Musik di Taman Srigunting
(Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis:
Rustantiningsih
Editor:
R. M Krishna
Musik di Taman Srigunting i
Kumpulan Cerita Pendek
ii Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Musik di Taman Srigunting
(Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis : Rustantiningsih
ISBN : 978-623-6401-11-8
Editor : R. M Krishna
Penata Letak : Tim Cahya Ghani Recovery
Desain Sampul : Hendry Ibanez
Hak Cipta 2021, Pada Penulis
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2021 by Penerbit Cahya Ghani Recovery
viii, 68 hlm, 14,8 cm x 21 cm
Cetakan Pertama, Juli 2021
All Right Reserved
Hak cipta dilindhungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Penerbit Cahya Ghani Recovery
Jl. Kyai Saleh I
Kota Semarang Jawa Tengah 50227
E-mail: [email protected] HP 082134835123
Musik di Taman Srigunting iii
Kumpulan Cerita Pendek
Kupersembahkan karya sederhana ini
untuk ketiga anakku:
Rara
Citta
Raja
iv Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Kumpulan cerita pendek “Musik di Taman
Srigunting” ini lahir dari pengalaman pribadi dan warna-
warni kehidupan yang dialami murid-murid.
Pengalaman sederhana ini menjadi renungan penulis dan
selalu memberi semangat, kekuatan, dan pelajaran hidup.
Penulis berharap cerita yang ditulis sederhana ini
akan bisa menjadi inspirasi bagi pembacanya, khususnya
anak-anak yang butuh nasihat, teladan, dan motivasi. Di
samping itu, kumpulan cerpen “Musik di Taman
Srigunting” dapat dijadikan bahan guru-guru Sekolah
Dasar dalam pembelajaran menulis khususnya
menuangkan pengalaman sehari-hari dalam bentuk
tekstual.
Semoga karya sederhana ini juga menjadi bahan
literasi yang memacu semangat anak-anak untuk gemar
membaca.
Terima kasih pada murid-muridku yang menjadi
inspirasi, keluargaku yang selalu memberi semangat dan
kebahagiaan, Pak Ipon dan Trie Elang Sutajaya yang
selalu memotivasi dan memberikan apresiasi atas
Musik di Taman Srigunting v
Kumpulan Cerita Pendek
terbitnya kumpullan cerpen “Musik di Taman
Srigunting”. Semoga menjadikan penulis lebih
bersemangat untuk selalu berkarya.
Semarang, Juni 2021
ketika menunggu purnama
di depan padmasana-ku
vi Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Daftar Isi
1. Toni Ingin Sembuh __________1
2. Ujian Melinda __________8
3. Selamat Tinggal Lampu Merah __________16
4. Bekal Jaka __________24
5. Musik di Taman Srigunting __________29
6. Perjuangan Alifia __________35
7. Kabar dari Bolancong __________41
8. Guru Terbaik __________49
9. Dokter Anik __________55
10. Adikku Sayang __________61
Musik di Taman Srigunting vii
Kumpulan Cerita Pendek
viii Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
1. Toni Ingin Sembuh
Pukul enam lima belas Bu Ningsih sudah tiba di
sekolah. Setelah masuk ke halaman sekolah segera motor
hitamnya di parkirkan di tempat parkiran seperti biasa. Ia
lepaskan jaket hitamnya kemudian melangkahkan kaki
menuju ruang kepala sekolah.
“Bu Toni sudah masuk sekarang tidur di depan
kelas!” kata Pak Anto penjaga sekolah tergopoh-gopoh
menemui Bu Ningsih kepala sekolahnya. Sejak beberapa
hari yang lalu Toni tidak masuk tanpa kabar. Bu Titi guru
kelas IV juga sudah melaporkan pada kepala sekolah.
“Iya Pak saya tengoknya,” ujar Bu Ningsih sambil
menyalami Pak Anto.
Bu Ningsih menengok ke kelas IV dari balik jendela
tampak seorang bocah kecil sedang tertidur pulas di di
bangku paling pojok. Rambutnya berwarna kecoklatan,
kelihatan kusut tidak pernah disisir. Badannya kelihatan
dekil seperti belum mandi, dan wajahnya tampak lelah.
Musik di Taman Srigunting 1
Kumpulan Cerita Pendek
Bu Ningsih tidak tega untuk membangunkan Toni.
Ia biarkan Toni tertidur. Kemudian Bu Ningsih ke kantor
sejenak untuk meletakkan tas lalu berdiri di pintu gerbang
untuk menyambut anak-anak yang baru datang hingga
bel tanda masuk berbunyi.
Pagi ini Bu Titi guru kelas IV izin datang agak
terlambat. Untuk sementara kelas IV diajar oleh Bu
Ningsih. Seperti biasa anak-anak memulai pelajaran
dengan berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
“Sekarang silakan kalian ambil buku bacaan di
sudut baca, waktunya membaca 15 menit,” perintah Bu
Ningsih pada anak-anak.
Anak-anak beranjak dari tempat duduknya dan
mengambil buku cerita dengan tertib. Bu Ningsih terkejut
ketika melihat Toni berjalan pincang dengan memakai
sepatu sandal.
2 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Toni kenapa kakimu sakit?” tanya Bu Ningsih
memperhatikan kaki Toni.
“Sakit Bu!” jawab Toni.
“Sudah diobati Toni?” tanya Bu Ningsih lagi.
Toni menggelengkan kepala sambil menahan sakit
saat berjalan.
“Toni sekarang ke ruang Ibu!” ajak Bu Ningsih.
Kebetulan Bu Titi sudah datang. Setelah
bersalaman dan berbincang sebentar dengan Bu Titi, Bu
Ningsih menggandeng tangan Toni dan mengajak ke
ruangan Bu Ningsih.
“Coba Ibu lihat kakimu Toni,” kata Bu Ningsih.
Toni memperlihatkan jempol kakinya yang
bengkak dengan luka yang menganga. Kaki Toni
kelihatan hitam dengan daki yang tebal. Miris rasanya
melihat luka Toni yang sudah parah.
“Kenapa kakimu Toni sampai luka seperti ini,”
tanya Bu Ningsih.
“Ketendang teman saat bermain sepak bola di
kampung Bu,” jawabnya.
“Sudah berapa hari luka ini?”
“Hampir satu minggu, Bu.”
“Tadi Ibu lihat kamu datang pagi terus tidur, apa
kamu tidur terlalu malam, Nak?” pancing Bu Ningsih.
“Iya Bu, soalnya semalam tidak bisa tidur, kaki
rasanya sakit sekali. Baru bisa tidur tadi pagi, Bu,” jawab
Toni ketakutan.
Musik di Taman Srigunting 3
Kumpulan Cerita Pendek
Bu Ningsih memperhatikan luka Toni dengan
seksama, pasti rasanya sakit sekali pikir Bu Ningsih.
“Orang tuamu tahu kalau kakimu luka, kan?” Bu
Ningsih kembali bertanya.
