53
memungkinkan maka pasukan masuk kedudukan pertahanan satu
persatu.
Gambar 46: Teknik Masuk Kedudukan Pertahanan
1) Danton memerintahkan Danran untuk membawa Ranpur
Infanteri maju menempati kedudukan sementara Ranpur
Infanteri sebagai pengaman induk pasukan saat masuk
kedudukan pertahanan.
2) Ranpur Infanteri masuk kedudukan sementara, setelah
sampai di kedudukan Danran laporan situasi kepada Danton.
3) Danton memerintahkan masing-masing regu masuk
kedudukan pertahanan.
4) Danru membawa satu persatu anggotanya, dimulai dari
Penembak SO dilanjutkan Penembak Senapan. Sampai di
kedudukan Danru langsung memberikan batas sektor
tembakan.
5) Setelah seluruhnya masuk kedudukan pertahanan,
Danru langsung menempatkan Pos tinjau.
6) Danru melaksanakan pengecekan akhir kesiapan regunya
setelah itu melaporkan kesiapan regunya kepada Danton.
7) Danton memerintahkan Danran untuk menempatkan
Ranpur Infanteri di kedudukan sebenarnya.
8) Danran laporan kepada Danru bahwa Ranpur Infanteri
bergerak menuju kedudukan sebenarnya. Danru mengarahkan
Ranpur Infanteri di kedudukan sebenarnya.
54
9) Masing-masing Danru melaporkan bahwa Ranpur
Infanteri sudah bergabung di kedudukan regu kepada Danton.
10) Danton membawa Pokkoton masuk kedudukan
pertahanan dan mengecek gelar pasukan peletonnya setelah itu
laporan kepada Danki.
n. Pengamanan Objek Vital.
1) Gelar pasukan Satuan Mekanis.
a) Objek vital nasional yang besar. Pasukan digelar
menguasai kompleks objek vital dengan menempatkan
Regu Senapan beserta Ranpur Infantri pada lingkaran
luar objek vital nasional.
Gambar 47: Gelar Pasukan Pada Objek Vital Nasional
Yang Besar
(1) Masing-masing regu senapan diperkuat oleh
Ranpur Infanteri.
(2) Akses keluar masuk objek vital harus
diminimalisir untuk menghindari upaya sabotase
dari musuh untuk itu perlu dibuatkan pos
pengamanan. Pada pos pengaman berkekuatan
satu regu diperkuat dengan Ranpur Infanteri untuk
mengantisipasi ancaman musuh yang tidak bisa
diatasi oleh Regu Senapan.
(3) Pokkoki berada pada posisi yang baik untuk
melaksanakan fungsi kontrol komando dan
pengendalian.
55
b) Objek vital nasional yang kecil. Pasukan digelar
menguasai instalasi objek vital.
Gambar 48: Gelar Pasukan Pada Objek Vital Nasional
Yang Kecil
(1) Regu Senapan ditempatkan pada parimeter
luar untuk mengantisipasi penyusupan oleh
musuh.
(2) Ranpur Infanteri ditempatkan pada tempat
yang strategis yaitu memiliki akses jalan yang dapat
dengan mudah memberikan bantuan perkuatan
pada posisi pasukan kita yang lemah atau hampir
ditembus oleh musuh.
(3) Satu kelompok diperkuat Ranpur Infanteri
ditempatkan sebagai pos pengaman pada akses
jalan masuk objek vital.
(4) Pokkoton berada pada posisi yang baik untuk
melaksanakan fungsi kontrol komando dan
pengendalian.
2) Patroli keamanan wajib dilaksanakan setiap hari untuk
mencegah pengintaian atau kemungkinan acaman lain dari
musuh. Pelaksanaan patroli keamanan dalam rangka
pengamanan objek vital nasional yang bersifat strategis dapat
dilaksanakan dengan berjalan kaki atau dengan berkendaraan
menyesuaikan medan yang tersedia (akses jalan untuk Ranpur
Infanteri), jarak patroli, dan faktor keamanan. Dibuatkan lorong
atau jalan yang tersamar dan rahasia untuk keluar masuknya
patroli, sehingga mereka dapat leluasa keluar masuk daerah
pertahanan, tetapi dalam pengawasan dan kontrol yang teliti.
3) Apabila Objek mendapatkan kunjungan tamu dari orang
asing maka harus dilaksanakan pemeriksaan.
56
o. Pengawalan. Teknik pengawanan yang ideal menggunakan
jenis Ranpur Infanteri roda ban karena memiliki mobilitas dan
manuver yang lebih baik dari pada Ranpur Infanteri roda rantai.
1) Ranpur Infanteri ditempatkan pada posisi pengamanan
depan dan belakang, objek pengawalan berada di tengah.
Apabila objek pengawalan banyak (lebih dari lima kendaraan)
maka satu ranpur Infanteri dapat ditempatkan ditengah-tengah
objek pengawalan.
Gambar 49: Ranpur Infanteri Jika Objek Pengawalan Sedikit
Gambar 50: Ranpur Infanteri Jika Objek Pengawalan Banyak
2) Apabila mendapatkan gangguan musuh musuh dari
diperjalanan maka Ranpur Infanteri yang mendapat gangguan
segera mengatasi gangguan bersama dengan Regu Senapan
yang berada di dalam Ranpur Infanteri, sedangkan Ranpur
Infanteri yang lain segera memimpin rombongan yang dikawal
meningggalkan daerah gangguan.
Gambar 51: Tindakan Pengawalan Bila Mendapat Gangguan Musuh
57
p. Penyelamatan Pada Pengamanan VVIP. Pada pengamanan
perjalanan darat dengan menggunakan Ranpur Infanteri bermotor
yang ditetapkan sebagai Ring I yaitu rangkaian Ranpur Infanteri VVIP
mulai dari Kawal Depan sampai dengan Kawal Belakang dan
rangkaian Ranpur Infanteri berikutnya merupakan Ring II. Apabila
terjadi dinamika pada kegiatan Pam VVIP dan telah diputuskan untuk
melaksanakan penyelamatan maka kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
1) Ranpur Infanteri yang berada di DP penyelamatan
bergerak menuju titik muat penyelamatan.
a) DP penyelamatan merupakan tempat yang tidak
jauh dari titik muat penyelamatan, tidak mencolok dan
sebisa mungkin tidak berada di jalan utama kegiatan
VVIP agar tidak mengganggu rangkain kegiatan VVIP.
Gambar 52: Penempatan Ranpur pada Pengamanan
VVIP
b) Jumlah ideal Ranpur Infanteri yang digunakan
minimal dua, Ranpur Infanteri pertama berada di depan
sebagai Ranpur Pengamanan selama perjalanan dan
Ranpur Infanteri kedua berada di belakang sebagai
Ranpur Peyelamatan.
c) Posisi depan Ranpur Infanteri mengarah pada arah
tujuan gerakan menuju titik muat penyelamatan.
d) Saat bergerak menuju titik muat penyelamatan
membunyikan klakson untuk memberi peringatan warga
sipil agar tidak berada di route gerakan. Pasukan pam
rute membantu menyediakan ruang agar Ranpur Infanteri
dapat bergerak secara leluasa.
e) Posisi pintu belakang sudah terbuka dan dijaga
oleh personel yang ditunjuk.
2) Ranpur tiba di titik muat penyelamatan dengan segera
personel yang berada di Ranpur Infanteri turun untuk
58
membantu mengamankan rute bergerak VVIP dari tempat acara
menuju Ranpur. Personel yang ditugaskan menjaga pintu tetap
berada di Ranpur. Awak Ranpur tetap berada di Ranpur.
Gambar 53: Ranpur Pam VVIP Tiba di Titik Muat
Penyelamatan
3) Setelah VVIP masuk Ranpur dengan segera Ranpur
bergerak menuju safe room/house. Prajurit yang ditugaskan
mengamankan rute bergerak VVIP dari tempat acara menuju
Ranpur tinggal di tempat acara (tidak ikut Ranpur). Rute yang
digunakan menuju safe room/house menyesuaikan perintah
dari Dansatgaspam VVIP yang telah dibriefingkan sebelumnya.
a) Diperjalanan menuju safe room/house Ranpur
Infanteri pengaman bergerak didepan sehingga Ranpur
Infanteri penyelamat yang membawa VVIP terlindung dari
kemungkinan ancaman dari depan.
b) Apabila Ranpur Infanteri depan sebagai ranpur
pengaman mengalami kerusakan akibat hambatan dan
gangguan maka Ranpur penyelamat di belakangnya tetap
melanjutkan perjalanan menuju safe room/house.
c) Apabila Ranpur Infanteri penyelamat mengalami
kerusakan di perjalanan maka VVIP dipindahkan ke
Ranpur pengamanan. Regu Senapan yang berada di
Ranpur penyelamatan tinggal.
4) Setelah Ranpur tiba di safe room/house dan VVIP telah
masuk safe room/house maka kegiatan selanjutnya
melaksanakan pengamanan di safe room/house kemudian
menunggu perintah lanjutan dari Dansatgaspam VVIP.
59
16. Taktik Mekanis.
a. Gerak Maju (Germa)/Pemindahan Pasukan.
