The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini menceritakan Seseorang yang tidak punya pendidikan formal, bahkan SD pun tidak. Namun karena intuisi, talenta, intelektualitas, kecakapan dan keberanian yang diberikan kepadanya, bisa melakukan banyak hal yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dahram A., 2021-07-21 10:30:06

Profesorku Tanpa Pendidikan Formal

Buku ini menceritakan Seseorang yang tidak punya pendidikan formal, bahkan SD pun tidak. Namun karena intuisi, talenta, intelektualitas, kecakapan dan keberanian yang diberikan kepadanya, bisa melakukan banyak hal yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang.

Keywords: biografi,lempu,jaling,watampone,dahram,bukaka,bone,bugis,abdullah,kasaming,maggu,nurul jannah,miftahul jannah,pendidikan anak,filsafat bugis,teori ekonomi klasik

PROFESORKU TANPA PENDIDIKAN FORMAL
GURU BESAR DUNIA AKHIRAT

Penulis:
Dahram Abdullah
Editor: Tetty Septina

Email: [email protected]
Twitter: @Dahram
All right reserved

Cetakan pertama: 2021
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak

karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin penerbit.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................... 1
Nyawa Ayam Lebih Berharga Dari Nyawa Manusia ...................... 3
Dimanakah Gerangan Ayahku? ................................................. 7
Kemerdekaan Hak Setiap Orang ............................................. 13
Membangun Aqidah Tauhid .................................................... 28
Kemampuan Anak Layaknya Mesin.......................................... 31
Filsafat Wanita...................................................................... 37
Hidup pasan-pasan ............................................................... 39
Semangat Kewirausahaan ...................................................... 44
Pergaulan Dusun Tapi Wawasan Mendunia ............................... 48
Pertanian, Astronomi & Ekonomi ............................................. 51
Ibuku Sayang ....................................................................... 58
Seniman Kecapi Bugis ........................................................... 60
Multivitamin, Pinicillin, Paracetamol ......................................... 62
Teori Ekonomi Klasik ............................................................. 66
Syukur Alhamdulillah............................................................. 70
Penutup ............................................................................... 75
Biografi Penulis..................................................................... 77

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Mengenang 40 hari wafatnya seseorang di sebagian besar wilayah
Indonesia merupakan tradisi yang turun temurun. Sebagian orang
memaknai sebagai sebuah ritual yang harus dilakukan, sebagian
lainnya sebagai kegiatan untuk mengenang dan sekaligus mengirim
doa selamat kepada almarhum, sebagian lagi menganggap sebagai
praktek ritual yang tidak seharusnya dilakukan.

Kami dalam posisi memanfaatkan momen ini sebagai sarana untuk
mengirim doa kepada almarhum dan momen silaturahim keluarga
besar almarhum, kerabat, sahabat, tetangga, dan handai tolan.

Allah SWT. memberikan kepada seseorang talenta, kecerdasan,
keahlian dan intuisi. Pandangan orang terhadap pemberian itu bisa
dimaknai sebagai sebuah kelebihan bagi orang lain, tapi juga bisa
menjadi kekurangan bagi sebagian orang. Sudut pandang orang
yang melihat akan menentukan apakah itu sebuah kekurangan
atau sebuah kelebihan.

Buku ini kami tulis sebagai media untuk merekam talenta,
kecerdasan, keahlian, intuisi, pandangan, nasehat dan kebiasaan-
kebiasaan almarhum semasa hidupnya untuk kami kenang
selamanya. Mudah-mudahan juga bisa menjadi inspirasi dan
dorongan semangat untuk melanjutkan ide-ide besar dan nasehat-
nasehat almarhum yang bisa bermanfaat bagi kita yang masih
hidup.

Tulisan-tulisan yang ada di buku ini sangat subyektif karena ditulis
oleh seorang anak yang sangat mengidolakan ayahnya. Bahkan
judul dari buku ini pun “Profesorku Tanpa Pendidikan Formal”
sangat subyektif sebagai sebuah ungkapan hati dari seorang anak

1

yang mendapatkan banyak ilmu dunia dan akhirat dari seorang
ayah yang tidak punya pendidikan formal sama sekali, bahkan
tingkat pendidikan SD pun tidak ada.
Tidak punya pendidikan formal bukan berarti buta huruf dan buta
paham. Konsep pendidikan almarhum yang menurut saya sangat
brilian adalah penekanan terhadap pemahaman. Konsep ini
akan dibahas lebih lengkap di Bab khusus pendidikan.
Panggilan sehari-hari kami anak-anaknya kepada almarhum adalah
“Aji”. Ini merupakan sebuah tradisi di kampung jika seorang Ayah
sudah menunaikan ibadah Haji, maka anak-anaknya dan orang lain
akan memanggil Haji, yang dalam kesehariannya disingkat “Aji”.
Dalam tulisan ini, Aji kadang dipanggil Dullah, kadang Abdullah,
kadang H. Abdullah. Panggilan tersebut pada dasarnya sama saja,
tergantung masa dan situasi di mana kisahnya diceritakan.
Selamat membaca, semoga anda mendapat inspirasi dan nilai-nilai
positif dalam kehidupan anda sehari-hari.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Penulis

2

NYAWA AYAM LEBIH BERHARGA DARI NYAWA
MANUSIA

Masa-masa kehidupan sulit antara Tahun 1942 – 1970 juga dialami
oleh masyarakat di Dusun Lempu, Desa Jaling, Kecamatan
Awangpone, Kab. Bone, Sulawesi Selatan.

Periode 1942-1945 merupakan periode Perang Dunia ke II dimana
invasi Jepang ke Indonesia, termasuk pedalaman Dusun Lempu
juga menerima dampak buruknya. Rakyat dipaksa melakukan
“Romusha” -semacam kerja paksa sesuai dengan keinginan dan
perintah tentara Jepang. Bahkan harta benda milik pribadi rakyat
pun bisa diambil dengan dalih untuk kepentingan saudara tua.

Akibatnya rakyat tidak bisa beraktifitas secara leluasa seperti
biasanya untuk mengurus lahan pertanian, perkebunan, ternak,
perdagangan, dan aktifitas-aktifitas rutin lainnya.

Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945 memang berhasil
menghentikan invasi Jepang ke Indonesia akan tetapi dampaknya
tidak langsung hilang, bahkan semakin parah karena adanya
kelangkaan bahan bakar minyak, bahan makanan sangat minim,
bahan pakaian tidak ada. Sampai-sampai bahan karung goni pun
yang sangat kasar dan gatal dijadikan pakaian karena tidak ada
pilihan lain. Kalaupun ada harganya sangat mahal dan tidak
terjangkau oleh masyarakat umum. Hukum dasar ekonomi
mengenai permintaan dan penawaran tidak bisa distop gegara
perang. Jika permintaan barang lebih tinggi dari barang yang
tersedia, maka harga barang akan naik bahkan tak terkendali
seiring dengan semakin langkanya barang di pasaran.

Belum pulih dari situasi yang mencekik ini, ada lagi gerakan
melawan pemerintah RI yang dikenal sebagai gerakan Darul

3

Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang di Sulawesi Selatan
dipimpin oleh Kahar Mudzakkar.

Kehidupan masyarakat pun semakin parah dari semua sendi-sendi
kehidupan. Di masa inilah masyarakat dusun lempu di Desa Jaling
hidup di 2 sistem politik dan pemerintahan yang berbeda. Di
dusun Lempu dan beberapa wilayah pedesaan lainnya hidup di
sistem politik yang diatur oleh DI/TII, yang oleh masyarakat
setempat dikenal sebagai masa “Gurilla” - sebuah istilah setempat
untuk Gerilyawan DI/TII. Sementara di perkotaan yang notabene
di kuasai oleh Pemerintah RI di bawah operasi TNI, hidup di sistem
politik yang diatur oleh Pemerintah RI.

Beberapa aturan sepihak yang dikeluarkan oleh Gerilyawan yang
mambuat rakyat semakin sengsara antara lain produk-produk
industri seperti gula pasir, terigu dan rokok putih tidak boleh
digunakan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah kekuasaan
para gerilyawan karena dianggap produk orang kafir sehingga
haram dimakan. Kalau ketahuan ada yang menggunakan, siap-
siap barangnya disita dan orangnya atau keluarganya akan
mendapat ganjaran berupa siksaan fisik yang bisa berakhir pada
eksekusi mati. Sangat mengerikan!

Pada zaman ini, orang yang bisa makan dengan menu nasi jagung
dicampur nasi, sepotong ikan asin dan semangkok sayur daun
kelor termasuk orang beruntung karena bisa menikmati makanan
istimewa.

Gerakan politik G30S/PKI bukan hanya ada di Jakarta dan Pulau
Jawa. Gerakan ini juga sampai di pelosok-pelosok negeri termasuk
Dusun Lempu. Bahkan pada akhir-akhir periode DI/TII, gerakan
politik ini semakin membuat kehidupan rakyat tambah suram dan
mencekam. Banyak rakyat yang karena ketidaktahuannya hanya

4

ikut-ikutan sebagai simpatisan atau bahkan karena paksaan ikut
menjadi simpatisan. Dan puncaknya pada saat penumpasan
gerakan ini oleh pemerintahan order baru, rakyat biasa pun banyak
yang ikut menjadi korban karena kebodohan dan
ketidaktahuannya. Yang menjadi algojo bukan dari TNI akan tetapi
dari sesama warga sendiri atau bahkan saudara sendiri yang
menentang gerakan tersebut. Ini situasi benar-benar kacau balau
yang susah membedakan mana lawan mana kawan.

Pada masa-masa darurat sipil ini, Aji dan beberapa orang tua
sampai mengatakan nyawa seekor ayam lebih berharga dari nyawa
manusia. Untuk membunuh seekor ayam masih perlu upaya untuk
mengejar dan menangkapnya untuk disembelih. Sementara
seorang manusia jika para gerilyawan mengatakan bersalah, golok
atau senjata langsung mengeksekusinya tanpa proses persidangan.
Nyawa manusia pun melayang. Bahkan pada beberapa kasus,
orang yang mau dieksekusi disuruh menggali dulu kuburannya.
Sangat biadab!

