Tungku Naga Kota Singkawang | 2
Berbicara tentang koleksi tidak terlepas dari Museum.
Museum bukan hanya merupakan tempat kesenangan, tetapi juga untuk
kepentingan studi dan penelitian. Sebuah koleksi akan selalu diingat
jika ada wujud dan ceritanya, setiap koleksi memiliki nilai sehingga
perlu diadakannya suatu kajian atau penelitian. Dalam sebuah
kajian/ penelitian akan memberikan penjelasan tentang riwayat
koleksi itu sendiri baik dari segi sejarah, bentuk, fungsi dan lain
sebagainya tergantung dari aspek Koleksi apa yang akan di kaji.
Pada tahun 2020 UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat
melakukan kajian tentang tungku pembakaran keramik tradisional
yaitu Tungku Naga di desa Sakkok, Kota Singkawang. Singkawang
merupakan sebuah kota di pesisir barat Kalimantan Barat yang telah
dikenal luas sebagai kota bercirikan Tionghoa.
Singkawang diperkaya oleh keberadaan industri keramik
tradisional Cina di pemukiman Tionghoa yang bernama Sakkok
yang saat ini masuk wilayah Kelurahan Sedau, Kecamatan
Singkawang Selatan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya tim kajian
UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat telah rampung
menyelesaikan penulisan buku tentang Tungku Naga yang diberi
judul “Tungku Naga Kota Singkawang”. Dalam buku ini akan
dibahas tentang asal usul Tungku Naga, Proses Pembuatan Tungku
Naga, Proses Pembakaran dengan Tungku Naga, Proses Pembuatan
Keramik, serta corak hias keramik Kota Singkawang.
Semoga Tungku Naga sebagai tungku pembakaran keramik
tradisional tetap dikenal oleh generasi sekarang, pendatang dan
berikutnya, sehingga mengenal warisan budaya, mereka tidak hanya
Tungku Naga Kota Singkawang | i
mengenal nama, tetapi juga mengetahui bentuk, sejarahnya, serta
fungsinya.
Akhir kata, besar harapan kami semoga buku ini dapat
memberikan edukasi dan manfaat bagi pembaca.
Kepala UPT. Museum
Provinsi Kalimantan Barat
Hj. Kusmindari Triwati, S.Sn., M.Sn
Pembina
NIP. 19640718 198403 2 007
Tungku Naga Kota Singkawang | ii
Diterbitkan oleh :
UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat
Penangung Jawab :
Kepala UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat
Peneliti & Penyusun :
Tuti Istini
Nurbaiti, S.Pd
Pembantu Peneliti :
Chaidir, S.Pd
Editor
Hj. Kusmindari, Triwati., S.Sn., M. Sn
Dokumentasi
Dessy Setiati, S.IP
Dian Firmansyah
Tata Letak & Desain Grafis
Chaidir, S.Pd
Narasumber
Bhong Lie Phin
Liaw Lip Seng
Tji Djung Muis
Tungku Naga Kota Singkawang | iii
i
IV
1
3
10
16
28
41
46
-
- 48
- 49
Tungku Naga Kota Singkawang | iv
Tungku Naga Kota Singkawang | 5
Kota Singkawang merupakan salah satu kota di Provinsi
Kalimantan Barat yang terletak 148 km arah timur laut dari Kota
Pontianak. Wilayah Kota Singkawang berbatasan dengan Kabupaten
Sambas di sebelah utara, Kabupaten Bengkayang di sebelah selatan dan
timur, serta Laut Natuna di sebelah barat. Terdapat 5 kecamatan di
wilayah Kota Singkawang, yaitu Kecamatan Singkawang
Utara, Kecamatan Singkawang Barat, Kecamatan Singkawang
Tengah, Kecamatan Singkawang Timur, dan Kecamatan Singkawang
Selatan. Kota Singkawang dikelilingi oleh beberapa gunung
diantaranya yaitu Gunung Besar, Gunung Sedau, Gunung Besi, Gunung
Jintan, Gunung Sijangkung, Gunung Sari, Gunung Pasi, dan Gunung
Poteng. Selain itu terdapat pula 5 sungai yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan dan sarana pengangkutan hasil pertanian dan perikanan
yaitu Sungai Singkawang, Sungai Setapuk Besar, Sungai Sedau, Sungai
Wie, dan Sungai Geram.