1) Tahap Perencanaan.
a) Mengumpulkan keterangan tentang kondisi medan
dan kemungkinan situasi musuh di sepanjang rute
gerakan terutama rute/akses jalan yang dapat
dimanfaatkan oleh Ranpur Infanteri.
b) Merencanakan alat kendali Germa, disesuaikan
dengan kriteria yang diharapkan.
c) Menyusun pasukan yang akan terlibat dalam
Germa disesuaikan dengan faktor TUMMPAS.
d) Membuat rencana koordinasi apabila pasukan
bergerak memasuki daerah pasukan kawan.
e) Merencanakan tindakan yang harus dilakukan
apabila terjadi kontak dengan musuh disesuaikan dengan
faktor TUMMPAS.
f) Merencanakan pergerakan dari pasukan
pengintai/pengaman depan dan Ranpur Infanteri.
g) Merencanakan penggunaan pasukan cadangan
yang bergerak bersama induk pasukan, serta rencana
pergantian antar kelompok apabila diperlukan.
2) Tahap Persiapan.
a) Mempersiapkan personel, alutsista, perlengkapan,
dan peralatan yang akan digunakan selama Germa.
b) Melaksanakan latihan pendahuluan di titik
bongkar/DP Germa, terutama terkait dengan manuver
dalam menghadapi musuh dan menghindari kontak.
c) Mengatur penempatan pasukan dan formasi
Ranpur Infanteri disesuaikan dengan susunan organisasi
dalam rangka pelaksanaan Germa.
3) Tahap Pelaksanaan. Germa dilaksanakan oleh Satuan
Mekanis melalui jaring jalan yang tersedia dalam rangka
pemindahan pasukan sebelum melaksanakan sebuah operasi.
Germa berakhir bila telah terjadi kontak dengan musuh,
pasukan telah sampai di daerah persiapan, atau jika pasukan
tiba di daerah yang harus dipertahankan. Satuan Mekanis
dapat berperan sebagai bagian dari satuan yang lebih besar
atau berdiri sendiri, apabila secara berdiri sendiri maka Satuan
Mekanis mengeluarkan pelindung.
60
a) Tingkatan Germa. Germa dibagi menjadi tiga
tingkatan sesuai dengan tingkat kerawanan yang
dihadapi di medan operasi. Tingkatan Germa diberikan
oleh komando atas (Dansatgasrat) berdasarkan informasi
tentang daerah operasi dari satuan intelijen berupa
Intelijen Siap Operasi (ISO).
(1) Germa tingkat I. Pada Germa tingkat I
kemungkinan kontak dengan musuh tidak ada.
Pasukan infanteri seluruhnya naik Ranpur
Infanteri.
(2) Germa tingkat II. Pada Germa tingkat II
kemungkinan kontak dengan musuh sudah ada.
PKT/PKM Komandan Kawal Depan sangat
diperlukan pada tingkatan ini. Pasukan infanteri
bisa seluruhnya turun dari Ranpur Infanteri atau
setengah kekuatan tetap tinggal di Ranpur sesuai
perintah Komandan Kawal Depan.
(3) Germa tingkat III. Pada Germa tingkat III
kemungkinan kontak dengan musuh dapat terjadi
setiap saat. Pasukan infanteri seluruhnya turun
dari Ranpur Infanteri agar dapat dengan segera
membentuk formasi tempur apabila terjadi kontak
dengan musuh.
b) Alat kendali Germa. Untuk mengatur dan
mengendalikan pasukan selama pelaksanaan Germa
maka harus ditentukan alat kendali selama
pelaksanaannya. Alat kendali Germa terdiri dari tujuan
gerakan, garis taraf, dan garis berita.
(1) Tujuan gerakan. Tujuan gerakan merupakan
bagian medan yang harus dicapai oleh pasukan.
Setelah sampai di tujuan gerakan seluruh pasukan
turun dari Ranpur Infanteri dan menempati
kedudukan yang telah dibagi oleh komandan
bawah. Komandan Kawal Depan melaporkan situasi
kepada Dansatgasrat sesuai laporan dari para
komandan satuan bawah.
(2) Garis taraf. Garis taraf merupakan suatu
garis taktis yang tegak lurus dengan arah Germa
dan medan yang memberikan kemungkinan sebagai
tempat untuk mengorganisir perlawanan. Pada alat
kendali ini komandan satuan bawah harus melapor
pada komandan kawal depan dan laporan
dilanjutkan secara hierarki. Saat melaksanakan
laporan, pasukan boleh dihentikan atau tidak. Jika
pasukan berhenti dan sedang berada di dalam
Ranpur Infanteri maka seluruhnya harus turun dari
Ranpur Infanteri untuk melaksanakan
pengamanan.
61
(3) Garis berita. Garis berita merupakan suatu
garis yang tidak bernilai taktis, tetapi tegak lurus
pada arah Germa. Garis ini harus dapat dilihat
dengan nyata di medan (sungai, jalan kereta api,
dan sebagainya). Saat melintasi garis ini komandan
satuan bawah harus melapor namun pergerakan
pasukan tidak dihentikan.
c) Cara Bergerak. Satuan Mekanis bergerak
menggunakan formasi zig-zag, berbanjar, dan berbanjar
taktis menyesuaikan dengan kondisi medan serta
kemungkinan ancaman. Pasukan senapan berada di
dalam maupun di luar Ranpur Infanteri menyesuaikan
dengan tingkatan gerak maju dan situasi ancaman yang
akan dihadapi. Para unsur komandan menjaga agar
disiplin gerakan terpelihara, kompi terdepan bertugas
memelihara kecepatan perjalanan yang telah ditentukan
oleh Komandan Batalyon, sedangkan kompi yang lain
menjaga agar jarak yang telah ditentukan tetap
terpelihara.
d) Pengintai depan. Pada pelaksanaan Germa jika ada
kemungkinan kontak dengan musuh maka peleton depan
mengeluarkan pengintai depan. Pengintai depan
merupakan pasukan yang dikeluarkan dari Regu Mekanis
paling depan yang ditugaskan sebagai Patroli Pelopor.
Jarak pengintai depan dengan Ranpur paling depan
menyesuaikan dengan medan, jika medan datar dan
lapangan tinjau baik maka pengintai depan harus lebih
bergerak didepan sampai dengan jarak bantuan
tembakan maksimum senjata infanteri, namun bila
melintasi medan yang memiliki jarak pandang yang rapat
maka jarak pengintai depan dapat dikurangi.
(1) Pengintai depan diambil dari Regu Patroli
Pelopor, terdiri dari dua kelompok. Pada Germa
tingkat II pengintai depan bisa hanya satu
kelompok saja dipimpin Danru atau Wadanru, sisa
patroli pelopor berada di Ranpur Infanteri. Untuk
Germa tingkat III maka seluruh personel turun dari
Ranpur Infanteri.
(2) Apabila jalan yang akan dilalui oleh induk
pasukan diapit oleh dua medan kritik maka
masing-masing kelompok pengintai depan bergerak
mendahului melintasi medan kritik tersebut untuk
memeriksa dan memastikan medan tersebut
aman/tidak diduduki musuh.
62
Gambar 54: Pengintai Depan Dihadapkan Dua Medan
Kritik
(3) Apabila jalan yang akan dilalui oleh induk
pasukan terdapat medan kritik di kanan atau kiri
jalan maka satu kelompok bergerak mendahului
melintasi medan kritik tersebut untuk memastikan
medan tersebut aman/tidak diduduki musuh dan
kelompok lainnya berada di sisi kanan/kiri
lambung Ranpur Infanteri agar terlindung dari
kemungkinan tembakan senjata ringan musuh.
Gambar 55: Pengintai Depan Dihadapkan Satu Medan
Kritik
e) Pengaman lambung. Jika Satuan Mekanis bergerak
merupakan bagian dari pasukan induk yang lebih besar
maka pengaman lambung dapat ditunjuk dari satuan lain
dengan kekuatan satu kompi, namun jika Satuan
Mekanis bukan merupakan bagian dari induk pasukan
yang lebih besar maka Dansat Mekanis menunjuk satu
peleton dari kompi kawal depan sebagai pengaman
lambung.
63
Gambar 56: Skema Pengaman Lambung
(1) Tugas dari pasukan pengaman lambung yaitu
mencegah pengintaian musuh dan menghindarkan
serangan mendekat pada lambung induk pasukan.
Jika terjadi serangan pada lambung, pasukan
pengaman lambung harus dapat mengatasi agar
induk pasukan dapat segera bergerak menghindari
ancaman yang datang atau apabila tidak dapat
mengatasi, dapat memberikan waktu untuk induk
pasukan menyebar dan melaksanakan tindakan
keamanan.
(2) Bila tidak terdapat jaring jalan yang dapat
digunakan oleh Ranpur Infanteri pada pengaman
lambung maka pengaman lambung dilaksanakan
oleh Regu Senapan, Ranpur Infanteri pengaman
lambung bergerak bersama induk pasukan. Satuan
pengaman lambung sebaiknya diperkuat dengan
senjata bantuan yang dimiliki oleh Satuan Mekanis.
