The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by wisnujatinugrahini, 2021-12-30 08:11:19

Ekonomi Pembangunan

Ekonomi Pembangunan

36 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

dalam produk di mana negara memiliki keunggulan komparatif meningkatkan
produktivitas. (3) Negara ini juga mendapat keuntungan dari ekonomi skala,
karena pasar internasional ditambahkan ke pasar domestik Jelas
memungkinkan operasi skala yang lebih besar daripada domestik pasar saja.
(4) Perlunya tetap kompetitif di pasar internasional cenderung
mempertahankan. Meningkatnya tekanan pada industri ekspor, yang berada di
bawah tekanan untuk menjaga biaya tetap rendah dan mengupayakan tingkat
efisiensi operasional yang semakin tinggi. Tekanan kompetitif juga cenderung
mengarah pada perbaikan di kualitas produk ekspor, dan secara umum
menghambat pembentukan industri ekspor yang tidak efisien. Selain manfaat
langsung dari menyediakan bagian dari sarana untuk pembangunan ekonomi,
dan merangsang penggunaan yang lebih efisien dari Sumber daya, sektor
ekspor yang dinamis juga menghasilkan manfaat sekunder yang substansial.
Ini termasuk peningkatan investasi, konsumsi dan aliran teknologi.

Perkembangan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada tingkat
pertumbuhan ekonominya. Dalam hal pembangunan dan pembangunan
ekonomi, salah satu ukuran terpenting adalah pendapatan per kapita, yang
berpotensi meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan masyarakat (Hodijah, et
al., 2021). Menambah modal atau pekerja tambahan tidak akan cukup untuk
menjaga sebuah negara berkembang untuk jangka panjang. Oleh karena itu,
kemajuan teknologi harus menjadi pendorong utama pertumbuhan jangka
panjang. Menurut bukti teoretis dan empiris, inovasi teknologi merupakan
pendorong signifikan pertumbuhan jangka panjang (Chien, 2015). Ada
berbagai elemen yang mungkin berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,
yang paling penting adalah pembangunan manusia, yang di ukur dengan
tingkat pembangunan manusia suatu negara, dan nilainya sebanding dengan
tingkat itu (HDI) (Elistia, et al., 2018). PDB per kapita mengacu pada PDB per
kapita penduduk suatu negara. Output atau pendapatan per kapita masyarakat
dapat digunakan untuk memperkirakan produktivitas rata-rata atau standar
hidup dalam suatu perekonomian. Nominal, riil, atau paritas daya beli PDB per
kapita dapat dinyatakan dengan salah satu dari tiga cara ini.

Laju pertumbuhan suatu negara tercermin dari nilai PDB per kapita. Konsumsi
dan investasi swasta dan publik, pengeluaran pemerintah, investasi dalam
saham swasta dan biaya bangunan berbayar termasuk dalam penghitungan
PDB. nilai ekspor dan impor adalah sama, dan sebaliknya.) Merupakan praktik
umum untuk membandingkan PDB per kapita dengan pengukuran PDB yang
lebih tradisional. Statistik ini digunakan dalam ekonomi untuk
membandingkan produktivitas ekonomi domestik negara yang berbeda. PDB

Bab 4 Hubungan Ekspor Dan Pembangunan Ekonomi 37

dan populasi suatu negara diperhitungkan saat menghitung PDB per kapita.
Untuk alasan ini, penting untuk memahami bagaimana setiap elemen
memengaruhi hasil total dan bagaimana pertumbuhan PDB per kapita
dipengaruhi oleh setiap faktor.

4.2 Nilai Ekspor Di Indonesia

Dengan ekspor produk tahunan sebesar $ 197 miliar, Indonesia saat ini berada
di peringkat ke-28 ekonomi ekspor terbesar di dunia. Negara ini menawarkan
neraca perdagangan positif sebesar $ 17 miliar setelah mengurangi impor
tahunan sebesar $ 180 miliar dari total nilai ekspor (Commodity, 2021). Untuk
strategi ekonomi Indonesia, diperlukan perkiraan nilai ekspor dan impor migas
Indonesia (Kertayuga, et al., 2021). Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia
Januari–Oktober 2021 mencapai US$186,32 miliar atau naik 41,80 persen
dibanding periode yang sama tahun 2020. Selain itu, ekspor nonmigas sebesar
US$176,47 miliar, meningkat 41,26 persen dari tahun sebelumnya. Per
Oktober 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,03 miliar, naik 6,89
persen dari total bulan sebelumnya. Nilai ekspor tersebut meningkat 53,35
persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (Oktober 2020)
(BPS, 2021). Ada banyak faktor yang mendorong kuatnya kinerja ekspor
Indonesia, terutama kemampuan pemain IKM (Indeks Kecil dan Menengah)
untuk tetap bertahan di tengah merebaknya wabah Covid-19 (Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, 2021).

Nilai ekspor mencapai US$ 20,60 miliar pada September 2021. Jika
dibandingkan Agustus 2021, angka tersebut turun menjadi 3,84 persen. Selain
migas, total nilai ekspor lemak dan minyak hewani dan nabati mengalami
penurunan sebesar $1,233.9 juta (30,45 persen) antara September 2021 dan
Agustus 2021, meskipun nilai ekspor besi dan baja naik sebesar US$ 286,2
juta (16,24 persen). Menurut Dana Moneter Internasional, perdagangan barang
nonmigas naik 35,40 persen dalam sembilan bulan pertama 2021
dibandingkan waktu yang sama tahun 2020, sementara produk pertanian
melonjak 6,37 persen dan pertambangan dan produk lainnya meningkat 76,29
persen (IMF). . IMF). Ekspor produk non-migas China mencapai $4,54 miliar
pada September 2021, diikuti oleh ekspor ke Amerika Serikat, yang berjumlah
$2,34 miliar, dan ekspor ke Jepang, yang berjumlah $1,54 miliar, mewakili
kontribusi gabungan sebesar 42,83 persen. Ekspor ke Perhimpunan Bangsa-

38 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berjumlah US$3,53 miliar, sedangkan
ekspor ke Uni Eropa berjumlah $1,58 miliar (27 negara) (BPS, 2021).

Gambar 4.1: Perkembangan Nilai Ekspor September 2021 (Miliar US$),
(BPS, 2021)

Hampir 2 tahun COVID-19 mengekspos kerentanan rantai pasokan global,
konsumen dan bisnis di seluruh dunia terus merasakan efek dari gangguan
yang banyak orang katakan akan menjadi jauh lebih buruk sebelum mereka
menjadi lebih baik. Penguncian yang terkait dengan epidemi pertama-tama
menghentikan produksi di pasar ekspor penting. Kemudian ketika penguncian
mereda dan ekonomi global melanjutkan pertumbuhannya, permintaan yang
meroket memperburuk kekacauan rantai pasokan dengan konsumen yang lelah
pandemi tertarik untuk membelanjakan lagi tetapi menemukan barang-barang
tidak ada atau jauh lebih mahal (ceicdata, 2021). Indonesia memiliki peluang
yang cukup besar untuk mengekspor nonmigas ke berbagai Negara. Ekspor
non migas diperkirakan tumbuh signifikan di pasar non tradisional (Aisyah, et
al., 2021). Suatu negara dikatakan sebagai ekonomi terbuka jika mereka
berpartisipasi dalam ekspor dan impor kegiatan (Mankiw, 2006). Dalam
perspektif makroekonomi, ekonomi berbasis ekspor memberikan keuntungan
seperti pembayaran mata uang asing untuk produk yang dijual di luar negeri,
yang akan mendatangkan arus kas.

Bab 4 Hubungan Ekspor Dan Pembangunan Ekonomi 39

Gambar 4.2: Ekspor Indonesia Menurut Sektor, (BPS, 2021)
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ekspor Indonesia tahun ini
mencapai US$ 67,38 miliar, naik 24,96%. Terjadi peningkatan nilai ekspor
produk minyak bumi sebesar 27,14 persen, dan peningkatan nilai ekspor
nonmigas sebesar 24,84 persen. Sangat penting bagi pembangunan ekonomi
suatu negara untuk meningkatkan output ekonominya. Agar produksi dalam
negeri tumbuh, harus ada peningkatan permintaan ekspor. Peningkatan
produksi dalam negeri ini dapat menyebabkan perekonomian dalam negeri
bergerak sehingga menyebabkan perekonomian dalam negeri tumbuh atau
bertambah besar.
Penting adanya upaya dalam reformasi ekonomi agar dapat dilakukan secara
terbuka sehingga aliran modal dapat berputar dan mengaliri sebagai suatu
strategi untuk pertumbuhan perdagangan internasional (Dai, et al., 2016);
(Carrasco, et al., 2021); (Sedyaningrum, et al., 2016); (Mishra, 2012).

Gambar 4.3: Data Nilai Ekspor Bulan September 2021 Di Indonesia, (BPS,
2021)

40 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Hingga April tahun ini, ekspor nonmigas Indonesia tumbuh sebesar 0,44
persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2019. Nilai ekspor
barang besi dan baja meningkat sebesar 17,50 persen. Ekspor lemak dan
minyak pertanian dan hortikultura di Indonesia mengalami penurunan sebesar
13,81 persen (BPS, 2021). Ekspor produk nonmigas naik 25,96 persen pada
triwulan I 2021 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor
hasil pertanian dan pertambangan Indonesia masing-masing naik 15,75 persen
dan 19,66 persen (Kemlu, 2021). Ketika perekonomian negara tujuan ekspor
mengalami stagnasi, daya beli warganya menurun, yang berdampak pada
permintaan ekspor suatu negara (Riyani, et al., 2018). Faktor lain yang dapat
memengaruhi permintaan ekspor adalah nilai tukar (Purnomowati, et al.,
2015). Kecenderungan depresiasi Rupiah terhadap mata uang lain, khususnya
dolar AS, tidak serta merta mendukung peningkatan ekspor akibat fluktuasi
nilai tukar.

Gambar 4.4: Data Nilai Ekspor Bulan Oktober 2021 Di Indonesia, (BPS,
2021)

Nilai ekspor Indonesia meningkat sebesar 6,89 persen dari Oktober 2021
hingga September 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Secara tahunan,
ekspor naik 53,35 persen pada Oktober 2020 dibandingkan bulan yang sama di
2019. Ini naik 6,75 persen dari September tahun ini dan naik 52,75% dari
ekspor nonmigas Oktober 2020 jika dibandingkan hingga Oktober 2021.
Terjadi peningkatan yang signifikan pada nilai keseluruhan ekspor Indonesia
dari Januari hingga Oktober 2021, dengan tingkat pertumbuhan 41,80 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Demikian pula ekspor nonmigas
sebesar US$176,47 miliar, meningkat 41,26 persen dari total tahun
sebelumnya (BPS, 2021). Perdagangan produk nonmigas tumbuh dari Oktober
2021 hingga September 2021, dengan pertumbuhan tertinggi pada komoditas

Bab 4 Hubungan Ekspor Dan Pembangunan Ekonomi 41

bahan bakar mineral (US$823,3 juta; 26,59 persen) dan penurunan terbesar
pada mesin dan peralatan listrik dan suku cadang (US$105,5 juta; 10,04).
persen).. Dibandingkan periode yang sama tahun 2020, ekspor produk
nonmigas dari industri pengolahan meningkat sebesar 35,53 persen pada tahun
2021. komoditas pertanian naik 5,17 persen, sedangkan pertambangan dan
produk lainnya meningkat 87,70 persen pada periode yang sama.

Jika permintaan ekspor naik, produksi dalam negeri akan mengikuti, dan ini
dapat menyebabkan peningkatan permintaan domestik dan pertumbuhan
ekonomi secara luas. Ada korelasi langsung antara peningkatan impor dan
peningkatan ekspor. Akibat penurunan permintaan barang sejenis, peningkatan
barang produksi luar negeri dapat menurunkan produktivitas dalam negeri,
yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri
(Astuti, et al., 2018). Peningkatan dan promosi ekspor barang dan jasa dapat
membantu suatu negara untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonominya.
Sangat penting bagi ekonomi modern bahwa orang dan bisnis mengekspor
barang mereka karena ini memberi mereka lebih banyak pasar untuk produk
mereka. Untuk menguntungkan semua pihak perdagangan, salah satu fungsi
terpenting dari diplomasi dan kebijakan luar negeri antar pemerintah adalah
untuk mempromosikan perdagangan ekonomi, termasuk ekspor dan impor.

