The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by E-BOOK prajurit Yonif Mekanis 512/QY MARABUNTA, 2022-05-22 11:44:54

NASKAH TIK & NIK MEKANIS

NASKAH TIK & NIK MEKANIS

Keywords: TEKNIK YONMEK

103

belakang dengan waktu yang cukup
untuk menduduki kedudukan baru
sebelum terbit fajar.

d) Tahap pengakhiran.

(1) Melaksanakan pengecekan personel dan
materiel sebagai akibat dari operasi pertahanan
yang dilaksanakan.

(2) Pelihara kontak dengan musuh baik
peninjauan maupun tembakan, kalau mungkin
dengan menempatkan satuan keamanan.

(3) Melaksanakan reorganisasi untuk

pelaksanaan perintah selanjutnya.

2) Pertahanan Mobil. Pada pertahanan mobil jumlah
minimum dari pasukan ditempatkan melebar di daerah
pertahanan depan dan suatu cadangan mobil yang kuat
ditempatkan di belakang. Pasukan di depan bertugas
memberitahukan tentang mendekatnya musuh, merusak
susunan tempur dan melambatkan serangan musuh serta
menyamarkan pasukan musuh ke dalam daerah yang paling
menguntungkan bagi serangan oleh pasukan cadangan.
Pasukan cadangan mendapatkan prioritas yang lebih tinggi
dalam alokasi kekuatan dari pada pasukan di daerah
pertahanan depan karena pasukan cadangan merupakan kunci
keberhasilan dari pertahanan mobil.

a) Tahap Perencanaan.

(1) Menyusun rencana daerah pertahanan.

(a) Daerah pengamanan depan.

(b) Daerah pertahanan depan.

(c) Daerah penghancuran.

(d) Daerah belakang.

(2) Merencanakan susunan pasukan.

(3) Menyusun rencana bantem. Rencana bantem
di koordinasikan oleh Dansat Armed selaku perwira
koordinasi bantuan tembakan (Pakorbantem).

(4) Menyusun rencana manuver tempur
mekanis.

(5) Menyusun rencana koordinasi.

(6) Menyusun rencana pengintaian.

(7) Menyusun rencana serangan balas.

104
Gambar 81: Skema Pertahanan Mobil

b) Tahap Persiapan. Persiapan pada pertahanan mobil
sama dengan persiapan pada pertahanan daerah.
c) Tahap pelaksanaan.

(1) Saat Pasukan di daerah pertahanan depan
kontak dengan musuh.

(a) Pasukan di daerah pertahanan depan
melaksanakan buka tembakan. Senban
Ranpur Infanteri ditujukan pada sasaran
terpilih yaitu kelompok infanteri musuh atau
kendaraan lapis baja ringan musuh.
Tembakan dilaksanakan secara terus
menerus sampai dengan pasukan pengaman
depan melaksanakan pemunduran.
(b) Ketika musuh semakin mendekat dan
pada jarak aman maka pasukan daerah
pengaman depan melaksanakan pemunduran
ke daerah belakang melalui rute dan akses
jalan yang sudah disiapkan.

105

(c) Pemunduran. Mekanisme pemunduran
pasukan pengaman depan pada pertahanan
mobil pada dasarnya sama dengan
mekanisme pemunduran pada tuspur dengan
tekanan.

i. Pasukan di daerah pertahanan
depan masuk secara bergantian ke

Ranpur Infanteri.

ii. Ranpur Infanteri melaksanakan
pemunduran menggunakan route
pemunduran yang sudah dipersiapkan
menuju garis taraf.

iii. Garis taraf yang direncanakan
harus memiliki perlindungan yang baik

untuk personel maupun Ranpur
Infanteri. Jumlah garis taraf
menyesuaikan dengan jarak dari

daerah pengaman depan sampai
dengan daerah belakang. Fungsi garis

taraf untuk menjaga kontak dengan
musuh sehingga musuh tetap mengejar

pasukan sampai dengan daerah
penghancuran.

iv. Setelah tiba di garis taraf maka
pasukan senapan turun dari Ranpur
Infanteri dan segera menempatkan diri
di medan yang terlindung dan
memanfaatkan medan kritik di garis
taraf untuk melaksanakan pengikatan.

v. Apabila musuh kembali
mendekat atas perintah dari komandan

pasukan daerah pertahanan depan
maka pasukan kembali naik Ranpur

Infanteri menuju ke garis taraf
berikutnya. Kegiatan berulang sampai

musuh masuk ke daerah

penghancuran.

(2) Setelah musuh masuk ke daerah
penghancuran maka pasukan di daerah

penghancuran melaksanakan buka tembakan
untuk menghancurkan musuh. Ranpur Infanteri
ditempatkan di kedudukan yang telah disiapkan

untuk memberikan tembakan terhadap musuh di
daerah penghancuran, sebagian ditempatkan untuk

menutup jalan pelolosan musuh yang telah
direncanakan sebelumnya sesuai dengan rencana

penghancuran yang telah disiapkan.

106
Gambar 82: Skema Penghancuran Pada Pertahanan Mobil

d) Tahap pengakhiran. Pengakhiran pada pertahanan
mobil sama dengan pengakhiran pada pertahanan
daerah.
3) Pertahanan melingkar. Pertahanan melingkar bertujuan
untuk memberikan perlawanan pada musuh yang datang dari
segala jurusan atau arah pada saat yang sama dengan
kekuatan yang merata dan untuk memutuskan hubungan dua
satuan musuh. Pasukan disusun dalam lingkaran luar sebagai
pasukan di daerah pertahanan depan, sedangkan pasukan di
lingkaran dalam sebagai pasukan cadangan dan memberikan
kedalaman pertahanan melingkar. Bila medan dan jaring jalan
memungkinkan Ranpur Infanteri berada bersama pasukan
senapan di lingkaran luar dan dalam namun bila tidak
memungkinkan maka Ranpur Infanteri berada di lingkaran
dalam seluruhnya.

107

Gambar 83: Skema Pertahanan Melingkar

a) Tahap perencanaan dan persiapan pada pertahanan
melingkar sama dengan tahap perencanaan dan
persiapan pada pertahanan daerah.
b) Tahap pelaksanaan.

(1) Saat musuh menyerang.
(a) Bila musuh tertinjau oleh pasukan
pengaman maka dilaporkan ke komando atas
untuk memberikan waktu persiapan kepada
pasukan yang berada di lingkaran luar sambil
memberikan tembakan konsentrasi, namun
bila musuh mendekat diberikan tembakan
efektif tanpa melibatkan diri dalam
pertempuran yang menentukan.
(b) Tekanan musuh semakin gencar, maka
pasukan pengaman lapor ke komando atas
untuk melaksanakan pemunduran.

(2) Saat musuh mendekat garis lingkaran luar
dan pada jarak efektif, kontak dengan musuh
diambil alih oleh pasukan di garis lingkaran luar
guna memberikan kesempatan kepada pasukan
pengaman untuk menempati kedudukan yang telah
disiapkan.

108

(3) Saat musuh di depan garis lingkaran luar.

(a) Pasukan mempertahanan parimeter
lingkaran luar pada pertahanan melingkar
sama dengan mempertahankan BDDT pada
pertahanan daerah.

(b) Bantuan tembakan diprioritaskan pada
sektor yang banyak mendapat tekanan pihak
musuh pada parimeter lingkaran luar.

(4) Saat musuh berhasil menerobos garis
lingkaran luar.

(a) Pasukan cadangan disiapkan untuk

melaksanakan serangan balas dan menutup
parimeter lingkaran luar yang diterobos

musuh memanfaatkan Ranpur Infanteri.

(b) Senjata bantuan memberikan bantuan
tembakan ke daerah yang berhasil diterobos.

d. Pertempuran Permukiman.

1) Tahap Perencanaan.

a) Merencanakan susunan pasukan.

b) Merencanakan alat kendali yang digunakan.

c) Membuat rencana manuver.

d) Membuat rencana bantuan tembakan.

e) Membuat rencana bantuan tempur dan
administrasi.

2) Tahap Persiapan.

a) Mempersiapkan personel, alutsista, perlengkapan
dan peralatan.

b) Melaksanakan latihan pendahuluan di DP,
terutama terkait dengan manuver dalam menghadapi
musuh.

c) Mengatur penempatan pasukan disesuaikan
dengan susunan organisasi.

3) Tahap Pelaksanaan.

a) Serangan permukiman.

(1) Alat kendali pada operasi dalam kondisi
khusus di daerah bangunan yaitu Jam “J”, DP, PS,

GP/TP, PK, Sas, GT-1, Sas, GT-2 (GT menyesuaikan
dengan faktor TUMMPAS), petak serangan, poros

gerakan dan BGM.