(3) Formasi pengaman lambung tergantung dari
medan, sebisa mungkin bergerak maju sejajar
dengan induk pasukan. Formasi pengaman
lambung dilaksanakan seperti pada patroli pelopor.
(4) Hubungan yang erat dengan induk pasukan
harus dilakukan menggunakan sarana komunikasi
yang ada.
f) Mengatasi penembak runduk musuh.
(1) Apabila penembak runduk musuh jauh dari
jangkauan.
64
(a) Regu/Patpor langsung melaksanakan
5M.
(b) Pok Pengintai melaporkan kepada Dan
Patpor dengan memanfaatkan lindung
tembak yang ada.
(c) Lapor ke Dan Pelopor apabila musuh
sudah tidak memberikan tembakan.
(2) Apabila penembak runduk musuh terlihat
dan terjangkau oleh Patroli Pelopor.
(a) Regu/Patpor langsung melaksanakan
5M.
(b) Ranpur Infanteri bergerak mendekati
Pengintai Depan, Pengintai depan masuk ke
Ranpur Infanteri. Ranpur Infanteri bergerak
sedekat mungkin kearah musuh melalui
akses jalan yang dapat dilalui untuk
menempatkan pengintai depan sambil
mengikat tembakan.
Gambar 57: Visualisasi Ranpur Mendekati Pengintai
Depan
(c) Setelah sampai dikedudukan, Pengintai
Depan turun dari Ranpur Infanteri
dilanjutkan mengikat tembakan. Ranpur
Infanteri berpindah tempat dengan
melaksanakan gerakan tipuan dan lanjut
mengikat tembakan.
65
Gambar 58: Visualisasi Mengatasi Penembak Runduk
Musuh
(d) Sisa regu dipimpin Danru
melaksanakan pelambungan.
(e) Setelah sisa regu yang dipimpin Danru
tiba di posisi pelambungan Danru
memerintahkan sisa pasukan untuk buka
tembakan.
(f) Danru memerintahkan Pok Pengintai
dan Ranpur hentikan tembakan lalu sisa regu
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.
(g) Sisa regu melaksanakan konsolidasi
sambil mengamankan arah depan
mengantisipasi bantuan perkuatan dari
pasukan kawan musuh.
(h) Danru memerintahkan Pok Pengintai
untuk melaksanakan pembersihan.
(i) Regu kembali ke arah gerak maju lalu
melapor ke Dan Pelopor tentang pelaksanaan
kegiatan.
Catatan: Syarat dari taktik ini terdapat informasi yang
pasti tentang kekuatan persenjataan musuh tidak
memiliki SLT.
g) Mengatasi kelompok satu regu musuh.
(1) Regu/Patpor langsung melaksanakan 5 M.
(2) Patpor dilindungi oleh Ranpur Infanteri
bergerak kedepan mencari perlindungan untuk
mengikat tembakan, setelah sampai dikedudukan
66
Ranpur Infanteri melaksanakan gerakan tipuan dan
membantu mengikat tembakan.
(3) Regu 2 dan 3 (sisa pelopor) dipimpin Danton
melaksanakan pelambungan.
Gambar 59: Visualisasi Mengatasi Satu Regu Musuh
(4) Setelah Regu 2 dan 3 yang dipimpin Danton
tiba di posisi pelambungan Danton memerintahkan
untuk buka tembakan. Ranpur Infanteri dapat ikut
melambung selagi ada akses jalan untuk digunakan
oleh Ranpur Infanteri, apabila tidak ada akses
untuk Ranpur Infanteri melaksanakan
pelambungan maka Ranpur Infanteri dapat
dilibatkan membantu Regu 1 melaksanakan
pengikatan.
(5) Danton memerintahkan Patpor dan Ranpur
hentikan tembakan lalu Regu 2 dan 3
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.
(6) Regu 2 dan 3 melaksanakan konsolidasi
sambil mengamankan arah depan mengantisipasi
bantuan perkuatan dari pasukan kawan musuh.
(7) Danton memerintahkan Patpor untuk
melaksanakan pembersihan.
(8) Peleton kembali ke arah gerak maju lalu
melapor ke Dan Pelopor tentang pelaksanaan
kegiatan.
Catatan: Syarat dari taktik ini terdapat informasi
yang pasti tentang kekuatan persenjataan musuh
tidak memiliki SLT.
67
4) Tahap pengakhiran.
a) Pasukan pelindung/pengaman melanjutkan
tugasnya untuk pengamanan keliling, Ranpur Infanteri
disusun dengan formasi taktis setelah tiba di daerah
tujuan.
b) Ranpur Infanteri ditempatkan di perimeter titik
berkumpul tujuan Germa dan disusun sedemikian rupa
seperti ketika menempati titik bongkar/DP Germa.
c) Melaksanakan kegiatan konsolidasi dan/atau
melanjutkan persiapan guna melaksanakan operasi
selanjutnya.
b. Serangan.
1) Tahap Perencanaan.
a) Melakukan perencanaan yang sama seperti pada
materi Germa.
b) Membuat rencana pembagian tugas dan manuver
tempur sesuai dengan tipe operasi serangan.
c) Merencanakan alat kendali serangan yang terdiri
dari Daerah Persiapan (DP), Pangkal Serangan (PS), Garis
Penyebaran (GP), Titik Awal (TA), Jam “J”, Garis Awal
(GA), poros gerakan, arah serangan, garis taraf, Jarak
Serbuan (JS), petak serangan, sasaran, dan Batas Gerak
Maju (BGM).
Gambar 60: Skema Alat Kendali Serangan
d) Membuat rencana formasi dan manuver.
2) Tahap Persiapan. Melakukan persiapan yang sama seperti
pada materi Germa.
68
3) Tahap Pelaksanaan.
a) Serangan siang. Pelaksanaan serangan siang dibagi
menjadi empat Fase yaitu Fase I gerakan dari DP ke GA
melalui PS, Fase II dari gerakan dari GA menuju JS, Fase
III gerakan dari JS menuju SAS, dan Fase IV gerakan dari
SAS ke Konsolidasi.
(1) Fase I gerakan dari DP ke GA melalui PS.
(a) Gerakan dari DP menuju PS
menggunakan formasi berbanjar taktis
dengan pasukan Infanteri masih berada di
dalam Ranpur Infanteri.
(b) Di PS formasi berubah menjadi formasi
tempur/paruh lembing (disesuaikan dengan
situasi keamanan dan medan yang ada).
(c) Pada saat tiba di GP seluruh pasukan
turun dari Ranpur Infanteri, Satuan Mekanis
bergerak menggunakan formasi-formasi
tempur menyesuaikan dengan situasi
keamanan dan medan yang ada.
(d) Pasukan melintasi GA tepat pada Jam
“J” sesuai perintah operasi.
i. Senjata bantuan lintas lengkung
yang dimiliki oleh Batalyon
(meriam/mortir) memberikan tembakan
pendahuluan untuk melindungi
pasukan yang melintasi GA.
ii. Ranpur Infanteri beserta pasukan
senapan melintasi GA dengan cepat.
iii. Setelah melintasi GA apabila
kemungkinan musuh belum ada maka
pasukan senapan dapat naik kembali
ke Ranpur Infanteri namun bila
kemungkinan kontak dengan musuh
ada maka pasukan senapan tetap
berada diluar Ranpur Infanteri dan
membentuk formasi-formasi tempur
mekanis menyesuaikan dengan situasi
keamanan dan medan yang ada serta
siaga mengantisipasi segala macam
kemungkinan.
(2) Fase II gerakan dari GA menuju JS. Jauhnya
medan operasi serangan dari GA menuju JS
sehingga dibutuhkan beberapa GT sebagai alat
kendali. Kegiatan pasukan di GT pada serangan
sama dengan kegiatan di GT pada gerak maju.
Apabila dalam gerakan dari GA menuju JS terjadi
69
kontak dengan musuh, segera atasi sasaran dengan
cara mengembangkan bentuk-bentuk formasi
tempur dan manuver menyesuaikan dengan tipe
serangan yang telah direncanakan.
(a) Gerak maju untuk kontak (GMUK).
GMUK dilakukan oleh Satuan Mekanis dalam
suatu operasi serangan untuk bergerak
mendekatkan diri ke sasaran dalam rangka
kontak dengan musuh pada saat kedudukan
utama musuh masih jauh. Pada GMUK
terdapat kemungkinan musuh menempatkan
pos-pos pengaman depan dan patroli
tempurnya. GMUK dilaksanakan sebagai
berikut:
i. selama pelaksanaan gerakan,
pasukan senapan dan Ranpur Infanteri
menyusun formasi manuver tempur
Ranpur Mekanis eselon per eselon.
setiap eselon pasukan harus
menyelaraskan gerakannya dengan
eselon pasukan lainnya, memelihara
kontak dan melakukan koordinasi.
