KLASIFIKASI
DIPTERA DAN HYMENOPTERA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Entomologi
Dosen:
Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd.
Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd., M.Si.
Saiman Rosamsi, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 8
Dilla Fitri Hermawan 185040014
Rania Khusnul Hasanah Sidik 185040032
Shiva Fatimah Putri Dea Ismy 185040041
Nurul Syifa 185040046
Siti Unayah 185040057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat–Nya sehingga
tugas flipbook mengenai Klasifikasi Serangga Ordo Diptera dan Hymenoptera dapat
terselesaikan. Adapun tugas dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Entomologi yang diampu oleh Tim Dosen Dr. H. Uus Toharudin M.Pd., Ida Yayu Nurul
Hizqiyah, S.Pd., M.Si., Saiman Rosamsi, S.Pd., M.Pd.
Penulis berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis juga berharap informasi didalamnya dapat menjadi bacaan pembelajaran mengenai
mata kuliah Entomologi.
Penulis menyadari bahwa ada kekurangan pada tugas ini. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun diharapkan demi perbaikan tugas ini kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
BAB I..............................................................................................................1
ORDO DIPTERA...........................................................................................1
A. Morfologi Diptera ............................................................................. 2
B. Anatomi Diptera ............................................................................... 7
C. Fisiologi Diptera................................................................................. 8
D. Siklus Hidup Diptera ........................................................................ 11
E. Klasifikasi Diptera ............................................................................ 12
F. Peranan Diptera .................................................................................. 31
BAB II .......................................................................................................... 35
ORDO HYMPENOPTERA .......................................................................... 35
A. Morfologi Hymenoptera ................................................................... 35
B. Anatomi Hymenoptera...................................................................... 37
C. Fisiologi Hymenoptera ....................................................................... 39
D. Siklus Hidup Hymenoptera ............................................................... 46
E. Klasifikasi Hymenoptera ...................................................................48
F. Peranan Hymenoptera .........................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Morfologi Diptera ............................................................................................................................2
Gambar 2. Kepala Lalat.........................................................................................................................................2
Gambar 3. Sungut Diptera ..................................................................................................................................4
Gambar 4. Sungut Diptera ..................................................................................................................................5
Gambar 5. Perangka Sayapan Umum Diptera ............................................................................................7
Gambar 6. Siklus Hidup Lalat..........................................................................................................................11
iii
BAB I
ORDO DIPTERA
Diptera adalah salah satu ordo yang terbesar dari ordo serangga, angota–
anggotanya secara individual dan jenis sangat banyak dan hampir terdapat
dimanamana. Diptera dapat di bedakan langsung dari serangga–serangga lain dengan
istilah lalat (lalat–lalat gergaji, lalat–lalat batu, lalat–lalat caddis,capung dan lainnya)
dengan kenyataan bahwa mereka memiliki sepasang sayap. Sayap depan dan sayap–
sayap belakang tersusut menjadi struktur–struktur seperti kenop yang disebut halter,
yang fungsinya sebagai organ–organ keseimbangan (Borror, 1996, hlm. 619).
Ordo diptera (dis=dua) mempunyai metamorfosa yang sempurna, tipe alat mulut
untuk mengunyah atau menghisap atau mengjilat dan menghisap membentuk alat
mulut yang seperti belalai disebut probosis. Probosis ini dapat ditarik kedalam atau
dijulurkan sesuai dengan keperluan hewan tersebut. Sesuai dengan namanya, hewan
dari ordo ini mempunyai 2 pasang sayap depan, sedangkan sayap belakang berubah
bentuknya menjadi suatu bulatan kecil yang disebut haltere. Haltere ini digunakan
sebagai alat keseimbangan dan alat untuk mengetahui keadaan angin.
1
A. Morfologi Diptera
Memiliki sepayang sayap, sayap kedua telah termodifikasi menjadi organ
penyeimbang yang disebut halter. Bagian mulutnya teradaptasi untuk menghisap
menusuk atau menjilat.
Gambar 1. Morfologi Diptera
(Sumber: http://imancipta.blogspot.com/)
a. Kepala dan Sutura–Sutura Toraks
Sutura kepala utama lalat adalah sutura frontalis dalam bentuk U yang
terbalik yang menjulur dar atas dasar sungut lateroventral ke arah tepi–tepi bagian
bawah mata majemuk. Sutura ini umumnya disebut sutura frontalis.
Gambar 2. Kepala Lalat
(Sumber : Borror, 1996, hlm. 628)
2
b. Mata
Mata lalat sering menempati sebagian besar permukaan kepala, terutama
pada jantan, di mana mata dapat bertemu di garis tengah (holoptik). Pada lalat
betina, dengan sedikit pengecualian, matanya tidak bertemu (dikoptik). Pada
beberapa keluarga, terutama lalat perampok dan lalat akaliptrat kecil, kedua jenis
kelamin bersifat dichoptic. Lalat parasit, atau mereka yang hidup di tempat
terpencil, mungkin memiliki mata yang sangat kecil atau tidak memiliki mata sama
sekali. Biasanya, bagaimanapun, mata majemuk lalat mengandung banyak
segi; misalnya, lalat rumah memiliki 4.000 segi di setiap matanya, kira–kira rata–
rata untuk serangga.
c. Mulut
Bagian mulut lalat disesuaikan untuk mengisap. Kebanyakan lalat memiliki
rahang atas; banyak juga yang memiliki mandibula, bilah memanjang yang
menutupi alur di labium dan membentuk saluran tubular untuk mengisap
cairan. Pada beberapa betina (misalnya, lalat penghisap darah, nyamuk)
mandibula bertindak sebagai stilet penusuk untuk mengambil darah. Mandibula
menjadi tidak berfungsi atau hilang seluruhnya relatif awal dalam evolusi lalat dan
oleh karena itu keluarga penghisap darah yang berevolusi kemudian harus
mengembangkan metode penindikan lainnya.
d. Sungut
Secara dasar sungut seekor lalat terdiri dari tiga ruas, ruas dasar (scape),
pedikel dan flagellum. Pada nematocera flagellum dibagi menjadi empat atau lebih
subdivisi yang dapat bergerak dan jelas yang diesbut ruas–ruas, tetapi seringkali
disebut flagellomer. Pada beberapa brachycera rus sungut yang ketiga dibagi lagi,
3
tetapi pembagian tersebut tidak sejelas anta tiga ruas dasar, dan ruas tersebut
mengalami annulasi. Pada beberapa muscomorpha bentuk ruas sungut yang kedua
dapat dipakai untuk memisahkan kelompok–kelompok yang berbeda.
Gambar 3. Sungut Diptera
(Sumber : Borror, 1996, hlm. 625)
Keterangan:
A (Mycetophilidae);
B (Bibionidae);
C (Stratiomyidae);
D (Tabanidae);
E (Asilidae);
F (Stratiomyidae);
G (Calliphoridae);
H(Tachinidae).
4
e. Tungkai
Memiliki struktur empodium, ada tidaknya taji–taji tibia, dan adanya
bulubulu rambut tibia tertentu. Empodium adalah satu struktur yang timbul dari
antara kuku–kuku pada ruas tarsus terakhir. Empodium adalah rambut yang tidak
ada pada kebanyakan lalat–lalat, tetapi pada bebrapa famili empodiumnya besar
dan berselaput tipis menyerupai pulvilli. Pulvilli adalah bantalan–bantalan pada
ujung ruas tarsus pada dasar masing–masing kuku. Taji–taji adalah struktur–
struktur sperti duri biasanya terletak pada ujung distal tibia. Rambut–rambut yang
sebelum ujung tibia adalah rambut–rambut pada bagian luar atau dekat dengan
permukaan ujung dorsal.
Gambar 4. Tungkai Diptera
(Sumber : Borror, 1996, hlm. 653)
Keterangan:
A (Tarsus belakang Sphaerecoridae);
B (Tungkai tengah Scyomizidae):
C (Tungkai belakang Platypezidae)
f. Sayap
Lalat dewasa hanya memiliki satu pasang sayap, pada mesothorax atau ruas
toraks kedua. Sayap belakang, dimodifikasi menjadihalteres , memiliki tangkai dan
5
kenop, atau gada, yang mungkin besar dan berat relatif terhadap ukuran
lalat. Halter bergetar ke atas dan ke bawah dalam waktu dengan sayap dan
bertindak sebagai giroskop dalam penerbangan. Jika lalat menguap, berguling, atau
meloncat selama penerbangan, halter, mempertahankan bidang gerakan aslinya,
memutar di pangkalannya, di mana sel saraf khusus mendeteksi putaran dan
menyebabkan lalat memperbaiki sikap terbangnya.
