COVER DEPAN
HAK CIPTA
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang keras memperbanyak atau membuat salinan isi buku
ini tanpa izin dari para penulis atau penerbit.
Penulis : Muhammad Zayyed Faqih, Rafa Yulia Pratiwi,
Raihanna Aulia Fathnan, Alifa Nur Azizah Iskandar,
Yudhistiro Ardy Wicaksono, Mochamad Daffa Akmal
Khadafi, Muhammad Ezra Rifki Prayuda, Dzaki Dhiya Ulhaq
Editor : Muhammad Zayyed Faqih, Alifa Nur Azizah
Iskandar, Rafa Yulia Pratiwi, Raihanna Aulia Fathnan
Illustrator : Muhammad Zayyed Faqih, Rafa Yulia Pratiwi,
Raihanna Aulia Fathnan, Alifa Nur Azizah Iskandar,
Yudhistiro Ardy Wicaksono, Mochamad Daffa Akmal
Khadafi, Muhammad Ezra Rifki Prayuda, Dzaki Dhiya Ulhaq
Kata Pengantar : Muhammad Zayyed Faqih
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku Antologi Cerpen
ini. Dalam penyusunan Antologi Cerpen, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai
manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari
segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.
Kami menyadari tanpa arahan dari guru pembimbing serta
masukan-masukan dari berbagai pihak, tidak mungkin kami bisa
menyelesaikan Antologi Cerpen ini. Antologi Cerpen ini dibuat sedemikian
rupa semata-mata untuk membangkitkan kembali minat baca siswa/i dan
sebagai motivasi dalam berkarya khususnya karya tulis. Untuk itu penulis
hanya bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat, sehingga kami bisa menyelesaikan antologi cerpen remaja ini.
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
ii
DAFTAR ISI
Hak Cipta ..................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
Menari di Dalam Mimpi ............................................................................ 1
Muhammad Zayyed Faqih
Pertemuan yang Ditakdirkan.................................................................... 9
Rafa Yulia Pratiwi
Pekan Gembira........................................................................................... 16
Raihanna Aulia Fathnan
Hidangan Pembawa Kemenangan............................................................ 27
Alifa Nur Azizah Iskandar
Belajar Pencak Silat ................................................................................... 34
Yudhistiro Ardy Wicaksono
Perjalanan Musik ....................................................................................... 37
Mochammad Daffa Akmal Khadafi
Musik Sepulang Sekolah............................................................................ 42
Muhammad Ezra Rifqi Prayuda
Penelitian Rumah Gadang......................................................................... 47
Dzaki Dhiya Ulhaq
Biodata Penulis............................................................................................. 50
iii
Menari Di Dalam Mimpi
Muhammad Zayyed Faqih
Dita, seorang remaja perempuan yang sedang duduk di bangku kelas
3 SMP. Dita adalah seseorang yang baik hati dan sangat pekerja keras. Dita
baru saja masuk ke kelas 9 atau lebih tempatnya kelas 3 SMP di SMP
Cahya Nusantara pada ulang tahunnya yang ke empat belas. Jarak rumah
Dita dan sekolahnya tidak terlalu jauh, maka dari itu Dita hampir tidak
pernah telat untuk berangkat ke sekolah.
Seperti kebanyakan murid lainnya, Dita memulai harinya dengan
mandi pagi pagi lalu sarapan dan berangkat ke sekolah. Dita selalu
berangkat bersama kedua temannya yaitu Putri dan Alina yang merupakan
teman Dita sejak masih kecil.
Hari itu dimulai dengan keterlambatan Dita berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah Dita melihat semua siswa dan siswi sudah pada
berbaris di halaman sekolah untuk melaksanakan upacara pagi.
“Aduh, telat nih, udah pada baris tuh,” ucap Dita kepada kedua
temannya Putri dan Alina.
“Waduh... gimana nih,” balas Alina.
“Heh, kalian lagi ngapain itu?” ucap guru yang sedang mengawasi.
“Hehehe, anu Bu... telat,” balas Dita dan temannya dengan wajah
sedikit tersenyum.
“Hadeh, ya udah baris aja situ. Jangan diulangin lagi!” tegur guru
kepada Dita dan temannya.
Upacara telah berakhir dan kabar baiknya mereka tidak dihukum
atau diberi sanksi. Dan mereka pun segera kembali ke kelas.
1
2
***
Setelah kejadian tersebut mereka pun belajar seperti biasa di kelas.
Jam istirahat pun tiba dan mereka bertiga mengulas kembali pelajaran di
kelas tentang tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta, Jawa tengah
yaitu tari serimpi. Mereka bertiga terus mengobrol sampai waktu istirahat
habis dan mereka pun kembali ke kelas.
Setelah sampai di kelas dan duduk di bangku masing-masing. Guru
pun masuk dan memberikan pemberitahuan ekstrakulikuler, ada ekskul
futsal, renang, gitar, badminton, voli, dll. Tapi pada saat itu ada satu ekskul
yang sangat menarik perhatian Dita dan kawan-kawan yaitu ekskul menari.
“Eh, nanti kita ikut ekskul menari yuk?” ajak Dita kepada kedua
temannya.
“Ayo!” balas Putri dan Alina.
***
Sepulang sekolah, Dita pergi menemui ibunya dan berkata
“Mah, nanti aku mau ikut ekskul menari ya, sama Putri sama Alina
juga”
“Ga!” balas Ibunya Dita dengan sambil memasang wajah yang
tampak marah.
“Lah, Kenapa... kok gaboleh?” ucap Dita dengan nada yang tinggi.
“Kamu kan waktu SD dulu pinter nyanyi, kenapa ga ikut ekskul
menyanyi aja?” ucap Ibu Dita dengan wajah terheran heran.
Pada hari itu mereka berdua pun terus bertengkar sampai akhirnya
Dita pun agak sedikit ragu-ragu untuk daftar ekskul menari.
***
Keesokan harinya di sekolah, kelas Dita kedatangan murid baru
bernama Mika. Mika adalah seorang remaja perempuan yang cantik dan
3
pintar. Mika juga lumayan di sekolah sebelumnya kerena Mika sangat
pandai dalam menari dan sering kali memenangkan olimpiade menari.
“Perkenalkan nama saya Famika Aulia Fitriansyah, biasa dipanggil
Mika, saya lahir di Yogyakarta pada tahun 2008, hobi saya mempelajari
dan menari tarian tradisional. Salam Kenal!” kata Mika setelah masuk ke
dalam kelas.
“KRING…” bel istirahat berbunyi. Dita, Putri, dan Alina
menghampiri Mika dan mengobrol bersamanya. “Eh Mika, kenalin ya gue
Dita, ini Putri, Kalo yang cantik itu Alina” ucap Dita dengan nada sok
asik.”oh iya kenalin juga ya, hehehe...” balas Mika dengan wajah
tersenyum.
“Oh iya katanya lu suka nari juga ya?” tanya Dita dengan nada
semangat.
“Iya!, Lo juga?” jawab Mika.
“Iya!, oh iya lo suka tarian apa? Kalo gue Tari Serimpi dari
Yogyakarta, tempat lahir lo” ucap Dita.
“Lah sama hahaha!” balas Mika sambil tertawa.
“Widih, temen baru nih” ucap Putri.
Mereka berempat pun terus mengobrol hingga jam istirahat berakhir.
***
Waktu pun berlalu dan jam pulang sekolah tiba.
“Oh iya gue kelupaan ngasi tau kalian, gue ga dibolehin ekskul
menari sama ibu gue, malah disuru menyanyi” ucap Dita.
“Lah, terus gimana dong” balas Alina.
“Hadeh..., coba nanti kalau udah di rumah tanya ke ayah lo” kata
Putri.
4
“Yaudah deh. Nanti coba gue tanya, semoga aja dibolehin ya” balas
Dita dengan wajah sedikit murung.
Segera setelah sampai dirumah, Dita menghampiri ayahnya dan
bertanya “Yah, aku mau ikut ekskul menari sama Putri sama Alina juga,
Boleh ya?” tanya Dita dengan nada semangat.
“Kamu kemaren bukannya udah nanya sama mamah kamu, ikut
nyanyi aja. Kalau mau ikut nari pakai uang kamu sendiri aja.” balas
ayahnya Dita dengan wajah capek setelah pulang kerja.