Menurut keyakinan orang-orang Tionghoa dari suku Hakka,
nama Singkawang berasal dari kata “San Kew Jong” yang artinya kota
yang terletak di antara laut, muara, gunung dan sungai. Hal ini karena
Kota Singkawang berbatasan dengan Laut Natuna pada bagian barat
dan berbatasan dengan Gunung Roban, Pasi, Raya, Gunung Poteng dan
Sakok. Singkawang pun dikenal dengan banyak sebutan mulai dari
Kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, hingga Hongkong Van Borneo.
Pusat Kota Singkawang terletak di kawasan kota tua, di kawasan
inilah Klenteng Pekong Tua berada. Sekitar klenteng yang didirikan
pada tahun 1878 ini terdapat rumah Tionghoa yang juga berusia lebih
Tungku Naga Kota Singkawang | 1
dari seratus tahun. Selain di daerah kota Tua terdapat juga kawasan
wisata edukasi yaitu di daerah Sedau, di kawasan ini kamu akan
menemukan sentra keramik tradisional yang terkenal dengan
pembakaran keramik “Tungku Naga”.
Tungku Naga Kota Singkawang | 2
Indonesia adalah pusat diantara rute perdagangan kuno antara
Timur jauh serta Indonesia timur dan tengah mengakibatkan banyak
praktik budaya yang sangat dipengaruhi oleh banyak religi termasuk
Hindu Buddha Konghucu dan Islam, karena itu budaya Indonesia telah
dibentuk oleh interaksi yang sangat panjang antara adat asli dan
berbagai pengaruh dari semua penjuru dunia.
Temuan arkeologis menunjukkan bahwa gerabah mulai
berkembang ketika masyarakat masa mesolitik menetap dan mulai
mengenal api pembuatan gerabah secara manual sekarang dikenal
dengan seni kriya diciptakan sebagai tanggapan atas kebutuhan
manusia. (Renalia, 2019).
Tempayan gerabah padat atau bahan batuan berglasir dibuat
sekitar tahun 1900-an oleh Tungku Singkawang di Kalimantan Barat
sebuah Pemukiman orang Cina dari provinsi Guangdong Cina Selatan
(Adhyatman, 1984). Tungku Singkawang ini dikenal dengan istilah
Tungku Naga.
Tungku Naga ini diyakini oleh masyarakat Singkawang, yang
memperkenalkannya adalah leluhur mereka dari Tiongkok yang
bermukim ke Singkawang, dan yang datang adalah orang-orang yang
ahli atau terampil dalam pembuatan keramik, tungku naga, dan
pengglasiran. Pada abad ke III dan ke IV orang-orang Cina telah
mengembara kepulauan Indonesia khususnya di Kalimantan Barat.
(Syahruddin, 1992).
Tungku Naga Kota Singkawang | 3
Pemukiman imigran Cina Selatan di daerah Kalimantan Barat
diduga dimulai pada abad ke-18 M dan pembuatan gerabah padat di
Singkawang diduga dimulai pada permulaan abad ke-20 M di
Singkawang yang terletak 1000 km sebelah barat laut Pontianak
ibukota Kalimantan Barat (Renalia, 2019). Orang-orang Cina dari
Tiongkok yang datang ke Kalimantan Barat telah menetap bahkan telah
turun-temurun namun bangsa ini tetap mempertahankan
kebudayaannya, memperkenalkan dan mengajari penduduk lokal
Singkawang memproduksi keramik secara tradisional, satu diantaranya
adalah Teknik memproduksi keramik dengan menggunakan Tungku
Naga.
Perusahaan atau indutri Keramik di Singkawang yang pertama
berdiri adalah Perusahaan Dinamis, perusahaan ini berdiri tahun 1933,
berdirinya perusahaan ini maka berdiri pula Tungku Naga. Awal mula
tungku ini mereka menyebutnya Chong Jau yang artinya tungku
Panjang dan ada juga yang menyebutnya Fui Jau Bahasa Cina Kek,
kemudian sekitar tahun 1980-an penyebutan tungku Panjang ini
menjadi Tungku Naga dalam Bahasa cina penyebutannya Liung Jau,
dan masyarakat sekitar pun lebih akrab menyebutnya dengan nama
Tungku Naga.
