The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by MAKTABAH SMK A TUN DATU MUSTAPHA, 2021-09-30 00:38:57

Lima Sekawan - Di Kota Hantu

Lima Sekawan - Di Kota Hantu

Keywords: Sekawan

Lima Sekawan: Di Kota Hantu
by Claude Voilier

Scan by tagdgn
www.tag-dgn.blogspot.com
Edit & Convert to Txt, Jar, Pdf: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi

Bab I
BERLIBUR DI SKOTLANDIA

"Sungguh! Daerah pegunungan tidak kalah indah dan menarik, dibandingkan
dengan lauti!""
Julian berusaha menghibur George. Gadis remaja saudara sepupunya itu sejak tadi
menatap pemandangan yang membentang di depan mata dengan perasaan sebal.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sejak kecil ia selalu hidup di daerah pesisir yang menghadap ke samudera luas. ia
gemar sekali berenang. Karena itu ia sebetulnya sama sekali tidak setuju dengan
rencana untuk sekali itu berlibur di villa musim panas milik salah seorang kenalan
ayahnya. Soalnya, tempat itu di dataran tinggi Skotlandia - di sebelah utara.

Seperti biasanya setiap musim panas, kali itu pun Julian beserta kedua adiknya,
Dick dan Anne, ikut berlibur dengan George. Orang tua George, Paman Quentin
dan Bibi Fanny, sudah menganggap ketiga remaja itu seperti anak mereka sendiri.
Mereka senang sekali bahwa George bersahabat karib dengan ketiga saudara
sepupunya. Apalagi ditambah dengan Tim my, anjing George yang setia, lengkaplah
sudah Lima Sekawan.

Tapi perasaan George saat itu jauh dari gembira.

"Huh, gunung! Apa itu?" omelnya. "Bagusnya hanya kalau ada salju, untuk main
ski! Tapi saat musim panas seperti sekarang ini. pegunungan benar-benar
menyebalkan! Kalau siang panas, tapi untuk malam hari diperlukan baju hangat
sekoper penuh!"

"Aduh - kau ini kalau bicara selalu suka melebih-lebihkan," kata Anne mencampuri
pembicaraan. "Lihat sajalah nanti - kita di sini pasti akan bisa mengalami berbagai
kejadian yang mengasyikkan - seperti di Kirrin!"

George masih saja belum bisa diyakinkan. Anak itu nama sebenarnya Georgina.
Tapi sejak kecil ia sudah selalu lebih suka menjadi anak laki-laki. Ketika bicaranya
baru bisa sepatah-sepatah pun ia sudah menamakan dirinya George. Dan nama itu
tetap melekat padanya sampai sekarang. Matanya berkilat-kilat memancarkan
kecerdasan, sementara segala gerak-gerik dan tingkah lakunya sedikit pun tidak
ada bedanya dengan anak laki-laki. Kesan itu semakin dipertegas oleh bentuk

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tubuhnya yang ramping kelaki-lakian, serta rambut ikalnya yang tidak pernah
sempat tumbuh sampai panjang. Selalu pendek!

Sedang Anne, sepupunya yang termuda, penampilan serta wataknya kebalikan dari
George. George berambut coklat gelap - bahkan bisa dibilang kehitam-hitaman.
Sedang Anne berambut pirang berkilauan, seakan-akan ingin bertanding dengan
sinar bola matanya yang biru cerah. Tingkah lakunya yang serba lemah lembut
biasanya bisa melunakkan emosi George yang selalu meledak-ledak.

Julian saudara sepupu George yang tertua, ia juga yang paling dewasa jalan
pikirannya di antara mereka berempat. Kalau ada kesulitan, akal sehatnya sudah
sering terbukti bisa menemukan pemecahan. Rambutnya pirang, seperti warna
rambut Anne. Perawakannya tinggi langsing.

"Hari pertama di tempat lain memang sering terasa menyebalkan," kata Julian.
"Bahkan kalau kita berlibur di Kirrin pun, hari pertamanya kita sering merasa
bingung, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Sungguh - aku yakin kita di sini,
lama-kelamaan juga akan merasa seasyik di Kirrin!"

Kirrin letaknya di daerah pesisir barat Inggris. Orang tua George tinggal di kota kecil
itu. Rumah mereka asyik, dekat tebing curam yang seakan-akan memaga-ri teluk
yang pemandangannya luar biasa indah. Dan teluk berpagar tebing itulah biasanya
segala petualangan mereka berawal.

Dick, sepupu George yang tengah, mirip sekali dengan dia. Sampai banyak orang
menyangka mereka berdua anak kembar.

"Kata Julian tadi benar," kata Dick. "Lagi pula, yang paling penting kita berlima bisa
berkumpul. Ya, kan?" Mendengar itu wajah George langsung cerah. Dick benar,
katanya dalam hati. ia berpaling pada Tim, anjingnya yang setia.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Nah, Tim - kalau kau, bagaimana pendapatmu?" "Guk!" gonggong Timmy singkat.
Ekornya dikibas-kibaskan menyapu tanah, menyebabkan debu beter-bangan.

"Nah - dia juga setuju dengan kami!" kata Dick sambil tertawa. "Kurasa sekarang
saja ia sudah mengendus bahwa kita akan mengalami saat-saat yang mengasyikkan
di sini nanti. Aku berani bertaruh, dalam pikiran Timmy saat ini, ia sudah asyik
menarik-narik kaki penjahat misterius!"

Dick mengomentari kelakuan Timmy yang mengambil dahan kering, lalu
meletakkan benda itu di depan kaki George. Rupanya anjing itu mengajak bermain.

"Aku tidak keberatan jika kita sekali-sekali berlibur tanpa mengalami kejadian apa-
apa," sela Anne. "Biasanya setiap kali kembali ke sekolah sehabis liburan, aku selalu
capek - karena selama libur tidak henti-hentinya merasa tegang."

"Sudahlah, kita lihat saja apa yang terjadi nanti," kata Julian sambil bangkit dengan
cepat. "Sementara itu kita menyibukkan diri dengan pelancongan melihat-lihat
keadaan daerah sini!"

Saat itu sudah lewat tengah hari. Mereka baru paginya tiba di desa Klyness itu,
tempat mereka akan berlibur. Sebelumnya mereka baru sempat berkeliaran
melihat-lihat dalam kebun. Villa kawan Paman Quentin yang dipinjamkan letaknya
di ujung jalan ke luar desa. Tempat itu tenang dan sunyi. Itu yang menyebabkan
Paman Quentin memilih berlibur di situ, supaya ia bisa melakukan penelitian tanpa
ada yang mengganggu. Ayah George ilmuwan yang terkenal namanya di kalangan
internasional. Di desa pegunungan itu ia mengharapkan akan bisa bekerja dengan
tenang. Saat itu ada tugas rumit yang harus diselesaikan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Dengar dulu sebentar, Anak-anak," kata Bibi Fanny ketika mereka sedang sarapan
pagi. "Di sini kalian boleh hidup leluasa. Aku dan paman kalian bermaksud hendak
mengadakan pelancongan berjalan kaki menyusur pegunungan, apabila Paman
ingin istirahat sebentar dari kesibukan kerjanya. Bagaimana rencana kalian
membagi waktu, terserah - asal ingat pulang waktu makan! Dan satu lagi. Jangan
berbuat yang aneh-aneh!"

"Dan kau, Julian," kata Paman Quentin menambahkan, "kau harus menjaga George
serta kedua adikmu. Kau yang paling tua, jadi kau yang bertanggung jawab atas
adik-adikmu ini."

Julian sendiri juga sudah tahu. Kalau Anne, belum pernah menimbulkan kesulitan.
Tapi lain halnya dengan George dan Dick. Keduanya cocok sekali. Sama-sama gesit
dan suka melakukan tindakan gila-gilaan. Dalam menghadapi berbagai peristiwa,
George sering paling dulu beraksi. Kemudian baru disusul saudara-saudaranya.
Tapi itu tidak selalu begitu. Kalau situasi yang dihadapi terlalu berbahaya, biasanya
Julian malah berusaha mencegah.

Kalau Julian mengajukan usul, biasanya diterima. Begitu pula halnya dengan kali
itu. Mereka langsung setuju dengan usulnya untuk melancong guna melihat-lihat
daerah sekitar Klyness yang baru sekali itu mereka datangi.

Keempat remaja itu duduk-duduk di kebun, di bawah sebatang pohon pinus.
Mereka sibuk merundingkan rencana pelancongan.

Julian mengeluarkan sebuah buku saku dari kantungnya. Buku itu terbitan badan
pariwisata dan memuat berbagai keterangan mengenai daerah itu.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ini," katanya sambil mengacungkan buku yang dipegang, "di sini tertera bis mana
saja yang bisa kita naiki jika ingin pergi ke berbagai tempat yang agak jauh. Sedang
untuk melancong di sekitar sini, kita kan punya sepeda."

"Betul! Sepeda -dan kaki," kata George. Tampangnya sudah cemberut lagi. "Lihat
saja ke sekeliling kita! Di mana-mana cuma bukit dan gunung saja yang nampak.
Bisa ambruk kita dari sepeda nanti, karena harus tidak henti-hentinya mendaki!"

"Ya, tapi kalau sudah tiba di puncak, kemudian jalan kan pasti menurun," tukas Dick
sambil nyengir.

"Pokoknya, rumah ini pangkalan yang benar-benar serasi," kata Julian sambil
memandang ke sekeliling. "Dari sini kita bisa berangkat mengunjungi berbagai
tempat yang menarik."

