The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nurazizahlutfiyah27, 2021-11-27 00:49:53

BUKU_PENGANTAR_ILKOM_WM.pdf (1)

Buku Pengantar Ilmu Komunikasi

Keywords: Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi

1 : Komunikator ................analisis sumber/ kontrol
2 : Pesan .................... analisis isi pesan
3 : Medium .................... analisis media
4 : Khalayak .................... analisis khalayak
5 : Akibat .................... analisis dampak

Model komunikasi klasik dari Lasswell ini menunjukkan bahwa pihak

TIpengirim pesan (komunikator) pasti mempunyai suatu keinginan

untuk mempengaruhi pihak penerima (komunikasi), dan karenanya
komunikasi harus dipandang sebagai upaya persuasi. Setiap upaya
penyampaian pesan dianggap akan menghasilkan akibat, baik positif

Aataupun negatif. Dan hal ini, menurut Lasswell banyak ditentukan oleh

bentuk dan cara penyampaiannya. Salah satu kelemahan dari model

SWLasswell ini adalah tidak digambarkannya unsur feedback (umpan
balik) sehingga proses komunikasi yang dijelaskan bersifat linear/
searah.

A C. Model Sirkulasi Sirkuler dari Osgood dan Schramm
IModel proses komunikasi yang digambarkan oleh Osgood dan

Schramm ini terutama berlaku untuk bentuk-bentuk komunikasi

Dantarpribadi. Dijelaskan bahwa proses komunikasi berjalan secara
U sirkuler, di mana masing-masing pelaku secara bergantian bertindak

sebagai komunikator/ sumber dan komunikan/penerima.

Proses komunikasinya dapat digambarkan demikian. Pertama,
pelaku komunikasi pertama kali mengambil inisiatif sebagai sumber/
komunikator membentuk pesan (encoding) dan menyampaikannya
melalui saluran komunikasi tertentu kepada lawan komunikasinya
yang bertindak sebagai penerima/komunikan. Saluran komunikasi
yang dipergunakan dapat bermacam-macam. Misalnya, telepon, surat,
atau kalau bentuk komunikasinya adalah percakapan langsung secara
tatap muka yang menjadi salurannya adalah gelombang udara. Kedua,
pihak penerima/komunikan kemudian setelah menerima pesan akan
mengartikan (decoding) dan menginterpretasikan (interpreting) pesan
yang diterimanya. Apabila ia (penerima/komunikan) mempunyai

43

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

tanggapan atau reaksi maka selanjutnya ia akan membentuk pesan

(encoding) dan menyampaikannya kembali. Kali ini ia bertindak

sebagai sumber, dan tanggapan atau reaksinya disebut sebagai umpan

balik. Ketiga, pihak sumber/komunikator yang pertama sekarang

bertindak sebagai penerima/komunikan. Ia akan mengartikan dan

menginterpretasikan pesan yang diterimanya, dan kalau ada tanggapan/

reaksi, kembali ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya

kembali ke pasangan komunikasinya. Demikianlah proses ini berlangsung

secara terus menerus secara sirkuler. Dengan demikian, menurut

model ini masing­-masing pelaku komunikasi akan terlibat dalam proses

pembentukan pesan (encoding), penafsriran (interpreting) pesan, serta

penerimaan dan pemecahan kode pesan (decoding). Gambar mengenai

model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm ini dapat dilihat

dalam materi Bab III.
D. Model Komunikasi Gerbner
Model komunikasi yang dikemukakan Gerbner hampir sama bentuknya

Adengan model Lasswell. Tapi prosesnya lebih kompleks karena melibatkan

elemen-elemen komunikasi yang lebih banyak. Model komunikasi yang

Ddibuat Gerbner ada dua, yaitu: model verbal dan model gambar.
U1. Model Verbal
Y UModel komunikasi verbal yang dikembangkan Gerbner mencakup

sepuluh (10) unsur sebagai berikut:
A BSomeone
Rperceives an event
komunikator dan komunikan persepsi
persepsi

and react reaksi

in a situation situasi fisik/psikologi/sosial

through some means saluran/media

to make available materials distribusi, administrasi

in some form bentuk, struktur, pola
and context konteks, setting
conveying content makna pesan
of some consequence akibat, hasil

44

Pengantar Ilmu Komunikasi

Model verbal dari Gerbner memberikan gambaran bahwa komunikasi

mencakup sebelas (11) komponen: pelaku komunikasi (komunikator dan

komunikan), objek peristiwa, persepsi terhadap objek peristiwa, reaksi,

situasi, saluran/media, distribusi, bentuk/struktur/pole, konteks, makna isi

pesan, dan akibat/hasil. Dengan demikian, komunikasi menurut Gerbner
adalah suatu proses di mana seseorang (komunikator atau komunikan),
mempersepikan suatu objek peristiwa, dan bereaksi dalam suatu situasi,
dengan menggunakan alat atau saluran tertentu agar sesuatu yang

TIdisampaikan itu menjadi ada, dalam bentuk dan konteks tertentu, dengan

makna atau arti tertentu, dan dengan tujuan memperoleh suatu akibat
atau hasil tertentu.
ADimensi Persepsi :
SW Hubungan antara pelaku komunikasi
A Seleksi, konteks, keberadaan
M dan dunia peristiwa E
UDI Saluran, media, pengendalian
E1
peristiwa

Dimensi kontrol dan alat :

Hubungan antara perilaku
komunikasi dan produk komunikasi

S E2 Gambar 3.4.

M = Manusia atau mesin
S = Bentuk
E = Peristiwa

El = Persepsi

E2 = Isi

45

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

2. Model Gambar
Model gambar yang dibuat Gerbner menjelaskan bahwa proses
komunikasi diawali dengan satu tindakan pemahaman (persepsi).
Meskipun proses komunikasi baru dimulai dari adanya persepsi
(E1), namun persepsi tersebut tidak dapat lepas dari adanya
suatu peristiwa (E). Tanpa adanya peristiwa (E), tidak akan
pernah muncul persepsi (E1), dan dengan tidak munculnya
persepsi (E1) maka tidak akan terjadi proses komunikasi. Oleh
karena itu, Gerbner melihat model gambar melalui dua dimensi
pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan pendekatan
psychophysical (psikologi fisik);
a. Pendekatan transaksional
E1 semata-mata dianggap sebagai fungsi asumsi, pandangan
pengalaman dan faktor lain yang berkaitan dengan pengalaman
si M. Seperti apa-E1 bagi si M tergantung pada faktor yang ada
di dalam M sendiri.
b. Pendekatan psychophysical

AE itu sendiri merupakan faktor terpenting, yang menimbulkan

persepsi yang jelas dan akurat dalam kondisi yang

Dmenguntungkan. Bagaimana pemahaman M ditentukan oleh

caranya memilih, konteksnya, serta ketersediaan E.

YU UE. Model Komunikasi Riley & Riley
Proses komunikasi pada model-model yang terdahulu sepertinya
A Bmengasumsikan terjadinya suatu kevakuman sosial di mana pengaruh
Rlingkungan tidak perlu dipersoalkan. Hal ini dikritik oleh John W.
Riley dan Mathilda W. Riley (1959) dalam tulisannya tentang Mass
Communication The Social System.
Manusia, menurut mereka, sebagai Homo Comunicas sebenarnya
merupakan bagian dari suatu lingkungan atau sistem dengan struktur
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pengamatan terhadap tingkah
laku komunikasi manusia perlu dipandang secara- sosiologis. Riley
dan Riley mengatakan bahwa komunikan dalam menerima pesan
yang disampaikan oleh komunikator tidak langsung bereaksi begitu
saja. Ada faktor-faktor di luar dirinya yang turut mempengaruhi dan

46

Pengantar Ilmu Komunikasi

bahkan mengendalikan aksi dan reaksinya terhadap suatu pesan yang
diterimanya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah terutama berkaitan
dengan peran dari kelompok primer (misalnya keluarga) dan kelompok
lainnya yang menjadi rujukan (referensi) dari si komunikan. Nilai-nilai
yang berlaku pada kelompok primer dan kelompok rujukan inilah
yang lazimnya mempengaruhi komunikan dalam menentukan sikap
dan tindakannya. Hal ini terjadi karena umumnya orang akan selalu
berusaha agar sikap dan tindakannya tidak terlalu menyimpang dari
nilai-nilai kelompok di lingkungannya.

TIModel dari Riley dan Riley ini dapat digambarkan sebagai berikut:
A Primary

group

SW c R Primary
A group
UDI Gambar3.5.
Primary Primary
group group

Primary c Message R Primary
group
group

Larger Larger
social social
cultural cultural

Gambar 3.6.

47

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

F. Model Newcomb
Model komunikasi yang dikembangkan Newcomb merupakan
model komunikasi antarpribadi. Melalui modelnya ini Newcomb
menggambarkan tentang dinamika hubungan komunikasi antara dua
individu tentang suatu objek yang dipersoalkan mereka.

Menurut model Newcomb, yang kemudian dikenal dengan sebutan
“model keseimbangan”, pola komunikasi yang terjadi antara
dua individu mempunyai dua bentuk apabila dua orang yang
berkomunikasi tentang suatu hal/objek sama-sama mempunyai
sikap menyukai atau memiliki selera yang sama terhadap hal/objek
yang dibicarakan. Keadaan tidak seimbang terjadi apabila terdapat
perbedaan sikap di antara kedua orang tersebut. Namun, apabila
keadaan tidak seimbang ini terjadi, umumnya masing-masing pihak
berupaya untuk mengurangi perbedaan sehingga keadaan “relatif
seimbang” biasa tercapai. Sementara kalau keadaan seimbang terjadi
masing-masing pihak berusaha untuk terus mempertahankannya.
Menjaga keseimbangan inilah yang menurut Newcomb merupakan

Ahakikat utama dari komunikasi antarpribadi.
RAYUDBUX

AB

Gambar 3.7.

G. Model Komunikasi Shannon & Weaver

Model komunikasi dari Shannon dan Weaver melibatkan tujuh (7)
komponen komunikasi. Ketujuh komponen komunikasi tersebut
adalah information source (sumber informasi), message (pesan),
transmiter (alat/saluran penyampaian), signal (tanda, sinyal), receiver

48

Pengantar Ilmu Komunikasi

(alat penerima), destination (sasaran penerima pesan), noise source
(sumber gangguan). Gambar proses komunikasi menurut model ini
adalah sebagai berikut:

Information
source

I-S
TI Noise sourceT signalReceivedR message D
A Gambar 3.8. signal
SWI-S = Information Source (sumber informasi)

M = Message (pesan)
T = Transmiter (alat/saluran penyampaian)

A S = Signal (tanda, sinyal)
R = Receiver (alat penerima)
ID = Destination (sasaran penerima pesan)
N-S = Noise source (sumber gangguan)
UDGambar model komunikasi dari Shannon dan Weaver di atas
menjelaskan bahwa proses komunikasi dimulai dengan adanya
suatu sumber informasi (I-S). Sumber informasi tersebut kemudian
membentuk pesan atau serangkaian pesan (M) untuk dikomunikasikan
melalui alat/saluran penyampaian pesan tertentu (T). Pesan yang
disampaikan tersebut berbentuk sinyal (S) atau tanda (kata-kata
verbal lisan atau tertulis, gambar, dan lain­-lain). Tahap berikutnya,
Sinyal tersebut (R-S) diterima melalui alat penerima tertentu (R) dan
menjadi pesan (M) yang diterima oleh pihak sasaran penerima (D).
Dalam prakteknya, proses penyampaian pesan ini juga tidak terlepas
dari adanya gangguan atau noise yang timbul dari suatu sumber
gangguan (N-S). Gangguan tersebut antara lain dapat berupa gangguan
fisik (gaduh, suara bising, dan lain-lain). Apabila gangguan tersebut
tidak dapat diatasi maka makna atau arti pesan yang ditangkap oleh

49

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

penerima (D), kemungkinan berbeda dengan makna atau arti pesan
yang dimaksud oleh sumber pengirim (I-S).

H. Model Komunikasi Defleur

Model komunikasi yang dibuat oleh Melvin DeFleur pada dasarnya
merupakan pengembangan dari model komunikasi yang dibuat oleh
Shannon dan Weaver. Model DeFleur ini cocok untuk menggambarkan
proses komunikasi melalui media massa (komunikasi massa). Di
dalamnya tercakup 8 (delapan) komponen proses komunikasi massa,
yaitu: source, transmitter, channel, receiver, destination, noise, mass
medium device (sarana medium massa), dan feedback device (sarana
penyampai umpan balik).

