1|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
2|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Dalam kehidupan sehari-hari, budaya suatu masyarakat akan
melatarbelakangi dalam aktivitas anggota masyarakatnya baik yang bersifat
nasional maupun budaya daerah, contohnya kelompok masyarakat Melayu.
Masyarakat Melayu adalah orang berbudaya dan dalam kehidupannya selalu
menjalankan adat istiadat dalam lingkungannya karena mereka menyadari
bahwa kebudayaan merupakan totalitas kehidupan secara menyeluruh dan
kebudayaan itu karna ciptaan atau kreasi manusia.
Kebudayaan memunculkan sebuah keterampilan, satu diantaranya
adalah keterampilan menyulam Kalengkang. Keterampilan menyulam
kalengkang sudah tersebar pula di Nusantara hingga ke Kalimantan Barat,
khususnya di Kota Pontianak, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Sintang.
Pada Tahun 2019, UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat
melakukan Kajian tentang Sulaman Kalengkang di Kabupaten Sanggau.
Ruang lingkup materi dalam kajian ini membahas tentang Asal Usul
Sulaman Kalengkang Sanggau, Pembuatan Pola Motif Kalengkang, Ragam
Hias dan Motif Sulaman Kalengkang, Fungsi dan kegunaan Sulaman
Kalengkang, Teknik Pembuatan Sulaman Kalengkang, Sulaman Kalengkang
dari masa ke masa.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya tim kajian UPT.
Museum Provinsi Kalimantan Barat telah rampung menyelesaikan penulisan
buku tentang Sulaman Kalengkang yang diberi judul “Sulaman Kalengkang
Kabupaten Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat”. Semoga rajutan
benang Kalengkang dapat mewujudkan kembali silaturahmi melayu
Nusantara.
Akhir kata, besar harapan kami semoga buku ini dapat mengedukasi
dan memberikan manfaat bagi pembaca.
Kepala UPT. Museum
Provinsi Kalimantan Barat
Hj. Kusmindari Triwati, S.Sn., M.Sn
Pembina
NIP. 19640718 198403 2 007
i|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Diterbitkan oleh :
UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat
Penangung Jawab :
Kepala UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat
Peneliti & Penyusun
Tuti Istini
Nurbaiti, S.Pd
Editor
Hj. Kusmindari, Triwati., S.Sn., M. Sn
Dokumentasi
Tim Dokumentasi Museum
Tata Letak & Desain
Chaidir, S.Pd
Narasumber
Gusti Mustaan
Galuh Zahara
Cecep
ii | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
i
iii
1
8
18
24
27
54
64
72
79
93
94
96
iii | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
iv | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sanggau merupakan sebuah
wilayah yang kaya dengan tradisi dan kebudayaan. Keanekaragaman
kebudayaan yang ada di Kabupaten Sanggau tidak terlepas dari terciptanya
kesenian, khususnya berbagai kesenian yang mendapat pengaruh dari
kebudayaan asing. Kesenian yang mendapat pengaruh budaya asing tersebut
terdapat perpaduan kebudayaan yaitu kebudayaan asing sebagai pembawa
dan kebudayaan Sanggau sebagai penerima. Berbagai kebudayaan asing
yang berakulturasi dengan kesenian Sanggau adalah India.
Dapat dilihat dari penggunaan benang Kalengkang yang dibawa oleh
pedagang India sebagai benang untuk kriya tekstil berupa sulaman. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:22) sulaman adalah hiasan dari
benang yang dijahitkan pada kain. Kemudian Darmalis (2013:9)
mendefinisikan bahwa, “kriya tekstil sebagai karya seni yang bertujuan
untuk melestarikan budaya daerah, oleh karena itu bentuk seni kriya juga
bersifat kedaerahan, begitu juga bentuk, warna serta motif hiasnya sudah
dipolakan secara turun temurun sesuai dengan tradisi setempat”.
Di Nusantara ini sudah lama sekali keterampilan sulam sudah ada.
Menurut beberapa dokumen sejarah, disebutkan bahwa sulaman sudah ada
jauh sebelum lahirnya seni lukis. Kriya sulam dan sebagian besar kerajinan
tangan yang menggunakan jarum diperkirakan berasal dari Asia Timur
(Cina, India dan Persia) dan Timur Tengah (Wacik, 2012:17).
Keterampilan ragam hias sulam sudah sejak lama di Indonesia,
diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18M, bahkan sudah mulai
dikembangkan dalam bentuk tradisional pada abad ke-16M. Pada waktu itu,
sulaman diperkenalkan hampir keseluruh pelosok Nusantara. Abad ke-16M,
sulaman hanya diperuntukkan bagi inisial Kerajaan dan untuk menghias
1|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
busana para bangsawan dan kaum ningrat. Dalam masyarakat Melayu
sendiri, seni sulaman juga banyak mempengaruhi kehidupan seharian,
terutama bagi kaum wanita.
Sulaman Kalengkang ini merupakan satu diantara seni kerajinan
sulaman yang ada di Kabupaten Sanggau dan masih ada sampai saat ini.
Sulaman Kalengkang dibawa dan diperkenalkan oleh seorang pedagang
India yang dibawa oleh bangsawan Keraton. Pedagang tersebut didatangkan
langsung untuk memperkenalkan dan mengajarkan pada Keluarga Keraton.
Sulaman Kalengkang pada umumnya di Kalimantan Barat dan
khususnya di Kabupaten Sanggau secara pasti tidak ada yang mengetahui
kapan munculnya, sebab memang tidak ada catatan atau sumber tertulis yang
membuat tentang itu. Menurut Gusti Mustaan munculnya Sulaman
Kalengkang di Kabupaten Sanggau yaitu saat agama islam masuk ke
Sanggau sekitar abad 14M. Namun sulit untuk dipastikan siapa yang
membawa dan memperkenalkan Sulaman Kalengkang di kabupaten
Sanggau. Tetapi Sulaman sudah ada semenjak jaman pra Islam menyebar
kedaerah-daerah yang ada di Kalimantan Barat dan hanya dipergunakan di
Kalangan Raja saja.
Sulaman Kalengkang ini merupakan, seni sulaman tangan yang
merupakan khazanah Melayu Sanggau dan terdapat pula pada kerajaan
Melayu lainnya seperti Pontianak, Sintang, Riau, Palembang dan Malaysia.
Sulaman ini dikerjakan secara manual dan tidak bisa tergantikan oleh mesin
karena benang yang dipergunakan berbentuk pipih dan terbuat dari perak
atau emas.
Kalengkang yang ada di Kalimantan Barat pada umumnya sama, baik
dalam segi teknik penyulaman, bahan yang digunakan serta motif yang
digunakan. Namun terdapat perbedaan dari segi penyebutan. Pontianak dan
Sintang misalnya disebut kelingkang, sedangkan di Sanggau mengatakan
Kalengkang. Selain itu, untuk daerah luar Kalimantan Barat seperti Sumatera
2|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Barat dikenal dengan Klengkam, dan untuk di luar wilayah Indonesia yaitu
Malaysia menyebutnya kelingkan atau keringkam.
Nama Kalengkang diangkat dari benang yang digunakan yang berasal
dari bahan logam yang mirip dengan bahan kaleng jika dibalik. Sehingga
dikenal dengan nama Sulaman Kalengkang. Benang logam tipis dan pipih
tersebut melukiskan keindahan yang abadi seiring dengan terpeliharanya
budaya dan seni di hati masyarakat. Namun benang Kalengkang, hingga saat
ini masih belum dapat diproduksi dalam daerah sendiri, benang tersebut
didatangkan dari negeri Jiran yang produksinya dari negeri seribu dewa yaitu
India.
Pada awalnya kain Kalengkang di sulam diatas kain tetoron dan kain
satin. Namun seiring perkembangan zaman penggunaan kain berbahan
beludru menjadi alternative. Tekstur kain beludru menjadi akrab di kalangan
para perajin karena kehalusan tekstur dan beragam warna terlihat indah dan
nyaman jika dipadu padankan dengan benang kalengkang ini.