"Apalagi di sini ada Joan," kata Dick sambil meneguk liur, membayangkan bekal
makanan enak yang pasti akan disiapkan juru masak keluarga Kirrin itu.

"Dasar anak rakus!" kata George. "Ingatanmu tidak lain pada makanan melulu.
Kurasa petualangan yang paling asyik bagimu, jika ada yang mengajakmu
mencopet perkedel!"

Sambil tertawa-tawa, mereka bangkit. Daun pinus yang seperti jarum dan melekat
ke pakaian dikibaskan dengan tangan. Mereka sudah memutuskan untuk pergi
melancong ke desa serta daerah sekitarnya besok, sehabis sarapan pagi.

Pagi-pagi keesokan harinya pelancongan dimulai. Timmy berlari-lari mendului
sambil menggong-gong-gonggong. Karena jalan yang dilewati menurun, dengan
cepat mereka sudah sampai di tengah desa.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Klyness merupakan desa yang menarik untuk dilihat-lihat. Di tengah desa ada suatu
medan yang romantis, mengapit sebuah gereja kuno. Di tengah-tengahnya ada
pancuran dengan semburan air sejuk. Bak pinggiran pancuran ditanami bunga
berwarna-warni. Dari situ bisa dilihat gunung-gunung yang melingkungi.

Keempat remaja itu sudah melihat-lihat gereja tua, begitu pula toko-toko di
sekeliling medan. Mereka merasa capek karena tadi harus bersepeda di atas jalan
berbatu-batu. Mereka juga haus sekali. Kalau Timmy gampang saja caranya
menyelesaikan masalah itu. ia terjun ke dalam kolam pancuran, lalu berenang-
renang di situ sambil minum sepuas-puas hati!

George dan ketiga saudara sepupunya mendatangi sebuah restoran kecil, lalu
duduk menghenyakkan diri ke kursi-kursi yang tersedia di situ. Muka mereka yang
kepanasan nampak semakin merah kena bayangan kain payung pelindung
berwarna oranye yang ditimpa sinar matahari. Timmy berbaring di tempat terang.
Uap mengepul naik dari bulunya yang basah kuyup.

Seorang gadis datang menghampiri anak-anak. ia pelayan restoran itu.

"Selamat pagi," sapanya sambil tersenyum ramah. "Kalian mau pesan apa?"

George memesankan sari buah empat gelas, sedang untuk Timmy beberapa
potong biskuit. Tidak lama kemudian gadis tadi sudah datang lagi mengantarkan
pesanan.

"Kalian senang di sini?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Belum tahu, karena baru saja tiba kemarin," kata George dengan segera. "Apa
keistimewaan di sini yang rasanya pantas untuk dilihat?"

"Istimewa?" kata gadis pelayan itu. ia mengingat-ingat sebentar, lalu berkata lagi,
"Sebenarnya tidak ada apa-apa yang istimewa di sini. Tapi kalau kalian senang
melancong, memang di sinilah tempatnya." Gadis itu tersenyum sebelum
menambahkan, "Dan di samping itu banyak pula kisah-kisah kuno di sini. Orang sini
masih selalu saling menceritakan kisah-kisah itu saat cuaca buruk menyebabkan
tidak enak berada di luar rumah."

"Asyik!" kata Anne bergairah. "Aku paling senang mendengar kisah-kisah lama!"

"Kalau begitu kau pasti senang mendengar hikayat Gunung Killan," kata gadis
pelayan itu.

Bab II

KISAH LAMA

"Ceritakan dong," kata Anne meminta.

Gadis itu menoleh ke meja-meja lain. Dilihatnya ada beberapa tamu yang belum
sempat dilayani.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sayang tidak bisa sekarang, karena aku masih harus melayani tamu-tamu lain.
Begini saja," katanya sambil agak membungkukkan diri ke arah anak-anak. "Kalian
pergi saja ke Nenek Katy. Katakan padanya, aku yang menyuruh kalian. Namaku
Christine. Nenek Katy itu penduduk tertua di desa ini. ia tahu semua kisah dan
hikayat daerah kami. ia pasti gembira atas kedatangan kalian, karena ada
pendengar yang belum pernah mendengar ceritanya."

George dan ketiga sepupunya bergegas menghabis-kan minuman mereka. Setelah
membayar, mereka cepat-cepat mengambil sepeda masing-masing. Sementara
Christine buru-buru berseru, menyebutkan alamat wanita tua yang akan didatangi
itu.

Berkat petunjuk Christine, rumah Nenek Katy berhasil ditemukan dengan cepat.
Wanita berumur lanjut itu tinggal di sebuah rumah bangunan kuno yang
dindingnya dilabur putih bersih. Ketika George beserta ketiga sepupunya datang, ia
sedang duduk-duduk di depan rumah, berjemur diri. Sinar matahari pagi yang
cerah terasa nyaman, mengurangi kengiluan pada persendian tubuh yang
dihinggapi penyakit encok. ia duduk sambil menopangkan kedua tangannya pada
sebatang tongkat yang kekar.

Wajahnya langsung bersinar gembira mendengar penjelasan Julian, apa sebabnya
mereka datang ke situ.

"Sini - duduklah dekat-dekat padaku," kata wanita yang sudah berumur lanjut itu
dengan suara tuanya. "Aku senang jika ada yang datang berkunjung."

George dan Anne duduk di bangku mendampingi Nenek Katy, sementara Dick dan
Julian memakai potongan batang kayu bakar sebagai ganti kursi.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Dulu - "ujar Nenek Katy membuka kisah. George mulai gelisah. Jangan-jangan
Nenek Katy akan mengisahkan dongeng yang sudah dikenal setiap anak kecil! Tapi
dugaan itu keliru. Dua menit kemudian gadis bandel itu sudah asyik mendengarkan
kata-kata yang meluncur dari mulut Nenek Katy, sementara matanya menatap
wajah yang penuh kerut. Nenek Katy bercerita tentang sesuatu yang menurut
hikayatnya terjadi beberapa abad yang lampau di desa Klyness.

"Gunung yang di sebelah sana itu," katanya sambil menuding, "itulah yang
namanya Gunung Killan."

Anak-anak memandang ke arah yang ditunjuk. Mereka melihat sebuah bukit yang
letaknya tidak begitu jauh dari desa Klyness.

"Di kaki gunung itu ada desa," ujar Nenek Katy meneruskan cerita. "Desa itu
senama dengan gunung yang menaungi. Jadi juga Killan namanya. Menurut
penduduk di situ, Gunung Killan itu sebelah dalamnya berongga."

"Wah - kalau begitu, itu bukan gunung," kata Anne dengan nada tercengang.
"Orang yang hendak mendaki ke atas, pasti terperosok masuk ke perutnya!"

Wanita berumur lanjut itu tersenyum.

"Ya - itu tergantung tebal tipisnya tanah yang dipijak," katanya. "Tapi dengan
pengertian berongga seperti kukatakan tadi, maksudku bukan seperti -yah, seperti
balon, misalnya. Bukan, bukan begitu maksudku! Gunung Killan itu kabarnya
banyak liangnya. Dan orang mengatakan pula bahwa di tengah-tengahnya ada
rongga yang besar sekali. Kata orang, di situ ada semacam lembah yang dulu
pernah ada penghuninya. Tidak ada yang tahu asal-usul penghuni lembah itu. Lalu
kemudian tahu-tahu mereka lenyap tak berbekas, menjadi korban suatu bencana
dahsyat."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Anne mendengarkan penuturan itu dengan napas tertahan. Hati kecilnya
mengatakan, itu kan cuma dongeng! Tapi dongeng atau bukan, yang jelas
mengasyikkan.

Dick memperhatikan gerak air muka George. Kelihatan sekali bagaimana perasaan
gadis remaja itu, yang sedang mendengarkan kisah Nenek Katy. George
berpendapat bahwa kisah kuno itu pasti ada benarnya, dan bukan dongeng
semata-mata. Kini yang penting berusaha mengetahui mana yang dongeng dan
mana yang benar-benar pernah terjadi!

"Menurut Anda, betul-betul pernah terjadikah peristiwa yang Anda kisahkan ini?"
tanya George dengan tiba-tiba. Rupanya ia sudah tidak bisa menahan diri lagi.

Nenek Katy kaget mendengar pertanyaan itu. Selama beberapa saat ia termangu.

"Wah - aku sendiri juga tidak begitu tahu," katanya kemudian, "tapi aku yakin, tidak
semuanya merupakan khayalan orang."

"Pendapatku sama," kata George.

"Mungkin memang benar, ada suatu kelompok bangsa asing semasa dulu lari
berlindung ke dalam gunung itu...." kata Nenek Katy menduga-duga.

"Itu kalau gunung itu benar-benar berongga bagian dalamnya," kata Dick.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Itu bukan mustahil! Mungkin saja dulu di dalamnya benar-benar ada lembah
tersembunyi. Bahkan bisa jadi sekarang pun lembah itu masih ada di sana."

"Tapi kalau benar begitu," sela Julian, "kenapa sampai sekarang belum ada yang
menemukan kembali? Masa selama ini tidak ada yang berusaha mencari!"

George semakin bersemangat, ia mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Bencana yang Anda katakan tadi," katanya pada Nenek Katy, "adakah yang tahu
bencana apa itu? Mungkinkah gempa bumi?"

Nenek Katy memandangnya dengan kagum.