109

Gambar 84: Skema Alat Kendali Serangan Permukiman

(2) Gerakan dari DP ke PS sampai membuat
pancangan kaki, dilakukan seperti dalam serangan
mekanis biasa. Saat yang kristis pada waktu
melakukan konsolidasi sementara ditepi
permukiman sebelum melanjutkan gerakannya.
(3) Pasukan bergerak dari DP menuju PS
menggunakan Ranpur Infanteri menyesuaikan
dengan faktor TUMMPAS. Gerakan harus dilakukan
secepat mungkin tanpa mengorbankan keamanan.
Gerakan harus dilakukan di sepanjang rute
tertutup dan tersembunyi, dapat bergerak melalui
bangunan, menyusuri jalan, di area bawah tanah,
atau kombinasi ketiganya. Pergerakan di kota harus
memperhitungkan aspek tiga dimensi dari wilayah
permukiman.
(4) Kegiatan yang dilaksanakan di PS yaitu:

(a) pengecekan personel dan materiel;
(b) koordinasi akhir dengan satuan kawan
sebelum melintasi GP/TP;
(c) menyusun formasi tempur pasukan
senapan dan Ranpur Infanteri; dan
(d) melaporkan situasi kepada Danyon dan
bergerak atas perintah.
(5) Pasukan bergerak dari PS menuju GP/TP atas
perintah Danyon sehingga diharapkan pada saat
melintasi GP/TP dalam waktu yang sama tepat
pada jam “J”. Pasukan melewati GP menggunakan

110

formasi tempur, Rupan berada diluar Ranpur
Infanteri.

6) Merebut pancangan kaki (PK) ditepi daerah
bangunan dengan tujuan untuk mempersiapkan
serangan selanjutnya, membatasi daya tembak dan
peninjauan musuh, mengawasi garis perhubungan
dan memberikan tembakan untuk mencegah
musuh memperkuat diri atau mengundurkan diri.
Ranpur Infanteri membantu dengan tembakan
sampai gedung yang pertama/tepi daerah
bangunan dapat direbut.

(7) Serangan di daerah bangunan. Saat
berhadapan dengan permukiman dengan
pandangan terbatas dikarenakan bangunan-
bangunan maka Rupan harus keluar dari Ranpur
Infanteri dan saling mengamankan antara Rupan
dan Ranpur Infanteri. Ranpur Infanteri bergerak
didepan sebagai pelindung dan pangkal tembakan
Rupan apabila terdapat informasi pada musuh
terdapat penembak runduk namun tidak memiliki
SLT. Apabila musuh diperkuat dengan SLT maka
regu mengeluarkan pengintai depan untuk bergerak
paling depan serta mengatasi/ melumpuhkan SLT
musuh sedangkan sisa regu bergerak dibelakang
atau disamping Ranpur Infanteri untuk saling
melindungi dengan Ranpur Infanteri menyesuaikan
PKT/PKM Danru.

(a) Gerakan harus melalui poros-poros
tertentu menuju ke Sasaran. Gerakan harus
dilakukan dengan agresif, tetapi tidak boleh
melupakan faktor keamanan. Bangunan
demi bangunan direbut satu persatu
bekerjasama antar Rupan dan Ranpur
Infanteri menggunakan teknik dan formasi
bergerak mekanis, sampai mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditentukan. Pasukan
penyerang bergerak secara berkelompok
saling melindungi dengan memanfaatkan
perlindungan yang ada dalam formasi dan
poros yang telah di tentukan dengan formasi
serangan tergantung pada lebar dan
kedalaman zona yang akan dibersihkan. Hal
ini dilaksanakan guna menghancurkan
pasukan pengaman depan dan formasi
musuh. Tabir asap dapat digunakan untuk
melindungi manuver pasukan penyerang.

(b) Pasukan cadangan bergerak dibelakang
pasukan depan dengan jarak 1 sampai 2 blok
(300 s.d. 350 meter) membersihkan sisa-sisa
pasukan musuh yang telah dihancurkan oleh
pasukan depan.

111

(c) Gerakan Ranpur Infanteri. Elevasi dari
senjata bantuan yang dimiliki oleh Ranpur
Infanteri merupakan salah satu keterbatasan
Ranpur Infanteri di medan tertutup (sebagai
contoh bangunan), oleh sebab itu perlunya
kerjasama antar Ranpur infanteri dan
pasukan senapan selama pelaksanaan
gerakan. Apabila Ranpur Infanteri hanya ada
satu maka sisi lain dari pengawasan Ranpur
Infanteri bisa dilakukan oleh pasukan
senapan.

i. Bergerak secara ulat kilan atau
saling melindungi.
ii. Merapat pada sisi bangunan
untuk mengurangi lapangan tinjau dan
lapangan tembak musuh.
iii. Arah tembakan Ranpur Infanteri
bersilangan saling melindungi.
Gambar 85: Gerakan Ranpur Infanteri di Daerah

Bangunan

(d) Kerja sama Regu Senapan dan Ranpur
Infanteri. Keberhasilan Satuan Mekanis
didalam melaksanakan pertempuran di
permukiman tidak terlepas dari kerja sama
antara Regu Senapan dan Ranpur Infanteri.
Ranpur Infanteri rawan akan serangan tiba-
tiba dari SLT musuh sedangkan Regu Senapan
rawan akan Bakduk musuh. Penentuan
bentuk-bentuk formasi dalam pelaksanaan
serangan di permukiman sesuai perintah Danki
berdasarkan PKT/PKM di lapangan.

i. Regu Senapan bergerak di depan
melaksanakan pembersihan bangunan

112

apabila informasi musuh memiliki SLT
dan kemungkinan Bakduk musuh
masih jauh atau tidak ada.
ii. Ranpur Infanteri bergerak di
depan apabila informasi musuh
memiliki Bakduk dan kemungkinan
SLT musuh masih jauh atau tidak ada.
iii. Ranpur Infanteri sebagai lindung
lapis baja apabila informasi musuh
memiliki Bakduk dan kemungkinan
SLT musuh masih jauh atau tidak ada
lalu Regu Senapan harus bergerak
menduduki bangunan selanjutnya yang
relatif jauh dan tidak ada lindung
tembak antar gedung.
Gambar 86: Pasukan Bergerak Memanfaatkan Lindung

Lapis Baja

(f) Saat serangan menemui Sasaran di
gedung cara masuk untuk pembersihan di
gedung/bangunan dapat dimulai dari atas atau
bawah gedung. Ranpur Infanteri dapat sangat
berguna dalam mendukung pasukan masuk ke
gedung dari bawah. Masuk dari bagian bawah
gedung sangat umum dilaksanakan dan
mungkin merupakan satu-satunya pilihan yang
tersedia. Ketika masuk dari bawah,
menghancurkan dinding merupakan metode
yang terbaik karena pintu dan jendela mungkin
jebakan dan ditutup oleh musuh dengan
tembakan dari dalam ruangan. Jika kelompok
penyerang harus masuk melalui pintu atau
jendela, masuk dari posisi belakang atau sayap
lebih baik. Dan dalam situasi tertentu.
mungkin penggunaan bahan peledak untuk
breaching/masuk bangunan dapat digunakan
sesuai intruksi koordinasi. Kegiatan pasukan
penyerang saat berada di bangunan/gedung.

113

i. Melaksanakan serbuan gedung/
bangunan yang dikuasai musuh, begitu

masuk ke dalam gedung, tugas
utamanya adalah untuk menutupi
tangga dan merebut kamar yang

menghadap kearah bangunan, melalui
poros-poros tertentu. Tindakan ini

diperlukan untuk mengisolasi pasukan
musuh di dalam gedung dan untuk

mencegah bantuan dari luar. Ranpur
Infanteri akan digunakan sebagai
pengisolir bangunan yang sedang

direbut oleh pasukan senapan dan
mencegah bantuan musuh yang datang

saat pasukan senapan memasuki
gedung/bangunan.

ii. Membersihkan setiap kamar di
lantai masuk dan kemudian mulai
membersihkan lantai dan ruang bawah
tanah dan pengamanan tangga
dilaksanakan dari bawah ke atas.

iii. Jika pasukan penyerang

menemukan kamar/lorong/tangga yang
dibarikade dengan furnitur atau
hambatan lainnya, maka pasukan

penyerang harus terlebih dahulu
mencoba untuk menerobos dan

melewati barikade atau penghalang
tersebut dan menjaga momentum

serangan. Jika pasukan penyerang
tidak dapat melewati barikade atau

penghalang maka pengaman harus

ditempatkan di atasnya. Menyegel pintu

dan lantai juga bisa menjadi pilihan

untuk menjaga momentum. Komandan
bawahan harus melanjutkan

momentum serangan, namun tidak
boleh membiarkan operasi menjadi
tidak terorganisir.

iv. Jika terdapat ruang bawah
tanah, maka harus sesegera mungkin
dibersihkan. Prosedur untuk

membersihkan ruang bawah tanah
sama dengan saat pembersihan

ruangan lain untuk setiap ruangan
atau lantai, tetapi ada perbedaan

penting. Ruang bawah tanah dapat
berisi pintu masuk ke terowongan

seperti saluran pembuangan dan

terowongan kabel komunikasi. Ini
harus dibersihkan dan diamankan

114

untuk mencegah musuh menyusup
kembali ke area yang dibersihkan.