Pada masa darurat sipil inilah banyak orang eksodus pergi dari
kampung halamannya meninggalkan sawah ladangnya untuk
menyelamatkan hidup. Ada yang lari ke kota, ada yang berlayar
menyeberang lautan sampai ke Jawa, Riau, Kalimantan, Singapura
dan Malaysia dengan bekal seadanya. Mungkin beberapa
diantaranya ada juga yang tenggelam dan mati dalam
perjalanannya mencari kehidupan yang lebih baik dari kampung
halamannya.

Bagi yang tidak bisa pergi dengan berbagai alasan masing-masing,
tinggal menunggu nasib. Kapan ajal menjemput, entah pagi hari,
siang atau malam hari. Apakah akan dieksekusi oleh para
Gerilyawan ataukah oleh prajurit TNI ataukah oleh oknum-oknum

5

di antara keduanya yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan
pribadi atau kelompoknya.

Di antara kerasnya kehidupan yang disampaikan diatas ada
seorang kembang desa yang memiliki paras cantik yang menawan
dengan kulit yang putih bersih yang terkenal di seantero dusun.
Kembang desa ternyata memang benar adanya, tidak hanya ada di
film-film layar tancap ataupun web series seperti Dylan yang
populer bagi anak-anak milenial sekarang ini. Masyarakat
setempat memberikan julukan tersendiri kepada para kembang
desanya yang menggambarkan keanggunan dan kecantikan sang
gadis. Seandainya pada saat itu ada facebook atau instagram atau
twitter, maka sudah bisa dipastikan follower-nya berjuta-juta.
Bahkan pemuda-pemuda usil pasti akan mengirim DM ke
instagramnya sang kembang desa atau friend request di akun FB-
nya untuk menjadi idola atau bahkan menjadi TTM (Teman Tapi
Mesra).

Namun sayang seribu sayang, saat itu belum ada Instagram dan
Facebook. Kalaupun ada sang pemuda usil pun pasti akan kecewa
berat karena orang tua sang gadis telah menjodohkannya dengan
seorang pemuda tampan yang merupakan sepupunya sendiri.
Jaman itu bukan jaman sekarang di mana anak yang sudah dewasa
bisa menentukan nasibnya sendiri dengan sepenuh hatinya.
Apalagi seorang gadis pasti akan mendapatkan perlindungan super
ketat dari orang tua dan kerabatnya. Ingat! Ini masih dalam
suasana darurat sipil.

Siapakah gerangan sang pemuda tampan dan kembang desa yang
dimaksud? Temukan jawabannya di bab-bab berikut.

6

DIMANAKAH GERANGAN AYAHKU?

Orang tua pada umumnya jika melihat anaknya sudah cukup umur
dan mental untuk menikah, pasti dicarikan cara supaya anaknya
mencari pendamping hidup. Kadang-kadang sang Ibu sambil
bergurau bertanya kepada anak lakinya, siapa tuh teman mainnya
yang rambutnya hitam sebahu. Cantik juga tuh parasnya dan
kayaknya asyik tuh diajak ngobrol. Di kesempatan lain, sang Ibu
pun sambil penuh harap, Nak mau gak temani ibu ke pengajian Ibu
Wati. Nanti kamu bisa ngobrol sama anaknya. Cantik lho! Kira-
kira begitulah tingkah polah seorang Ibu jika sudah menginginkan
anak lakinya segera menikah.

Hidup seseorang memang terasa hanya setengah jiwa tanpa
seorang pendamping hidup di sebelahnya. Tidak salah kata
pepatah bahwa pendamping hidup adalah belahan jiwa kita.
Maggu sebagai orang tua pun memiliki pandangan yang sama
mengenai urusan pernikahan anak.

Melihat anaknya yang bernama Ambottang tidak menunjukkan
gejala yang agresif untuk mencari kekasih hati, akhirnya ia
berinisiatif untuk mencarikan pasangan terbaik untuk anaknya.
Namun siapakah gerangan gadis yang cocok untuk
mendampinginya. Tengok ke tetangga kanan, kiri, depan dan
belakang belum ada yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Pada saat yang tak terduga-duga sebelumnya tiba-tiba sekelebat
terngiang dan terlintas di kepala bukankah ada seorang gadis nan
cantik dan rupawan dengan budi pekerti yang mulia yang menjadi
buah bibir bagi segenap pemuda desa.

Pikiran di kepala dan perasaan di hati pun berkecamuk, apakah
sang gadis mau menerima anaknya menjadi suaminya, apakah

7

anaknya mau dinikahkan dengan gadis tersebut, apakah orang tua
si gadis mau menerima lamarannya, seberapa besar mahar yang
diminta oleh orang tua sang gadis, apakah ...., bagaimana ...., di
mana..... dan masih ada segudang pertanyaan di kepala yang
berkecamuk sepanjang malam yang tidak tahu seperti apa
jawabannya. Memang ruwet dan kompleks kalau menyangkut hati
dan perasaan. Tidak ada formula matematikanya, bahkan orang
pintar sekaliber Einstein pun tidak mampu merumuskannya.

Tak dinyana-nyana, istrinya yang bernama Mari menenangkan
sang Suami. Ambona (dalam terminologi bugis, panggilan ambona
adalah panggilan sayang seorang istri/anak kepada suami/ayah),
untuk urusan pernikahan Ambottang tidak usah terlalu gundah
gulana. Tak perlu terlalu dirisaukan. Gadis itu bukankah
keponakan kita sendiri. Ayo kita bicarakan baik-baik dengan orang
tuanya. Insya Allah jika kita berniat baik dan memang anak kita
berjodoh dengannya, pasti Allah SWT. akan memudahkan jalannya.
Begitulah sang Istri meredam gejolak batin sang suami terkait
perjodohan anaknya dengan sang kembang desa.

Dalam masyarakat bugis jaman dulu, pernikahan anak antar
kerabat dekat banyak terjadi. Bahkan ada prinsip, kalau masih ada
keluarga dekat, kenapa harus mencari orang lain.

Sang kembang desa yang bernama asli Kasaming akhirnya
dijodohkan dengan sang perjaka tulen Ambottang untuk menjadi
sepasang suami istri. Pada saat hari pernikahan berlangsung,
semua keluarga besar dan tetamu bersuka cita atas
terselenggaranya pernikahan ini. Kekhawatiran-kekhawatiran
Maggu sebelumnya menjadi sirna seketika setelah dilangsungkan
pernikahan sepasang sejoli ini.

8

Di salah satu pojok baruga (tempat resepsi pernikahan) ada
banyak tamu dan kerabat jauh yang kepo dan bertanya-tanya dari
mana asal-usulnya sang mempelai perempuan sampai-sampai
Maggu mau menikahkan anak kebanggaanya dengan gadis
tersebut. Dalam batinnya, gadis tersebut pasti seorang gadis yang
sangat istimewa nan cantik jelita. Maggu adalah seorang petani
sukses di kampungnya, sampai-sampai setiap tiang rumah
panggungnya yang megah terikat seekor kerbau besar yang sehat.
Belum lagi sawah ladangnya yang luas yang hasilnya tidak habis 7
turunan, batin sang tamu berkata dengan wajah yang penuh tanya.

Catatan: Kerbau pada jaman itu merupakan harta yang sangat
berharga karena selain sebagai sumber protein, kerbau sangat
diperlukan oleh petani untuk membajak sawah. Semakin luas
sawahnya semakin banyak kerbau yang dibutuhkan oleh para
petani untuk membajak sawah. Tak heran jika kerbau menjadi
simbol status sosial dari seseorang. Kalau dianalogikan dengan
kehidupan sekarang ini, seekor kerbau sama seperti halnya mobil
yang diparkir di garasi atau halaman rumah. Semakin banyak
mobil yang terparkir di halaman rumah maka orang akan melihat
status sosial seseorang semakin tinggi.

Salah seorang keluarga dekat yang mengerti situasi pun mendekat
dan mengobrol santai dengan tetamu yang kepo dan penasaran.
Dia menjelaskan bahwa sang mempelai wanita lahir dan besar di
Bukaka. Keluarga besarnya juga merupakan keluarga besar dari
Maggu. Karena tinggal di kampung yang berbeda jadi kita tidak
terlalu kenal. Begitulah kira-kira penjelasan singkat yang diberikan
untuk menghilangkan rasa penasaran para tamu yang kepo
tersebut.

Seperti halnya kampung-kampung lainnya, Bukaka pun merupakan
perkampungan keluarga besar Kasaming. Bisa dikatakan hampir
semua penduduk aslinya ada hubungan kekerabatan. Salah

9

seorang diantaranya adalah sepupunya yang bernama Kera (dalam
terminologi Bugis, ma-kera berarti berparas cantik).

Dalam perjalanan hidupnya, Hj. Kera memiliki seorang anak yang
bernama Hj. Athirah yang bersuamikan dengan H. Kalla. Salah
seorang anak yang sangat populer dari pernikahan ini iyalah H.
Muh. Jusuf Kalla yang biasa di singkat JK.

Sepasang suami istri tentu saja mengharapkan kehadiran buah hati
sesegera mungkin. Alhamdulillah, Ambottang dan Kasaming, pun
segera dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Saguni. Tiga
tahun setelahnya, Allah SWT. kembali menganugerahi seorang bayi
laki-laki yang diberi nama Dullah. Dullah merupakan panggilan
sayang seorang ayah dan ibu, namun sesungguhnya nama
lengkapnya adalah Abdullah.

Ambottang sebagai seorang suami sangat bertanggung jawab
terhadap keluarganya. Kebutuhan materi dan non meteri dengan
sepenuh jiwa dan raga dia usahakan untuk dicukupi. Aktifitas rutin
dimulai setiap jam 3 pagi untuk mengurus keperluan makanan dan
minuman kerbau. Selanjutnya berlanjut ke aktifitas pertanian pada
saat musim tanam padi. Di luar itu, aktifitas utamanya sebagai
pedagang emas keliling terus dijalankan dari satu kampung ke
kampung lainnnya, dari satu pasar ke pasar lainnya.

Semangat yang tinggi, disiplin waktu, kerja keras nan cerdas yang
didorong oleh rasa tanggung jawab yang besar terhadap keluarga
menjadikan Ambottang sebagai saudagar dan petani sukses di
kampungnya. Harta warisan dari orang tuanya yang terbilang
cukup lumayan tidak membikin dia berleha-leha, akan tetapi malah
terus ditambah dan dikembangkan. Dia bukan tipe anak yang
mengandalkan harta warisan dari orang tuanya.

