The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Diktat belajar Siswa mengenai perjanjian baru 2

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gintinge123, 2022-11-09 22:30:05

Perjanjian Baru II

Diktat belajar Siswa mengenai perjanjian baru 2

Keywords: Mahasiswa

Erikson Ginting S.E.,M.pd

NAMA MATA KULIAH : TEOLOGI PERJANJIAN BARU II

KODE : BOBOT : 2 sks

SEMESTER : VII (tujuh)

PRASYARAT : Tafsir PL 2

BANYAKNYA PERTEMUAN/ WAKTU : 14 X (2 X 50 MENIT) TIAP PERTEMUAN

STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang sejarah dan
perkembangan teologi dalam PB, menhayati tema-tema teologi PB sebagaimana dijumpai dalam
Suart - Surat dan kitab Penggembalaan dan merefleksikannya secara kontekstual.
KOMPETENSI DASAR 1. Mampu menjelaskan dengan benar secara rinci Teologi PB II 2.
Mampu mempelihatkan sikap kritis dalam mempelajari Bentuk teologi PB II 3. Mampu
berinovasi dalam mempelajari tema-tema Teologi PB II 4. Mampu memperlihatkan kesadaran
pentingnya mempelajari Teologi PB II 5. Mampu mendemonstrasikan penghayatan nilai-nilai
tema-tema Teologi PB II 6. Mampu menunjukkan kebiasaan berperilaku sesuai nilai-nilai tema-
tema Teologi PB II 7. Mampu mengumpulkan sumber belajar yang berkaitan dengan Teologi PB
II

URUTAN DAN RINCIAN MATERI 1.Teologi Perjanjian Baru Dan Masalahnya 2. Latar
Belakang Yang Mempengaruhi Teologia Perjanjian Baru 3. Otentisitas Perjanjian Baru Bagi
Teologi Perjanjian Baru 4. Metodologi Pendekatan Dari Teologi Perjanjian Baru 5. Beberapa
Pemikir Teologi Perjanjian Baru 6. Garis Besar Kitab-kitab Perjanjian Baru 7. Teologi Masing-
Masing Kitab 8. Pembahasan Teologi Kisah Para Rasul 9. Pembahasan Teologi Yakobus 1
10. Pembahasan Teologi Ibrani 11. Pembahasan Teologi Paulus 12. Pembahasan Teologi Petrus
13. Pembahasan Teologia Yudas 14. Pembahasan Teologi Yohanes

INDIKATOR HASIL BELAJAR 1. Mahasiswa mampu memiliki pemahaman yang benar dan
komprehensif akan Teologi yang muncul dalam konteks Perjanjian Baru. 2. Mahasiswa mampu
menghadirkan apa yang dipahami tersebut dalam bentuk pelayanan aktual sesuai dengan konteks
pelayanan masing-masing. 3. Mahasiswa mampu mengalami pertumbuhan dalam keyakinan
yang benar sehingga mampu berelasi secara pribadi dengan apa yang ia terima sebagai
kebenaran.

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PENDEKATAN : Kontekstual partisipatoris
PENGALAMAN : 1. Mahasiswamendengar kuliah Dosen BELAJAR 2. Mahasiswa berdiskusi
3. Mahasiswa mengeksplorasi 4. Mahasiswa memaknai nilai-nilai 5. Mahasiswa
mempresentasikan 6. Mahasiswa melakukan kajian pustaka METODA : Ceramah, eksplorasi,
diskusi, presentasi, melakukan tugas mandiri, studi perbandingan, kajian pustaka. TUGAS : 1.
Membuat makalah 2. Membuat sketsa 3. Mengoleksi sumber belajar 4. Membuat kajian pustaka
5. Melakukan presentasi STANDAR : 1. Tinjauan Buku : 20% 2

Erikson Ginting S.E.,M.pd

PENILAIAN 2. Makalah : 20% 3. Presentasi : 20% TEKNIK 4. Tugas mandiri : 20% BENTUK
SOAL 5. UAS : 20% MEDIA : TERTULIS : Tes Tertulis, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk
kerja : Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,

Daftar Kepustakaan 1. Moris, Leon. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1996. 2.
Avis, Paul. Ambang Pintu Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. 3. Bruce, F.F. Dokumen-
dokumen Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. 4. Guthrie, Donald. Teologi
Perjanjian Baru, vol 1-3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999. 5. Baker, David L. Satu Alkitab
Dua Perjanjian: suatu Study tentang Hubungan Teologis antara Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. 6. Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru. Malang:
Gandum Mas, 1996. 7. Packer, J.I., dan yang lainnya. Dunia Perjanjian Baru. Malang: Gandum
Mas, 1995. 3

Erikson Ginting S.E.,M.pd

PENDAHULUAN

Beberapa pertanyaan penting telah menjadi diskusi panjang dalam telaah Teologi
Perjanjian Baru. Intinya adalah sungguh-sungguhkah ia layak dipercayai? Tentu saja bukan
hanya dalam konteks penyataan atau penyingkapan diri Allah, tetapi juga dalam konteks
berlangsungnya peristiwa baik narasi, nubuatan, rangkaian peristiwa serta nilai otentisitasnya .
Sejarah yang berproses telah menjadi alat bukti dengan sendirinya bahwa ia dapat dipercayai.
Bahkan dengan munculnya temuan-temuan mengenai gulungan-gulungan kitab di sekitar daerah
laut mati dan serta cerita friksi yang dibuat oleh kelompok liberal justru semakin mempertegas
nilai unggul dapat dipercayainya keseluruhan kitab Perjanjian Baru (tentunya membawa dampak
yang sama pada Perjanjian Lama). Namun apakah sebenarnya makna Perjanjian Baru?
Penelusuran terhadapnya dimulai dari latar belakang munculnya suatu ―Perjanjian baru‖. Istilah
Perjanjian Baru sendiri muncul hanya 6 kali dalam Alkitab, masing- masing: Yer. 31:31; Luk.
22:20; I Kor. 11:25; II Kor. 3:6; Ibr. 8:8; 12:24. Mula pertama digunakan dalam konteks janji
nubuatan dan pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya. Sebagai sebuah bentuk perjanjian yang
dinyatakan bukan lagi dalam tanda-tanda atau simbol-simbol lahiriah melainkan suatu hubungan
baru antara Allah dan umat. Bentuk baru ini berakibat pada pembaharuan perjanjian yang gagal
terpelihara oleh umat. Kesadaran yang muncul dalam diri umat dipengaruhi oleh tekanan-
tekanan yang mereka alami terutama pada masa-masa pembuangan dan pengasingan. Latar
Belakang yang mempengaruhi Teologia Perjanjian Baru (1). Allah menghadirkan gereja
ditengah-tengah situasi yang (selalu) tidak kondusif: (2). Perkembangan Hermeneutik yang
menjadi (lebih) tidak kondusif(3). Teologi yang terus menerus mengalami pergeseran makna
Beberapa Pemikir Teologi Perjanjian Baru Teologi Perjanjian Baru mulai diminati sekitar dua
abad terakhir ini. Sebelumnya teologi yang diminati adalah dogmatik, formulasi doktrin dari
gereja dan sistematika, yang seringkali merupakan hasil spekulasi filosofis. Dalam suatu
ceramah pada tahun 1787, J.P. Gabler mengimbangi dan menyerang metodologi teologi
dogmatik, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya. Pendekatan rasionalistik dipakai untuk
mengerti Perjanjian Baru. Alkitab dipandang sebagai buku hasil karya manusia, baik dalam
proses penulisannya dan apa yang ditekankan oleh masing-masingpenulis. Pada dasarnya mereka
menolak inspirasi Alkitab dan memandang Perjanjian Baru sebagai karya literature yang tidak
berbeda dengan karya literature lainnya, oleh sebab itu pendekatan yang mereka lakukan untuk
studi Perjanjian Baru adalah sudut pandang kritikal. Hasilnya adalah keragaman opini. Sebagian
melihat adanya pertentangan antara penulis yang satu dengan yang lain dalam Perjanjian Baru,
baik dari segi sejarah, latar belakang, sintesa atau kehidupan Kristus yang dibumbui oleh para
penulisnya. Namun demikian, kalangan konservatif, dalam mempelajari Perjanjian Baru,
biasanya memakai pendekatan dengan cara menyusun suatu materi sesuai dengan pembagian
teologi sistematik atau memakai pendekatan teologis dari para penulis Perjanjian Baru. Pelopor
mula-mula dalam studi teologi Perjanjian Baru adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-1860) ia
adalah pemimpin dari kaum rasionalis.

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu tesis-antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan Perjanjian
Baru. Jadi baur menemukan pertentangan antara penekanan Yahudi dari tulisan Petrus dan
penekanan non-Yahudi dariTulisanPaulus. H.J. Holtzman (1832-1910) melanjutkan pemikiran
itu, dimana ia menyangkal ide apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan menyodorkan teologi
konflik dalam PerjanjianBaru. Wilhelm Wrede (1859-1906) memberi pengaruh yang cukup
besar pada teologi Perjanjian Baru dengan memberi penekanan pada pendekatan sejarah agama.
Ia menolak Perjanjian Baru sebagai satu dokumen teologi; tetapi berpendapat bahwa Perjanjian
Baru harus dilihat sebagai suatu sejarah dari abad pertama. Teologi seharusnya tidak boleh
dipertimbangkan sebagai istilah yang tepat; agama merupakan istilah Menurut keunikan masing-
masing kitab Garis besar Teologi dalam Perjanjian Baru: Sudut pandang teologi Dalam hal sudut
pandang teologi, terbagi atas 2 kelompok besar yaitu: Kelompok Liberal dan neo Orthodoks 6
Menurut klasifikasi doktrinal  Menurut penamaan  Menurut waktu penulisan yang lebih baik
untuk mengidentifikasikan tulisan-tulisan Perjanjian Baru karena mengekspresikan
―kepercayaan, pengharapan, dan kecintaan‖ para penulis daripada hanya merupakan ―suatu
catatan refleksi teologis yang abstrak.

‖ Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada Perjanjian
Baru dan berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan
bahwa Perjanjian Baru telah dicampuri oleh opini-opini dan penafsiran ulang dari para penulis.
Tugas sekarang adalah melakukan ―demitologisasi‖ dari Perjanjian Baru, yaitu untuk melucuti
pengaruh pemikiran penulis Perjanjian Baru dan mencari kata-kata sebenarnya yang diucapkan
oleh Yesus. Bultman tidak melihat adanya koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus iman.
Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai keselamatan
manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau ―sejarah keselamatan.‖ Culman banyak
menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti eksegesis Perjanjian Baru
dengan penekanan pada Kristologi Perjanjian Baru.

GARIS BESAR KITAB PERJANJIAN BARU

Garis besar kitab-kitab dalam Perjanjian Baru : Menekankan Perjanjian baru sebagai
bagian kisah-kisah emosional tentang Yesus. Kelompok Injili/Konservatif/Orthodoks Kelompok
ini percaya bahwa Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) diwahyukan Allah, sehingga
kalaupun dilakukan penelitian data-data empiris tetap dengan ketaatan dan percaya bahwa
penulis dikuasai seluruhnya oleh Allah dan Allah bersedia menggunakan seluruh kemampuan
penulis, sehingga keharmonisan dan kesatuan isi seluruh kitab tetap terpelihara. Teologi Kisah
Para Rasul Pendahuluan Kisah Para Rasul bukanlah suatu unit tersendiri karena jelas bahwa ia

Erikson Ginting S.E.,M.pd

ditulis sebagai kelanjutan dari Injil Lukas, dimana penulis berbicara tentang ―bukunya yang
pertama‖ (Kis. 1:1) dan menujukan tulisannya pada Teofilus.

Ikthisar dari buku yang pertama, seperti yang termuat dalam Kisah Para Rasul 1:1-2,
sangat sesuai dengan isi Injil Lukas dan cerita dimulai tepat pada titik dimana Injil Lukas
berakhir. Kisah Para Rasul disusun secara logis diseputar ikhtisar perkembangan geografi seperti
yang dinyatakan dalam 1:8: ―Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, diseluruh Yudea, dan
Samaria, dan sampai keujung bumi‖. Bagian pertama setelah pembukaan menceritakan awal
perkembangan di Yerusalem. Bagian yang kedua, menguraikan 7 Menekankan Perjanjian baru
sebagai berita pengalaman pribadi orang berimana dalam konteks ia ditulis.  Menekankan
Perjanjian baru sebagai sintesis dari agama-agam purbakala.  Menekankan bahwa Perjanjian
Baru hanya terbatas pada nilai sejarah penyelamatan.  Menekankan konflik antar penulis.
Kelompok Liberal menempatkan Perjanjian baru sebagai literature biasa sehingga saat
dilakukan study terhadapnya harus melepaskannya dari otoritas ilahi hingga sangat
memungkinkan untuk dikritisi, alhasil Perjanjian baru ditolak sebagai wahyu Allah. Lima ciri
khas dari kelompok ini adalah:
secara singkat pelayanan di Samaria, daerah pesisir dan Kaisera. Ikhtisar Kisah Para Rasul juga
dapat dibuat berdasarkan catatan perkembangannya dalam 2:47; 5:14; 6:7; 9:31; 12:24; 16:5; dan
19:20 tercatat pertumbuhan jumlah serta peningkatan mutu kehidupan rohani umat Kristen, yang
menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul menaruh perhatian pada perkembangan yang progresif
dari Kekristenan. Ikhtisar Kisah Para Rasul dapat pula dibuat berdasarkan pribadi-pribadi yang
dimunculkan didalamnya. Pasal 1 sampai 5 dipusatkan pada Petrus; pasal 6 dan 7, pada Stefanus;
pasal 8 hingga 12 memperkenalkan beberapa pribadi, yang paling menonjol diantaranya adalah
Barnabas, Filipus, dan Saulus dari Tarsus; dan pasal 13 sampai selesai Paulus adalah tokoh yang
paling dominan. Suatu perbandingan antara Petrus dan Paulus dapat dilihat dari pelbagai sudut:
keduanya adalah pemimpin, yang satu dikalangan Yahudi, yang lain dikalangan orang bukan
Yahudi. Kebenaran Kisah Para Rasul sudah sering dipertanyakan, namun belum pernah berhasil
dipatahkan. Banyak kesulitan yang ditemui dalam menyelaraskan urutan waktunya dengan surat-
surat kiriman, dan tidak semua penyebutan sejarah didalam Kisah Para Rasul dapat dipastikan
karena seringkali data yang dibutuhkan tidak ada. Jalur cerita utama didalam Kisah Para Rasul
menyangkut misi pemberitaan Injil ke utara melalui Antiokhia ke Asia kecil dan dari sana ke
Makedonia, akhirnya ke Roma. Ada dua alasan yang mungkin mendasari keterbatasan cerita ini.
Yang pertama, penulis sendiri sangat memahami dampak penyebarluasan agama Kristen dan
dengan demikian dapat memanfaatkannya dengan lebih berhasil-guna sebagai sarana untuk
menjelaskan tema utamanya. Yang kedua, tujuan utama penulis adalah untuk mengajar
pembacanya tentang kepastian Injil. Kelangsungan Injil sejak dinyatakan oleh Yesus kepada
murid- murid-Nya hingga saat ia menulis kitab harus ditujukan dengan jelas, karena Paulus
adalah pemimpin dari misi kepada orang bukan Yahudi. Ia patut mendapatkan perhatian utama
dan penjelasan tentang peralihan bangsa Yahudi kepada bangsa-bangsa lain, dari hukum Taurat
menjadi karunia, dan dari Palestina kedunia luar tidak harus didukung oleh suatu pengamatan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

yang menyeluruh terhadap semua kejadian yang berlangsung dalam rangka pertumbuhan misi
gereja Kristus.

Pembahasan Teologi Kisah Para Rasul

Doktrin Allah. Kedaulatan Allah. Lukas menjelaskan kematian Kristus sebagai hasil dari
ketetapan Allah dan kemahatahuan Allah (Kis. 2:23). Ketetapan Allah berarti ―kehendak-Nya
telah ditetapkan sebelumnya dan tidak fleksibel. Kedua frasa itu menekankan keteguhan dan
ketidakbisaan diganggu gugatnya ketetapan itu.‖ Kedaulatan Allah juga dilihat dalam pemilihan
(Kis. 13:48). Ketepatan jumlah dari orang-orang pilihan untuk hidup yang kekal. Eksistensi
Allah dan anugrah umum. Di Listra, Paulus mendeklarasikan ―Allah yang hidup‖ kepada para
pendengarnya, mengingatkan mereka bahwa Ia adalah adalah pencipta. (Kis. 14:15-18). Juga
kepada orang Atena bahwa Allah telah memberi mereka kehidupan (Kis. 17:22-31). Doktrin
Kristus Penekanan Lukas sehubungan dengan Kristus di Kisah Para Rasul ada beberapa segi:
penyaliban dan kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya. Penyaliban dan kematian Kristus. Banyak
pernyataan berkaitan dengan kematian Kristus merefleksikan tuduhan para rasul pada orang
Yahudi dan penyaliban Kristus. Kristus telah dipaku di atas kayu salib oleh orang fasik (2:23);
Kristus telah dipermalukan sampai mati, dengan penyaliban. Ia yang benar telah dibunuh.
(&:52). Kebangkitan Kristus. Beberapa tema berkaitan dengan kebangkitan ditekankan:
Kebangkitan Kristus telah dinubuatkan di Mazmur 16:8-11 dan digenapi di Mazmur 2:7 (Kis.
2:22-32; 13:33-37) Kebangkitan Kristus diproklamasikan dengan kuasa yang besar (Kis. 4:2, 10,
33) Allah tidak hanya membangkitkan Kristus tetapi juga meninggikan Dia pada posisi yang
berotoritas (Kis. 5:31) Kebangkitan Kristus juga dihadiri oleh para saksi (Kis. 10:40-41)
Kebangkitan Kristus menandai penghakiman masa yang akan datang (17:31) 9

Kebangkitan Kristus diproklamasikan pada orang Yahudi dan non- Yahudi untuk penggenapan
dan nubuat itu (Kis. 26:23) Kembalinya Kristus. Pada saat kenaikan Kristus, para malaikat
berjanji bahwa Kristus akan datang kembali dengan cara yang sama (Kis. 1:9-11). Petrus
mengumumkan zaman millennial pada waktu ia berbicara tentang ―periode restorasi dari segala
sesuatu‖ (Kis.3:21). Doktrin Roh Kudus Keilahian-Nya. Kis. 5:3-5 mencatat pernyataan utama
berkaitan dengan keilahian Roh Kudus. Pekerjaan-Nya. Melalui karyanya dalam pembaptisan
orang percaya, Roh Kudus mendirikan gereja (1;5; 11:15-16). Roh Kudus aktif memenuhi orang
percaya untuk bersaksi (1:8; 2:4; 4:31). Roh Kudus memimpin dalam pelayanan (8:26-30; 10:19;
20:23; 21:4,11). Doktrin Keselamatan. Keselamatan melalui beriman kepada Kristus (10:43)
Percaya mencakup pertobatan (20:21) Keselamatan adalah melalui anugrah Allah (Kis. 16:14;
18:27). Keselamatan terlepas dari jasa bentuk apapun (Kis. 15). Doktrin Gereja. Sebagaimana
yang diharapkan, Kisah Para Rasul memberikan cukup banyak materi tentang doktrin gereja
karena kitab ini merupakan catatan tentang lahir dan tumbuhnya gereja. Formasi gereja. Gereja
dibentuk melalui baptisan dari karya Roh Kudus. Organisasi gereja. Para rasul merupakan
fondasi gereja (Kis. 2:42), tetapi para penatua dipilih untuk memimpin gereja-gereja lokal (Kis.
14:23; 15:4). Penatua adalah pluralitas gereja. Diaken juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 6

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Fungsi-fungsi di gereja. Kisah Para Rasul memberikan pandangan yang bernilai berkaitan
dengan gereja: 10

Petunjuk adalah penting di gereja mula-mula (Kis. 2:24; 4:2 dst), yang melibatkan pengajaran
dari kebenaran proporsional dan doktrin-doktrin. Persekutuan yang melibatkan hal-hal materi
(4:32-35; 6:1-3; 16:15, 34), perjamuan Tuhan, penderitaan. Ibadah direfleksikan dalam
penghormatan orang percaya kepada Tuhan (4:23-31) Pelayanan yang paling dilibatkan adalah
penginjilan. Teologi Yakobus Tujuan Teologis: Orang percaya Ibrani menghadapi pengadilan-
pengadilan, penganiayaan-penganiayaan dari orang Yahudi yang tidak percaya. Oleh karena
orang percaya tidak mengetahui bagaimana mengerti atau menghadapi penganiayaan, maka
Yakobus menulis untuk memberikan pandangan kepada mereka. Tujuannya adalah memberikan
pengoreksian pada semangat kedagingan yang ada, memperlihatkan iman sebagai penawar
masalah tersebut. Tema Surat Yakobus: ―Semakin dewasa didalam Kristus‖. Karakteristik Surat
Yakobus: Lebih dari 100 kali menunjuk kepada kitab Perjanjian Lama. Banyak referensi untuk
karakteristik Perjanjian Lama. Ia menekankan manusia sempurna adalah yang tidak berdosa
dengan mulutnya Pembahasan Teologia Yakobus Doktrin Kitab Suci. Sehubungan dengan kitab
suci maka ada beberapa poin yang dapat dilihat dalam kitab Yakobus. Ada penekanan yang kuat
atas Perjanjian Lama di kitab Yakobus. Dalam lima pasal Yakobus menunjuk pada penjelasan
kedua puluh kitab Perjanjian Lama. Ada penekanan pada pengajaran Yesus. Yakobus berisi lima
belas kiasan dari khotbah di Bukit (Mat. 5:22; 3:12; Mat. 7:16; 4:11; 7:1) 11

Ada penekanan atas otoritas kitab suci Ada penekanan atas karya Kitab Suci Doktrin Allah
Pandangan Yakobus tentang Allah merefleksikan konsep dari relasi bersyarat antara orang Israel
dengan Allah di bawah hukum Musa: ketaatan membawa berkat, ketidaktaatan membawa
hukuman (Ul.28). Jadi Yakobus menyajikan orang berdosa sebagai musuh Allah; pertemanan
dengan dunia akan membuat seseorang menjadi musuh Allah (4:4-5) Doktrin Manusia dan Dosa
Yakobus menghubungkan doktrin dan aplikasi pada waktu ia menasehati pendengarnya untuk
mengontrol lidah, karena lidah manusia digunakan untuk melawan sesama manusia yang
diciptakan menurut Allah. Meskipun manusia dibuat berdasarkan gambar Allah tetapi karena
kejatuhan manusia ia menjadi berdosa, memiliki nature dosa seperti yang dijelaskan Yakobus
sebagai hawa nafsu (1:14). Hawa nafsu inilah yang merupakan respon dari dalam ke luar sebagai
keinginan dan menghasilkan dosa (1:15). Pembahasan Yakobus dalam isu ini penting, karena ia
memberikan pengertian yang lebih jelas tentang bagaimana dosa itu terjadi dibandingkan dengan
bagian lain kitab suci. Yakobus menunjuk pada dosa (Yunani; hamartia,‖meleset dari sasaran‖)
enam kali, dosa berasal dari hawa nafsu yang ada di dalam diri manusia (1:15); akibat dosa
adalah dalam hal rohani dan kematian yang kekal (1:15); dosa memperlihatkan kasih yang pilih-
pilih dan tidak mengasihi (2:8-9); dosa gagal untuk berbuat baik (4:17); dosa dapat diampuni
(5:15, 20). Yakobus juga menyebut dosa (Yunani: parabates) sebagai suatu pelanggaran pada
standar Allah (2:9,11). Doktrin Keselamatan Yakobus berbicara banyak tentang iman. Iman
adalah cara manusia untuk dapat mendekati Allah (1:6; 5:15); iman harus dalam Yesus (2:1); dan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

perbuatan manusia akan mendemostrasikan realitas dari iman (2:18). Perbedaan antara Paulus
dan Yakobus adalah bukan iman versus perbuatan, melainkan perbedaan dari relasi. Yakobus
menekankan perbuatan dari orang percaya dalam relasi dengan iman dan Paulus perbuatan
Kristus dalam relasi dengan iman. 12