"Kenapa kau mengira begitu? Itu memang dugaanku pula. Kalian perlu tahu, dulu
di daerah sini sering terjadi gempa bumi. Dan kalau sudah gempa, dahsyatnya
bukan main! Desa Killan misalnya, sudah tiga kali musnah seluruhnya. Tapi
bagaimana sampai bisa ke situ dugaanmu?" tanya wanita berumur lanjut itu sambil
terus menatap George. Gadis remaja itu tertawa.

"Itu kan sama sekali tidak sulit," katanya. "Karena apabila jalan masuk ke lembah di
gunung sampai tertimbun, maka itu hanya mungkin terjadi karena ada tanah
longsor. Sedang tanah longsor biasanya terjadi apabila ada gempa bumi."

"Wah - pintarnya!" gumam Dick, ia paling suka mengganggu saudara sepupunya,
walau di pihak lain mengagumi kecerdasannya.

George tidak membalas, karena saat itu perhatiannya tertumpah pada kisah Nenek
Katy. Bahkan Julian pun mulai bangkit minatnya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Memang masuk akal," katanya. "Dengan adanya gempa bumi, bisa jadi hikayat ini
mengandung kebenaran."

Keempat remaja itu menghujani Nenek Katy dengan bermacam-macam
pertanyaan. Tapi tidak banyak lagi yang masih bisa diceritakan wanita berumur
lanjut itu.

"Wah - sayang aku tidak tahu lagi perinciannya yang lebih lanjut. Sejak dua tahun
belakangan ini ingatanku mundur sekali. Di samping itu aku sudah lama tidak
menceritakan kisah tadi. Jadi sudah banyak yang lupa!" Wanita itu memandang
keempat remaja itu. "Kenapa kalian tidak pergi saja sendiri ke Killan? Di sana ada
tukang roti yang gemar mendongeng, ia pasti lebih banyak tahu daripada aku.
Ayahnya yang meninggal dunia tahun lalu, semasa hidupnya paling jago bercerita
di daerah sini."

Anak-anak mengucapkan terima kasih, lalu meminta diri. Begitu sampai di rumah
lagi, mereka langsung menuju ke bawah pohon pinus yang dipilih sebagai tempat
berunding.

George yang paling dulu membuka pembicaraan.

"Nah - bagaimana pendapat kalian mengenai tadi itu?" katanya. "Menurutku, kisah
itu ada benarnya. Aku punya usul! Bagaimana kalau kita berusaha mengadakan
penyelidikan mengenainya? Kan lumayan, untuk mengisi waktu selama liburan di
sini!"

Dick tertawa sambil memandang sepupunya yang nampak bersemangat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, kenapa tidak?" katanya. "Lalu kalau teka-teki itu sudah berhasil kita selidiki,
kemudian kita mengarang buku dengan judul Mencari Lembah yang Hilang atau
Menyusur Jejak Bangsa yang Lenyap!"

"Jadi kau sungguh-sungguh beranggapan bahwa ada kemungkinan kita akan
menemukan sesuatu, George?" tanya Anne.

"Pokoknya, aku siap untuk melakukan apa saja!" kata George dengan wajah
berseri-seri. "Aku sama sekali tidak membayangkan yang macam-macam -tapi kan
tidak ada salahnya jika kita mencoba mengadakan penyelidikan?! Bagaimana
pendapatmu, Ju?"

"Aku tahu, dalam pikiranmu saat ini pasti sudah terbayang asyiknya menggali-gali
mencari tulang-belulang di lembah yang hilang itu," kata Julian. "Kau tidak boleh
lupa, sebelum ini pasti sudah ada orang-orang yang berpengalaman daripada kita,
seperti ahli-ahli ilmu purbakala dan ilmu bangsa-bangsa yang telah berusaha
menyelidiki misteri itu!"

"Ya, tapi mereka tidak berhasil!" kata Dick. "Sebab kalau mereka berhasil, takkan
ada lagi misteri itu sekarang."

"Masa bodoh ilmuwan," seru George. "Pokoknya, penyelidikan kita pasti lebih asyik
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh mereka! Kalau kalian setuju, dengan
begitu sambil mengenali daerah, kita mungkin saja akan memperoleh petunjuk-
petunjuk penting! Nah - sekarang bagaimana?"

"Ya, bolehlah," desah Julian.

"Setuju!" seru Anne bersemangat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Dick menyatakan pendapat dengan anggukan tegas. Sedang Timmy
menggonggong-gonggong ribut, lalu mulai menggali lubang besar di tengah
rerumputan - seolah-olah hendak berlatih mengadakan penggalian mencari
lembah yang hilang.

"Kalau begitu soal ini beres," kata George puas. "Besok kita ke K an Hari ini rasanya
sudah tidak bisa lagi, karena sudah terlalu siang. Di samping itu kudengar suara
Joan memanggil-manggil!"

Joan, juru masak keluarga Kirrin, orangnya baik sekali. Tapi ia juga tidak segan-
segan memberi tugas, ia memanggil keempat remaja itu karena hendak disuruh
mencari buah frambos dalam hutan, untuk dijadikan hidangan pencuci mulut nanti.

Sementara melakukan tugas itu, pikiran George melayang. Besok kita akan mulai
mencari jejak bangsa yang hilang, katanya dalam hati. Perasaannya sudah gelisah
sekali saat itu.

Malam itu sebelum tidur mereka masih menyempatkan diri memandang ke arah
Gunung Killan, yang nampak berupa bayangan hitam dengan latar belakang langit
cerah bertaburan bintang.

"Bintang-bintang itu..." gumam Anne termangu, "orang-orang yang dulu menghuni
lembah gaib itu pasti juga pernah menengadah seperti sekarang, mengagumi
keindahannya. Bintang-bintang itu satu-satunya saksi kehidupan serta kepunahan
bangsa itu."

"Ya - apabila bintang-bintang bisa bicara...." kata Dick sambil diam-diam
menyenggol Julian, ia sudah mulai lagi mengganggu George.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Besok kita pasti juga akan lebih banyak tahu daripada sekarang!" kata George
dengan sikap yakin. "Paling tidak, kita akan bisa mencari ketegasan lebih lanjut
mengenai kebenaran kisah yang dituturkan Nenek Katy!"

"Dengan begitu berakhirlah kisah kita untuk hari ini," kata Julian. "Tokoh-tokoh
utamanya akan masuk ke tempat tidur sekarang, karena besok harus mengadakan
perjalanan jauh dengan sepeda..."

Sambil tertawa-tawa, keempat remaja itu masuk ke rumah.

Bab III

KE KILLAN

Pukul enam pagi keesokan harinya Dick sudah menggedor-gedor pintu kamar tidur
yang ditempati George dan Anne.

"Bangun, bangun, hari sudah siang!" serunya. "Ahli Purbakala tidak perlu banyak-
banyak tidur!" Anak-anak sarapan. Mereka tidak banyak bicara, mereka tidak
nampak bersemangat seperti malam sebelumnya, karena masih agak mengantuk.
Hanya Timmy saja yang kelihatannya tidak sabar lagi. ia menggaruk-garuk pintu,
ingin cepat-cepat berangkat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Joan sudah menyiapkan bekal perjalanan yang mencukupi untuk sepanjang hari.
Keranjang yang dipakai sebagai tempat berat sekali, sampai nyaris tak ada yang
bisa menjinjingnya.

keempat remaja itu kemudian berangkat naik sepeda di tengah alam yang segar
dan agak lembab karena embun pagi. Timmy berlari-lari di depan mereka Tapi
beberapa kilometer kemudian anjing konyol itu timbul kemalasannya. ia duduk di
pinggir jalan, Napasnya terengah-engah. Lidahnya terjulur, George mengangkat
lalu memboncengkannya dalam keranjang yang ada di belakang. Setelah itu
perjalanan dilanjutkan. Anak-anak sama sekali tidak merasa capek, karena mereka
bersepeda dengan penuh kegembiraan. Mereka memasuki desa Killan yang dituju
sambil bernyanyi-nyanyi.

Dengan mudah mereka menemukan tempat tinggal tukang roti yang diceritakan
Nenek Katy sehari sebelumnya. Orang itu tinggal di sebuah bangunan tua.
Bangunan itu dulunya tempat penggilingan gandum, tapi sekarang dijadikan
rumah. Tukang roti itu menyambut anak-anak dengan ramah, ketika mereka masuk
ke ruang penjualan untuk membeli roti segar. Kemudian Julian menceritakan
alasan mereka datang. Tukang roti itu tertawa.

"Pasti Nenek Katy yang menyuruh kalian kemari!" tebaknya.

"Betul!" kata George. Matanya berkilat-kilat. "Kami ingin tahu lebih banyak
mengenai hikayat lembah yang hilang!"

"Sayang saat ini aku sedang tidak ada waktu. Anak-anak! Tapi jangan kecewa,
karena masih ada Alice, ia anakku, ia juga tahu segala-galanya, karena kakeknya-
jadi ayahku - dulu entah berapa ratus kali menceritakan kisah yang itu-itu juga.
Alice! Coba kemari sebentar!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Seorang anak perempuan berambut coklat muncul dari ruang belakang. Umurnya
sekitar dua belas tahun. George langsung menyukai anak itu, begitu pula ketiga
sepupunya. Timmy mengacungkan kaki depannya, mengajak bersalaman.

"Kalian mengobrol di luar saja," kata tukang roti, "aku banyak kerja di sini."

Saat itu Anne mendapat gagasan gemilang. Kenapa Alice tidak diajak saja, ikut
berpiknik?

Alice dengan gembira menerima ajakan itu. Ayahnya membungkuskan kue-kue
sekotak besar.