4.3 Komoditas Yang Di Ekspor
Indonesia

Komoditas, yang merupakan sekitar 60% dari ekspor Indonesia, merupakan
sumber pendapatan utama bagi perekonomian negara dan pemerintah. Namun,
fakta bahwa Indonesia merupakan produsen dan pengekspor komoditas yang
signifikan membuatnya lebih rentan terhadap fluktuasi di pasar komoditas
global. Diperlukan kebijakan strategis yang efektif baik dalam penurunan
harga maupun kenaikan harga (Indonesia Investments, 2021). Kenaikan harga
komoditas, seperti Indonesia Crude Price (ICP) yang naik 13,03 persen bulan
ke bulan, batu bara yang naik 27,58 persen bulan ke bulan, minyak inti yang
naik 26,62 persen bulan ke bulan, minyak sawit yang naik 10,62 persen dari
bulan ke bulan, serta komoditas karet, tembaga, timah, dan aluminium,
semuanya berkontribusi terhadap peningkatan ekspor (Newssetup, 2021).

42 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) (Sumual, 2021) mengatakan bahwa
kenaikan harga komoditas menjadi keuntungan bagi Indonesia. Cina, India,
dan Eropa semuanya mengalami krisis energi, yang harus disalahkan untuk ini.
Kenaikan harga komoditas tidak akan berlangsung terus menerus. Akibatnya,
solusi untuk krisis energi dapat ditemukan setelah masalah diselesaikan. Jika
negara-negara ini mulai menimbun cukup makanan, mereka akan mengurangi
pembelian mereka. Hal ini akan berdampak pada harga komoditas yang pada
akhirnya akan berdampak pada nilai ekspor Indonesia. Pendapatan per kapita
masyarakat dapat ditingkatkan melalui kegiatan ekspor (hipotesis pertumbuhan
ekspor), sehingga dapat dikatakan bahwa ekspor merupakan motor penggerak
di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Kemerosotan ekonomi dan
dilema ekonomi global saling terkait. Pelemahan ekonomi global merupakan
akibat langsung dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan China, dua pasar ekspor
terpenting Indonesia, tentu berdampak pada negara. (Salsabila, 2021).

Gambar 4.5: Peningkatan Dan Penurunan Terbesar Ekspor Nonmigas Bulan
Oktober 2021, (BPS, 2021)

Perdagangan ekspor nonmigas naik 33,45 persen dari Januari-Juni 2021,
sedangkan ekspor pertanian naik 14,05 persen dan pertambangan dan barang
lainnya naik 41,21 persen pada periode yang sama. Ekspor nonmigas ke China
mencapai US$4,13 miliar pada Juni 2021, disusul Amerika Serikat US$2,14
miliar dan Jepang US$1,36 miliar, dengan total 44,09 persen dari total ekspor
ke negara-negara tersebut. Mesin dan peralatan listrik dan suku cadang
mengalami penurunan nilai terbesar sebesar US$105,5 juta (10,04 persen).
Selama sembilan bulan pertama tahun 2021, ekspor pengolahan nonmigas

Bab 4 Hubungan Ekspor Dan Pembangunan Ekonomi 43

tumbuh sebesar 35,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020
(Putri, 2021).

Gambar 4.6: Perbandingan Nilai Total Ekspor Dan Non Migas Januari-
Oktober Antara Tahun 2020 & 2021 (Miliar US $), (BPS, 2021)

Ilustrasi gambar diatas bahwa ada perbedaan antara Januari-Oktober 2021 dan
Januari-Oktober 2021 mengalami kenaikan pada total ekspor sebesar 186,32
Miliar US $ dari 131,39 Miliar US $. Untuk Total Ekspor Nonmigas
mengalami kenaikan 176,47 Miliar US $ dengan rincian lemak dan minyak
hewan/nabati sebesar 27,31 Miliar (15,48%) dan bahan bakar mineral sebesar
25,46 Miliar (14,42%). Karena meningkatnya ekspor dan harga di pasar
internasional, nilai ekspor produk nonmigas setiap tahun tumbuh dengan
jumlah yang meningkat. Di sisi lain, ekspor nonmigas mengalami hambatan
karena turunnya permintaan global terhadap ekspor nonmigas Indonesia. Isu
lain yang menghambat ekspor migas Indonesia antara lain persaingan yang
tinggi, kurangnya informasi tentang pembatasan pasar ekspor, dan kurangnya
distribusi pedesaan (Sihombing, et al., 2021). Usaha kecil dan menengah
(UKM) di Indonesia memiliki potensi besar untuk pertumbuhan ekspor. Ada
masalah tertentu dengan persyaratan sertifikasi produk di banyak negara untuk
UMKM (Safitri, 2021). Semua inisiatif ini ditujukan untuk menurunkan
hambatan tarif dan non-tarif di negara-negara di mana mereka akan digunakan
(Newssetup, 2021). Banyak negara telah menerapkan kebijakan non-tarif
sebagai akibat dari pembatasan tarif perdagangan. Melindungi produsen dalam
negeri dari persaingan impor dengan produk luar negeri merupakan salah satu
tujuan kebijakan non-tarif atau non-tariff measures (NTM). Akibat penerapan

44 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

NTM, jumlah perdagangan akan berkurang dan potensi ekspor negara-negara
perdagangan akan hilang.

Gambar 4.7: Data Peningkatan Dan Penurunan Terbesar Ekspor Nonmigas
Ke Beberapa Negara Tujuan September 2021 Terhadap Agustus 2021 (Juta

US $), Sumber : (BPS, 2021)
Akibat perang dagang AS-China dan kenaikan suku bunga di negara maju,
proyeksi pertumbuhan ekonomi menurun, yang pada gilirannya berdampak
pada permintaan agregat dan harga dunia. Pemangku kepentingan hulu dan
hilir harus bekerja sama untuk meningkatkan pendapatan ekspor sebagai
ukuran kesehatan ekonomi (Evanda, 2021). Fundamental ekonomi akan
menguat sebagai akibat dari peningkatan cadangan devisa. Ekspor nonmigas,
khususnya, memiliki kapasitas untuk menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Akibatnya, negara akan dapat mencapai tujuan ekonomi mereka dengan lebih
mudah. Ketika perekonomian sedang kacau, negara-negara yang
mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhannya sendiri akan lebih rentan
terkena dampaknya.
Dalam hal pertumbuhan ekspor, yang terpenting adalah meningkatkan tingkat
kerjasama antar pemangku kepentingan. Dukungan kebijakan ekspor oleh
pelaku swasta akan terus dipertahankan ke depan oleh pemerintah. Berbagai
program pemerintah diharapkan dapat mempercepat terciptanya eksportir baru
sebanyak mungkin di Indonesia.
Impor dari mitra dagang utama Indonesia telah turun sebagai akibat dari
penurunan ekonomi mereka. Negara-negara tersebut berdampak pada
penurunan perdagangan dengan Indonesia karena pergerakan ekspornya
dipengaruhi oleh permintaan eksportir Indonesia terhadap barang-barang
Indonesia. Sejumlah negara, termasuk negara perdagangan dan kemitraan
utama Indonesia, mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat
kondisi ekonomi saat ini. Daripada hanya mengandalkan ekspor ke mitra

Bab 4 Hubungan Ekspor Dan Pembangunan Ekonomi 45

dagang biasa, Indonesia harus memperluas ekspornya ke lebih banyak tujuan
non-tradisional (Ministry of trade of Indonesia, 2015). Pada tahun 2030,
ekspor Indonesia ke China dan Amerika Serikat (AS) diperkirakan masing-
masing mencapai 20% dan 10% dari total ekspor negara tersebut. Hingga
2030, India diharapkan menjadi pasar ekspor terbesar kedua Indonesia, dengan
tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 11,2 persen. Peningkatan ekspor
menunjukkan bahwa ekonomi global sedang membaik. Berharap dunia usaha
Indonesia dapat memanfaatkan pemulihan ekonomi global dan ekspor ke
depan dengan penerapan program Pemulihan Ekonomi Nasional dan
kebijakan ramah ekspor.

Untuk memfasilitasi ekspor, pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan,
antara lain peningkatan efisiensi dan daya saing ekonomi, peningkatan nilai
tambah produk ekspor komoditas, dan penguatan industri nasional dengan
mendorong pembangunan infrastruktur dan adopsi teknologi, antara lain.
Selain itu, kerjasama internasional akan dilakukan untuk memfasilitasi
perdagangan internasional baik komoditas maupun jasa. Sebagai bagian dari
upaya membantu pembiayaan ekspor, pemerintah telah melaksanakan
program khusus seperti Penugasan Ekspor Khusus yang dikelola oleh Badan
Pembiayaan Ekspor Indonesia. Pembiayaan ini diberikan dalam bentuk
pinjaman modal kerja dan pinjaman operasional usaha kepada usaha kecil dan
menengah (UKM) yang berorientasi ekspor.

46 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Bab 5

Struktur Perekonomian Negara
Maju dan Berkembang

5.1 Pendahuluan

Sudah lama para ahli ekonomi menyadari bahwa struktur ekonomi akan
mengalami perubahan dalam proses pembangunan ekonomi di negara-negara
di dunia. Dalam International Labour Review pada tahun 1935, A.G.B Fisher
mengemukakan pendapat bahwa berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan
persentase tenaga kerja yang berada di sektor primer, sekunder, dan tertier.
Lalu pendapat tersebut dibuktikan oleh Clark (1949) yang menunjukkan
bahwa makin tinggi pendapatan per kapita suatu negara, makin kecil peranan
sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja. Akan tetapi
sebaliknya, sektor industri makin penting peranannya dalam menampung
tenaga kerja.
Ahli ekonomi lainnya pun mulai mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan yaitu Kuznet dan
Chenery. Kuznet bukan hanya menyelidiki tentang perubahan persentase
penduduk yang bekerja di berbagai sektor dan sub-sektor dalam pembangunan
ekonomi, akan tetapi juga menunjukkan perubahan sumbangan berbagai
sektor kepada produksi nasional dalam proses tersebut. Sedangkan Chenery

48 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

mengkhususkan analisisnya pada corak perubahan sumbangan berbagai sektor
dan industri-industri dalam sub-sektor industri pengolahan kepada produksi
nasional.

Dalam bab ini akan dibahas tentang struktur perekonomian negara
berkembang dan negara maju dari sisi ekonomi pembangunan.

5.2 Struktur Perekonomian

Struktur ekonomi (economic structure) mengacu pada karakteristik dasar
sebuah perekonomian yang dikaitkan dengan sektor pembentuknya. Istilah ini
digunakan untuk menunjukkan keseimbangan kegiatan ekonomi, biasanya
diukur dalam hal nilai total output, nilai tambah atau penyerapan lapangan
kerja.

Struktur perekonomian sebuah negara beragam. Di negara berkembang seperti
Indonesia, pertanian dan industri manufaktur mendominasi, tercermin dari
porsinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara di negara maju,
seperti Amerika Serikat, sektor jasa umumnya mendominasi.

5.2.1 Pengertian Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian adalah susunan elemen-elemen yang ada dalam suatu
negara yang berfungsi untuk mengatur rumah tangga suatu negara yang mana
di dalamnya terdiri dari: sistem perekonomian, rumah tangga, perusahaan,
pemerintah, pasar input dan pasar output. Semua komponen-komponen
tersebut mempunyai kegiatan ekonomi yang berbeda. Elemen-elemen dari
suatu perekonomian terdiri dari pasar input (faktor produksi), pasar output
(barang dan jasa), rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan sistem ekonomi.
Elemen-elemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yang
merupakan satu kesatuan yang saling memengaruhi layaknya struktur
organisasi. Struktur perekonomian juga memperlihatkan satuan-satuan
perekonomian, hubungan-hubungan dan saluran-saluran wewenang dan
tanggung jawab yang ada dalam suatu perekonomian (Kosuma et al, 2016).

