The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Langkah Ananta adalah karya Gendis Sewu SDN Banyu Urip 3 Surabaya.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sawahansurabaya, 2022-06-19 23:08:16

Langkah Ananta

Langkah Ananta adalah karya Gendis Sewu SDN Banyu Urip 3 Surabaya.

Keywords: Antologi Cerpen

bingung dan langsung pulang ke rumah tanpa minta
maaf.

Sesampai di rumah, aku menangis dan
bercerita pada Ibu.

“Ibu ... Ibu ...” teriakku dengan menangis.
“Kenapa Nez?” tanya Ibu.
“Aku bingung Bu. Tadi aku merusakkan
mainan Ayu,” ucapku.
“Loh kok bisa? Kamu sengaja?” tanya Ibu.
“Enggak kok, Bu. Aku tidak sengaja. Aku
harus bagaimana, Bu?” kataku.
“Ya sudah, kamu kan ada uang dari beberapa
saudara, ambillah separuh untuk menggantikan
boneka milik Ayu. Kamu harus belajar untuk
bertanggung jawab,” ucap Ibu.
“Hhemm … ya Bu. Besok anterin Inez untuk
pergi ke toko boneka ya Bu,” kataku.
“Iya sayang. Sekarang waktunya tidur,” kata
Ibu.
Keesokan hari, aku dan Ibu pergi ke toko
boneka di tengah kota. Aku memilih boneka yang
menurutku sangat cantik.

38

“Hhmm bingung pilih yang mana? Semuanya
cantik dan lucu,” gumamku.

Setelah beberapa menit memilih, aku
memutuskan memilih boneka barbie dengan motif
baju bunga berwarna baby blue. Setelah itu, aku dan
Ibu pulang menuju ke rumah Ayu.

Aku melihat Ayu sedang menonton televisi.
Ibu Ayu menyapa aku dan Ibuku.

“Eh ada Inez dan Bunda. Mari silakan masuk,”
sapa Ibu Ayu.

“Tante, Inez mau mengganti boneka Ayu yang
semalam Inez rusak,” ucapku sambil memberikan
boneka yang baru.

“Iya Bund, maaf atas perlakuan Inez
semalam,” sambung Ibuku.

“Oh tidak apa-apa kok. Namanya juga anak
kecil, tidak sengaja merusaknya,” kata Ibu Ayu.

“Sebentar, saya panggilkan Ayu ….”
Ayu keluar dengan Ibunya. Lalu aku minta
maaf ke Ayu atas kejadian semalam.
“Iya tidak apa-apa kok Nez. Terima kasih
sudah menggantikan boneka ku ya.” kata Ayu.

39

Aku dan Ayu saling salaman dan berpelukan.
Hari sudah mulai malam, saya berpamitan

untuk pulang. Sampai di rumah, saya langsung cuci
kaki dan langsung tidur.

Pagi hari, saya dan keluarga bersiap untuk
kembali ke Surabaya. Keesokannya kami kembali ke
Surabaya dengan selamat.

40

PEMUDA YANG SUKSES

Oleh Ahfika Chienar Azalea

Di suatu waktu hiduplah seorang anak laki-laki yang
bernama Pangeran Brawijaya Bhayangkara. Ia
sering di panggil Brawijaya. Saat duduk di kelas tiga
SD, sering di-bully oleh teman-teman sekelasnya.
Saat Brawijaya di-bully, ia tetap semangat belajar di
sekolah. Razkara yang mem-bully Brawijaya karena
sangat membencinya.

Suatu hari, Brawijaya menceritakan kepada
teman kelasnya tentang cita-cita masa depan.
Brawijaya ingin menjadi seorang polisi yang hebat,
tetapi Brawijaya dihina oleh Razkara.

“Brawijaya, kamu yakin jadi polisi? Kamu mau
jadi polisi beneran atau polisi tidur?” kata Razkara
sambil menertawakan.

Namun, Brawijaya terdiam tidak
mengeluarkan sepatah kata pun.

41

Sepulang sekolah, Brawijaya dihadang oleh
sekelompok teman Razkara yang akan mem-bully.
Brawijaya diancam,

“Awas kau Brawijaya jika nilaiku lebih rendah
darimu,” ujar Razkara terlihat sangat marah. Namun
Brawijaya tetap terdiam.

Hari berlalu, Brawijaya telah beranjak dewasa.
Brawijaya duduk di kelas enam. Ia pernah mengikuti
olimpiade di negara lain. Tahun 2018, ia berada di
negara Jerman untuk mengikuti olimpiade . Tahun
2022, ia berada di Turki. Brawijaya berhasil meraih
medali emas. Ia telah mendatangi beberapa negara
untuk mengikuti olimpiade Matematika. Razkara
semakin kesal.

“Aku sangat membenci Brawijaya,” ujar
Razkara sangat kesal.

Suatu hari Brawijaya lupa mengerjakan PR. Ia
bergegas bangun pukul 03.00 untuk mengerjakan
PR. Selesai mengerjakan PR, ia kembali untuk
melanjutkan tidurnya. Setelah beberapa jam, pukul
06.00 pun akhirnya tiba. Brawijaya terlihat sangat
pulas dan belum menyiapkan perlengkapan sekolah.

42

Ibu yang melihat anaknya sangat terkejut dan segera
membangunkannya.

“Wahai anakku Brawijaya, bangunlah, Nak!
Bersiaplah ke sekolah,” ucap Ibu yang sangat lembut.

Brawijaya akhirnya terbangun dan tidak
menjawab ucapan Ibu.

“Anakku, mengapa kau tidak menjawab?”
tanya Ibu.

Brawijaya tetap saja terdiam dan
menganggukkan kepala.

“Wahai anakku, jawablah Ibu. Ibu tidak akan
memarahimu,” ucap Ibu.

“Ibu, aku takut sekali. Temanku Razkara
selalu mem-bully ku. Aku menjadi tidak percaya diri.
Aku tidak ingin sekolah Bu,” ujar Brawijaya.

“Anakku Brawijaya, Ibu tahu bagaimana
perasaan kamu. Memang di dunia ini ada orang yang
tidak suka dengan kita, tapi kita harus selalu optimis.
Ibu sudah memaafkanmu nak,” kata Ibu.

“Sudahlah, Nak … berangkatlah ke sekolah,”
imbuh Ibu.