Selain penggunaan bahan yang menjadi pilihan, bentuk motif yang
digunakan juga beragam. Berawal dari motif mangga yang aslinya dari
negeri India kemudian juga digunakan berbagai motif yang terpilih memiliki
kedekatan historis, aplikasi hidup sehari-hari masyarakat lainnya seperti
motif pucuk rebung, motif bunga kembang perancak, motif buah tengkawang
motif bunga melati, motif bunga mawar, motif putri malu, bintang, akar
rotan dan daun pakis. Setiap motif Kalengkang di satu sisi tidak hanya
memberikan pembelajaran dan nasehat kehidupan, namun disisi lain juga
memperlihatkan keindahan, keagungan, dan kewibawaan sang penggunanya,
sehingga menyulam kalengkang dilakukan dengan ketelitian dan keuletan
yang memakan waktu rata-rata kurang lebih satu sampai tiga bulan
tergantung dari ukuran kain yang akan disulam.
Kerajinan sulaman Kalengkang Sanggau ini mempunyai nilai
ekonomis dan nilai keindahan tersendiri, kerajinan ini sudah turun temurun
dikerjakan oleh wanita dengan menggunakan alat yang disebut Ringkak atau
3|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
pembidang. Ringkak merupakan alat yang terbuat dari kayu atau bambu
pipih berukuran 100 cm x 80 cm yang diberi kaki dengan ketinggian yang
disesuaikan dengan kemudahan penyulam Kalengkang. Menyulam
Kalengkang biasanya dilakukan dengan posisi duduk bersila di lantai serta
menempatkan penyulamnya dalam posisi yang siap dengan kesabaran dan
ketelitian.
Proses pengerjaan Sulaman Kalengkang ini memang membutuhkan
waktu berbulan-bulan, dimulai dari proses pembuatan motif yang
menggunakan “mal” (cetakan yang dapat terbuat dari kertas ataupun plastik
dan kemudian dilubangi sesuai dengan gambar yang ada). Setelah mal jadi
kemudian mulai melukis motif di atas kain yang warnanya disesuaikan
dengan selera pemesan, pengerjaan ini memerlukan waktu kurang lebih satu
sampai tiga hari kerja. Setelah itu kain yang sudah tersusun lukisan motif
kemudian dibentang kencang di atas Ringkak. Benang Kalengkang yang
seperti kaleng dibalik tersebut salah satu ujungnya ditautkan pada jarum dan
sedikit dibengkokkan ujungnya agar benang tersebut tidak terlepas.
Teknik yang digunakan adalah teknik tikam tembus (penamaan istilah
dari daerah Sanggau) yaitu tusukkan jarum dari bawah tembus ke kain lalu
keatas kemudian dimiringkan (diagonal) kekanan atau kekiri diluar mal agar
mal tertutup benang Kalengkang lalu tusukkan kebawah dan diulang kembali
sampai motif terbentuk.
Kemudian ditinjau dari segi teknik menyulamnya, umumnya yang
pandai menyulam hanyalah ibu-ibu dan remaja yang secara langsung dididik
oleh ibunya. Namun seiring perkembangan zaman, perajin untuk menyulam
sudah mulai berkurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kurangnya minat untuk mengerjakan karena membutuhkan waktu yang
relatif lama, sehingga banyak dari kalangan remaja memilih untuk
melakukan aktivitas lainnya. Hal ini akan mempengaruhi makin
berkurangnya orang yang ahli dalam menyulam Sulaman Kalengkang.
4|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Sulaman Kalengkang pada masyarakat Sanggau ini digunakan dalam
berbagai kegiatan upacara atau pun perkawinan, acara-acara besar seperti
Paradje, acara gunting rambut, acara besar Kerajaan, tutup keranda, serta
Bendera Masjid Jami. Dalam acara pernikahan dapat dijadikan sebagai
Samper, Hiasan kelambu pengantin, Dinding Pelaminan, Sampiran Pua’dai,
Pakaian Pengantin, Tempat Sirih, Alas Kempu, Alas Pahar, dan Tilam
Rangkap.
Awal mula Kalengkang ini pertama kali digunakan oleh kalangan Raja
sebagai Pelengkap Busana pernikahan dan penutup dinding pelaminan,
dengan penggunaan 7 lapis kain dan 7 warna yang berbeda-beda. Sejak saat
itulah sulaman Kalengkang mulai dikenal. Pada awalnya hanya kalangan
Raja yang boleh menggunakan sulaman Kalengkang ini, namun seiring
perkembangan zaman sekitar tahun 1658-an pada Masa kejayaan Sultan
Jamaludin yang memindahkan Mengkiang ke Sanggau, masyarakat umum
sudah boleh menggunakan Sulaman ini tetapi tidak boleh menggunakan
warna kuning dan tidak boleh menggunakan motif keris dan Mahkota.
Kemudian sekitar tahun 1949-an saat masa Gusti Mohammad Taufik Surya
penggunaan warna kuning untuk masyarakat umum sudah diperbolehkan.
Untuk penggunaan Sulaman Kalengkang ini tidak ada syarat tertentu
hanya saja pada zaman dahulu sebelum menggunakannya kain
Kalengkangnya diasapi dengan wangi-wangian dari rempah-rempah
tradisional seperti cendana dan kemenyan Arab, hal ini dilakukan supaya
kain tersebut ketika dipakai oleh pemiliknya akan tercium harum, selain itu
juga membuat kain tersebut lebih awet dikarenakan kain Kalengkang ini
tidak dicuci. Cara menyimpan kain Kalengkang ini juga tidak boleh
sembarang dan asal, agar tidak merusak benang Kalengkang tersebut maka
saat melipatnya motifnya dibalik atau dilipat kedalam bukan ke luar supaya
tidak menyebabkan kerusakan dan patah pada motif-motif yang sudah
terbentuk.
5|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Sulaman Kalengkang sebagai identitas masyarakat Sanggau tak lekang
dimakan oleh zaman. Sejak tahun 1800-an di daerah Sanggau telah tumbuh
menjadi sebuah kerajinan tangan yang memiliki nilai seni yang tinggi.
Disamping proses kerumitan yang tinggi dan proses pembuatan yang belum
dapat digantikan perannya oleh mesin sehingga wajar Sulaman Kalengkang
ini dijual dengan harga yang tinggi. Jadilah Kalengkang menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari budaya masyarakat Sanggau, terutama di kalangan
rumpun suku Melayu.
Pengaruh globalisasi dari segi budaya dapat dilihat dari sikap
masyarakat yang menganggap bahwa budaya lokal adalah budaya yang
ketinggalan zaman. Sehingga minat masyarakat untuk mempelajari budaya
lokal sangat minim, hal ini lah yang membuat budaya lokal tersingkirkan.
Padahal sebuah kerajinan Sulaman memiliki nilai yang tinggi dalam
kehidupan, seperti Sulaman Kalengkang yang memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan masyarakat sehingga perlu dipelihara, dan dipertahankan agar tak
hilang dimakan zaman dan mampu bersanding dengan trend busana
Nusantara dan busana Modern.
6|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
7|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Keberadaan sungai di Kalimantan bagi kehidupan begitu penting, sebagai
prasarana transportasi penghubung menuju daerah-daerah pedalaman. Selain
sebagai prasarana transportasi, sungai juga berfungsi sebagai tempat hunian.
Penduduk Kalimantan umumnya tinggal di sepanjang tepian sungai
(Djubiantono, 1995:37). Pada mulanya, tumbuh hunian, selanjutnya diikuti
dengan aktivitas pertukaran barang atau perdagangan dan tumbuhnya Kerajaan
di sepanjang sungai.
Lokasi pusat kerajaan-kerajaan Melayu pada umumnya berada di tepi
sungai, muara sungai seperti Kerajaan Sanggau yang dulunya terletak di
Sungai Sekayam. Pada masa itu, sungai sebagai bandar yang ramai menjadi
tempat persinggahan para saudagar dari mancanegara satu diantaranya adalah
India, dari kota-kota pesisir inilah, para saudagar dan niagawan membawa
aneka keterampilan dari Negara asal mereka yang kemudian dipelajari oleh
masyarakat setempat dan kemudian menyebar ke seluruh daerah dan
memperkaya kebudayaan Sanggau khususnya di lingkungan Kerajaan pada
masa dulu.
