Portofolio Tuti Mardianti
i Daftar Isi Halaman Sampul ................................................................................................. i Daftar Isi .............................................................................................................. ii Infografis ............................................................................................................. iv Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1 Bab II Isi Topik 1: Pendalaman Pemahaman Computational Thinking Ruang Kolaborasi ................................................................................................. 2 Demonstrasi Kontekstual ...................................................................................... 3 Aksi Nyata ............................................................................................................. 4 Topik 2: CT dalam Kurikulum Aksi Nyata ............................................................................................................. 6 Topik 3: CT dalam Problem Solving Eksplorasi Konsep - Lembar Kerja Mahasiswa Subtopik 1 .................................. 8 Ruang Kolaborasi Subtopik 1 ............................................................................... 13 Eksplorasi Konsep - Lembar Kerja Mahasiswa Subtopik 2 .................................. 16 Ruang Kolaborasi Subtopik 2 ............................................................................... 32 Koneksi Antar Materi ............................................................................................ 34 Aksi Nyata ............................................................................................................. 36 Topik 4: CT dan Proyek Eksplorasi Konsep - Lembar Kerja Reflektif Individual ......................................... 37 Ruang Kolaborasi .................................................................................................. 38 Elaborasi Pemahaman .......................................................................................... 42 Aksi Nyata ............................................................................................................. 43
ii Topik 5: Integrasi CT dalam Mata Pelajaran Eksplorasi Konsep - Lembar Kerja Reflektif Individual ......................................... 45 Ruang Kolaborasi .................................................................................................. 48 Demonstrasi Kontekstual ...................................................................................... 52 Koneksi Antar Materi ............................................................................................. 54 Aksi Nyata ............................................................................................................. 56 Bab III Penutup .................................................................................................... 58 Lampiran Checklist Kelengkapan Bahan Portofolio Tabel Pertanyaan Reflektif Post-Restrukturisasi Portofolio
1 Bab I Pendahuluan Computational Thinking (CT) adalah proses berpikir dalam memformulasikan persoalan dan berstrategi dalam memilih solusi yang paling efektif, efisien, optimal untuk dikerjakan oleh agen pemroses informasi. Agen informasi ini dapat berupa manusia atau komputer (perangkat keras, perangkat lunak atau kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak). Saat ini, CT yang dinyatakan sebagai literasi baru abad ke-21, di Indonesia diimplementasikan dalam Kurikulum Merdeka. Dasar dari CT adalah berbagai konsep dalam bidang Informatika (dalam Bahasa Inggris: informatics, computing, atau computer science). Berkembangnya ilmu Informatika berdampak pada semakin banyaknya persoalan yang dapat diselesaikan dengan bantuan komputer. Komputer terlihat pintar karena dapat membantu manusia menyelesaikan berbagai persoalan. Kepintaran komputer ini sebenarnya disebabkan karena adanya para computer scientist yang bekerja di belakang layar. Computer scientist bekerja sedemikian rupa sehingga komputer dapat menyelesaikan berbagai persoalan dengan efektif, efisien, dan optimal. Pola pikir computer scientist inilah yang mendasari CT. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa CT itu bukan mengajarkan manusia berpikir seperti komputer karena computer scientist adalah seorang manusia yang terus berlatih menyelesaikan berbagai persoalan. CT adalah proses berpikir yang hasilnya tidak selalu berakhir dengan membuat program komputer. Karena CT adalah literasi, maka CT tidak terbatas pada keterampilan kognitif, melainkan berkaitan dengan sikap dan penghayatan akan proses berpikir ini. Selain itu, Penerapan CT tidak hanya terbatas pada bidang teknologi informasi, tetapi juga relevan dalam berbagai konteks, termasuk pendidikan, bisnis, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Dalam pendidikan, CT membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis yang penting dalam menghadapi tantangan yang kompleks dalam dunia yang terus berubah. Secara keseluruhan, pemahaman tentang CT membawa manfaat yang besar bagi individu dan organisasi dalam menghadapi tantangan dan kesempatan dalam era digital yang dinamis. Oleh karena itu, penguasaan CT menjadi semakin penting dalam mempersiapkan diri untuk masa depan yang terus berkembang.
2 Topik 1: Pendalaman Pemahaman Computational Thinking Ruang Kolaborasi No. Induk / Nama Mahasiswa: Tuti Mardianti Hasil diskusi secara umum: CT (Computational Thinking) adalah proses berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah atau persoalan dengan solusi yang efektif, efisien, dan optimal. CT memiliki empat fondasi dasar yang menjadi landasan dalam pemecahan persoalan, yaitu dekomposisi, algoritma, pengenalan pola, dan abstraksi. Contoh hal atau persoalan zaman sekarang yang tidak memakai “komputer”, TIK, dan robot tapi membutuhkan CT: 1. Merapikan lemari pakaian 2. Gotong royong membersihkan lingkungan rumah 3. Menulis rangkuman mata pelajaran 4. Membuat layangan tradisional 5. Memasak rendang 6. Menjual takjil buka puasa Penerapan fondasi CT dalam kehidupan sehari-hari A. Jawaban yang sudah tepat 1. Contoh dekomposisi: merapikan lemari pakaian, mengadakan buka puasa bersama di rumah 2. Contoh algoritma: memasak rendang, mengambil uang di ATM 3. Contoh pengenalan pola: menjual takjil buka puasa, memasak rendang 4. Contoh abstraksi: membeli novel di toko buku, menulis rangkuman pelajaran B. Jawaban yang kurang tepat • Contoh algoritma: membuat keripik kentang Hal ini bukan hanya sebagai contoh dari fondasi algoritma saja, tetapi juga bisa sebagai contoh dari fondasi pengenalan pola. Selain berisi petunjuk atau langkah-langkah membuat keripik kentang, terdapat unsur pengenalan pola juga, yaitu mengetahui pola pembuatan keripik kentang agar keripiknya menjadi renyah dan tidak lembek.
3 Topik 1: Pendalaman Pemahaman Computational Thinking Demonstrasi Kontekstual Nama Mahasiswa: Tuti Mardianti Sinta Yulianti Feedback/Pertanyaan: Tanggapan/Solusi: Menurut Anda, apakah dalam semua proses pembelajaran memerlukan CT untuk mengatasi permasalahannya? (Hidayatun Nur Ilmi) Iya, setiap pembelajaran memerlukan CT dalam untuk mengatasi permasalahan yang ada. Tidak hanya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, namun CT juga dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain. Jika sebuah pembelajaran menerapkan CT di dalam prosesnya, maka hal tersebut akan mempermudah dalam menemukan solusi permasalahan dengan efektif, efisien, dan optimal. Apakah manfaat dari penerapan CT yang Anda rasakan dalam kehidupan sehari-hari? (Sindi Dwi Safitri) Penerapan CT dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu saya dalam mengatasi suatu permasalahan yang kompleks dengan solusi yang efektif, efisien, dan optimal. Selain itu, CT dapat membantu saya melatih kreativitas dan membentuk pola pikir yang logis dan terstruktur.
4 Topik 1: Pendalaman Pemahaman Computational Thinking Aksi Nyata 1. Apa harapan/target Anda dalam mengikuti mata kuliah ini? Target saya dalam mengikuti mata kuliah ini adalah: • Saya dapat memahami tentang konsep CT. • Saya dapat berlatih agar dapat menyusun materi ajar yang diintegrasikan dengan CT. • Saya dapat mengimplementasikan CT dalam menyelesaikan persoalan di kehidupan sehari-hari dengan efektif, efisien, dan optimal. 2. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari CT? Pemahaman baru apa yang saya dapatkan setelah mempelajari CT, yaitu: • Saya baru memahami tentang konsep CT. CT adalah proses berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah atau persoalan dengan solusi yang efektif, efisien, dan optimal, bukan mengajarkan manusia berpikir seperti komputer. • Ada empat fondasi dasar CT yang menjadi landasan dalam pemecahan persoalan, yaitu dekomposisi, algoritma, pengenalan pola, dan abstraksi. • CT tidak dapat diajarkan secara teoritis, melainkan perlu ditularkan oleh guru kepada para siswanya. • Dengan mengintegrasikan CT, seorang guru dapat menyampaikan materi ajar dengan lebih baik tanpa mengubah esensi materi yang ingin disampaikan kepada para peserta didik. 3. Bagaimana pendapat Anda mengenai keberadaan CT dalam kehidupan Anda? CT sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari saya. CT dapat membantu saya untuk berpikir secara logis, kreatif, dan terstruktur dan dapat membantu saya menyelesaikan suatu masalah atau persoalan dengan solusi yang efektif, efisien, dan optimal.