“Baiklah Bu,” jawab Brawijaya.

43

Brawijaya berangkat ke sekolah. Walaupun ia
hanya anak seorang penjual gorengan, ia tetap
semangat sekolah untuk meraih prestasi dan impian
masa depan. hari-hari dilalui, tak terasa Brawijaya
telah berada di bangku kuliah. Brawijaya ingin
mewujudkan impiannya menjadi seorang polisi.

Lima tahun kemudian, Brawijaya akhirnya
mencapai impiannya menjadi seorang polisi.

“Ini benar kamu, Nak?” tanya Ibu pada
Brawijaya.

“Ibu ini aku Brawijaya,” jawab Brawijaya.
Razkara yang dulu mem-bullynya sangat
terkejut.
“Ini kamu Brawijaya?” kata Razkara.
“Iya ini aku,” jawab Brawijaya.
Razkara telah menyesali perbuatannya
dengan meminta maaf pada Brawijaya.

44

PERSAHABATAN

Oleh Adivika Nailah R

CIP… CIP… CIP…
Kicauan burung menghiasi suasana pagi hari. Sebut
saja namaku Nina. Aku terbangun dan beranjak dari
tempat tidur. Menyiapkan baju dan perlengkapan
sekolah, lalu aku mandi. Aku merasa bahagia engan
memakai seragam baru. Yup, aku siswa baru di
tahun ini. Sebenarnya bukan siswa yang baru banget
tapi hanya pindahan dari kelas saja.

Oya, aku siswi kelas lima yang terdiri delapan
rombel. Aku pindah di rombel B.

“Ibu, aku berangkat,” ucapku.
“Iya hati-hati …,” jawab Ibu.
“Baik,” jawabku.
Aku berangkat menggunakan sepeda. Setelah
menempuh 10 menit perjalanan, sampailah aku di
sekolah. Tidak lupa aku menyapa Pak Satpam yang
kutemui di depan pagar sekolah.
“Selamat pagi Pak,” sapaku.

45

“Selamat pagi,” ucap Pak Satpam tersenyum.
Huft akhirnya sampai juga, batinku.
Aku melewati lorong sekolah sambil mencari
dimana kelasku yang baru. Aku bertemu dengan
siswi yang sedang lewat.
“Em Kak, kelas 5-B dimana ya?” tanyaku.
“Kalau nggak salah di lantai 3 ruangan
kedua” jawab Kakak kelas 6.
“Makasih ya Kak,” ucapku.
KRING … KRING … KRING ….
Bel sekolah berbunyi kencang. Semua siswa
memasuki kelasnya masing-masing. Aku memasuki
kelas yang baru. Pak Hari sebagai wali kelasku.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Pak Hari.
“Selamat pagi Bapak,” sahut semua siswa.
“Anak-anak, pagi hari ini kita kedatangan
teman baru,” kata Pak Hari.
“Nina, silahkan maju ke depan. Sapa teman-
temanmu,” ucap Pak Hari.
“Halo, perkenalkan namaku Nina,” ucap Nina.
“Silakan Nina duduk di tengah bangku yang
kosong,” kata Pak Hari.

46

“Baik Pak,” jawabku.
Aku duduk di bangku tengah. Aku sebangku
dengan laki-laki yang bernama Seo.
“Rambutmu bagus Nin,” kata Seo.
“Salam kenal,” kataku.
Mata pelajaran pertama yaitu matematika. Aku
menikmati pelajaran tersebut karena aku
menyukainya. Setelah 1 jam pelajaran bel istirahat
berbunyi.
KRING … KRING … KRING ….
Ada yang beli jajanan di kantin, bermain
lompat tali, dan berbincang.
“Hai Nin … Ayo kita ke kantin,” ucap Hana.
“Boleh,” ucapku.
Aku dan Hana menuju kantin.
“Teman-teman kita ada teman baru loh,
namanya Nina,” ucap Hana.
“Hai Nina. Nama ku Maria,” ucap Maria.
“Disampingku Bunga,” lanjut Maria sambil
menunjuk Bunga.
“Hai teman-teman. Salam kenal ya,” kataku.
Aku dan ketiga temanku ngobrol banyak hal.

47

Kami juga memesan makanan dan minuman.
“Eh kalian tau enggak sih? Kasihan ya si Mina.

Dia di pindah ke kelas 5C,” ucap Maria.
“Memangnya dia kenapa?” kataku.
“Dia sering bertengkar sama kakak kelas.

Sampai pernah masuk ke ruangan BK,” ucap Bunga.
“Dia sering dipanggil oleh Kepala Sekolah

karena ulahnya yang sering berantem dengan kakak
kelas. Tapi ya … tetap begitu, enggak berubah,”
lanjut Bunga..

“Oh begitu, kok aneh ya? Kenapa dia seperti
itu?” ucap Hana.

Tidak lama makanan dan minuman kami
datang. Kami menikmati makanan sambil ngobrol.

KRING … KRING … KRING …
Jam istirahat telah usai. Aku dan teman-teman
bergegas kembali ke kelas. Pelajaran ke 2 yaitu
penjaskes. Siswa kelas 5B menuju ke lapangan
untuk berolahraga. Ada yang berbeda saat olahraga,
ternyata Seo tidak ikut pelajaran. Aku mencarinya
ternyata dia di kamar mandi. Kepala dia berdarah.

“Eh kamu kenapa?” tanyaku.

48

“Aku dipukul oleh murid kelas 6,” ucap Seo.
“Ya ampun. Kok bisa? Ya udah aku antar
kamu ke UKS,” ucapku.
“Iya,” jawab Seo.

Aku dan Seo pergi ke UKS. Aku mengobati

kepalanya dengan obat merah dan aku tutup lukanya

dengan hansaplast.
“Kamu istirahat saja ya,” ucapku.
“Makasih ya Nin,” kata Seo.
“Sama-sama,” jawabku.

Aku lanjut olahraga. Murid kelas 5B memutari

lapangan sebanyak 3 kali. Setelah itu kami bermain

lompat tali dan basket. Selesai olahraga, kembali ke

kelas dan beristirahat sebentar.

Mata pelajaran ke 3 yaitu IPA, Pak Hari

memasuki kelas. Tiba-tiba beliau membagikan

selembar kertas ke murid. waktunya ulangan
“Anak-anak sekarang

harian IPA,” ucap Pak Hari.

