The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by MAKTABAH SMK A TUN DATU MUSTAPHA, 2021-09-30 00:38:57

Lima Sekawan - Di Kota Hantu

Lima Sekawan - Di Kota Hantu

Keywords: Sekawan

"Untuk melihat tanda kapur kan diperlukan cahaya. Kalau tali, tidak perlu. Kita bisa
merabanya dalam gelap."

"Tapi kita kan berbekal senter?" kata adiknya. "Senter bisa saja tahu-tahu mati!"
"Mana mungkin!" bantah George. "Baru saja tadi kita ganti."

"Kalau jatuh lalu rusak, bagaimana?" desak Julian.

"Kau ini rupanya kurang percaya pada diri sendiri Ju," tukas Dick sambil nyengir.
"Masa senter yang perlu bisa sampai kita jatuhkan!"

"Lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal kemu dian," kata Julian berkeras. Dick
tertawa lagi.

"Kau ini seperti orang yang memakai ikat pinggang dan tali penahan celana
sekaligus, karena khawatir celanamu merosot," katanya.

Julian ikut tertawa bersama anak-anak yang lain. Kiasan yang diucapkan Dick
memang kocak sekali.

Sambil bercakap-cakap, keempat remaja itu berjalan terus menyusur liang. Tempat
di mana mereka kemarin terpaksa berbalik sudah dilewati. Mereka bisa maju
dengan cepat, berkat sinar senter yang kini terang.

Seperti biasa, George berjalan paling depan. Jantungnya berdebar-debar. Setiap
kali di depan ada belokan, ia selalu sudah membayang-bayangkan akan melihat
sesuatu yang baru di sebaliknya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tiba-tiba liang itu mulai melebar.

"He - di depan ada gua lagi!" serunya bersemangat.

Keempat remaja itu bergegas-gegas maju sampai di ujung liang. Di depan
terbentang rongga lapang berdinding batu. Rongga itu rupanya dulu terjadi karena
ada sungai dalam tanah mengalir di situ.

"Kemarilah sebentar!" seru Dick yang menyoroti salah satu bagian rongga itu. "Di
sini ada gambar-gambar!"

Dengan mata terbuka lebar, George memandang ke tempat yang disoroti.

"Ya, betul! Dan berwarna-warna lagi," bisiknya kagum.

Gambar-gambar itu menampakkan sejumlah orang bersenjata tombak yang
sedang berburu kijang dan babi hutan.

"Gambar pemburu serta anjing-anjing mereka," gumam Anne.

"Para pemburunya berkulit hitam!" seru Dick.

"Mungkinkah mereka ini Orang Hitam yang diceritakan dalam hikayat itu?" bisik
Julian kagum.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Luar biasa!" ucap George dengan bersemangat. "Nah - sekarang barulah kau mau
percaya bahwa lembah yang lenyap itu benar-benar ada!"

"Tenang, tenang dulu," kata Julian. "Gambar-gambar ini belum merupakan bukti!"

"Yuk, kita terus!" seru Anne.

Masih ada beberapa gambar lagi yang ditemukan dalam gua itu. Semua
kelihatannya sudah sangat tua umurnya.

Tapi penemuan selanjutnya benar-benar membuat hati anak-anak itu berdebar
keras. Di sebelah kiri dan kanan liang dari mana mereka muncul tadi ternyata ada
dua lorong lagi. Dengan segera senter disorotkan ke dalamnya.

"Aku berani bertaruh, kedua lorong ini pasti menuju ke lembah yang kita cari itu,"
kata George.

"Kita periksa saja satu per satu," kata Anne menyarankan. Tapi George
menganggap itu membuang-buang waktu saja. Dick sependapat dengannya.

"Lebih baik kita memeriksa dalam dua kelompok," kata George. "Dengan begitu
kan lebih cepat!"

Julian setuju, ia akan memeriksa bersama Anne Timmy memilih ikut Dick dan
George.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sebaiknya kita tentukan saja, berapa lama kita masing-masing memeriksa," kata
Julian serius. "Setengah jam lagi kita sama-sama harus berbalik dan berkumpul lagi
di sini."

Setelah itu mereka berpisah. Anne ikut dengan Julian memasuki lorong yang
sebelah kanan, sementara George, Dick, dan Timmy menghilang ke dalam lorong
kiri.

Timmy berlari-lari mendului dengan gembira. "Itu pertanda baik," kata George, "ia
pasti merasa bahwa di depan ada sesuatu!"

Dick tidak seyakin George. Tapi ia diam saja. Tapi kemudian ternyata bahwa
dugaan George memang tepat. Setelah beberapa waktu menyusur dalam lorong
itu, tahu-tahu terdengar gonggongan Timmy yang sudah agak jauh berada di
depan. Aneh! Gonggongan itu kedengarannya seperti menggema! Seolah-olah -
Dick dan George tidak berpikir panjang lagi. Keduanya bergegas-gegas lari
menyusul. Apa yang nampak kemudian menyebabkan kedua remaja itu bersorak-
sorai. Di depan mereka terbentang sebuah ruangan yang lapang. Nampak jelas
bahwa ruangan itu buatan manusia!

"Wah!" seru Dick. "Kelihatannya kita sampai di ruangan tempat kebaktian. Lihatlah,
George! Meja batu besar itu kan altar... dan yang ini bangku-bangku tempat
duduk!"

"Dan di sana ada lampu minyak berjejer-jejer!" kata George menambahkan.
Dihampirinya lampu-lampu itu, yang terletak di semacam relung.

Kedua remaja itu sibuk memeriksa ke sana dan kemari sambil berseru-seru dengan
penuh semangat.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Ini bukti nyata!" seru George. "Hitam atau tidak-tapi jelas bahwa di sini pernah
ada manusia Peninggalan ini merupakan bukti yang sangat jelas!"

"Guk!"

Gonggongan Timmy datang dari balik altar. George dan Dick menyusul ke situ.
Ternyata di balik tempat suci itu ada gang lagi.

"Sayang kita tidak punya waku lagi," kata Dick sambil memandang arlojinya.
"Setengah jam yang kita sepakatkan tadi sudah lama lewat. Kita harus segera
kembali!"

Mereka kembali ke gua. Ternyata Anne dan Julian sudah lebih dulu ada di sana.
Keduanya nampak lega ketika melihat Dick dan George muncul dari lorong gelap.

"Lorong kami buntu!" seru Julian menyongsong mereka. "Tidak lama setelah tadi,
kami sudah kembali lagi kemari!"

Diceritakannya jalan yang tadi ditempuh bersama Anne.

"Mula-mula kami harus mendaki dengan susah payah, karena lorong itu menanjak.
Setelah melewati tikungan tajam, tahu-tahu ada batu besar mengha-dang. Kami
tidak bisa melewatinya. Karena itu kami terpaksa kembali."

"Itu tidak apa!" kata George dengan gembira. "Kami lebih beruntung!" Lalu ia
bercerita tentang penga-lamannya bersama Dick dan Timmy.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Luar biasa!" seru Julian bersemangat. "Yuk - kita cepat-cepat ke sana!"

Mereka berlari-lari menyusur lorong yang sebelah kiri. Beberapa saat kemudian
sampai dalam ruang yang ada altar batunya. Sekarang Julian pun sudah tidak sangsi
lagi. Apa yang nampak di situ memang merupakan bukti bahwa tempat itu pernah
didiami orang.

Sayang saat itu sudah hampir sore. Anak-anak memutuskan untuk melanjutkan
penyelidikan mereka keesokan harinya. Ke manakah lorong di belakang altar itu
akan membawa mereka?

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat lagi. Tapi sial - di
tengah jalan mereka berjumpa dengan Bob dan Philip. Kedua pemuda itu rupanya
memang sengaja menunggu mereka. Bob berdiri sambil membersihkan kuku
tangannya dengan pisau. Sikapnya acuh tak acuh. Sedang Philip menggenggam
tongkat.

George langsung sadar bahwa sekali itu Timmy pasti kalah.

"Jangan kauserang, Tim!" bisiknya pada anjing itu. Anne menatap kedua pemuda
itu dengan perasaan gelisah. Anak itu tidak bisa dibilang pemberani. Tapi ia bisa
bersikap tabah, walau lututnya terasa lemas.

Namun kedua pemburu gelap itu ternyata tidak bermaksud mencegat mereka.
Dibiarkan saja keempat remaja itu lewat bersama Timmy. Setelah agak jauh,
barulah keduanya mengikuti dari belakang. Karenanya anak-anak tidak bisa masuk
ke gua. Mereka agak bingung.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Akhirnya Anne yang pertama-tama mendapat akal. Dengan suara agak gemetar ia
memanggil George,

"Di mana tempat bunga-bunga itu tumbuh, yang kemarin hendak kita petik untuk
Bibi Fanny?" serunya "Di sini tidak kelihatan?"

Dengan cepat George memahami maksud Anne. Anak itu bermaksud hendak
mengalihkan perhatian, katanya dalam hati.

"Memang bukan di sini tempatnya!" balas George. "Kita masih harus agak mendaki
sedikit lagi!"

Keempat remaja itu meneruskan pendakian, makin tinggi ke atas gunung. Selama
beberapa jam setelah itu mereka asyik memetik bunga, bermain-main dengan
Timmy, kemudian berbaring-baring di rumput. Bob dan Philip yang mengawasi dari
jauh nampak makin lama makin gelisah.

Menjelang sore anak-anak bersepeda kembali ke Klyness.

"Kita tadi berhasil mengelabui kedua orang itu," kata George. "Tapi dengan begini,
kita takkan bisa maju-maju. Jika mereka terus-menerus mengawasi, bisa kita
lupakan saja gua serta petualangan kita kali ini!"