Teologi Ibran Pembahasan Teologi Ibrani Doktrin Allah Penulis Ibrani menekankan baik Pribadi
dari Allah yang mulia dan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Pribadi-Nya:
Penulis menggambarkan Bapa sebagai yang ditinggikan di surga, bertakhta di tempat yang tinggi
(1:3). Frasa itu adalah suatu sebutan bagi Allah yang dinyatakam di Mazmur 110:1. Gambaran
yang sama ditulis di 8:1 dimana istilah ―yang mulia‖ kembali digunakan. Karena kitab ini
ditulis bagi orang Yahudi, tidak diragukan hal itu menunjuk pada ―kemuliaan yang bertakhta di
Kursi Kemurahan di Tempat Yang Maha Kudus.‖ Penulis juga membahas bagaimana
menghampiri Allah dengan menunjuk pada Takhta- Nya. Orang percaya Yahudi diingatkan
bahwa Allah mereka adalah Allah yang hidup, berbeda dengan ilah-ilah yang mati. Penulis
mendorong mereka untuk tidak kembali ke sistem yang mati tetapi melayani Allah yang hidup.
(Ibr. 9:14; 10:31; 12:22). Penggunaan api sebagai figure Allah melambangkan penghakiman
Allan (12:19). Hal ini berhubungan dengan tema Ibrani dalam memperingatkan mereka untuk
tidak meninggalkan Allah yang hidup. Kitab ini ditutup dengan menyebut Allah sebagai damai
(13:20). Ia dapat memberikan damai kepada orang Yahudi di tengah penganiayaan. Wahyu-Nya
Pernyataan tentang wahyu Allah adalah melalui Putra-Nya (1:1-2). Di Perjanjian Lama, Allah
berbicara setahap demi setahap dan dengan berbagai cara, tetapi klimaks dari wahyu-Nya adalah
dalam Pribadi Putra-Nya. Sebagai saksi dari wahyu di dalam Kristus, Allah mempertunjukkan
mujizat-mujizat melalui tangan-tangan para saksi-Nya, para rasul, yang menyaksikan
keselamatan akbar di dalam Kristus (2:4). Kebesaran anugrah Allah terlihat, karena melaluinya,
Kristus mati bagi semua orang. 13

Doktrin Kristus Kristologi terlihat jelas merupakan tema utama Ibrani. Dalam perkembangan
kitab ini, penulis memperlihatkan superioritas Kristus terhadap nabi (1:1-3), malaikat (1:4-2:18),
Musa (3:1-4:13), dan Harun (4:14-10:39). Penekanan Kristologis adalah penting pada saat
mempertimbangkan siapa pembacanya. Dan penulis Ibrani memperlihatkan berbagai segi dari
Kristus untuk mendemontrasikan keunggulan-Nya. Sebutan Kristus (Yang Diurapi) digunakan di
seluruh surat-surat (3:6,14; 5:5; 6:1; 9:11, 11, 14, 24, 28; 11:26). Hal itu merupakan suatu
peringatan bahwa Yang Diurapi, Mesias sebagai seorang Raja, telah datang. Nama kemanusiaan-
Nya, Yesus, menekankan bahwa dalam kemanusiaan-Nya sebagai imam besar manusia, ia telah
mencapai apa yang tidak dapat dilakukan oleh imam besar Lewi. Istilah Putra digunakan untuk
menekankan relasi yang lebih besar yang dimiliki Yesus dengan Bapa (1:2,5,8: 3:6; 5:5, 8;7:28).
Kristus juga ditunjuk sebagai Imam Besar yang permanen, yang telah menjadi korban
pendamaian bagi dosa (2:17) Keilahian. Keilahian Yesus diteguhkan melalui nama yang
diberikan kepada-Nya. (1:8- 10). Melalui nature intrinsic-Nya dan keberadaan-Nya sebagai
―cahaya dari kemulian- Nya.‖ Juga melalui karya-Nya. Ia merupakan pencipta masa, penerima

Erikson Ginting S.E.,M.pd

dari segala yang ada (1:2) dan pemelihara. Manusia tak berdosa. Penulis Ibrani menekankan
kesejatian, ketidakbercelaan dari kemanusiaan Yesus, sehingga Ia dapat menjadi korban yang
sempurna bagi dosa. Keimaman. Kristus adalah paling tinggi karena Ia adalah imam menurut
aturan Melkisedek, tidak menurut keimaman Harun. Keimaman Kristus yang menurut
Melkisedek adalah superior. Doktrin Roh Kudus Meskipun doktrin Roh Kudus tidak dibahas
secara panjang lebar, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kitab Ibrani: Tanda
karunia diperlihatkan melalui kedaulatan kehendak Roh Kudus (2:4) Roh Kudus merupakan
penulis dari kitab suci (3:7; 9:8; 10:5) Keselamatan menjadikan seseorang mendapatkan bagian
dalam Roh Kudus (6:4) Menolak keselamatan melalui Kristus adalah melawan Roh Kudus
(10:29). 14

Doktrin Dosa Doktrin dosa dalam Ibrani merupakan hal yang paling fundamental, karena tema
Ibrani adalah peringatan bagi orang Ibrani Kristen untuk tidak berbalik kembali kepada
Yudaisme. Oleh karena itu berarti berdosa kepada Kristus. Doktrin Keselamatan Dalam
mengkontraskan Kristus dengan malaikat, penulis menjelaskan bahwa fungsi dari malaikat
adalah untuk menjadi penolong bagi mereka yang telah mewarisi keselamatan. Ibrani juga
menegaskan bahwa Keselamtan Kristus merupakan puncak dari semua. Implikasinya Kristus
menjadi jauh lebih utama dari persembahan korban Perjanjian Lama. Superioritas Kristus dalam
keselamatan terlihat dalam Ia mengalami kematian bagi semua orang (2:9), dan melalui
kematian-Nya Ia membawa ―banyak anak-anak pada kemuliaan‖ (2:10). Fakta bahwa
keselamatan dari Yesus dapat membawa banyak anak pada kemuliaan menekankan finalitas dan
jaminan hal itu. Penulis kemudian menekankan ketaatan dan ketundukan penuh dari Kristus pada
kehendak Bapa; melalui ketaatan yang sempurna Kristus telah menjadi sumber keselamatan yang
kekal (5:9). Orang percaya Ibrani butuh untuk mengetahui kebenaran-kebenaran yang signifikan
ini, tetapi mereka bodoh dan perlu diajar doktrin-doktrin dasar iman. Teologi Paulus Dalam
Surat – Surat Lainnya Latar Belakang dan Pendidikan Paulus lahir sekitar 3 AD dari keluarga
terpandang. Ia berkewarganegaraan Romawi (Kis. 22:28) dan berdomisili di kota Tarsus. Paulus
dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang ketat, disunat pada hari kedelapan, dan dari suku
Benyamin (Flp.3:5). Paulus kemudian dilatih di Yerusalem di bawah Gamaliel, seorang Farisi
dan anggota terhormat dari Sanhedrin (Kis.5:34). Gamaliel adalah satu-satunya dari tujuh sarjana
dalam sejarah bangsanya yang menerima sebutan ―Raban‖ (tuan kami). Gamaliel adalah cucu
Hillel, pendiri sekolah penafsiran yang memakai namanya. Paulus sendiri menjadi Farisi,
pengikut ketat pada hukum tradisi Yahudi. Oleh karena ketaatan yang ketat pada Yudaisme dan
tradisi penatua menyebabkan dia menganiaya gereja. Garis Besar Perjalanan dan Pelayanan
Setelah pertobatannya pada akhir tahun 33 atau awal 34 AD, Paulus menghabiskan 15

beberapa bulan di Damaskus (Kis.9:23; Gal.1:17); pada waktu lawannya berusaha untuk
membunuhnya ia berusaha kembali ke Yerusalem (Kis.9:26). Tidak lama setelah itu, ia pergi ke
kampung halamanya di Tarsus (Kis.9:30). Ia menghabiskan 3 tahun di Arabia, bisa jadi dalam
suatu bentuk pelayanan yang ia mulai langsung setelah pertobatannya. Setelah itu ia kembali ke

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Yerusalem (kis.11:30; 12:25; Gal.2:1-21). Disitulah gereja mengkhususkan Paulus dan Barnabas
untuk melakukan perjalanan misi yang pertama. Selama perjalanan itu mereka mengabarkan Injil
di Asia Kecil dan pulau Siprus. Pada waktu orang Yahudi menolak Injil, di Asia Kecil inilah
Paulus memulai pelayanannya kepada orang non-Yahudi. Pola khas dari pelayanan Paulus
adalah sebagai berikut: ‖diawali dengan pemberitaan kepada orang yahudi dan non-Yahudi
pengikut Yudaisme, baik yang porselit sepenuhnya atau yang asosiasinya lebih bebas, kemudian
setelah ditolak oleh para pendengar di sinagoge, maka dilanjutkan secara pelayanan secara
langsung kepada orang non-Yahudi.‖ Sidang di Yerusalem terjadi pada tahun 49 AD (Kis.15)
dan menyelesaikan suatu keputusan untuk isu yang penting, dimana keputusan itu
memungkinkan Paulus dan yang lain untuk terus memberitakan Injil pada orang non-yahudi
tanpa harus menyahudikan mereka; orang non-Yahudi tidak dituntut untuk disunat. Keputusan
itu penting untuk menjaga kemurnian Injil dan memisahkan hukum dan anugrah. Perjalanan misi
yang kedua (49-52 AD, Kis.15:36-18:22) dilakukan oleh Paulus dan Silas melintasi Asia Kecil,
dimana mereka kembali mengunjungi gereja- gereja, dan kemudian melanjutkan ke Eropa
(Kis.16:11 dst). Perjalanan misi ketiga (53- 57 AD; Kis.18:23-21:16) dilakukan Paulus ke
Efesus, dimana ia menghabiskan waktu hampir 3 tahun, dan kemudian dilanjutkan ke Makedonia
dan Akhaya. Ia di tahan di Yerusalem dalam perjalanan kembali dan di penjarakan di Kaisarea
(58 AD; Kis.24:1- 26:32). Paulus mengajukan banding ke Kaisar dan ia menghabiskan waktu
dua tahun di penjara. Paulus dibebaskan dari pemenjaraan pertama di Roma, kemudian dia
melayani dari tahun 63-66, kemungkinan ia melakukan perjalanan ke Spanyol, dan kembali
ditahan dan diekskusi di Roma pada tahun 67 AD (2Tim.4:6-8). Kronologi Kehidupan Paulus
Tanggal: AD Peristiwa 3(?) Kelahiran Paulus 18-30 Pelatihan di Yerusalem 33/34 Pertobatan 34-
36 Di Arab 16

46 Di Yerusalem 46-48 Perjalanan Misi yang Pertama: Asia Kecil 48-49 Sidang Yerusalem 49-
52 Perjalanan Misi yang Kedua: Asia Kecil dan Eropa 53-57 Perjalanan Misi yang Ketiga: Asia
Kecil dan Eropa 58-60 Pemenjaraan di Kaisarea 60-61 Perjalanan ke Roma 61-63 Pemenjaraan
di Roma 63-66 Pelayanan sampai ke Spanyol 66-67 Pemenjaraan di Roma dan ekskusi
Pembahasan Teologia Paulus Doktrin Allah Teologi Paulus merepresentasikan sebuah gambaran
yang tinggi berkaitan dengan Allah. Paulus memgambarkan Allah sebagai yang berdaulat, dan
yang menyatakan diri- Nya sendiri melalui anugrah di dalam Yesus Kristus (Rm. 1:16-17; 3:21;
1 Kor. 2:10; 2 Kor. 12:7). Di mana melalui anugrah itu, tujuan Allah dari sejak kekekalan telah
dinyatakan dalam waktu pada saat sekarang. Allah telah menyatakan diri-Nya sendiri melalui
penghakiman atas orang tidak percaya (Rm. 1:18; 2:5; 2 Tes.1:7). Murka (orge)
mengekspresikan, ―kedalaman murka Allah terhadap dosa. Kemarahan ini berasal dari
kekudusan dan kebenaran-Nya. Karena kekudusan-Nya, maka Allah tidak dapat mengabaikan
dosa.‖ Pernyataan Diri Allah dalam berkat-Nya. Allah menyatakan Diri-Nya sendiri dalam
berkat-berkat-Nya yang mulia kepada orang percaya (Rm. 8:18-19; 1 Kor. 1:7; 3:13; 4:5; 2
Kor.5:10). Kedaulatan. Konsep kedaulatan Allah mendominasi penulisan Paulus. Ia memberikan
sejumlah istilah untuk menekankan konsep ini. Predestinasi (Yunani; proorizo) berarti

Erikson Ginting S.E.,M.pd

―menandai dengan batasan sebelumnya‖. Predestinasi digunakan 6 kali dalam PB, dan 5 kali
muncul dalam tulisan Paulus. Kemahatahuan (Yunani; proginosko) berarti ―mengetahui
sebelumnya, mengambil catatan dari, menetapkan atas dasar‖ (Rm.8:29; 11:2). Kemahatahuan
―menekankan 17

bukan hanya pengetahuan sebelumnya tetapi suatu relasi aktif antara yang mengetahu
sebelumnya dengan yang diketahui sebelumnya‖ Pilihan (Yunani:ekklegomai) berarti
―dipanggil keluar‖ (Ef.1:4; 1 Tes.1:4). Berkat- berkat Efesus 1:3 disadari oleh orang percaya
karena Allah memilih orang percaya dari sejak kekekalan (Ef. 1:4). Pilihan Allah menekankan
pada Ia memilih orang percaya bagi Diri-Nya sendiri. Adopsi. (Yunani: huiothesia) berarti
―menjadikan anak‖ (Ef.1:5), kata ini menekankan upacara Romawi bagi seorang anak yang
telah diadopsi kepada status dewasa dengan segala hak yang berkaitan dengan itu. Adopsi adalah
hasil predestinasi Allah pada orang percaya sejak kekekalan. Dipanggil (Yunani; kletos)
menunjuk pada panggilan Allah yang efektif untuk keselamatan (Rom.1:1,7;8:28). Ini
merupakan panggilan Allah yang memampukan seseorang untuk percaya. Istilah ini
berhubungan dengan pilihan yang tidak bersyarat (Allah memilih kita tanpa berdasarkan jasa
kita). Tujuan (Yunani; Protithemi) berarti ―menempatkan sebelum‖ dan mengusulkan tujuan
Allah dalam diri-Nya sendiri untuk meringkaskan semua dalam Kristus (Ef. 1:9-10). Kehendak
(Yunani: boule) menunjuk pada hikmat kedaulatan Allah pada waktu Ia bertindak berdasarkan
kedaulatan dalam hal menjamin keselamatan orang percaya, tetapi juga tentang pekerjaan Allah
dalam segala sesuatu, yaitu di mana semua sejarah berjalan sesuai kehendak Allah yang
berdaulat. Konklusi penting berkaitan dengan pengajaran Paulus tentang kedaulatan harus
dicermati: Sumber utama dari predestinasi adalah kemutlakan kedaulatan Allah. Tujuan
predestinasi adalah keselamtan, dan isunya adalah pelayanan. Predestinasi tidak
mengesampingkan tanggung-jawab manusia. Doktrin Kristus Kemanusiaan. Paulus bukan hanya
memberikan pernyataan-pernyataan yang paling kuat tentang keilahian Kristus, ia juga
menekankan isu tentang kemanusiaan Kristus. Krsitus dilahirkan dari seorang perempuan (Gal.
4:4). Ia memiliki kemanusiaan dari ibu duniawi-Nya dan memiliki keturunan fisik dari Daud
(Rm. 1:3; 2 Tim.2:8). Kristus juga sama sekali tidak berdosa (2 Kor.5:21) 18

Keilahian Suatu teologia yang telah berkembang penuh tentang keilahian Kristus dapat
ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus. Penekanan Paulus bahwa Kristus adalah ―dari surga‖ (1
Kor.15:47; 2 Kor.8:9) mengusulkan praeksistensi-Nya dan kekekalan-Nya. Paulus menyatakan
bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9). Keilahian (Yunani: theotes)
―menekankan natur keilahian atau esensi…Ia dulu dan seterusnya adalah Allah yang mutlak
dan sempurna‖. Kristus eksis dalam rupa Allah (Yunani: morphe) mengusulkan warisan karakter
atau substansi esensial dari pribadi itu. Kristus dalam nature esensial eksis sebagai Allah.
Ketuhanan Yesus disebut Tuhan adalah suatu studi yang penting karena sebutan Tuhan muncul
paling sedikit 144 tambah 95 kali lagi dalam hubungan dengan nama Yesus Kristus. Tuhan
menunjuk pada keilahian-Nya (Rm. 10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:9). Tuhan menunjuk pada kuasa

Erikson Ginting S.E.,M.pd

(Flp. 2:9). Ketuhanan diberikan kepada Kristus ― yang sekarang setara dengan Allah
dimanifestasikan secara khusus dalam fakta bahwa semua kuasa yang tidak kelihatan dari ciptaan
tunduk kepada-Nya‖ Tuhan menunjuk pada kedaulatan (2 Kor.4:5; Rm.14:5-9) Tuhan menunjuk
pada kerajaan Yesus dan pemerintahan-Nya (1 Tim. 6:15; 1 Kor.15:25). Doktrin Roh Kudus
Teologi Paulus memberikan pembahasan yang panjang lebar, baik tentang Pribadi maupun karya
Roh Kudus. Pribadinya. Atribut-atribut Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat
Paulus. Intelektualitas. Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1
Kor.2:10) dan kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1 Kor.2:13). Kehendak. Roh
Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya Ia mendistribusikan pemberian-pemberian
―sesuai dengan kehendak-Nya‖ (1 Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan berdasarkan
kehendak manusia, tetapi berdasarkan kehendak-Nya sendiri. Emosi. Roh Kudus dapat
didukakan (Ef. 4:30) 19

Keilahian-Nya. Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti Kristus (Rm.
8:26-27,34) dan Ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa dan Putra (Rm. 8:9-11).
Kuasanya. Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh Kudus
sebagai salah satu anggota penting Tritunggal. Ia meregenerasikan. Roh Kudus membawa hidup
baru kepada orang percaya (Tit. 3:5). Ia membaptis. Roh Kudus mempersatukan orang percaya
dengan Tuhan mereka dengan menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Ia
mendiami. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya. Ia memeteraikan. Roh Kudus memberi
tanda identitas Allah dan kepemilikan atas orang percaya; Ia adalah materai itu sendiri dan
memverifikasi keselamatan mereka (Ef.1:13; 4:30). Ia Memberikan Karunia. Ia memenuhi. Roh
Kudus mengontrol orang percaya pada waktu kondisi mereka dipenuhi (Ef. 5:18) Ia memberi
kuasa. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup berdasarkan kuasa-Nya (Gal. 5:16).
Doktrin Dosa Paulus menggunakan sejumlah kata-kata Yunani yang berbeda untuk menjelaskan
nature dosa. Hamartia adalah kata umum yang digunakan untuk menjelaskan tindakan berdosa
(Rm. 4:7; 11:27). Hamartia mengaitkan kematian Kristus dengan dosa manusia (1 Kor.15:3).
Dalam bentuk jamak, kata itu menunjuk pada akumulasi dosa (Gal.1:4), sedangkan dalam bentuk
tunggal kata itu menunjuk pada keadaan berdosa (Rm.3:9, 20; 5:20; 6:16, 23). Paraptoma
menunjuk pada langkah yang salah, dikontraskan dengan yang benar (Rm. 4:25, Gal. 6:1; Ef.
2:1). Parabasis berarti melangkah keluar, suatu penyimpangan dari iman yang benar (Rm. 2:23;
4:15; Gal. 3:19). Anomia berarti tanpa hukum atau pelanggaran (2 Kor.6:14; 2 Tes. 2:3) Dosa
adalah sebuah hutang, mengusulkan obligasi manusia dan ketidakmampuan manusia untuk
membayar hutang itu (Ef. 1:7; Kol. 1:14). Hal itu merupakan bentuk penyimpangan dari jalan
yang lurus. Dosa tanpa pengenalan akan hukum dan menjadi 20

pemberontakan (Rm. 11:30; Ef.2:2; 5:6; Kol. 3:6), yang menyangkut tindakan eksternal maupun
internal. Doktrin Keselamatan Paulus memberikan beberapa tema-tema besar sampai pada
pengembangan yang penuh. Doktrin Paulus tentang soteriologi berpusat pada anugrah Allah;
Allah yang berinisiatif dalam menyelamatkan manusia berdasarkan anugrah-Nya semata-mata.

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Karya penebusan Kristus memuaskan keadilan Allah dan membebaskan manusia dari ikatan
dosa dan menyatakan pembenaran yang legal bagi orang percaya. Pengampunan. Pada waktu
Allah mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, Ia melakukannya berdasarkan anugrah (Kol.
2:13). Diampuni (Yunani; charizomai) berarti ―menganugrahkan berdasarkan kemurahan,
memberikan dengan murah hati, mengampuni berdasarkan anugrah‖. Kata itu erat kaitannya
dengan kata anugrah. Kata lain dari Paulus untuk pengampunan (Yunani: aphesis) memiliki
suatu arti dasar ―membebaskan‖ atau ―menyuruh pergi‖ tetapi secara teologi berarti
―mengampuni‖ atau ―membatalkan suatu obligasi atau hukuman‖ (Ef. 1:7: Kol.1:14). Anugrah
Allah mencapai puncaknya dalam teologi Paulus pada waktu ia meninggikan kemuliannya,
dimana Allah dengan murah hati telah membatalkan hutang dosa yang tidak dapat dibayar oleh
manusia. Penebusan. Kata penebusan (Yunani: apulotrosis) adalah istilah yang secara khusus
dipakai oleh Paulus; kata ini digunakan 10 kali dalam Perjanjian Baru, tujuh diantaranya ada
dalam tulisan Paulus. Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran dengan suatu
harga tertentu. Pendamaian. Kata pendamaian muncul hanya empat kali dalam Perjanjian Baru.
Kata ini (Yunani: hilasterion) berarti mengalihkan, memindahkan atau mendamaikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kristus sepenuhnya memenuhi dan memuaskan tuntutan dari kebenaran
dan kekudusan Allah. Melalui penumpahan darah Kristus, kekudusan Allah telah dipuaskan dan
murka Allah telah dialihkan. Justifikasi. 21

Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata kerjanya digunakan empat puluh kali di
Perjanjian Baru, tetapi Paulus menggunakan kata itu dua puluh sembilan kali. Justifikasi
mertupakan tindakan legal, dimana Allah menyatakan bahwa orang berdosa yang percaya
dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar dari justifikasi adalah ―mendeklarasikan
benar‖. Beberapa hal lain dapat dipelajari tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus: Justifikasi
merupakan pemberian anugrah Allah (Rm. 3:24) hal itu dapat terjadi melaui iman (Rm. 5:1: Gal.
3:24) hal itu dimungkinkan melalui darah Kristus (Rm. 5:9) hal itu terpisah dari hukum Taurat
(Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11). Doktrin Gereja Kata gereja (Yunani: ekklesia) berari ―memanggil
keluar dari suatu kelompok.‖ Kata ini seringkali digunakan dalam pengertian teknis bagi orang
percaya yang Allah panggil keluar dari dunia dan menjadi suatu kelompok khusus dari miliknya.
Namun demikian, kata itu sewaktu-waktu digunakan dalam pengertian non teknis untuk
menunjuk, misalnya, suatu kelompok (diterjemahkan ―jemaat‖), seperti di Kisah Para Rasul
19:32. Gereja digunakan dalam dua cara utama di Perjanjian Baru. Gereja universal dan gereja
lokal. Paulus menggunakan istilah ini menunjuk pada tubuh Kristus, maka yang dimaksud adalah
pengertian universal. Gereja menunjuk pada gereja lokal, yang dimaksudkan adalah suatu jemaat
orang percaya tertentu dalam suatu lokasi dan suatu waktu tertentu. Paulus menetapkan gereja
sebagai suatu organisasi yang terdiri dari ―struktur kompleks tubuh Kristus yang menjalankan
aktivitas sehari-hari, hal itu dijalankan oleh masing- masing orang percaya, yang memiliki fungsi
masing-masing tetapi saling bergantung dan diatur melalui relasi mereka dengan Kristus, sebagai
Kepala gereja‖ Gereja adalah organisme yang hidup, namun gereja juga adalah suatu organisasi,
yang melibatkan jabatan-jabatan dan fungsi. Ada beberapa jabatan yang ditunjuk dalam