Di lingkungan Kerajaan dikenal lah sebuah seni kriya atau kerajinan yang
dikenal dengan Sulaman Kalengkang. Sulaman ini dikenal pertama kali di
kalangan Kerajaan, awal mulanya masuk dan diperkenalkan oleh pedagang
India.
Konon katanya dahulu saat para bangsawan pergi naik Haji mereka
bertemu dengan pedagang India tersebut. Pedagang ini adalah seorang perajin,
setelah itu para bangsawan mengajak pedagang tersebut pergi ke Mengkiang.
Kedatangan pedagang tersebut disambut baik oleh kalangan Kerajaan, lewat
pedagang inilah para orang tua atau remaja yang berada di lingkungan
8|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
Kerajaan Sanggau mengenal dan belajar sulaman yang disebut Sulaman
Kalengkang.
Diperkirakan Sulaman Kalengkang ini masuk Ke Kerajaan Sanggau
sekitar abad 14 Masehi, setelah masuknya Agama Islam di Kerajaan Sanggau.
“Kalau merujuk nama-nama sultan yang bertahta di Mengkiang, semuanya
beraga Islam. Artinya agama Islam, atau pengaruh Islam telah masuk ke tanah
Sangau (Sanggau) sejak tahun 1400-an, khususnya daerah Mengkiang” (Ishar,
2016:297).
Namun anyaman dan sulaman sudah dikenal, saat masa pra Islam juga
sudah ada komunitas Anyaman yang berasal dari India dibawa oleh pedagang-
pedagang India yang masuk untuk membawakan kain-kain
khusus kalangan Raja-raja dan Bangsawan, tidak untuk umum dikarenakan,
faktor bahannya yang bisa dihitung mahal.
Setelah runtuhnya Majapahit maka berkembanglah agama Islam masuk
kedaerah-daerah yang pernah dijelajah. (dikenal dengan ekspedisi Kapuas).
Bukti batu Pahit di Nanga Mahap.
Pegaruh budaya Islam yang kuat dalam adat istiadat dan budaya Sanggau
mempengaruhi kerajinan sulam. Motif sulam yang menghiasi kain mengikuti
ajaran Islam yang melarang memasukkan unsur-unsur bentuk atau motif
manusia dan binatang sebagai ornamen. Karena itu motif tumbuh-tumbuhan
dan benda-benda alam seperti bintang, awan, ombak, menjadi motif yang
banyak ditemui dalam sulaman Kalengkang Sanggau.
Motif asli dari Kalengkang ini adalah motif mangga/asam, yang
dikenalkan langsung oleh pedagang India. Dimana motif ini dari dulu sampai
sekarang masih dipertahankan atau digunakan. Motif mangga pertama
digunakan untuk hiasan dinding di Kerajaan /Keraton. Selain itu juga
digunakan untuk pelengkap busana nikah Keluarga Raja di kalangan Istana.
Pada zaman dahulu saat pernikahan Raja-raja sebelum masuk kekamarnya
harus melewati 7 pelapis kain dengan satu ukuran tetapi bervariasi warna.
Lapis ini menandakan bahwa untuk masuk kamar harus melewati 7 pintu,
9|Sulaman Kalengkang Kab. Sanggau dalam Tradisi dan Adat Istiadat
artinya untuk membangun sebuah rumah tangga yang baru akan banyak
melewati berbagai kehidupan baru dan tantangan baru. Taburan warna yang
digunakan tidak ada pemakeman atau paten, intinya ada warna kuning, merah,
hijau, dan hitam. Warna kuning sangat kental dengan Kerajaan Melayu yang
benafaskan Islam, dan melambangkan keagungan.
Pertama kali Digunakan sebagai Pelengkap busana saat adanya
pernikahan dikalangan Raja. Selain dijadikan Busana segala perlengkapan
pernikahan mulai dari pelaminan serta pernak perniknya juga mendapat
sentuhan dari sulaman Kalengkang ini.
Balutan busana Raja terdapat tambahan kain yang disebut dengan
Pasmen (tambahan kain yang berhiaskan dari benang emas (perak) yang
dijahitkan pada bagian kaki kain). Pasmen ini memiliki tingkatan dari ukuran
besar kecilnya, ini juga menunjukkan tingkat tahta pemakainya. Untuk ukuran
kecil digunakan bagi yang memiliki keturunan Raja, kemudian ukuran sedang
digunakan oleh Ibu keturunan Raja yang menikah, sedangkan untuk ukuran
besar digunakan oleh Raja-raja yang menjabat. Pada zaman dulu disebut
dengan Kain Diraja karena hanya kalangan raja yang bisa menggunakannya.
Sulaman Kalengkang begitu sebutan masyarakat Sanggau, nama
Kalengkang diangkat, karena benang tersebut berasal dari sebuah benang yang
berwarna silver berbentuk perak, disebut Kalengkang dikarenakan sifat
benang tersebut seperti kaleng yang dibalik dan juga menyerupai lempengan
kawat pipih bewarna perak. Selain itu benang tersebut juga dibawa oleh
pedagang India (orang keling, orang keling yang berarti orang berkulit hitam,
dari siniah nama Kalengkang digunakan.
Kalengkang mempunyai sebutan atau istilah yang berbeda mengikuti
negeri, cerita dan sejarah yang hadir di daerah tersebut. Seperti di Malaysia
menyebutnya Keringkam atau Kelingkam, Walaupun berbeda penyebutan
tetapi membawa maksud yang sama yang menerangkan berkaitan dengan seni
sulaman Kalengkang., yaitu benang logam tipis dan pipih yang asalnya
diproduksi dari Negeri Seribu Dewa (India).
10 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Pada periode awal bahan yang dipergunakan untuk menyulam
Kalengkang adalah kain tenun sendiri, kain sutra, kain katun. Kemudian
untuk baju kebesaran Raja menggunakan kain lakan atau wool. Pada tahun
1960 an benang Kalengkang di sulam di atas kain yang berbahan tetoron dan
satin.
Digunakannya kain berbahan satin atau tetoron ini karena pada saat
dulu kain tersebut mudah didapat dan harganya terhitung murah, berbeda
dengan bahan-bahan yang digunakan untuk kalangan Raja. Kemudian pada
tahun 1980 an penggunaan kain berbahan satin dan tetoron digantikan oleh
bahan kain beludru. Kain beludru di jadikan sebagai alternativ pengganti
satin dan tetoron karena bahan ini memiliki sturuktur yang sangat halus, rata,
berkilau dan lembut sehingga bahan ini baik untuk digunakan. Wildati
(2012) “ Untuk sulaman benang emas atau perak bahan yang digunakan
adalah bahan yang tenunannya rapat, polos, dan berbahan agak tebal seperti
satin dan beludru”. Selain itu beludru juga memiliki berbagai ragam warna
yang dapat dipilih sesuai keiinginan pemesan.
Tekstur kain beludru menjadi sangat akrab dikalangan perajin, karena
antara kehalusan dan kekuatannya yang bila disandingkan dengan benang
Kalengkang yang pipih mampu membuat kenyamanan penggunanya, serta
akan memberikan kesan glamor dan elegan bagi penggunannya.
Selain itu, variasi warna yang beragam, mengikuti bentuk tubuh, dan
dapat menyerap pencahayaan, serta relative mahal pada eranya dulu,
sehingga membuat Sulaman Kalengkang dahulunya hanya digunakan di
Kalangan Kerajaan saja.
Namun seiring perkembangan zaman hampir semua produksi
Kalengkang pada saat ini disulam di atas kain beludru. Selain kain tersebut
dirasakan memiliki keindahan warna yang abadi, kehalusan permukaannya
akan memberikan perbedaan dengan sulaman lainnya.
Kekuatan bahan yang digunakan diharapkan mampu membuat kain ini
bertahan lama dan memberikan kemewahan yang akan memikat saat
11 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
digunakan, hal tersebut sangat sebanding dengan nilai benang Kalengkang
yang memiliki nilai tinggi dan begitu juga dengan proses pengerjaan yang
memerlukan ketelitian, keuletan serta keikhlasan dari perajin.