Bab VIII

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

MENCARI JALAN

Kejadian dua hari berikutnya menyebabkan kejengkelan anak-anak semakin
memuncak, begitu pula rasa kecewa mereka. Mereka sudah bertindak dengan hati-
hati sekali. Tapi Bob dan Philip masih saja bisa membuntuti.

"Mungkin sebaiknya kita pura-pura bosan mencari," kata Julian mengusulkan.
"Dengan begitu mungkin mereka bisa tertipu."

"Aku tidak setuju!" bantah George. "Karena dengan begitu terlalu banyak waktu
terbuang nanti. Liburan kan tinggal beberapa hari lagi. Aku lebih setuju jika kita
meneruskan malam hari!"

"Pasti Paman dan Bibi takkan mengijinkan!" kata Anne.

"Kenapa harus bilang pada mereka?" kata George dengan mata berkilat-kilat.
"Maksudku dengan malam tadi itu sebenarnya petang hari. Lagi pula, kita tidak
setiap malam berkeliaran dalam gua. Sayang kan kalau kesempatan baik ini tidak
kita pergunakan. Kau bisa memotret gambar-gambar menarik itu nanti, Julian!"

George sengaja berkata begitu, karena ia tahu bahwa Julian gemar memotret.
Apalagi kalau ada obyek yang begitu menarik! Dan benarlah - Julian langsung
setuju.

Pertama kalinya mereka berangkat malam-malam, suasananya agak aneh.
Keempat remaja itu menyelinap pergi dari rumah dengan perasaan tidak enak.
Mereka merasa bahwa perbuatan itu sebenarnya tidak baik, karena tidak memberi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tahu terlebih dulu. Bahkan Timmy pun kelihatannya berperasaan sama, karena ia
berjalan dengan ekor terkulai masuk di antara kedua kaki belakangnya.

Dalam perjalanan menuju ke gua, mereka berulang kali menoleh ke belakang. Bulu
tengkuk mereka merinding. Jangan-jangan Bob dan Philip sudah mengintai untuk
kemudian menyergap! Bahaya itu memang bukan mustahil.

Tapi mereka mencapai rongga yang ada gambar-gambar di dindingnya tanpa
mengalami apa-apa di tengah jalan. Julian langsung sibuk memotret gambar-
gambar itu, yang di samping adegan berburu juga menampakkan serombongan
pemusik dan penari bergaun panjang. Begitu asyik ia memotret sampai akhirnya
ketiga saudaranya sudah tidak sabar lagi.

"Nah - sekarang kita terus!" kata Julian sambil mengemaskan alat fotonya.

Tanpa membuang-buang waktu lagi mereka langsung menuju ruangan tempat
altar.

"Rupanya ini tempat Orang Hitam dulu melakukan upacara keagamaan," kata
Julian menduga.

"Ya, pendapatku juga begitu," sambut George.

Mereka memasuki lorong yang di balik altar Anak-anak membawa senter dengan
baterai yang masih baru. Tapi walau begitu Julian berkeras hendak menandai jalan
dengan uluran tali. ia agak gelisah, tanpa mengetahui penyebabnya....

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Mungkin karena mereka tadi berangkat dengan diam-diam, tanpa memberi tahu
terlebih dulu? Itu mungkin saja!

Setelah kira-kira dua puluh meter berjalan dalam lorong itu, mereka sampai pada
suatu persimpangan.

"Kita membentuk dua regu, seperti waktu itu," kata Dick mengusulkan.

"Jangan," kata Julian. "Sekali ini kita jangan berpisah lagi."

Lain dari biasanya, George saat itu sama sekali tidak membantah. Mereka lantas
memasuki cabang yang sebelah kanan. Baru saja berjalan beberapa langkah,
ternyata menemui jalan buntu. Lorong itu berakhir pada dinding batu. Keempat
remaja itu berbalik ke persimpangan, lalu mencoba lorong yang satu lagi. Tanpa
berbicara mereka maju, selangkah demi selangkah.

Julian semakin gelisah. Bagaimana kalau Paman Quentin tahu bahwa mereka tidak
ada di rumah.... Pikiran suram itu terputus oleh teriakan George.

"Di sini juga buntu!" seru anak itu dengan jengkel. Di depannya nampak dinding
batu yang tegar. Anak-anak berpandang-pandangan dengan perasaan kecut.

"Ternyata cuma sampai di sini saja petualangan kita," keluh Dick dengan kecewa.
"Kita tidak bisa terus."

"Yuk, kita pulang," ajak Anne.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Jangan!" seru George dengan sengit. "Aku tidak mau percaya bahwa lorong ini
berakhir sampai di sini saja. Kita sudah menemukan bukti bahwa ada sekelompok
manusia yang dulu pernah bertempat tinggal dalam gunung ini. Tapi tempat
mereka baru sebagian kecil saja yang kita temukan. Kita harus mencari lembah
yang hilang itu sampai dapat -begitu pula kota mereka!"

George berhenti mengomel, karena tiba-tiba Anne mengangkat tangannya
menyuruh diam. Anak itu memiringkan kepala, seperti sedang mendengar sesuatu.
Timmy yang ada di sisinya juga begitu.

"Kenapa kau ...?" tanya Dick. Tapi Anne langsung mendesis.

"Ssst!" bisik anak itu. "Ke sinilah sebentar! Coba kalian tempelkan telinga ke
dinding batu ini. Ada yang kalian dengar atau tidak?"

Ketiga saudaranya melakukan seperti yang disuruh.

"Ya, aku mendengarnya," kata Julian. "Suara bergemuruh, tapi pelan!"

"Seperti deru air," sambung George.

"Itu dia yang kita cari!" seru Dick sambil melonjak dengan gembira. "Air Marah!
Masih ingat tidak? Temulka berarti 'Air Marah'!"

"Lembah yang hilang itu rupanya ada di balik dinding batu ini," kata George yakin.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Julian tidak begitu gembira. Soalnya, lorong itu buntu. Langkah mereka dihadang
dinding batu yang tidak mungkin bisa ditembus. Biar pun kota kuno yang misterius
itu benar-benar ada di belakangnya, tapi mereka tidak mungkin bisa terus.

Akhirnya mereka pulang saja. Mereka sudah capek sekali.

Begitu berada di tempat tidur masing-masing semua langsung terlelap.

Keesokan paginya mereka bangun dengan perasaan tidak enak. Mereka merasa
bersalah. Lagi pula tubuh mereka pegal-pegal. Tak seorang pun yang ingin
mengulangi petualangan malam-malam itu.

Suasana semakin tidak enak, karena saat itu turun hujan lebat. Sepanjang hari
mereka terkurung dalam rumah.

George mengajak saudara-saudaranya berunding, merencanakan tindakan
selanjutnya. Bagaimana jika penemuan itu mereka beritakan pada Paman, kata
Julian. Beberapa orang dewasa mungkin sanggup menggeser batu besar yang
merintangi jalan. Kecuali itu jika ada orang dewasa menemani, mereka tidak perlu
takut diganggu lagi oleh Bob dan Philip. Kedua pemuda itu takkan berani berbuat
apa-apa jika menghadapi orang dewasa!

Anne langsung setuju, sementara Dick kelihatannya agak bimbang. Sedang George
menolak dengan tandas!

"Selama ini kita sendiri selalu berhasil mengatasi segala macam kesulitan!" katanya
tegas. Kemudian ia mengubah taktik. "Kita coba satu kali saja lagi, ya? Kita periksa
dinding batu yang menghalangi itu dengan seksama. Apabila lorong itu benar jalan
masuk ke lembah, mungkin ada cara tertentu untuk menggeser batu itu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Maksudmu seperti pada makam raja-raja Mesir Kuno, yang diperlengkapi dengan
pintu geser atau sorong yang bisa digerakkan dengan suatu alat tersembunyi?"
kata Julian.

"Ya, makam para Firaun biasanya kan begitu!" kata George bersungguh-sungguh.

Kemungkinan itu membakar semangat mereka lagi. Akhirnya semua setuju, hari
berikut mereka akan mencoba sekali lagi.

"Kurasa tidak apa-apa jika kita melakukannya siang hari," kata Dick. "Bob dan Philip
rasanya tidak usah kita khawatirkan lagi. Kemarin dan hari ini kita tidak datang ke
gunung - jadi pasti mereka kini beranggapan bahwa kita sudah bosan."

Perkiraannya itu memang masuk akal.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat. Mereka membawa
keranjang berisi bekal makanan yang disiapkan oleh Joan. Udara pagi itu cerah.
Matahari bersinar terang. Anak-anak bersikap waspada. Mereka tidak melalui desa
Killan, melainkan memilih jalan di tengah ladang yang letaknya terasing. Dengan
begitu lebih besar kemungkinannya bahwa tidak ada yang melihat mereka menuju
ke gua.

Sesampai di sana Julian bergegas menyingkirkan batu-batu yang menimbuni,
dibantu oleh Dick dan George. Sedang Anne berjaga-jaga. ia gelisah, karena merasa
seperti ada yang mengamat-amati setiap gerak-geriknya. Tapi semua berjalan
dengan aman. Mereka berhasil masuk tanpa ada yang mengganggu. Setelah masuk
lubang gua mereka tutupi lagi dengan tumpukan batu. Itu gunanya untuk

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

menghilangkan jejak. Setelah itu mereka cepat-cepat menyusur liang yang menuju
ke tengah gunung. Mereka berjalan terus, sampai terhalang lagi oleh batu besar.

"Sekali lagi kita tidak bisa terus," kata Dick mengomel. "Bagaimana jika kita serukan
'Terbukalah Sesam!' Seperti pada kisah Ali Baba. Mungkin bisa dengan cara
begitu!"

"Jangan mengoceh," kata George sambil tertawa geli. "Lebih baik kau ikut
mendorong batu ini."