Toni menganggukkan kepala.
“Sakit, ya?”
Toni menganggukkan kepala sambil meringis saat
kakinya diangkat oleh Bu Ningsih.
“Kamu tidak minta berobat sama orang tua, Ton?”
tanya Bu Ningsih lagi.
Toni diam beberapa saat, baru angkat bicara setelah
Bu Ningsih menatapnya dalam-dalam.
“Ibu belum punya uang cukup Bu, untuk berobat,”
jawab Toni.
“Orang tua kerjanya apa, Nak?” tanya Bu Ningsih
penuh selidik.
“Ibu buruh mencuci baju, Bu,” jawab Toni singkat.
“Kalau ayahmu?”
“Ayah sudah meninggal tiga tahun yang lalu Bu,”
ujar Toni.
Bu Ningsih diam sejenak, mengambil napas dalam-
dalam seakan-akan dapat merasakan penderitaan
muridnya.
“Toni mau kan berobat?”
“Mau Bu.”
“Baiklah nanti Bu Ana yang akan mengantarmu
berobat, Nak,” kata Bu Ningsih.
4 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Sekarang kamu ke kelas dulu nanti kalau istirahat
biar di antar Bu Ana ke puskesmas.”
“Terima kasih, Bu,” kata Toni kemudian
meninggalkan ruangan menuju kelasnya dengan jalan
tertitah-titah.
Dipandangnya Toni penuh iba sampai masuk ke
dalam kelas yang tidak jauh dari ruang kepala sekolah.
Bel tanda istirahat telah berdering. Anak-anak
berhamburan keluar kelas. Bu Ana yang sudah ditugasi
Bu Ningsih untuk mengantar Toni ke Pusksesmas sudah
siap.
Bu Ana menggandeng tangan Toni dan
mendudukkannya di kursi panjang depan ruang guru.
Diperiksanya luka Toni yang menganga.
Bu Ana segera mengambil ember berisi air,
handuk, sabun, dan sikat gigi yang sudah tidak terpakai.
Bu Ana adalah guru yang sudah dikursus sebagai
pembina UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Dengan
terampil Bu Ana bersihkan luka dan kaki Toni yang penuh
degil.
“Bu Ana bersihkan dulu ya lukanya,” kata Bu Ana.
“Jangan Bu, sakit!” larang Toni.
“Tidak apa-apa Ton, paling hanya sedikit perih!”
bujuk Bu Ana.
“Tidak, Bu, Jangan,” teriak Toni.
“Tidak usah takut Toni, mana kakimu!”
Musik di Taman Srigunting 5
Kumpulan Cerita Pendek
Bu Ana berusaha menarik kaki Toni. Toni berusaha
mempertahankan kakinya dari tempat duduknya. Ia
bayangkan pasti kakinya kena air dan obat-obatan akan
terasa perih dan sakit.
“Ayo, Ibu bersihkan dulu baru nanti Ibu bawa ke
Puskesmas,” kata Bu Ana.
“Tidak usah dibersihkan Bu, langsung saja dibawa
ke Puskesmas!” rengek Toni.
“Coba lihat Toni kakimu luka dan kotor sekali,
kamu pasti tidak pernah mencucinya ya, karena takut
sakit. Padahal kalau kakimu kotor terus sakitnya akan
tambah parah Ton!” nasihat Bu Ana.
“Nggak mau Bu, sakit!” tangis Toni mulai pecah.
“Ayo, Toni Ibu akan bersihkan pelan-pelan,” kata
Bu Ana berusaha menenangkan Toni.
Toni semakin menarik kakinya, sementara tangan
Bu Ana berusaha menarik kaki Toni. Akibatnya antara
Toni dan Bu Ana terjadi tarik-tarikan. Ketika masih pada
tegang Bu Ana berusaha mengendurkan kakinya,
sementara Toni dengan tenaga yang kuat menyendal
kakinya supaya lepas dari pegangan Bu Ana. Malang
nasibnya kaki Toni bisa lepas dari tangan Bu Ana tetapi
menatap kaki meja di sebelahnya. Toni berteriak
kesakitan.
Bu Ana memanfaatkan situasi itu untuk memegang
kaki Toni dan berusaha untuk mulai membersihkannya.
Toni tidak kuasa menolaknya. Toni tampak meringis
6 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
menahan perih dan sakit. Namun dengan sabar Bu Ana
merawat kaki Toni. Setelah bersih kaki Toni dikeringkan
lalu dibersihkan dengan cairan pembersih luka.
“Terima kasih, Bu,” kata Toni setelah Bu Ana
selesai membersihkan kakinya.
“Sekarang lebih enak, kan?” ujar Bu Ana.
Toni menganggukkan kepala. Kini Toni sudah
merasa semakin enak tidak kesakitan seperti tadi. Bu Ana
memboncengkan Toni dengan hati lega. Semoga kaki Toni
cepat sembuh, doa Bu Ana sepanjang jalan menuju
puskesmas.
Musik di Taman Srigunting 7
Kumpulan Cerita Pendek
Kelas VI terlihat senyap. Walaupun Pak Joni belum
masuk. Mereka sudah biasa dengan kegiatan rutinitas di
pagi hari. Sebelum bel berbunyi anak-anak kelas VI wajib
datang lebih awal kemudian mendapat tugas untuk
membaca buku cerita yang ada di sudut baca.
Tidak berapa lama Pak Joni datang. Seperti biasa
setelah meletakkan tas punggungnya, Pak Joni
mengabsen siswa-siswanya. Pandangan Pak Joni tertuju
pada bangku kosong nomor dua dari depan. Sudah dua
minggu ini Melinda tidak masuk.
“Siapa yang tahu kenapa Melinda tidak masuk
lagi?” tanya Pak Joni.
“Tidak tahu, Pak.”
“Rumah kami tidak ada yang dekat Melinda, Pak,”
kata Dinda.
“Ya, Pak Melinda sudah pindah dari rumahnya
dulu,” sahut yang lain.
Pak Joni mengernyitkan dahinya. Minggu yang
lalu ibunya memamitkan Melinda tidak masuk karena
sakit tipus.
“Kapan pindahnya?” tanya Pak Joni lagi.
“Sekitar 3 hari yang lalu Pak,” kata Dinda yang
duduk bersebelahan dengan Melinda.
8 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Pindah kemana Din?” tanya Pak Joni.
“Kalau tidak salah, kata Melinda, di Kampung
Tanjung gang 3, Pak,” jelas Dinda.
Siang itu Pak Joni sepulang mengajar langsung
mencari rumah Melinda. Beberapa kali ia bertanya alamat
pada orang-orang yang dilaluinya. Perjalanan sudah
hampir setengah jam, alamat Melinda belum juga ketemu.