Pasukan kawal depan melakukan
kontak dengan pasukan pelindung dan
pelindung lambung dan kawal belakang
harus memelihara kontak dengan
induk pasukan sebagai pusat komando
pengendalian manuver. Gerakan maju
dilakukan dengan tindakan yang cepat
dan agresif menggunakan formasi dan
manuver yang disesuaikan dengan
kondisi medan dan situasi keamanan
diperjalanan;
Gambar 61: Skema GMUK
70
ii. induk pasukan memelihara jarak
dengan pasukan kawal depan, agar
mendapatkan ruang dan waktu yang
fleksibel dalam melaksanakan
manuver. Jarak disesuaikan dengan
bentuk medan, Panjang rute yang
dilalui dan ketersediaan informasi
tentang dislokasi dan pergerakan
musuh;
iii. apabila kondisi medan
memungkinkan maka dapat
menggunakan beberapa rute yang
paralel yang dapat dilalui oleh Ranpur
Infanteri dengan melaksanakan
fleksibilitas manuver Ranpur Infanteri
untuk mempersulit musuh melakukan
deteksi terhadap gerak maju pasukan;
iv. dalam menghadapi rintangan
yang menghalangi, pasukan harus
dapat melintasi dan mengatasi
rintangan tersebut dengan tehnik
mengatasi rintangan Ranpur Infanteri
dengan tetap menjaga momentum
gerakan. Apabila pasukan depan
kesulitan melintasi rintangan, maka
induk pasukan mencari rute lain
menghindari rintangan yang dimaksud;
v. Dansat Mekanis hendaknya
selalu mengetahui tentang kemajuan
eselon depan dan mengantisipasi setiap
kemungkinan tindakan yang akan
diambil. Dansat Mekanis akan selalu
memelihara manuver tempur mekanis
pasukan guna memelihara momentum
gerakan;
vi. pengintaian medan depan dan
pengamatan udara sangat diperlukan
dan memegang peranan penting dalam
rangka mendukung keberhasilan
GMUK Mekanis. Seluruh peralatan dan
pasukan yang digunakan untuk
melakukan pengintaian (citra
satelit/drone/helikopter serang) selalu
memberikan informasi tentang
dislokasi, kekuatan musuh dan senjata
SLT musuh serta rute dan kondisi
akses jalan yang dapat dilalui Ranpur
Infanteri guna mencegah terjadinya
pendadakan. Pasukan pelindung dan
kawal depan berupaya mengembangkan
71
situasi guna mencegah serangan
musuh terhadap induk pasukan;
vii. apabila terjadi kontak dengan
musuh, harus segera diatasi secara
agresif dan cepat dengan
mengembangkan formasi manuver
tempur Ranpur Mekanis guna
membuat musuh tidak berdaya.
Pasukan pelindung dan kawal depan
hanya mengatasi musuh yang akan
membahayakan bagi gerakan induk
pasukan, sedangkan perlawanan
dengan kekuatan yang kecil cukup
dilintasi dan dilaporkan;
viii. induk pasukan mengerahkan
pasukan cadangan untuk
menghancurkan perlawanan musuh
yang dilampaui oleh pasukan
pelindung. Apabila musuh telah dapat
dihancurkan, maka GMUK melanjutkan
gerakan sampai dengan tujuan
gerakan;
ix. semua usaha ditujukan untuk
mengurangi keseimbangan musuh,
serta menghalangi musuh dalam
menyusun kekuatannnya kembali
secara efektif atau melakukan serangan
balas; dan
x. selama pelaksanaan gerakan,
ranpur maupun rantis yang terlibat
dalam GMUK setiap saat bergerak
dalam sebuah bentuk kolone taktis dan
mars mendekat menyesuaikan
ketersediaan rute/akses jalan yang
dapat dilalui Ranpur, medan kritik dan
situasi keamanan taktis. Pada saat
sasaran semakin dekat maka formasi–
formasi dan manuver Ranpur Mekanis
harus dapat dikembangkan secara
fleksibel dengan memaksimalkan daya
gerak, daya tembak, dan perlindungan
lapis baja dari kemampuan yang
dimiliki oleh Ranpur Infanteri.
(b) Pengintaian paksa. Pengintaian paksa
merupakan tipe serangan yang bertujuan
untuk mendapatkan keterangan tentang
kedudukan, susunan, kekuatan, jenis
senjata, dan kemampuan pertahanan musuh.
Kegiatan ini dilakukan dengan pertimbangan
luasnya keterangan tentang musuh,
pentingnya informasi tambahan yang harus
72
diperoleh, daya guna dan kecepatan badan
pengumpul lain, resiko kerahasiaan rencana
operasi dan resiko kehancuran pasukan
pengintai paksa. Pengintaian paksa
dilaksanakan sebagai berikut:
i. pasukan pengintaian paksa
bergerak untuk melakukan tugasnya
sama seperti kegiatan GMUK, mulai
dari titik pemberangkatan dan
selanjutnya serta dilengkapi dengan
peralatan pengintaian dan surveillance
udara;
ii. ketika telah terjadi kontak
dengan musuh, segera melakukan
tindakan yang cepat dan agresif guna
mengembangkan kondisi yang
menguntungkan, dengan terus
berupaya agar tugas yang diberikan
kepadanya dapat dipenuhi;
iii. pasukan pengintaian paksa
merupakan pasukan Infanteri yang
dilengkapi dengan Ranpur Infanteri dan
memiliki kekuatan minimal satu Regu
Mekanis. Pasukan pengintaian paksa
tetap memelihara kontak namun harus
sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Apabila memungkinkan
pasukan pengintaian paksa
menghancurkan musuh yang dihadapi;
iv. Dansat Mekanis selalu bersiap
untuk mengeksploitasi sukses yang
diperoleh pengintaian paksa tersebut.
Tindakan tersebut adalah meliputi
pelanjutan serangan atau mengambil
alih daerah yang direbut oleh pasukan
pengintaian paksa; dan
v. apabila pasukan pengintaian
paksa mendapatkan tekanan yang
hebat dari musuh, segera
meninggalkan daerah kontak dan
meminta bantuan kepada Dansat
Mekanis untuk membantu upaya
melepaskan diri dari pertempuran yang
dilakukan.
(c) Serangan yang dikoordinasikan.
i. Infiltrasi (perembesan). Dalam
suatu serangan Satuan Infanteri
Mekanis, pada pertahanan daerah
musuh yang sangat luas dapat
73
dilakukan dengan menggunakan teknik
perembesan/infiltrasi, melalui celah
atau bagian pertahanan yang lemah.
Satuan harus bergerak dengan diam-
diam/rahasia, menghindari kontak
dengan pos musuh. Apabila terdapat
banyak jaring jalan dapat dimanfaatkan
sebagai jalur perembesan dengan
menggunakan Ranpur Infanteri sampai
batas akses jalan dapat dilaui atau
ditembus, dilanjutkan dengan
perembesan tanpa Ranpur Infanteri
namun kekuatan pasukan disebar
dengan menggunakan rute masing-
masing melalui empat tahap kegiatan.
i) Tahap I. Gerakan menuju
daerah sasaran.
(i) Gerakan dilakukan
dengan tetap menjaga
kerahasiaan.
(ii) Hindari kontak
dengan musuh sebelum
waktunya.
(iii) Pedomani petunjuk
arah dan instruksi yang
telah ditentukan.
ii) Tahap II. Di titik temu (TT)
atau pemeriksaan.
(i) Sebelum masuk,
selidiki keadaan sekitar
titik temu.
(ii) Adakan reorganisasi
atau pengecekan personel
dan Ranpur Infanteri yang
dapat digunakan.
(iii) Gunakan sandi.
iii) Tahap III. Di pangkal
serangan.
(i) Adakan pemeriksaan
dan koordinasi.
(ii) Lapor kepada satuan
atasan.
(iii) Segera bergerak ke
sasaran masing-masing.
74
Gambar 62: Visualisasi Infiltrasi Satu Poros
Gambar 63: Visualisasi Infiltrasi Multi Poros
iv) Tahap IV. Di titik
berkumpul TB. Apabila telah
selesai kegiatan di sasaran segera
menuju ke TB akhir untuk
kegiatan selanjutnya.
ii. Penerobosan. Merupakan bagian
dalam pelaksanaan operasi serangan
yang dalam pelaksanaannya pasukan
menyerang dan menembus posisi
pertahanan pokok musuh, membelah
pertahanan tersebut menjadi dua dan
merebut atau menghancurkan sasaran
yang mengakibatkan rusaknya kelan-
jutan pertahanan dan memungkinkan
75
untuk mengadakan eksploitasi. Satuan
Infanteri Mekanis dapat menerobos
suatu posisi musuh selanjutnya
melaksanakan eksploitasi atau setelah
dapat menembus suatu posisi musuh,
eksploitasi dilakukan oleh pasukan
lain. Hal itu tidak dapat diserang dan
waktu terbatas untuk melaksanakan
pelambungan.