(g) Perebutan medan kritik. Jembatan dan
simpul simpul jalan merupakan contoh medan
kritik pada daerah permukiman yang harus
dikuasai oleh pasukan penyerang.

i. Perebutan jembatan. Untuk tugas
ini kompi harus melakukan tindakan
berikut:

i) Bersihkan bangunan

terdekat. Langkah pertama dalam
merebut jembatan dengan
membersihkan bangunan-

bangunan di tepi dekat, yang
mengawasi jembatan dan

bangunan-bangunan di tepi jauh.
Komandan melaksanakan PKT/

PKM menentukan bangunan yang
memungkinkan dia untuk

menggunakan senjata anti tank,

senapan mesin, dan senapan
agar dibersihkan dengan

tembakan guna mencegah musuh
memperkuat kedudukannya di

tepi jauh dan menjaga agar
pasukan penghancur musuh
menjauh dari jembatan;

ii) Menekan. Menekan musuh
di tepi jauh dengan tembakan
langsung dan tidak langsung.

Dalam menekan posisi musuh di
tepi jauh, prioritas diberikan

pada posisi musuh dimana dari
kedudukannya tersebut mereka

dapat menembak langsung
musuh yang ada di tepi jauh
jembatan memanfaatkan

bangunan terdekat dari
jembatan. Senapan mesin yang

dipasang di M113, Anoa, atau
Komodo efektif dalam peran ini.

SLT Javelins, dan ATGM dapat
digunakan melawan tank musuh
yang menutupi jembatan.

Gunakan peyamaran asap untuk
membatasi pengamatan musuh.

Semua penindasan harus sesuai
dengan intruksi koordinasi;

iii) Serangan. Merebut tepi
jauh jembatan dengan serangan
bertujuan untuk mengamankan

115

pasukan yang akan melintasi
jembatan tersebut. Sasaran
serangan yang dilaksanakan
peleton merupakan bangunan
yang digunakan oleh musuh
untuk melindungi jembatan. Satu
atau dua peleton pasukan
dikerahkan untuk menyerang
jembatan, dengan menggunakan
semua perlindungan yang
tersedia saat granad asap di
tembakkan. Selain serangan
frontal dengan cara melintasi
jembatan, alternatif lain juga
harus dipertimbangkan. Pasukan
penyerang didukung oleh seluruh
kekuatan kompi yang di BPkan.
Begitu penyerang telah berhasil
berada di tepi jauh, maka
tembakan pendukung segera
dialihkan. Ketika pasukan
penyerang mulai membersihkan
bangunan pertama, tembakan
pendukung dihentikan atau
dialihkan lagi. Pelaksanaan
serangan berlanjut sampai semua
bangunan di Sasaran
dibersihkan; dan

Gambar 87: Visualisasi Perebutan Jembatan

iv. Bersihkan jembatan.

Amankan batas luar di sekitar
jembatan sehingga pasukan zeni
dapat membersihkan semua

hambatan baik ranjau, atau
barikade dari jembatan. Danki

dapat memperluas batas luar
untuk bersiap menghadapi

serangan balik. Setelah jembatan

116

dibersihkan, Ranpur Infanteri
dibawa menyeberang ke tepi
jauh.

ii. Perebutan simpul-simpul jalan.

i) Simpul simpul jalan harus
diamankan untuk mencegah

dikuasai oleh musuh. Operasi ini
terdiri dari penguasaan dan

pembersihan bangunan yang
mengendalikan simpul simpul
jalan tersebut, serta menem-

patkan tembakan langsung ke
posisinya untuk melindunginya.

Setelah mengumpulkan semua
keterangan dari Intelijen dan

satuan atas yang tentang medan,
musuh, dan jumlah penduduk,
komandan mengambil langkah-

langkah berikut:

(i) mengisolasi Sasaran;

(ii) merebut dan atau
membersihkan gedung di
sepanjang simpul simpul

jalan; dan

(iii) mengkonsolidasikan
dan mempersiapkan
serangan balik.

ii) Pasukan kawan tidak boleh
masuk ke simpul-simpul jalan
sampai aman karena simpul-
simpul jalan merupakan daerah
penghancuran alami.

iii) Kompi penyerang harus
diorganisasi lagi menjadi pasukan

penyerang, pasukan bantuan,
dan pasukan cadangan

berdasarkan faktor TUMMPAS
dan intruksi koordinasi.

(i) Pasukan penyerang.
Merebut dan member-
sihkan medan (bangunan)
yang memengaruhi operasi.

(ii) Pasukan bantuan

diperkuat dengan Ranpur
Infanteri. Mengisolasi dan
mengamankan simpul

117

simpul jalan. Memberikan

dukungan tembakan
langsung untuk pasukan

penyerang.

(iii) Pasukan cadangan.

Memperkuat satuan penye-
rang sesuai permintaan.

(biasanya posisi pasukan
terpisah dari Peleton

Senapan).

Gambar 88: Visualisasi Perebutan Simpul-Simpul Jalan

(h) Satuan penyerang bisa melaksanakan
reorganisasi perlawanan pada garis taraf yang
dapat berupa jalan maupun deretan
bangunan yang dapat digunakan untuk
melaksanakan kegiatan taktis dan
administrasi (penambahan perbekalan,
evakuasi dan lain sebagainya).

(8) Setelah sasaran direbut, pasukan
melaksanakan konsolidasi dengan cara menguasai
medan-medan yang dominan. Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi tindakan taktis dan
administrasi. Untuk serangan terhadap daerah
bangunan yang kecil dimana seluruh kota
dijadikan Sasaran maka konsolidasi dilakukan
diluar kota menempati medan yang
memungkinkan dapat menahan Serbal musuh.

118

Untuk serangan terhadap daerah bangunan yang
besar dan luas maka konsolidasi ditempat vital
yang perlu direbut untuk diamankan sesuai
dengan tugas yang telah diberikan untuk satuan
penyerang.

b) Pertahanan permukiman.

(1) Dalam pertahanan permukiman, pasukan
disusun melingkari permukiman yang harus
dipertahankan. Pasukan melingkar dalam dua
lapis yaitu lingkaran luar untuk penangkal awal
serangan musuh dan lingkaran dalam untuk
memberikan kedalaman pada pertahanan. Ranpur
infanteri yang ditempatkan pada lingkaran luar
bertujuan untuk menjaga perimeter daerah
pertahanan luar serta mencegah dan menindas
musuh yang akan masuk pada jarak tembak
senjata bantuan Ranpur Infanteri sedangkan pada
lingkaran dalam ranpur digunakan sebagai
mobilitas yang cepat untuk membawa pasukan
cadangan senapan dilingkaran dalam memberikan
bantuan menutup pertahanan lingkar luar yang
mendapat tekanan lebih berat dari musuh serta
rawan tertembus.

(2) Penempatan peleton di garis lingkaran luar
tergantung dari pada keadaan medan dan
bangunan yang dihadapi.

(a) Di daerah padat penduduk atau
permukiman semua Peleton Senapan
diperkuat Ranpur Infanteri ditempatkan di
garis lingkaran luar dan pada garis lingkaran
dalam hanya ditempatkan dua Regu Senapan
diperkuat Ranpur Infanteri.

(b) Di daerah yang tidak padat penduduk,
dua Peleton Senapan diperkuat Ranpur
Infanteri ditempatkan di garis lingkaran luar,
dimana masing-masing peleton menem-
patkan semua regunya dalam satu garis
dilingkaran luar tersebut, sedangkan satu
Peleton Senapan diperkuat Ranpur Infanteri
ditempatkan dalam lingkaran dalam untuk
memberikan kedalaman pada pertahanan.

(c) Pemberiaan petak/sektor pertahanan
pada tiap peleton di garis luar tidak perlu
sama besarnya, tetapi tergantung dari
kemungkinan gerakan musuh. Pada daerah
yang mungkin akan mendapat kan tekanan
yang berat, satu Regu Senapan bisa
mendapatkan lebih dari satu Ranpur
Infanteri sehingga terdapat keseimbangan

119

antara kemungkinan gerakan musuh dan
kemampuan bertahan.

(3) Keluarkan pos peninjau dengan kekuatan
satu Regu Senapan diperkuat Ranpur Infanteri
untuk mencegah pendadakan musuh serta usaha

penyusupan disusun daerah pengawasan. Pos
peninjau dapat juga digunakan sebagai pangkal

patroli. Tugas Pos peninjau yaitu:

(a) pemberitahuan yang cepat;

(b) meniadakan peninjauan musuh pada
jarak dekat;

(c) menghambat, menipu, dan
mengacaukan musuh;

(d) meninggalkan Infiltrasi; dan

(e) membantu patroli.

(4) Lorong atau jalan yang tersamar. Pada

lingkaran luar harus dibuatkan lorong atau jalan
yang tersamar dan rahasia untuk keluar

masuknya patroli, sehingga mereka dapat leluasa
keluar masuk daerah pertahanan, tetapi dalam
pengawasan dan kontrol yang teliti.

(5) Rintangan. Semua rintangan alam yang ada
harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dan
diperkuat dengan rintangan buatan seperti

lapangan ranjau, kawat berduri, kawat sandung,
dan semua kemungkinan rintangan buatan.

Rencana rintangan ini harus diintegrasikan dengan
semua tembakan sehingga merupakan tindakan

keamanan yang maksimal.

Gambar 89: Skema Pertahanan Permukiman

120

(6) Pada saat kontak dengan musuh.