5 4. Bagaimana perasaan Anda setelah belajar mengenai CT? Saya merasa senang dan bersemangat setelah belajar mengenai CT. Saya merasa senang karena mendapatkan ilmu baru. Di samping itu, saya juga menjadi bersemangat untuk mempelajari CT agar bisa mengintegrasikan CT ketika menyusun materi ajar. 5. Apa potensi kendala yang mungkin akan Anda alami selama mengikuti kuliah ini? Jika ada, tindakan apa yang akan Anda lakukan untuk mengantisipasinya? Saya tidak memiliki potensi kendala selama mengikuti kuliah ini.
6 Topik 2: CT dalam Kurikulum Aksi Nyata 1. Bagaimana perasaan Anda saat menelaah lebih lanjut mengenai CP CT dalam pertemuan kuliah ini? Saya merasa termotivasi saat menelaah lebih lanjut mengenai Capaian Pembelajaran CT. Ternyata ada kaitan antara Capaian Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Capaian Pembelajaran CT. Dengan menelaah lebih lanjut mengenai Capaian Pembelajaran CT ini, maka akan membantu saya agar dapat menyusun materi ajar yang diintegrasikan dengan CT. 2. Tuliskan pengetahuan-pengetahuan baru yang Anda dapatkan dari pertemuan ini. Pengetahuan baru yang saya dapatkan dari pertemuan ini, yaitu: 1) CT dalam Kurikulum Merdeka Keberadaan CT di dalam Kurikulum Merdeka sangatlah penting. CT menjadi salah satu bagian penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam melatih peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis yang dibutuhkan di abad ke-21. CT saat ini sudah menjadi literasi dan menjadi bagian dari Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, guru harus mampu mengimplementasikan CT ke dalam mata pelajaran yang diajarkan. 2) CT dalam mata pelajaran Informatika CT menjadi landasan berpikir untuk belajar Informatika. Dalam hal ini, mata pelajaran Informatika lebih menekankan mengenai kecakapan untuk menyelesaikan persoalan (problem solving), baik dengan komputer maupun tanpa komputer. 3) CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri karena CT merupakan sebuah literasi berpikir yang dapat diimplementasikan dalam berbagai mata pelajaran. CT dapat diterapkan dalam suatu mata pelajaran tergantung sejauh mana kreativitas dari guru dalam membuat soal atau kasus yang mengarah pada CT.
7 4) Tabel Capaian Pembelajaran dari materi CT (fase A-F) Terdapat keserupaan CP pada fase A-F, namun pada setiap kenaikan fase, diberikan persoalan atau problem dengan kompleksitas yang semakin meningkat dan untuk objek mulai konkrit sampai dengan abstrak. 5) CT dalam tatanan global Cukup banyak negara lain yang sudah memasukkan CT ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di negara mereka karena sudah menyadari pentingnya CT.
8 Topik 3: CT dalam Problem Solving Eksplorasi Konsep - Subtopik 1
9 Lembar Kerja Mahasiswa No. Pertanyaan Jawaban 1. Tuliskan solusi untuk masing-masing soal! SD: Dengan memperhatikan sisi dadu sebelum diputar (sisi 6 titik berada di atas permukaan dadu dan berlawanan dengan sisi 1 titik). Setelah itu, dadu diputar sebanyak 6 kali mengikuti petak yang telah disediakan. Sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sisi 5 titik. SMP: Dengan memperhatikan sisi dadu sebelum diputar (sisi 6 titik berada di atas permukaan dadu dan berlawanan dengan sisi 1 titik). Setelah itu, dadu diputar sebanyak 7 kali mengikuti petak yang telah disediakan. Sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sisi 3 titik. SMA: Dengan memperhatikan sisi dadu sebelum diputar (sisi 6 titik berada di atas permukaan dadu dan berlawanan dengan sisi 1 titik). Setelah itu, dadu diputar sebanyak 9 kali mengikuti petak yang telah disediakan. Sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sisi 4 titik.
10 2. Tuliskan langkahlangkah berpikir Anda hingga mendapat solusi dari masing-masing soal! Jika Anda menggunakan lebih dari satu cara berpikir, tuliskan pada jenjang mana Anda menggunakan cara berpikir tersebut! Langkah-langkah untuk mendapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sebagai berikut: • Saya membuat alat peraga sederhana berupa dadu dan lintasan berpetak. • Saya menentukan posisi titik dadu sesuai petunjuk. • Saya memperhatikan sisi dadu sebelum diputar. Sisi dadu yang berada di atas permukaan adalah sisi 6 titik yang berlawanan dengan sisi 1 titik. • Pada jenjang SD, saya memutar dadu sebanyak 6 kali mengikuti petak yang telah disediakan. Didapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sisi 5 titik. • Pada jenjang SMP, saya memutar dadu sebanyak 7 kali mengikuti petak yang telah disediakan. Didapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sisi 3 titik. • Pada jenjang SMA, saya memutar dadu sebanyak 9 kali mengikuti petak yang telah disediakan. Didapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung adalah sisi 4 titik.
11 3. Identifikasi 4 fondasi CT yang Anda gunakan dalam menyelesaikan persoalan ini! Empat fondasi dasar CT (Computational Thinking): 1. Dekomposisi: Saya menguraikan persoalan agar lebih mudah dipahami. Misalnya, untuk mendapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung, saya perlu menggerakkan dadu mengikuti petak yang telah disediakan. 2. Algoritma: Langkah-langkah yang saya gunakan untuk mendapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung. 3. Pengenalan Pola: Pola yang saya gunakan untuk mendapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Misalnya, saya memutar dadu mengikuti petak yang telah disediakan sesuai dengan banyak pergeseran pada masing-masing jenjang. 4. Abstraksi: Saya menghilangkan informasi yang tidak relevan dengan tantangan untuk mendapatkan sisi dadu yang berada di atas permukaan saat mencapai petak hijau di ujung. Misalnya, saya fokus pada sisi dadu sebelum diputar, yaitu sisi 6 titik berada di atas permukaan dadu dan berlawanan dengan sisi 1 titik. Saya tidak perlu memperhatikan sisi dadu yang berada di sebelah kiri atau kanan. 4. Adakah contoh pada kehidupan sehari-hari yang mengimplementasikan konsep yang ada pada soal ini? Misalnya, pembelajaran Matematika pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Pada jenjang SD, materi pelajaran yang diberikan lebih gampang dan biasanya merupakan materi dasar untuk lanjut ke tahap berikutnya. Pada jenjang SMP, materi pelajaran yang diberikan sudah berada pada tahap lanjutan awal.
12 Pada jenjang SMA, materi pelajaran yang diberikan sudah semakin sulit dan kompleks. Belajar itu bertahap, mulai dari hal yang sederhana dan beranjak ke hal yang makin kompleks. Artinya, semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka semakin sulit dan kompleks materi pelajaran yang akan dipelajari. 5. Tuliskan perbedaan kompleksitas persoalan untuk masing-masing jenjang yang terdapat di soal ini! Kompleksitas pada jenjang SD = 6 Kompleksitas pada jenjang SMP = 7 Kompleksitas pada jenjang SMA = 9 Semakin tinggi jenjang sekolah, maka semakin tinggi tingkat kesulitannya.
13 Topik 3: CT dalam Problem Solving Ruang Kolaborasi - Subtopik 1 Materi Diskusi Kelompok 1. Masing-masing anggota kelompok menambahkan Tabel 3.1 pada lembar kerja yang dikerjakan pada 02.04. 2. Pilihlah lembar kerja dari salah satu anggota kelompok untuk didiskusikan bersama! 3. Anggota kelompok yang lain memberi penilaian terhadap hasil lembar kerja tersebut di Tabel 3.1. Setelah semua selesai menilai, seluruh anggota kelompok mendiskusikan apa yang masih kurang dan bagaimana perbaikan yang dapat dilakukan. Perbaikan yang perlu dilakukan dicatat pada Tabel 3.2. Tabel 3.1 Penilaian Teman Kelompok Lembar kerja yang dinilai: Tuti Mardianti Penilaian dari Teman Kelompok Kriteria Penilaian Anggota 1 (Sindi Dwi Safitri) Anggota 2 (Patimah Zaura) Anggota 3 (Andrian Prama) Apakah cara mengerjakan soal yang dituliskan dapat dipahami? A A A Apakah cara mengerjakan sudah lengkap? A A A Apakah cara mengerjakan dapat diikuti tanpa menimbulkan keambiguan? A A A Apakah 4 fondasi CT yang ditulis benar? A A A
14 Apakah 4 fondasi CT yang dituliskan dijelaskan dengan lengkap? A B A Apakah contoh masalah sehari-hari yang dituliskan sesuai dengan persoalan yang diselesaikan? B A A Tabel 3.2 Perbaikan yang Perlu Dilakukan No. Hal yang Perlu Diperbaiki Masukan atau Saran Perbaikan 1. Menurut Sindi Dwi Safitri: Pada fondasi CT, pengenalan pola setiap sisi dadu harus dijelaskan berlawanan dengan sisi apa. Menurut Sindi Dwi Safitri: Mencantumkan sisi yang berlawanan pada pengenalan pola. Misalnya, sisi 1 berlawanan dengan sisi 6, sisi 2 berlawanan dengan sisi 5, dan sisi 4 berlawanan dengan sisi 3. 2. Menurut Patimah Zaura: Empat fondasi CT yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan. Menurut Patimah Zaura: Menjelaskan lebih detail lagi terkait 4 fondasi CT yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan, dengan mengaitkan materi dadu yang sedang dianalisis sehingga tidak menimbulkan lagi pertanyaan. 3. Menurut Andrian Prama: Pada penulisan urutan empat fondasi CT, sebaiknya algoritma di tempatkan pada urutan paling akhir. Menurut Andrian Prama: Menuliskan urutan empat fondasi CT dengan urutan sebagai berikut: dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma.
