The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nurazizahlutfiyah27, 2021-11-27 00:49:53

BUKU_PENGANTAR_ILKOM_WM.pdf (1)

Buku Pengantar Ilmu Komunikasi

Keywords: Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi

Keindahan akan berhubungan dengan cita rasa pemilik ruangan.
Misalkan, ruang tamu yang cantik akan mempunyai jendela yang
besar, warna dinding abu-abu kecokelatan, sinar lampu yang
redup, kursi dan meja yang atrakti~- menyenangkan. Sedangkan,
komunikasi warna berkaitan dengan arti-arti tertentu dan
hubungan warna dengan personalitas. Warna merah bisa berarti
berani, warna biru berarti kesedihan, atau merah “pink” berarti
bahagia dan sehat. Seseorang yang menyukai warna merah

TIbiasanya impulsif, aktif, agresif, penuh semangat, simpatik, cepat

menilai orang, tidak sabar, dan kuat dorongan seksualnya. Mereka
yang menyukai warna biru lazimnya konservatif, introspeksi, dan

Aselalu berarti-hati.

3. Diam

SWAda pepatah “diam itu emas”. Pepatah ini memberikan makna yang
sangat banyak, dapat berarti bersikap tidak memihak, tidak suka
membicarakan orang lain, setuju dengan hal-hal yang baik, dan mudah

A memahami kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
“diam” memberikan banyak informasi di dalam proses komunikasi
Imanusia. Dalam proses komunikasi sehari-hari, “diam” berkaitan
dengan beberapa fungsi berikut:
UDa. Memberi kesempatan berpikir
Sering kali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir
bagi seorang pembicara. Seorang pembicara diam sesaat
untuk melanjutkan apa­apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
Kadang-kadang bukan hanya pesan pesan yang bersifat verbal,
tetapi tindakan-tindakan apa yang sekiranya mendukung apa
yang telah dibicarakan.

b. Menyakiti
Hampir semua orang pernah berpikir, “saya akan mendiamkan
orang yang menjengkelkan itu”. Umumnya hal ini, dilakukan
setelah dua orang selesai bertengkar, masing-masing saling
berdiam diri. Fungsi lain dari diam adalah menolak keberadaan
dan peran seseorang di dalam suatu kelompok.

93

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

c. Mengisolasi diri sendiri
Kadang kala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang
terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalkan, seseorang
merasa cemas dan malu berada di dalam suatu kelompok
orang-orang.

d. Mencegah komunikasi
Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak
membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak
membicarakan pribadi orang lain. Di samping itu, diam juga
berarti mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau
berbicara salah.

e. Mengkomunikasikan perasaan
Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan-
tanggapan emosional. Misalkan seseorang diam untuk
menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan
antarpribadi.

f. Tidak menyampaikan sesuatu pun

ASering kali diam terjadi karena di sana tidak ada yang saling

berbicara,atauseseorangmemangsedangtidakingin melakukan

Datau mengatakan apa-­apa.
U1. Paralanguage

Y UParalanguage dapat diidentifikasikan sebagai suara-suara atau
A Bvokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan.
RParalanguage mencakup ketepatan berbicara; volume; ritme;

resonansi; bentuk-bentuk vokal seperti tertawa, pekikan, rintihan,
semburan, rengekan, suara-suara “uh-uh,shh “; dan tinggi rendah
suara.

Dalam hal ini, ada tiga hal yang berkaitan dengan paralanguage,
yaitu:

a. Paralanguage dan persepsi
Orang sering cepat menilai orang lain berdasarkan suara-suara

94

Pengantar Ilmu Komunikasi

paralanguage. Ketika mendengar pidato yang bersuara rendah,
dinilai bahwa orang yang berpidato merasa “inferior” atau rendah
diri dengan apa-apa yang disampaikan. Di pihak lain, pada orang
yang berbicara keras, dinilai sebagai orang yang mempunyai “ego”
tinggi.
Hubungan persepsi dan paralanguage ada dua. Pertama,
paralanguage dan formasi kesan. Suara-suara tertentu seseorang
merupakan gejala dari tipe personal itasnya. Contohnya, di saat

TIkita kuliah akan muncul kesan-kesan terhadap dosen. Formasi

kesan ini meliputi: kesan-kesan fisik (postur tubuh, jenis kelamin,
atau usia), kesan-kesan personal (sikap terbuka, malu, atau

Aagresif), kesan-kesan evaluatif (berbicara lepas, suara keras dan

mengancam, atau sikap bersahabat). Kedua, mengidentifkasi
sikap emosional. Paralanguage menunjukkan sikap-sikap emagio-

SWnal diri. Misalnya, seseorang yang putus asa akan mengeluh,
mungkin bersuara “ckk atau uh”.

b. Paralanguage dan percakapan

A Suara-suara paralanguage dapat menjaga dan mengubah peran-
Iperan pembicara dan pendengar di dalam percakapan.