Sayap lalat memiliki pola pembuluh darah yang jelas; masing–masing
memiliki nama dan lokasi karakteristik, seringkali nilai taksonomi. Beberapa lalat
sejati memiliki retikulasi (jaringan pembuluh darah kecil) seperti pada banyak
serangga lain yang keliru disebut lalat (misalnya, lalat capung
, capung, dobsonflies ). Lalat primitif cenderung memiliki venasi sayap yang
kompleks, sedangkan lalat tingkat lanjut memiliki venasi yang lebih kecil dan
sederhana. Beberapa pengusir hama kecil (misalnya, Cecidomyiidae , Sciaridae,
Mycetophilidae) juga telah mengurangi venasi sayap. Pengurangan atau hilangnya
sayap terjadi di banyak keluarga, terutama yang menghuni tempat berangin
(misalnya, gunung, pulau) atau gua, atau yang merupakan parasit eksternal di
antara bulu dan bulu.
Pada kebanyakan sayap–sayap lalat terdapat satu sobekan pada sisi posterior
sayap yang dekat dengan memisahkan dari sebuah gelambir dasar yang keci yang
disebut alula. Arah distal dari alula terdapat satu sudut anal sayap dan gelambir
yang disebut gelambir anal. Pada dasar terakhir dari sayap terletak di bagian asar
alula yang disebut calypteres (Borror, 1996, hlm. 619).
6
Gambar 5. Perangka Sayapan Umum Diptera
(Sumber : Borror, 1996, hlm. 626)
B. Anatomi Diptera
Larva Dipteran dapat dibedakan dari kebanyakan serangga lain dengan tidak
adanya kaki toraks yang tersegmentasi. Alih–alih kaki bersendi tradisional, banyak
kelompok memiliki satu atau lebih pasang berdaging, proleg lokomotor di dada dan /
atau perut, masing–masing dengan duri melengkung atau bahkan seperti kait.
Turberkel berdaging terjadi pada beberapa spesies dan melayani fungsi sensorik dan
lokomotor. Kepala larva mungkin terbuka dan sangat sclerotized, seperti pada pengusir
hama, atau sangat berkurang dan hanya sebagian yang terlihat (kadang–kadang hanya
dengan mulut menonjol). Dada dan perut biasanya berdaging, kadang–kadang dengan
pelat sclerotized tersebar, dan seluruh tubuh biasanya berbentuk tabung dan panjang;
panjang rata–rata adalah 2–25 mm tetapi dapat mencapai 10 cm pada beberapa
spesies. Bantalan sayap selalu tidak ada pada larva tetapi ada di kepompong.
Banyak larva bernafas di kulit, dan insang kecil hadir di beberapa taksa. Dipteran
lainnya memperoleh oksigen dari atmosfer menggunakan spirakel dan tabung
pernapasan panjang atau pendek (seperti pada nyamuk). Beberapa kelompok
mengekstrak oksigen dari jaringan tanaman. Beberapa pengusir hama sejati yang sering
habitat yang agak anoxic, seperti cacing darah (sejenis midge sejati), memiliki bentuk
7
invertebrate pigmen pernapasan hemoglobin yang membantu menangkap molekul
oksigen.
Diptera dewasa panjangnya berkisar dari 1 hingga 12 mm tetapi raksasa relatif 25–
60 mm diketahui; itu yang terakhir termasuk Tipulidae. Mereka memiliki tubuh
berbentuk tabung panjang dan sepasang sayap membran; sayap belakang belum
sempurna dan tidak berfungsi untuk terbang. Dalam memberi makan orang dewasa,
bagian mulutnya adalah disesuaikan untuk mengkonsumsi makanan cair baik
menggunakan bantalan tumpul untuk menyeka cairan atau tabung tajam untuk
menembus daging dan menyedot cairan, seperti pada nyamuk. Meskipun Tipulidae
kadang–kadang disebut "elang nyamuk," mereka tidak memakan nyamuk, juga tidak
akan menggigit manusia.
C. Fisiologi Diptera
Ordo Diptera memiliki sifat dimorfisme yang artinya tubuh lalat jantan lebih kecil
dibandingkan lalat betina. Tanda–tanda makroskopis yang dapat dilihat dari tubuh lalat
buah yaitu adanya warna gelap yang terletak pada ujung abdomen, pada kaki depan
lalat buah dilengkapi dengan sisir kelamin yang terdiri dari gigi hitam mengkilap. Ordo
diptera, pada umumnya ringan dan memiliki eksoskeleton atau integumen yang kuat
yang didalamnya terdapat jaringan otot dan organ lainnya. Integumen serangga
memiliki berbagai saraf penerima rangsang cahaya, tekanan, bunyi, temperatur, angin
dan bau di seluruh permukaan tubuhnya.
Serangga seperti halnya lalat buah memiliki tiga bagian tubuh yaitu caput (kepala),
toraks (dada), dan abdomen (perut). Fungsi dari kepala sebagai tempat terjadinya
mekanisme sentral (bagian otak). Otak akan mengenali dan membedakan jenis bau
yang dikenali apakah bau tersebut menarik atau tidak, kemudian lalat akan membuat
keputusan perilaku yang sesuai dengan daya tariknya. Lalat buah dapat membedakan
8
jenis bau dan rasa dengan menggunakan kemampuan kemosensorik yang mereka
miliki.
Sistem kemosensorik memungkinkan hewan khususnya lalat buah untuk
mengorientasi diri mereka dalam lingkungan. Sistem Kemosensorik yang dimiliki oleh
lalat hanya terdiri dari sebagian kecil jumlah sel yang dimiliki oleh vertebrata. Lalat
dapat merasakan suatu bau / aroma dengan menggunakan organ penciuman yang
terletak di kepalanya dengan bentuk yang berbeda dari hewan lainnya. Lalat memiliki
neuron reseptor penciuman yang berada di segmen ketiga antena dan di bagian palp
rahang atas, keduanya tertutup oleh rambut–rambut halus (sensilla) yang berfungsi
melindungi reseptor tersebut dari kondisi lingkungan tertentu.
Pada kenyataannya bentuk indera penciuman yang dimiliki oleh lalat buah sangat
berbeda dengan yang dimiliki oleh mamalia, akan tetapi morfologi dari neuron yang
mendasari indera penciuman tersebut sangat mirip dengan yang dimiliki oleh
vertebrata pada umumnya. Lalat dewasa terbang menempuh jarak yang cukup jauh
untuk mendapatkan nutrisi dan mencari pasangan serta melakukan siklus bertelur.
Jarak terbang Lalat tergantung pada ketersediaan makanan, rata–rata terbang lalat
yaitu 6 – 9 km atau sekitar 72 mil dari tempat perkembangbiakan sebelumnya, lalat
mampu terbang sejauh 4 mil/ jam.
Tubuh lalat biasanya pendek dan ramping, telah beradaptasi dengan gerakan
udara. Tagma pertama dari lalat, kepala, terdiri atas ocelli, antena, mata majemuk,
dan bagian–bagian mulut (labrum, labium, mandibula, dan maksila). Tagma kedua,
toraks, menahan sayap dan memiliki otot–otot terbang pada ruas kedua, yang
bentuknya membesar. Ruas pertama dan ketiga bentuknya lebih kecil. Pada ruas ketiga
toraks terdapat halter, yang membantu menyeimbangkan lalat selama terbang. Adaptasi
9
lebih lanjut untuk terbang adalah pengurangan jumlah ganglion saraf dan konsentrasi
jaringan saraf di toraks, suatu ciri yang paling berbeda pada infraordo Muscomorpha.