Sesuai petunjuk orang yang berjualan bensin di
ujung kampung, setelah pos ronda belok kanan ada gang
3. Pak Joni menyusuri jalan itu dengan hati-hati sambil
memperhatikan petunjuk kanan kiri.
Setelah bertanya kesana-kemari akhirnya
sampailah di rumah Melinda. Rumah bercat hijau itu
tampah separo pintunya membuka. Suasana rumah sepi.
Setelah turun dari motor Pak Joni mengetuk pintu
tersebut sambil mengucap salam. Tidak berapa lama
keluar ibu Melinda. Ia kelihatan terkejut ketika melihat
Pak Joni datang ke rumahnya.
“Pak Joni, silakan masuk, Pak!” ujar Ibu Melinda
gugup.
“Iya, Bu, terima kasih!” sahut Pak Joni sembari
masuk ke ruang tamu yang sempit itu.
“Melinda mana Bu, sudah dua minggu ini tidak
masuk. Dulu ijin karena sakit. Sekarang kok tidak masuk
lagi Bu?” kata Pak Joni.
Musik di Taman Srigunting 9
Kumpulan Cerita Pendek
“Itulah yang saya bingung Pak. Melinda tidak mau
sekolah, kalau saya bangunkan malah marah-marah.
Begitu setiap hari, Pak,” keluh Ibu Melinda.
“Sekarang Melinda mana Bu? Biar saya bicara
dengannya, Bu,” kata Pak Joni.
“Iya Pak tunggu sebentar,” kata Ibu Melinda
kemudian masuk ke dalam untuk memanggil anaknya.
Pak Joni menunggu di ruang tamu. Terdengar
suara Ibu Melinda membujuk anaknya untuk keluar
menemui gurunya. Rupanya Melinda tidak mau
menemui gurunya. Cukup lama Pak Joni menunggu,
udara siang yang gerah menambah kebosanan Pak Joni.
Namun ia tetap menunggu dengan sabar.
“Pak, Joni maaf Melinda tidak mau keluar besok
saya bujuknya untuk sekolah Pak, saya janji,” kata Ibu
Melinda.
“Saya sendiri juga heran Pak, anak saya tidak mau
sekolah, kalau saya tanya alasannya, malah bentak-bentak
saya, Pak. Saya sendiri heran sejak pindah rumah perilaku
Melinda berubah.”
Demikian usaha Pak Joni tidak membuahkan hasil.
Ibu Melinda bercerita panjang lebar tentang kepindahan
rumahnya. Keluarganya pindah karena kena gusur.
Rumahnya yang di bantaran sungai harus ditinggalkan.
Tepi Sungai Citarum harus dibersihkan, rencana
pemerintah akan mengeruk sungai yang sudah dangkal
10 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
itu untuk dibersihkan dan dibangun dengan baik supaya
kalau musim penghujan air tidak meluap.
Pak Joni hanya bisa menghela napas panjang
mendengar penjelasan Ibu Melinda. Ia bisa merasakan
penderitaan keluarga Melinda. Mereka harus pindah
dengan paksa.
“Baik Bu, saya tunggu besok, soalnya Senin depan
Melinda harus ujian Bu, jadi usahakan untuk sekolah
terus Bu, supaya tidak gagal di tengah jalan,” demikian
kata Pak Joni kemudian minta pamit.
Tiga hari sudah berlalu sejak kedatangan Pak Joni
di rumah Melinda. Sampai hari Sabtu Melinda tidak juga
kelihatan batang hidungnya. Bangku Melinda masih
kosong. Pak Joni guru kelas VI sangat kawatir jika
Melinda tidak mau ikut ujian. Padahal Senin nanti ujian
akan dilaksanakan.
Setelah anak-anak pulang Pak Joni bermaksud ke
rumah Melinda lagi. Kali ini Pak Joni akan ke rumah
Melinda bersama Pak Cakra kepala sekolahnya. Siang itu
Pak Joni berboncengan dengan Pak Cakra menuju rumah
Melinda.
Sesampainya di rumah Melinda Pak Cakra dan Pak
Joni ditemui oleh Ibu Melinda. Melinda memang hanya
berdua dengan Ibunya, ayahnya sudah lama
meninggalkan mereka. Untuk menopang kehidupannya
Ibu Melinda berjualan lumpia goreng. Hasil penjualannya
Musik di Taman Srigunting11
Kumpulan Cerita Pendek
memang jauh dari cukup. Tak jarang Ibu Melinda harus
berhutang dengan tetangganya.
“Bu, kami ingin bertemu dengan Melinda,” kata
Pak Joni.
Seperti saat Pak Joni datang beberapa waktu yang
lalu. Melinda tidak juga keluar, Ibunya harus
membujuknya berulang kali. Baru setelah tahu kalau yang
datang Pak Joni bersama kepala sekolah, Melinda mau
keluar bersama ibunya.
Melinda bersalaman dengan guru dan kepala
sekolahnya kemudian duduk di samping Ibunya.
“Melinda bagaimana kabarmu, sehat, kan?” kata
Pak Joni membuka pembicaraan.
“Ya, Pak saya sehat,” jawab Melinda sambil
tertunduk.
“Melinda Senin besok sudah Ujian untuk kelas VI.
Kamu bisa masuk?” tanya Pak Cakra.
Melinda hanya diam saja. Ibu, Pak Joni, dan Pak
Cakra memandangi Melinda menunggu jawabannya.
Sampai beberapa menit tidak juga ada jawaban dari
Melinda.
“Kamu ingin lulus, kan?” tanya Pak Cakra.
Kali ini Melinda mengangguk lemah.
“Kalau ingin lulus, mengapa kamu tidak masuk,
Nak?” selidik Pak Cakra.
“Ayo jawab Melinda!” suruh Ibunya dengan nada
tinggi.
12 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Melinda hanya terdiam.
“Kamu malas sekolah?” tanya Pak Cakra kembali.
“Melinda, kalau kamu malas sekolah yang rugi
kamu sendiri, tolong Senin besok masuk ya, Nak!
Seminggu besok kelas VI ujian. Kamu jangan sampai
gagal, kamu harus semangat!” ujar Pak Joni.
“Itu dengarkan Melinda, kata-kata Pak Guru,” kata
Ibu Melinda.
”Ya, itulah Pak sudah berulangkali saya bujuk dia
untuk sekolah, dia selalu tidak mau masuk Pak.”
“Apa, karena sekarang jarak rumah dengan
sekolah jauh ya, Bu?” tanya Pak Cakra pada Ibu Melinda.
“Mungkin iya, Pak. Jarak sekolah dan rumah
lumayan jauh. Kalau ingin tidak terlambat, ia harus
bangun pagi-pagi Pak. paling tidak pukul 05.00 sudah
harus bangun. Biasanya saya antar naik sepeda.”
“Benar begitu Melinda?”
“Iya, Pak!” jawab Melinda pelan.
“Begini Bu kalau selama ujian besok biar tidak telat
Melinda menginap di sekolah bagaimana Bu? Biar nanti
semua keperluan Melinda di urus sama sekolah,” tawar
Pak Cakra.
