Begitu masuk Kampung Bolancong akan tercium
bau yang khas. Bau kulit lumpia dan adonan isi lumpia
yaitu rebung. Bau ini juga akan menempel di baju orang-
orang yang tinggal di sini, maka tak heran jika anak-anak
Bolancung akan ke sekolah dengan beraroma farmum
lumpia.
Biasanya pukul 3 pagi ibunya sudah ke pasar
dengan mengendarai motor. Ibu mengantar kulit lumpia
ke pelanggan-pelanngan sekaligus berbelanja berbagai
keperluan untuk membuat kulit lumpia dibelinya.
Dhani hanya berdua di rumah dengan ibunya.
Ayahnya sudah meninggal sejak ia di berumur 3 tahun.
Kakaknya bernama Dina, sudah berumah tangga dan
tidak meneruskan kuliah setelah lulus SMA.
Setiap pagi Dhani berangkat sekolah diantar oleh
ibunya sepulang dari pasar. Pukul 06.30 Dhani bersiap di
depan rumah menanti kedatangan ibu dari pasar.
Biasanya ibu membawakan nasi bungkus untuk sarapan.
Dhani akan menyantapnya sebelum berangkat sekolah.
Hari ini jam sudah mendekati pukul 7 ibu tidak
juga kunjung datang. Dhani mulai kelihatan gelisah.
42 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Berulang kali ia menengok ujung gang. Namun ibunya
tidak kunjung tiba.
Tiba-tiba ada suara motor dari ujung gang. Dhani
segera menengok ke luar. Ternyata bukan motor ibunya.
Motor itu pun berhenti persis di depan Dhani berdiri.
Setelah membuka helm ternyata kakaknya yang datang.
“Lho Mbak Dina, kebetulan Mbak ibu belum
pulang, aku di antar ke sekolah ya!” pinta Dhani pada
Mbak Dina.
Dina tidak menjawab permintaan adiknya. Dina
merangkul Dhani sambal menangis. Dhani dibuat
bingung dengan perilaku kakaknya.
“Dik, doakan Ibu ya cepat sembuh dan tidak
kenapa-kenapa. Ibu sekarang di rumah sakit karena
kecelakaan, Dik,” kata Mbak Dina setelah tangisnya reda.
Dhani terkejut mendengarnya. Dhani pun
menangis sesenggukkan di pelukan Mbak Dina.
Musik di Taman Srigunting43
Kumpulan Cerita Pendek
“Ayo, Dik, Mbak antar kamu ke sekolah. Nanti ibu
di rumah sakit Mbak yang urus,” kata Mbak Dina.
Dhani hanya menggangguk sambil mengusap air
mata yang masih menempel di pipinya.
Perjalanan kurang lebih 15 menit menuju sekolah.
Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan antara kakak
beradik itu. Semua terdiam dalam kesedihan.
44 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Sesampai di sekolah halaman sekolah sudah sepi.
Dhani langsung menuju kelas. Terdengar suara Pak Jhon
guru kelas enam menjelaskan materi pelajaran IPA.
Dhani mau masuk tapi ragu. Ia takut Pak Jhon akan
marah karena terlambat. Kalau tidak masuk ia juga
merasa bersalah karena 4 hari lagi ujian sekolah akan
dimulai. Dhani takut ketinggalan pelajaran.
Ia kumpulkan semua keberaniannya untuk masuk
kelas. Begitu masuk seisi kelas pandangannya tertuju
pada Dhani.
“Dhani kenapa terlambat? Sekarang sudah pukul 8
kamu baru datang,” tanya Pak Jhon.
“Maaf Pak, saya terlambat karena … karena,”
Dhani berhenti sejenak, ia merasa berat untuk
mengungkapkannya takut kalau Pak Jhon marah.
“Kenapa, bangun kesiangan, atau malas mau
masuk?” komentar Pak Jhon.
“Tidak biasanya kamu terlambat Dhan, ingat
empat hari lagi ujian, lho!” lanjut Pak Jhon.
“Maaf Pak!”
“Kenapa Dhan?”
Musik di Taman Srigunting45
Kumpulan Cerita Pendek
“Ibu saya yang biasa mengantar ternyata
kecelakaan,” kata Dhani sedikit lega bisa mengutarakan
alasannya.
“Sekarang Ibu bagaimana Dhan, kondisinya?”
“Saya belum tahu persis Pak, Ibu di rumah sakit,
tadi yang mengantar saya kakak.”
“Baik, Dhani silakan duduk, semoga ibumu cepat
sembuh ya,” Pak Jhon menghela napas panjang
mempersilakan Dhani duduk.