Dengan sekuat tenaga mereka berusaha mendorong batu besar itu ke belakang.
Tapi sedikit pun tak bergerak. Mereka mendorong di sebelah atas. Lalu sebelah kiri.
Sebelah kanan. Bawah. Tapi sia-sia saja Dinding batu itu sedikit pun tak bergerak.
Rupanya memang bukan pintu!

Mereka mengusap keringat yang membasahi kening. Semua menghenyakkan diri,
duduk di tanah. Sekarang bagaimana?

Timmy nampaknya tidak senang melihat anak-anak begitu lesu. Anjing itu
meloncat-loncat sambil lari kian kemari untuk mengajak mereka bermain-main.
Tahu-tahu ia terpeleset. Kepalanya membentur dinding batu, kena pada bagian
yang dekat dengan dasar lorong.

Tahu-tahu dinding batu itu bergerak! Batu besar itu terungkit ke atas seperti pintu
garasi, teriring bunyi gemeretak.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Bab IX

DI KOTA MATI

Anak-anak berlompatan bangun. Di balik dinding batu yang sudah tergeser ke atas
nampak lubang gelap. Jalan sudah terbuka! George dan Dick sudah melangkah
hendak masuk, tapi Julian cepat-cepat melarang mereka.

"Jangan buru-buru masuk!" serunya. "Bagaimana kalau batu ini tahu-tahu tertutup
lagi? Kita akan terjebak di dalam!" ia membungkuk. "Sebelum masuk, terlebih dulu
kita periksa bagaimana cara kerja pintu ini."

Ternyata sangat sederhana. Julian mendorong sisi atas pintu batu itu ke depan. Itu
menyebabkan pintu turun dengan pelan-pelan. Sedang kalau bagian bawah yang
ditekan, pintu terbuka lagi.

Dari belakang kerjanya juga sama saja. Setelah memastikan hal itu pintu batu itu
ditutup dari dalam, dan anak-anak bergegas meneruskan langkah dalam lorong
gelap.

Semakin jauh mereka berjalan ke dalam, semakin nyaring saja bunyi gemuruh yang
terdengar. Bunyinya menderu-deru di telinga. Tiba-tiba lorong yang dilewati
menikung tajam.

Saat berikutnya anak-anak tertegun dengan mulut ternganga. Mereka sudah
sampai di tujuan. Di depan mereka terbentang lembah yang hilang!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tempat itu benar-benar berupa lembah, diapit sebelah kiri dan kanan oleh tebing
curam dan diterangi cahaya remang-remang menyeramkan. Anak-anak
memadamkam senter yang selama itu tetap menyala. Ternyata cahaya yang
menerangi tempat itu datang dari atas. Anak-anak mendongak. Mereka melihat
sepotong langit biru di tengah kegelapan. Rupanya di atas ada celah pada
permukaan gunung. Dan cahaya matahari masuk lewat celah itu.

Di sebelah kiri mereka terdapat air terjun yang besar. Airnya jatuh ke lembah,
membentuk sungai berarus deras melewati batu-batu. Itulah yang menimbulkan
bunyi gemuruh yang didengar selama itu. Lama-kelamaan anak-anak terbiasa juga
dengan bunyi dahsyat itu. Tapi mereka tetap harus berteriak-teriak kalau hendak
mengatakan sesuatu, sebab kalau tidak pasti tidak terdengar oleh yang lain.

"Air terjun! Siapa menyangka dalam gunung ada air terjun!"

"Alangkah derasnya arus sungai ini!"

"Akhirnya kita berhasil juga menemukan Temulka!"

"Hore - ini dia, lembah yang hilang!"

"Guk, guk!" Timmy menggonggong-gonggong. ia tidak mau kalah, ia pun ingin
menyatakan kegembiraannya!

Julian memandang berkeliling, memperhatikan lembah yang diterangi cahaya
samar dari atas.

"Lihat!" katanya sambil menunjuk. "Di sebelah sana ada sejumlah bangunan!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sungai deras di dalam gunung itu melintas sepanjang lembah. Tidak ada apa-apa
pada sisi di mana anak-anak saat itu berada. Tapi di sisi seberang sungai nampak
sejumlah bangunan batu berbentuk aneh. Kemungkinannya itu dulu merupakan
tempat tinggal penduduk situ, yang dalam hikayat disebut Orang Hitam. Bangunan
itu semuanya diperlengkapi dengan lubang pintu dan jendela berbentuk sederha
na. Tapi bangunan-bangunan itu sendiri yang me-nyebabkan anak-anak heran,
karena berbentuk mena-ra bundar.

"Kota gaib Orang Hitam!" bisik Dick penuh kekaguman.

George sudah tidak sabar lagi.

"Yuk, kita ke bawah," ajaknya. "Aku ingin melihat-lihat dari dekat."

Didului oleh Timmy, keempat remaja itu dengan berhati-hati turun dari sisi atas
tebing yang merupakan ujung lorong yang selama itu mereka telusuri.

Dengan segera mereka sudah sampai di tepi sungai yang mengalir dengan deras.
Tapi kemudian timbul masalah yang sulit dipecahkan: bagaimana caranya
menyeberang?

Di sebelah kiri ada air terjun dengan pusaran yang berputar-putar di dasarnya.
Tidak mungkin mereka bisa lewat situ. Sedang jauh di sebelah kanan, sungai
mengalir dengan deras masuk ke dalam sebuah lubang yang menganga di kaki
tebing. Jadi lewat situ pun tidak mungkin!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Sialan!" kata Dick mengumpat-umpat. "Berenang ke seberang juga tidak bisa,
karena sungai ini terlalu lebar. Selain itu jika kita tetap nekat, nanti pasti hanyut
terseret arus!"

"Memang," kata Julian dengan lesu. "Aku ingin tahu, bagaimana cara orang-orang
yang bertempat tinggal di sini dulu menyeberang dari tepi yang satu ke tepi yang
lain. Mungkin di sini pernah ada jembatan. yang kemudian rusak dilanda banjir!"

Anak-anak menatap ke sisi seberang yang kelihatan-nya mustahil bisa dicapai.
George yang paling sedih di antara mereka. Sudah terbayang-bayang olehnya
berbagai harta yang serba menarik dalam rumah-rumah batu itu - tapi yang tidak
mungkin bisa dicapai! Jarak yang memisahkan tidak begitu jauh. Tapi mereka saat
itu seakan-akan berada di planet lain!

Tahu-tahu anak itu menepuk keningnya.

"Aku punya akal!" serunya, mengalahkan deru sungai.

"Kalau tidak, aku malah kecewa," kata Dick sambil tertawa, ia mengagumi
sepupunya itu, yang selalu ada-ada saja akalnya.

"Apa maksudmu, George?" tanya Julian.

"Tunggu saja - ini baru gagasan saja. Harus kulihat dulu apakah bisa dipraktekkan.
Yuk, ikut aku!"

Dengan langkah-langkah ringan gadis pemberani - itu berjalan mendatangi air
terjun. Julian, Dick, dan Anne tegopoh-gopoh menyusul, sementara Timmy

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

berjalan mendampingi tuannya sambil menggong-gong-gonggong dengan gembira.
George membentuk corong dengan kedua tangannya, lalu meneriakkan
gagasannya pada ketiga saudaranya yang menyusul.

Gagasan itu mulanya terasa gila-gilaan. Khas gagasan yang berasal dari George.
Mustahil itu bisa dilaksanakan! Tapi kemudian Julian dan kedua adiknya
mengangguk. Teringat oleh mereka bahwa ada kalanya antara air terjun dan
dinding batu terdapat bagian-bagian yang menonjol, hal mana memungkinkan
orang lewat di situ dengan jalan meloncat dari batu ke batu. Risiko sama sekali
tidak ada - kecuali menjadi basah kuyup!

"Yuk, kita harus mencobanya!"

Tanpa merasa gentar mereka menghampiri air terjun yang gemuruh. Bunyinya
memekakkan telinga. Tahu-tahu Dick bersorak gembira sambil menuding-nuding.
Di depan mereka nampak jalan sempit, antara air yang menghambur dan dinding
batu. Seperti biasanya. George dan Timmy yang paling dulu maju, disusul oleh Dick,
dan baru setelah itu Julian yang berjalan sambil menggenggam tangan Anne.

Jalan batu yang mereka lewati basah dan sangat licin. Mereka harus berjaga-jaga,
jangan sampai terpeleset. Untungnya jalan penyeberangan itu tidak panjang.

Begitu sampai di seberang, Timmy langsung menggonggong dengan gembira.
Anak-anak yang basah kuyup berpandang pandangan dengan perasaan puas.
Rintangan terakhir berhasil mereka lalui dengan selamat!

Julian mengusulkan untuk beristirahat sejenak. Saudara-saudaranya setuju, walau
mereka juga ingin cepat-cepat menuju ke kota mati yang menunggu di depan
mata. Tapi perut yang kosong perlu diisi dulu!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan sekarang," kata George sambil bangkit begitu selesai makan, "sekarang kita
memeriksa isi rumah-rumah itu!"

Saat selanjutnya benar-benar mengasyikkan. Seperempat jam kemudian mereka
mencapai bangunan menara yang paling dekat. Bangunan itu terbuat dari batu
tatahan. Walau sudah tua sekali, tapi nampak masih sangat kokoh. Berabad-abad
lagi pun pasti masih utuh.

Mereka memasuki bangunan itu dengan jantung berdebar keras. Tapi ruangan
yang dimasuki ternyata kosong sama sekali. Tidak ada apa-apa di situ. Tidak ada
kursi, tidak ada meja atau lemari, begitu pula tempat tidur.

Di rumah itu sama sekali tak nampak perabotan! Yang ada hanya tempat perapian
yang terbuat dari batu.

"Bayangkan - tempat ini dulu pernah ditinggali orang," gumam Anne terharu.