(a) Setelah musuh bergerak menuju ke
daerah pertahanan depan.

i. Danki memerintahkan Senjata
bantuan lintas lengkung melaksanakan
tembakan terhadap Sasaran yang telah
direncanakan.

i) Tembakan berupa

tembakan konsentrasi, tembakan
barase, dan tembakan penahan

serbuan.

ii) Tembakan untuk

melindungi pemunduran

pasukan dari daerah pertahanan
depan ke daerah belakang dan
menghancurkan musuh di

daerah penghancuran.

iii) Tembakan dilaksanakan
segencar mungkin sehingga
menimbulkan kerugian yang
maksimal pada pihak musuh.

iv) Apabila daerah pertahanan
depan berhasil diterobos oleh
musuh maka Tonbant melaksa-
nakan tembakan pembatas,
penutup, dan penghancur untuk
mencegah penerobosan yang
lebih besar dan menghancurkan
musuh yang berhasil melaks-
anakan penerobosan.

ii. Ranpur Infanteri melaksanakan
tembakan ketika musuh masuk jarak
tembak. Tembakan diutamakan untuk
menghancurkan kelompok, berba
ringan, atau senjata bantuan musuh.

iii. Peleton Senapan melaksanakan
tembakan ketika musuh masuk jarak

tembak senjata.

i) Tembakan dilaksanakan
segencar mungkin sehingga
menimbulkan kerugian yang
maksimal pada pihak musuh.

ii) Satuan cadangan disiapkan
untuk melaksanakan serangan
balas apabila musuh akan
menembus kedudukan daerah
pertahanan depan.

121

(b) Para Danton di daerah pertahanan
depan melaporkan setiap perkembangan
situasi kepada Danki.

(c) Pada sisi yang mendapatkan serangan
paling berat dari musuh maka Danki
memerintahkan peleton yang berada di garis
pertahanan belakang untuk mempertebal
garis pertahanan tersebut. Pasukan garis
belakang setelah mendapat perintah menuju
daerah yang diperintahkan dengan
menggunakan Ranpur Infanteri, setelah tiba
langsung turun dari kendaraan lalu pasukan
senapan dan Ranpur Infanteri menempati
posisi pertahanan sesuai perintah dari
Danton Senapan.

(7) Serangan balas. Serangan balas dilakukan
atas perintah Danki apabila kekuatan musuh di
daerah penerobosan belum menjadi terlalu besar
serta gerakan musuh telah dapat dihentikan,
dihambat, dan dicerai beraikan. Dengan kecepatan
yang dimiliki oleh Ranpur Infanteri maka Satuan
Mekanis sangat efektif untuk melaksanakan Serbal.
Serbal ditujukan pada lambung atau punggung dari
penerobosan musuh, sebab bagian ini biasanya
merupakan titik lemah dari penerobosan musuh.
Pemusatan kekuatan musuh biasanya pada
ujung/kepala penerobosan. Ranpur Infanteri
membawa pasukan bergerak ke titik bongkar
pasukan di daerah yang aman sedekat mungkin
dengan pasukan musuh. Setelah turun dari Ranpur
segera menutup jalan masuk penerobosan musuh,
mencari perlindungan dan melaksanakan tembakan
untuk menghancurkan musuh.

4) Tahap Pengakhiran.

a) Pengecekan personel dan perlengkapan serta
Ranpur Infanteri.

b) Melaporkan pelaksanaan kegiatan ke Komando
atas.

c) Melaksanakan reorganisasi untuk menyusun
kembali guna operasi lainnya.

e. Gerilya. Perang gerilya saat ini bukanlah perang seperti yang
dilakukan pada saat perang melawan penjajah merebut kemerdekaan,
perang gerilya saat ini harus beradaptasi dengan kekuatan dan
kemampuan modern yang dimiliki TNI serta perkembangan generasi
perang saat ini. Kemampuan Ranpur Infanteri sebagai pelindung
terbatas, penindas, dan memiliki mobilitas yang baik bisa di
eksploitasi untuk mendukung pelaksanaan gerilya. Disposisi Ranpur
Infanteri direorganisasi tersebar pada kantong-kantong perlawanan
gerilya dan tersamar dengan kekuatan kecil setingkat regu.

122

1) Tahap Perencanaan.
a) Menerima tugas:
(1) menerima tugas dan DISO dari satuan atas;
dan
(2) mengeluarkan perintah pendahuluan.
b) Analisa tugas:
(1) melaksanakan analisa tugas Komandan dan
Staf; dan
(2) brifing analisa tugas Komandan dan Staf.
c) Petunjuk Komandan:
(1) menyusun jukcan; dan
(2) mengeluarkan perintah persiapan.
d) Pembentukan CB:
(1) membuat pengembangan CB;
(2) membuat analisa CB;
(3) membuat perbandingan CB; dan
(4) memutuskan CB yang paling memungkinkan.
e) KUO:
(1) menyusun KUO; dan
(2) melaksanakan brifing KUO.
f) PO:
(1) menyusun RO/PO;
(2) melaksanakan uji RO/PO;
(3) menyempurnakan PO; dan
(4) mengeluarkan PO.

2) Tahap Persiapan.
a) Mempersiapkan personel dan Alutsista (Ranpur,
UAV, dan UGV) yang termasuk dalam rencana pelibatan.
b) Melaksanakan pengintaian.
c) Melaksanakan latihan pendahuluan bersama-sama
dengan satuan lain.

3) Tahap Pelaksanaan.
a) Taktik Sabotase Instalasi.
(1) Pasukan melaksanakan infiltrasi secara
tertutup dari kantong perlawanan/Daerah Pangkal

123

Aksi (DPA) menuju ke Titik Berkumpul Sasaran (TB
Sas) melalui Titik Pemberangkatan (TPB) dan Titik
Kumpul (TK).

(a) Personel berada diluar Ranpur bergerak
maju mendahului kedepan melaksanakan
Infiltrasi dengan menggunakan jalan sebagai
poros Infiltrasi. Bergerak secara senyap
sambil mengamati situasi medan disekitar
jalan dalam rangka mengamankan rute yang
akan dilalui Ranpur Infanteri.

(b) Setelah bergerak maju ke depan
maksimal 1 km (batas aman komunikasi
radio antara pasukan yang berjalan kaki
dengan Ranpur Infanteri) dan yakin jalan
yang dilalui aman maka Dansat sabotase
memerintahkan Ranpur Infanteri untuk maju
kedepan sampai segaris dengan pasukan.

(c) Gerakan antara pasukan yang berjalan
kaki dengan Ranpur Infanteri dilaksanakan
secara ulat kilan sampai tiba di TB Sas.

(2) TB Sas yang dipilih harus memiliki 5 aspek
medan yang baik, tersembunyi, dan cukup luas
untuk penempatan Ranpur Infanteri. Kegiatan di
TB Sas melaksanakan pembersihan, pengamanan
dan persiapan akhir sebelum melaksanakan
kegiatan di sasaran.

(3) Setelah persiapan akhir selesai pasukan
bergerak menuju Titik Aksi (TA) Tim. Ranpur
Infanteri tetap tinggal di TB Sas.

(4) Pokpam bergerak menuju tempat yang telah
ditentukan untuk melaksanakan pengamanan.

(a) Posisi pasukan pengaman berada di
pinggir jalan pada medan yang memiliki lima
aspek medan yang baik.

(b) Tugas dari pasukan pengaman sebagai
pengaman jalan apabila ada bantuan tempur
musuh yang datang saat pelaksanakan
eksfiltrasi.

(5) Setelah kelompok pengaman menempati
kedudukan maka kelompok bantuan bergerak dari
TA Tim menuju ke kedudukan yang telah
ditentukan, berikutnya kelompok sabotase dan
kelompok komando bergerak menuju ke TA masing-
masing kelompok di dekat sasaran.

(6) Pada jam ”J” yang telah ditentukan oleh
Dansat, maka kelompok sabotase melaksanakan
aksi di sasaran.

124

(a) Ranpur Infanteri bergerak melak-
sanakan serbuan sampai jarak efektif senjata
bantuan yang berada di Ranpur Infanteri.
Sampai kedudukan laksanakan tembakan
penindas kearah kelompok pasukan musuh.
Tembakan ditujukan untuk mengalihkan
perhatian musuh.
(b) Kelompok sabotase masuk melalui jalan
pendekat ke sasaran lalu memasang alat
sabotase pada objek yang dituju dan
menghancurkan sasaran.
Gambar 90: Visualisasi Sabotase

(7) Setelah selesai aksi (eksploitasi) di sasaran
maka Ranpur Infanteri melaksanakan eksfiltrasi
menuju TB Akhir, kelompok sabotase dan kelompok
komando menuju TB Akhir disusul kelompok
bantuan melalui titik temu kelompok dan tim.
(8) Kelompok pengaman bergerak menuju TB
Akhir paling belakang setelah mengamankan
kelompok sabotase, kelompok komando dan
kelompok bantuan.
(9) Di TB Akhir diadakan pengecekan personel
dan materiel. Setelah lengkap pasukan
melaksanakan eksfiltrasi menuju Daerah Pangkal
Aksi (DPA) baru.

125

b) Taktik Busur Panah.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong
perlawanan/DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.

(b) Pengecekan dan membagi kekuatan
personel sesuai perintah operasi yaitu
menjadi 1/5 kekuatan diperkuat Ranpur
Infanteri dan 4/5 kekuatan.