Nama Tungku Naga ini diambil dari bentuknya yang panjang
menyerupai naga, dengan Panjang dan memiliki ruas-ruas yang
dianggap seperti kaki naga. Tungku ini juga merupakan tungku
pembakaran keramik, berbentuk sama dengan yang dipakai nenek
moyangnya ratusan tahun silam pada masa Dinasti Han (Wibisono,
2009:2)
Selain Perusahaan Dinamis pada tahun 1937 juga didirikan
perusahaan Tajau Emas, Tahun 1980-an terdapat Perusahaan Sinar
Tungku Naga Kota Singkawang | 4
Terang dan tahun 1998 berdiri perusahaan Borneo Lentera Prima.
Semua Perusahaan ini terdapat di daerah Sakkok, Singkawang.
Masyarakat China disini kebanyakan keturunan dari suku Kek. Mereka
tidak sembarang memilih desa tersebut untuk memulai usaha. Tanah di
Sakkok dinilai memiliki kandungan kaolin yang sama dengan tanah di
Sichuan, Guizoung, dan Hangzou di China, sehingga mudah dibentuk
(TI, 2017).
Tungku Naga ini memiliki kepanjangan sekitar 22-25 meter.
Terdiri dari 3 bagian, bagian depan (kepala Naga) bahasa Cinanya Jau
thean memiliki lebar 120 cm. Bagian tengah atau badan (Jau Sin)
memiliki lebar 182 cm dan bagian belakang yaitu cerobong asap (An
Thung) kurang lebih 230 cm. Pada bagian depan di posisi bawah atau
dasar terdapat 1 ruas yang sejajar yang terdiri dari 4 jendela 3 bagian
atas 1 bagian bawah..
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Bagian depan tungku naga, ruas depan yang sudah ditutup bata
Tungku Naga Kota Singkawang | 5
Kemudian di bagian badan terdapat 18-21 ruas kanan dan kiri
sehingga total ruas tungku naga ada 19 – 22 ruas tergantung panjang
tungku naga tersebut. Ruas disini maksudnya jendela-jendela kecil
yang dibuat untuk tempat memasukkan kayu bakar pada proses
pembakaran. Tiap ruas memiliki ukuran dengan Panjang 30 cm dan
lebar 15 cm. Jarak antar ruas ke ruas berikutnya 1 meter.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Ruas (jendela kecil)
Pada bagian badan terdapat pintu untuk memasukkan keramik,
ada 2 pintu. Pintu 1 memiliki ukuran tinggi 130 cm dan lebar 60 cm,
sedangkan pada pintu kedua memiliki ukuran tinggi 170 cm, lebar 90
cm. Pada bagian belakang terdapat cerobong asap. Cerobong ini
memiliki tinggi 260 cm, lebar samping 115 cm, lebar depan 230 cm
dan lebar bawah 130 cm.
Tungku Naga Kota Singkawang | 6
Sumber: Tajau Emas, 2020 Dok. Museum
Contoh Pintu Tungku Naga
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Cerobong Asap Tungku Naga
Tungku Naga Kota Singkawang | 7
Jarak dari kepala naga atau bagian depan ke pintu pertama
kurang lebih 8 meter, jarak dari pintu pertama ke pintu kedua kurang
lebih 6 meter, dan jarak dari pintu 2 ke cerobong asap kurang lebih 8
meter 30 cm.
Sketsa Tungku Naga Tampak Samping
(Sketsa Herwan, 2020)
Tungku Naga Kota Singkawang | 8
Tungku Naga Kota Singkawang | 9
Tungku Naga merupakan tungku pembakaran yang dibuat
memanjang kebelakang dan naik. Hal ini dilakukan agar pemanasan
yang dilakukan dapat merata di semua bidang keramik yang dibakar.