Dhani merasa lega. Ia mulai mempersiapkan diri
untuk mengikuti pelajaran hari ini tetapi tetap saja tidak
bisa konsentrasi. Ia selalu ingat pada ibunya. Ingin
rasanya waktu cepat berlalu dan ia bisa segera menengok
ibunya.
Jam istirahat kedua berlalu. Bel tanda masuk
berbunyi. Anak-anak berhamburan menuju kelas lagi.
Ketika Dhani melintas di depan ruang guru Pak Jhon
memanggilnya.
Dhani melihat Pak Jhon memanggilnya sambil
memegang HP. Pak Jhon masih terlihat berkomunikasi
dengan seseorang di HP tersebut. Beberapa saat
46 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
kemudian setelah selesai menerima telepon Pak Jhon
menggandeng tangan Dhani dan mengajaknya masuk ke
ruang guru.
Dalam benak Dhani penuh tanda tanya. Pak Jhon
tidak segera berbicara. Ia memandang Dhani dalam-
dalam. Beberapa kali Pak Jhon menghela napas.
“Dhani, kamu ingin menegok Ibumu sekarang?”
“Ya, Pak,” jawab Dhani.
Pak Jhon meraih tangan kanan Dhani kemudian
ditepuk-tepuknya beberapa kali sambil berkata,” Dhan,
Bapak antar kamu pulang sekarang ya, kamu harus sabar,
tabah, dan Ikhlas.”
Pak Jhon berhenti sejenak.
“Maksudnya apa Pak?” tanya Dhani.
Pak Jhon tidak segera menjawab. Dhani semakin
penasaran. Tetapi ia tak berani bertanya lagi, takut kalau
salah bicara.
“Maksud Bapak, kamu harus merelakan Ibumu
menghadap Tuhan Nak. Baru saja Bapak di telepon
Kakakmu kalau Ibumu sudah tiada,” kata Pak Jhon
terbata-bata.
Musik di Taman Srigunting47
Kumpulan Cerita Pendek
Tangis Dhani pun pecah ia tak kuasa menahannya.
Pak Jhon memeluk Dhani ia menenangkan Dhani.
Beberapa Bapak Ibu guru turut serta membesarkan hati
Dhani.
Siang itu semua teman-teman dan Bapak Ibu guru
menuju rumah Dhani. Mereka turut berduka atas
kepergian Ibu Dhani yang tidak disangka-sangka.
Kampung Bolancong yang biasa riuh dengan lalu lalang
warga yang sibuk dengan pembuatan lumpia. Kini harus
berduka, kepergian Ibu Dhani tidak hanya memukul
Dhani dan keluarganya, tetapi juga tetangga sekitarnya.
48 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
8. Guru Terbaik
Suara Bu Dea terdengar jelas masih memberi
pertanyaan pada tiga siswanya walau hari sudah siang.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 15.00. Sekolah
masih sepi namun tiga anak tersebut masih belajar dengan
Bu Dea guru kelas V. Nuel, Tegar, dan Tasya akan maju
lomba cerdas cermat dokter kecil.
Nuel anak yang paling pinter di kelasnya. Setiap
pertanyaan yang dilontarkan Bu Dea dijawab dengan
baik. Bu Dea merasa bangga. Besar harapannya untuk bisa
menang dalam lomba cerdas cermat tersebut.
“Anak-anak masih ada waktu sehari lagi untuk
latihan. Sekarang kita makan!” kata Bu Dea.
Tampak di meja depan ada 4 mangkuk bakso yang
masih hangat. Botol kecap, saos, dan sambal tertata rapi di
di atas meja. Bau kuah bakso yang lezat membuat perut
mereka semakin meronta. Anak-anak bergegas menuju
meja depan untuk makan bakso tersebut.
“Bu Dea ayo segera makan!” kata Kepala Sekolah.
“Baik Bu terima kasih. Bu Rara tidak makan?” tanya
Bu Dea.
“Saya sudah makan tadi bu, ayo anak-anak makan
yang lahap, kalau kurang bisa nambah!” seru Kepala
Sekolah.
Musik di Taman Srigunting49
Kumpulan Cerita Pendek
Anak-anak makan bersama Bu Dea. Rasa lelah dan
lapar terbayar sudah dengan semangkuk bakso yang
dibelikan Bu Kepala Sekolah. Semua makan dengan
lahap.
Selesai makan anak-anak mendapat nasihat dari
Kepala sekolah. Mereka diberi semangat dan motivasi
agar dapat mengikuti lomba dengan baik. Nuel, Tegar,
dan Tasya mendengarkan nasihat kepala sekolah dengan
sungguh-sungguh.