Gambar 64: Fase I Mebuat Lubang Penerobosan
Gambar 65: Fase II Memperbesar Lubang Penerobosan
i) pasukan penerobos dibagi
menjadi dua kelompok serangan
yang terdiri dari kelompok
serangan pokok dengan kekuatan
lebih besar dan kelompok
76
serangan bantuan dengan
kekuatan yang lebih kecil;
ii) pilih medan yang
memungkinkan pembentukan
formasi manuver tempur mekanis
yang cukup, manfaatkan jaring
jalan di sekitar daerah
penerobosan;
iii) terobos pertahanan musuh
yang lemah dan serang
kedudukan yang memungkinkan
pendadakan;
iv) serangan pokok dilakukan
pada front sempit, serangan
bantuan untuk memperbesar
celah penerobosan;
v) Siapkan cadangan di
belakang serangan pokok; dan
vi) Kompi Bantuan harus
memiliki koordinasi dan
komunikasi yang melekat dengan
Kompi Senapan Infanteri Mekanis
depan dalam memberikan
bantuan tembakan lintas
lengkung senjata infanteri dan
lintas datar. Bantuan tembakan
yang diberikan dalam rangka
mendukung akses manuver
Kompi Infanteri Mekanis.
iii. Frontal:
i) Satuan Mekanis bergerak
dalam front yang lebar dengan
formasi tempur menyesuaikan
dengan akses jalan yang tersedia
serta kemungkinan ancaman
(formasi bersyaf, paruh
lembing/pasak, atau V). Hal ini
dilaksanakan guna membersih-
kan pasukan pengaman depan
dan patroli musuh, sambil
bergerak menuju BDDT musuh;
ii) begitu pasukan penyerang
depan mengalami kontak dengan
musuh, pasukan penyerang
depan segera mengembangkan
formasi tempur dan melaporkan
kedudukan musuh ke komando
atas. Pasukan penyerang depan
segera mengikat musuh pada
77
kedudukan tembak dan
untuk
melaksanakan gerakan
mendapatkan posisi yang
rangka
menguntungkan dalam
menghancurkannya; dan
Gambar 66: Skema Frontal
iii) apabila titik lemah musuh
dapat terdeteksi, serta
diyakinkan bahwa hal tersebut
bukan merupakan jebakan, maka
pasukan penyerang harus segera
memanfaatkannya. Pasukan
cadangan dapat dimanfaatkan
untuk melindungi pasukan
penyerang depan dari upaya
serangan balas musuh ataupun
upaya musuh melaksanakan
pengepungan.
iv. Pelambungan. Satuan Mekanis
yang bermanuver dibagi menjadi dua
kelompok serangan yang terdiri dari
kelompok serangan pokok dengan
kekuatan lebih besar dan kelompok
serangan bantuan dengan kekuatan
yang lebih kecil. Serangan pokok
ditujukan terhadap lambung musuh
yang lemah sedangkan serangan
bantuan mengikat musuh pada
posisinya untuk memperdaya musuh
tentang letak serangan pokok dan
mengurangi reaksi musuh terhadap
serangan. Satuan Infanteri Mekanis
dapat melakukan pelambungan sendiri
bila mendapatkan perkuatan dari
78
komando atas, dan dapat dijadikan
pasukan pengikat atau pasukan
pelambung pada pelambungan
komando atas. Pelambungan dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu pelambungan
tunggal dan pelambungan rangkap.
i) Pelambungan tunggal.
(i) Serpok dari arah
yang tidak diduga oleh
musuh dan pada posisi
musuh yang lemah.
(ii) Cadangan bergerak
di belakang serpok.
(iii) Serban mengikat
musuh.
Gambar 67: Visualisasi Pelambungan Tunggal
(iv) Kompi Bantuan siap
membantu serpok dan
serban mulai buka
tembakan sampai sasaran
hancur dengan melaksa-
nakan koordinasi dan
komunikasi melekat
kepada Kompi Senapan
Infanteri depan. Bantuan
tembakan yang diberikan
berupa bantuan tembakan
lintas lengkung senjata
infanteri dan lintas datar
dalam rangka mendukung
manuver Kompi Senapan
Infanteri mekanis depan.
79
(v) Ranpur Infanteri siap
untuk eksploitasi
pengejaran.
ii) Pelambungan rangkap.
(i) Serpok dilakukan
dari 2 (dua) arah yang tidak
diduga oleh musuh dan
pada posisi musuh yang
lemah.
(ii) Cadangan bergerak
di belakang serpok.
(iii) Serban mengikat
musuh.
Gambar 68: Visualisasi Pelambungan Rangkap
(iv) Kompi Bantuan siap
membantu serpok dan
serban mulai buka
tembakan sampai sasaran
hancur dengan melaksa-
nakan koordinasi dan
komunikasi melekat
kepada Kompi Senapan
Infanteri depan. Bantuan
tembakan yang diberikan
berupa bantuan tembakan
lintas lengkung senjata
infanteri dan lintas datar
dalam rangka mendukung
manuver Kompi Senapan
Infanteri Mekanis depan.
80
(v) Ranpur Infanteri siap
untuk eksploitasi atau
pengejaran.
(vi) Selalu koordinasi dan
komunikasi antar pasukan,
terutama pasukan
pelambung.
v. Peningkaran. Peningkaran
merupakan variasi dari pelambungan.
Pasukan penyerang bergerak
meningkar atau didaratkan di belakang
pasukan musuh untuk merebut
sasaran jauh di belakang, memaksa
musuh meninggalkan posisinya atau
menarik pasukan besar musuh
dihancurkan di tempat yang dipilih
pasukan penyerang.
Gambar 69: Visualisasi Peningkaran
i) Gunakan jaring jalan dan
medan-medan yang memungkin-
kan yang berada di belakang
kedudukan musuh.
ii) Siapkan Kompi Bantuan
untuk membantu peningkaran.
iii) Selalu adakan komunikasi
dengan induk pasukan.
vi. Pelingkaran.
i) Babak I, mengisolasi
musuh.
81
(i) Sedapat mungkin
satuan pelingkar bergerak
dengan cepat dan lebih
dahulu menguasai medan
kritik (jembatan, lembah,
ngarai dll) yang dapat
membantu mengisolasi
musuh menggunakan
Ranpur Infanteri.
(ii) Gerakan untuk
mengisolasi musuh,
dilakukan minimal dari dua
arah yang berbeda.
(iii) Musuh senantiasa
berupaya untuk melepas-
kan diri dari upaya
pengepungan, termasuk
diantaranya melakukan
serangan terhadap salah
satu satuan pelingkar.
Satuan pelingkar yang
diserang segera melaksa-
nakan pertahanan, semen-
tara satuan pelingkar
lainnya melanjutkan
gerakan untuk mengepung
musuh.
(iv) Pada saat melaksa-
nakan pelingkaran, satuan
pelingkar harus menempat-
kan diri pada bagian
medan yang menguntung-
kan dalam melaksanakan
isolasi dan mencegah
musuh mengkonsentrasi-
kan kekuatannya guna
keluar dari pengepungan.
(v) Gunakan drone
untuk mendapatkan
informasi tentang upaya
musuh untuk keluar dari
pengepungan.
ii) Babak II, penyerbuan pada
kedudukan musuh yang
terkepung. Terdapat empat
macam manuver dari pasukan
penyerbu dalam bergerak
menghancurkan musuh yang
telah terkepung, yakni
pelingkaran serentak,
pelingkaran dan serang, serbu
82
dan sekat, serta serbu dan
hadang.
(i) Pelingkaran serentak.
Pelingkaran serentak dila-
kukan dengan melaksana-
kan serbuan secara
serentak dari berbagai
jurusan dan terkoordinasi.
Pasukan penyerang beserta
Ranpur Infanteri melaksa-
nakan serangan mengguna-
kan formasi tempur
menyesuaikan dengan
kondisi medan dengan
menyesuaikan adanya
akses/jalur jalan. Pada
satuan penutup Ranpur
Infanteri ditempatkan pada
akses jalan untuk menutup
jalur perembesan kenda-
raan musuh.
Gambar 70: Visualisasi Pelingkaran Serentak
(ii) Pelingkaran dan
serang. Pelingkaran dan
serang dilakukan dengan
melaksanakan serbuan dari
salah satu bagian peling-
karan, sementara bagian
lainnya bersifat statis.
Pasukan penyerang beserta
Ranpur Infanteri melaksa-
nakan serangan mengguna-
kan formasi tempur
menyesuaikan kondisi
83
medan dan ketrsediaan
akses/jalur jalan. Pada
satuan penutup dan
pelingkar, Ranpur Infanteri
ditempatkan pada akses
jalan untuk menutup jalur
perembesan kendaraan
musuh.
Gambar 71: Visualisasi Pelingkaran dan Serang tahap 1
Gambar 72: Visualisasi Pelingkaran dan serang tahap 2
iii) Serbu dan sekat.
Dilakukan dengan cara
menempatkan sebagian
dari pasukan pelingkar ber-
tugas sebagai satuan
penyekat yang bersifat
statis sementara sebagian
lainnya melaksanakan
84
gerakan serbuan ke kedu-
dukan musuh, guna
mendesak musuh ke arah
kedudukan satuan pe-
nyekat. Pasukan penyer-bu
beserta Ranpur Infanteri
melaksanakan serbuan
menggunakan formasi tem-
pur menyesuaikan dengan
kondisi medan dengan
menyesuaikan adanya
akses/jalur jalan Satuan
penyerbu dan satuan
penyekat dapat melakukan
berbagai upaya untuk
menghancurkan musuh.