AGangguanMedia Massa

Sumber TransmiterUDPenerima Saluran Penerima Tujuan
Tujuan
Y UPerangkat Umpan Balik
RA BGambar3.9.Saluran Transmiter Sumber

Gambar model komunikasi dari DeFleur dapat dijelaskan sebagai
berikut. Sumber (source) yang bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu hal kepada sasaran penerima (destination) pertama-tama
akan terlibat dalam proses pengolahan atau pembentukan simbol-
simbol pesan melalui transmiter, sehingga menghasilkan suatu pesan
yang bermakna. Simbol­-simbol pesan ini kemudian disampaikan

50

Pengantar Ilmu Komunikasi

melalui suatu saluran atau channel (medium komunikasi massa seperti
surat kabar, majalah, radio, TV, dan lain­lain). Pihak penerima (receiver)
menerima simbol-simbol pesan tersebut melalui alat penerima
tertentu. Pihak penerima dalam menerima pesan tersebut juga
terlibat dalam proses pengolahan dan pengartian makWpesan dan
kemudian bertindak menjadi sumber informasi (source) membentuk
simbol-simbol pesan tanggapannya melalui transmitter, selanjutnya
menyampaikannya kembali pesannya tersebut melalui suatu saluran

TImedium komunikasi massa (channel) kepada pihak sasaran penerima

(yakni sumber pertama yang mengirim pesan clan sekarang bertindak
sebagai destination). Demikianlah proses ini terns berlangsung secara

Adinamis dan berjalan secara timbal batik. Namun, dalam prakteknya

proses komunikasi yang terjadi tidak bisa luput dari adanya gangguan-
gangguan. Gangguan dapat timbul pada unsur pengirim, transmitter,

SWsaluran yang dipergunakan, pihak penerima atau pada pengartian
makna pesan. Namun, menurut DeFleur, adanya gangguan inilah yang
menyebabkan proses komunikasi yang terjadi berjalan lebih dinamis.

A II. Model-model Pengaruh Komunikasi
IPada bagian sebelumnya telah dikemukakan beberapa model dasar
Dyang menjelaskan tentang bagaimana jalannya proses komunikasi.

U Materi dalam bagian ini secara khusus akan difokuskan pada
pembahasan mengenai model-model tentang pengaruh komunikasi,
khususnya dalam konteks komunikasi massa.

Terdapat banyak model yang menjelaskan tentang proses dan
pengaruh komunikasi massa. Empat di antaranya yang akan dibahas
dalam bagian ini adalah model stimulus-response dari DeFleur, model
“pengaruh psikologis televisi” dari Comstock, model “komunikasi dua
tahap” dari Katz dan Lazarsfeld, dan model “spiral keheningan” (the
spiral o f silence) dari Noelle­Neumann.

A. Model Stimulus-Response (S-R)
Model Stimulus-Response (Rangsangan-Tanggapan), atau lebih
populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh
yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari

51

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

komunikasi. Menurut model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi
pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi
tertentu dari “stimulus” (rangsangan) tertentu. Dengan demikian,
besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut
terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R
dapat digambarkan sebagai berikut:

S --------- O --------- R

Gambar 3.10.
Sebagaimana terlihat dalam gambar di atas, model ini memberikan
gambaran tentang tiga (3) elemen penting: Stimulus (S), yakni
pesan Organisme (O), dalam hal ini pihak penerima (receiver); dan
Response (R), yakni akibat atau pengaruh yang terjadi.

AModel S-R ini ada kaitannya dengan asumsi dari model “jarum suntik”

yang berpandangan bahwa media massa mempunyai pengaruh

Dlangsungkepada khalayaknya. Isi media massa diibaratkan sebagai

jarum yang disuntikkan ke tubuh khalayak sehingga menghasilkan

Upengaruh yang sesuai dengan isinya. Dalam dunia kedokteran kita
Y Umengetahui bahwa apabila seorang pasien disuntik obat tidur, ia

akan tidur. Asumsi mengenai kekuatan pengaruh dari media massa

A Bini didasarkan atas pemikiran bahwa masyarakat, ibarat atom-atom

sosial merupakan sekumpulan individu-individu yang terpisah-

Rpisah dan bertingkah laku sesuai keinginannya masing-masing.

Dalam masyarakat yang atomatis demikian, kendala-kendala sosial
jarang terjadi dan pengaruh dari ikatan-ikatan sosial sangat kecil.
Model S-R ini kemudian banyak dikritik karena masyarakat dalam
menerima pesan dari media massa dipandang tidak bersikap
dan bertindak pasif, melainkan aktif dan selektif. Atas dasar hal
tersebut DeFleur kemudian melakukan modifikasi terhadap model
S-R. Menurut DeFleur, penerimaan khalayak atas berbagai stimulus
yang disampaikan melalui media massa berbeda antara satu orang
dengan orang lainnya: Karena, setiap orang mempunyai karakteristik
52

Pengantar Ilmu Komunikasi

personalitas sendiri-sendiri. Hal ini berarti, bahwa pengaruh yang
terjadi, tidak semata-mata diakibatkan oleh adanya stimulus, tetapi
juga ditentukan oleh faktor-faktor personalitas. Dengan kata lain,
meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan media massa sama,
namun akibat yang terjadi di kalangan khalayak akan berbeda
antara satu orang dengan yang lainnya. Sebagai contoh: Si A dan
si B, sama-sama menonton TV yang menayangkan acara lawak. Si
A merasa terhibur dan tertawa tergelak-gelak karena merasa lucu.
Sementara si B, diam saja karena lawakan yang disajikan baginya

TItidak menimbulkan rasa lucu.

B. Model Pengaruh Psikologis TV dari Comstock

AModel yang dibuat oleh Comstock ini secara khusus mengungkapkan

tentang pengaruh televisi (TV) terhadap tingkah laku seseorang.
Menurut model ini, TV dapat disejajarkan dengan pengalaman,

SWtindakan atau observasi perorangan yang dapat menimbulkan
konsekuensi terhadap pemahaman ataupun tingkah laku. Dengan
demikian, TV tidak hanya dipandang mampu mengajarkan tingkah
laku, tetapi juga mampu bertindak sebagai stimulus (rangsangan)

A untuk membangkitkan tingkah laku yang telah dipelajari dari
sumber-sumber lain.
IGambaran mengenai proses pengaruh TV menurut model ini (lihat
D Gambar 3.11) adalah sebagai berikut: Apabila seseorang menonton
U suatuacara TV yang menggambarkan suatu tingkah laku tertentu
maka ia akan mendapatkan masukan-masukan (input) yang
berkaitan dengan tingkah laku tersebut. Masukan utama adalah
gambaran mengenai aksi tertentu (TV act). Masukan-masukan
lainnya mencakup tingkat kesenangan, getaran yang ditimbulkan
dalam diri penonton (arousal), daya tarik (attractiveness), minat
atau kepentingan (interest) dan motivasi (motivation) untuk
bertindak sesuai dengan apa yang disajikan dalam acara TV
tersebut (semuanya ini secara kolektif disebut sebagai TV arousal),
serta aksi-aksi alternatif atau bentuk-­bentuk tingkah laku lainnya
yang ditayangkan TV dalam konteks yang sama. Di samping itu
ada dua faktor lainnya yang menjadi masukan, yakni: persepsi
mengenai akibat sebagaimana digambarkan dalam TV (TV
perceived consequences), dan persepsi mengenai realitas dari apa
53

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

yang digambarkan dalam TV (TV perceived reality).

Proporsi utama dari model ini adalah: Suatu gambaran mengenai
tingkah laku yang disampaikan TV akan mendorong khalayak untuk
cenderung mempelajarinya. Semakin menonjol atau dianggap
penting (secara psikologis) gambaran tingkah laku tersebut oleh
seseorang, semakin kuat getaran-getaran yang muncul (arousal),
dan semakin kuat pengaruhnya terhadap pembentukan tingkah
laku dari orang tersebut. Gambar model pengaruh TV dari Comstock
ini adalah sebagai berikut :

Point of entry

Inputs : TV perceivedTV ArousalTV actTV alternative

Acosequences
DP TV act TV perceived
UP 0 reality

Y UOpprtunity P=
0
RA BGambar3.11
NO

Display
behavior

Gambar 3.11.

KETERANGAN : : Masukan-masukan berupa pesan-
Input pesan dan atribut-atribut yang
menyertainya.
54

Pengantar Ilmu Komunikasi

TV arousal : Getaran yang merangsang
munculnya motivasi penonton
untuk meniru/ melakukan tingkah
laku yang digambarkan dalam TV.

TV perceived consequences : Persepsi mengenai akibat dari
TI tingkah laku yang digambarkan
tingkah laku sebagaimana

digambarkan dalam TV.

TV perceived reality : Persepsi mengenai realitas dari
ATV act
dalam TV.

TV alternatives : Tingkah laku sosial lainnya yang
SWOpportunity
digambarkan TV.

: Kemungkinan ditirunya tingkah laku

A Display behaviour yang digambarkan dalam TV.

: Kesempatan atau peluang untuk

melakukan tingkah laku yang
I sebagaimana digambarkan melalui
digambarkan dalam TV dalam

DP = 0 kehidupan sehari-hari.
: Penampilan tingkah laku sosial

U NO : Kesempatan atau peluang tidak
TV dalam kehidupan sehari-hari.

: Kemungkinan tidak ada (nol).

P0 : Kemungkinan ada.

ada.
Point of entry : Titik masuk (jalur masuk).

C. Model Komunikasi Dua Tahap Katz & Lazarfeld

Model dari Katz dan Lazarsfeld lazim disebut dengan two step
flow model of communication (model komunikasi bertahap dua),
menjelaskan tentang proses pengaruh penyebaran informasi melalui
media massa kepada khalayak. Menurut model ini, penyebaran dan
pengaruh informasi yang disampaikan melalui media massa kepada
khalayaknya tidak terjadi secara langsung (satu tahap), melainkan
melalui perantara seperti misalnya “pemuka pendapat” (opinion

55

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

leaders). Dengan demikian proses pengaruh penyebaran informasi
melalui media massa terjadi dalam dua tahap: pertama, informasi
mengalir dari media massa ke para pemuka pendapat; kedua, dari
pemuka pendapat ke sejumlah orang yang menjadi pengikutnya.
Model ini dapat digambarkan demikian.

Media Massa

4
1

2
3

Gambar 3.12.

A1,2,3,4 = Pemuka pendapat

O = Para individu yang mempunyai hubungan dengan pemuka

Dpendapat
AYU BUAsumsi-asumsi yang melatarbelakangi model komunikasi dua
Rtahap ini adalah:

1. Warga masyarakat pada dasarnya tidak hidup secara terisolasi,
melainkan aktif berinteraksi satu sama lainnya, dan menjadi
anggota dari sate atau beberapa kelompok sosial.

2. Tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak
terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantara
yakni hubungan­hubungan sosial.

3. Para pemuka pendapat uinumnya merupakan sekelompok
orang yang aktif menggunakan media massa serta berperan
sebagai sumber dan rujukan informasi yang berpengaruh.

56

Pengantar Ilmu Komunikasi

Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di
kebanyakan negara berkembang (termasuk Indonesia), proses
penyebaran informasi melalui media massa ke khalayak luas
memang cenderung mengikuti pola “komunikasi dua tahap”.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, para ahli menemukan
bahwa terdapat variasi dalam proses penyebaran informasi.
Polapenyebaran informasi tidak selamanya berjalan secara dua
tahap, tetapi dapat juga hanya satu tahap, atau lebih dari dua tahap,
tergantung dari kondisi individu khalayaknya. Model ini kemudian

TIdisebut sebagai multi step flow communications atau komunikasi

banyak tahap (Schramm, 1973). Bagi kebanyakan orang di kota-
kota besar dan berlatar belakang sosial dan ekonomi relatif tinggi,

Apenyebaran informasi dari media massa kepada mereka umumnya

berjalan secara langsung (satu tahap). Sementara bagi orang-orang
yang berada di daerah pedesaan dengan latar belakang sosial dan

SWekonomi yang relatif rendah, proses penyebaran informasi dari
media massa tidak berjalan secara langsung, tetapi mengalami
beberapa tahap. Misalnya dari media massa, kepada teman dan

A tetangga yang punya akses terhadap media, baru kepada dirinya,
kemudian dikonfirmasikan kepada pemuka pendapat. Atau, dari
Imedia massa, ke pemuka pendapat, kepada teman atau tetangga,
baru ke dirinya. Dengan demikian, dalam hal pengaruh penyebaran
D informasi melalui media massa banyak faktor yang menjadi
U “perantara” (intervening variables).
D. Model Spiral Keheningan Noelle-Neumann
Model spiral keheningan (the spiral of silence) yang dikemukakan
oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974), juga menjelaskan tentang
dampak penyebaran informasi melalui media massa. Menurut
model ini, besar kecilnya pengaruh media massa tergantung
pada interaksi antara media massa, komunikasi antarpribadi, dan
persepsi seseorang mengenai pendapat dirinya dikaitkan dengan
pendapat orang lain yang ada di lingkungan masyarakat sekitarnya.
Gambar mengenai model ini adalah sebagai berikut:

57

Bab IV: Model Dasar Komunikasi

Pendapat yang Dukungan antar
diekspresikan pribadi bagi
sebagai dominan
oleh media massa pendapat yang
berbeda

Jumlah orang yang secara terbuka
menentang pendapat dominan yang

dikemukakan media massa

Gambar 3.13.