Di akhir latihan Bu Dea menegaskan lagi nasihat dari
Kepala Sekolah. Anak-anak diberi semangat. Selain itu
juga teknik-teknik dan tata cara dalam menjawab
pertanyaan saat mengikuti lomba cerdas cermat.
Hari sudah sore, Bu Dea menyuruh anak-anak untuk
pulang k erumahnya masing-masing. Sekolah kembali
sepi, Bu Dea menatap murid-muridnya hingga
menghilang di balik pagar sekolah.
Sabtu hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Anak-
anak sudah dipesen Bu Dea untuk datang lebih pagi,
karena waktu lomba di kecamatan akan dimulai pukul
08.00. Tasya datang paling pagi, sekolah masih sepi.
Beberapa saat kemudian murid-murid yang lain
berdatangan.
Ketika Tasya sedang asik membaca-baca materi,
terdengar suara motor di depan pintu gerbang sekolah.
“Nuel!” teriak Tasya memanggil Nuel yang
diboncengkan mamanya.
50 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Nuel tidak segera turun, terlihat mamanya
menyuruh Nuel turun tetapi Nuel menolaknya. Mamanya
kelihatan kesal dan marah pada Nuel. Tasya berlari
mendekati Nuel.
“Nuel kenapa, ayo turun kita nanti mau lomba lho!”
ajak Tasya.
Nuel tidak menjawab, ia malah menangis, Tasya jadi
ketakutan melihat Nuel teriak-teriak tidak mau lomba.
Akhirnya mama Nuel mengajaknya pulang. Tasya masih
berdiri terpaku menyaksikan Nuel yang teriak-teriak
sambil menangis.
Tidak berapa lama Bu Dea pun datang. Suara hiruk
pikuk murid-murid semakin siang semakin ramai. Bu Dea
mencari Tasya, Tegar, dan Nuel.
“Tegar ayo masuk ke kantor dulu sebelum nanti
berangkat ke kecamatan!” ajak Bu Dea.
Tegar mengikuti arahan Bu Dea. Ia segera berjalan
menuju ruang kantor. Kemudian duduk di sofa ruang
kepala sekolah. Tidak berapa lama Tasya juga masuk ke
ruang tersebut bersama Bu Dea.
“Bu Rara, Nuel tidak ada, kata Dea tadi sudah masuk
sekolah, lalu pulang lagi,” kata Bu Dea menghadap
Kepala Sekolah.
Bu Rara terkejut mendengar penjelasan Bu Dea. Bu
Rara segera menelpon orang tua Nuel. Terdengar suara di
telepon akan sedang menangis.
Musik di Taman Srigunting51
Kumpulan Cerita Pendek
“Maaf Bu Rara, Nuel tadi menangis mengajak
pulang, takut ikut lomba Bu,” kata Ibu Nuel.
“Waduh, padahal sebentar lagi harus menuju tempat
lomba, Bu, coba dibujuk lagi Bu!” kata Kepala Sekolah.
Perbincangan antara Ibu Nuel dan Kepala Sekolah
terdengar cukup lama, sesekali Ibu Nuel membujuk
anaknya, yang terjadi tangis Nuel semakin menjadi.
“Bu Dea sekarang cari ganti murid lain Bu, seadanya
yang penting jumlahnya lengkap 3 orang untuk satu tim,”
kata Kepala Sekolah.
“Baik Bu,” ujar Bu Dea sambil beranjak dari
tempatnya dan berjalan menuju ruang kelas V.
Kejadian ini di luar dugaan Bu Dea. Ia tidak
menyangka kalau Nuel akan bersikap demikian. Selama
ini Nuel terlihat biasa-biasa saja. Anaknya tekun dan
pandai. Harapan untuk bisa berhasil dalam lomba cerdas
cermat pun pupus.
“Gilang kemari, Nak!” panggil Bu Dea.
Gilang yang duduk di sudut ruang kelas dan sedang
berbincang dengan teman-temannya terkejut dipanggill
Bu Dea, Ia segera berjalan menuju Bu Dea.
“Gilang kamu ikut Ibu sekarang ya ikut lomba
cerdas cermat menggantikan Nuel,” kata Bu Dea. Gilang
terkejut, tetapi karena ini perintah gurunya, Gilang
menurut. Bu Dea segera memerintah Gilang untuk
mengambil tasnya dan diajak menuju ruang Kepala
Sekolah.
52 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Bu Dea, Tasya, Tegar dan Gilang berangkat ke
tempat lomba. Walau mereka kecewa karena Nuel tidak
hadir tapi Bu Dea berusaha memberi semangat kepada
mereka. Lomba mereka ikuti dengan baik, walaupun
belum berhasil.