“Ya … Kita belum siap Pak,” ucap serentak

siswa.
“Baiklah. Kalian boleh melihat buku asalkan

49

poin kalian Bapak kurangi 10,” kata Pak Hari.
“Ya ampun Pak. Jangan begitulah Pak,” ucap

salah satu siswa.
Alhasil semua siswa sibuk dengan ulangan harian.
Selesai 1 jam ulangan, aku bergegas untuk pulang
dan beristirahat. Hari ini aku sangat gembira karena
mendapatkan teman yang baik.

50

BIS ANTAR KOTA

Oleh Shifa Khairani Syalia

Namaku Natia, murid kelas empat di Sekolah Negeri
Surabaya. Aku mempunyai adik bernama Satria.
Walau masih kecil dia bisa menjadi sahabatku. Di
rumah, kami hidup bahagia bersama Ayah dan Ibu.
Hari Sabtu nanti kami akan pergi keluar kota untuk
berkunjung ke rumah Paman.

Aku dan Satria bersemangat karena ini adalah
kali pertama kami ke rumah Paman. Kami akan
menginap beberapa hari di rumah Paman di desa.
Tempatnya berada di bawah kaki gunung yang asri.
Aku sudah membayangkan tempatnya yang sangat
indah dengan udaranya yang sejuk.

Hari yang ditunggu pun tiba.
“Dek bangun ya … ayok cepat bersiap …,”
kataku.
Adik bergegas mandi, selesai mandi Satria
terlihat bingung memilih baju untuk dipakai.
“Kenapa, Dek?” tanyaku.

51

"Iya, Mbak, mau pilih baju yang aku suka,
gambar spiderman ....”

“Tuh … ada di tumpukan bawah,” jawabku.
Jam dinding menunjukkan pukul 10.30, kami
sekeluarga berangkat ke Terminal Bungurasih. Ayah
mengeluarkan motornya. Agar sampai ke terminal bis
kami sekeluarga naik kendaraan roda 2 karena lebih
mudah dan murah menurut Ayah.
Saat kami tiba di Terminal Bungurasih, aku
terpaku dan terpana melihat kemegahan terminal bis
kota tempat tinggalku yang sangat besar dan rapi.
Kami berjalan menuju bis sesuai tujuan. Ayah
menggandeng tanganku, karena kondisi terminal
yang ramai. Satria menggandeng tangan Ibu. Sambil
berjalan, kubaca satu per satu tujuan keberangkatan
yang tertulis di atas bis.
"Itu bis yang ke Ngawi Yah!" kataku.
“ Iya …,” jawab Ayah.
Kami menuju bis dengan tujuan ke kota
Ngawi. Bersama-sama menuruni tangga. Kemudian
kami melihat seorang wanita berteriak meminta
tolong.

52

"Copet … copet …!” teriak wanita yang
meminta tolong.

Ibu menghampiri seorang wanita yang
berteriak dan terlihat wajahnya pucat sekali.

“Ke mana larinya copet itu?” tanya Ibuku.
“Ke sana,” jawab wanita yang kehilangan
barangnya sambil menunjukkan ke arah larinya
pencopet.
Terminal sangat ramai, banyak hilir mudik
sehingga tidak bisa membedakan mana orang yang
mencopet barang wanita tersebut.

Kulihat Pak Satpam menghampiri wanita
tersebut dan mendengarkan penjelasan dari wanita
yang dicopet. Kami segera berlalu, berjalan menuju
bis tujuan Ngawi.

“Kita harus hati-hati di tempat keramaian,
karena banyak kejahatan di sekitar sini," kata Ibu.

“Jangan memakai perhiasan yang mencolok
karena bisa mengundang kejahatan,” imbuh Ibu.

Kami sampai di bis yang kami tuju, yaitu bis
cepat Eka. Kami naik ke dalam bis yang berhawa

53

sejuk karena ACnya. Tempat duduk di depan sudah
penuh, kami duduk di kursi deretan kelima dari
depan. Aku memilih duduk di dekat jendela. Tak lama
bis berangkat dari terminal. Bis kami lewat jalan
bebas hambatan atau jalan tol.

Pak Kernet menanyakan tujuan kami dan
menyebutkan ongkos yang harus dibayar untuk
empat orang dan kami mendapatkan air minum
kemasan. Di perjalanan, kami menikmati
pemandangan yang sangat indah. Sawah menghijau,
rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan hingga
hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi,
serta sungai yang terlihat jernih.

Tidak terasa, aku tertidur dan bersandar di
lengan Ayah hingga bis sampai ke kota tujuan kami
yaitu Kota ngawi. Kami pun turun dan segera menuju
ke rumah Paman. Kami menghabiskan waktu di sana
dengan hati gembira.

54

LIBURANKU DI DESA

Oleh Kyla Anastasya Wibowo

Namaku Kyla, aku tinggal bersama Mama, Papa, dan
Adikku. Di pagi hari yang indah, aku sedang bersiap
untuk pergi ke desa Nenek dan Kakekku. Kami
berangkat pukul 4 pagi dengan mengendarai mobil.
Di tengah perjalanan, bensin mobil kami habis
sehingga kami perlu mengisinya terlebih dahulu.
Setelah selesai membeli bensin kami melanjutkan
perjalanan dan terjebak macet.

Setelah cukup lama dalam perjalanan, kami
menyempatkan untuk mampir membeli oleh-oleh
untuk Nenek dan Kakek di desa. Usai membeli oleh-
oleh kami melanjutkan perjalanan ke desa dan
langsung menuju rumah Nenek.

TOK … TOK … TOK ….
“Assalamualaikum,” sapaku sambil mengetuk
pintu.
“Waalaikumsalam, ayo masuk,” jawab Nenek
dari dalam rumah.

55

Aku masuk dan segera mencuci tangan serta
kakiku. Kemudian Mama memintaku untuk
membelikan bumbu masakan di warung, karena
Mama akan segera memasak bersama Nenek untuk
makan siang.

Sepulang dari membeli bumbu masakan di
warung, aku pulang untuk membantu Mama dan
Nenek menyiapkan makanan, tetapi saat aku
membantu menyiapkan makanan, tidak sengaja aku
menjatuhkan piring.