"Baiklah," kata George, "itu mengenai wujud mereka. Lalu apa saja yang mereka
lakukan sehari-hari? Bagaimana penghidupan mereka?"

Alice tertawa mendengar pertanyaan George yang bertubi-tubi itu.

"Kalau mendengarmu, seakan-akan sudah pasti bahwa mereka itu benar-benar
pernah ada. Kau kan tahu, itu sama sekali tidak terbukti?"

"Apabila dalam hikayat diceritakan mengenai bagaimana rupa mereka, kan bisa
saja ada keterangan mengenai apa pekerjaan mereka sehari-hari - ya, kan?" sela
Dick. Kata-katanya itu memang masuk akal. Alice mengingat-ingat sebentar.

"Menurut Kakek, tentang itu tidak diketahui dengan jelas. Tapi kalau berburu, itu
sudah pasti!" kata anak itu kemudian.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, tentu saja," tukas George dengan kesal. "Kalau tidak begitu, dari mana mereka
mendapat daging untuk dimakan! Kalau hutan, di mana-mana ada di daerah sini.
Mungkin waktu itu penuh sesak dengan babi hutan!"

Alice saat itu memperhatikan Timmy yang sedang mengunyah biskuit. Kemudian ia
menoleh, tersenyum pada George.

"Anjingmu mengingatkan aku pada suatu hal yang juga dikisahkan dalam hikayat
Orang Hitam," katanya. George menatapnya dengan sikap tak mengerti, begitu
pula ketiga saudara sepupunya. Sambil tertawa Alice melanjutkan, "Anjing-anjing
mereka katanya tidak pernah menggonggong!"

Sekarang anak-anak yang lain benar-benar tercengang.

"Apa? Itu kan tidak masuk akal!" seru Dick setelah beberapa saat. "Apa sebabnya
begitu?"

"Entah - aku juga tidak tahu. Aku cuma mengulangi apa yang dulu dikisahkan Kakek
saja."

"Mana ada anjing yang tidak pernah menggonggong?!" kata Dick dengan sengit.
"Atau mungkin memang dari semula sudah bisu?"

"Jadi anjing-anjing mereka tidak menggonggong," ulang George lambat-lambat
dengan sikap seperti melamun. "Baiklah! Sekarang tentang hal-hal lainnya. Masih
ada lagi yang kauketahui?"

"Mereka dipimpin seorang - "

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Raja?" potong Julian dengan cepat.

"Bukan! Bukan raja, tapi ratu. Namanya Sulmai," kata Alice.

"Kedengarannya seperti nama orang Timur!" "Tutup mulutmu, Dick - jangan
kauganggu cerita Alice!" tukas George.

"Hikayat lama itu juga menyebutkan nama lembah misterius tempat mereka
tinggal. Temulka namanya - sama seperti kota mereka," sambung Alice.

"Masih ada lagi yang kauketahui?" tanya Julian yang sementara itu sudah ikut
tertarik seperti yang lain-lain.

"Tentu saja," jawab Alice sambil tersenyum penuh rahasia. "Yang paling menarik
sengaja kuceritakan paling akhir." ia berhenti sebentar, memancing rasa ingin tahu.
"Kata orang, bangsa yang lenyap itu mengenal rahasia membuat emas."

"Emas?" George mengulangi kata itu dengan mata terbuka lebar.

"Ya, betul - membuat emas! Menurut kisah Kakek dulu, bangsa itu menyembah
sebuah patung yang terbuat dari emas murni. Itu patung ratu mereka. Orang itu
menyembahnya karena Ratu Sulmai dikatakan memiliki kekuatan gaib, bisa
menyembuhkan segala macam penyakit."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kisah ini makin lama makin tidak masuk akal," gumam Julian. Tapi saudara-
saudaranya memandang Alice dengan mata tak berkedip karena terpesona pada
ceritanya.

Kemudian George bangkit dengan cepat, lalu berjalan kian kemari seperti sedang
sibuk berpikir. Timmy ikut mondar-mandir. Mungkin ia mengira George sedang
berolahraga pagi!

"Kita tidak boleh lupa bahwa kisah tadi merupakan hikayat," kata George sambil
menimbang-nimbang. "Jadi bisa saja ada benarnya! Kita sekarang tinggal
menimbang, mana yang benar dan mana yang hanya cerita orang saja! Tapi kalau
aku, aku yakin bahwa Bangsa Hitam itu benar-benar pernah ada!"

"Aku juga," kata Anne sependapat.

"Selain yang telah kaukisahkan tadi, kau benar-benar tidak tahu apa-apa lagi?" kata
Dick sambil memandang Alice.

"Tidak, hanya itu saja yang kuketahui," jawab Alice, ia menyambung, "Tapi kalian
bisa kutunjukkan jalan paling asyik menuju Gunung Killan, kalau kapan-kapan kalian
ingin melancong ke sana!"

Anak-anak mengemaskan makanan yang tersisa ke dalam keranjang piknik.
Sepeda-sepeda dimasukkan ke dalam semak supaya aman, lalu setelah itu mereka
berangkat.

Jalan setapak yang menuju ke Killan ternyata tidak sukar dilalui. Tanjakan-tanjakan
yang ada tidak terjal. Rombongan remaja itu berjalan sambil mengobrol dengan
ramai. Timmy menyibukkan diri dengan mengejar-ngejar kelinci serta capung yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

banyak terdapat di sekitar situ: Setelah berjalan beberapa waktu, George mulai
merasa bosan. Di sebelah kanan jalan terdapat lereng yang melanda ke bawah.
Sedang sisi kanannya tebing cadas yang menjulang sampai ke puncak.
Pemandangan gundul di sisi itu diselingi oleh rumput dan belukar di sana-sini.

Tebing ini perlu diteliti secara lebih cermat, kata George dalam hati. Jika memang
benar ada lembah tersembunyi dalam gunung ini yang jalan masuknya tertimbun
batu, maka di salah satu tempat mestinya ada celah, lewat mana orang bisa
mengintip ke dalam.

Anak-anak tidak mengatakan apa-apa tentang rencana mereka pada Alice. Anak itu
baru saja mereka kenal. Kalau itu diceritakan, jangan-jangan ia malah akan
menertawakan mereka nanti!

Akhirnya mereka sampai di puncak. Dari situ pemandangan indah sekali!

"Bagus sekali kan, negeriku?" seru Alice dengan bangga.

"Ya - bagus sekali," kata George yang setelah itu menggerutu dengan suara pelan,
"tapi masih kalah kalau kubandingkan dengan Kirrin."

Timmy memandang tuannya, seolah-olah hendak mengatakan bahwa pendapatnya
juga begitu.

Julian memandang arlojinya.

"Kita harus turun lagi sekarang," katanya. "Hari sudah mulai sore. Lagi pula kita
tidak boleh terlalu lama meninggalkan sepeda-sepeda kita di bawah tanpa

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pengawasan. Bayangkan kalau ada orang datang lalu mengambil dengan diam-
diam...."

"Wah!" Anne kaget membayangkan kemungkinan itu.

"Tapi di daerah sini tidak mungkin ada pencuri!"

"Siapa bilang," kata Dick menggoda. "Jika suatu bangsa saja bisa hilang, apalagi
kalau cuma sepeda saja?!"

Sambil bergurau dan tertawa-tawa, mereka menuruni gunung Hari pertama itu
berlangsung dengan menarik bagi mereka. Malamnya mereka langsung tidur,
karena sudah capek sekali. Keesokan harinya mereka bangun ketika hari sudah
agak siang.

Selesai sarapan pagi mereka berkumpul lagi di bawah pohon pinus yang kemarin.
Mereka hendak membicarakan rencana selanjutnya.

"Alice kemarin sudah membantu kita," kata George. "Tapi kurasa masih ada lagi
keterangan lain yang bisa kita peroleh di samping kisahnya."

"Kalau menurutku tidak," kata Anne. Bibir bawahnya diajukan sedikit ke depan.
"Siapa lagi yang bisa kita tanyai selain dia?"

Julian juga sependapat dengan adiknya itu. "Ya, siapa lagi yang bisa kita datangi?"
tanyanya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Guru desa," jawab George dengan segera. "Guru kan luas pengetahuannya. Lagi
pula untuk membe-rikan pelajaran ilmu bumi di sekolah, pasti diperlukan catatan
mengenai perkembangan daerah sini!" "Di Killan tidak ada sekolah," kata Anne
dengan suaranya yang lembut. "Tidak ingatkah kalian bahwa Alice mengatakan ia
bersekolah di Klyness?" "Betul juga," kata George. Kemudian ia berseru, "Wah -
kalau begitu malah hebat! Kita tidak perlu pergi jauh-jauh!"

"Kau lupa rupanya bahwa sekarang ini liburan," kata Dick mengingatkan. "Para
guru pasti bepergian semuanya, setelah sibuk mengajar selama ini! Apalagi kalau
yang dihadapi murid-murid bandel seperti seorang anak yang kukenal baik!" "Mau
menantang, ya?!" kata George pura-pura marah. "Tapi kau benar - aku lupa
sekarang ini sedang liburan. Tapi kita coba saja datang ke sekolah, kita lihat saja,
siapa yang nanti muncul membukakan pintu."