Contohnya, apabila seseorang ingin berbicara terus-menerus, di

D selang dengan suara “ mm...,nn....” Sedangkan, apabila memberi
kesempatan berbicara pada yang lain akan bersuara “yah” atau

U yang lainnya.
5. Komunikasi Temporal (Waktu)

Penggunaan waktu pada setiap masyarakat akan berbeda-beda. Pada
masyarakat tertentu ketepatan waktu dalam segala aktivitas sangat
dianggap krusial. Tetapi, oleh masyarakat yang lain ketepatan waktu di
dalam setiap kegiatan tidak dianggap penting, dan keterlambatan waktu
tertentu masih ditolerir. Pentingnya ketepatan dan keterlambatan
waktu bisa juga berbeda bagi setiap individu. Penggunaan waktu yang
efisien dan efektif dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi orang-
orang “penting”, kaum profesional, atau para eksekutif. Tetapi, hal itu
mungkin tidak dianggap penting bagi masyarakat golongan yang lain.

Ada dua hal penting yang berkaitan dengan penggunaan waktu di

95

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

dalam proses komunikasi, yaitu:

a. Menunjukkan status
Penggunaan waktu akan menunjukkan status seseorang dalam
beberapa segi kehidupan. Misalkan, seorang mahasiswa akan
berusaha “on time” atau tepat waktu apabila dia mempunyai janji
dengan dosennya. Sebaliknya, tidak demikian dengan dosennya,
apabila dia membuat janji dengan mahasiswanya.

b. Waktu dan kesesuaian
Artinya penggunaan waktu dalam proses komunikasi berkaitan
dengan kesesuaian dari kegiatan yang dilakukan. Contohnya,
seorang dosen yang sibuk akan menyempatkan hari-hari tertentu
untuk dapat memberikan konsultasi kepada mahasiswanya
karena waktu-waktu yang lain harus digunakan untuk kegiatan-
kegiatan lain yang penting. Seorang dokter mempunyai jam
jam praktek tertentu karena waktu-waktu yang lain dia harus
menengok pasien-pasiennya di rumah sakit. Tetapi, seorang

Adosen akan memberi toleransi waktu lain untuk konsultasi bagi

mahasiswa tertentu yang sudah saatnya mengikuti ujian sidang

Dkelulusan kesarjanaannya. Juga, para dokter akan menerima

telepon di luar jam kerjanya apabila harus menghadapi keadaan

Udarurat yang menyangkut nyawa orang lain.
Y UF. Fungsi Komunikasi Nonverbal
A BPada uraian terdahulu telah dijelaskan, bahwa sesungguhnya
Rdalam beberapa hal komunikasi verbal berbeda dengan komunikasi

nonverbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai
suatu komunikasi yang efektif Dengan menggabungkan keduanya,
pembentukan makna suatu pesan komunikas: akan tercapai
secara keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari
komunikasi nonverbal.
Sebenarnya, ada beberapa fungsi umum dari komunikasi nonverbal,
tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi
nonverbal bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna
suatu pesan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi nonverbal

96

Pengantar Ilmu Komunikasi

memodifikasi komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan
pendapat Paul Ekman (1965) sebagai berikut:

1. Repetisi atau Pengulangan
Perilaku-perilaku nonverbal mungkin merupakan pengulangan
untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang
dikomunikasikan. Jika seseorang menanyakan agar ditunjukkan
letak kampus UI Salemba; kita akan memberikan penjelasan

TIdengan kata-kata “Setelah bapak menemukan perempatan

jalan di depan, bapak belok ke arah utara.” Sesaat kemudian,
kita masih perlu menegaskan atau memperkuat penjelasan
terdahulu dengan menunjukkan jari ke mana arah utara

Atersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan

memberikan gambaran dengan peragaan nonverbal yang lain.

SWUntuk hal yang sama, fungsi repetisi ini bisa berlaku pula
untuk pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau
isyarat biasanya berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperti,
menganggukkan kepala berarti “ya”, menggelengkan kepala

A berarti “tidak”, melambaikan tangan berarti “halo” atau
“selamat tinggal”, dan meletakkan tangan di kuping bisa berarti
I “saya tidak mendengar”.
Namun seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda-
D tanda gestura itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang
U berbeda. Contohnya, di Amerika Serikat sikap setuju atau OK
bisa diungkapkan orang dengan membuat bentuk lingkaran dari
penggabungan ibu jari dan keempat jari yang lain. Tetapi, tanda
ini bisa berarti berbeda di negara lain, di Perancis berarti orang
bodoh (nol).