Asumsi dari model ini, sebagaimana terlihat dalam gambar di atas,

Aadalah bahwa semakin sering media massa mengemukakan pendapat

yang dominan di kalangan masyarakat, semakin memudar atau melemah

Dpendapat pendapat di kalangan masyarakat yang menentang pendapat

dominan tersebut. Jumlah orang yang secara terbuka menentang pendapat

Udominan yang dikemukakan media massa akan semakin mengecil. Dengan
Y Ukata lain, suara-suara yang menentang akan semakin hening. Asumsi ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa pada dasarnya, kebanyakan orang

A Bdalam masyarakat cenderung tidak mau mengisolasikan dirinya dari
Rlingkungan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, biarpun seseorang

mempunyai sikap atau pendapat yang berlainan ia akan berusaha untuk
tidak menentang secara terbuka terhadap sikap dan pendapat orang-
orang lain di lingkungan sekitarnya.

58

BAB

TIV
Konsep & Teori
Informasi
AA. Pandangan tentang Informasi
SWKendati pun semua orang setuju bahwa informasi merupakan

unsur dasar dalam komunikasi, tidak seluruhnya sepakat mengenai
pengertian informasi itu sendiri. Ada yang mengaitkannya dengan

A hal-hal yang baru, misalnya seseorang yang membaca berita-berita
di surat kabar atau majalah. Ada pula yang menyamakan dengan ilmu
Ipengetahuan, misalnya informasi yang dikandung dalam sebuah buku
ilmiah. Ada yang mengidentikkan dengan data dan angka-angka hasil
Dpenelitian. Bahkan ada pula yang menyebut isu yang tidak diketahui
U kebenarannya sebagai informasi.
Untuk memperjelas pemahaman mengenai informasi, Fisher (1986)
mengelompokkan berbagai pandangan mengenai konsep informasi
ke dalam tiga buah variasi.

Pertama, penggunaan istilah informasi untuk menunjukkan fakta atau
data yang dapat diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung.
Manakala kita berbincang-bincang dengan lawan bicara kita pada
saat membaca koran, majalah, buku, selebaran, spanduk, papan
reklame atau pada saat kita mendengarkan radio atau menonton
TV, ketika itulah sejumlah data dan fakta kita serap dan kita simpan
dalam ingatan kita. Pengumpulan data dan fakta seperti yang
dilakukan wartawan dalam menghimpun keterangan dan penjelasan

59

Bab V: Konsep dan Teori Informasi

dari sumber peristiwa berita, atau seorang detektif mengumpulkan
bukti tentang kejahatan, adalah contoh-­contoh lainnya tentang
pencarian informasi. Dalam pandangan yang pertama ini, informasi
dikonseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan
dari satu titik ke titik lain, dari suatu medium ke medium lain, dari
satu orang ke orang lain. Dengan demikian informasi identik dengan
wujud material yang dapat dikirimkan dan diterima melalui berbagai
saluran, baik melalui media massa seperti surat kabar, radio dan TV,
media komunikasi lainnya seperti telepon, faksimile, surat, telegram,
kartu, gambar, buku maupun komunikasi tatap muka, dan bahasa
isyarat. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, kuantitas informasi
dapat “dihitung” dalam arti semakin banyak usaha seseorang
mengumpulkan data dan fakta, makin banyak informasi yang
dimilikinya.Pelajardanmahasiswayangrajinmengikutiperkembangan
berbagai informasi melalui segala bentuk media komunikasi, tentu
akan mempunyai lebih banyak informasi dibandingkan dengan
pelajar atau mahasiswa yang ticlak mempunyai minat mengetahui

Aperkembangan yang terjadi di sekitarnya.

Kedua, penggunaan informasi untuk menunjukkan makna data.

DJadi, menurut pandangan ini, informasi berbeda dari data.

Informasi adalah arti, maksud dan makna yang dikandung data.

UDalam hal ini peran seseorang untuk memberikan maksud pada
Y Udata memegang posisi yang sangat penting. Suatu data baru

dikatakan mempunyai nilai informasi jika dianggap memiliki arti

A Boleh penafsirnya. Misalnya, ketika Anda mendaki gunung, lalu

menemui tanda panah putih di suatu tempat. Pada tempat yang

Rlain, tanda panah itu ditulis secara ganda. Bagi Anda yang naik

gunung secara bebas, tanda panah itu mungkin ditafsirkan sebagai
petunjuk jalan saja. Tetapi bagi rekan Anda yang mendaki dengan
mengikuti tanda-tanda, boleh jadi tanda panah satu artinya jalan
biasa, sedangkan dua tanda panah maksudnya supaya berlari.

Perbedaan kemampuan memberikan makna juga bisa membuat
orang hanya memperoleh banyak data, tetapi sedikit informasi.
Sebagai contoh, misalkan Anda membaca sebuah tulisan dalam
bahasa asing yang belum Anda kuasai dengan baik. Di sana Anda

60

Pengantar Ilmu Komunikasi

akan memperoleh banyak data, tetapi belum tentu memperoleh
informasi yang banyak. Kenapa? Karena mungkin, kata atau
ungkapan dalam tulisan itu yang kurang Anda pahami dengan
sempurna. Coba, kalau tulisan itu disusun dalam bahasa yang anda
kuasai dengan baik, tentunya akan banyak informasi yang akan
Anda dapatkan bahkan boleh jadi lebih dari sekadar yang disajikan
melalui tulisan itu karena mungkin Anda mampu mengembangkan
lebih jauh makna data yang ada dan menghubungkannya dengan
makna data yang pernah Anda peroleh sebelumnya di tempat

TIlain.

Oleh karena konsep informasi yang satu ini berkaitan dengan soal

Apenafsiran, akan bisa jadi makna suatu data dapat berbeda antara

satu orang dengan orang lainnya. Umumnya masalah penafsiran
erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan seseorang dengan

SWobjek yang hendak ditafsirkannya. Semakin banyak pengetahuan
seseorang terhadap sesuatu objek semakin besar kemungkinannya
memperoleh informasi dari objek (data) tersebut. Bagi yang tidak
mengerti statistik, tabel-tabel angka dalam sebuah buku mungkin

A hanya dianggap sebagai penghias halaman dan memusingkan.
Tetapi bagi ahli statistik, tabel itu mengandung banyak sekali
Iinformasi, bahkan termasuk informasi yang belum ditulis dalam
bentuk kalimat-kalimat di dalam buku tersebut.
DLatar belakang disiplin ilmu seseorang juga turut andil dalam
U pemberian makna. Umpamanya makna air. Bagi ahli biologi atau
pertanian, air merupakan zat yang sangat diperlukan oleh setiap
makhluk pheidnudpu.dSuekdyaannggkasenribnaggtiearhkelinkaimbaian,jiari,rbboelerahrjtaidsieaniyradwiaartHik2aOn,
dan bagi
sebagai ancaman yang membahayakan. Pemahaman akan makna
atau arti data, juga berkaitan dengan nilai budaya. Dalam khasanah
budaya Indonesia banyak sekali perbedaan makna akibat faktor
budaya ini. Misalnya kata “cokot” dalam bahasa Sunda artinya ambil,
tetapi dalam bahasa Jawa, artinya gigit. Dalam hubungan antarbangsa,
hal demikian juga banyak ditemukan. Contoh: acungan jempol bagi
kebanyakan bangsa artinya baik atau bagus, tetapi hati-hati Anda
jangan mengacungkan jempol kepada orang India, kemungkinan
Anda dikira menantang berkelahi. Mengenai kaitan makna dan kata

61

Bab V: Konsep dan Teori Informasi

ini, lebih lanjut dapat Anda baca pada bagian pembahasan tentang
konsep makna.
Ketiga, istilah informasi menurut teori informasi, yang menganggap
informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan
cara mereduksikan sejumlah alternatif pilihan yang tersedia.
Menurut teori ini, informasi berkaitan erat dengan situasi yang
tidak pasti. Semakin tidak pasti suatu situasi, dan semakin banyak
pula alternatif pilihan (baca: informasi) yang dapat digunakan secara
berturut-turut dan bertumpang tindih (reduktif) untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut. Dengan kata lain, informasi adalah sesuatu
yang mengurangi ketidakpastian.
Untuk mengurangi ketidakpastian, dibutuhkan paling sedikit dua
alternatif pilihan informasi, sebab jika hanya satu informasi namanya
sudah pasti. Karena itu menurut teori ini, informasi bersifat memilih
(selektif). Contoh sederhana, Anda sedang bermain-main dengan
mata uang logam. Anda ingin mengetahui apakah hasil setiap
lemparan selalu menunjukkan gambar? Anda dalam situasi yang

Atidak pasti, sebab boleh jadi yang selalu muncul adalah angka. Tanda

“gambar” dan “angka” tidak lain adalah alternatif pilihan untuk

Dmengurangi ketidakpastian Anda karena setiap muncul salah satu

alternatif berarti ketidakpastian Anda sudah berkurang (hilang).

UContoh lain, sewaktu Anda berjalan jalan di taman, Anda menemukan
Ysebuah dompet berwarna cokelat, bermotif bunga melati, bermerek
U“Wang”, dan tentu saja penuh berisi uang. Sebagai orang yang jujur
A BAnda bermaksud mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya.

Tetapi Anda tidak menemukan keterangan apa pun di sana, kecuali

Rsebuah pas foto yang diperkirakan si pemilik. Dalam kasus ini

sejumlah informasi telah Anda miliki, yakni berupa ciri-ciri dompet
dan pas foto. Semua informasi yang Anda miliki tersebut dapat
digunakan untuk mengurangi ketidakpastian Anda mengenai
pemilik dompet tersebut. Jika ada seseorang yang mengaku
sebagai pemilik dompet datang kepada Anda, dan sebagai orang
yang suka berhati-hati tentu Anda akan menyesuaikan informasi
yang anda miliki dengan keterangan yang disampaikan orang itu.
Pada saat menyesuaikan informasi itu sejumlah informasi yang

62

Pengantar Ilmu Komunikasi

Anda miliki, Anda reduksi hingga tercapai kepastian, siapa pemilik
dompet tersebut.

B. Teori Informasi
Mengapa teori informasi memandang informasi sebagai
ukuran kebebasan kita memilih alternatif guna mengurangi
ketidakpastian? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan menelusuri
asal mula timbulnya teori informasi. Teori informasi muncul

TIsetelah Claude Shannon dan Werren Weaver membuat model

yang dipublikasikan pada tahun 1949 melalui bukunya yang
berjudul The Mathematical Theory of Communication. Model yang
dibuat mereka terkenal dengan nama model Shannon-Weaver.

ATentu Anda masih ingat dengan model tersebut. Salah satu ciri

khas model Shannon-Weaver adalah adanya unsur noise. Adanya

SWfaktor gangguan (noise) pada komunikasi, memungkinkan lahirnya
konsep entrophy, situasi yang tidak pasti atau tak teratur. Entrophy
inilah yang kemudian melahirkan konsep informasi. Menurut teori
informasi, pengertian informasi sangat dekat dengan entrophy

A dalam ilmu pasti, yaitu ukuran tingkat “keacakan” (Severin­
Tankard, 1982). Oleh sebab itulah, informasi menurut teori
Iinformasi adalah jumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan
mengurangkannya melalui pemakaian sejumlah alternatif pilihan
Dyang tersedia.
U MengapaSeverin-Tarkandmenyinggungilmupasti?Karenakelahiran
teori informasi memang tidak bisa dilepaskan dari latar belakang
pencetusnya. Shannon-Weaver adalah dua ahli matematika dan
bekerja di laboratorium Telepon Bell. Pada awal pembentukannya,
teori informasi ini dipakai secara sistematis. Setiap penggunaan
alternatif pilihan guna mengurangi ketidakpastian dihitung dengan
angka-angka yang rumit. Dari segi matematis ini, informasi diukur
dengan satuan pokok informasi yang disebut binary digit, yang
populer disingkat bit. Pemakaian satu bit informasi setara dengan
pengurangan 5% dari keseluruhan alternatif yang tersedia.’