“Terima kasih Pak Cakra, gimana Melinda kamu
mau tinggal di sekolah untuk sementara waktu nanti, Ibu
temani,” bujuk Ibunya.
Melinda mengangguk. Setelah sepakat Melinda
dan Ibunya mulai Minggu malam akan menginap di
Musik di Taman Srigunting13
Kumpulan Cerita Pendek
sekolah. Pak Joni dan Pak Cakra meninggalkan rumah
Melinda.
Minggu malam Pak Joni, Pak Cakra, dan Bu Tia
guru kelas V menunggu Melinda dan Ibunya di sekolah.
Hingga pukul sembilan malam Melinda dan Ibunya tak
kunjung datang. Malam itu Bapak Ibu guru pulang
dengan kekecewaan dan kekawatiran.
Keesokan harinya, pukul setengah enam Pak Cakra
dan Pak Joni sudah datang, untuk mengecek kesiapan
ujian. Pak Joni dan Pak Cakra dibuat terkejut dan gembira.
Di teras sekolah tampak Melinda bersama Ibunya. Mereka
berdua bersalaman menyambut kedatangan wali kelas
dan kepala sekolahnya.
“Maafkan kami, Pak, tadi malam tidak jadi
menginap di sekolah. Melinda ingin tidur di rumah.
Tetapi saya janji untuk bisa bangun pagi dan mau ikut
ujian. Alhamdullilah Melinda bisa bangun pagi, Pak.”
“Alhamdullilah,” ucap Pak Cakra dan Pak Joni
hampir bersamaan.
“Mari, Mel, Bapak antar ke ruang ujianmu!” Ajak
Pak Joni.
“Ya, Pak, terima kasih,” jawab Melinda.
14 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Pak Joni mengantar Melinda menuju ke ruang
ujian. Melinda duduk di tempat yang sesuai dengan
nomor ujiannya. Tak lupa Melinda dan teman-temannya
berdoa sebelum mengerjakan soal ujian. Wajahnya
berseri-seri, raut kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya.
Ia senang bisa mengikuti ujian bersama teman-temannya.
Lega rasanya hati Pak Joni dan Pak Cakra.
Kekawatiran Melinda untuk tidak ikut ujian kini sirna.
Musik di Taman Srigunting15
Kumpulan Cerita Pendek
3. Selamat Tinggal Lampu Merah
Terik matahari membakar tubuh kecil Toni.
Sengatan yang begitu kuat tidak menyurutkan
semangatnya. Semangat untuk menghabiskan koran yang
masih 12 eksemplar. Pekerjaan ini selalu dilakukan Toni
setelah pulang sekolah. Ia lakukan pekerjaan ini demi
membantu perekonomian keluarganya.
Ibunya bekerja sebagai buruh mencuci baju.
Ayahnya telah tiada sejak ia usia 5 tahun yang lalu. Untuk
keperluan hidup sehari-hari kalau hanya mengandalkan
dari penghasilan ibunya tidak mencukupi. Sebenarnya
Ibu Toni tidak tega anaknya berjualan koran, tetapi
desakan ekonomi mengharuskan Toni ikut bekerja.
Beruntung untuk pendidikan di sekolah dasar gratis.
Ia masih ingat pesan dari Bu Mita, guru kelasnya
untuk belajar dengan giat. Walaupun harus membantu
bekerja orang tua, sekolah harus diutamakan.
16 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Satu lagi Toni, kalau jualan jangan di perempatan
lampu merah bahaya untuk keselamatanmu,” kata Bu
Mita.
Di sela-sela berjualan koran kadang ia sempatkan
untuk membaca berita-berita terkini. Toni memang suka
membaca. Kemampuan Toni dalam hal pengetahuan
memang lebih menonjol dibanding teman-temannya.
Nilai rapornya juga tidak mengecewakan.
Dua hari ini ia merasa gelisah. Berawal dari berita
di koran, ada larangan untuk masyarakat umum supaya
tidak membeli koran yang dijual anak-anak kecil di sekitar
perempatan jalan raya, khususnya yang ada lampu lalu
lintasnya. Bahkan secara jelas tertulis jika melanggar
peraturan ini konsumen akan mendapat denda 1 juta
rupiah atau kurungan 3 bulan penjara.
Belum lagi operasi yang dilakukan satpol PP
beberapa minggu lalu. Beberapa teman-temannya yang
nekat berjualan di lampu merah kena rasia. Kebetulan
saat itu Toni sedang tidak enak badan ia tidak berjualan.
Kini Toni sudah sehat kembali, namun gantian
ibunya yang sekarang sakit. Kondisi seperti ini membuat
Musik di Taman Srigunting17
Kumpulan Cerita Pendek
semangat Toni semakin kuat untuk berjualan koran. Tidak
ada pilihan lain kecuali menghabiskan korannya di
perempatan lampu merah. Di tempat ini koran lebih laku
daripada harus mangkal di salah satu tempat.
Pernah ia mencoba mangkal di kaki lima
bersebelahan dengan kios stempel dan kios sol sepatu.
Hasilnya tidak memuaskan. Koran masih sisa banyak
hingga sore hari. Lain kalau di perempatan lampu merah,
konsumen lebih tertarik sambil mengisi waktu menunggu
lampu hijau menyala.
Pukul 14.00 koran Toni masih 15 biji. Lumayan
sejak pulang sekolah ia telah menjual 35 eksemplar, pikir
Toni sambil duduk-duduk di taman dekat lampu merah.
Ia memanfaatkan pohon dahlia yang rindang daunnya
untuk berteduh sembari menunggu lampu merah
menyala.
18 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Siang yang panas agak berkurang ketika angin
lembut berhembus semilir. Paling tidak mengurangi rasa
gerah siang ini. Muka Toni yang hitam legam tersapu
angin membuat matanya semakin berat untuk membuka.
Setumpuk koran di tangannya ia letakkan di bawah
pohon dengan ditumpangi botol minuman mineral yang
isinya tinggal separo. Tubuh dekilannya direbahkan di
rerumputan.
Koran masih 15 biji, ia pindah tempat jualan atau
tetap menghabiskan barang dagangannya di sini. Pikiran
Toni dipenuhi kebimbangan. Sejak dua hari lalu Toni
Musik di Taman Srigunting19
Kumpulan Cerita Pendek
tidak bisa berjualan dengan tenang. Ia merasa kawatir
kalau kena rasia.
Toni tengok jam besar di bangunan seberang jalan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.25. Ia bersantai
sejenak di taman tersebut.
“Aman, aku tetap jualan di sini,” gumam Toni.
Biasanya rasia dilakukan Satpol PP sebelum pukul 14.00.
