1; Maire, Flore de
l'Afrique du Nord (1958) 5; Jafri & El-Gadi, Flora of Libya (1978) 57; Smitinand & Larsen, Flora of
Thailand (1978) 1; Tutin, Flora Europaea (1980) 5; Meikle, Flora of Cyprus (1985) 2; George, Flora of
Australia (1986) 46; Davidse, Flora Mesoamericana (1994) 6; Govaerts, World Checklist of Seed Plants
(1995) 1; Zhengyi, W. & Raven, Flora of China (2000) 24; van Proosdij, Arnoldo's Zakflora (2001) 3;

Stevens, Flora de Nicaragua (2001) 1; Rico, Flora Iberica (2013) 20.

Herba, sukulen berbentuk roset, tinggi 30-60 cm, diameter tajuk 60 cm
(McVicar, 1994). Akar: Serabut pendek, terletak di permukaan tanah
(Widianti & Wulandari, 2008). Daun: Tunggal, lanset, atau taji, ujung
runcing, berdaging tebal (± 1-2,5 cm saat umur 12 bulan), banyak
mengandung getah atau gel, tidak ada tulang daun, warna hijau keabu-
abuan, permukaan dilapisi lilin, duri lemas di tepi daun, panjang 50-75
cm, berat 0,5-1 kg, melingkar rapat di sekeliling batang (Purbaya, 2003;
Widianti & Wulandari, 2008). Batang: bulat, monopodial, sangat pendek dan
hampir tidak terlihat karena ditutupi oleh daun dan terbenam tanah,
muncul tunas baru dari batang (Purbaya, 2003). Bunga: warna kuning atau
kemerahan, bentuk pipa yang mengumpul, muncul dari ketiak daun, kecil
sekitar 2,5 cm, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, tinggi hingga
1 m (Widianti & Wulandari, 2008).
Nama lokal: Lidah buaya (Indonesia), Letah Buaya (Sunda), Ilat Buaya
(Jawa) (Widianti & Wulandari, 2008).
Manfaat: Secara umum mengandung aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-
emodin, aloenin, dan aloesin. Daun dikupas kulitnya kemudian cuci
digunakan sebagai anti radang, pencahar, peluruh haid, mengobati sakit
kepala, sembelit, kencing manis, batuk rejan, radang sendi, radang
lambung, wasir, penyubur rambut, bisul, dan luka terbakar (Wijayakusuma,
2008).

Sebagai biopestisida

Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada daging daun
lidah buaya dan berpotensi sebagai pestisida, antara
lain : saponin, flavonoid, polifenol dan tanin. Senyawa-
senyawa tersebut dapat bersifat sebagai insektisida,
fungisida dan bakterisida. Bahkan dapat digunakan
sebagai bahan tambahan untuk aplikasi pestisida, yang
berfungsi sebagai perekat/perata. (Setiawati et al.,
2008). Tanaman lidah buaya memiliki peluang untuk
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan penyakit Hawar daun bakteri pada padi,
karena telah diketahui memiliki senyawa anti-bakteri.
Selain itu, senyawa dalam ekstrak kulit lidah buaya yang
berperan dalam menghambat bakteri adalah aloin dan aloe
emodin (Aloe vera center, 2013).

1 TANAMAN UTUH DETAIL

sumber: dokumentasi pribadi

KECOMBRANG Kingdom Plantae
Etlingera Phylum Tracheophyta
elatior (Jack) Class Magnoliopsida
Order Zingiberales
R.M.Sm. Family Zingiberaceae
Genus Etlingera
Oleh: Ester Mega Bintang.S (069) Species E. elatior
((Jack) R.M.Sm., 1986)

Tanaman tropis yang telah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia sebagai
tanaman hias, sayur, dan obat tradisional. Habitat di hutan primer dan
sekunder, tepi hutan, daerah terganggu dan vegetasi sekunder di dekat desa dan
di sepanjang pinggir jalan. Berasal dari Kalimantan, Jawa, Kep. Sunda Kecil.,
Malaya, Sumatera, Thailand. Tanaman introduksi di Cina Selatan-Tengah, Kosta
Rika, Republik Dominika, Teluk Guinea Is., Honduras, Maluku, Mauritius, Nugini,
Filipina, Puerto Riko, Sulawesi, Trinidad-Tobago (Widianti & Wulandari, 2008).

Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.

Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm., Roy. Bot. Gard. Edinburgh (1986) 43; Poulsen, Gardens' Bulletin
Singapore (2007) 59; Velayos, Flora de Guinea Ecuatorial (2014) 11.

Tanaman herba dengan tinggi hingga 5 m. Akar: serabut, warna kuning
kotor.Daun: tersusun dalam dua baris, berseling, bentuk jorong lonjong,
pangkal membulat atau menjantung, tepi bergelombang, ujung meruncing
pendek, gundul namun ada bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap,
ukuran 20-90 cm x 10-20 cm. Batang: semu bulat, membesar di pangkal,
tegak membentuk rumpun. Rimpang: tebal, merah jambu. Bunga: Dalam
karangan seperti gasing, tangkai panjang 0,5-2,5 m x 1,5-2,5 cm,
pelindung berbentuk jorong 7-18 cm x 1-7 cm berwarna merah jambu hingga
merah terang berdaging, kelopak berbentuk tabung berwarna merah jambu
berukuran 4 cm. Buah: Berjejalan membentuk bongkol hampir membulat,
diameter 10-20 cm, ukuran tiap butir 2-2,5 cm, hijau dan menjadi merah
saat masak. Biji: Banyak, coklat kehitaman, diselubungi aril putih bening
atau kemerahan (Hidayat & Napitupulu, 2015).
Nama lokal: Kecombrang (Indonesia), Puwar Kinjung (Sumatera); Kincung
(Medan); Kincuang, Sambuang (Minangkabau); Honje, Rombeka, Combrang,
Kecombrang, Kecumbrang, Cumbrang (Jawa), Bubogu, Katimbang (Sulawesi),
Salahawa, Petikala (Maluku) Hidayat & Napitupulu, 2015).
Manfaat: Secara umum bunga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.
Dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan, memperbanyak ASI, dan
pembersih darah (Hidayat & Napitupulu, 2015).

Sebagai biopestisida

Aktivitas dari senyawa saponin adalah menurunkan aktivitas enzim protease
dalam saluran pencernaan, mengganggu penyerapan makanan, dan mengikat
sterol bebas dalam pencernaan makanan (Gershenzon & Croteau, 1991).
Seperti diketahui sterol merupakan prekursor dari hormon ekdison sehingga
dengan menurunnya persediaan sterol akan mengganggu proses ganti kulit
pada serangga. Sementara itu senyawa flavonoid dan tanin dari kelompok
dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan
menurunkan aktifitas enzim protease dan amilase. Akibatnya pertumbuhan
serangga menjadi terganggu. Selain itu, flavonoid yang masuk melalui
spirakel yang terdapat di permukaan tubuh dan menimbulkan kelayuan pada
saraf, serta kerusakan pada spirakel akibatnya nyamuk tidak bisa bernapas
dan akhirnya mati (Tarigan et al., 2014).
Konsentrasi maserat bunga kecombrang sebesar 4,5% yang disemprot dapat
melumpuhkan nyamuk Aedes spp hingga mengalami Knock Down (KD) dengan
tingkat kematian nyamuk mencapai 62.68%. Sebagai racun pernapasan, nyamuk
menghirup maserat bunga kecombrang yang menyebabkan tergganggunya kerja
organ pernapasan sehingga nyamuk tergelepar dan mati (Tarigan et al.,
2014).

1 TANAMAN UTUH BATANG & DAUN BUAH

BUNGA
sumber: dokumentasi pribadi

JENGKOL Kingdom Plantae
Archidendron Phylum Tracheophyta
jiringa (Jack) Class Magnoliopsida
I.C.Nielsen Order Fabales
Family Fabaceae
Oleh: Ester Mega Bintang.S (069) Genus Archidendron
Species A. jiringa
((Jack) I.C. Nielsen, 1979)

Tanaman asli daerah tropis yang dapat tumbuh baik di dataran tinggi dan dataran

rendah. Masyarakat jarang membudidayakannya karena lebih sering mengambil

langsung jengkol yang tumbuh liar.Habitat di hutan primer dan sekunder di

daerah lembab, pegunungan dan di tepi sungai. Tersebar di Bangladesh,

Kalimantan, Jawa, Malaya, Myanmar, Sumatera, Thailand (Widianti & Wulandari,

2008).

Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen

Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen., Adansonia, n.s., (1979) 19; Govaerts, World Checklist of Seed

Plants (1995) 1.

Pohon dengan tinggi hingga 26 m. Akar: tunggang. Daun: Majemuk, lonjong,
berhadapan, panjang 10-20 cm, lebar 5-15 cm, tepi rata, ujung runcing,
pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,1-1 cm, warna
hijau tua. Batang: tegak, bulat, berkayu, licin, percabangan simpodial,
warna cokelat kotor. Bunga: Struktur majemuk, berbentuk seperti tandan,
diujung batang dan ketiak daun, tangkai bulat, panjang ± 3 cm, berwarna
ungu kulitnya, benang sari kuning, putik silindris berwarna kuning,
mahkota lonjong berwarna putih kekuningan. Buah: polong, gepeng berbelit
membentuk spiral, warna lembayung tua. Biji: berkulit ari tipis,
berkeping dua warna coklat mengilap (Widianti & Wulandari, 2008).
Nama lokal: Jengkol (Jawa, Betawi), kicaang, Jengkol (Sunda), Blandingan
(Bali), Jering, Jiring (Melayu), Jaring (Banjar), Jaawi (Lampung), Lubi
(Sulawesi) (Widianti & Wulandari, 2008).
Manfaat: Jengkol mengandung asam jengkolat, alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, glikosida dan steroid/triterpenoid. secara umum daun digunakan
sebagai obat gatal-gatal pada kulit dan mengobati kudis. Dinding
polongnya untuk obat cuci rambut. Eksrak kulit jengkol dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli (Widianti & Wulandari, 2008).

Sebagai biopestisida

Siput Murbei (Pomacea canaliculata) adalah hama yang sangat penting
dan berbahaya bagi pertanaman petani khususnya tanaman padi.
Pemberian kulit buah jengkol yang direndam mampu membunuh Siput
Murbei dalam waktu 8,36 hari (Astuti, 2013). Hal ini karena dimana
air sebagai tempat hidupnya Siput Murbei mengandung senyawa alkaloid,
tanin, saponin, flavonoid, dan terpenoid. Alkaloid merupakan senyawa
yang bersifat anti makan dan juga bersifat toksik, sehingga Siput
Murbei mengalami keracunan yang dapat mengakibatkan terganggunya
metabolisme tubuh. Tubuh yang mengalami keracunan tidak dapat
melakukan perkembangbiakan. Asam fenolat ini di dalamnya termasuk
flavonoid dan tanin. Tanin dalam tubuh organisme dapat mengganggu
dalam mencerna makanan, dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh
sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan perkembangbiakan
(Kardinan, 2004).
Kandungan kimia kulit jengkol berupa terpenoid dapat menjadi racun
syaraf bagi serangga, senyawa saponin dapat meneybabkan terganggunya
penyerapan makan pada pencernaan serangga, dan tannin dapat
menurunkan laju pertumbuhan serangga (Ambarningrum et al., 2012).

BATANG DAUN BUAH

sumber: dokumentasi pribadi

JERUK PURUT Kingdom Plantae
Citrus hystrix Phylum Tracheophyta
Class Magnoliopsida
DC Order Sapindales
Family Rutaceae
Oleh: Ester Mega Bintang.S (069) Genus Citrus
Species C.hystrix
(DC, 1813)

Umum dijumpai di Indonesia dan terkenal sebagai penghasil minyak atsiri. Sering
digunakan sebagai cita rasa alami pada berbagai makanan. Habitat asli berupa
daerah tropis. Tanaman asli dari Assam, Bangladesh, Kep. Bismarck, Kalimantan,
Kamboja, Cina Selatan-Tengah, Cina Tenggara, Himalaya Timur, Kep. Sunda Kecil,
Malaya, Maluku, Myanmar, Nugini, Kep. Nicobar, Filipina, Kep. Solomon,
Sulawesi, Sumatera, Thailand, Vietnam, Kep. Wallis-Futuna. Tanaman introduksi
di Fiji, Laos, Kaledonia Baru, Samoa, Kep. Society, Sri Lanka, Trinidad-Tobago
(Widianti & Wulandari, 2008).