PYAARR …!
“Aduh piringnya pecah …!” teriakku kaget dan
panik.
“Loh, piringnya kok pecah,” ucap Nenek kaget
sambil berjalan mendekat.
“Aku enggak sengaja Nek, maaf ya Nek,”
kataku menyesal.
“Iya, lain kali harus hati-hati ya,” jawab Nenek
menenangkan.
“Iya, Nek,” jawabku tetap terdiam takut Nenek
marah.

56

“Ya udah itu biar Mama yang beresin, kamu
makan aja dulu,” kata Mama .

“Iya Ma,” jawabku berlalu

Satu jam berlalu, waktunya makan siang.

Kami menyantap makanan yang telah Mama dan

Nenek masak. Rasanya enak sekali. Tidak lupa,

setelah makan aku membereskan makanan dan

piring yang telah aku pakai.

Setelah itu, aku pergi bermain sepeda di

sekitar sungai dekat rumah bersama temanku di

desa. Di sela waktu bermain, aku sempat mampir

membeli jajanan yang ada di pinggir sungai untuk aku

nikmati di bawah pohon mangga dan aku sambil

mengobrol dengan temanku.

Setelah selesai bermain aku menyempatkan

untuk membelikan jajanan untuk Adikku, kemudian

aku pulang. pulang,”
“Assalamualaikum,” sapaku.
“Waalaikumsalam, kamu sudah

jawab Mama dari dalam rumah menyapaku.
“Iya, Adik kemana?” tanyaku.
“Adik di kamar lagi tidur,” jawab Mama pelan.

57

“Ya… aku udah bawa jajan,” jawabku sedikit
kecewa.

“Ya udah jajannya taruh di meja aja,” jawab
Mama mencoba menenangkanku.

Jajanan yang ku bawa untuk Adik, segera ku
letakkan di meja. Kemudian aku masuk ke kamar
untuk mandi karena sudah sore.

Usai mandi, aku ikut Mama ke pasar untuk
membeli sayuran dan ayam untuk dimasak sebagai
makan malam, namun saat kami dalam perjalanan
pulang, tiba-tiba cuaca mendung dan turun hujan
yang deras.

“Maaaa …, hujaaaan …!” teriakku panik.
“Iya, ayo kita neduh dulu,” jawab Mama
tenang.
Kami mencari tempat dan berteduh di warung
yang sedang tutup sambil menunggu hujan berhenti.
Saat hujan reda, Kami segera pulang untuk
menyiapkan makan malam dan makan bersama.
Selesai dari makan malam, aku kembali ke
kamarku untuk bermain ponsel. Namun, saat sedang
main hp, teman-temanku memanggil mengajakku

58

bermain. Akhirnya aku menyuruh mereka masuk ke

kamarku. Mereka melihat banyak buku dan terlihat

gembira.
“Ini camilan sama minumannya,” kata

Mamaku masuk ke kamar membawa beberapa

makanan .
“Waaah … terima kasih ya, Tanteeee …,”

ucap teman-temanku senang. Mama dengan
“Sama-sama,” jawab

tersenyum.

Kami makan camilan yang diberikan sambil

membaca buku cerita.
“Kyla, aku mau pinjam bukumu, boleh?” tanya

Ratna
“Iya pinjem aja,” jawabku.

Tidak terasa sudah pukul 10 malam.
“Kyla, aku pulang ya, udah malam nih,” kata

Dimas
“Ya udah, hati-hati ya,” jawabku
“Iyaaa, daaah … pulang dulu ya …,” jawab

teman-temanku seraya berdiri dan berjalan keluar

59

Setelah semua temanku pulang, aku bersiap
tidur. Paginya, aku bangun lalu membereskan tempat
tidur. Kemudian aku mandi dan membantu Mama
membereskan barang-barang yang akan Kami bawa
pulang. Setelah itu Kami memasukkan barang-
barang ke bagasi mobil. Kami pun berpamitan pada
Nenek dan Kakek untuk pulang. Namun, di tengah
perjalanan kami hendak mampir dulu ke toko untuk
membeli camilan.

“Yah, tokonya tutup,” kataku sedih.
“Ya sudah, tidak apa, nanti kita cari yang lain
ya,” jawab Ayah.
Hingga akhirnya, ada toko kecil yang buka.
Kami pun mampir untuk membeli minuman dan
camilan. Setelah itu, Kami melanjutkan perjalanan
sembari makan camilan yang baru saja ku beli. Saat
aku makan camilan, tidak sengaja menumpahkan
minuman di dalam mobil.
“Yah, minumannya tumpah,” kataku panik dan
takut Ayah akan marah.
“Lah kok bisa tumpah sih minumnya,” kata
Mama.

60

“Maaf Ma. Aku enggak sengaja,” kataku
menyesal.

“Cepetan ambil tisu! Hati-hati dong,” jawab
Mama.

Segera kubersihkan tumpahan yang ada di
mobil. Tak lama sudah hampir sampai di rumah. Saat
sudah sampai, aku langsung mencuci tangan dan
kakiku. Lalu aku langsung pergi ke kamarku untuk
tidur siang agar tidak capek dan sakit.

61

TEMAN-TEMANKU

Oleh Florentia Ivana

Sellyn duduk di kelas 4 SD. Ia hanya tinggal bersama
Ayahnya. Ibu Sellyn meninggal saat melahirkan
Sellyn. Ia mempunyai sahabat bernama Jihan dan
Zahra, Jihan adalah anak yatim piatu. Ayah dan
Ibunya meninggal karena kecelakaan. Ia tinggal
bersama Kakek dan Neneknya. Sementara Zahra
adalah anak yang kurang mampu. Zahra juga tinggal
bersama Kakek dan Neneknya, karena Ayah dan
Ibunya berada di luar kota untuk bekerja.

Hari Senin Jihan tidak masuk sekolah karena
sakit. Zahra dan Sellyn ingin mengunjungi Jihan.

“Zahra … setelah sekolah nanti ke rumah
Jihan, yuk …” ajak Sellyn.

“Yuhu … boleh, nanti kita langsung ke rumah
Jihan?” tanya Zahra.

“Yuhuu … tidak, kita pulang dulu nanti baru ke
rumah Jihan” jawab sellyn.

“Oh baik,” jawab Zahra.

62

Pukul 14.30, Sellyn menjemput Zahra di
rumahnya, Sampai di rumah Jihan mereka
dipersilahkan masuk ke kamar Jihan. Jihan yang
makan bubur, terkejut melihat sahabatnya datang
melihat ia sedang makan.