Bab IV

PENYELIDIKAN DIMULAI

Tanpa membuang-buang waktu lagi, keempat remaja itu bergegas mengambil
sepeda, lalu berangkat menuju gedung Sekolah Dasar desa itu. Ketika mereka tiba
di situ, nampak seorang laki-laki yang sudah agak tua keluar. Ketika ditanya,
ternyata ia Kepala Sekolah di situ. Lima Sekawan sedang bernasib mujur! Kepala
Sekolah itu mendengarkan cerita anak-anak tentang maksud kedatangan mereka.
Setelah itu dengan ramah diajaknya mereka ikut ke rumah.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sayang tidak banyak lagi keterangan yang bisa kutambahkan berkenaan dengan
hikayat Gunung Killan," kata Kepala Sekolah itu kemudian. "Hal-hal terpenting
sudah kalian ketahui: anjing-anjing yang tidak menggonggong, rahasia pembuatan
emas, lalu warna kulit bangsa misterius itu, patung ratu mereka yang dihubungkan
dengan kemampuannya me nyembuhkan orang sakit.... Pada hakekatnya, aku
hanya bisa menambahkan satu hal lagi. Nama Temulka yang diberikan bangsa yang
lenyap itu pada kota serta lembah tempat kediaman mereka, artinya 'Air Marah'."

"Temulka," ulang Julian sambil merenung, "Air Marah."

"Ya, betul," kata Kepala Sekolah itu. "Sementara orang menduga bahwa yang
dimaksudkan sebuah sungai berarus deras dalam lembah yang lenyap itu. Aku
sendiri tidak punya pendapat yang berbeda."

Julian beserta saudara-saudaranya kemudian meminta diri sambil mengucapkan
terima kasih. Ketika sudah berada di luar lagi, mereka termangu.

"Kita takkan bisa maju-maju kalau terus-menerus begini caranya," kata Dick. "Aku
lebih setuju jika kita langsung saja pergi mencari jalan masuk ke lembah gaib itu."

"Aku baru saja hendak mengajukan usul serupa!" seru George bersemangat. "Yuk,
kita langsung berangkat sekarang juga!"

Julian menyabarkan sepupunya. Menurut pendapatnya, sebelum itu mereka harus
memberi tahu orang tua George dulu. Begitu pula meminta pada Joan agar
menyiapkan bekal makanan. Kalau sudah bangkit semangatnya, George memang
suka lupa pada hal-hal seperti itu....

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tidak sampai sejam kemudian keempat remaja itu sudah bersepeda lagi dengan
gembira, kali ini menuju ke Killan. George tidak mau membuang-buang waktu.
Timmy diboncengkannya dalam keranjang, supaya nanti ia tidak perlu berhenti
untuk mengangkat anjingnya yang capek berlari-lari. Timmy menikmati perjalanan
itu. Lidahnya terjulur ke luar. Kelihatannya seolah-olah tertawa gembira.

Sesampai di tujuan mereka makan-makan dulu. Mereka memilih tempat yang
sudah didatangi sehari sebelumnya. Selesai makan, sisa bekal dimasukkan lagi ke
dalam keranjang makanan. Sepeda-sepeda ditaruh dalam semak. Setelah itu
mereka mulai berjalan, mendaki jalan setapak yang menyusur lereng gunung.

Sekali itu mereka tidak sempat mengamat-amatii bunga, kupu-kupu, serta
pemandangan alam yang indah. Perhatian mereka sepenuhnya tertuju pada tebing
batu yang ada di sisi kiri jalan.

Setelah berjalan sekitar setengah kilometer, tiba-tiba Dick tertegun, ia berdiri di
depan semak pakis yang lebat. Semak itu nampak acak-acakan, seperti ada yang
melanda.

"Mungkin ada keledai lewat di sini," kata Anne.

"Kenapa tidak mungkin manusia?" kata George menyangsikan. "Kalau keledai,
semak ini pasti sudah roboh karena diinjak-injak. Tapi kelihatannya ini cuma
didorong saja dengan sembrono ke samping. Mungkin di belakangnya ada apa-
apa...?"

Sambil bicara, George maju lalu mendorong sebagian dari semak itu ke samping, ia
menjengukkan kepala ke belakang tumbuh-tumbuhan itu. Detik berikut terdengar
suaranya berseru dengan gembira, "Asyik! Ada gua di sini!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Cepat - kita masuk!" seru Dick.

Keempat remaja itu memang sengaja mengenakan pakaian serba praktis.
Karenanya mereka tidak perlu berhati-hati. Mereka bisa merangkak-rangkak
sesuka mereka. Untung saja - karena celah yang merupakan mulut gua itu sempit
sekali. Mereka hanya bisa masuk dengan jalan menahan napas.

"Mungkin ini jalan masuk ke lembah yang lenyap itu," gumam Anne penuh harap.

"Itu sangkaanmu saja," kata Julian. "Jika begini gampang menemukannya, mestinya
kan sudah diketahui sejak berabad-abad sebelum kita!"

"Sayang kini sudah ada orang mendului kita," kata Dick.

"Dan nampaknya belum begitu lama," kata George membenarkan, ia
memperhatikan tempat itu. "Kelihatannya ini cuma gua dangkal saja - bukan liang
yang menjorok masuk ke dalam gunung. Tapi sebaiknya kita periksa saja dengan
senter."

Anak-anak menyalakan senter yang sengaja mereka bawa.

Diterangi sinar senter, lubang yang semula gelap itu langsung tidak terasa misterius
lagi. Dick dan Julian menyusuri tepi tempat itu sambil memukul-mukul dindingnya.
Tapi mereka tidak menemukan liang atau celah yang bisa dimasuki. Gua itu
ternyata gua biasa saja.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak merasa kecewa. Mereka kembali lagi ke luar, ke tempat terang. Ketika
sudah berada di jalan setapak lagi, mereka melihat dua sosok tubuh berdiri di situ.
Mereka tidak langsung bisa mengenali siapa kedua'orang itu, karena mata mereka
masih agak silau setelah beberapa waktu berada di tempat gelap.

"Wah - ada segerombolan monyet!" satu dari kedua orang tak dikenal itu
berbicara. Suaranya kasar.

"Mau apa kalian kemari?!" tukas yang satu lagi dengan suara yang sama tidak
ramahnya.

Setelah mata mereka terbiasa lagi pada cahaya terang, Julian dan ketiga
saudaranya melihat siapa yang berdiri di depan mereka. Dua orang pemuda
bertubuh kekar. Keduanya mengenakan pakaian seperti jagoan. Mereka berumur
antara delapan belas sampai dua puluh tahun. Tampang mereka menampakkan
gelagat tidak enak.

Aku tidak kepingin berjumpa dengan mereka di tempat gelap, pikir Dick yang
biasanya tidak cepat merasa ngeri.

Tapi tahu-tahu George melangkah maju, lalu berdiri tegak menatap kedua pemuda
berpenampilan kasar itu.

"Mau apa kami kemari?" tukasnya dengan sikap menantang. "Kurasa sama seperti
kalian - melancong!"

Mata pemuda yang berperawakan lebih besar mulai berkilat-kilat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kaudengar kata anak laki-laki ini. Bob?" katanya sambil berpaling memandang
temannya. "Berani juga ia bermulut besar!"

Bukan baru sekali itu George dikira anak laki-laki. Biasanya ia bangga jika begitu.
Tapi saat itu ia tidak merasa dipuji, ia berjaga-jaga, karena kedua pemuda yang
dihadapi bersikap mengancam. Timmy yang ada di samping George rupanya
berperasaan sama. Anjing setia itu tidak menggeram. Tapi bulu tengkuk-nya
menegak.

"Aku sama sekali tidak besar mulut," kata George. "Aku cuma menjawab
pertanyaan kalian!"

"Kau rupanya pandai bersilat lidah," kata pemuda yang rupanya bernama Bob.
"Bagaimana pendapat-mu jika jago kate ini kita cabuti bulunya beberapa helai?"

Temannya tertawa jelek.

"Pertama-tama aku masih ingin mendapat jawaban dari kalian! Nah - mau apa
kalian di sini?"

Julian menatapnya lurus-lurus.

"Sepupu perempuanku tadi sudah mengatakan -kami melancong di sini," katanya
tegas.

"Kami hendak mendaki Gunung Killan," sambung Anne. Anak itu berusaha
menyembunyikan rasa takutnya. Sementara itu pemuda yang bernama Bob
menatap George dengan sikap agak heran.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Eh - rupanya dia ini anak perempuan," kata Bob. "Tapi sekarang terus terang saja.
Kami melihat kalian tadi keluar dari dalam gua yang di sana itu. Menurutku, kalian
ini anak-anak yang suka mencampuri urusan orang lain!"

"Masa bodoh!" seru Dick yang sudah hilang kesabarannya. "Pokoknya kami juga
berhak ada di sini. Tempat ini kan bebas didatangi siapa pun juga!"

"Kami ingin lewat!" tukas George.

"He, he - jangan terburu-buru pergi!" Bob berdiri menghadang. Tapi ia tidak
memperhitungkan Timmy! Anjing itu kini menggeram dengan galak, sambil
menyeringai memperlihatkan taring. Sikapnya sudah agak merunduk, siap akan
menerjang maju.

"Jangan berani coba-coba!" kata Bob dengan geram. Tapi ia ditarik oleh temannya.

"Yuk - kita pergi! Anjing itu tidak main-main!"

"Baiklah-!" Sebelum berpaling ia masih mengancam George serta ketiga
sepupunya, "Kalian hati-hati saja - jangan coba-coba datang lagi kemari!"

"Kenapa kami yang harus hati-hati," balas George sambil menggaruk-garuk kepala
Timmy, sementara kedua pemuda tadi menjauh ke arah desa.

"Huhh! Tampang mereka - persis penjahat!" kata Dick sambil mendengus

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Mudah-mudahan kita tidak berjumpa lagi dengan mereka," kata Anne lirih.