“Anak-anak tidak usah kecewa walu tidak juara.
Kalian tetap juara di hati Bu Dea,” kata Bu Dea menghibur
mereka setelah lomba.
“Pengalaman adalah guru terbaik untuk kalian,
setuju?” ujar Bu Dea.
“Setuju, Bu,” jawab mereka serempak.
Berkat Bu Dea mereka tetap semangat dan ceria
walau tidak juara. Kemenangan bukan hasil akhir yang
diharapkan Bu Dea, tetapi pengalaman yang sangat
berharga adalah hasil yang utama.
Bu Dea dan ketiga siswanya kembali ke sekolah. Di
perjalanan mereka melihat Nuel di tepi jalan memperbaiki
sepedanya, tampak rantai sepeda lepas. Mobil yang
Musik di Taman Srigunting53
Kumpulan Cerita Pendek
dikendarai Bu Dea berhenti. Bu Dea dan murid-muridnya
turun.
“Nuel, rantainya lepas, ya?” tanya Bu Dea
mengagetkan Nuel. Nuel terlihat malu, ia mengangguk
sambil menunduk. Bu Dea membantu Nuel memperbaiki
rantainya yang lepas.
“Nuel, mau kemana?”
“Main-main saja bu sambil naik sepeda,” jawab Nuel
malu.
“Nuel, teman-temanmu tadi sudah mengikuti
lomba, Galih menggantikan kamu,” kata Bu Dea.
“Walau kami belum menang tetapi mendapat
pengalaman yang tak terlupakan,” tambah Tasya.
“Iya, Nuel, kami tidak ingin mengecewakan Br Dea
yang sudah melatih tiap hari,” ujar Tegar.
“Aku juga tidak mengira akan mendapat
kesempatan untuk lomba, Nuel, besok lagi kalau ada
lomba ikut saja jangan takut atau malu,” kata Galih
membesarkan hati Nuel.
Nuel mendengarkan guru dan teman-temannya.
Nuel mengangguk tanda setuju, lalu meminta maaf pada
Bu Dea dan teman-temannya, tak lupa mengucapkan
terima kasih.
54 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
9. Dokter Anik
Anak-anak kelas IV sudah masuk kelas. Pelajaran
akan dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Bu
Guru sudah di depan kelas. Selesai berdoa Bu Guru
mengabsen siswanya.
“Ari Setiyani!” panggil Bu Guru.
“Ada Bu!” jawab Ari.
“Anik Kusumastuti!” panggil Bu Guru sambil
memandang tempat duduk Anik. Bangku Anik kosong.
“Anak-anak Anik tidak masuk lagi siapa yang tahu
kabar Anik?” tanya Bu Guru.
“Mungkin bangun kesiangan, Bu,” jawab Farel.
“Malas sekolah, Bu?” sahut Eni.
“Sudah anak-anak nanti Bu Guru telepon orang
tuanya,” kata Bu Guru.
Waktu istirahat tiba, anak-anak berhamburan
keluar. Bu Guru menuju ruang kepala sekolah.
“Selamat pagi Bu,” kata Bu Guru.
“Selamat pagi Bu, silakan masuk!” sahut Kepala
Sekolah.
“Ada apa Bu?” tanya Kepala Sekolah.
“Maaf Bu, Anik kelas IV tidak masuk lagi, dalam
minggu ini hanya 2 kali masuk. Minggu yang lalu 1 kali
Musik di Taman Srigunting55
Kumpulan Cerita Pendek
masuk. Ibunya saya telepon tidak bisa nyambung, Bu,”
kata Bu Guru Panjang lebar.
“Baik, Bu saya buatkan surat untuk orang tuanya,
nanti dititipkan temannya yang dekat rumah Anik,” kata
Kepala Sekolah.
Bu Guru merasa lega. Sudah berhari-hari selalu
gagal mendatangkan orang tua ke sekolah. Anik anak
kelas IV yang paling besar badannya dan paling tua
usianya. Sekarang usianya sudah 12 tahun tetapi masih di
kelas IV.
Anik sebenarnya anak yang cerdas, karena
kemalasannya beberapa dua kali tidak naik kelas. Ia agak
merasa canggung di kelasnya karena teman-temannya
lebih kecil dari dirinya. Orang tuanya sibuk bekerja,
saatnya ia berangkat sekolah, orang tuanya sudah
berangkat kerja.
Kemalasannya berangkat sekolah berdampak juga
pada adiknya. Adiknya yang kelas 2 harus berangkat naik
sepeda dengannya. Jika Anik malas berangkat adiknya
juga tidak bisa berangkat sekolah. Sebenarnya jarak
rumahnya ke sekolah dekat hanya 2 km karena harus
menyeberang jalan raya, adiknya tidak berani berangkat
sendiri.