Lalat memiliki kepala yang dapat bergerak dengan mata dan sebagian besar
memiliki mata majemuk yang besar di sisi kiri dan kanan kepalanya, dengan tiga ocelli
kecil di atasnya. Untuk pengendalian arah pandangan, wilayah jangkauan optik
dianalisis oleh sekumpulan neuron yang sensitif terhadap gerakan. Satu bagian dari
neuron–neuron ini diduga digunakan untuk mengestimasi parameter–parameter
gerakan sendiri, seperti mengoleng, berguling, dan berbelok. Neuron–neuron lainnya
diduga digunakan untuk menganalisis materi penglihatan itu sendiri, seperti
mengidentifikasi bentuk suatu figur di tanah dengan menggunakan paralaks
gerak. Bentuk antena beragam, tetapi seringnya pendek untuk mengurangi beban saat
terbang.
Tidak ada spesies lalat yang memiliki gigi atau atau organ lainnya yang
memungkinkan mereka untuk memakan makanan padat. Lalat hanya mengonsumsi
makanan cair atau butiran–butiran kecil, seperti serbuk sari, dan bagian–bagian mulut
dan pencernaan mereka menunjukkan modifikasi yang bervariasi sesuai dengan jenis
makanannya. Tabanidae betina menggunakan mandibula dan maksila seperti pisau
untuk membuat sayatan menyilang di kulit inang dan mengisap darahnya. Perut
tabanidae termasuk divertikula besar, memungkinkan serangga tersebut menyimpan
sejumlah kecil cairan setelah makan.
10
D. Siklus Hidup Diptera
Dalam siklus hidupnya diptera, contohnya lalat, melewati 4 tahapan yaitu mulai
dari telur, larva, pupa dan dewasa.
Gambar 6. Siklus Hidup Lalat
(Sumber: https://jagad.id/metamorfosis–lalat/)
1. Fase Telur
Telur lalat berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya.
Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–
16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12–13 º C) 2.
2. Fase Larva
Tingkat I
Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm,
berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap
makanan, setelah 1–4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
Tingkat II
Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah satu sampai beberapa hari
maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III.
11
Tingkat III
Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3 sampai
9 hari. Larva mencari tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan
berpindah–pindah tempat.
3. Fase Pupa (Kepompong)
Jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini
berlangsung 3 sampai 9 hari, setelah stadium ini selesai maka melalui celah
lingkaran bagian anterior akan keluar lalat muda.
4. Dewasa (Lalat Dewasa)
Proses pematangan menjadi lalat dewassa kurang lebih dari 15 jam dan
setelah itu siap mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2 – 4
minggu.
E. Klasifikasi Diptera
Ordo diptera ini terbagi menjadi 3 sub ordo, yaitu Nematocera (23 famili),
Brachycera (17 famili) dan Cyclorrhapha yang terbagi dalam dua golongan schizopora
dan aschiza.
1. Sub Ordo Nematochera
Lalat–lalat bersungut panjang, penampilannya seperti nyamuk, agas
betungkai panjang, kecil dan ramping (Borror, 1996, hlm 661). Sub ordo
Nematocera antena nampak beruas 6, pada yang jantan plumose. Venasi sayap
bervariasi dari yang lengkap sampai ke yang meredeuksi. Tubuh langsing kaki
panjang dan antena panjang. Sub ordo ini memiliki bebrapa famili yaitu, Tipulidae,
Culicidae dan Cecidomyiidae” (Hadi, 2009, hlm 142).
12
Lalat–lalat bertungkai panjang. Tanyderidae adalah serangga–serangga
berukuran sedang dengan sayap–sayap yang berpita dan tahapan–tahapan larva
terdapat di dalam tanah berpasir yang sangat basah pada tepi–tepi aliran air
(Borror, 1996, hlm 661). Contohnya adalah hewan Tipula simplex.
a) Famili Tipulidae
Lalat–lalat pengangkat tubuh bertungkai panjang. Tungkai–tungkai biasanya
panjang dan ramping dan mudah putus. Tubuh memanjang dan ramping,
sayap–sayap panjang dan sempit. Lalat–lalat pengangkat tubuh biasanya hanya
hidup bebrapa hari. Terdapat tiga sub famili tipulidae yaitu tipulinae,
cylindrotominae dan limoniidae (Borror, 1996, hlm 661). Contoh hewannya
adalah (Tipula sp.).
b) Famili Blephariceridae
Agas–agas bersayap kelabu. Serangga ini bertungkai panjang seperti nyamuk
atau seperti serangga tipulid, panjangnya 3–13 mm. Mereka berbeda dari
tipulidae karena tidak mempunyai sutura yang berbentuk V pada mesonotum.
Kadang–kadang memiliki satu jaring dari garis–garis yang halus antara rangka–
13
rangka sayap, sudut anal dari sayap berkembang. Jika dewasa dapat ditemukan
dekat aliran–aliran air yang mengalir cepat tetapi tidak umum. Larva hidup
dalam air yang deras, bergantung pada batu–batu karang dengan satu deretan
alat penghisap ventral.
c) Famili Deuterophlebiidae
Agas–agas gunung. Agas–agas ini aneh karena mempunyai sayap–sayap
seperti kipas yang lebar dan yang jantan memunyai sungut yang sangat panjang
(kira–kira empat kali panjang tubuh). Empat jenis Deuterophlebia dikenal dari
barat (Colorado sampai kalifornia, ke utara sampai Alberta), ditempat tersebut
larva terdapat di dalam aliran–aliran air yang deras (Borror, 1996, hlm 663).
d) Famili Nymphomyiidae
Salah satu dari famili ini adalah Palaeodipteron walkeriide, yang telah
dikumpulkan dari aliran–aliran air di (Quebeck, New Brunswick dan Maine).
Adalah serangga yang pucat, panjangnya 1,5–2,5 mm. sayap–sayap sangat
sempit dan melancip dibagian ujung, dengan sebuah perangka sayapan yang
sangat meyusut dan satu umbai yang sangat panjang. Kebanyakan spesimen dari
jenis ini yang telah dikumpulkan mempunyai sayap–sayap yang telah patah
14
dengan potongan–potongan yang tertinggal. Halter bagus berkembang dan
tungkai–tungkai panjang dan ramping. Mata majemuk terpisah di bagian dorsal
dan bersinggungan di bagian ventral dan terdapat sebuah mata tunggal pada
masing–masing sisi kepala di bawah mata majemuk. Larvae terdapat diantara
lumut–lumut akuatik pada batu–batu di aliran–aliran air yang sangat cepat
mengalir (Borror, 1996, hlm 663).
e) Famili Axymyiidae
Famili ini mencakup dua jenis Amerika Utara, Axymya furcata McAttee, yang
terdapat di timur dan jenis lain Axymya yang telah ditemukan di Oregon.
Adalah lalat–lalat yang bertubuh gendut yang berukuran sedang, menyerupai
bebrapa lalat rawa–rawa dengan sungut yang pendek dan sebuah perangka
sayap yang menciri. Larva terdapat di dalam rongga–rongga pada kebanyakan
kayu yang membusuk. Serangga ini relatif jaranag dijumpai, dan hanya sedikit
yang diketahui mengenai kebiasaaan hewan dewasa (Borror, 1996, hlm 663).
15
f) Famili Pachyneuridae
Kelompok ini mencakup jenis tunggal Amerika Utara, Cramptonomyia
spenceri Alexander, yang terdapat di barat laut (Oregon, Washington, dan
British Columbia). Berukuran sedang, bertungkai panjang dan bertubuh
ramping. Sayap–sayapnya mempunyai rangka melintang antara cabang–cabang,
sel pipih tertutup, dan bintik gelap di dekat ujung. Sungut kecil yang
panjangnya kira–kira sama dengan panjang keapala di gabungkan dengan
toraks. Lalatini jarang dijumpai, dan tahap–tahap dewasanay belum diketahui.
Larva genus lainnya dalam famili ini terdapat dalam batang pohon (Borror,
1996, hlm 663). Contoh hewannya adalah Cramptonomyia spenceri.
g) Famili Bibionidae
Lalat–lalat rawa–rawa, adalah berukuran kecil samapi sedang, biasanya
berwarna gealap, berambut atau rambut berbulu, dengan sungut pendek yang
timbul di bawha muka. Banyak mempunyai toraks merah atau kuning, sayap–
16
sayap seringkali mempunyai bintik yang gealap. Lalat deawasa kebanyakan
muncul pada waktu musim semi dan permulaan musim panas. Larva hidup di
dalam bahan organik yang membusuk dan diantara akar–akar tumbuhan
(Borror, 1996, hlm 664). Contoh hewannya adalah Plecia neractica.
h) Famili Mycetophilidae
Agas–agas jamur adalah serangga–serangga yang ramping seprti nyamuk
dengan koksa–koksa yang memanjang dan tungkai–tungkai yang panjang.