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Perjanjian Baru. Jabatan penatua (Yunani: presbuteros) yang menekankan kedewasaan dan
kewibawaan dan biasanya menunjuk pada pribadi yang sudah lanjut usia. Penatua ditunjuk
sebagai pemimpin gereja-gereja lokal (1 Tim. 5:17; Tit. 1:5). Istilah penilik (Yunani: episkopos)
menunjuk pada pekerjaan pengembalaan yang dilakukan oleh penatua (1 Tim. 3:1). Istilah itu
pada dasarnya memiliki arti yang sama, namun 22

demikian penatua lebih menekankan pada jabatan sedangkan penilik kepada fungsi. Dan kedua
istilah identik dengan gembala. Jabatan lain di gereja adalah diaken (Yunani: diakonos), yang
artinya‖pelayan‖, dimana mereka juga terlibat pelayanan rohani, yang berada di bawah otoritas
penatua. Kemudian jabatan lain yang disinggung sedikit dalam surat Paulus adalah penginjil dan
guru. Meskipun topik baptisan merupakan hal utama dalam Perjanjian Baru, namun hal itu bukan
penekanan yang utama dalam teologi Paulus. Kata kerja baptizo digunakan sebanyak delapan
puluh kali dalam Perjanjian Baru, tetapi Paulus hanya menggunakannya sebanyak enam belas
kali dan hanya sebelas diantaranya menunjuk pada baptisan air. Sementara mengenai perjamuan,
Paulus memberikan penjelasan yang rinci tentang Perjamuan Tuhan (1 Kor. 11:23-34), dimana
dia secara langsung menerima wahyu dari Tuhan. Paulus menyatakan bahwa Perjamuan Tuhan
sebagai suatau peringatan dan kutuk bagi orang yang melakukannya secara sembarangan (1
Kor.11:25). Doktrin Hal-Hal Terakhir Berkaitan dengan Gereja. Sejak Paulus menyediakan
pengajaran baru yang signifikan tentang nature gereja, maka adalah tepat jika paulus
memberikan pengajaran tentang konsumasi dari gereja, yaitu penjabaran tentang masa depan
gereja. Paulus menunjuk pada penerjemahan gereja, dimana sebagian orang percaya yang masih
hidup tidak akan mati, tetapi ditransformasikan lebih cepat dari sekejab mata (1 Kor. 15:51-57).
Paulus juga menjelaskan tentang rapture, kebangkitan, tubuh kebangkitan, dan kursi pengadilan
Kristus. Berkaitan dengan Israel Paulus membahas tentang pemilihan Israel di Roma 9-11,
menangisi penolakan Israel terhadap Mesias. Israel telah menerima hak besar tetapi mereka telah
menolaknya, oleh karena kedaulatan Allah dalam memilih Israel, Ia tidak akan gagal dalam
tujuan-Nya bagi bangsa Itu. Fakta bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatnya adalah
terbukti dengan fakta bahwa ada sisa orang Yahudi yang percaya, dimana salah satunya adalah
Paulus. Namun demikian, waktu Israel dibutakan adalah sementara. Paulus memperlihatkan
masa depan pada waktu kebutaan Israel akan diangkat dan semua Israel akan diselamatkan (Rm.
11:1, 5). 23

Berkaitan dengan dunia Pada saat Paulus berbicara tentang pengharapan masa yang akan datang
bagi gereja dan pertobatan Israel di masa yang akan datang, ia berbicara secara panjang lebar
tentang penghakiman Allah di masa yang akan datang atas dunia yang tidak percaya. Paulus
menggunakan istilah murka (Yunani: orge) untuk menjabarkan penghakiman Allah yang akan
turun atas dunia. Ia menggunakan istilah ini sebanyak dua puluh satu kali di tulisannya dan lima
belas kali dalam bagian lain Perjanjian Baru. Paulus sering menggunakan kata ini untuk
menjabarkan suatu masa depan ―hari kemurkaan.‖ Ia juga mengidentifikasikan periode tersebut
sebagai waktu dari manusia ―murtad‖ dan juga ―anak kehancuran‖, yang akan muncul dan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

meninggikan dirinya sendiri sebagai Allah, yaitu antikristus. Akan tetapi ia akan dihancurkan
pada saat kedatangan Kristus. Teologi Petrus Pembahasan Teologia Petrus Teologi Petrus jelas
sekali berpusat pada Kristus dan dalam penekanannya, ia membahas secara mendalam doktrin-
doktrin penting yang berkaitan dengan Pribadi Kristus. Ia menyatakan ketidakberdosaan Kristus,
korban perdamaian Kristus sebagai substitusi, kebangkitan-Nya dan kemulian-Nya. Petrus
banyak sekali berbicara tentang penderitaan, Kristus yang direndahkan dan penolakan akan
Kristus. Doktrin Kristologi. Suatu studi tentang penggunakan nama Kristus oleh Petrus
merupakan hal yang mencerahkan. Dalam kotbahnya di Kisah Para Rasul, Petrus menunjuk
Kristus sebagai Yesus dari Nazareth. Perkataan ini sangat mungkin untuk mengingatkan akan
pendengarnya akan Yesus sebagai yang ditolak, karena istilah Nasareth memiliki konotasi yang
negatif. Akan tetapi lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Yesus itu bukan manusia yang biasa akan
tetapi Allah telah membuat-Nya menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36). Di Kisah Para Rasul
3:13-15 Petrus juga berbicara tentang kemuliaan Yesus yang dihubungkan dengan sebutan
―Hamba‖, ―Yang Kudus‖, ―Yang Benar‖ dan ‖Pemimpin kepada hidup.‖ Oleh karena itu
bersamaan dengan itu, Petrus juga menyebutkan Yesus di 3:16, dan menekankan otoritas dan
kuasa yang berkaitan dengan nama itu. 24

Dalam suratnya ini Petrus memilih menggunakan nama Kristus dan paling sering menggunakan
sebuatan Mesias untuk menjabarkan penderitaan-Nya. Petrus menulis bahwa Kristus
mencurahkan darah-Nya yang berharga (1 Pet.1:19), menderita sebagai substitusi (1 Pet.2:21),
menderita dalam daging (1 Pet.4:1), menderita di depan banyak saksi (1 Pet.5:1), dan mati satu
kali (penekanan) bagi semua (1 Pet.3:18). Berdasarkan hal-hal itu Petrus mendorong orang
percaya untuk menguduskan Kristus dan meraih kemuliaan di dalam semuanya itu. Petrus juga
menggunakan nama Tuhan Yesus Kristus. Ia menggunakannya bukan untuk menekankan
penderitaan Kristus, tetapi kebangkitan, glorifikasi dan kedatangan Kristus untuk yang kedua
kali. Melalui Tuhan Yesus Kristus, orang percaya yang dilahirbarukan memiliki pengharapan
hidup yang baru. DoktrinKeselamatan Sebagaimana yang telah dicatat pada pembahasan
sebelumnya, Petrus menekankan karya keselamatan Kristus: Ia adalah korban yang sempurna,
seperti domba yang tak bercacat dan bercela (1 Pet.1:19); Ia tidak berdosa(1 Pet.1:22); Ia mati
sebagai pengganti sekali untuk kita semua, yang tanpa salah bagi orang yang bersalah (1
Pet.3:18). Petrus menekankan tindakan, bahwa ia dibunuh untuk kita. Kata ganti menekankan
bahwa Kristus mati bagi orang berdosa (1 Pet.2:24). Ia menebus mereka dari perbudakan dosa (1
Pet.1:18). Keselamatan Kristus direncanakan sejak kekekalan (1 Pet.1:20), tetapi dinyatakan
dalam sejarah. Ia menyelesaikan keselamatam melalui kebangkitan-Nya, memberikan orang
percaya suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Pet.1:3). Doktrin Kitab Suci Sehubungan
dengan kitab suci, Petrus memberikan pandangan yang signifikan tentang pelayanan Roh Kudus
dalam inspirasi sekaligus menegaskan inspirasi dalam tulisan rasul yang lain terutama Paulus. Ia
memberikan salah satu studi yang lengkap tentang Kitab suci. Kitab suci adalah hasil dari Roh
Kudus yang menghasilkan regenerasi dan pertumbuhan rohani. Berikut ini adalah hal yang perlu
dicatat dari doktrin Kitab Suci yang ditulis oleh Petrus: Kitab suci diistilahkan sebagai ―nubuat‖

Erikson Ginting S.E.,M.pd

(2 Pet.1:19), menunjuk pada seluruh Perjanjian Lama. Petrus mengindikasikan Kitab Suci
Perjanjian Lama menjadi pasti melalui pemunculan Yesus Kristus. 25

Kitab suci adalah hidup dan tidak berubah selama-lamanya (1 Pet.1:23). Kitab Suci tidak
terkontaminasi dan menyehatkan, memampukan orang percaya untuk bertumbuh secara rohani
(1 Pet. 2:2). Kitab Suci secara murni berasal dari manusia (2 Pet.10:20) Kitab Suci adalah produk
dari manusia yang berbicara atas pimpinan Roh Kudus, sehingga menjamin keakuratan dari
Kitab Suci (2 Pet.1:21). Kitab Suci Perjanjian Baru juga diinspirasikan setara dengan Kitab Suci
Perjanjian Lama (2 Pet.3:16). Kitab Suci merupakan dasar kebenaran teologis (1 Pet.2:6).
Doktrin Kehidupan Orang Kristen Petrus menulis untuk menguatkan orang percaya dan
menjelaskan bagaimana orang percaya harus menyikapi penderitaan, khususnya pada waktu
mereka harus mengalami penderitaan yang tidak sepatutnya (1 Pet.1:6). Petrus menulis kata-kata
peringatan dan dorongan berkaitan dengan penderitaan: orang percaya harus mengantisipasi
pencobaan dan penderitaan dan mempersiapkan pemikiran mereka untuk menghadapinya, karena
Kristus juga telah menderita (1 Pet.1:11; 4:12; 5:9). Orang percaya harus bersukacita ditengah
penderitaan karena antisipasi akan kedatangan kembali Kristus (1 Pet. 3:14; 4:13). Orang
percaya dapat menderita karena ketidakadilan (1 Pet. 2:19, 20, 21, 23; 3:17). Orang percaya bisa
menderita karena kehendak Allah (1 Pet. 3:17; 4:19), tetapi di tengah penderitaan, mereka akan
dikuatkan oleh Dia (1 Pet. 5:10). Doktrin Gereja Meskipun kata gereja tidak muncul dalam
tulisan Petrus, namun ia membahas doktrin gereja sampai tahap tertentu: Gereja universal. Petrus
mengakui kesatuan dari orang Yahudi dan non-Yahudi dalam satu kesatuan tubuh (Kis.10:34-
43). Pada saat deklarasi, Petrus mengumumkan bahwa orang non-Yahudi diterima oleh Allah
tanpa harus menjadi orang Yahudi proselit (Kis.10:35). Gereja Lokal. Di 1 Petrus 5:1-4, Petrus
menunjuk pada tanggungjawab penatua di 26

gereja lokal. Tanggungjawab mereka adalah menggembalakan domba Allah. Petrus juga
menyebut baptisan, dengan menggunakan analogi antara baptisan dan Nuh. Sebagaimana air
pada masa Nuh melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama, demikian juga baptisan
melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama yang penuh dosa. Doktrin Akhir Zaman
Sehubungan dengan akhir zaman, Petrus menuliskan beberapa hal tentang akhir zaman. Kondisi,
di 2 Petrus, rasul Petrus menunjuk pada kondisi yang akan mendahului kedatangan Tuhan
Kedatangan Kristus. Dalam kedua suratnya, Petrus kelihatannya membedakan antara
pengangkatan gereja dan kedatangan Kristus yang keduakalinya untuk menghakimi orang fasik.
Hidup yang kekal. Petrus menjabarkan kedatangan hari Tuhan yang tiba-tiba (2 Pet. 3:10). Hari
Tuhan digunakan dalam beberapa cara di kitab Suci, tetapi sebagai istilah umum, hal itu
memandang pada keseluruhan periode permulaan dengan pengangkatan dan berhentinya
millennium. Jadi, Hari Tuhan meliputi penghakiman atas orang tidak percaya dan berkat bagi
orang percaya. Teologia Yudas Pembahasan Teologi Yudas Doktrin Kristus. Dengan tema yang
serupa dengan 2 Petrus, Yudas memperingatkan akan adanya guru- guru palsu yang menyangkali
―satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita‖ (ayat 4). Sebutan penguasaan dan Tuhan, keduanya

Erikson Ginting S.E.,M.pd

menunjuk kepada Kristus. Ini merupakan pernyataan Kristologi yang besar. Penguasa (Yunani:
despoten) berarti Kristus adalah penguasa yang absolut. Doktrin Keselamatan Yudas menujukan
suratnya pada ―mereka yang dipanggil.‖ Dalam pernyataan ini Yudas menunjuk pada doktrin
pemilihan. Kata ―dipanggil‖ adalah bagi mereka yang telah dipanggil secara efektual pada
keselamatan berdasarkan anugrah Allah yang efektif. Anugrah Allah itulah yang tidak dapat
ditolak oleh manusia. Yudas lebih lanjut 27

menekankan sekuritas dari keselamatan dengan menegaskan bahwa Allah akan memampukan
orang percaya untuk berdiri dihadapan kemuliaan hadirat-Nya (ay. 24). Doktrin Malaikat Yudas
menunjuk pada malaikat yang ―meninggalkan tempat tinggal mereka yang sebenarnya‖,
kemungkinan besar menunjuk pada kejatuhan Lucifer dari posisi yang tinggi, dimana ia menarik
satu pasukan malaikat bersama dengan dia (Yes. 14:12-17; Yeh. 28:12-19). Kelihatannya
sebagaian dari mereka yang jatuh telah diikat, sedangkan yang lain tetap bebas dan menjadi iblis.
Teologi Yohanes Identitas Yohanes Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya
adalah seorang nelayan di Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup
menguntungkan sehingga ia mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya
(Mrk.1:20). Ibunya Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah
saudara sepupu Yesus (Yoh. 19:25; Mat. 27:56; Mrk. 15:40, 47). Ibunya adalah salah seorang
yang mengikut Yesus dan memberi dukungan kepada Yesus (Luk. 8:3; Mat. 27:55-56; Mrk.
15:40-41). Yohanes tidak diragukan sebagai salah satu dari dua murid yang mengikuti Yesus
pada awal pelayanan-Nya (Yoh. 1:35-37). Kira-kira setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai
salah satu dari keduabelas rasul (Mat. 10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah
satu dari dekat Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat. 17:1-8), kebangkitan anak
perempuan Yairus (Mrk. 5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani (Mat. 26:37-
38). Pada Perjamuan Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid ―yang dikasihi Yesus‖
memiliki posisi khusus di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus juga menyerahkan Maria pada
pemeliharaan Yohanes (Yoh. 19:26- 27). Yohanes menyaksikan kebangkitan Yesus paling
sedikit dua kali sebelum kenaikan, di ruang atas (Yoh. 20:19-20) dan di Galilea (Yoh. 21:2), dan
paling sedikit tiga kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja (Why. 1:12-18), hakim
orang berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di kitab Kisah Para Rasul, ia
muncul dalam posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu soko guru
gereja. Menurut Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan tinggal sampai usia lanjut,
hidup sampai pemerintahan Tjajan (98-117 AD). 28

Teologi Yohanes Sumber untuk studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat
Yohanes, dan kitab Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari
teologi Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang dicatat di
Injil Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus. Diasumsikan bahwa
pengajaran Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes
karena ia mencatat pernyataan Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu penekanan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

yang penting dari Yohanes. Teologi Yohanes berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah
yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan
sekarang menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang
inilah yang dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes
memberikan sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh. 1:1-18), dimana
didalamnya ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui Sang Putra dan juga
menjabarkan dosa yang menggelapi dunia dan menolak terang itu. KitabYohanes Pembahasan
Teologia Yohanes Doktrin tentang Pewahyuan Yohanes menjabarkan wahyu dengan dua cara:
wahyu melalui Kitab Suci dan melalui Putra Allah: Kitab Suci Yesus mengingatkan orang
Yahudi yang tidak percaya bahwa Kitab Suci memberikan kesaksian tentang diri-Nya (Yoh.
5:39). Yesus meneguhkan bahwa Kitab Suci adalah kebenaran yang proporsional, yang
menyatakan terang Allah melalui diri-Nya. Tensis yang menunjukkan pada waktu sekarang,
menunjukkan bahwa wahyu Kitab Suci sedang berlangsung. Yesus kemudian mengingatkan
pendengar-Nya bahwa Musa menulis tentang Dia dan mereka harus percaya kepada tulisan Musa
yang berbicara tentang Kristus (Yoh. 5:45-47). Lebih lanjut Kristus menyatakan bahwa ―Kitab
Suci tidak dapat dibatalkan‖. Dalam perdebatan-Nya, Yesus menumpukan kasusnya pada
integritas dan otoritas dari wahyu yang tertulis yaitu Kitab Suci. 29

Putra Allah Pada pendahuluan Injilnya, Yohanes menyatakan bahwa wahyu Allah
dimanifestasikan melalui anak-Nya. Pribadi yang bersama Bapa sejak kekekalan (Yoh. 1:1),
sekarang tinggal dengan manusia, dan Yohanes bersukacita karena melihat kemulian-Nya.
Yohanes pasti menunjuk pada transfigurasi dari Kristus (Mat. 17:1-8) demikian pula mujizat-
mujizat Kristus (Yoh.2:11). Wahyu Yesus juga merupakan wahyu anugrah (Yoh. 1:16-17).
Doktrin tentang Dunia Yohanes menggunakan kata dunia banyak sekali; di Injil Sinoptik hanya
digunakan lima belas kali, sedang Yohanes menggunakannya sebanyak 78 kali di Injilnya dan 27
kali di tulisannya yang lain. Yohanes menggunakan kata dunia untuk menjelaskan dunia yang
berada dalam dosa, kegelapan dan di bawah kuasa setan. Dunia dalam kegelapan Yohanes
menggambarkan dunia yang berada dalam kegelapan dan melawan Kristus; dunia tidak ramah
pada Kristus dan semua yang dipercayai-Nya. Hal itu disebabkan karena dunia telah menjadi
buta. Dunia tidak mengenal Mesias pada waktu Ia datang ke dalam Dunia. Yohanes menjabarkan
dua kelompok manusia; mereka yang datang pada terang dan mereka yang membenci terang itu
(Yoh. 1:12; 3:19-21). Orang-orang dunia membenci terang, karena terang itu mengekspos
mereka; Yesus mengatakan bahwa inilah alasan kenapa dunia membenci-Nya. Sistem dunia,
yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup telah memimpin manusia kepada
dosa. Dunia di bawah Setan Yesus menjelaskan kenapa orang yang tidak percaya melakukan
dosa; hal itu karena mereka adalah keturunan dari si jahat (Yoh. 8:44). Karena mereka adalah
anak-anak dari bapak mereka yaitu si jahat, jadi wajarlah apabila mereka melakukan keinginan
bapaknya. Karena si jahat adalah pembohong dari awalnya, maka wajarlah apabila keturunan
rohani dari si jahat menolak Kristus yang adalah kebenaran. Doktrin Inkarnasi Terang Terang
adalah istilah popular Yohanes. Dalam kaitan dengan inkarnasi, Yohanes menunjuk pada Yesus

Erikson Ginting S.E.,M.pd

sebagai terang yang telah datang ke dunia gelap karena dosa. Karena Yesus telah datang sebagai
terang, maka adalah imperatif bahwa manusia harus 30

percaya kepada-Nya (Yoh. 12:35-36). Yesus, sebagai terang dunia, dapat memberikan terang
fisik (Yoh. 9:7) dan terang spiritual (Yoh. 8:12). Hidup Hidup juga merupakan istilah popular di
Yohanes; ia menggunakannya 36 kali di Injil, 13 kali di 1 Yohanes, dan 15 kali di kitab Wahyu.
Mujizat inkarnasi ialah bahwa Yesus hidup, dimana Ia juga memiliki sumber kehidupan sama
seperti Bapa, yaitu Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, oleh sebab itu segala sesuatu
bergantung pada Yesus untuk hidup dan eksistensinya. Anak Allah Yohanes menjabarkan
inkarnasi Kristus dengan menunjuk Yesus sebagai ―Putra Allah‖ atau ―Putra‖. Yesus
menggunakan istilah-istilah itu untuk diri-Nya sendiri dan relasinya dengan Bapa. Dan Yohanes
sangat tegas dalam menekankan kesetaraan Yesus dengan Allah. Anak Manusia Yesus pada
umumnya menggunakan sebutan ―Anak Manusia‖ untuk menunjukkan misi-Nya. Asal mula
istilah itu berasal dari Daniel 7:13 dan menunjuk pada keberadaan surgawi yang menerima
kerajaan dunia ini. Istilah ―Anak Manusia‖ menunjuk pada konsep Kristus akan diri-Nya
sebagai yang berasal mula dari Surga dan sebagai pemilik kemuliaan surga. Pada saat yang sama
hal itu menunjukkan kepada kita tentang kerendahan-Nya dan penderitaan-Nya bagi manusia.
Keduanya adalah sama. Pendamaian. Dalam nubuat. Kata bahasa Inggris atonement
(pendamaian) berasal dari dua kata ―at‖ dan ―onement‖, yang berarti rekonsiliasi. Meskipun
kata pendamaian bukan merupakan kata di Perjanjian Baru, hal itu menunjuk pada apa yang
telah diselesaikan oleh Kristus diatas kayu salib melalui penderitaan dan kematiaan-Nya. Pada
waktu Yohanes Pembabtis menyerukan ―Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa
dunia‖. Yohanes berbicara tentang penggenapan dari persembahan korban di Perjanjian Lama
diawali dengan provisi Allah, akan seekor domba yang menggantikan Ishak di gunung Muria
(Kej 22:8), kemudian provisi domba paskah di Keluaran 12 sampai nubuat 31

Yesaaya 53:7, dimana nabi Yesaya mengindikasikan Mesias akan mati, seperti anak domba yang
akan disembelih. Persembahan korban di Perjanjian Lama menunjuk pada kematian Mesias
untuk pendamaian. Tidak diragukan lagi, penggenapan dari tema itulah yang dijabarkan oleh
Yohanes Pembaptis di Yohanes 1:29. Yesus menekankan kebenaran yang sama dalam Yohanes
6:52-59. Ia berbicara tentang diri-Nya yang datang dari surga dan memberikan hidup-Nya bagi
dunia (Yoh. 6:33,51). Penebusan yang bersifat substitusi dapat dilihat dari preposisi ―atas‖
(Yunani ―huper‖). Dalam bagian ini, Yesus mengajarkan tentang kematian-Nya sebagai wakil
(6:51), yang memberikan hidup kekal (6:53-55,58), dan persekutuan dengan Kristus (6:56,57)
dan hasilnya kebangkitan (6:54). Dalam sejarah. Karya Kristus, sesuai dengan tujuan-Nya datang
kedunia, digenapkan dalam Yohanes 19:30. Setelah enam jam diatas kayu salib Yesus berseru,
―Sudah selesai‖ (Yunani: tetelesthai). Yesus tidak mengatakan, ―saya telah selesai‖, tetapi
―telah selesai‖. Ia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadan-Nya; karya
keselamatan telah diselesaikan. Tensis bentuk lampau dari kata kerja tetelestai dapat
diterjemahkan, ―hal akan tetap selesai‖, artinya pekerjaan itu untuk selamanya selesai dan akibat