"Oh... kalian, silakan masuk,” kata Jihan.
"Hai Jihan..." sapa Sellyn dan Zahra
bersamaan.
"Kenapa kalian ke sini? … Oh tidak-tidak maaf
… maksudku kalian harusnya telepon aku dulu,” ucap
Jihan.
“Ya … kan kejutan untukmu,” jawab Zahra.
Ha … ha … ha …
“Benar... kami kira kau merasa biasa saja …
ternyata kau begitu terkejut … “ jawab Sellyn.
Mereka pun bersenda gurau. Saat Sellyn ke
kamar mandi, Zahra mulai bicara pada Jihan.
“Jihan … sebelum kesini Sellyn malas loh
untuk ikut, dia berkata malas bertemu dengan mu,"
bohong Zahra.
"Benarkah? aku tidak percaya?" tanya Jihan.

63

"Benar, apa kau tidak percaya padaku?, aku
tidak mungkin berbohong pada sahabatku sendiri"
ucap Zahra mayakınkan Jihan.

”Uhh … tidak apa-apa yang penting Sellyn
sudah di sini untuk bertemu denganku," ucap Jihan.

Hari Jum’at Jihan sudah sembuh dan bisa
masuk sekolah seperti biasa. Mereka belajar,
bermain, dan pulang bersama. Semakin hari Zahra
mulai tersingkirkan. Zahra Seperti tidak dianggap
setelah berbohong pada Jihan soal Sellyn. Zahra
ingin menghancurkan persahabatan mereka dengan
cara memfitnah Sellyn, hanya karena ingin Jihan
menjadi sahabat Zahra. Zahra mendekati Jihan,
karena merasa keluarga Jihan akan bisa membantu
Ayahnya yang terlibat hutang.

Saat Jihan dan Sellyn jalan-jalan, Zahra
sengaja menyuruh seseorang untuk menemui Sellyn
yang sedang menunggu Jihan ke toilet. Zahra
meminta orang suruhannya agar terlihat sangat
akrab pada Sellyn.

64

Saat orang suruhan Zahra berada di dekat
Sellyn, dia pura-pura terjatuh, Sellyn yang melihat
segera menolong,

“Oh … apa kau baik-baik saja?" tanya Sellyn
cemas.

“Iya aku tidak apa-apa,” jawab orang suruhan
Zahrą.

"Uww … baiklah, oh ya namaku Sellyn
…kamu?” tanya Sellyn.

“Aku Sinta, salam kenal Sellyn … " jawab Sinta.
Sinta dan Sellyn saling berbincang.

Jihan melihat keakraban sahabatnya terkejut,
karena Jihan merasa tidak seakrab mereka.

Jihan langsung pergi dari taman bermain. Jıhan
tidak pernah melihat Sellyn bisa seakrab itu dengan
orang lain selain bersama dirinya dan Zahra. Dari
jauh, Zahra melihat Jihan marah merasa senang
karena persahabatan mereka mulai hancur.

Hari berganti hari, Sinta dan Sellyn semakin
akrab. Sementara Jihan mulai terlupakan dari pikiran
Sellyn karena dia selalu sibuk bersama Sinta. Sinta

65

bahkan pindah ke sekolah Sellyn dan Jihan agar
selalu bisa bersama.

Jihan tidak dapat menahan emosinya, menjadi
marah pada Sellyn.

"Oh … Sellyn apa kau masih ingat padaku?"
tanya Jihan.

"Jihan … ? Oh kenalkan dia Sinta
sahabatku," jawab Sellyn.

"Sahabat? … lalu aku siapa?” kesal Jihan.
“Kau? … tentu saja kau sahabatku juga lah,”
ucap Sellyn.
“Sahabat? … sepertinya kau dekat dengan
Sinta?” keluh Jihan.
“Mmm … maaf aku tidak bermaksud merusak
persahabatan kalian” ucap Sinta.
"Huh … mulai sekarang persahabatan kita
putus, percuma kita bersahabat tapi kau sibuk
berteman dengannya!” ucap Jihan.
Usai kejadian tersebut, Jihan tidak pernah bertemu
lagi dengan Sellyn. Jika bertemu Sellyn dan Sinta,
Jihan akan pergi.

66

Ujian tengah semester selesai, Zahra
diumumkan Ibu Guru pindah sekolah keluar kota
karena Ayahnya pindah ke Jakarta. Ia pergi tanpa
berpamitan. Sellyn menyadari perbuatannya yang
mengabaikan Jihan dan Zahra. Ia merasa bersalah.
Sellyn pun segera meminta maaf pada Jihan, namun
ternyata Jihan juga harus pindah kota karena
mengikuti keluarganya.

Waktu berlalu, mereka kini naik ke kelas 5 SD,
Sellyn dan Sinta tetap sekelas. Mereka hanya berdua
tanpa Jihan atau Zahra. Ketika liburan, sellyn dan
Sinta pergi ke Kebun Binatang.

“Lihat … Sinta ada singa …” ucap Sellyn
sambil menunjuk kandang singa.

“Oh … iya singanya sangat besar,” ucap
kagum Sinta.

“Kau seperti belum pernah lihat singa ya …”
ucap Sellyn sambil tertawa.

Ha … Ha …Ha …
Kini Sellyn dan Sinta selalu bersama. Mereka sering
tertawa dan berjanji untuk selalu bersama. Setiap

67

malam minggu mereka jalan-jalan ke mall, taman
kota, dan tempat-tempat seru lainnya.

68

KEBAIKAN SI PENGGEMBALA

Oleh Efrial Erner Exsianti

Di sebuah desa yang terpencil dekat hutan, hiduplah
seorang laki-laki sebatang kara yang bernama Ali.
Setiap pagi ia selalu menggembala domba-
dombanya di bukit dekat rumah. Saat domba-domba
tersebut memakan rumput ia biasanya
menghabiskan waktu dengan membaca buku di
bawah pohon atau mencari rumput untuk persediaan
makanan di kandang. Sesekali ia memperhatikan
domba-dombanya.

Pada siang hari saat perjalanan pulang dari
bukit, Ali memandikan domba-dombanya di tepi
sungai. Sesampainya di rumah, ia membersihkan
kandang domba, menyiapkan makanan dan air
minum di kandang. Setelah itu menggiring domba-
dombanya untuk kembali ke dalam kandang.