Perlahan-lahan matanya mulai menutup. Rasa
kantuk mulai menyerang. Hilir mudik kendaraan yang
lalu lalang tidak mengganggu kenikmatan tidurnya. Toni
benar-benar menikmati istirahat siangnya. Ia bergegas
bangun ketika mendengar suara mobil membunyikan
klakson berulang-ulang. Ternyata ada mobil mogok di
dekat lampu merah.
Banyak mobil yang berhenti karenanya. Suasana
ini di manfaatkan Toni untuk melanjutkan jualan koran.
Beberapa mobil yang ia ketuk membeli koran Toni.
Kemacetan ini merupakan rejeki bagi Toni.
“Ikut kami!”
20 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Suara itu mengagetkan Toni. Tampak di
sampingnya dua orang satpol PP berdiri di dekatnya.
Kedua orang itu menggandeng lengan Toni. Muka Toni
berubah pucat. Ia tidak bisa melarikan diri. Koran yang
berada di tangannya sudah pindah ke tangan petugas itu.
Toni hanya bisa menurut saja. Ia berjalan menuju
mobil Satpol PP. Pikirannya tidak karu-karuan. Wajah
ibunya yang sedang sakit dan wajah Bu Mita gurunya,
yang sering menasihatinya berganti hadir di kelopak
matanya. Andai waktu bisa berputar ia akan menuruti
kata-kata Bu Mita untuk tidak berjualan di perempatan
jalan.
Nasi sudah menjadi bubur demikian pepatah
mengatakan. Penyesalan memang datangnya belakangan.
Toni harus diperiksa dan dibina oleh Satpol PP. Ia tidak
bisa berbuat apa-apa.
Pertanyaan dari petugas dijawabnya secara jujur. Ia
ceritakan semua tentang kondisi keluarganya. Toni
sempat bingung ketika ditanya keluarganya yang bisa
menjemputnya. Ibunya tidak mungkin menjemputnya
Musik di Taman Srigunting21
Kumpulan Cerita Pendek
karena sakit. Petugas menghubungi sekolah Toni. Satu-
satunya yang menjadi harapan Toni adalah Bu Mita.
Sore itu Bu Mita ke kantor satpol PP. Dengan
perasaan gundah ia jemput Toni. Di kantor tersebut Bu
Mita bertemu dengan petugas. Beberapa hal harus ia
selesaikan dengan petugas.
“Bu maafkan Toni, Toni sudah menyusahkan Bu
Mita,”ucap Toni sambil terisak-isak.
“Toni tidak akan mengulangi lagi Bu,” lanjutnya.
“Sudah Toni sekarang kita pulang. Kalau kamu
ingin aman dan nyaman berjualan kembalilah di kaki lima
seperti dulu,” nasihat Bu Mita kepada Toni.
“Walau mungkin tidak selaris di lampu merah,
tetapi kamu lebih aman, Nak,” kata Bu Mita beranjak dari
tempat duduknya, kemudian menggandeng Toni setelah
dipersilakan petugas untuk pulang.
Toni hanya menganggukkan kepala, ia tidak bisa
berucap apa-apa. Beruntung ada Bu Mita yang baik hati.
Guru yang peduli pada kondisinya.
22 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Toni, jualan di kios tidak apa-apa biar sedikit
rejeki tetapi membawa berkah. Nanti ibu bantu dengan
sedikit modal, tidak hanya koran yang kamu jual tetapi
bisa majalah dan buku-buku bacaan.”
Berulang kali Toni mengucapkan rasa syukur.
Dalam hati ia berjanji tidak akan berjualan lagi di lampu
merah. Ia akan memanfaatkan kesempatan ini dengan
sebaik-baiknya, sebagai bentuk terima kasih atas kebaikan
Bu Mita.
Musik di Taman Srigunting23
Kumpulan Cerita Pendek
4. Bekal Jaka
Matahari mulai meninggi. Jaka tidak juga bangun.
Jaka sudah dibangunkan ibunya berulang kali. Setelah
jam menunjukkan pukul 06.00 Jaka baru beranjak dari
tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi.
Demikian ini perilaku Jaka hampir setiap hari.
Sebenarnya Ibu Jaka sering menasihati anaknya.
Sepertinya nasihat itu hanya masuk telinga kiri dan keluar
telinga kanan. Akibat perilakunya Jaka, ia juga sering
terlambat. Ibunya juga malu karena anaknya sering kena
tegur guru. Beberapa kali Ibu Jaka dipanggil ke sekolah,
dikiranya Ibu Jaka tidak memperhatikan sekolah
anaknya.
Kalau sudah jengkel dan emosinya memuncak, Ibu
Jaka melampiaskan amarahnya pada anak semata
wayangnya. Kemarahan Ibu tidak membuat Jaka jera, ia
tetap saja bangun tidur seenak perutnya sendiri. Kalau
sinar matahari belum menerobos jendela kamarnya biasa
ia masih enak-enakan tidur.
“Jaka, cepat nanti terlambat!” seru ibunya sambil
menata sarapan di meja makan.
Jaka tidak menyahut hanya suara guyuran air yang
terdengar. Usai mandi Jaka buru-buru ke kamar dan
24 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
berganti pakaian. Jam dinding sudah menunjuk pukul
06.30. Ia belum makan apalagi jarak rumah dan sekolah
harus ditempuhnya dengan naik sepeda selama 15 menit.
“Wah, terlambat lagi aku!” katanya dalam hati.
Jaka mengenakan seragam sekolah dengan tergesa-
gesa. Bahkan tidak sempat mengenakan ikat pinggang.
Seragam pun dipakai asal-asalan.
“Jaka, cepat ini sarapan paginya!” kata Ibu Jaka.
“Saya makan di sekolah saja Bu, kan ada tugas
membawa bekal makan untuk makan bersama,” sahut
Jaka.
“Makan dulu, sedikit saja tidak apa-apa!” kata Ibu.
“Nanti, terlambat Bu!”
“Ya, sudah minum susunya saja dulu,” suruh
Ibunya.
Jaka pun mengambil segelas susu yang sudah siap
di meja makan. Kemudian sibuk mengenakan sepatu.
“Jaka ini bekal makannya sudah ibu taruh di meja
di lepak yang bertutup biru ya! Jangan keliru lho, bertutup
biru!” ulang Ibu Jaka.
Perkataan Ibu Jaka tidak dihiraukan, Jaka sibuk
mengenakan kaos kaki dan mengikat tali sepatunya.
Pikirannya sudah tidak karu-karuan bayangan terlambat
hadir di pikirannya.
Musik di Taman Srigunting25
Kumpulan Cerita Pendek
Jaka siap berangkat sekolah. Ia segera mengambil
lepak makan yang sudah disiapkan ibunya. Lepak itu
segera dimasukkan ke dalam tas. Ibu Jaka sedang
menghidangkan kopi dan pisang goreng untuk ayahnya
di teras depan rumah.
“Ayah, Ibu, Jaka berangkat dulu!” teriak Jaka
sambil mengayuh sepedanya. Ayah dan Ibu Jaka hanya
bisa geleng-geleng kepala melihat perilaku anaknya.