Malam pun tiba dan Dita, Putri, dan Alina pun mengobrol melalui
grup chat WhatsApp.
“Eh, kata Ayah gue boleh tapi bayarnya harus pake uang sendiri”
kata Dita.
“Terus lo ada uangnya ga?” balas Alina.
“Untuk sekarang belum ada sih” kata Dita.
“Eh, mau ga kita gabungin uang aja bertiga buat bayar ekskul Dita?”
ucap Putri.
“Boleh juga, ayo lah!” jawab Alina.
“Lah seriusan? Makasih banget nih” balas Dita.
Dita pun segera menyiapkan buku pelajaran nya dan segera tidur
dengan perasaan semangat akan hari esok.
***
Keesokan Harinya Dita, Putri, dan Alina bertemu Mika saat dalam
perjalanan berangkat ke sekolah.
“Eh ada Mika, pagi Mika” Kata Dita ke Mika.
“Pagi juga Dita, Putri, Sama Alina. Kalian deket banget ya sampe
berangkat sekolah nya bareng” jawab Mika.
5
“Iya lah, kita bertiga udah temenan dari masih kecil, rumahnya juga
deketan” balas Putri.
“Loh pantesan tiap hari bareng, waktu istirahat juga bareng terus
haha” balas Mika.
Mereka pun ke sekolah dan masuk ke kelas untuk belajar pelajaran
seperti biasa sampai jam istirahat tiba.”KRING” bel istirahat berbunyi.
“Oh iya Mik, lo mau ikut ekskul menari ga bareng kita?” tanya Dita.
“Lah emang ada ekskul menari?” balas Mika.
“Ada,” jawab Dita.
“Wah boleh tuh, kalian udah daftar belum, sama mulai ekskulnya
kapan??” kata Mika.
“Udah dong, mulai ekskulnya lusa, hari ini terakhir daftar” kata
Alina.
“Waduh harus buru buru nih” kata Mika.
“Iya, kamu nanti bilang aja ke Bu Sri wali kelas kita, mau daftar
ekskul menari” ucap Dita.
“Oke deh!” balas Mika.
Istirahat pun berakhir dan mereka kembali ke kelas untuk belajar
pelajaran seni budaya bersama Bu Sri. Pelajaran di mulai dengan berbagai
macam gerak tari serimpi, dan makna gerakan nya. Ternyata gerakan Tari
serimpi memiliki makna tentang gambaran karakter perempuan Jawa yang
lembut, anggun, serta memiliki tutur kata yang baik. Tari Serimpi
dilakukan oleh 4 orang dan memiliki Gerakan yang lambat dan mudah,
dengan banyak latihan pasti akan bisa dilakukan dengan baik.
***
Waktu pun berlalu, ekskul menari telah dimulai dengan wali Kelas
Dita, Ibu Sri Windayati sebagai pelatih nya. Ternyata yang ikut ekskul
6
Menari sedikit, hanya 8 orang saja. Pada hari pertama mereka akan
Memperkenalkan diri kepada anggota ekskul menari yang lain dan
memberi tahukan anggota lain tentang tarian kesukaannya, makna dan
gerakan tari nya.
Keesokan harinya mereka memulai ekskul menari hari kedua dan Ibu
Sri memiliki pengumuman untuk diberitahukan kepada semua anggota
ekskul menari.
“Assalamualaikum wr.wb. Anak anak mulai hari ini dan seterusnya
kita akan latihan menari untuk pementasan di akhir semester ini, hari ini
kita hanya akan menentukan tarian dan anggota yang akan tampil di
pementasan.” kata Bu Sri.
Kemudian Bu Sri membagikan kertas kepada masing-masing
anggota ekskul menari untuk menulis tarian apa yang ingin di pentaskan
dan akan dipilih berdasarkan tarian yang paling banyak ditulis di kertas
tersebut. Ternyata yang terpilih adalah tari serimpi dengan pemilih
sebanyak 5 orang dan tari jaipong sebanyak 3 orang menulis tari jaipong
Dan untuk pemilihan anggota menari, semua anggota ekskul menari
akan di tes untuk melakukan gerakan yang dipilih Ibu Sri untuk
menentukan 4 orang yang akan dipilih untuk melakukan pementasan. Tes
telah berakhir dan Ibu Sri akan segera mengumumkan 4 orang yang terpilih
akan menampilkan pertampilan tari serimpi di akhir semester nanti.
Seketika suasana ruangan menjadi lebih tegang karena akan
disebutkan siapa saja 4 orang tersebut.
“Yang pertama ada… Dita!” kata Bu Sri dengan nada semangat.
“Yang kedua nih..., Alina!”
“siap-siap ya yang ketiga, Putri!”
“Dan yang terakhir... Mika!”
7
“Itulah 4 orang yang terpilih untuk penampilan menari di akhir
semester nanti, yang semangat latihannya ya!” ucap Bu Sri setelah selesai
mengumumkan para penari.
“Loh loh loh” ucap Dita dengan wajah terheran heran.
“Nah loh kita kepilih semua hahaha” kata Mika dengan wajah
tersenyum.
“Yaudah ayo mulai besok kita sibuk latihan” balas Putri.
“Ayo semangat!” kata Alina.
***
Waktu telah berlalu dan akhir semester pun tiba. Dita pun akhirnya
memberitahu kedua orang tuanya bahwa akan ada pementasan menari di
sekolahnya dan mengundang kedua nya untuk menonton bersama
penampilan tarian dari Dita dan teman temannya.
Keesokan harinya saat pementasan tarian akan dimulai dan para
penari sudah berada diatas panggung, Dita melihat kedua orangtua nya
sedang menonton penampilan nya dari kursi penonton, saat melihatnya Dita
pun langsung gugup sesaat dan tidak yakin dengan tarian yang akan
ditampilkannya, tetapi setelah itu Dita langsung memikirkan momen ketika
latihan dia bersama ketiga temannya dan langsung yakin kembali.
Setelah pementasan berakhir Dita pun melihat kedua orang tua nya
sedang tersenyum dan bertepuk tangan atas tarian nya dan teman temannya.
Itulah langkah awal Dita untuk menjadi seorang penari.
Pertemuan yang Ditakdirkan
Rafa Yulia Pratiwi
KRINGG… Suara bel tanda masuk kelas, murid-murid pun bergegas
menuju kelasnya masing-masing. Saat kelas sedang berlangsung, guru
ingin mengenal murid-murid nya dengan cara murid-murid melepas masker
saat di absen agar guru bisa dapat mengenal mukanya walau lumayan susah
untuk menghafal murid-murid yang memakai masker.
“Oke anak-anak ibu wali kelas kalian untuk kelas 9A ini. Nama ibu
adalah bu Yanti, ibu ingin mengenal kalian dengan cara ibu mengabsen
kalian dan berdiri saat ibu panggil namanya juga sebutkan nama panggilan
kalian ya anak-anak,” ucap guru di depan kelas.
“Baik Bu!” jawab murid-murid bersama.
“Oke sekarang Vernando Abiyasa, silahkan berdiri dan sebutkan
nama panggilannya ya,” ucap guru.
“Halo nama saya Vernando Abiyasa bisa di panggil Nando,” jawab
Nando dengan lantang.
“Baik terima kasih ya Nando, silahkan duduk kembali,” jawab wali
kelas.
Perkenalan pun masih berlangsung sampai bel berbunyi untuk
beristirahat.
“Halo nama gue Nando, salam kenal ya!” Nando yang berusaha
ingin kenalan dengan teman sebangkunya.
“Oh hai nama gue Jiandra, salam kenal juga ya. Oh iya ini kan
waktunya istirahat, lo mau ga istirahat bareng gue? Soalnya gue belum
kenal hafal siapa nama-nama di kelas ini,” jawab Jiandra.
“Boleh banget bro haha gue juga belum hafal semuanya,” jawab
Nando dengan asik.
9
10
Mereka berdua pun istirahat ke kantin, Nando membeli batagor
sedangkan Jiandra membeli tekwan.
“Asik juga ya lo ternyata,” ucap Jiandra ke Nando. Obrolan mereka
asik sampai tidak sadar sudah waktunya masuk kelas.
KRINGG… tanda suara bel berakhirnya istirahat.
“Yaelah udah masuk saja, perasaan bentar banget,” ucap Nando.