(c) Persiapan akhir sebelum menuju Titik
Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

(3) Pasukan bergerak menuju TA atau
kedudukan masing-masing. Gerakan dari 1/5
pasukan gerilya ke TA yang direncanakan sama
seperti gerakan dari DPA menuju TK.

(4) Setelah siap dikedudukan dan sudah
mendapat perintah dari Danton maka 1/5 pasukan
gerilya memberikan tembakan terhadap musuh,
melakukan gerakan-gerakan dalam rangka
memancing dan mengacaukan situasi dan menarik
perhatian pasukan musuh.

(5) Jika musuh mencoba untuk mendekati 1/5
pasukan gerilya maka komandan 1/5 pasukan
gerilya memerintahkan pasukannya untuk
melaksanakan pemunduran melewati daerah
“Killing Ground” yang telah dipersiapkan.
Pelaksanaan pemunduran sama dengan
pelaksanaan pemunduran pada pertahanan mobil
menggunakan beberapa garis taraf.

(6) Apabila 1/5 pasukan gerilya telah berhasil
menarik pasukan musuh ke daerah “Killing Ground”
maka sisa 4/5 pasukan gerilya yang sudah siap
pada posisi secara serentak melakukan manuver
dan serangan pendadakan terhadap serangan
pasukan musuh yang mengejar 1/5 pasukan
gerilya.

(7) Serangan dilakukan dengan cepat dan tidak
lama-lama di sasaran untuk menghindari jatuhnya
korban.

126

Gambar 91: Visualisasi Taktik Busur Panah

Keterangan:
- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan

(8) Setelah selesai melaksanakan kegiatan di
sasaran maka pasukan segera melaksanakan
pengunduran menuju ke TB akhir.
(9) Setelah sampai di TB akhir melaksanakan
pengamanan dan pengecekan dilanjutkan menuju
ke DPA baru.
c) Taktik Ayam Alas.
(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong
perlawanan/ DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.
(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.
(b) Pengecekan dan membagi kekuatan
personel sesuai perintah operasi yaitu
menjadi 1/5 kekuatan dan 4/5 kekuatan
diperkuat Ranpur Infanteri.

127

(c) Persiapan akhir sebelum menuju Titik
Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

(3) Selesai kegiatan di TB Sas, pasukan bergerak
menuju TA masing-masing. Gerakan dari 4/5

pasukan gerilya ke TA yang direncanakan sama
seperti gerakan dari DPA menuju TK.

(4) Aksi di sasaran.

(a) Taktik ini dilakukan dengan cara zig-
zag dimana 1/5 kekuatan pasukan

menembak kesegala arah dengan maksud
mengacaukan situasi dan mengikat perhatian

pasukan atau kedudukan pasukan yang
diserang.

(b) Di dalam kelompok-kelompok yang
mengacau tersebut ditempatkan juga

penembak-penembak runduk yang bertugas
menembak sasaran-sasaran tertentu

(Komandan Pasukan Musuh).

(c) Dengan adanya tembakan dari
pasukan musuh maka pasukan gerilya akan
dapat mengetahui arah kedudukan pasukan

musuh yang akan diserang dan dimana
tempat-tempat yang lemah atau kosong.

(d) Apabila situasi yang diinginkan

(diciptakan) sudah sedemikian rupa dan
memberikan tuntutan (kemungkinan) bagi
pasukan gerilya maka sisa 4/5 kekuatan

yang diperkuat Ranpur Infanteri sudah
dipersiapkan untuk mengadakan

pelambungan, melakukan serangan secara
mendadak dengan momentum yang maksimal

ke arah posisi pasukan musuh yang lemah
untuk menghancurkan musuh tersebut.

(e) Berhasil atau tidak aksi serangan yang
dilakukan pasukan gerilya dengan segera

mengundurkan diri ke titik berkumpul dan
selanjutnya menghilang.

(f) Dalam hubungan aksi-aksi gerilya yang
dilakukan sebelum gerilya mengundurkan

diri dari daerah pertempuran, harus selalu
berusaha merampas alat-alat perang dan

para korban pihak musuh yang berhasil
dilumpuhkan.

128

Gambar 92: Visualisasi Taktik Ayam Alas

Keterangan :
- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan
- : Arah Gerakan Musuh

(5) Melaksanakan eksfiltrasi menuju TB akhir.
(6) Dilanjutkan menuju DPA baru.
d) Taktik Tekan Induk Makan Anak.
(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong
perlawanan/ DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.
(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.
(b) Pengecekan dan membagi kekuatan
personel sesuai perintah operasi yaitu Pok
Pam, Pok pengelabuan (1/5 kekuatan
diperkuat Ranpur Infanteri) dan Pok Penindas
(4/5 kekuatan).
(c) Tugas yang diberikan kepada kelompok
pengaman sama dengan tugas kelompok
pengaman pada taktik sabotase.
(d) Persiapan akhir sebelum menuju Titik
Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

129

(3) Selesai kegiatan di TB Sas, pasukan bergerak
menuju TA masing-masing. Gerakan dari kelompok
pengelabuan ke TA yang direncanakan sama seperti
gerakan dari DPA menuju TK.

(4) Aksi di sasaran.

(a) Kelompok pengelabuan melaksanakan
serangan ke induk pasukan musuh dengan
cara menembak kedudukan musuh dari TA.

(b) Kelompok penindas menyerbu Pos
Depan Musuh dengan melaksanakan tembak
gerak berlompatan sampai dengan musuh
dihancurkan.

(c) Setelah Pos Depan Musuh berhasil
dihancurkan kelompok penindas segera
melaksanakan eksfiltrasi menuju TB Akhir.
Kelompok pengelabuan setelah mendapat
perintah dari Danton melaksanakan
pemunduran menuju TB Akhir menggunakan
Ranpur Infanteri melalui jalan yang dikuasai
oleh kelompok pengaman.

(d) Apabila pasukan Induk mengeluarkan
Tim pengejar maka kelompok pengaman
mematahkan pengejaran dari musuh
menggunakan SLT yang sudah dipersiapkan.

(e) Kelompok pengaman bergerak menuju
TB akhir setelah yakin kelompok pengelabuan
tidak dikejar oleh kelompok musuh.

Gambar 93: Visualisasi Taktik Tekan Induk Makan Anak

130

Keterangan :

- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan

(5) Selesai kegiatan di TB akhir dilanjutkan
menuju DPA baru.

e) Taktik Serangan Terhadap Pertahanan Keliling
Musuh.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong
perlawanan/ DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.

(b) Pengecekan pasukan.

(c) Persiapan akhir sebelum menuju Titik
Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

(3) Selesai kegiatan di TB Sas, pasukan bergerak
menuju TA masing-masing.

(4) Aksi di sasaran.

(a) Taktik ini biasanya digunakan gerilya
untuk menyerang kedudukan pertahanan
keliling musuh.

(b) Secara serentak dilancarkan serangan
secara kecil-kecilan terhadap semua sektor
pertahanan musuh.

(c) Ranpur Infanteri digunakan untuk
membantu memberikan tembakan bantuan
lintas datar dan melaksanakan eksfiltrasi
dengan cepat.

(d) Tujuan serangan pertama ini adalah
untuk mengetahui kedudukan pertahanan
musuh, dimana letak kedudukan yang kuat,
dimana letak senjata-senjata bantuan
termasuk senjata otomatis (SMR, SMB) serta
kedudukan musuh yang lemah.

(e) Bilamana kedudukan musuh sudah
diketahui dan letak senjata otomatis (SMR,
SMB) sudah diketahui pula, gerilya akan

131

mengikat senjata otomatis tersebut sehingga
tidak akan diarahkan ketempat lain.
(f) Kemudian gerilya akan melancarkan
serangan kedua yang lebih besar terhadap
posisi pertahanan musuh yang lemah untuk
dihancurkan.
Gambar 94: Visualisasi Taktik Serangan Terhadap Pertahanan Keliling

Musuh

Keterangan :
- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan
- : Arah Eksfiltrasi

(5) Selesai kegiatan aksi di sasaran segera
melaksanakan exfiltrasi menuju TB akhir, cek
personel, dan materiel.
(6) Selesai kegiatan di TB akhir dilanjutkan
menuju DPA baru.
f) Taktik Capit Udang.
(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong
perlawanan/DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.
(2) Aksi di sasaran.

(a) Pada saat pasukan kontak dengan
musuh, sebagian pasukan gerilya mengikat
tembakan di depan, sisanya bergerak
melambung jauh ke arah kanan kiri musuh,

132

untuk menyerang musuh yang melaksanakan
pengembangan pasukan, di kedudukan
pelambungan pasukan gerilya melaksanakan
penyerangan terhadap sisa pasukan musuh
yang melambung dengan cara menembak di
kanan kiri pasukan musuh yang
melaksanakan pelambungan.
(b) Ranpur Infanteri membantu pasukan
pengikat dengan tembakan bantuan lintas
datar, atau membantu pelambungan sesuai
PKT/PKM Komandan Peleton dihadapkan
dengan faktor TUMMPAS.
Gambar 95: Visualisasi Taktik Capit Udang

Keterangan :
- : Arah Gerakan Pasukan Gerilya
- : Arah Gerakan Musuh
- : Arah Tembakan

(3) Melaksanakan exfiltrasi menuju TB akhir.
(4) Menuju DPA baru.
g) Taktik Kalajengking.
(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong
perlawanan/DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.
(2) Aksi di sasaran.