Jaka mengayuh sepeda sekuat-kuatnya ia berusaha
secepatnya sampai di sekolah. Jalan yang ia lewati sudah
sepi dari anak-anak sekolah. Jaka semakin kawatir akan
terlambat lagi.
Pagi ini pun Jaka harus menerima kemarahan Bu
Mila guru kelasnya. Jaka hanya bisa menunduk malu.
Sebagai hukumannya ia harus menulis cerita dari bangun
tidur hingga sampai sekolah.
Pelajaran demi pelajaran sudah dilaluinya walau
beberapa kali mendapat olok-olokan dari teman-
temannya karena terlambat sekolah. Siang ini jam
pelajaran terakhir Bu Mila mengajar IPA materi makanan
sehat dan gisi seimbang.
“Anak-anak keluarkan bekal yang kalian bawa!”
Bu Mila kemarin menugasi anak-anak untuk
membawa bekal makanan empat sehat lima sempurna.
Semua anak mengeluarkan bekalnya masing-masing.
26 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Anak-anak bekal makanannya jangan di buka
dulu! Nanti kita membukanya bersama-sama,” jelas Bu
Mila.
“Nah, setelah membuka beka, tugas kalian
menuliskan nama makan dan kandungan gisinya. Setelah
selesai menulis baru boleh dimakan,” tambah Bu Mila.
Anak-anak menyiapkan bekal masing-masing di
atas meja. Sepertinya mereka tidak sabar ingin segera
membuka bekal dan memakannya.
“Satu, dua, tiga!” Bu Mila memberi aba-aba tanda
anak-anak boleh membuka bekalnya.
Wajah anak-anak berbinar-binar membuka
bekalnya masing-masing kecuali Jaka. Teman-teman yang
duduk di sekitar Jaka tertawa melihat bekal Jaka. Bu Mila
pun jadi penasaran dengan bekal Jaka.
“Bu bekal Jaka lucu!” teriak Doni.
“Iya, Bu, bawang goreng!” sahut Eko disambut
dengan gelak tawa teman-temannya.
Musik di Taman Srigunting27
Kumpulan Cerita Pendek
Bu Mila segera mendekati Jaka. Bu Mila juga
tersenyum melihat bekal Jaka ternyata satu lepak berisi
bawang goreng. Jaka terkejut dan bercampur malu
melihat bekalnya. Ia tidak menyangka kalau isinya
bawang goreng. Padahal tadi malam ibunya sudah
berencana membawakan nasi, sayur bayam, ayam goreng,
buahnya pisang, dan susu kotak.
“Jaka kenapa bekalnya berisi bawang goreng?”
tanya Bu Mila
Jaka takut dan malu, ia berdiam sejenak. Jaka baru
sadar kalau ia salah mengambil bekal.
“Jaka penggemar bawang goreng, Bu” teriak Doni.
“Doni, yang Ibu tanya Jaka bukan kamu!” kata Bu
Mila dengan nada tinggi. Anak-anak yang semula ramai
mendadak diam. Muka Jaka memerah menahan malu.
“Eh, iya Bu maaf saya...., saya..., salah mengambil
bekal, Bu” kata Jaka gugup.
“Kenapa bisa salah Jaka?” tanya Bu Mila.
Jaka pun menceritakan kalau ia berangkat tergesa-
gesa. Saat ibu menunjukkan bekal yang harus dibawa,
Jaka tidak memperhatikannya. Akibatnya ia salah
mengambil.
Bu Mila dan teman-teman sekelasnya
mendengarkan penjelasan Jaka dengan seksama.
Akhirnya mereka tahu bahwa semua itu akibat
kecerobohan Jaka.
28 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
5. Musik di Taman Srigunting
Setelah bel pulang sekolah anak-anak yang ikut
kegiatan ekstrakurikuler musik angklung berkumpul di
ruang musik. Latihan ini digunakan untuk pementasan
musik angklung dalam rangka Peringatan Hari Pramuka
di Balaikota. Pak Arwan guru seni musik sudah siap di
tempat.
Pemain angklung ini ada 5 orang. Pemain angklung
melodi 2, kendang 1, ketipung 1, drum 1. Beberapa anak
yang sudah datang langsung memegang alat musik yang
biasa dimainkan.
“Siapa yang belum datang?” tanya Pak Arwan.
“Wahyu, Pak!” kata Rangga.
“Tadi Wahyu masuk sekolah tidak, ya?” tanya Pak
Arwan lagi.
“Tidak, Pak. Wahyu sering tidak masuk, Pak,” kata
Rangga teman Wahyu satu kelas.
“Kenapa, sakit, ya?” tanya Pak Arwan pada
Rangga.
“Biasa, Pak malas sekolah, sibuk ngamen,” jawab
Rangga.
“Ngamen bagaimana?” tanya Pak Arwan heran.
“Wahyu selain sekolah juga jadi pengamen, Pak!
Biasanya ngamen di bus, Pak,” jelas Rangga.
Musik di Taman Srigunting29
Kumpulan Cerita Pendek
Wahyu memang terampil memainkan angklung. Ia
paling pandai main musik di antara 5 anak tersebut.
Wahyu biasa pegang melodi, jari-jarinya yang hitam
legam sangat lincah memainkan angklung. Nada-nada
yang ia mainkan sudah di luar kepala. Ia memainkan
musik sudah menggunakan perasaannya, tidak lagi
menghafalkan not-not angka. Itu yang disukai Pak Arwan
guru musik di SD Kembangsari.
“Ya sudah, Pak Arwan saja yang pegang
angklungnya,” kata Pak Arwan sambil memegang
angklung yang nganggur sejak tadi.
Suara musik bertalu-talu memenuhi area sekolah.
Anak-anak bermain musik dengan penuh semangat. Lagu
Gundul-Gundul Pacul, Suwe Ora Jamu, Gambang Suling
bersahut-sahutan.
“Anak-anak besok hari Minggu kita main musik di
Taman Srigunting dekat Gereja Blenduk, ya?” ajak Pak
Arwan.
“Hore!” anak-anak berteriak kegirangan.
“Tolong Wahyu, diberitahu!” suruh Pak Arwan.
“Siap, Pak nanti saya yang kabari Wahyu,” ujar
Rangga yang rumahnya dekat.
Hari semakin siang anak-anak berlatih tanpa kenal
lelah. Terbayang akan main musik esok pagi di Taman
Srigunting, taman yang sejuk di kawasan Gereja Blenduk,
tempat bangunan kuno bersejarah di Kota Semarang.
Anak-anak tambah bersemangat dalam memainkan
30 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
musik angklung beragam lagu dimainkan silih berganti,
seakan memberi kabar pada angin yang menghampiri
anak-anak itu bahwa besok mereka akan pentas musik.