Siang ini pelajaran di kelas IV sudah selesai anak-
anak berhamburan keluar setelah mendengar bel tanda
pulang berbunyi. Anik hari ini masuk sekolah. Ia keluar
56 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
paling akhir. Ketika akan melangkah keluar pintu, dilihat
ibunya sudah menunggu di luar.
“Ibu di sekolah?” tanya Anik heran.
“Ya, mau ketemu Bu Guru,” jawab Ibu singkat.
“Bu Guru saya Ibunya Anik, kemarin ada surat,
saya dipanggil Kepala Sekolah,” kata ibu pada Bu Guru.
“Iya, bu ini berkaitan dengan sekolah Anik, mari
Bu saya antar ke ruang kepala sekolah!” ajak Bu Guru.
Anik mengikutinya dari belakang, Mereka
menelusuri teras sekolah menuju ruang kepala sekolah.
Suasana sekolah sudah sepi. Anak-anak sudah pulang,
hanya terlihat satu dua anak yang belum dijemput orang
tuanya.
“Ini Ibunya Anik, Bu,” kata Bu Guru
memperkanlakan pada Kepala Sekolah.
“Oh, iya silakan duduk Bu, lha ada Anik juga, ayo
Nik, ikut masuk!” ujar Kepala Sekolah.
Anik duduk di sebelah ibunya. Kepala Sekolah dan
Bu Guru duduk dihadapan Anik dan Ibunya.
“Selamat siang Bu, apakah ibu sudah tahu kenapa
dipanggil ke sekolah?” tanya Kepala Sekolah.
“Mungkin tentang Anik Bu yang sering tidak
masuk sekolah,” jawab Ibu Anik.
“Benar, Bu, Anik sering tidak masuk kenapa, ya?”
tanya Kepala Sekolah.
“Anaknya malas itu, Bu kalau dibanguni susah,”
kata Ibu.
Musik di Taman Srigunting57
Kumpulan Cerita Pendek
“Anik kalau tidur jam berapa, sampai susah
bangun?” tanya Kepala Sekolah.
“Malam Bu,” jawab Anik.
“Kadang jam 11, kadang jam 12, Bu,” tambah Ibu.
“Nak, kamu kalau tidur jangan malam-malam
akibatnya malas bangun tidur,” nasihat Kepala Sekolah.
“Iya, Anik, kamu harus sekolah, harus busa
mengatur waktu, sebentar lagi kenaikan kelas,” imbuh Bu
Guru.
“Ibu tolong Anik dibimbing supaya bisa bangun
pagi, dan jangan boleh tidur terlalu malam,” kata Bu Guru
pada Ibu.
“Sebenarnya sudah Bu, tapi anak ini memang dak
mau patuh, selalu saja membantah, kalau dinasehati
malah jadi pertengkaran, Bu,” keluh Ibu.
“Saya juga bingung bagaimana caranya agar anak
ini bisa nurut,” imbuh Ibu.
Raut muka ibu kelihatan sedih bercampur jengkel.
Anik tertunduk malu di hadapan Kepala Sekolah dan
gurunya.
“Anik, Ibu yakin kamu anak yang baik, pasti mau
mendengar nasihat orang tua maupun guru,” ujar Kepala
Sekolah berhenti sejenak.
“Apa, Nak cita-citamu?” kata Kepala Sekolah.
Anik terkejut ditanya cita-citanya. Sesaat ia
terdiam. Mau mengutarakan cita-citanya tapi ada rasa
malu.
58 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Apa, Nik cita-citamu?” Bu Guru mengulangi
pertanyaan Kepala sekolah.
“Menjadi…menjadi dokter, Bu,” jawab Anik
Gugup.
“Bagus Anik, mengapa kamu bercita-cita seperti
itu?” tanya Kepala Sekolah.
Anik terdiam lagi. Beberapa kali ia melirik ibunya.
Ibu yang dilirik pura-pura tidak tahu.
“Ingin mengobati Ibu dan orang-orang yang
membutuhkan Bu,” jawab Anik lirih.
“Mengobati Ibu? Ibu sakit apa, Nik?” tanya Bu
Guru.
“Saya memang sakit sudah lama Bu, ginjal saya
sudah operasi dua kali, Bu. Sementara saya juga harus
mencari nafkah untuk anak-anak dengan berjualan,” jelas
Ibu Anik.
“Kalau Bapaknya Anik, Bu?” tanya Bu Guru.
“Bapaknya sudah lama meninggal sejak lahir anak
kedua, Bu,” jawab Ibu kembali.