(a) Pada saat pasukan kontak dengan
musuh, sebagian pasukan gerilya mengikat

133

tembakan di depan, sisanya melambung jauh
ke arah punggung musuh, untuk menyerang
dari arah belakang musuh atau untuk
mengambil perlengkapan musuh yang
ditinggalkan.
(b) Ranpur Infanteri membantu pasukan
pengikat dengan tembakan bantuan lintas
datar, atau membantu pelambungan sesuai
PKT/PKM Komandan Peleton dihadapkan
dengan faktor TUMMPAS.
Gambar 96: Visualisasi Taktik Kalajengking

Keterangan :
- : Arah Gerakan Pasukan Gerilya
- : Arah Gerakan Musuh
- : Arah Tembakan

(3) Setelah aksi di sasaran selesai pasukan
gerilya segera melaksanakan exfiltrasi menuju TB
akhir.
(4) Selesai kegiatan di TB Akhir dilanjutkan
menuju DPA baru.
4) Tahap Pengakhiran.
a) Melaksanakan pengecekan personel dan materiel.
b) Melaksanakan kegiatan debriefing.
c) Melaporkan hasil kegiatan kepada komando atas.

134

f. Mengatasi Separatis Bersenjata. Satuan Mekanis dapat
digunakan untuk terlibat dalam mengatasi separatis bersenjata.
Komandan satuan harus mematuhi aturan hukum militer,
penggunaan senjata bantuan pada Ranpur Infanteri harus digunakan
secara proporsional. Dengan kemampuan Ranpur Infanteri untuk
memberikan mobilitas yang cepat ke sasaran maka Satuan Mekanis
sangat cocok ditempatkan sebagai pasukan cadangan namun bisa
juga ditempatkan sebagai pasukan kerangka.

1) Tahap Perencanaan.

a) Menerima dan mempelajari tugas dari komando
atas.

b) Merencanakan organisasi sesuai tugas dan
tanggung jawab yang diberikan.

c) Merencanakan waktu dan penggunaan medan
yang akan digunakan.

d) Merencanakan koordinasi dengan instansi terkait.

e) Merencanakan administrasi dan logistik yang di
butuhkan.

2) Tahap Persiapan.

a) Melaksanakan latihan pendahuluan.

b) Melengkapi organisasi sesuai tugas dan
tanggungjawab yang diberikan.

c) Melaksanakan pengintaian medan yang akan
digunakan.

d) Menyampaikan penggunaan waktu yang akan
digunakan.

e) Melaksanakan koordinasi lanjutan dengan instansi
terkait.

f) Menginventarisir administrasi dan logistik yang di
gunakan.

g) Melaksanakan pemeriksaan akhir sebelum pasukan
melaksanakan tugas.

3) Tahap Pelaksanaan.

a) Penempatan Ranpur Infanteri di BO/BOD.

(1) Disamar seperti dengan menggunakan teknik
penyamaran.

135

(2) Ditempatkan pada medan yang memiliki jalan
pendekat untuk memberikan bantuan serangan
cepat ke titik-titik lemah BOD yang mendapatkan
serangan dari musuh dan Pos Dalduk.

(3) Pada Pos Dalduk agar tidak ditempatkan
Ranpur Infanteri mengantisipasi pengintaian
terhadap titik lemah Ranpur Infanteri oleh musuh.

b) Pengamanan RPU/RPC.

(1) Kegiatan sebelum masuk kedudukan.
Pasukan bergerak dari DP menuju TB Sas dalam
hubungan peleton.

(a) Gunakan formasi tempur seperti pada
materi gerak maju.

(b) TB Sas dalam hubungan peleton, jika
Satuan Mekanis melaksanakan Pam
RPU/RPC dalam hubungan kompi/batalyon
berarti ada beberapa TB Sas.

(2) Sesampainya di TB Sas segera SST dipecah
menjadi beberapa Pokpam dan pelindung. Setiap
Pokpam (+ 2 s.d. 4 orang) harus didampingi oleh
Pokdung (+ 2 s.d. 4 orang). Ranpur Infanteri
ditempatkan bersama Pokpam dimedan yang dapat
menjamin akses masuk segera bagi Ranpur ke rute
RPU bila terjadi ancaman dan gangguan terhadap
jalur RPU.

(3) Kelompok-kelompok pengaman/pelindung
sebelum masuk kedudukan pengaman RPU terlebih
dahulu membersihkan daerah di sektornya dengan
cara patroli keamanan dapat menggunakan Ranpur
apabila memungkinkan dan terdapat akses jalan.
Pembersihan daerah tersebut harus saling menutup
antara Pokpam /pelindung yang satu dengan yang
lain. Radius pembersihan daerah sangat tergantung
dari medan, tersedianya pasukan dan waktu.
Dalam keadaan tertentu dapat sampai dengan jarak
1 km dari tepi jalan (RPU). Selama pembersihan,
komandan SST dapat memimpin salah satu
kelompok yang dianggap paling kritis.

(4) Kegiatan masuk kedudukan.

(a) Setelah pasukan selesai melaksanakan
pembersihan seluruh sektor, maka kelompok-
kelompok segera menuju kedudukan yang
telah ditentukan.

(b) Pokdung yang pertama masuk
kedudukan dan mengambil steling dengan

136

perkuatan medan secukupnya ke arah luar

(berlawanan dengan arah jalan/RPU)
selanjutnya Pokpam beserta Ranpur Inafnteri

masuk kedudukan. Setelah Pokpam masuk
kedudukan, komandan kelampok akan
memerintahkan beberapa anggotanya (dua

atau empat orang) untuk turun ke jalan dan
memeriksa jalan tersebut secara fisik

terhadap kemungkinan adanya ranjau yang
tertanam.

(c) Jika menenui ranjau segera beri tanda
yang menyolok kemudian laporkan pada
komandan SST untuk pengambilan
keputusan selanjutnya.

(d) Penempatan Ranpur yaitu:

i. pada posisi yang memiliki
lapangan tinjau dan tembak yang baik
untuk menahan Ranpur Infanteri berba
ringan musuh;

ii. terdapat lindung tinjau dan

memiliki lindung tembak yang baik
agar tidak mudah tertinjau oleh
musuh; dan

iii. memiliki jalan pendekat untuk
dengan cepat memberikan bantuan
pada titik-titik lemah pasukan yang
mendapat gangguan oleh musuh.

Gambar 97: Visualisasi Pam RPU/RPC

137

(5) Sektor pemeriksaan merupakan sektor
tanggung jawab yang diberikan pada SST tersebut
di RPU. Setelah semua kegiatan dilaksanakan dan
masing-masing personil berada pada posisinya,
komandan SST melalui sandi yang telah
ditentukan, melaporkan kesiapannya pada
komandan SSK yang memerintahkan pengamanan
RPU.

(6) Jika terlihat ada tanda-tanda kehadiran
insurjen maka tindakan SST melaporkan kepada
komandan atasan untuk diteruskan pada kafilah.
Selanjutnya atas pertimbangan komandan RPU,
pasukan pengamanan RPU dapat bertindak sesuai
rencana dengan menyerang atau tetap siaga
ditempat.

c) Lawan Penghadangan. Taktik lawan penghadangan
berjalan kaki Satuan Mekanis sama seperti taktik
penghadangan berjalan kaki pada Juknis Taktik dan
Teknik Operasi Lawan Insurjensi, namun taktik lawan
penghadangan berkendaraan ada perbedaan (antara
taktik Infanteri yang menggunakan kendaraan angkut
personel/truk dengan yang menggunakan Ranpur
Infanteri).

(1) Ranpur Infanteri depan yang dihadang.

(a) Penembak Ranpur Infanteri balas
tembakan, Pengemudi depan dengan segera
mempercepat Ranpur Infanteri untuk
keluar dari daerah penghadangan menuju
ke medan yang memiliki lima aspek medan
yang baik lalu melaksanakan manuver
Ranpur Infanteri guna mengikat tembakan.

(b) Seluruh anggota Regu Senapan
keluar dari Ranpur Infanteri menuju medan kritik
yang terlindung dilanjutkan melaksanakan
tembakan pengikat dan memiliki prioritas
untuk mengatasi senjata SLT musuh bila
ada.

(c) Ranpur Infanteri lain yang ada di
belakangnya (Regu 2 dan 3) segera mencari
kedudukan yang menguntungkan dan
aman dari SLT Musuh dan segera
memberikan tembakan penindas kearah
musuh dilanjutkan segera menurunkan
seluruh anggota dari Ranpur Infanteri di
sisi jalan yang sama dari posisi musuh.

(d) Danton selanjutnya membawa Regu 2
dan 3 yang telah turun Ranpur Infanteri
untuk menyerbu dari lambung dengan
tembak dan gerak.

138

Gambar 98: Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur
Infanteri Depan Dihadang

(e) Setelah Regu 2 dan 3 yang dipimpin
Danton tiba di posisi pelambungan Danton
memerintahkan untuk buka tembakan dan
memerintahkan tembakan pengikat seluruh
Ranpur Infanteri dihentikan.