Bahan utama membuat tungku naga adalah bata dengan berbagai
ukuran. Bahan-bahan membuat tungku naga sebagai berikut:
1. Bata besar
2. Bata kecil
3. Bata Segi
4. Tanah liat
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Bata yang sudah tercetak
Tungku Naga Kota Singkawang | 10
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Berbagai contoh ukuran bata
Setelah semua bahan terkumpul, tahap awal dalam pembuatan
tungku naga adalah, membuat pondasi awal dari bagian depan kepala
naganya, pada bagian depan tungku naga dibuat seperti kolam, lalu
pada sisi ujung kolam dibuat lubang sebagai aliran air keluar. Air ini
keluar dari dalam tungku naga setelah terjadinya proses pembakaran,
selama proses pembakaran akan menghasilkan uap air. Jika air ini tidak
dibuang, maka di dalam tungku naga akan basah sehingga pembakaran
tidak sempurna.
Tungku Naga Kota Singkawang | 11
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Contoh kolam bagian depan tungku naga
Setelah bagian depan selesai selanjutnya menimbun tanah
untuk bagian sampingnya agar menjadi padat, kemudian dibuat
semakin tinggi. Setelah itu membuat pondasi bagian samping.
Menyatukan bata menggunakan tanah liat, bukan menggunakan semen,
hal ini disebabkan jika menggunakan semen, saat digunakan untuk
pembakaran, nantinya akan pecah. Untuk pembuatan ukuran jarak tiap
ruas menggunakan feeling berkisar 1- 2 meter, jika terlalu dekat atau
padat maka api tidak jalan, dan jika terlalu lebar api akan cepat
menjalar.
Tungku Naga Kota Singkawang | 12
12 3
45 6
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Bagian-bagian tungku naga yang dibuat dari rendah ke tinggi (menanjak)
terlihat dari sisi sebelah kanan
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tungku Naga tampak dari sisi kiri
Tungku Naga Kota Singkawang | 13
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tungku Naga tampak dari depan
Bagian dalam tungku dasarnya tanah liat kemudian di timpa
dengan pasir yang sifatnya kasar, pasir ini bagian dasar dalam, sebagai
penahan supaya keramik-keramik yang dibakar tidak tumbang.
Ketebalan hamparan pasir kurang lebih 5 – 10 cm, keramik nantinya
akan di letakkan diatas kapsul (alas). Kapsul inilah yang nanti
ditancapkan ke pasir.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Bagian dalam tungku naga yang sudah tertimbun pasir
Tungku Naga Kota Singkawang | 14
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Langit-langit dan dinding tungku naga setelah terjadi proses pembakaran
Proses pembuatan tungku naga ini bisa memakan waktu 1
setengah tahun, dengan jumlah pembuatnya 4-5 orang. Tungku ini jika
sudah jadi tidak bisa langsung digunakan untuk pembakaran yang
berglasir, perlu dilakukan uji coba sebanyak 3 kali atau dipanaskan
terlebih dahulu, dengan memasukkan yang berbentuk biskuit. Biskuit
artinya tidak diberi warna contohnya seperti gerabah. Hal ini dilakukan
agar bagian dalam tungku naga masak terlebih dahulu. Setelah proses
pembakaran dengan berbahan biskuit tungku naga siap digunakan.
Tungku Naga Kota Singkawang | 15
Tungku Naga dihidupkan atau digunakan jika bahan dasar
bakar siap, keramik sudah banyak dan terkumpul, karena sifatnya
tungku menunggu barang untuk dibakar. Bahan bakar utama dalam
proses pembakaran adalah kayu. Kayu yang digunakan tidak
sembarangan, kayu yang biasa digunakan untuk pembakaran didalam
tungku naga adalah kayu lempung atau kayu karet. Kayu karet
dijadikan sebagai alternativ sebagai bahan bakar utama karena kayu ini
bersifat ringan, jika dibakar tidak meninggalkan bekas, kayu ini
langsung menjadi abu yang keluar lewat cerobong asap. Jika
menggunakan kayu hutan yang sifatnya keras akan meninggalkan
bekas karena arangnya tidak hancur. Keunggulan kayu karet lainnya
yaitu dalam keadaan basah kayu api tetap menyala, hanya saja
penggunaannya akan semakin banyak, jika kayu karet ini dalam
keadaan kering maka kayu yang digunakan tidak terlalu banyak.