Biasanya terdapat di tempat–tempat yang lembab dan tempat tersebut terdapat
banyak tumbuhan–tumbuhan yang membusuk atau jamur (Borror, 1996, hlm
664). Contoh hewannya adalah Exechia spinuligera.
i) Famili Cecydomyiidae
Agas–agas bungkul adalah lalat–lalat yang kecil, panjangnya 1–5 mm,
lembut, dengan tungkai–tungkai yang panjang dan biasanya sungut–sungut
panjang dengan satu perangka sayap yang menyusut. Kelompok ini adalah
kelompok yang besar dengan kira–kira 1200 jenis di Amerika Utara, tetapi dua
pertiga adalah pembuat–pembuat bungkul. Larvae memakan tumbuhan–
tumbuhan atau hidup di dalam tumbuhan kayu yang sedang membusuk atau di
17
dalam jamur. Beberapa bersifat pemangsa serangga–serangga kecil lainnya
(Borror, 1996, hlm 666). Contoh hewannya adalah Cecidomyiidae sp.
“Lalat–lalat ngengat dan lalat–lalat pasir. Psychodidae adalah lalat–lalat seprti
ngengat kecil dan lembut biasanya sangat berambut. Jenis sayapnya yang umum
seperti atap diatas tubuh. Lalat dewasa terdapat di tempat teduh dan lemabab,
terkadanag di selokan atau saluran pembuangan limbah. Larvae terdapat di
dalam zat tumbuh–tumbuhan yang membusuk, lumpur, lumut atau air” (Borror,
1996, hlm 668). Contoh hewannya adalah Psychoda sigma.
j) Famili Trichoceridae
Lalat–lalat pengangkat tubuh bertungkai panjang musim dingin. Adalah
lalat–lalat yang berukuran sedang yang menyerupai lalat–lalat pengangkat
tubuh dalam famili Tipulidae. Mereka berbdea dari tipulid karena mempunyai
mata tunggal, biasanya terlihat pada musim gugur atau permulaan musim semi
dan beberapa dapat terlihat pada hari–hari yang sejuk pada musim dingin.
Larvae terdapat dalam zat sayuran yang membusuk (Borror, 1996, hlm 668).
Contoh hewannya adalah Trichocera annulata.
18
k) Famili Anisopodidae
Agas–agas hutan adalah kelompok kecil yang biasanya terdapat di tempat–
tempat yang lembab pada daun. Larvae hidup di dalam atau dekat denagan zat
organik yang membusuk, cairan tumbuhan yang mengalami peragian dan
material–material. Pada dewasa seringkali tertarik dengan cairan tumbuhan
yang mengalir (Borror, 1996, hlm 668). Nama hewannya adalah Agas sp.
l) Famili Ptychopteridae
Lalat–lalat pengangkat tubuh hantu (phantom), lalat ini serupa dengan
tipulid tetapi mereka hanya mempunyai satu rangkap sayap anal yang
mempunyai batas sayap dan tidak mempunyai sebuah sel diskal yang tertutup.
Jenis yang cukup umum dalam famili ini ialah Bittacomorpha clavipes
(Fabricius), yang mempunyai tungkai–tungkai panjang yang berkembang.
Bittacamorpha dan Bittacamorphella mempunyai sayap yang jernih dan tidak
bercabang. Larva hidup didalam zat sayuran yag membusuk di rawa–awa dan
kolam yang berpaya (Borror, 1996, hlm. 669).
19
m) Famili Culicidae
Nyamuk–nyamuk, famili ini dalah suatu kelompok serangga yang penting,
besar, dan terkenal. Larva adalah akutik dan yang daewsa dapat dikenali oleh
perangka sayap yang mencirikan sisik sepanjang rangka–rangka sayap dan
probiosis yang panjang. Larva nyamuk atau jentik–jentik terdapat di dalam
berbagai tempat akuatik, kolam–kolam, berbagai macam genangan air, di dalam
air dalam wadah–wadah buatan, di dalam lubang–lubang pohon dan pada
tempat–tempat lainnya, tetapi masing–masing jenis biasanya hanya terdapat di
dalam tipe habitat akuatik yang khusus (Borror, 1996, hlm. 670). Contoh
hewannya adalah Aedes taeniorhynchus.
2. Sub Ordo Brachycera
Sub ordo ini mencakup 84 dari 108 famili dan hampir 13.000 dari kira–kira
18.200 jenis diptera Amerika Utara. Kebanyakan dari anggota–anggotanya secara
relatif bertubuh gendut, dan ukurannya bervariasi sangat besar. Sungut–sungut
biasanya tiga ruas, tetapi ruas ketiga kadang–kadang dibagi menjadi subruas, dan
seringkali mengandung sebuah stili atau sebuah arista (Borror, 1992, hlm 677).
20
“Antena beruas 5 atau kurang, biasnya terdapat 3 buah, mempunyai style.
Tidak mempunyai frontal suture dan tubuh medium sampai besar. Sub ordo
Brachycera memiliki beberapa famili yaitu Tanabidae, Xylophagidae, Xylomyidae,
Rhagionidae, Nemestrinidae, Acrocoridse, Asilidae, Mydidae, Bombyliidae” (Hadi,
2009, hlm 142).
a) Famili Pelecorhynchidae
Kelompok ini mencakup delapan jenis, tujuh jenis Glutops dan satu jenis
Bequaertomyia. Jenis Glutops panjangnya kurang dari 10 mm dan beberapa
terdapat di timur, tetapi jenis lain terdapat di bagian barat. Larvae terdapat di
tanah yang basah dari rawa–rawa dan tebing–tebing aliran air dan bersipat
pemangsa, yang dewasa dari beberapa jenis dikenal memakan bunga–bunga
(Borror, 1996, hlm 678). Contohnya adalah hewan Pelecorhynchidae olivei.
b) Famili Tabanidae
Lalat–lalat kuda dan lalat–lalat rusa, kira–kira 350jenis tabanid terdapat di
Amerika Utara. Tabanidae adalah lalat–lalat yang bertubuh gemuk, berukuran
21
sedang sampai besar, yang betina adalah penghisap darah dan seringkali
menjadi hama–hama yang serius dari hewan peliharaan dan manusia.
Sedangkan yang jantan terutama memakan serbuk sari dari bakal madu dan
sering kelai terdapat pada bunga–bunga. Dua jenis kelamin sangat mudah
dipisahkan oleh matanya yang bersinggungan pada yang jantan dan terpisah
pada yang betina. Mata seringkali berwarna cemerlang atau iridesen. Larvae
dari kebanyakan jenis adalah akuatik dan bersipat pemangsa, dan yang dewasa
biasanya dijumpai dekat rawa–rawa, paya, genangan air. Kebanyakan lalat–lalat
kuda adalah penerbang–penerbang yang sangat kuat, dan beberapa jenis
kelihatannya mempunyai kisaran terbang beberapa kilometer (Borror, 1996,
hlm 678). Contoh hewannya adalah Hybomitra caucasica.
c) Famili Athericidae
Lalat–lalat ini dahulu ditempatkan dalam Rhagionidae, tetapi berbeda
dengan famili itu karena tidak mempunyai taji–taji pada tibiae depan dan
mempunyai sel tertutup pada abatas sayap. Kelompok ini adalah kelompok yang
kecil dengan hanya empat jenis Amerik Utara dan anggota–anggotanya tidak
umum. Mereka biasanya di dapatkan pada tumbuhan–tumbuhan yang
berbatasan dengan aliran–aliran air (Borror, 1996, hlm. 679). Contoh hewannya
adalah Nephrotoma appendiculata.
22
d) Famili Rhagionidae
Lalat–lalat penembak, berukuran sedang sampai besar dengan kepala agak
membulat, abdomen secara relatif panjang dan meruncing, tungkai–tungkai
agak panjang. Banyak jenis yang mempunyai sayap–sayap yang bertotol.
Tubuhnya mungkin telanjang atau tertutup drngan rambut yang pendek.