Citrus hystrix DC

Citrus hystrix DC., Cat. Pl. Horti Monsp. (1813) 97; Turner, Gardens' Bulletin Singapore (1997) 47;
Govaerts, World Checklist of Seed Plants (1999) 3; Pandey & Dilwakar, India Journal of Economic and
Taxonomic Botany (2008) 32; Wu & Raven, Flora of China (2008) 11; Mao, Sinha, Verma, & Sarma, Flora of
Meghalaya (2016) 1; Baksh-Comeau, Maharaj, Adams, Harris, Filer, & Hawthorne, Phytotaxa (2016) 250.

Tanaman perdu yang dapat tumbuh hingga 2-12 m dengan tajuk tak beraturan.

Akar: tunggang. Daun: majemuk, bulat telur hingga lonjong, menyirip,

beranak daun satu, tangkai sebagian melebar menyerupai anak daun, pangkal

membundar atau tumpul, ujung tumpul hingga meruncing, tepi beringgit,

panjang daun 8-15 cm, lebar 2-6 cm, kedua permukaan licin berbintik kecil

warna jernih, warna permukaan atas dan hijau tua agak mengilap, permukaan

bawah daun hijau muda atau hijau kekuningan dan buram. Batang: bentuknya

bulat, polos atau berbintik,ranting berduri kecil tajam, warna hijau

tua.Bunga: bentuk bintang, warna putih kemerahan atau putih. Buah:

sebesar bola golf, kulit hijau, saat matang agak kekuningan, permukaan

kulit berkerut dan berbenjol. Biji:bentuk telur dengan runcing di salah

satu ujungnya, permukaan halus, warna putih (Widianti & Wulandari, 2008).

Nama lokal: Unte Mukur, Unte Pangir (Batak), Lemau Purut, Lemau Sarakan

(Lampung), Lemao Puruik (Minangkabau), Dema Kalalo (Nias), Limau Purut,

Jeruk Wangi, Jeruk Purut (Sunda, Jawa), Jeruk Linglang, Jeruk Purut

(Bali), Mude Matang Busur, Mude Nelu (Flores), Ahusi Lepea (Seram), Lemo

Puru (Bragis), Munte Kereng (Arafuru), Usi Ela (Ambon), Lemo Jobatai,

Wama Faleela (Halmahera) (Widianti & Wulandari, 2008).

Manfaat:Secara umum daun digunakan sebagai stimulan dan penyegar.

Mengatasi badan letih dan lemah setelah sakit berat. Kulit buah

berkhasiat sebagai stimulan, bau khas aromatik, rasanya agak asin, kelat,

dan kelamaan akan terasa pahit. Buahnya mampu mengobati influenza, badan

lelah, rambut kepala bau, dan kulit berisisk serta mengelupas (Widianti &

Wulandari, 2008).

Sebagai biopestisida

Ektrak daun jeruk purut dapat digunakan sebagai insektisida.S enyawa
bioaktif sebagai zat toksik yang terkandung dalam ekstrak dapat masuk
melalui dinding tubuh larva Culex sp. serta melalui mulut karena larva
biasanya mengambil makanan dari tempat hidupnya (Yunita et al., 2009).
Senyawa bioaktif tersebut yang masuk kedalam tubuh larva pada kadar tertentu
dapat berperan sebagai racun kontak, racun perut, dan racun pernapasan
sehingga merusak seluruh sistem tubuh larva Culex sp (Adrianto, 2014).
Minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak jeruk purut yaitu senyawa
sitronelal, linalool,sitronelol, sitronelil asetat, kariofilin dan geraniol.
Senyawa-senyawa tersebut dapat mempengaruhi keadaan fisik dan metabolisme
larva Culex sp. Sitronelal sebagai racun kontak, zat tersebut apabila dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan cairan
secara terus menerus sehingga tubuh serangga kekurangan cairan. Linalool
adalah racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf sensorik pada larva,
konsentrasi lebih besar menyebabkan stimulasi saraf motor sehinggga terjadi
kejang dan kelumpuhan. Geraniol bersifat sebagai racun lambung yang
menyebabkan keracunan (Novera et al., 2017). Tanin dapat mengganggu serangga
dalam mencerna makanan karena tanin akan mengikat protein dalam sistem
pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan sehingga proses
penyerapan protein dalam sistem pencernaan menjadi terganggu. Tanin, kuinon
dan saponin memiliki rasa yang pahit sehingga larva tidak mau makan (Yunita
et al., 2009). Steroid berperan sebagai antifeedant. Steroid mempunyai
toksisitas yang rendah terhadap mamalia dan molekul steroid tergradasi baik
di lingkungan sehingga dapat dijadikan bahan pembuat insektisida alami
(Ashour et al., 2010). Larva Culex sp. dapat menahan lapar selama 24 jam
sehingga sifat antifeedant muncul dari kerja sama steroid dengan senyawa
golongan terpenoid dan kurang berperan jika bekerja secara terpisah (Novera
et al., 2017).

CABANG

1 TANAMAN UTUH DAUN

BUAH

sumber: dokumentasi pribadi

CABAI MERAH Kingdom Plantae
Capsicum annuum Divisio Spermatophyta
Class Dicotyledoneae
L. Order Solanales
Family Solanaceae
Oleh: Azhar Fauzan Fawazillah (057) Genus Capsicum
Species Capsicum annuum L.
(Linnaeus,1758)

cabai merah adalah suatu tanaman komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi

masyarakat. cabai tergolong tanaman perdu dari famili terong terongan.

persebaran C. annuum tersebar di daerah amerika serikat bagian selatan,

meksiko, amerika tengah dan amerika utara (Purseglove et al., 1979). persebaran

cabai merah di indonesia, tersebar di seluruh pulau, hal ini dikarenakan hampir

setiap penduduk berbeda pulau memanfaatkan cabai merah sebagai bumbunya

(Djarwaningsih, 1986). Capsicum annuum L.

Capsicum annuum L.., Sp. Pl.: 188 (1753);Merrill, E.D. (1923); Schischkin, B.K. & al.(1954); Hutchinson,
J., Dalziel, J.M. & Keay, R.W.J. (1954-1958) ; Vvedensky, A.I. (ed.) (1961);Backer, C.A. & Bakhuizen van

den Brink, R.C. in Backer, C.A. & Bakhuizen van den Brink, R. C. (1965); Tutin, T.G. & al. (eds.)
(1972); Hancock, I.R. & Henderson, C.P. (1988);Ghazanfar, S.A. (1992);D'Arcy, W.G. & Rakotozafy, A.

(1994); Beaman, J. & Anderson, C. (2004)

Tanaman perdu tegak, tinggi 0,6-1,5 m dengan tajuk tak beraturan. Akar:
tunggang. Daun: tunggal, bertangkai silindris (panjangnya 0,5-2,5 cm),
letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur, ujung runcing
(acutus), pangkal membulat (obtusus), tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. daging daun seperti
kertas (papyraceus atau chartaceus). Batang: bercabang lebar, berkayu,
berbentuk bulat dan berwarna hijau tua. Bunga: bunga sempurna, bunga
tunggal, muncul di ruas tunas, mahkota berwana putih atau kuning muda
dengan dasar warna putih. kelopak seperti lonceng. Buah: bentuk buah
kerucut memanjang, lurus dan bengkok serta meruncing pada bagian ujung
nya menggantung, kulit hijau, saat matang menjadi merah,permukaan licin
dan mengkilap. Biji: bentuk pipih kecil dan memiliki warna kuning pudar
(Pratama et al., 2017; Aguilar et al., 2009).
nama lokal : Leiden (Gayo), Campli, capli (Aceh), leichina (Karo), lada
sebua (Nias), lasiak, lasina (Toba), raro sigoiso (Mentawai), lado
(Minangkabau), cabi (Lampung), cabe (Melayu), cabai (Sunda dan Jawa),
cabhi (Madura), tabia (Bali), sabia (Bima), maricang (Maluku), lada
(Bugis), rica (Manado) dan metrek wakfoh (Papua). (Lingga, 2014)
manfaat : Cabai merah memiliki kandungan Kaya akan vitamin C, sehingga
mengkonsumsi cabai diajurkan untuk menggobati sariawan. Selain itu,
cabai merah juga memiliki kandungan vitamin A yang dapat membantu
merawat Kesehatan mata seseorang. Terdapat kandungan lemak sehat yang
baik untuk tubuh, dan juga terdapat vitamin B1 yang efektif menjaga
kondisi tubuh manusia (Sembiring,2009)

Sebagai biopestisida

Ekstrak dari cabai merah dapat digunakan sebagai pestisida. Buah cabai
merah mempunyai kandungan capsicin yang dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati (Wakano,2013). Cabai merah dapat digunakan untuk
mengendalikan hama. persentase konsentrasi ekstrak cabai merah

berpengaruh terhadap mortalitas dan intensitas kerusakan pada hama ulat
titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). Selanjutnya ditambahkan
oleh Pracaya (2010) mengemukakan bahwa buah cabai merah (Capsicum annuum
L.) juga dapat digunakan untuk membasmi.Capsaicin terdapat pada plasenta
buah, tempat melekatnya biji (Astawan dan Kasih, 2008). Capsaicin yang
merupakan sebuah alkaloid, digunakan sebagai aditif makanan untuk
memberikan rasa pedas dalam makanan yang diformulasikan.capsaicin
diklasifikasikan sebagai iritan, menyebabkan sensasi terbakar lokal,
eritema, atau menyengat, dan aerosol capsaicin dapat menyebabkan batuk
atau bersin. Oleh karena itu, capsaicin harus ditangani dengan hati-hati
(Katritzky, 2003).

DAUN

1 TANAMAN UTUH BUNGA

sumber :

http://www.plantsoftheworldo
nline.org/

BUAH

sumber : sumber :

http://www.plantsoftheworldo http://www.plantsoftheworldo
nline.org/ nline.org/

sumber :

pribadi

Kingdom Plantae

CABAI RAWIT Divisio Spermatophyta
Class Dicotyledoneae

Capsicum frutescens Order Solanales
Family Solanaceae
L.
Genus Capsicum

Species Capsicum frutescens L.

(Linnaeus,1753)

Oleh: Azhar Fauzan Fawazillah (057)

cabai rawit merupakan komoditas sayuran yang memiliki ekonomi tinggi dan
dijadikan komoditas sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Indonesia dengan
harga jual yang tinggi. tanaman cabai rawit awalnya merupakan tanaman local
dari amerika tengah, lalu tersebar menuju negara-negara tropis dan subtropic
hingga tumbuh di alam liar (Tjandra, 2011).

Capsicum frutescens L.

Capsicum frutescens L.., Sp. Pl.: 189 (1753); Christopherson, E. (1935); Yuncker, T.G. (1959); Sykes,
W.R. (1970); Fosberg, F.R. & Renvoize, S.A. (1980); Purdie, R.W., Symon, D.E. & Haegi, L. (1982);
Troupin, G. (ed.) (1985); Nasir, Y.J. (1985); Kobayashi, S. & Ono, M. (1987); MacKee, H.S. (1994);
Welsh, S.L. (1998); Scott, A.J. (2000); Gonçalves, A.E. (2005); van Proosdij, A.S.J. (2012)

Tanaman perdu memiliki tinggi 50-135 cm tumbuh tegak lurus keatas.
Akar: tunggang (30-60 cm). Daun: tunggal, bertangkai silindris, Helaian
daun bentuknya bulat telur lanset memanjang , ujung menyempit, pangkal
runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Batang:
kaku, tidak bertrikoma, berwarna hijau tua. Bunga: terletak di ujung,
bertangkai tegak, berwarna putih kehijauan ataupun ungu, mahkota
berjumlah 4-7 helai berbentuk bintang, bunga tunggal, hermafrodit.
Biji: bentuk pipih kecil dan memiliki warna kuning pudar. Buah: Buah
buni bulat telur memanjang, buah warnanya merah, rasanya sangat pedas,
dengan ujung yang mengangguk 1,5-2,5 cm. Buah cabai rawit tumbuh tegak
mengarah ke atas. Buah yang masih muda berwarna putih kehijauan atau
hijau tua (Tjandra, 2011).

nama lokal : lombok japlak, mengkreng, cengis, ceplik, atau cempling
(jawa), cengek (Sunda), lada limi, pentek (Nias dan Gayo) (Tjandra,
2011).