Tungku Naga Kota Singkawang | 16
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Kayu karet yang masih utuh
Kayu karet yang utuh di potong menjadi beberapa bagian,
kemudian kayu tersebut dijemur terlebih dahulu. Setelah cukup kering
di potong lagi menjadi ukuran yang lebih kecil, untuk pembakaran
biasanya 50-70 cm.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tumpukan kayu karet yang di jemur
Tungku Naga Kota Singkawang | 17
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Kayu yang sudah dipotong dengan ukuran ± 50-70 cm
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Kayu yang ditumpukkan disisi kanan dan kiri tungku naga menunggu proses
pembakaran
Setelah bahan bakar sudah siap, selanjutnya memasukkan
keramik kedalam tungku naga. Isi barang harus miring kecerobong,
disusun tegak, jika disusun agak kedepan keramik akan jatuh. Keramik-
keramik ini disusun diatas kapsul untuk yang ukuran besar, jika seperti
mangkuk (yang kecil-kecil dimasukkan kedalam kapsul).
Tungku Naga Kota Singkawang | 18
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Contoh Kapsul yang belum dibakar
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Kapsul atau alas keramik yang sudah dibakar
Tungku Naga Kota Singkawang | 19
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Penyusunan Keramik di dalam tungku naga
Untuk Penyusunan keramik sesuai ukurannya, jika ukuran kecil
bisa 4 tingkat, ukuran sedang 2 tingkat – 3 tingkat, untuk ukuran besar
hanya satu saja. Penyusunan keramik pada proses pembakaran dimulai
dari depan, melalui pintu pertama. Pada bagian depan sampai pintu 1
diisi dengan keramik-keramik yang berukuran kecil, kemudian
dilanjutkan dengan mengisi keramik pada pintu kedua sampai bagian
belakang, pada pintu kedua diisi dengan keramik yang berukuran
sedang dan besar.
Dibagian setiap yang ada ruas atau jendela tidak diisi dengan
keramik, tetapi diisi dengan kapsul yang diatasnya ada kerangka agar
api tidak langsung mengenai keramik sebagai pembatas karena bagian
tersebut tempat api masuk untuk pembakaran. Untuk sekarang
pengganti kerangkanya adalah pot bunga yang disusun diatas kapsul
kemudian ditimpa.
Tungku Naga Kota Singkawang | 20
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Contoh penyusunan kapsul dan pot bunga sebagai pembatas
Setelah keramik-keramik tersusun rapi di dalam tungku maka,
tahap selanjutnya adalah menutup pintu 1 pintu 2, serta ruas-ruas
dengan bata dan tanah liat, kemudian melakukan persembahan berdoa
untuk kelancaran pembakaran, disudut bagian depan terdapat
persembahan yang sudah disiapkan.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Pintu dan ruas yang sudah ditutup dengan bata
Tungku Naga Kota Singkawang | 21
Langkah- langkah pembakaran :
1. Pembakaran dimulai dari bagian depan yaitu pada ruas bagian
bawah atau dasar (3 ruas pertama) selama 8 jam kayu bakar
dimasukkan tanpa berhenti, setelah 8 jam tutup dengan bata
kemudian naik ke bagian depan pada ruas atas (1 ruas) selama 2
jam kemudian ditutup lagi dengan bata, jadi total pembakaran
pada bagian depan kurang lebih 10 jam.
2
1
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Ket : 1 : 3 jendela ( 8jam)
2 : 1 jendela (2 jam)
Bagian awal pembakaran
2. Langkah Kedua adalah membuka bata dan memasukkan kayu
bakar pada ruas pertama bagian badan sebelah kanan dan kiri.
Ruas/lubang pertama matang, tutup lagi menggunakan bata,
pindah keruas dua ketika sudah matang, lanjut ketiga dan
seterusnya secara bertahap tanpa berhenti memasukkan kayu
Tungku Naga Kota Singkawang | 22
bakar hingga ruas terakhir. Pembakaran pada bagian badan
memakan waktu kurang lebih 10 jam. Jadi total Pembakaran
keramik di dalam tungku ± 20 Jam.