Kebanyakan berwarna kecoklat–coklatan atau abu–abu, tetapi bebrapa
berwarna hitam dengan totol putih, kuning atau hijau. Mereka umumnya di
dalam hutan–hutan terutama dekat tempat–tempat yang lembab dan pada dun–
daunan. Larva bersipat pemangsa pada serangga kecil (Borror, 1996, hlm. 680).
Contoh hewannya adalah Rhagio tringarius.
e) Famili Xylophagidae
Secara relatif adalah lalat–lalat yang tidak umum berukuran sedang sampai
besar. Mereka berwarna hitam, kadang–kadang mempunyai warna kuning, atau
semuanya kuning kemerah–merahan. Biasanya terdapat di daerah–daearh
hutan dan memakan caiaran atau bakal madu. Larva terdapat didalam tanah
(Cenomyia), dibayah kulit kayu (Xylopagus), atau dalam kayu gelondongan yang
23
membusuk (Rachicerus) (Borror, 1996, hlm. 681). Contohnya adalah hewan
Xylophagus ater.
f) Famili Xylomyidae
Lalat–lalat ini agak ramping seperti tabihan, panjangnya 5–15 mm. sedikit
berwarana cemerlang dengan tanda–tanda yang pucat pada latar belakang yang
kehitam–hiamanan. Lalat–lalat yang paling umum di dalam kelompok kecil ini
(sepuluh jenis Amerika Utara), adalah jenis Xylomyia, yang ramping dan seperti
ichnemonid. Biasanya di dapatkan di daerah–daerah yang berhutan. Larva
terdapat dibawah kulit kayu, dan bersipat pemangsa atau memakan zat organik
yang membususk (Borror, 1996, hlm. 681). Contohnya adalah hewan adalah
Solva marginata.
g) Famili Stratiomydae
Lalat–lalat tentara, adalah salah satu kelompok yang cukup besar (lebih dari
20 jenis Amerika Utara), kebanyakan dari mereka berukuran sedang atau lebih
besar (sampai kira–kia panjangnya 18 mm) dan biasanya terdapat pada bunga–
24
bunga. Banyak jenis berwarana cemerlang dan kelihatan sepeti tabuhan. Larva
terdapat pada berbagai tempat, beberapa adalah akuatik dan memakan algae,
material–material yang membusuk atau hewan–hewan akuatik yang kecil.
Beberapa hidup dalam tinja atau material–material lainnya yang membusuk
(Borror, 1996, hlm. 681). Contohnya adalah hewan Hermetia illucens.
h) Famili Therevidae
Lalat–lalat stiletto, berukuran sedang, biasanya agak berambut atau berbulu,
dan seringkali mempunyai abdomen yang melancip. Secara superfisial mirip
dengan beberapa lalat–lalat perampok tetapi tidak memunyai bagian atas kepala
bergeronggang keluar antara mata. Kelompok yang beruuran sedang (130 jenis
di Amerika Utara). Larva bersipat peamangsa dan biasanya terdapat di dalam
pasir atau kayu yang membusuk (Borror, 1996, hlm. 683). Contoh hewannya
adalah Ozodiceromyia notata.
i) Famili Scenopinidae
Lalat–lalat jendela, adalah lalat–lalat yang tidak begitu umum, berukuran
sedang atau kecil dan biasanya berwarana kehitam–hitaman. Larva dari jenis ini
memakan larva kumbang–kumbang permadani dan yang lainnya memakan
kayu yang membusuk dan jamur (Borror, 1996, hlm. 683). Contoh hewannya
adalah Scenopinus jerei.
25
j) Famili Vermileonidae
Singa–singa cacing, kelompok ini mencakup kelompok lalat yang kecil (kira–
kira panjangnya 5 mm), ramping hampir telanjang dengan sungut yang bersitili,
satu abdomen ramping yang panjang dan tungkai–tungkai yang ramping,
sayap–sayap menyempit dibagian dasar tanpa sebuah alaula atau sebuah sudut
anal yang berkembang. Larava membuat perangkap lubang–lubang dipasir
untuk menangkap korban seperti undur–undur (Borror, 1996, hlm. 683).
Contoh hewan adalah Vermileonidae sp.
3. Sub Ordo Cyclorrhapha
Antena beruas 3 buah, mempunyai arista. Ada yang mempunyai frontal
suture (schizopora) ada yang tidak (aschiza). Golongan schizopora dibagi menjadi
Acalyptrate (tidak mempunyai calyptera dan tidak mempunyai suture longitudinal)
26
dan Calyptrate (mempunyai calyptera dan mempunyai suture longitudinal).
Golongan Aschiza yaitu phoridae, pipunculidae, syrphidae, conopidae dan golongan
schizopora dari Acalyptrate yaitu tephritidae, agromyzidae, drosophilidae,
sedangakan dari Calyptrate yaitu hippoboscidae, gasterophilidae, muscidae,
sarcophagidae, tachinidae (Hadi, 2009, hlm 142).
a) Famili Conopidae
Lalat berkepala tebal, yang berukuran sedang, kecoklat–coklatan banyak
yang secar superfisial meyerupai tabuhan berpinggang seperti benang yang
kecil (Borror, 1996, hlm. 691). Contoh hewannya adalah Conopidae sp.
b) Famili Cypselosomatidae
Kelompok ini mempunyai dua jenis amerika utara dari Latheticomyia
(Borror, 1996, hlm. 692). Contoh hewannya adalah Cypselosomatidae sp.
27
c) Famili Micropezidae
Lalat bertungkai berjungkit, angggota kelompok ini adalah lalat yang
memanjang, berukuran kecil, sampai sedang yang mempunyai tungkai–tungkai
yang sangat panjang (Borror, 1996, hlm. 692). Contoh hewannya adalah
Rainieria calceata.
d) Famili Neriidae
Lalat–lalat kaktus, ramping, beurkuran sedang keabua–abuan deangan
tanda–tandan coklat dan mempunyai tungkai–tungkai ramping panjang dan
sungut yang mengembang kedepan dan panjang (Borror, 1996, hlm. 692).
Contoh hewannya adalah Telostylinus lineolatus.
28
e) Famili Tanypezidae
Lalat–lalat yang berukuran sedang dengan tungkai yang ramping dan agak
panjang. Terdapat diadalam kayu yang lembab (Borror, 1996, hlm. 692).
Contohnya adalah hewan Daughter taxa.
f) Famili Strongylophthalmyiidae
Kelompok ini sangat serupa dengan Psilidae. Kelompok ini mempunyai satu
jenis tunggal yang sangat luas tersebar (Borror, 1996, hlm. 692). Contohnya
adalah hewan Strongylophthalmyia ustulata.
g) Famili Psilidae
Lalat–lalat karat, berukuran kecil sanpai sedang biasanya agak ramping
dengan sungut yang panjang. Memiliki garis geligi yang aneh atau melemah
29
melewati dasar sayap (Borror, 1996, hlm. 692). Contoh hewannya adalah
Chamaepsila rosae.
h) Famili Diopsidae
Lalat–lalat mata yang bertangkai, terdapat di daerah taropika. Mempunyai
mata yang terletak pada ujung–ujung tangki yang panjang, tetapi jenis ini
memiliki tangkai mata yang relatif pendek.lalat dewasa berwarna kehitam–
hitaman dan kira–kira panjangnya 4,5 mm (Borror, 1996, hlm. 692). Contoh
hewannya adalah Diopsidae Sp.
i) Famili Lonchaeidae
Lalat–lalat kecil, mengkilap, berwarna hitam, dengan abdomen bulat telur,
pada dorsal agak meruncing di bagian ujung. Terdapat di tempat–tempat yang
lembab dan teduh (Borror, 1996, hlm. 693). Contoh hewannya adalah Lonchaea
chorea.
30
j) Famili Pyrgotidae
Lalat yang agak memanjang, berukuran sedang sampai besar dan seringkali
memiliki pewarnaan yang cukup pada sayap. Keapalanya menonjol dan
membulat dan tidak terdapat mata tunggal (Borror, 1996, hlm. 693). Contoh
hewannya adalah Pyrgotella chagnoni.