(f) Danton memerintahkan Regu 1
hentikan tembakan lalu Regu 2 dan 3
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(g) Regu 2 dan 3 melaksanakan
konsolidasi sambil mengamankan arah depan
mengantisipasi bantuan perkuatan dari
pasukan kawan musuh.

(h) Danton mengeluarkan kelompok
pembersih dari Regu 2 dan 3 untuk
melaksanakan pembersihan dan laporan
kepada Danki.

(2) Ranpur Infanteri tengah dihadang.

(a) Penembak Ranpur Infanteri balas
tembakan, Pengemudi depan dengan segera
mempercepat Ranpur Infanteri untuk
keluar dari daerah penghadangan menuju
ke dekat medan yang memiliki 5 aspek
medan yang baik lalu melaksanakan
manuver Ranpur Infanteri untuk mengikat
tembakan.

(b) Ranpur melaksanakan gerakan
tipuan dan melanjutkan mengikat
tembakan.

139

(c) Ranpur Infanteri yang ada di depan
(Regu 1) dan belakangnya (Regu 3) segera
menurunkan Regu Senapan pada Ranpur
Infanteri di sebelah jalan yang sama dari
posisi penghadangan lawan.
(d) Danton selanjutnya memerintahkan
Regu 3 untuk mendekati sasaran dan
mengikat tembakan.

i. Pasukan bergerak di samping
Ranpur Infanteri (sisi berlawanan dari
arah tembakan musuh) mendekati
medan yang memiliki 5 aspek yang
baik.
ii. Setelah pasukan menduduki
medan tersebut segera ikat tembakan
dan Ranpur melaksanakan gerakan
tipuan dilanjutkan ikat tembakan.
Gambar 99: Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur
Infanteri Tengah Dihadang

(e) Danton membawa Regu 1 dan 2
melaksanakan pelambungan, setelah tiba di
posisi pelambungan Danton memerintahkan
untuk buka tembakan dan Ranpur Infanteri
hentikan tembakan pengikat.
(f) Danton memerintahkan Regu 3
hentikan tembakan lalu Regu 1 dan 2
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.
(g) Regu 1 dan 2 melaksanakan
konsolidasi, Ranpur Regu 1 mewaspadai
bantuan tempur musuh dari arah depan.

140

(h) Danton mengeluarkan kelompok
pembersih dari Regu 1 dan 2 untuk
melaksanakan pembersihan dilanjutkan
laporan kepada Danki.

(i) Peleton kembali ke arah gerak maju
lalu melapor ke Dan Pelopor tentang
pelaksanaan kegiatan.

(3) Ranpur Infanteri bagian belakang
dihadang.

(a) Penembak Ranpur Infanteri balas
tembakan, Pengemudi depan dengan segera
mempercepat Ranpur Infanteri untuk
keluar dari daerah penghadangan menuju
ke dekat medan yang memiliki 5 aspek
medan yang baik lalu melaksanakan
manuver Ranpur Infanteri untuk mengikat
tembakan.

(b) Ranpur melaksanakan gerakan
tipuan dan melanjutkan mengikat
tembakan.

(c) Ranpur Infanteri yang ada di depan
(Regu 1 dan 2) berhenti dan seluruh
anggota keluar di sebelah jalan yang sama
dari posisi penghadangan lawan.

(d) Danton selanjutnya membawa Regu 1
dan 2 untuk menyerbu dari lambung
dengan tembak dan gerak.

Gambar 100: Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur
Infanteri Belakang Dihadang

(e) Setelah Regu 1 dan 2 yang dipimpin
Danton tiba di posisi pelambungan Danton

141

memerintahkan untuk buka tembakan dan
ranpur hentikan tembakan pengikat.

(f) Danton memerintahkan Regu 3
hentikan tembakan lalu Regu 1 dan 2
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(g) Regu 1 dan 2 melaksanakan
konsolidasi sambil mengamankan arah depan
mengantisipasi bantuan perkuatan dari
pasukan kawan musuh.

(h) Danton mengeluarkan kelompok
pembersih dari Regu 1 dan 2 untuk
melaksanakan pembersihan dan laporan
kepada Danki.

d) Pengamanan daerah.

(1) Pasukan disusun melingkar mengusai
daerah yang harus diamankan. Penempatan
pasukan tidak perlu simetris melainkan
disesuaikan dengan faktor TUMMPAS pada
masing-masing sisi daerah yang diamankan.
Ranpur infanteri yang ditempatkan pada lingkaran
luar bertujuan untuk menindas musuh yang
berupaya menerobos pada jarak tembak senjata
bantuan Ranpur Infanteri, pada lingkaran dalam
untuk membawa Peleton Cadangan membantu
pengamanan lingkar luar yang mendapat
kerawanan dari musuh.

Gambar 101: Pengamanan Daerah

142

(2) Keluarkan minimal satu pos peninjau
dengan kekuatan satu Regu Senapan diperkuat
Ranpur Infanteri untuk meniadakan peninjauan
musuh pada jarak dekat, pemberitahuan cepat,
serta usaha penyusupan musuh pada jalur–jalur
masuk ke daerah yang dipertahankan.
(3) Pada lingkaran luar harus dibuatkan lorong
atau jalan yang tersamar dan rahasia untuk keluar
masuknya patroli, sehingga mereka dapat leluasa
keluar masuk daerah pertahanan, tetapi dalam
pengawasan dan kontrol yang teliti.
e) Pengepungan Pembersihan Kampung dan
Pengeledahan Rumah (PSPDM). Pada pengepungan
kampung dan penggeledahan rumah Ranpur Infanteri
dapat dilibatkan sebagai kelompok pengaman lingkaran
luar atau penutup dengan syarat ada akses jalan pada
kampung tersebut untuk dilewati oleh Ranpur Infanteri.
Gambar 102: Visualisasi Pengepungan Pembersihan Kampung dan
Penggeledahan Rumah (PSPDM)

f) Pengepungan kampung dan Penggeledahan Rumah
(PPDM). Pada pengepungan kampung dan penggeledahan
rumah Ranpur Infanteri dapat dilibatkan sebagai
kelompok pengaman lingkaran luar atau penutup dengan
syarat ada akses jalan pada kampung tersebut untuk
dilewati oleh Ranpur Infanteri.

143

Gambar 103: Visualisasi Pengepungan Kampung dan Pengeledahan
Rumah (PPDM)

g) Pelingkaran.
(1) Pelingkaran Serentak. Dilaksanakan oleh
sebagian besar pasukan pelingkar untuk
mengepung insurjen bersenjata pada suatu
kedudukan. Penghancuran dilakukan dengan cara
menghancurkan insurjen yang mencoba menembus
pasukan pelingkar dan menghancurkan sisa
insurjen yang terkepung.
(a) Susunan Tugas.
i. Pokko.
ii. Pasukan pelingkar.
iii. Pasukan reaksi mobil (Pasukan
cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).
(b) Kegiatan yang dilaksanakan.
i. Gerakan dari BT ke TB sasaran.
i) Pokko bergerak menuju TB
Sas setelah seluruh Pasukan
pelingkar dan reaksi mobil pada
TB Sas masing-masing yang telah
ditentukan.
ii) Dua pasukan pelingkar
bergerak dari BT masing-masing
menuju ke TB Sas masing-
masing sesuai waktu yang
ditentukan.

144

Gambar 104: Visualisasi Gerakan dari BT
ke TB Sas Masing-Masing

iii) Pasukan reaksi mobil
bergerak dari BT menuju ke TB
Sas sesuai waktu yang sudah
ditentukan.

ii. Bergerak dari TB Sas ke titik
pencar.

i) Pokko bergerak di
belakang pasukan pelingkar.

ii) Pasukan pelingkar bergerak
dengan formasi sesuai keadaan
medan.

iii) Pasukan reaksi mobil. TB

Sas merupakan titik pencar
bergerak sesuai rute masing-
masing menuju kekedudukan.

Gambar 105: Visualisasi Gerakan dari TP
ke Sas Masing-Masing

145

iii. Aksi di sasaran.

i) Pasukan pelingkar bergerak
lebih awal dan mengambil posisi
melingkari kedudukan insurjen.
Pasukan tersebut dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil. Jarak
antar kelompok disesuaikan
dengan kondisi medan, namun
setiap kelompok harus dapat
mengetahui kedudukan kelompok
lainnya guna saling melindungi
dan menghindari terjadinya salah
sasaran.

ii) Pasukan reaksi mobil

bergerak setelah pasukan
pelingkar masuk kedudukan dan

menempati kedudukan yang
memudahkan dalam pengerahan-
nya ke segala arah pada

sektornya dan menutup
kemungkinan-kemungkinan jalan

pelolosan insurjen.

Gambar 106: Visualisasi Taktik Pelingkaran Serentak

iii) Pada jam “J” pasukan
pelingkar bergerak ke pusat
kekuatan insurjen dengan tujuan
membatasi ruang gerak insurjen.

iv) Terhadap insurjen yang
berpencar ke arah pasukan

146

pelingkar, harus segera diserang
dan dilumpuhkan.

v) Pasukan reaksi mobil
dapat digunakan untuk

memburu insurjen atau menutup
rute pelolosan insurjen yang

keluar dari kepungan atau
memperkuat pasukan pelingkar
yang lemah.