"Aku ingin tahu, apakah mereka yang tinggal dalam perut gunung ini dulu juga
bercocok tanam di sini. kata Dick sambil merenung.

"Kurasa itu mereka lakukan di luar, lalu hasil panennya mereka angkut kemari
lewat lorong rahasia tadi," kata Julian.

"Sekarang ternyata bahwa hikayat kuno itu memang benar," desah George. "Orang
Hitam penghuni tempat ini lenyap tak berbekas, hilang ditelan gempa!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kenapa ditelan gempa?" kata Dick, ia menggeleng-gelengkan kepala. "Dari mana
kau bisa memastikannya?"

George menunjuk ke tanah.

"Kauperhatikan saja tanah di tempat ini, Dick!" katanya. "Di situ nampak tanda-
tanda jelas. Tidak kaulihatkah bekas-bekas lumpur kering di mana-mana? Kita
berjalan di atasnya sejak kita mulai masuk ke lembah ini. Kau mau tahu kenapa
begitu? Karena dulu sungai tadi pernah meluap. Banjir yang terjadi waktu itu pasti
bukan main dahsyatnya. Sedang penghuni yang malang dari kota tersembunyi ini
semuanya tewas dilanda banjir itu. Atau terseret air sungai yang mengamuk,
masuk ke dalam lubang menyeramkan yang di sana itu."

"Kurasa kau benar, George," kata Julian setelah menimbang-nimbang sebentar. "Ini
memang lumpur kering. Ini merupakan petunjuk yang sangat jelas mengenai nasib
yang menimpa penghuni kota ini."

Anne memandang berkeliling, ia bergidik.

"Kota mati yang penghuninya tumpas terseret banjir mengerikan..." Anak itu tidak
mampu meneruskan kata-katanya.

"Ah - mungkin ada juga yang bisa menyelamatkan diri," kata Julian berusaha
melipur kesedihan adiknya. "Lalu mereka pergi dari lembah ini, mencari
pemukiman di tempat lain."

Kata-kata itu berhasil agak mengurangi kesedihan Anne. Tapi bayangan bencana
yang dulu pernah menimpa lembah dalam gunung itu membuat suasana menjadi

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

suram. Bahkan Timmy pun seakan-akan merasakannya. Telinganya terkulai ke
bawah.

Anak-anak melanjutkan pemeriksaan, dari rumah ke rumah. Tapi tak seorang pun
berbicara.

"Kurasa untuk hari ini kita sudah cukup lama melihat-lihat di sini," kata Julian
dengan tiba-tiba. "Kita pulang saja sekarang!"

Anak-anak yang lain langsung setuju. Mereka seakan-akan lega meninggalkan
tempat yang menyedihkan itu.

Penemuan dalam gunung tidak menimbulkan kegembiraan. Bangsa yang
dinamakan Orang hitam, yang dulu pernah menghuni lembah dalam gunung itu,
kini sudah tidak ada lagi.

Perasaan gembira baru timbul lagi ketika anak-anak sudah berada dalam
perjalanan pulang.

"Besok kita periksa lagi peninggalan jaman kuno itu dengan lebih cermat," kata
George.

"Setuju!" kata Julian. "Dan untuk itu kita perlu membawa sekop serta linggis.
Mungkin di bawah endapan lumpur kering ada benda-benda yang masih utuh."

"Kita pasti harus bekerja keras, karena lumpur kering itu tentunya sudah
mengeras," kata Dick. "Bahkan mungkin sekeras batu!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Walau begitu tetap saja kita coba!"

"Tanah yang keras kan bisa dilembekkan dengan air," kata Anne mengusulkan.

"Ya, betul!" kata George bersemangat. "Jadi jangan lupa membawa ember plastik
besok! Itu tadi ide yang bagus sekali, Anne!"

Wajah Anne memerah karena senang. George biasanya tidak cepat memuji.

Bab X

PENEMUAN MENGGEMPARKAN

Keesokan harinya mereka kembali lagi ke lembah itu. Mereka tetap waspada.
Setelah memasuki gua di lereng gunung, jalan masuk ke situ mereka sumbat lagi
dengan batu yang ditumpuk-tumpukkan.

Dengan cepat mereka sudah sampai dalam rongga yang ada gambar-gambar di
dindingnya, karena sudah hafal jalan ke situ. Pintu dorong pun bisa dibuka dengan
gampang. Melewati titian sempit di balik air terjun, akhirnya mereka berada
kembali di kota mati yang tersembunyi dalam gunung.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Sewaktu berkemas sebelum berangkat, Anne mengusulkan agar mereka membawa
jaket kuning yang kedap air, supaya nanti jangan basah kuyup ketika menyeberang
di balik air terjun. Untuk Timmy dibawakan lembaran plastik yang lebar.

Begitu sampai di sisi seberang, mereka lantas menuju ke bangunan yang letaknya
paling jauh dari sungai. Menurut Julian, di tempat itu paling besar kemungkinannya
bisa ditemukan apa-apa, karena endapan lumpur di situ tentunya paling tipis.

"Kita narus hati-hati sekali bekerja, supaya jangan sampai rusak benda yang
mungkin nanti kita temukan," katanya sambil mulai menggali dengan linggis.

Anne mengambil air dari sungai dengan ember yang dibawa, lalu menyiram tanah
yang kering dengannya. Lambat laun tanah menjadi lunak dan setelah itu dikeruk
secara berhati-hati dengan sekop.

Dick yang pertama-tama menemukan sesuatu, ia melihat suatu benda di tengah
lumpur. Benda itu memancarkan cahaya kemilau! Dick cepat-cepat mengambilnya.

"Lihatlah!" serunya bergairah. "Ini kan gelang!"

"Kurasa itu dari emas!" kata George sambil meneliti dari dekat.

Julian menimang-nimang benda perhiasan itu di telapak tangannya.

"Gelang ini jelas terbuat dari emas," katanya kemudian sambil mengangguk. "Itu
sudah pasti, karena tembaga tidak begini kemilau cahayanya. Lagi pula tembaga
kalau kena air akan berubah warnanya."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Temuan itu mendorong mereka untuk lebih rajin lagi mencari. Bahkan Timmy pun
ikut bersemangat. Sambil mendengus-dengus digalinya tanah yang masih keras.
Dan ternyata ia yang kemudian menemukan benda kuno berikutnya....

"Guk! Gukguk!"

"He - Timmy menemukan sesuatu!" seru George sambil menoleh. "Coba kulihat.
Tim!" Dengan sinar mata bangga Timmy memandang tuannya, sementara ekornya
dikibas-kibaskan dengan bersemangat. Di depannya, masih agak tertimbun tanah,
nampak seuntai kalung emas yang indah, dengan bentuk yang tidak biasa dilihat.
George mengangkat kalung itu tinggi-tinggi.

"Ini pasti sangat berharga!" soraknya. Kalung itu dibersihkannya dengan air dalam
ember. "Coba saja kalian perhatikan buatannya - begitu indah dan halus sekali. Tapi
berati"

"Kelihatannya emas bagi Orang Hitam yang dulu hidup di sini merupakan logam
biasa saja," Kata Julian menduga, "sebab banyak mereka pakai untuk dijadikan
berbagai macam benda!"

"Ternyata hikayat itu lagi-lagi benar!" seru Dick bersemangat. "Kalian masih ingat
kan - Orang Hitam ini katanya mengenal rahasia pembuatan emas!"

"Hm," kata Julian sambil mengangkat bahu, "siapa bilang emas ini mereka buat.
Kan mungkin saja mereka banyak memiliki logam mulia ini. Tapi yang jelas, emas
bagi mereka kelihatannya bukan barang mahal. Yuk, kita teruskan mencari!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Di rumah itu juga kemudian mereka menemukan benda-benda serta perkakas
rumah tangga berupa mangkuk-mangkuk serta perkakas dapur yang terbuat dari
batu. Sayang tak ada lagi perhiasan yang ditemukan.

"Kumpulan yang hebat sekali!" seru Dick dengan bangga.

"Tapi kelihatannya tidak ada apa-apa lagi yang bisa ditemukan di sini," kata Julian.
"Kita pindah sekarang ke rumah sebelah!"

Anak-anak begitu sibuk mencari. Sampai makan pun mereka lakukan secara
terburu-buru. Penggalian di rumah sebelah menghasilkan temuan berupa bebe-
rapa benda yang mungkin jimat, tergantung pada rantai halus. Anne menemukan
anting-anting yang juga terbuat dari emas.

"Kita apakan temuan yang tak ternilai harganya ini?" tanya Dick ketika mereka
bersiap-siap hendak berangkat pulang ke rumah.

"Mangkuk-mangkuk tembikar serta perkakas dari batu sebaiknya kita kumpulkan
saja dalam satu rumah menara ini," kata Julian setelah menimbang-nimbang
sebentar. "Hanya perhiasan dari emas saja yang kita bawa pulang. Kita
menyimpannya sampai saat misteri Orang Hitam berhasil kita ketahui semuanya."
Wajahnya berseri-seri ketika ia menyambung, "Mungkin saja kita kemudian juga
akan menemukan patung Ratu Sulmai yang terbuat dari emas itu."

"Wah - ratu yang ceritanya memiliki kekuatan gaib," ujar George bergairah. "Kalau
patungnya berhasil kita temukan, kemudian harus kita sebarkan kabar itu ke
seluruh dunia!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Wajah gadis remaja itu bersinar-sinar membayangkan kemungkinan
menggairahkan itu. Sebetulnya apakah dengan patung emas itu atau tidak,
penemuan sampai saat itu saja sudah cukup menggemparkan!