Misalnya, Anda diminta menebak dengan menjawab ya atau tidak.
Kedua alternatif menjawab tersebut bernilai satu bit. Sehingga bila

63

Bab V: Konsep dan Teori Informasi

misalnya Anda menjawab tidak, berarti alternatif yang tersedia telah
berkurang sebanyak 50%. Demikianlah awal mula penerapan teori
informasi, bersifat teknik sekali.
Dalam perkembangan selanjutnya teori informasi lebih mengacu
pada soal komunikasi antarmanusia. Oleh karena itu, pengertian
konsep­konsepnya juga bergeser, terutama konsep entropy dan
noise. Jika pada awalnya, entropy dikaitkan dengan ketidakpastian
yang diakibatkan oleh gangguan (noise) terhadap mesin maka
sekarang kedua konsep itu dihubungkan dengan tersedia atau
tidaknya sejumlah alternatif pilihan guna mengurangi ketidakpastian
tersebut. Perkembangan lebih lanjut adalah diberlakukannya ciri
informasi yang harus bersifat memilih (selektif) karena jika tidak ada
alternatif atau hanya satu alternatif, berarti semuanya sudah pasti,
dan itu bukan karakter informasi yang selamanya mengacu pada
situasi yang tidak pasti.

C. Sifat Informasi : Ketidakpastian dan Memilih

ASeperti telah disebutkan salah satu ciri khas model Shannon-Weaver

adalah adanya komponen noise menurut model ini, sumber gangguan

D(noise) ketika kita berkomunikasi itu bermacam-macam, bisa terjadi

pada pembicaraannya, salurannya, situasinya maupun pesannya.

UPada pembicara (sumber) mungkin tidak jelas siapa yang berbicara
Y Usehingga si penerima bertanya-tanya. Pada saluran kemungkinan

adanya kerusakan pada kabel telepon, gelombang radio, gambar

A Btelevisi, atau cetakan huruf yang kurang jelas. Pada situasi mungkin
Radanya suara berisik ketika pesan diterima. Pada pesan kemungkinan

terikutsertakannya tambahan pesan yang tidak mendukung pokok
pembicaraan.

Suatu hal yang dapat dirasakan, jika kita sedang berkomunikasi lalu
muncul gangguan, adalah komunikasi kita menjadi kurang lancar,
teristimewa pesan yang diterima tidak jelas. Ketidakjelasan inilah
yang menimbulkan tanda tanya mengenai pesan yang kita terima,
kita menjadi merasa serba tidak pasti. Dalam keadaan tidak pasti
itu kita hanya mendugad­ uga dan sejumlah alternatif jawaban pun
kita susun. Dengan kata lain, faktor noise dapat menimbulkan

64

Pengantar Ilmu Komunikasi

ketidakpastian, sedangkan ketidakpastian mendorong tersedianya
alternatif pilihan, yang tiada lain adalah informasi itu sendiri. Jadi,
sesuai dengan teori informasi, makin banyak gangguan makin
besar ketidakpastian dan makin melimpah informasi.

Sebaliknya kita dapat merasakan suatu pesan yang disusun
secara baik, dikirimkan dalam suatu situasi yang tanpa gangguan,
ketidakpastian pun menjadi tidak ada atau menjadi serba pasti.
Dalam keadaan demikian, informasi juga tidak ada, misalnya ketika

TIAnda dipersilakan boleh datang dan boleh tidak, Anda punya pilihan

untuk mengurangi ketidakpastian yang ada pada diri Anda, tetapi
jika Anda diminta secara tegas harus datang, Anda hanya punya satu

Apilihan, yaitu harus datang (kecuali Anda membantah atau Tuhan

menghendaki lain), dan itu berarti semuanya telah serba pasti.
Jadi, faktor gangguan (noise) telah melahirkan sifat-sifat informasi:

SWketidakpastian dan memilih. Ini logis saja. Jika banyak gangguan,
timbul ketidakpastian maka lahir sejumlah pilihan. Kalau tak ada
gangguan keadaan pun menjadi serba pasti, alternatif pilihan juga

A tidak ada. Hanya perlu ditegaskan bahwa dalam hal alternatif,
seseorang tidak bertindak secara serampangan, melainkan dengan
Icara tertentu untuk mengurangi jumlah alternatif yang tersedia
(ingat, sifat reduktij) sampai mendapatkan alternatif yang benar­
Dbenar dapat menghilangkan ketidakpastian. Umpamanya, Anda
U sedang tidak enak badan. Mungkin Anda bertanya, penyakit apa
yang menyerang. Flu, stres, atau hanya kelelaj~an? Lantas Anda
ingat, siang tadi Anda hehujanan. Anda pun menarik kesimpulan
menurut pengalaman bahwa cuaca cepat berubah, flu sering
mengancam. Anda sadar bahwa Anda sedang terserang flu berat,
bukan terkena stres atau kelelahan. Dalam contoh ini Anda telah
mengurut-urutkan informasi yang Anda miliki (dalam ingatan
Anda secara cepat) sampai pada alternatif yang benar-benar
menghilangkan ketidakpastian, dalam hal ini alternatif terserang
flu.

Dalam memilih alternatif tersebut, pengalaman masa lalu,
motif, nilai, kebutuhan, dan tujuan masing-masing individu ikut
menentukan pilihan (Schramm dan Kincaid, 1987). Sedangkan

65

Bab V: Konsep dan Teori Informasi

jika berbicara latar belakang ini maka setiap orang mempunyai
pengalaman, motif, nilai, kebutuhan, tujuan yang relatif berbeda
antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam contoh
Anda terserang Flu, itu bukti adanya pengalaman masa lalu
(pengetahuan) yang Anda miliki tentang gejala flu sehingga Anda
menjatuhkan pilihan padanya.
Jika kita melanjutkan contoh mengenai flu ini, kalau memang
Anda terserang flu Anda harus minum tablet obat flu. Di sini
latar belakang kebutuhan yang berbicara. Tetapi merek apa?
Karena banyak ragam obat flu yang beredar, menurut iklannya
semuanya mengaku paling cepat menyembuhkan derita flu. Anda
dalam keadaan tidak pasti, obat flu mana yang harus diminum. Jadi,
ketidakpastian baru menyusul timbul setelah Anda merasa pasti
bahwa Anda terserang flu. Untuk cepat menyembuhkan flu yang
Anda derita, Anda memutuskan untuk meminum tablet bermerek
“manjur” misalnya, karena merek tersebut Anda anggap mempunyai
khasiat yang mujarab. Penilaian Anda yang positif terhadap obat
tersebut menyebabkan Anda memilih obat tersebut sebagai alternatif

Ayang benar-benar mengurangi ketidakpastian Anda. Tentu saja, Anda

meminum obat merek tersebut karena Anda mempunyai motivasi

Ddan tujuan ingin lekas sembuh.
UD. Mengatasi Ketidakpastian dengan “Redudancy”
Y UTentunya Anda tidak merasa nyaman kalau selalu berada dalam
A Bketidakpastian (entrophy). Dengan demikian dibutuhkan cara untuk

mengatasinya. Shannon-Weaver mengeluarkan konsep redudancy

Rsebagai lawan dari entrophy. Redudancy artinya pengulangan, baik

dengan kata yang sama ataupun kata yang artinya sama, dengan tujuan
agar pesan yang dikirimkan dipahami maksudnya oleh komunikasi.
Misalnya, di tengaht­engah hiruk-pikuknya pesta yang ditingkahi pula
oleh berisiknya suara musik, Anda bermaksud meminta secangkir
teh hangat pada pelayan yang berdiri agak jauh dari Anda. Ditambah
dengan perhatian si pelayan yang lebih terpusat pada alunan lagu,
suasana ramai itu membuat permintaan Anda akan secangkir teh
hangat, dibalas dengan pertanyaan: Angkat? Agar permintaan
Anda terkabul, mungkin anda mengulangi kata hangat itu, atau
66

Pengantar Ilmu Komunikasi

menggantinya dengan kata panas. Itulah redudancy.

Ketidakpastian (entrophy) juga dapat diatasi dengan menambah
tenaga (power) penyampaian pesan. Dalam contoh di atas, Anda
dapat menambah tenaga (power) dengan memperkeras volume suara
Anda, misalnya dengan cara berteriak. Tenaga (power) dapat pula
diperoleh dengan cara memberi pesan tambahan pada pesan utama.
Umpamanya, sambil menyebut teh hangat, Anda memperagakan
orang minum dan menggerak-gerakkan tangan agar pelayan

TImenghampiri. Setelah itu, tenaga tambahan juga dapat diperoleh

dengan cara memberikan pesan secara langsung ke pesan utama, dan
dikirimkan secara jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara (seolah-

Aolah) mengeja kata-kata pesan, misalnya, teh hangat.
SWE. Jenis dan Kualitas Informasi

Dari fungsi informasi untuk mengurangi ketidakpastian, secara
tersirat dapat dilihat bahwa informasi sangat penting dalam proses

A pengambilan keputusan. Bukankah dalam ketidakpastian berarti
tiada atau belum adanya keputusan? Adapun sebuah keputusan
Idapat menimbulkan ketidakpastian baru, itu akan menuntut
diambilnya keputusan lain begitu seterusnya hingga diperoleh
Dkeputusan yang benar-benar mengurangi (menghilangkan)
U ketidakpastian.
Jika demikian, jenis informasi apa yang kita butuhkan untuk
mengurangi ketidakpastian? Jawabannya kembali ke tingkat
ketidakpastian itu sendiri. Ada tiga bentuk ketidakpastian. Pertama,
tidak pasti kepada objek tertentu (nama benda, musim, masa) atau
lingkungan sekitar lainnya. Misalnya, ketika kita melihat sebuah jejak
kaki di tanah gembur, kita menduga-duga jejak kaki apa itu? Jejak
kaki manusia atau kaki binatang? Jika binatang, jenis hewan apa?
ketidakpastian di sini sebatas sadar tahu (awareness). Kedua,
ketidakpastian pada hubungan antara satu alternatif pilihan dengan
alternatif lainnya. Dalam kasus telapak kaki itu, misalnya kita telah
menetapkan bahwa jejak itu adalah jejak orang yang berlari dan
terjadi tadi malam. Lantas kita pun ingin mengaitkan keduanya;
ketidakpastian pada hubungan antara satu alternatif pilihan dengan

67

Bab V: Konsep dan Teori Informasi

alternatif lainnya, dan mengambil kesimpulan bahwa jejak itu adalah
jejak orang asing, sebab tak mungkin warga kampung lewat melalui
jalan berlumpur itu, mereka sudah kenal betul medan kampungnya
sendiri. Ketiga, ketidakpastian pada penilaian, baik nilai objek
maupun nilai hubungan. Jika kita sudah menyimpulkan bahwa jejak
kaki itu adalah jejak kaki orang asing, lalu mengapa ia melewati
jalan itu? Penilaian pun timbul, disimpulkan bahwa kemungkinan
besar ads orang yang bermaksud jahat (penilaian negatif) kepada
warga kampung.
Tiga jenis informasi yang terdapat dalam contoh tersebut merupakan
rangkaian informasi dari sebuah peristiwa. Akan tetapi masing-
masing jenis dapat berdiri sendiri. Siulan seseorang menunjuk ads
seseorang yang sedang bergembira (bentuk informasi objek dan
lingkungan), teriakan awas mengingatkan adanya bahaya yang
mengancam (bentuk informasi hubungan). pernyataan bersedia
seseorang, berarti si individu menilai positif pada sebuah ajakan
atau perintah (bentuk informasi menilai).