“Hahahaha lama kok kita istirahat, kerasa bentar gara-gara kita asik
ngobrol aja nih hahaha,” jawab Jiandra.
***
Keesokan harinya Nando si ganteng –kata mama nya, berangkat
sekolah lebih cepet dari murid-murid lainnya datang. Di jalan menuju kelas
tiba-tiba Nando tidak sengaja menabrak seseorang.
“Aduh maaf ga sengaja,” Nando yang ga sengaja menjatuhkan buku
seorang murid perempuan.
“Eh santai aja kok,” jawab perempuan itu sambil membereskan buku
yang berjatuhan.
Perempuan itu yang bergegas pergi membawa buku, tetapi Nando
melihat ada satu buku yang tertinggal, terpaksa Nando memanggil
perempuan itu.
“Hei, ini buku nya ada yang tertinggal!” suara Nando sambil
berteriak. Sayangnya perempuan itu tidak mendengar suara Nando, karena
jarak mereka yang lumayan jauh.
“Eh Jiandra?” Nando yang menengok sambil menunjuk Jiandra.
“Lah lo ngapain pagi banget ke sekolah?” tanya Jiandra.
11
“Ya gatau sih gue pengen lebih pagi saja,” jawab Nando.
“Ya ampun, terserah lo deh,” ucap Jiandra.
Murid murid sudah banyak yang datang karena sudah mau pukul jam
07.00 pagi.
KRING… Tanda suara bel masuk kelas.
Pembelajaran pun berlangsung, tetapi Jiandra merasa Nando tidak
memperhatikan guru nya yang sedang mejelaskan materi, akhirnya Jiandra
menegor Nando yang tidak tau sedang memikirkan apa.
“Woi Nando, lagi ngelamunin siapa sih?”Jiandra menyenggol sedikit
tangan Nando.
“Eh iya aduh gue kepikiran perempuan yang ga sengaja gue jatuhin
bukunya,” jawab Nando.
“Lah? Perempuan siapa sih? Ngapain lo pikirin sih, ud-“ omongan
Jiandra yang terpotong karena guru menegur mereka yang sedang
mengobrol saat pembelajaran.
“Jangan mengobrol saat jam pelajaran berlangsung ya nak!” ucap
guru.
“I-iya buk,” jawab Nando & Jiandra barengan.
Istirahat berlangsung.
“Nando, maksud perempuan yang lo omongin tadi apa? Ceritain
dong,” tanya Jiandra.
“Besok aja ya gue lagi banyak pikiran nih haha,” jawab Nando.
***
Keesokan harinya, masi saja Jiandra menanyakan soal perempuan
kemarin.
“Ceritain dong,” ucap Jiandra.
12
“Gini loh… Perempuan yang buku nya jatuh itu tuh bukunya ke
tinggalan di gue, mau gue balikin tapi gue gatau nama dia sama dia di kelas
berapa,” jawab Nando.
“Oh gitu doang ya hehe,” jawab Jiandra.
Sekolah seperti biasa pulang jam 13.00.
***
Berminggu-minggu kemudian… murid-murid sengaja untuk di
kumpulkan si lapangan sekolah, karena bapak kepala sekolah ingin
menyampaikan sesuatu.
“Oke anak-anak, bapak di sini mau memberi informasi bahwa
sekolah kita akan di adakan acara memakai pakaian tradisional Indonesia,
yang akan di laksanakan minggu depan. Sengaja bapak memberikan
informasi lebih cepat, karena bapak kasih waktu untuk kalian memilih baju
apa yang ingin kalian pakai,” ucap bapak kepala sekolah kepada murid-
murid.
“Aduh gue pake pakaian tradisional apa ya,” ucap Nando dalam hati.
“Eh itu perempuan yang pas itu ga sih? Eh iya bener woi,” Nando
yang buru-buru mendekat ke perempuan itu.
“Maaf, ini gue yang pas itu ga sengaja jatuhin buku lo, boleh tau ga
nama lo siapa?” ucap Nando.
“Eh iya santai aja gapapa kok, nama gue Cessie dari kelas 9H, lo
sendiri namanya siapa? Eh kayanya satu buku gue di lo ya? Soalnya buku
gue semenjak itu gada,” jawab Cessie.
“Nah makanya gue nyamperin lo gara-gara gue mau balikin buku lo
yang ketinggalan pas jatuh itu, oh ya nama gue Nando dari kelas 9A,”
jawab Nando sambil memberikan buku Cessie.
“Oke, makasih banget ya. Sampai jumpa lagi!” jawab Cessie
tersenyum.
13
***
Minggu setelahnya acara pun dimulai, Murid-murid memakai
pakaian tradisonalnya.
“Widih Nando, nama baju lo apa nih?” tanya Jiandra.
“Gue pake baju Pangsi dari Banten, lo sendiri? Kasih tau dong,”
jawab Nando.
“Gue pakai baju Ulee Balang dari Aceh ini,” jawab Jiandra.
“Oh gitu ya, mantap!” jawab Nando.
Bukan hanya mereka berdua saja yang menanya satu sama lain,
murid-murid lain juga saling memberitahu satu sama lain, pakaian apa yang
mereka pakai. Acara tersebut membuat murid-murid sangat bangga, karena
mereka yang sebelumnya belum tau semua pakaian tradisional Indonesia,
mereka jadi tau beberapa pakaian tradisional Indonesia.
“Wah keren banget kalian semua, ibu bangga sekali!” ucap wali
kelas Nando.
Murid-murid di kumpulkan di lapangan karena acara mau di mulai.
Waduh keren-keren banget!” ucap Nando.
Acara di mulai, masing masing di buat kelompok yang terdiri dari
empat orang. Ternyata kelompoknya bebas ingin memilih dari kelas lain.
“Eh Jiandra, sekelompok sama gue yu?” tanya Nando.
“Kuy, tapi dua laginya siapa? Cewe cowo campur gapapa?” ucap
Jiandra.
“Boleh-boleh aja sih kata guru,” jawab Nando.
“Yaudah gue ajak Cessie, kebetulan dia sodara gue dan satu sekolah
sama gue,” ucap Jiandra.
14
“Lah Cessie? Kayanya dia yang ga sengaja gue jatuhin itu loh
bukunya,” jawan Nando kaget.
“Takdir kali bro haha, bercanda,” jawab Jiandra sambil tertawa kecil.
“Halo semuanya! Ini gue bawa temen gue Clara, jadi pas kan empat
orang. Lah Nando? Haha bisa pas gini ya,” ucap Cessie.
“Oke anak anak jika sudah berkelompok, kalian akan di panggil di
setiap kelompok untuk memberitahu pakaian apa yang kalian pakai, sangat
mudah ya anak anak,” ucap bapak kepala sekolah.
Kelompok Nando dan lainnya maju, dan mereka memberitahu
pakaian tradisional apa yang mereka pakai saat itu.
“Halo semuanya! Saya dan teman-teman saya akan memberitahu
baju apa yang kita pakai sekarang ya,” ucap Nando dengan lantang.
Di mulai dari Nando. “Halo saya Nando, saya di sini memakai
pakaian tradisional dari Banten yaitu baju pangsi.”
“Halo saya Jiandra dan saya memakai pakaian tradisional Ulee
Balang dari Aceh,” lanjut Jiandra.
“Halo aku Clara, aku di sini memakai baju bundo kanduang dari
Sumatera Barat,” ucap Clara.
Yang terakhir Cessie.
“Halo aku di sini memakai baju adat Betawi dari DKI Jakarta,” ucap
Cessie terakhir.
Acara masih berlanjut, hingga adzan dzuhur pun berkumandang.
Murid murid pun ganti baju agar lebih mudah mengambil air hudhu untuk
sholat.
Setelah itu murid-murid pun pulang ke rumah masing-masing. Dan
acara pun selesai.
15
Pekan Gembira
Raihanna Aulia Fathnan
“Jani! Ayo bangun, jangan tidur terus.”
Anina Gaurika namanya, Anin adalah nama panggilannya. Dialah yang
baru saja menyadarkan-ku dari mimpi yang sangat indah nan seru, rasanya
lebih seru mimpi dibandingkan kehidupan sebenarnya. Anin adalah teman
sebangku-ku sekaligus teman dekatku di kelas. Kalau kalian berpikir dia
adalah tokoh utama dari cerita ini, tentu bukan jawabannya. Aku, Anjani
Casila adalah sang tokoh utama.