F. Peranan Diptera
Diptera ini memiliki banyak peranan, diantaranya adalah sebagai fitofag (pemakan
tumbuhan), entomofag (sebagai parasitoid), dan saprofag (pemakan makhluk hidup
yang sudah mati atau bahan organik). Diptera sendiri sering dianggap sebagai serangga
yang mempunyai peranan merugikan baik bagi manusia maupun hewan. Namun tidak
semua Diptera berperan merugikan, banyak lalat–lalat yang berguna sebagai pemakan
zat organik yang telah membusuk, lalat lainnya merupakan pemangsa atau parasit
serangga hama, adapun jenis lainnya yang membantu dalam penyerbukan tanaman–
tanaman atau disebut juga sebagai serangga Pollinator, dan beberapa adalah berguna
sebagai musuh dari gulma–gulma yang berbahaya. Diptera merupakan serangga
penyerbuk utama pada berbagai tumbuhan dan tanaman pertanian, salah satu
contohnya yaitu Eristalis lineata merupakan salah satu contoh spesies serangga
polinator dari Familia Syrphidae Ordo Diptera yang juga dikenal sebagai lalat bunga
atau juga lalat Syrphid dan merupakan salah satu keluarga terbesar Diptera, yang
mencapai lebih dari 5.000 spesies.
31
Contoh lainnya yaitu Lucilia caesar atau lalat hijau merupakan Familia
Calliphoridae dari Ordo Diptera yang tidak terlalu populer sebagai serangga pollinator,
namun aktivitas lalat ini dalam kunjungannya ke bunga sangat membantu proses.
Famili Tipulidae yang merupakan salah satu family dari ordo Diptera memiliki peran
besar dalam rantai makanan, salah satu contohnya adalah spesies Tipula paludosa yang
merupakan salah satu spesies dari famili Tipulidae yang menjadi makanan yang penting
bagi beberapa makhluk hidup lainnya seperti serangga, ikan dan burung.
1. Agen Penyerbuk
Banyak lalat memiliki peran sebagai penyerbuk berbagai tumbuhan.
Meskipun kemampuan lalat dalam membawa serbuk sari tidak seefisien seperti
lebah, tapi lalat dapat berperan sebagai penyerbuk untuk varietas tanaman yang
mungkin tidak didatangi oleh lebah, misalnya bunga yang tidak memiliki nektar
untuk menarik perhatian lebah.
Warna bunga yang diserbuki oleh lalat umumnya memiliki warna yang
kusam hingga merah hingga coklat dan ungu. Memiliki bentuk bunga yang rumit
dan aromanya seringkali tidak sedap, seperti daging busuk. Tanaman yang diserbuki
oleh lalat meliputi jahe liar, trillium merah, catnip, pepaya, dan beberapa jenis
anggrek.
2. Agen Pengurai
Meski kelihatannya menjijikkan, lalat dan larvanya merupakan bagian
penting dari kru pembersihan alam, menurut University of California Agriculture &
Natural Resource. Lalat tiup, misalnya, akan bertelur di bangkai yang sudah
membusuk. Telur ini kemudian akan menjadi belatung yang memakan daging yang
membusuk dan membantu memecah bahan organik menjadi komponen
penyusunnya. Proses pencernaan ini kemudian melepaskan nutrisi kembali ke
32
tanah. Selain itu, jenis lalat lain terbiasa bertelur di pupuk kandang agar larva bisa
makan yang kemudian menghanmenghancurkan kotoran. Larva lalat ini
merupakan pengurai yang melengkapi rantai makanan, melepaskan nutrisi untuk
tanaman, bakteri, dan jamur.
3. Predator Dan Mangsa
Lalat memiliki banyak peran dalam rantai makanan, baik sebagai predator
maupun mangsa. Dikutip dari laman Sciencing, lalat berperan sebagai sumber
makanan bagi berbagai jenis burung, ikan, mamalia, dan serangga lainnya. Selain
itu, larva lalat juga berfungsi sebagai predator atau parasit, misalnya memakan ulat
tenda hutan atau belatung hoverfly yang memakan kutu daun. Lalat buah juga
berperan memakan sel ragi yang membusuk di meja.
4. Membersihkan Sampah Lingkungan
Lalat memang dikenal sebagai hewan menjijikkan karena terbiasa hidup
dengan memakan kotoran, tetapi serangga kecil ini juga bertindak sebagai
pembersih kotoran, sehingga sangat membantu manusia dalam urusan
membersihkan kotoran. Dilansir dari laman Commonwealth Scientific and
Industrial Research Organisation, lalat tentara hitam misalnya, dapat menetaskan
hingga 600 larva, yang masing–masing dengan cepat mengonsumsi setengah gram
bahan organik per hari. Totalnya, keluarga kecil lalat dapat memakan hingga satu
tempat sampah berukuran besar setiap tahun.
Karena kebiasaan lalat inilah kita jadi tidak perlu berurusan dengan sampah,
terlebih hal ini merupakan peran yang sangat penting bagi lingkungan. Jika bukan
karena lalat, akan ada sampah dan bangkai hewan yang mati di mana–mana.
33
5. Pengobatan Alternatif
Belatung bisa digunakan untuk mengobati luka gangren tanpa
menggunakan antibiotik. Menurut laman Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organisation, belatung pernah tercatat digunakan untuk membersihkan
luka para tentara dalam Perang Saudara Amerika.
Larva lalat domba dapat digunakan untuk mengobati ulkus diabetes, luka
baring, dan luka lainnya dengan mengoleskannya ke area yang terinfeksi. Pada
pengobatan ini, larva bekerja dengan memakan jaringan yang terinfeksi,
membersihkan luka dengan air liur antibakterinya dan mempercepat pertumbuhan
jaringan baru. Walaupun begitu, bukan berarti setiap individu boleh menjalani
pengobatan belatung di rumah. Bagaimanapun juga, pengobatan alternatif ini perlu
diawasi oleh perawat yang bertugas memantau perkembangan luka.
34
BAB II
ORDO HYMPENOPTERA
Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani; Hymena= selaput dan ptera= sayap, ukuran
tubuh kecil hingga besar antara mempunyai 10 ruas atau lebih semut lebah dan tawon
merupakan serangga sosial yang memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala, dapat
digerakan, tipe mulut mengunyah atau pengisap. Ordo Hymenoptera memiliki sayap dua
pasang, dengan sayap depan lebih besar dari sayap belakang, tipe mulut menggigit dan ada
pula yang menggigit menjilat. Metamorfosis holometabola segmen terakhir dari
abdomennya berubah menjadi alat penyengat.
A. Morfologi Hymenoptera
Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani; Hymena= selaput dan ptera= sayap,
ukuran tubuh kecil hingga besar antara mempunyai 10 ruas atau lebih semut lebah dan
tawon merupakan serangga sosial yang memiliki dua pasang sayap bermembran,
kepala, dapat digerakan, tipe mulut mengunyah atau pengisap. Ordo Hymenoptera
memiliki sayap dua pasang, dengan sayap depan lebih besar dari sayap belakang, tipe
35
mulut menggigit dan ada pula yang menggigit menjilat. Metamorfosis holometabola
segmen terakhir dari abdomennya berubah menjadi alat penyengat.
Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani; Hymena= selaput dan ptera= sayap,
ukuran tubuh kecil hingga besar antara mempunyai 10 ruas atau lebih semut lebah dan
tawon merupakan serangga sosial yang memiliki dua pasang sayap bermembran,
kepala, dapat digerakan, tipe mulut mengunyah atau pengisap. Ordo Hymenoptera
memiliki sayap dua pasang, dengan sayap depan lebih besar dari sayap belakang, tipe
mulut menggigit dan ada pula yang menggigit menjilat. Metamorfosis holometabola
segmen terakhir dari abdomennya berubah menjadi alat penyengat. (Toharudin &
Hizqiyah, 2013. hlm 65).
Menurut Borror D.J, (1992. hlm 828) menjelaskan bahwa anggota yang bersayap
dari ordo ini memiliki empat sayap yang tipis. Sayap belakang lebih kecil dari pada
sayap depan dan mempunyai satu deret kait–kait kecil pada tepi anterior, dengan sayap
belakang menempel kesatu lipatan pada tepi anterior sayap. Sayap secara relatif
mengandung beberapa rangka sayap, beberapa bentuk yang kecil tidak terdapat rangka
sayap sama sekali. Bagian–bagian mulut mandibula, tetapi kebanyakan, terutama
lebah–lebah, labium dan maksila membentuk satu struktur seperti lidah melalui alat itu
makanan cairan diambil.