Sebagai biopestisida

buah cabai rawit (Capsicum frutescens) dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida atau/insektisida. Minyak nabati dari cabai rawit dapat
digunakan untuk mengendalikan semut, apids dan Sitophilus oryzae dan
anti virus yang mengganggu atau menjadi hama bagi tanaman sayuran. Hal
ini terjadi dikarenakan terdapat kandungan Capsicin dari cabai rawit
(Wakano,2013). Kapsaisin merupakan suatu komponen aktif dari cabai, yang
terdapat di setiap tanaman bergenus Capsicum. Zat ini memberikan dampak
berupa iritasi pada mamalia, serta menghasilkan sensasi terbakar pada
jaringan yang saling bersentuh. Kapsaisin merupakan metabolit sekunder
yang tercipta dari senyawa kapsaikinoida. fungsi alami dari senyawa itu
sendiri untuk melindungi diri dari manalia ataupun jamur (Ali, 2015)

DAUN

1 TANAMAN UTUH BUNGA

sumber :

aitong.moe.edu.sg

BUAH

sumber : sumber :

pribadi backyardnature.net/

sumber :

pribadi

TOMAT Kingdom Plantae
Solanum Divisio Spermatophyta
lycopersicum Class Dicotyledoneae
Order Solanales
L. Family Solanaceae
Genus Solanum
Species Solanum lycopersicum

Oleh: Azhar Fauzan Fawazillah (057) (Linnaeus,1758)

Tomat merupakan tanaman komoditas yang tergolong kedalam tanaman semusim
(annual), artinya tanaman ini hanya dapat sekali menghasilkan buah
(berproduksi), setelah itu mati. Persebaran tanaman tomat berawal dari negara
amerika, lebih tepatnya daerah Andean yang merupakan bagian dari negara
Bolivia, Cili, Colombia, Ekuador, dan Peru. Pada awalnya tanaman ini dianggap
sebagai gulma, hingga akhirnya dimanfaatkan menjadi komoditas (Setiawan,2015).

Solanum lycopersicum L.

Solanum lycopersicum L.., Sp. Pl.: 185 (1753);Abdulina, S.A. (1999); Jones, R.L. (2005) ;Gonçalves, A.E.
(2005) ; Mohlenbrock, R.H. (2014) ; Sykes, W.R. (2016); Sarder, N.U. & Hassan, M.A.(2018

TTanaman herba, tinggi 0,6-1,5 m. Akar: tunggang dengan akar samping
yang menjalar ke samping. Daun: majemuk, bertangkai silindris
(panjangnya 7-10 cm), letak berdekatan. Helaian daun berbentuk oval
(Panjang 20-30cm, lebar 16-20 cm), ujung runcing (acutus), pangkal
membulat (obtusus), tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 1,5-
12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. Terdapat bulu-bulu halus Batang:
bervariasi, tegak atau menjalar, padat, merambat, berwarna hijau,
berbentuk silinder dan ditumbuhi rambut-rambut halus berwarna hijau.
Bunga: berwarna kuning cerah, hermafrodit, melakukan penyerbukan
sendiri, tangkai bunga terdapat 5 – 10 bunga. Buah: bervariasi warna,
kuning , oranye hingga merah., berdaging, mengandung air, bertekstur
mengkilat dan lunak, memiliki Panjang 3 - 5 mm dan lebar 2 - 4 mm,
memiliki rasa asam kemannisan (Setiawan,2015).

nama lokal : terong kaluwat,reteng,cung asam(sumatera), kemir, leunca
komir (sunda), ranti bali, terong sabrang (Jawa), kamantes, samate,
samatet, samante, temantes, lpmantes (Sulawesi) (Setiawan,2015).

manfaat : kandungan yang terdapat dalam buah tomat kaya akan vitamin,
seperti terdapat vitamin C untuk memelihara kesehatan gusi dan gigi.
Vitamin A yang berfungsi untuk kesehatan organ penglihatan, sistem
kekebalan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Sari buah tomat mengandung
vitamin dan mineral yang cukup lengkap (Setiawan,2015).

Sebagai biopestisida

Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida berkat sifat alaminya. Tomat memiliki sikap repelan sehingga
dijauhi serangga. Tomat mempunyai kandungan kimia: alkaloid solanin
(0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sirat, bioflavonoid dan
tomatin. Bagian tanaman yang digunakan sebagai pestisida alami: daun,
batang dan ranting. Senyawa solanin dalam tomat berperan penting dalam
proteksi tubuh tomat dari hama, solanin adalah racun kelompok
glikoalkaloid. Solanin ada di semua tumbuhan famili Solanaceae. Senyawa
ini ada di semua organ tumbuhan baik daun, buah dan umbi. Solanine
merupakan metabolit sekunder yang dapat memiliki aktivitas fungsiodal
dan pestisidal untuk melindungi tumbuhan dari hewan herbivora. Selain
untuk proteksi tanaman, solanin pun dapat mengganggu siklus
metamorphosis pada nyamuk dibantu dengan senyawa saponin yang bersifat
sabun (Purbowati, 2017)

DAUN

1 TANAMAN UTUH BUNGA

sumber :

http://www.plantsoftheworldo
nline.org/

BUAH

sumber : sumber :

http://www.plantsoftheworldo http://www.plantsoftheworldo
nline.org/ nline.org/

sumber :

pribadi

PINANG Kingdom Plantae
Areca catechu Divisio Spermatophyta
Class Dicotyledoneae
Order Arecales
Family Arecaceae
Genus Areca
Species Areca catechu

Oleh: Azhar Fauzan Fawazillah (057) (Linnaeus,1758)

Pinang merupakan tumbuhan yang memiliki ragam manfaat, selain dikonsumsi
dapat juga dikembangkan menjadi bahan kosmetik, kesehatan, hingga industri
tekstil. Persebaran tumbuhan ini tersebar di wilayah India, Malaysia,
Taiwan, Indonesia dan negara asia lainnya (Jaiswal et al., 2011).

Areca catechu

Areca catechu L.., Sp. Pl.: 1189 (1753);Govaerts, R. (1995); Watling, D. (2005); Govaerts, R. &
Dransfield, J. (2005); Takeuchi, W. (2005); Meyer, J.-Y., Lavergne, C. & Hodel, D.R. (2008); Pandey,

R.P. & Dilwakar, P.G. (2008); Henderson, A. (2009); Choudhary, R.K., Srivastava, R.C., Das, A.K. &
Lee, J. (2012)

Tanaman herba, tinggi 12-30 m. Akar: serabut berwarna putih. Daun:
majemuk, bertangkai pendek, pelepah daun berbentuk tabung, daun
berbentuk pipih memanjang, warna daun hijau tua menjadi kuning.
Pinggiran daun bergerigi. Batang: tegak lurus bergaris tengah,
ketinggian 24m dan diameter 15 cm, warna batang coklat tua. Bunga:
tangkai bunga berukuran pendek, tongkol bunga spatha gampang rontok,
memiliki warna kuning putih. Biji : berbentuk bulat telur, warna merah
semu oranye, Panjang biji 3,5 -7 cm. buah : berbentuk bola berwarna
hijau (Steenis,1981)

nama lokal : renceh, mindi kecil (Sumatra), gringging, mindi, cakra-
cikri (Jawa), pining (Batak Toba), pineung (Aceh), penang (Madura),
jambe (sunda), bua,ua,wua,pua,fua,hua (Nusa Tenggara dan Maluku)
(Titin,2008 ; Heyne,1987).

Sebagai biopestisida

ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana) sudah menjadi bulanan bagi
petani setempat karena merusak kubis dan menjadi hama, diperlukan
pestisida nabati untuk menangkal ulat tersebut. Pestisida nabati
tersebut dapat dibuat dengan mennggunakan biji pinang muda (Areca
catechu L.). Hal ini dikarenakan terdapat bahan aktif yang tinggi berada
pada buah pinang yang masih muda (Haditomo, 2010). Biji pinang (Areca
catechu L.) memiliki kandungan bahan aktif berupa zat arekolin sejenis
alkaloid,bahan aktif tersebut dapat mengganggu pernafasan serangga dan
menyebabkan kelumpuhan (Eri, dkk., 2013).

DAUN

1 TANAMAN UTUH BUNGA

sumber : sumber : sumber :

http://www.plantsoftheworldo http://www.plantsoftheworldo http://www.plantsoftheworldo
nline.org/ nline.org/ nline.org/

BUAH

sumber :

http://www.plantsoftheworldo
nline.org/

JARAK Kingdom Plantae
Ricinus communis Divisio Tracheophyta
Class angiosperms
Order Malpighiales
Family Euphorbiaceae
Genus Ricinus
Species Ricinus communis

Oleh: Azhar Fauzan Fawazillah (057) (Linnaeus,1753)

tanaman jarak merupakan tanaman asal Ethiopia (Afrika), persebaran luas
tanaman jarak diawali oleh bangsa portugis dan spanyol yang diberi nama
“Castor”. Nama latin dari tanaman jarak disebut Ricinus yang memiliki arti
serangga karena bijinya berbentuikk seperti serangga (Weiss, 1971)

Ricinus communis

Ricinus communis L.., Sp. Pl.: 1007 (1753);Guinea, E. (1948); Boulvert, Y. (1977); Brunel, J.F.,
Smith, A.C. (1981); Hiepo, P. & Scholz, H.(1984) ;Boudet, G., Lebrun, J.P. & Demange, R. (1986);
Zizka, G. (1991); MacKee, H.S. (1994); Florence, J. (1997); Balakrishnan, N.P. & Chakrabarty, T.
(2007); Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T. (2012)

Tanaman perdu, tinggi 1-7 m. Akar: tunggang, akar samping melebar, akar
rambut banyak. Daun: tangkai daun Panjang berukuran 4-15 cm, bentuk
daun berlekuk sudut tiga atau lima, daun berukuran lebar dan membulat
seperti telur, tepi daun bergerigi, Panjang 5-15 cm, tulang daun
menjari, warna daun hijau muda hingga hijau tua. Batang: beruas-ruas,
tiap ruas memiliki buku-buku, permukaan mengandung lilin, warna
bervariasi dari hijau tua, hingga merah muda sampai merah kecoklatan,
indeterminate. Bunga: berbentuk karangan/tandan bunga, berumah satu,
hermafrodit, tidak mempunyai daun mahkota, mempunyai 3-5 kelopak bunga,
kepala sari berwarna kekuningan, bunga betina mempunyai 3 bakal biji,
kepala putik berwarna merah jambu Biji : berbentuk berbintik-bintik,
berwana putih, kecoklatan hingga berwarna hitam, memiliki kulit yang
keras, epigeal, bentuk biji lonjong (oval). Buah : berbentuk bulat
kapsul, berwarnaa hijau (muda-tua), berambut/berduri ada juga yang
tidak, terdapat lapisan lilin Ketika buah muda (Weiss, 1971)

nama lokal : kuman nema (Alor), kalekhe pagar (Madura), katodo
(Maluku), jarak cina (Jawa), jarak kosta (Sunda), paleng kaliki (Bugis)
dan tondo utomene (Sulawesi)

Sebagai biopestisida

minyak nabati dari tanaman jarak (Ricinus communis) merupakan tanaman
yang memiliki toksitisitas terhadap serangga. Biji tanaman jarak
mengandung minyak ± 40-60%, komposisi dari minyak tersebut terdiri atas
bermacam-macam trigliserida, asam palmitat, asam risinoleat, asam
isorisinoleat dan beberapa macam toksalbumim yang dinamakan risin yang
bersifat toksik (beracun) terhadap serangga, senyawa risin tersebut
dapat mempengaruhi proses pregantian kulit pada serangga yang abnormal,
hingga berdampak serangga tersebut menjadi steril (Amir,2013)

DAUN

1 TANAMAN UTUH BUNGA

sumber : sumber : sumber :

http://www.plantsoftheworldo http://www.plantsoftheworldo http://www.plantsoftheworldo
nline.org/ nline.org/ nline.org/

BUAH

sumber :

http://www.plantsoftheworldo
nline.org/

JAHE Kingdom Plantae
Divisi Tracheophyta
Zingiber officinale Class Magnoliopsida
Rosc. Order Zingiberales
Family Zingiberaceae
Genus Zingiber
Species Zingiber officinale

Oleh: Felicia Alifah (015) (Roscoe, 1807)

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang

termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Nama Zingiber berasal dari bahasa

Sansekerta “singabera” (Rosengarten 1973) dan Yunani “Zingiberi” (Purseglove et

al., 1981) yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang jahe mirip dengan tanduk

rusa. Officinale merupakan bahasa latin (officina) yang berarti digunakan dalam

farmasi atau pengobatan (Janson, 1981). Jahe adalah rempah berasal dari Asia

Selatan, dan sekarang telah tersebar ke seluruh dunia. Senyawa kimia aktif yang

juga terkandung dalam jahe yang bersifat anti-inflamasi dan antioksidan, adalah

gingerol, beta-caroten, capsaicin, asam cafeic, curcumin dan salicilat (Ware,

2017). Zingiber officinale Rosc.