Pada satuan penutup dan
penyekat, Ranpur Infanteri
ditem-patkan pada akses
jalan untuk menutup jalur
perembesan kendaraan
musuh.
Gambar 73: Visualisasi Serbu dan Sekat
iv) Serbu dan hadang.
Dilakukan dengan cara
pasukan pelingkar dengan
sengaja membuat celah
diantara pasukan penutup
guna mengecoh lawan
untuk memanfaatkan celah
tersebut untuk meloloskan
diri. Pada saat musuh
bergerak dan tidak lagi
85
berada pada posisi
bertahan, mereka sangat
rentan untuk diserang dan
dihancurkan. Pasukan pe-
nyerbu beserta Ranpur
Infanteri melaksanakan
serbuan menggunakan for-
masi tempur menye-
suaikan dengan kondisi
medan dengan menye-
suaikan adanya akses/
jalur jalan Pada satuan
penghadang Ranpur
Infanteri ditempatkan pada
akses jalan untuk menutup
jalur perembesan kenda-
raan musuh.
Gambar 74: Visualisasi Serbu dan Hadang
(d) Eksploitasi. Eksploitasi adalah suatu
operasi sebagai kelanjutan dari suatu
penerobosan atau pelambungan yang
berhasil. Eksploitasi dilakukan terhadap
pasukan musuh yang sedang dalam kesulitan
mempertahankan kedudukannya. Satuan
Infanteri Mekanis melaksanakan kegiatan
eksploitasi sebagai berikut:
i. hambatan yang bersifat kecil
diatasi oleh cadangan;
ii. pasukan dan Ranpur Infanteri
masih memiliki kemampuan untuk
melaksanakan eksploitasi;
86
iii. dapat menggunakan dua poros
gerakan;
iv. laksanakan gerakan seperti mars
mendekat;
v. lakukan dengan cepat, berani
dan agresif;
vi. kerahkan bantem yang belum
terlibat;
vii. hancurkan perlawanan musuh
yang dilewati menggunakan formasi
tempur mekanis tingkat kecil/regu;
viii. cegah musuh untuk memperkuat
diri; dan
ix. manfaatkan Kompi Bantuan
secara maksimal.
(e) Pengejaran. Pengejaran merupakan
taraf terakhir dari operasi serangan, bedanya
dengan eksploitasi bahwa fungsi utama dari
pengejaran yakni untuk menghancurkan
pasukan musuh. Pengejaran biasanya terdiri
dari pasukan penekan langsung dan pasukan
yang melaksanakan peningkaran. Satuan
Infanteri Mekanis dapat berperan sebagai
satuan penekan langsung atau sebagai
satuan peningkar.
i. Sebagai satuan penekan
langsung.
i) Serang musuh secara terus
menerus menggunakan formasi
manuver tempur mekanis serta
memanfaatkan daya tembak,
mobilitas, dan perlindungan lapis
baja Ranpur Infanteri.
ii) Jangan beri kesempatan
musuh untuk memutuskan
kontak dan menyusun
pertahanan.
iii) Setiap ada kesempatan
pasukan penekan melambung
menggunakan Ranpur Infanteri
untuk memotong dan
menghancurkan musuh.
87
iv) Kompi Bantuan dengan
memanfaatkan mobilitas dan
perlindungan ranpur memberi
bantuan tembakan secara
maksimal pada kedudukan
musuh.
Gambar 75: Visualisasi Pengejaran Sebagai Penekan
Langsung
ii. Sebagai satuan peningkar.
i) Gunakan Ranpur Infanteri
untuk mobilitas dan agresifitas.
ii) Gerakan meningkar kearah
rute pemunduran musuh
memanfaatkan akses jalan yang
dapat dilalui Ranpur Infanteri
secepat mungkin dengan
pasukan senapan berada di
dalam Ranpur Infanteri.
iii) Dapat menyerang lambung
induk pasukan musuh dengan
membentuk formasi tempur
mekanis menyesuaikan medan
dan situasi.
iv) Kompi Bantuan siap setiap
saat memberikan bantem kepada
satuan peningkar.
88
Gambar 76: Visualisasi Pengejaran Sebagai Peningkar
(3) Fase ke III gerakan dari JS ke SAS.
(a) Seluruh pasukan berada diluar Ranpur
Infanteri.
(b) Kegiatan pasukan melaksanakan
penyiapan serbuan (pasang sangkur, ganti
magasen).
(c) Setelah mendapatkan aba-aba perintah
dari Dansat Mekanis, Ranpur Infanteri
menembak ke sasaran/perkubuan musuh.
(d) Satuan Mekanis melaksanakan
serbuan dengan dua cara.
i. Pasukan musuh sudah
mengalami kerugian yang sangat hebat.
i) Pasukan melaksanakan
serbuan dengan menggunakan
formasi tempur secara serentak.
ii) Ranpur Infanteri bergerak
sejajar dengan pasukan jalan
kaki.
iii) Kegiatan dilaksanakan
sampai dengan sasaran dapat
direbut atau gerakan pasukan
telah melalui BDDT musuh.
ii. Pasukan musuh masih kuat.
i) Pasukan melaksanakan
serbuan dengan menggunakan
89
formasi tempur secara
berlompatan.
ii) Ranpur Infanteri bergerak
duluan kedepan sebagai perisai
bagi pasukan senapan sampai
dengan titik yang dinilai aman
dilanjutkan dengan pasukan
senapan secara berlompatan
selama serbuan.
iii) Kegiatan dilaksanakan
terus menerus sampai dengan
sasaran dapat direbut atau
gerakan pasukan telah melalui
BDDT dan perkubuan musuh.
(4) Fase ke IV gerakan dari SAS ke Konsolidasi.
(a) Selama pelaksanaan konsolidasi
Ranpur Infanteri ditempatkan pada daerah
atau akses-akses jalan yang memungkinkan
dapat dijadikan sebagai jalur akses serbal
oleh musuh dengan membentuk setengah
lingkaran pengaman beserta pasukan
senapan untuk saling melindungi
menyesuaikan medan. Senjata Ranpur
Infanteri waspada mengawasi medan depan
dengan munisi jat Ranpur terisi penuh
mewaspadai serbal dari musuh.
(b) Setelah Pasukan Infanteri
melaksanakan konsolidasi di BGM, awak
Ranpur/Danran menunggu petunjuk
selanjutnya dari Danton/Danki untuk
melaksanakan gerakan selanjutnya.
b) Serangan malam. Tujuan serangan malam yaitu
mendapatkan atau memperoleh pendadakan terhadap
musuh, menghindarkan kerugian yang besar yang tidak
mungkin yang tidak dapat di hindarkan jika serangan di
laksanakan pada siang hari, mengambil keuntungan
sebesar-besarnya dan hasil yang telah di capai pada
serangan siang, menduduki medan yang penting untuk
serangan selanjutnya, meyesatkan musuh, dan
menghalangi musuh untuk menyusun pertahananya
dengan sempurna. Fase-fase pada serangan malam sama
dengan serangan siang. Ranpur Infanteri tidak boleh
menggunakan cahaya kendaraan, dalam setiap
perpindahan seluruh pengemudi Ranpur Infanteri
menggunakan NVG sebagai alat bantu pengelihatan
malam hari.
(1) Alat kendali serangan malam meliputi garis
awal dan titik awal, pangkal serangan, route
gerakan, titik pengembangan, garis penyebaran,
90
sasaran serangan, batas gerak maju, dan tindakan
kendali lainnya.
(2) Hal-hal yang penting bagi pelaksanaan
serangan malam.
(a) Rencana serangan yang sederhana.
Terbatasnya pandangan sehingga sukar
sekali untuk merencanakan serangan seperti
pada siang hari. Karena itu serangan malam
biasanya dilakukan dari satu arah dan
melalui medan yang terbuka, upayakan agar
menggunakan tipe serangan yang hanya
menggunakan satu poros.
(b) Setiap Satuan Mekanis hanya diberikan
satu sasaran. Pada waktu gelap sukar sekali
untuk mengadakan penyusunan kembali
pasukan, begitu pula tidak mungkin
diadakan pengintaian-pengintaian yang teliti
untuk merebut sasaran berikutnya.
(c) Persiapan-persiapan harus teliti.
Diutamakan bagi pelaksanaan rute serangan
malam, persiapan-persiapan, dan pengintiaan
harus dibuat lengkap dan terperinci. Rencana
harus dibuat sedemikian rupa agar setiap
tindakan dan pelaksanaan tugas-tugas dari
komandan satuan bawah beserta anggotanya
dapat berjalan sesuai dengan rencana.
(d) Kerahasiaan dan pendadakan.
i. Kerahasiaan dan pendadakan
merupakan faktor-faktor yang mutlak
bagi berhasilnya suatu serangan
malam. Kerahasiaan harus dijamin
dengan baik selama mungkin, mulai
dari persiapan-persiapan maupun
dalam hal penyebaran keterangan-
keterangan. Gerak maju pasukan harus
dilakukan dengan diam-diam sehingga
serbuan dapat dilakukan dari satu
tempat pada waktu yang tidak
disangka-sangka oleh musuh.
ii. Saat serangan/jam “J”. Saat
serangan harus dirahasiakan sebaik-
baiknya, serangan dilaksanakan pada
jauh malam apabila serangan akan
dilanjutkan pada pagi harinya. Bila
sasaran serangan kompi merebut
sasaran akhir dalam keadaan sebelum
hari terang, maka serangan di mulai
segera setelah gelap. Apabila sasaran
serangan yang harus direbut hanya
91
akan dipertahankan sebelum hari
terang, pertahanan harus sudah
tersusun dengan kuat sebelum hari
terang itu juga.
