The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by noorannsa98, 2022-01-03 10:09:24

ilovepdf_merged

ilovepdf_merged

Tidak ada komunikasi yang intenstif. Selain karena sarana
komunikasi saat itu yang masih sederhana, belum ada
handphone, saya juga menyiapkan diri untuk memperoleh
beasiswa pasca sarjana ke Eropa, Amerika atau Jepang.
Komunikasi kami benar-benar putus, setelah pada bulan
Oktober 1985 saya berangkat ke Jepang menembuh
pendidikan pasca sarjana dengan beasiswa Pemerintah
Jepang, yaitu Program Monbusho.

Kami jumpa lagi secara tidak sengaja di Tokyo, saat
saya menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di
Jepang. Sebagai Ketua PPI saya biasa menjumpai tamu-
tamu dari Indonesia khususnya pelajar, pemuda atau
mahasiswa yang sedang berkunjung ke Jepang. Saat saya
menjumpai rombongan pemuda Program Persahabatan PM
Yasuhiro Nakasone, ternyata Prof. Reni adalah salah
seorang anggota rombongan. Tentu saja senang jumpa
sahabat dosen UI, satu angkatan dalam prajabatan.
Kesempatan perjumpaan ini tidak saya sia-siakan yaitu
dengan mengundang Prof. Reni dan beberapa anggota
rombongan untuk ikut hadir dalam pertemuan dengan
Pengurus dan Anggota PPI Jepang, yang kebetulan sedang
ada acara pertemuan.

Seperti biasa, Prof Reni selalu bersemangat, dan
inspiratif. Pertemuan dadakan, dan informal antara

100

pengurus PPI Jepang dengan beberapa anggota peserta
Program Persahabatan PM Nakasone itu cukup menjadi
obat rindu teman-teman mahasiswa Indonesia di Jepang
tentang suasanatanah air. Tapi, hal itu juga memiliki makna
yang lain, yakni gambaran betapa luasnya minat Prof Reni,
yang bukan hanya fokus pada bidang psikologi secara
akademik, di lingkungan kampus UI saja, tetapi lebih luas
dari itu yaitu pada aspek kemasyarakat dan kepemudaan.
Kami tidak ada komunikasi cukup lama, karena saya juga
masih harus menghabiskan waktu studi di Tokyo sampai
tahun 1992. Pertemuan tidak sengaja lagi terjadi saat saya
sudah kembali ke tanah air, bukan di kampus UI, tetapi di
kampus Lembaga Administrasi Negara (LAN)
Pejompongan. Beberapa tahun setelah kembali ke UI, oleh
Rektor UI Prof.Dr Sujudi, saya ditugaskan untuk mengisi
kesempatan jabatan struktual di LAN sebagai bagian
Kerjasama antara UI dan LAN. Saat saya menjabat sebagai
Direktur Sespanas LAN, suami Prof. Reni mengikuti Diklat
Kepemimpinan, sebagai peserta dari salah satu
Kementerian.

Saat penyusunan Pengurus DPP Korpri, saya diminta
oleh Ketua Umum, Bapak Feisal Tamin, untuk
menyertakan fungsional dosen maupun peneliti dalam
kepengurusan DPP Korpri. Tentu, karena saya sudah cukup

101

lama mengenal Prof. Reni, saya menawarkan untuk
bergabung. Komunikasi kamimenjadi sangat intensif saat di
DPP Korpri, dan setelah periode kepengurusan selesai.

Saat ini, Prof. Reni Akbar-Hawadi, yang selalu
bersemangat dan inspiratif itu, aktif sebagai Ketua Dewan
Guru Besar Fakultas Psikologi UI, dan Ketua Komite 4
Dewan Guru Besar UI, yang membidangi Pengembangan
Peran Universitas Indonesia Dalam Pembangunanan
Masyarakat Indonesia dan Dunia. Saya sendiri aktif
sebagai guru besar FISIP UI, yang juga menjadi anggota
Komite 5 DGB UI bidang promosi dan demosi. Kami
saling mengisi dalam konteks tugas akademik DGB UI.
Seolah tidak ingin berpangku tangan, selain kegiatan di
DGB UI dan Fakultas, Prof.Reni juga merintis
pengembangan program pasca sarjana lintas disiplin, yang
untuk sementara disebut Kalam (Kajian Kepemimpinan
Lintas Keilmuan) yang akan bernaung di bawah Sekolah
Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI. Itulah Prof Reni
yang selalu bersemangat dan inspiratif. Selamat ulang tahun
sahabat saya Prof. Reni Akbar-Hawadi.