10

Kasaming pun semakin menikmati perannya sebagai ibu rumah
tangga dalam mengurus suami dan anak-anaknya. Si bungsu
Dullah menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga di usianya yang
belia yang mulai mengerti kehidupan. Ada banyak tingkah polanya
khas anak-anak yang memberikan hiburan tersendiri bagi
Ambottang dan Kasaming dalam cengkerama keluarga yang akrab
dan hangat. Tidak heran, setiap kali Ambottang pulang dari
bepergian pasti membeli sesuatu oleh-oleh yang menjadi kesukaan
anak-anaknya.

Dalam masa-masa keluarga ini menikmati manisnya hidup, tiba-
tiba pada suatu sore, Kasaming kaget dan bertanya-tanya kenapa
suaminya belum pulang padahal hari sudah mulai gelap. Tidak
biasa-biasanya pulang terlambat. Dalam situasi kalut seperti ini,
dia tetap berusaha menenangkan diri dan berusaha berpikir positif,
mungkin suaminya mampir dulu di rumah keluarga lainnya untuk
suatu alasan yang penting. Meskipun berusaha meredam pikiran-
pikiran negatif, namun perasaannya tetap gelisah, mata tidak bisa
terpejam meskipun ayam sudah mulai berkokok di waktu pagi-pagi
buta. Oh suamiku dimanakah gerangan engkau berada? Jangan
menyiksa batin dan perasaanku yang tidak karuan ini. Ya Allah ya
Rabb, lindungilah dan selamatkanlah suamiku.

Keesokan harinya mulailah mencari-cari informasi dan kabar ke
tetangga, kerabat, teman dan handai tolan Ambottang. Namun tak
seorang pun yang bisa memberikan jawaban pasti keberadaannya.
Beberapa hari kemudian ada kabar angin yang memberikan
informasi bahwa Ambottang terakhir terlihat di daerah “Salo
Merungnge”. Pihak keluarga pun segera melacak tempat tersebut
namun tak ada jejak sama sekali. Ada banyak desas-desus dan
teori-teori yang berkembang di masyarakat kampung, namun teori
yang paling masuk akal dia dirampok kemudian dibunuh.

11

Mayatnya di buang ke sungai “Salo Merungnge”. Sepeda dan
semua barang dagangan emas lenyap bersama dengan mayatnya.
Hanya Allah SWT yang tahu teori mana yang paling benar karena
sampai saat ini, tak seorang pun yang bisa memastikan kisahnya.
Konon katanya “Salo Merungnge” adalah sebuah tempat eksekusi
bagi korban dari pihak TNI maupun dari pihak gerilyawan ataupun
dari oknum-oknum kriminal lainnya. Tempat yang sangat angker
dan menakutkan.
Allahumaghfirlahuu Warhamhu Waafihii Wa’fu Anhu. Engkaulah
pahlawan keluarga yang sesungguhnya. Mudah-mudahan engkau
termasuk mati syahid dalam perjuanganmu mencari nafkah untuk
keluarga yang engkau cintai dan kasihi.

12

KEMERDEKAAN HAK SETIAP ORANG

Kehilangan anggota keluarga yang sangat disayangi memang
sangat menyakitkan. Perlu waktu untuk memberikan ruang
penyembuhan bagi perasaan yang tercabik-cabik. Dukungan dari
keluarga besar dan anak-anak merupakan obat mujarab bagi
Kasaming untuk menyembuhkan luka batinnya. Sedikit demi
sedikit hati dan perasaan sudah mulai iklhlas menerima kenyataan
yang ada. Ada Allah SWT yang membuat takdir, manusia hanya
bisa menjalani kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh-Nya.

Dullah kecil pun mulai terbiasa dengan keadaan tanpa seorang
ayah di sampingnya. Hanya kasih sayang seorang Ibu yang begitu
besar menemaninya dalam setiap ruang dan waktu yang diberikah
oleh Allah SWT dalam perjalanan hidup selanjutnya di Dusun
Lempu.

Alam Dusun Lempu adalah sekolah alam terbaik untuk kehidupan
Dullah. Ada laboratorium agronomi, peternakan, perkebunan,
kehutanan, ekonomi, politik, sosial dan budaya yang siap menjadi
tempat praktikum anak-anak yang mau belajar. Sarana dan
prasarana juga lengkap seperti sungai, lahan pertanian, kebun,
hutan, sarana olah raga dan bermain juga sudah disiapkan.
Teman-teman sebaya yang sangat sempurna sebagai lawan
tanding untuk mengasah otak, melatih otot dan mempertajam
intusisi dan rasa semakin menyempurnakan sekolah alam ini. Yang
lebih istimewa lagi, pemilik sekolah ini tidak pernah meminta
bayaran sesen pun kepada setiap anak didik alias gratis...tis...tis!

Sangat berbeda dengan sekolah-sekolah formal yang ada sekarang
ini, meskipun katanya Sekolah Negeri, namun pembayaran tetap
saja ada. Apalagi yang sekolah swasta, bayarannya bisa puluhan

13

bahkan ratusan juta. Inilah yang menjadi salah satu sumber
kepusingan orang tua, yaitu memikirkan biaya sekolah yang saban
hari terus saja naik.

Setiap hari Dullah melakukan aktifitas hariannya bersama dengan

teman-teman sebayanya. Ada banyak permainan sambil

bersosialisasi mencari teman baru. Massallo, maggasing, mallanca,

massempe, mappelo, maggolo adalah permainan-permainan

tradisional yang banyak dilakukan.

Di waktu lain ada aktifitas ke sungai memandikan kerbau sambil
berenang di sungai. Pada saat haus ajak kawan-kawan memanjat
kelapa muda. Memanjat pohon mangga pada musim mangga
adalah aktifitas lainnya disela-sela penatnya mengurus lahan
pertanian dan ternak. Ada segudang lagi kegiatan yang dilakukan,
baik siang maupun malam hari. Dullah jarang sekali bisa berdiam
diri dalam rumah kecuali sakit. Sang Ibunda tentu sesekali merasa
khawatir dan bertanya-tanya apa saja yang dilakukan Dullah di luar
rumah. Meskipun begitu, Ibunda termasuk tipe Ibu yang sabar dan
pasrah, yang penting jangan nakal dan berbuat kriminal.

Dullah termasuk tipe anak yang pemberani, rasa ingin tahu yang
tinggi dan tidak suka diatur. Karakter ini yang membuatnya
melakukan banyak hal sehingga sibuk dalam konteks kesibukan
anak-anak menjelang remaja. Bahkan beberapa kegiatan sudah
masuk dalam kategori anak nakal. Setiap ada rame-rame dan
kericuhan di kampung, pada umumnya ada Dullah di dalamnya
sebagai aktor, baik sebagai aktor pendukung maupun sebagai
aktor utama.

Melihat perkembangan Dullah yang semakin nakal dan liar,
Ibundanya pun semakin resah. Dan yang paling membuat
Ibundanya marah besar adalah setelah ketahuan Dullah sudah

14

jarang pergi mengaji. Laporan ini bukan dari orang lain, tapi guru
ngajinya sendiri yang langsung memberi tahukan kepada Ibunda.
Mendapat laporan ini, Ibunda langsung merasa kena sambaran
petir di siang bolong. Grrrrrrrrr....Awas kamu Dullah! Kali ini
perbuatanmu tidak bisa ditoleransi.

Benar saja adanya, saat Dullah baru masuk rumah, Ibunda
langsung memberondong kemarahan kepadanya. Dullah yang
memang merasa bersalah hanya bisa pasrah menerima omelan
ibunya. Dalam batinnya kesalahannya ini pasti kesalahan besar
menurut ukuran ibu sehingga ibu marah besar seperti ini.
Sepanjang ingatannya ibu tidak pernah marah sebesar ini.

Dengan nada marah sang Ibu mengatakan akan memotong leher
Dullah jika sampai mogok mengaji. Kalimat inilah yang membuat
dia takut sama sekali dan memberikan inspirasi positif dalam
kehidupan selanjutnya bahkan aktifitas rutin khusus beberapa
tahun sebelum ajal menjemput. Apa itu? Ikuti kisah selanjutnya...

Habis dimarahi bukan berarti kegiatan terhenti. Kesibukan sebagai
anak-anak yang menjelang remaja terus saja berlangsung.
Bahkan kenakalan masih saja terjadi akan tetapi mengaji tidak
ditinggalkan. Bahkan semakin rajin karena takut dimarahi lagi oleh
ibunya. Sang guru ngaji sudah diwanti-wanti untuk segera
melapor jika Dullah sampai meninggalkan aktifitas mengaji.

Sakit satu-satunya cara untuk menyuruh Dullah tinggal berdiam
diri di rumah. Sakit yang dideritanya cukup serius sampai
mengharuskan dia tinggal beberapa minggu di rumah. Ada hikmah
tersendiri di balik sakit ini.

Rumahnya yang luas dan tinggi merupakan salah satu tempat yang
cukup ideal untuk membuka kelas setingkat SD sekarang ini. Jadi

15

semacam sekolah rakyat yang dibentuk oleh otoritas setempat
untuk memberantas buta huruf. Jadi benar-benar pendidikan
dasar bagi orang-orang dusun. Jadilah kolong rumahnya sebagai
ruang kelas sebagai tempat belajar bagi orang-orang kampung.
Pada saat guru menjelaskan materi di kelas, dia pun dalam
keadaan sakit mengintip ke bawah dari sela-sela papan lantai 2
rumahnya.

Sebagai informasi tambahan, rumah panggung orang bugis cukup
tinggi. Yang dijadikan tempat tinggal hanya lantai 2 yang biasanya
terbuat dari papan. Lantai dasar (kolong rumah) biasanya
dikosongkan atau tempat menyimpan perangkat-perangkat yang
berat dan besar.

Dari beberapa hari mengikuti kelas di kolong rumahnya, dia pun
mulai mengerti konsep haruf, kata, dan kalimat. Selain itu, dia
juga mulai mengerti dasar-dasar hitungan, penjumlahan, perkalian,
dan pembagian.