“Nah, Anik, kamu punya cita-cita luhur. Kamu bisa
meraih cita-citamu dengan belajar keras, rajin masuk
sekolah, dan patuh nasihat orang tua dan guru,” kata
Kepala Sekolah.
“Kasihan tidak pada Ibu yang sudah susah payah
menghidupmu?” tanya kepala Sekolah.
Anik mengganggukkan kepala. Ia merasa bersalah
pada Ibunya.
Musik di Taman Srigunting59
Kumpulan Cerita Pendek
“Baik, Dokter Anik, Ibu yakin kamu akan mampu
mewujudkan cita-citamu. Ibu yakin Dokter Anik mulai
sekarang akan rajin masuk sekolah. Jika merasa malas
masuk. Ingatlah kalau kamu calon dokter harus rajin
sekolah, Oke,” kata Kepala Sekolah mengejutkan Anik
dengan sebutan Dokter. Tentu saja membuat hati Anik
berbunga-bunga, Ia merasa disanjung. Setelah
berbincang-bincang sejenak mereka pulang.
Ibu dan Anik tidak membayangkan kalau ternyata
Bu Guru dan Kepala Sekolah baik, tidak marah-marah
tetapi memberi semangat untuk maju. Hari-hari
berikutnya Anik selalu masuk sekolah.
“Selamat pagi, Dokter Anik!” kata Kepala Sekolah
dan Bu Guru setiap pagi saat bersalaman dengan Anik.
Rupanya sapaan tersebut membuat Anik sadar dan
semakin bersemangat untuk bersekolah. Sekolah harus
diutamakan karena itu itu bagian dari masa depan.
60 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
10. Adikku Sayang
Mahira Namanya, anak kelas dua yang punya
bakat bercerita dan bermain peran. Beberapa kali ia ikut
lomba mendongeng dan mengisi acara di televisi. Walau
masih kecil kemampuannya untuk akting dan
mendongeng luar biasa.
Mahira yang cantik, mungil, dan centil selalu ceria.
Ia murah senyum pada siapa saja. Selain itu juga ramah.
Teman-temannya suka pada Mahira, enak kalau diajak
bermain.
Dua minggu lagi sekolah akan mengisi acara di
televisi. Mahira mendapat tugas mendongeng legenda
Rawa Pening. Bu Rusti yang guru kelasnya sekaligus
pembimbingnya sudah mempercayakan pada Mahira
untuk menghafal ceritanya seperti biasa.
Siang ini sepulang sekolah Bu Rusti mengajaknya
untuk latihan. Mahira tinggal di kelas, sementara teman-
temannya sudah pulang. Namun wajah Mahira kali ini
kelihatan lesu, tidak bersemangat, dan tidak ceria seperti
biasanya.
“Kenapa Mahira, kok cemberut?” tanya Bu Rusti.
Mahira hanya menggelengkan kepalanya.
Kegiatan mendongeng yang ia sukai, sepertinya tidak
menarik lagi.
Musik di Taman Srigunting61
Kumpulan Cerita Pendek
“Mahira, sekarang silakan, untuk mendongeng!”
suruh Bu Rusti.
Mahira melangkah ke depan kelas. Ia mulai
mendongeng. Mahira kelihatan tidak bersemangat dalam
mendongeng. Beberapa kali ia berhenti mendongeng
karena kurang hafal.
Wajah Mahira semakin kusut. Bu Rusti yang
semula masih menahan kesabaran, lama-lama juga agak
kesal.
“Mahira, ayo, konsentrasi, kenapa sekarang kamu
kurang semangat?”
Mahira hanya menunduk diam. Bu Rusti
memberikan nasihat banyak. Mahira hanya mengangguk-
angguk tanpa memberi pendapat.
“Kalau kamu sudah tidak konsentrasi sekarang
latihannya selesai dulu,” kata Bu Rusti.
“Tunggu Ibumu menjemput, Ya,” tambah Bu Rusti.
“Ibu tidak akan datang, Bu,” sahut Mahira.
“Kenapa?” tanya Bu Rusti heran.
“Ibu sudah lelah menjemput, karena sebentar lagi
ibu akan melahirkan,” jawab Mahira.
“Harusnya kamu senang, Mahira akan punya
adik,” kata Bu Rusti.
“Aku tidak suka adik, karena ada adik, Ibu pasti
tidak mengurusiku,” kata Mahira ketus.
62 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Mahira jangan berkata begitu, kamu harus sayang
dengan adikmu, sudah nanti Bu Rusti yang mengantarmu
pulang,” bujuk Bu Rusti.
Tiba-tiba Hp Bu Rusti berbunyi. Untuk beberapa
saat Bu Rusti berbicara dengan orang yang baru
menelponnya.