Ya, namaku Anjani Casila. Teman-temanku biasa memanggilku
dengan panggilan Jani. Berbeda dengan keluargaku yang memanggilku
dengan nama Sila. Menurut ungkapan kedua orang tua ku, nama Casila
sendiri diambil dari kata “Pancasila”. Orang tua ku berharap agar aku bisa
menerapkan ke-lima sila Pancasila dengan sangat baik. Dan sekarang, aku
sedang berusaha menerapkan itu.
..
“Ada apasih Anin, ganggu aku tidur saja,” jawabku dengan malas.
“Ayo kita ke mading! Kata teman-teman yang lain ada informasi
penting disana,” ucap Anin seraya menarik lenganku. Aku mendengus
malas, dengan terpaksa aku berdiri dan ikut Anin pergi ke mading sekolah.
Sesampainya di mading sekolah, ternyata ada banyak sekali murid
yang sedang berebut melihat informasi yang tertera di sana. Sebenarnya
aku malas sekali untuk sekedar melihat informasi di sana, toh nanti juga
akan diinformasikan kembali oleh wali kelas.
“Aduh, Anin bisa sabar sedikit tidak sih,” ujar ku sambil menyari-
nyari Anin yang sekarang tidak tahu ada di mana.
16
17
“Kringg… kringg…” Di tengah aku mencari Anin, bel sekolah pun
berbunyi. Dan akhirnya setelah 5 menit aku mencari Anin, aku
menemukannya. Dia sedang berebut dengan murid-murid lain untuk
melihat mading sekolah. Aku menghela napas dan sesegera mungkin
memanggilnya untuk kembali ke kelas, “Anin ayo ke kelas! Lihat mading
nya nanti saja.” “Yahh.. yasudah deh,” balas Anin kecewa. Aku dan Anin
pun kembali ke kelas dengan membawa rasa penasaran yang tinggi.
Sampailah aku dan Anin di depan pintu kelas. Ketika kita hendak
masuk kelas, tiba-tiba Laras memotong jalan yang ingin Kita lewati. “Mau
berulah apalagi ya dia?” ucapku dalam hati.
“Darimana kalian berdua?” Tanya Laras dengan nada ketus kepada
ku dan Anin.
“Dari mading sekolah, kenapa?” jawab Anin dengan nada yang lebih
ketus.
“Kenapa kalian tidak izin ke aku terlebih dahulu? Main asal keluar
saja,” ucap Laras. Anin dan Aku pun lumayan kaget mendengar ucapan
Laras, padahal Kita keluar kelas sebelum bel masuk berbunyi, apakah harus
meminta izin terlebih dahulu kepada Laras? Menurutku tidak perlu.
“Haruskah kita meminta izin kepadamu?” akhirnya Aku mulai
membukan suara dan menjawab pertanyaan Laras.
“Harus, karena Aku ketua kelas,” ucap Laras dengan memberikan
penekanan di kata “Ketua Kelas”.
“Kita pergi keluar kelas sebelum bel masuk berbunyi, jadi tidak
masalah kalau kita tidak meminta izinmu terlebih dahulu,” balas Anin
dengan jengkel.
“Sudah Anin, ayo kita masuk ke dalam kelas, tidak akan ada
habisnya kalau kita terus berdebat dengan Laras,” ucapku menyudahi
perdebatan itu.
Aku dan Anin memang tidak pernah akrab dengan Laras. Aku sudah
mencoba untuk mengenal Laras lebih dekat, tapi entah kenapa Laras selalu
18
menjauh dan bersikap ketus kepadaku juga Anin. Aku berharap suatu saat
nanti bisa mengetahui apa alasan yang menyebabkan Laras menjauh dan
bersikap seperti itu kepada-ku.
..
Setelah semua pelajaran selesai, Bu Devi selaku wali kelas ku
meminta kami untuk menyimak informasi yang akan disampaikan olehnya.
“Anak-anak mohon perhatiannya sebentar dan dimohon untuk bisa
menyimak dengan baik, Ibu akan menyampaikan informasi penting,” ucap
Bu Devi.
“Wah, sepertinya ini informasi yang tertera di mading tadi,” ujar
salah satu teman sekelas ku. Aku pun menduga hal yang sama dengan apa
yang diucapkan teman ku barusan, walaupun aku belum melihat informasi
di mading secara keseluruhan.
“Seperti yang sudah kalian lihat di mading sekolah sebelumnya,
sekolah kita akan mengadakan sebuah pekan gembira yang diberi nama
‘Pekan Gembira APK’. Jadi, dalam satu minggu kita akan bersenang-
senang di acara tersebut. Sebelum Ibu menjelaskan lebih lanjut mengenai
acara tersebut, ada yang sudah tahu apa kepanjangan dari APK?,” Tanya
Bu Devi kepada seluruh murid di kelas.
“Aku tahu bu!” kita semua menengok mencari sumber suara tersebut
dan ternyata itu adalah Laras. “APK itu adalah singkatan dari Alat musik
tradisional, Permainan tradisional dan Kesenian,” sambung Laras setelah
dipersilahkan oleh Bu Devi untuk menjawab.
“Betul sekali Laras, pasti kamu sudah melihat dan membaca apa
yang ada di mading ya,” ucap Bu Devi mengapresiasi Laras. “Iya dong bu,
pasti sudah,” balas Laras yang kemudian menatapku dari kejauhan. Anin
yang sadar bahwa Laras sedang menatapku kemudian berbisik kepadaku,
“Kenapa dia natap kamu deh?” Aku mengangkat bahuku – yang
menandakan aku juga tidak tahu mengapa Laras menatapku seperti itu –
sebagai jawaban atas pertanyaan Anin.
19
“Apa yang sudah Laras katakan itu benar adanya. Jadi, APK adalah
singkatan dari Alat Musik tradisional, Permainan tradisonal, dan Kesenian.
Pekan gembira di tahun ini mengusung tema kearifan lokal, tujuan nya
adalah agar kita semua bisa mempertahankan kekayaan budaya yang ada di
Indonesia termasuk 3 tema yang sudah disebutkan Laras sebelumnya.
Karena ada 3 tingkatan kelas di SMP ini yaitu kelas 7,8 dan 9, panitia
mengusulkan untuk memberikan tema yang berbeda di setiap tingkatan
kelasnya dan itu disetujui oleh kepala sekolah. Di kelas 8 sendiri akan
mengusung tema permainan tradisional untuk memeriahkan pekan gembira
di tahun 2022 ini.” Bu Devi melanjutkan penjelasan.
“Wah, sepertinya akan seru sekali!” ujar diriku dalam hati yang
sudah tidak sabar menunggu pekan gembira.
“Ibu akan bagi kelompok dan dalam satu kelompok akan berjumlah
3 orang,” ucap Bu Devi.
“Yah bu kenapa tidak boleh memilih anggota kelompok sendiri?”
protes murid-murid kepada Bu Devi. “Kalau kalian yang memilih sendiri,
pasti teman nya akan yang itu-itu saja bukan? Karena salah satu tujuan
diadakan nya pekan gembira ini juga agar saling mengenal satu sama lain,
jadi Ibu ingin kalian bisa kenal teman-teman yang lainnya.
Setelah itu, Bu Devi segera membagi kelompok agar kita tidak
pulang terlalu telat. Sampailah pada pembagian kelompok 3, “Kelompok 3
yaitu Anjani Casila, Anina Gaurika dan ….” Bu Devi memberikan jeda lalu
ia melihat kepadaku dan juga Anin. Kita berdua bingung, Aku dan Anin
refleks bertatapan dan kita tahu arti dari masing-masing tatapan itu,
“Mengapa Bu Devi melihat kita,” itu adalah arti yang sama dari masing-
masing tatapan kita berdua.
“Dan juga Anuradha Larasati,” sambung Bu Devi. Ya, itu adalah
nama lengkap dari Laras. Selain Aku dan Anin yang terkejut, Laras juga
tak kalah terkejut. Aku menghela napas, dan mengarahkan pandanganku
kepada Laras. Aku berharap ini adalah langkah awal yang bisa
mendekatkanku dengan Laras.
20
..
“Sila! Ayo cepat sarapan, setelah itu langsung berangkat sekolah,”
“Iya mah, sebentar!”