Apabila ada yang kurang jelas, Dullah bertanya langsung kepada
kakaknya Saguni yang memang menekuni sekolah formal.
Berbeda dengan Dullah yang hidup liar dan nakal. Otaknya cukup
cerdas karena hanya beberapa hari mengikuti kelas di kolong
rumahnya, meskipun tidak intensif, sudah bisa membaca dan
berhitung.

Aktifitas rutin kembali berjalan setelah sembuh dari sakit. Kembali
bergaul dengan teman-teman sebaya yang ditinggal beberapa hari
karena sakit. Kenakalan pun terus berlanjut. Ada beberapa orang
yang menderita karena ulahnya. Orang-orang yang punya pohon
buah, apalagi dianggap pelit, siap-siap saja pohonnya hilang
buahnya dalam semalam. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Dullah
dan teman-temannya. Huh...dasar anak nakal!

16

Hal positif yang dilakukannya dalam kebandelannya dalam masa
remaja, dia tetap sangat bertanggung jawab terhadap Ibunya.
Sawah, ladang, dan ternak tetap diurus. Bahkan untuk keperluan
pribadinya, Dullah rajin beternak ayam, berdagang kecil-kecilan
dan beberapa aktifitas lainnya untuk menghasilkan uang.

Salah satu aktifitas perdagangan yang dilakukan adalah menjual

beras dari kampungnya untuk di bawah ke kampung lainnya

bersama dengan kawan-kawannya. Masing-masing orang

memanggul beras dalam karung berjalan kaki beberapa puluh Kilo

meter jauhnya menyeberangi daerah persawahan, hutan, dan

sungai. Kegiatan ini dilakukan selama beberapa bulan.

Keuntungan yang diperoleh dari berdagang beras antar kampung

ini bisa dikatakan berlipat-lipat hasilnya. Tentu saja dia semakin

semangat menekuni kegiatan berdagang beras antar kampung ini.

Berjalan jauh sambil memanggul berkilo-kilo beras setiap hari tidak
seimbang dengan kekuatan fisik tubuh yang dimilikinya yang
akhirnya memaksa Dullah kembali tinggal di rumah. Benar-benar
100 persen harus berbaring di tempat tidur. Perlu beberapa bulan
tinggal di rumah untuk memulihkan sakitnya. Segala macam obat
tradisional dan saran-saran dukun kampung telah dicoba semua
namun hasilnya tidak menggembirakan.

Dalam kondisi yang sakit dan lemah, Allah SWT kembali
mendekatinya. Dia berdoa dan bertafakur, kesalahan apa yang dia
lakukan sehingga menderita sakit seperti ini. Ya Allah SWTku,
ampunilah saya, maafkan saya. Pengobatan apalagi yang harus
saya lakukan agar bisa sembuh dari sakit ini. Semua uang yang
diperoleh dari hasil berdagang beras selama beberapa bulan, habis
semua untuk berobat, bahkan tidak cukup. Akan tetapi sakit belum
juga sembuh.

17

Dullah yang sedang terbaring sakit ini pun teringat, mungkin dalam
kegiatan berdagang beras antar kampung ini ada perbuatan yang
tidak terpuji. Usut punya usut, betul, ada tindakan curang yang
dilakukan. Selama dalam perjalanan menyeberangi sungai, Dullah
dan para kawanan pedagang beras antar kampung ini,
menyempatkan diri beberapa saat untuk merendam bagian bawah
dari karung beras yang dipanggul. Kelakuan curang ini menjadikan
berat beras yang dibawa menjadi bertambah. Alhasil pada saat
ditimbang di tempat pembeli, beratnya bertambah banyak
dibandingkan dengan berat asli sebelum direndam di sungai.

Menyadari kesalahan ini, Dullah benar-benar memohon ampun
sama Allah SWT dan menjadikan pelajaran bahwa melakukan
kecurangan, apapun bentuknya, pasti ada akibatnya. Cepat atau
lambat akibat buruknya pasti lebih dahsyat. Astaghfirullah!

Berdagang beras antar kampung pun berhenti total. Tidak ada
gunanya kegiatan ini diteruskan. Buat apa melakukan sesuatu
yang pada akhirnya bikin sakit. Ditambah pula harus melakukan
perbuatan curang baru bisa untung. Begitulah kira-kira yang ada
dibenak Dullah pada saat itu.

Menjadi petani tulen kembali menjadi kegiatan rutin sehari-hari
sambil menunggu ide pekerjaan berikutnya.

Keluyuran setiap malam bersama teman senasib sepenanggungan
terus berlanjut. Bisa ditebak kenakalan-kenakalan pun terus
bergulir bersama kawan seperjuangan.

Pucuk dicinta ulam tiba. Butuh pekerjaan eh tiba-tiba ada yang
tawari. Amure (Paman) yang ada di kampung lain menawarkan
pekerjaan sebagai pedagang ikan keliling. Tawaran ini langsung
disambar tanpa pikir panjang. Ya, saya terima (Kayak ijab kabul

18

saja dalam perkawinan..he.he). Ini adalah kesempatan emas untuk
memulai berdagang lagi selain berdagang beras. Selain berdagang
ikan, bisa sekalian mengetahui kehidupan di kampung lain.
Begitulah gambaran percakapan batin Dullah saat mendapat
tantangan baru untuk berdagang ikan keliling.

Pekerjaan baru, semangat baru. Training awal sebagai penjual
ikan yang baru pun diberikan kepadanya dari Amure-nya
langsung. Setiap kata-kata dan penjelasan yang diberikan disimak
secara saksama. Bagaimana paham? Demikian kata Amure-nya
untuk memastikan materi yang diberikan bisa dipahami. Paham
amure, kata Dullah. Bagus, besok kita mulai praktek, kata sang
Amure. Siyap Amure.

Jadilah Dullah sebagai pedagang ikan keliling esok harinya.
Belanja ikan dari juragan ikan di Bajoe, dibonceng dengan sepeda
untuk kemudian diantar ke pembeli yang ada dikampung lainnya.
Rutinitas berjualan ikan ini dilakukan selama beberapa bulan. Ada
banyak pelajaran dan pengalaman baru dari kegiatan ini. Belajar
psikologi dengan mengenal karakter pembeli dari beberapa
kampung yang berbeda, belajar mengenal kondisi geografi wilayah,
belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dari berbagai latar
belakang, dan tentu saja belajar untung rugi dari aktifitas
berdagang.

Meninggalkan Ibu untuk beberapa lama ternyata menjadi siksaan
dalam batin Dullah. Dia selalu memikirkan Ibunya yang ditinggal
sendirian. Selain itu, menjadi bawahan, yang membuatnya tidak
leluasa melakukan keinginannya, membuatnya tidak bertahan lama
di pekerjaan ini. Akhirnya kegiatan berjualan ikan pun berhenti
dan kembali menemani Ibunda di kampung halaman.

19

Kawan-kawan yang lama ditinggalkan di kampung pun ramai
mengunjungi ke rumahnya. Perbincangan hangat sesama sahabat
kembali cair sambil mengisahkan pengalamannya berjualan ikan
keliling.

Dalam masa darurat sipil, naluri bertahan manusia dengan
sendirinya pasti muncul. Tidak heran jika para pemuda berusaha
mencari ilmu kebal terhadap senjata tajam, termasuk juga kebal
senjata api. Belajar silat menjadi hampir wajib bagi setiap
pemuda. Dullah dan kawan-kawannya pun melakukan hal yang
sama. Siri na pesse (harga diri) yang pada umumnya melekat
pada individu-individu bugis makasar, menjadi pemicu tambahan
kepada para pemuda untuk belajar bela diri dan ilmu kebal.

Badik kecil dipinggang menjadi aksesoris wajib bagi setiap pemuda
kampung untuk dibawa pergi kemana saja. Semacam jimat
keberanian bagi seorang laki-laki dalam setiap langkahnya untuk
berbagai medan.

Pada kebanyakan kasus, jika siri na pesse mampir ke dada seorang
pemuda, entah karena masalah pacar, orang tua, harta, atau
berbagai sebab lain, badik sang pemuda akan bertindak dan
bersarang ke tubuh lawan. Tak ada kata mundur, siapa pun lawan
itu. Jika Allah SWT berkehendak maka ajal pun akan datang
menjemput. Hanya ada 2 pilihan kamu yang mati atau saya yang
mati. Begitulah gambaran gejolak dara muda pada jaman itu. Lu
jual gue beli, seperti yang biasa ditemui dalam sinetron-sinetron
televisi yang bertema jagoan betawi.

Jiwa berdagang Dullah ternyata tidak bisa hilang begitu saja.
Kembali menjadi petani tulen di kampung halamannya setelah
berdagang ikan, tidak membuat jiwanya tenang tenteram.
Pikirannya tetap saja bergejolak mencari-cari komoditas apa lagi

20

yang cocok untuk diperdagangkan. Namun tidak ada pikiran untuk
meninggalkan lagi Ibundanya sendirian.

Usut punya usut dengan disertai riset yang mendalam, kemudian
diputuskan untuk menjadi pengepul gula merah di kampung yang
selanjutnya dijual ke pedagang besar untuk dibawa ke makasar.
Kendala dan resiko pun dihitung. Semakin besar usaha semakin
besar pula resikonya. Modal besar dan keterampilan tinggi
diperlukan karena lawan bisnisnya pedagang besar.

Mengetahui modal yang dimiliki tidak cukup, bahasa Indonesia
sangat kurang, tidak bisa menulis dengan lancar, apalagi
pembukuan dagang, nol besar. Mulailah ada penyesalan dalam
hati, kenapa tidak sekolah dengan benar. Memang penyesalan
tidak pernah datang di depan, datangnya selalu di belakang Bro!.

Jiwa petualang dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam diri Dullah
tidak membuatnya mundur dari tantangan yang ada. Dia mencari
cara mengatasi kekurangan yang ada. Dalam benaknya cara
paling efektif mengatasi kendala yang ada adalah berkongsi
dengan orang lain yang punya modal dan kecakapan pembukuan
dagang. Maka dicarilah partner bisnis yang cocok sesuai dengan
kriteria yang Dullah sudah tentukan. Mitra bisnis pun ketemu yang
kebetulan juga keluarga dekat. Sip...bisnis baru bisa berjalan.