Zingiber officinale Rosc., Trans. Linn. Soc. London. (1807) 8; Ahmed, Z.U., Encyclopedia of Flora and
Fauna of Bangladesh (2008) 12; Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T., Catalogue of seed plants of the

West Indies Smithsonian Contributions to Botany (2012) 98.

Pertelaan: Habitus: terna tahunan, tegak, tinggi 30-60 cm. Akar: serabut,

berwarna putih kotor. Rimpangnya bercabang-cabang, tebal dan agak melebar

(tidak silindris), berwarna kuning pucat. Bagian dalam rimpang berserat

agak kasar, berwarna kuning muda dengan ujung merah muda. Rimpang berbau

khas, dan rasanya pedas menyegarkan. Batang: rimpang (rhizoma) berbentuk

bulat (teres); permukaan batang semu berwarna putih kehijauan (Janson,

1981). Daun: tunggal, berwarna hijau tua. Daun 20-40 cm dan lebarnya

sekitar 2-4 cm. Tangkai daun; helaian daun berbangun lanset

(lanceolatus); tepi daun rata (integer); pangkal daun tumpul (obtusus);

ujung daun runcing (acutus); pada permukaan atas daun licin sedangkan

permukaan bawah agak suram (opacus) dan sedikit berbulu (pilosus); urat

daun mencapai tepi daun; tekstur daun tipis lunak (herbaceus); daun

memiliki warna hijau padapermukaan atas dan agak suram pada permukaan

bawah. Bunga: majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan panjangnya

lebih kurang 25 cm, berwarna hijau merah. Kelopak berbentuk tabung,

bergigi tiga. Mahkota bunga berbentuk corong panjangnya. 2 - 2,5 cm,

berwarna ungu. Buah: berbentuk bulat panjang, berkulit tipis berwarna

merah yang memiliki tiga ruang berisi masing masing banyak bakal biji

berwarna hitam (Rugayah 1994). Biji: bulat berwarna hitam (Lestari,

2020).

Nama lokal: Halia (Aceh); Bahing, Jahi, Sipadeh, Sipodeh (Padang); Jae,

Jahe, Jhai,(Jawa); Lai, Tipakan (Kalimantan), Pase, Luya, Moyuman,

Melito, Yuyo, Laia,(Sulawesi); Lali, Marman (Irian); Jae (Bali); Hairalo,

Sehi (Maluku)

Sebagai biopestisida

Manfaat: Jahe bermanfaat untuk bahan bumbu masakan, bahan obat herbal dan
bahan minuman. Jahe dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal karena
mengandung minyak atsiri dengan senyawa kimia aktif, seperti: zingiberin,
kamfer, lemonin, borneol, shogaol, sineol, fellandren, zingiberol,
gingerol, dan zingeron yang berkhasiat dalam mencegah dan mengobati
berbagai penyakit (Goulart, 1995). Menurut Ware (2017), jahe berkhasiat
untuk mengatasi gangguan pencernaan yang berisiko terhadap kanker usus
besar dan sembelit, menyembuhkan penyakit flu, meredakan mual-mual pada
wanita yang sedang hamil, mengurangi rasa sakit saat siklus menstruasi,
mengurangi risiko serangan kanker colorectal, dan membantu meningkatkan
kesehatan jantung.

Rimpang jahe mengandung 2 komponen utama yaitu (1) komponen volatile dan
(2) komponen non-volatile. Komponen volatile terdiri dari oleoresin (4,0-
7,5%), yang bertanggung jawab terhadap aroma jahe (minyak atsiri) dengan
komponen terbanyak adalah zingiberen dan zingiberol. (Hernani dan Mulyono
1997), dan memiliki nilai ekonomi tinggi karena banyak digunakan dalam
industri parfum, kosmetik, essence, farmasi dan flavoring agent. Komponen
non-volatile pada jahe bertanggung jawab terhadap rasa pedas, salah satu
diantaranya adalah gingerol.

DAUN

UMBI BUNGA

http://www.tramil.net/en/node/50566

http://powo.science.kew.org/taxon/u
rn:lsid:ipni.org:names:798372-

Kingdom Plantae
Tracheophyta
PEPAYA Divisi Magnoliopsida
Class Brassicales
Order Caricaceae
Carica
Carica papaya L. Family Carica papaya
Genus

Species

Oleh: Felicia Alifah (015) (Linnaeus, 1758)

Tanaman pepaya adalah salah satu sumber protein nabati. Pepaya
(Carica papaya L.) merupakan tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di
Indonesia (Pangesti dkk, 2013). Pepaya termasuk keluarga Caricaceae yang
berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Famili ini terdiri dari
empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylicomorpha. Tiga
genus pertama merupakan asli dari Amerika dan satu genus, yaitu
Cylicomorpha dari Afrika (Yon, 1994). Pepaya merupakan salah satu
komoditas buah secara internasional, baik dalam bentuk buah segar maupun
sebagai produk olahan (Sankat dan Maharaj, 1997).

Carica papaya L.

Carica papaya L., Sp. Pl. (1753) 1036; alick, M. J., M. H. Nee & D.E. Atha., Checklist of the
vascular plants of Belize Memoirs of the New York Botanical Garden (2000) 85; Acevedo-
Rodríguez, P. & Strong, M.T., Catalogue of seed plants of the West Indies Smithsonian
Contributions to Botany (2012) 98.

Pertelaan: Habitus: herba, Tinggi 5-10 m (Tyas, 2008). Akar: tunggang,
bentuk akar bulat dan berwarna putih kekuningan (Tyas, 2008). Batang:
berbentuk bulat lurus, tidak berkayu; tangkai daun: panjang, bulat, dan
berlubang. Daun: bertulang menjari, warna permukaan atas hijau-tua, warna
permukaan bawah hijau-muda (Suprapti, 2005). Diameter daun; 20-75 cm;
tangkai daun: berongga, panjang 20-100 cm. Bangun bulat (orbicularis),
ujung daun meruncing (acuminatus), bertulang daun menjari (palminervis),
permukaan daun licin laevis. Bunga: berwarna putih kekuningan, poligam
(poyigamus), terdapat bunga jantan (masculus), bunga betina (femiculus)
dan bunga banci bersama-sama (gynomonoecus). Buah: berbentuk bulat hingga
memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua
kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya; tangkai buah pendek.
Tipe buah berry. Buah sejati tunggal. Buah buni (bacca). Biji: bulat,
berwarna hitam (Muhlisah, 2007).

Nama lokal: Peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatera),pisang malaka,
bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa, padu (Nusa Tenggara), kalapay,
kaliki, unti jawa (Sulawesi)

Sebagai biopestisida

Manfaat:

Penyehat mata oleh karena buah pepaya kaya vitamin A (91,5 IU/100 g)

(Salunkhe et al., 1991)

Pelangsing tubuh oleh karena papain penghancur lemak dan vitamin C (55

mg/100 g) (Salunkhe et al., 1991)

Peluruh empedu, air seni dan melancarkan ASI serta abortivum (Salunkhe

et al., 1991)

Secara tradisional mudah dibudidayakan oleh petani, menjadikan komoditas

pepaya sebagai salah satu komoditas yang strategis untuk memenuhi

sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat Indonesia (Fatria &

Noflindawati, 2014).

Menurut Rukmana (2013) menyatakan bahwa semua bagian tumbuhan pepaya

mempunyai manfaat, antara lain:

Akarnya bisa digunakan sebagai obat cacing kremi, ginjal, dan kandung

kencing

Daunnya dapat dimanfaatkan untuk lalapan, menambah nafsu makan, sumber

vitamin A, mengobati penyakit beri-beri, obat malaria, demam berdarah,

kejang perut, dan sakit panas

Batangnya dapat diambil untuk pakan ternak

Bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan bunga hias

Buahnya dapat dimanfaatkan untuk sayuran, buah, bahan manisan, puree,

campuran saus tomat, pasta, dan juice

Bijinya bermanfaat untuk mengurangi berat badan, obat cacing, dan

mengeluarkan keringat bagi penderita masuk angin

Getahnya bermanfaat untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit pada

industri penyamakan kulit, bahan baku industri farmasi, dan bahan

kosmetik. BUAH

1 TANAMAN UTUH BIJI DAN BUAH

BUNGA

https://beritabeta.com/jarang-diketahui- http://metroterkini.com/news/detail/
bunga-pepaya-punyaragam-khasiat-bagi- 36060/Sehat/nondaerahbiji-pepaya-
kesehatan ampuh-obati-maag-tanpa-kambuh

PUTRI MALU Kingdom Plantae
Division Tracheophyta
Mimosa pudica L. Class Magnoliopsida
Order Fabales
Family Fabaceae
Genus Mimosa
Species Mimosa pudica

Oleh: Felicia Alifah (015) (Linnaeus, 1753)

Mimosa pudica L. atau putri malu merupakan tumbuhan dari keluarga Fabaceae-
Mimosoideae yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Bagian daun
putri malu memiliki sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sentuhan atau panas
yang menyebabkan daun menguncup (Volkov et al., 2010). Di negara lain tumbuhan
ini disebut juga rumput tidur, chuimui, lajwanti, humble plant, tumbuhan
sensitive dan sebagainya. Secara tradisional putri malu sering digunakan dalam
system pengobatan tradisional seperti, Ayurveda, Greco-Arab (Unanni), dan
pengbatan China (Krishnaswamy et al., 2008)

Gerak tanaman putri malu menutup daunnya disebut dengan seismonati, yang
walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerak
tigmonasti daun putri malu menutup tidak peduli darimana datangnya arah
rangsangan. Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah
kembali setelah matahari terbit. Tanaman putri malu menutup daunnya untuk
melindungi diri dari hewan pemakan xv tumbuhan (herbivora) yang ingin
memakannya. Tumbuhan putri malu membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai
untuk dapat tumbuh dengan baik. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang
beriklim tropis seperti Indonesia dengan ketinggian 1 - 1200 m di atas
permukaan laut (Faridah, 2007).

Mimosa pudica L.

Mimosa pudica L., Sp. Pl. (1753) 518; Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T., Aké Assi, L., Flore de la
Côte-d'Ivoire: catalogue systématique, biogéographie et écologie. I Boissiera (2001) 57; Barua, K.N. &
Khatry, P.K., Alien forest weeds in upper Brahmaputra valler and hill zones of Assam Journal of Economic
and Taxonomic Botany (2009) 33; Catalogue of seed plants of the West Indies Smithsonian Contributions to
Botany (2012) 98; Forero, E. & Castellanos, C. (eds.)., Estudios en Leguminosas Colombianas (2019) 3.