Erikson Ginting S.E.,M.pd

dari selesainya pekerjaan itu terus berlaku. Di 1 Yohanes 2:1-2, Yohanes menjelaskan provisi
yang dibuat oleh Kristus untuk dosa. Kristus adalah ―pembela‖ (Yunani; parakletos) bagi
mereka yang berdosa. Dalam konteks ini pembela berarti pengancara dalam kasus hukum. Orang
percaya memiliki Kristus sebagai pengacara pembela mereka dalam pengadilan ilahi. Lebih
lanjut Yohanes berkata bahwa Kristus adalah ―korban pendamaian‖ (Yunani: hilasmos) bagi
dosa-dosa dunia. Kata itu hanya digunakan di Roma 3:25, dan 1 Yohanes 4:10. Korban
pendamaian artinya Kristus menjadi korban pendamaian bagi dosa dengan cara membayar harga
dengan demikian mengalihkan murka Allah. Korban pendamaian berpusat pada Allah, yang
menyatakan bahwa dosa telah melanggar kekudusan Allah, dan melalui kematian Kristus Allah
Bapa di puaskan dan sekarang Ia bebas untuk menyatakan kemurahan dan pengampunan-Nya
kepada orang berdosa yang percaya. Yohanes mengindikasikan korban pendamaian adalah
―untuk segala dosa kita, dan bukan hanya untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh
dunia‖ (1 Yoh 2:2). Kematian Kristus adalah kematian substitusi yang memberikan provisi bagi
orang percaya, namun Yohanes menekankan juga kecukupannya yaitu ―bagi seluruh dunia‖.
Meskipun seluruh dunia tidak diselamatkan, karena Kristus adalah Allah maka 32

kematian-Nya adalah cukup untuk seluruh dunia, namun demikian hanya efektif bagi mereka
yang percaya. Kebangkitan. Yohanes menjabarkan kisah kebangkitan di Yohanes 20 untuk
memperlihatkan penebusan Kristus telah sampai pada puncaknya di kebangkitan. Penebusan
Kristus tidak berakhir pada kematian-Nya tetapi pada kebangkitan-Nya; Kebangkitan itu harus
terjadi untuk meneguhkan Anak Allah (Roma1:4). Yohanes sangat jelas menjabarkan bagaimana
Petrus berlari menuju kuburan, Yohanes tiba lebih dahulu, melihat ke dalam kubur, dan tidak
melihat apapun. Petrus masuk dan berteori tentang apa yang terjadi, kemudian Yohanes
memperhatikan dan mengerti. Mereka melihat kain kafan yang tergeletak di kuburan dan tetap
berbentuk tubuh, seakan-akan masih ada tubuh di dalamnya. Kain untuk muka masih tergulung
melingkar (20:7), tetapi tubuhnya telah tidak ada. Yohanes ―melihat dan percaya‖ karena ia
mengerti hanya satu hal yang mungkin telah terjadi, tubuh itu telah melewati kain kafan yang
membalutnya. Yesus telah bangkit. Yohanes memberikan penjabaran yang lebih jelas, lebih rinci
mendeskripsikannya, dibandingkan dengan Injil sinoptik tentang bagaimana menjelaskan secara
tepat apa yang telah terjadi pada waktu kebangkitan. Yohanes kemudian menjelaskan bagaimana
Kristus melewati pintu yang tertutup dalam tubuh fisiknya dan muncul di tengah para rasul
dalam tubuh kebangkitan-Nya (Yoh. 20:19,26). Yohanes memverifikasi realitas dan tubuh
kebangkitan Kristus, memperlihatkan bahwa Kristus dalam karya terakhir-Nya telah
mengalahkan maut dan karena itu memberikan pengharapan dan hidup kepada yang percaya
(Yoh. 11:25-26). Doktrin Roh Kudus Percakapan di Ruang atas (Yoh. 14-16), Yohanes mencatat
pengajaran Yesus berkaitan dengan Roh Kudus. Ketiga fasal itu memberikan informasi yang
paling rinci tentang pribadi dan karya Roh Kudus: Pribadi-Nya. Kepribadian dari Roh Kudus
dilihat dalam kata ganti yang digunakan untuk menjabarkan tentang Dia. Meskipun kata Roh
(yunani: pneuma) adalah netral. Yesus mengatakan ―Ia (maskulin) akan mengajarkan kamu
segala sesuatu‖ (Yoh 14:26). ―Ia‖ (Yunani: ekeinos) adalah kata ganti maskulin. Referensi

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Yesus pada Roh Kudus sebagai ―Ia (maskulin)‖ mengkomfirmasikan personalitas dari Roh
Kudus (lihat Yoh. 15:56; 16:13, 14) 33

Karya-Nya. Ia menyakinkan (Yoh. 16:8-11). Karya meyakinkan (yunani: elegxei) adalah
pekerjaan seseorang pengacara penuntut yang mana Ia berusaha untuk meyakinkan seseorang
akan sesuatu. Roh Kudus bertindak sebagai pengacara ilahi, menyakinkan dunia akan dosa, yaitu
penolakan untuk percaya kepada Yesus; Ia juga meyakinkan dunia akan kebenaran Kristus,
karena kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya; dan Ia meyakinkan dunia akan penghakiman karena
setan telah dihukum diatas kayu salib. Ia melahir barukan (Yoh. 3:6). Dalam menjelaskan
kelahiran baru pada Nikodemus, Yesus mengindikasikanya sebagai kelahiran baru oleh Roh. Ia
mengajar kepada murid-murid-Nya (Yoh. 14:26). Pada waktu murid-murid-Nya tidak dapat
secara rohani mengasimilasikan semua pengajaran Yesus, Yesus berjanji Roh Kudus akan
mengingatkan mereka akan pengajaran Yesus. Pernyataan ini merupakan jaminan akan catatan
akurat dari tulisan Perjanjian Baru, karena Roh Kudus akan memberikan keakuratan untuk
mengingat kembali, dan sesuai dengan itu mereka akan menulis Injil. Ia tinggal (Yoh. 14:16-17).
Yesus menunjuk pada pekerjaan baru dari Roh Kudus setelah Pentakosta, dimana kehadiran Roh
Kudus ditengah orang percaya tidak lagi bersifat sementara seperti di Perjanjian Lama, tetapi Ia
akan tinggal secara permanen. Yesus menekankan bahwa setelah Pentakosta Roh Kudus akan
tinggal ―di dalam mereka‖ (Yoh. 14:17) dan Ia tinggal untuk ―selama-lamanya‖ (Yoh. 14:16).
Doktrin Hal-hal terakhir. Pengangkatan. Meskipun Yohanes tidak memberikan pernyataan
seeksplisit Paulus tentang pengangkatan, tanpa diragukan Yohanes juga menunjuk pada
pengangkatan dalam Yohanes 14:1-3. Pengangkatan berkaitan dengan gereja, dan Yesus
berbicara pada kedua belas murid-Nya yang akan memulai jemaat mula-mula di Kisah Para
Rasul 2. Oleh karena para murid sedang berduka akan kepergian Yesus di Yohanes 14, Ia
menguatkan mereka dengan mengingatkan mereka (sebagai gereja yang masih kecil) bahwa Ia
pergi untuk menyediakan tempat tinggal bagi mereka di Rumah Bapa-Nya. Ia berjanji untuk
kembali dan membawa mereka kepada-Nya (Yoh. 14:3). Hal itu harus dimengerti sebagai
parallel dengan pernyataan Paulus di 1 Tesalonika 4:13-18. Kesengsaraan. Yohanes memberikan
liputan yang luas tentang masa kesengsaraan, serta merinci apa yang akan terjadi di Wahyu 6-19.
Ketujuh meterai ini akan dibukakan di 34

dunia pada awal kesengsaraan (Wah. 6:1 – 8:1). Yang akan membawa kemenangan bagi
binatang buas itu (6:1-2), perang (6:3-4), kelaparan (6:5-6), kematian (6:7-8), mati syahid (6:9-
11), dan ledakan di langit dan di bumi (6:12-17). Materai-materai itu kelihatannya akan berlanjut
sampai akhir masa kesengsaraan. Materai ketujuh mengawali sangkakala ketujuh (8:2 – 11:19).
Pada waktu bunyi sangkakala itu, maka persediaan makanan dan oksigen di bumi akan hilang
(8:2-6), sepertiga dari kehidupan di laut akan mati (8:7), sumber air akan terkena polusi (8:10-
11), benda-benda di langit akan menjadi gelap (8:12-13), manusia akan sangat menderita dan
ketakutan (9:1-12), dan sepertiga dari manusia akan terbunuh (9:13-21). Sangkakala yang
ketujuh akan mengawali cawan penghakiman (11:15-19;15:1-16:21), mengakibatkan luka-luka

Erikson Ginting S.E.,M.pd

yang menyakitkan (16:1-2), kematian dari kehidupan di laut (16:3), sungai menjadi darah (16:4-
7). Manusia mati karena kepanasan (16:8-9), kegelapan (16:10-11), dilepaskannya tentara dari
timur yang kuat untuk mengakhiri peperangan (16:12-16), dan gempa bumi yang dahsyat,
menghancurkan kota-kota dan bangsa-bangsa (16:17-21). Baik agama Babel (17:1-8), maupun
ekonomi Babel (18:1-24) akan dihancurkan. Masa kesengsaraan berpuncak pada kembalinya
Kristus, dimana Ia akan menaklukkan semua bangsa di dunia (19:11-21). Anti Kristus. Yohanes
menggunakan istilah anti kristus untuk menjabarkan mereka yang pada zamanya menyebarkan
doktrin yang salah tentang Kristus (1 Yoh. 2:18, 22; 4:3; 2 Yoh. 7). Nature dari bidat ini adalah
menyangkali kemanusiaan Kristus Yesus (2 Yoh. 7); Kristus hanya tampil seperti hantu; Ia tidak
benar-benar mengambil rupa manusia. Yohanes mendeklarasikan bahwa mereka, penyangkal
Yesus yang datang dalam daging adalah anti Kristus. Jadi Yohanes menggunakan istilah itu
untuk menunjuk pada mereka yang menyangkali doktrin yang benar tentang Kristus. Yohanes
menyebut pribadi yang menyangkali Kristus sebagai binatang buas (Why. 11:7; 13:1, 12, 14, 15).
Yohanes menjabarkan binatang buas ini sebagai ―binatang pertama‖ (berlawanan dengan nabi
palsu yang mendukung binatang buas pertama ini tetapi dikenal sebagai binatang kedua
{―binatang yang lain‖ 13:11}). Binatang pertama adalah penguasa politik (13:1-10) yang
muncul dalam bentuk akhir sebagai penguasa kafir dan kuasanya berasal dari setan (13:2), ia
menerima sembah dan menghujat Allah selama tiga setengah tahun (13:4-6), ia menganiaya
orang percaya (13:7), dan menguasai dunia (13:8). Binatang pertama di dukung oleh binatang
kedua yang adalah nabi palsu dan memaksa manusia untuk menyembah binatang pertama
(13:11-12); ia 35

menipu manusia melalui kemampuanya untuk mempertunjukkan tanda-tanda (13:14); ia
membatasi perdagangan hanya bagi mereka yang telah menerima tandanya (13:16-17). Pada
kedatangan Yesus Kristus yang kedua, baik binatang pertama dan binatang kedua akan
dilemparkan kedalam lautan api (19:20) Kedatangan Kristus yang Kedua. Pada akhir dari masa
kesengsaraan, Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus dengan kemenangan bersama
pengantin perempuan-Nya, yaitu gereja (Why. 19:6-8). Pernikahan Kristus dengan gereja terjadi
di surga pada waktu periode kesengsaraan. Kristus kembali dengan pengantin perempuan- Nya
untuk memulai pesta pernikahan, yaitu di kerajaan millennial yang terjadi diatas bumi (19:9-10).
Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus sebagai seorang Raja yang menang – Ia memiliki
banyak mahkota diatas kepala-Nya (19:12) – Ia menyatakan perang adengan setan, binatang dan
tentara yang tidak percaya kepada-Nya (19:11,19). Senjata-Nya adalah otoritas Firman-Nya
(19:13) dengan mana Ia mengalahkan dan menaklukkan bangsa-bangsa (19:15). Ia
menghancurkan penguasa bangsa-bangsa dan melemparkan binatang, nabi palsu (binatang
kedua), dan setan ke laut api selama millennial (19:19 – 20:3). Dengan kemenangan atas musuh-
Nya, Kristus mendirikan kerajaan millennial di atas bumi. Kerajaan millennial dan kekekalan.
Yohanes menjabarkan kebangkitan dari masa kesengsaraan dan orang-orang kudus Perjanjian
Lama pada akhir masa kesengsaraan (Why. 20:4-5); mereka adalah bagian dari ―kebangkitan
pertama‖. Istilah kebangkitan tidak menjabarkan kebangkitan secara umum dari orang percaya,

Erikson Ginting S.E.,M.pd

tetapi suatu kebangkitan kepada kehidupan (20:6). Paling tidak ada beberapa tahap dalam
kebangkitan yang pertama yaitu zaman orang-orang kudus dibangkitkan sebelum masa
kesengsaraan (1 Tes. 4:13-18), dimana orang-orang kudus di Perjanjian Lama dan dimasa
kesengsaraan (Why. 20:4). Orang tidak percaya dibangkitkan pada akhir masa millennium,
dimana mereka akan dilemparkan kedalam lautan api (Why. 20:11-15). Di Wahyu 21:1 – 22:21
Yohanes menjabarkan tentang kekekalan. Yerusalem baru yang Yohanes lihat akan datang dari
surga (Why. 21:1-8) adalah gereja yang tetap tinggal, yaitu pengantin perempuan (21:9), tidak
diragukan lagi mereka adalah orang-orang yang telah ditebus di segala zaman dalam kekekalan.
Yerusalem baru kemungkinan besar berhubungan dengan millennium dan hidup kekal. Tempat
itu adalah tempat tinggal, dimana Kristus telah pergi untuk menyediakan tempat (Yoh. 14:2).
―kedua periode itu kekal, bukan sementara, kondisinya adalah seperti itu, baik dikota dan bagi
36

penghuninya. Oleh karena itu, Yerusalem baru adalah millennial dan kekal, baik dari segi waktu
dan posisi, dan hal itu kondisinya adalah selalu kekal. Yohanes menjelaskan bagaimana
Yerusalem baru itu akan memberikan persekutuan dengan Allah (22:4), istirahat (14:13),
kepenuhan berkat (22:2), sukacita (21:4), pelayanan (22:3) dan ibadah (7:9-12; 19:1).
KESINAMBUNGAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU Perjanjian Perjanjian
adalah kontrak atau kesepakatan (akad) antara dua pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat bersifat
bersyarat (conditional) dan atau tanpa syarat (unconditional). Perjanjian bersyarat adalah
perjanjian yang pemenuhan terhadap kesepakatannya bergantung kepada kesetiaan kedua belah
pihak melaksanakan syarat dalam kontrak yang diadakan. Perjanjian demikian biasanya dicirikan
oleh kata jika — jika pihak yang merupakan pihak kedua (manusia) melaksanakan aturannya,
Pihak yang merupakan Pihak Pertama (Allah) akan mengaruniakan berkat. Perjanjian Musa
adalah contoh perjanjian jenis ini. Perjanjian tersebut didahului dengan jika dalam Keluaran 19:5
―Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku,
maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa.‖ Perjanjian
tanpa syarat adalah perjanjian yang pemenuhannya hanya bergantung kepada kesetiaan Allah
saja. Perjanjian Baru berlangsung dengan cara ini. Perbedaan kedua jenis perjanjian tersebut
dapat dilihat dalam Yeremia 31:31, 32: ―Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah
firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku
memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir.‖ Perjanjian ini
dicirikan oleh kata-kata, Aku akan, yang menunjuk kepada pemenuhan Allah akan janji dan
maksud-Nya— Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam hati mereka, Aku akan menjadi Allah
mereka, Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.
Perjanjian-perjanjian dalam Alkitab: Perjanjian Penebusan Didasarkan pada fakta bahwa Allah
sudah menjanjikan kehidupan kekal sebelum dunia dijadikan (Titus 1:2), dan dengan demikian
sebelum manusia diciptakan, para ahli teologi telah menduga bahwa Pribadi-pribadi dalam ke-
Allahan telah mengadakan 37

Erikson Ginting S.E.,M.pd

perjanjian untuk menyediakan keselamatan bagi umat manusia sebelum manusia diciptakan atau
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Barangkali ini yang ada dalam pikiran penulis surat Ibrani
ketika ia berbicara tentang darah perjanjian kekal (Ibrani 13:20). Alkitab mengaitkan fakta
bahwa Bapa mengutus Anak, dan Anak datang untuk melaksanakan kehendak Bapa, dan bahwa
Bapa dan Anak mengirimkan Roh Kudus, yang semuanya kelihatan menunjukkan adanya
persetujuan atau kesepakatan di antara Pribadi-pribadi dalam ke-Tritunggalan. Perjanjian Kerja
(Perbuatan) Ini yang dianggap sebagai perjanjian yang dibuat Allah dengan Adam sebelum
kejatuhan, yang menjanjikan Adam kehidupan kekal sebagai ganjaran terhadap perbuatan
baiknya. Walaupun ketaatan tentu saja perlu bagi Adam untuk memelihara kedudukannya
terhadap Allah, tidak ada satu pun dikatakan dalam Alkitab bahwa Adam diciptakan dalam
keadaan terhilang atau kondisi yang di dalamnya ia perlu mengusahakan kehidupan kekal. Satu-
satunya ayat yang dapat diarahkan untuk menopang perjanjian demikian adalah Hosea 6:7 yang
di dalamnya kata yang diterjemahkan men (manusia) dalam KJV merupakan istilah umum untuk
umat manusia (adam). Jika adam menggantikan kata men kalimat itu akan berbunyi: ―Tetapi
mereka seperti Adam telah melanggar perjanjian.‖ Perjanjian Anugerah Sebutan ini, bersama
dengan yang baru disebutkan di atas, membentuk dasar Teologi Perjanjian. Yang dimaksud
dengan Perjanjian Anugerah adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan umat pilihan untuk
menyediakan dan mengaplikasikan kepada mereka keselamatan kekal atas dasar anugerah.
Walaupun benar bahwa Allah adalah Allah yang penuh anugerah dan bahwa Ia telah membuat
banyak rancangan rahmat terhadap umat manusia, kita keliru apabila menggabungkan perjanjian-
perjanjian itu menjadi satu saja, Perjanjian Anugerah. Pengklasifikasian demikian mengaburkan
perbedaan-perbedaan yang ada di antara berbagai perjanjian yang telah dibuat oleh Allah, yang
mengakibatkan terjadinya kebingungan memahami rencana-rencana dispensasional Allah. 38

Perjanjian Eden Teolog Scofield dan Chafer menandai pengaturan Allah dengan Adam sebelum
kejatuhan, sebagai Perjanjian Eden. Perjanjian tersebut dapat dinamakan sebagai aturan hidup
bagi manusia di bawah dispensasi Kesucian. Scofield membuat garis besarnya dalam tujuh
pokok: (1) Memenuhi bumi dengan suatu tataan baru—manusia; (2) menaklukkan bumi bagi
keperluan manusia; (3) menguasai hewan ciptaan; (4) makan dari tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan; (5) mengolah dan memelihara taman tersebut; (6) menghindari makan dari pohon
pengetahuan baik dan jahat; (7) hukumannya— kematian. Perjanjian Adam Kembali, perjanjian
ini tidak disebut sebagai perjanjian tetapi ditandai demikian oleh Scofield dan Chafer. Perjanjian
ini merupakan pengaturan Ilahi yang menjadi syarat bagi kehidupan manusia setelah jatuh ke
dalam dosa dan selama berada dalam dispensasi Hati Nurani, seperti dikemukakan dalam
Kejadian 3:14-19. Di dalamnya terdapat kutukan terhadap si ular, janji mengenai Penebus,
perubahan status perempuan, kutukan terhadap bumi, pahitnya kehidupan, beratnya pekerjaan,
dan kematian jasmani. Perjanjian Nuh Di sini, tepatnya dalam Kejadian 9:9 kata perjanjian
pertama kali digunakan dalam Alkitab: ―Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan
kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan
kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-
Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi,
dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.‖ Walaupun perjanjian tersebut
terutama merupakan janji untuk tidak pernah lagi membinasakan bumi dengan air bah, di
dalamnya juga tercakup syarat tertentu yang baru bagi kehidupan manusia di bumi. Ketakutan
terhadap manusia ditaruh pada binatang, manusia diizinkan makan daging binatang, tetapi
dilarang makan darah; dan manusia diberi wewenang melaksanakan hukuman mati. Sebelum ini
Allah melarang menjatuhkan hukuman mati bagi pembunuh (Kejadian 4:15). Pemberian hak
dasar bagi manusia untuk memerintah bumi bagi Allah, merupakan alasan utama untuk
menyebut pengaturan ini sebagai dispensasi pemerintahan atau wewenang manusia. 39

Perjanjian Abraham Abraham tampaknya hidup segera sesudah pengacauan bahasa di menara
Babel. Meninjau ke belakang, manusia telah ingkar dari Allah dalam tiga dispensasi yang
mendahului, yakni Dispensasi Kesucian, Dispensasi Hati Nurani, dan Dispensasi Pemerintahan
Manusia. Manusia telah tiba pada keadaan yang digambarkan dalam Roma 1:21-32 yang di
dalamnya tiga kali dikatakan bahwa Allah telah membiarkan (bandingkan KJV; TB:
menyerahkan) manusia. Pada titik ini Allah dapat saja meninggalkan manusia dalam keadaan
terhilang secara keseluruhan, atau Ia dapat saja memusnahkan manusia dari muka bumi. Namun,
Ia justru mengumumkan maksudnya memilih seorang pria bernama Abram, yang tinggal di kota
penyembah berhala Ur- Kasdim, dan membuatnya menjadi bangsa yang besar; melalui bangsa
tersebut semua bangsa lain akhirnya akan diberkati. Pemanggilan Abram dan berkat yang
dijanjikan tersebut dicatat dalam Kejadian 12. Dalam Kejadian 13:14-18 Allah lebih lanjut
menjanjikan untuk memberikan tanah Kanaan kepada Abram dan keturunannya sebagai milik
pusaka selamanya. Lalu dalam Kejadian 15:6 muncul pernyataan yang oleh Paulus dijadikan
dasar semua argumennya mengenai pembenaran oleh iman tanpa pekerjaan: ―Lalu percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran‖
(Roma 4:3). Segera setelah Abraham dinyatakan benar karena imannya, Allah masuk ke dalam
perjanjian dengan Abraham: ―Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai
Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat‖ (Kejadian 15:18). Walaupun Allah telah
terlebih dahulu mengomunikasikan rencana-Nya memberkati Abram, baru setelah ia dinyatakan
benar karena imannyalah Allah secara aktual mengadakan perjanjian dengannya. Dan harus
diperhatikan bahwa menurut Alkitab, perjanjian tersebut hanya menyangkut tanah yang
digambarkan di atas. Janji berkat atas bangsa-bangsa tampaknya berlainan dengan perjanjian
dalam Kejadian 15:18. Karena Allah menjamin tanah ini bagi keturunan Abram sebagai pusaka
untuk selamanya, haruslah terbukti bahwa jika orang Kristen sekarang ini merupakan anak- anak
perjanjian, mereka semestinya mempunyai hak untuk mengklaim milik tetap tersebut. Ini adalah
masalah yang harus de ngan jujur dihadapi para ahli teologi Perjanjian, karena mereka
mengklaim diri sebagai anak-anak perjanjian. Paulus tidak pernah mengatakan di mana pun
bahwa orang percaya dispensasi sekarang adalah anak- anak perjanjian, tetapi yang ia katakan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

adalah bahwa mereka anak-anak Abraham 40

(Galatia 3:7), dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham (Galatia 3:29). Namun sangat
penting memahami dalam arti bagaimana ia mengatakan orang percaya sebagai anak dan
keturunan. Galatia 3:8, ―Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah
membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan
Injil kepada Abraham: ‗Olehmu segala bangsa akan diberkati.‘‖ O‘Hair menafsirkan ayat ini,
Apa yang dilihat orang ketika Injil diberitakan kepada Abram 24 tahun sebelum ia disunat, dan
430 tahun sebelum Taurat ditambahkan pada Injil itu (Galatia 3:19)? Para penyembah berhala
(orang bukan Yahudi) pada zaman Paulus. Apa yang terlihat? Bahwa para penyembah berhala
tidak bersunat itu akan dinyatakan sebagai orang benar tanpa sunat, tanpa Taurat, tanpa upacara
keagamaan; tepat seperti Abram, oleh iman tanpa perbuatan. Orang-orang percaya disebut anak-
anak Abraham hanya karena mengikuti iman Abraham dan dibenarkan dengan cara yang sama
seperti Abraham, tanpa perbuatan. Mereka bukan anak-anaknya dalam pengertian menjadi
pewaris berkat perjanjian khusus yang dijanjikan kepada Abraham, yang seperti telah kita lihat,
hanya menyangkut tanah perjanjian. Selanjutnya, Rasul Paulus mengetengahkan dengan jelas
bahwa kita sekarang ini merupakan keturunan Abraham atas dasar bahwa kita telah dibaptiskan
ke dalam Kristus, yang adalah Benih atau Keturunan Abraham. Karena tanah Kanaan telah tanpa
syarat dijamin sebagai milik keturunan jasmani Abraham, kita tentu harus percaya bahwa Allah
akan menggenapi janji tersebut dalam kerajaan milenial mendatang. Perjanjian Sunat Ketika
Abram berusia sembilan puluh sembilan tahun, setidaknya lima belas tahun setelah Allah
mengadakan perjanjian dengannya, Allah kembali menyatakan diri kepadanya dan memberikan
kepadanya Perjanjian Sunat. Di dalam perjanjian ini nama Abram diubah menjadi Abraham,
karena ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Janji tanah Kanaan diteguhkan dan upacara sunat
dikenakan kepada semua pria keturunannya, dengan ketentuan bahwa pria yang tidak disunat
akan dilenyapkan dari umat Allah, karena orang itu telah mengingkari perjanjian tersebut
(Kejadian 17:14). Dalam Roma 4 Paulus membedakan antara Abram yang dalam keadaan tidak
bersunat dan Abraham yang dalam keadaan bersunat. Dalam hubungan rangkap dua ini Abraham
menjadi bapa atau pemimpin dua kelompok umat Tuhan yang berbeda. Ia pertama-tama 41

adalah bapa orang-orang tidak bersunat, yakni, orang-orang bukan Yahudi yang di selamatkan
atau dibenarkan melalui iman semata-mata tanpa penyunatan dan hukum Taurat. Karena alasan
ini Paulus menyebut Injilnya sebagai Injil untuk orang-orang tak bersunat (Galatia 2:7).
Abraham kemudian menjadi bapa orang-orang bersunat, yakni, keturunan lahiriah Abraham yang
akan mewarisi berkat khusus perjanjian. Karena alasan ini berita Petrus disebut Injil bagi orang-
orang bersunat. Kata Injil tidak sekadar berarti keselamatan dari dosa: di dalamnya tercakup
selamat kepada sesuatu. Injil Paulus kepada orang-orang tidak bersunat adalah, keselamatan ke
dalam keanggotaan di dalam Tubuh Kristus. Injil Petrus kepada orang-orang bersunat adalah,
keselamatan ke dalam janji berkat-berkat rohani dan jasmani dalam Kerajaan Mesianis. Semua
kabar baik dari Allah didasarkan pada iman terhadap karya Kristus, jadi dalam hal ini tidak ada