Saat menjelang sore ia mulai membersihkan
rumah dan menyiapkan makanan untuk makan
malam untuk dibagikan ke tetangga terdekatnya.

69

Setelah itu, selesai makan malam ia menghabiskan
waktu dengan menonton acara televisi.

Keesokan hari Ali bangun lebih pagi untuk
salat subuh dan membersihkan pekarangan rumah.
Saat sedang sibuk membersihkan semak-semak,
tiba-tiba seorang pedagang buah menawarinya
buah-buahannya.

“Pagi, mas. Mau beli buah?” kata si pedagang
kepada Ali.

“Boleh Bang, ada buah apa saja?” sahut Ali.
“Ada semangka, apel, pepaya. Banyak Mas,
tinggal pilih,” kata si pedagang.
“Saya mau 2 semangka dan apel 1 kilo.
Totalnya berapa, Bang?” imbuh Ali.
“50 ribu tapi saya potong jadi 40 ribu saja,”
jawab si pedagang.
“Wah terima kasih ya, Bang. Semoga laris
manis,” jawab Ali senang sekaligus mendoakan.
“Amin terima kasih juga, Mas,” kata si
pedagang sambil berpamitan.
Setelah itu Ali melanjutkan membersihkan
pekarangan rumah sembari menyiapkan peralatan

70

yang dibutuhkan untuk menggembala domba. Ia juga
tidak lupa membawa bekal roti dan buah-buahan
yang dibelinya tadi.

Pada pukul 06:30 pagi, Ali mulai berangkat
menggembala. Saat di perjalanan, ia bertemu
seorang nenek yang merupakan salah satu tetangga
yang ia beri makanan tadi malam.

“ Hei, Ali! mau berangkat menggembala?”
Nenek tersebut menyapanya.

“Iya, Nek,” jawab Ali.
“Terima kasih ya untuk makanan tadi malam.
Enak sekali,” kata Nenek.
“Iya, Nek, sama-sama. Ali pamit berangkat
dulu ya,” jawab Ali sambil berpamitan
“Ya, hati-hati, Al. Jangan menggembala
sampai ke hutan dan jangan pulang terlalu larut,” kata
si Nenek.
Setelah itu Ali melanjutkan perjalanannya
menuju bukit. Sesampainya di bukit, Ali membiarkan
domba-dombanya untuk bermain dan memakan
rumput, sedangkan Ali melanjutkan membaca

71

bukunya kemarin sambil memakan roti di bawah
pohon.

Saat Ali sedang asyik membaca buku, ia
menjadi tidak memperhatikan sekelilingnya. Tanpa ia
sadari datanglah seorang pencuri yang mengambil 2
ekor dombanya dan membawanya pergi dari bukit.
Setelah Ali selesai membaca buku, ia pun
merenggangkan badan sejenak sambil
memperhatikan sekelilingnya. Ia terkejut saat
menyadari bahwa dombanya berkurang 2 ekor. Ia
segera menyusuri segala tempat di bukit mulai dari
peternakan hingga perkebunan warga sekitar, tetapi
tidak kunjung menemukan domba-dombanya.

Apa domba-dombaku kabur ke hutan ya?
batin Ali saat sedang beristirahat sejenak setelah
berjam-jam berlari ke sana ke sini mencari domba-
dombanya.

Kemudian Aldi bergegas masuk ke dalam
hutan. Beberapa waktu masuk ke dalam hutan, Ali
sudah mulai sedikit kehilangan arah. Tetapi ia tetap
melanjutkan pencariannya. Sampai tanpa disadari

72

hari semakin sore dan ia sudah masuk semakin
dalam ke hutan.

Matahari semakin tak terlihat dan malam pun
menyelimuti hutan,

Aduh lelah sekali, lebih baik aku istirahat dulu
sambil menunggu matahari terbit” batin Ali saat
melihat gubuk reyot di depannya.
Ia pun menghampiri gubuk itu, mengetuk pintu.

TOK … TOK … TOK ….
Setelah beberapa saat dan mengucap salam
dan tidak mendapat sahutan, Ali membuka pintu
gubuk tersebut. Tidak ada siapapun di dalam, hanya
ada tempat tidur dan beberapa peralatan rumah
tangga, seperti piring sendok dan garpu yang sudah
sangat kotor dan berdebu. Ali membersihkan gubuk
tersebut, kemudian ia tidur terlelap.
Keesokan paginya ia terbangun karena suara
cuitan burung. Ia pun keluar dari gubuk untuk
mencari sungai yang bisa digunakan untuk mandi.
Dan saat di perjalanan ia mendengar suara perutnya
yang kelaparan. Akhirnya ia memutuskan untuk

73

mencari makanan terlebih dahulu sembari mengingat
jalan pulang.

Ali menemukan pohon apel yang banyak
buahnya. Saat ia akan memetik beberapa buah apel,
ternyata ada seekor ular berbisa yang sedang
mengawasinya. Ali menyadarinya, kemudian ia
mencari batu untuk membunuh ular itu. Setelah ular
itu mati Ali segera memetik buah apel dan
memakannya.

Banyak binatang yang berbahaya dan
tanaman yang beracun. Aku harus lebih berhati-hati
setelah ini” gumam Ali sambil berjalan dan mulai
mencari domba dombanya.

Sementara itu di desa, si Nenek tetangga Ali
menghampiri rumah Ali untuk memberinya kue bolu.

TOK … TOK … TOK ….
“Ali? Ali?”
Setelah mengetuk dan memanggil Ali berkali-
kali, tetap tidak terdengar sahutan dari dalam rumah.
Nenek pun menjadi khawatir dan mencoba bertanya
tetangganya.

74

“Apakah kamu melihat Ali pulang?” tanya
Nenek kepada salah satu tetangganya.

“Tidak Nek, memang kenapa?” jawab
tetangga Ali.

“Ia sepertinya belum bulan sejak pergi
menggembala kemarin pagi,” kata nenek dengan
khawatir.

“Coba Nenek tanya ke tetangga yang lain.
Mungkin saja ada yang sempat melihat Ali pulang,”
saran si tetangga.

“Baiklah. Terima kasih ya, Nak,” kata si nenek
sambil pergi.