Pertelaan: Habitus: semak. Akar: tunggang berwarna putih kekuningan,
diameter 1 - 5 mm (Dalimartha, 2008). Batang: berbentuk bulat, berbulu,
dan berduri tajam. Bulu halus dan tipis berwarna putih panjang 1 - 2 mm.
Batang muda berwarna hijau mencolok dan batang tua berwarna merah
(Dalimartha, 2008). Daun: majemuk menyirip berganda dua yang sempurna.
Jumlah anak daun setiap sirip 5 - 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk
memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata,
permukaan atas dan bawah licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1 - 3 mm,
bewarna hijau, umumnya tepi daun berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan
melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4
- 5,5 cm. Bunga: berbentuk bulat seperti bola, bertangkai, berwarna
ungu/merah. Kelopak sangat kecil, bergigi empat, seperti selaput putih.
Tabung mahkota kecil, bertaju empat, seperti selaput putih. Buah:
berbentuk polong, pipih seperti garis. Biji: bulat dan pipih.

Sebagai biopestisida

Nama Lokal: sihirput, sikerput (Batak); padang getap (Bali); daun kaget-
kaget (Manado); rebah bangun (Minangkabau); kucingan (Jawa); rondo kagit
(Sunda); todusan (Madura); Jabe-jabe (Bugis dan Makassar)

Manfaat:
Dari daun hingga ke akarnya, tanaman ini berkhasiat untuk transquilizer
(penenang), ekspektoran (peluruh dahak), diuretic (peluruh air seni),
antitusif (antibatuk), antipiretik (penurun panas), dan antiradang. Putri
malu bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit lain seperti radang
mata akut, kencing batu, panas tinggi pada anak-anak, cacingan, imsonia,
peradangan saluran napas (bronchitis), dan herpes. Pemanfaatan untuk obat
dapat dilakukan dengan cara diminum maupun sebagai obat luar (Arisandi &
Andriani, 2008).Pemakaian akar putri malu dalam dosis yang tinggi bisa
mengakibatkan keracunan dan muntah-muntah. Wanita hamil juga dilarang minum
ramuan tersebut karena bisa membahayakan janin (Siswono, 2008).

Tanaman putri malu memiliki beberapa kandungan yang berkhasiat untuk
dijadikan sebagai sumber obat-obatan. Kandungan tersebut di antaranya yaitu
alkaloid, glikosida, flavonoid, dan tanin. Flavonoid merupakan kelompok
senyawa alami yang memiliki variabel struktur fenolik yang dapat ditemukan
pada tanaman (Kumaresan et al., 2015).

BUNGA DAN BIJI 1 TANAMAN UTUH

1 TANAMAN UTUH

https://amsar.com/product/mimosa-pudica-seed-
extract

SIRIH Kingdom Plantae
Division Tracheophyta
Piper betle L. Class Magnoliopsida
Order Piperales
Family Piperaceae
Genus Piper
Species Piper betle

Oleh: Felicia Alifah (015) (Linnaeus, 1753)

Daun sirih hijau (Piper betle L.) merupakan tanaman yang telah terbukti
secara ilmiah memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Tanaman sirih hijau
tumbuh subur disepanjang Asia tropis hingga Afrika Timurmenyebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India hingga
Madagaskar. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Putri, 2010).

Masyarakat lokal di Asia termasuk Indonesia memiliki kebiasaan mengunyah
daun/bunga sirih yang disebut menyirih. Alasan masyarakat untuk menyirih
antara lain: menjaga kesehatan mulut dan gigi, mengurangi stress,
memperkuat gigi (Sengupta, 2012), dan merupakan bagian dari budaya
(Silalahi, 2015). Walaupun menyirih banyak dihubungkan dengan menjaga
kesehatan, namun hal yang berbeda dinyatakan oleh Liu et al. (Liu et al.,
2000). menyatakan bahwa menyirih dapat peningkatan risiko karsinoma sel
skuamosa mulut karena kandungan safrole sirih.

Piper betle L.

Piper betle L., Sp. Pl. (1753) 28; Das, A.P., Samanta, A.K. & Biswas, K., A census of Piper L.
(Piperaceae) in Terai, Duars and the hills of Darjeeling and Sikkim Himalayas Pleione (2010)
4; Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T., Catalogue of seed plants of the West Indies
Smithsonian Contributions to Botany (2012) 98; Baksh-Comeau, Y., Maharaj, S.S., Adams, C.D.,
Harris, S.A., Filer, D.L. & Hawthorne, W.D., An annotated checklist of the vascular plants of
Trinidad and Tobago with analysis of vegetation types and botanical 'hotspots' Phytotaxa
(2016) 250.

Pertelaan:
Habitus: merambat. Akar: tunggang, berwarna coklat kuning. Batang:
beruas-ruas, beralur, hijau, menggembung pada buku-bukunya. Daun:
bervariasi, duduk daun berseling; tangkai daun 2,5- 7 cm. Helaian daun
membundar telur, pangkal menjantung atau membulat, permukaan atas halus
dan permukaan bawah agak kasar; pertulangan jelas, permukaan bawahagak
kemerahan pada daun muda (Munawaroh, 2017). Bunga: silinder, menggantung,
majemuk. Buah: Buni, bulat berwarna hijau keabu-abuan. Biji: bulat.

Nama Lokal: Suruh (Jawa); seureuh (Sunda); base (Bali); leko, kowak,
malo, malu (Nusa Tenggara); dentie, parigi, gamyeng (Sulawesi); gies,
bido (Maluku); sirih, ranub, sereh, surieh (Melayu); sere (Madura)
(Tjitrosoepomo, 1994).

Sebagai biopestisida

Manfaat:
Digunakan secara turun temurun untuk pengobatan tradisional seperti
pengobatan batuk, sakit gigi, penyegar dan sebagainya. Bagian-bagian dari
tanaman sirih seperti akar, biji dan daun berpotensi untuk pengobatan
tetapi yang paling sering dimanfaatkan untuk pengobatan adalah bagian
daunnya. Pemanfaatan tradisional ini disebabkan adanya sejumlah zat kimia
atau bahan alami yang punya aktivitas sebagai senyawa antimikroba. Komponen
aktif dari sirih terdapat dalam minyak atsiri dan kandungannya dipengaruhi
oleh umur dan Janis daun. Menurut Jenn dan Chou (1997) dalam daun sirih
terdapat eugenoldan hidroksifanol yang mempunyai aktivitas antimikroba
(Putri, 2019).

Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent, dan
antiseptik. Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid,
polifenol, dan minyak astari. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai
antimikroba. Senyawa ini akan mersak membran sitoplasma dan membunuh sel.
Senyawa flavonoid diduga memiliki mekanisme kerja mendenaturasi protein sel
bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Aiello, 2012)

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak astari 1-
4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C,
yodium, gula dan pati (Carolia & Noventi, 2016).

DAUN

1 TANAMAN UTUH BUNGA

https://garden.org/plants/photo/412731

KELADI HUTAN Kingdom Plantae
Divisi Tracheophyta
Colocasia Class Magnoliopsida
esculenta (L.) Order Alismatales
Family Araceae
Schoot Genus Colocasia
Species Colocasia esculenta
Oleh: Felicia Alifah (015)
(Schoot, 1832)

Talas (Colocasia esculenta) merupakan tanaman yang sudah lama dibudidayakan di
Indonesia yang berasal dari genus Colocasia dan termasuk ke dalam famili
Araceae. Famili ini terdiri atas 118 genus dan lebih dari 3.000 spesies (Boyce
dan Croat 2017). Tanaman talas merupakan salah satu tanaman umbi-umbian minor
yang dapat digunakan sebagai tanaman pangan dan termasuk jenis tanaman
monokotil yang seringkali dibudidayakan di daerah tropis dengan curah hujan
cukup (175±250 cm/tahun). Tanaman ini dapat hidup di dataran rendah sampai
ketinggian 2.700 mdpl dengan suhu sekitar 21±27ºC (Minantyorini dan Hanarida
2002).

Colocasia esculenta (L.) Schoot

Colocasia esculenta (L.) Schoot., H.W.Schott & S.L.Endlicher, Melet. Bot. (1832) 18; Ananda
Rao, T. & Ellis, J.L., Flora of Lakshadweep islands off the Malabar coast, peninsular India,
with emphasis on phytogeographical distribution of plants Journal of Economic and Taxonomic

Botany (1995) 19; Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T., Monocotyledons and Gymnosperms of
Puerto Rico and the Virgin Islands Contributions from the United States National Herbarium

(2005) 52.

Pertelaan:
Habitus: herba tinggi 3 5–120 cm. Akar: serabut, liar dan pendek.
Batang: panjang tangkai bunga 15-60 cm. umbi dengan tinggi 0,4 hingga 1,5
m. Tumbuh tegak atau memanjat, jarang berkayu. Daun: Daun berbentuk
perisai, berwarna hijau dan terkadang agak kekuning-kuningan. Panjang
daun berkisar antara20-50 cm.Pangkal daun berlekuk (emarginatus)dan
ujungnya meruncing (acuminatus). Tepi daun rata, dengan pertulangan
daunmenjari (palminervis) dan tipe peruratan daun memata jala.Daging daun
seperti kertas(papyraceus) tipis tapi kuat (Hidayat, 1994). Permukaan
daun bagian bawah berlapis lilin (pruinosus), dan memiliki tekstur yang
kasar, atas daun berwarna lebih cerah. Bunga: tongkol berjumlah 2-3.
Buah: buni. Biji: bulat telur, panjang ± 2 mm.

Nama Lokal: Eumpeu (Aceh), talo (Nias), bete (Manado dan Ternate), kaladi
(Ambon) kaladi, kuladi, taleh (Minangkabau), keladi, talos (Lampung),
bolang, taleus (Sunda), tales (Jawa), tales, kaladi (Madura), kladi,
tales (Bali), aladi (Gorontalo dan Bugis), talak (Tolitoli), paco
(Makassar), komo (Tidore) (Purnomo dan Purnamawati, 2007).

Sebagai biopestisida

Manfaat:
Talas(Colocasia esculenta L.)merupakan salah satu tanaman pangan yang

berpotensi sebagai sumber karbohidratdalam diversifikasi pangan. Sekitar
10% penduduk dunia mengonsumsi talas sebagai pangan. Jenis tanaman ini
tidak menuntut syarat tumbuh yang khusus dan merupakan sumber pangan yang
penting karena umbinya memiliki nilai gizi yang cukup baik (Sulistyowati et
al., 2014). Talas dikonsumsi dalam bentuk umbi, dalam keadaan matang dengan
cara direbus, digoreng, ataupun dibakar, sedangkan daun dan tangkai daunnya
dapat digunakan sebagai sayuran. Pemanasan diperlukan untuk menghilangkan
rasa gatal yang terdapat dalamtalas mentah yang me-ngandung kalsium oksalat
(Setyowati et al., 2007). Umbi talas merupakan bahan pangan yang rendah
lemak, bebas gluten,dan mudah dicernakarena mengandung serat yang cukup
tinggi untuk mem-perlancar kerja pencernaan (Hassan, 2014). Bubur talas
dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi bayi dengan tingkat
alergi yang rendah. Talas juga dapat diambil tepungnya untuk dipakai
sebagai pengganti tepung terigu (Wulaningsih dkk, 2019).

Tanaman talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak, vitamin
dan mineral, selain itu pada sebagian talas mengandung kristal kalsium
oksalat yang menyebabkan rasa gatal (Ekowati, 2015). Umbi talas memiliki
kandungan flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, alkaloid, tarin (lektin).
Flavonoid yang terkandung dalam umbi talas adalah orientin, isoorientin,
vitexin, isovitexin, luteolin7-O-glucoside dan luteolin-7-O-rutinoside (Li,
2014).