Erikson Ginting S.E.,M.pd

perbedaan antara kedua Injil tersebut, tetapi ada perbedaan antara keduanya menyangkut
kebangsaan, upacara-upacara, program dispensasional, dan tujuan akhirnya. Perjanjian Musa
Perjanjian ini bersifat temporer dan bersyarat. Sekarang perjanjian ini disebut Perjanjian Lama
karena sudah ‗dibaharui‘ oleh Perjanjian Baru. Pada waktu itu belum ada kaum imam di Israel.
Musa, yang menjadi pengantara perjanjian, bukan Harun, menyuruh orang-orang muda
menyembelih binatang korban lalu ia memercikkan darah binatang korban itu kepada umat Israel
setelah membacakan perjanjian tersebut kepada mereka, dengan berkata, ―Inilah darah
perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.‖ Semua hal
tersebut benar-benar merupakan pelambangan terhadap Pribadi dan karya Kristus, seperti yang
digambarkan dalam kitab Ibrani. Kristus, sebagai Pengantara Perjanjian Baru, bukan sebagai
Imam Besar, mempersembahkan diri-Nya tanpa cela kepada Allah. Aspek ini dari pekerjaan-Nya
membuat keselamatan tersedia bagi semua umat manusia. Sampai darah tersebut dipercikkan
mereka yang kelak menjadi imam harus menyembah dari jauh, dan hanya Musa, yang
melambangkan Kristus, yang datang mendekat kepada Allah. Setelah itu baru para imam tersebut
diizinkan mendekat. Ini mengajarkan kepada kita dalam bentuk pelambangan bahwa Kristus
harus mencurahkan darah-Nya sebelum pelayanan keimaman-Nya dimulai. Ia bukanlah seorang
imam ketika berada di bumi (Ibrani 8:4), walaupun tidak diragukan bahwa doa- 42

Nya pada malam sebelum kematian-Nya telah berperan mendahului pekerjaan keimaman-Nya.
Pelayanan keimaman hanyalah ditujukan bagi umat yang telah dibawa ke dalam kehidupan yang
berhubungan dengan Allah. Itulah sebabnya mengapa Yesus berdoa dalam Yohanes 17:9, ―Aku
berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu.‖ Jadi korban-korban dan pelayanan
keimaman orang Lewi, walaupun merupakan lambang pekerjaan penebusan Kristus, hanya
bersifat melambangkan aspek tersebut, yakni kepada mereka yang telah dibawa ke dalam
hubungan yang menyelamatkan dengan Allah. Isi Rangkap Tiga Perjanjian Musa. Sepuluh
Hukum, Keluaran 20:1-17, mengatur kehidupan moral Israel berkaitan dengan kehendak Allah
yang benar. Hukuman, Keluaran 21:1-24:11, mengatur kehidupan sosial umat tersebut.
Ordonansi (peraturan), Keluaran 24:12-31:18, mengatur kehidupan keagamaan umat tersebut.
Maksud Kemah Suci dengan Keimamannya. Maksud kemah suci diutarakan dalam Keluaran
25:8: ―Supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.‖ Dosa melibatkan hukuman dan
pencemaran. Dalam pekerjaan penyelamatan terdapat pengampunan sekali untuk selamanya dari
hukuman dosa saat iman diarahkan kepada Penyelamat. Dalam pelambangannya Israel telah
dibawa ke dalam posisi tersebut dengan dipercikkannya darah Perjanjian ke atas mereka. Dosa
yang dilakukan setelah itu mendatangkan kecemaran, karena itu jika Allah akan diam di tengah
umat demikian haruslah diadakan pembersihan. Pekerjaan Kristus sebagai Imam Besar melalui
manfaat darah-Nya yang telah dicurahkan itulah yang membersihkan orang percaya dari dosa,
membuat hubungan dengan Bapa dan Anak menjadi mungkin (1 Yohanes 1:7). Dalam
pelambangannya, umat Israel perlu dibersihkan terus-menerus sehingga Allah dapat tinggal di
tengah mereka. Untuk maksud inilah kemah suci dengan keimamannya dibuat. Pada lambang

Erikson Ginting S.E.,M.pd

(type) nya, korban yang bermacam-macam dan diulang-ulang itu perlu (Ibrani 10:11), tetapi pada
yang dilambangkan (antitype), korban sekali untuk selamanya memiliki nilai yang bersifat tetap
sehingga korban tersebut meliputi semua 43

aspek yang beragam dalam korban-korban keimaman Lewi itu. Kecuali kebenaran di atas
dipahami, akan terlihat seakan-akan Israel di bawah Perjanjian Taurat mengusahakan
keselamatan melalui perbuatan berdasarkan hukum, bukan karena adanya iman. Sistem korban
dalam perjanjian tersebut adalah sarana anugerah. Taurat adalah ungkapan sifat kudus Allah, dan
pelanggaran terhadapnya mendatangkan kutukan (Galatia 3:10). Atas dasar hukum murni,
pelanggar hukum tidak memiliki harapan lain kecuali hukuman. Korban-korban persembahan
dalam keimaman Lewi menyediakan jalan keluar dari kutukan tersebut. Sama seperti itu, dalam
dispensasi sekarang, korban Kristus yang cukup untuk semua dan sekali untuk selamanya itu
adalah sarana yang melaluinya hubungan kita dengan Allah dijaga tidak retak sekali pun ada
dosa dan kegagalan yang dapat saja terjadi dalam kehidupan Kristen. Maksud Hukum Taurat.
Memunculkan pengetahuan akan dosa: ―Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa‖
(Roma 7:7). Membuat dosa semakin nyata sebagai dosa: ―Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah
dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh
perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa‖ (Roma 7:13); ―Tetapi hukum Taurat
ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak‖ (Roma 5:20). Untuk menyumbat
semua mulut dan membuat seluruh dunia bersalah di hadapan Allah (Roma 3:19). Nyata dari
ayat seperti Roma 3:20 dan Galatia 2:16 bahwa Hukum Taurat diberikan bukan untuk
menyelamatkan manusia atau melepaskannya dari kuasa dosa. Dengan demikian nyata bahwa
dalam maksud penebusan Allah, Allah menempatkan umat-Nya di bawah Hukum Taurat
sebelum Ia mengirimkan Anak-Nya ke dalam dunia untuk mati karena dosa, supaya pertama-
tama dapat ditunjukkan sepenuhnya keberdosaan dosa, sehingga kebutuhan akan keselamatan
dapat sepenuhnya disadari agar kebesaran nilai pengorbanan Kristus dapat dengan lebih baik
dipahami dan dihargai. Hal yang Tidak Dapat Dilakukan Hukum Taurat. Hukum Taurat tidak
dapat membenarkan orang berdosa: ―Sebab tidak seorangpun yang 44

dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat‖ (Roma 3:20). Hukum
Taurat tidak dapat melepaskan manusia dari kuasa dosa: ―Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi
oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia‖
(Roma 6:14). Hukum Taurat sama sekali tidak dapat membawa kesempurnaan: ―Sebab hukum
Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan‖ (Ibrani 7:19). Alasan mengapa hukum Taurat
tidak dapat memenuhi semua hal di atas adalah karena kelemahan dan berdosanya kedagingan
menusia (Roma 8:2), dan sama sekali bukan karena ketidaksempurnaan hukum itu (Roma 7:12).
Keselamatan di bawah Dispensasi Hukum Taurat. Jelas diajarkan Perjanjian Baru bahwa setiap
orang yang tidak secara terus-menerus melaksanakan semua hal yang tertulis dalam kitab hukum
berada di bawah kutuk, dan sama jelasnya bahwa tidak ada seorang Israel pun yang telah secara
terus-menerus melaksanakan semua yang dituntut hukum itu. Kesimpulannya, tidak terhindarkan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

bahwa semua pastilah telah berada di bawah kutuk hukum. Apakah ini berarti, dengan demikian,
bahwa semua orang telah terhilang? Tidak mungkin, karena juga sama jelasnya bahwa ada
banyak kudus Perjanjian Lama yang diselamatkan. Jadi, apa yang dimaksud dengan kutuk
hukum itu? Hukum Taurat memiliki sistem penghukuman, yang paling ekstrem adalah hukuman
mati. Paulus mengajarkan bahwa hukum berkuasa atas diri se seorang selama orang itu masih
hidup, tetapi kematian fisik membebaskan seseorang dari hukum itu (Roma 7:1- 6). Kita telah
melihat bahwa orang Israel, melalui manfaat Perjanjian Abraham, Korban Paskah dan Korban
Perjanjian, telah berada di atas dasar penebusan dan diakui sebagai bangsa pilihan Allah serta
umat Allah bahkan sebelum Taurat dibebankan kepada mereka. Kembali, Paulus dengan jelas
mengetengahkan bahwa hukum Taurat, yang diberikan 430 tahun sesudah janji terhadap
Abraham, tidak dapat membatalkan perjanjian itu (Galatia 3:17). Jadi jelas bahwa keselamatan
dalam Dispensasi Hukum Taurat didasarkan pada janji tersebut, dan walaupun pelanggaran
terhadap hukum Taurat dapat mendatangkan kematian fisik, seperti terjadi dalam banyak kasus,
hal itu tidak berakibat pada pembatalan terhadap janji tersebut. Kematian fisik tidak harus berarti
kematian rohani, walau kematian fisik datang sebagai suatu hukuman. Mengamati keselamatan
dalam Perjanjian Lama haruslah diingat bahwa Perjanjian- 45

perjanjian tersebut berkenaan dengan orang-orang atas dasar kolektif atau nasional, dan tidak ada
pernyataan mengenai hal yang harus dilakukan seseorang agar diselamatkan. Tentu saja ada
individu yang secara jasmani merupakan keturunan Abraham namun kenyataannya bukan anak
Allah, seperti yang dikatakan Paulus: ―Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah
orang Israel‖ (Roma 9:6). Tetapi mereka yang memang anak-anak perjanjian, seperti Musa dan
Daud, pasti selamat, bukan karena pekerjaan hukum Taurat, tetapi karena Janji tersebut,
walaupun mereka mengalami ganjaran karena melanggar hukum Taurat. Daud melanggar
hukum, tetapi ia mengetahui kebahagiaan orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan
kepadanya (Roma 4:6-8). Akhir hukum Taurat. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat,
sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Roma 10:4). Akhir bukan berarti
peniadaan tetapi penggenapan hukum Taurat. Kehidupan Kristus secara sempurna memenuhi
aturan-aturannya dan kematian-Nya secara sempurna memenuhi tuntutan keadilannya. Kita tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia atau anugerah (Roma 6:14).
Perjanjian Lama, yang disebut sebagai pelayanan yang menuntun kepada penghukuman dan
kematian itu telah pudar dan diakhiri sebagai suatu sistem dispensasi (2 Korintus 3:6-14, band.
KJV). Mengapa dan bagaimana sehingga orang percaya tidak lagi berada di bawah hukum
Taurat tetapi berada di bawah Anugerah? Kristus mati di bawah kutuk hukum Taurat (Galatia
3:13). Dengan memenuhi semua tuntutan kebenarannya melalui kematian Ia menjadi bebas dari
hukum Taurat. Tetapi Kristus tidak tinggal dalam kematian: Ia bangkit pada hari ketiga, dan
kepada kita dikatakan bahwa orang-orang percaya bangkit bersama Dia. Semua ini secara tidak
langsung atau dari segi kedudukan terjadi kepada orang percaya; karena itu orang percaya
diingatkan, ―Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa,
tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus‖ (Roma 6:11). Dengan demikian kehidupan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

baru orang percaya merupakan pengambilan bagian dalam kehidupan Kristus setelah
kebangkitan-Nya, dan dengan begitu kehidupan orang 46

percaya berada di bawah anugerah. Adalah suatu malapetaka jika menempatkan kedagingan
yang penuh dosa itu di bawah anugerah. Sebaliknya, Allah menaruh kedagingan ke dalam
kematian melalui Kristus sehingga kita dapat berjalan dalam kehidupan baru di bawah anugerah.
Perjanjian Daud Perjanjian Daud dicatat dalam 2 Samuel 7:12-16: Apabila umurmu sudah genap
dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan
membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan
kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan
takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi
anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang
dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tetapi kasih setia-Ku
tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan
dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku,
takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya. Perjanjian Daud diteguhkan dalam sejumlah
bagian Perjanjian Lama, misalnya dalam Mazmur 89:4, 5, 35-37 Telah Kuikat perjanjian dengan
orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku
hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun … Aku tidak akan
melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. Sekali Aku
bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: Anak
cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku.
Kata-kata di atas menunjukkan sifat sepenuhnya tanpa syarat pada perjanjian tersebut, yang jika
ada artinya, artinya adalah bahwa sumpah Allah suatu waktu kelak akan terlaksana dalam
pembangunan takhta dan kerajaan Daud secara harfiah. Perjanjian dengan Daud menyangkut
empat hal: keturunan Daud, rumah Daud, takhta Daud, dan kerajaan Daud. Penting bahwa Injil
Matius, yang menekankan aspek Raja dan Kerajaan Mesias, dimulai dengan, ―Inilah silsilah
Yesus Kristus, anak Daud.‖ Dan juga penting bahwa pada pemberitahuan tentang Kelahiran
Kristus malaikat berkata kepada Maria, ―Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya, dan 47

Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan- Nya
tidak akan berkesudahan‖ (Lukas 1:32, 33). Petrus mengonfirmasikan fakta bahwa Kristus,
keturunan Daud secara daging, dibangkitkan dari kematian untuk duduk di takhta Daud (Kisah
Para Rasul 2:30). Kita telah merujuk kepada kata-kata Yakobus dalam Kisah Para Rasul 15:16,
yang di dalamnya ia berbicara mengenai kemah atau rumah Daud, yang kini sedang dalam
bentuk reruntuhan, yang akan dibangun setelah Kristus datang lagi. Jadi Perjanjian Baru
menegaskan penggenapan sepenuhnya secara harfiah terhadap Perjanjian Daud melalui Tuhan
Yesus Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali ke bumi. Perjanjian Baru Perjanjian Baru

Erikson Ginting S.E.,M.pd

dirujuk sekali dengan nama demikian dalam kitab Perjanjian Lama (Yeremia 31:31) dan
sembilan kali dalam kitab Perjanjian Baru: empat kali dalam kaitan dengan darah Perjanjian
Baru (Matius 26:28; Markus 14:24; Lukas 22:20; dan 1 Korintus 11:25), sekali dalam kaitan
dengan pelayanan Paulus (2 Korintus 3:6), dan empat kali dalam surat Ibrani (8:8, 13; 9:15;
12:24). Seperti telah kita lihat, Perjanjian Baru merupakan perjanjian yang secara khusus dibuat
dengan kaum Israel dan kaum Yehuda. Dikatakan Baru karena perjanjian ini memenuhi,
menyudahi, dan menggantikan Perjanjian Musa yang dalam proses tersebut telah menjadi lama.
Sifat dan Penyediaannya. Tanpa syarat, kekal, menjanjikan hati dan pikiran baru, menyediakan
pengampunan dosa, memberikan Roh Kudus untuk hadir dan berdiam di dalam umat-Nya,
memberi jaminan bahwa keturunan Israel tidak akan lenyap sebagai bangsa di hadapan Allah
sampai selamanya, menyediakan pemulihan Yerusalem dan tanah yang dijanjikan itu kepada
Israel. ASPEK-ASPEK DALAM PERJANJIAN BARU Aspek Kerajaan Pokok ini memberikan
soroton khusus pada tema Kerajaan Allah, dengan asumsi awal 48

bahwa keseluruhan pokok-pokok teologi dalam Perjanjian Baru (Injil-injil, kisah para rasul,
tulisan-tulisan Paulus dan tulisan umum lainnya) secara kuat terintegrasi dalam tema utama
tersebut. Pembuktiannya seiring dengan penyelidikan terhadap teologi masing-masing kitab.
Berbicara tentang Kerajaan Allah, maka 3 konsep awal dapat diajukan, yaitu: Kerajaan Allah
pada masa Gereja Kerajan Allah pada masa kerajaan 1000 tahun Kerajaan Allah yang
berlangsung secara total (Ciri dari masing-masing konsep di atas dapat dilihat pada lampiran)
Kerajaan Allah dalam Kitab Injil Matius Sejak awal pelayanannya, Yesus senantiasa konsisten
dengan khotbahnya yaitu tentang Kerajaan Allah, bahkan sebagai pendahulunya, Yohanes
Pembaptis juga mengkhotbahkan tema yang sama. Dengan demikian tema Kerajaan Allah dapat
dilihat dan diangkat misalnya dari kitab Injil Matius. Pendapat umum pada abad 1-3
menempatkan Matius – murid Yesus, seorang pemungut cukai – sebagai penulis dalam bahasa
Aram. Kebutuhan penting orang-orang Yahudi di Yerusalem sebagai pengikut Kristus
memahami identitas Kristus adalah alasan kehadiran kitab ini. Tradisi gereja yakin bahwa kitab
ini ditulis selitar tahun 50 M. Injil Matius adalah uraian tentang apa yang dikerjakan oleh Yesus
dan disajikan dalam bentuk tulisan oleh Matius – murid-Nya – yang dulunya adalah seorang
pemungut cukai. Kitab Matius menjadi penting sebab pada masa awal lahirnya Gereja, kurang
lebih 200.000 orang Yahudi menjadi Kristen, jadi dibutuhkan literature tentang Yesus dalam
konteks berpikir Yahudi dan secara tepat Matius memberi pemaparan tentang Yesus yang adalah
Raja. Selain itu pertanyaan penting yang dijawab oleh kitab ini adalah: bagaimana nasib
Kerajaan Allah yang belum terealisasi walaupun Mesias sudah datang. Paparan yang disajikan
oleh Matius merupakan pembuktian kemesiasan Yesus, dimana semua unsur-unsur nubuatan
tentang Mesias terpenuhi dalam diri Yesus. Perjanjian antara manusia dengan Allah dalam
Perjanjian Lama dipenuhi dalam diri Yesus yang adalah Imam, Raja dan Nabi. Memang program
Allah untuk menghadirkan Kerajaan Allah sepertinya tertunda, tetapi sebenarnya ada maksud
besar dari aspek masa kini dan masa depan Kerajaan Allah. 49

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Injil Matius dibuka dengan silsilah Yesus dari empat belas generasi dari Abraham sampai Daud,
empat belas generasi dari Daud sampai pembuangan di Babel dan empat belas generasi dari masa
pembuangan di Babel sampai Kristus. Dimulai dari Abraham, sebagai penunjuk atas Perjanjian
dengan Abraham tentang janji Allah untuk memberkati segala bangsa, kaum dan bahasa.
Perjanjian dengan Daud sebagai bagian dari janji terhadap tunas Israel atau perjanjian kerajaan.
Perjanjian dengan mereka yang dipulihkan dari pembuangan sebagai bagian dari dipulihkannya
suatu Perjanjian yang menjadi ―Perjanjian Baru‖ antara Allah dengan manusia. Dari aspek
inilah Yesus hadir sebagai penggenapan segala perjanjian anugerah keselamatan yang
diwujudnyatakan dalam kehadiran Kerajan Allah ditengah-tengah manusia. Pasal 2 menceritakan
tentang para majus yang datang dari Timur membawa penghormatan mewakili dunia non Yahudi
atas kelahiran pribadi yang membawa ―dunia baru‖. Persembahan mereka – emas, kemenyan
dan mur – sekaligus menjadi penegasan keberadaan Yesus sebagai Raja, Imam dan Nabi.
Dijelaskan juga tentang intervensi Allah secara langsung untuk menyelenggarakan pemeliharaan
atas bayi Yesus. Dunia berusaha untuk menghalangi maksud Allah, tetapi intervensi Allah
membuktikan bahwa rencana-Nya tidak pernah gagal. Kemunculan Yohanes Pembaptis di pasal
3 menjadi ―jalan masuk‖ bagi Yesus. Khotbahnya tentang: ―Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga
sudah dekat‖, menjadi sebuah seruan ditengah kegersangan padang gurun, dan bengkoknya hati
generasi yang seharusnya mewarisi Kerajaan Allah. Teguran yang keras bagi Israel sebagai
turunan ular beludak, menjadi isyarat bahwa Allah sudah menyiapkan kapak untuk menebang
―pohon ― yang tidak menghasilkan buah. Bahkan mereka akan dibersihkan dan Israel yang
tetap menjadi debu jerami akan dibakar dalam api yang tak terpadamkan. Setelah disahkannya
pelayanan Yesus atas Israel melalui pembaptisan Yohanes dan pencobaan di padang gurun,
khotbahnya semakin dipertegas: ―Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat‖. Yesus pun
memilih murid dan memulai pelayanan-Nya. Pasal 4:23-25 menjadi paparan pelayanan-Nya.
Khotbah yang Yesus sampaikan kepada orang banyak (psl. 5 – 7) merupakan syarat- syarat
hidup sebagai warga Kerajaan Sorga, yang membuat orang-orang takjub (psl. 7:28-29). Pasal-
pasal berikutnya (8 – 11) berisi tentang aspek pelayanan yang Ia kerjakan dalam
mewujudnyatakan Kerajaan Sorga di dunia, yang diakhiri dengan tawaran keselamatan yang
Yesus sampaikan pada audience, yaitu: ―Marilah kepada-Ku, 50