Setelah bertanya ke tetangga-tetangganya,
banyak yang berkata bahwa tidak ada yang melihat
Ali sejak kemarin. Akhirnya si Nenek melaporkan ke
Kepala Desa tentang hilangnya Ali, berharap agar
warga segera melakukan pencarian.

Saat melakukan pencarian, warga
menemukan domba-domba Ali di bukit. Salah satu
warga langsung membawa domba-domba itu pulang
ke rumah Ali dan memberinya makanan. Sedangkan
warga yang lain berpencar untuk mencari Ali.

75

Setelah beberapa hari melakukan pencarian,
akhirnya Ali ditemukan oleh warga di gubuk yang ia
tinggali selama berada di hutan. Ali pun pulang
dengan selamat berkat bantuan warga.

76

BERSAHABAT DI SEKOLAH

Oleh Kinaya Maulidya

Pagi ini aku berangkat sekolah dengan riang
gembira. Aku berangkat ke sekolah dengan berjalan
kaki karena sekolahku berada tak jauh dari rumah.
Saat hendak berjalan, kulihat langit sangat cerah,
membuatku semakin bersemangat untuk sekolah.
Aku berangkat bersama saudaraku yang bernama
Agnes dan temanku yang bernama Atika. Kami
bertiga bersekolah di SDN Banyu Urip III Surabaya.
Agnes dan Atika adalah teman yang baik dan
periang.

KRIINGG ... KRIINGG … KRIINGG ….
Bel sekolah berbunyi
Aku, Agnes, dan Atika masuk ke dalam kelas. Saat
jam pelajaran pertama selesai, berganti ke jam
istirahat Agnes dan Atika mengajakku untuk bermain.
“Nay, kita main di lapangan yuk!" ajak Agnes
dan Atika.
"Yuk, tapi Kita mau bermain apa?” tanyaku.

77

"Gimana kalau kita bermain lompat tali atau
petak umpet?" tanya Atika.

"Lompat tali kayaknya seru,” jawab Agnes.
”Iya lompat tali aja, pasti seru!” jawabku sambil
kegirangan.
Aku, Agnes,dan Atika larut dalam kegembiraan.
Harapanku, semoga kami bisa selalu bermain
bersama jika kami sudah besar nanti. Tapi kalau kami
sudah besar, mungkin kami juga akan sibuk dengan
urusan kami masing-masing, pikirku.
Setelah bermain aku merasa lapar, aku
mengajak Agnes dan Atika pergi ke kantin untuk
makan karena aku tidak membawa bekal. Begitulah
aku, saking semangatnya ke sekolah, sampai lupa
membawa bekal.
"Agnes … Atika … yuk ke kantin perutku
sudah lapar! Aku lupa bawa bekal,” ajakku.
"Yuk … perutku juga lapar!” ucap Agnes.
"Aku ikut!” jawab Atika.
Saat aku, Agnes dan Atika pergi ke kantin
ternyata kantinnya tutup, sehingga kami berkeliling
untuk mencari kantin yang buka.

78

Setelah kami berkeliling, ada satu kantin yang
masih buka. Kami langsung mencari tempat duduk
dan memesan makanan.

"Akhirnya setelah berkeliling masih ada kantin
yang buka,” ucapku.

"Iya, kenapa kantin di dekat kelas tutup?"
tanya Atika sambil kebingungan.

"Iya, jadi terpaksa kita harus jauh-jauh kesini,"
ucap Agnes.

"Karena Bu Rosi, Ibu kantin yang di sana
sedang pulang ke desa. kalau Bu Dini, Ibu kantin
yang dekat sini sedang sakit,” sahut Bu Yana, Ibu
Kantin yang sedang menyiapkan pesanan makanan
kami.

"Kasihan Ibu Dini. Semoga cepat sembuh,"
jawabku, Agnes, dan Atika.

"Terima kasih anak-anak sudah mendoakan,
nanti Ibu sampaikan ke Ibu Dini ya," ucap Bu Yana.

“Sama - sama, Bu,” ucapku, Agnes dan Atika
lagi.

Aku, Agnes dan Atika sudah selesai makan.

79

Bel masuk kelas berbunyi. Aku, Agnes, dan
Atika bergegas masuk ke dalam kelas

"Anak - anak ayo masuk kelas waktunya jam
pelajaran kedua,” ucap Pak Guru.

"Baik, Pak," jawab anak - anak.
Aku, Agnes, dan Atika duduk dibangku masing-
masing.

"Anak-anak sekarang kita mulai belajar
Matematika,” ucap Pak Guru.

"Duh, bagaimana ini aku tidak bisa mata
pelajaran Matematika," kata Atika sambil
menggerutu.

"Kenapa Atika, apa yang kamu bingungkan?"
tanyaku.

“Nay, aku tidak bisa Matematika,” jawab Atika
sambil kebingungan.

"Tidak apa Atika. Aku dan Agnes akan
mengajarimu menghitung, betul tidak, Agnes?”
tanyaku kepada Agnes.

“lya, benar Atik. Kita akan membantumu
menghitung Matematika," jawab Agnes.

80

Atika pun merasa sedikit lega karena aku dan
Agnes akan mengajarinya. Namun sepertinya Atika
belum juga mengerti caranya.

“Seperti ini cara mengerjakannya,” ucap
Agnes.

“lya, Agnes tapi aku masih belum begitu
paham," kata Atika.

“Tidak apa Atika, kita belajar sedikit demi
sediklt. Jangan malu bertanya kepada kita atau Pak
Guru,” jawabku.

Setelah cukup berlatih akhirnya sedikit demi
sedikit Atika mengerti cara mengerjakan tugas
matematikanya. Atika pun berterima kasih kepadaku
dan Agnes karena telah mengajarinya.

"Terima kasih ya Naya, Agnes sekarang aku
tahu cara mengerjakan Matematikanya,“ ucap Atika
dengan hati yang gembira.

"Alhamdulillah kalau begitu, tingkatkan terus
belajarmu ya Atika. Jangan mudah putus asa,"
jawabku dan Agnes.

“Siap Naya … Agnes," ucap Atika.
"Ayo kita kumpulkan tugasnya," kata Agnes.

81

"Ya Allah, semoga aku mendapatkan nilai
yang bagus. Aamiin,” ucap Atika dalam doanya.