Julian nampak agak prihatin.

"Mereka tadi bukan pelancong," katanya. "Mereka orang sini, jadi pasti suka
berkeliaran di sekitar sini. itu berarti kita pasti akan berhadapan lagi dengan
mereka jika kita meneruskan penyelidikan ini."

"Biar saja!" kata George sambil mengangkat bahu tanda tak peduli. "Aku tidak
takut pada mereka Keduanya bukan cuma bertampang jahat, tapi juga tolol. Kalau
mereka mengganggu kita lagi. Timmy pasti akan - "ia menirukan gerak menggigit"
dan seketika itu juga kita bebas dari gangguan mereka!"

"Tapi sebelumnya Timmy harus berpuasa dulu seminggu!" kata Dick sambil
cekikikan.

"Ya - dan kemudian ada kemungkinan ia mati karena keracunan!" kata Julian
menambahkan.

Gurauan keduanya meredakan suasana yang semu la tegang. Anak-anak
meneruskan pendakian. Bob dan kawannya sudah tidak diingat lagi.

Tapi penyelidikan hari itu sama sekali tidak mendatangkan pengetahuan baru
mengenai misteri lembah yang lenyap. Tebing batu curam mereka periksa dengan
teliti sekali. Tapi tidak dijumpai hal-hal yang luar biasa.

Sebelum sempat mencapai puncak, Julian sudah mengajak pulang. Dick mengomel,

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Huuh, lamban sekali jalannya penyelidikan kita ini Sampai kita mencapai puncak,
jangan-jangan aku sudah berjanggut putih yang panjang sekali!"

"Dan kalau sampai di puncak, itu berarti baru satu sisi gunung ini yang kita korek-
korek," sambut Julian sambil mengeluh. "Entah di mana letak jalan masuk ke
lembah itu!"

"Rasanya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami!"

"Kalian berdua ini benar-benar perusak suasana," tukas George yang akhirnya kesal
mendengar Dick dan Julian tidak henti-hentinya berkeluh-kesah. "Orang yang mau
berhasil memang harus berusaha keras dulu!"

"Betul," kata Anne. "Kalau aku - aku yakin bahwa kita pasti berhasil!"

Nampak jelas bahwa Anne ingin sekali melihat hikayat lama itu menjelma menjadi
kenyataan Dick memandang adiknya sambil ketawa, lalu mengangguk.

"Memang - yang penting kita asyik," katanya, "Kalau sudah malas mencari, kan
tidak ada yang melarang kita berhenti!"

Bab V

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

GUA TERSEMBUNYI

Hari-hari selanjutnya mereka meneruskan pencarian. Setiap kali pagi-pagi mereka
mendaki semakin tinggi. Dan kalau sudah hampir sore, turun lalu pulang dengan
perasaan kecewa. Kecuali George, semua sudah lesu. Apalagi karena menghadapi
persoalan lain....

Selama itu dua kali mereka bertemu lagi dengan Bob serta kawannya. Dengan
tatapan mata marah dan curiga, keduanya cepat-cepat menghindar. Itu tentu saja
karena Timmy. Kedua pemuda itu takut padanya. Anak-anak tidak mengerti, apa
yang menyebabkan adanya sikap permusuhan itu.

"Mungkin-mereka tidak menyukai kita datang ke Killan," kata George.

"Apa alasannya?!" tukas Dick. "Tempat ini kan bukan milik mereka!"

Karena kedua pemuda itu, suasana lantas terasa menegangkan. Terdapat kesan
seakan-akan keduanya mengawasi setiap gerak-gerik mereka dari jauh.

Suatu siang yang cerah George serta ketiga sepupunya ada lagi untuk kesekian
kalinya di atas gunung. Mereka meneruskan pencarian, walau sudah semakin lesu.
Hanya Timmy saja yang masih nampak gembira. Anjing itu berlari-lari kian kemari,
ia asyik mengejar kelinci, kodok, dan entah binatang apa lagi Atau kalau tidak,
berguling-guling dengan asyik di lengah tumbuh-tumbuhan rendah.

Tiba-tiba George melihat Timmy mengendus-endus, lalu Mengejar seekor tikus
ladang sambil mendengking-dengking.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Tim! Timmy! Sini, Tim," seru George memanggil-manggil. "Jangan kauganggu tikus
itu!"

Tapi Timmy pura-pura tidak mendengar, karena sedang asyik. Dengan hidung
menempel ke tanah, diikutinya jejak tikus tadi. Tikus itu melesat lari menghilang ke
dalam semak belukar. Timmy lang-sung mengejar. Tahu-tahu anjing itu sudah
menghi-lang di tengah semak.

"Ah, macam-macam saja anjing itu." kata Dick mengomel. "Ke mana dia sekarang?"

George menyeruak ke dalam semak sambil memanggil-manggil, "Tim! Timmy!"

ia mendengar Timmy menggonggong. Aneh -kenapa kedengarannya seperti dari
jauh sekali? George maju dengan susah payah. Tiba-tiba ia berseru kaget,

"Ada lubang!"

Di depannya menganga sebuah lubang di tengah-tebing batu. Lubang sebuah gua,
yang tidak nampak dari jalan setapak yang selama itu mereka telusuri.

Julian, Dick, dan Anne bergegas-gegas datang.

"Nah! Akhirnya kita berhasil menemukan gua yang benar-benar gua!" kata Dick
sambil bersorak gembira. "Jauh lebih besar daripada yang waktu itu! Aku berani
bertaruh, ini pasti jalan masuk ke ..."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Jangan cepat-cepat senang dulu!" potong George. "Rumput di sini kelihatannya
seperti ada yang menginjak-injak. Nih - ini bahkan ada jejak kaki orang. Ini berarti
bahwa ada yang tahu di sini ada gua!"

"Wah! Lihat ini!"

Anak-anak yang lain mendengar suara Anne berseru dari dalam gua. Anak itu
meraba-raba berbagai benda yang bergantungan di dinding gua atau terhampar di
bawah. Julian membungkuk untuk mengamat-amati dengan lebih teliti.

"Perangkap, jerat, dan kulit kelinci!" serunya. "Dan di pojok sana, tumpukan kulit
yang sudah kering!"

"Rupanya ini tempat bersembunyi pemburu gelap!" kata Dick.

"Ini rupanya penjelasannya!" seru George puas. "Dari semula sudah kuduga. Pantas
kedua orang aneh itu kelihatannya gelisah terus. Rupanya mereka khawatir kita
akan menemukan tempat persembunyi an mereka - seperti yang terjadi sekarang!"

"Kau benar, George!" kata Julian sambil mengang-guk. "Mereka itu pemburu
gelap!"

"Mereka, atau bisa juga orang lain," kata Dick. berhati-hati. "Kita sama sekali tidak
mempunyai bukti bahwa keduanya memasang jerat dan perangkap tanpa ijin!"

Tiba-tiba keempat remaja itu kaget. Dari arah luar terdengar bunyi semak
disibakkan dengan buru-buru. Sesaat kemudian Anne menjerit, karena melihat
pemuda yang bernama Bob masuk ke dalam gua bersama kawannya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa kataku!" teriak Bob pada kawannya. "Mereka ternyata memang memata-
matai kita. Tapi kau tetap saja tidak mau percaya. Sekarang kaulihat sendiri
kenyataannya!"

Anak-anak gentar juga mendengar Bob membentak-bentak. Dari ucapannya sendiri
terbukti bahwa mereka berdua memang pemburu gelap.

Bob datang menghampiri dengan sikap mengancam.

"Kuperingatkan saja kalian sekarang," amuknya. "Kalian pasti menyesal nanti, kalau
berani melapor ke polisi."

Dengan susah payah George harus menahan Timmy yang hendak menerjang kedua
pemuda itu.

"Kami sama sekali tidak memata-matai kalian," katanya dengan sengit. "Kami tidak
suka begitu."

"Kalau begitu, apa yang kalian cari di sini?" bentak teman Bob.

Julian buru-buru berusaha menjelaskan.

"Kami sedang berlibur di daerah sini dan berjalan-jalan di gunung untuk mengisi
waktu," katanya. "Itu kan biasa?"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau ini memang bodoh, atau pura-pura saja tak memahami pertanyaanku tadi,"
bentak pemuda teman Bob. "Aku ingin tahu apa yang kalian lakukan di sini - dalam
gua ini, tahu!"

"Kami masuk kemari karena tadi menyusul Timmy, anjingku," kata George berterus
terang, "ia tahu-tahu menghilang ketika sedang mengejar tikus."

Tapi kedua pemburu gelap itu kelihatannya tidak mempercayai penjelasan itu.
Mereka menatap keempat remaja itu dengan mata berkilat-kilat marah. Anne
mengkerut ketakutan.

"Katanya betul," ucapnya hampir-hampir tak kede ngaran. "George tidak pernah
berbohong. Gua ini secara kebetulan saja kami temukan. Tapi bukan ini yang kami
cari sebenarnya...."

"Diam, Anne!" bentak George dengan marah.

Tapi sudah terlambat. Bob serta kawannya memandang Anne dengan penuh
minat.

"Lalu apa yang sebetulnya kalian cari?"

George sebenarnya bermaksud hendak melepaskan Timmy. Tapi Bob ternyata
menduga niat itu. Dengan cepat pemuda itu menghunus pisau.