NAMA MATA KULIAH : TEOLOGI PERJANJIAN BARU II KODE : BOBOT : 2 sks
SEMESTER : VII (tujuh) PRASYARAT : Tafsir PL 2 BANYAKNYA PERTEMUAN/
WAKTU : 14 X (2 X 50 MENIT) TIAP PERTEMUAN STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa
memiliki pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan teologi dalam PB, menhayati tema-
tema teologi PB sebagaimana dijumpai dalam Suart - Surat dan kitab Penggembalaan dan
merefleksikannya secara kontekstual. KOMPETENSI DASAR 1. Mampu menjelaskan dengan
benar secara rinci Teologi PB II 2. Mampu mempelihatkan sikap kritis dalam mempelajari
Bentuk teologi PB II 3. Mampu berinovasi dalam mempelajari tema-tema Teologi PB II 4.
Mampu memperlihatkan kesadaran pentingnya mempelajari Teologi PB II 5. Mampu
mendemonstrasikan penghayatan nilai-nilai tema-tema Teologi PB II 6. Mampu menunjukkan
kebiasaan berperilaku sesuai nilai-nilai tema-tema Teologi PB II 7. Mampu mengumpulkan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

sumber belajar yang berkaitan dengan Teologi PB II URUTAN DAN RINCIAN MATERI
1.Teologi Perjanjian Baru Dan Masalahnya 2. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Teologia
Perjanjian Baru 3. Otentisitas Perjanjian Baru Bagi Teologi Perjanjian Baru 4. Metodologi
Pendekatan Dari Teologi Perjanjian Baru 5. Beberapa Pemikir Teologi Perjanjian Baru 6. Garis
Besar Kitab-kitab Perjanjian Baru 7. Teologi Masing-Masing Kitab 8. Pembahasan Teologi
Kisah Para Rasul 9. Pembahasan Teologi Yakobus 1

10. Pembahasan Teologi Ibrani 11. Pembahasan Teologi Paulus 12. Pembahasan Teologi Petrus
13. Pembahasan Teologia Yudas 14. Pembahasan Teologi Yohanes INDIKATOR HASIL
BELAJAR 1. Mahasiswa mampu memiliki pemahaman yang benar dan komprehensif akan
Teologi yang muncul dalam konteks Perjanjian Baru. 2. Mahasiswa mampu menghadirkan apa
yang dipahami tersebut dalam bentuk pelayanan aktual sesuai dengan konteks pelayanan masing-
masing. 3. Mahasiswa mampu mengalami pertumbuhan dalam keyakinan yang benar sehingga
mampu berelasi secara pribadi dengan apa yang ia terima sebagai kebenaran. STANDAR
PROSES PEMBELAJARAN PENDEKATAN : Kontekstual partisipatoris PENGALAMAN : 1.
Mahasiswamendengar kuliah Dosen BELAJAR 2. Mahasiswa berdiskusi 3. Mahasiswa
mengeksplorasi 4. Mahasiswa memaknai nilai-nilai 5. Mahasiswa mempresentasikan 6.
Mahasiswa melakukan kajian pustaka METODA : Ceramah, eksplorasi, diskusi, presentasi,
melakukan tugas mandiri, studi perbandingan, kajian pustaka. TUGAS : 1. Membuat makalah 2.
Membuat sketsa 3. Mengoleksi sumber belajar 4. Membuat kajian pustaka 5. Melakukan
presentasi STANDAR : 1. Tinjauan Buku : 20% 2

PENILAIAN 2. Makalah : 20% 3. Presentasi : 20% TEKNIK 4. Tugas mandiri : 20% BENTUK
SOAL 5. UAS : 20% MEDIA : TERTULIS : Tes Tertulis, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk
kerja : Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board, Daftar Kepustakaan 1. Moris,
Leon. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1996. 2. Avis, Paul. Ambang Pintu
Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. 3. Bruce, F.F. Dokumen-dokumen Perjanjian Baru.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. 4. Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru, vol 1-3. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1999. 5. Baker, David L. Satu Alkitab Dua Perjanjian: suatu Study tentang
Hubungan Teologis antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996. 6. Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1996. 7. Packer, J.I.,
dan yang lainnya. Dunia Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1995. 3

PENDAHULUAN Beberapa pertanyaan penting telah menjadi diskusi panjang dalam telaah
Teologi Perjanjian Baru. Intinya adalah sungguh-sungguhkah ia layak dipercayai? Tentu saja
bukan hanya dalam konteks penyataan atau penyingkapan diri Allah, tetapi juga dalam konteks
berlangsungnya peristiwa baik narasi, nubuatan, rangkaian peristiwa serta nilai otentisitasnya .
Sejarah yang berproses telah menjadi alat bukti dengan sendirinya bahwa ia dapat dipercayai.
Bahkan dengan munculnya temuan-temuan mengenai gulungan-gulungan kitab di sekitar daerah
laut mati dan serta cerita friksi yang dibuat oleh kelompok liberal justru semakin mempertegas

Erikson Ginting S.E.,M.pd

nilai unggul dapat dipercayainya keseluruhan kitab Perjanjian Baru (tentunya membawa dampak
yang sama pada Perjanjian Lama). Namun apakah sebenarnya makna Perjanjian Baru?
Penelusuran terhadapnya dimulai dari latar belakang munculnya suatu ―Perjanjian baru‖. Istilah
Perjanjian Baru sendiri muncul hanya 6 kali dalam Alkitab, masing- masing: Yer. 31:31; Luk.
22:20; I Kor. 11:25; II Kor. 3:6; Ibr. 8:8; 12:24. Mula pertama digunakan dalam konteks janji
nubuatan dan pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya. Sebagai sebuah bentuk perjanjian yang
dinyatakan bukan lagi dalam tanda-tanda atau simbol-simbol lahiriah melainkan suatu hubungan
baru antara Allah dan umat. Bentuk baru ini berakibat pada pembaharuan perjanjian yang gagal
terpelihara oleh umat. Kesadaran yang muncul dalam diri umat dipengaruhi oleh tekanan-
tekanan yang mereka alami terutama pada masa-masa pembuangan dan pengasingan. Latar
Belakang yang mempengaruhi Teologia Perjanjian Baru (1). Allah menghadirkan gereja
ditengah-tengah situasi yang (selalu) tidak kondusif: (2). Perkembangan Hermeneutik yang
menjadi (lebih) tidak kondusif: 4

(3). Teologi yang terus menerus mengalami pergeseran makna Beberapa Pemikir Teologi
Perjanjian Baru Teologi Perjanjian Baru mulai diminati sekitar dua abad terakhir ini.
Sebelumnya teologi yang diminati adalah dogmatik, formulasi doktrin dari gereja dan
sistematika, yang seringkali merupakan hasil spekulasi filosofis. Dalam suatu ceramah pada
tahun 1787, J.P. Gabler mengimbangi dan menyerang metodologi teologi dogmatik, dengan
mengkritik pendekatan filosofisnya. Pendekatan rasionalistik dipakai untuk mengerti Perjanjian
Baru. Alkitab dipandang sebagai buku hasil karya manusia, baik dalam proses penulisannya dan
apa yang ditekankan oleh masing-masingpenulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi
Alkitab dan memandang Perjanjian Baru sebagai karya literature yang tidak berbeda dengan
karya literature lainnya, oleh sebab itu pendekatan yang mereka lakukan untuk studi Perjanjian
Baru adalah sudut pandang kritikal. Hasilnya adalah keragaman opini. Sebagian melihat adanya
pertentangan antara penulis yang satu dengan yang lain dalam Perjanjian Baru, baik dari segi
sejarah, latar belakang, sintesa atau kehidupan Kristus yang dibumbui oleh para penulisnya.
Namun demikian, kalangan konservatif, dalam mempelajari Perjanjian Baru, biasanya memakai
pendekatan dengan cara menyusun suatu materi sesuai dengan pembagian teologi sistematik atau
memakai pendekatan teologis dari para penulis Perjanjian Baru. Pelopor mula-mula dalam studi
teologi Perjanjian Baru adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-1860) ia adalah pemimpin dari
kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu tesis-antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan
Perjanjian Baru. Jadi baur menemukan pertentangan antara penekanan Yahudi dari tulisan Petrus
dan penekanan non-Yahudi dariTulisanPaulus. H.J. Holtzman (1832-1910) melanjutkan
pemikiran itu, dimana ia menyangkal ide 5

apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan menyodorkan teologi konflik dalam PerjanjianBaru.
Wilhelm Wrede (1859-1906) memberi pengaruh yang cukup besar pada teologi Perjanjian Baru
dengan memberi penekanan pada pendekatan sejarah agama. Ia menolak Perjanjian Baru sebagai
satu dokumen teologi; tetapi berpendapat bahwa Perjanjian Baru harus dilihat sebagai suatu

Erikson Ginting S.E.,M.pd

sejarah dari abad pertama. Teologi seharusnya tidak boleh dipertimbangkan sebagai istilah yang
tepat; agama merupakan istilah Menurut keunikan masing-masing kitab Garis besar Teologi
dalam Perjanjian Baru: Sudut pandang teologi Dalam hal sudut pandang teologi, terbagi atas 2
kelompok besar yaitu: Kelompok Liberal dan neo Orthodoks 6 Menurut klasifikasi doktrinal 
Menurut penamaan  Menurut waktu penulisan yang lebih baik untuk mengidentifikasikan
tulisan-tulisan Perjanjian Baru karena mengekspresikan ―kepercayaan, pengharapan, dan
kecintaan‖ para penulis daripada hanya merupakan ―suatu catatan refleksi teologis yang
abstrak.‖ Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada Perjanjian
Baru dan berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan
bahwa Perjanjian Baru telah dicampuri oleh opini-opini dan penafsiran ulang dari para penulis.
Tugas sekarang adalah melakukan ―demitologisasi‖ dari Perjanjian Baru, yaitu untuk melucuti
pengaruh pemikiran penulis Perjanjian Baru dan mencari kata-kata sebenarnya yang diucapkan
oleh Yesus. Bultman tidak melihat adanya koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus iman.
Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai keselamatan
manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau ―sejarah keselamatan.‖ Culman banyak
menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti eksegesis Perjanjian Baru
dengan penekanan pada Kristologi Perjanjian Baru. GARIS BESAR KITAB PERJANJIAN
BARU Garis besar kitab-kitab dalam Perjanjian Baru :

Menekankan Perjanjian baru sebagai bagian kisah-kisah emosional tentang Yesus. Kelompok
Injili/Konservatif/Orthodoks Kelompok ini percaya bahwa Alkitab (Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru) diwahyukan Allah, sehingga kalaupun dilakukan penelitian data-data empiris
tetap dengan ketaatan dan percaya bahwa penulis dikuasai seluruhnya oleh Allah dan Allah
bersedia menggunakan seluruh kemampuan penulis, sehingga keharmonisan dan kesatuan isi
seluruh kitab tetap terpelihara. Teologi Kisah Para Rasul Pendahuluan Kisah Para Rasul
bukanlah suatu unit tersendiri karena jelas bahwa ia ditulis sebagai kelanjutan dari Injil Lukas,
dimana penulis berbicara tentang ―bukunya yang pertama‖ (Kis. 1:1) dan menujukan tulisannya
pada Teofilus. Ikthisar dari buku yang pertama, seperti yang termuat dalam Kisah Para Rasul
1:1-2, sangat sesuai dengan isi Injil Lukas dan cerita dimulai tepat pada titik dimana Injil Lukas
berakhir. Kisah Para Rasul disusun secara logis diseputar ikhtisar perkembangan geografi seperti
yang dinyatakan dalam 1:8: ―Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, diseluruh Yudea, dan
Samaria, dan sampai keujung bumi‖. Bagian pertama setelah pembukaan menceritakan awal
perkembangan di Yerusalem. Bagian yang kedua, menguraikan 7 Menekankan Perjanjian baru
sebagai berita pengalaman pribadi orang berimana dalam konteks ia ditulis.  Menekankan
Perjanjian baru sebagai sintesis dari agama-agam purbakala.  Menekankan bahwa Perjanjian
Baru hanya terbatas pada nilai sejarah penyelamatan.  Menekankan konflik antar penulis.
Kelompok Liberal menempatkan Perjanjian baru sebagai literature biasa sehingga saat
dilakukan study terhadapnya harus melepaskannya dari otoritas ilahi hingga sangat
memungkinkan untuk dikritisi, alhasil Perjanjian baru ditolak sebagai wahyu Allah. Lima ciri
khas dari kelompok ini adalah:

Erikson Ginting S.E.,M.pd

secara singkat pelayanan di Samaria, daerah pesisir dan Kaisera. Ikhtisar Kisah Para Rasul juga
dapat dibuat berdasarkan catatan perkembangannya dalam 2:47; 5:14; 6:7; 9:31; 12:24; 16:5; dan
19:20 tercatat pertumbuhan jumlah serta peningkatan mutu kehidupan rohani umat Kristen, yang
menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul menaruh perhatian pada perkembangan yang progresif
dari Kekristenan. Ikhtisar Kisah Para Rasul dapat pula dibuat berdasarkan pribadi-pribadi yang
dimunculkan didalamnya. Pasal 1 sampai 5 dipusatkan pada Petrus; pasal 6 dan 7, pada Stefanus;
pasal 8 hingga 12 memperkenalkan beberapa pribadi, yang paling menonjol diantaranya adalah
Barnabas, Filipus, dan Saulus dari Tarsus; dan pasal 13 sampai selesai Paulus adalah tokoh yang
paling dominan. Suatu perbandingan antara Petrus dan Paulus dapat dilihat dari pelbagai sudut:
keduanya adalah pemimpin, yang satu dikalangan Yahudi, yang lain dikalangan orang bukan
Yahudi. Kebenaran Kisah Para Rasul sudah sering dipertanyakan, namun belum pernah berhasil
dipatahkan. Banyak kesulitan yang ditemui dalam menyelaraskan urutan waktunya dengan surat-
surat kiriman, dan tidak semua penyebutan sejarah didalam Kisah Para Rasul dapat dipastikan
karena seringkali data yang dibutuhkan tidak ada. Jalur cerita utama didalam Kisah Para Rasul
menyangkut misi pemberitaan Injil ke utara melalui Antiokhia ke Asia kecil dan dari sana ke
Makedonia, akhirnya ke Roma. Ada dua alasan yang mungkin mendasari keterbatasan cerita ini.
Yang pertama, penulis sendiri sangat memahami dampak penyebarluasan agama Kristen dan
dengan demikian dapat memanfaatkannya dengan lebih berhasil-guna sebagai sarana untuk
menjelaskan tema utamanya. Yang kedua, tujuan utama penulis adalah untuk mengajar
pembacanya tentang kepastian Injil. Kelangsungan Injil sejak dinyatakan oleh Yesus kepada
murid- murid-Nya hingga saat ia menulis kitab harus ditujukan dengan jelas, karena Paulus
adalah pemimpin dari misi kepada orang bukan Yahudi. Ia patut mendapatkan perhatian utama
dan penjelasan tentang peralihan bangsa Yahudi kepada bangsa-bangsa lain, dari hukum Taurat
menjadi karunia, dan dari Palestina kedunia luar tidak harus didukung oleh suatu pengamatan
yang menyeluruh terhadap semua kejadian yang berlangsung dalam rangka pertumbuhan misi
gereja Kristus. Pembahasan Teologi Kisah Para Rasul 8

Doktrin Allah. Kedaulatan Allah. Lukas menjelaskan kematian Kristus sebagai hasil dari
ketetapan Allah dan kemahatahuan Allah (Kis. 2:23). Ketetapan Allah berarti ―kehendak-Nya
telah ditetapkan sebelumnya dan tidak fleksibel. Kedua frasa itu menekankan keteguhan dan
ketidakbisaan diganggu gugatnya ketetapan itu.‖ Kedaulatan Allah juga dilihat dalam pemilihan
(Kis. 13:48). Ketepatan jumlah dari orang-orang pilihan untuk hidup yang kekal. Eksistensi
Allah dan anugrah umum. Di Listra, Paulus mendeklarasikan ―Allah yang hidup‖ kepada para
pendengarnya, mengingatkan mereka bahwa Ia adalah adalah pencipta. (Kis. 14:15-18). Juga
kepada orang Atena bahwa Allah telah memberi mereka kehidupan (Kis. 17:22-31). Doktrin
Kristus Penekanan Lukas sehubungan dengan Kristus di Kisah Para Rasul ada beberapa segi:
penyaliban dan kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya. Penyaliban dan kematian Kristus. Banyak
pernyataan berkaitan dengan kematian Kristus merefleksikan tuduhan para rasul pada orang
Yahudi dan penyaliban Kristus. Kristus telah dipaku di atas kayu salib oleh orang fasik (2:23);

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Kristus telah dipermalukan sampai mati, dengan penyaliban. Ia yang benar telah dibunuh.
(&:52). Kebangkitan Kristus. Beberapa tema berkaitan dengan kebangkitan ditekankan:
Kebangkitan Kristus telah dinubuatkan di Mazmur 16:8-11 dan digenapi di Mazmur 2:7 (Kis.
2:22-32; 13:33-37) Kebangkitan Kristus diproklamasikan dengan kuasa yang besar (Kis. 4:2, 10,
33) Allah tidak hanya membangkitkan Kristus tetapi juga meninggikan Dia pada posisi yang
berotoritas (Kis. 5:31) Kebangkitan Kristus juga dihadiri oleh para saksi (Kis. 10:40-41)
Kebangkitan Kristus menandai penghakiman masa yang akan datang (17:31) 9

Kebangkitan Kristus diproklamasikan pada orang Yahudi dan non- Yahudi untuk penggenapan
dan nubuat itu (Kis. 26:23) Kembalinya Kristus. Pada saat kenaikan Kristus, para malaikat
berjanji bahwa Kristus akan datang kembali dengan cara yang sama (Kis. 1:9-11). Petrus
mengumumkan zaman millennial pada waktu ia berbicara tentang ―periode restorasi dari segala
sesuatu‖ (Kis.3:21). Doktrin Roh Kudus Keilahian-Nya. Kis. 5:3-5 mencatat pernyataan utama
berkaitan dengan keilahian Roh Kudus. Pekerjaan-Nya. Melalui karyanya dalam pembaptisan
orang percaya, Roh Kudus mendirikan gereja (1;5; 11:15-16). Roh Kudus aktif memenuhi orang
percaya untuk bersaksi (1:8; 2:4; 4:31). Roh Kudus memimpin dalam pelayanan (8:26-30; 10:19;
20:23; 21:4,11). Doktrin Keselamatan. Keselamatan melalui beriman kepada Kristus (10:43)
Percaya mencakup pertobatan (20:21) Keselamatan adalah melalui anugrah Allah (Kis. 16:14;
18:27). Keselamatan terlepas dari jasa bentuk apapun (Kis. 15). Doktrin Gereja. Sebagaimana
yang diharapkan, Kisah Para Rasul memberikan cukup banyak materi tentang doktrin gereja
karena kitab ini merupakan catatan tentang lahir dan tumbuhnya gereja. Formasi gereja. Gereja
dibentuk melalui baptisan dari karya Roh Kudus. Organisasi gereja. Para rasul merupakan
fondasi gereja (Kis. 2:42), tetapi para penatua dipilih untuk memimpin gereja-gereja lokal (Kis.
14:23; 15:4). Penatua adalah pluralitas gereja. Diaken juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 6
Fungsi-fungsi di gereja. Kisah Para Rasul memberikan pandangan yang bernilai berkaitan
dengan gereja: 10

Petunjuk adalah penting di gereja mula-mula (Kis. 2:24; 4:2 dst), yang melibatkan pengajaran
dari kebenaran proporsional dan doktrin-doktrin. Persekutuan yang melibatkan hal-hal materi
(4:32-35; 6:1-3; 16:15, 34), perjamuan Tuhan, penderitaan. Ibadah direfleksikan dalam
penghormatan orang percaya kepada Tuhan (4:23-31) Pelayanan yang paling dilibatkan adalah
penginjilan. Teologi Yakobus Tujuan Teologis: Orang percaya Ibrani menghadapi pengadilan-
pengadilan, penganiayaan-penganiayaan dari orang Yahudi yang tidak percaya. Oleh karena
orang percaya tidak mengetahui bagaimana mengerti atau menghadapi penganiayaan, maka
Yakobus menulis untuk memberikan pandangan kepada mereka. Tujuannya adalah memberikan
pengoreksian pada semangat kedagingan yang ada, memperlihatkan iman sebagai penawar
masalah tersebut. Tema Surat Yakobus: ―Semakin dewasa didalam Kristus‖. Karakteristik Surat
Yakobus: Lebih dari 100 kali menunjuk kepada kitab Perjanjian Lama. Banyak referensi untuk
karakteristik Perjanjian Lama. Ia menekankan manusia sempurna adalah yang tidak berdosa
dengan mulutnya Pembahasan Teologia Yakobus Doktrin Kitab Suci. Sehubungan dengan kitab

Erikson Ginting S.E.,M.pd

suci maka ada beberapa poin yang dapat dilihat dalam kitab Yakobus. Ada penekanan yang kuat
atas Perjanjian Lama di kitab Yakobus. Dalam lima pasal Yakobus menunjuk pada penjelasan
kedua puluh kitab Perjanjian Lama. Ada penekanan pada pengajaran Yesus. Yakobus berisi lima
belas kiasan dari khotbah di Bukit (Mat. 5:22; 3:12; Mat. 7:16; 4:11; 7:1) 11

Ada penekanan atas otoritas kitab suci Ada penekanan atas karya Kitab Suci Doktrin Allah
Pandangan Yakobus tentang Allah merefleksikan konsep dari relasi bersyarat antara orang Israel
dengan Allah di bawah hukum Musa: ketaatan membawa berkat, ketidaktaatan membawa
hukuman (Ul.28). Jadi Yakobus menyajikan orang berdosa sebagai musuh Allah; pertemanan
dengan dunia akan membuat seseorang menjadi musuh Allah (4:4-5) Doktrin Manusia dan Dosa
Yakobus menghubungkan doktrin dan aplikasi pada waktu ia menasehati pendengarnya untuk
mengontrol lidah, karena lidah manusia digunakan untuk melawan sesama manusia yang
diciptakan menurut Allah. Meskipun manusia dibuat berdasarkan gambar Allah tetapi karena
kejatuhan manusia ia menjadi berdosa, memiliki nature dosa seperti yang dijelaskan Yakobus
sebagai hawa nafsu (1:14). Hawa nafsu inilah yang merupakan respon dari dalam ke luar sebagai
keinginan dan menghasilkan dosa (1:15). Pembahasan Yakobus dalam isu ini penting, karena ia
memberikan pengertian yang lebih jelas tentang bagaimana dosa itu terjadi dibandingkan dengan
bagian lain kitab suci. Yakobus menunjuk pada dosa (Yunani; hamartia,‖meleset dari sasaran‖)
enam kali, dosa berasal dari hawa nafsu yang ada di dalam diri manusia (1:15); akibat dosa
adalah dalam hal rohani dan kematian yang kekal (1:15); dosa memperlihatkan kasih yang pilih-
pilih dan tidak mengasihi (2:8-9); dosa gagal untuk berbuat baik (4:17); dosa dapat diampuni
(5:15, 20). Yakobus juga menyebut dosa (Yunani: parabates) sebagai suatu pelanggaran pada
standar Allah (2:9,11). Doktrin Keselamatan Yakobus berbicara banyak tentang iman. Iman
adalah cara manusia untuk dapat mendekati Allah (1:6; 5:15); iman harus dalam Yesus (2:1); dan
perbuatan manusia akan mendemostrasikan realitas dari iman (2:18). Perbedaan antara Paulus
dan Yakobus adalah bukan iman versus perbuatan, melainkan perbedaan dari relasi. Yakobus
menekankan perbuatan dari orang percaya dalam relasi dengan iman dan Paulus perbuatan
Kristus dalam relasi dengan iman. 12

Teologi Ibran Pembahasan Teologi Ibrani Doktrin Allah Penulis Ibrani menekankan baik Pribadi
dari Allah yang mulia dan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Pribadi-Nya:
Penulis menggambarkan Bapa sebagai yang ditinggikan di surga, bertakhta di tempat yang tinggi
(1:3). Frasa itu adalah suatu sebutan bagi Allah yang dinyatakam di Mazmur 110:1. Gambaran
yang sama ditulis di 8:1 dimana istilah ―yang mulia‖ kembali digunakan. Karena kitab ini
ditulis bagi orang Yahudi, tidak diragukan hal itu menunjuk pada ―kemuliaan yang bertakhta di
Kursi Kemurahan di Tempat Yang Maha Kudus.‖ Penulis juga membahas bagaimana
menghampiri Allah dengan menunjuk pada Takhta- Nya. Orang percaya Yahudi diingatkan
bahwa Allah mereka adalah Allah yang hidup, berbeda dengan ilah-ilah yang mati. Penulis
mendorong mereka untuk tidak kembali ke sistem yang mati tetapi melayani Allah yang hidup.
(Ibr. 9:14; 10:31; 12:22). Penggunaan api sebagai figure Allah melambangkan penghakiman