Benang Kalengkang yang di tata di atas permukaan kain ini memiliki
harga yang terbilang mahal, 1 pack berisi 10 bungkus benang seharga kurang
lebih Rp. 1.500.000 per packnya atau lopet (bahasa yang digunakan di
Sanggau). Dengan ukuran panjang ± 845 cm dan lebar ±1 cm dalam satu
bungkus/ ikat.
Sumber: Cecep, 2019 (Dok. Museum)
Benang Kalengkang 1 ikat
Sumber: Dekranasda Sanggau, 2019 (Dok. Museum)
Benang Kalengkang yang sudah dipotong
12 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Benang Kalengkang harus disimpan dan diletakkan dengan benar
karena sifatnya yag tipis membuat benang tersebut mudah kusut dan
bengkok sehingga saat memotongnya hendak berhati-hati. Proses pengerjaan
sulaman Kalengkang ini membutuhkan waktu yang sangat lama bisa 1-3
bulan masa pengerjaan tergantung dari besar kecilnya kain dan banyaknya
motif yang disulam.
Pada zaman dahulu yang pandai menyulam kain Kalengkang adalah
kalangan Kerajaan. Khususnya para wanita-wanita yang ada dikerajaan,
mereka diajarkan langsung dari perajin India.
Menurut adat pada zaman dahulu, ketika mereka hendak menikah, para
wanita dituntut untuk membawa bawaan, yaitu hasil karya sendiri yang
dibawa saat membina rumah tangga yang biasanya berbentuk hasil karya
sulam. Dari menyulam lah mereka bisa dinilai layak atau tidaknya menikah.
Hal ini tidak begitu mempersulit mereka karena ketika mereka
memasuki masa menstruasi mereka diasingkan terlebih dahulu disuatu
tempat untuk dipingit dari sinilah mereka mendapatkan pelajaran baik dari
segi agama, menyulam, memasak dan lain sebagainya. Orang tua zaman
dahulu membuat pola anak-anaknya untuk belajar dari orang tua- orang tua
zaman dahulu, namun kebiasaan yang sekarang sudah mulai menghilang,
khususnya di daerah perkotaan.
Sulaman Kalengkang memiliki variasi motif sulam yang kaya. Bentuk
geometris, hewan, tumbuhan, bintang dapat ditemukan disulaman
Kalengkang ini. Keragaman motif ini merupakan pengaruh budaya yang
dibawa oleh para pendatang melalui daerah pesisir melalui jalur dagang.
Sulaman ini dapat diketahui dari mana daerah perajinnya berdasarkan
pola dan motif sulamannya. Meskipun masing-masing daerah mempunyai
jenis dan motif yang berbeda, banyak juga daerah yang memiliki kesamaan
nama dan motif.
Bentuk motif yang biasa digunakan terdiri dari bentuk naturalisasi
berupa flora(tumbuhan). Berawal dari motif mangga yang langsung
13 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
diperkenalkan oleh perajin India kemudian berkembang menjadi berbagai
motif tumbuhan lainnya yang dikreasikan dengan penggabungan motif
geometris. Pada Sulaman Kalengkang memang cenderung
menggunakan motif tumbuhan, dahulu pernah menggunakan motif selain
tumbuhan yaitu makhluk hidup seperti burung, naga, kelinci, harimau, ular,
dan sebagainya namun sudah tidak ditemukan lagi jejaknya.
Meskipun saat ini
akan sulit mendapatkan
hasil kriya sulaman
Kalengkang dengan motif
fauna, namun beberapa
hasil kriya yang
ditemukan di Balai
Karangan pada tahun
1960an berupa tas/dan
dompet, menunjukkan bahwa tradisi sulam pernah menjadi bagian kehidupan
masyarakat di Sanggau dengan menggunakan simbol fauna/ binatang. Selain
itu sulaman Kalengkang dapat ditemukan pada lukisan-lukisan yang
dibentuk dalam bingkai atau frame, seperti motif burung merak, namun saat
masuknya agama Islam perlahan demi perlahan dihilangkan.
Agama Islam pernah masuk ke Mengkiang, Sanggau tempo dulu
melalui Brunei. Diperkirakan juga pada abad ke-13 atau 14 M. Secara
ekspelisit Dr. Hermansyah dalam (Ishar, 2016:53) pernah mengatakan bahwa
Agama Islam di pesisir Sungai Kapuas, daerah Embau dibawa dari Brunai.
Satu diantara motif Sulaman Kalengkang yang dirubah adalah motif
pucuk rebung, pada mulanya untuk bagian ujung atas dibuat 5 bintang atau 3
Bintang. Namun sekitar tahun 2000-an jumlah yang dari lima dirubah
menjadi satu. Ada beberapa faktor yang membuat perubahan, yang pertama
14 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
banyaknya ulama atau tokoh masyarakat yang kurang setuju karena
bentuknya, hal ini akan membuat penafisran yang lain jika terus
dipergunakan sehinga mereka tetap menggunakan motif pucuk rebung tetapi
mengurangi jumlah ujung bintangnya menjadi satu, seharusnya penulisan
motif bintang tiga yang biasa disebut tiara ini harusnya terpisah antara
permata satu dengan tiga, namun orang-orang dahulu menyatukannya. Selain
itu jika jumlahnya tetap lima atau pun tiga maka akan banyak memakan
benang dan akan memperlama proses pengerjaan. Dua diantara alasan inilah
yang akhirnya terjadi kesepakatan untuk merubahnya menjadi satu sampai
saat ini.
Sumber: Cecep Dok. Museum 2019
Motif Pucuk Rebung dengan
bintang 1
Sumber: Gusti Mustaan, Dok. Museum 2019
Motif Pucuk Rebung dengan bintang 3
Motif-motif yang dirangkai satu persatu dihamparan kain memuat
pencitraan yang kuat. Terpilih dari banyak makna simbolis yang berasal dari
pemahaman dan penghayatan makna hidup dalam kehidupan masyarakat
Sanggau, bahkan diantaranya mengandung harapan-harapan dan petuah-
petuah yang patut dicermati oleh generasi masa sekarang.
Motif yang biasa digunakan merupakan motif-motif yang memiliki
historis, dan aplikasi hidup sehari-hari masyarakat, seperti Bunga Kembang
Perancak, Bunga Putri Malu, Bunga Melati, Bunga Mawar, Bunga Kenanga,
Pucuk Labu Siam, Buah Tengkawang, Buah Anggur, Kembang Bunga Raya,
Bunga Cina Putar, Bunga Matahari dan sebagainya.
15 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Setiap motif yang di sulam tidak hanya memberikan pembelajaran dan
nasehat semata, tetapi juga sangat memperhatikan keindahan, dan
kewibawaan sang penggunanya, agar tak lekang dimakan zaman.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan gaya hidup dimasyarakat
Sanggau, kini sulaman Kalengkang juga dikenakan oleh masyarakat umum
pada cara-acara resmi dan adat. Bermula pada tahun sekitar 1658-an saat
masa pemerintahan Putra Mahkota Abang Uju atau bungsu atau Ahmad yang
bergelar Sultan Abang Ahmad Jamaluddin yang telah membawa perubahan
di sistem pemerintahan.
Semasa pemerintahannya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
meningkat. Pada masa ini lah kalangan umum diperbolehkan menggunakan
kain Kalengkang. Kain Kalengkang boleh digunakan tetapi tidak boleh
menggunakan warna kuning, serta tidak boleh menggunakan motif keris dan
mahkota.
Warna kuning merupakan identitas warna Kerajaan sehingga tidak
boleh sembarangan orang dapat menggunakannya, begitu juga dengan motif
keris dan mahkota yang merupakan lambang tahta dari Kerajaan itu sendiri.
Warna kuning boleh digunakan oleh kalangan umum atau rakyat biasa yaitu
sekitar tahun 1949, saat Sanggau telah bergabung dengan NKRI semasa
Gusti Mohammad Taufik Surya memerintah.
Busana yang berbalut Kalengkang hadir dalam acara kebesaran
kerajaan yang masih tumbuh dan berkembang di Kabupeten Sanggau,
selain itu juga sebagai acara kenegaraan dan persembahan kepada tamu
yang dimuliakan, acara perkawinan maupun acara agung lainnya.