ATerutama dalam bentuk menilai, setiap orang cenderung

mempunyai informasi yang berbeda-beda, tergantung si individu

Dmenafsirkan pesan yang diterimanya. Bagi konglomerat, apalah

artinya uang sebesar satu juta rupiah (bernilai rendah). Tapi untuk

Usi miskin uang sebesar itu menjadi dambaan (bernilai tinggi) karena

dalam benaknya sudah tersedia sejumlah alternatif pilihan, misalnya

Y Uia berangan-angan menjadihannya sebagai uang muka kredit rumah
A Bsederhana.
RDi samping dilihat dari jenisnya, kebutuhan seseorang akan informasi

juga ditinjau dari segi kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas informasi
dapat dilihat dari tingkat kegunaannya (usefull), nilainya (valuable),
faktualitasnya (factual), keterandalannya (reliable), ketepatannya
(precision), dan kebenarannya (truth). Tentu saja makin tinggi tingkat
masing-masing ciri tersebut, makin tinggi kualitas informasi. Ciri-
ciri kualitas ini bisa terdapat dalam serangkaian informasi, misalnya
dalam pidato atau ceramah, maupun melekat pada satu objek
atau peristiwa. Hal yang disebut terakhir ini contohnya informasi
mengenai alat kontrasepsi. Dari berbagai macam jenis alat, Nyonya

68

Pengantar Ilmu Komunikasi

Banna memutuskan untuk memakai pil KB. Sepengetahuannya, pil KB
mempunyai tingkat kegunaan (useful) yang lebih besar dari pada alat­-
alat yang lain sehingga ia menilai positif (valuable) pada kontrasepsi
pil. Fakta-fakta (factual) yang lebih menunjukkan keberhasilan
pemakaian pil sehingga dapat diandalkan (reliable) karena dosis
obatnya juga tepat (precise). Sebab itu bagi Nyonya Banna informasi
mengenai pil KB dapat dipercaya karena dinilainya mengandung
banyak kebenaran (true).

TIHanya perlu diingat, seperti telah kita singgung, oleh karena informasi

berkaitan dengan proses kemaknaan yang dapat berbeda dari satu
orang ke orang lain maka tingkat kualitas informasi pun bisa berbeda

Auntuk masing masing individu. Akan tetapi keenam ciri itu akan selalu

melekat pada setiap pilihan informasi, hanya tingkatannya berbeda.
Seperti dalam kasus Nyonya Banna mungkin pilihan informasi pil

SWtak memenuhi kebutuhan Nyonya Tina. Bagi Nyonya Tina boleh jadi
yang lebih memenuhi pilihannya adalah informasi mengenai alat

AUDIkontrasepsi jenis suntikan.

69

RAYUDBAU

70

TIVIBAB
Pesan dan Makna :
Antara Wadah dan Isi
SWADari uraian pada bagian sebelumnya, secara implisit tampak bahwa
pembahasan informasi tidak dilepaskan dari pembicaraan mengenai
makna. Data, makna, kata dan isyarat bukanlah informasi jika tidak diberi
makna oleh orang-orang yang mengindrainya. Jadi, informasi tiada lain

A adalah makna dari simbol-simbol komunikasi, sedangkan jika kita ingat,
Ibaik dalam model Shannon-Weaver maupun dalam model-model lainnya,

yang tiada lain data, makna, kata, simbol dan isyarat.

DDengan kata lain, informasi adalah makna pesan. Jika dikatakan bahwa
U makna, kata, dan isyarat tidak mengandung informasi jika tidak ditafsirkan
oleh penerimanya maka dapatlah dikemukakan bahwa tidaklah mempunyai
arti apa pun jika tidak diberi makna oleh komunikasi. Sebaliknya pesanlah
yang mengandung makna apabila pesan tersebut ditafsirkan. Maka dengan
rumusan sederhana, dapat kita katakan bahwa hubungan pesan dan
makna ibarat wadah dengan isinya. Seperti sebuah wadah kosong, suatu
istilah dapat diisi (diberi makna) apa pun menurut selera pemakainya.
Hanya perlu diingat, tentu suatu istilah tidak dapat diberi makna seenaknya
oleh si pemakainya karena kita mengenal makna yang disepakati umum.
Misalnya kata makan tentu saja maknanya berbeda dengan kata minum.
Demikian pula halnya setiap wadah (secara fisik) tidak dapat diisi secara
sembarangan, melainkan diisi dengan hal-hal yang pantas mengisinya.
Kecuali terjadi situasi khusus dan situasi itu menyebabkan patut maka
gelas selalu di isi air, piring di isi nasi, dan sebagainya.

71

Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi

Dari pengertian pesan tersebut, dapat pula diketahui bahwawujud (bentuk)
informasi adalah berupa pesan-pesan yang dikirimkan dan tentu diterima
baik dalam bentuk kata, simbol, atau isyarat. Tentu saja baru bisa disebut
informasi jika diberi makna. Maka, jika Anda menemukan stiker bertuliskan
“Belajar pangkal pandai”, itu adalah pesan. Makna atau informasi yang
Anda peroleh dari kalimat tersebut antara lain perlunya belajar bila ingin
pandai. Belajar itu sendiri dapat berarti membaca, membuat ringkasan,
mencari contoh, mengerjakan soal latihan, dan membandingkan dengan
sumber-sumber lainnya. Kalau ada orang berteriak, “Tolooong ....” pesan
ini bermakna adanya orang yang terkena musibah dan butuh bantuan.
“Lampu merah menyala” adalah pesan. Maknanya, kendaraan harus
berhenti. Jika ada seseorang mengerdipkan sebelah matanya kepada
Anda, itu isyarat yang artinya orang itu ingin dekat dengan Anda.

Dari contoh-contoh di atas dapat pula diketahui, bahwa pesan tidak selalu
berbentuk kata-kata (pesan verbal) seperti kita titip pesan secara lisan
ke tetangga sebelah rumah atau titip pesan melalui telepon, melainkan
pesan juga bisa berupa simbol dan isyarat (pesan nonverbal). Mengenai

Ahal ini akan kita bahas lebih lanjut pada saat kita mengupas tentang peran

bahasa dalam komunikasi di depan nanti.

DYang perlu disadari adalah suatu pesan bisa mempunyai makna yang

berbeda dari satu individu ke individu lain karena makna pesan berkaitan

Uerat dengan masalah penafsiran yang menerimanya. Mendung di langit
Y Umerupakan pesan yang senantiasa menggembirakan bagi petani yang

hendak memasuki musim tanam, tetapi bagi pegawai kantor kesan

A Btersebut sangat boleh jadi merupakan pesan yang membebani karena
Rberarti harus menyiapkan alat bantu yang agak ekstra, misalnya payung,

jas hujan. Dalam kehidupan sosial, rupanya masih ada anggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki, sementara pandangan lainnya melihat
banyak anak itu membebani. Yang menjadi pertanyaan, mengapa terjadi
perbedaan pemberian makna? Ini akan dijelaskan pada pasal makna.
Tetapi sebelumnya perlu ditambahkan bahwa terdapat pandangan yang
mengatakan, media adalah pesan (medium is message). Jadi, media
sendiri adalah pesan. Misalnya, ke mana pun Anda pergi, Anda selalu
membawa buku-buku tebal, majalah berbahasa asing, dan surat kabar
hari itu maka semua media tersebut menunjukkan (bermakna) bahwa

72

Pengantar Ilmu Komunikasi

Anda ingin tampil sebagai sosok pelajar (intelek). Jika Anda selalu tampil
rapi dengan memakai merek baju-baju terkenal, itu maknanya Anda ingin
masuk pada kalangan masyarakat kelas atas.

A. Makna tentang Makna
Apa makna dari istilah makna? Studi tentang makna bukanlah khas
disiplin komunikasi, tetapi jika kita membicarakan komunikasi kita
harus membahas makna. Persoalan makna kelak menarik perhatian

TIpara filsuf, ahli bahasa, psikologi, sosiologi, dan antropologi, sejak

2000 tahun yang lalu. Sayangnya, setiap usaha untuk memberikan
jawaban apa arti makna secara langsung telah gagal (Fisher, 1986).

AUpaya untuk menjelaskan makna misalnya terlihat dari diterbitkannya

dua buku Meaning of Meaning dan Understanding-Understanding,

SWtetapi isinya menurut Fisher, lebih sedikit dari apa yang ditawarkan
judulnya. Uraian panjang lebar yang diberikan lebih sering
membingungkan dari pada menjelaskan. Masalah makna memang

A persoalan yang pelik. Untunglah Brodback (1963) seperti dikutip
Fisher membantu kita merumuskan tiga macam makna.
IPertama, makna referensial, yakni makna suatu istilah mengenai
objek, pikiran, ideal, atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah itu.
DMakna itu lahir dari pikiran seseorang ketika suatu istilah menunjuk
U pada suatu objek. Misalnya, istilah “kendaraan” merujuk pada mobil,
motor, sepeda, bahkan kuda, artinya sesuatu yang dapat ditumpangi
dan membawa penumpangnya pada jarak tertentu. lstilah “baik”
mengacu kepada penilaian (pikiran) seseorang mengenai suatu hal,
“keadilan” adalah istilah untuk sebuah konsep mengenai kesesuaian
antara sebab dan akibat.
Kedua, makna yang menunjukkan arti suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep lain. Misalnya, istilah Phlogiston
yang dicontohkan Fisher. Kata itu dulu digunakan untuk menjelaskan
proses pembakaran. Suatu benda bisa terbakar jika ada Phlogiston.
Tetapi sejak ditemukannya istilah oksigen, Phlogiston tidak digunakan
lagi untuk menjelaskan proses pembakaran. Istilah perang dingin kini
tidak dipakai lagi setelah blok timur runtuh. Banyak istilah menjadi

73

Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi

ticlak berarti lagi setelah ditemukan kesalahan pada konsep yang
lama.
Ketiga, makna intensional, yakni arti suatu istilah atau lambang
tergantung pada apa yang dimaksudkan oleh si pemakai dengan arti
lambang itu. Makna inilah yang melahirkan makna individual dari segi
ini maka tak akan ada dua buah makna yang dimaksudkan identik,
walaupunmaknam­ aknaitubolehsajaamatmirip.Inimerupakanmakna
yang disebabkan oleh tindakan mental individu tanpa dipengaruhi
orang lain. Anda boleh menyebut jeruk Garut itu manis, mungkin
manis yang dimaksud tanpa campuran dengan rasa asam, tetapi untuk
kawan Anda boleh jadi yang diartikan manis mengandung sedikit rasa
pahit. Manis bagi Anda adalah khas Anda begitu pula dengan kawan
Anda maka janganlah Anda langsung menafsirkan demokrasi menurut
barat sama maknanya dengan demokrasi di tempat lain. Masing-
masing mempunyai pengalaman yang khas dengan istilah itu sehingga
makna yang muncul pun berbeda-beda pula.

AB. Teori Makna
Dari tiga corak makna tersebut, yang menarik adalah proses terjadinya
Dpemaknaan. Kapankah makna itu muncul? Fiske (1980) menyatakan
makna muncul ketika sebuah sign yang mengacu pada suatu objek,
Udipakai oleh pengguna sign, saat itulah terjadi proses pembentukan
makna di dalam benak si pemakai. Yang dimaksud sign di sini dapat
Y Uberupa kata, tulisan, simbol, maupun isyarat. Sedangkan objek bisa
A Bmengacu pada benda, ide, atau konsep.
Beberapa ahli` merumuskan ketiga hubungan antara sign, objek, dan
Rpemakai itu dalam bentuk hubungan segitiga. Maka teori segitiga
makna(triangle meaning theory) pundibuatuntuk menjelaskanproses
terjadinya makna. Salah seorang ahli yang menyusun teori segitiga
makna adalah Charles S. Pierce. Menurut Pierce, sebuah sign yang
mengacu kepada sesuatu di luar dirinya, yaitu objek akan mempunyai
pengaruh pada pikiran pemakainya karena adanya hubungan timbal
balik antara ketiga elemen tersebut. Hasil hubungan timbal balik
itulah yang menghasilkan makna suatu objek, dan dilambangkan oleh
pemakainya dengan suatu simbol antara lain kata-kata, gambar, atau

74

Pengantar Ilmu Komunikasi

isyarat. Misalnya, Anda mendengar orang menyebut kata permata.
Di dalam benak, Anda terpikirkan tahwa permata adalah batu mulai
untuk perhiasan yang mahal harganya. Kata “permata” adalah sign
(simbol), batu permata adala~,objek rujukan, sedangkan sebagai
pemakainya adalah Anda sendiri. Makna yang muncul dari ketiga
hubungan elemen tersebut adalah kesimpulan Anda yang menyebut
permata adalah batu mulia untuk perhiasan yang mahal harganya.

Pikiran /referensi
SWATI Simbol
Teori segitiga makna juga dikembangkan oleh Ogden dan I.A. Richard,Objek sasaran
yang menyatakan bahwa makna muncul tatkala suatu simbol yang

A mengacu pada suatu objek mengena pikiran seseorang. Sebetulnya
Imekanisme berpikimya sama dengan Pierce. Bedanya hanya terletak

pada hubungan antara objek dengan simbol (lihat gambar). Menurut
model Ogden dan Richard, hubungan antara simbol dan objek bersifat

Dtidak langsung karena simbol hanya mewakili objek tanpa objek itu
U harus hadir. Jadi, ketika kita menyebut istilah “hutan” objek hutan yang
dirujuk oleh istilah itu tak selalu harus hadir di depan mata pemakai
istilah itu. Dari beberapa studi tentang makna dan teori makna,
kemudian Littlejhon menyimpulkan bahwa makna itu mempunyai tiga
dimensi.