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Allan (12:19). Hal ini berhubungan dengan tema Ibrani dalam memperingatkan mereka untuk
tidak meninggalkan Allah yang hidup. Kitab ini ditutup dengan menyebut Allah sebagai damai
(13:20). Ia dapat memberikan damai kepada orang Yahudi di tengah penganiayaan. Wahyu-Nya
Pernyataan tentang wahyu Allah adalah melalui Putra-Nya (1:1-2). Di Perjanjian Lama, Allah
berbicara setahap demi setahap dan dengan berbagai cara, tetapi klimaks dari wahyu-Nya adalah
dalam Pribadi Putra-Nya. Sebagai saksi dari wahyu di dalam Kristus, Allah mempertunjukkan
mujizat-mujizat melalui tangan-tangan para saksi-Nya, para rasul, yang menyaksikan
keselamatan akbar di dalam Kristus (2:4). Kebesaran anugrah Allah terlihat, karena melaluinya,
Kristus mati bagi semua orang. 13

Doktrin Kristus Kristologi terlihat jelas merupakan tema utama Ibrani. Dalam perkembangan
kitab ini, penulis memperlihatkan superioritas Kristus terhadap nabi (1:1-3), malaikat (1:4-2:18),
Musa (3:1-4:13), dan Harun (4:14-10:39). Penekanan Kristologis adalah penting pada saat
mempertimbangkan siapa pembacanya. Dan penulis Ibrani memperlihatkan berbagai segi dari
Kristus untuk mendemontrasikan keunggulan-Nya. Sebutan Kristus (Yang Diurapi) digunakan di
seluruh surat-surat (3:6,14; 5:5; 6:1; 9:11, 11, 14, 24, 28; 11:26). Hal itu merupakan suatu
peringatan bahwa Yang Diurapi, Mesias sebagai seorang Raja, telah datang. Nama kemanusiaan-
Nya, Yesus, menekankan bahwa dalam kemanusiaan-Nya sebagai imam besar manusia, ia telah
mencapai apa yang tidak dapat dilakukan oleh imam besar Lewi. Istilah Putra digunakan untuk
menekankan relasi yang lebih besar yang dimiliki Yesus dengan Bapa (1:2,5,8: 3:6; 5:5, 8;7:28).
Kristus juga ditunjuk sebagai Imam Besar yang permanen, yang telah menjadi korban
pendamaian bagi dosa (2:17) Keilahian. Keilahian Yesus diteguhkan melalui nama yang
diberikan kepada-Nya. (1:8- 10). Melalui nature intrinsic-Nya dan keberadaan-Nya sebagai
―cahaya dari kemulian- Nya.‖ Juga melalui karya-Nya. Ia merupakan pencipta masa, penerima
dari segala yang ada (1:2) dan pemelihara. Manusia tak berdosa. Penulis Ibrani menekankan
kesejatian, ketidakbercelaan dari kemanusiaan Yesus, sehingga Ia dapat menjadi korban yang
sempurna bagi dosa. Keimaman. Kristus adalah paling tinggi karena Ia adalah imam menurut
aturan Melkisedek, tidak menurut keimaman Harun. Keimaman Kristus yang menurut
Melkisedek adalah superior. Doktrin Roh Kudus Meskipun doktrin Roh Kudus tidak dibahas
secara panjang lebar, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kitab Ibrani: Tanda
karunia diperlihatkan melalui kedaulatan kehendak Roh Kudus (2:4) Roh Kudus merupakan
penulis dari kitab suci (3:7; 9:8; 10:5) Keselamatan menjadikan seseorang mendapatkan bagian
dalam Roh Kudus (6:4) Menolak keselamatan melalui Kristus adalah melawan Roh Kudus
(10:29). 14

Doktrin Dosa Doktrin dosa dalam Ibrani merupakan hal yang paling fundamental, karena tema
Ibrani adalah peringatan bagi orang Ibrani Kristen untuk tidak berbalik kembali kepada
Yudaisme. Oleh karena itu berarti berdosa kepada Kristus. Doktrin Keselamatan Dalam
mengkontraskan Kristus dengan malaikat, penulis menjelaskan bahwa fungsi dari malaikat
adalah untuk menjadi penolong bagi mereka yang telah mewarisi keselamatan. Ibrani juga

Erikson Ginting S.E.,M.pd

menegaskan bahwa Keselamtan Kristus merupakan puncak dari semua. Implikasinya Kristus
menjadi jauh lebih utama dari persembahan korban Perjanjian Lama. Superioritas Kristus dalam
keselamatan terlihat dalam Ia mengalami kematian bagi semua orang (2:9), dan melalui
kematian-Nya Ia membawa ―banyak anak-anak pada kemuliaan‖ (2:10). Fakta bahwa
keselamatan dari Yesus dapat membawa banyak anak pada kemuliaan menekankan finalitas dan
jaminan hal itu. Penulis kemudian menekankan ketaatan dan ketundukan penuh dari Kristus pada
kehendak Bapa; melalui ketaatan yang sempurna Kristus telah menjadi sumber keselamatan yang
kekal (5:9). Orang percaya Ibrani butuh untuk mengetahui kebenaran-kebenaran yang signifikan
ini, tetapi mereka bodoh dan perlu diajar doktrin-doktrin dasar iman. Teologi Paulus Dalam
Surat – Surat Lainnya Latar Belakang dan Pendidikan Paulus lahir sekitar 3 AD dari keluarga
terpandang. Ia berkewarganegaraan Romawi (Kis. 22:28) dan berdomisili di kota Tarsus. Paulus
dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang ketat, disunat pada hari kedelapan, dan dari suku
Benyamin (Flp.3:5). Paulus kemudian dilatih di Yerusalem di bawah Gamaliel, seorang Farisi
dan anggota terhormat dari Sanhedrin (Kis.5:34). Gamaliel adalah satu-satunya dari tujuh sarjana
dalam sejarah bangsanya yang menerima sebutan ―Raban‖ (tuan kami). Gamaliel adalah cucu
Hillel, pendiri sekolah penafsiran yang memakai namanya. Paulus sendiri menjadi Farisi,
pengikut ketat pada hukum tradisi Yahudi. Oleh karena ketaatan yang ketat pada Yudaisme dan
tradisi penatua menyebabkan dia menganiaya gereja. Garis Besar Perjalanan dan Pelayanan
Setelah pertobatannya pada akhir tahun 33 atau awal 34 AD, Paulus menghabiskan 15

beberapa bulan di Damaskus (Kis.9:23; Gal.1:17); pada waktu lawannya berusaha untuk
membunuhnya ia berusaha kembali ke Yerusalem (Kis.9:26). Tidak lama setelah itu, ia pergi ke
kampung halamanya di Tarsus (Kis.9:30). Ia menghabiskan 3 tahun di Arabia, bisa jadi dalam
suatu bentuk pelayanan yang ia mulai langsung setelah pertobatannya. Setelah itu ia kembali ke
Yerusalem (kis.11:30; 12:25; Gal.2:1-21). Disitulah gereja mengkhususkan Paulus dan Barnabas
untuk melakukan perjalanan misi yang pertama. Selama perjalanan itu mereka mengabarkan Injil
di Asia Kecil dan pulau Siprus. Pada waktu orang Yahudi menolak Injil, di Asia Kecil inilah
Paulus memulai pelayanannya kepada orang non-Yahudi. Pola khas dari pelayanan Paulus
adalah sebagai berikut: ‖diawali dengan pemberitaan kepada orang yahudi dan non-Yahudi
pengikut Yudaisme, baik yang porselit sepenuhnya atau yang asosiasinya lebih bebas, kemudian
setelah ditolak oleh para pendengar di sinagoge, maka dilanjutkan secara pelayanan secara
langsung kepada orang non-Yahudi.‖ Sidang di Yerusalem terjadi pada tahun 49 AD (Kis.15)
dan menyelesaikan suatu keputusan untuk isu yang penting, dimana keputusan itu
memungkinkan Paulus dan yang lain untuk terus memberitakan Injil pada orang non-yahudi
tanpa harus menyahudikan mereka; orang non-Yahudi tidak dituntut untuk disunat. Keputusan
itu penting untuk menjaga kemurnian Injil dan memisahkan hukum dan anugrah. Perjalanan misi
yang kedua (49-52 AD, Kis.15:36-18:22) dilakukan oleh Paulus dan Silas melintasi Asia Kecil,
dimana mereka kembali mengunjungi gereja- gereja, dan kemudian melanjutkan ke Eropa
(Kis.16:11 dst). Perjalanan misi ketiga (53- 57 AD; Kis.18:23-21:16) dilakukan Paulus ke
Efesus, dimana ia menghabiskan waktu hampir 3 tahun, dan kemudian dilanjutkan ke Makedonia

Erikson Ginting S.E.,M.pd

dan Akhaya. Ia di tahan di Yerusalem dalam perjalanan kembali dan di penjarakan di Kaisarea
(58 AD; Kis.24:1- 26:32). Paulus mengajukan banding ke Kaisar dan ia menghabiskan waktu
dua tahun di penjara. Paulus dibebaskan dari pemenjaraan pertama di Roma, kemudian dia
melayani dari tahun 63-66, kemungkinan ia melakukan perjalanan ke Spanyol, dan kembali
ditahan dan diekskusi di Roma pada tahun 67 AD (2Tim.4:6-8). Kronologi Kehidupan Paulus
Tanggal: AD Peristiwa 3(?) Kelahiran Paulus 18-30 Pelatihan di Yerusalem 33/34 Pertobatan 34-
36 Di Arab 16

46 Di Yerusalem 46-48 Perjalanan Misi yang Pertama: Asia Kecil 48-49 Sidang Yerusalem 49-
52 Perjalanan Misi yang Kedua: Asia Kecil dan Eropa 53-57 Perjalanan Misi yang Ketiga: Asia
Kecil dan Eropa 58-60 Pemenjaraan di Kaisarea 60-61 Perjalanan ke Roma 61-63 Pemenjaraan
di Roma 63-66 Pelayanan sampai ke Spanyol 66-67 Pemenjaraan di Roma dan ekskusi
Pembahasan Teologia Paulus Doktrin Allah Teologi Paulus merepresentasikan sebuah gambaran
yang tinggi berkaitan dengan Allah. Paulus memgambarkan Allah sebagai yang berdaulat, dan
yang menyatakan diri- Nya sendiri melalui anugrah di dalam Yesus Kristus (Rm. 1:16-17; 3:21;
1 Kor. 2:10; 2 Kor. 12:7). Di mana melalui anugrah itu, tujuan Allah dari sejak kekekalan telah
dinyatakan dalam waktu pada saat sekarang. Allah telah menyatakan diri-Nya sendiri melalui
penghakiman atas orang tidak percaya (Rm. 1:18; 2:5; 2 Tes.1:7). Murka (orge)
mengekspresikan, ―kedalaman murka Allah terhadap dosa. Kemarahan ini berasal dari
kekudusan dan kebenaran-Nya. Karena kekudusan-Nya, maka Allah tidak dapat mengabaikan
dosa.‖ Pernyataan Diri Allah dalam berkat-Nya. Allah menyatakan Diri-Nya sendiri dalam
berkat-berkat-Nya yang mulia kepada orang percaya (Rm. 8:18-19; 1 Kor. 1:7; 3:13; 4:5; 2
Kor.5:10). Kedaulatan. Konsep kedaulatan Allah mendominasi penulisan Paulus. Ia memberikan
sejumlah istilah untuk menekankan konsep ini. Predestinasi (Yunani; proorizo) berarti
―menandai dengan batasan sebelumnya‖. Predestinasi digunakan 6 kali dalam PB, dan 5 kali
muncul dalam tulisan Paulus. Kemahatahuan (Yunani; proginosko) berarti ―mengetahui
sebelumnya, mengambil catatan dari, menetapkan atas dasar‖ (Rm.8:29; 11:2). Kemahatahuan
―menekankan 17

bukan hanya pengetahuan sebelumnya tetapi suatu relasi aktif antara yang mengetahu
sebelumnya dengan yang diketahui sebelumnya‖ Pilihan (Yunani:ekklegomai) berarti
―dipanggil keluar‖ (Ef.1:4; 1 Tes.1:4). Berkat- berkat Efesus 1:3 disadari oleh orang percaya
karena Allah memilih orang percaya dari sejak kekekalan (Ef. 1:4). Pilihan Allah menekankan
pada Ia memilih orang percaya bagi Diri-Nya sendiri. Adopsi. (Yunani: huiothesia) berarti
―menjadikan anak‖ (Ef.1:5), kata ini menekankan upacara Romawi bagi seorang anak yang
telah diadopsi kepada status dewasa dengan segala hak yang berkaitan dengan itu. Adopsi adalah
hasil predestinasi Allah pada orang percaya sejak kekekalan. Dipanggil (Yunani; kletos)
menunjuk pada panggilan Allah yang efektif untuk keselamatan (Rom.1:1,7;8:28). Ini
merupakan panggilan Allah yang memampukan seseorang untuk percaya. Istilah ini
berhubungan dengan pilihan yang tidak bersyarat (Allah memilih kita tanpa berdasarkan jasa

Erikson Ginting S.E.,M.pd

kita). Tujuan (Yunani; Protithemi) berarti ―menempatkan sebelum‖ dan mengusulkan tujuan
Allah dalam diri-Nya sendiri untuk meringkaskan semua dalam Kristus (Ef. 1:9-10). Kehendak
(Yunani: boule) menunjuk pada hikmat kedaulatan Allah pada waktu Ia bertindak berdasarkan
kedaulatan dalam hal menjamin keselamatan orang percaya, tetapi juga tentang pekerjaan Allah
dalam segala sesuatu, yaitu di mana semua sejarah berjalan sesuai kehendak Allah yang
berdaulat. Konklusi penting berkaitan dengan pengajaran Paulus tentang kedaulatan harus
dicermati: Sumber utama dari predestinasi adalah kemutlakan kedaulatan Allah. Tujuan
predestinasi adalah keselamtan, dan isunya adalah pelayanan. Predestinasi tidak
mengesampingkan tanggung-jawab manusia. Doktrin Kristus Kemanusiaan. Paulus bukan hanya
memberikan pernyataan-pernyataan yang paling kuat tentang keilahian Kristus, ia juga
menekankan isu tentang kemanusiaan Kristus. Krsitus dilahirkan dari seorang perempuan (Gal.
4:4). Ia memiliki kemanusiaan dari ibu duniawi-Nya dan memiliki keturunan fisik dari Daud
(Rm. 1:3; 2 Tim.2:8). Kristus juga sama sekali tidak berdosa (2 Kor.5:21) 18

Keilahian Suatu teologia yang telah berkembang penuh tentang keilahian Kristus dapat
ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus. Penekanan Paulus bahwa Kristus adalah ―dari surga‖ (1
Kor.15:47; 2 Kor.8:9) mengusulkan praeksistensi-Nya dan kekekalan-Nya. Paulus menyatakan
bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9). Keilahian (Yunani: theotes)
―menekankan natur keilahian atau esensi…Ia dulu dan seterusnya adalah Allah yang mutlak
dan sempurna‖. Kristus eksis dalam rupa Allah (Yunani: morphe) mengusulkan warisan karakter
atau substansi esensial dari pribadi itu. Kristus dalam nature esensial eksis sebagai Allah.
Ketuhanan Yesus disebut Tuhan adalah suatu studi yang penting karena sebutan Tuhan muncul
paling sedikit 144 tambah 95 kali lagi dalam hubungan dengan nama Yesus Kristus. Tuhan
menunjuk pada keilahian-Nya (Rm. 10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:9). Tuhan menunjuk pada kuasa
(Flp. 2:9). Ketuhanan diberikan kepada Kristus ― yang sekarang setara dengan Allah
dimanifestasikan secara khusus dalam fakta bahwa semua kuasa yang tidak kelihatan dari ciptaan
tunduk kepada-Nya‖ Tuhan menunjuk pada kedaulatan (2 Kor.4:5; Rm.14:5-9) Tuhan menunjuk
pada kerajaan Yesus dan pemerintahan-Nya (1 Tim. 6:15; 1 Kor.15:25). Doktrin Roh Kudus
Teologi Paulus memberikan pembahasan yang panjang lebar, baik tentang Pribadi maupun karya
Roh Kudus. Pribadinya. Atribut-atribut Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat
Paulus. Intelektualitas. Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1
Kor.2:10) dan kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1 Kor.2:13). Kehendak. Roh
Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya Ia mendistribusikan pemberian-pemberian
―sesuai dengan kehendak-Nya‖ (1 Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan berdasarkan
kehendak manusia, tetapi berdasarkan kehendak-Nya sendiri. Emosi. Roh Kudus dapat
didukakan (Ef. 4:30) 19

Keilahian-Nya. Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti Kristus (Rm.
8:26-27,34) dan Ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa dan Putra (Rm. 8:9-11).
Kuasanya. Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh Kudus

Erikson Ginting S.E.,M.pd

sebagai salah satu anggota penting Tritunggal. Ia meregenerasikan. Roh Kudus membawa hidup
baru kepada orang percaya (Tit. 3:5). Ia membaptis. Roh Kudus mempersatukan orang percaya
dengan Tuhan mereka dengan menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Ia
mendiami. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya. Ia memeteraikan. Roh Kudus memberi
tanda identitas Allah dan kepemilikan atas orang percaya; Ia adalah materai itu sendiri dan
memverifikasi keselamatan mereka (Ef.1:13; 4:30). Ia Memberikan Karunia. Ia memenuhi. Roh
Kudus mengontrol orang percaya pada waktu kondisi mereka dipenuhi (Ef. 5:18) Ia memberi
kuasa. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup berdasarkan kuasa-Nya (Gal. 5:16).
Doktrin Dosa Paulus menggunakan sejumlah kata-kata Yunani yang berbeda untuk menjelaskan
nature dosa. Hamartia adalah kata umum yang digunakan untuk menjelaskan tindakan berdosa
(Rm. 4:7; 11:27). Hamartia mengaitkan kematian Kristus dengan dosa manusia (1 Kor.15:3).
Dalam bentuk jamak, kata itu menunjuk pada akumulasi dosa (Gal.1:4), sedangkan dalam bentuk
tunggal kata itu menunjuk pada keadaan berdosa (Rm.3:9, 20; 5:20; 6:16, 23). Paraptoma
menunjuk pada langkah yang salah, dikontraskan dengan yang benar (Rm. 4:25, Gal. 6:1; Ef.
2:1). Parabasis berarti melangkah keluar, suatu penyimpangan dari iman yang benar (Rm. 2:23;
4:15; Gal. 3:19). Anomia berarti tanpa hukum atau pelanggaran (2 Kor.6:14; 2 Tes. 2:3) Dosa
adalah sebuah hutang, mengusulkan obligasi manusia dan ketidakmampuan manusia untuk
membayar hutang itu (Ef. 1:7; Kol. 1:14). Hal itu merupakan bentuk penyimpangan dari jalan
yang lurus. Dosa tanpa pengenalan akan hukum dan menjadi 20

pemberontakan (Rm. 11:30; Ef.2:2; 5:6; Kol. 3:6), yang menyangkut tindakan eksternal maupun
internal. Doktrin Keselamatan Paulus memberikan beberapa tema-tema besar sampai pada
pengembangan yang penuh. Doktrin Paulus tentang soteriologi berpusat pada anugrah Allah;
Allah yang berinisiatif dalam menyelamatkan manusia berdasarkan anugrah-Nya semata-mata.
Karya penebusan Kristus memuaskan keadilan Allah dan membebaskan manusia dari ikatan
dosa dan menyatakan pembenaran yang legal bagi orang percaya. Pengampunan. Pada waktu
Allah mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, Ia melakukannya berdasarkan anugrah (Kol.
2:13). Diampuni (Yunani; charizomai) berarti ―menganugrahkan berdasarkan kemurahan,
memberikan dengan murah hati, mengampuni berdasarkan anugrah‖. Kata itu erat kaitannya
dengan kata anugrah. Kata lain dari Paulus untuk pengampunan (Yunani: aphesis) memiliki
suatu arti dasar ―membebaskan‖ atau ―menyuruh pergi‖ tetapi secara teologi berarti
―mengampuni‖ atau ―membatalkan suatu obligasi atau hukuman‖ (Ef. 1:7: Kol.1:14). Anugrah
Allah mencapai puncaknya dalam teologi Paulus pada waktu ia meninggikan kemuliannya,
dimana Allah dengan murah hati telah membatalkan hutang dosa yang tidak dapat dibayar oleh
manusia. Penebusan. Kata penebusan (Yunani: apulotrosis) adalah istilah yang secara khusus
dipakai oleh Paulus; kata ini digunakan 10 kali dalam Perjanjian Baru, tujuh diantaranya ada
dalam tulisan Paulus. Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran dengan suatu
harga tertentu. Pendamaian. Kata pendamaian muncul hanya empat kali dalam Perjanjian Baru.
Kata ini (Yunani: hilasterion) berarti mengalihkan, memindahkan atau mendamaikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kristus sepenuhnya memenuhi dan memuaskan tuntutan dari kebenaran

Erikson Ginting S.E.,M.pd

dan kekudusan Allah. Melalui penumpahan darah Kristus, kekudusan Allah telah dipuaskan dan
murka Allah telah dialihkan. Justifikasi. 21

Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata kerjanya digunakan empat puluh kali di
Perjanjian Baru, tetapi Paulus menggunakan kata itu dua puluh sembilan kali. Justifikasi
mertupakan tindakan legal, dimana Allah menyatakan bahwa orang berdosa yang percaya
dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar dari justifikasi adalah ―mendeklarasikan
benar‖. Beberapa hal lain dapat dipelajari tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus: Justifikasi
merupakan pemberian anugrah Allah (Rm. 3:24) hal itu dapat terjadi melaui iman (Rm. 5:1: Gal.
3:24) hal itu dimungkinkan melalui darah Kristus (Rm. 5:9) hal itu terpisah dari hukum Taurat
(Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11). Doktrin Gereja Kata gereja (Yunani: ekklesia) berari ―memanggil
keluar dari suatu kelompok.‖ Kata ini seringkali digunakan dalam pengertian teknis bagi orang
percaya yang Allah panggil keluar dari dunia dan menjadi suatu kelompok khusus dari miliknya.
Namun demikian, kata itu sewaktu-waktu digunakan dalam pengertian non teknis untuk
menunjuk, misalnya, suatu kelompok (diterjemahkan ―jemaat‖), seperti di Kisah Para Rasul
19:32. Gereja digunakan dalam dua cara utama di Perjanjian Baru. Gereja universal dan gereja
lokal. Paulus menggunakan istilah ini menunjuk pada tubuh Kristus, maka yang dimaksud adalah
pengertian universal. Gereja menunjuk pada gereja lokal, yang dimaksudkan adalah suatu jemaat
orang percaya tertentu dalam suatu lokasi dan suatu waktu tertentu. Paulus menetapkan gereja
sebagai suatu organisasi yang terdiri dari ―struktur kompleks tubuh Kristus yang menjalankan
aktivitas sehari-hari, hal itu dijalankan oleh masing- masing orang percaya, yang memiliki fungsi
masing-masing tetapi saling bergantung dan diatur melalui relasi mereka dengan Kristus, sebagai
Kepala gereja‖ Gereja adalah organisme yang hidup, namun gereja juga adalah suatu organisasi,
yang melibatkan jabatan-jabatan dan fungsi. Ada beberapa jabatan yang ditunjuk dalam
Perjanjian Baru. Jabatan penatua (Yunani: presbuteros) yang menekankan kedewasaan dan
kewibawaan dan biasanya menunjuk pada pribadi yang sudah lanjut usia. Penatua ditunjuk
sebagai pemimpin gereja-gereja lokal (1 Tim. 5:17; Tit. 1:5). Istilah penilik (Yunani: episkopos)
menunjuk pada pekerjaan pengembalaan yang dilakukan oleh penatua (1 Tim. 3:1). Istilah itu
pada dasarnya memiliki arti yang sama, namun 22

demikian penatua lebih menekankan pada jabatan sedangkan penilik kepada fungsi. Dan kedua
istilah identik dengan gembala. Jabatan lain di gereja adalah diaken (Yunani: diakonos), yang
artinya‖pelayan‖, dimana mereka juga terlibat pelayanan rohani, yang berada di bawah otoritas
penatua. Kemudian jabatan lain yang disinggung sedikit dalam surat Paulus adalah penginjil dan
guru. Meskipun topik baptisan merupakan hal utama dalam Perjanjian Baru, namun hal itu bukan
penekanan yang utama dalam teologi Paulus. Kata kerja baptizo digunakan sebanyak delapan
puluh kali dalam Perjanjian Baru, tetapi Paulus hanya menggunakannya sebanyak enam belas
kali dan hanya sebelas diantaranya menunjuk pada baptisan air. Sementara mengenai perjamuan,
Paulus memberikan penjelasan yang rinci tentang Perjamuan Tuhan (1 Kor. 11:23-34), dimana
dia secara langsung menerima wahyu dari Tuhan. Paulus menyatakan bahwa Perjamuan Tuhan