Seluruh perhatian mereka tertuju pada kesibukan pencarian di Temulka. Keesokan
harinya George menemukan sesuatu yang sangat berarti, ia menemukan tongkat
alat musik gesek. Dawainya tentu saja sudah tidak ada lagi. Tapi dari bentuknya
nampak jelas bahwa itu tongkat alat gesek! Anak-anak bersorak gembira ketika
George menemukannya, karena benda itu terbuat dari emas murni!

"Tongkat ini pun dari emas!" seru Dick. "Ini merupakan bukti jelas bahwa penghuni
kota ini dulu banyak sekali memiliki emas!"

"Dan ternyata pula bahwa mereka biasa bermain musik," kata Anne.

"Menurut pendapatku," kata George, "mungkin saja mereka memang merupakan
suatu suku bangsa pengembara, seperti yang kita kenal jaman sekarang ini. Hikayat
itu mengatakan bahwa warna kulit mereka sawo matang. Salah satu gambar pada
dinding gua yang sudah kita lihat menampakkan beberapa penari bergaun panjang.
Dan kini kelihatannya dulu di sini tinggal orang-orang beranting-anting emas yang
gemar main biola. Para pria kaum pengembara jaman sekarang pun juga begitu.
Jadi cocok, kan?"

George duduk di tanah, lalu meneruskan penuturan dugaannya,

"Menurutku, kejadiannya begini. Kita kan tahu, sejak dulu kaum pengembara selalu
saja tidak disukai di mana-mana, hanya karena mereka lain dari penduduk
setempat. Sikap begitu, jahat sebetulnya - tapi itulah kenyataannya. Nah! Mungkin
saja kelompok yang disebut Orang Hitam ini pada suatu waktu kebingung-an

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

karena terkepung musuh. Mereka lantas menyembunyikan diri dalam lembah
rahasia ini."

George menuturkan kemungkinan itu dengan mata bersinar-sinar.

"Itu mungkin saja," kata Julian sependapat. "Yang jelas, uraian mu masuk akal!"

"Kurasa bukan mungkin lagi," kata Dick bersema-ngat. "Kau sudah menemukan
jawaban atas misteri itu, George!"

Anak-anak bersiap untuk pulang. Mereka merasa kaya raya, karena begitu banyak
harta yang terkumpul berupa benda-benda peninggalan jaman kuno. Mere ka tidak
ragu lagi bahwa patung Ratu Sulmai pasti akan mereka temukan pula. Tinggal soal
waktu saja lagi!

Mereka sampai di pintu lorong. Julian mendorong sebelah atasnya sampai pintu itu
terbuka. Setelah semua lewat, ditutup lagi.

Tiba-tiba sikap Timmy berubah. Sikapnya menegang, ia mengendus dasar lorong
sambil menggeram.

"Ada apa, Tim?" bisik George yang langsung melihat adanya perubahan itu. ia
membungkuk. Dilihatnya ada pisau tergeletak di depan Timmy. Dengan segera ia
mengenali benda itu.

"Ini kepunyaan Bob," desisnya. "Dengan pisau ini ia waktu itu mengancam Timmy!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Air muka Anne langsung pucat.

"Rupanya mereka tadi ada di sini!" kata Dick. Anak-anak yang lain menduga seperti
dia pula, tapi ialah yang mengucapkannya.

Julian merasa kecut ketika membayangkan kedua pemuda pemburu gelap itu
mula-mula menemukan jalan masuk ke gua sebelah depan, lalu setelah itu rongga
bergambar, ruang altar, dan akhirnya sampai di depan batu besar yang sebenarnya
merupakan pintu rahasia.

"Untung kita tidak lupa menutup pintu." Wajah George mencerminkan rasa cemas
bercampur marah. "Bayangkan, jika jalan masuk ini kita biarkan terbuka"

"Wah - pasti mereka akan sudah menerobos masuk sampai ke lembah," kata Dick.
Suaranya terdengar suram.

Tiba-tiba Anne kaget. Terbayang kemungkinan menakutkan dalam pikirannya.

"Jangan-jangan saat ini mereka sedang mengintai kita," ujarnya berbisik-bisik.

"Kalau mereka ada di sini, sikap Timmy pasti akan lain," kata George. "Kurasa,
mereka bahkan tidak tahu bahwa kita ada di sini. Lagi pula, mereka tadi terhalang
pintu batu yang tidak mungkin bisa dibuka kalau tidak diketahui rahasianya."

"Tapi kalau semuanya ini sudah mereka lihat, pasti mereka akan kembali lagi
besok," kata Julian dengan gelisah. "Ini kan bukti-bukti nyata bahwa kota gaib itu
benar-benar ada! Kita besok tidak boleh sampai berjumpa sendiri dengan mereka
di sini, karena itu terlalu berbahaya! Malam ini juga kita harus menceritakan

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pengalaman selama ini pada Paman Quentin! Bob dan Philip, kedua pemuda
berandal itu pasti akan membuntuti kita - dan dengan begitu akan sampai di
lembah tadi! Mereka kan juga mengenal hikayat tentang harta emas Orang Hitam.
Andaikan mereka memang secara kebetulan saja menemukan tempat ini, tapi
akibatnya kemudian akan tetap sama."

"Kurasa mereka masuk kemari karena terdorong keserakahan," kata Julian
selanjutnya. "Mereka pasti sudah membayangkan bahwa patung emas legendaris
itu tentu akan jatuh ke tangan mereka. Mereka sendiri tidak bisa apa-apa.
Karenanya mereka mengintai kita, dengan maksud agar kita membawa mereka ke
tempat harta itu."

"Kau benar, Ju! Kita perlu memberi tahu Paman Quentin!" kata Anne. ia merasa
lega mendengar usul abangnya itu. "Itu satu-satunya jalan yang harus kita ambil."

Tapi seperti biasa, George tidak mau menerima saran itu. ia sendiri sebenarnya
juga agak cemas. Tapi ia tidak mau membuka rahasia itu, karena merasa sudah
hampir mencapai tujuan, ia tidak mau menyerah. Tidak! Lima Sekawan harus
berhasil dengan usaha sendiri, tanpa campur tangan orang dewasa!

"Begitu ayahku mengetahui urusan ini, pasti ia akan langsung memberi tahu pihak
yang berwenang. Lalu segala-galanya akan mereka ambil alih. Mereka akan
melancarkan aksi penggalian besar-besaran dengan mengerahkan segala macam
peralatan teknik. Kita takkan diberi kesempatan lagi untuk menemukan patung
ratu itu. Kita malah dianggap mengganggu saja nanti! Kau mau begitu?"

Yah - bagaimana sekarang? George memang benar. Kalau Paman Quentin diberi
tahu, akan tamatlah riwayat petualangan mereka. Ketiga saudara gadis itu
menganggukkan kepala dengan lesu. Sebenarnya apabila Bob dan Philip tidak tahu-
tahu muncul di situ, Julian setuju jika usaha pencarian dilanjutkan. Tapi sekarang?

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

ia bukan mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, tapi karena merasa
bertanggung jawab atas saudara-saudaranya. Karena itulah ia mengajukan usulnya
tadi.

George melihat adanya kebimbangan itu, lalu berusaha membujuk sekali lagi.

"Kedua pemburu gelap itu tidak sebegitu berbahaya seperti sangkaanmu, Ju!"
katanya. "Mereka itu kan tolol-tolol! Jika mulai sekarang kita lebih waspada, aku
merasa pasti bahwa usaha pencarian kita ini akan berakhir dengan memuaskan.
Sebentar lagi kita akan berhasil. Percayalah!"

Julian mengangguk. Rupanya ia sudah mengambil keputusan.

"Aku sebenarnya tetap berpendapat bahwa kita nekat apabila meneruskan
pencarian sendiri tanpa memberitahukan pada Paman," katanya. "Tapi kata-
katamu tadi juga benar! Karena itu begini sajalah. Kita melanjutkan pencarian
selama satu hari lagi. Dengan diam-diam, tanpa orang dewasa. Jika kita belum juga
berhasil menemukan patung itu, kemudian kita memberi tahu ayahmu. Setuju?"

Dick dan Anne mengangguk tanda menyetujui usul itu.

"Ya, baiklah," kata George segan-segan. "Tapi batas waktu yang kautentukan itu
terlalu singkat! Rasanya nyaris mustahil kita bisa menemukannya dalam waktu
yang begitu singkat. Tapi biarlah - setidak-tidaknya dengan begitu kita bisa satu
hari lagi berada di lembah tersembunyi itu, tanpa ada orang lain!"

Kekhawatiran Anne tadi ternyata tidak terbukti. Mereka keluar dari dalam gunung
tanpa bertemu dengan Bob dan Philip di tengah jalan. Pintu masuk ke gua terbuka.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Batu-batu yang semula ditumpukkan menutupinya nampak berserakan. Rupanya
kedua pemburu gelap itu sama sekali tak menduga bahwa anak-anak ada di dalam.

"Nah! Apa kataku tadi!" ujar George puas. "Mereka tidak tahu bahwa kita ada di
dalam tadi. Jadi besok kita bisa kembali tanpa perlu merasa takut!"

Bab XI

RATU SULMAI

Anak-anak belum pernah sewaspada hari berikutnya, ketika berangkat menuju
Gunung Killan. Mereka tidak henti-hentinya memperhatikan lingkungan yang
dilalui. Soalnya Bob dan Philip bisa saja mengintai di segala tempat. Tapi mereka
berhasil mencapai gua di tebing gunung tanpa mengalami pencegatan.

"Jangan-jangan mereka menunggu kita dalam salah satu gua di sebelah dalam,"
kata Anne takut-takut.

"Itu mungkin saja," kata George. "Karenanya kita harus tetap waspada. Jika mereka
ternyata mengintai di salah satu tempat, Timmy pasti akan segera memberi tahu."