15 Tabel 3.3 Rubrik Penilaian untuk Masing-Masing Kriteria A = Sangat Baik B = Baik C = Cukup D = Kurang Jika ketiga soal memenuhi kriteria Jika hanya dua soal yang memenuhi kriteria Jika hanya satu soal yang memenuhi kriteria Jika ketiga-tiganya soal tidak memenuhi kriteria
16 Topik 3: CT dalam Problem Solving Eksplorasi Konsep - Subtopik 2 Nama/NIM: Tuti Mardianti/A2G823009 Literasi Membaca Mengapa literasi membaca dibutuhkan oleh siswa? Literasi membaca dibutuhkan oleh siswa karena dapat membantu memahami dan menemukan strategi yang efektif untuk kemampuan membaca, termasuk di dalamnya kemampuan memahami makna dari sebuah bacaan. Tujuan diterapkannya literasi membaca adalah agar siswa mampu memahami sebuah makna dan informasi dari bacaan yang dibacanya sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian dari literasi membaca pada tahun 2018 adalah kemampuan untuk mengerti, menggunakan, merefleksikan teks untuk suatu tujuan. Literasi membaca juga mencakup siswa memiliki motivasi untuk mempelajari dan mengerti lebih dalam suatu teks. Apa makna dari masingmasing istilah berikut ini dalam konteks literasi membaca? Mengerti teks: Kemampuan untuk memahami teks yang dibaca pada kegiatan literasi membaca. Menggunakan teks: Kemampuan untuk menemukan informasi dengan mempertimbangkan keseluruhan teks. Hal ini memerlukan kemampuan untuk mengatur kecepatan membaca, kedalaman pemrosesan, serta mengetahui kapan harus tetap mempertimbangkan atau mengabaikan informasi dalam teks. Merefleksikan teks: Kemampuan mengevaluasi bentuk tulisan dan bagaimana isi dan bentuknya secara bersama-sama berhubungan dan mengungkapkan tujuan dan sudut pandang penulis. Refleksi juga melibatkan pemanfaatan pengetahuan, pendapat atau sikap seseorang di luar teks untuk menghubungkan informasi yang diberikan dalam teks dengan kerangka acuan konseptual dan pengalaman sendiri.
17 Memiliki motivasi untuk mempelajari dan mengerti lebih dalam suatu teks: Dengan menerapkan literasi membaca, dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari dan mengerti lebih dalam suatu teks. Apa saja jenis teks yang digunakan pada tes PISA untuk literasi membaca? Ada dua klasifikasi teks, yaitu: 1. Berdasasarkan format teks 1) Teks berkesinambungan (teks kontinu)): Teks yang terdiri dari kalimat-kalimat yang kemudian disusun menjadi paragraf. Misalnya, laporan surat kabar, esai, novel, cerita pendek, resensi, dan surat. 2) Teks tidak berkesinambungan (teks non-kontinu): Teks yang bersifat tetap atau dinamis. Misalnya, daftar, tabel, grafik, diagram, iklan, jadwal, katalog, indeks, dan formulir. 3) Teks campuran: Teks yang terdiri dari sekumpulan elemen dalam format kontinu dan non-kontinu. Misalnya, paragraf yang dilengkapi gambar atau grafik penjelas. 2. Berdasarkan jenis teks, meliputi teks deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, instruksi dan transaksi. Terdapat 6 level progress pada reading literacy. Tuliskan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan jika ada atau melewati level tersebut! Level 1b diberikan sebagai contoh. Level Apa yang dapat dilakukan siswa 1b Siswa dapat menemukan sebuah informasi yang mudah didapat dari sebuah teks sederhana. Informasi yang dicari biasanya sering diulang di dalam teks. Informasi yang dicari juga bisa dinyatakan dalam gambar dan grafik sehingga memudahkan siswa menemukan informasi tersebut. 1a Siswa dapat menemukan satu atau lebih informasi independen yang dinyatakan secara eksplisit. Misalnya, siswa dapat mengenali tema utama atau tujuan penulis dalam sebuah teks tentang topik yang familiar, atau membuat hubungan sederhana antara informasi dalam teks dan pengetahuan umum sehari-hari. Biasanya, informasi yang diperlukan dalam teks menonjol dan hanya ada sedikit, jika ada, informasi yang
18 bersaing. Siswa secara eksplisit diarahkan untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan dalam tugas dan teks. 2 Siswa dapat menemukan satu atau lebih informasi, yang mungkin perlu disimpulkan dan mungkin perlu memenuhi beberapa kondisi. Siswa dapat mengenali gagasan utama dalam sebuah teks, memahami hubungan, atau menafsirkan makna dalam bagian teks yang terbatas ketika informasinya tidak menonjol dan harus membuat kesimpulan tingkat rendah. Tugas pada tingkat ini mungkin melibatkan perbandingan atau kontras berdasarkan satu fitur dalam teks. Tugas refleksi yang khas pada tingkat ini mengharuskan siswa membuat perbandingan atau beberapa hubungan antara teks dan pengetahuan luar, dengan memanfaatkan pengalaman dan sikap pribadi. 3 Siswa dapat menemukan, dan dalam beberapa kasus mengenali hubungan antara, beberapa informasi yang harus memenuhi berbagai kondisi. Siswa juga dapat mengintegrasikan beberapa bagian teks untuk mengidentifikasi gagasan utama, memahami hubungan, atau menafsirkan makna kata atau frasa. Siswa perlu mempertimbangkan banyak fitur dalam membandingkan, membedakan, atau mengkategorikan. Seringkali informasi yang dibutuhkan tidak menonjol atau terdapat banyak informasi yang bersaing. Tugas-tugas refleksi pada tingkat ini mungkin memerlukan koneksi, perbandingan, dan penjelasan, atau mungkin mengharuskan siswa untuk mengevaluasi suatu fitur teks. Beberapa tugas refleksi mengharuskan siswa untuk menunjukkan pemahaman yang baik tentang teks dalam kaitannya dengan pengetahuan sehari-hari yang sudah dikenal. Tugas-tugas lain tidak memerlukan pemahaman teks yang terperinci tetapi mengharuskan siswa untuk memanfaatkan pengetahuan yang kurang umum. 4 Siswa dapat menemukan dan mengatur beberapa informasi yang tertanam. Siswa juga dapat menafsirkan nuansa kebahasaan pada suatu bagian teks dengan memperhatikan teks secara keseluruhan. Dalam tugas penafsiran lainnya, siswa mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan kategori dalam konteks yang asing. Selain itu, siswa pada tingkat ini dapat menggunakan pengetahuan formal atau umum untuk membuat hipotesis tentang atau mengevaluasi secara kritis suatu teks. Siswa harus menunjukkan pemahaman yang akurat tentang teks yang panjang atau kompleks yang isi atau bentuknya mungkin asing.