Erikson Ginting S.E.,M.pd

sebagai suatau peringatan dan kutuk bagi orang yang melakukannya secara sembarangan (1
Kor.11:25). Doktrin Hal-Hal Terakhir Berkaitan dengan Gereja. Sejak Paulus menyediakan
pengajaran baru yang signifikan tentang nature gereja, maka adalah tepat jika paulus
memberikan pengajaran tentang konsumasi dari gereja, yaitu penjabaran tentang masa depan
gereja. Paulus menunjuk pada penerjemahan gereja, dimana sebagian orang percaya yang masih
hidup tidak akan mati, tetapi ditransformasikan lebih cepat dari sekejab mata (1 Kor. 15:51-57).
Paulus juga menjelaskan tentang rapture, kebangkitan, tubuh kebangkitan, dan kursi pengadilan
Kristus. Berkaitan dengan Israel Paulus membahas tentang pemilihan Israel di Roma 9-11,
menangisi penolakan Israel terhadap Mesias. Israel telah menerima hak besar tetapi mereka telah
menolaknya, oleh karena kedaulatan Allah dalam memilih Israel, Ia tidak akan gagal dalam
tujuan-Nya bagi bangsa Itu. Fakta bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatnya adalah
terbukti dengan fakta bahwa ada sisa orang Yahudi yang percaya, dimana salah satunya adalah
Paulus. Namun demikian, waktu Israel dibutakan adalah sementara. Paulus memperlihatkan
masa depan pada waktu kebutaan Israel akan diangkat dan semua Israel akan diselamatkan (Rm.
11:1, 5). 23

Berkaitan dengan dunia Pada saat Paulus berbicara tentang pengharapan masa yang akan datang
bagi gereja dan pertobatan Israel di masa yang akan datang, ia berbicara secara panjang lebar
tentang penghakiman Allah di masa yang akan datang atas dunia yang tidak percaya. Paulus
menggunakan istilah murka (Yunani: orge) untuk menjabarkan penghakiman Allah yang akan
turun atas dunia. Ia menggunakan istilah ini sebanyak dua puluh satu kali di tulisannya dan lima
belas kali dalam bagian lain Perjanjian Baru. Paulus sering menggunakan kata ini untuk
menjabarkan suatu masa depan ―hari kemurkaan.‖ Ia juga mengidentifikasikan periode tersebut
sebagai waktu dari manusia ―murtad‖ dan juga ―anak kehancuran‖, yang akan muncul dan
meninggikan dirinya sendiri sebagai Allah, yaitu antikristus. Akan tetapi ia akan dihancurkan
pada saat kedatangan Kristus. Teologi Petrus Pembahasan Teologia Petrus Teologi Petrus jelas
sekali berpusat pada Kristus dan dalam penekanannya, ia membahas secara mendalam doktrin-
doktrin penting yang berkaitan dengan Pribadi Kristus. Ia menyatakan ketidakberdosaan Kristus,
korban perdamaian Kristus sebagai substitusi, kebangkitan-Nya dan kemulian-Nya. Petrus
banyak sekali berbicara tentang penderitaan, Kristus yang direndahkan dan penolakan akan
Kristus. Doktrin Kristologi. Suatu studi tentang penggunakan nama Kristus oleh Petrus
merupakan hal yang mencerahkan. Dalam kotbahnya di Kisah Para Rasul, Petrus menunjuk
Kristus sebagai Yesus dari Nazareth. Perkataan ini sangat mungkin untuk mengingatkan akan
pendengarnya akan Yesus sebagai yang ditolak, karena istilah Nasareth memiliki konotasi yang
negatif. Akan tetapi lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Yesus itu bukan manusia yang biasa akan
tetapi Allah telah membuat-Nya menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36). Di Kisah Para Rasul
3:13-15 Petrus juga berbicara tentang kemuliaan Yesus yang dihubungkan dengan sebutan
―Hamba‖, ―Yang Kudus‖, ―Yang Benar‖ dan ‖Pemimpin kepada hidup.‖ Oleh karena itu
bersamaan dengan itu, Petrus juga menyebutkan Yesus di 3:16, dan menekankan otoritas dan
kuasa yang berkaitan dengan nama itu. 24

Erikson Ginting S.E.,M.pd

Dalam suratnya ini Petrus memilih menggunakan nama Kristus dan paling sering menggunakan
sebuatan Mesias untuk menjabarkan penderitaan-Nya. Petrus menulis bahwa Kristus
mencurahkan darah-Nya yang berharga (1 Pet.1:19), menderita sebagai substitusi (1 Pet.2:21),
menderita dalam daging (1 Pet.4:1), menderita di depan banyak saksi (1 Pet.5:1), dan mati satu
kali (penekanan) bagi semua (1 Pet.3:18). Berdasarkan hal-hal itu Petrus mendorong orang
percaya untuk menguduskan Kristus dan meraih kemuliaan di dalam semuanya itu. Petrus juga
menggunakan nama Tuhan Yesus Kristus. Ia menggunakannya bukan untuk menekankan
penderitaan Kristus, tetapi kebangkitan, glorifikasi dan kedatangan Kristus untuk yang kedua
kali. Melalui Tuhan Yesus Kristus, orang percaya yang dilahirbarukan memiliki pengharapan
hidup yang baru. DoktrinKeselamatan Sebagaimana yang telah dicatat pada pembahasan
sebelumnya, Petrus menekankan karya keselamatan Kristus: Ia adalah korban yang sempurna,
seperti domba yang tak bercacat dan bercela (1 Pet.1:19); Ia tidak berdosa(1 Pet.1:22); Ia mati
sebagai pengganti sekali untuk kita semua, yang tanpa salah bagi orang yang bersalah (1
Pet.3:18). Petrus menekankan tindakan, bahwa ia dibunuh untuk kita. Kata ganti menekankan
bahwa Kristus mati bagi orang berdosa (1 Pet.2:24). Ia menebus mereka dari perbudakan dosa (1
Pet.1:18). Keselamatan Kristus direncanakan sejak kekekalan (1 Pet.1:20), tetapi dinyatakan
dalam sejarah. Ia menyelesaikan keselamatam melalui kebangkitan-Nya, memberikan orang
percaya suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Pet.1:3). Doktrin Kitab Suci Sehubungan
dengan kitab suci, Petrus memberikan pandangan yang signifikan tentang pelayanan Roh Kudus
dalam inspirasi sekaligus menegaskan inspirasi dalam tulisan rasul yang lain terutama Paulus. Ia
memberikan salah satu studi yang lengkap tentang Kitab suci. Kitab suci adalah hasil dari Roh
Kudus yang menghasilkan regenerasi dan pertumbuhan rohani. Berikut ini adalah hal yang perlu
dicatat dari doktrin Kitab Suci yang ditulis oleh Petrus: Kitab suci diistilahkan sebagai ―nubuat‖
(2 Pet.1:19), menunjuk pada seluruh Perjanjian Lama. Petrus mengindikasikan Kitab Suci
Perjanjian Lama menjadi pasti melalui pemunculan Yesus Kristus. 25

Kitab suci adalah hidup dan tidak berubah selama-lamanya (1 Pet.1:23). Kitab Suci tidak
terkontaminasi dan menyehatkan, memampukan orang percaya untuk bertumbuh secara rohani
(1 Pet. 2:2). Kitab Suci secara murni berasal dari manusia (2 Pet.10:20) Kitab Suci adalah produk
dari manusia yang berbicara atas pimpinan Roh Kudus, sehingga menjamin keakuratan dari
Kitab Suci (2 Pet.1:21). Kitab Suci Perjanjian Baru juga diinspirasikan setara dengan Kitab Suci
Perjanjian Lama (2 Pet.3:16). Kitab Suci merupakan dasar kebenaran teologis (1 Pet.2:6).
Doktrin Kehidupan Orang Kristen Petrus menulis untuk menguatkan orang percaya dan
menjelaskan bagaimana orang percaya harus menyikapi penderitaan, khususnya pada waktu
mereka harus mengalami penderitaan yang tidak sepatutnya (1 Pet.1:6). Petrus menulis kata-kata
peringatan dan dorongan berkaitan dengan penderitaan: orang percaya harus mengantisipasi
pencobaan dan penderitaan dan mempersiapkan pemikiran mereka untuk menghadapinya, karena
Kristus juga telah menderita (1 Pet.1:11; 4:12; 5:9). Orang percaya harus bersukacita ditengah
penderitaan karena antisipasi akan kedatangan kembali Kristus (1 Pet. 3:14; 4:13). Orang

Erikson Ginting S.E.,M.pd

percaya dapat menderita karena ketidakadilan (1 Pet. 2:19, 20, 21, 23; 3:17). Orang percaya bisa
menderita karena kehendak Allah (1 Pet. 3:17; 4:19), tetapi di tengah penderitaan, mereka akan
dikuatkan oleh Dia (1 Pet. 5:10). Doktrin Gereja Meskipun kata gereja tidak muncul dalam
tulisan Petrus, namun ia membahas doktrin gereja sampai tahap tertentu: Gereja universal. Petrus
mengakui kesatuan dari orang Yahudi dan non-Yahudi dalam satu kesatuan tubuh (Kis.10:34-
43). Pada saat deklarasi, Petrus mengumumkan bahwa orang non-Yahudi diterima oleh Allah
tanpa harus menjadi orang Yahudi proselit (Kis.10:35). Gereja Lokal. Di 1 Petrus 5:1-4, Petrus
menunjuk pada tanggungjawab penatua di 26

gereja lokal. Tanggungjawab mereka adalah menggembalakan domba Allah. Petrus juga
menyebut baptisan, dengan menggunakan analogi antara baptisan dan Nuh. Sebagaimana air
pada masa Nuh melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama, demikian juga baptisan
melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama yang penuh dosa. Doktrin Akhir Zaman
Sehubungan dengan akhir zaman, Petrus menuliskan beberapa hal tentang akhir zaman. Kondisi,
di 2 Petrus, rasul Petrus menunjuk pada kondisi yang akan mendahului kedatangan Tuhan
Kedatangan Kristus. Dalam kedua suratnya, Petrus kelihatannya membedakan antara
pengangkatan gereja dan kedatangan Kristus yang keduakalinya untuk menghakimi orang fasik.
Hidup yang kekal. Petrus menjabarkan kedatangan hari Tuhan yang tiba-tiba (2 Pet. 3:10). Hari
Tuhan digunakan dalam beberapa cara di kitab Suci, tetapi sebagai istilah umum, hal itu
memandang pada keseluruhan periode permulaan dengan pengangkatan dan berhentinya
millennium. Jadi, Hari Tuhan meliputi penghakiman atas orang tidak percaya dan berkat bagi
orang percaya. Teologia Yudas Pembahasan Teologi Yudas Doktrin Kristus. Dengan tema yang
serupa dengan 2 Petrus, Yudas memperingatkan akan adanya guru- guru palsu yang menyangkali
―satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita‖ (ayat 4). Sebutan penguasaan dan Tuhan, keduanya
menunjuk kepada Kristus. Ini merupakan pernyataan Kristologi yang besar. Penguasa (Yunani:
despoten) berarti Kristus adalah penguasa yang absolut. Doktrin Keselamatan Yudas menujukan
suratnya pada ―mereka yang dipanggil.‖ Dalam pernyataan ini Yudas menunjuk pada doktrin
pemilihan. Kata ―dipanggil‖ adalah bagi mereka yang telah dipanggil secara efektual pada
keselamatan berdasarkan anugrah Allah yang efektif. Anugrah Allah itulah yang tidak dapat
ditolak oleh manusia. Yudas lebih lanjut 27

menekankan sekuritas dari keselamatan dengan menegaskan bahwa Allah akan memampukan
orang percaya untuk berdiri dihadapan kemuliaan hadirat-Nya (ay. 24). Doktrin Malaikat Yudas
menunjuk pada malaikat yang ―meninggalkan tempat tinggal mereka yang sebenarnya‖,
kemungkinan besar menunjuk pada kejatuhan Lucifer dari posisi yang tinggi, dimana ia menarik
satu pasukan malaikat bersama dengan dia (Yes. 14:12-17; Yeh. 28:12-19). Kelihatannya
sebagaian dari mereka yang jatuh telah diikat, sedangkan yang lain tetap bebas dan menjadi iblis.
Teologi Yohanes Identitas Yohanes Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya
adalah seorang nelayan di Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup
menguntungkan sehingga ia mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya

Erikson Ginting S.E.,M.pd

(Mrk.1:20). Ibunya Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah
saudara sepupu Yesus (Yoh. 19:25; Mat. 27:56; Mrk. 15:40, 47). Ibunya adalah salah seorang
yang mengikut Yesus dan memberi dukungan kepada Yesus (Luk. 8:3; Mat. 27:55-56; Mrk.
15:40-41). Yohanes tidak diragukan sebagai salah satu dari dua murid yang mengikuti Yesus
pada awal pelayanan-Nya (Yoh. 1:35-37). Kira-kira setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai
salah satu dari keduabelas rasul (Mat. 10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah
satu dari dekat Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat. 17:1-8), kebangkitan anak
perempuan Yairus (Mrk. 5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani (Mat. 26:37-
38). Pada Perjamuan Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid ―yang dikasihi Yesus‖
memiliki posisi khusus di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus juga menyerahkan Maria pada
pemeliharaan Yohanes (Yoh. 19:26- 27). Yohanes menyaksikan kebangkitan Yesus paling
sedikit dua kali sebelum kenaikan, di ruang atas (Yoh. 20:19-20) dan di Galilea (Yoh. 21:2), dan
paling sedikit tiga kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja (Why. 1:12-18), hakim
orang berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di kitab Kisah Para Rasul, ia
muncul dalam posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu soko guru
gereja. Menurut Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan tinggal sampai usia lanjut,
hidup sampai pemerintahan Tjajan (98-117 AD). 28

Teologi Yohanes Sumber untuk studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat
Yohanes, dan kitab Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari
teologi Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang dicatat di
Injil Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus. Diasumsikan bahwa
pengajaran Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes
karena ia mencatat pernyataan Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu penekanan
yang penting dari Yohanes. Teologi Yohanes berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah
yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan
sekarang menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang
inilah yang dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes
memberikan sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh. 1:1-18), dimana
didalamnya ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui Sang Putra dan juga
menjabarkan dosa yang menggelapi dunia dan menolak terang itu. KitabYohanes Pembahasan
Teologia Yohanes Doktrin tentang Pewahyuan Yohanes menjabarkan wahyu dengan dua cara:
wahyu melalui Kitab Suci dan melalui Putra Allah: Kitab Suci Yesus mengingatkan orang
Yahudi yang tidak percaya bahwa Kitab Suci memberikan kesaksian tentang diri-Nya (Yoh.
5:39). Yesus meneguhkan bahwa Kitab Suci adalah kebenaran yang proporsional, yang
menyatakan terang Allah melalui diri-Nya. Tensis yang menunjukkan pada waktu sekarang,
menunjukkan bahwa wahyu Kitab Suci sedang berlangsung. Yesus kemudian mengingatkan
pendengar-Nya bahwa Musa menulis tentang Dia dan mereka harus percaya kepada tulisan Musa
yang berbicara tentang Kristus (Yoh. 5:45-47). Lebih lanjut Kristus menyatakan bahwa ―Kitab
Suci tidak dapat dibatalkan‖. Dalam perdebatan-Nya, Yesus menumpukan kasusnya pada

Erikson Ginting S.E.,M.pd

integritas dan otoritas dari wahyu yang tertulis yaitu Kitab Suci. 29

Putra Allah Pada pendahuluan Injilnya, Yohanes menyatakan bahwa wahyu Allah
dimanifestasikan melalui anak-Nya. Pribadi yang bersama Bapa sejak kekekalan (Yoh. 1:1),
sekarang tinggal dengan manusia, dan Yohanes bersukacita karena melihat kemulian-Nya.
Yohanes pasti menunjuk pada transfigurasi dari Kristus (Mat. 17:1-8) demikian pula mujizat-
mujizat Kristus (Yoh.2:11). Wahyu Yesus juga merupakan wahyu anugrah (Yoh. 1:16-17).
Doktrin tentang Dunia Yohanes menggunakan kata dunia banyak sekali; di Injil Sinoptik hanya
digunakan lima belas kali, sedang Yohanes menggunakannya sebanyak 78 kali di Injilnya dan 27
kali di tulisannya yang lain. Yohanes menggunakan kata dunia untuk menjelaskan dunia yang
berada dalam dosa, kegelapan dan di bawah kuasa setan. Dunia dalam kegelapan Yohanes
menggambarkan dunia yang berada dalam kegelapan dan melawan Kristus; dunia tidak ramah
pada Kristus dan semua yang dipercayai-Nya. Hal itu disebabkan karena dunia telah menjadi
buta. Dunia tidak mengenal Mesias pada waktu Ia datang ke dalam Dunia. Yohanes menjabarkan
dua kelompok manusia; mereka yang datang pada terang dan mereka yang membenci terang itu
(Yoh. 1:12; 3:19-21). Orang-orang dunia membenci terang, karena terang itu mengekspos
mereka; Yesus mengatakan bahwa inilah alasan kenapa dunia membenci-Nya. Sistem dunia,
yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup telah memimpin manusia kepada
dosa. Dunia di bawah Setan Yesus menjelaskan kenapa orang yang tidak percaya melakukan
dosa; hal itu karena mereka adalah keturunan dari si jahat (Yoh. 8:44). Karena mereka adalah
anak-anak dari bapak mereka yaitu si jahat, jadi wajarlah apabila mereka melakukan keinginan
bapaknya. Karena si jahat adalah pembohong dari awalnya, maka wajarlah apabila keturunan
rohani dari si jahat menolak Kristus yang adalah kebenaran. Doktrin Inkarnasi Terang Terang
adalah istilah popular Yohanes. Dalam kaitan dengan inkarnasi, Yohanes menunjuk pada Yesus
sebagai terang yang telah datang ke dunia gelap karena dosa. Karena Yesus telah datang sebagai
terang, maka adalah imperatif bahwa manusia harus 30

percaya kepada-Nya (Yoh. 12:35-36). Yesus, sebagai terang dunia, dapat memberikan terang
fisik (Yoh. 9:7) dan terang spiritual (Yoh. 8:12). Hidup Hidup juga merupakan istilah popular di
Yohanes; ia menggunakannya 36 kali di Injil, 13 kali di 1 Yohanes, dan 15 kali di kitab Wahyu.
Mujizat inkarnasi ialah bahwa Yesus hidup, dimana Ia juga memiliki sumber kehidupan sama
seperti Bapa, yaitu Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, oleh sebab itu segala sesuatu
bergantung pada Yesus untuk hidup dan eksistensinya. Anak Allah Yohanes menjabarkan
inkarnasi Kristus dengan menunjuk Yesus sebagai ―Putra Allah‖ atau ―Putra‖. Yesus
menggunakan istilah-istilah itu untuk diri-Nya sendiri dan relasinya dengan Bapa. Dan Yohanes
sangat tegas dalam menekankan kesetaraan Yesus dengan Allah. Anak Manusia Yesus pada
umumnya menggunakan sebutan ―Anak Manusia‖ untuk menunjukkan misi-Nya. Asal mula
istilah itu berasal dari Daniel 7:13 dan menunjuk pada keberadaan surgawi yang menerima
kerajaan dunia ini. Istilah ―Anak Manusia‖ menunjuk pada konsep Kristus akan diri-Nya
sebagai yang berasal mula dari Surga dan sebagai pemilik kemuliaan surga. Pada saat yang sama

Erikson Ginting S.E.,M.pd

hal itu menunjukkan kepada kita tentang kerendahan-Nya dan penderitaan-Nya bagi manusia.
Keduanya adalah sama. Pendamaian. Dalam nubuat. Kata bahasa Inggris atonement
(pendamaian) berasal dari dua kata ―at‖ dan ―onement‖, yang berarti rekonsiliasi. Meskipun
kata pendamaian bukan merupakan kata di Perjanjian Baru, hal itu menunjuk pada apa yang
telah diselesaikan oleh Kristus diatas kayu salib melalui penderitaan dan kematiaan-Nya. Pada
waktu Yohanes Pembabtis menyerukan ―Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa
dunia‖. Yohanes berbicara tentang penggenapan dari persembahan korban di Perjanjian Lama
diawali dengan provisi Allah, akan seekor domba yang menggantikan Ishak di gunung Muria
(Kej 22:8), kemudian provisi domba paskah di Keluaran 12 sampai nubuat 31

Yesaaya 53:7, dimana nabi Yesaya mengindikasikan Mesias akan mati, seperti anak domba yang
akan disembelih. Persembahan korban di Perjanjian Lama menunjuk pada kematian Mesias
untuk pendamaian. Tidak diragukan lagi, penggenapan dari tema itulah yang dijabarkan oleh
Yohanes Pembaptis di Yohanes 1:29. Yesus menekankan kebenaran yang sama dalam Yohanes
6:52-59. Ia berbicara tentang diri-Nya yang datang dari surga dan memberikan hidup-Nya bagi
dunia (Yoh. 6:33,51). Penebusan yang bersifat substitusi dapat dilihat dari preposisi ―atas‖
(Yunani ―huper‖). Dalam bagian ini, Yesus mengajarkan tentang kematian-Nya sebagai wakil
(6:51), yang memberikan hidup kekal (6:53-55,58), dan persekutuan dengan Kristus (6:56,57)
dan hasilnya kebangkitan (6:54). Dalam sejarah. Karya Kristus, sesuai dengan tujuan-Nya datang
kedunia, digenapkan dalam Yohanes 19:30. Setelah enam jam diatas kayu salib Yesus berseru,
―Sudah selesai‖ (Yunani: tetelesthai). Yesus tidak mengatakan, ―saya telah selesai‖, tetapi
―telah selesai‖. Ia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadan-Nya; karya
keselamatan telah diselesaikan. Tensis bentuk lampau dari kata kerja tetelestai dapat
diterjemahkan, ―hal akan tetap selesai‖, artinya pekerjaan itu untuk selamanya selesai dan akibat
dari selesainya pekerjaan itu terus berlaku. Di 1 Yohanes 2:1-2, Yohanes menjelaskan provisi
yang dibuat oleh Kristus untuk dosa. Kristus adalah ―pembela‖ (Yunani; parakletos) bagi
mereka yang berdosa. Dalam konteks ini pembela berarti pengancara dalam kasus hukum. Orang
percaya memiliki Kristus sebagai pengacara pembela mereka dalam pengadilan ilahi. Lebih
lanjut Yohanes berkata bahwa Kristus adalah ―korban pendamaian‖ (Yunani: hilasmos) bagi
dosa-dosa dunia. Kata itu hanya digunakan di Roma 3:25, dan 1 Yohanes 4:10. Korban
pendamaian artinya Kristus menjadi korban pendamaian bagi dosa dengan cara membayar harga
dengan demikian mengalihkan murka Allah. Korban pendamaian berpusat pada Allah, yang
menyatakan bahwa dosa telah melanggar kekudusan Allah, dan melalui kematian Kristus Allah
Bapa di puaskan dan sekarang Ia bebas untuk menyatakan kemurahan dan pengampunan-Nya
kepada orang berdosa yang percaya. Yohanes mengindikasikan korban pendamaian adalah
―untuk segala dosa kita, dan bukan hanya untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh
dunia‖ (1 Yoh 2:2). Kematian Kristus adalah kematian substitusi yang memberikan provisi bagi
orang percaya, namun Yohanes menekankan juga kecukupannya yaitu ―bagi seluruh dunia‖.
Meskipun seluruh dunia tidak diselamatkan, karena Kristus adalah Allah maka 32


Click to View FlipBook Version