102

Sebagai Bawahan, Atasan dan Teman

Prof. Sudarto Ronoatmodjo

Bu Reni, begitu biasa saya menyapa Prof. Dr. Lydia
Freyani Hawadi, adalah sebagai Bawahan, Atasan, dan
Teman. Saya mengenal dekat bu Reni ketika saya menjabat
sebagai Ketua Komisi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
(KPIP) Senat Universitas Indonesia pada periode Senat
Universitas Indonesia tahun 2006-2011 dan bu Reni pada
waktu itu menjabat sebagai sekretaris komisi ini. Saya
wakil dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dan bu Reni
mewakili Fakultas Psikologi UI. Banyak ikhwal yang harus
dikerjakan dan disiskusikan antara ketua dan sekretaris
komisi untuk menyelesaikan pekerjaan komisi senat.
Dengan demikian saya bisa mengetahui bahwa bu Bu Reni
adalah seorang yang sebagai sekretaris komisi menunjukkan
pribadi yang bertanggung jawab, rajin, walaupun menurut
bu Reni sendiri mengatakan bahwa jabatan sekretaris
kurang pas bagi bu Reni. Bu Reni mengatakan bahwa bu
Reni lebih cocok menjadi manajer bukan sekretaris, karena
pengalaman beliau kebanyakan dalam aktivitas organisasi
sebagai pimpinan…

Bu Reni selalu mempersiapkan bahan rapat yang
untuk dibahas dan sudah memikirkan alternatif

103

penyelesaiannya pad aikhwal yang perlu dirapatkan dan
diundangkan sehinggakesepakatan tentang susuatu masalah
bisa dipercepat penyelesaiannya. Sehingga tugas ketua
tinggal membagi dan mengarahkan kemana kira-kira
penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan yang dibahas.

Bu Reni rajin melakukan sosialisasi melalui berbagai
cara seperti tulisan-tulisan beliau. Beliau menulis banyak
buku, melakukan webinar dan lain sebagainya, ini
konsisten dengan apa yang dilakukan bu Reni dalam
kegiatan nya yang berkaitan dengan perkembangan pada
anak usia dini.. terutama dikaitkan dengan ilmu psikologi…
Jika mau membaca tulisan tulisan bu Reni tinggal kita ketik
nama bu Reni kita akan mendapatkan banyak karya buku
beliau tersedia di internet.

Bu Reni taat beragama, salah satu hal yang perlu
dicatat tentang bu Reni, bu Reni rajin mengirim kan
renungan malam,pesan-pesan yang terkandung dalam ayat
suci melalui WA japri ataupun via WA group . Pesan yang
tadi malam berbuntyi..

Renungan 2/3 malam

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang

Sungguh, orang-orangyang beriman dan mengerjakan

104

kebajikan, mereka adalah sebaik-baik mahluk. (Al-
Bayyinah (98):7).

Semoga Allah permudahkan segala urusan kita. Dialah
Pelindungmu. Dia sebaik baik pelindung dan sebaik baik
penolong.

Aamiin Yaa Mujibas Sailiin

Pada suatu saat saya selesai mengerjakan ibadah shalat
Ied di lingkungan warga Pulomas di sekitar Mesjid Babut
Taubah,ketemulah saya dengan bu Reni yang ternyata juga
tinggal di sekitar masjid Babut Taubah. Dan ternyata anak
saya satu sekolah dulunya dengan putri bu Reni di SMA
Lab School yang di Jl. Pemuda Jakarta Timur. Komplek
Perumahan VilaSari Mas Pulomas sekitar tempat tinggal bu
Reni merupakan kompleks real estate yang tertata bagus.
Sayangnya daerah sekitar masjid suka banjir. Jadi sekali
tempo bu Reni sedang menjabat sebagai di Dirjen Paudni
harus mengungsi.