Itu adalah percakapan pagi yang selalu terjadi di rumahku. Aku
adalah anak tunggal, Mama dan Papa ku selalu sibuk bekerja. Tapi
walaupun kedua orang tua ku sibuk bekerja aku tetap dapat perhatian dari
mereka. Mereka selalu menyempatkan untuk mendengarkan ceritaku di
malam hari. Aku bisa menceritakan apapun kepada mereka, termasuk
hubungan antara aku dan Laras yang tidak baik.
Sampailah aku di sekolah, hari ini adalah hari pekan gembira APK.
Aku sampai di sekolah pada jam 06.40, sedikit terlambat 5 menit bagiku,
ya walaupun bel berbunyi di jam 7 pas.
Aku menunggu-nunggu Anin di kelas, tapi sampai bel berbunyi
Anin tak kunjung datang. “Anin kemana ya? Masa dia terlambat, dia kan
jarang sekali terlambat sekolah,” lirihku dalam hati.
“Anak-anak, kita baris di lapangan terlebih dahulu ya,” ucap Bu
Devi yang baru saja masuk kelas. Aku berniat untuk bertanya kepada Bu
Devi, apa yang menyebabkan Anin tidak masuk sekolah. Tetapi keadaan
nya belum memungkinkan untuk bertanya, karena semua teman-teman ku
sudah turun ke lapangan terlebuh dahulu ditambah lagi setelah Bu Devi
menyuruh kami untuk baris di lapangan, ia langsung keluar kelas lagi.
Ternyata belum semua teman-temanku turun ke lapangan, ada
Laras yang masih duduk di kursi nya. Dengan menghilangkan semua
pikiran negatif ku terhadap Laras, aku segera menghampirinya.
“Laras, ayo turun ke lapangan yang lain sudah baris,” ajak ku
kepada Laras. “Duluan saja bisa kan? tidak usah sok mengajak,” jawab
Laras dengan nada yang masih sama – ketus. “Ternyata masih sama,”
ucapku dalam hati. “Yasudah aku duluan ya,” balasku kepada Laras.
21
Di lapangan, semua murid beserta guru-guru yang ada di sekolah
menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Ini adalah hal yang selalu diterapkan
sekolahku di setiap hari nya. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa dan
penyampaian informasi oleh panita Pekan Gembira APK.
Karena kelas 7,8 dan 9 memiliki tema yang berbeda, jadi tempat
pelaksanaan kegiatan nya pun berbeda. Kelas 8 diarahkan untuk ke
lapangan belakang sekolah. Sekolah ku memang mempunyai 2 lapangan
yang terletak di dalam sekolah dan di area belakang sekolah. Kalau kalian
bertanya-tanya dimana tempat pelaksanaan kegiatan kelas 7 dan 9, aku
akan beri tahu. Untuk kelas 7 terletak di lapangan dalam sekolah dan untuk
kelas 9 terletak di aula lantai 3.
..
Untuk teknis kegiatan Pekan Gembira APK di hari pertama ini,
yaitu masing-masing kelompok akan dibagikan satu lembar kertas yang
digunakan untuk mencatat, kemudian kita akan mencari pos yang disana
sudah ada permainan tradisional, total semua pos nya ada 3. Ketika sudah
menemukan pos nya, kita harus memainkan permainan tersebut dan
menuliskan nama beserta filosofi yang terkandung dalam permainan itu di
kertas yang sudah dibagikan.
Setelah diberitahu Bu devi, alasan Anin tidak masuk sekolah yaitu
karena sakit DBD dan dia harus dirawat di rumah sakit sampai beberapa
hari kedepan. Mau tidak mau aku harus bersama Laras, karena kita berdua
berada dalam satu kelompok.
Kegiatan ini dimulai 5 menit lagi, oh iya jika kita tidak tahu nama
permainan nya kita harus bertanya kepada penjaga yang menjaga pos
tersebut tapi tidak semudah itu untuk mendapat jawabannya, kita harus bisa
menebak sandi morse yang diberikan oleh penjaga tersebut. Dan tidak
boleh menggunakan handphone pada saat kegiatan berlangsung.
..
Aku dan Laras segera bergegas untuk pergi ke pos pertama. Di pos
pertama ada sebuah permainan yang menggunakan papan kayu dengan
22
lubang bulat yang berjumlah 14 hingga 16 lubang. Dari total jumlah lubang
yang terdapat pada papan tersebut, dua di antaranya memiliki ukuran yang
lebih besar dan terletak di ujung papan.
Aku dan Laras sangat tidak asing dengan permainan tersebut, itu
adalah congklak. Terkadang setelah jam pelajaran olahraga selesai aku dan
teman-teman perempuan yang lainnya bermain congklak. Jadi congklak
bukanlah hal yang asing bagi kita.
Kita hanya diberi waktu 5 menit untuk berada di pos, jadi aku dan
Laras sesegera mungkin untuk mencoba bermain sebelum waktunya habis.
Laras bermain congklak dengan sangat lihai, Aku tidak menyangka Laras
bisa memainkan selihai itu, karena aku sendiri tidak sejago itu dalam
bermain congklak.
Ketika Laras sedang memainkan congklak, Aku memperhatikannya
seraya menuliskan filosofi yang terkandung dalam permainan tersebut yaitu
jika kita mempunyai rejeki, kita dapat membaginya untuk kebutuhan kita
sendiri satu per satu - tidak perlu berlebih, yang diwakilkan ketika kita
meletakkan satu biji ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya.
“Wah Laras kamu jago sekali bermain congklak, Aku tidak
menyangka kamu bisa sejago itu.” Puji ku kepada Laras. “Terima kasih,”
jawab Laras singkat.
Setelah itu kami bergegas untuk pergi ke pos selanjutnya. Di pos
yang kedua, Aku dan Laras sedikit kebingungan dengan permainan
tradisional yang satu ini. Ada dua tongkat panjang yang terbuat dari bambu.
“Ini permainan tradisional apa ya? Apakah kamu pernah melihat ini
sebelumnya Laras?,” Tanya ku kepada Laras.
“Aku belum pernah melihat ini sebelumnya.” Jawab Laras.
Karena kita berdua tidak mengetahui apa nama permainan tersebut
jadi kita meminta petunjuk kepada penjaga pos tersebut. Dan setelah itu
kita harus memecahkan sandi morse yang telah diberikan. Setelah 2 menit,
akhirnya Aku dan Laras bisa memecahkan sandi morse tersebut.
23
Jawabannya adalah egrang, nama permainan yang belum pernah aku
dengar sebelumnya.
Setelah aku lihat dua bambu yang panjang itu, menurutku cara
memainkannya dengan menaiki tongkat bambu tersebut kemudian berjalan
dengan menggunakan kaki egrang. Aku coba memainkannya, itu sangat
susah sekali. Butuh keseimbangan yang baik agar bisa berjalan, jangankan
untuk bisa menjalankannya, menaiki nya saja sangat sulit. Sampai akhirnya
aku bisa menaiki dan menjalankannya. Sangat seru sekali.
Kalau tadi aku yang mencatat dan menuliskan di kertas, sekarang
giliran Laras yang mencatat. Sama seperti yang sebelumnya kita harus
mencari tahu apa filosofi yang terkadung dalam permainan tersebut. Egrang
sendiri memiliki filosofi yaitu tekat dan keberanian.
Selanjutnya kami pergi ke pos terakhir. Di pos yang ketiga ini ada
suatu permainan yang familiar bagiku. Terdapat sebuah bola kecil yang
terbuat dari karet dan terdapat 5 buah biji atau yang disebut kuwuk. Ya,
permainan itu adalah bola bekel. Permainan yang berasal dari Jawa Timur.
“Laras, kamu yang duluan main saja ya!” perintahku kepada Laras.
“Eh tidak deh, kamu saja yang duluan memainkannya, aku tidak
bisa,” balas Laras. Wah sebetulnya aku terkejut Laras tidak bisa bermain
bola bekel, Aku pikir dia jago.
Setelah itu aku mulai memainkan bola bekel. Cara bermain nya
cukup mudah, hanya dengan melambungkan bola karet kemudian diikuti
dengan menaburkan biji bekel. Sewaktu bola melambung ke atas, pemain
mengambil biji bekel yang terserak.
“Kringggg!..” ketika aku sedang bermain, bel masuk berbunyi yang
menandakan kita harus segera kembali menuju kelas – waktunya sudah
habis.