Kain yang digunakan dewasa ini pun dipilih adalah berbahan beludru,
agar aroma dan aura kebesaran serta keagungan terangkai dengan
kekhususan benang Kalengkang yang merajut keindahan. Biasanya warna
kain beludru yang disandingkan adalah warna-warna yang bertanding
dengan kilau perak dan emas benang Kalengkang, seperti warna hitam,
biru, merah, hijau dan ungu.
16 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Keindahan Sulaman Kalengkang ini dimulai dengan memilih motif
yang diinginkan sesuai selera dan makna yang akan digunakan oleh calon
penggunanya. Setelah itu motif di gambar menggunakan “Mal” (cetakan
yang terbuat dari kertas atau plastic dan kemudian dilubangi). Kemudian
setelah mal telah jadi, mal tersebut diletakkan diatas kain untuk dilukis
kembali.
Setelah proses pelukisan selesai, kain yang sudah tersusun motif
diletakkan atau dibentang kencang diatas alat yang disebut “Ringkak”.
Mulailah jari jemari penyulam menari mengikuti lekuk dan garis motif
menggunakan teknik tikam tembus (penamaan teknik dari Sanggau).
Lekukan tangan silih berganti, kilauan benang mulai terajut, rangkaian
motif pun terlukis dan akhirnya kain Kalengkang siap membalut anak
Negeri.
17 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Sulaman Kalengkang terkenal
dengan proses pengerjaan yang Teknik ini tidak bertahan
lama karena cara pembuatan pola
membutuhkan ketelitian, langsung dikain dianggap kurang
efektif, dikarenakan tekstur kain
kesabaran dan keuletan dari
Sumber: Gusti Mustaan, Museum 2019
perajinnya. Sebelum melewati
yang halus dan sedikit licin
proses penyulaman Kalengkang membuat perajin jaman dahulu
mengubah tekniknya. Yaitu
perajin biasanya akan membuat dengan menggunakan media
kertas dengan cara dijiplak
perencanaan gambar untuk desain menggunakan karbon. Cara ini
terbilang lebih cepat dan praktis.
motif. Langkah-langkah menjiplak pola
Kalengkang adalah sebagai
Dari tahun ke tahun selalu berikut :
ada penemuan atau inovasi-
inovasi baru yang muncul dari
ide-ide pembuat pola motif
Kalengkang. Pelukisan motif juga
memiliki sejarah tersendiri dari
bahan, hingga teknik yang
dilakukan.
Pertama kali proses pelukisan
motif adalah langsung pada kain,
yaitu seperti membatik dengan
jenis batik tulis langsung dari
tangan. Penulisan motif /pelukisan
motif pada kain ini menggunakan
pensil. Kain dihamparkan lalu
motif pun langsung dilukis. Hal
ini menunjukkan bahwa
dikalangan Kerajaan sudah bisa
menulis, jika dilihat dari
sejarahnya, kain Kalengkang
pertama kali masuk di Kalangan
Kerajaan.
18 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
1. Pola hias dibuat di atas media kertas sesuai desain dan ukuran yang
diinginkan.
2. Kain diletakkan di atas kertas yang sudah dilapisi karbon kemudian
dijiplak pola hiasnya dengan menggunakan pensil sambal ditekan.
Teknik pembuatan pola dimedia kertas ini dilakukan sekitar tahun 1900-an,
setelah adanya mesin tik dan ketika masa Pemerintahan Belanda.
Pola menggunakan media kertas dengan karbon ini cukup relative
lama digunakan. Setelah menggunakan teknik media kertas, kemudian
Datok Adi Murad satu diantara perajin pembuat motif Kalengkang
mengganti media kertas dengan media kertas semen, langkah-langkah
penjiplakan pola media kertas semen sama dengan media kertas biasa.
Perbedaanya hanya pada ketahanan penyimpanan pola yang lebih kuat dan
tidak mudah rusak jika ditulis berulang-ulang.
Sumber: Dok. Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Contoh Penerapan Pola melalui media kertas semen
19 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Teknik selanjutnya adalah menggunakan kain, yaitu dengan kain tetoron
sebagai Mal, kain tetoron ini dilukis dengan menggunakan pen, kemudian
baru dilapisi karbon untuk mendapatkan hasil jiplakan pola motif
Kalengkang.
Contoh
Penerapan
Pola pada
kain tetoron
Sumber: Dok. Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Setelah menggunakan kain, pembuatan pola kembali menggunakan
media kertas namun tekstur kertas yang dipilih lebih tebal, seperti kertas
kotak makan dan sejenisnya. Jika dilihat dari proses penjiplakan motifnya
juga berbeda.
Pertama pola hias di buat di kertas tebal, kemudian kertas tersebut
diukir dan dilubangi barulah hasil kertas yang sudah dilubangi diletakkan di
atas kain. Agar motif terbentuk diatas kain, pola yang dilubangi dilukis
menggunakan pen.
Teknik ini mempermudah dalam penulisan namun penggunaan media
kertas yang tebal ini pun tidak begitu efisien dikarenakan cepat putus dan
rusak karena sifatnya hanya sementara.
20 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Cara penerapan pola
menggunakan media
kertas tebal
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Datok Ade Murat dan menantunya yang bernama Gusti Mustaan ini
terus membuat terobosan baru, mereka mencoba dan mengali teknik-teknik
baru dengan berbagai media dan sampai akhirnya mereka mencoba membuat
pola dengan menggunakan karpet sebagai medianya.
Untuk teknik yang digunakan kurang lebih dengan menggunakan
media kertas tebal, perbedannya hanya pada bahan yang digunakan untuk
pelukisan motif. Jika pada media kertas menggunakan pen maka pada media
karpet menggunakan tipe x sebagai bahan untuk melukis motif-motif
Kalengkang.
Langkah-langkah nya sebagai berikut :
1. Pola hias di gambar di atas karpet menggunakan pen atau pensil
kemudian hasil pola tersebut di lubangi menggunakan pahat sehingga
terbentuklah hasil ukiran motif.
2. Pola yang sudah diukir, lalu diletakkan diatas kain, selanjutnya dilukis
kembali di atas kain dengan menggunakan tipe x hasilnya akan berwarna
putih. Tipe x yang digunakan juga tipe x khusus yang memiliki ujung
lancip. Penggunaan tipe x ini mempermudah proses penyulaman karena
bewarna putih sehingga menimbulkan efek yang lebih jelas dibandingkan
menggunakan pen atau pensil.
21 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Penerapan pola pada media karpet
Tipe x yang digunakan untuk melukis motif
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Hasil penerapan melukis pola dari media karpet menggunakan tipe x
Teknik menggunakan media karpet inilah dijadikan sebagai mal untuk
membuat pola motif Kalengkang yang masih digunakan sampai sekarang
dan hanya digunakan di Kabupaten Sanggau. Media ini sangat memudahkan
penulisan atau penggambaran motif selama proses, sifatnya tahan lama dan
awet jika disimpan untuk waktu yang cukup lama.
22 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
23 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Kebiasaan memberi hiasan dan flora atau tumbuhan,
pada benda ciptaan manusia sudah
ada sejak dahulu, sekalipun motif berupa bunga, buah, batang dan
yang dipakai adalah ragam hias
dengan motif-motif klasik. daun dengan berbagai ukuran dan
Menurut Van Der Hoop, ada
beberapa ragam hias yang sudah bentuk. Tekstur yang dilihat dari
dikenal sejak jaman prasejarah
antara lain : Motif geometris, keadaan permukaan suatu benda,
motif manusia, motif flora, motif
fauna (Soejatmi, dalam Harmoni jika diperhatikan pada Sulaman
dalam etnis 2003: 16).
Kalengkang ini memiliki
Ragam Hias geometris
merupakan pola hias paling umum permukaan yang halus. Ukuran
dan selalu digunakan pada setiap
benda, seperti pada Sulaman kain yang strandar adalah 2 meter
Kalengkang yang memiliki ragam
hias berbentuk geometris, fauna untuk panjang dan lebar yang
Sumber: Cecep, Dok Museum 2019 bervariasi.