Pematangan keramik dari ruas satu keruas berikutnya dilihat
dari perubahan warna pasir yang ada didalam tungku, jika pasir
sudah berubah warna menjadi putih, keramik tersebut sudah
matang, selain itu dapat juga lihat dari mengkilatnya keramik,
karena jika sudah diglasir terkena api, akan terlihat mengkilat
(pantulan di langit-langit tungku), jika melihat kematangan dari
api, api yang sudah agak putih berarti sudah matang, tetapi jika
api yang terlihat masih merah maka masih kurang matang.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Memasukkan kayu bakar kedalam ruas tungku naga
Tungku Naga Kota Singkawang | 23
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Proses pembakaran pada tungku naga
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Keramik yang tampak dari dalam tungku naga saat pembakaran
Tungku Naga Kota Singkawang | 24
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Ruas tungku naga yang sudah ditutup bata
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Proses Pembakaran yang tampak dari ruas -ruas tungku naga
Tungku Naga Kota Singkawang | 25
3. Setelah proses pembakaran yang memakan waktu kurang lebih
20 jam, tahap selanjutnya adalah proses pendinginan.
Pendinginan dilakukan selama 48 jam.
4. Tahap selanjutnya adalah pembongkaran, tahap ini biasanya
memakan waktu kurang lebih 2–3 jam. Pada tahap ini
pengeluaran keramik dimulai dari pintu kedua (bagian
belakang), kemudian baru ke pintu pertama. Keramik-keramik
langsung dipilah dan dikelompokkan menjadi 2 yaitu tipe A dan
Tipe B. Tipe A ini merupakan hasil pembakaran dengan
keramik yang baik, tidak retak, untuk yang tibe B merupakan
keramik yang kurang baik (ada retak, dan warna tidak terlalu
mengkilat). Kemudian dilihat juga dari bunyi nya jika keramik
dipukul menghasilkan bunyi yang lebih nyaring maka
dikategorikan tipe A, dan jika bunyinya tidak nyaring
dikategorikan tipe B.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Proses Pembongkaran
Tungku Naga Kota Singkawang | 26
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Hasil keramik setelah pembakaran di dalam tungku naga
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Proses Pengeluaran Keramik dari Tungku Naga
Pemilahan Keramik Tipe A dan Tipe B
Tungku Naga Kota Singkawang | 27
1. Alat Dan Bahan Pembuatan Keramik
Dalam proses pembuatan keramik di Singkawang masih
menggunakan alat yang masih tradisional, alat dan bahan terdiri
dari :
a. Kao adalah alat dari kayu yang berbentuk busur panah yang
digunakan untuk memotong tanah. Alat ini berbentuk seperti
huruf A yang memiliki sisi pemegang dibagian atas, dibagian
bawah semakin membesar juga terdapat besi tipis untuk
memotong tanah dan saat ini sudah terdapat kao yang terbuat
dari besi.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Contoh kao
Tungku Naga Kota Singkawang | 28
b. Roda Putar berdiameter 80 sampai 90 cm tebal 15 cm terbuat
dari besi, semen, di bagian dalam terdapat satu poros yang
mudah diputar (kelahar) beratnya hampir 200 kilo dan
digunakan untuk membentuk wadah.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Roda Putar
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Roda Putar tampak dari bawah
Tungku Naga Kota Singkawang | 29
c. Tatap dan pelandas, tatap terbuat dari kayu dan pelandasnya
dibuat dari tanah liat dengan bentuk mirip tutup teko terbalik
dan terdapat tonjolan di bagian belakang untuk pegangan kedua
alat ini, digunakan untuk menyambung dan meratakan badan
tempayan yang terdiri dari 2 atau 3 bagian.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tatap dan Pelandas
d. Alas / dudukan
Terbuat dari kayu yang digunakan sebagai alas tempat
berdirinya keramik.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Alas/dudukan
Tungku Naga Kota Singkawang | 30
e. Cetakan, cetakan ini dibuat dari tanah liat yang merupakan
negatif dari model yang dibuat terlebih dahulu. Cetakan ini
digunakan untuk membuat hiasan dengan cara menempelkan
tanah liat ke dalam cetakan negatif itu setelah dilapisi abu agar
tidak lengket.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Beberapa contoh cetakan motif
f. Besi, alat ini berupa sebatang lempengan besi, digunakan untuk
memotong atau membuang sisa-sisa tanah liat dari proses
pembentukan.