“Mahira, selamat adikmu telah lahir, ayo Bu Rusti
antar kamu ke rumah Bidan, kita menengok adikmu
sekarang,” kata Bu Rusti.
“Tidak mau, Bu!” teriak Mahira.
“Jangan begitu Mahira, kamu harus mau menerima
adikmu,” nasihat Bu Rusti.
“Tidak, bu, aku tidak mau adik,” kata Mahira
sambil terisak-isak.
Bu Rusti tidak kehilangan akal. Ia membuat
perjanjian dengan Mahira.
“Oke Mahira, adikmu laki-laki, kalau nanti adikmu
tidak lucu dan menggemaskan kamu boleh, menolak
kehadiran adikmu. Tapi kalau adikmu lucu
menggemaskan, kamu harus menyayanginya!”
Mahira masih diam. Ia masih berpikir. Mahira
tidak segera mau menerima tawaran Bu Rusti.
“Bagaimana Mahira?”
Mahira masih diam. Hati Mahira belum bisa
menerima adiknya.
“Kalau tidak menjawab Bu Rusti tidak mau
mengantar,” kata Bu Rusti menakut-nakuti Mahira.
Musik di Taman Srigunting63
Kumpulan Cerita Pendek
“Baik, Bu tawarannya saya terima,” kata Mahira
lirih.
“Oke!” kata Bu Rusti sambil mengacungkan jempol
dan mengambil motor. Tidak berapa lama Mahira sudah
diboncengkan Bu Rusti.
Sesampai di Klinik Bidan Delima, Bu Rusti
menggandeng tangan Mahira. Ia segera mengajak Mahira
masuk. Awalnya Mahira agak ogah-ogahan setelah
dibujuk Bu Rusti akhirnya mau masuk.
Mereka masuk ke salah satu ruang di klinik
tersebut. Terlihat adik Mahira di pangkuan Ibu.
“Aduh, cakepnya, adik siapa ini?” Bu Rusti
menyapa adik Mahira yang masih dipangkuan Ibu.
Mahira tidak mau melihatnya, ia berdiam di dekat
pintu.
“Gantengnya ada tahi lalatnya di pipinya,” lanjut
Bu Rusti.
“Ganteng sekali, Bu, adiknya Mahira,” kata Bu
Rusti pada Ibu Mahira.
“Terima kasih Bu Rusti,” jawab Ibu Mahira.
Mahira yang semula tidak mau melihat adiknya,
perlahan berjalan mendekat, Ibu. Ia mulai
memperhatikan wajah adiknya. Kulitnya kelihatan bersih,
wajahnya mungil, lucu dan menggemaskan.
64 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
“Adik….!” Sapa Mahira pada adiknya.
Ibu dan Bu Rusti yang melihat Mahira mau
menyapa adiknya memperhatikan dengan tersenyum.
“Dik, ini Kakak!”
“Maafkan Kakak ya, Dik, kamu lucu dan ganteng
sekali,” kata Mahira mulai ceriwis.
Bu Rusti dan Ibu Mahira memperhatikan tingkah
laku Mahira yang mulai berubah. Ibu mengelus kepala
Mahira dan menciumnya. Mahira merasa disayang
ibunya.
“Kakak sayang sama Adik,” kata Mahira sambil
mencium kening adiknya.
Ibu dan Bu Rusti merasa lega. Mahira mau
menerima kelahiran adiknya. Anugrah Tuhan yang luar
biasa.
Musik di Taman Srigunting65
Kumpulan Cerita Pendek
Biodata
Rustantiningsih, lahir di
Karanganyar, 25 Oktober 1975.
Menempuh pendidikan di TK
Pertiwi Sumberejo (1982), SD
Tawangsari 2 Kerjo (1988), SMPN 2
Kerjo (1991), SMAN 1 Kerjo (1991),
D2 PGSD IKIP Negeri Semarang
(1997), S-1 PGSD Universitas
Negeri Semarang (2008), dan menyelesaikan studi S-2
Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Semarang (2012).
Mengawali kariernya sebagai pegawai negeri sipil (guru)
di SDN Anjasmoro (sekarang SDN Tawang Mas 01)
Semarang (2005), dan tahun 2018 memperoleh
kepercayaan sebagai Kepala SDN Kembangsari 01
Semarang. Tahun 2019 sebagai Kepala Sekolah di SDN
Pendrikan Kidul Kota Semarang. Di sela-sela tugasnya ibu
berkacamata minus ini masih menyempatkan menulis.
Menikah dengan Trimo (1995) dikarunia tiga orang buah
hati, yakni Harum Sunya Iswara (1997), Yonna Aparacitta
(2002), dan Rakyan Maharaja Krishna (2009).