Pada saat bu Reni menjabat sebagai Dirjen Paudni
Kementerian Pendidikan Nasional. Saya sempet menjadi
konsultan Dirjen Paudni, sehingga saya ikut dalam rapat-
rapat pimpinan Dirjen Paudni yang dipimpin Bu Dirjen
Reni dalam kegiatan seperti pembuatan rencana kegiatan
tahunan dan pelaksanaan nya.

105

Sekarang saya masih suka ketemu Bu Reni, selain via
WAG Senat UI tahun 2006-2011, juga via WAG pecinta
puisi UI. Rupanya Bu Reni juga suka bikin puisi dan suka
membaca puisi..

Tetap semangat Bu Reni.. semoga sukses.. membina
anak-anak Indonesia untuk kemajuan masa depan sumber
daya manusia Indonesia..

Salam takzim, Sudarto Ronoatmodjo
Awal Januari 2021

106

Reni Akbar-Hawadi dan Program Akselerasi
Ulya Latifah & M. Fakhruddin

Nama lengkap sebenarnya adalah Dr. Lydia Freyani
Hawadi, Psikolog. (sekarang sudah Prof). Namun bagi
masyarakat, termasuk saya lebih mengenal namanya
sebagai Reni Akbar-Hawadi atau yang sering saya sapa
dengan panggilan bu Reni atau bu Reni Akbar. Saya mulai
mengenal bu Reni sekitar tahun 1996, kala saat itu saya,
Ulya Latifah bertugas sebagai wakil kepala sekolah bidang
akademik dan M. Fakhruddin sebagai wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, sedangkan Prof. Dr. H. Arief Rachman
sebagai kepala sekolah di SMA Labschool Jakarta. Bu Reni
merupakan seorang psikolog yang kebetulan orangtua siswa
di Labschool, karena putra putrinya bersekolah di SMP dan
SMA Labschool Jakarta. Dalam berbagai kegiatannya
terutama kegiatan pengembangan diri siswa, Labschool
sering melibatkan banyak kalangan profesi, termasuk
diantaranya psikolog. Disinilah saya kemudian banyak
mengenal dan berinteraksi dengan bu Reni.

Kali pertama berkolaborasi dengan bu Reni adalah
saat bu Reni bersama para mahasiswa Fakultas Psikologi
UI kami undang dan libatkan dalam kegiatan Bina Taqwa

107

Pelajar Indonesia (BTPI). Bina Taqwa Pelajar Indonesia
(BTPI) merupakan salah satu kegiatan unggulan SMA
Labschool Jakarta kala itu yang bertujuan untuk membina
generasi muda, para pelajar khususnya, dengan
memberikan pengetahuan tentang wawasan kebaharian dan
maritim, membina iman dan taqwa serta membangun rasa
cinta tanahair. Program ini diselenggarakan atas kerjasama
SMA Labschool Jakarta dengan TNI AL yang
diselenggarakan di atas Kapal Perang Republik Indonesia.
Bu Reni dan timnya mengisi kegiatan dinamika kelompok
dan penguatan karakter.

Interaksi lebih intens selanjutnya dengan bu Reni
adalah saat kami di Labschool mengembangkan program
layanan percepatan belajar yang kemudian populer dengan
sebutan program akselerasi. Program akselerasi sendiri
merupakan program layanan belajar yang diperuntukkan
bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri
keberbakatan intelektual (saat ini dikenal sebagai siswa
cerdas istimewa). Melalui program yang dirancang khusus,
akseleran dapat menyelesaikan program belajar lebih awal
(cepat) dari waktuyang ditetapkan (untuk reguler).