BUNGA

BUAH

DAUN

https://www.flowersofindia.net/catalog/slides/Taro.htm

UMBI

https://fairdinkumseeds.com/products- http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/09/tala
page/aquatic-swamp-and-moisture- s-colocasia-esculenta-l-schott

lovers/taro-root-colocasia-esculenta-
green-cocoyam-tuber

Kunyit Kingdom Plantae
Phylum Angiosperms
Curcuma longa L. Class Liliopsida
Order Zingiberales
Family Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcuma longa

Oleh:Sarah Khoerun Nisa (103) (Linnaeus, 1753)

Kunyit merupakan jenis tamanan yang termasuk ke dalam tumbuhan yang merumpun.
Tanaman kunyit tersusun atas akar, batang semu, rimpang, pelepah daun, daun,
tangkai bunga serta kuntum bunga. Tanaman kunyit ini memiliki kandungan utama
minyak astari, dimana minyak astari ini memiliki kandungan kurkuminoid yang
tersusun atas senyawa kurkumin yang bermanfaat sebagai antibakteri, antioksidam
dan antihepatotoksik. Tanaman kunyit dapat tumbuh di daerah tropis ataupun
daerah subtropis. Dan di Indonesia tumbuh di daerah-daerah dengan ketinggian ±
2.000 m dpl. Tanaman berasal dari wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara.
Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo–
Malaysia, Thailand, Cina, India, Vietnam, Taiwan, Filipina, Australia bahkan
Afrika Dengan media tanam tanah yang baik adalah jenis tanah berpasir, gembur,
subur, dan memiliki pengairan yang baik

Curcuma longa

p. Pl. 1: 2 (1753). – Lectotype (designated here): Herb. Hermann 3: 5, no. 7 (BM!); Epitype (designated
here): Sri Lanka, Kandy Dt., Peradeniya vicinity, Škornicˇková 73222 (BM!, Isoepi E!, K!, PDA!, SING!).
= Kua domestica Medik., Hist. & Commentat. Acad. Elect. Sci. Theod. – Palat. 6: 396 (1790) nom. superfl.

≡[therefore automatically homotypic with the replacedname (Art. 52.1)]. = Amomum curcuma Jacq., Hort.
Bot. Vindob. 3: 5, t. 4 (1776). Curcuma tinctoria Guibourt,

Tumbuhan herba menahun dengan tinggi 1 m, membentuk rimpang bercabang tinggi,
merumpun rapat, berwarna kuning hingga oranye, berbentuk silindris, dan
aromatik. Daun: tunggal, berseling dalam dua baris, lengkap mempunyai pelepah,
tangkai dan helai daun; pelepah daun membentuk batang semu; panjang tangkai daun
50 – 115 cm; panjang helai daun 76-115 cm, lebar 38-45 cm, berbentuk lanset
memanjang, jumlah 3-8; ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata; permukaan atas
berwarna hijau gelap, permukaan bawah hijau pucat; pertulangan menyirip; pucuk
berdaun (pseudostem). Bunga : majemuk, berada di ujung batang semu, panjang
bungan 20 cm; Braktea berwearna hijau muda berbentuk lonjong sampai oblong,
panjang 3-5 cm, ujung tumpul; Braktea terdapat juga pada ujung bunga majemuk
dimana ditempat tersebut tidak berbunga, berwarna putih sampai hijau, kadang-
kadang ungu kemerahan dan mengecil ke ujung; Bunga hermaprodit, zigomorp dan
terlipat 3; Ketiga sepal menyatu, panang 0.8-1.2 cm, berwarna putih, berambut
fluffy dan tiga gigi kelopak tidak sama besar; tiga sepal melebur menjadi
corolla berwarna kuning muda, panjang 3 cm; tiga helai corolla beukuran 1-1.5
cm, segitiga dengan duri lembut dibagian ujung; tangkai sari yang mengandung
serbuk sari berada di dalam lingkaran; tangkai sari yang lain berubah menjadi
staminode, dimana staminode luar lebih pendek dari labellum; labellum berwarna
kekuningan, dengan pita kuning di tengahnya berbentuk bulat telur terbalik
berukuran 1.2-2 cm. Buah : kapsul, terbelah tiga bagian. Biji : Kecil, berbentuk
bulat telur, berwarna coklat

Nama Lokal: Sumatra: Kakunye (Enggano), Kunyet (Adoh), Kuning (Gayo),
Kunyet (Alas), Hunik (Batak), Odil (Simalur), Undre, (Nias), Kunyit
(Lampung), Kunyit (Melayu); Jawa: Kunyir (Sunda), Kunir (Jawa Tengah), Temo
koneng (Madura); Kalimanta: Kunit (Banjar), Henda (Ngayu), Kunyit (Olon
Manyan), Cahang (Dayak Panyambung), Dio (Panihing), Kalesiau (Kenya),
Kunyit (Tidung); Nusa Tenggara: Kunyit (Sasak), Huni (Bima), Kaungi (Sumba
Timur), Kunyi (Sumba Barat), Kewunyi (Sawu), Koneh, (Flores), Kuma (Solor),
Kumeh (Alor), Kunik (Roti), Hunik kunir (Timor); Sulawesi: Uinida (Talaud),
Kuni (Sangir), Alawaha (Gorontalo), Kolalagu (Buol), Pagidon (Toli-toli),
Kuni (Toraja), Kunyi (Ujungpandang), Kunyi (Selayar), Unyi (Bugis), Kuni
(Mandar).; Maluku: Kurlai (Leti), Lulu malai (Babar), Ulin (Tanimbar), Tun
(Kayi), Unin (Ceram), Kunin (Seram Timur), Unin, (Ambon), Gurai
(Halmanera), Garaci (Ternate); Papua: Rame (Kapaur), Kandeifa (Nufor),
Nikwai (Windesi), Mingguai (Wandamen), Yaw (Arso); Nama asing: turmeric

HABITUS Manfaat: Kunyit digunakan dalam

Dok. Pribadi bentuk pasta atau serbuk untuk

ritual keagamaan dan upacara

pernikahan Agama Hindu; daun

digunakan sebagai pembungkus

makanan tradisional India ‘Kadbu’;

rimpang dibuat acar, salad yang

disebut ‘tumbli’; pasta rimpang

kunyit dapat meredakan dan

mengobatikepala pusing, keseleo,

bengkak, luka karena terpotong,

infeksi kulit, akibat serangga

beracun/ gigitan ular,/

kaljengking, jerawat, perut

kembung, gangguan pencernaan

(oral), gangguan hati, anoreksia,

luka diabetes (eksternal atau

internal) di pedesaan India.

Menghirup asap rimpang kunyit kering juga merupakan praktik umum di India
untuk sinusitis, catarrh, coryz; Mengandung curcuminoid sebagai
antikanker,antibakteri, dan minyak atsiri sebagai obat diare karena mampu
mengurangi gerakan usus; Sebagai bahan obat untuk mengobati Alzheimer;
Minyak esensial yang dihasilkan dari daun digunakan dalam industri parfum,
kosmetik, dan sabun; Bubuk rimpang digunakan dalam masakan kari untuk
memberi warna, aroma, dan rasa; Di Asia rimpang kering maupun segar utuh,
maupun serbuk digunakan untuk membuat olahan sayur, daging serta sup;
Kandungan curcuminoid dapat mencegah pembusukan makanan; Ekstrak rimpang
digunakan sebagai pewarna alami (Sasikumar,2005).

Sebagai biopestisida

Curcuma longa L. juga dapat digunakan sebagai fungisida nabati yang
berperan sebagai fungisida, insectisida dan penolak (repellent) karena bau
nya yang menyengat. Curcuma mengandung beberapa komponen antara lain
kurkuminoid, minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, protein, selulosa dan
beberapa zat mineral. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit merupakan suatu
persenyawaan fenolik yang dapat mematikan mikroba (jamur) dengan cara
mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. (Setiyowati dkk, 2007).
Selain itu, bahan aktif yang terkandung dalam kuyit menyebabkan serangga
menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina mengurangi nafsu
makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga, menghambat
perkembangan patogen penyakit. Cara pembuatan pestisida dari kunyit adalah
dengan merendam parutan rimpang kunyit dalam urin sampi lalu disaring.
Setelah itu tambahkan 2-3 liter air dan diterjen, kemudian aduk rata.
Semprot ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari
(Setiawati etal.,2008)

BUNGA

DAUN

Leong-Škorničková et al.,2008

BUNGA RIMPANG

Leong-Škorničková et al.,2008

Leong-Škorničková et al.,2008 Dok. Pribadi

Kelapa Kingdom Plantae
Phylum Angiosperms
Cocos nucifera L Class Liliopsida
Order Arecales
Family Arecaceae
Genus Cocos
Spesies Cocos nucifera

Oleh:Sarah Khoerun Nisa (103) (Linnaeus, 1753)

Pohon kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota famili pohon palem (Arecaceae) dan
satu-satunya spesies yang masih hidup dari genus Cocos. Istilah "kelapa" Pohon
kelapa adalah salah satu pohon yang paling berguna di dunia dan sering disebut
sebagai "pohon kehidupan" karena hampir seluruh organ tanaman kelapa
dapatmemberikan manfaat. Kelapa dapat ditemukan di seluruh daerah tropis.
Kelapa berasal dari daerah pesisir (zona litoral) di Asia Tenggara (Malaysia,
Indonesia, Filipina) dan Melanesia. Pohon kelapa tumbuh subur di tanah berpasir
dan sangat toleran terhadap salinitas. Selain itu, tanaman kelapa lebih
menyukai daerah dengan intensitas sinar matahari yang tinggi dan curah hujan
teratur (1.500–2.500 mm [59–98 in] per tahun), kelembaban tinggi (setidaknya
70-80%) untuk pertumbuhan optimal, itulah sebabnya mereka jarang terlihat di
daerah dengan kelembaban rendah. (Chan et al.,2016)

Cocos nucifera

Cocos nucifera L..,Sp. P1. : Catarino, L., Martins, E.S., Diniz, M.A. & Pinto-Basto, M.F.
(2006); Cirilo, N. & Proctor, G.R. (1994); Jørgensen, P.M., Nee, M.H. & Beck., S.G. (eds.)

(2013); Sosef, M.S.M. & al. (2006).

Pohon palma besar dengan tinggi mencapai 35 - 40 m, diameter kanopi 8-9m. Daun:
majemuk menyirip genap (peripinnate), panjang daun 4-6 m; anak daun bentuk pita
mengecil ke ujung di kedua sisi rachis, jumlah 200 -250, panjang anak daun 60-
100 cm, lebar 1,5–5 cm, licin, mengkilat, beralur di adaksial daun, berambut
saat muda; tulang anak daun bulat panjang (disebut lidi) dan berwarna hijau
pucat atau kuning keemasan; pangkal tangki daun melebar sehingga melekat kuat
pada batang, panjang tangkai daun seperempat dari panjang daun. Bunga : majemuk,
monoecious, ditutupi seludang berbentuk tanduk dan bila bunga mekar seludang
pecah berbentuk perahu; setiap seludang terdiri dari sumbu utama dengan panjang
1- 1,5 m, 40-60 cabang atau spikelet; setiap spikelet terdiri dari 0-3 bunga
betina di dasar dan beberapa ratus bunga jantan diatasnya; bunga jantan memiliki
6 segmen perianth yang mengelilingi 6 benang sari; bunga betina berbentuk bulat,
terdiri dari 6 segmen perianth dalam dua lingkaran, ovarium tricarpellate dan
stigma trifid. Buah : tipe drupa, besar, tersusun dalam satu tandan, setiap
tandan terdiri dari 20 buah, bulat, diameter 25 cm, eksokarp mengkilat berwarna
hijau sampai kuning, mesokarp terdiri dari sabut tebal, biji diselebungi batok
yang keras (endokarp) dengan ketebalan 4 mm, pada ujung distal terdapat 3 mata
(mikropil)tempat berkembangnya lembaga (dua mata tersumbat, satu mata
berfungsi), Biji : berongga yang terisi air, daging biji tua berminyak (Lédo et
al.,2019; Matius,2019; Matius,2019)
Nama lokal: Nibung (Batak); Libung (Aceh); Alibuk (Mentawai); Hoya (Nias);
Hanibung (Lampung); Kandibong (Sampit); Erang; Handiwung; Liwung (Sunda);
Gendiwung (Jawa)