Tapi Timmy yang seperti biasa mendului mereka kelihatannya tidak mencium
adanya bahaya yang mengancam. Karena itu anak-anak bergegas membuka pintu

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

rahasia lalu menutupnya kembali dari dalam. Setengah jam kemudian mereka
sudah melanjutkan penggalian di kota kuno yang tak berpenghuni lagi.

Ketika sudah tengah hari mereka berhenti sebentar. Mereka duduk-duduk di tepi
sungai sambil menikmati bekal makanan. Di sela kesibukan mengunyah, mereka
membicarakan benda-benda yang berhasil mereka temukan pagi itu: gagang pisau,
sebuah kotak kecil serta tiga untai kalung, semuanya terbuat dari emas. Dan di
samping itu lebih dari selusin mangkuk dan piring tembikar.

"Tapi kita masih tetap belum berhasil mengetahui di mana patung emas Ratu
Sulmai," kata Dick sambil mengeluh.

"Kurasa kecil sekali kemungkinannya kita masih bisa," kata Julian dengan nada
pesimis, "karena untuk mencarinya diperlukan waktu yang tidak sebentar."

Anne termangu, ia memperhatikan George yang termenung dengan pandangan
menatap lurus ke depan. Tapi tahu-tahu saudara sepupunya itu buru-buru bangun
lagi.

"Aku tahu sekarang!" serunya bersemangat. "Jika patung Sulmai itu memang
benar-benar ada, maka pasti kita takkan menemukannya di sini - di salah satu
rumah tempat kediaman penduduk! ia kan ratu, jadi tinggalnya harus di istana.
Atau setidak-tidaknya rumah menara yang lebih besar ukurannya daripada yang
lain-lain. Di sanalah kita harus mencari! Masa tidak bisa kita temukan!"

Saudara-saudaranya kaget. George memang benar. Itulah jawabannya! Mereka
berloncatan bangun, lalu mulai membanding-bandingkan ukuran besar masing-
masing bangunan. Tapi kelihatannya semua boleh dibilang sama besar!

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Mungkin pula patung emas yang memiliki kekuatan menyembuhkan itu dianggap
keramat. Dan kalau begitu tempatnya tentu dalam semacam altar. Misalnya dalam
sebuah relung ..."

Tidak jelas bagaimana kelanjutan kalimatnya itu, karena terpotong oleh George.

"Air terjun!" seru anak itu. "Dinding batu di belakangnya banyak lubang-lubangnya.
Tentunya kalian juga melihat setiap kali kita lewat di sana. Lubang-lubang itu kan
seperti relung wujudnya. Jadi mungkin saja satu di antaranya berisi patung dewi
emas itu!"

Sementara masih berbicara, George sudah berlari menuju air terjun, disusul oleh
saudara-saudaranya.

Di balik air terjun, tepat di bagian tengah ada semacam gua yang diselimuti lumut
serta tumbuh-tumbuhan lain yang biasa ditemukan di tempat yang sangat lembab.
Hanya di situlah patung yang dicari-cari selama itu mungkin berada. Dengan tangan
gemetar anak-anak menyibakkan tumbuhan menjulur yang menutupi.

Akhirnya mereka berhadap-hadapan dengan Sulmai ! Patung emas yang menurut
hikayat mengandung kekuatan gaib. Ukurannya sedikit lebih besar daripada Anne
dan seluruhnya terbuat dari emas.

Anak-anak memandang benda indah itu dengan penuh perasaan kagum.

"Bukan main indahnya," bisik Anne.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Mereka terpesona memandang kehalusan raut muka patung ratu itu, begitu pula
senyumnya yang memancarkan kebaikan budi. Ratu Sulmai yang sebenarnya pasti
cantik jelita. Cahaya yang tersaring tirai air menyebabkan muka patung indah itu
kemilau kehijau-hijauan, membangkitkan kesan penuh ketenangan.

"Memang, sangat cantik," kata Julian sambil mengangguk.

"Tapi melihat besarnya patung ini, kita pasti akan mengalami kesukaran kalau
hendak membawanya pergi," sela George dengan segera. "Beratnya pasti beribu-
ribu kilo!"

"Biar saja, pokoknya kita tidak bisa membiarkannya di sini," kata Dick, "karena nanti
ditemukan oleh kedua pemburu gelap itu!"

Julian mencoba mengangkat patung emas itu.

"Awas!" seru Dick. "Kau pasti takkan mampu, karena terlalu berat untukmu! Nanti
terguling!"

Peringatannya terlambat, karena Julian sudah mengangkatnya. Tapi patung itu
tidak terguling. Dick cepat-cepat datang membantu.

"Ayo, bantu kami!" seru Julian pada George dan Anne. "Patung ini memang berat,
tapi kalau berempat kita pasti mampu mengangkutnya dari sini!"

Patung ratu yang tersenyum manis itu ternyata tidak seberat sangkaan anak-anak
semula. Hanya kira-kira separuh berat tubuh Anne. Anak-anak menggotongnya ke

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

tepi barat sungai. Sesampai di situ mereka meletakkannya dengan hati-hati sekali
ke tanah.

"Ajaib!" kata Dick berkali-kali sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Padahal kalau
melihat ukurannya, patung ini seharusnya jauh lebih berat!"

"Memang," kata Julian. "Tapi kurasa aku tahu sebabnya. Hikayat lama itu
memberitakan bahwa patung ini dari emas. Memang dari emas, tapi bagian
dalamnya berongga!"

"Berongga?" seru Anne kaget.

"Ya, betul - di dalamnya ada lubang. Sebab kalau tidak begitu, mana mungkin kita
sanggup menjunjung lalu mengangkutnya kemari tadi. Dan menurutku rongga itu
pasti ada isinya. Sesuatu yang sangat penting!"

"Hore! Ada harta lagi!" seru Anne senang. "Yuk, kita jungkirkan saja, lalu kita
periksa dasarnya!" kata George bersemangat, ia sudah tidak sabar lagi.

Begitu dijungkirkan, ketahuanlah rahasia patung itu. Dasar kakinya ditutup dengan
semacam pelat yang dipasang rapat. Ketika sudah dilepaskan, ternyata di atasnya
ada semacam lubang.

"Di dalamnya ada apa-apa!" kata George sambil mengintip ke dalam lubang itu.
Ketiga saudara sepupunya memperhatikan dengan napas tertahan, sementara
anak itu meraih ke dalam, ia mengeluarkan sebuah tabung logam yang tertutup.
Ketika diguncang-guncang, terdengar bunyi benda yang rupanya ada di dalam.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Tabung itu agak sukar dibuka. Tapi akhirnya Julian berhasil setelah mencoba sekuat
tenaga. Agak lama juga ia memutar-mutar tutup tabung, sampai akhirnya terlepas.
Seketika itu juga jatuh...

Gulungan kertas, penuh dengan tulisan asing yang tidak bisa mereka baca.

"Ini pasti semacam prasasti," kata Julian terpesona. - "Ya. dan tertulis dalam bahasa
asing," kata Dick dengan suara melengking.

"Riwayat Orang Hitam!" seru George. "Naskah ini beribu kali lebih berharga dari
seluruh emas permata. Dan juga lebih menarik!"

"Kita kembalikan saja gulungan ini ke dalam tabungnya, lalu kita masukkan lagi ke
kaki patung," kata Dick.

"Setuju!" ujar Julian. "Kita bungkus patung Ratu Sulmai ini dengan jaket-jaket kita,
lalu kita gotong beramai-ramai untuk dibawa pulang ke rumah. Kalau sudah sampai
di sana, lalu kita serahkan pada Paman Quentin. Petualangan kita sudah
berakhir..."

"...dengan gemilang!" sambung Dick, ia melambungkan diri tinggi-tinggi untuk
menyatakan kegembiraannya. Disambarnya kaki depan Timmy. Anjing itu diajaknya
menandak-nandak. Perbuatannya yang kocak itu langsung ditiru saudara-
saudaranya. Bahkan Julian yang biasanya serba tenang pun ikut bersorak-sorak
seperti anak kecil.

"Yippiii!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

George berpegangan tangan dengan Anne, lalu menari-nari mengelilingi patung
emas itu. Keempat remaja itu merayakan saat yang membahagiakan itu dengan
jalan bersorak-sorak dan menari. Timmy ikut bergembira, ia menggonggong-
gonggong sepuas hatinya, sampai akhirnya terbatuk-batuk sendiri.

Tapi tahu-tahu kegembiraan itu lenyap dengan seketika. Tarian langsung terhenti,
sementara suara yang hendak bersorak tersangkut di tenggorokan.

Mereka terpaku di depan patung Ratu Sulmai!

Bab XII

PENYERGAPAN

Tahu-tahu Bob dan Philip sudah berdiri di depan mereka. Keduanya disertai dua
orang lagi yang bertubuh kekar serta bertampang penjahat.

"Kalian pasti sudah melupakan kami, ya?" ejek Philip. "Kasihan! Padahal kalian
sudah bersusah payah berusaha menghindari kami - tapi akhirnya percuma saja!
Selama ini kami selalu mengintai,-bergantian dengan Paul dan Joe, kedua teman
kami ini. Kadang-kadang kami terpaksa memakai teropong agar tidak ketahuan.
Pintu batu di lorong tadi memang agak menyulitkan - tapi seperti kalian lihat
sendiri, itu pun akhirnya bisa kami atasi...."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Kami sengaja mengajak Paul dan Joe untuk membantu kami nanti mengangkut
patung yang kalian temukan," kata Bob sambil nyengir. "Terima kasih atas kebaikan
budi kalian, sehingga kami tidak perlu berpayah-payah lagi mencari. Nah, kecuali
ini harta apa lagi yang berhasil kalian gali, yang kira-kiranya ada gunanya bagi
kami?"

Dengan perasaan ingin tahu ia memandang ke arah lembah, air terjun, sungai yang
deras, serta bangunan-bangunan yang berbentuk menara bundar.