"Kubunuh nanti anjingmu itu, jika kau nekat melepaskannya," sergahnya
mengancam.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

George tidak jadi melakukan niatnya - dan Anne bercerita! Anak itu membeberkan
segala rencana mereka, sementara anak-anak yang lain hanya bisa ikut mendengar
saja tanpa bisa berbuat apa-apa untuk mencegah. Ketika Anne selesai berbicara,
tahu-tahu Bob tertawa terbahak-bahak.

"Kalian ini ternyata masih kekanak-kanakan, mau saja percaya pada dongeng yang
begitu tidak masuk akal! Tapi kalau kalian memang ingin mencari jejak Orang
Hitam-silakan! Tapi kuperingatkan sekali lagi. jangan bilang pada siapa-siapa
tentang gua ini. Pada siapa pun, jangan! Mengerti? Sekarang enyahlah dari sini.
Pergi - cepat!"

Dengan perasaan lega anak-anak bergegas keluar, menuju tempat terang.

Setelah mereka pergi, kedua pemburu gelap saling berpandang-pandangan.

"He, Philip," kata Bob sambil berbisik-bisik, "bagaimana jika ocehan anak tadi
ternyata benar? Barangkali saja patung emas itu benar-benar ada! Yang jelas
mereka tadi bertekad bulat hendak mencari sampai dapat!"

"Biar saja mereka mencari! Kalau ternyata berhasil menemukan, tinggal kita curi
saja dari mereka. Selama itu kita harus terus mengamat-amati!"

"Tepat! Kita amat-amati mereka tanpa ketahuan, Hebat juga apabila kita berhasil
memperolah harta itu tanpa harus repot-repot mencari!" Keduanya bergembira
membayangkan kemungkin-an itu. Mereka lantas memberkas tumpukan kulit
binatang hasil jeratan mereka yang sudah kering. Tanpa menyadari bahwa mereka
diintai, hari-hari selanjutnya Julian beserta ketiga saudaranya melan-jutkan
pencarian jalan masuk ke lembah yang tersembunyi dalam perut gunung. Tapi sia-

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sia belaka! Mereka sampai di puncak Gunung Killan tanpa sedikit pun menemukan
tanda-tanda yang menggembirakan. Akhirnya Julian menyarankan agar usaha
mencari lembah itu dihentikan saja. "Kita coba saja sekali lagi besok," kata George
yang belum mau menyerah. "Siapa tahu, mungkin besok kita bernasib baik...."

Kata-katanya itu ternyata merupakan ramalan tepat, karena malam itu terjadi
sesuatu yang membawa akibat penting bagi Lima Sekawan.

Bab VI

GEMPA!

Malam itu seisi rumah tidur nyenyak. Tapi menjelang pukul lima pagi semua
dikagetkan oleh guncangan yang keras sekali.

Anne terloncat bangun sambil berteriak ketakutan.

"George! George! Apakah yang terjadi?" serunya.

George yang berbaring di tempat tidur sebelah berusaha menyalakan lampu. Tapi
tidak bisa. Listrik mati! Saat itu bumi berguncang sekali lagi - lebih keras dari
guncangan pertama. Anne menjerit.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Gempa bumi!" kata George. "Cepat - kita harus keluar dari sini. Kita lari ke kebun!
Cepat - nanti kita tertimpa tembok runtuh!"

Anne memaksa tubuhnya yang lunglai untuk beranjak bangun dari tempat tidur, ia
lari ke luar kamar, menyusul George yang sudah lari lebih dulu Bunyi-bunyi aneh
menggema dalam rumah, bercam-pur dengan suara orang serta langkah kaki lari
bergegas-gegas. Paman Quentin dan Bibi Fanny muncul membawa senter.

"George! Anne! Dick! Julian! Cepat - kita harus lari ke luar! Cepaat!"

Semua bergegas lari ke kebun. Di luar sunyi senyap. Tidak ada angin berhembus.
Tak terdengar suara burung-burung berkicau.

Tanah di bawah kaki bergoyang-goyang lagi.

"Cepat, ke tempat yang lapang!" seru Bibi Fanny. "Di situ paling aman apabila
tanah tidak merekah."

"Wah, bagaimana jika rumah roboh?" kata Paman Quentin dengan perasaan
cemas. "Pekerjaan penelitianku masih ada di dalam!"

"Nyawa kita lebih penting daripada segala-galanya," sambut Bibi Fanny dengan
tegas.

"Lamakah gempa bumi seperti ini. Yah?" tanya George kecut.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Entah, aku juga tidak tahu," jawab ayahnya. "Tapi seingatku, dulu daerah sini
sering dilanda gempa yang hebat. Jadi bagi orang sini sudah tidak aneh lagi."

Kata-katanya terpotong bunyi gemuruh yang seakan-akan datang dari perut bumi.

"Semuanya bertiarap! Cepat!" seru Paman Quentin.

George tidak langsung mengikuti seruan ayahnya. Detik berikutnya tahu-tahu ia
jatuh terjerembab. Dirasakannya tanah bergerak-gerak.

"Aduh - rumah pasti roboh sekarang," seru Joan berkeluh-kesah. Timmy
mendengking lirih, sementara bunyi gemuruh lambat-lambat menghilang lagi.

Dengan sikap ragu semua berdiri kembali. Dari arah desa terdengar suara orang
ramai berseru-seru. Selama satu jam seterusnya, tanah masih terasa bergetar
pelan.

Akhirnya bumi seperti menarik napas lega. Suasana berubah menjadi senyap.

Hari sudah terang. Tapi keluarga Kirrin masih belum beranjak dari tempat semula.

"Kurasa bahaya sudah lewat sekarang," kata Paman Quentin. "Yuk, kita ke desa.
Barangkali tenaga kita diperlukan di sana!" Paman Quentin beranjak, hendak pergi.

"Tapi masa dengan pakaian tidur, Quentin!" kata Bibi Fanny mengingatkan
suaminya. Paman Quentin memang pelupa sekali, ia tidak sadar bahwa saat itu
masih memakai piama.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan cepat mereka berganti pakaian, lalu pergi ke desa. Di sana mereka
menjumpai pemandangan yang menyedihkan. Sejumlah rumah roboh, sementara
bangunan-bangunan lainnya retak-retak. Kaca-kaca jendela pecah berhamburan di
tanah. Menara gereja kuno juga tidak ada lagi. Untung saja tidak ada korban jiwa
dalam kejadian itu.

Tapi yang cedera cukup banyak. Penghuni desa yang ketakutan bergerombol-
gerombol di tengah jalan. Tak ada yang berani masuk kembali ke rumah masing-
masing.

Paman Quentin, Bibi Fanny, dan Joan menyingsing-kan lengan baju, ikut membantu
di mana diperlukan. Begitu pula halnya dengan George serta ketiga saudara
sepupunya.

Menjelang tengah hari situasi sudah mulai terkendali. Korban yang cedera diangkut
ke rumah sakit, sementara mereka yang kehilangan tempat tinggal ditampung di
tempat tetangga. Semua ikut bekerja keras, berusaha mengatasi akibat-akibat
gempa dahsyat itu.

Kemudian keluarga Kirrin kembali ke villa yang mereka tempati. Joan
menghidangkan sarapan untuk memulihkan tenaga yang terkuras tadi.

"Mungkinkah gempa tadi terulang lagi?" tanya Anne takut-takut.

"Kemungkinannya memang ada - tapi kurasa takkan terjadi," kata Bibi Fanny
menenangkan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi orang-orang di desa khawatir kejadian tadi akan berulang," kata Julian sambil
mendesah, ia agak gelisah.

"Alaa - kita lihat saja nanti," ujar George berlagak berani, sambil menyodorkan
sepotong daging pada Timmy yang siap menunggu di bawah meja. "Untuk apa kita
sudah takut sebelum ada kejadian apa-apa."

Hari itu anak-anak tidak pergi ke mana mana. Mereka tidak meninggalkan rumah.
Tapi keesokan harinya keadaan ternyata tetap tenang. Mereka lantas memutuskan
untuk melanjutkan usaha pencarian.

Keempat remaja itu berangkat lagi menuju ke Gunung Killan, lalu langsung
memulai pendakian sambil meneliti tebing.

Cukup lama mereka mencari-cari tanpa menemukan apa-apa. Sedang Timmy selalu
mendului. Tiba-tiba anjing itu berhenti lalu menggonggong.

"Pasti ia menemukan sesuatu!" kata George sambil lari menghampiri, disusul oleh
Julian, Dick, dan Anne.

Mereka melihat tanah di depan Timmy merekah. Nampak sebuah celah yang
dalam sekali, melintang di jalan setapak yang sedang mereka telusuri.

"Ini pasti karena gempa kemarin!" seru Anne.

"Tidak begitu lebar," kata Dick, ia berlutut sambil mengintip ke dalam celah. "Kita
bisa melompatinya ke seberang!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"He! Tidak jauh dari sini kan gua dangkal yang kita temukan waktu itu," kata Julian
dengan tiba-tiba. "Aku masih ingat tempat ini."

"Ya, betul!" kata George sambil mengangguk. "Tapi sekarang tidak kelihatan lagi!
Semak di depannya juga lenyap. Lihatlah - waktu itu kan di sana tempatnya!" ia
menuding ke arah di mana semula nampak lubang gelap. Dengan sinar mata
berkilat-kilat ia menambahkan, "Rupanya gunung ini kemarin juga ikut bergerak.
Yuk, kita periksa ke sana!"

"Untuk apa?" tanya Dick.

"Aku ingin tahu ada apa di bawah tumpukan batu-batu yang longsor ini!" jawab
George bersemangat.