Sulaman Kalengkang ini
menggunakan jenis pola lajur tepi
dengan perulangan motif
gelombang atau tali air yang
sesuai dengan arah horizontal atau
vertical. Selain itu juga
menggunakan pola memusat untuk
dibagain tengah atau biasa
disebut tampang kain. Dan
penggunaan pola
memencar juga di terapkan
pada sisi kanan kiri dan
belakang kain. Pola Hias
pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi
beberapa kelompok,
diantara: pola memancar,
memusat, pengulangan,
pola lajur, pojok, bidang
segi beraturan (Giri, 2004).
Prinsip harmonis pada
sulaman Kalengkang ini
dapat terlihat dari pola-pola
yang dibuat oleh perajin
24 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
seperti pada bagian desain motif seimbang diseluruh bagian kiri
buah harmonis dengan daun- tengah dan kanan. Selain itu
daunnya, selain itu juga memiliki Sulaman Kalengkang memiliki
prinsip keseimbangan yang dapat pengulangan bentuk yang teratur
ditemukan dengan adanya dari satu motif dengan motif
keseimbangan simetris yang lainnya.
menunjukkan bahwa sulaman
kalengkang memiliki bagian yang
Contoh Prinsip Harmonis, Keseimbangan dan Pengulangan bentuk
teratur pada motif Pucuk Rebung dan Bunga Cina Putar / Melati
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Contoh Penerapan Motif Geometris dan Flora berupa garis (tali air)
dan buah anggur
25 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Tampang
Kain/
Bagian
Tengah
Samping
Kain
Kaki Kain
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Tapeh Kain/sarung pelengkap busana
Tapeh/ sarung yang biasa atau bunga dan diberi pembatas
digunakan oleh pria atau wanita motif berupa tali air. Posisi
memiliki bagian atau struktur kain peletakkanya saat penggunaan
berupa : yaitu di letakkan dibagian
1. Tampang kain/bagian tengah didepan.
kain, Samping kain, merupakan
2. Samping kain, bagian sisi kanan dan kiri kain
3. Kaki kain. yang berada diantara tampang
kain, biasa diisi dengan motif
Tampang kain merupakan pokok atau motif isian yang
bagian tengah kain yang biasa senada atau diatur harmonis dan
diisi dengan motif pokok seperti diperjelas dengan motif tali air
pucuk rebung. Letaknya ditengah sebagai pembatas antar motif.
dengan ukuran motif yang lebih
dominan dari motif lainnya serta Kaki kain diposisi kan pada
ditaburi dengan motif isian dan bagian bawah kain yang biasa diisi
pendukung seperti taburan bintang dengan motif akar rotan, sulur
26 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
daun atau motif pendukung ukuran memanjang baik horizontal
lainnya yang dipakai dalam atau vertical.
Sulaman Kalengkang di Kabupaten Sanggau dalam perkembangan nya
dari kurun waktu ke waktu, banyak mengalami perubahan dan penampilan
bentuk motifnya. Sebelum agama Islam berkembang motif fauna berupa
naga, burung, ular, garuda, harimau dan binatang lainnya dijadikan sebagai
motif tetapi tidak dituangkan kedalam kain melainkan dalam bentuk hiasan
dinding (kolase).
Berkembangnya Agama Islam motif berbau binatang atau makhluk
bernyawa sudah jarang ditemukan. Para perajin terdahulu pun mulai
terinspirasi menggantikan motif binatang dengan melukiskan motif
tumbuhan atau motif alam.
Mulai dari Busana Pengantin, Perlengkapan Pengantin, Hiasan
Kelambu, Hiasan Dinding dan lain sebagainya menerapkan bentuk motif
tumbuhan seperti motif buah mangga, buah anggur, pucok rebung, bunga
kembang perancak, bunga putri malu, bunga melati, bunga mawar,
tengkawang, kembang bunga raya, bunga cina putar, bunga matahari dan
pucok labu siam. Selain itu juga menggunakan motif-motif yang
melambangkan kerajaan seperti keris dan mahkota, serta tulisan Kalimat
“LaiIllahaillahllah” yang digunakan pada bendera di Masjid Jami Sanggau.
27 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
1. Motif Awal/asal
a. Motif Naga melambangkan kekuasaan yang tiada batas
b. Garuda melambangkan kekuatan
c. Harimau melambangkan keperkasaan
d. Ular melambangkan kelemah lembutan yang berbisa
e. Kancil melambangkan kecerdasan
f. Burung hantu melambangkan cerdik dan pandai
g. Kelinci melambangkan kelincahan
h. Ikan melambangkan kesejukan
i. Merak melambangkan kekayaan
Sumber: Koleksi UPT.Museum Prov Kalbar2019
Motif Burung Garuda
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
28 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Sumber: Gusti Mustaan, Dok Museum 2019
Motif Merak
Sumber: Koleksi UPT.Museum Prov Kalbar2019
Stilisasi motif burung
Sumber: Koleksi UPT.Museum Prov Kalbar2019
29 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Sumber: Koleksi UPT.Museum Prov Kalbar
Sumber: Koleksi UPT.Museum Prov Kalbar
Kalbararar2019
Stilisasi motif kupu-kupu
2. Motif Kerajaan Melayu Islam terdahulu menjadikan kembang
ini sebagai motif kalengkang,
a. Kembang Fatma, selain itu kembang fatma mudah
Motif kembang fatma ditemui didaerah Kabupaten
Sanggau.
distilisasi dari bunga kembang
fatma, bunga ini melambangkan
keagungan dan kecantikan serta
harum nya bunga ini dan penuh
khasiat, sehingga orang
Contoh kembang fatma
30 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Melambangkan keindahan
Melambangkan keagungan
Sebagai penangkal penyakit
b. Kembang teratai tumbuh di dalam air yang
melambangkan cara seseorang
Motif kembang teratai ini yang tinggal di dunia untuk
dijadikan motif kalengkang mendapatkan kebebasan dan
karena sifatnya yang indah, lahirkembali.
anggun dan memberikan kesan
menawan bagi yang melihatnya.
Bunga ini memiliki akar yang
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Keabadian
Keberuntungan
Keindahan
Kemurnian
c. Kembang Melati
Motif melati distilisasi dari
bentuk bunga melati. Keindahan
dan wangi bunga melati sudah
sangat akrab di kalangan
masyarakat, tidak terkecuali
masyarakat Sanggau. Karena
keindahan dan wanginya melati
selalu menghiasi sertiap aktivitas
adat, perkawinan, dan selamatan.
31 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Selain itu bunga Sumber: Dok. Dekranasda Kab. Sanggau. Dok. Museum Kalbar 2019
melati dan daunnya juga
sering digunakan sebagai aktivitas masyarakat
ramuan untuk membersihkan
diri ketika mandi, siraman menempatkannya menjadi pilihan
calon pengantin, siraman
untuk Ibu hamil dan mandi dalam karya-karya seni yang
lainnya yang terkait
pengobatan nonmedis. berkembang termasuk Kalengkang.
Bunga melati dan
daunnya juga sering
digunakan oleh masyarakat
sebagai obat untuk beberapa
penyakit yang terkait suhu tubuh
seperti demam, panas dalam, sakit
gigi dan sebagainya. Oleh karena
itu keakraban bunga melati dengan
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Melambangkan kebersihan dan kesucian yang
membersihkan dan menyucikan
Melambangkan keluhuran dan keindahan adat istiadat
dan budaya
Sebagai penangkal penyakit dan keburukan
PENGGUNAAN
Digunakan menghiasi seluruh kain yang susunannya
diatur harmonis
Biasa ditempatkan di tepi atau sebagai motif pendukung
Dapat dikombinasikan dengan unsur/ motif lainnya
d. Kembang Mawar populer dan istimewa dan
Bunga Mawar adalah jenis dijadikan sebagai motif
bunga yang banyak digunakan
sebagai lambang romantisme, juga Kalengkang.
bisa dikatakan sebagai ungkapan
kasih sayang, warnanya yang
beragam dengan makna yang
berbeda membuatnya semakin
32 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Keindahan
Kecantikan
Cinta dan kasih sayang
Sumber: Dek. Gusti Mustaan Dok. Museum Kalbar 2019 Sumber: Koleksi Museum Prov. Kalbar
Stilisasi bunga mawar
PENGGUNAAN
Biasa digunakan sebagai motif utama atau motif
pendukung
Pola penyusunanya tabur
Dapat dikombinasikan dengan motif pendukung
lainnya.
e. Kembang Cina Putar merangkai dan memutar bunga
Motif bunga sering digunakan sebagai bentuk manifestasi dari rasa
bahagia, rasa senang dan perasaan
dalam mengungkapkan cinta yang berbunga-bunga.
bahagia, dan keindahan. Bunga
putar diambil dari kebiasaan anak-
anak dalam permainannya sering
33 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Rasa persahabatan yang erat
dan kesetiakawanan yang kuat,
keindahan dan kandungan
makna itulah kemudian motif
bunga cina putar ini diabadikan
menjadi motif Kalengkang agar
dapat dikenang dan
diperhatikan selamanya.