Suasana saat itu benar-benar tidak enak bagi George beserta ketiga saudara
sepupunya. Mereka merasa seperti sedang bermimpi buruk. Mereka berhadapan
dengan empat orang penjahat, diterangi cahaya remang kehijauan yang memancar
dari celah gunung di sebelah atas. Hanya patung Ratu Sulmai saja yang masih tetap
tersenyum ramah.

Bahkan George pun tidak mampu mengatakan apa-apa saat itu. Segala jerih payah
ternyata sia-sia belaka! Timmy yang ada di sampingnya menggeram-geram. Anjing
setia itu menunggu isyarat dari tuannya. Begitu isyarat itu datang, dengan segera
akan diserangnya keempat penjahat itu. Julian dan Dick hanya bisa menatap Bob
serta kawanannya sambil membisu.

Tapi Anne yang paling cepat takut di antara mereka berempat, tahu-tahu lupa
pada rasa takutnya. Memang begitulah watak anak yang selalu lemah lembut itu.
Dalam keadaan gawat, ketabahan hatinya pasti bangkit!

"Tidak tahu malu!" tukasnya sambil menatap keempat penjahat itu lurus-lurus.
"Mentang-mentang lebih besar, berani mengancam anak-anak! Lagi pula, kalian
sama sekali tidak berhak atas patung ini. Kami yang menemukannya! Kami hendak
minta tolong pada Paman Quentin untuk menyerahkannya pada pihak yang

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

berwajib. Kalau kalian berani merampas, itu berarti bahwa kalian ini cuma pencuri
yang tidak tahu malu!"

Orang yang bernama Philip tertawa terbahak-bahak mendengar Anne mengamuk.

"Aduh, galaknya!" katanya sambil tertawa terus. "Dikiranya kita takut, barangkali!
Paul, Joe - gotong patung ini. Kita pergi! Nanti kalau mereka ini mengadu, bilang
saja tidak tahu apa-apa. Itu soal gampang!" ia tertegun, lalu menyambung, "Eh!
Apa-apaan ini?"

Reaksi itu ditimbulkan oleh sikap Julian. Remaja bertubuh kekar itu berdiri di depan
patung Ratu Sulmai, seolah-olah hendak melindungi. George yang sudah pulih dari
kekagetannya tadi kemudian bersikap khas George: seperti jagoan! Tak
dipedulikannya lagi segala risiko, ia menerjang Bob yang berdiri paling dekat.

"Timmy! Serang!"

Seruan itu yang ditunggu-tunggu Timmy sejak tadi. ia langsung menyambar lawan.
Dick menerpa kaki Paul sehingga orang itu jatuh terjerembab. Anne menjerit
ketakutan ketika melihat Joe menghampiri dengan tangan terangkat.

Pertarungan berjalan dengan sengit. Tapi apalah yang bisa dilakukan oleh George
beserta ketiga saudaranya, karena yang dihadapi empat orang penjahat yang nekat
hendak merampas patung berharga itu? Bahkan dengan bantuan Timmy yang
berkelahi dengan sengit pun mereka masih tetap kalah kuat.

Paul berdiri lagi dengan cepat, lalu memilin lengan Dick ke belakang. Philip
merampas patung yang dipeluk erat-erat oleh Julian. Joe tidak perlu memukul

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Anne yang sadar bahwa tidak ada gunanya melawan. Anak itu membiarkan kaki
dan tangannya diikat.

Tinggal Bob saja yang masih sibuk diserang oleh George, yang dibantu Timmy.
Dalam keadaan terdesak, anak itu masih saja menendang dan memukul dengan
sengit, sementara Timmy menggigit tungkai orang itu.

Bob tidak menunggu bantuan datang, ia mengambil sebuah kaleng dari
kantungnya, lalu menekan tombol yang ada di sebelah atas. Semburan gas tepat
mengenai muka George. Ped'h sekali rasanya! Air mata langsung mengucur.

George menutupi mukanya dengan kedua belah tangan, ia tidak bisa melihat apa-
apa, kena gas air mata yang disemburkan. Bob berpaling dengan cepat. Tombol
pada kaleng ditekan, dan seketika itu juga Timmy tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Anjing malang itu melolong kesakitan sambil lari berputar-putar. Gas air mata yang
disemprotkan ternyata menyerang saraf penciumannya!

Tapi sementara itu di tempat lain menyusul adegan yang tidak kalah serunya!

Julian ternyata sama sekali belum menyerah. Remaja itu bertubuh kekar dan kuat.
Tanpa mempe-dulikan keselamatan dirinya, ia menerjang Philip sambil
mengayunkan kepalan tinjunya ke arah dagu orang itu.

Philip sama sekali tidak menduga bahwa Julian akan berani menyerang. Karena
kaget, ia terpeleset. Sambil menggeram ia berdiri dengan cepat, lalu menerpa
Julian yang berdiri membelakangi sungai.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Philip bertindak tanpa memperhitungkan kelincahan lawannya! Dengan cepat
Julian meloncat ke samping untuk mengelakkan serangan. Philip menangkap angin
dan... tercebur ke dalam air yang mengalir deras.

Kejadian itu berlangsung begitu cepat sehingga yang lain hanya bisa memandang
dengan mulut ternganga saja. Mereka baru menyadari kegawatan situasi ketika
terdengar jeritan Philip.

"Toloong! Aku tenggelam!"

Philip meronta-ronta dalam air yang menyeretnya. Gerakannya yang liar serta
usahanya yang sia-sia untuk mencapai tepi menyadarkan semua yang ada di situ
bahwa orang itu terancam bahaya maut. Philip tidak bisa berenang!

"Arus terlalu deras! ia terseret!" seru Julian gugup.

Bob gemetar.

"ia pasti mati!" serunya panik. "Tapi jika aku masuk ke air untuk menolongnya,
pasti aku nanti ikut hanyut!"

Julian mencari-cari ke segala arah. ia bingung. Coba di situ ada tongkat yang cukup
panjang, sehingga bisa mencapai orang yang sedang terancam bahaya tenggelam
itu! Atau kalau tidak, seutas tali!

Philip sudah tidak berteriak-teriak lagi. ia kini berjuang sekuat tenaga, berusaha
mencapai tepi. Tapi arus terlalu deras baginya, ia hanyut semakin jauh.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Anne menutupi mukanya dengan kedua tangan yang terikat, ia tidak mau melihat
peristiwa mengerikan itu. Joe dan Paul berdiri mematung. Mereka tidak sanggup
berbuat apa-apa kecuali bergumam bingung,

"ia pasti tenggelam! Aduh, ia pasti tenggelam!"

Tiba-tiba terdengar suara Dick berseru dengan nyaring,

"Lihat! ia berhasil berpegangan ke batu!"

Arus sungai menyeret Philip ke tepi seberang, di mana setelah berjuang sekuat
tenaga, akhirnya ia berhasil berpegangan pada batu yang menonjol di atas
permukaan. Tapi arus air yang deras menarik-narik tubuhnya. Kelihatannya tidak
mungkin Philip sanggup bertahan lama-lama di situ.

"ia pasti hanyut lagi nanti," kata Dick dengan suara bergetar karena ngeri.

Julian mengambil pisau lipat dari sakunya. Dengannya ia memotong tali yang
mengikat tangan adiknya.

"Ayo, cepat - kita ke seberang lewat belakang air terjun!" katanya pada Dick.
Sambil lari ia berseru pada Bob beserta kedua kawannya, "Kalian juga ikut! Aku
perlu bantuan paling sedikit tiga orang untuk menarik teman kalian ke luar!"

Julian tidak bisa diam saja melihat ada orang berjuang mempertahankan nyawa,
walau sebenarnya ia sadar bahwa kemungkinan baginya untuk bisa menolong kecil

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sekali. Tak mungkin ia bisa mencapai tempat itu pada waktunya! Tapi walau
demikian ia harus berusaha. Orang yang terbenam dalam air yang sangat dingin itu
pasti sudah hampir kehabisan tenaga sekarang!

Julian lari ke arah air terjun, diikuti oleh Dick, Joe, Bob, dan Paul. Anne masih
berdiri di tempatnya semula. Tubuhnya gemetar. Nyawa Philip kini tergantung
pada Julian. Mudah-mudahan saja abang-nya itu bisa cepat-cepat datang
menolong!

Tiba-tiba Anne dikagetkan oleh George dan Timmy Sudah bisa melihat lagikah
keduanya?

Mendengar Philip menjerit-jerit, George memaksa diri untuk membuka matanya.
Air mata yang masih mengucur terus agak mengurangi rasa pedih, ia hanya bisa
melihat dengan samar-samar. Tapi ia berhasil mengenali sosok tubuh Philip yang
memeluk batu besar di tengah arus yang deras. Seketika itu juga George
menyadari bahaya yang mengancam jiwa orang itu. Segala kebencian langsung
lenyap dari pikirannya. Tekadnya saat itu hanya satu, me-nyelamatkan Philip!

"Ayo, Tim!" serunya lalu langsung lari ke tepi sungai. Apa yang hendak
dilakukannya saat itu sebetulnya merupakan perbuatan nekat. Tapi George tidak
peduli, ia mau mempertaruhkan nyawa sendiri untuk menolong musuh yang
sedang terancam bahaya maut.

George memang jago berenang. Kondisi tubuhnya sempurna. Di Kirrin ia sering
berenang-renang di laut. Tapi yang dihadapi saat itu arus yang deras dan berputar-
putar - menuju lubang gelap di kaki tebing di sebelah kanan lembah.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Walau begitu gadis pemberani itu tidak sedetik pun merasa ragu. Dengan gerakan
cepat dilepaskannya sepatu dari kaki, lalu terjun ke dalam air yang sedingin es
rasanya, ia tahu bahwa Timmy pasti menyusul. Dan kenyataannya memang begitu.