“Yah, kita belum menuliskan filosofi nya Jan,” ungkap Laras
kepadaku. “Tidak apa-apa, ayo kita ke kembali ke kelas!,” aku merespon
Laras.
24
Di kelas, sebelum kertas kelompok ku dikumpulkan, aku
menyempatkan untuk menulis filosofi permainan bola bekel di kertas tadi.
Dan tidak lupa untuk memberikan kesimpulan terhadap kegiatan yang baru
saja kita lakukan.
“Jani!” panggil Laras kepadaku. “Nanti ketika jam istirahat,
bolehkah kamu mengajarkanku cara bermain bola bekel?,” sambung Laras.
“Wah, boleh sekali Laras!” aku menmbalas dengan penuh semangat
Pada saat jam istirahat tiba, aku dan Laras bermain bola bekel di
kelas. Itu sangat seru sekali, mungkin kalau ada Anin akan lebih seru lagi.
..
Tiba lah di hari terakhir pelaksanaan ‘Pekan Gembira APK’.
Sebenarnya kegiatan inti di kelas 8 hanya ada satu hari, tidak seperti kelas 7
dan 9 yang rata-rata dilaksanakan 3-4 hari.
Di hari itu, Anin sudah masuk sekolah kembali ia sudah sehat
sepenuhnya.
“Selamat pagi Jani!”
Aku sontak kaget mendengar suara Anin yang beberapa hari ini aku
tidak mendengarnya.
“Anin!” ucapku dengan semangat.
“Maaf ya pada hari itu aku tidak masuk sekolah, ya mau bagaimana
lagi hehe,” ucap Anin menjelaskan.
“Tidak apa-apa Anin, yang terpenting kamu sudah sehat kembali,”
“Eh iya, bagaimana Laras di hari itu? Apakah dia bertingkah lagi?,”
Tanya Anin dengan sangat tidak sabar mendengar jawabanku.
“Tidak Anin, Laras adalah orang yang baik. Aku dan Laras sekarang
sudah menjadi teman baik,” balasku.
25
“Apakah benar seperti itu?,” ungkap Anin tidak percaya.
“Benar Anin, kalau kamu tidak percaya istirahat nanti kamu ikut
aku!,”
“Iya iya,” balas Anin.
Sesuai yang sudah aku katakan sebelumnya. Aku mengajak Anin
untuk pergi bermain bola bekel bersama Laras. Sejak hari pertama ‘Pekan
Gembira APK’ itu , bermain bola bekel pada jam istirahat menjadi kegiatan
rutin yang Aku dan Laras lakukan bersama.
“Halo Jani, Anin!,” sapa Laras. Anin tersontak kaget mendengar
sapaan itu.
“Anin, sebelumnya aku meminta maaf atas sikap ku yang lalu-lalu.
Aku hanya merasa iri kepada kalian berdua yang bisa berteman, aku iri
dengan hal tersebut. Sekali lagi maafkan aku ya,” Laras meminta maaf
kepada Anin. Aku menyenggol Anin sebagai tanda “Sudah, maafkan saja.”
Dan Anin pun memaafkan Laras walau pada awalnya ia tidak ingin
memaafkannya.
Setelah Laras mengucapkan permintaan maafnya kepada Anin, kita
bertiga melanjutkan dengan bermain bekel. Aku senang sekali bermain
bersama mereka. Dan ternyata bermain permainan tradisional itu sangat
menyenangkan.
26
Hidangan Pembawa Kemenangan
Alifa Nur Azizah Iskandar
“Nadhira! Cepat kebawah sarapannya sudah siap,” panggil ibu
kepada anaknya Nadhira Amalia.
“Iya ma!” sahut Nadhira.
“Pagi ma, yah. Hari ini sarapannya apa?” tanya Nadhira.
“Sate bebek nad, kesukaan mama sama ayah kamu,” jawab ibu
Nadhira
“Oh…” ucap Nadhira.
Setelah menyantap sarapannya, Nadhira segera pergi ke sekolahnya
bersama sang ayah menggunakan sepeda motor milik ayahnya. Sebelum
pergi Nadhira sempat berpamitan dengan ibunya.
***
Sampai disekolah Nadhira berpamitan dengan ayahnya “Ayah, aku
sekolah dulu ya.”
“Iya… belajar yang giat ya,” ucap ayahnya.
“Siap!” ucap Nadhira dengan semangat “dadah ayah!” lanjutnya lalu
pergi menuju kelas.
Sampai dikelas Nadhira bertemu dengan temannya Raisha Naswa
atau yang sering dipanggil Rai.
“Pagi Rai,” sapa Nadhira sambil menaruh tasnya.
“Eh, pagi nad! Nanti istirahat mau makan bareng ga?” tanya Rai.
“Boleh!” jawab Nadhira
27
28
Bel pun berbunyi dan wali kelas mereka memasuki kelas.
“Berdiri! Ucapkan salam,” ucap ketua kelas dengan lantang.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, bagaimana
kabarnya pak?” ucap murid-murid bersamaan.
“Waalaikumusallam warahmatullahi wabarakatuh, baik anak-anak
bagaimana kabar kalian?” tanya balik dari bapak guru
“Alhamdullilah baik pak,” jawab murid-murid.
“Oke, boleh duduk anak-anak, sebelum memulai pelajaran bapak
ingin menyampaikan informasi terlebih dahulu,” ucapnya.
“Apatuh pak?” tanya salah satu murid.
“Jadi minggu depan akan ada lomba memasak dan ada dua murid
yang terpilih dari setiap kelas!”
Semua murid terkejut dan bertanya siapa yang akan menjadi peserta
lomba di kelas mereka. Ada yang ingin dan tak ingin menjadi peserta
lomba memasak itu.
“Dan yang akan menjadi peserta lomba memasak adalah Nadhira dan
Rai! Tolong disiapkan untuk lomba minggu depan ya,” ucap bapak guru
dengan lantang
Nadhira dan Rai sangat terkejut mereka bingung kenapa mereka
yang dipilih dan apa yang harus mereka sajikan nanti.
Setelah belajar bel istirahat pun berbunyi Nadhira dan Rai berjalan
ke kantin untuk makan bersama seperti janji mereka tadi pagi. Di
perjalanan menuju kantin, mereka masih memikirkan apa yang harus
mereka sajikan untuk minggu depan. Sesampainya di kantin mereka
mencari meja dan memesan makanan.
“Kira-kira kita harus masak apa ya buat nanti aku bingung?” tanya
Nadhira memulai percakapan.
29
“Aduh, aku juga bingung, kita bisa mengundurkan diri ga ya?” jawab
Rai.
“Eh jangan, kita harus berusaha dulu! Makanannya kita pikirkan
nanti aja deh,” jawab Nadhira.
“Oke deh kalo gitu,” Rai pasrah.
Tak lama setelah mereka selesai makan bel masuk berbunyi. Nadhira
dan Rai bergegas menuju ke kelas untuk mengikuti pelajaran dan
bersekolah seperti biasa dan saat bel pulang sekolah Nadhira dan Rai pergi
keluar gedung sekolah untuk menunggu penjemput mereka. Disela-sela
menunggu
“Nad, gimana kalo kita masak makanan tradisional?” tanya Rai
“Wah! Boleh tuh, tapi makanan tradisional apa ya?” tanya balik
Nadhira
“Nah aku juga lagi mikir makanan tradisional apa,” jawab Rai.
Tak lama setelah itu ayah Nadhira datang untuk menjemput Nadhira.
Nadhira langsung berpamitan dengan Rai dan menaiki sepeda motor milik
ayahnya sedangkan Rai masih menunggu angkot. Di jalan Nadhira masih
memikirkan makanan tradisional apa yang harus ia masak untuk lomba.
“Apa aku tanya mama aja ya,” ucap Nadhira dalam hati.
***
Sampai dirumah, Nadhira menghampiri ibunya untuk salim dan ingin
menanyakan tentang makanan tradisional, tetapi tidak jadi karena ia merasa
lelah karna bersekolah seharian dan berpikir akan menanyakannya nanti
malam.
“Nadhira, ayo makan malam” teriak mama Nadhira.
“Iya ma!” jawab Nadhira.