Awalnya kami berkonsultasi merancang program
akselerasi ini kepada Prof. Dr, Conny Semiawan dan Prof.
Dr.Utami Munandar, yang keduanya dikenal sebagai pakar

108

keberbakatan di Indonesia. Kedua beliau tersebut kemudian
mereferensikan nama bu Reni Akbar, terutama terkait
dengan psikologi keberbakatan. Rupanya ibu Reni adalah
Doktor psikologi bidang keberbakatan pertama di
Indonesia. Tidak susah menghubungi bu Reni karena
memang saya sudah mengenalnya . Saat saya hubungi, bu
Reni secara spontan berucap “waah Bu Ulya pas nih saat
saya pulang dari studi literatur di Purdue University (1992),
saya bawa buku banyak. Salah satunya berjudul The
Academic Acceleration of Gifted Children, yang ditulis oleh
Southern& Jones.Saya belajar banyak tentang keberbakatan
di Gifted Education Resource Institute (GERI) Purdue
University”. Maka selanjutnya pada awal perancangan
program dan panduan program akselerasi Labschool kami
berdiskusi dengan bu Reni, terutama berkaitan dengan
proses penjaringan dan penyaringan calon siswa. Dari bu
Reni kami mendapatkan masukan bahwa calon peserta
program akselerasi harus memenuhi persyaratan psikologis,
yaitu memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf
cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas
di atas rata-rata. Syarat psikologis ini akhirnya kami
masukkan sebagai salah satu persyaratan disamping
persyaratan lain yaitu persyaratan akademis, informasi data
subyektif, kesehatan fisik, serta kesediaan calon siswa dan

109

persetujuan orangtua. Bahkan kemudian bu Reni
menyatakan kesediaannya untuk membantu melakukan tes /
pemeriksaan psikologis calon siswa akselerasi melalui biro
psikologinya Kantor Konsultan Psikologi Reni Akbar-
Hawadi & Rekan.

Dasar hukum penyelenggaraan layanan bagi siswa
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
sebenarnya sudah jelas ada dan diatur dalam Undang
Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, terutama pasal 5 ayat 4 dan pasal 12 ayat 1.
Namun karena belum ada “preseden” tentang bagaimana
bentuk penyelenggaraan program, maka sekolah
penyelenggara program akselerasi harus mengurus
perijinan untuk mendapatkan pengakuan dan pengesahan
dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pada
proses ini bu Reni juga turut serta. Kebetulan rupanya bu
Reni adalah konsultan di Sekolah alAzhar Syifa Budi yang
tertarik untuk bersama- sama dengan Labschool memulai
rintisan program percepatan belajar (akselerasi). Melalui
berbagai upaya sosialisai dan konsultasi kepada berbagai
pihak pemangku kepentingan, maka program rintisan
akselerasi ini akhirnya mendapatkan pengesahan dari
Depdiknas melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

110

dan Kebudayaan Nomor: 192/C/Kep/MN/1999 tertanggal 7
Juli 1999.

Keluarnya ijin dan pengakuan atas program yang
digagas secara ”bottom up” ini tentu tidak terlepas dari
peran para pakar, terutama Prof. Dr.Conny Semiawan, Prof.
Dr. S.C.Utama Munandar, Prof. Dr. H. Arief Rachman, dan
(Prof) Dr. Lydia Freyani Hawadi yang mendukung dan
turut meyakinkan bahwa program akselerasi ini memiliki
landasan yang kuat untuk bisa dilaksanakan. Landasan
dimaksud adalah landasan filosofis, landasan teoretis,
landasan empiris, disamping landasan yuridis tentunya.
Bahkan berselang tidakterlalu lama, tahun 2000 pemerintah
mencanangkan 11 sekolah di Jakarta sebagai penyelenggara
ujicoba program percepatan belajar, dan tahun 2001 ujicoba
program tersebut didiseminasikan ke beberapa sekolah di
ibukota propinsi. Program akselerasi telah ditetapkan
sebagai program nasional dari Depdiknas.

Tentu setelah itu interaksi saya dengan bu Reni masih
cukup sering terjadi. Saya dalam kapasitas kemudian
sebagaikepala SMA Labschool Jakarta didaulat oleh teman-
teman sekolah penyelenggara akselerasi di Jabodetabek
sebagai ketua Musyawarah Kepala Sekolah Penyelenggara
Program Akselerasi (MKS-PPA) sering mengundang bu
Reni Akbar sebagai narasumber di berbagai forum kegiatan

111

Akselerasi. Atau sering juga bersama-sama, kami bertugas
sebagai narasumber pada kegiatan yang diselenggarakan
oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Dit. PLB) Ditjen
Dikdasmen Depdiknas.