Struktur ekonomi merupakan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi
dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan mempunyai kedudukan
paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu
perekonomian (Arsyad, 2015). Sektor yang dominan ini akan menjadi sumber

Bab 5 Struktur Perekonomian Negara Maju dan Berkembang 49

mata pencaharian terbesar. Sektor ekonomi yang dominan juga berarti sektor
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju
pertumbuhan yang tinggi yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.

Dalam struktur ekonomi dikenal dua macam struktur ekonomi. Pertama,
struktur agraris di mana struktur ini di dominasi oleh sektor pertanian. Sektor
pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduknya.
Pada umumnya negara-negara berkembang disebut negara agraris dan negara-
negara yang belum berkembang di mana pertaniannya masih sangat tradisional
dikategorikan negara agraris tradisional.

Kedua, struktur industri di mana struktur ini didominasi oleh sektor industri.
Sebagian besar produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggal disumbangkan oleh sektor industri. Negara-negara
Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, Italy, Jepang dan Kanada yang
termasuk negara industri maju, negara-negara Eropa dan negara-negara
lainnya termasuk negara industri.

Struktur perekonomian sebuah negara juga terus berkembang dan berubah.
Sebuah negara maju biasanya berkembang dari pertanian, lalu masuk ke
manufaktur berbasis pertanian. Selanjutnya, industrialisasi berkembang pesat
dan tidak hanya mencakup berbasis pertanian saja. Sektor jasa kemudian
berkembang dan mulai menggeser peran manufaktur.

Perubahan struktur ekonomi juga menghadirkan tantangan dalam hal realokasi
faktor produksi. Perubahan dalam produksi dan pekerjaan di satu sektor dapat
menyebabkan masalah pengangguran struktural. Misalnya, ketika
industrialisasi berkembang, beberapa pekerjaan manual di sektor pertanian
hilang karena tergantikan mesin. Bagi buruh tani yang tidak memiliki keahlian,
ini berarti mereka harus tetap menganggur.

Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi, umum disebut
transformasi struktural, dapat didefenisikan sebagai suatu rangkaian perubahan
yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan
penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

50 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

5.2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan
Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan
membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor non-primer, khususnya industri manufaktur
dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan
pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak
pertumbuhan ekonomi.

Ada sesuatu kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi
yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin
cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi faktor-faktor penentu lain
mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku dan teknologi
tersedia (Tambunan, 2015).

Chenery & Syrquin (1975) menyatakan bahwa pembangunan dapat dipandang
sebagai suatu proses transisi multidimensi yang mencerminkan hubungan
antarberbagai proses perubahan di dalam suatu negara. Proses perubahan
multidimensional tersebut ditandai oleh transformasi structural. Proses
transformasi structural ditandai oleh perubahan struktur ekonomi yang
dicerminkan oleh perubahan kontribusi sektoral di dalam pendapatan nasional.
Proses transformasi struktural ini sering juga dikenal dengan istilah lain yakni
pola normal pembangunan. Proses transformasi structural itu sendiri, menurut
Chenery & Syrquin (1975) dapat dikelompokkan ke dalam empat proses
utama yaitu: proses akumulasi, proses alokasi, proses distribusi, dan proses
demografis.

Menurut Tambunan (2001), Perubahan yang terjadi pada struktur ekonomi
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor menurut sumbernya dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu faktor-faktor yang berasal dari permintaan
agregat (AD) dan faktor-faktor yang berasal dari penawaran agregat (AS).
Selain kedua sumber, perubahan struktur ekonomi dapat pula terjadi karena
adanya intervensi pemerintah.

Faktor dari sisi permintaan agregat yang paling dominan dalam memengaruhi
struktur ekonomi adalah perubahan permintaan domestik yang disebabkan
oleh kombinasi antara peningkatan pendapatan per kapita riil dan perubahan
selera masyarakat (konsumen). Perubahan tidak hanya berasal dari perubahan
kuantitas konsumsi, tetapi juga perubahan komposisi barang-barang yang

Bab 5 Struktur Perekonomian Negara Maju dan Berkembang 51

dikonsumsi. Peningkatan pendapatan riil per kapita yang dibarengi perubahan
selera konsumen selain dapat memperbesar pasar (permintaan) bagi barang-
barang yang ada atau memperluas segmentasi pasar yang ada (diversifikasi),
tetapi juga menciptakan pasar bagi barang-barang baru (non makanan).

Sebaliknya, faktor yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi dari sisi
penawaran di antaranya adalah pergeseran keunggulan komparatif, perubahan
teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), penentuan
material-material baru untuk produksi, dan akumulasi modal. Semua faktor
diatas memungkinkan terjadinya inovasi dalam proses produksi dan
pertumbuhan produktivitas.

Di dalam kelompok NSB, banyak juga negara yang mengalami transisi
ekonomi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini, walaupun pola dan
prosesnya berbeda antarnegara. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan
antarnegara dalam sejumlah faktor-faktor internal berikut:

a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)

Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah memiliki industri-
industri dasar, seperti mesin, besi dan baja yang relatif kuat akan mengalami
proses industrialisasi yang lebih pesat/cepat dibandingkan negara yang hanya
memiliki industri-industri ringan, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki,
makanan dan minuman.

b. Besarnya pasar dalam negeri

Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi
dan tingkat pendapatan riil per kapita. Pasar dalam negeri yang besar, seperti
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang (walaupun
tingkat pendapatan perkapita rendah), merupakan salah satu faktor insentif
bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri karena menjamin
adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi (dengan asumsi
bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung).

c. Pola distribusi pendapatan

Faktor ini sangat mendukung faktor pasar di atas. Walaupun tingkat
pendapatan rata-rata per kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya sangat
pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan

52 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

industri-industri selain industri-industri yang membuat barang-barang
sederhana m akanan dan minuman, sepatu dan pakaian jadi (tekstil).

d. Karakteristik dari industrialisasi

Cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan jenis
industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang
diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara yang menghasilkan
pola industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.

e. Keberadaan sumber daya alam (SDA)

Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi, atau tidak
berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada
negara yang miskin SDA.

f. Kebijakan perdagangan luar negeri

Fakta menunjukkan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi
tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasi berbeda dibandingkan
di negara-negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka. Banyak negara
berkembang, termasuk Indonesia, pada awal pembangunan menerapkan
kebijakan protektif terhadap sektor industrinya, kebijakan yang umum disebut
subsitusi impor. Hasilnya sektor industri mereka berkembang tidak efisien,
sangat tergantung pada, dan tingkat diversifikasi rendah, khususnya lemah di
kelompok industri-industri tengah, seperti industri barang modal, input
perantara, dan komponen-komponen untuk kelompok industri-industri hilir.

5.2.3 Struktur dan Pertumbuhan

Penelitian tentang pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi telah banyak
dilakukan oleh para ahli seperti Chenery dan Taylor (1968), Chenery,
Elkington dan Sims (1970), Chenery dan Syrquin (1975).

Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara akan disertai
dengan perubahan struktural ekonomi yaitu menurunnya kontribusi sektor
pertanian dan meningkatnya sektor industri dalam Produk Domestik Bruto
(PDB) maupun dalam kesempatan kerja. Peningkatan kontribusi sektor
industri terhadap PDB dan kesempatan kerja relatif sejalan dengan
peningkatan pendapatan per kapita sehingga kecepatan laju pertumbuhan

Bab 5 Struktur Perekonomian Negara Maju dan Berkembang 53

ekonomi yang tinggi akan membawa konsekuensi pada perubahan struktur
ekonomi. Tahap-tahap transformasi tersebut adalah:

1. Produksi primer, ditunjukkan oleh dominannya aktivitas sektor
primer terutama sektor pertanian sebagai sumber utama peningkatan
barang yang diperdagangkan. Karakteristik dari tahap ini adalah
pertumbuhannya relatif lebih lamban dibandingkan produksi sektor
industri sehingga tingkat pendapatan lebih rendah dibandingkan
sektor industri. Rendahnya nilai tambah pada sektor ini juga
merupakan alasan mengapa secara keseluruhan pada tahap ini relatif
rendah pertumbuhannya.

2. Industrialisasi, ditunjukkan oleh pergesaran pusat pertumbuhan dari
sektor primer menuju sektor industri. Indikator utama dari
pergeseran ini ditunjukkan oleh tingginya kontribusi sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Pembangunan ekonomi, ditunjukkan oleh beberapa indikator yaitu
dari sisi permintaan , elastisitas pendapatan pada barang industri
menurun dan pangsa permintaan domestik menurun.

Dengan demikian, jelas bahwa akibat dari proses pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang, maka struktur ekonomi akan mengalami perubahan.
Perubahan struktur ekonomi dapat terjadi melalui proses yang alamiah atau
melalui proses perencanaan, kemauan politik dan strategi pembangunan
menentukan bentuk arah dari pembangunan dan perubahan struktur ekonomi
suatu negara.

Perubahan struktur ekonomi merupakan proses yang akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan per
kapita. Kenaikan pendapatan per kapita akan memengaruhi pola konsumsi
barang dan jasa yang ditentukan oleh besarnya nilai elastisitas pendapatan.
Pengaruh factor permintaan terhadap perubahan struktur produksi dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi yang antara lain berupa penghematan dalam
pemakaian bahan mentah. Produksi barang buatan sebagai pengganti hasil
alam pada akhirnya mengakibatkan elastisitas permintaan dalam jangka
panjang atas hasil pertanian non-bahan pangan terhadap perubahan pendapatan
menjadi relatif rendah bila dibandingkan dengan permintaan terhadap hasil
non-pertanian.

54 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

5.3 Teori Perubahan Struktural

Ada beberapa teori-teori pembangunan ekonomi yang membahas tentang pola
perubahan struktural, yaitu:

1. Teori Pertumbuhan Linear

Teori ini dirintis oleh Adam Smith dan kemudian dikembangkan lebih jauh
oleh Rostow. Model dasar teori pertumbuhan linear adalah bahwa evolusi
proses pembangunan yang dialami oleh suatu negara selalu melalui tahapan-
tahapan tertentu yang sifatnya sistematis dan teratur. Artinya bahwa suatu
negara yang sedang dan akan membangun harus melalui suatu tahapan secara
berurutan menuju suatu tingkatan ekonomi yang semakin maju.

2. Teori Pertumbuhan Struktural

Pembahasan teori ini mengenai perubahan struktural yang menitikberatkan
pada pola transformasi ekonomi yang dialami beberapa negara berkembang
dari negara yang mengandalkan sektor primer berubah menjadi struktur
perekonomian yang mengandalkan sektor modern yang didominasi sektor
industri dan jasa.

3. Teori Revolusi Ketergantungan Internasional

Teori ini pada awalnya merupakan hasil rumusan dari suatu diskusi para ahli
ekonomi negara-negara Amerika Latin yang dituangkan dalam suatu Deklarasi
Ekonomi Latin. Tokoh di balik lahirnya teori pembangunan ini adalah Paul
Baran yang merumuskan model dasar tesis alternatif tentang keterbelakangan
ekonomi di negara-negara berkembang. Teori dependensia berusaha
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keterbelakangan
ekonomi yang menimpa negara-negara berkembang. Diasumsikan bahwa
terdapat dua kelompok negara di dunia yaitu kelompok negara maju dan
kelompok negara berkembang.

Salah seorang penganut teori dependensia, Andre Gander Frank, membuat
suatu klasifikasi negara maju ke dalam kelompok negara metropolis maju dan
negara sedang berkembang dalam kelompok negara satelit yang terbelakang.
Dan ahli ekonomi lainnya, yaitu Samir Amin membuat suatu pengelompokkan
menjadi dua yaitu negara maju di pusat dan kelompok negara miskin di
pinggiran.