19 5 Siswa dapat menemukan dan mengatur beberapa informasi yang tertanam secara mendalam dan menyimpulkan informasi mana dalam teks yang relevan. Tugas reflektif memerlukan evaluasi kritis atau pembuatan hipotesis, dengan memanfaatkan pengetahuan khusus. Baik tugas menafsirkan maupun merefleksikan, memerlukan pemahaman penuh dan terperinci atas sebuah teks yang isi atau bentuknya tidak dikenal. Untuk semua aspek membaca, tugas pada tingkat ini biasanya melibatkan penanganan konsep yang bertentangan dengan harapan. 6 Siswa dapat membuat banyak kesimpulan, perbandingan, dan kontras yang terperinci dan tepat. Siswa menunjukkan pemahaman yang lengkap dan rinci tentang satu atau lebih teks dan dapat mengintegrasikan informasi dari lebih dari satu teks. Tugas mungkin mengharuskan siswa untuk menangani ide-ide asing di hadapan informasi bersaing yang menonjol, dan untuk menghasilkan kategori abstrak untuk interpretasi. Siswa dapat membuat hipotesis atau mengevaluasi secara kritis sebuah teks kompleks tentang topik yang asing, dengan mempertimbangkan berbagai kriteria atau perspektif dan menerapkan pemahaman canggih dari luar teks. Kondisi penting untuk mengakses dan mengambil tugas pada tingkat ini adalah ketepatan analisis dan perhatian terhadap detail yang tidak mencolok dalam teks 02.04.01 Lembar Kerja Mahasiswa 4 (Literasi Finansial pada Tes PISA) Nama/NIM: Tuti Mardianti/A2G823009 Literasi Matematika Mengapa literasi matematika dibutuhkan oleh siswa? Literasi matematika dibutuhkan oleh siswa karena dapat membantu dalam menalar secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Literasi matematika dapat mendukung siswa mengembangkan pemahaman yang kuat tentang konsep matematika murni dan manfaat terlibat dalam eksplorasi di dunia abstrak matematika.
20 Pengertian dari literasi matematika 2012 juga digunakan pada tahun 2015 dan 2018. Literasi matematika adalah kemampuan seseorang untuk memformulasikan sebuah situasi secara matematika, menggunakan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran matematika, dan menginterpretasikan hasil matematika untuk berbagai konteks. Apa makna dari masing-masing istilah berikut ini dalam literasi matematika? Memformulasikan sebuah situasi secara matematika: Memformulasikan sebuah situasi secara matematika maksudnya merumuskan situasi secara matematis. Dalam hal ini, siswa mampu mengenali dan mengidentifikasi peluang untuk menggunakan matematika dalam situasi masalah dan kemudian menyediakan struktur matematika yang diperlukan untuk merumuskan masalah kontekstual tersebut ke dalam bentuk matematika. Menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran matematika: Mengacu pada kemampuan individu untuk menerapkan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran matematika untuk memecahkan masalah yang dirumuskan secara matematis untuk memperoleh kesimpulan matematis. Dalam proses penggunaan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran matematika untuk memecahkan masalah, individu melakukan prosedur matematika yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dan menemukan solusi matematika. Menginterpretasikan hasil matematika: Kemampuan individu untuk merefleksikan solusi, hasil, atau kesimpulan matematika dan menafsirkannya dalam konteks permasalahan kehidupan nyata. Hal ini melibatkan penerjemahan solusi matematika atau penalaran kembali ke dalam konteks masalah dan menentukan apakah hasilnya masuk akal dan masuk akal dalam konteks masalah. Terdapat 6 level progress pada literasi matematika. Tuliskan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan jika ada atau melewati level tersebut! Level Apa yang dapat dilakukan siswa 1 Siswa dapat menjawab pertanyaan yang melibatkan konteks yang familiar dimana semua informasi relevan tersedia dan pertanyaan didefinisikan dengan jelas. Siswa mampu mengidentifikasi informasi dan melaksanakan prosedur rutin sesuai instruksi langsung dalam situasi eksplisit. Siswa dapat melakukan tindakan yang hampir selalu terlihat jelas dan segera mengikuti rangsangan yang diberikan.
21 2 Siswa dapat menafsirkan dan mengenali situasi dalam konteks yang hanya memerlukan inferensi langsung. Siswa dapat mengekstrak informasi yang relevan dari satu sumber dan menggunakan mode representasi tunggal. Siswa pada tingkat ini dapat menggunakan algoritma dasar, rumus, prosedur atau konvensi untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan bilangan bulat. Siswa mampu membuat interpretasi literal atas hasilnya. 3 Siswa dapat menjalankan prosedur yang dijelaskan dengan jelas, termasuk prosedur yang memerlukan keputusan berurutan. Interpretasi siswa cukup masuk akal untuk dijadikan dasar dalam membangun model sederhana atau untuk memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah sederhana. Siswa pada tingkat ini dapat menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber informasi yang berbeda dan bernalar langsung darinya. Siswa biasanya menunjukkan kemampuan untuk menangani persentase, pecahan dan angka desimal, dan bekerja dengan hubungan proporsional. Solusi dari siswa mencerminkan bahwa mereka telah terlibat dalam penafsiran dan penalaran dasar. 4 Siswa dapat bekerja secara efektif dengan model eksplisit untuk situasi konkrit kompleks yang mungkin melibatkan kendala atau memerlukan asumsi. Siswa dapat memilih dan mengintegrasikan representasi yang berbeda, termasuk simbolik, menghubungkannya secara langsung dengan aspek situasi dunia nyata. Siswa pada tingkat ini dapat memanfaatkan keterampilan mereka yang terbatas dan dapat bernalar dengan beberapa wawasan, dalam konteks yang lugas. Siswa dapat membangun dan mengkomunikasikan penjelasan dan argumen berdasarkan interpretasi, argumen, dan tindakan mereka. 5 Siswa dapat mengembangkan dan bekerja dengan model untuk situasi kompleks, mengidentifikasi kendala, dan menentukan asumsi. Siswa dapat memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menghadapi masalah kompleks yang terkait dengan model tersebut. Siswa pada tingkat ini dapat bekerja secara strategis dengan menggunakan keterampilan berpikir dan penalaran yang luas dan berkembang dengan baik, representasi terkait yang sesuai, karakterisasi simbolik dan formal, dan wawasan yang berkaitan dengan situasi ini. Siswa mulai merefleksikan pekerjaan mereka dan dapat merumuskan serta mengkomunikasikan interpretasi dan alasan mereka.
22 6 Siswa dapat membuat konsep, menggeneralisasi, dan memanfaatkan informasi berdasarkan penyelidikan dan pemodelan situasi masalah yang kompleks, dan dapat menggunakan pengetahuan mereka dalam konteks yang relatif tidak standar. Siswa dapat menghubungkan berbagai sumber informasi dan representasi serta secara fleksibel menerjemahkannya. Siswa pada tingkat ini mampu berpikir dan bernalar matematis tingkat lanjut, dapat merefleksikan tindakannya, dan dapat merumuskan serta mengkomunikasikan secara tepat tindakan dan refleksinya mengenai temuan, penafsiran, argumen, dan kesesuaiannya dengan situasi aslinya. 02.04.02 Lembar Kerja Mahasiswa 4 (Literasi Finansial pada Tes PISA) Nama/NIM: Tuti Mardianti/A2G823009 Literasi Sains Mengapa literasi sains dibutuhkan oleh siswa? Literasi sains dibutuhkan oleh siswa karena menumbuhkan pemikiran yang kritis dan kecakapan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan sains. Literasi sains bukan hanya tentang memahami konsep-konsep sains, tetapi juga tentang memahami bagaimana sains diterapkan dalam kehidupan nyata. Siswa yang memiliki literasi sains yang baik dapat mengenali dan memahami masalah sains, menemukan informasi sains yang diperlukan, mengevaluasi kebenaran dan validitas informasi sains, serta menggunakannya untuk membuat keputusan yang berbasis fakta. Dengan kata lain, literasi sains mencakup pemahaman tentang bagaimana pengetahuan sains mengubah cara seseorang berinteraksi dengan dunia dan bagaimana hal itu dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang lebih luas.