Pada perkembangan selanjutnya kiprah bu Reni di
bidang layanan anak berbakat melalui layanan program
akselerasi semakin luas dengan berbagai perannya seperti
penyusunan blue print bidang keberbakatan, berbagai riset
tentang akselerasi, salah satu pendiri Pusat Keberbakatan di
Fakultas Psikologi UI, ketua Asosiasi Psikologi
Keberbakatan Indonesia, dan lain-lainnya. Tidak berlebihan
jika saya katakan “INGAT AKSELERASI..INGAT RENI
AKBAR-HAWADI”. Selamat Milad ke 8 Windu semoga
sehat selalu, berkah umur dan ilmu. Aamiin YRA.

112

Reni… Seorang Teman dan Profesoryang Tidak Pernah
Berhenti Mencari

Dr. Drg. Mia Damiyanti

Berbicara tentang Reni, tentu saya harus bernostalgia
dengan rumah masa kecil di Jl dr. Wahidin 1. Ketika itu
rumah kami merupakan kompleks, sehingga teman bermain
saya banyak. Masa kecil yang penuh kenangan, karena
banyak bermain bahkan masih ingat sering main petak
umpetmalam-malam dan ngumpet diatas kandang ayam….
duuh menyenangkan!

Rumah Reni agak berjarak karena letaknya diujung,
arah jalan Budiutomo. Walaupun jaraknya kira-kira hanya
5-6 rumah, tapi karena rumahnya besar-besar (rumah
peninggalan Belanda) perlu waktu untuk menuju rumahnya.
Di jalan dr. Wahidin 1 dekat rumah Reni ada pohon Kenari
yang tinggi besar, dan di halaman rumah Reni ada dua
pohonMahoni yang juga besar-besar. Rumah ayahnya besar
dan terang karena bercat krem sehingga membedakan
dengan rumah tetangganya. Di halaman belakang rumahnya
ada paviliun tempat tinggal ibu Radjibah bersama anak-
anaknya.Disitu saya belajar mengaji pertama kali, dan ada
masanya saya sering mampir ke rumah Reni. Sayangnya

113

tidak berlangsung lama karena bu Rajibah akhirnya pindah.
Om Hawadi, ayah Renny cukup dikenal di lingkungan

kami, karena rumahnya menjadi tempat mangkal anak-anak
kompleks Siliwangi. Rumahnya tidak pernah sepi karena
banyak teman abangnya Reni, Bambang Hawadi yang
bermain. Maminya Reni, biasa disapa Tante Hawadi
seorang ibu pendiam yang ramah dan baik hati.

Usia saya dan Renny berbeda lumayan dan seingat
saya Reni selain punya abang laki-laki juga memiliki
beberapa adik perempuan. Setelah pindah, lama kami tidak
bertemu. Ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya
ketika anak saya satu kelas dengan anak adikya Reni (Siska
Hawadi)kami bertemu lagi dipertemuan keluarganya. Tante
Hawadi tidak berubah, tetap ramah dan sering menanyakan
kabar ibusaya. Sejak itu kita saling tahu lagi. Saya dan Reni
akhirnya bertemu serta kerja bareng di Senat Universitas
(SA). Reni memang luar biasa, penuh semangat dan aktif.
Saya bahkan sempat membaca buku-buku tulisannya
mengenai kreativitas ketika melanjutkan pendidikan.
Reni…seorang teman dan Profesor yang tidak pernah
berhenti mencari.

114

Teman Program Nakasoneku Jadi Orang TOP

Ariady Achmad

Saya dan Reni Hawadi adalah peserta Program
Nakasone Persahabatan Indonesia-Jepang Abad 21 dari
Kelompok Youth Leader Angkatan V Tahun 1988.