Bab 5 Struktur Perekonomian Negara Maju dan Berkembang 55

Negara-negara maju akan mengendalikan perekonomian dunia, sementara itu
negara-negara miskin berada di sekitar negara-negara maju tersebut. Interaksi
antara negara maju dengan negara miskin bersifat eksploitasi. Dominasi dan
rekayasa eksploitasi negara maju terhadap negara miskin akan mendorong
negara miskin menjadi semakin tergantung pada negara maju.

Paul Baran menyatakan bahwa investasi negara maju di negara miskin melalui
perusahaan multinasional akan meningkatkan pendapatan nasionalnya tetapi
peningkatan pendapatan hanya dinikmati oleh segelintir anggota masyarakat
saja. Investasi asing asing tersebut bahkan tidak akan meningkatkan sebagian
besar masyarakat di negara miskin bahkan yang terjadi adalah eksploitasi
sumber daya alam serta perubahan tata nilai sosial dan birokrasi di masyarakat.
Sistem perekonomian akan bergeser dari orientasi pada kecukupan dan
pemenuhan dalam negeri menjadi berorientasi pada pemenuhan pasar luar
negeri.

Perubahan orientasi ini akan membawa pada perubahan sistem ekonomi rakyat
yang langsung dikaitkan dengan sistem kapitalisme internasional. Hal ini
berarti bahwa sektor modern yang dibangun di negara miskin memiliki
ketergantungan yang sangat kuat dengan sektor modern di seluruh dunia.
Dengan demikian sektor modern di negara miskin tidak lebih daripada sektor
satelit yang tidak dapat mandiri dan sangat tergantung pada kondisi
perekonomian negara-negara maju.

4. Teori Neo-Klasik

Teori ini merekomendasikan bentuk pemecahannya melalui swastanisasi
BUMN, meningkatkan peran perencanaan dan penetapan regulasi ekonomi
yang menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan peran pihak swasta dalam
pembangunan. Menurut kelompok Neo-klasik, sumber keterbelakangan suatu
negara bukan semata-mata faktor eksternal tetapi lebih pada faktor internal.
Besarnya intervensi pemerintah dalam aktivitas ekonomi, KKN, inefesiensi
sumber daya ekonomi merupakan faktor-faktor yang pemicu utama
keterbelakangan.

Penganut paham ini seperti Jagdish Baghwaty, Anne O Krueger, Bela Ballasa,
dan lain-lain menyatakan bahwa semakin besar intervensi pemerintah dalam
perekonomian akan semakin mempersulit pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Mereka merekomendasikan bahwa pembangunan ekonomi di negara-
negara berkembang harus diarahkan pada berjalannya mekanisme pasar seperti

56 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

swastanisasi BUMN, promosi perdagangan bebas dan ekspansi ekspor,
membuka diri bagi masuknya PMA, deregulasi ekonomi, menghilangkan
distorsi harga baik pada input-output ataupun pada pasar uang akan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bab 6

Proses Pembangunan Dalam
Perekonomian

6.1 Pendahuluan

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan
yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu.
Pembangunan adalah suatu proses perencanaan sosial yang dilakukan oleh
birokrat perencana pembangunan untuk membuat perubahan sosial yang
akhirnya dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Sejumlah indikator pengukuran keberhasilan pembangunan, antara lain;
pendapatan perkapitan (GNP atau PDB), struktur perekonomian, urbanisasi,
jumlah tabungan, indeks kualitas hidup (IKH) dan indeks pembangunan
manusia (HDI).
Menurut Bank Dunia, jumlah penduduk dunia pada tahun 2010 sudah
melebihi 6,8 milyar jiwa. Jumlah penduduk dunia yang kian membengkak ini
harus didukung oleh sektor pertanian, agar mereka bisa hidup dan produktif
bekerja. Produksi pertanian nyaris menyediakan seluruh kebutuhan tubuh
manusia untuk produktif bekerja.
Kepadatan penduduk lazim disebut ledakan penduduk, hasil sensus penduduk
(SP2020) pada September 2020 sebesar 270,20 juta jiwa. Jumlah ini

58 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

bertambah 32,56 juta jiwa dibanding hasil SP2010. Pertambahan penduduk
yang tak terkendali justru merupakan rentetan masalah besar atau bom waktu
yang membentuk sistem lingkungan, apalagi perkembangannya tidak ditata
secara terencana maka pada saatnya akan terjadi suatu masa krisis.

Pembangunan atau pengembangan perdesaan, menurut Mosher dapat
mempunyai tujuan (1) pertumbuhan sektor pertanian, (2) integrasi nasional,
serta (3) keadilan ekonomi, yakni bagaimana pendapatan itu dibagi-bagi
kepada seluruh penduduk (Jayadinata dan Pramandika, 2010).

Sektor pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan
permasalahan bagi bangsa ini, karena sektor pertanian menurut Dillon dalam
Husodo, dkk (2009) mempunyai empat fungsi yang sangat fundamental bagi
kelangsungan suatu bangsa, yaitu (1) mencukupi pangan dalam negeri, (2)
penyediaan lapangan kerja dan berusaha, (3) penyediaan bahan baku untuk
industri, serta (4) sebagai penghasil devisa bagi negara.

6.2 Pembangunan Pertanian

Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian masyarakat.
Sekitar 45% tenaga kerja tergantung dari sektor pertanian primer. Peranan baru
sektor pertanian sekarang ini dapat diletakkan dalam kerangka 3F contribution
on the economy, yiatu food, feed dan fuel (Daryanto, 2009).

Pembangunan pertanian sejatinya memperhatikan aspek keberlanjutan
ditengah apa yang menghantui kita yakni ledakan penduduk, mempertahankan
apa yang disebut ketahanan pangan sebagai konsekuensi negeri agraris
terbesar sambil berkelindang melaksanakan modernisasi pertanian. Seluruh
elemen khususnya pemangku kebijakan, mesti menghadirkan pertanian
sebagai ruh bangsa. Dengan demikian, proses pembangunan diharapkan benar-
benar menjunjung tinggi dimensi keadilan, pemerataan dan kemanusiaan demi
meningkatkan kemandirian, harkat, martabat dan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus tercermin
oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak
ketahanan pangan. Di Indonesia ketahanan pangan merupakan salah satu topik
yang sangat penting, bukan saja dilihat dari nilai ekonomi dan sosial, tetapi

Bab 6 Proses Pembangunan Dalam Perekonomian 59

masalah ini mengandung konsekuensi politik yang sangat besar. Dapat
dibayangkan apa yang akan terjadi terhadap kelangsungan suatu kabinet
pemerintah atau stabilitas politik di dalam negeri apabila Indonesia terancam
kekurangan pangan atau kelaparan.

Tidak ada orang yang bisa mengetahui persis berapa banyak pangan yang
dibutuhkan Indonesia di tahun-tahun mendatang, apalagi untuk periode jangka
panjang. Oleh karena itu orang hanya bisa memprediksi dan risiko kesalahan
prediksi selalu ada. Prediksi yang dibuat bisa lebih besar atau lebih kecil
daripada kenyataannya. Ada sejumlah faktor penentu yang juga harus
diprediksi terlebih dahulu seperti pertumbuhan penduduk, peningkatan
pendapatan riil rata-rata per kapita, ketersediaan atau perubahan lahan, dan
yang sangat penting adalah perubahan pola konsumsi masyarakat sejalan
dengan kenaikan pendapatan.

Husodo (2002) dalam Tambunan (2010) memprediksi bahwa kebutuhan
pangan rata-rata per orang pada awal abad ke-21 mencapai 133 kg, kecuali
beras, rata-rata komsumsi pangan pokok masyarakat Indonesia seperti jagung,
ikan, ayam, daging sapi dan lain-lain, telur, susu, kedelai, buah-buahan dan
sayur-sayuran per kapita per tahun masih rendah. Namun dengan
meningkatnya pendidikan, pengetahuan mengenai gizi dan kesejahteraan
masyarakat, ditambah dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun, konsumsi
masyarakat Indonesia terhadap produk-produk pangan tersebut sangat
berpotesi meningkat. Perkiraan jangka panjang yang menunjukkan bahwa
kebutuhan terhadap produk pangan non beras tahun 2035 akan lebih besar
dibandingkan tahun 2001. Diperkirakan konsumsi beras rata-rata per kapita
tahun 2035 sebesar 90 kg, yang berarti suatu penurunan yang cukup besar jika
dibandingkan tahun 2001. Namun dengan perkiraan laju pertumbuhan
penduduk rata-rata per tahun tetap positif, maka kebutuhan nasional untuk
beras tetap besar pada tahun 2035 diperkirakan sebanyak 36 juta ton.
Konsekuensinya, kenaikan itu akan menuntut peningkatan penyediaan produk
pangan yang amat besar, sehingga apabila tidak terpenuhi oleh produksi dalam
negeri dengan sendirinya akan meningkatkan ketergantungan Indonesia
terhadap impor.

Pada prinsipnya impor suatu produk terjadi karena tiga alasan, (1) produksi
dalam negeri terbatas sedangkan permintaan domestik tinggi, jadi impor hanya
pelengkap, (2) impor lebih murah dibandingkan dengan harga dari harga
produk sendiri, yang dikarenakan berbagai faktor seperti ekonomi biaya tinggi
atau tingkat efisiensi yang rendah dalam produksi dalam negeri atau kualitas

60 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

produk impor lebih baik dengan dengan harga yang relatif sama, (3) dilihat
dari segi neraca perdagangan atau neraca pembayaran, impor lebih
menguntungkan karena produksi dalam negeri bisa untuk ekspor dengan
asumsi harga ekspor di pasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor
yang harus dibayar.
Modernisasi pertanian adalah suatu tingkatan dalam difusi dan penggunaan
inovasi pertanian yang dicapai oleh rumahtangga tani atau komunitas padi
sawah yang meliputi penggunaan; (1) teknik pengairan/irigasi teknik, (2)
traktor mini, (3) bibit unggul atau VUTW, (4) pupuk, (5) pestisida, (6) sabit
dan (7) penggilingan padi (Abustam (1989) dalam Amruddin (2001).
Modernisasi pertanian dapat dilihat pada penggunaan budidaya yang lebih baik
dan efektif, penerapan alat mesin pertanian (alsintan) dengan teknologi tepat
guna, penggunaan benih unggul, penggunaan SDM pertanian yang lebih
berkualitas serta efisiensi penggunaan SDA sehingga keseimbangan
lingkungan tetap terjaga.

Gambar 6.1: Penggunaan Tenaga Ternak dalam Pertanian
Menurut data Kementan (2017), produksi gabah kering giling (GKG) tahun
2015 mencapai 75,55 ton setelah petani menggalakkan penggunaan alsintan,
produksi meningkat 4,66 % dibanding tahun sebelumnya sebesar 70,85 juta
ton dan pada tahun 2016 lalu produksi GKG mencapai 79 juta ton GKG.
Tahun 2017 ini produksi GKG sebesar 85,5 juta ton atau setara 55,5 juta ton
beras sedangkan konsumsi sebesar 32,7 juta sehingga masih terdapat surplus
konsumsi yang diharapkan bisa diekspor. Penggunaan alsintan dari mulai olah

Bab 6 Proses Pembangunan Dalam Perekonomian 61

sawah, penanaman, pembersihan gulma, pemupukan sampai pemanenan
menggunakan combine harvester dapat meningkatkan efisiensi biaya antara
30%-40%.

Kenapa petani di Indonesia selalu miskin, atau kenapa tingkat kemiskinan di
pertanian lebih tinggi dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya,
walaupun berbagai upaya selama ini telah dilakukan oleh pemerintah, mulai
dari revolusi hijau, perbaikan teknologi, kebijakan harga sebagaimana diatur
dalam Impres Perberasan, kebijakan perkreditan, pembangunan infrastruktur
pedesaan, pembangunan perdesaan lewat Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan
banyak lagi.