Sumber: Dekranasda Kab. Sanggau Dok. Museum Kalbar 2019
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Ungkapan rasa cinta, perasaan senang dan bahagia
Ungkapan rasa persahabatan dan kesetiakawanan
PENGGUNAAN
Merupakan motif utama
Dapat dikombinasikan dengan motif lainnya
Ukuran disesuikan selera
f. Kembang Putri Malu manifestasi dari keluhuran
Sifat yang menonjol dari
budaya, kehalusan budi bahasa,
daun puteri malu apabila disentuh
maka daun tersebut akan merapat keindahan tatakarma,
dan menutup saluran batang daun
dan seolah-olah layu. penghormatan dan kesopanan
Karekteristik seperti pemalu
apabila tersentuh tersebut kepada sesama manusia.
diangkat menjadi sebuah
Namun disisi lain, daun
puteri malu ditopang oleh batang
berduri yang tersembunyi dibalik
rimbunnya daun puteri malu
tersebut. Lambang daun puteri
malu juga mewakili seluruh
struktur tumbuhan puteri malu
tersebut yang apabila tidak
34 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
berhati-hati dan ceroboh akan penghormatan dan kesopanan
kepada sesama manusia tidak
terkena durinya. dijunjung dan dihormati, maka
akan mendapat sanksi baik secara
Demikian pula dengan agama, adat, maupun sosial
kemasyarakatan.
perlambangan puteri malu
tersebut, yang apabila keluhuran
budaya kehalusan budi bahasa,
keindahan tatakarma,
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Melambangkan keluhuran budaya dan kehalusan budi
bahasa
Melambangkan keindahan tata krama, penghormatan dan
kesopanan kepada sesama manusia
Melambangkan nilai saling menjaga dalam masyarakat
PENGGUNAAN
Digunakan menghiasi seluruh kain yang susunannya
diatur harmonis
Bisa sebagai motif utama dan motif pendukung
Dapat dikombinasikan dengan unsur/ motif lainnya
g. Kembang Bunga Raya/Sepatu
Kembang sepatu
merupakan satu
diantara bunga yang
sangat dikenal dan
akrab dengan
kehidupan
masyarakat Sanggau,
selain mudah tumbuh
dan dapat ditemukan
di hampir setiap Sumber: Dekranasda Kab. Sanggau Dok. Museum Kalbar 2019
rumah penduduk, musim berbunga menciptakan
keindahan yang abadi di
kembang sepatu juga lingkungan tempat tinggal
masyarakat, sehingga kembang
banyak digunakan oleh masyarakat
sebagai obat penurun panas.
Keindahan bunga yang sangat
menonjol dan tidak mengenal
35 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
sepatu bagaikan kembang surga kembang sepatu selalu tampil
yang selalu menghiasi dunia. menghiasi setiap simbol keindahan
Keindahan kembang sepatu dan keagungan penikmat seni yang
ini diabadikan oleh masyarakat tak lekang ditelan zaman dan selalu
dalam setiap karya seni dan abadi tak mengenal musim.
kebudayaan. Keindahan yang abadi
menjadi simbol bahwa cita rasa
yang tinggi dan keluhuran,
demikianlah motif
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Cita rasa yang tinggi terhadap keindahan dan perdamaian
yang abadi
Melambangkan keluhuran budi pekerti yang tak pernah
surut karena waktu
Melambangkan kebaikan yang berguna untuk masyarakat
PENGGUNAAN
Merupakan motif utama
Dapat dikombinasikan dengan motif utama lainnya
Ukuran cenderung lebih dominan dari motif lainnya
h. Kembang Matahari
Bunga matahari dikenal
dengan warnanya yang
kuning serta kelopak
yang besar. Warna
kuning memberikan
kehangatan dan
kebahagiaan bagi yang Sumber: Gusti Mustaan Dok. Museum Kalbar 2019
melihatnya. Selain itu kuwaci, dapat juga dijadikan
bunga matahari merupakan sosok
yang setia, ia selalu mengikuti pakan ternak, dan pupuk serta
arah matahari bersinar. Tidak
hanya cantik tapi matahari juga hiasan taman. Keunikan serta
kaya akan manfaat dengan diambil
minyaknya, dapat juga digunakan isyarat penuh makna dari bunga
sebagai bahan pangan yaitu biji
matahari inilah menjadikan bunga
matahari sebagai motif
Kalengkang. Kehangatan serta
36 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
kesetiaanya yang akan membuat pecinta Kalengkang selalu ingin
menggunakan Sulaman kalengkang tersebut.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Melambangkan kehangatan
Melambangkan Kesetiaan
Lambang Persatuan
Lambang persaudaraan dan persahabatan
PENGGUNAAN
Merupakan motif pendukug
Penempatan posisi biasanya di sisi kanan dan kiri setelah
tampang kain
Dapat dipadukan dengan motif lainnya
Ukuran disesuikan dengan selera
i. Kembang Wijaya Kusuma Motif Kembang Wijaya inilah
distilisasi dari bunga Wijaya
“Tanaman wijaya kusuma Kusuma sendiri kelangkaan dan
ialah sebuah tanaman jenis kaktus wanginya akan selalu menjadi
nan berbunga. Tanaman ini pengingat dan memberikan rasa
tumbuh dengan batang kecil dan percaya diri bagi yang
berkelompok. Dalam satu memakainya.
tanaman, biasanya terdiri atas
beberapa batang pohon kecil. Simbolisme dari wijaya
Kembang Wijaya Kusuma kusuma ini diharapkan
termasuk bunga yang langka dan menimbulkan perasaan tentram
penuh misteri. Ketika mekar, dan damai, bikin terang hati
bunganya semerbak mewangi. manusia, menjunjung tinggi
Tapi, bunga ini tidak bisa perilaku asih, dan mengandung
diprediksi kapan bakal mekar, ajaran tidak mementingkan diri
bahkan hingga setahun lamanya. sendiri.
Zaman dulu, raja-raja yang bakal
naik tahta, diharuskan memetik
bunga ini”.
37 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
Kembang Wijaya Kusuma
j. Kembang Jarum Tidak hanya sebagai tanaman hias
dan pagar hidup, kembang jarum
“Kembang jarum atau biasa ini juga kaya akan manfaat yang
dikenal dengan bunga asoka dijadikan sebagai obat herbal,
merupakan satu diantara bunga seperti mengatasi haid, luka
yang cukup familiar di memar, mengatasi kram dan lain
masyarakat Sanggau. Bunga sebagainya.
jarum ini memiliki keunikan dan
keindahan, tak heran bunga yang Keindahan, kemudahan
memiliki banyak warna ini
menyebar dengan cepat ke serta kaya akan manfaat inilah
berbagai daerah. Bukan hanya
karena indah, masyarakat juga yang menjadikan kembang jarum
gemar menanam tanaman ini
karena perawatannya terbilang sebagai inspirasi motif
sangat mudah.
Kalengkang. Kembang jarum
melambangkan Kedinamisan”
38 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
k. Motif Kembang Labu Siam / Pucuk Labu Siam
Pucuk Labu siam dalam kesehariannya dikenal masyarakat
Sanggau sebagai satu diantara bagian dari pohon labu yang dapat
dimanfaatkan sebagai sayuran. Bentuknya yang melingkar-lingkar
dengan dihiasi oleh daun dan bunga yang indah memberikan
inspirasi bagi motif Kalengkang.