(3) Pelaksanaan serangan malam.
(a) Pasukan bergerak dari awal dan titik
awal menuju titik pengembangan melalui
pangkal serangan menggunakan formasi
tempur menyesuaikan medan di daerah
operasi.
i. Personel berada diluar Ranpur
bergerak maju mendahului kedepan
melaksanakan Infiltrasi dengan
menggunakan jalan sebagai poros
Infiltrasi. Bergerak secara senyap
sambil mengamati situasi medan
disekitar jalan.
ii. Setelah bergerak maju ke depan
maksimal 1 km (batas aman
komunikasi radio) dan yakin jalan yang
dilalui aman maka Danki
memerintahkan Ranpur Infanteri untuk
maju kedepan sampai segaris dengan
pasukan.
iii. Gerakan antara pasukan yang
berjalan kaki dengan Ranpur Infanteri
dilaksanakan secara ulat kilan terus-
menerus sampai tiba di titik
pengembangan.
(b) Musuh yang berada di antara GA
dengan garis penyebaran, dilewati atau
dibunuh dengan senyap. Alat pembantu
penglihatan malam digunakan seefektif
mungkin dalam fase ini.
(c) Bila serangan dilakukan tanpa
tindakan bantuan, Danki dapat meminta
bantuan tembakan pada setiap waktu apabila
serangan telah diketahui oleh musuh.
Dalam keadaan tersebut, danki segera
mengambangkan pasukannya dengan formasi
berbanjar, melanjutkan gerakannya dengan
cepat tepat ke garis penyerangan, mengambil
formasi bersyaf, tembakan-tembakan
dialihkan dan akhirnya melancarkan serbuan
seperti pada serangan siang. Jika serangan
kompi diketahui oleh musuh pada saat
setelah sampai di garis penyebaran, serbuan
harus segera di lancarkan dengan cepat
tanpa ragu-ragu.
92
(d) Danton melaporkan kepada Danki
setelah peleton-peleton tersebut berada di
garis penyebaran dan siap untuk
melanjutkan gerakannya. Danki
menggerakkan peleton-peletonnya sesuai
perintah-perintah Danyon. Gerak maju kompi
dilakukan secara diam-diam dalam satu garis
dan tanpa tembakan.
(e) Agar tetap terpelihara kerahasiaan,
maka tembakan-tembakan yang terpencar
oleh satuan-satuan kecil musuh jangan di
hiraukan, karena sudah menjadi kebiasaan
bahwa meskipun tidak mengetahui adanya
pasukan penyerang, kadang-kadang musuh
mengeluarkan tembakan-tembakan gangguan
dan tipuan.
(f) Untuk menciptakan keunggulan
tembakan guna kepentingan pengembangan
selama serbuan dapat dilaksanakan tanpa
adanya pembatasan. Serbuan dilaksanakan
secara agresif. Pada saat ini Danki dapat
meminta bantuan tembakan untuk
mengisolasi sasaran. Serbuan harus
dilaksanakan sampai garis batas maju pada
tepi jauh sasaran.
(g) Setelah sasaran direbut, peleton-
peleton bergerak maju daerah-daerah yang
telah ditentukan untuk konsolidasi dan
reorganisasi. Senjata-senjata organik dan BP
dipindahkan ke depan dan ditunjukkan
kedudukannya. Pembersihan terhadap
musuh yang mengundurkan diri biasanya
tidak dilaksanakan sampai hari terang.
4) Tahap Pengakhiran.
a) Pemeriksaan personel, materiel, Ranpur Infanteri,
dan perlengkapan.
b) Melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas.
c) Melaksanakan reorganisasi dalam rangka
optimalisasi kesiapan satuan.
c. Pertahanan.
1) Pertahanan Daerah. Pertahanan daerah bertujuan untuk
mempertahankan suatu medan dalam jangka waktu tertentu.
Pasukan disusun secara kuat dan melebar sepanjang daerah
pertahanan depan untuk menghentikan dan menggagalkan
serangan musuh di depan Batas Depan Daerah Tempur (BDDT),
sedangkan pasukan cadangan dipergunakan untuk
memberikan kedalaman pertahanan dan untuk
93
menghancurkan/mengusir penerobosan musuh yang telah
berhasil menembus BDDT dengan serangan balas.
a) Tahap Perencanaan.
(1) Menyusun rencana daerah pertahanan.
(a) Daerah pengamanan depan.
(b) Daerah pertahanan depan.
(c) Daerah pertahanan belakang.
Gambar 77: Skema Pertahanan Daerah
(2) Merencanakan susunan pasukan.
(a) Masing-masing peleton ditempatkan
didalam daerah pertahanan kompi
sedemikian rupa bersama dengan Ranpur
Infanteri, dengan tidak melupakan dasar-
dasar pertahanan.
(b) Penempatan Ranpur Infanteri berada di
kedudukan yang terlindung sejajar dengan
pasukan depan. Sebaiknya kedudukan
Ranpur Infanteri dekat dengan jalan pendekat
yang memudahkan pergerakan untuk
mengangkut personel melaksanakan
pemunduran atau serangan balas. Ranpur
Infanteri harus disamar sedemikian rupa
sehingga tidak dapat ditinjau oleh musuh
baik dari depan, samping, atau atas.
94
Gambar 78: Kedudukan Ranpur Infanteri di Daerah
Pertahanan
(3) Menyusun rencana bantem. Rencana bantem
di koordinasikan oleh Dansat Armed selaku perwira
koordinasi bantuan tembakan (Pakorbantem).
(4) Menyusun rencana bantuan tempur, bantuan
administrasi dan bantuan teritorial.
(5) Menyusun rencana koordinasi.
(6) Menyusun rencana pengintaian.
(a) route pemunduran.
(b) route Serbal.
(c) kedudukan pasukan.
(d) kedudukan Ranpur Infanteri.
(e) kedudukan senjata bantuan.
(7) Menyusun rencana serangan balas.
b) Tahap Persiapan.
(1) Melaksanakan pengecekan personel dan
materiel.
(2) Melaksanakan pemindahan pasukan.
(3) Melaksanakan pengintaian.
95
c) Tahap Pelaksanaan.
(1) Pertahanan siang hari.
(a) Daerah pengamanan depan.
i. Pada saat musuh bergerak
mendekati kedudukan pasukan
pengaman depan, senjata bantuan
lintas lengkung menembak musuh.
Pasukan pengaman depan tidak terlibat
pada pertempuran yang menentukan.
i) Tembakan ditujukan untuk
mendisorganisir persiapan
musuh, menghambat, dan
memaksa musuh mengembang
sebelum waktunya.
ii) Tembakan dilaksanakan
secara terus menerus sampai
dengan pasukan pengaman
depan melaksanakan pemun-
duran.
ii. Komandan Pasukan Pengaman
Depan melaporkan setiap
perkembangan situasi kepada Danki.
iii. Ketika musuh semakin mendekat
dan pada jarak aman untuk
melaksanakan pemunduran maka
Danki memerintahkan pasukan
pengaman depan melaksanakan
pemunduran ke daerah belakang
menuju kedudukan yang sudah
disiapkan di Peleton Cadangan melalui
rute yang sudah disiapkan.
Pengunduran dapat dimenggunakan
Ranpur Infanteri apabila ada akses dan
jalur jalan yang bisa dilalui oleh
Ranpur Infanteri.
(b) Daerah pertahanan depan.
i. Setelah musuh bergerak menuju
ke daerah pertahanan depan.
i) Senjatan bantuan lintas
lengkung melaksanakan
tembakan terhadap sasaran yang
telah direncanakan.
(i) Tembakan berupa
tembakan konsentrasi,
96
barase, dan penahan
serbuan.
(ii) Tembakan untuk
melindungi pemunduran
pasukan dari daerah
pertahanan depan ke
daerah belakang dan
menghancurkan musuh di
daerah penghancuran.
(iii) Apabila daerah per-
tahanan depan berhasil
diterobos oleh musuh.
Untuk mencegah penero-
bosan yang lebih besar dan
menghancurkan musuh
yang berhasil melaksana-
kan penerobosan maka
senjata bantuan lintas
lengkung melaksanakan
tembakan pembatas,
penutup, dan penghancur
yang telah direncanakan.
ii) Senban Ranpur Infanteri
dan senapan menembak ketika
musuh masuk jarak tembak
senjata. Tembakan dilaksanakan
segencar mungkin sehingga
menimbulkan kerugian yang
maksimal pada pihak musuh.
ii. Apabila musuh tidak dapat
dihancurkan di depan BDDT dan
berhasil menembus BDDT maka
dilaksanakan serbal.