Bisnis gula merah dengan cara berkongsi dengan orang lain
memberi pelajaran berharga. Bisnis ini sempat berjalan beberapa
bulan dengan berbagai kendala, terutama dari sisi sistem kongsi.
Karena dasar kongsinya hanya mengandalkan rasa percaya tanpa
pembagian hak dan kewajiban yang jelas menyebkan banyak
pertentangan dalam prakteknya. Akhirnya, bisnis ini pun tidak
berjalan lama. Lebih baik dihentikan daripada berseteru sesama
keluarga dekat.

21

Ada banyak pelajaran dari periode bisnis gula merah ini. Pelajaran
yang bisa dipetik dari periode ini antara lain:

• Kemampuan baca tulis, berhitung, pencatatan dagang,
manajemen bisnis mutlak diperlukan pada tingkatan bisnis
tertentu. Dalam hal ini pendidikan formal sangat
diperlukan.

• Hak dan kewajiban harus tertuang jelas dan rinci untuk
setiap kerja sama yang dilakukan. Lagi-lagi pendidikan
formal sangat diperlukan.

Apa boleh buat, kegiatan perdagangan kembali kandas untuk
kesekian kalinya. Gagal bukan berarti harus bersedih hati dan
menerima kekalahan.

Di sela-sela mengurus lahan pertanian, otak terus berputar, usaha

apalagi yang harus dilakukan. Dari beberapa kegiatan

perdagangan sebelumnya sudah memberikan banyak pelajaran

yang harus diambil. Penyebab kegagalan harus dihindari agar

tidak jatuh pada lubang yang sama.

Rekaman di otak tentang penyebab kegagalan bisnisnya bertambah
panjang, antara lain:

• Praktek curang
• Tidak bisa bekerja di bawah ketiak orang lain
• Tidak bisa bekerja dengan berkongsi

Belajar dari kegagalan-kegagalan sebelumnya akhirnya kembali
diputuskan untuk berdagang kain dan sarung dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor kegagalan sebelumnya.

Keputusan kali ini tidak boleh meleset karena sudah ada
tanggungan keluarga sendiri. Sudah ada istri dan anak. Bismillah,
berkahilah ikhtiar ini ya Allah.

22

Berdagang sarung dan kain pun dimulai dari satu pasar ke pasar
lainnya dengan menggunakan modal sendiri tanpa berkongsi
dengan orang lain. Barang dagangan yang akan dijual dibonceng
dengan menggunakan sepeda ontel. Berpegang teguh kepada
prinsip-prinsip kejujuran, disiplin penggunaan uang, terus
berinovasi, menjadikan bisnis ini bisa bertahan lama. Tentu saja
dukungan doa dan semangat dari keluarga menjadi pendukung tak
terlihat secara kasat mata.

Sedikit demi sedikit usaha perdagangan sarung ini mulai tumbuh.
Bahkan terbilang cukup pesat. Kalau sebelumnya hanya dengan
menggunakan sepeda, beberapa tahun setelahnya volume barang
dagangannya naik sehingga harus diangkut dengan bendi. Dullah
pun membeli bendi sekaligus kuda untuk menarik bendi tersebut.
Kegiatan pun bertambah lebih banyak karena selain mengurus
sawah, mengurus kuda, bendi dan berdagang harus dilakukan
secara simultan.

Meskipun merasa sibuk dan berat, hatinya merasa tenteram karena
keluarga dan Ibundanya tetap ada disampingnya. Otaknya tidak
berkarat karena terus diasah untuk terus berinovasi dalam
perdagangan agar tetap bisa bertumbuh dan berkembang
usahanya. Agar supaya bisa bersaing dari sisi harga, dia pun
berusaha mencari agen besar sarung yang menjadi barang
dagangan utamanya. Tidak bisa hanya mengandalkan sub-sub
agen yang bisa menjadi kompetitornya di pasar yang sama.
Koneksi yang telah terbangun sebelumnya menghantarkan dia
untuk bisa mendapat akses ke distributor sarung terbesar di
Makasar. Alhamdulillah, bos-bos besar di Makasar bisa diandalkan
untuk kerjasama jangka panjang. Banyak ilmu-ilmu baru dan trik-
trik perdagangan yang diberikan untuk bisa tumbuh dan
berkembang dalam persaingan yang bisnis yang selalu saja ada.

23

Tantangan hidup ternyata tidak pernah berhenti. Ada saja
kejadian-kejadian yang menimpa dan tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Eskalasi dan intensitasnya pun semakin berat
dibandingkan dengan ujian-ujian sebelumnya.

Hidup di kampung di jaman darurat sipil memang tidak mudah.
Bagi yang tidak kuat mental bisa sakit jiwa dan gila. Buat yang
kuat mental ada 2 pilihan, bertahan atau eksodus ke kampung atau
negeri lain yang mungkin lebih baik dari kampung sendiri. Yang
memilih bertahan harus berjuang sekuat tenaga untuk bertahan
hidup di tengah-tengah kehancuran ekonomi sebagai akibat
ketidakstabilan politik sampai-sampai menjadi darurat sipil.

Situasi dan kondisi yang sangat berat ini mendorong berjamurnya
tindakan-tindakan kriminal, baik yang skala individu maupun
terorganisasi. Sangat sulit dibedakan mana yang menjadi kawan
mana yang menjadi lawan sesungguhnya.

Tiba-tiba ada saja yang meminta upeti secara terorganisir yang
intinya jika tidak membayar senilai uang tertentu maka jangan
harap harta bendamu aman. Ancaman semacam ini membuat
darah seorang Dullah mendidih di atas 100 derajat
selsius....panas....panas. Semenjak kecil hingga dewasa tidak
pernah ada yang berani mengancam dan menciutkan nyali seorang
Dullah. Rasa marah terus berkecamuk dalam jiwa. Ini benar-
benar keterlaluan, bagaimana mungkin seorang preman kampung
berani-beraninya mengancam seperti itu. Emangnya dia siapa.

Namun Dullah tersadar bahwa sekarang ini posisinya sudah harus
memikirkan keluarga besar, Ibunda, Istri dan anak-anak.
Seandainya masih sendiri seperti dulu, tantangan seperti ini
langsung dilabrak tanpa ampun.

24

Kawan seperjuangan pun dikirim untuk mengintai dan
mengumpulkan informasi terkait ancaman ini. Dia minta informasi
selengkap-lengkapnya sebagai bahan untuk mengambil langkah
selanjutnya.

Beberapa hari kemudian, informasi terkumpul dengan jelas dan
terperinci. Waduh...sangat berbahaya dan sangat-sangat serius.
Ancaman ini bukan gertak sambal belaka. Ada banyak preman-
preman kelas kakap di dalamnya. Bahkan ada anggotan keluarga
sendiri yang diharapkan bisa mengayomi, malah sudah takluk di
bawah tekanan organisasi kriminal cap kampung ini.

Batin pun bergejolak dalam dada. Jika memenuhi ancaman
preman kampung ini, sampai kapan pun pasti akan diinjak-injak
terus. Akan tetapi jika tidak dituruti, sangat berbahaya bagi jiwa
raga. Jiwa kerasnya pun bangkit. Terpaan hidup keras dari sejak
muda membuatnya tidak pernah takluk dalam tekanan. Hidup
bebas merdeka tanpa tekanan orang lain merupakan prinsip
hidupnya.

Ternyata orang kampung seperti Dullah mengenal betul prinsip-
prinsip dasar hidup padahal tidak pernah membaca pembukaan
UUD 1945, apalagi membaca naskah piagam PBB mengenai hak-
hak asasi manusia di dunia.

Tidak, saya tidak akan tunduk terhadap ancaman itu. Saya lebih
baik meninggalkan kampung halaman yang saya cintai ini demi
membela prinsip hidup saya.

Suatu keputusan berat yang harus diambil meninggalkan kampung
halaman di mana harta warisan leluhurnya sejak turun temurun
ada di sini. Dullah harus rela meninggalkan hasil jerih payahnya

25

yang sudah dibangun dengan susah payah ke tempat lain yang dia
belum paham seluk beluknya.

Memang berat pengorbanannya membela prinsip hidup. Hidup
harus mulai dari nol lagi. Mengontrak rumah, mencari tempat
usaha, mencari relasi baru dan beberapa infrastruktur pendukung
kehidupan di kota. Belum lagi meyakinkan anggota keluarga untuk
berpindah dari rumah yang sudah nyaman beralih ke rumah
kontrakan kecil yang semua-semua harus dibayar. Ya Allah SWT
kuatkan iman dan hatiku, pasti engkau akan memberikan hikmah
terbaik di balik semua ini. Demikian Doa Dullah dalam hati untuk
membesarkan harapan dan menguatkan jiwa.

Sebenarnya geng kriminal kampung itu sangat berharap Dullah
takluk terhadap ancamannya karena sekali Dullah menyerah maka
orang-orang lain yang setipe dengan Dullah lebih mudah
ditaklukkan. Benar saja, penolakan Dullah pada akhirnya juga
diikuti oleh beberapa orang lain yang pada akhirnya misi geng
tersebut tidak tercapai alias Gatot - Gagal total!

Kehidupan di kota pun dimulai pasca peristiwa itu. Kalau
sebelumnya berdagang dari satu pasar ke pasar lainnya, di kota
sudah menetap di salah satu pasar terbesar saat itu di Kota
Watampone. Hari-hari pasarnya penuh dari senin – minggu dari
pagi sampai sore. Berbeda dengan pasar kampung-kampung yang
hanya 2-3 kali seminggu, itupun hanya dari pagi sampai dhuhur.

Perlu beberapa bulan untuk penyesuaian di kehidupan kota.
Namun Dullah termasuk orang yang supel dan sangat cepat
beradaptasi terhadap lingkungan baru. Keluarganya pun bisa
segera mengikuti dan berdaptasi dengan kehidupan kota, bahkan
dari segi infrastruktur jauh lebih baik dari kehidupan di kampung.
Jalan-jalan beraspal, ada banyak rumah, ada listrik, air bersih,

26

orang-orang nya pun ramah. Tidak seperti di kampung yang tidak
ada listrik, akses air bersih yang kurang dan jalan tanah becek.
Anak-anak bisa sekolah di sekolah terbaik yang tidak jauh dari
rumah. Cukup berjalan kaki saja.
Setelah beberapa tahun kemudian, Dullah kembali menambah
catatan kehidupannya bahwa di balik sebuah peristiwa yang
mungkin pada saat itu sangat mengecewakan dan menyakitkan,
namun di balik itu ada hikmah terbaik yang Allah SWT akan
berikan. Jangan pernah lupa untuk bersyukur dan berbaik sangka
terhadap Yang Maha Mengatur kehidupan ini.