Pertama, dimensi referential yang berarti bahwa secara jelas kata-
kata dan simbol yang lain dipakai untuk menunjukkan objek, situasi,
kondisi, atau penyataan. Kata “Buku” untuk menunjukkan objek
benda semacam yang sedang Anda baca ini. Simbol “huruf S disilang”
menunjukkan larangan berhenti. Kata “gembira” untuk menunjukkan
situasi dan suasana hati yang riang. Kata “panas” untuk menunjukkan
kondisi suatu benda atau ruangan yang panas.

75

Bab VI: Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi

Kedua, dimensi eksperential, artinya makna adalah bagian terbesar
dari suatu pengalaman tentang objek. Tanpa kita mengenal objeknya,
kita tak dapat memberinya makna. Makin tahu kita tentang suatu
objek, makin banyak makna yang dapat kita peroleh. Bagi yang belum
pernah mendengar kata diktator, tentu saja orang tak akan mengerti
makna dari kata itu.
Ketiga, dimensi purpossive yang maksudnya tujuan seseorang
bertatap muka atau berkomunikasi (mengirim dan menerima simbol)
adalah aspek penting dari makna. Dengan kata lain, dipakainya suatu
simbol karena ada tujuan yang hendak dicapai oleh simbol itu. Hati-
hatilah dengan kawan dekat Anda yang selalu mengucapkan “sayang”,
itu berarti is mempunyai maksud tertentu kepada Anda, mungkin
ingin dekat. Kata “bagus” dipakai untuk menunjukkan maksud
bahwa kita mempunyai penilaian yang baik pada sebuah lukisan,
misalnya. Sebaliknya, kita katakan “jelek” pada suatu gambar untuk
menunjukkan maksud kita mengenai gambar yang buruk.
Jika dihubungkan secara segitiga makna maka hubungan antara

Aketiga dimensi itu dapat memperlihatkan bahwa pemakaian suatu

simbol (referential) itu didasarkan pengalaman atau pengetahuan

D(experential) pada objek yang dirujuk simbol tersebut, adalah untuk

menunjukkan tujuan (purpossive) si pemakai. Misalnya, jika seseorang

Umenyatakan seseorang suka kepada temannya, ini didasarkan pada

pengalamannya mengenai objek yang dirujuk istilah suka, untuk

Y Umemperlihatkan bahwa maksud si orang tersebut adalah senang
A Bkepada temannya itu. Karena itu, hati-hatilah menggunakan istilah.

Orang bisa senang kepada kita karena istilah yang kita gunakan, orang

Rjuga bisa marah besar pada kita karena penggunaan istilah juga.

76

TIVIIBAB
Perbedaan Komunikasi
Verbal dan Nonverbal
AKomunikasi verbal dan nonverbal dapat dibedakan ke dalam empat cara,

yaitu: dilihat dari maksud atau tujuan, derajat simbolik, mekanisme proses

SWinformasi dan perilaku. Berikut ini adalah uraian mengenai empat cara
tersebut.

A A. Maksud dan Tujuan Pesan
Perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah
Iperbedaan persepsi orang terhadap maksud atau tujuan dari suatu
pesan komunikasi yang akan dikirimkan. Suatu pesan verbal memiliki
Dmaksud atau tujuan yang jelas. Maksud atau tujuan suatu pesan
U verbal baik dalam bentuk kata-kata maupun tulisan, dikomunikasikan
kepada orang lain, yaitu pada saat:

1. Maksud atau tujuan pesan dirimkan oleh sumbernya

2. Maksud atau tujuan pesan diterima oleh penerimanya

Suatu interpretasi tertentu terhadap maksud atau tujuan yang ada
akan mengurangi makna isi yang terkandung di dalam pesan itu.
Sebagai contoh, Amir berkata pada teman-temannya: “Aku ingin
menjadi juara kelas!” Ketika kata-kata itu diucapkan dan di saat
diterima orang lain, mengandung maksud atau tujuan yang jelas,
yaitu Amir ingin menjadi juara kelas. Tetapi, ketika teman-temannya
menilai dan menginterpretasikan “kata-kata” Amir maka mungkin
akan muncul interpretasi sebagai berikut. Amir kok sombong ya;

77

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Amir tidak seperti biasanya, Amir telah berubah, atau Amir semakin
optimis. Keseluruhan maksud atau tujuan yang terkandung di dalam
kata-kata tersebut akan berlainan, artinya bisa bertambah atau
berkurang, dan menjadi positif atau negatif.
Berbeda dengan pesan verbal, pentbentukan makna dari perilaku
nonverbal tidak ditentukan oleh maksud atau tujuan dari gerakan-
gerakan nonverbalnya. Persepsi seseorang terhadap tindakan-
tindakan nonverbal dari orang lain sudah dibenarkan dalam
memberikan makna pesan nonverbal itu.
Tentunya suatu makna dari pesan-pesan nonverbal bersifat relatif
dan berbeda-beda. Hal ini bisa dimengerti karena persepsi dan
kepekaan interpretasi setiap orang tidak akan sama.
Dari penjelasan tentang komunikasi nonverbal di atas, diberikan
suatu ilustrasi tentang norma fisik yang berlaku bagi manusia, yaitu
kewajiban mengenakan pakaian. Setiap hari kita mengenakan pakaian
yang berbeda beda, tetapi berapa kalikah kita menyadari bahwa kita
berpakaian untuk seseorang atau untuk sesuatu tertentu? Kita tidak

Atahu. Demikian pula kits - sering tidak sadar akan penampilan diri,

sedangkan teman-teman lain sering berkomentar tentang warna dan

Dgays berpakaian kita.
UDari contoh itu membuktikan bahwa suatu persepsi dan interpretasi

orang terhadap pesan-pesan nonverbal yang dilihatnya sudah cukup

Y Umemuaskan pendefinisian kualitatif terhadap pesan-pesan nonverbal

tersebut.

A BSetidaknya ada dua alasan mengapa pemberian makna dalam
Rkomunikasi nonverbal terjadi seperti di atas. Pertama, suatu

tindakan nonverbal cenderung tidak disadari dan bersifat tidak murni
seperti pesan pesan verbal. Kedua, perilaku nonverbal didasarkan
pada norma-norma, sedangkan setiap orang akan berbeda perilaku
nonverbalnya, meskipun norma mereka sama.

B. Perbedaan Simbolik
Kadang kala untuk memberikan makna terhadap tindakan-tindakan
atau pesan-pesan nonverbal dipengaruhi oleh simbol-simbol yang
muncul di dalam proses komunikasi.

78

Pengantar Ilmu Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari adalah wajar apabila kita memilih
warna­warna tertentu di dalam berpakaian, selalu menyisir rambut ke
sebelah kanan, memakai kaca mata “rayban”, memakai kaos sportif,
membawa tas “echolac”, dan lain-lainnya. Tentunya, tindakan-
tindakan tersebut didasarkan oleh motif-motif atau kebutuhan-
kebutuhan tertentu. Misalnya, dengan memakai kacamata “rayban”
akan mengamankan mata dari terik matahari atau dengan membawa
tas “echolac” bisa menampung banyak buku. Namun, segala hal yang

TIkita lakukan itu dapat diartikan secara berbeda oleh orang lain yang

melihat. Bisa jadi kita dianggap “sok, bergaya, atau sok rajin”. Pada
contoh yang lain, Rosa telah selesai memotong rambutnya di sebuah

Asalon, tetapi is tampak kecewa karena rambutnya dipotong terlalu

pendek.

Dia segan pergi ke kampus dengan penampilannya itu. Tetapi,

SWketika dia ke kampus, teman-temannya memberikan komentar
positif: “Kamu cocok dan cantik dengan penampilan rambutmu”.
Dengan demikian, apa yang kita tampilkan secara nonverbal

A merupakan simbol-simbol yang akan mempengaruhi pemberian
makna terhadap tindakan-tindakan nonverbal tersebut. Sedangkan
Ikomunikasi verbal, baik kata-kata yang diucapkan maupun
dituliskan “memberikan arti yang jelas”. Di samping itu, setiap kata
Dmemberikan “ alternatif makna”. Kata-kata bahasa ini terdefinisikan
U di dalam kamus dan terstruktur di dalam aturan-aturan tata
bahasa atau struktur hubungan di dalam kalimat. Kata=kata-
yang diucapkan sehari-hari merupakan abstraksi dari makna-
makna yang terkandung di dalam kata-kata tersebut. Contohnya
makna dari kata “bola” merupakan abstraksi dari suatu benda
yang berbentuk bulat. Jadi, kata “bola” memang memberikan arti
eksplisit yang jelas. Contoh lainnya adalah kata “sayang kepada
orang tua”. Meskipun sebaris kata-kata itu mempunyai arti yang
banyak, tetapi kata-kata tersebut bisa memberikan alternatif
makna. Misalkan, yang dimaksudkan “sayang orang tua” adalah
seseorang yang selalu menuruti perintah orang tuanya.

Dari penjelasan dan contoh yang telah diberikan, dapat disimpulkan
perbedaan-perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal,
sebagai berikut. 1) arti dari pesatll”verbal bersifat eksplisit;

79

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

sedangkan arti dari pesan nonverbal bersifat implisit; 2) arti dari
pesan verbal berkaitan dengan keadaan yang spesifik, sedangkan
arti dari pesan nonverbal berkenaan dengan rasa atau emosi; 3) arti
dari pesan verbal bersifat menengahi (mediated) atau alternatif,
sedangkan arti dari pesan nonverbal bersifat normatif.
C. Mekanisme Proses
Perbedaan lainnya antara komunikasi verbal dan nonverbal
berkaitan dengan bagaimana proses informasi terjadi di dalam
tubuh manusia. Seluruh informasi termasuk komunikasi diproses
oleh otak. Otak menginterpretasikan informasi ini melalui pikiran.
Di dalam pikiran terjadi pengontrolan terhadap segala perilaku
manusia, baik perilaku psikologis, dan atau gerak refleksi maupun
perilaku sosiologis seperti belajar dan lain-lain. Cara-cara otak
memproses informasi berbeda antara komunikasi verbal dan
nonverbal. Perbedaan utama dari proses informasi di dalam
otak adalah: pada belahan otak kiri memproses informasi yang
bersifat diskontinu dan arbitrari (berubah-ubah), sedangkan bagian

Aotak kanan memproses segala informasi yang bersifat kontinu dan

ilmiah. Informasi yang bersifat diskontinu dan arbitrari dikenal

Dsebagai informasi digital (angka-angka). Sedangkan, informasi yang

bersifat kontinu dan alamiah disebut sebagai analogikal. Informasi

Udigital ini mencerminkan simbol-simbol yang ada dalam bahasa.
Y USedangkan, proses analogi berkaitan dengan unit-unit alamiah yang

menggambarkan emosi atau rasa.

A BBerdasarkan perbedaan-perbedaan itu, pesan-pesan verbal dan
Rnonverbal akan berbeda pada struktur pesannya. Artinya, aturan-

aturan di dalam komunikasi nonverbal adalah kurang terstruktur,
lebih sederhana, dan diekspresikan di dalam gambaran. Komunikasi
nonverbal juga akan tampak jelas pengertiannya apabila dihubungkan
dengan konteks di mana interaksi terjadi. Lain halnya dengan
komunikasi verbal, teratur di dalam tata bahasa dan hubungan-
hubungan kalimatnya. Komunikasi verbal juga dapat menciptakan
konteks di mana hubungan itu terjadi.

80

Pengantar Ilmu Komunikasi

D. Pertimbangan Prilaku
Perbedaan terakhir antara komunikasi verbal dan nonverbal

dapat dilihat pada model berikut ini.