23 Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat aktif dalam masalah dan ide yang berhubungan dengan sains. Kompetensi yang diperlukan oleh seseorang yang memiliki literasi dalam sains adalah kemampuan untuk menjelaskan sebuah fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang pertanyaan-pertanyaan ilmiah, dan menginterpretasi data dan bukti-bukti secara ilmiah. Jelaskan masing-masing kompetensi di bawah ini! Menjelaskan sebuah fenomena secara ilmiah: Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan sains dalam situasi yang telah diberikan, mendeskripsikan peristiwa yang terjadi, memprediksi perubahan, dan mampu dalam mengidentifikasi informasi dan penjelasan yang relevan, serta menjelaskan dan memperkirakan hasil yang sesuai. Mengevaluasi dan merancang pertanyaan-pertanyaan ilmiah: Kemampuan seseorang untuk menilai dengan kritis pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam konteks ilmiah, serta kemampuan untuk merancang pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cermat dan sesuai dengan prinsip-prinsip metode ilmiah. Menginterpretasi data dan bukti-bukti secara ilmiah: Kemampuan seseorang untuk menganalisis, memahami, dan memberikan makna terhadap hasil eksperimen atau informasi yang dikumpulkan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses interpretasi ini melibatkan penggunaan logika, pengetahuan ilmiah, dan keterampilan analisis untuk menghasilkan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti yang ada. Terdapat 6 level progress pada literasi sains. Tuliskan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan jika ada atau melewati level tersebut! Level Apa yang dapat dilakukan siswa 1b Siswa dapat menggunakan pengetahuan ilmiah dasar atau sehari-hari untuk mengenali aspek familiar atau fenomena sederhana. Siswa mampu mengidentifikasi pola sederhana dalam data, mengenali istilah-istilah ilmiah dasar dan mengikuti instruksi eksplisit untuk melaksanakan prosedur ilmiah. 1a Siswa mampu menggunakan konten dasar atau sehari-hari dan pengetahuan prosedural untuk mengenali atau mengidentifikasi penjelasan fenomena ilmiah sederhana. Dengan
24 dukungan, siswa bisa melakukan secara terstruktur penyelidikan ilmiah dengan tidak lebih dari dua variabel. Siswa mampu mengidentifikasi sebab akibat atau korelasional sederhana hubungan dan menafsirkan data grafis dan visual yang memerlukan tingkat permintaan kognitif yang rendah. Tingkat Siswa 1a dapat memilih penjelasan ilmiah terbaik untuk data yang diberikan secara personal, lokal, dan global konteks. 2 Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan konten sehari-hari dan pengetahuan prosedural dasar mengidentifikasi penjelasan ilmiah yang sesuai, menafsirkan data, dan mengidentifikasi pertanyaan yang diajukan dalam desain eksperimen sederhana. Siswa dapat menggunakan pengetahuan ilmiah dasar atau sehari-hari untuk mengidentifikasi kesimpulan yang valid dari kumpulan data sederhana. Siswa tingkat 2 menunjukkan pengetahuan epistemik dasar dengan mampu untuk mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah. 3 Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan konten yang cukup kompleks untuk mengidentifikasi atau menyusun penjelasan dari fenomena yang sudah dikenal. Dalam situasi yang kurang familiar atau lebih kompleks, siswa dapat membangun penjelasan dengan menggunakan isyarat atau dukungan yang relevan. Siswa dapat memanfaatkan unsur-unsur pengetahuan prosedural atau epistemik untuk melaksanakan sebuah eksperimen sederhana dalam konteks terbatas. Siswa tingkat 3 mampu membedakan antara ilmiah dan masalah non-ilmiah dan mengidentifikasi bukti yang mendukung klaim ilmiah. 4 Siswa dapat menggunakan pengetahuan konten yang lebih kompleks atau abstrak, yang disediakan atau diingat, untuk membangun penjelasan atas peristiwa dan proses yang lebih kompleks atau kurang familiar. Siswa bisa memimpin eksperimen yang melibatkan dua atau lebih variabel independen dalam konteks terbatas. Siswa mampu memberikan alasan desain eksperimental, yang memanfaatkan elemen pengetahuan prosedural dan epistemik. Siswa tingkat 4 dapat menafsirkan data yang diambil dari kumpulan data yang cukup kompleks atau konteks yang kurang familiar, menggambar dengan sesuai kesimpulan yang melampaui data dan memberikan pembenaran atas pilihan mereka. 5 Siswa dapat menggunakan ide atau konsep ilmiah abstrak untuk menjelaskan hal yang asing dan lebih kompleks, fenomena, peristiwa, dan proses yang melibatkan banyak hubungan sebab akibat. Siswa mampu menerapkan lebih canggih pengetahuan epistemik untuk mengevaluasi desain eksperimental alternatif dan membenarkan pilihan dan
25 penggunaannya pengetahuan teoritis untuk menafsirkan informasi atau membuat prediksi. Siswa tingkat 5 dapat mengevaluasi cara mengeksplorasi pertanyaan tertentu secara ilmiah dan mengidentifikasi keterbatasan dalam interpretasi kumpulan data termasuk sumber dan dampak ketidakpastian dalam data ilmiah. 6 Siswa dapat memanfaatkan berbagai ide dan konsep ilmiah yang saling terkait dari bidang fisik, ilmu kehidupan dan bumi dan luar angkasa, dan menggunakan konten, pengetahuan prosedural, dan epistemik untuk menawarkan hipotesis penjelas tentang fenomena, peristiwa, dan proses ilmiah baru atau untuk membuat prediksi. Di dalam menafsirkan data dan bukti, siswa mampu membedakan antara informasi yang relevan dan tidak relevan dan dapat memanfaatkan pengetahuan di luar kurikulum sekolah normal. Siswa dapat membedakan argumen yang didasarkan pada bukti dan teori ilmiah serta berdasarkan pertimbangan lain. Tingkat 6 siswa dapat mengevaluasi desain eksperimen kompleks, studi lapangan atau simulasi yang bersaing dan memberikan justifikasi pilihan mereka. 02.04.03 Lembar Kerja Mahasiswa 4 (Literasi Finansial pada Tes PISA) Nama/NIM: Tuti Mardianti/A2G823009 Literasi Finansial Mengapa literasi finansial dibutuhkan oleh siswa? Literasi finansial dibutuhkan oleh siswa karena dapat membuat siswa lebih bijak dalam memanfaatkan uang yang dimiliki. Pengetahuan tentang keuangan dapat mempengaruhi kemampuan, keterampilan, dan sikap mengenai pengelolaan keuangan. Literasi finansial penting dimiliki untuk membekali diri dalam membuat keputusan yang efektif terkait pemahaman tentang konsep, risiko, dan keterampilan konteks finansial. Seseorang yang memiliki literasi finansial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan resiko finansial. Selain itu, dia juga memiliki kemampuan, motivasi dan kepercayaan diri untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahamannya untuk membuat keputusan yang efektif pada berbagai konteks masalah-masalah finansial. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan finansial individu maupun masyarakat. Literasi finansial juga memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Jelaskan apa makna dari istilahistilah berikut ini:
26 Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan resiko finansial: Literasi keuangan bergantung pada pengetahuan dan pemahaman tentang elemen fundamental dunia keuangan, termasuk konsep keuangan utama serta tujuan dan fitur dasar produk keuangan. Hal ini juga mencakup risiko yang dapat mengancam kesejahteraan finansial serta polis asuransi dan dana pensiun. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman finansial: Kemampuan ini mencakup proses kognitif umum, seperti mengakses informasi, membandingkan dan membedakan, mengekstrapolasi, dan mengevaluasi, namun diterapkan dalam konteks keuangan. Keterampilan tersebut mencakup keterampilan dasar dalam literasi matematika, seperti melakukan perhitungan dasar, menghitung persentase, atau mengkonversi dari satu mata uang ke mata uang lainnya, dan keterampilan bahasa, seperti kemampuan membaca, menafsirkan iklan, dan teks kontrak. Motivasi dan kepercayaan diri untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman finansial: Literasi keuangan tidak hanya melibatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan untuk menangani masalah keuangan, tetapi juga atribut nonkognitif. Misalnya, motivasi untuk mencari informasi dan nasihat untuk terlibat dalam aktivitas keuangan, kepercayaan diri untuk melakukannya, kemampuan mengelola emosi, dan faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan. Berbagai konteks masalah-masalah finansial: Keputusan keuangan yang efektif dapat mengacu pada serangkaian konteks keuangan yang berhubungan dengan kehidupan dan pengalaman sehari-hari kaum muda saat ini, namun juga pada langkah-langkah yang mungkin mereka ambil di masa depan ketika mereka sudah dewasa. Misalnya, generasi muda saat ini mungkin mengambil keputusan yang relatif sederhana seperti bagaimana mereka akan menggunakan uang saku mereka atau kontrak telepon seluler mana yang akan mereka pilih, namun mereka mungkin akan segera dihadapkan pada keputusan yang lebih signifikan mengenai pendidikan dan pilihan pekerjaan yang memiliki konsekuensi finansial jangka panjang.