Tungku Naga Kota Singkawang | 31
g. Tumpangan atau kapsul dibuat dari tanah liat berbentuk seperti
pot digunakan menyusun wadah mangkuk dan alas untuk
keramik-keramik untuk dimasukkan dalam rangka pembakaran.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tumpangan/ Kapsul
h. Tanah liat, tanah liat pada kedalaman 0 sampai 15 cm adalah
tanah humus yang berwarna kuning digunakan untuk bahan
pembuat bata pada kedalaman 200-400 cm tanah liat berwarna
kuning keabuan digunakan untuk bahan membuat tempayan dan
di kedalaman 400 sampai 600 cm tanah liat berwarna abu-abu
digunakan untuk membuat mangkuk piring bahkan campuran
pembuatan keramik Singkawang terbuat dari tanah yang
mengandung kaolin.
Tungku Naga Kota Singkawang | 32
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Contoh tanah kaolin
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
2. Cara Pembuatan Keramik
Teknik pembuatan keramik di Singkawang di bawa pengrajin
dari negara China. Teknik ini tidak jauh berbeda dengan yang ada
di kota Jiangdezhen, yang berbeda hanyalah variasinya saja
(Renalia: 2019). Tahap awal dari seluruh tahap pembuatan keramik
di Singkawang adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan tanah liat yang terdapat di belakang pabrik
untuk disimpan di tempat penampungan tersebut
Tungku Naga Kota Singkawang | 33
kemudian direndam selama 3 hari, lalu dibersihkan dari
kerikil atau kotoran, setelah itu di ayak atau dihaluskan,
jika banyak menggunakan mesin, dan jika sedikit
dilakukan secara manual dengan cara diinjak.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Perendaman tanah liat dan kaolin
b. Jika tanah sudah kalis dan bersih, kemudian setelah
beberapa saat, tanah itu dibiarkan saja barulah dipotong-
potong. Tanah tersebut dipotong menggunakan kao.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tanah liat yang dipotong menggunakan kao
Tungku Naga Kota Singkawang | 34
c. Tahap ketiga, pembentukan barang pun dimulai, selama
roda putar bergerak dengan menggunakan kain basah,
tangan yang terampil membentuk wadah yang
diinginkan, sambil sesekali tanah tersebut dipercikan air
agar tidak mengeras. Proses pembentukan memakan
waktu 5-10 menit.
Sumber: Tajau Mas, 2020 Dok. Museum
Proses pembentukan menggunakan roda putar
d. Jika membentuk tempayan dengan tinggi 1 meter, maka
dibuat 3 kali sambung, membuat bagian atas terlebih
dahulu, kemudian tengah, dan bagian bawah, setelah 2
hari baru bisa disambung.
Pembuangan sisa
tanah liat sebelum
proses penyambungan
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Tungku Naga Kota Singkawang | 35
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Proses Penyambungan tahap 1
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Proses Penyambungan 2
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Hasil Penyambungan 2 kali sambung
Tungku Naga Kota Singkawang | 36
e. Pada saat keramik setengah kering, tahap selanjutnya
adalah membuat motif/ membuat ukiran pada keramik.
Berbagai hiasan flora atau fauna dibuat dengan cara
dicetak, untuk bentuk naga langsung diukir.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Contoh ukiran motif Naga
f. Setelah Pemberian motif maka keramik-keramik tersebut
dimasukkan kedalam Gudang pengering, selama 4 hari
tergantung cuaca.
Contoh Gudang Pengering
Tungku Naga Kota Singkawang | 37
g. Tahap selanjutnya adalah Pengglasiran atau pewarnaan,
pada tahap ini dengan cara dicelup untuk keramik yang
berukuran kecil sedangkan untuk keramik yang
berukuran besar dengan cara disiram. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pewarnaan menggunakan bahan
tradisional seperti kulit kerang, kulit sekam, tanah laut,
dan tanah gunung dan untuk hasil mengkilatnya yaitu
menggunakan kulit sekam yang dicampur dengan kaolin.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Penyaringan untuk pewarnaan
Sumber: Dynamic, 2020 Dok. Museum
Proses pewarnaan
Tungku Naga Kota Singkawang | 38
h. Menyiapkan tungku untuk proses pembakaran keramik
dimulai dengan proses persiapan yaitu pembersihan
tungku, pengisian pasir, menyiapkan kayu bakar dan
keramik.