(2) Pelingkaran dan Serang. Dilaksanakan dalam
rangka menghancurkan insurjen oleh pasukan
penyerang.

(a) Susunan Tugas.

i. Pokko.

ii. Pasukan penyerang.

iii. Pasukan pelingkar.

iv. Pasukan reaksi mobil (Pasukan
cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Gerakan dari BT ke TB Sas.

i. Pokko bergerak menuju TB Sas
setelah seluruh pasukan pada
kedudukan TB Sas masing-masing
yang telah ditentukan.

ii. Pasukan pelingkar bergerak dari
BT menuju ke TB Sas yang sudah
ditentukan dengan formasi sesuai
keadaan medan.

iii. Pasukan reaksi mobil bergerak
dari BT menuju ke TB Sas yang sudah
ditentukan.

iv. Pasukan penyerang bergerak dari
BT menuju ke TB Sas yang sudah
ditentukan.

(c) Bergerak dari TB Sas ke TP.

i. Pokko bergerak di belakang
pasukan pelingkar.

ii. Pasukan pelingkar bergerak
menuju TP dengan formasi sesuai
keadaan medan.

147
iii. Pasukan reaksi mobil bergerak
dari TB Sas merupakan titik pencar,
dengan formasi sesuai keadaan medan
sesuai rute masing-masing atau
langsung menuju ke kedudukan.
Gambar 107: Visualiasasi Aksi di Sasaran Pelingkaran
dan Serang Tahap – I

Gambar 108: Visualiasasi Aksi di Sasaran Pelingkaran
dan Serang Tahap-II

(d) Aksi di sasaran.
i. Pasukan pelingkar bergerak
masuk kekedudukan setelah Pasukan
penutup melingkari posisi insurjen.

148

ii. Pasukan penyerang bergerak
mendekati insurjen dan memaksa
insurjen berpencar agar lebih mudah
dilumpuhkan oleh pasukan pelingkar.

iii. Pasukan reaksi mobil dapat

ditugaskan melaksanakan pengejaran
atau menutup pelarian insurjensi.

(3) Serbu dan Sekat. Bentuk pelingkaran

untuk menghancurkan insurjen dengan serbuan
oleh pasukan penyerbu atau oleh pasukan penyekat
yang menunggu pada posisi penyekatan. Operasi ini

juga dikenal dengan istilah "Palu dan Landasan".

(a) Susunan Tugas.

i. Pokko

ii. Pasukan penyerbu.

iii. Pasukan penyekat.

iv. Pasukan reaksi mobil (Pasukan

cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Gerakan dari BT ke TB Sas.

i. Pokko bergerak menuju TB Sas
setelah pasukan penyerbu dan
penyekat sudah pada TB Sas yang
telah ditentukan.

ii. Pasukan penyekat bergerak dari
BT menuju ke TB Sas melalui rute
masing-masing.

iii. Pasukan reaksi mobil bergerak
dari BT menuju ke TB Sas melalui rute
yang sudah ditentukan.

iv. Paukan penyerbu bergerak dari
BT menuju ke TB Sas atau ke
kedudukan melalui rute yang sudah
ditentukan.

(c) Bergerak dari TB Sas ke titik pencar.

i. Pokko bergerak di belakang
pasukan pelingkar.

ii. Pasukan penyekat bergerak
dengan urut-urutan depan, Pokko, dan

sisa pasukan. pasukan lainnya
bergerak paling belakang.

149

iii. Pasukan reaksi mobil. TB Sas
merupakan titik pencar, maka
pasukan reaksi mobil bergerak sesuai
rute masing- masing menuju ke
kedudukan.
iv. Pasukan penyerbu bergerak
dengan melalui rute yang sudah
ditentukan.
Gambar 109: Visualisasi Taktik Serbu dan Sekat

(d) Pelakanaan aksi di sasaran.
i. Seluruh pasukan sudah berada
pada kedudukan masing-masing
sesuai sektor tanggung jawab.
ii. Pasukan penyerbu menyerang
kedudukan insurjen dan berusaha
untuk memaksa insurjen berpencar ke
arah pasukan penyekat.
iii. Pasukan penyekat melumpuh-
kan insurjen yang masuk daerah
penghancuran.
iv. Pasukan reaksi mobil dapat
ditugaskan melaksanakan pengejaran.

(4) Penyerbuan dan Penghadangan. Bentuk
pelingkaran yang penghancuran insurjen melalui
serbu dan penghadangan

(a) Susunan Tugas:
i. Pokko
ii. Pasukan penyerbu.

150

iii. Pasukan penghadang (Pasukan
cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Gerakan dari BT ke TB Sas.

i. Pokko bergerak menuju TB Sas
setelah seluruh pasukan sudah berada

di TB Sas/pada kedudukan yang telah
ditentukan.

ii. Pasukan penghadang bergerak
dari BT menuju ke TB Sas melalui rute
masing-masing.

iii. Pasukan penyerbu bergerak dari
BT menuju ke TB Sas melalui rute

yang telah ditentukan.

(c) Bergerak dari TB Sas ke titik pencar.

i. Pokko pasukan pemukul
bergerak di belakang pasukan
penyerbu.

ii. Pasukan penghadang. TB Sas
merupakan titik pencar pasukan
penghadang bergerak sesuai rute
masing-masing menuju ke kedudukan.

iii. Pasukan penghadang

melumpuhkan insurjen di kedudukan
penghadangan masing-masing.

Gambar 110: Visualisasi Taktik Penyerbuan dan
Penghadangan

151

(d) Aksi di Sasaran
i. Satuan penyerbu melaksanakan
serbuan kedudukan insurjen.
ii. Satuan penghadang melumpuh-
kan insurjen di kedudukan
penghadangan masing-masing.

4) Tahap Pengakhiran.
a) Melaksanakan pengecekan personel dan materiel.
b) Melaksanakan kegiatan debriefing.
c) Melaporkan hasil kegiatan kepada komando atas.

BAB IV
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

17. Umum. Keberhasilan kegiatan taktik dan teknik mekanis tidak saja
diukur dari kesiapan pentahapannya mulai dari tahap perencanaan sampai
dengan tahap pengakhiran. Namun tindakan pengamanan dan tindakan
administrasi menjadi hal sangat penting yang harus menjadi perhatian oleh
seluruh personel yang terlibat. Hal tersebut dilaksanakan agar tujuan dan
sasaran dapat dicapai secara optimal.
18. Tindakan Pengamanan.

a. Tahap Perencanaan.
1) Mempelajari kemungkinan terjadinya ancaman terhadap
keselamatan personel, materiel, berita, dan kegiatan.
2) Merencanakan personel dan materiel yang terlibat, baik
langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan taktik dan
teknik mekanis.
3) Memperkirakan titik rawan yang terdapat dalam kegiatan
taktik dan teknik mekanis.
4) Membuat perkiraan antisipasi terhadap kemungkinan
tindakan sabotase.

b. Tahap Persiapan.
1) Pengecekan kesiapan personel, materiel, dokumen, dan
kegiatan.
2) Pengecekan alat perlengkapan yang digunakan dalam
taktik dan teknik mekanis.
3) Pengecekan kesiapan pengamanan dan memperbaiki
kekurangan yang ada.

152

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian
personel, materiel, dokumen, dan kegiatan yang akan
berlangsung.

2) Membuat langkah antisipasi apabila terjadi gangguan
terhadap keselamatan personel, materiel, dan kegiatan yang
akan berlangsung.

3) Mengadakan pengawasan terhadap seluruh personel dan
materiel terutama bagi yang perlu mendapat perhatian.

4) Mengawasi titik rawan sarana dan prasarana dalam
kegiatan taktik dan teknik mekanis yang dapat menimbulkan
kerugian personel dan materiel.

5) Mengamankan alat peralatan yang digunakan dalam
kegiatan taktik dan teknik mekanis untuk mencegah
kehilangan, kerusakan, dan penyalahgunaan oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab.

6) Mengamankan tempat/lokasi/rute dilaksanakannya
kegiatan taktik dan teknik mekanis.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Pengecekan terhadap kelengkapan personel yang terlibat,
materiel dan kegiatan baik langsung maupun tidak langsung
dalam kegiatan taktik dan teknik mekanis.

2) Mengadakan evaluasi terhadap personel dan materiel
yang terlibat kegiatan pengamanan taktik dan teknik mekanis.

3) Mengamankan alat peralatan, sarana, dan prasarana
setelah pelaksanaan taktik dan teknik mekanis.

19. Tindakan Administrasi.

a. Tahap Perencanaan.

1) Merencanakan administrasi tentang surat menyurat
berkaitan dengan taktik dan teknik mekanis, seperti surat
peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana yang
digunakan dalam taktik dan teknik mekanis.

2) Merencanakan kebutuhan personel yang akan
melaksanakan taktik dan teknik mekanis.

3) Merencanakan kebutuhan logistik untuk kegiatan taktik
dan teknik mekanis.

b. Tahap Persiapan.

1) Menyiapkan administrasi tentang surat menyurat, seperti
surat peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana yang
digunakan dalam taktik dan teknik mekanis.


Click to View FlipBook Version