27 Meningkatkan kualitas kehidupan finansial individu maupun masyarakat: Literasi keuangan berkaitan dengan bagaimana individu memahami, mengelola, dan merencanakan urusan keuangan mereka sendiri dan keluarga mereka. Namun, diakui bahwa pemahaman, pengelolaan, dan perencanaan keuangan yang baik di pihak individu mempunyai dampak kolektif terhadap masyarakat luas dalam berkontribusi terhadap stabilitas, produktivitas, pembangunan nasional, bahkan global. Memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi: Literasi keuangan menekankan pentingnya peran individu sebagai anggota masyarakat yang bijaksana dan terlibat. Individu dengan tingkat literasi keuangan yang tinggi lebih siap untuk mengambil keputusan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan juga secara konstruktif mendukung dan mengkritik dunia ekonomi di mana mereka tinggal. 02.04.04 Lembar Kerja Mahasiswa 4 (Literasi Finansial pada Tes PISA)
28 02.04.05 Lembar Kerja Mahasiswa Tabel 3.6 Soal Latihan PISA yang Diusulkan Nama/NIM : Tuti Mardianti/A2G823009 Jenjang/Mata Pelajaran yang Diampu: SMA/Bahasa Indonesia Unit/No. Unit: Reading/3 Judul Soal: Graffiti No. Pertanyaan Jawaban 1. Tuliskan solusi untuk soal ini! Persoalan yang dibahas pada soal ini adalah mengenai dua opini orang mengenai grafiti yang ada di lingkungan sekitar yang cukup mengganggu dan merusak fasilitas publik. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi maraknya grafiti liar yang ada di lingkungan sekitar adalah dengan memberikan pengawasan yang cukup ketat pada lingkungan/fasilitas publik yang ada dengan menggunakan cctv ataupun petugas keamanan yang menjaga daerah/fasilitas tersebut. Selain itu, perlu disadari juga bahwa para seniman grafiti liar mungkin kesulitan untuk mencari wadah yang bisa menampung kreativitasnya dalam berkarya, sehingga sebaiknya pemerintah setempat menyediakan wadah untuk seniman tersebut berkarya dan menghargai karya tersebut agar tidak melakukan grafiti liar pada fasilitas/ruang publik lagi. 2. Tuliskan langkahlangkah berpikir Anda hingga mendapat solusi dari permasalahan ini! Langkah berpikir yang dilakukan dalam menemukan solusi pada permasalahan ini adalah sebagai berikut: 1. Memahami permasalahan graffiti tersebut dengan baik dari opini kedua belah pihak. 2. Menelaah permasalahan dengan membandingkan opini yang telah diberikan.
29 3. Memikirkan solusi yang dapat digunakan dengan memikirkan kedua belah pihak. 3. Identifikasi 4 fondasi CT yang Anda gunakan dalam menyelesaikan masalah ini! Dekomposisi: Membaca soal, menguraikan permasalahan yang diangkat dari masing-masing opini, dan menemukan informasi penting terkait kedua opini tersebut. Pengenalan Pola: Pengenalan pola dilakukan dengan memahami bagaimana pola pelaku grafiti liar dalam menjalankan aksinya, yaitu dengan melakukan aksi secara diam-diam dan dilakukan pada ruang publik yang kosong seperti dindingdinding yang memungkinkan untuk di buat grafiti. Abstraksi: Fokus terhadap permasalahan yang ditanyakan di soal, mengidentifikasi kalimat dari opini yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan. Algoritma: Membaca soal agar mengetahui informasi apa yang dijadikan fokus atau perhatian ketika membaca opini, membaca kedua opini dengan cermat, mencatat poin penting dari masingmasing opini, menganalisisis perbedaan utama antara kedua opini, dan menganalisis jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
30 Nama/NIM : Tuti Mardianti/A2G823009 Jenjang/Mata Pelajaran yang Diampu: SMA/Bahasa Indonesia Unit/No. Unit: Mathematics/7 Judul Soal: Speed of Racing Car No. Pertanyaan Jawaban 1. Tuliskan solusi untuk soal ini! Solusi pertanyaan 7.1:1. Dari persoalan ini, diketahui bahwa dari garis start, track lurus terpanjang adalah 1,5 km, sehingga jawabannya adalah opsi B. Solusi pertanyaan 7.2:1. Dari persoalan ini, diketahui bahwa posisi kecepatan terendah pada putaran kedua adalah 1,3 km, sehingga jawaban yang tepat adalah opsi C. Solusi pertanyaan 7.3:1. Dengan melihat kecepatan mobil yang berada pada jarak di antara 2,6 km sampai 2,8 km, maka dapat diketahui bahwa kecepatan mobil bertambah atau naik, sehingga jawaban yang tepat adalah opsi B. Solusi pertanyaan 7.4:1. Adapun jawaban yang sesuai pertanyaan adalah opsi B karena gambar track mobil paling tepat sesuai dengan kecepatan yang terekam pada grafik adalah opsi B. 2. Tuliskan langkah-langkah berpikir Anda hingga mendapat solusi dari permasalahan ini! Langkah berpikir yang dilakukan dalam menemukan solusi pada permasalahan ini adalah sebagai berikut: 1. Membaca grafik dan memahami grafik secara keseluruhan. 2. Memahami persoalan yang ditanyakan pada soal.
31 3. Mengamati kembali grafik untuk menemukan jawaban yang dicari pada soal. 4. Memilih jawaban yang paling tepat dan sesuai. 3. Identifikasi 4 fondasi CT yang Anda gunakan dalam menyelesaikan masalah ini! Dekomposisi: Membaca soal, menguraikan informasi penting yang ada dalam grafik seperti variable di sumbu x dan y. Pengenalan Pola: Mengetahui dan memahami pola lintasan yang ada pada soal (menganalisis pola grafik antara kecepatan dan jarak yang ditempuh). Abstraksi: Fokus terhadap permasalahan yang ditanyakan di soal dan menghilangkan hal-hal yang tidak diperlukan saat penyelesaian masalah. Misalnya, ketika akan mencari posisi kecepatan terendah, maka tidak perlu melihat posisi kecepatan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Algoritma: Membaca soal untuk mengetahui fokus permasalahan yang ditanyakan. Kemudian untuk menjawab soal no 1-3, jawaban dapat dilihat secara langsung dalam grafik, kemudian untuk no.4 melihat pola perubahan kecepatan.
32 Topik 3: CT dalam Problem Solving Ruang Kolaborasi - Subtopik 2 Materi Diskusi Kelompok 1. Pada lembar kerja 02.04.05 tambahkan Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 yang tersedia pada modul subtopik 1. 2. Pilihlah lembar kerja salah satu anggota kelompok untuk didiskusikan bersama. 3. Anggota kelompok yang lain memberi penilaian terhadap hasil lembar kerja 02.04.05 tersebut di tabel yang diberikan di bawah ini. Setelah semua selesai menilai, seluruh anggota kelompok mendiskusikan apa yang masih kurang dan bagaimana perbaikan yang dapat dilakukan. Jika ada keraguan saat diskusi, mahasiswa dapat berkonsultasi dengan dosen kelas. 4. Setelah selesai mendiskusikan hasil kerja salah satu anggota, bisa berpindah ke anggota kelompok lainnya hingga hasil kerja seluruh anggota selesai didiskusikan. Tabel 3.1 Penilaian Teman Kelompok Nama Anggota Kelompok: Tuti Mardianti Sindi Dwi Safiti Patimah Zaura Andrian Prama Lembar kerja yang dinilai: Tuti Mardianti Penilaian dari Teman Kelompok Kriteria Penilaian Anggota 1 (Sindi Dwi Safitri) Anggota 2 (Patimah Zaura) Anggota 3 (Andrian Prama) Apakah cara mengerjakan soal yang dituliskan dapat dipahami? A A A Apakah cara mengerjakan sudah lengkap? A A A
33 Apakah cara mengerjakan dapat diikuti tanpa menimbulkan keambiguan? A A A Apakah 4 fondasi CT yang ditulis benar? A A A Apakah 4 fondasi CT yang dituliskan dijelaskan dengan lengkap? A B A Apakah contoh masalah sehari-hari yang dituliskan sesuai dengan persoalan yang diselesaikan? B A A Tabel 3.2 Perbaikan yang Perlu Dilakukan No. Hal yang Perlu Diperbaiki Masukan atau Saran Perbaikan 1. Penjelasan fondasi CT Sebaiknya 4 fondasi CT dijelaskan dengan lebih rinci. Tabel 3.3 Rubrik Penilaian untuk Masing-Masing Kriteria A = Sangat Baik B = Baik C = Cukup D = Kurang Jika ketiga soal memenuhi kriteria Jika hanya dua soal yang memenuhi kriteria Jika hanya satu soal yang memenuhi kriteria Jika ketiga-tiganya soal tidak memenuhi kriteria
34 Topik 3: CT dalam Problem Solving Koneksi Antar Materi Lembar Kerja Mahasiswa Nama/NIM Anggota Kelompok: 1. Tuti Mardianti A2G823009 2. Sindi Dwi Safitri A2G823018 3. Patimah Zaura A2G823007 4. Andrian Prama A2G823017 Kesamaan dan perbedaan tipe soal Bebras dan PISA/AKM Persamaan tipe soal Bebras dan PISA/AKM, yaitu: 1. Membutuhkan langkah penyelesaian dengan menggunakan konsep CT. 2. Materi yang ada pada soal terdiri dari literasi dan numerasi. 3. Memiliki jenjang pendidikan dalam soal yang tertuang baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Perbedaan Soal Bebras Soal PISA/AKM 1. Sudah dikategorikan berdasarkan usia atau jenjang pendidikan. 2. Masing-masing soal dikerjakan dalam waktu kurang lebih 3 menit. Soal cenderung singkat dan hanya terdapat satu pertanyaan. 1. PISA ditujukan untuk siswa yang berusia 15 tahun. 2. AKM ditujukan untuk siswa kelas V di jenjang SD atau MI, kelas VIII di jenjang SMP atau MTs, dan XI di jenjang SMA atau MA, serta siswa kejar paket A, B dan C. 3. Waktu yang diberikan untuk menjawab soal cukup panjang karena pada satu soal terdapat beberapa pertanyaan.
