Erikson Ginting S.E.,M.pd
kematian-Nya adalah cukup untuk seluruh dunia, namun demikian hanya efektif bagi mereka
yang percaya. Kebangkitan. Yohanes menjabarkan kisah kebangkitan di Yohanes 20 untuk
memperlihatkan penebusan Kristus telah sampai pada puncaknya di kebangkitan. Penebusan
Kristus tidak berakhir pada kematian-Nya tetapi pada kebangkitan-Nya; Kebangkitan itu harus
terjadi untuk meneguhkan Anak Allah (Roma1:4). Yohanes sangat jelas menjabarkan bagaimana
Petrus berlari menuju kuburan, Yohanes tiba lebih dahulu, melihat ke dalam kubur, dan tidak
melihat apapun. Petrus masuk dan berteori tentang apa yang terjadi, kemudian Yohanes
memperhatikan dan mengerti. Mereka melihat kain kafan yang tergeletak di kuburan dan tetap
berbentuk tubuh, seakan-akan masih ada tubuh di dalamnya. Kain untuk muka masih tergulung
melingkar (20:7), tetapi tubuhnya telah tidak ada. Yohanes ―melihat dan percaya‖ karena ia
mengerti hanya satu hal yang mungkin telah terjadi, tubuh itu telah melewati kain kafan yang
membalutnya. Yesus telah bangkit. Yohanes memberikan penjabaran yang lebih jelas, lebih rinci
mendeskripsikannya, dibandingkan dengan Injil sinoptik tentang bagaimana menjelaskan secara
tepat apa yang telah terjadi pada waktu kebangkitan. Yohanes kemudian menjelaskan bagaimana
Kristus melewati pintu yang tertutup dalam tubuh fisiknya dan muncul di tengah para rasul
dalam tubuh kebangkitan-Nya (Yoh. 20:19,26). Yohanes memverifikasi realitas dan tubuh
kebangkitan Kristus, memperlihatkan bahwa Kristus dalam karya terakhir-Nya telah
mengalahkan maut dan karena itu memberikan pengharapan dan hidup kepada yang percaya
(Yoh. 11:25-26). Doktrin Roh Kudus Percakapan di Ruang atas (Yoh. 14-16), Yohanes mencatat
pengajaran Yesus berkaitan dengan Roh Kudus. Ketiga fasal itu memberikan informasi yang
paling rinci tentang pribadi dan karya Roh Kudus: Pribadi-Nya. Kepribadian dari Roh Kudus
dilihat dalam kata ganti yang digunakan untuk menjabarkan tentang Dia. Meskipun kata Roh
(yunani: pneuma) adalah netral. Yesus mengatakan ―Ia (maskulin) akan mengajarkan kamu
segala sesuatu‖ (Yoh 14:26). ―Ia‖ (Yunani: ekeinos) adalah kata ganti maskulin. Referensi
Yesus pada Roh Kudus sebagai ―Ia (maskulin)‖ mengkomfirmasikan personalitas dari Roh
Kudus (lihat Yoh. 15:56; 16:13, 14) 33
Karya-Nya. Ia menyakinkan (Yoh. 16:8-11). Karya meyakinkan (yunani: elegxei) adalah
pekerjaan seseorang pengacara penuntut yang mana Ia berusaha untuk meyakinkan seseorang
akan sesuatu. Roh Kudus bertindak sebagai pengacara ilahi, menyakinkan dunia akan dosa, yaitu
penolakan untuk percaya kepada Yesus; Ia juga meyakinkan dunia akan kebenaran Kristus,
karena kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya; dan Ia meyakinkan dunia akan penghakiman karena
setan telah dihukum diatas kayu salib. Ia melahir barukan (Yoh. 3:6). Dalam menjelaskan
kelahiran baru pada Nikodemus, Yesus mengindikasikanya sebagai kelahiran baru oleh Roh. Ia
mengajar kepada murid-murid-Nya (Yoh. 14:26). Pada waktu murid-murid-Nya tidak dapat
secara rohani mengasimilasikan semua pengajaran Yesus, Yesus berjanji Roh Kudus akan
mengingatkan mereka akan pengajaran Yesus. Pernyataan ini merupakan jaminan akan catatan
akurat dari tulisan Perjanjian Baru, karena Roh Kudus akan memberikan keakuratan untuk
mengingat kembali, dan sesuai dengan itu mereka akan menulis Injil. Ia tinggal (Yoh. 14:16-17).