27

MEMBANGUN AQIDAH TAUHID

Kehidupan masyarakat Dusun Lempu hampir sama dengan
beberapa kampung-kampung lainnya di seluruh penjuru nusantara.
Pengaruh budaya leluhur yang beraliran animisme atau praktek-
praktek spiritual kuno sangat kental dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.

Ada banyak praktek-praktek pemberian sesaji kepada roh dan
mahluk halus, pemujaan terhadap tempat-tempat mistis, pemujaan
terhadap kuburan, mohon berkah terhadap roh-roh nenek moyang,
keyakinan terhadap ramalan-ramalan dukun, dan beberapa
kebiasaan-kebiasaan sejenis dari masyarakat setempat yang sudah
berlangsung secara turun-temurun.

Tidak banyak orang yang bisa merubah kebiasaan-kebiasaan
tersebut karena sudah mengakar secara kuat dari beberapa ratus
tahun atau bahkan ribuan yang lalu. Selain itu, tokoh-tokoh yang
memegang tradisi ini termasuk orang-orang terpandang dan
sangat berpengaruh di kampung ini.

Dullah sebagai anak nakal namun tetap haus akan pengetahuan,
bisa menjadi pembaharu dibidang ini. Dia termasuk orang yang
bisa menerima perubahan asalkan bisa dicerna oleh akal sehatnya.

Berbekal dari pengalamannya bergaul dengan orang-orang kota
yang beberapa di antaranya alim ulama, menjadikan Dullah sedikit
demi sedikit memiliki pengetahuan tentang agama Islam yang lebih
baik. Meskipun sejak kecil sudah belajar mengaji namun makna
sesungguhnya tentang aqidah dan praktek syariah yang
sebenarnya belum baik. Ritual agama yang dilakukan masih
sebatas rutinitas tanpa pemahaman makna yang sesungguhnya.

28

Salah satu keberkahan bergaul dengan alim ulama dan rajin
mendengarkan pengajian-pengajian di radio-radio dan masjid-
masjid, pemahaman terhadap Agama Islam menjadi semakin baik.

Dia teringat dengan janji dalam hatinya sebelum meninggalkan
kampung halamannya adalah dia tidak akan lupa kampung
halamannya dan suatu saat akan balas budi terhadapnya.

Menyempurnakan aqidah terhadap masyarakatnya di Lempu
menjadi agenda penting dalam hidupnya. Perlahan tapi pasti, pada
setiap kesempatan selalu berusaha menyisipkan dakwah-dakwah
sederhana yang mudah dimengerti oleh masyarakat setempat
tanpa harus menyinggung perasaan mereka. Cara bergaul dan
gaya berkomunikasi yang enak merupakan anugerah Allah SWT
yang diberikan kepadanya sehingga gampang diterima oleh
berbagai kalangan. Orang tua, seumuran, dan anak-anak semua
bisa menerima.

Inisiatif untuk membangun mushollah kecil di kampung
halamannya adalah bagian dari misinya untuk menyempurnakan
aqidah Islam terhadap keluarga besar, kerabat, sahabat-sahabat,
anak-cucu, dan masyarakatnya di Lempu.

Nama mushollah ini adalah Nurul Jannah – Cahaya Surga. Sebuah
nama yang disematkan oleh seorang menantu perempuannya,
Tetty Septina, yang berasal dari negeri seberang. Sebuah
ungkapan doa semoga cahaya surga ini terus menyinari
masyarakat sekitarnya yang Insya Allah kelak akan menjadi
penghuni-penghuni surga yang abadi di dalamnya.

Beberapa tahun sebelumnya, otoritas pemda setempat meminta
lokasi untuk pendirian sekolah agama dari Kementerian agama
berupa Madrasah Ibtidaiyah. H. Abdullah dan saudaranya H.

29

Saguni memang memiliki misi yang sama untuk kegiatan
pendidikan, kesehatan dan ibadah. Mereka pun tanpa pikir
panjang langsung menyetujui untuk mewakafkan lokasinya untuk
kepentingan pendirian sekolah Madrasah Ibtidaiyah.
Lokasi sekolahan ini persis berada di samping Mushollah Nurul
Jannah. Secara kebetulan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) ini
memiliki nama yang berkenaan dengan Surga juga yaitu MI
Miftahul Jannah yang berarti Kunci Surga. Sebuah nama yang
benar-benar kebetulan mirip makna dan tujuannya tanpa
direncanakan sebelumnya.
Jadilah kawasan ini menjadi sebuah taman-taman Surga. MI
Miftahul Jannah adalah Kuncinya Surga, sementara Mushollah
Nurul Jannah senantiasa menjadi cahaya penerang bagi siapa saja
yang mau masuk Surga.
Teruslah berdoa yang baik-baik, Insya Allah suatu saat, cepat atau
lambat Allah SWT. akan mengabulkan doa-doa mu.

30

KEMAMPUAN ANAK LAYAKNYA MESIN

Orang-orang tua pada jaman dulu pada umumnya memiliki pola
otoriter dalam mengarahkan pendidikan untuk anak-anaknya. Ada
banyak kasus anak-anak dipaksa untuk masuk ke dunia
kedokteran. Orang tua yang lainnya memaksa anak masuk ke
pendidikan hukum. Di pihak yang satunya lagi, orang tua
menyuruh anaknya masuk ke pendidikan ilmu pemerintahan, dan
sebagainya. Pokoknya apa yang diinginkan oleh orang tua, sang
anak harus ikut, meskipun bakat dan kemampuan anak tidak
sejalan dengan keinginan orang tua. Akibatnya ada banyak
kejadian pendidikan anak kandas di tengah jalan karena adanya
ketidaksesuain kemampuan dan bakat anak.

Aji termasuk tipe orang tua yang berpandangan moderat mengenai
pendidikan, padahal dia tidak pernah membaca karya-karya Kahlil
Gibran dan pandangan-pandangannya Umar Ibnu Khattab
mengenai dunia pendidikan anak. Sebuah pemikiran dan
pendangan yang murni berasal dari intuisi dan pengalaman
hidupnya.

Dalam sebuah puisi Kahlil Gibran yang diungkapkan beberapa ratus
tahun lalu mengatakan:

“Anak adalah kehidupan,
Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu
karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri.

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya,
Karena jiwanya milik masa mendatang
Yang tak bisa kau datangi
Bahkan dalam mimpi sekalipun.

31

Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
Menuntut mereka jadi seperti sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan
Tidak tenggelam di masa lampau.

Kaulah busur,
Dan anak – anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya,
hingga anak panah itu melesat,
jauh serta cepat.

Meliuklah dengan sukacita
Dalam rentangan Sang Pemanah, sebab Dia
Mengasihi anak- anak panah yang melesat laksana kilat,
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap”

Ribuah tahun sebelumnya sudah ada Khalifah Umar Ibnu Khattab
yang menuntun: “Didiklah anak-anakmu itu berlainan dengan
keadaan kamu sekarang karena mereka telah dijadikan oleh Allah
SWT untuk zaman yang bukan zaman Engkau”. (Umar Ibnu
Khattab, Khalifah kedua 583-644 M).

Meskipun Aji tidak punya latar belakang pendidikan psikologi anak,
tapi dia bisa melihat batas-batas kemampuan anak dan tidak
memaksakan diri kepada seorang anak untuk mengikuti
keinginannya. Yang lebih ekstrim, tidak pernah memaksa anak
untuk sekolah. Tapi kalo mau sekolah, dia akan membiayai
sebatas kemampuannya, kalau perlu jual sawah ladang tidak
menjadi masalah.

Jika berbicara mengenai dunia pendidikan, pada setiap kesempatan
Aji selalu teringat dengan mesin penggiling padi yang memiliki
ukuran kemampuan dalam HP (Horse Power). Beberapa teknisi

32

sering mengistilahkan Tenaga Kuda. Sebuah satuan kapasitas
tenaga mesin yang umum digunakan dalam dunia permesinan.
Mungkin mesin penggiling padi yang ada di depan rumahnya
menjadi subuah guru bisu yang tidak bisa bicara apa-apa. Hanya
bisa mogok pada saat diberikan beban lebih. Pokoknya setiap kali
diberikan beban melebihi batas maksimal daya HP nya, maka
dipastikan segera akan mogok. Kalau sudah mogok sudah pasti
ada beberapa onderdil yang harus diganti. Repotnya lagi, onderdil
harus beli di kota yang jaraknya lumayan jauh dan kadang-kadang
juga masih harus tunggu beberapa minggu.

Buta Huruf vs Buta Paham

Pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi adalah hal yang
sangat penting termasuk dalam dunia pendidikan. Jangan melihat
persoalan itu hanya dari kulit luarnya, tapi lihatlah esensinya.
Persoalan apapun yang dihadapi jika tidak memahami akar
permasalahannya, maka dipastikan tidak akan menyelesaikan
masalah secara mendasar.

Mengajari anak mengenal huruf, angka, kata, kalimat dan
seterusnya adalah memang harus. Tapi jangan sampai di situ saja,
harus ditekankan kepada pemahaman. Seandainya harus memilih
antara buta huruf dan buta paham, saya lebih baik memilih buta
huruf. Begitulah Aji berpendapat.

Bisa saja orang buta huruf asalkan tidak buta paham, maka masih
bisa mendapatkan informasi dari media lain dengan cara
mendengar, meraba, mencium dan beberapa indera lainnya.
Konsep pendidikan yang menekankan pendidikan dengan cara
menghafal, adalah suatu metode yang salah.

33

Saya sudah membuktikan itu semua. Meskipun saya bisa dibilang
buta huruf pada awalnya tapi berusaha mendapatkan informasi
dengan cara lain tanpa harus membaca buku. Buktinya saya bisa
tahu banyak hal yang mungkin anak sekolahan tidak mampu
melakukannya. Ini saya ungkapkan bukan berarti saya
mendukung anak-anak tidak belajar membaca dan menulis. Tidak
sama sekali! Saya cuma ingin menekankan pendidikan yang
mengajarkan anak-anak paham terhadap masalah. Jangan
diajarkan cuma hapal itu, hapal ini tapi tidak mengerti apa
maknanya. Jangan seperti burung beo yang bisa ngomong ini
ngomong itu tapi tidak mengerti apa itu yang diomongkan.