Sungut–sungut hymenoptera beragam bentuknya, jumlah ruas–ruas, dan lokasi
pada muka. Pada apocrita, jumlah ruas–ruas sungut dan dalam beberapa hal, bentuk
sungut dapat berbeda pada dua jenis kelamin. Pada kebanyakan acleata yang jantan
mempunyai 13 ruas sungut dan yang betina memiliki 12. Pada semut sungut dengan
sangat jelas bersiku pada ratu dan pekerja daripada jantan.
36
B. Anatomi Hymenoptera
Bentuk sistem penceraan Hymenoptera relatif seragam. Pada semut, ruang
infrabukal yang terletak dibawah mulut memiliki tujuan untuk menjebak partikel yang
tidak dapat dicerna setelah dicerna bersama dengan makanan. Residu yang dikeluarkan
dikenal sebagai pellet.
Pada bagian sengatan, kerongkongan membesar di dekat perut atau disebut perut
madu yang berfungsi sebagai penampung cairan untuk nantinya dimuntahkan. Pada
lebah madu, mungkin mengandung sebanyak 75 miligram nectar, atau yang bisa
menjadi 1/3 berat total serangga. Pada lebah dan tawon, ventrikulus atau perut adalah
bagian terbesar dari sistem pencernaan. Pada kebanyakan semut, tawon soliter dan
lainnya bentuk ukuran perut cukup kecil.
Selain itu, terdapat dua pasang kelenjar saliva (ludah) yang berkembang dengan
baik, terutama pada lebah. Satu pasang di kepala dan yang lainnya ada di bagian dada.
Saluran tersebut bersatu membentuk saluran tunggal yang masuk ke faring. Ratu lebah
juga memiliki massa sel kelenjar ludah di kepala dekat ocelli. Lebah pekerja memiliki
sepasang kelenjar faring yang menghasilkan makanan, terutama royal jelly untuk larva
muda. Sementara pada ratu lebah tidak mempunyai kelenjar faring.
37
Lebah madu, lebah tanpa sengat dan banyak lebah soliter memiliki kelenjar lilin
pada sternit )lempeng tubuh bagian ventral). Lilin digunakan dalam konstruksi sel
induk dan sel untuk menyimpan serbuk sari dan madu.
Telur bentuk parasite seringkali menempel pada permukaan dengan pedicel atau
tangkai. Dalam beberapa bentuk, pedicel mungkin lima atau enam kali panjang telur
itu sendiri.
Larva ordo Hymenoptera biasanya memiliki daerah kepala yang berbeda, tiga
segmen toraks, dan biasanya sembilan atau 10 segmen perut. Dalam subordo Symphyta,
larva biasanya seperti ulat. Penutup kepala sangat kuat dan bagian mulutnya
berkembang dengan kuat. Biasanya ada tiga pasang kaki di dada dan enam atau
delapan di perut. Larva Symphyta yang merupakan penggerek kayu atau penggerek
batang tidak memiliki kaki perut dan kaki toraks lebih kecil dibandingkan dengan yang
bukan penggerek.
Dengan pengecualian yang jarang, larva dari subordo Apocrita tidak memiliki kaki
dan berbentuk seperti belatung. Penutup kepala lebih lembut dan tipis daripada di
Symphyta. Dalam bentuk parasit, kepala sering sangat berkurang dan sebagian ditarik
ke dalam prothorax (bagian anterior thorax). Organ indera tampak kurang
berkembang, tanpa oselus, antena sangat kecil atau tidak ada, dan mandibula seperti
gigi, seperti sabit, atau seperti tulang belakang. Pada sebagian besar larva Apocrita,
lambung adalah kantung buta sampai tahap larva terakhir, ketika membuka ke dalam
usus. Larva bentuk sengat (Aculeata) umumnya memiliki 10 pasang spirakel, atau pori–
pori pernapasan, sedangkan bentuk parasit biasanya memiliki sembilan pasang.
38
Pada Apocrita, tahap terakhir, pra–pupa, mulai menunjukkan ciri–ciri dewasa
tertentu seperti sayap dan kaki dewasa. Segmen protoraks sudah mulai membesar
karena kepala yang tumbuh. Segmen perut pertama, atau propodium, menjadi bagian
dari toraks. Kepompong bersifat eksaserat, artinya pelengkap dewasa yang sedang
berkembang (kaki dan sayap) terpisah dari tubuh, bukan dibentuk ke permukaannya.
Kepompong biasanya terbentuk. Ini mungkin tekstur seperti perkamen, terbuat dari
partikel tanah, atau, dalam bentuk menyengat, lapisan tipis sutra di dalam sel larva.
Semut tertentu tidak membentuk kepompong apapun.
C. Fisiologi Hymenoptera
a. Sistem Saraf dan Organ Perasa/Indera
Sistem saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan
berkesinambungan yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terebentuk
akibata adanya suatu simulus (rangsang). Sel fungsional yang bekerja pada sistem
saraf adalah Neuron atau sel saraf.
Jaringan saraf serangga dibagi menjadi, jaringan saraf pusat (central nervous
system) dan jaringan saraf dalam (stomatodeal nervous system). Pada dasarnya
jaringan saraf pusat terdiri atas Serangga merupakan hewan yang tidak memiliki
tulang belakang (invertebrata) yang tergolong dalam filum Arthropoda dan
kingdom Animalia. Berdasarkan taksonominya perbandingan serangga dengan
organisme lainnya memiliki jumlah yang sangat beragam. Pada ujung saraf dari
sistem saraf serangga akan dihasilkan acetycholine apa– bila saraf tersebut
mendapatkan stimulasi atau rangsangan. Acetycholine ini berfungsi sebagai
mediator atau perantara, antara saraf dan otot daging sehingga memungkinkan
impuls listrik yang merangsang otot daging untuk berkontraksi (Kadomura et al.,
2013). Namun menurut (Puspita et al., 2019) Selain itu dalam sel saraf serangga
39
antara sel saraf dan sel otot terdapat synaps. Asetilkolin yang dibentuk oleh sistem
saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls dari sel saraf ke sel otot.
Sebuah otak (Supraeo\sophageal ganglion) yang terletak di bagian kepala,
otak dan tali saraf ventral yang berpangkal di otak terus ke sepanjang abdomen di
bagian ventral rongga tubuh. Pada setiap segmen terjadi pengumpulan sel saraf
yang kemudian dinamakan ganglion. Sistem saraf pusat tersebut mengawasi dan
mengkoordinasikan seluruh aktivitas tubuh serangga.
Sistem saraf pusat pada dasarnya, sistem saraf pusat dibentuk dari otak,
terletak di kepala dan cord saraf ventral yang memanjang dari otak ke abomen
sepanjang dasar rongga tubuh. Sistem saraf pusat mengkoordinir aktivitas tubuh
serangga dan pada jaringan saraf dalam (stomatodeal nervous system) atau sistem
saraf visceral adalah sistem stomodeal yang berfungsi untuk mengontrol aktivitas
usus anterior dan pembuluh dorsal. Sistem ini terdiri dari ganglion frontal yang
terhubung ke otak dan ganglia kecil lainnya.
Otak terletak dalam kerangka kepala dibagian atas disekitar esophagus sehingga
dikenal dengan nama pusat saraf supraesophagel. Dalam sistem saraf serangga, otak
di bagi ke dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli,
deutocerebrum yang mencakup antena dan tritocerebrum yang mencakup labrum
dan usus depan.
Penghubung dengan pusat saraf besar yang terletak dibawah esophagus
disebut pusat saraf subesophageal (subesophageal ganglion) yang terdiri dari tiga
pasang ganglia yang menyatu. Ini akan mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan
berhubungan dengan tali saraf ventral.