30
Nadhira pun langsung turun kebawah dan duduk di kursi meja
makan. Melihat makanan yang disajikan di meja makan Nadhira ingin
cepat menyantap makanannya. Setalah menyantap makan malamnya
Nadhira bertanya tentang makanan tradisional apa yang harus ia masak
untuk lomba minggu depan.
“Ma, minggu depan aku ada lomba masak sama temenku.
Rencananya kita mau masak makanan tradisional tapi kita bingung mau
masak apa, mama ada rekomendasi makanan tradisional ga?” tanya
Nadhira panjang lebar.
“Oh ya? Hmm apa ya…, gimana kalo makanan sarapan tadi? Sate
bebek!” saran mama Nadhira.
“Wah boleh tuh! Makasih ya ma”
Setelah menerima saran dari ibunya Nadhira langsung menuju kamar
dan bersih bersih untuk tidur, sebelum tidur ia mengabari rai terlebih
dahulu melalui chat.
“Rai kayaknya aku tau apa yang harus kita masak,” kata Nadhira.
“Apatuh Nad?” tanya Rai.
“Sate bebek! Makanan khas Banten,” saran Nadhira.
“Wah boleh juga, besok kita belajar masak itu ya,” tanya Rai.
“Bagaimana kalau kita masak di rumahku? Besok kamu kerumahku
saja, bahannya udah ada kok,” ucap Nadhira dengan penuh antusias.
“Oke deh!” balas Rai.
***
Keesokan harinya, Nadhira menyiapkan barang dan bahan bahan
yang dibutuhkan selagi menunggu Rai sampai kerumahnya.
“Assalamualaikum,” salam Rai deangan lemah lembut
31
Waalaikumsalam, eh Rai ayo kesini langsung kita bikin,” ucap
nadhira dengan semangat.
Nadhira dan Rai memasak dengan sangat semangat dan ricuh.
Mereka menghabiskan waktu yang sangat lama. Percobaan pertama gagal,
begitu juga percobaan kedua, yang tadinya mereka semangat menjadi lesu.
“Nad kayaknya kita ga bisa deh, udah dicoba 2 kali masih aja gagal,”
ucap Rai putus asa.
“Enggak Rai, kita pasti bisa! Dicoba lagi pasti bisa” ucap Nadhira
mencoba menyemangati Rai walau sebenarnya dirinya sudah lelah.
Dan akhirnya percobaan terakhir mereka berhasil. Sate bebek yang
mereka buat terlihat lezat dan sempurna. Sekarang, mereka tidak sabar
untuk hari lomba tiba.
***
Hari lomba pun tiba, Nadhira dan Rai sangat gugup. Mereka sudah
menata barang dan bahan yang akan digunakan. Dan perlombaan pun tiba
mereka bekerjasama dengan baik. Waktu perlombaan sudah habis dan para
peserta lomba tidak diperbolehkan untuk menyentuh makanan mereka.
“Apa yang kalian sajikan,” ucap salah satu juri kepada Nadhira dan
Rai
“Sate bebek kak, sate bebek ini kesukaan keluarga saya dan sate
bebek ini berasal dari Banten,” jawab Nadhira sambil melihat juri
mencicipi makanan mereka.
“Emm! Oke,” ucap juri terlihat kaget saat mencobanya.
Setelah juri mencicipi semua makanan, mereka menentukan siap
yang akan menjadi pemenang. Setelah perdebatan yang cukup lama
akhirnya para juri pun mengumumkan pemenangnya.
“Dan pemenang lomba memasak adalah…
32
Nadhia Amalia dan Raisha Naswa!” seru MC yang mengungumkan
pengunguman lomba tersebut.
Semua orang yang berada disana bertepuk tangan. Nadhira dan Rai
sangat terkejut mendengarnya, mereka terharu dan bahagia
“Terimakasih untuk para juri sudah memilih kami menjadi
pemenang, alasan kami memilih sate bebek untuk disajikan karena kami
ingin memperlihatkan salah satu makanan tradisional yang begitu lezat agar
orang-orang tidak hanya memakan makanan dari luar tapi makanan
tradisional juga,” ucap Nadhira.
Semuanya bertepuk tangan begitu juga dengan orang tua Nadhira
dan Rai. Lalu para juri dan staff mengajak orang-orang untuk makan
bersama.
33
Belajar Pencak Silat
Yudhistiro Ardy Wicaksono
Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari
Kepulauan Nusantara (Indonesia). Seni bela diri ini secara luas
dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina
selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai
suku bangsa Nusantara (Indonesia).
***
“Kaisar, coba kamu lakukan hal yang lain selain bermain
handphone, makan, dan tidur” ucap Ibu Kaisar yang terlihat kesal
karena anak semata wayangnya yang setiap hari hanya dirumah saja.
“Iya bu, bagaimana jika aku belajar seni bela diri pencak
silat?” jawab Kaisar yang memiliki ide untuk melakukan hal lain.
“Boleh juga itu, agar kamu tidak mendiam dirumah seperti
anak perawan” ucap Ibu Kaisar yang menjawab usulan Kaisar sambil
bercanda sedikit
“Ah ibu, memangnya aku perempuan sampai - sampai aku
dipanggil perawan?” jawab Kaisar yang tersinggung dengan ucapan
ibunya.
Kaisar adalah anak yang malas untuk melakukan hal baru,
karena menurutnya hal baru itu akan membosankan. Untuk pertama
kalinya Kaisar menginginkan untuk mencoba hal baru, karena
menurutnya hal itu menarik baginya.
34
Keesokan harinya Kaisar mulai untuk berangkat ke les pencak
silat yang berada tidak jauh dari rumahnya. Ia berangkat setelah
melaksanakan shalat dhuhur, Ia berangkat diantar oleh ibunya. Untuk
hari pertamanya di tempat les, ibunya menemaninya sampai ia
selesai.
“Seragam pencak silat ini keren juga ya, ada sabuknya” ucap
Kaisar dalam hati
“Haii, namamu siapa, Kamu anak baru ya?” tanya salah
seorang murid yang sudah lama di tempat les itu. Namanya adalah
Rere, Dia adalah seorang perempuan yang periang dan selalu
tersenyum dalam keadaan apapun.
“Oh, hai juga, iya, aku anak baru namaku Kaisar, nama kamu
siapa?” jawab Kaisar dengan tersenyum.
“Namaku Rere salam kenal yah. Oh, ternyata kamu anak baru
ya, pantas saja aku baru lihat kamu disini” ucap Rere.
“Oh Rere, halo Rere salam kenal juga ya!” ucap Kaisar
Dan Mereka pun melanjutkan latihannya masing-masing sesuai
pangkat Mereka.
***
Langit pun mulai menjadi berubah berwarna oranye, jam sudah
menunjukkan pukul 16.30 yang menandakan bahwa les sudah
selesai.
“Baik anak-anak sekarang hari sudah mulai gelap, hari ini
adalah hari yang melelahkan bagi kalian maka sekarang kalian sudah
boleh pulang seperti biasanya, sebelum pulang mari kita ucapkan
hamdalah,” ucap penutupan dari seorang pelatih di les silat tersebut.
35
Setelah para murid-murid telah mengucapkan hamdalah, mereka
akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
36
37
Perjalanan Musik
Mochammad Daffa Akmal Khadafi
“Musik mendorongmu. Ini membangunkanmu, membuatmu
bersemangat. Dan, pada akhirnya, lagu yang tepat akan membuatmu
sedih”
Bintang adalah anak yang sangat ingin tahu tentang musik-
musik daerah, sifatnya yang ramah pada semua orang dan karena
keramahan nya tersebut banyak orang yang ingin berteman dengan
diri nya, dia juga terlahir dari keluarga yang menyukai musik dan
alat-alat music ibu nya seorang penyanyi terkenal pada jaman nya
dan ayah nya seorang gitaris dari sebuah band terkenal. bintang dia
memilki sahabat kecil bernama afandi, afandi dia teman sekelas
bintang yang rumah nya dekat dengan bintang orang tua nya pun
saling mengenal. Afandi dia selalu berngkat dan pulang sekolah
bersama bintang, terkadang sebelum pulang mereka singgah terlebih
dahulu di cafe dekat rumah mereka.
Sepulang sekolah, Bintang dan Afandi Pergi ke Juara Cafe
tempat biasa mereka nongkrong setelah pulang dari sekolah. Disana
mereka memesan dua cafe latte. Sambil menunggu pesanan mereka
datang, mereka mengobrol tentang Afandi yang ingin liburan keluar
kota.