Begitulah kira-kira Aji berapi-api menjelaskan teorinya kepada
sebuah perbincangan hangat dengan sahabatnya.

Judi, No Way!

Jaman dulu di kampung ada permainan yang namanya “wayang-
wayang”. Nama permainan ini berbeda-beda di setiap daerah.
Ada yang menamakannya “gambaran” ada juga yang
menamakannya “wayang kertas”. Bentuknya sebuah kertas karton
persegi panjang yang berisi gambar-gambar super hero, wayang,
kartun dan aneka macam gambar lainnya. Ukurannya pun
bervariasi, ada yang kecil ada yang besar. Satu sisi berisi gambar,
di sisi lainya polos atau pesan-pesan pendidikan untuk anak-anak.

Wayang-wayang ini bagi anak-anak biasa dimainkan dengan cara
melemparkan ke udara. Setelah jatuh ke tanah, wayang yang
gambar kartunnya di atas dianggap hidup. Namun jika gambarnya
menghadap ke tanah maka dianggap mati. Yang dianggap menang
adalah yang wayangnya hidup. Wayang yang mati boleh diambil
oleh anak yang wayangnya hidup.

34

Pada suatu siang sepulang dari sekolah, salah seorang anak Aji
pulang ke rumah dengan membawa segepok mainan wayang-
wayang. Melihat wayang sedemikian banyak, Aji bertanya dari
mana bisa dapat wayang-wayang sebanyak itu? Si Anak
menjawab, tadi main sama teman sekolah. Dengan rasa bangga
dan penuh percaya diri, Si Anak berkata “Saya berhasil
mengalahkan teman-teman saya main wayang-wayang jadi bisa
membawa pulang banyak”.

Mendengar jawaban si anak seperti itu, Aji langsung meminta
semua mainan wayang-wayang yang ada di tangan si anak dan
langsung di buang ke tempat sampah. Si anak tidak terima
perlakuan Ayahnya karena mengaggap apa yang dilakukannya sah,
bukan mencuri dari orang lain. Apa yang dilakukannya adalah hasil
jerih payahnya. Aji memberikan pengertian bahwa apa yang
dilakukannya adalah perjudian dan perbuatan itu tidak boleh
diulangi lagi. Si anak kembali memberikan argumen, ini kan hanya
main wayang-wayang, bukan ngadu ayam atau uang. Aji kembali
menegaskan bahwa yang namanya judi, bentuknya mau wayang,
mau ayam, mau uang, ataupun bentuk lainnya tetap tidak boleh
dan terlarang selamanya. Kamu masih kecil jadi melakukan yang
kecil-kecil. Beranjak dewasa sedikit kamu akan melakukan praktek
judi yang lebih besar, dan seterusnya. Sampai pada suatu ketika
kamu akan menjadi ketagihan dan tidak bisa terkontrol. Mulai
sekarang kamu tidak boleh mengulangi lagi perbuatan ini! Si anak
cuma bisa mengangguk sambil nangis meredam emosi.

Terkait dengan pendidikan anak, Aji banyak memberikan arahan-
arahan dan contoh-contoh dikehidupan sehari-hari. Beberapa
diantaranya:

35

- Jangan memarahi anak di depan orang lain karena anak juga
memiliki perasaan. Dia akan tersinggung dan malu jika
dimarahi di depan teman-temannya ataupun orang lain.

- Jangan terlalu sering memarahi anak, akan tetapi tidak boleh
juga membiarkan anak seenaknya melakukan apa saja tanpa
arahan dari orang tua. Harus tarik ulur seperti halnya bermain
layangan, kadang benang layang harus ditarik kencang, tapi
kadang juga benang harus diulur supaya layangan bisa terbang
tinggi.

- Jangan mengeluarkan kata-kata kasar apalagi nama-nama
hewan kebun binatang dikeluarkan saat memarahi anak. Anak-
anak memiliki daya ingat yang kuat. Apa yang didengar dan
apa yang dilihat akan terekam dengan baik diingatannya. Jika
hal-hal negatif yang melekat pada ingatannya akan berpengaruh
buruk pada kehidupannya nanti setelah besar. Nanti kalau
punya anak akan memperlakukan hal yang sama kepada anak-
anaknya!

So, buat yang berencana punya anak atau yang anak-anaknya
masih kecil ingat ya pesan Aji di atas. Masih ingat kan?

36

FILSAFAT WANITA

Saya jadi teringat guru filsafatku mengajarkan mengenai
kehidupan di dunia ini. Suatu hari beliau mengajarkan mengenai
karakter seorang wanita. Ini konteksnya sebagai seorang istri.
Karakater yang melekat pada seorang istri terdiri dari beberapa
sifat sekaligus, yaitu:

1. Sifat kekanak-kanakan

2. Seorang ratu sejagat

3. Sang kaya raya

Wahai para suami-suami, pelajaran ini penting, penting banget,
agar dalam membina rumah tangga bisa terus harmonis
selamanya. Rumah tangga bukan arena tinju, bukan arena smack
down, bukan lokasi syuting sinetron untuk ditonton tetangga, tapi
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan langgeng
sampai maut memisahkan. Masih ingat kan doa-doa para keluarga
dan tamu saat menikah dulu?

Berkeluarga bukan seperti gusi dan gigi, saat sudah tua sudah
capek memegang akhirnya lama-lama gigi dilepas. Atau bahkan
lebih parah dipaksa cabut! Jangan ya Bro.

Pada saat tertentu istri meminta untuk disayang, dibelai dan
dimanja. Jika istri melakukan ini, sebagai seorang suami, apalagi
pengantin lama, jangan langsung sewot dan bilang ngapain sih
lebay amat jadi istri.

Coba geser lagi ke atas, sifat dasar wanita nomor 1. Ternyata,
Allah SWT memang menganugerahi kaum hawa sifat kekanak-
kanakan, meskipun sudah menjadi seorang istri atau seorang ibu.
Mohon maaf ya ibu-ibu kalau rahasianya sedikit terungkap.

37

Di lain waktu, seorang wanita, berlagak sebagai seorang Ratu
sejagat. Dandan heboh bak Miss World dengan parfum wangi yang
bisa tercium orang se-RT. Wangi semerbak...
Di waktu lain, sang Ratu bisa memberikan perintah ngepel lantai,
membersihkan ikan, menyapu dan pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga lainnya. Jika sang istri melakukan ini, sang suami harap
maklum pula karena memang Allah SWT memberikan seorang
wanita karakter No. 2 yaitu karakter sebagai Seorang Ratu.
Karakater yang Ketiga adalah sang kaya raya. Seorang wanita
kalau ke mal atau pasar, tidak senang hatinya kalau tidak belanja.
Beli apa saja, yang penting belanja. Terutama tas, sepatu dan
aksesoris. Dia akan stress dan tertekan jika tidak mengeluarkan
uang untuk belanja dalam beberapa hari. Jika ini terjadi, jangan
heran, karena memang dalam diri seorang wanita ada karakter
sebagai seorang kaya raya meskipun uangnya dari suaminya.
Apalagi kalau si Istri punya penghasilan sendiri, bisa lebih
wah...lagi. So, sebagai seorang suami sabar..sabar ya!

38

HIDUP PASAN-PASAN

Sebuah perbicangan bersahaja antara Aji dan seorang Pembeli
yang ingin membeli sarung di pasar Sentral.
Pembeli : Assalamu Alaikum Bapak Aji, apakah ada jual sarung?
Aji: Waalaikumussalam Wr. Wb. Ya, ada ibu. Silahkan dipilih mau
yang mana?
Pembeli : Yang ini. Berapa harganya?
Aji: Oh yang itu lima puluh ribu rupiah per lembar.
Pembeli : Bisa kurang Pak Aji? Saya mau beli 1 kodi
Aji: Bisa.
Pembeli : 500 ribu 1 kode bisa tidak pak Aji?
Aji : Nawar berapa Ibu?
Pembeli : 500 ribu pak Aji untuk 1 kodi.
Aji mengerutkan kening mendengar pembeli menawar barang
dagangnya jauh di bawah modal.
Aji : Terima kasih Ibu sudah mau menawar. Apakah Ibu mau jual
lagi sarung ini?
Pembeli : Iya Pak Aji.
Aji sebenarnya sudah membaca karakter si Ibu. Aji Cuma ingin
memastikan apakah si Ibu pembeli nawar harga karena tidak tahu
atau sekedar coba-coba aja.
Menjual eceran seperti pekerjaan Aji sehari-hari selama beberapa
puluh tahun memungkinkan mengerti psikologi dan karakteristik
orang. Tidak heran selama berjualan di pasar, dia tahu kapan

39

harus ramah terhadap pembeli, kapan harus alot, kapan harus
“memarahi” pembeli, kapan harus saklek kalo mau beli bayar kalau
tidak cari aja tempat lain.

Pada kasus pembeli sarung diatas, Aji bersikap ramah terhadap

pembeli. Dia melihat pembeli ini memang mau membeli tapi

menawar karena memang tidak tahu harga. Menurut

pengamatannya pembeli ini tipe orang yang rasional.

Aji pun melanjutkan percakapan dengan si Ibu.

Aji: Kalau Ibu tawar segitu, tidak bisa Ibu. Tawaran Ibu jauh di
bawah modal kami. Ibu kan mau jual lagi, berarti mungkin Ibu
bukan hanya beli sekali dua kali tapi beberapa kali, atau bahkan
tahunan.

Ibu: Iya pak Aji. Kalau cocok maunya langganan.

Aji mulai mengeluarkan jurus-jurus pamungkasnya dalam
berjualan.

“Ibu, kami ini banyak menjual barang secara grosir. Pembeli
seperti ibu kami kategorikan sebagai grosir. Sehingga harga yang
kami berikan adalah harga grosir. Prinsip kami berdagang adalah
cari untung sama-sama, penjual dan pembeli”. Pembeli spontan
bertanya: Lho, Koq bisa?