Manfaat : akar kelapa mengisipirasu penemuan teknologi penyangga
cakar ayam; kayu digunakan sebagai papan untuk rumah; daun dipakai
sebagai atam rumah setelah dikeringkan; daun muda dipakai
sebagaibahan anyaman untuk ketupay atau berbagai hiasan di Jawa dan
Bali, tangkai anak daun yang dikeringkan disebut lidi dihimpun dan
digunakan sebagai sapu; tandan bunga yang masih muda digunakan untuk
hiasan dalam upacara perkawinan, penganti gori dalam pembuatan gudeg;
bunga betina dapat dimakan; nira yaitu cairan manis yang keluar dari
tangkai bunga dapat diminum, dibuat gula nira atau difermentasikan
menjadi tuak; sabut kelapa diguanakan sebagai bahan bakar, pengisi
jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam anggrek; tempurung
diguanakn sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman dan
bahan baku kerajinan; daging buah kelapa disajiakan sebagai makanan
‘es kelapa muda’; air kelapa mengandung aneka enzim dan memiliki
khasiat menetralkan racun dan efek penyegar; daging buah kelapa tua
diperas dijadikan santan, selian itu dijadikan kopra; daging bua
kelapa dimanfaatkan sebagai penambah aroma pada masakan, obat rambut
rontok, dan tepug kelapa (Nova et al.2014)

HABITUS

BUAH

Dok. Pribadi

Sebagai biopestisida

Salah satu alternatif cara pengendalian hama adalah penggunaan bahan
alami yang memiliki potensi sebagai insektisida yaitu asap cair
(liquid smoke) dari tanda kosong kelapa. Asap cair merupakan suatu
hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara
langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak
mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon
lainnya. Asap cair tandan kosong kelapa sawit mengandung beberapa
senyawa yang dapat berfungsi sebagai insektisida alami bagi hama
perusak daun baik itu yang berupa antifeedant maupun bersifat racun
yaitu senyawa fenol, golongan alkohol, dan asamasam organik. Senyawa-
senyawa tersebut mencegah hama untuk memakan ataupun merusak tanaman
sawi sehingga dapat mengurangi intensitas serangan hama (Prabowo,
2016). Menurut Santoso (2015) serangga berkomunikasi dengan aroma,
jadi tanaman sawi yang diberikan aplikasi penyemprotan asap cair
memiliki aroma yang kuat sehingga hama tidak ingin mendekat. Bau yang
tidak disenangi dari asap cair merupakan repellent bagi tanaman dan
antifeedant untuk serangga hama.

PEMBUNGAAN DAUN

(Chan et al.,2016)

Dok. Pribadi

Mahoni Kingdom Plantae
Phylum Angiosperms
Swietenia mahagoni L. Class Magnoliopsida
Order Sapindales
Family Meliaceae
Genus Swietenia
Spesies Swietenia mahagoni

Oleh:Sarah Khoerun Nisa (103) (Linnaeus, 1753)

Tanaman Mahoni berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis.Pertama kali
masuk ke Indonesian (ditanam di Kebun Raya Bogor) Tahun 1872. Mulai
dikembangkan secara luas di pulau Jawa antara tahun 1897 sampai 1902. Mahoni
dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat ternpat lain yang dekat
dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman ini
termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki persyaratan tipe tanah secara
spesifik, mampu bertahan hidup pada berbagai jenis tanah bebas genangan dan
reaksi tanah sedikit asam-basah tanah,gersang atau marginal walaupun tidak
hujan selama berbulan-bulan mahoni masih mampu untuk bertahan hidup.
(Matius,2019)

Swietenia mahagoni

Pohon tahunan, tinggi 5-25 m berakar tunggang, HABITUS
batangnya bulat, banyak bercabang dan kayunya
bergetah. Daun: majemuk menyirip genap, helaian
daun bentuknya bulat telur, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, tulang menyirip, panjang 3-15
cm; daun muda berwarna merah, setelah tua
warnanya hijau. Bunga : majemuk tersusun dalam
karangan yang keluar dari ketiak daun; ibu
tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda;
kelopak bunga lepas satu sama lain, berbentuk
seperti sendok, warnanya hijau; mahkota
silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat
pada mahkota, kepala sari putih, kuning
kecoklatan. Buah : buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima, warnanya coklat. Biji : pipih,
warnanya hitam atau coklat. Akar: tunggang,
coklat (Matius,2019)

Nama lokal Mahagoni, maoni, moni Dok. Pribadi
Manfaat: Tumbuhan ini dapat digunakan untuk obat
tekanan darah tinggi (hipertensi), kurang nafsu
makan, demam; kencing manis (diabetes mellitus),
masuk angin, ekzema, reumatik (Matius,2019)

Sebagai biopestisida

Bahan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah saponin dan
flavonoida. Kandungan flovonoidini memiliki efek pada reproduksi,
menghambat metabolisme dan sistem saraf yang bekerja perlahan
sehingga menyebabkan kelumpuhan pada sarangga yang berakhir pada
kematian (Samsi, 2000) Oleh karena mahoni bersifat menghambat makan
(antifeedant), menghambat perkembangan serangga (growth regulator),
penolak (repellent). Bagian tanaman yang digunakan adalah biji. Cara
pembuatan biopestisida dari tanaman mahoni adalah dengan mencampurkan
3 gram biji mahoni dalam 100 ml air lalu, haluskan setelah itu
saring. Aplikasikan dengan cara menyemprotkan larutan ke seluruh
bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari. Organisme
pengganggu sasaran adalah kutu daun, kepinding tanah, dan walang
sangit (Matius,2019).

BUAH DAUN

Matius,2019 Matius,2019

Ketumbar Kingdom Plantae
Phylum Angiosperms
Coriandrum sativum L. Class Magnoliopsida
Order Apiales
Family Apiaceae
Genus Coriandrum
Spesies Coriandrum sativum

Oleh:Sarah Khoerun Nisa (103) (Linnaeus, 1753)

Ketumbar (Coriandrum sativum) merupakan semak semusim yang termasuk ke dalam

famili Apiaceae.Ketumbar populer sebagai rempah-rempah karena buahnya digunakan

sebagai bumbu masakan. Distribusi ketumbar di Eropa, Siprus, Suriah, Libanon,

Palestina, Yordania, Sinai, Mesir, Arab, Turki, Kaukasus, Iran, Afghanistan,

Asia Tengah, Afrika Utara Makaronesia, Amerika Utara & Selatan. Ketumbar

ditanam di pekarangan dan dapat tumbuh sampai ketinggian 2000 mdpl (Acevedo et

al.,2012) Swietenia mahagoni

Coriandrum sativum L..,Sp. P1. : Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T. (2012); Adolphy, K. & al. (2021);
Aistova, E. (2009); Singh, A. (2012); Urgamal, M. (2009); Vladimirov, V. Aybeke, M. & Kit Tan (2018);
Vladimirov, V., Dane, F., Matevski, V. & Kit Tan (2014); Vvedensky, A.I. (ed.) (1959); Werier, D.
(2017). Wu, Z. & Raven, P.H. (eds.) (2005)

Tumbuhan semak, semusim, tinggi 20-80 cm ; Batang : berkayu, lunak, beralur,
berlubang, percabangan dikotom, hijau. Daun: maiernuk, berbagi menyirip,
berseludang, tepi daun berwarna putih, hijau keputih putihan.daun bagian atas
tidak teratur menyirip, terbagi lenear, ukuran 2–12 × 0,4–2 mm; ruas tangkai
daun mengecil dan daun bagian atas tidak berpelepag, lamina ovate, Bunga:

majemuk, bentuk payung, tangkai panjang 5-10cm, putih, umbel terminal dan
lateral, ray 3-7, panjang 1-2 cm, umbel parsial terdiri 2-7 bunga; bracteoles
sdikit, linear-lanset; kelopak terdiri dari 5 lembar lepas satu sama lain,
panjang 2-3 mm, hijau; mahkota terdiri dari 5 daun mahkota, putih atau merah
muda, berukuran 4-6 mm; stilus panjang dan ramping, terdeuksi dari stylopodium
sebelum matang. Buah: kotak, bulat, diameter 2-3 mm, mericarps dengan rusuk
filiform tumpul masin muda hijau setelah tua kuning- kecoklatan. Biji: bulat,
coklat. Akar : tunggang, bulat, bercabang, putih (López et al.,2012)

Nama lokal : Keutumba (Aceh), Ketumbar (Gayo), Hatumbar (Batak Toba), Penyijang
(Kerinci), Katumba (Minangkabau), kerumbar (Melayu), Katuncar (Sunda), ketumbar
(Jawa Tengah), Katombar (Madura), Katumbah, Katumba (Bima), Katumbaii
(Gorontalo), Katumbare (Makasar), Katumbare (Bugis) (Matius,2019)

Manfaat : Biji, daun dan buah mengandung senyawa yang digunakan untuk obat
masuk angin, obat sariawan, obat radang lambung, pencernaan kurang baik, obat
pening, obat mual dan haid tidak teratur; minak atsiri ketumbar digunakan untuk
industeri parfum farmasi, aroma makanan dan minuman, sabun mandi, bahan dasar
lilin, sabun cuci, sintesis vitamin E, pestisida dan insektisida; biji digunakan
sebagai bumbu tambahan masakan untuk memperkuat aroma masakan (Matius,2019)

Sebagai biopestisida

Ketumbar mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Saponin merupakan
senyawa berasa pahit menusuk, menyebabkan bersin dan sering menyebabkan
iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah suatu glikosida alamiah
yang terikat dengan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas
farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: immunomodulator, anti
tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, dapat membunuh kerang-
kerang, hipoglikemik, dan efek Hypokholesterol serta bersifat racun bagi
serangga kecil. Saponin dapat bersifat menghancurkan butir darah merah
lewat rekasi hemolysis. Saponin juga dapat merusak kulit serangga sehingga
enzim pernafasan terhambat dan menganggu organ pernafasan Flavonoid
mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar
merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik,
mudah teruri pada temperature tinggi flavonoid ke dalam mulut serangga
melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat dipermukaan tubuh
dan menimbulkan kelayuan syaraf, serta kerusakan pada spirakel akibatnya
tidak bisa bernapas dan akhirnya mati. Flavonoid mempunyai efek toksik dan
penolak serangga Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daun dan biji
(Robinson,1995). Oleh karena itu, cara kerja ketumbar sebagai biopestisida
adalah sebagai akarisida, fungisida, dan penolak (repellent). Cara
pembuatan biopestisida dari ketumbar yaitu dengan menghancurkan biji
ketumbar, kemudian didihkan dalam air selama 10 menit. Dinginkan, setelah
itu saring. Aplikasikan dengan cara menambahkan larutan dengan 2 liter air
lalu, semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi hari.
Organisme pengganggu sasaran adalah Spider mites dan cendawan
(Matius,2019)

HABITUS

BUAH

BUNGA

Dok. Pribadi López et al.,2012

López et al.,2012

Miana Kingdom Plantae
Phylum Angiosperms
Coleus atropurpureus Class Magnoliopsida
Order Lamiales
Family Lamiaceae
Genus Coleus
Spesies Coleus atropurpureus

Oleh:Sarah Khoerun Nisa (103) (Lour,1830)

Tanaman Miana merupakan tanaman hias yang dapat dimanfaatkan sebagai
biopestisida dan obat tradisional yang berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan
miana dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter
di atas permukaan laut. Iler bisa didapat di sekitar sungai atau pematang sawah
dan tepi – tepi jalan pedesaan sebagai tumbuhan liarDistribusi Asia Tenggara
hingga Australia (Kepulauan Bismarck, Kalimantan, Kamboja, Cina Tenggara, Jawa,
Laos, Kepulauan Sunda Kecil, Semenanjung Malaysia, Maluku, Myanmar, Nansei-
shoto, Nugini, Wilayah Utara, Filipina, Queensland, Kepulauan Solomon,
Sulawesi, Sumatra, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Australia Barat)
(Matius,2019).