Gambar 6.2: Pertanian dengan Modernisasi

Salah satu penyebabnya adalah transformasi struktural yang massif yang
dialami oleh perekonomian Indonesia sejak awal periode orde baru dari sebuah
ekonomi di mana sektor pertanian mempunyai suatu peran dominan di dalam
PDB ke sebuah ekonomi di mana konstribusi output dari sektor ini terhadap
pembentukan PDB semakin lemah. Penyebab kedua, adalah ketimpangan
dalam distribusi lahan. Data BPS menunjukkan bahwa petani gurem naik dari
40,8 % tahun 1983 menjadi 54,6 % pada tahun 2003. Hasil sensus 2013
menunjukkan RT petani gurem sebanyak 2.298.193 RT atau turun 34,37 %
dari tahun 2003. Hal ini diperburuk oleh semakin banyaknya areal pertanian
yang berganti fungsi menjadi kegiatan-kegiatan nonpertanian. Kondisi ini tentu

62 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

sangat tidak memungkinkan petani untuk bisa meningkatkan produktivitasnya,
yang berarti juga tidak bisa menaikkan pendapatannya.

Pembangunan pertanian dikatakan berhasil apabila telah mampu menjadi
pengganda pendapatan (income multiplier) dan pengganda lapangan kerja
(employement multiplier) bagi sektor perekonomian secara umum.
Maksudnya menurut Arifin (2013), secara makro arah pembngunan pertanian
dikatakan telah berada pada jalur yang benar apabila sektor ekonomi yang
sanagat vital telah mampu menggerakkan sektor-sektor lain dalam ekonomi.

Modernisasi ekonomi memerlukan infrastruktur yang modern pula. Berbagai
kegiatan ekonomi memerlukan infrastrutur untuk berkembang. Jalan dan
jembatan, lapangan terbang, pelabuhan, kawasan perindustrian, irigasi dan
penyediaan air, listrik, dan jaringan telepon perlu dikembangkan. Berbagai
jenis infrastruktur ini sangat diperlukan perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi operasinya (Sukirno, 2010).

6.3 Periodeisasi Pembangunan Ekonomi
Pertanian

Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa Orde Baru. Pada awal
masa Orde Baru pemerintahan menerima beban berat dari buruknya
perekonomian Orde Lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk
rehabilitasi ekonomi. Pemerintah Orde Baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Pemerintah Orde Baru menyusun dua tahapan
strategi besar berupa Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (PU-PJP)
yaitu PU-PJP1 (1969-1994) dan PU-PJP2 (1994-2019). Di mana PJP I
diarahkan untuk menciptakan landasan kuat memasuki proses tinggal landas
(take-off), sementara PJP2 merupakan masa tinggal landas, sesuai tahapan
pembangunan Rostow. Strategi pembangunan dilaksanakan melalui lima
serangkaian Repelita yang semuanya dititik beratkan pada sektor pertanian dan
sektor industri yang mengalami pergeseran secara bertahap. Pada era orde baru
berhasil dengan swasembada beras pada tahun 1980-an. Presiden Soeharto
diawal orde baru menghadapi berbagai permasalahan termasuk ekonomi,
sehingga program rehabilitasi dan stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal
orde baru.

Bab 6 Proses Pembangunan Dalam Perekonomian 63

Gambar 6.3: Swasembada Beras di Era Orde Baru

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pemilikan lahan oleh
petani mengalami kenaikan luasan. Bisa diartikan kemampuan sektor non-
pertanian untuk menyerap kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian semakin
besar. Sebelumnya data selalu menunjukkan kecenderungan kepemilikan
lahan petani yang terus semakin sempit, yang menandakan sulitnya penduduk
pedesaan untuk memperoleh kerja di luar pertanian. Lahan yang terbatas
tersebut terbagi-bagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi di antara para
anggota keluarga melalui sistem warisan.

Dengan peran strategis tersebut, tidak mengherankan bahwa pembangunan
pertanian menjadi perhatian besar pemerintahan Presiden SBY. Perhatian
besar ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya anggaran untuk
pembangunan pertanian di Indonesia. Selama pemerintahan Presiden SBY,
anggaran untuk sektor pertanian yang dialokasikan melalui Kementerian
Pertanian dan Kementerian PU meningkat signifikan, dari Rp 5.889,8 milyar
pada tahun 2004 menjadi Rp 22.970,7 milyar pada tahun 2013. Rata-rata
peningkatan anggaran sektor pertanian dalam kurun waktu 2004 -2012
mencapai 16,92 % per tahun.

Untuk mendorong peningkatan produksi pangan, pemerintah tidak saja
memberikan perhatian pada infrastruktur pertanian tetapi juga memberikan
bantuan berupa subsidi pupuk maupun subsidi benih. Subsidi pupuk
meningkat sangat signifikan dari Rp 1.400 milyar pada tahun 2004 menjadi
Rp 15.914 milyar pada tahun 2013. Pertumbuhan rata-rata subsidi pupuk

64 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

dalam kurun waktu 2004-2013 mencapai 38,60 % per tahun. Berbagai
program juga dilakukan oleh kementerian lain dan LPNK untuk
meningkatkan produksi pertanian, seperti pinjaman permodalan melalui
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan PNPM, stabilisasi harga produk pertanian
dan bantuan fasilitas pemasaran hasil pertanian.

Selama periode Presiden SBY, pemerintah memberikan perhatian yang besar
pada upaya peningkatan produksi beberapa komoditas pangan utama. Sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, komoditas pangan utama
yang ditetapkan sebagai sasaran pembangunan prioritas nasional ketahanan
pangan adalah padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi.

Dalam melaksanakan pembangunan pertanian, tentu saja dijumpai berbagai
permasalahan dan kendala. Secara umum permasalahan tersebut adalah
bagaimana meningkatkan produksi pertanian yang dapat memenuhi
peningkatan permintaan penduduk Indonesia. Seiring dengan meningkatkan
jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, bisa dipastikan
permintaan terhadap produk pertanian akan terus meningkat. Berkaitan
dengan produksi pertanian, produktivitas yang relatif lambat peningkatannya
dan luas areal tanaman yang semakin terbatas menjadi penyebab utama
rendahnya peningkatan produksi pangan utama. Penyusutan lahan sebagai
akibat dari konversi lahan, jaringan irigasi yang rusak, sulitnya memperluas
areal tanam baru dan perubahan iklim ditengarai menjadi penyebab terjadinya
peningkatan produksi yang belum sesuai dengan target.

Lambatnya peningkatan produktivitas merupakan kendala dalam peningkatan
produksi pangan. Penyebabnya antara lain adalah masih terbatasnya difusi
benih unggul hasil penelitian dan pengembangan, terbatasnya kemampuan
petani dalam menerapkan budidaya yang sesuai dengan anjuran (good
agricultural practices), dan rendahnya akses petani terhadap sumber
pembiayaan. Dengan kondisi demikian, pendampingan penyuluhan dan
pelatihan bagi petani menjadi hal penting untuk diperhatikan, disamping
perlunya perbaikan kelembagaan perkreditan untuk petani.

Terkait dengan terbatasnya perluasan areal tanaman, masalah yang dihadapi
antara lain adalah konversi lahan pertanian yang tidak diimbangi dengan
pencetakan lahan baru, terbatasnya pelaksanaan perluasan lahan di luar Jawa
dan indeks pertanaman yang tidak meningkat. Untuk mengendalikan
pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu produksi pertanian, pemerintah
telah menerbitkan berbagai peraturan perundangan, di antaranya Undang-
undang (UU) No. 26/2007 tentang Penataan Ruang,UU No. 41/2009

Bab 6 Proses Pembangunan Dalam Perekonomian 65

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berikut Peraturan
Pemerintah (PP) No. 12/2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, serta UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air berikut
PP No. 20/2006 tentang Irigasi.

Namun implementasi dari peraturan perundangan tersebut masih tersendat.
Alih fungsi lahan pertanian padi sawah masih terus berlangsung di banyak
daerah. Laju alih fungsi lahan pertanian dalam sepuluh tahun terakhir
diperkirakan mencapai 100 ribu hektar per tahun. Sedangkan kemampuan
pemerintah untuk mencetak sawah baru masih terbatas. Kemampuan
pemerintah mencetak sawah rata-rata sekitar 33.102 hektar per tahun. Tata
ruang wilayah yang disusun oleh daerah cenderung kurang memperhatikan
rencana alokasi ruang untuk pertanian. Alokasi ruang untuk pertanian yang
ada pun sering semakin berkurang karena lemahnya pengawasan. Untuk
membendungnya, penegakan sanksi pelanggaran terhadap peraturan
perundangan tersebut penting untuk secara tegas diimplementasikan.

Banyak rusaknya jaringan irigasi antara lain disebabkan oleh program
rehabilitasi jaringan irigasi masih belum mampu mengimbangi rusaknya
jaringan yang ada, dan terbatasnya kemampuan keuangan dan kapasitas
pemerintah daerah dalam mengelola jaringan irigasi yang menjadi
kewenangannya. Terbatasnya ketersediaan sumber daya lahan untuk irigasi
juga menjadi salah satu sebab. Upaya tindak lanjut untuk menghadapi
permasalahan ini adalah lebih difokuskan pada rehabilitasi jaringan yang
mengalami kerusakan pada daerah-daerah sentra produksi pangan. Selain itu,
membangun waduk dan embung serta jaringan irigasi yang baru merupakan
upaya yang perlu terus dilakukan.

Presiden ke-7, Jokowi menyampaikan bangga terhadap prestasi sektor
pertanian yang dicapai selama dua tahun kerja. Kinerja sektor pertanian
mampu menorehkan prestasi dalam meningkatkan produksi dan menekan
bahkan sampai menghentikan impor. Dilihat dari PDB pertanian triwulan II
2016 naik 12,04 % dibandingkan triwulan I 2016 (Q to Q). Hal ini
disampaikan Presiden saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Nasional
Pembangunan Pertanian 2017 dengan tema “Bangun Lahan Tidur untuk
Meningkatkan Ekspor Dengan Pembangunan Infrastruktur Pertanian”.

Kemudian, PDB pertanian pun pada triwulan III 2016 naik 4,69 persen
dibandingkan triwulan II 2016. Begitu pun pada triwulan II 2016 naik 3,35
persen dibandingkan triwulan II 2015 (Y to Y). Demikin juga pada triwulan III

66 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

2016 naik 2,81 persen dibandingkan triwulan III 2015. Pertumbuhan sektor
pertanian tersebut didorong oleh peningkatan produksi pangan. Menurut
Jokowi, satu prestasi yang membanggakan yakni mampu memacu produksi
pangan dan tidak impor saat Indonesia dilanda iklim ekstrim El Nino 2015 dan
La Nina 2016.

Untuk mendukung pencapaian target, Pemerintah memberi perhatian besar
terhadap pertanian. Berbagai regulasi yang menghambat direvisi, alokasi
anggaran tiap tahun disediakan, infrastruktur pertanian dibangun, benih dan
pupuk juga disediakan. Presiden meminta agar Kementerian Pertanian
bersinergi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mewujudkan salah
satu agenda Nawacita yaitu Kedaulatan dan Kemandirian Pangan.

Pertama, Kementerian Pertanian bersama Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi agar memanfaatkan potensi lahan tadah
hujan 4,0 juta hektar dengan membangun embung dan sumber air lainnya
sehingga luas pertanaman dan produksi meningkat. “Kedua, Kementerian
PUPR segera melakukan rehabilitasi dan normalisasi sungai untuk irigasi
seluas 3,0 juta hektar,” ungkapnya. Ketiga, lanjutnya, Kementerian BUMN
terus menggerakkan Perbankan menyalurkan KUR bagi petani untuk
mekanisasi pertanian, perluasan usaha, hiliriasi produk maupun
pengembangan karet, kopi, sawit, kakao dan ternak sapi, serta pengembangan
integrasi sapi-sawit. Keempat, Kementerian ATR/BPN segera
mengidentifikasi lahan terlantar/lahan tidur 11,6 juta hektar untuk
dioptimalkan pemanfaatannya. Selanjutnya bersama Kementerian LHK untuk
menyediakan lahan bagi investor kebun tebu dan Pabrik Gula, investasi
pengembangbiakan sapi, pengembangan jagung dan lainnya. “Kelima,
Kementerian Perdagangan dan BULOG agar menyerap produk petani dan
secara ketat melakukan stabilisasi harga pangan.