Perpaduan antara guna dan
keindahan pada pucuk labu
siam tersebut memberikan
pesan bahwa manusia
dinyatakan baik apabila
mampu memberikan
manfaat dan kegunaan bagi
orang lain, serta mampu
Sumber: Dekranasda Kab. Sanggau Dok. Museum Kalbar 2019 memberikan rasa aman dan
damai dalam sebuah
komunitas.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Ungkapan cita rasa yang tinggi terhadap seni dan
keindahan
Ungkapan kemanfaatan bagi orang lain
Kecintaan kepada kedamaian dan persahabatan
PENGGUNAAN
Menjadi motif utama dalam susunan atau baris
Dapat dikombinasikan dengan motif lainnya
Ukuran disesuikan selera
39 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
l. Kembang Turi kupu apabila sedang mekar.
Kembang turi ini bisa dijadikan
“Kembang turi merpakan obat, dan sayuran untuk dimakan
tanaman yang banyak ditemukan serta rasanya gurih.
diberbagai tempat di Indonesia.
Seperti halnya di Sanggau, Kembang turi melambangkan
kembang turi ini sudah sangat Persatuan”.
akrab terdengar pada masyarakat
Sanggau. Bentuknya seperti kupu-
Sumber: Koleksi UPT. Museum Prov. Kalbar
Stilisasi Kembang Turi
m. Kembang Perancak
Bunga Kembang Perancak
atau yang biasa dikenal
dengan bunga lawang atau
kembang lawang adalah
rempah atau bumbu
tradisional. Kembang
perancak ini memiliki bau
khas yang kuat dan
Sumber: Gusti Mustaan Dok. Museum Kalbar 2019 bentuknya yang seperti
bintang memiliki delapan kelopak yang berbiji.
Selain bentuknya yang indah kembang perancak juga bisa
digunakan sebagai obat seperti sakit pencernaan, batuk dan pilek.
Keindahan bentuknya yang seperti bunga dan bintang ini serta
manfaatnya yang berguna bagi kehidupan, maka para perajin
terinspirasi untuk menjadikannya sebagai motif Kalengkang.
40 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Melambangkan keindahan
Melambangkan kesuburan
Melambangkan Kebaikan bagi masyarakat
PENGGUNAAN
Merupakan motif pendukung
Penempatan posisi biasa di sisi kanan dan kiri setelah
tampang kain
Dapat dikombinasikan dengan motif lainnya
Ukuran dominan lebih kecil dari motif utama
n. Kembang Kenanga
Keharuman bunga kenanga sudah sangat akrab dengan masyarakat.
Karena keharuman bunga kenanga yang khas dan sudah tercium dari
kejauhan, maka bunga tersebut sangat mudah dikenal.
Sumber: Dekranasda Kab. Sanggau Dok. Museum Kalbar 2019
Bunga kenanga sering dipergunakan pada ritual-ritual adat persembahan
dan sebagai bahan untuk mewangikan ruangan serta sebagai bahan
pemandian, karena kegunaannya tersebut kenanga diangkat menjadi motif
Kalengkang yang melambangkan kesucian, keluhuran, dan kebaikan serta
kepatuhan terhadap adat istiadat.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Ungkapan keluhuran dan kebaikan
Ungkapan ketaatan dan kepatuhan kepada adat istiadat
Kecintaan kepada ketentraman dan ketenangan
Keteguhan
PENGGUNAAN
Sebagai motif utama yang susunanya diatur harmonis
Dapat dikombinasikan dengan motif lainnya
Ukuran disesuikan dengan selera.
41 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
o. Anggrek membutuhkan perjuangan yang
“Anggrek terkenal dengan panjang dan proses yang tak instan
dalam mencapainya. Hal ini
bunga yang cantik dan awet saat ia berlaku sama dengan kehidupan,
sudah mekar. Bunga ini juga dimana dalam mencapai
mudah ditemui dimanapun dan kesuksesan pun selalu dibutuhkan
kapanpun dengan berbagai jenis perjuangan dan kesabaran untuk
dan warna, namun pemekarannya memperolehnya.. Anggrek ini
memerlukan proses yang cukup melambangkan kesetiaan”.
lama. Bunga anggrek memiliki Motif Anggrek merupakan
filosofi bahwa setiap proses sulaman tertua tahun 1800an.
menuju keindahan bukanlah hal
yang mudah. Setiap proses
3. Motif Buah –Buahan
a. Motif Nanas melambangkan kemanisan
b. Motif Mangga
Motif buah mangga ini
merupakan motif yang
pertama kali diperkenalkan
oleh pedagang India. Buah
mangga dikenal dengan
bewarna hijau, tipis
kulitnya, tetapi tebal
dagingnya dan manis
rasanya.
Ibarat kehidupan kalau
diumpamakan hidup itu
seperti sebji buah mangga.
Sumber: Gusti Mustaan Dok. Museum Kalbar 2019 Hanya buah mangga manis
yang dihujani lemparan
batu, tetapi walaupun dia disakiti tetap selalu saja dia memberikan
buah yang manis dan enak dimakan.
Motif Mangga ini mengungkapkan rasa Cinta dan kebahagiaan.
Kandungan makna itulah yang menjadikan buah mangga sebagai
motif Kalengkang agar dapat dicintai dan membuat bahagia bagi
yang mengenakannya.
42 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Ungkapan Rasa Cinta
Perasaan Bahagia
Ungkapan Rasa Syukur
PENGGUNAAN
Merupakan motif utama/ motif pokok
Posisi motif, biasa dibagian tengah dan sisi kanan atau
kiri kain
Dapat dikombinasikan dengan motif lainnya
Ukuran sesuai selera
c. Motif Tengkawang
Bentuk dan struktur buah tengkawang yang memiliki kelompok
berundak yang tersusun laksana mahkota menjadi daya tarik
keindahan untuk dituangkan dalam karya seni Kalengkang. Selain
nilai keindahan struktur buah tengkawang, juga pernah menjadi satu
diantara komoditas primadona masyarakat Sanggau. Keakraban serta
keindahantersebut diabadikan oleh para seniman dalam berbagai
karya seni seperti karya seni pahat, seni lukis dan seni kriya
Kalengkang.
Bentuk buah tengkawang yang menyerupai mahkota Raja
dimaknai sebagai sebuah keagungan, kewibawaan, dan kearifan
yang akan mendukung performa pemakainya. Selain itu motif bunga
tengkawang juga melambangkan kesejahteraan karena dulu pernah
menjadi penopang hidup masyarakat Sanggau.
Sumber: Gusti Mustaan Dok. Museum Kalbar 2019
43 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
Melambangkan kearifan, keagungan, kewibawaan dan
kesejahteraan
Ungkapan keluhuran budi pekerti
Menggambarkan kepatuhan kepada ajaran agama dan
nilai-nilai moral
PENGGUNAAN
Digunakan menghiasi seluruh kain yang susunannya
diatur harmonis
Dapat dikombinasikan dengan unsur motif lainnya
Ukuran disesuikan dengan selera
d. Motif Anggur
Buah Anggur mulai
dikenal dan dipandang
oleh masyarakat Sanggau
sebagai buah yang
memiliki keunikan
sendiri. Selain rasanya
yang berbeda dengan
kebanyakan buah lokal
yang ada, bentuknya yang
berkelompok dalam satu
tangkai menciptakan
keindahan tersendiri.
Hampir semua buah
dalam kumpulan anggur
setangkai sama besar dan
memiliki warna yang
sama pula.
Keunikan ini diangkat
menjadi motif kalengkang Sumber: Dekranasda Kab. Sanggau Dok. Museum Kalbar 2019
dan dimaknai dengan
makna kebersamaan dan
persaudaraan. Selain itu anggur juga dianggap sebagai lambang dari
keindahan yang memiliki nilai tinggi karena kalengkangnya dan susah
mendapatkannya.
44 | S u l a m a n K a l e n g k a n g K a b . S a n g g a u d a l a m T r a d i s i d a n A d a t I s t i a d a t