“Begini Ibu, jika saya jual harga mahal ke Ibu pasti ibu tidak mau.
Betul khan? Seandainya pun saya bisa jual dengan harga tinggi ke
Ibu karena Ibu tidak tahu, nanti pada saatnya Ibu akan kecewa ke
saya setelah tahu harganya mahal. Lain kali Ibu paasti tidak akan
beli ke saya lagi sampai kapan pun bahkan mungkin Ibu akan
nyumpah-nyumpahin saya dan akan sampaikan ke teman-teman
Ibu, jangan beli ke orang itu, harga barangnya mahal. Kami

40

mengharamkan diri kami mengambil untung berlebih-lebihan
karena kami menganggap itu perbuatan menipu orang lain.

Sebaliknya, jika saya jual pokok atau bahkan rugi, kita tidak bisa
berlangganan karena saya tinggal menunggu hari untuk tutup
karena bangkrut. Jika hal ini terjadi, bukannya saya dan Ibu jadi
rugi? Saya tidak bisa jual barang, Ibu pun tidak bisa beli barang.
Bisnis kita akhirnya tidak ada yang bisa berjalan. Si Ibu
terbengong-bengong mendengarkan penjelasan Pak Aji. Pikirnya
dalam hati, betul juga ya.

Ibu, barang seperti ini paling kami ambil untung antara 250 – 500
rupiah per lembar. Yang penting bagi kami, yang terjual banyak
lembarnya dan pembeli seperti Ibu bisa belanja terus menerus.
Kali sering kali banyak jadi besar juga. Bukankah Allah SWT
menurunkan air hujan setitik demi setitik. Tidak ada hujan yang
turun langsung segentong. Namun setitik demi setitik itulah bisa
memenuhi selokan, memenuhi sungai, memenuhi danau yang luas,
bahkan bisa meluap membanjiri wilayah sekitarnya.

Kita hidup perlu saling melengkapi dan tidak boleh serakah, apalagi
menipu dan mengambil hak-hak orang lain. Allah SWT telah
menciptakan mekanisme hidup untuk selalu mencari keseimbangan
baru”.

Bapak Aji memang pintar ya ngomongnya, kata Si Ibu. Coba Ibu
telaah apakah yang saya sampaikan ada yang salah, kembali Aji
melanjutkan pembicaraannya. Benar sih Bapak Aji. Iya deh Pak
Aji saya ambil 1 kodi sarung jenis ini.

41

Hidup Pas-Pasan

Pada kesempatan lain di sela-sela waktu luang yang kosong
pembeli, teman sesama pedagang berbincang-bincang dengan Aji
mengenai pengembangan usaha.

“Ji, melihat perkembangan jaman sekarang ini, sepertinya usaha
kita susah menjadi besar tanpa dukungan permodalan dari Bank. Si
Anu sekarang sudah besar berkat dukungan dari Bank”. Demikian
teman sejawat memulai perbicangan.

“Ya, mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu”. Aji
menimpali pembicaraan. “Ada banyak alasan dan cara untuk
pengembangan usaha. Menurut pandangan saya, menggunakan
dana perbankan untuk pengembangan usaha, harus benar-benar
dihitung matang-matang. Yang namanya bank, sekali dananya kita
terima, sejak itu pula bunganya akan bergulir. Dia tidak mau tahu
kita ada pembeli atau tidak, dalam keadaan susah atau tidak,
bunganya akan terus berjalan. Kalkulator penghitung bunganya
sangat canggih dan tidak pernah tidur. Meskipun kita tidur pulas,
si kalkulator tetap saja terus menghitung. Setiap melewati jam 12
malam, bunga sekian persen, malam berikutnya tambah lagi sekian
persen, malam berikutnya tambah lagi sekian persen. Begitulah
seterusnya tanpa terasa sudah akhir bulan, harus bayar bunga dan
pokoknya.

Biasanya kalau Al-Quran sudah memberikan peringatan pasti ada
sesuatu dibaliknya yang kita harus ambil pelajaran.

Di usia saya yang sudah setua ini, saya sudah sangat bersyukur
dengan apa yang Allah SWT sudah berikan kepada saya. Allah
SWT sudah memberikan hidup pas-pasan. Pas butuh makan ada
makanan yang bisa mengobati lapar, pas butuh minum ada

42

minuman yang bisa diminum untuk melepas dahaga, pas butuh
angkutan ada kendaraan yang bisa angkut, pas mau naik haji ada
biaya dan kesempatan, pas butuh istirahat, tubuh dan pikiran bisa
tidur terlelap. Mungkin Allah SWT mengabulkan doa-doa saya
selama ini. Ya Allah SWT berikanlah hamba-Mu ini sesuai dengan
apa kebutuhan saya, bukan sesuai dengan nafsu serakah saya.
Saya tidak meminta uang yang banyak, tapi saya meminta sesuai
dengan kebutuhan saya”.

43

SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN

Bekerja di sektor pemerintahan sebagai Aparat Sipil Negara (ASN),
POLRI dan TNI adalah impian bagi sebagian besar orang. Sebagai
ASN, bisa bekerja sebagai guru, dosen, dokter, pegawai pemda,
ASN Perhubungan, ASN bidang keuangan dan berbagai bagian
lainnya. Sebagian lagi bercita-cita menjadi pegawai, karyawan
swasta perusahaan besar atau karyawan BUMN.

Sebagian orang tua, bahkan sebagian besar, menyekolahkan
anaknya supaya bisa segera bekerja di sektor-sektor yang mapan
dan menjanjikan, dengan gaji tetap dan besar supaya
kesejahteraan sang anak bisa terjamin sampai hari tua. Sebuah
cita-cita dan harapan yang mulia dan sangat-sangat logis.

Dari sebagian besar orang tersebut, Bapak Aji termasuk anomali.
Sudah tahu bagaimana beratnya hidup tanpa pekerjaan dengan
gaji tetap, tetap saja berjuang di jalur wiraswasta. Mungkin karena
keterpaksaan, mungkin karena tidak ada kesempatan, mungkin
karena memang dia tidak punya pendidikan yang memadai untuk
masuk ke sektor pekerjaan formal. Ya betul, bagaimana bisa
masuk ke sektor formal kalau tidak punya pendidikan formal, wong
tidak pernah sekolah. SD saja tidak pernah.

Namun bukan itu semata. Ternyata ada alasan ekonomi di balik
itu. Dalam pemikirannya, bekerja dengan gaji tetap, hasil akhirnya
akan segitu-segitunya. Orang yang bikin struktur penggajian
adalah orang ahli di bidangnya, tidak mungkin bikin struktur gaji
yang memuaskan orang yang digaji. Begitulah logika sederhana
Bapak Aji yang tidak pernah tahu bagaimana besarnya gaji para
eksekutif perusahaan besar, para pemimpin daerah, para pejabat-
pejabat pemerintahan.

44

Usut punya usut dia belajar dari pengalamannya saat menjalankan
usaha kecil-kecilannya yang kadang-kadang dibantu oleh orang
lain. Orang yang membantunya diberinya upah menurut standar
kelayakan dia. Dia juga belajar dari pedagang-pedagang lainnya
dalam menggaji karyawannya, polanya sama saja, si bos
memberikan gaji dengan standar minimum. Kalau dianalogikan
dengan sekarang mungkin setara dengan Standar Upah Minimum
Regional.

Memberikan upah terhadap karyawan, menurut Bapak Aji, juga
harus hati-hati karena kalau terlalu kecil sampai di bawah
kebutuhan minimal yang artinya makan saja tidak cukup, si
pemberi upah bisa menjadi biangnya pencuri. Kenapa demikian?
Orang yang digaji jika kebutuhan minimalnya tidak terpenuhi, akan
mendorong dia melakukan praktek-praktek curang, yang salah
satunya adalah mencuri demi memenuhi kebutuhan utamanya
untuk hidup yaitu makan. Jadi harus ada keseimbangan besaran
gaji yang membuat orang kerja bisa hidup layak, tapi si pemberi
kerja juga bisa melangsungkan usahanya secara
berkesinambungan.

Dia berpikir lebih lanjut, kalau seorang anak buah tiba-tiba gaya
hidupnya melebihi dari standar penghasilannya, pasti ada sumber
lain pendapatannya diluar upah rutin. Jawaban yang paling logis
menurut dia, mungkin dari harta warisan orang tuanya. Selain itu,
kemungkinan besar dari sumber-sumber yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan.

Demikian kesimpulan yang diambil tanpa melalui riset yang
mendalam dan terakreditasi. Tidak bisa dijadikan sebagai
kebenaran yang mutlak.

45

Dengan dasar pemikiran sederhana seperti itu, dia terus
mendorong dirinya dan orang lain untuk berwiraswasta supaya
tingkat kesejahteraan bisa lebih baik. Selain itu, ada rasa puas
bisa membantu orang lain dengan memberikan lapangan
pekerjaan.

Apakah ada korelasi pemikiran sederhana seorang pemuda dusun
Bapak Aji dengan tingkat kemakmuran suatu negara?

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki
dalam Forum webinar UMKM Go Digital: From Local to Global
Champion, Kamis (26/11/2020) mengungkapkan bahwa rasio
kewirausahaan Indonesia masih tertinggal dari sejumlah negara
utama di kawasan Asia Tenggara. Teten mencatat, per November
2020, tingkat rasio kewirausahaan di Indonesia baru mencapai
sekitar 3,47 persen. Angka ini masih di bawah Singapura yang
sudah mencapai 8,76 persen, Malaysia dan Thailand mendekati
angka 5 persen.

Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju setidaknya
tingkat rasio kewirausahaan harus berada di angka minimal 10
persen. Angka ini sesuai dengan hasil penelitian dari beberapa ahli
yang menyebutkan bahwa suatu negara disebut maju apabila rasio
wirausaha berkisar 10 sampai 14 persen.

Wahai anak-anak milenial, Aji menaruh harapan besar kepada
kalian semua untuk mewujudkan paling tidak wirausaha Indonesia
mencapai angka 10 persen. Cukup 27 juta orang dari kalian
menjadi wirausaha, Insya Allah, Indonesia akan menjadi negara
maju. Negara yang rakyatnya bisa makan layak 3 kali sehari,
punya tempat berlindung dari panas dan hujan yang layak, bisa
memakai pakaian layak, anak-anak bisa pada sekolah sampai

46

Perguruan Tinggi, ada jaminan sosial jika sakit, dan ada jaminan
hari tua jika sudah tidak produktif.

47


Click to View FlipBook Version