Pada acara pembukaan The 2nd Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF)
2020 sekaligus Musyawarah Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI), Kamis (12/3/2020), di Istana Negara. Presiden menyampaikan bahwa
“Sektor pangan dapat mendorong tingkat kesehatan yang lebih baik sehingga
mampu meningkatkan produktivitas bangsa dan negara kita. Oleh sebab itu,
pekerjaan yang berkaitan dengan pangan, pertanian, itu betul-betul harus
dilihat dari hulu sampai hilir. Tidak bisa kita hanya melihat hulunya, atau
melihat hilirnya, atau mengurus hulunya tapi tidak mengurus hilirnya”.
Dengan daratan yang cukup luas, Indonesia masih punya lahan dan ruang yang
besar bagi peningkatan sektor pertanian. Tapi, diperlukan kesiapan baik dari

Bab 6 Proses Pembangunan Dalam Perekonomian 67

sisi infrastruktur pertanian serta edukasi dan kesediaan bibit yang tepat dan
unggul.

Selama ini sektor pertanian cenderung menanam sejumlah komoditas yang
tidak banyak berubah sejak puluhan tahun. Maka dari itu, dibutuhkan
keberanian untuk mengupayakan hal-hal baru dengan model pengembangan
yang tepat disertai dengan manajemen kualitas yang baik untuk menangkap
peluang pasar yang besar. Pemerintah memberikan dukungan bagi para pelaku
usaha baik mikro, kecil dan menengah untuk mengembangkan pertanian.
Tahun ini (2020) Pemerintah mengalokasikan KUR khusus sektor pertanian
sebesar Rp.50 T.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan Pemerintah juga meyiapkan kawasan
food estate di beberapa tempat, di kawasan Kab. Sumba Tengah, NTT
(23/02/2021) termasuk meresmikan sejumlah infrastruktur pertanian seperti
Bendungan Karangloe di Kab.Gowa Sulsel yang dibangun dengan total
anggaran Rp.1,24 T dan telah diresmikan Presiden Jokowi (23/11/2021).

68 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Bab 7

Aspek Perdagangan
Internasional dalam
Pembangunan Ekonomi

7.1 Pendahuluan

Menurut beberapa ahli ekonomi bahwa istilah ekonomi berasal dari kata oikos
yang berarti rumah tangga atau keluarga dan nomos yang berarti peraturan,
hukum atau prinsip; sehingga ilmu ekonomi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang pengaturan usaha manusia dalam mencapai kemakmuran
(Damanik, Nainggolan, et al., 2021; Marit et al., 2021; Siregar et al., 2021).
Demi mencapai kemakmuran, manusia akan melakukan aktivitas ekonomi
seperti konsumsi, produksi, dan distribusi (Sari et al., 2020; Nainggolan, Purba,
Nurjannah, et al., 2021; Nainggolan, Purba, Sudarmanto, et al., 2021;
Rahmadana et al., 2021).
Pengertian tentang ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan peri kehidupan dalam rumah tangga dan dalam
perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu
keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anaknya, melainkan juga
rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara dan dunia

70 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

(Purba, Nainggolan, et al., 2020; Faried et al., 2021; Nainggolan,
Koesriwulandari, Purba, et al., 2021; Purba, Purba, et al., 2021; Purba, Susanti,
et al., 2021).

Lebih lanjut dapat juga dinyatakan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang
kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan
negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Berhubung bahwa
ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan
sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi
dan atau distribusi (Purba, 2020; Purba, Sudarmanto, et al., 2020; Basmar,
Purba, Damanik, et al., 2021; Damanik, Panjaitan, et al., 2021; Purba, Albra, et
al., 2021; Purba, Arfandi, et al., 2021; Purba, Rahmadana, et al., 2021).

Salah satu perkembangan ekonomi yang paling signifikan adalah
meningkatnya internasionalisasi bisnis. Meskipun banyak perusahaan telah
dijalankan melintasi batas-batas negara selama berabad-abad, perusahaan yang
terkemuka di seluruh dunia kian mengalihkan perhatiannya pada bisnis
internasional untuk mempertahankan daya saingnya dalam periode
perekonomian yang dinamis dewasa ini (Basmar, Purba, Nugraha, et al., 2021;
Mardia et al., 2021; Suleman et al., 2021). Peranan perdagangan internasional
terhadap pertumbuhan ekonomi cukup berpengaruh. Beberapa ahli ekonomi
klasik dan neo-klasik melihat bahwa perdagangan internasional memiliki
peranan yang sangat penting dalam membangun suatu negara yang digunakan
sebagai mesin pertumbuhan. Pendapat ahli lain sebaliknya, mereka
menganggap bahwa kegiatan perdagangan internasional memberikan dampak
bahwa negara yang kaya menjadi kaya dan negara miskin akan dirugikan
dengan kegiatan tersebut (Sherly et al., 2020; Halim et al., 2021).

Tantangan perdagangan internasional adalah untuk mengembangkan rencana-
rencana strategis yang kompetitif dalam pemasaran global yang semakin
intensif. Bagi banyak perusahaan, menjadi international bukan lagi suatu
kemewahan tetapi keharusan untuk bertahan hidup secara ekonomis. Hal
tersebut yang akan memengaruhi ekonomi nasional, dunia, perdagangan,
pasar, dan persaingan (Jhingan, 2016).

Oleh sebab itu, bagi negara yang berkembang secara terpaksa akan
mengorbankan apa yang menjadi manfaat akibat timbulnya spesialisasi
internasional. Tetapi, dengan mengambil dan memberlakukan kebijakan
substitusi impor dan industrialisasi yang terukur dan terencana serta
memperluas hasil barang maupun jasa untuk dikonsumsi dalam negeri, akan

Bab 7 Aspek Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Ekonomi 71

dapat dicapai satu tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang lebih
tinggi. Pertama, kita akan membahas bagaimana perdagangan internasional
menopang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta pandangan yang
berlawanan mengenai seberapa jauh perdagangan internasional menghambat
pembangunan ekonomi suatu negara.

7.2 Manfaat Perdagangan Internasional

Dari perdagangan internasional, pihak-pihak yang berkepentingan
mendapatkan keuntungan, begitu juga negara memperoleh keuntungan
sehingga pendapatan nasional akan membaik. Dilihat dari meningkatnya
jumlah barang/jasa dan laju pertumbuhan ekonomi di negara tersebut akan
mengalami perubahan yang positif seperti pembangunan ekonomi sehingga
tingkat kemiskinan akan mengalami penurunan.

Kondisi pasar nasional kecenderungannya kecil. Dengan kondisi ini akan
mengakibatkan penyerapan untuk output di pasar domestik tidak dilakukan
dengan maksimal, sehingga dorongan untuk berinvestasi juga akan mengalami
penurunan. Bukan hanya investasi saja yang akan memengaruhi pendapatan
per kapita dan daya beli juga berkontribusi memberikan pengaruh terjadinya
pasar yang semakin kecil. Untuk itu diperlukan perdagangan internasional agar
memperluas pasar untuk barang/jasa yang dihasilkan suatu negara dan
merangsang adanya kegiatan investasi, pendapatan dan tabungan melalui
alokasi sumber daya dengan lebih efisien.

Perdagangan internasional memberikan manfaat dan arti yang penting bagi
pembangunan ekonomi suatu negara. Kegiatan tersebut memberikan arti
dalam melakukan pembangunan di beberapa sektor seperti: mengembangkan
pengetahuan dan menambah pengalaman yang memungkinkan pembangunan
serta memberikan sarana untuk melaksanakannya. Menurut Haberler dalam
(Jhingan, 2016) menyatakan bahwa kontribusi yang diberikan kepada suatu
negara jika perdagangan internasional dilakukan yaitu pembangunan ekonomi
akan mengalami peningkatan dan dapat diharapkan sumbangan tersebut akan
sama di masa datang dan bahwa perdagangan bebas dengan sedikit perbaikan
atau penyimpangan tidak mendasar atau marginal adalah kebijaksanaan yang
terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi.

72 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Ketergantungan suatu negara terhadap perdagangan internasional yaitu sebagai
mesin penggerak perekonomian suatu negara memberikan pengaruh yang
cukup besar. Menurut Salvatore dalam (Safitriani, 2014), perdagangan
internasional merupakan salah satu aktivitas perekonomian di mana aktivitas
tersebut meliputi aliran modal, baik yang sifatnya masuk maupun keluar, dari
suatu negara ketika terjadi aktivitas perdagangan internasional berupa kegiatan
ekspor dan impor maka besar kemungkinan terjadi perpindahan faktor-faktor
produksi dari negara eksportir ke negara importir yang disebabkan oleh
perbedaan biaya dalam proses perdagangan internasional

Pengalokasian sumber daya produksi secara efektif dan efisien maka
produktivitas akan semakin baik. Hal ini menjadi alasan mengapa kegiatan
perdagangan internasional akan memberikan keuntungan yang besar bagi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hicks dalam (Jhingan, 2018),
memperluas pasar menghasilkan sejumlah keuntungan baik secara internal dan
eksternal karenanya akan mengurangi biaya produksi. Dengan adanya
perdagangan internasional dapat mengalihkan dari sektor pangan ke sektor
uang. Dengan adanya perdagangan internasional akan memberikan manfaat
lebih banyak bagi kedua negara pelaku dan bagi dunia secara umum, serta
meningkatkan kesejahteraan yang lebih besar, selain itu juga akan
meningkatkan efisiensi perekonomian.

Manfaat Tidak Langsung Perdagangan Internasional

1. Membantuproses mempertukarkan barang-barang yang kemampuan
pertumbuhan rendah dengan barang-barang luar negeri yang
mempunyai pertumbuhan tinggi. Komoditi bahan makanan negara-
negara berkembang ditukar dengan mesin, barang modal, bahan
mentah dan produk setengah jadi yang diperlukan untuk
pembangunan ekonomi. Karena kekurangan bahan modal dan bahan,
maka untuk mempercepat langkah pertumbuhan, mereka dapat
mengimpor dari negara maju, dan membangun overhead sosial dan
overhead ekonomi dan kegiatan-kegiatan yang langung produktif.
Jadi ekspor yang lebih besar memperluas volume impor alat-alat
perlengkapan yang dapat dibiayai tanpa membahayakan neraca
pembayaran dan tingkat kebebasan yang lebih tinggi membuatnya
lebih mudah untuk merencanakan investasi domestik bagi
pembangunan.

Bab 7 Aspek Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Ekonomi 73

2. Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh mendidik. Negara
terbelakang kekurangan keterampilan penting tertentu. Kekurangan
ini merupakan rintangan yang lebih besar bagi pembangunan
daripada kekurangan akan barang-barang modal. Perdagangan luar
negeri dapat mengatasi kelemahan ini, karena perdagangan luar
negeri, menurut Haberler, adalah sarana dan wahana untuk
menyebarluaskan pengetahuan teknis, pemasukan gagasan,
ketrampilan, bakat manajer dan kewiraswastaan. Pemasukan gagasan,
kemampuan dan ketrampilan merupakan perangsang kuat bagi
kemajuan teknologi. Ia memberikan kesempatan untuk belajar baik
dari keberhasilan maupun dari kegagalan negara maju. Perdagangan
luar negeri membantu memacu pembangunan negara miskin karena
perdagangan luar negeri memungkinkan peminjaman gagasan,
keterampilan dan kemampuan tertentu dari negara maju dan
menerapkannya sesuai dengan kekayaan faktor setempat. Bahkan
kecepatan pembangunan AS, Jepang dan negara maju lainnya efek
mendidik perdagangan luar negeri tersebut. Mill dalam Jhingan
(2016) menekankan arti penting tersebut sebagai berikut: Di tengah
keadaan tanpa perbaikan manusia seperti saat ini, hampir tidak ada
ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa penting arti
menempatkan orang-orang untuk berhubungan dengan orang-orang
lain yang berbeda dengan mereka, dengan cara pikir dan cara tindak
yang berbeda dengan yang mereka kenal sebelumnya komunikasi
seperti ini selalu terjadi dan khususnya pada abad ini merupakan
salah satu dari sumber-sumber utama kemajuan.