(c) Daerah belakang. Peleton Cadangan di
daerah belakang bersiap untuk
melaksanakan serbal apabila musuh berhasil
menembus kedudukan daerah pertahanan
depan (BDDT) melalui akses jalan yang dapat
dilalui Ranpur Infanteri yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
(d) Serangan balas.
i. Serangan balas dilaksanakan
bila:
i) kekuatan musuh di daerah
penerobosan belum menjadi
terlalu besar;
97
ii) gerakan musuh telah dapat
dihentikan, dihambat, dan
diceraiberaikan;
iii) musuh belum dapat
menkonsolidasikan kemenang-
annya;
iv) tank musuh telah dapat
dilumpuhkan; dan
v) ada keyakinan, bahwa
serangan balas tersebut pasti
berhasil.
ii. Kegiatan yang dilaksanakan pada
saat serangan balas sebagai berikut:
i) Danki segera melaksa-
nakan perkiraan cepat dan
PKT/PKM setelah menerima
perintah untuk melaksanakan
serbal dari Danyon;
ii) serangan balas ditujukan
pada lambung atau punggung
dari penerobosan musuh, sebab
bagian ini biasanya merupakan
titik lemah dari penerobosan
musuh. Gunakan manuver
tempur mekanis melalui akses
jalan yang telah direncanakan;
dan
iii) Senjata bantuan lintas
lengkung memberikan bantuan
tembakan untuk mempergencar
tembakan, melindungi pergerak-
an, menutup jalan pelolosan
musuh, dan membantu manuver
tempur mekanis.
(e) Apabila serangan balas tidak berhasil,
setelah mendapatkan perintah dari Danyon
maka kompi melaksanakan Tuspur dengan
tekanan.
i. Tuspur dengan tekanan ditandai
dengan adanya unsur depan yang
bertempur berusaha untuk mundur
serta adanya pasukan dibelakangnya
yang melindungi pengunduran dan
membantu unsur depan dalam
memutuskan kontak dengan musuh.
98
Gambar 79: Visualisasi Tuspur Dengan Tekanan
i) Peleton Cadangan sebagai
Peleton Pelindung ditempatkan
pada kedudukan yang dapat
melindungi peleton-peleton
secara keseluruhan.
ii) Rute pemunduran sebaik-
nya melalui sekitar lambung
pasukan pelindung kompi serta
terlindung terhadap pandangan
dan tembakan dan melalui akses
jalan yang dapat dilalui oleh
Ranpur Infanteri.
iii) Setelah melewati pasukan
pelindung dan jika pemunduran
menuju TB batalyon terlalu jauh
sehingga harus menggunakan
beberapa garis taraf maka Danki
dapat memerintahkan Peleton
Depan untuk melindungi Peleton
Pelindung dibantu oleh tembakan
senban Ranpur Infanteri.
99
iv) Bila unsur-unsur kompi
mendapat tekanan yang berat
dari musuh maka Danki
memerintahkan Peleton Depan
yang tekanan paling ringan
untuk melaksanakan pemun-
duran terlebih dulu. Namun bila
tekanan musuh terasa sepanjang
front maka Danki dapat
memerintahkan kepada semua
Peleton Depan untuk melak-
sanakan pemunduran dengan
waktu yang sama.
(i) Pemunduran dilak-
sanakan sesuai dengan
tingkat tekanan musuh.
Bila peleton mendapat
tekanan yang ringan dari
musuh maka pemunduran
dapat dilakukan dalam
satu satuan dengan
menggunakan Ranpur
Infanteri.
(ii) Bila Pemunduran
dilaksanakan dengan
tembak gerak maka
personel melaksanakan
pemunduran dengan
berjalan kaki. Regu dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu
Pok 1 setengah kekuatan
personel regu dipimpin
Danru, Pok 2 setengah
kekuatan personel regu
dipimpin Wadanru, dan
Pok 3 Ranpur Infanteri. Pok
3 mundur paling terakhir
setelah Pok 1 dan 2 sampai
di garis taraf, Ranpur
Infanteri membantu
menembaki musuh selama
pemunduran. Kegiatan
tersebut berlanjut sampai
dengan regu tiba di titik
berkumpul peleton.
(2) Pertahanan malam.
(a) Susunan pertahanan malam sama
dengan susunan pada pertahanan siang
hanya jarak antar perorangan dan satuan
harus dirapatkan karena keterbatasan
pandangan pada malam hari.
100
(b) Pada malam hari perlu dikeluarkan
patroli, pos-pos pendengar musuh dan alat-
alat pengawasan untuk mencegah
penyusupan musuh bila Danki mengurangi
jumlah kekuatan di tiap posisi pada malam
hari ia harus yakin bahwa pengawasan
terhadap daerah yang tidak duduki telah
dilaksanakan.
(c) Ranpur Infanteri tidak boleh
menggunakan cahaya kendaraan, dalam
setiap perpindahan seluruh pengemudi
Ranpur Infanteri menggunakan NVG sebagai
alat bantu pengelihatan malam hari.
(d) Unsur-unsur keamanan melaporkan
tentang datangnya musuh dan mereka
mengundurkan diri sebelum terlibat dalam
pertempuran jarak dekat.
(e) Tembakan-tembakan tidak langsung
dari senjata bantuan (Mortir, pelempar granat
dan granat tangan) digunakan untuk
mencegah musuh mengetahui/mengaburkan
kedudukan-kedudukan kita. Tembakan-
tembakan dapat diarahkan kepada sasaran-
sasaran yang diperkirakan.
(f) Bila musuh menyerang. Danki minta
tembakan penahan serbuan. Penembak-
penembak senapan, senjata bantuan yang
berada di Ranpur Infanteri, dan senapan-
senapan otomatis menembak dalam
sektornya ke arah yang ditentukan oleh
komandan kelompoknya. Granat dan ranjau
untuk membantu/melengkapi tembakan-
tembakan senjata lain, bila musuh mendekati
kedudukan.
(g) Tuspur tanpa tekanan. Tuspur tanpa
tekanan dapat dilaksanakan melalui sebuah
pertimbangan Dansat Mekanis untuk
menghindari situasi dan kondisi yang tidak
menguntungkan. Keberhasilan taktik ini
sangat tergantung kepada kerahasiaan dan
tipuan. Anggota berkumpul dan mundur
dengan tenang, dilindungi oleh pasukan tirai
(unsur yang ditinggalkan) agar kontak dengan
musuh tetap terpelihara. Tuspur tanpa
tekanan dilaksanakan dengan menggunakan
Ranpur Infanteri.
101
Gambar 80: Visualisasi Tuspur Tanpa Tekanan
i. Pasukan yang akan melak-
sanakan Tuspur berkumpul di dekat
Ranpur Infanteri masing-masing regu.
ii. Danru mengecek personel dan
materiel selanjutnya melaporkan
kepada Danton, Danton dan seterusnya
secara hierarki melaporkan kesiapan
pasukan yang akan melaksanakan
Tuspur.
iii. Pasukan yang ditunjuk sebagai
tirai melanjutkan kegiatan sesuai
dengan protap di daerah pertahanan.
i) Pasukan tirai merupakan
regu yang ditunjuk dari masing-
masing peleton, jumlah kekuatan
pasukan tirai ± 1/3 dari
kekuatan kompi.
ii) Regu tirai yang ditunjuk
baiknya memiliki lapangan
tembak yang dapat mengkafer
sektor peleton, biasanya regu
yang berada di sektor tengah.
iii) Ranpur Infanteri ditempat-
kan pada pada medan yang
102
memiliki 5 aspek medan yang
baik untuk menutup celah-celah
peleton yang rawan dijadikan
jalan perembesan musuh.
iv) Senjata kelompok kompi di
BP kan ke pasukan tirai untuk
melindungi mereka dan induk
pasukan yang sedang mundur.
v) Jika pasukan tirai
diserang, mereka bertahan
semaksimal mungkin, tuspur
dilakukan hanya atas perintah
dari komandan pasukan tirai.
iv. Setelah mendapatkan perintah
secara hierarki untuk melaksanakan
Tuspur maka anggota peleton yang
ditunjuk naik ke Ranpur Infanteri.
i) Tembakan mortir diguna-
kan untuk menutupi suara
pergerakan Ranpur Infanteri.
ii) Ranpur Infanteri bergerak
menuju ke TB Ton, setelah
lengkap melanjutkan gerakan
berkumpul di TB Ki, berlanjut
sampai ke daerah belakang.
iii) Bila Tuspur dilaksanakan
malam hari, maka pengemudi
harus menggunakan NVG dan
menghindari semua penggunaan
lampu Ranpur Infanteri.
iv) Apabila di titik berkumpul
masih harus menunggu pasukan
yang lain, maka Danru tanpa
perintah dari Danton segera
memerintahkan anggotanya
untuk turun dari Ranpur
Infanteri dilanjutkan melaksa-
nakan pengamanan.
v. Pada waktu yang telah
ditentukan, pasukan tirai
mengundurkan diri secara serentak
dengan menggunakan Ranpur Infanteri.
Tembakan mortir digunakan untuk
menutupi suara Ranpur Infanteri
sewaktu bergerak. Baiknya
pengunduran dilaksanakan malam
hari, pasukan tirai bergerak ke