Minggu pagi udara masih sejuk, tim angklungsari
sudah berada di Taman Srigunting. Anak-anak dengan
dibantu Pak Arwan dan sopir mobil pick up menurunkan
alat-alat angklung.
“Hati-hati Rangga!” Pak Arwan mengingatkan
Rangga yang menurunkan bas.
“Iya Pak siap!” ujar Rangga.
Beberapa menit kemudian alat musik itu sudah
turun dan sudah tersusun rapi di Taman Srigunting di
bawah pohon yang rindang. Pak Arwan tidak lupa
memasang tulisan angklungsari SD Kembangsari. Setelah
semuanya siap Pak Arwan menyuruh anak-anak untuk
memegang alat musik sesuai dengan latihan selama ini.
“Rangga gimana Wahyu?” tanya Pak Arwan.
“Kemarin sudah saya beritahu Pak, katanya oke,
Pak, tapi sampai tadi kami berangkat Wahyu tidak juga
nongol, Pak!” kata Rangga.
“Ya sudah kita main sebisanya, alat musik yang
biasa dipegang Wahyu biar saya pegang saja,” ucap Pak
Arwan.
Rangga dan teman-temannya mulai membunyikan
alat musik, permainan angklung kali ini dibuka dengan
lagu Gambang Semarang. Taman Srigunting yang tadi
sepi kini menjadi lebih ramai. Alunan angklung membuat
Musik di Taman Srigunting31
Kumpulan Cerita Pendek
suasana menjadi lebih segar, semangat, dan
menyenangkan.
Kalau tadi hanya beberapa orang yang duduk-
duduk dan foto-foto di sekitar taman. Kini semakin siang
semakin banyak yang berdatangan. Bahkan dari para
pengunjung ada yang menikmati alunan angklung
dengan berjoget.
Rangga dan teman-teman semakin bersemangat
bermain musik. Penonton semakin berjubel. Ketika
sedang asik-asiknya bermain musik Wahyu datang
dengan sedikit berlari. Ia menyibak penonton yang
berjubel itu. Tanpa dikomando Wahyu membuka topinya
32 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
dan menengadahkan topi ke arah penonton untuk diisi
uang seiklasnya.
“Wahyu, sini mainkan musiknya!” teriak Pak
Arwan.
Wahyu bergegas ke arah Pak Arwan dan
meletakkan topi itu begitu saja di tanah. Wahyu segera
memainkan musik seperti biasanya. Penonton yang
menikmati musik itu satu per satu melemparkan uang ke
arah topi Wahyu.
Pak Arwan kebingungan melihat reaksi para
penonton. Ia tidak bisa membendung penonton yang
begitu banyak memberikan uang. Permainan musik terus
berjalan.
Hari pun sudah siang musik angklungsari sudah
berhenti. Taman Srigunting juga sudah sepi. Anak-anak
beristrirahat sambil minum. Wahyu terlihat asyik
menghitung uang yang diperoleh.
“Anak-anak, Pak Guru senang kalian main
musiknya sudah bagus, dan bisa dinikmati banyak
orang,” ujar Pak Arwan sambil mengacungkan kedua
jempol tangannya.
“Tapi sayang gara-gara Wahyu meminta uang
dengan mengedarkan topi, jadi kesannya kita ngamen,”
tambah Pak Arwan.
“Lumayan, Pak dapat uang banyak Rp235.000,00,”
kata Wahyu seperti tidak bersalah.
Musik di Taman Srigunting33
Kumpulan Cerita Pendek
“Iya, Wahyu tetapi membuat malu kita, coba pikir
kesannya sekolah kita, mengajari muridnya ngamen,”
seru Pak Arwan.
“Memang tidak boleh ya, Pak?” tanya Rangga.
“Sudah sekarang pulang dan tidak akan main
angklung lagi di sini,” ajak Pak Arwan.
“Waduh, dak dapat uang lagi kita,” gerutu Wahyu.
“Wahyu, kamu tidak usah kecewa. Kita akan main
angklung lagi di even-even lain, asal kamu mau masuk
terus latihan,” lanjut Pak Arwan.
“Betul Pak?” ujar Wahyu Bimbang.
“Betul Wahyu tiga minggu lagi kita akan tampil di
balaikota dalam Peringatan Hari Pramuka,” jawab Pak
Arwan sambil tersenyum.
“Hore!” teriak anak-anak girang.
Siang itu mereka pulang dengan hati riang dan
gembira. Mereka membawa kenangan bermain musik di
Taman Srigunting. Sungguh pengalaman yang tak akan
dilupakan.
34 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
6. Perjuangan Alifia
Suara musik khas Cina terdengar dari halaman
klenteng. Beberapa anak usia SD terlihat sedang
melakukan gerakan-gerakan lincah dari seni wushu.
Kebanyakan mereka anak-anak Tiongha. Tidak jauh dari
pagar klenteng tersebut gadis kecil mengintip anak-anak
yang sedang berlatih.
Ia ingin sekali bisa berlatih seperti mereka. Tiap
hari Sabtu halaman klenteng ini selalu ramai dengan ana-
anak yang berlatih wushu. Tampak juga beberapa guru
yang sibuk melatih mereka.
Alifia demikian nama gadis kecil itu. Rambutnya
panjang diekor kuda. Matanya agak sipit walau dia
sebenarnya keturunan Jawa asli. Keinginannya untuk bisa
wushu sangat tinggi. Setiap hari Sabtu Ia sering mengintip
di balik pagar klenteng.
“Hai, lagi ngintip ya!” teriak salah satu guru
wushu, yang sering di panggil anak-anak dengan sebutan
Pak Leon. Orangnya tinggi dan berkulit putih bersih.
Alifia yang tidak menduga kalau ada Pak Leon di
belakangnya. Ia segera mengambil langkah seribu.
Namun sayang Pak Leon berhasil memegang tangan
Alifia. Alifia ketakutan tidak berani memandang Pak
Leon. Ia pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Musik di Taman Srigunting35
Kumpulan Cerita Pendek
“Siapa namamu?” tanya Pak Leon dengan lemah
lembut.
Alifia merasa heran ternyata Pak Leon tidak
membentaknya lagi. Hatinya mulai agak tenang.
Perasaannya yang kacau balau agak mulai tertata.
“A...Alifia Pak,” kata Alifia terbata-bata.
“Kamu sering mengintip di sini ya?” tanya Pak
Leon.
“Ya, Pak,” Jawab Alifia sambil mengangguk
dengan sedikit rasa ketakutan.
“Tidak usah takut Bapak sering melihat kamu
mengintip di sini. Apakah kamu ingin ikut latihan
wushu?” tanya Pak Leon.
“Ya, Pak,” jawab Alifia singkat.
“Baik Bapak beri kesempatan kamu ikut berlatih
empat kali kalau kamu bisa melakukan semua gerakaan
dengan baik, kamu boleh ikut latihan terus.