"Aamiin," kataku dan Agnes.
Aku, Agnes dan Atika mengumpulkan tugas
Matematikanya. Alangkah terkejutnya Atika
mendapat nilai A. Atika sangat terkejut karena hasil
kerja kerasnya mendapat nilai yang bagus.
“Bagaimana Atika?" tanyaku pada Atika.
"Alhamdulillah Nay, aku dapat nilai A, nilai
yang bagus. Semoga aku selalu semangat belajar
dan tidak mudah putus asa,” jawab Atika dengan hati
yang senang.
"Aamiin!" ucapku.
"Aamiin, semoga aku juga," kata Agnes.
KRING … KRING … KRING .…
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku, Agnes, dan
Atika merapikan barang-barang yang ada di meja.
Kami pulang sekolah dengan hati yang gembira
karena mendapat nilai yang bagus.
Sepulang sekolah Atika menceritakan
bagaimana caranya mendapat nilai yang bagus
kepada Ibunya.

82

"Ibu, di sekolah aku mendapat nilai A!” ucap
Atika kepada Ibunya.

"Bagaimana caranya sampai mendapatkan
nilai yang bagus begitu, Nak?" tanya Ibunya sambil
kebingungan.

"Tadi aku sempat ingin putus asa karena tidak
tahu cara menghitungnya. Namun, ada Naya dan
Agnes yang dengan sabar mengajariku hingga bisa.
Aku juga memperhatikan ketika Pak Guru
menerangkan tugas," jawab Atika.

“Wah, bagus sekali, nanti malam sebelum
tidur kamu belajar agar mendapatkan nilai yang
bagus ya, Nak!" kata ibu Atika.

"Baik, Bu,” jawab Atika lagi.
Atika pun belajar kemudian tidur dalam
keadaan senang. Ia menjadi lebih giat dan semangat
dalam belajar, terlebih pelajaran Matematika.

83

BELAJAR MENULIS CERITA

Oleh Aulia Rayhan Nur Ramadhan

Pada suatu hari di sekolah, Ibu Guru memberi tugas
kelompok dengan teman sebangku yaitu membuat
cerita fabel di kertas folio dan dikumpulkan besok
lusa. Saat jam istirahat, Bobi berbicara kepada teman
sebangkunya bernama Lina.

“Lina, bagaimana jika kita mengerjakannya
besok saja di pondok dekat lapangan?” tanya Bobi.

“Baiklah, tetapi jam berapa kita kumpulnya?”
tanya Lina balik.

“Kita kumpul di pondok pukul 10 pagi saja.
Oke!” ucap Bobi.

“Oke!” jawab Lina.
Keesokan harinya, Bobi sedang menonton
televisi. Bobi lupa jika ia harus ke pondok karena
terlalu asyik menonton televisi. Ia pun bersiap-siap
dengan secepat mungkin. Bobi berlari ke pondok dan
kelelahan lalu memutuskan untuk beristirahat.
Setelah istirahat beberapa menit, Bobi kembali berlari

84

dan sampai di pondok. Ia meminta maaf kepada Lina
karena terlambat datang.

“Lina, aku minta maaf karena aku terlambat
datang,” ucap Bobi.

“Tidak apa-apa Bobi, tetapi jangan diulangi
lagi, ya,” jawab Lina.

“Oh iya kita ‘kan belum membeli kertas folio,
ayo kita beli dulu,” ajak Bobi.

“Baiklah!” jawab Lina.
Sampai di toko, ternyata tokonya tutup. Bobi
dan Lina tidak cepat menyerah mereka mencari toko
alat tulis lainnya. Sudah banyak toko yang dihampiri,
tetapi semua tutup.
“Bobi, bagaimana ini? sudah 4 toko dihampiri
tetapi semua tutup,” tanya Lina.
“Bagaimana ya?” ucap Bobi.
Bobi berpikir sejenak.
“Aha, aku tahu! Bagaimana jika aku dan
Ayahku yang mencarinya? Lalu kau yang membuat
ceritanya? Aku akan datang ke rumahmu jika sudah
dapat kertas folionya,” ujar Bobi.
“Baiklah Bobi,” jawab Lina.

85

Setelah itu, Bobi bergegas pergi ke rumah dan
mencari Ayahnya. Ternyata Ayahnya ada di ruang
kerja. Bobi meminta Ayahnya untuk membantu
mencari kertas folio dan Ayah menyetujuinya.

Saat di perjalanan, mereka melihat satu toko.
Mereka pun mendatanginya. Ternyata toko itu milik
Ayahnya Endo. Endo adalah teman satu kelas. Dari
dulu Endo tidak berteman baik dengan Bobi. Mereka
pun bertengkar di toko.

“Kenapa kau kesini, Bob? Ini kan toko milik
Ayahku,” tanya Endo.

“Aku tidak tahu jika toko ini milik Ayahmu. Aku
hanya ingin membeli kertas folio,” jawab Bobi.

“Ayahku tidak mungkin memberi kertas folio
padamu meski diberi uang,” ucap Endo.

“Kamu jangan seperti itu. Aku tidak pernah
ada masalah sama kamu, kenapa kamu selalu tidak
suka denganku?” tanya Bobi.

“Terserah aku … aku memang tidak suka
denganmu. Kamu terlalu pintar di kelas,” ucap Endo.

Setelah itu Ayahnya Endo muncul ternyata
beliau sangat baik. Ayah Endo sudah mendengar

86

percakapan Endo dan Bobi. Beliau memberi kertas
folionya secara gratis atas ucapan minta maaf karena
kelakuan anaknya.

“Endo, kamu tidak boleh seperti itu dengan
Bobi. Bagaimana pun dia adalah temanmu. Cepat
kamu minta maaf dengannya,” ucap Ayah Endo.

“Iya aku minta maaf,” kata Endo.
Lalu Bobi dan Ayahnya berterima kasih
kepada Ayahnya Endo. Setelah itu Bobi dan Ayahnya
langsung ke rumah Lina.
Di rumah Lina, Bobi langsung mengetuk pintu
rumah dan dibukakan oleh Lina.
“Lina aku sudah dapat kertas folionya,” ucap
Bobi.
“Pas sekali. Aku juga baru menyelesaikan
sebagian cerita,” ucap Lina.
“Baiklah. Aku akan menyelesaikan lanjutan
ceritanya dan kita menyalin bersama,” kata Bobi.
“Oke!” jawab Lina.

87


Click to View FlipBook Version