Ada kenangan yang tidak terlupakan sampai sekarang
yaitu saat saya mau pulangin baju teluk belanga yang
dipinjamkan Reni untuk acara budaya di Jepang, saya gak
tauharus pulangin kemana.Dan ini menjadi topik yang terus
diingat Reni tentang saya hehe..

Sepulangnya dari Jepang, masing-masing sibuk dan
sama sekali tidak ada kontak. Jangan bayangkan ada wag
seperti sekarang yang membuat kita mudah terhubung dan
lancar berkomunikasi.

Setelah sekian lama tidak berjumpa, saya dan Reni
ketemu lagi di acara lebaran hari pertama seoran teman
politisi. Tahu-tahu sekarang jadi orang top,Profesor pula.

Sebagai Ketua DPP KNPI, saya ditugasin ikut
Program Nakasone,sebuah program persahabatan antara
pemerintah Jepang dan Indonesia dalam bentuk pengiriman
pemuda/i ke Jepang.Program ini adalah bagian usaha
pihak Pemerintah Jepang untuk memperbaiki kualitas
hubungan akibat peristiwa politik dalam negri ,yaitu
peristiwa MALARI 1974. Di Jakarta saat itu terjadi
demonstrasi besar anti Jepang menyambut kunjungan PM

115

Tanaka.
Reni Hawadi,memang sejak muda belia menunjukkan

kualitas diri yang relatif menonjol, terutama di kalangan
dandi lingkungan delegasi saat itu.

Pertukaran pemuda/i bersumber dari pemuda/i dari
seluruh Indonesia dan dari berbagai sumber organisasi
kepemudaan, Reni mewakili organisasi Karang Taruna.
KNPI, dieranya banyak menghasilkan tokoh
berkualitas,tetapi ada juga yang jeblok masuk bui karena
korupsi,kosa kata yang banyak dibenci.

RENI SELAMAT DAN BAHAGIA SELALU.
Lintasan sejarah bersama dalam kurun waktu tertentu
selalu kita kenang,dan terkadang tersenyum sendiri,ketika
sedang duduk merenung. Salam.

116

Prof Reni, Seorang Dosen Motivator
Delly Malik Muharyoso

Pertama kali saya mengenal Prof Reni saat kuliah di
Universitas Al Azhar Pusat, di Fakultas AgamaIslam. Salah
satu materi adalah Psikologi Kepribadian.

Sebelum beliau mengajar.. gosip sudah berdengung di
telinga saya, pintar, dan galak. Duuhhh.. deg-deggan... pada
dasarnya saya sangat tidak percaya diri... makin gugup
bertemu dosen terkenal.

Tradaaaa... I love her... Pinter, tegas dan motivator...

Cara mengajar beliau memancing kemampuan
individu .. mengajar dua arah.. beliau selalu memancing
murid dengan pertanyaan2 yg kita hadapi sehari2 tapi
berhubungan dengan teori psikologi.. ujian "open book"..
membahas karakter.

Tokoh-tokoh baik di film, buku ataupun dilingkungan
kita, menurut saya cara mengajar ini yang benar, siswa
dirangsang untuk terus berpikir dan aktif .. tidak hanya
mendengarkan. Umumnyapada masa itu para pendidik saat
mengajar satu arah.. terkesan siswa kaya di "dongengin"
membuat siswa ngantuk & melamun.

117

Sayang sekali beliau sangat sibuk, saya hanya bisa
menikmati dididik 1 semester, saya sempt protes ke
kampus, ternyata jadwal mengajar beliau di UIsangat padat.

Jujur saya kehilangan dosen terbaik.

Beberapa tahun kemudian, saya menghadapi masalah
di Yayasan saya. Saat saya bingung, sayaingat beliau. Saya
mencoba menghubungi beliau... Alhamdulillah saya
diterima beliau di kantor Kwarnas, jabatan beliau saat itu
sebagai wakil Ketua Kwarnas Bidang Pembinaan Anggota
Dewasa.

Sungguh saya tidak menyangka sama sekali kalau
beliau mau menerima saya, sangat ramah. Beliau
mendengarkan dengan baik masalah yayasan saya dan
beliau mencarikan solusi total membantu saya tanpa
pamrih. Berkali kali saya tanya alamat rumah beliau tidak
pernah di jawab.. dan beliau menghilang sampai saat ini
Yayasan saya sudah memiliki 2 PAUD, 1 TPA ..
Alhamdulillah.