“Benarkah Pak?” tanya Alifia hampir tidak
percaya.
“Benar Alifia, Bapak beri kamu kesempatan ini,”
ujar Pak Leon meyakinkan Alifia.
“Terima kasih Pak Leon...terima kasih,” kata Alifia
berulang-ulang.
“Lho kok tahu kalau nama Bapak Leon?” tanya Pak
Leon.
36 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Setiap Sabtu saya selalu mengintip latihan wushu
Pak jadi tahu nama Bapak,” jawab Alifia mulai berani.
“Oh, iya, ya betul juga katamu, ayo sekarang
masuk ke halaman mulai ikut latihan!” ajak Pak Leon.
Alifia tampak senang. Ia tidak mengira bisa masuk
ke halaman itu. Selama ini hanya bisa melihat dari balik
pagar. Ia ikuti petunjuk Pak Leon. Pak Leon juga
mengenalkan Alifia dengan teman-teman di klenteng itu.
Selama ini Alifia salah menduga. Ia mengira kalau
hanya anak-anak Tiongha saja yang boleh bermain
wushu. Alifia juga tiak mengira ternyata anak-anak
tersebut sangat baik dan ramah dengannya.
Musik di Taman Srigunting37
Kumpulan Cerita Pendek
Pak Leon memberi arahan pada Alifia. Ia diajari
gerak-gerak dasar. Apa yang diajarkan Pak Leon ia ikuti
dengan sungguh-sungguh.
Sore itu sepulang dari klenteng Alifia bercerita
dengan orang tuanya. Orang tuanya sempat melarang
Alifia agar tidak ikut kegiatan tersebut. Kesungguhan
Alifialah yang bisa meluluhkan hati orang tuanya.
“Alifia, kamu itu bukan orang China tidak usah
ikut-ikutan main seperti itu!” larang ayahnya.
“Apalagi, kita orang tidak punya, untuk latihan
seperti itu harus membayar, Nak, uang dari mana?” kata
ayahnya.
“Yah, Pak Leon sudah bilang dengan Alifia, kalau
dalam empat kali latihan menunjukkan hasil yang bagus,
boleh bayar semampunya saja, Yah,” kata Alifia.
“Iya, tapi apa manfaatnya latihan wushu? Bisa-bisa
cidera nanti,” tutur ayahnya lagi.
“Yah, Alifia ingin jadi atlit wushu, Yah, kalau nanti
berhasil Alifia pasti bisa menghasilkan uang,” ujar Alifia.
“Kamu tahu dari siapa?” tanya Ayah.
“Pak Leon, Yah, yang tadi memberikan arahan
pada Alifia,” kata Alifia dengan suara lirih. Alifia merasa
kawatir ayahnya tidak meluluskan permintaanya.
Terbayang olehnya ia akan gagal ikut latihan dengan Pak
Leon dan teman-teman barunya.
38 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Kalau begitu kamu harus mau berlatih dengan
keras, Ayah mendukungmu, ayah akan usahakan mencari
tambahan penghasilan yang lebih banyak lagi,” kata Ayah
Alifia yang hanya bekerja ikut orang untuk di bengkel.
“Benar, Yah? Terima kasih Ayah.”
Alifia meloncat kegirangan dan memeluk ayahnya
dengan kencang. Ibu Alifia yang dari tadi sibuk
menyetrika baju tetangga sebagai pekerjaan utamanya
merasa ikut senang mendengar anak dan ayahnya
bahagia.
Hampir setiap hari di rumah Alifia berlatih sendiri
dengan penuh semangat. Ia berusaha meniru gerakan Pak
Leon dan menghafalkannya. Hari-hari terus berlalu. Pak
Leon semakin keras dalam melatih Alifia. Gerakan demi
gerakan harus bisa dikuasai dengan baik. Kesempatan ini
tidak disia-siakan oleh Alifia. Ia berjuang keras supaya
tidak mengecewakan orang tua dan Pak Leon.
Sore itu adalah latihan Alifia yang terakhir. Hari
yang menentukan Alifia bisa diterima atau tidak di
sanggar wushu tersebut. Ayah Alifia ikut menunggui
anaknya di klenteng. Ayahnya harap-harap cemas
menunggu pengumuman dari Pak Leon.
Sore itu Alifia diuji dengan segala macam gerakan.
Dari pertama ia pelajari sampai yang terakhir. Gerakan-
gerakan yang ditampilkan Alifia cukup membanggakan
ayahnya. Namun keputusan tetap di tangan Pak Leon.
Musik di Taman Srigunting39
Kumpulan Cerita Pendek
Sementara teman-teman Alifia rata-rata sudah bagus
bermain wushunya karena mereka sudah lama berlatih.
“Nah, anak-anak, hari ini latihan sudah usai.
Kalian sudah berlatih dengan bagus. Dan yang lebih
membanggakan Pak Leon, teman kalian yang baru yaitu
Alifia hanya dalam empat kali latihan sudah bisa
menguasai semua gerakan dengan bagus. Maka mulai
hari ini Alifia ikut bergabung di sanggar kita dan berlatih
bersama kita,” kata Pak Leon.
Alifia semakin semangat berlatih. Hari-harinya
banyak digunakan untuk mempraktikkan gerakan-
gerakan yang diajarkan Pak Leon. Perkembangan Alifia
sangat baik bahkan ia bisa mengungguli teman-temannya
yang sudah lama belajar dengan Pak Leon.
Tak heran jika Alifia sering menjuarai kompetensi.
Janjinya pada ayah dan ibu untuk tidak mengecewakan
dan menjadi anak yang membanggakan ditepatinya.
Nasehat Pak Leon sangat dipatuhi oleh Alifia. Ia
tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ketika lomba
Alifia berjuang sekuat tenaga. Ia kerahkan semua
kemampuannya. Tak lupa berdoa dan meminta restu
orang tua. Perjuangan Alifia membuahkan hasil manis.
40 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
7. Kabar dari Bolancong
Ramadhani Namanya, teman-teman
memanggilnya Dhani. Ia duduk di kelas enam. Dhani
sangat rajin belajar. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan
sekolah. Walau harus dibiayai oleh ibunya dengan susah
payah.
“Kulit lumpia ini yang bisa menyekolahkan Kamu,
Dhan,” kata Ibunya.
Dhani bersyukur walau hanya hidup dari usaha
ibunya berjualan kulit lumpia mampu
menyekolahkannya. Dhani dan ibunya tinggal di
Kampung Bolancong, yang sebagian besar
pendudukannya mempunyai usaha membuat kulit
lumpia. Sebuah perkampungan di tengah Kota Semarang
yang padat pendudukannya. Rumah mereka berderet-
deret tanpa ada renggangnya. Jalan menuju kampung
tersebut berupa Lorong sempit yang hanya bisa di lalui 1
kendaraan motor, untuk simpangan saja agak susah.
Musik di Taman Srigunting41
Kumpulan Cerita Pendek