ATIDari model tersebut dapat dijelaskan adanya hubungan antara
SWinformasi, perilaku, dan komunikasi (verbal dan nonverbal). Di sini,

terlihat bahwa seluruh wilayah kehidupan dipenuhi oleh informasi,
sedangkan beberapa bagiannya adalah perilaku. Bagian yang lebih

A kecil lagi adalah komunikasi. Di dalam wilayah komunikasi, komunikasi
verbal merupakan sub-bagian dari komunikasi nonverbal. Dengan
Idemikian, komunikasi verbal merupakan saringan dari komunikasi
nonverbal.
DYang paling penting dari model di atas, bahwa komunikasi nonverbal
U di dalam proses komunikasi merupakan suatu bentuk dari perilaku
manusia. Komunikasi nonverbal bukanlah sebagai jumlah yang
dapat dihitung. Sebagai perilaku, komunikasi nonverbal terjadi
oleh adanya informasi yang tersebar dalam kehidupan manusia.
Keberadaan informasi bisa disadari ataupun tidak disadari. Kita
dapat menyadari warna suatu halaman buku, tetapi tidak akan
menyadari bau yang halus. Informasi ini akan menuntun perilaku
kita berdasarkan bentuk fisik kita sendiri (secara alamiah atau yang
dibentuk) dan mental (yang diterima dan dipengaruhi oleh masa
lalu atau masa datang). Informasi menuntun prilaku seseorang,
baik aksi maupun reaksi terhadap sesuatu.
Satu hal yang perlu ditambahkan di sini bahwa di samping
penjelasan teoritis dari perbedaan komunikasi verbal dan

81

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

nonverbal di atas, kita dapat membedakan keduanya secara praktis
dengan percobaan langsung sebagai berikut:
1. Cobalah cari pasangan yang sekiranya cocok.
2. Kemudian, masing-masing dari kalian duduk dalam satu

tempat dengan berpunggungan. Pastikan bahwa satu sama
lain saling merasakan kulit punggung yang berhimpitan.
Kemudian buatlah suatu kesepakatan tentang tema tertentu
untuk dibicarakan bersama dengan tidak menolehkan muka
masing-masing. Berbicaralah selama dua menit.

3. Setelah selesai berbicara, ubahlah posisi masing-masing
saling berhadapan dengan jarak yang nyaman bagi kalian
berdua. Sekarang, kalian bisa saling mendengar dan menatap.
Mulailah berbicara dengan topik tertentu selama dua menit.

4. Selanjutnya, masih dalam posisi yang sama (bisa saling
mendengar dan bertatap mata), kalian berdua sating

Aberpegangan tangan. Jangan berbicara, tetapi komunikasikan

seluruh pikiran dan keinginan masing masing melalui

Dpandangan mata dan sentuhan tangan. Kerjakan selama dua

menit.

U5. Jangan lupa, setiap tahap percobaan ini agar dihayati,
Y Udirasakan, dan dievaluasi.

Setelah selesai semua tahap percobaan itu, sekarang jawablah

A Bbeberapa pertanyaan berikut ini: Apakah ada percobaan perasaan
Rdari tahap satu menuju tahap yang lain? Apakah kalian merasakan

kenyamanan, grogi, perhatian, atau malu? Dapatkah pasangan
kalian mengungkapkan dengan argumen-argumennya tanpa melihat
ekspresi masing-masing? Kalau bisa, bagaimana? Di sini, kalian bisa
menambahkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.
Dari hasil percobaan tersebut, secara umum kita dapat membedakan
antara komunikasi verbal dan nonverbal. Di samping itu, secara
khusus kita dapat menyimpulkan beberapa hal yang merupakan ciri-
ciri khas dari komunikasi nonverbal, antara lain:

82

Pengantar Ilmu Komunikasi

1. Komunikasi Nonverbal Selalu Ada
Pada saat kita dan pasangan berbicara dengan berpunggungan
dapat mengetahui pendapat dan sikap masing-masing, namun
tidak mampu memahami hal-hal lain dari pasangan masing-
masing. Kemudian, di saat kita dan pasangan berbicara sambil
mendengar dan bertatap wajah, kita dapat merasakan perasaan
masing-masing melalui ekspresi wajah, gaya berbicara, gerakan
tangan dan kaki, serta gerakan-gerakan yang khas. Di sana kita
dapat temukan bentuk-bentuk bahasan yang lain, di samping

TIucapan-ucapan dari pasangan masing-masing.

Di dalam kehidupan nyata sehari-hari, di sekeliling diri kita sangat
banyak pesan-pesan yang bersifat nonverbal. Dengan kemampuan

Ayang baik untuk menyadari dan menginterpretasikan tanpa-tanda

nonverbal itu, membuat diri kita lebih baik untuk menyadari diri

SWsendiri dan orang-orang lain.
2. Kita Tidak Mungkin Tidak Berkomunikasi
Dengan mengambil contoh yang ada, pada tahap tertentu kita

A dan pasangan berdiam diri dan tidak berbicara sate sama lain.
IApakah yang terjadi ? Ketika saling bertatapan wajah, masing-

masing dapat menangkap ekspresi atau mimik wajah. Sikap

D duduk di saat berpunggungan atau berhadapan dapat dirasakan
apakah tubuhnya tegang atau rileks, gerakan­gerakan terbuka dan

U tertutup dari mata pasangan, dan tindakan-tindakan nonverbal
lainnya.
Sekarang dapat dipahami, bahwa setiap manusia merupakan
“transmiter” atau saluran informasi yang tidak dimatikan atau
dipisahkan. Ketika tidak melakukan apa-apa, kita memberikan
informasi tentang diri sendiri. Tentunya, kita tidak selalu
bermaksud atau mempunyai tujuan untuk mengirimkan pesan-
pesan nonverbal itu. Di saat berbicara dengan gagap, berkeringat,
merah muka, atau berkerut dahi, semuanya dilakukan dengan
tanpa sadar. Tetapi, orang lain menyadari dan menginterpretasikan
sesuai apa yang dilihatnya. Dengan demikian, semua orang adalah
sumber informasi bagi diri sendiri dan orang lain.

83

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

3. Komunikasi Nonverbal Terikat oleh Budaya
Pengertian budaya di sini adalah luas, bisa berarti kebiasaan
keluarga atau kelompok kecil, kebudayaan daerah (suku atau
etnis) tertentu, atau kebudayaan bangsa. Dari percobaan di
atas, apabila kita dan pasangan adalah orang Jawa dan Batak,
tentunya dalam mengekspresikan pesan-pesan yang sama akan
menampilkan tkpdakan-tindakan nonverbal yang berlainan.
Contohnya, dalam mengambil sikap duduk orang Jawa yang masih
memegang teguh tata perilakunya akan bersikap teratur dan rapi.
Mungkin pasangannya yang bersuku Batak akan bersikap bebas
dan terbuka. Yang lainnya, dalam mengekspresikan kegembiraan
pada orang Jawa akan menampilkan sikap gembira yang terkendali,
tetapi orang Batak akan bersikap gembira dan lepas.

4. Komunikasi Nonverbal Mengungkapkan Perasaan dan Sikap
Sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan, pada saat kita dan
pasangan saling berpungguggan atau berpegangan tangan, masing-
masing dapat merasakan sentuhan dan ekspresi pasangannya
dengan jelas. Mungkin masing-masing .mengekspresikan: grogi,

Amalu, bermain-main, bersahabat, dan lain-lain. Kesemuanya

merupakan ungkapan sikap dan perasaan.

D5. Komunikasi Nonverbal Memodifikasi Pesan Verbal
UMembentuk Makna suatu Pesan Komunikasi

Dari percobaan yang telah dilakukan, ketika pasangan berbicara

Y Udengan bertatap muka, sering kali apa-apa yang diucapkan oleh

masing-masing pasangan dilengkapi dengan gerak tangan dan

A Btubuh atau mimik wajah. Misalnya, salah seorang berkata: “Saya
Rserius dengan pendapat ini.”, hal itu diucapkan dengan mata

menatap tajam. Juga disertai dengan gerakan-gerakan tangan
yang lain.

E. Jenis Komunikasi Nonverbal
Di dalam bukunya Communicating (1983), Anita Taylor dan kawan-
­kawan memberikan gambaran tentang aneka ragam bentuk komunikasi
nonverbal. Dari hasil penelitian para psikolog diperkirakan gerak
dan mimik wajah manusia mampu menghasilkan lebih dari 20.000

84

Pengantar Ilmu Komunikasi

ekspresi yang berlainan. Di samping itu, ada 7.777 isyarat/gesture
yang berbeda, dan sejumlah 1.000 sikap yang berbeda pula.

Dari jenis dan jumlah yang digambarkan, pembagian tentang
komunikasi nonverbal yang diberikan oleh para ahli cukup bervariasi.
Namun, dalam Bab ini akan diuraikan secara rinci jenis jenis komunikasi
nonverbal ke dalam 5 kelompok: komunikasi tubuh, komunikasi ruang,
diam, paralanguage, dan komunikasi temporal (waktu).

TI1. Komunikasi Tubuh
Tampaknya, dari semua jenis komunikasi nonverbal komunikasi
tubuh adalah yang paling penting. Hal ini bisa dimengerti
Akarena dalam kehidupan manusia, komunikasi tubuh paling
sering digunakan. Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi

SWempat, yaitu gesturalisyarat, ekspresi wajah, gerakan mata, dan
sentuhan. Berikut disampaikan penyelesaian mengenai empat
jenis komunikasi tubuh.

A Satu, komunikasi gestura: yaitu isyarat atau tanda yang
berdasarkan keaslian, fungsi, dan bentuk perilakunya komunikasi
Igestura terdiri dari:
D a. Emblem
U Emblem adalah tanda-tanda yang akan menggantikan
kata-kata atau frase-frase secara langsung. Misalnya,
tanda setuju dengan lingkaran ibu jari, tanda perdamaian
dengan membentuk huruf “V” dengan jari, ajakan dengan
melambaikan tangan.

b. Ilustrator
Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan
suatu pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan
bola dunia kita memberikan ilustrasi dengan tangan yang
membentuk lingkaran, menggambarkan panjangnya Kereta
Api Mutiara dengan merentangkan kedua tangan.
Bentuk-bentuk nonverbal yang bersifat menggambarkan
ini, biasanya lebih universal bagi semua orang. Komunikasi

85

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Ronverbal ini lebih umum dibandingkan tanpa-tanda
(emblem). Tetapi, penggunaan bentuk komunikasi ini
berkaitan dengan kehalusan sifat dan kepribadian seseorang.
Orang Jawa atau Sunda mungkin tetap memegang tata krama
bahwa di saat berbicara selalu menjaga diri dari prilaku yang
atraktif.

c. Penampilan afeksi
Penampilan Afeksi adalah gerakan-gerakan wajah
yang mengekspresikan makna- makna emosi, marah,
ketakutan,bahagia, kaget, hasrat, atau kelelahan.
Dibandingkan dengan emblem dan bentuk ilustrator,
penampilan afeksi- sering disadari seperti aktor di dalam
memainkan peran tertentu. Namun, penampilan bisa pula
dilakukan dengan tanpa disadari.

d. Regulator
Regulator adalah jenis perilaku nonverbal, yang bersif :
t mengatur (monitor, menjaga, atau mengontrol) dalam

Apembicaraan dengan orang lain. Seperti, di dalam percakapan

kita tidak pasif, menatap mata, menggelengkan kepala dan

Dmengganggukan kepala, mengatupkan bibir, memfokuskan

tubuh dan membuat berbagai paralaguage seperti suara

U“mm...,cck.... cck....” Jenis jenis nonverbal ini lebih terikat
Y Upada budaya dan tidak bersifat umum. Jadi, dalam suatu

percakapan, sikap-sikap regulator akan mempengaruhi

A Bucapan-ucapan dari orang yang berbicara. Misalnya, ofang
Rakan senang berbicara apabila apa yang akan dikatakan

diperhatikan dengan baik.

e. Adaptor
Adaptor adalah perilaku verbal yang dilakukan untuk
menciptakan rasa nyaman dalam memenuhi kebutuhan
tertentu. Misalkan merokok, pada saat menghadapi ujian,
menggaruk kulit yang gatal, membetulkan letak kaca mata.
Perilaku ini bisa disadari atau tidak disadari. Tetapi dalam
keadaan tertentu kita sulit menebak perilaku ini. Misalnya

86

Pengantar Ilmu Komunikasi

seseorang yang menggaruk kulit kepalanya. Apakah karena
gatal atau sedang memikirkan sesuatu atau yang lainnya, sulit
dipastikan.
Dua, komunikasi wajah, yaitu gerakan-gerakan wajah yang
akan dikomunikasikan dalam hubungan antarpribadi, terutama
dalam hal mengekspresikan emosi. Secara umum ada 8 kategori
komunikasi wajah, yaitu: bahagia, terkejut, ketakutan, marah,
sedih, muak, jijik dan rasa tertarik.

TIDalam hal ini, Albert Mehrabian memberikan tiga kategori besar

sebagai berikut:

A1) rasa senang dan tidak senang;

2) arousal atau aktivitas fisik dan psikis/mental;
3) rasa dominan dan sikap menurut.