i. Penataan keramik sesuai dengan ukuran kecil dan besar,
pada tahap penataan ini memakan waktu kurang lebih 1
hari, karena perlu ketelitian dan hati-hati dalam menata
keramik-keramik tersebut kedalam tungku naga.
j. Tahap selanjutnya adalah pembakaran keramik yang
berdurasi kurang lebih 20 jam, setelah proses
pembakaran masuk ke proses pendinginan selama 48
jam.
k. Tahap terakhir adalah finishing memilah keramik tipe A
dan keramik tipe B, untuk selanjutnya keramik tipe A
dibawa ke gallery dan siap untuk dipasarkan.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Hasil kerami yang baru keluar dari Tungku Naga
Tungku Naga Kota Singkawang | 39
Tungku Naga Kota Singkawang | 40
Motif atau corak hias yang digunakan pada keramik
Singkawang tidak lepas dari patuhnya pemilik perusahaan dalam
menjaga tradisi. Pola ragam hias selain sebagai hiasan juga
dianggap mempunyai kekuatan gaib. Motif yang sering digunakan
adalah motif- motif flora dan fauna. Seperti motif Naga, motif 8
Dewa, motif bunga Krisan, motif Anjing Fo/ Singa, dan Pilinan
Awan.
1. Motif Naga
Pada dasarnya ada tiga bentuk Naga yang utama dari mana
perkembangan-perkembangan ini dibuat dan perubahan-perubahan
ini diolah sebegitu jauh sehingga binatang ini diberi bersayap.
(Adhyatman, 1984).
Pertama Naga Lung mempunyai badan seperti ular bersisik 2
pasang kaki bercakar burung kepala unta dengan mata besar dan
bertanduk rusa seringkali juga berkumis dan berjenggot. Naga ini
adalah naga yang paling kuat diantara semua naga dan tinggal di
angkasa naga Lung ini adalah yang paling sering ditemukan pada
martavan.
Kedua Naga Chih adalah apa yang dinamakan naga Kawok,
biasa tanpa sisik dan sering pula tanpa tanduk dan naga kawok ini
berbadan seperti tokek tanpa sirip tetapi kakinya bercakar, naga ini
tinggal di samudera dan tidak mempunyai arti kerajaan dan karena
itu biasa ditemukan dalam kesenian China zaman Wangsa Han dan
Sung ketika itu naga Lung adalah lambang kemaharajaan.
Ketiga bentuk naga Lung terakhir adalah naga Chiao, sebuah
bentuk yang menyerupai naga pada tempayan Dayak naga ini juga
Tungku Naga Kota Singkawang | 41
bersisik tapi tidak begitu Agung dan tinggal di gua-gua di
pegunungan atau di rawa-rawa orang Cina menganggap bahwa naga
ini adalah hewan yang
bermanfaat
bertentangan dengan
anggapan bangsa
barat orang Cina
percaya bahwa naga
dapat berubah bentuk
badannya membesar
memenuhi angkasa
atau mengecil Ia juga
dapat menjadi tak
tampak dan dapat
berubah bentuk naga
ini dilambangkan laki- Sumber: Tempayan Martavans
laki lambang Raja lambang keagungan Raja kekuasaan dan
kemungkinan besar oleh karena Lambang itu dipakai sebagai hiasan
tempayan-tempayan pada tempat yang dipakai sebagai wadah
tulang-belulang manusia, corak naga ini sangat penting karena
melindungi yang mati semua benda-benda yang menyertainya.
(Adhyatman, 1984).
Tungku Naga Kota Singkawang | 42
2. Motif anjing fo atau singa, menurut tradisi juga dinamakan
singa Korea atau anjing fo dalam agama Buddha Singa adalah hewan
yang suci. Ia merupakan lambang keberanian dan kekuatan singa
jantan biasanya digambar sedang bermain bola sedangkan singa
betina selalu disertai anaknya.
(sumber Tempayan Martavans, 1984)
3. Motif pilinan awan, karena hujan sangat penting untuk tumbuh
dan kesuburan tidaklah mengherankan bahwa pilinan awan oleh orang
Cina dihubungkan dengan hujan akhirnya menjadi corak yang amat
disukai.
Sumber: Borneo Lentera Prima, 2020 Dok. Museum
Motif pilinan awan
Tungku Naga Kota Singkawang | 43