Baru tahun lalu, saya bisa menghubungi beliau. Saat
saya iseng-iseng buka FB, padahal saya tidak aktif di FB.
Saya lihat beliau baru mndapatkan gelar Prof dan sebagai
Guru Besar di UI.. masyaAllah ibu Reni.. sudah menjadi
Profesor & guru besar. saat saya tanya no hp beliau,

118

dijawab dengan ramah khas bu Reni.. Prof Reni.
Selamat Prof .. Sukses dunia & akhirat.

119

Tentang Penulis
Prof. Dr. Lydia Freyani
Hawadi, M.M., Psikolog
atau yang lebih dikenal
dengan nama Reni Akbar-
Hawadi (lahir di Bandung,
Jawa Barat, 22 Maret 1957;
umur 60 tahun), adalah
seorang psikolog, dan guru
besar Ilmu Psikologi

Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas nesia (UI)
sekaligus menjabat Ketua Dewan Guru Besar Fakultas
Psikologi periode 2016-2020. Sebelumnya ia dipercaya
menjadi Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal, dan
Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional RI
periode 2012-2014.

Ia menikah dengan Drs. H. Zulkifli Akbar, Psi.,
M.Si. pada 29 Agustus 1982. Idjul Akbar sapaannya adalah
anak keenam dari delapan bersaudara Dr. H. Ali Akbar, salah
seorang pendiri YARSI atau sekarang dikenal dengan
Universitas YARSI. Mereka dikaruniai 6 (enam) anak,
masing-masing: Aidil Rizali Akbar, S.Hum. (UI)., Puti
Ceniza Sapphira Akbar, S.Si. (ITB)., MSi. (UI)., Ardha

120

Renzulli Akbar, S.Sos. (UI)., MSi. (UI)., Poeti Nazura
Gulfira Akbar,S.Si. (ITB)., MSc. (BU, UK)., PhD Candidate
(EUR, Netherland)., Ali Araafi Akbar, Psi. (UGM)., dan
Poeti Gladyzka Emiria Akbar (Mahasiswa Ilmu Komunikasi,
FISIP UI). Ayahnya bernama R. Doelli Hawadi (wafat 1974),
seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI AD berpangkat
Kolonel berdinas di Komando StrategisNasional (Kostranas)
sebelum akhirnya dikaryakan di PT TriUsaha Bakti (Truba)
dan menjadi Chief Advisor Indonesia Chamber of
Commerce di Taipei, Taiwan. Ibu Prof. Renibernama Poeti
Dalima Iskandar (wafat 2013), dan merupakan cucu dari
Tuanku Maharajo Basa Marah Oejoeb Regent Padang
yang ke VII sebagai Regent terakhir Kota Padang Tahun
1863.

Reni Akbar-Hawadi menamatkan pendidikan dari
SMA Santa Ursula Jakarta pada 1975. Kemudian
melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (UI)
dengan meraih sarjana psikologi pada 1981. Selanjutnya ia
melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas
Indonesia (UI) dengan konsentrasi psikologi dan lulus pada
1989. Terakhir ia meraih gelar Doktor dari kampus yang
sama Universitas Indonesia (UI) pada 1993. Motivasinya
yang kuat untuk terus meningkatkan wawasannya, Prof. Reni

121

mengikuti pendidikan S2 pada program Manajemen di
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) (2013).

Selain pendidikan formal, ia juga aktif mengikuti
berbagai pendidikan, pelatihan, penataran, dan kursus
tambahan untuk memperluas dan memperkaya pengetahuan,
relasi, dan pemikirannya. Ia pernah mengikuti Conference
Institute Confratute Enrichment Programme, University of
Connecticut, Storr, Connecticut, USA (1994) dan Gifted and
Talented Education Course (1992) di Department of
Educational Studies, Purdue University. Terakhir ia
mengikuti Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA)
Lemhannas R.I. XXI (2017).

122


Click to View FlipBook Version