2. Kontradiksi atau Perlawanan
Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan
yang sifatnya berlawanan. Tindakan-tindakan ini biasanya
terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan
dengan apa yang terucapkan. Sikap-sikap ini akan mfnimbulkan
pesan-pesan yang bermakna rangkap. Contohnya, ketika wajah
seseorang merah padam dan sikap yang menahan emosi,
seorang teman bertanya, “Marah ya?” Namun, dia akan bilang

97

Bab VII: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

“Tidak, saya tidak marah.” Jelas bahwa sikap dan ucapan orang
tersebut bertentangan. Sungguhpun demikian, biasanya,
kontradiksi antara kata-kata yang terucapkan dan tindakan-
tindakan yang dilakukan tidak nampak dengan jelas, halus dan
disamarkan.
Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
atau bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang
bermakna rangkap. Misalnya, orang menutupi rasa grogi di
saat bicara di depan orang banyak dengan duduk terpaku, atau
ketika seseorang menunjukkan sikap atraktif karena ingin akrab
dengan orang lain, padahal biasanya dia tidak bersikap seperti
itu.
Namun, perlu diingat pesan-pesan ganda yang kita tampilkan
dengan halus mempunyai akibat yang besar apabila orang lain
melihat ketidakkonsistenan antara tindakan dan ucapan. Orang
akan lebih percaya pada perilaku nonverbal dibandingkan pesan
verbal di dalam komunikasi.

A 3. Substitusi atau Pengganti
Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang
Ddikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan
sesuatu, kita hanya “angkat bahu” untuk mengatakan tidak
Utahu. Dalam hal ini sering tidak disadari tindakan-tindakan
nonverbal ini. Seperti tersenyum, menarik napas panjang, atau
Y Umengerutkan kening. yang bermakna ganda. Sering kali proses
A Byang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi
Ryang sudah ada.
4. Komplemen atau Pelengkap

Tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi untuk melengkapi
pesan verbal. Biasanya tindakan nonverbal mengadaptasi pesan-
pesan verbal. Misalkan, kita baru pulang dari pendakian gunung
dan merasa bangga telah mencapai puncak serta kembali dengan
selamat. Perasaan bangga tersebut kita ungkapkan kepada
seorang teman dengan cara menceritakan tentang bagaimana
sulitnya medan yang berbukit-bukit dengan peragaan gerakan­
gerakan tangan, luas dan indahnya puncak gunung dengan

98

Pengantar Ilmu Komunikasi

merentangkan tangan, atau curamnya kemiringan bukit-bukit
dengan gerakan tangan dan tubuh yang dimiringkan.
Dari contoh tersebut, banyak tindakan-tindakan nonverbal dari
seluruh bagian tubuh digunakan untuk melengkapi pembentukan
makna pada pesanp­ esan verbal. Contoh itu jugs menjelaskan,
bahwa tindakan-tindakan nonverbal dapat berfungsi melukiskan
suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang ilustratif,
proses komunikasi akan lebih bermakna.

TI5. Regulasi atau Pengatur
Perilaku nonverbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau
peagatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya
Aberupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan
tidak setuju. Contohnya, ketika dua orang berbicara, yang
lain mengangguk atau menggelengkan kepala. Hal itu dapat

SWmembuat percakapan berlangsung dengan baik. Sedangkan,
apabila orang yang mendengar selalu menggelengkan kepala,
percakapan tidak akan berlangsung dengan baik.

A 6. Aksentuasi atau Penekanan
I Tanda-tanda nonverbal juga berfungsi menekankan atau

menegaskan pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang

D rekan dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara
U yang tinggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan

tanda-tanda italik (kursif atau garis miring) dalam bahasa
verbal.

99

Daftar pustaka

Cangara. Hafied, Prof. Dr. M.Sc. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.

DeVito, J.A. (1986). The Interpersonal Communication Book. Fourth
Edition. New York: Harper & Row, Publishers.

Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: PT.Citra Aditya bakri.

Forsdale, L. (1981). Perspective on Communication. Menlo Park, California:
Addison-Wesley- Publishing Company.

McQuail, D. (1987). Mass Communication Theory: An Introduction. Beverly

AHills, California: Sage Publication.
DMcQuail. D. & Windahl, S. (1986). Communication Models For the Study of

Mass Communication. New York: Longman

URogers, Everett M. (1983). Diffusion of Innovation. Third Edition. New York:
Y UThe Free Press
A B------------------------. (1994). A History of Communication Study: A
RBiographical Approach. New York: The Press. Hal 34-37.

Schramm, W. & Roberts, D.F. Eds. (1974). The Process and Effects of Mass
Communications. Urbana: University ofIllinois Press.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, et all (2009). Materi Pokok Pengantar Ilmu
Komunikasi. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka

100

AUSDWI ATI


Click to View FlipBook Version