Anne terpekik ngeri melihatnya. Pekikan itu terde-ngar oleh Julian serta yang lain-
lainnya. Mereka semua menoleh dan melihat George yang sementara itu sudah
mulai berenang.

"George!" teriak mereka beramai-ramai. "Kembali, George! George!"

Tapi teriakan itu tidak mungkin bisa didengarnya lagi. George berenang dengan
gerakan lambat tapi pasti, ia berjuang melawan arus yang hendak menyeret. Pelan-
pelan ia maju, menuju ke batu yang masih dipeluk Philip.

Julian yang paling dulu sadar dari kagetnya.

"Ayo, cepat!" serunya pada mereka yang ada di belakangnya. "Kita harus ke sana!"

Semua lari lagi tanpa berani menoleh. Hanya satu pikiran yang ada saat itu: secepat
mungkin sampai di seberang!

George berjuang sekuat tenaga. Berulang kali ia merasa seakan-akan tak mampu
lagi. Arus sungai begitu deras, menarik ke arah lubang gelap yang menganga di kaki
tebing. Tapi anak itu pantang menyerah. Beberapa kali kepalanya terbenam
dihantam ombak. Tapi sesaat kemudian sudah muncul lagi, sedikit maju ke depan.
Timmy berenang di sisinya.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Akhirnya George sampar di tempat Philip. Pemuda itu sudah kehabisan tenaga.
Sebentar lagi pegangannya pasti terlepas, ia memandang George dengan mata
terbelalak, seakan tidak mengerti apa yang sedang terjadi....

"Jangan menyerah! Tabahkan hatimu!" seru George tersengal-sengal. Tangannya
yang satu berpegang ke batu, sementara dengan tangan yang lain ia menahan
tubuh Philip. Dengan begitu pemuda itu tidak perlu berpegang sekuat tenaga lagi.
Tapi sebagai akibatnya, keadaan George sendiri bertambah sukar.

Timmy ada di dekatnya. Anjing setia itu mengayuh kakinya sekuat tenaga supaya
tidak terseret arus. ia ingin membantu tuannya. Tapi bagaimana caranya?
Tenaganya sendiri makin lama makin berkurang.

Aku tadi benar-benar goblok, kata George dalam hati. ia menyesal, kenapa Timmy
tadi disuruh ikut. Bagaimana jika Timmy tenggelam?

Tapi Timmy ternyata anjing yang cerdas, ia berenang menghampiri Philip.
Digigitnya celana pemuda itu dekat bagian pinggang, lalu berenang melawan arus.
Seketika itu juga terasa oleh George bahwa bebannya tidak begitu berat lagi
seperti tadi.

Kita harus bertahan terus, kata George dalam hati. "Jangan putus asa!" serunya
pada Philip. "Bantuan sebentar lagi datang. Jangan lepaskan peganganmu!"

Akhirnya Julian serta yang lain-lain tiba di tempat itu. Mereka langsung bertiarap.
Julian dan Dick menarik George dan Philip ke luar dari air, sementara kaki mereka
dipegangi oleh teman-teman Philip supaya mereka sendiri tidak tercebur ke dalam
sungai. Akhirnya usaha penyelamatan berhasil. Saat itu nampak suatu hal yang
menggelikan, walau tidak ada yang tertawa mengenainya. Ketika Philip ditarik ke
darat, ternyata Timmy ikut terbawa. Anjing cerdik itu masih selalu menggigit celana

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

pemuda itu. Rupanya ia tahu bahwa itu cara yang paling pasti untuk ikut
diselamatkan!

Suasana gembira menyusul setelah itu. Dick dan Julian memeluk George, lalu
merangkul Timmy. Bob, Paul, dan Joe menepuk-nepuk bahu Philip yang masih
lemas. Semua berbicara untuk menyatakan rasa lega.

Bab XIII

MISTERI TERSINGKAP

"Aduh, George! Nekat sekali kau tadi!" "Seperti jagoan saja!"

"Wah, kami tadi benar-benar cemas melihatmu, Philip!"

Timmy tidak mau ketinggalan, ia menggonggong-gonggong.

Anne yang berada di seberang sungai bertepuk tangan sambil melonjak-lonjak
dengan gembira.

Philip masih gemetar tubuhnya. Dari air mukanya nampak bahwa ia masih ngeri
membayangkan dirinya nyaris saja mati terseret arus. ia berdiri, lalu mendatangi
George.

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

"Terima kasih atas pertolonganmu tadi," katanya terharu. "Kau benar-benar hebat.
Kalau tidak ada kau beserta anjingmu tadi, saat ini aku pasti sudah mati!" Suaranya
menjadi lirih ketika ia menyambung, "Jika kau mau memaafkan aku, aku berjanji
akan mengubah watakku." ia terdiam.

George mengulurkan tangannya sambil tersenyum cerah.

"Setuju! Mulai saat ini kita berteman. Dan sebagai bukti kau sudah menjadi orang
baik, tolong kami menggotong patung ratu yang di sana itu ke luar dari sini."

Teman-teman Philip terkesan melihat sikap George yang ternyata bukan
pendendam. Mereka menyalami gadis remaja itu, tanda bahwa mereka pun tidak
ingin bermusuhan lagi.

"Kita harus cepat-cepat," kata Julian "George dan Philip basah kuyup. Mereka
harus banyak bergerak agar jangan sakit."

ia lari mendului ke seberang. Sesampai di sana mereka disambut Anne yang berdiri
dengan air mata berlinang-linang membasahi pipi. Ketegangan tadi ternyata sangat
menyiksa dirinya.

Dengan bantuan keempat pemuda yang kuat-kuat itu, tidak lama kemudian patung
emas sudah berhasil dibawa sampai ke luar.

Ternyata tadi Joe datang dengan mobil kecil, ia menawarkan untuk mengantar
George, Timmy. dan Julian pulang dengan segera, sambil mengangkut patung emas

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

sekaligus. Setelah itu ia akan kembali lagi untuk menjemput Dick, Anne, serta
sepeda anak-anak. Sedang Philip, Bob, dan Paul pulang sendiri.

Perjalanan pulang itu berjalan lancar. Sesampai di villa, George dan Julian
menurunkan patung Ratu Sulmai dari mobil. Begitu sudah turun, Joe langsung
pergi lagi tanpa mengatakan apa-apa. George dan Julian saling berpandang-
pandangan sebentar, lalu tertawa terpingkal-pingkal.

"Rupanya ia tidak ingin dilihat ayahmu," kata Julian geli.

"Aku juga tidak," kata George sambil mengeluh. "Lihat saja, pakaianku basah
kuyup! Padahal seperti kau tahu sendiri, ayahku galak. Yah - apa boleh buat..."

"Ganti saja dulu pakaianmu," kata Julian. "Setelah itu kita menunggu kedatangan
Anne dan Dick. Kalau mereka sudah datang, nanti beramai-ramai kita mengusung
ratu kita ini ke dalam rumah. Lalu jaket-jaket yang menyelubungi kita buka.
Sebaiknya Bibi Fanny saja yang pertama-tama kita beri tahu tentang soal ini. Biar ia
yang kemudian meneruskannya pada ayahmu!"

Mereka bertindak mengikuti saran Julian. Dan ternyata gagasannya memang tepat.
Paman Quentin sama sekali tidak sempat marah, ia terlalu terpesona melihat
patung ratu yang tersenyum lembut serta naskah kuno yang tersembunyi dalam
rongga di bagian kakinya, begitu pula benda-benda perhiasan yang terbuat dari
emas. Apalagi ketika mendengar kisah tentang kota kuno yang ditemukan George
serta saudara-saudaranya dalam lembah tersembunyi di perut gunung.

"Ini benar-benar berita yang luar biasa," kata ilmuwan itu. "Kalian pasti akan
disanjung-sanjung pers sebagai penemu kota gaib Orang Hitam yang Misterius itu.
Radio dan televisi tentu tidak mau ketinggalan!"

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Dugaannya ternyata tidak meleset. Selama hari-hari selanjutnya George, Dick,
Julian, Anne - dan tentu saja juga Timmy - menjadi pembicaraan orang ramai.

Para ahli ilmu purbakala serta ilmu bangsa-bangsa berdatangan ke lembah
Temulka untuk mengadakan penyelidikan di kota kuno. Para ahli bahasa sibuk
bekerja, berusaha menafsirkan isi naskah prasasti misterius yang ditemukan dalam
patung Ratu Sulmai. pada suatu pagi yang cerah di Klyness diadakan acara jumpa
pers besar-besaran, dalam mana Lima Sekawan tampil sebagai tamu kehormatan.
Jumpa Pers itu diadakan untuk mengumumkan riwayat Orang Hitam yang dulu
pernah menghuni lembah Temulka. Tulisan misterius dari naskah prasasti sudah
diketahui maknanya.

George beserta saudara-saudaranya bangga sekali. Berkat petualangan mereka,
rahasia yang menyelubungi Orang Hitam kini tersingkap!

Selesai menghadiri acara jumpa pers mereka pulang ke rumah. Joan merayakan
hari menggembirakan itu dengan caranya sendiri, ia menaruh meja dan kursi di
kebun, lalu menghidangkan makanan yang enak-enak untuk anak-anak. Sambil
menikmati hidangan itu mereka asyik mengobrol, bercerita tentang pengalaman
yang baru saja lewat.

"Jadi hikayat kuno itu ternyata memang benar," kata Anne merenung. "Memang
ada lembah tersembunyi dalam gunung yang dulu didiami suatu kelompok bangsa
yang disebut Orang Hitam. Dan ratu mereka bernama Sulmai."

"Ya - tapi mereka tidak bisa membuat emas," sambut Dick. "Emas mereka berasal
dari tambang yang ada di lembah tersembunyi itu."

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Click to View FlipBook Version