3. Perdagangan luar negeri memberi dasar bagi pemasukan modal luar
negeri ke negara-negara terbelakang. Jika tidak ada perdagangan luar
negeri, modal luar negeri tidak akan mengalir dari negara kaya ke
negara miskin. Volume modal luar negeri tergantung di antara faktor-
faktor lain-pada volume perdagangan. Semakin besar volume
perdagangan, semakin besar pula kemungkinan suatu negara dapat
membayar kembali suku bunga dan pokok pinjamannya.
Bagaimanapun sangat lebih mudah mendapatkan modal luar negeri

74 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

untuk industri peningkatan ekspor dari pada untuk substitusi impor
dan keperluan umum. Tetapi dari sudut pandang negara pengimpor,
penggunaan modal asing untuk substitusi import, industri keperluan
umum dan industri manufaktur lebih bermanfaat untuk mempercepat
pembangunan daripada hanya untuk pemingkatan ekspor. Modal luar
negeri tidak hanya membantu menambah lapangan kerja, output dan
pendapatan tetapi juga mempermulus neraca pembayaran dan
tekanan inflasi. Selanjutnya, ia menghasilkan mesin, perlengkapan,
pengetahuan, keterampilan, gagasan dan latihan bagi tenaga kerja
setempat. Menekankan arti penting modal luar negari melalui
perdagangan, Mill dalam Jhingan (2016), mengatakan “modal luar
negeri yang menciptakan peningkatan produksi itu tidak lagi
tergantung secara eksklusif pada sifat hemat atau penduduk itu
sendiri. Sambil memberikan teladan, dan dengan membangkitkan
gagasan baru dan mematahkan rantai kebiasaan, jika tidak dengan
memperbaiki keadaan nyata penduduk, perdagangan luar negeri
menawarkan kepada masyarakat keinginan-keinginan baru, ambisi
dan pemikiran tingkat tinggi bagi masa depan bangsa tersebut
4. Perdagangan luar negeri menguntungkan negara terbelakang secara
tidak langsung karena meningkatkan persaingan sehat, dan
mengendalikan monopoli yang tidak efisien. Persaingan sehat perlu
bagi pengembangan sektor ekspor ekonomi dan perlu untuk
mengendalikan monopoli yang tidak efisien. Persaingan sehat perlu
bagi pengembangan sektor ekspor ekonomi dan perlu untuk
memgendalikan monopoli eksploitatif yang tidak efisien yang
lazimnya dilakukan dengan alasan proteksi industri baru.

Jadi, di samping manfaat statis yang disebabkan oleh alokasi sumber secara
efisien berdasarkan fungsi-fungsi produksi tertentu, perdagangan luar negeri
memberikan empat macam keuntungan sebagaimana di sebutkan di atas
dengan menubah fungsi-fungsi produksi yang ada dan mendorongnya ke atas
dan ke luar.

Bab 7 Aspek Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Ekonomi 75

7.3 Hambatan dalam Perdagangan
Internasional

Dalam perdagangan internasional, perusahaan sering mengalami hambatan
baik dari negara asal maupun negara tujuan pasar. Agar proses perdagangan
internasional dapat berjalan sesuai dengan rencana dibutuhkan kerjasama baik
dari negara asal maupun negara tujuan. Bentuk kerjasama tersebut yaitu
adanya pembebasan perdagangan seperti ekspor dan impor, kondisi politik
yang aman. Tetapi sering terjadi bahwa kepentingan dalam suatu negara akan
menimbulkan hambatan dalam proses perdagangan internasional.

Dalam pengertian luas, hambatan diartikan sebagai suatu bentuk tindakan
(measures) yang memengaruhi dan membatasi aliran bebas barang dan jasa
dalam perdagangan internasional. Dalam pengertian yang lebih sempit,
hambatan perdagangan merupakan suatu bentuk tindakan (measures) yang
diterapkan oleh suatu negara yang tidak sesuai dengan aturan international.
Dalam praktek perdagangan internasional, hambatan perdagangan dibagi
menjadi hambatan tarif dan hambatan non tarif (Malik, 2017). Adapun contoh
bentuk hambatan dalam melakukan perdagangan internasional meliputi: Kurs
sebagai salah satu ukuran nilai perdagangan antara negara menjadi pemicu
aliran perdagangan. Kurs mata uang asing yang tidak menentu (tidak stabil)
membuat para eksportir maupun importir mengalami kesulitan dalam
menentukan harga jual dan beli barang. Kesulitan ini akan memberikan
dampak pada harga penawaran maupun permintaan dalam perdagangan.
Kondisi ini memberikan pengaruh kepada pedagang internasional menjadi
enggan untuk melakukan aktivitas ekspor dan impor (Ekananda, 2018).

7.3.1 Beberapa Isu Penting Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional sering kali memainkan peranan penting bagi
pengalaman historis negara-negara berkembang. Dalam tahun-tahun
belakangan ini, banyak perhatian pada isu perdagangan dan pembangunan
telah difokuskan untuk memahami keberhasilan ekspor yang spektakuler dari
Asia Timur, Taiwan, Korea Selatan, dan perekonomian negara Asia Timur
lainnya yang mempelopori strategi ini, yang berhasil diikuti oleh tetangganya
yang jauh lebih besar, Cina. Pengalaman negara-negara ini menjadi jalur
penting dalam mengungkapkan drama perdagangan dan pembangunan.

76 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Pada saat bersamaan, di seantero Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin,
ekspor produk-produk primer mencakup porsi yang besar dari produk
domestik bruto negara. Di sejumlah negara berkembang yang lebih kecil,
persentase besar dari pendapatan negara diperoleh dari penjualan ekspor
produk pertanian dan produk primer atau produk lain seperti kopi, kapas,
coklat, gula, minyak sawit, dan tembaga. Pada situasi khusus seperti di negara-
negara penghasil minyak, penjualan produk minyak bumi mentah dan olahan
ke berbagai negara dunia porsinya mencapai lebih 70 persen dari pendapatan
nasional mereka.

Namun, tidak seperti negara-negara produsen minyak dan segelintir negara
yang berhasil melakukan industrialisasi seperti Taiwan, Korea Selatan, dan
sekarang Cina. Banyak negara berkembang yang masih harus mengandalkan
ekspor produk-produk primer non mineral yang meliputi sebagian besar dari
pendapatan valuta asing mereka. Hal ini merupakan persoalan serius
khususnya di Afrika Sub-Sahara. Karena pasar dan harga-harga bagi produk
ekspor semacam itu sering kali tidak stabil, maka ketergantungan ekspor pada
produk-produk primer turut menghadirkan sejumlah risiko dan ketidakpastian
yang tidak diinginkan banyak negara (Todaro and Smith, 2020).

Selain masalah ketergantungan ekspor tersebut, banyak negara-negara
berkembang yang juga tergantung, biasanya dalam tingkat yang lebih besar,
pada impor bahan baku, mesin-mesin, barang-barang modal, barang produsen
intermediate, serta produk-produk konsumen guna menggerakkan ekspansi
industri mereka dan memuaskan konsumen masyarakat yang semakin
meningkat di sana. Bagi mayoritas negara berkembang, permintaan impor
tersebut melampaui kapasitas mereka dalam dalam menghasilkan pendapatan
yang cukup dari penjualan ekspor selama pasca perang dunia II.

Hal ini telah mengakibatkan defisit kronis pada posisi neraca pembayaran
mereka dibandingkan dengan negara lain. Di sejumlah negara berkembang,
defisit pada pos transaksi berjalan (porsi dari neraca pembayaran suatu negara
yang mencerminkan nilai pasar dari ekspor berwujud, misalnya perdagangan
komoditas dan tak berwujud misalnya jasa pengiriman), dikompensasikan
pada neraca pembayaran dengan surplus pada pos transaksi modal, beban
utang dari pelunasan investasi dan pinjaman internasional terdahulu sering kali
menjadi semakin besar. Di sejumlah negara sedang berkembang, defisit parah
pada pos transaksi berjalan dan modal telah mengakibatkan merosotnya
cadangan moneter internasional, mata uang yang stabil, serta melambatnya
pertumbuhan ekonomi.

Bab 7 Aspek Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Ekonomi 77

Banyak negara yang berhutang akhirnya mencapai surplus ketika melunasi
sebagian utang mereka. Pada abad yang baru ini, pola surplus perdagangan
telah memperkuat banyak negara berkembang meski tidak berlaku untuk
semua. Negara-negara berkembang telah berupaya untuk menghindari
terulangnya kembali kondisi di Amerika Latin pada tahun 1980-an, Afrika
sub-Sahara pada tahun 1980-an dan 1990-an, dan Asia Timur pada tahun
1997-1998. Penurunan drastis pendapatan ekspor selama krisis keuangan 2008
sekilas telah memperlihatkan bahaya tersebut, meski perekonomian global
segera pulih dari ketidakseimbangannya. Pola ini juga membawa risiko;
contohnya, hal ini berarti bahwa negara-negara berkembang secara efektif
mengekspor modal dan membuat perekonomiannya rentan terhadap koreksi
tajam ketika defisit neraca pembayaran AS yang sangat besar dan kronis mulai
pulih kembali (Todaro and Smith, 2020).

Namun perdagangan dan keuangan internasional harus kita pahami dalam
perspektif yang luas, jauh lebih luas dari sekadar arus sumber daya keuangan
dan komoditi antar negara. Dengan membuka perekonomian dan masyarakat
mereka terhadap perniagaan dan perdagangan global, serta dengan berorientasi
ke luar, ke bangsa-bangsa lainnya di dunia, negara-negara berkembang tidak
hanya mengundang masuknya transfer barang, jasa, dan sumber daya
keuangan internasional, tetapi juga pengaruh pembangunan atau anti
pembangunan yang terkandung di dalam transfer teknologi produksi; pola
konsumsi; tatanan kelembagaan dan organisasional; sistem kesehatan dan
sosial; serta tatanan nilai, gagasan, dan gaya hidup yang lebih umum dari
negara-negara maju. Dampak dari transfer teknologi produksi, ekonomi ,
sosial. Dan budaya terhadap karakter proses pembangunan bisa sejalan atau
tidak sejalan dengan tujuan pembangunan yang lebih luas. Berbagai dampak
ini tergantung pada sifat struktur politik, sosial, dan kelembagaan dari negara
penerima transfer dan prioritas pembangunannya.

7.3.2 Lima Pertanyaan Dasar Mengenai Perdagangan dan
Pembangunan

Menurut Todaro dan Smith (2020), pembahasan terhadap teori-teori tradisional
dan kontemporer mengenai perdagangan internasional dalam konteks lima
tema atau pertanyaan mendasar tentang beberapa nilai penting tertentu bagi
negara-negara berkembang sebagai berikut:

78 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

1. Bagaimana cara perdagangan internasional memengaruhi tingkat,
struktur, dan karakter pertumbuhan ekonomi? Inilah kontroversi
tradisional dari “perdagangan sebagai mesin pertumbuhan”, dalam
hal aspirasi pembangunan kontemporer.

2. Bagaimana cara perdagangan mengubah distribusi pendapatan dan
kekayaan dalam suatu negara dan di antara berbagai negara? Apakah
perdagangan menjadi suatu kekuatan pemerataan atau
ketidakmerataan dalam lingkup internasional dan domestik? Dengan
kata lain, bagaimana keuntungan dan kerugian didistribusikan, dan
siapa yang memetik manfaatnya?

3. Dalam kondisi apa perdagangan dapat membantu suatu negara
mencapai tujuan pembangunannya?

4. Dapatkah negara berkembang secara mandiri menentukan seberapa
banyak perdagangan yang dilakukannya atau produk dan jasa apa
yang dijualnya?