40
Sistem saraf stomodeal (stomodeal nervous system) mengatur aktivitas dari
usus bagian depan dan pembuluh bagian punggung. Sistem saraf ini terdiri atas
saraf frontal (frontal ganglion) yang dihubungkan ke otakdan saraf lain yang lebih
kecil. Saraf–saraf ini mengawali terbentuknya pasangan saraf yang mencakup
sistem pencernaan dan dua pasang kelenjar endokrin (korpora kardiaka dan
korpora alata). Kelenjar ini berperan dalam pertumbuhan serangga. Bagian lain dari
sistem saraf stomodeal adalah sistem perasa ventral yang meliputi spirakel dan
sistem perasa kandel yang berperan dalam aktivitas reproduksi.
b. Sistem Pencernaan
Berdasarkan jeniss makanan yang dimakan Serangga dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok yakni Fitophagus, yaitu serangga pemakan tumbuhan,
segala sesuatu yang berasal atau dihasilkan oleh tumbuhan. Zoophagus, yaitu
serangga pemakan hewan lain baik vertebrata vertebrata maupun invertebrata
invertebrata. Serangga Serangga yang bersifat predator dan parasit termasuk ke
dalam kelompok ini. Saprophagus, yaitu serangga pemakan materi organik atau
organisme lain yang telah mati. Omnivorus, yaitu serangga pemakan hewan
maupun tumbuhan.
Serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat dialam. Saluran
pencernaan adalah suatu buluh, biasanya agak berkelok, yang memanjang dari
mulut sampai dubur. Saluran pencernaan dibedakan menjadi tiga daerah pokok:
saluran pencernaan depan yaitu di bagian usus depan atau stomodeum (foregut),
saluran pencernaan tengah di bagian usus tengah atau mesenteron (mogut) dan
saluran pencernaan belakang di bagian usus belakang atau proktodaeum (hindgut).
41
Pada saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpanan
makanan dan melalukan pencernaan sederhana. Pencernaan yang dimaksudkan
adalah pencernaaan yang terjadi di bagian mulut yaitu pada saat enzim–enzim yang
terbawa dari mulut. Pada saluran pencernaan depan tersusun dari beberapa otot
longitudinal, otot–otot circular dan beberapa sel yang bersifat impermeabel.
Otot – otot yang terdapat di area saluran pencernaan depan akan melakukan
pergerakan yang kemudian akan membawa hasil ke saluran pencernaan tengah.
Organ serangga yang termasuk ke dalam saluran pencernaan depan adalah rongga
mulut, faring (kerongkonanan), Esophagus, tembolok dan Proventrikulus (pemecah
makanan).
Pada saluran pencernaan tengah lebih berfungsi sebagai tempat penyerapan
makanan. Pada saluran ini tidak memiliki kutikula akan tetapi berasal dari
mesodermal. Pada saluran pencernaan tengah ini otot– otot berkembang seperti otot
longitudinal, otot melingkar, beberapa sel regeneratif dan mmebran peritropik.
Membran tropik pada saluran pencernaan tengah membantu pergerakan makanan
dari saluran belakang. Pada membran tropik terdiri atas lapisan yang mengandung
protein dan khitin. Munculnya lapisan tersebut berasal dari bagian depan saluran
pencernaan tengah. Pada saluran tengah juga terdapat grastik kaekum dan
ventrikulus yang merupakn tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis dan
absorpsi nutrisi.
42
Pada saluran pencernaan belakang lebih berfungsi sebagai tempat
pengeluaran sisa–sisa makanan yang tidak dibutuhkan oleh serangga atau dalam
kata lain makanan yang tidak terserap dengan baik pada saluran pencernaan
tengah akan diteruskan ke saluran pencernaan belaakng untuk dikeluarkan. Pada
saluran belakang ini juga terdapat beberapa otot yang bekerja untuk membawa sisa
makanan ke anus. Sebelum menuju ke anus otot–otot yang bekerja itu akan dibawa
terlebih dahulu ke pilorus kemudian akan diterukan ke illeum yang merupakan
tempat penyerapan air dan selanjutnya akan diteruskan ke rektum yang merupakan
tempat diferensasi sel–sel dan setelah itu diteruskan ke anus.
Jika berbicara mengenai saluran pencernaan erat kaitannya pada mulut.
Serangga memiliki beberapa modifikasi alat pengunyah. Pada dasamya jenis alat
mulut serangga dapat digolongkan menjadi tiga tipe utama , yaitu tipe mandibulata
(menggigit–mengunyah) , dimana alat mulut ini digunakan untuk memotong atau
menggigit dan menyimyah bahan makanan padat. Alat ini dicirikan oleh adanya
mandibel yang kuat. Kemudian tipe haustelata (mengisap), dimana alat mulut ini
disesuaikan untuk mengambil bahan makanan cair atau bahan makanan–bahan
makanan terlarut. Alat ini memiliki bagian yang memanjang dan berbentuk seperti
jarum yang dinamakan stilet. Dan yang terakhir Tipe kombinasi , dimana
disesuaikan untuk mengambil bahan makanan padat atau bahan makanan cair. Alat
mulut kombinasi ini mempunyai mandible untuk menggigit bahan padat dengan
maksila dan labium yang dimodifikasi untuk mengisap dan menjilat cairan.
43
c. Sistem Reproduksi
Siklus hidup yang pendek menyebabkan berkembangbiaknya cepat sekali
diakarenakan serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi
dalam kemampuan reproduksinya. Pada umumnya serangga bereproduksi dalam
jumlah yang sangat besar dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan
beberapa generasi dalam satu tahun(Pendidikan & Indonesia, 2016).
Serangga merupakan binatang diocius yang artinya hanya memiliki satu
jenis kelamin pada setiap individu. Sangat jarang serangga yang memiliki alat
kelamin hermaprodit, yaitu memiliki lebih dari jenis kelamin dalam satu individu.
Serangga betina memiliki sepasang indung telur (ovari). Setiap ovari memiliki
sejumlah ovarial yang berbentuk seperti tabung yang didalamnya terdapat sejumlah
ovum (telur). Bagian ujung ovariol disebut filamen terminal.
Ovariol bermuara pada saluran telur lateral. Sepasang saluran telur lateral
menjadi saluran telur utama yang selanjutnya akan bermuara di vagina. Sistem
reproduksi betina biasanya memiliki satu atau beberapa kelenjar plengkap yang
terletak di dekat pertemuan saluran telur dan vagina.Pada serangga jantan terdapat
sepasang testis yang terletak pada ujung sistem reproduksi. Tiap testis atas sejumlah
tabung sperma dan testis folikel. Setiap volikel memiliki vas eferens pada bagian
pangkalnya yang menghubungkannya dengan vas deferens. Selanjutnya vas
deferens akan menuju saluran ejakulasi. Sistem reproduksi serangga jantan juga
memiliki kelenjar pelengkap yang terletak di dekat pertemuan komponen lateral.
Saluran ejakulasi ini bermuara pada gonopore.
Reproduksi pada serangga biasanya seksual, dengan individu jantan,
individu jantan dan betina terpisah. Serangga dewasa akan berkumpul dan saling
mengenali satu sama lainsebagai anggota spesies yang sama melalui warna yang
44
cerah (seperti pada kupu–kupu), suara (seperti pada jangkrik) dan bau (seperti pada
ngengat). Fertilisasi pada serangga pada umumnya internal, pda kebanyakan spesies,
sperma ditempatkan langsung ke dalam vagina betina pada saat kopulasi, walaupun
pada beberapa spesies, serangga jantan menempatkan sperma di luar tubuh
serangga betina dan kemudian serangga betina akan mengambil sperma tersebut.
Struktur tubuh internal di dalam tubuh serangga betina disebut spermateka
(spermatheca), menyimpan sperma biasanya cukup untuk memfertilisasi lebih dari
satu kumpulan telur. Kebanyakan serangga betina sering kali meletakkan telur–
telurnya pada sumber makanan yang sesuai, tempat generasi berikutnya dapat
mulai melahap makanan segera setelah menetas.
Contohnya yaitu pada serangga ordo Orthoptera (Belalang), Himaptera
(Kepik), Homoptera (Kutu tanaman), Thysanoptera (Thrips), Isoptera (Rayap) yang
berkembang secara paurometabola (telur–nimfa–imago). Serangga Coleoptera
(Kumbang), Diptera (Lalat), Hymenoptera (Lebah) yang perkembangan hidupnya
holometabola (telur–larva–pupa–imago) dan Ordo Odonata (Capung)
perkembangannya hemimetabola (nimf–imago).
d. Sistem Endokirin
Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih dikenal
sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Sistem
endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur
aktivitas tubuh(Yuwono & Purnama, 2001)
Pada insecta kelenjar endokrin lebih banyak digunakan untuk proses
pertumbuhan dan metamorfosis. Selama masa pertumbuhan, serangga akan
menanggalkan eksoskeletonnya secara berkala. Proses pergantian kulit pada
45