35 Kesamaan dari langkah penyelesaian kedua jenis persoalan: 1. Soal Bebras dan PISA/AKM melatih kemampuan berpikir siswa dengan proses berpikir CT. 2. Soal Bebras dan PISA/AKM membentuk keterampilan dan kebiasaan yang diharapkan menjadi pola berpikir (reaksi otomatis) ketika memandang masalahmasalah lain (termasuk pelajaran sekolah). 3. Soal Bebras dan PISA/AKM dapat dijawab hanya dengan kertas dan pensil; jika soal berupa online dapat dikerjakan tanpa perlu menggunakan software.
36 Topik 3: CT dalam Problem Solving Aksi Nyata 1. Pengalaman menarik apa saja yang Anda dapatkan dari mengimplementasikan CT untuk menyelesaikan berbagai jenis persoalan? Anda bisa menceritakan keberhasilan dan kegagalan yang Anda alami dalam mempelajari topik ini. Pengalaman menarik yang saya dapatkan dari mengimplementasikan CT, yaitu ketika saya menghadapi sebuah persoalan dan dapat menerapkan problem solving yang efektif, efisien, dan optimal untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini, CT melatih saya untuk berpikir secara logis dan sistematis dalam memecahkan sebuah persoalan yang kompleks. 2. Apakah terjadi perubahan cara berpikir yang Anda alami setelah mempelajari topik CT dalam problem solving? Iya, terjadi perubahan cara berpikir yang saya alami setelah mempelajari topik CT dalam problem solving. Dalam menghadapi sebuah persoalan, saya bisa menyelesaikan permasalahan yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga mudah untuk diselesaikan, menghilangkan informasi yang tidak penting atau tidak relevan di dalam suatu masalah, menemukan pola dari masalahmasalah yang sejenis, dan dapat menyusun langkah-langkah yang sistematis dan terstruktur untuk menyelesaikan suatu masalah. 3. Apakah ada perbaikan yang dapat Anda lakukan terhadap cara mengajar Anda nantinya setelah mempelajari topik CT dalam problem solving? Iya, ada perbaikan yang saya lakukan terhadap cara mengajar saya setelah mempelajari topik CT dalam problem solving. Setelah saya mempelajari bagaimana cara berpikir komputasional dan bagaimana menerapkan fondasifondasi CT dalam menyelesaikan suatu persoalan, saya akan mengimplementasikan fondasi CT dalam aktivitas pembelajaran. Misalnya, memberikan soal-soal tipe HOTS untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi.
37 Topik 4: CT dan Proyek Eksplorasi Konsep - Lembar Kerja Mahasiswa Nama Tuti Mardianti NIM A2G823009 Judul Proyek STEM yang Dipilih Alat penjernih air sederhana Sumber https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/12/praktik-baik-stemsiswa-smp-di-bandung-ciptakan-alat-penjernih-air-sederhana Deskripsi Singkat tentang Proyek STEM yang Dipilih Proyek STEM ini dilakukan oleh siswa-siswi SMP N 23 Bandung bertujuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan krisis air bersih yang terdapat di sekolah mereka. SMP N 23 Bandung terletak di kawasan padat penduduk, tepat berada di area pasar, terminal, serta tempat pembuangan sampah, akibatnya, tanah tercemar. Kondisi air di sekolah yang bersumber dari air sumur resapan warnanya kuning dan keruh, serta berbau besi. Dari hasil penelitian, siswa menemukan bahan-bahan yang secara efektif dapat menjernihkan air, yaitu ziolit yang berbentuk seperti kerikil dengan ukuran kecil dan sedang, pasir aktif, arang aktif, dan filter akuarium. Bahan-bahan ini kemudian ditakar dan disusun pada wadah yang sudah tidak terpakai, seperti botol air mineral bekas atau pipa. Dari percobaan yang dilakukan, susunan paling efektif untuk menjernihkan air adalah ziolit dengan ukuran kecil pada posisi paling bawah, dilanjutkan arang aktif, pasir aktif, lalu diisi kembali dengan ziolit berukuran sedang. Terakhir, posisi teratas dipasang filter akuarium. Hasilnya, ketika air tercemar dituang, air yang semula kuning, keruh, dan berbau, menjadi bening dan tidak berbau sama sekali. Air juga dapat mengalir dengan lancar, tidak mengalami penyumbatan.
38 Topik 4: CT dan Proyek Ruang Kolaborasi - Lembar Kerja Mahasiswa Proyek STEM sebelum Diintegrasikan dengan CT Nomor Kelompok SMA N 1 Kota Jambi Anggota Kelompok Tuti Mardianti (A2G823009) Patimah Zaura (A2G823007) Sindi Dwi Safitri (A2G823018) Andrian Prama (A2G823017) Judul Proyek STEM yang Dipilih Kincir Air Sederhana Penghasil Listrik Sumber https://www.mikirbae.com/2022/08/projek-belajarmembuat-kincir-air.html Fitri, Amalia dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Deskripsi Singkat tentang Proyek STEM yang Dipilih Kincir air adalah alat yang digerakkan oleh putaran air yang memberikan energi pada poros yang berputar. Kincir air dapat mengubah energi potensial/gravitasi air menjadi energi gerak pada poros kincir. Cara kerja kincir air juga cukup sederhana, yaitu energi potensial/gravitasi pada air dan energi gerak dari derasnya aliran air, mengenai bilah atau sudu pada kincir. Kemudian, sudu kincir yang terkena aliran air akan bergerak menggerakkan kincir yang berputar pada porosnya. Kincir yang berputar merupakan energi gerak. Selanjutnya, barulah energi gerak atau putaran kincir tersebut dapat diubah menjadi energi lainnya dan pada proyek ini rencananya akan diubah menjadi energi listrik. Proyek ini merupakan model sederhana dari kincir air yang tidak menggunakan listrik tetapi menghasilkan sebuah energi listrik. Alat dan bahan yang digunakan yaitu botol minum bekas, stik es krim, kabel, generator, dan sedotan.
39 Proyek STEM setelah Diintegrasikan dengan CT Nomor Kelompok SMA N 1 Kota Jambi Anggota Kelompok Tuti Mardianti (A2G823009) Patimah Zaura (A2G823007) Sindi Dwi Safitri (A2G823018 Andrian Prama (A2G823017) Nama Proyek Kincir Air Sederhana Penghasil Listrik Deskripsi Singkat Proyek Kincir air adalah alat yang digerakkan oleh putaran air yang memberikan energi pada poros yang berputar. Kincir air dapat mengubah energi potensial/gravitasi air menjadi energi gerak pada poros kincir. Cara kerja kincir air juga cukup sederhana, yaitu energi potensial/gravitasi pada air dan energi gerak dari derasnya aliran air, mengenai bilah atau sudu pada kincir. Kemudian, sudu kincir yang terkena aliran air akan bergerak menggerakkan kincir yang berputar pada porosnya. Kincir yang berputar merupakan energi gerak. Selanjutnya, barulah energi gerak atau putaran kincir tersebut dapat diubah menjadi energi lainnya dan pada proyek ini rencananya akan diubah menjadi energi listrik. Proyek ini merupakan model sederhana dari kincir air yang tidak menggunakan listrik tetapi menghasilkan sebuah energi listrik. Alat dan bahan yang digunakan yaitu botol minum bekas, stik es krim, kabel, generator, dan sedotan. Outline Proyek Minggu 1: Peserta didik meneliti tentang kincir air penghasil Listrik. Minggu 2: Peserta didik merancang dan menguji rancangan kincir air sederhana penghasil listrik. Minggu 3: Presentasi atau uji simulasi kincir air yang telah dibuat.