Keempat remaja itu sibuk memindahkan batu-batu yang menutupi. Setelah semua
tersingkir, nampak lubang gua. Ternyata ukurannya bertambah besar sekarang.

"Jangan masuk - karena mungkin berbahaya!" kata Julian memperingatkan. "Siapa
tahu, jangan-jangan di dalam ada retakan dalam."

"Betul! Dan di samping itu kita kan sudah pernah masuk," kata Dick menambahkan.

Tapi sementara itu George sudah masuk. Sesaat kemudian terdengar suaranya
berseru dengan gem-bira. Anak-anak yang lain bergegas menyusul. Sesampai di
dalam mereka melihat George berdiri sambil menyorotkan cahaya senternya ke
dinding gua, Di situ nampak retakan yang lebar.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Lihatlah!" serunya sambil menoleh ke arah ketiga saudaranya. "Dinding di sini
retak. Bukan itu saja-aku juga merasakan ada hembusan angin dari arah dalam.
Mungkin inilah jalan masuk ke lembah yang hilang itu!"

Tidak lama kemudian keempat remaja itu sudah masuk ke dalam retakan baru itu,
yang rupanya merupakan liang masuk ke dalam gunung. George berjalan paling
depan, menerangi jalan yang akan dilewati. Hanya ia sendiri yang pagi itu teringat
akan perlunya membawa senter. Tapi sayangnya cahaya senter itu sudah lemah.

Retakan itu ternyata tidak begitu lebar. Hanya cukup untuk dilewati satu orang.
Dan itu pun dengan susah payah. Tapi mereka tidak perlu membungkuk-bungkuk,
karena celah itu tinggi sekali.

Mulanya keempat remaja itu harus berjalan dengan hati-hati, karena harus melalui
batu besar-kecil yang berserakan. Tapi kemudian dasar celah bertambah rata dan
lebar.

"Liang ini kelihatannya menuju ke perut gunung, kata Julian.

"Tapi kita harus berhati-hati, karena tidak tahu di mana ujungnya," kata Dick.
"Jangan-jangan nanti kita terjerumus ke dalam sebuah lubang. Atau tertimpa batu
yang jatuh dari atas."

"Memang, itu bisa saja terjadi," kita George. "Tapi ada kemungkinan pula kita nanti
menemukan lembah yang selama ini lenyap, dan dengan begitu akhirnya
mengetahui rahasia Orang Hitam yang dulu menghuni lembah itu."

George berani berkata begitu karena ia mengandalkan naluri Timmy. Sudah sering
terjadi anjing itu memberi peringatan kalau ada bahaya menghadang mereka.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Dick menyingkirkan rasa was-wasnya. Jiwa petualangannya tergugah. Diikutinya
George yang sudah masuk lebih jauh. Sedang Julian memperhatikan nyala senter
yang semakin redup. Anne membisu, ia merasa sangsi dan juga cemas.

Tahu-tahu nyala senter yang dibawa George padam. Suara-suara kaget menggema
dalam liang yang tahu-tahu menjadi gelap gulita.

"Nah - apa kataku tadi...." umpat Julian.

"Jangan mengomel!" desis George sambil mengguncang-guncang senternya. "Ini
pasti masih bisa menyala lagi sebentar. Mungkin masih cukup jika kita cepat-cepat
kembali."

Ternyata senter itu menyala lagi setelah agak lama diguncang-guncang oleh
George. Tapi cahayanya redup sekali, sehingga jalan yang harus dilewati hanya
samar-samar saja nampak. Dengan langkah tersaruk-saruk keempat remaja itu
menyurutkan langkah Mereka menarik napas lega ketika akhirnya sampai lagi di
tempat terang di luar gua.

"Huuh - nyaris saja kita celaka tadi," desah Dick lega.

"Ya, memang! Tadi kita terlalu nekat," kata Julian. Sementara itu George nampak
termangu, menatap mulut gua. Timmy menirukan tuannya, ikut memandang
dengan kepala dimiringkan.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Coba dengar sebentar!" kata George kemudian. "Lubang ini harus cepat-cepat kita
timbun lagi supaya tidak ada orang lain masuk dan mendului kita. Ayo, kita
tumpukkan batu-batu di depannya."

Julian memandangnya dengan kagum.

"Betul sekali katamu itu," pujinya, ia menoleh pada adik-adiknya. "Cepat bantu!
Kalau kita berempat, dengan cepat lubang ini akan sudah tertimbun lagi!"

Mereka bergegas-gegas menimbun mulut gua. Ternyata itu tidak sia-sia! Baru saja
lubang selesai ditimbun seluruhnya, ketika terdengar langkah orang
menghampiri....

Ternyata yang datang kedua pemuda yang itu-itu juga. Bob dan Philip! Rupanya
mereka hendak memeriksa gua tempat mereka menimbun kulit binatang hasil
jeratan. Begitu melihat anak-anak. Bob langsung berseru dengan nada mengejek,

"Eh, ketemu lagi! Kalian masih tetap sibuk dengan petualangan konyol itu?"

"Kalian tidak takut pada gempa?" tanya temannya. "Segala-galanya roboh
berantakan! Nanti kalian mati tertimpa batu!"

Anak-anak tidak menjawab. Mereka tidak suka pada kedua pemuda kasar itu.
Karenanya mereka juga tidak mau diajak berbicara.

Philip ternyata gampang marah. Sikap anak-anak yang membisu membangkitkan
kejengkelannya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"He!" bentaknya. "Kalian bisu, ya? Jawab, kalau diajak bicara!"

"Kami tidak bercerita pada siapa-siapa tentang kalian," kata George dengan nada
datar. "Itu kan sudah cukup! Kami tidak harus mengobrol dengan kalian. Sekarang
jangan ganggu kami lagi!"

George memang anak yang berani. Tapi sikapnya terlalu polos, ia tidak tahu kapan
saatnya harus bersiasat. Jawabannya menyebabkan Philip semakin marah.

"Kepingin rasanya menghajar anak laki-laki besar mulut ini!" teriaknya sambil
menyodorkan kepalan tinjunya ke depan hidung George.

"Dia kan anak perempuan!" kata Bob dengan sikap meremehkan. "Anak
perempuan kalau dipukul cepat sekali menangis!" ia tertawa terbahak-bahak.
Rupanya geli mendengar leluconnya sendiri.

George merasakan darahnya menggelegak. Tapi Julian cepat-cepat menengahi.

"Kami tidak mencari keributan!" katanya sambil mengangkat tangan kanannya
dengan sikap menyabarkan.

Tapi itu malah menambah kesulitan. Dengan sikap curiga Philip mengarahkan
tatapan matanya pada tangan Julian yang kotor karena habis mengangkut batu
yang berlumur tanah dan lumpur.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Aha!" seru pemuda itu. George tidak diacuhkannya lagi. "Rupanya kalian habis
menggali, ya? Lihat saja, tanganmu begitu kotor!" Sikapnya berubah menjadi licik.
"Bagaimana - ada sesuatu yang kalian temukan tadi? Ayo. bilang! Kami ingin sekali
tahu!"

George kaget. Seketika itu juga ia tahu bahwa kedua pemuda berandal itu tertarik
pada patung emas Ratu Sulmai. Sementara itu Philip berpaling pada Anne, karena
anak itu sebelumnya telah membeberkan segala-galanya yang diketahui.

"Sudah - sekarang jangan ganggu kami lagi!" seru George cepat-cepat, ia tidak bisa
menguasai dirinya lagi. "Sergap, Tim!"

Kedua pemuda yang semula mengambil sikap mengancam kaget sekali mendengar
seruan George. Mereka tidak siap dengan pisau mereka. Tahu-tahu Timmy sudah
menyerang secepat kilat. Bob dan Philip bingung sekali. Mereka hanya melihat
taring tajam di tengah moncong yang terbuka lebar, mata merah mendelik, serta
bulu tengkuk berdiri tegak. Timmy beraksi dengan cepat sekali, menyambar-
nyambar kian kemari. Betis, ujung jaket, sepotong kain celana -ia menggigit tanpa
memilih-milih lagi!

Bob dan Philip tidak tahan menghadapi serangan itu. Sambil berteriak-teriak
ketakutan, mereka lari pontang-panting. Timmy mengejar sambil meng-gonggong-
gonggong tanda menang.

George tertawa terpingkal-pingkal, sampai hampir hampir tidak bisa memanggil
Timmy.

"Tim! Sini, Tim!" serunya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Timmy kembali dengan napas terengah-engah, Anak-anak mengelus-elus kepala
anjing setia itu Wajah mereka berseri-seri. Hanya Julian yang agak termenung.
Disadarinya bahwa dengan adanya kejadian itu kini terdapat permusuhan secara
terang-terangan dengan Bob dan Philip!

Bab VII

PENINGGALAN KUNO

Keesokan harinya mereka kembali lagi ke tempat itu. Mereka berbekal senter
dengan baterai yang masih baru. Julian juga membawa tali dan kapur tulis.

"Ini untuk berjaga-jaga kalau liang itu tahu-tahu bercabang," katanya menjelaskan.
"Dengan kapur ini kita menandai jalan mana yang kita lewati."

"Lalu tali itu?" tanya Anne.

"Ini kalau menghadapi jalan yang sangat rumit. Ujungnya kita ikatkan ke batu, lalu
kita berjalan sambil mengulur tali. Dengan begitu jalan kembali pasti akan bisa kita
temukan. Tali lebih baik daripada kapur."

"Kenapa begitu?" tanya Anne. ia masih belum mengerti.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Click to View FlipBook Version