SWDari tiga kategori komunikasi wajah ini masing-masing akan
diberikan contoh. Di saat merasakan senang atau nyaman,
lazimnya seseorang mengekspresikan dengan tertawa, tersenyum,

A sikap menikmati hidup, berbesar hati dalam berbicara dan
bersikap. Sikap dominan dapat ditunjukkan dengan postur tubuh
Iyang santai, suara yang keras/besar, sikap atau gaya mengatur,
menjaga jarak, dan menggunakan ruang besar di ruang kerjanya.
D Sedangkan sikap aurosal dikomunikasikan dengan kecepatan rata-
U rata berbicara dan tinggi rendah suara.
Tiga kategori tersebut dapat juga berkombinasi dalam satu “paket”
peri.aku nonverbal tertentu. Seperti rasa takjub atau kagum,
rasa cinta dan terkesan oleh sesuatu. Misalnya, ketika seseorang
merayakan kelulusan meraih gelar sarjana dia mengekspresikan
rasa senang dengan selalu tertawa, sikap positif dengan
menceritakan perjuangannya dalam ujian, dan sikap dominan
dengan mentraktir teman-temannya.
Oleh karena komunikasi wajah dapat berkombinasi ketika
ditampilkan dalam gerakan-gerakan nonverbalnya, hal ini akan
menimbulkan persoalan­persoalan sebagai berikut:

87

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

a. Keakuratan
Ketepatan ekspresi emosi wajah yang akan ditampilkan
dan hasil dari ekspresi yang diterima sering menimbulkan
ketidaksesuaian. Persoalan ini, dalam studi komunikasi
nonverbal sering menimbulkan kesulitan. Tetapi meskipun
muncul persoalan tersebut, keakuratan komunikasi wajah
dapat dilihat dalam semacam skala dari bentuk yang mudah
sampai yang sulit. Salah satu studi yang cukup memberikan
gambaran tgntang emosi wajah digambarkan sebagai berikut.
Kebahagiaan memiliki keakuratan 55-100%, terkejut 38-
86%, dan kesedihan 19-88%. Dengan demikian, kebahagiaan
memiliki keakuratan yang tinggi, artinya ekspresi bahagia
mudah ditangkap maknanya apabila terjadi pada seseorang.

Adengan memperlihatkan muka masam, senyumannya akan
b. Pengaruh dari konteks
Ekspresi wajah akan diterima artinya secara berbeda oleh orang-
Dsheanl yiunmi amneintcuemrmeimnkpaenrlishiaktakpansegnaarinsgkedrauntanb.e,”rashaihayabnagt.
orang apabila dikaitkan pada konteks yang berlainan. Suatu
studi menunjukkan bahwa ketika seseorang sedang tersenyum
Uini juga membuktikan bahwa gerakan-gerakan wajah akan
dinilai sebagai sikap jahat atau mengejek. Tetapi, ketika
Ymencerminkan emosi diri.
Uc. Universal atau relatif tegas,
A BEkspresi emosi wajah lebih bersifat universal. Orang IndonesiaStudi
Rketika berkomunikasi dengan orang Eropa, mampu merasakan
dan membaca emosi­emosi diri orang Eropa melalui ekspresi
wajahnya. Seperti takut, senang, marah. Sifat relatif dari
ekspresi wajah lebih pada apakah ekspresi tertentu diterima
atau tidak, bukan pada cara-cara mengekspresikannya.
Contohnya, pada suku tertentu rasa muak atau jijik, tabu untuk
diekspresikan secara terbuka. Tetapi, pada suku yang lain hal
itu boleh diekspresikan dengan terbuka.

d. Ekspresi sesaat
Apakah ekspresi wajah tersembunyi atau terbuka tergantung

88

Pengantar Ilmu Komunikasi

pada tingkat kesadaran seseorang terhadap tindakannya.
Misalnya, kita merasa tidak senang dengan yang lain. Ketika,
orang lain menangkap rasa tidak senang itu, kita berusaha
menutupinya dengan tersenyum. Senyuman itu akan
terekspresikan sesaat, dan selanjutnya kita sulit menghindari
sikap yang semula, yaldii “rasa tidak senang.
Tiga, komunikasi mata; dalam hal ini ada tiga hal yang penting:

TIa. Fungsi kontak mata
Komunikasi kontak mata memiliki empat fungsi. Pertama,
memonitor umpan balik (feedback) dalam percakapan.
ADengan menatap dan kontak mata, kita membuat seorang
teman merasa diperhatikan dan dia akan senang berbicara
dengan kita. Suasana dialogis akan tercapai dalam percakapan

SWitu.
Kedua, tanda untuk kembali pada percakapan. Kontak
mata juga sebagai tanda untuk kembali pada percakapan

A atau diskusi. Seorang dosen setelah menjelaskan sesuatu
akan bertanya: “Apakah ada pendapat dari kalian?” Lalu
I dosen tersebut memejamkan mata sesaat. Hal itu menjadi
tanda terbukanya percakapan atau diskusi. Ketiga, sebagai
D tanda hakikat suatu hubungan. Memejamkan mata atau
U memelototkan mata menunjukkan hakikat suatu hubungan.
Seseorang yang tertarik dengan orang lain atau sesuatu akan
meningkatkan kontak matanya. Di lain pihak, seorang mungkin
akan memelototkan mata karena tidak senang dengan
orang lain. Keempat, sebagai tanda kedekatan fisik. Ketika
seorang wanita ingin menyanyi dalam suatu acara pesta atau
melakukan sesuatu, ia meminta persetujuan pasangannya.
Sang pria akan memejamkan mata sekejap yang berarti setuju
dan juga mendukung secara penuh.
b. Fungsi menghindari
Seseorang menghindari tatapan mata dapat berarti dia tidak
tertarik atau bisa juga untuk menjaga jarak personalitasnya.
Dalam percakapan, orang dapat saja menghindari tatapan

89

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

matanya karena is tidak tertarik. Sementara dalam bus, orang
menghindari tatapan mata untuk menjaga personalitasnya.

c. Melebarkan mata
Bagi wanita, mata yang lebar adalah simbol kecantikan. Tetapi
bisa juga, orang memelototkan mata karena dia kagum atau
takjub terhadap sesuatu. Bisa juga karena seseorang sedang
marah.

Empat, Komunikasi sentuhan; yaitu bahwa sentuhan manusia
merupakan jenis komunikasi nonverbal yang paling primitif.
Ketika seorang bayi masih di dalam kandungan, sang ayah sering
menyentuh perut sang ibu untuk menunjukkan rasa bahagia dan
kasih sayang. Setelah sang bayi lahir, kasih sayang, rasa aman,
dan rasa memiliki diberikan oleh orang tuanya melalui sentuhan-
sentuhan. Sentuhan bagi sang bayi adalah sebagai awal untuk
belajar dan akan menjadi pengalaman hidupnya. Sang bayi
sendiri mulai belajar menyentuh apa saja yang ada di sekitarnya.
Dia juga belajar menyentuh dirinya sendiri, menyentuh kuping,

Ajari tangan, hidung atau alat genitalnya. Setelah bayi itu dewasa,

dia mulai belajar untuk melakukan sentuhan terhadap orang lain

Dyang bukan’anggota keluarganya, juga segala sesuatu yang ada.
UDengan demikian, sentuhan memang menjadi bahasa komunikasi

yang penting.

Y UBahasa sentuhan memiliki sejumlah fungsi dalam proses
A Bkomunikasi, yaitu:
Ra. Ungkapan seksual

Fungsi seksual ini mudah dipahami dan sangat jelas. Seperti,
seorang anak menyentuh alat vital, mencium, sentuhan
yang berkaitan dengan “intercourse” atau hubungan
badan, atau bentuk sentuhan yang lain. Seorang pria yang
memelihara kumis dan cambang atau seorang wanita yang
menghaluskan kulit tubuhnya, keduanya disadari atau tidak
akan meningkatkan pecan sentuhan dalam berkomunikasi.

b. Menghibur atau memberi dukungan

90

Pengantar Ilmu Komunikasi

Melalui sentuhan orang dapat menghibur dan memberi
dukungan kepada orang lain. Contohnya, memegang
tangan, membelai rambut, atau memeluk. Di samping itu,
sentuhan merupakan bentuk pernyataan diri. Di mana dan
bagaimana kita menyentuh menunjukkan seberapa luas dan
dalam pemyataan diri itu. Misalkan, mengucapkan selamat
dengan bersalaman adalah mencerminkan hubungan
sosial. Sedangkan, mencium pipi menunjukkan hubungan
antarpribadi yang intim.

TIc. Kekuasaan dan dominasi
Perilaku menyentuh bisa berarti perhatian sekaligus sikap
Amenguasai dan dominasi. Sebagai contoh, seseorang
berbicara sambil merangkul dan memegang punggung. Di
lain pihak, sentuhan juga menunjukkan status dan kekuasaan.

SWContohnya, seorang pria di tempat umum, pesta, restoran, atau
sekolah, selalu menyentuh pasangannya. Hal ini menunjukkan
dominasi pria atas wanita. Tetapi, kalau sentuhan yang sama
dilakukan oleh wanita kepada pasangannya, hal itu lazimnya

A tidak dipandang sebagai dominasi, tetapi sebagai rasa kasih
sayang.
I2. Komunikasi Ruang
UDDalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat dua orang berbicara
dengan jarak yang jauh. Ada pula yang bercakap-cakap dengan
berpegangan tangan. Ada lagi orang yang tidak senang didekati,
tidak senang orang lain masuk ke kamarnya, atau duduk di mejanya.
Orang ada juga yang sering mengganti dekorasi rumahnya atau
menyenangi warna-warm tertentu. Semua itu adalah aspek-aspek
dari komunikasi ruang.
Dari contoh-contoh tersebut, komunikasi ruang dapat dikelompokkan
ke dalam tiga jenis, yaitu:

a. Proxemics atau komunikasi jarak
Komunikasi jarak berhubungan dengan ruang fisik yang
membatasi jarak orang-orang di dalam hubungan antarpribadi.
Menurut Edward T. Hall (1963), manusia memiliki empat jarak

91

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

yang dapat menggambarkan empat hubungan manusia. Pertama,
jarak intim, yang berjarak dari fase sentuhan sampai 45 cm.
Pada jarak ini orang yang berkomunikasi mampu menyentuh,
merasakan suara, bau atau napas dari pasangannya. Jarak intim
dalam komunikasi juga terbentuk dari meningkatnya hubungan
psikologis. Kedua, jarak personal. Jarak ini merupakan batas
pribadi seseorang yang tidak bisa disentuh orang lain. Berjarak
antara 75-120 cm. Ketiga, jarak sosial, yakni jarak di dalam
hubungan sosial kita dengan orang-orang lain. Jarak 120-210 cm
merupakan jarak yang berhubungan dengan urusan pekerjaan
yang bersifat impersonal. Dan jarak 210-360 cm adalah jarak
untuk urusan pekerjaan yang bersifat lebih formal. Keempat,
jarak publik. Pada jarak 3604­ 50 cm orang lain bisa mengambil
sikap mempertahankan diri dari ketakutan terhadap orang lain.
Misalkan, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.
Sedangkan, jarak 450-750 cm merupakan jarak yang membatasi
kita dengan suatu kelompok besar orang-orang. Seperti, jarak
antara panggung opera dengan penontonnya.

Ab. Teritorial
Hampir mirip dengan perilaku binatang jantan dalam
Dmempertahankan wilayah kehidupannya, manusia pun di dalam
proses komunikasi memiliki batas-batas teritorial. Batas-batas
Uini 6isa berarti menunjukkan kepemilikan. Contohnya, ruang
Y Ukamar, ruang belajar, atau tempat duduk di sekolah, tidak boleh
ditempati atau disentuh orang lain. Komunikasi teritorial ini juga
A Bmenunjukkan status seseorang. Seorang manajer bisa dengan
Rbebas masuk ruang kerja kaiyawannya, tetapi para karyawan
tidak bisa sembarangan memasuki ruang kerja manajernya.
Demikian pula, pada keluarga-keluarga tertentu seorang ayah
bebas memasuki kamar anaknya, tetapi anak-anak tidak boleh
secara bebas memasuki kamar orang tuanya.
c. Estetika dan warna

Estetika adalah komunikasi ruang yang berkaitan dengan dekorasi
ruang atau tempat tertentu. Biasanya orang menciptakan ruang
atau tempat tertentu agar mempunyai arti dan keindahan.

92


Click to View FlipBook Version