40 Tujuan Pembelajaran Peserta didik menginvestigasi atau membuktikan perubahan bentuk energi pada kincir air penghasil listrik sehingga peserta didik mampu merancang kincir air penghasil listrik dengan kreativitas mereka sendiri. Peserta didik menguji hasil rancangannya di lingkungan tanpa energi listrik atau ketika listrik padam. Driving Question Bagaimana kita dapat merancang kincir air sederhana penghasil listrik? Produk Akhir Sebuah rancangan atau model kincir air sederhana penghasil listrik. Hands-on Activities Perancangan kincir air dan pengujian rancangan kincir air penghasil listrik. Asesmen Presentasi hasil rancangan kincir air penghasil listrik. Resources yang Dibutuhkan Botol minum bekas, stik es krim, kabel, generator, sedotan, pewarna makanan, dan lem tembak. Integrasi CT dalam Proyek STEM (Baek et al., 2021) Abstraksi: Mengidentifikasi ciri-ciri kincir yang bisa digunakan sebagai penghasil listrik sesuai dengan keadaan lingkungan. Algoritma: Menyusun langkah-langkah dalam pembuatan model kincir air sederhana penghasil listrik. Komunikasi: Presentasi hasil penelitian tentang kincir air penghasil listrik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya di daerah yang tidak mendapatkan aliran listrik. Conditional Logic: Penggunaan logika dalam bentuk IF-ELSE untuk mengidentifikasi jenis atau ciri tertentu yang cocok untuk menghasilkan listrik di daerah tertentu. Misalnya, “jika daerahnya memiliki aliran sungai yang cukup deras, maka kincir yang digunakan adalah kincir air.”
41 Pengumpulan Data: Mengumpulkan data hasil uji coba rancangan kincir air penghasil listrik. Dekomposisi: Mengelompokkan jenis botol yang dapat digunakan untuk menyimpan air. Misalnya, botol yang tebal dan memiliki sudut (botol UC1000). Pengenalan Pola: Identifikasi ciri-ciri kincir air penghasil listrik. Pemodelan dan Simulasi: Model kincir air penghasil listrik yang sudah berhasil dibuat akan diuji apakah dapat bergerak dan menghasilkan listrik. Perbedaan antara Proyek STEM sebelum dan sesudah Diintegrasikan dengan CT Sebelum Diintegrasikan dengan CT Sesudah Diintegrasikan dengan CT Kelompok belum bisa menentukan jenis kincir air yang sesuai dengan kondisi daerah tertentu. Kelompok mampu menentukan jenis kincir air yang sesuai dengan kondisi daerah yaitu penggunaan kincir air di daerah sungai mengalir. Proyek dilakukan dengan kurang efisien. Proyek dilakukan secara efisien. Langkah-langkah dalam pembuatan proyek belum terstruktur dan berantakan. Langkah-langkah dalam pembuatan proyek sudah terstruktur dan terarah. Solusi belum sesuai dengan kebutuhan karena belum mengidentifikasi masalah menggunakan 4 fondasi CT. Solusi sudah sesuai dengan kebutuhan karena sudah mengidentifikasi masalah menggunakan 4 fondasi CT.
42 Topik 4: CT dan Proyek Elaborasi Pemahaman Nomor Kelompok SMA N 1 Kota Jambi Anggota Kelompok Tuti Mardianti (A2G823009) Patimah Zaura (A2G823007) Sindi Dwi Safitri (A2G823018) Andrian Prama (A2G823017) Nama Proyek Kincir Air Sederhana Penghasil Listrik Catatan-Catatan Perbaikan yang Perlu Dilakukan Berdasarkan Masukan dari Dosen dan Kelompok Lain Perbaikan dari kelompok SMP N 17 Kota Jambi: Penjelasan integrasi CT dalam Proyek STEM sebaiknya dijelaskan dengan lebih rinci.
43 Topik 4: CT dan Proyek Aksi Nyata Pertanyaan: 1. Pengalaman apa saja yang Anda dapatkan dari proses melakukan integrasi CT ke dalam proyek STEM? Pengalaman yang saya dapatkan dari proses melakukan integrasi CT ke dalam proyek STEM, yaitu: 1) Saya mengetahui adanya hubungan yang erat antara STEM dan CT, terutama pada bagian pemodelan, penalaran, dan pemecahan masalah. 2) Ketika melakukan integrasi CT ke dalam proyek STEM harus dilengkapi dengan pengetahuan konten (content knowledge) yang mendalam tentang STEM dan CT. 3) Cara melakukan integrasi CT ke dalam proyek STEM adalah dengan menempatkan berbagai komponen CT ke dalam proyek STEM. Komponenkomponen CT tersebut yaitu: 1) kosakata CT, 2) abstraksi, 3) algoritma, 4) komunikasi, 5) conditional logic, 6) pengumpulan data, (7) struktur data, analisis, dan representasi data, (8) dekomposisi, (9) pengenalan pola, dan (10) pemodelan dan simulasi. 2. Bagaimana perasaan Anda pada saat mengerjakan modul ini? Saya merasa termotivasi saat mengerjakan modul ini karena banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan. Ternyata ada hubungan yang erat antara STEM dan CT, terutama pada bagian pemodelan, penalaran, dan pemecahan masalah. Selain itu, ketika akan mengintegrasikan CT ke dalam proyek STEM, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, penempatan komponenkomponen CT ke dalam proyek STEM dan pengetahuan konten (content knowledge) yang mendalam tentang STEM dan CT.
44 3. Jelaskan bagaimana rencana Anda dalam mengintegrasikan CT di dalam proyek STEM di kelas yang Anda ajar kelak! Rencana saya dalam mengintegrasikan CT di dalam proyek STEM di kelas, yaitu: 1) Sebagai guru yang akan mengajar proyek STEM, saya harus memiliki pengetahuan konten (content knowledge) yang mendalam tentang STEM dan CT, serta memastikan pemahaman konsep secara menyeluruh tentang proyek yang akan diberikan kepada peserta didik. 2) Saya harus merancang pembelajaran STEM secara matang dan memiliki rencana kontingensi untuk mengatasi hambatan yang mungkin muncul selama pelaksanaan proyek. Adapun langkah-langkahnya, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, mengeksplorasi materi pembelajaran, menentukan model dan metode pembelajaran, menentukan media, menentukan alat dan sumber belajar, menyusun kegiatan pembelajaran, menyusun penilaian pembelajaran, dan menyusun kegiatan tindak lanjut.
45 Topik 5: Integrasi CT dalam Mata Pelajaran Eksplorasi Konsep - Lembar Kerja Reflektif Intisari apa saja yang Anda dapatkan saat mempelajari makalah “Bringing computational thinking to K-12: what is Involved and what is the role of the computer science education community” (Barr & Stephenson, 2011)? Intisari dari makalah "Bringing Computational Thinking to K-12: What is Involved and What is the Role of the Computer Science Education Community?" oleh Barr & Stephenson (2011) adalah sebagai berikut: Makalah ini membahas pentingnya memperkenalkan Computational Thinking (CT) ke dalam pendidikan dasar dan menengah (K-12) serta peran yang dimainkan oleh komunitas pendidikan ilmu komputer dalam mewujudkannya. • Definisi Pemikiran Komputasional Pemikiran komputasional didefinisikan sebagai cara untuk memecahkan masalah, merancang sistem, dan memahami perilaku manusia dengan menggunakan konsep-konsep fundamental dalam ilmu komputer seperti abstraksi, rekursi, dan algoritma. • Pentingnya Pemikiran Komputasional: CT bukan hanya relevan untuk ilmu komputer tetapi merupakan keterampilan yang penting bagi semua individu. Pemikiran ini membantu dalam pemecahan masalah, berpikir analitis, dan memahami sistem kompleks, yang bermanfaat dalam berbagai disiplin dan karier. • Tantangan Integrasi CT dalam Pendidikan K-12 Beberapa tantangan termasuk kurangnya pelatihan guru dalam CT, kebutuhan akan kurikulum yang sesuai, dan kesalahpahaman bahwa CT hanya relevan untuk mata pelajaran ilmu komputer. • Peran Komunitas Pendidikan Ilmu Komputer Makalah ini menekankan tanggung jawab komunitas pendidikan ilmu komputer dalam mempromosikan CT dalam pendidikan K-12. Ini meliputi pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dan advokasi untuk integrasi CT di berbagai disiplin.