Kegemarannya menulis mendapat dukungan dari suami
yang juga aktif di dunia kepenulisan.
66 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Beberapa karya yang sudah diterbitkan: Buku Ajar Bahasa
Indonesia Kelas VI (Penerbit Pemkot Semarang, 2006),
Buku Bina IPS Kelas III, V, VI (Penerbit Gajah Mada
Jakarta 2008), Buku Senandung Belajar IPS (2012), Novel
Langit Masih Cerah Candra (Penerbit Iranti Mitra Utama
Surabaya 2012), Novel Mutiara Menggandeng Awan
(Penerbit Pelita Hati Surabaya 2012), Kumpuan Cerita
Pendek Penantian Rara (Penerbit Dapur Buku Jakarta
2014), Buku Pelajaran Suluh Basa Jawa untuk SD/MI
Kelas I-VI (Penerbit Duta Bandung 2016), Novel Terima
Kasih Itu Tidak Mahal (Penerbit Sint Publishing Semarang
2018), Kumpulan Puisi Merangkai Angin (Penerbit Perahu
Litera Lampung 2018), Tulisan Ilmiah Populer untuk
Kenaikan Pangkat (Penerbit Sint Publishing Semarang,
2019), Buku Feature Perjalanan Belajar di Negeri Kanguru
(Penerbit Oase Group Surakarta 2019), Buku Feature
Perjalanan 149 Jam di Perancis (Penerbit Oase Group
Surakarta 2020), Kumpulan Puisi Selendang Sekar Langit
(Penerbit Oase Group Surakarta 2020), Buku Pendidikan
Pancasila untuk Kelas 1, 2, 3 SD dan MI (Penerbit Balai
Pustaka Jakarta 2020), Novel Senyum Rembulan (Penerbit
Qahar Publisher 2020).
Berbagai kejuaraan di bidang karya ilmiah pernah
ditorehkan oleh ibu yang aktif di berbagai organisasi ini,
berhasil meraih predikat juara I Guru Berpestasi SD
Tingkat Nasional (2009), juara I Lomba Inovasi
Pembelajaran Tingkat Nasional (2014), dan juara II Lomba
Musik di Taman Srigunting67
Kumpulan Cerita Pendek
Kreativitas Guru Tingkat Nasional (2015), juara I Lomba
artikel (feature) Tingkat Nasional (2017), dan juara I Lomba
Keluarga Sukhinah Teladan Tingkat Nasional (2018).
Tahun 2019 memperoleh Satya Lencana Pendidikan dari
Presiden Republik Indonesia.
Pernah mendapat kesempatan studi ke Perancis (2015)
dan Australia (2016). Saat ini tinggal di rumah sederhana
di Jalan Kenconowungu Tengah III/19 Kota Semarang
dan aktif membantu Dinas Pendidikan Kota Semarang,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Tengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan
Literasi (elang).
68 Musik di Taman Srigunting
Kumpulan Cerita Pendek
Membaca kumpulan cerpen “Musik di Taman
Srigun ng” yang ditulis oleh Rustan ningsih, seper
mengingatkan pada memori peris wa masa kecil
yang sarat akan kisah-kisah yang menggeli k.
Persahabatan anak-anak menjadi sedemikian
menarik untuk ditekstualkan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah pahami. Pengalaman dalam
berliterasi juga sangat kental dalam se ap konflik
yang dihadirkan sehingga membuat kumpulan cerpen “Musik di
Taman Srigun ng” bisa jadikan “teman” dalam melewa
perjalanan kehidupan untuk anak-anak dan guru sekolah dasar
(Trie Elang Sutajaya, penulis buku dan penelaah buku (ahli
pedagogi) Puskurbuk Kemdikbud).
Saya memberikan apresiasi kepada Bu Tan yang
telah berkiprah dalam pengembangan dunia
literasi di sekolah. Bukan hanya berkarya untuk
diri sendiri dengan berbagai karya yang sudah
ditulis, namun juga memberikan bimbingan dan
mo vasi kepada guru-guru dalam berkarya.
Tentu kumpulan cerpen “Musik di Taman
Srigun ng” memberikan pesan moral kepada pembaca
khususnya agar mencintai alam semesta ciptaan Tuhan dengan
segala budaya dan tradisi yang melengkapi keragaman
kehidupan. Terima kasih atas segala karyanya, semoga
menginspirasi peserta didik, guru, dan kepala sekolah yang ada di
Dinas Pendidikan Kota Semarang (Ponimin, S.Pd., M.Si.,
Korsatpen Kecamatan Semarang Tengah).