Swietenia mahagoni

Coleus atropurpureus. .,Sp. P1. : MacKee, H.S. (1994); Welsh, S.L. (1998)

TTumbuhan semusim, herba tegak dan merayap, tinggi berkisar 30 – 150 cm. Batang

: sukulen, bercabang banyak, bulat segi empat, memiliki kelenjar sessile. Daun

: tunggal, berbentuk bulat telur, agak berdaging, ukuran bervariasi dari 1,5–10

cm (0,6–3,9 inci) dengan lebar 1–6 cm (0,4–2,4 inci); ujung daun meruncing; tepi

daun revided, terdapat rambut di kedua sisi daun; tangkai daun dan memiliki

warna yang beraneka ragam. Bunga : terletak di ujung tangkai batang, seperti

daun, berbentuk untaian bunga bersususun, ukuran bervariasi panjang 4 cm ;

kelopak berbentuk lonceng, panjang 1-2 mm saat mekar, bibir posterior bulat

telur, puncak lancip, tepi entire atau ciliate, tabung decurrarent, di dalam

tabung licin ; petal berwarna ungu kebiruan membentuk bunga labiat berbibir dua

yang khas, panjang 8- 10 mm; stamen berlekatan setengah panjang dan ditutupi

oleh bibir atas bunga. Buah : Nutlets hitam, bulat telur atau bulat, panjang 1

mm; tuberkel kecil, mengkilat, menghasilkan lendir saat basah (WCVP,2021)

Nama lokal : Si Gresing (Batak), Kentangan (Jawa), Jawer Kotok (Sunda), Adang-
adang (Palembang), Dhi-kamandhinan (Madura), Mayam (Menado), Ati-ati, Panci-
panci (Bugis) (Matius,2019).

Manfaat : bermanfaat untuk obat ambeien, diabetes melitus, demam, diari, datang
bulan terlambat dan bisul, bermanfaat untuk menyembuhkan hepatitis dan
menurunkan demam, batuk dan influenza; daun berkhasiat untuk penetralisir racun
(antitoksik), menghambat pertumbuhan bakteri (antiseptik), mempercepat
pematangan bisul, pembunuh cacing (vermisida), wasir, peluruh haid (emenagog),
membuyarkan gumpalan darah, gangguan pencernaan makanan (despepsi), radang paru,
gigitan ular berbisa dan serangga (Mpila et al.,2012)

Sebagai biopestisida

Senyawa kimia yang terkandung dalam miana antara lain alkaloid, etil
salisilat, metil eugenol, timol, karvakrol dan mineral. Kandungan senyawa
inilah yang kemudain dimanfaatkan sebagai biopestisida nabati yang
bersifat fungisisda. Senyawa alkaloid yang merupakan asan ß-amino.
Alkaloid menyebabkan kerusakan membran sel. Alkaloid akan berikatan kuat
dengan ergosterol membentuk lubang yang menyebabkan kebocoran membran sel.
Hal ini mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel dan kematian sel pada
jamur (Obongoya, et al. 2010). Oleh karena itu cara kerja biopestisida ini
bersifat fungisida. Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daun. Cara
pembuatan biopestisida dari tanaman miana adalah dengan mencuci daun miana
sampai bersih, kemudian tumbuk halus, setelah itu tambahkan air dan
saring. Aplikasikan pada tanaman dengan cara menyemprotkan pada seluruh
tanaman yang terserang jamur pada pagi hari. Organisme pengganggu sasaran
adalah Alternaria, Cercospora

HABITUS

BUNGA

DAUN

Dok. Pribadi

Dok. Pribadi WCVP (2021)

BAWANG PUTIH Kingdom Plantae
Phylum Angiosperms
Allium sativum L Class Monocots
Order Asparagales
Family Amaryllidaceae
Genus Allium
Spesies Allium sativum

Oleh: Adam Almaliki (017) (Linnaeus, 1753)

Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran umbi yang
banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di Indonesia bawang putih memiliki
banyak nama panggilan seperti orang manado menyebutnya lasuna moputi, orang
Makasar menyebut lasuna kebo dan orang Jawa menyebutnya bawang (Wibowo, 2005).

Allium sativum

Baksh-Comeau, Y., Maharaj, S.S., Adams, C.D., Harris, S.A., Filer, D.L. & Hawthorne, W.D. (2016);
Gilman, A.V. (2015); Bailey, C. & al. (2015); Chang, C.S., Kim, H. & Chang, K.S. (2014); Mohlenbrock,
R.H. (2014); Mostaph, M.K. & Uddin, S.B. (2013); Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T. (2012); Dobignard,
D. & Chatelain, C. (2010); Singh, N.P. & Sanjappa, M. (eds.) (2006); Jørgensen, P.M. & León-Yánes, S.
(eds.) (1999); Edwards, S., Demissew, S. & Hedberg, I. (eds.) (1997); Davis, P.H. (ed.) (1984); Petrova,

N.A. (ed.) (1967); Pavlov, N.V. (ed.) (1958); Merkodovich, N.A. (ed.) (1941).

Tanaman bawang putih memiliki sistem perakaran dangkal yang berkembang dan
menyebar disekitar permukaan tanah sampai pada kedalaman 10 cm. Bawang putih
memiliki akar serabut dan terbentuk di pangkal bawah batang sebenarnya (discus).
Batang bawang putih merupakan batang semu dan berbentuk cakram. Batang tersebut
terletak pada bagian dasar atau pangkal umbi yang terbentuk dari pusat tajuk
yang dibungkus daun-daun. Ketinggian batang semu bawang putih dapat mencapai 30
cm. Daun tanaman bawang putih memiliki ciri morfologis yaitu berbentuk pita,
pipih, lebar dan berukuran kecil serta melipat ke arah dalam sehingga membentuk
sudut pada pangkalnya. Satu tanaman bawang putih biasanya memiliki 8-11 helai
daun. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dengan kelopak daun yang
tipis, kuat, dan membungkus kelopak daun yang yang lebih muda (Samadi, 2000).
Tanaman bawang putih dapat berbunga namun hanya pada varietas tertentu saja.
Bunga bawang putih berupa bunga majemuk yang berbentuk bulat seperti bola,
berwarna merah jambu, berukuran kecil, tangkainya pendek, dan bentuknya
menyerupai umbi bawang. Bunga yang tumbuh dapat menghasilkan biji. Umumnya pada
sebagian besar varietas, tangkai bunga tidak tumbuh keluar melainkan hanya
sebagian bunga saja yang tampak keluar bahkan tidak sedikitpun bagian bunga yang
keluar karena sudah gagal sewaktu masih berupa tunas (Wibowo, 2005). Umbi bawang
putih tersusun dari beberapa siung yang masing-masing terbungkus oleh selaput
tipis yang sebenarnya merupakan pelepah daun sehingga tampak seperti umbi yang
berukuran besar (Rahmat, 1995). Ukuran dan jumlah siung bawang putih bergantung
pada varietasnya. Umbi bawang putih berbentuk bulat dan agak lonjong. Siung
bawang putih tumbuh dari ketiak daun, kecuali ketiak daun paling luar. Jumlah
siung untuk setiap umbi berbeda tergantung pada varietasnya. Bawang putih
varietas lokal biasanya pada setiap umbinya tersusun 15-20 siung (Samadi, 2000).

Sebagai biopestisida

Nama Lokal: Dason putih (Minangkabau), bawang bodas (Sunda), bawang
(Jawa Tengah), bhabang poote (Madura), kasuna (Bali), lasuna mawura
(Minahasa), bawa badudo (Ternate), dan bawa fiufer (Irian Jaya)
(Santoso, 2000).

Manfaat: Bawang putih digunakan sebagai bumbu yang digunakan hampir
di setiap makanan dan masakan Indonesia. Sebelum dipakai sebagai
bumbu, bawang putih dihancurkan dengan ditekan dengan sisi pisau
(dikeprek) sebelum dirajang halus dan ditumis di penggorengan dengan
sedikit minyak goreng. Bawang putih bisa juga dihaluskan dengan
berbagai jenis bahan bumbu yang lain. Bawang putih mempunyai khasiat
sebagai antibiotik alami di dalam tubuh manusia (Naviri, 2015).
Selain sebagai bumbu masakan, bawang putih dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati. Penggunaan bawang putih sebagai pestisida nabati
ternyata dapat menyehatkan tanaman karena ekstrak bawang putih
mengandung senyawa allisin, aliin, minyak atsiri, saltivine,
scordinin, dan menteilalin trisilfida, senyawa ini bersifat
insektisida dan dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga
(Sabruddin, 2020).

1 TANAMAN UTUH UMBI

mitrausahatani.com Dokumentasi pribadi

SERAI Kingdom Plantae
Phylum Tracheophyta
Cymbopogon Class Magnoliopsida
citratus Order Poales
Family Poaceae
Genus Cymbopogon
Spesies Cymbopogon citratus

((DC.) Stapf, 1906)

Oleh: Adam Almaliki (017)

Masyarakat Indonesia cukup mengenal tanaman serai (Cymbopogon sp.), terutama serai dapur
karena sering digunakan para ibu sebagai bumbu masak (Djoar et al., 2011:1). Tanaman serai
merupakan tanaman herbal yang biasa ditanam di pekarangan rumah atau kebun-kebun penduduk.
Tanaman ini juga merupakan salah satu bahan yang digunakan pada makanan dan minuman di
Asia. Industri spa dan aroma terapi telah banyak yang menggunakan minyak serai untuk minyak
pijat. Minyak aromatik yang dihasilkan dari tanaman serai digunakan untuk dupa atau lilin
aromatik di Bali. Beberapa penelitian terhadap manfaat minyak serai menunjukkan bahwa
minyak serai dapat digunakan juga sebagai pestisida dan pengawet. Aplikasi ekstrak serai
dapat digunakan sebagai pembasmi ulat (Sumiartha et al., 2012:3).

Cymbopogon citratus

Baksh-Comeau, Y., Maharaj, S.S., Adams, C.D., Harris, S.A., Filer, D.L. & Hawthorne, W.D. (2016);
Gilman, A.V. (2015); Bailey, C. & al. (2015); Chang, C.S., Kim, H. & Chang, K.S. (2014); Mohlenbrock,
R.H. (2014); Mostaph, M.K. & Uddin, S.B. (2013); Acevedo-Rodríguez, P. & Strong, M.T. (2012); Dobignard,
D. & Chatelain, C. (2010); Singh, N.P. & Sanjappa, M. (eds.) (2006); Jørgensen, P.M. & León-Yánes, S.
(eds.) (1999); Edwards, S., Demissew, S. & Hedberg, I. (eds.) (1997); Davis, P.H. (ed.) (1984); Petrova,

N.A. (ed.) (1967); Pavlov, N.V. (ed.) (1958); Merkodovich, N.A. (ed.) (1941).

Tanaman serai merupakan tumbuhan menahun dengan tinggi sekitar 50-100 cm. Batang
berlapis-lapis dan tumbuh lurus tinggi, daun sangat panjang seperti pedang
(Obute dan Godswill, 2007). Batang tidak berkayu dan berwarna putih keunguan.
Sistem perakarannya serabut (Sumiartha et al, 2012:5). Meskipun tergolong
Gramineae, serai tidak tumbuh seperti rumput di lapangan. Tanaman serai sangat
sulit dipangkas karena batang berserat seperti kayu pada bagian dekat akar.
Tanaman serai tumbuh berumpun dengan tepi daun yang tajam (Obute dan Godswill,
2007). Serai dapur merupakan stolonifera dan tidak berbiji meskipun tumbuh
diiklim yang sesuai dan bertahun-tahun tidak dipotong. Pengembangbiakan
dilakukan dengan memotong bagian batang semu yang tua setinggi 3 inci. Satu
rumpun serai dapur dapat terdiri dari 50 batang semu (Guenther, 1990:26). Daun
serai merupakan daun tunggal berjumbai dengan panjang sekitar 1 m, lebar 1,5 cm,
tepi kasar dan tajam, tulang daun sejajar, permukaan atas dan bawah berambut,
serta berwarna hijau muda. Tinggi tanaman dewasa dapat mencapai sekitar 2 meter
(Kardinan, 2001:29). Serai termasuk jenis tanaman perenial yang tumbuh dengan
cepat (fast growing) (Sumiartha et al., 2012:5). Tanaman ini tersebar di daerah
dengan iklim panas (Agusta, 2000:113). Tanaman tropis ini dapat tumbuh dengan
baik pada kisaran suhu sekitar 10˚C hingga 33˚C dengan sinar matahari yang
cukup. Di daerah dengan curah hujan berkisar antara 700-3000 mm dengan hari
hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun tanaman serai akan mengalami
pertumbuban yang baik. Tanaman serai dari spesies Cymbopogon citratus (DC.)
Stapf dapat tumbuh optimal hingga ketinggian 1000 meter dpl. Kondisi lahan yang
cukup ideal untuk menanam serai adalah lahan dengan pH 5-7 dan memiliki drainase
yang baik (Sumiartha et al., 2012:5).


Click to View FlipBook Version