5. Mengingat adanya pengalaman masa lalu dan penilaian prospektif,
apakah sebaiknya negara berkembang menerapkan kebijakan yang
berorientasi keluar (perdagangan yang lebih bebas, aliran modal dan
sumber daya manusia yang lebih luas, dan sebagainya) atau yang
berorientasi ke dalam (proteksi demi mencapai kemandirian), atau
paduan keduanya, misalnya dalam bentuk kerjasama ekonomi
regional dan kebijakan ekspor strategis ? Apakah argumen yang pro
dan kontra atas strategi-strategi perdagangan bagi pembangunan
ini?(Purba, Rahmadana, et al., 2021).

Jelas, jawaban atau saran bagi kelima pertanyaan dasar tersebut tidak akan
seragam dalam berbagai perekonomian di dunia negara berkembang.
Landasan ekonomi bagi perdagangan internasional bersandar pada kenyataan
bahwa setiap negara memiliki anugerah sumber daya, preferensi dan teknologi,
skala ekonomi, lembaga sosial dan ekonomi, serta kapasitas pertumbuhan dan
pembangunan yang berbeda. Tentu saja hal tersebut juga berlaku bagi negara
sedang berkembang.

Bab 7 Aspek Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Ekonomi 79

7.4 Keunggulan Komparatif dan
Keunggulan Absolut

Hampir tidak mungkin seseorang atau suatu keluarga memenuhi kebutuhan
mereka sendiri bahkan untuk hidup yang paling sederhana sekalipun, mereka
memperoleh keuntungan dengan terlibat dalam kegiatan yang paling sesuai
atau kegiatan di mana mereka memiliki keunggulan komparatif. Prinsip-
prinsip spesialisasi dan keunggulan komparatif yang sama ini telah lama
diterapkan oleh para ekonom untuk menggambarkan pertukaran barang
antarnegara. Terdapat beberapa pertanyan tentang faktor apa yang menentukan
jenis produk yang akan diperjualbelikan, apa yang menyebabkan suatu negara
memproduksi barang tertentu, sedangkan negara lain memproduksi produk
yang berbeda (Purba, Rahmadana, et al., 2021).

Di zaman Adam Smith memfokuskan perhatiannya kepada perbedaan
internasional dari segi biaya produksi dan harga yang ditawarkan pada
berbagai produk. Terdapat beberapa negara melakukan spesialisasi dalam hal
kegiatan penciptaan suatu produk yang unik dan bernilai karena mereka
menginginkan mempunyai keunggulan untuk melakukannya. Mereka
berspesialisasi, yaitu mengkonsentrasikan sumber daya pada produksi
sejumlah kecil komoditas dalam kegiatan di mana mereka mungkin bisa
mendapatkan keuntungan terbesar dari spesialisasi (Todaro and Smith, 2011).

Disamping keunggulan komparatif dan spesialisasi, konsep lain dalam
perdagangan internasional adalah keunggulan absolut. Keunggulan absolut
adalah produksi suatu komoditas dengan sejumlah sumber daya riil yang sama
seperti produsen lain tetapi dengan biaya unit absolut yang lebih rendah.
Contoh, Jerman mungkin mampu memproduksi kamera, mobil, sepeda motor
dan produk pertanian dengan biaya unit absolut yang lebih rendah dari Kenya.
Tetapi karena perbedaan biaya komoditas antara kedua negara ini lebih besar
untuk barang manufaktur ketimbang produk pertanian, maka akan lebih
menguntungkan bagi Jerman untuk berspesialisasi dalam memproduksi barang
manufaktur dan memperdagangkannya dan membeli produk pertanian dari
Kenya (Purba, Rahmadana, et al., 2021).

Jadi, walaupun Jerman memiliki keunggulan absolut (absolut advantage)
dalam biaya kedua komoditas tersebut, tetapi keunggulan biaya komparatifnya
terletak pada barang-barang manufaktur. Sebaliknya, Kenya mungkin tidak

80 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

memiliki keunggulan secara absolut dibandingkan dengan Jerman dalam
produk manufaktur dan pertanian dalam arti bahwa biaya produksi unit
absolutnya lebih tinggi bagi kedua jenis produk tersebut. Tetapi Kenya dapat
terlibat dalam perdagangan yang menguntungkan karena memiliki keunggulan
komparatif dalam spesialisasi produk pertanian. Fenomena perbedaan
keunggulan komparatif inilah yang memicu perdagangan yang saling
bermanfaat bahkan bagi mitra dagang yang paling timpang (Purba,
Rahmadana, et al., 2021).

7.5 Teori Perdagangan dan
Pembangunan: Argumen-Argumen
Tradisional

Todaro dan Smith (2020) menyatakan bahwa jawaban teoritis atas kelima
pertanyaan dasar mengenai perdagangan internasional dan pembangunan yang
berasal dari model perdagangan neo-klasik

1. Perdagangan dilakukan di suatu negara untuk merangsang ada
pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya aktivitas perdagangan
memberikan kontribusi yang besar dalam hal meningkatkan
konsumsi suatu negara dan output di dunia, serta mempermudah
untuk mendapatkan akses akan sumber daya yang langka di pasar
dunia. Maka dari itu, jika perdagangan tidak dilakukan akan
memberikan dampak yang negatif terhadap negara miskin, di mana
tidak akan mengalami pertumbuhan.

2. Perdagangan cenderung mendorong kesetaraan internasional dan
domestik dengan cara menyetarakan harga faktor, meningkatkan
pendapatan riil negara-negara yang berdagang, serta membuat
penggunaan anugrah sumber daya dunia dan setiap negara efisien

3. Perdagangan membantu negara-negara mencapai pembangunan
dengan mempromosikan dan memberikan manfaat bagi sektor-sektor
ekonomi di mana negara individu memiliki keunggulan komparatif,
baik dalam hal efisiensi tenaga kerja atau anugerah faktor.

Bab 7 Aspek Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Ekonomi 81

Perdagangan juga memungkinkan mereka untuk mengambil
keuntungan dari adanya skala ekonomis
4. Dalam dunia perdagangan bebas, harga dan biaya produksi
internasional akan menentukan seberapa banyak suatu negara
sebaiknya melakukan perdagangan dalam rangka memaksimalkan
kesejahteraan nasionalnya. Setiap negara akan bertindak sesuai
dengan prinsip keunggulan komparatif dan tidak akan mengganggu
mekanisme pasar bebas melalui kebijaksanaan pemerintah yang
mendorong ekspor atau membatasi impor.
5. Terakhir, untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan,
diperlukan kebijaksanaan internasional yang berorientasi keluar.
Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi
sebagian atau menyeluruh dianggap kurang baik secara ekonomi
untuk berpartisipasi dalam dunia perdagangan bebas tanpa batas
(Purba, Rahmadana, et al., 2021).

82 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

Bab 8

Pembangunan Ekonomi
Internasional

8.1 Pendahuluan

Pembangunan ekonomi adalah proses yang yang digunakan untuk mencapai
tujuan suatu negara. Tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Indikator pembangunan yang berhasil di suatu
negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara (Gede et al., 2018).
Maka harus ada upaya dan strategi diterapkan untuk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Definisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi berbeda. Pertumbuhan ekonomi di definisikan sebagai proses
terjadinya prningkatan pendapatan perkapita, yang terus menerus dalam jangka
panjang. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah upaya untuk
meningkatkan pendapatan perkapita atau pendapatan masyarakat. Upaya untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi dengan melalui pengolahan kekuatan
ekonomi potensi menjadi ekonomi rill dengan cara adanya penanaman modal,
aplikasi teknologi, peningkatan ilmu pengetahuan, peningkatkan keterampilan,
serta penambahan kemampuan mengelola bisnis dan organisasi. Oleh sebab itu
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi biasanya semangkin tinggi pula
kesejahteraan rakyatnya. Hal yang tidak kalah pentingnya pada upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah sumbangan dari perdagangan

84 Ekonomi Pembangunan: Strategi dan Kebijakan

internasional dan aktivitas internasional lainnya. Pembangunan Ekonomi
Internasional adalah pembangunan yang berkaitan dengan ekonomi antar
bangsa. Perekonomian suatu negara dinyatakan mengalami pertumbuhan
apabila terdapat peningkatan jumlah produksi barang dan jasa. Pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan aktivitas perekonomian di masyarakat yang akan
berdampak positif yakni kenaikan produksi barang dan jasa, serta akan
meningkatkan pendapatan nasional.Robert Solow berpendapat bahwa
Pertumbuhan Ekonomi adalah rangkaian kegiatan yang bersumber pada empat
faktor utama, yakni manusia, akumulasi modal, teknologi modern dan hasil
(output).

8.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi internasional memerlukan infrastruktur yang
memadai. Hal ini karena pembangunan ekonomi adalah upaya untuk
pengolahan kekuatan ekonomi yang berpotensi menjadi ekonomi rill melalui
upaya penanamanan modal, menggunakan teknologi untuk setiap aktivitas
ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan masyarakat, peningkatkan
keterampilan, serta peningkatan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Pembangunan infrastruktur tersebut akan sangat membantu pada proses
pembangunan. Hasil penelitian di Rusia menunjukkan perdagangan
internasional Rusia terkait erat di wilayah Barat Laut Rusia. Artinya pada
proses perdagangan Internasional harus didukung oleh logistic yang prima.
Logistik tersebut berada di wilayah barat laut Rusia. Di mana wilayah barat
laut Rusia menjadi sarana prasarana untuk menyediakan logistic bagi
kelancaran perdagangan internasional. Perdagangan internasional yang
membutuhkan waktu lebih cepat akan memberikan kontribusi untuk
pembangunan sosial ekonomi daerah (Andreeva et al., 2018)

Pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan perdagangan internasional, dapat
dilakukan dengan mengurangi biaya transaksi. Biaya transaksi adalah
intervensi kebijakan menghasilkan keunggulan komparatif. Selain menjadi
keunggulan komparatif juga mendorong pada pertumbuhan perdagangan
internasional. Instansi pemerintah China telah memperkenalkan sejumlah
kebijakan untuk mendukung e-commerce lintas batas yang berkembang pesat
digunakan mempromosikan perdagangan internasional China. Dengan
menggunakan kemajuan teknologi Internet, e-commerce. Cina mampu telah

Bab 8 Pembangunan Ekonomi Internasional 85

memperoleh pertumbuhan yang dipercepat selama sepuluh tahun terakhir.
Menurut laporan China Electronic Commerce Research Center, transaksi e-
commerce China mencapai sekitar 30% dari PDB (W, Wang and Lee, 2017)

Keunggulan dari Perdagangan internasional yakni : (1) memasukan devisa ke
dalam negeri bagi fihak eksportir dan produsen, (2) karena peningkatan
eksport maka akan meningkatkan jumlah produksi / volume produksi
meningkat berdampak positif pada tersedianya kesempatan kerja baru, (3)
terjadinya transfer barang ke luar negeri akan diikuti dengan masuknya modal
kedalam negeri, (4) terjadi pemindahan teknologi dari luar negeri kedalam
negeri.

8.2.1 Gross Domestic Product (GDP)

Pembangunan ekonomi Internasional suatu negara dapat dilihat dari
pertumbuhan Gross Domestic Product. Menurut Stevia Manopode, Amran
Naukoko (2019) bahwa pertumbuhan ekonomi adalah ukuran utama dari
keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan dapat di lihat dalam
Produk Domestik Bruto yang dihasilkan tiap tahun. Konsep Produk Domestik
Bruto (PDB) di negara-negara berkembang adalah konsep yang paling
penting apabila dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Hal
ini karena PDB adalah salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
yang sering digunakan (Abrianto, Prameswari and Harits, 2019)

GDP GROWTH NEGARA DI ASEAN
(Tahunan %)

20
15
10

5
0
-5

IND MALAY SINGA THAI VIE

Gambar 8.1: GDP Growt Negara ASEAN (Tahunan Dalam %) Sumber :
FAO, 2021
2222222222222222000000000000000010001001001100013456278910120345


Click to View FlipBook Version