“Lo tau ga minggu depan mau pergi ke luar kota,” ucap
Afandi.
“Widih, Kemana tuh?” tanya Bintang.
“Ke kebun binatang” jawab Afandi.
“Wah, asik tuh lo pergi sama siapa?” tanya Bintang.
“Sama keluarga gue,” jawab Afandi.
“Oh” tanggap Bintang
38
39
“Lo mau ikut ga?” Tanya Afandi.
“Boleh tuh kapan lagi keluar kota,” ucap Bintang.
“Oke deh nanti gue jemput,” ucap Afandi.
***
H-1 sebelum berangkat, Bintang terbangun dan menggambil
air wudhu untuk sholat subuh di masjid dan cepat-cepat pergi ke
masjid. Sepulang nya dari masjid Bintang bertemu dengan Afandi
dan menyapanya.
“Afandi jadi ga besok ke kebun binatangnya?” tanya
Bintang.
“Ya jadi, nanti besok lo jam 7 ke rumah gue aja,”jawab
Afandi.
“Oke deh nanti gue ke rumah lo,” jawab Bintang.
***
Keesokan harinya Bintang siap-siap pergi ke rumah Afandi
dan pamit ke ibu dan ayah nya. Sesampainya di rumah Afandi,
ternyata Afandi sudah menunggu di depan rumah nya dan sudah siap
untuk berangkat. Bintang pun naik ke dalam mobil dan selang
beberapa menit kemudian mobil pun pergi menuju kebun binatang.
Di jalan Bintang melihat baliho berisi tentang pertunjukan musik
daerah yang ternyata pertunjukannya ada di kebun binatang yang
akan mereka datangi.
“Afandi lihat ada baliho isi nya tentang musik daerah di
kebun binatang yang ingin kita kunjungi!” ucap Bintang.
“Wah pas banget, lo kan suka tuh denger lagu-lagu daerah,”
jawab Afandi.
40
“Tapi, apa hubungannya musik daerah dan kebun binatang
ya?” tanya Bintang dalam hati.
***
Sesampainya di kebun binatang, mereka membeli 5 tiket
masuk untuk Bintang, Afandi beserta keluarganya. Mereka masuk
berkeliling melihat hewan-hewan yang di lindungi, seperti harimau
sumatra, gajah sumatra, orang utan, dan lain sebagainya.
Setelah mereka melihat-lihat binatang yang terdapat di dalam
kebun binatang itu, mereka pun sholat Dzuhur.
“Eh iya ngomong-ngomong, pertunjukan musik yang ada di
baliho tadi itu terletak di area mana ya?” tanya Afandi kepada
Bintang
“Gue ga sempat lihat lokasi spesifiknya tadi, kita coba tanya
petugas kebun binatang sini aja,” balas Bintang.
Setelah mereka bertanya kepada petugas sekitar dan petugas
itu memberi tahu lokasi nya, Afandi dan Bintang pun bergegas
menuju tempat tersebut.
“Afandi itu yang ada di baliho tadi!” ucap Bintang yang
melihat di depan sana ada pertunjukan musik daerah
“Oh iya itu dia ayo kita ke situ,’’ jawab Afandi setelah diberi
tahu Bintang.
***
Pertanyaan Bintang saat di mobil tadi akhirnya terjawab.
Kenapa ada pertunjukan musik di kebun binatang, itu karena yang
menyanyikan salah satu lagu daerah nya adalah burung kakatua.
Kebun binatang ini
41
Ada banyak musik daerah yang di tampilkan Bungoen
Jeumpa, Dayung sampan, dan lainnya. Setelah dari situ mereka pergi
untuk sholat Ashar, lalu mereka pulang.
Di jalan Bintang tertidur karena lelah dan ketika sudah sampai
Afandi membangunkannya.
“Bintang Bangun udah sampe nih,” ucap Afandi sambil kesal
karena Bintang susah untuk bangun.
Bintang pun akhirnya bangun dan bergegas turun. Setelah itu
Bintang mengucapkan selamat tinggal kepada Afandi.
Ibu nya Bintang berterima kasih ke pada orangtua Afandi karena
sudah mengajak anak nya untuk ikut jalan jalan.
“Terima kasih ya bu pak sudah mengajak dan mengantar
pulang Bintang maaf merepotkan,’’ ucap ibu Bintang.
“iya bu sama-sama’’ balas orangtua Afandi.
42
Musik Sepulang Sekolah
Muhammad Ezra Rifqi Prayuda
Sinar Matahari pagi yang sangat menyilaukan menyinari kamar
seorang anak yang sedang tertidur lelap, karna sangat terganggu oleh sinar
matahari dia terbangun dari tempat tidurnya dengan mata yang masih
berwarana merah “Hoam … apa sih silau banget, ganggu aja”ujarnya yang
masih sangat mengangtuk itu.
Dia melihat handphone miliknya, saat melihat layar handphone-nya
ia terkejut karena ia merasa telat masuk kesekolah dihari senin awal bulan
dan dia terburu – buru untuk bergegas mandi dan memakai seragam hari
senin.
Seseorang itu bernama Budi, dia lahir di tanggerang tetapi orang
tuanya tidak asli dari Tanggerang, melainkan ayahnya dari jakarta dan
ibunya berasal dari Bandung, dan itulah yang membuat seorang remaja
bernama Budi bisa menjadi remaja yang gaul dan asik.
Dia anak remaja yang masih duduk dibangku sekolah menengah
pertama atau bisa disebut SMP, hari senin inilah dia memulai harinya
diawal bulan, karna sekolah yang cukup jauh dari rumah Budi dia
mengeluh “aduh pasti telat nih udah jam segini!” kata dia yang sudah
tergesa - gesa takut terlambat.
Setelah sesampai disekolahnya, benar saja dia hampir telat dengan
pagar sekolah yang hampir tertutup itu, untung saja dia sempat masuk
kesekolah yang pagarnya hampir tertutup oleh satpam yang menjaga pagar
itu “Fiiiuhhh,hampir aja gabisa masuk”.
Sesampainya dikelas Budi menaruh tasnya dan bertemu temannya
yang sudah berada dikelas terlebih dahulu yaitu Bayu, Jamal, Aris mereka
berempat segera ke ke lapangan sekolah untuk melakukan upacara dan
menyanyikan lagu bersama.
43
44
***
Setelah selesai upacara mereka kembali ke kelas, “Setelah belajar
kekantin bareng yuk!” kata Aris kepada temannya sambil jalan kembali ke
kelas.
“Ayuk,” ujar mereka bertiga membalas pertanyaan Aris.
Saat berlangsungnya pelajaran dikelas, Aris berkata kepada Bayu
“Nggak sabar pengen ke kantin nih” katanya.
“Sabar fokus dulu ris ke pelajarannya, ke kantin mah gampang” ujar Bayu.
Setelah selesai pembelajaraan, Aris yang sudah tidak tahan ingin
kekantin itu mengajak temannya Budi, Jamal, Bayu untuk kekantin
bersamanya. ”Sabar Aris, kaya kenapa aja” kata Jamal kepada Aris.
Sesampainya mereka dikantin mereka memesan makanan, setelah
menemukan tempat duduk mereka mulai mengobrol bersama
membicarakan tentang pameran yang melihatkan banyak macam alat
musik. “Pulang sekolah ketempat pameran alat musik yuk!” kata budi
kepada ketiga temannya.
“Ayuk aja,” balas mereka ber tiga.
Mereka menghabiskan waktu istirahat yang sangat panjang itu di
kantin sambil berbincang mengenai alat musik, Setelah makan di kantin
mereka melanjutkan pelajaran ke 2 dan 3, Setelah itu mereka sholat dzuhur
berjama’ah di mesjid sekolah dengan beramai-ramai.
Sesudah solat dzuhur berjamaah mereka balik ke kelas untuk siap-
siap sebelum berangkat ke tempat pameran itu, Setelah beres – beres
mereka bergegas mencari angkutan umum untuk berangkat bersama ke
pameran alat musik yang tidak terlalu jauh dari sekolah yang mereka
tempati.
Disepanjang jalan Jamal bertanya kepada Budi “Kamu tau dari mana
pameran alat musik itu Budi”.