Yesus menunjuk pada pekerjaan baru dari Roh Kudus setelah Pentakosta, dimana kehadiran Roh
Erikson Ginting S.E.,M.pd
Kudus ditengah orang percaya tidak lagi bersifat sementara seperti di Perjanjian Lama, tetapi Ia
akan tinggal secara permanen. Yesus menekankan bahwa setelah Pentakosta Roh Kudus akan
tinggal ―di dalam mereka‖ (Yoh. 14:17) dan Ia tinggal untuk ―selama-lamanya‖ (Yoh. 14:16).
Doktrin Hal-hal terakhir. Pengangkatan. Meskipun Yohanes tidak memberikan pernyataan
seeksplisit Paulus tentang pengangkatan, tanpa diragukan Yohanes juga menunjuk pada
pengangkatan dalam Yohanes 14:1-3. Pengangkatan berkaitan dengan gereja, dan Yesus
berbicara pada kedua belas murid-Nya yang akan memulai jemaat mula-mula di Kisah Para
Rasul 2. Oleh karena para murid sedang berduka akan kepergian Yesus di Yohanes 14, Ia
menguatkan mereka dengan mengingatkan mereka (sebagai gereja yang masih kecil) bahwa Ia
pergi untuk menyediakan tempat tinggal bagi mereka di Rumah Bapa-Nya. Ia berjanji untuk
kembali dan membawa mereka kepada-Nya (Yoh. 14:3). Hal itu harus dimengerti sebagai
parallel dengan pernyataan Paulus di 1 Tesalonika 4:13-18. Kesengsaraan. Yohanes memberikan
liputan yang luas tentang masa kesengsaraan, serta merinci apa yang akan terjadi di Wahyu 6-19.
Ketujuh meterai ini akan dibukakan di 34
dunia pada awal kesengsaraan (Wah. 6:1 – 8:1). Yang akan membawa kemenangan bagi
binatang buas itu (6:1-2), perang (6:3-4), kelaparan (6:5-6), kematian (6:7-8), mati syahid (6:9-
11), dan ledakan di langit dan di bumi (6:12-17). Materai-materai itu kelihatannya akan berlanjut
sampai akhir masa kesengsaraan. Materai ketujuh mengawali sangkakala ketujuh (8:2 – 11:19).
Pada waktu bunyi sangkakala itu, maka persediaan makanan dan oksigen di bumi akan hilang
(8:2-6), sepertiga dari kehidupan di laut akan mati (8:7), sumber air akan terkena polusi (8:10-
11), benda-benda di langit akan menjadi gelap (8:12-13), manusia akan sangat menderita dan
ketakutan (9:1-12), dan sepertiga dari manusia akan terbunuh (9:13-21). Sangkakala yang
ketujuh akan mengawali cawan penghakiman (11:15-19;15:1-16:21), mengakibatkan luka-luka
yang menyakitkan (16:1-2), kematian dari kehidupan di laut (16:3), sungai menjadi darah (16:4-
7). Manusia mati karena kepanasan (16:8-9), kegelapan (16:10-11), dilepaskannya tentara dari
timur yang kuat untuk mengakhiri peperangan (16:12-16), dan gempa bumi yang dahsyat,
menghancurkan kota-kota dan bangsa-bangsa (16:17-21). Baik agama Babel (17:1-8), maupun
ekonomi Babel (18:1-24) akan dihancurkan. Masa kesengsaraan berpuncak pada kembalinya
Kristus, dimana Ia akan menaklukkan semua bangsa di dunia (19:11-21). Anti Kristus. Yohanes
menggunakan istilah anti kristus untuk menjabarkan mereka yang pada zamanya menyebarkan
doktrin yang salah tentang Kristus (1 Yoh. 2:18, 22; 4:3; 2 Yoh. 7). Nature dari bidat ini adalah
menyangkali kemanusiaan Kristus Yesus (2 Yoh. 7); Kristus hanya tampil seperti hantu; Ia tidak
benar-benar mengambil rupa manusia. Yohanes mendeklarasikan bahwa mereka, penyangkal
Yesus yang datang dalam daging adalah anti Kristus. Jadi Yohanes menggunakan istilah itu
untuk menunjuk pada mereka yang menyangkali doktrin yang benar tentang Kristus. Yohanes
menyebut pribadi yang menyangkali Kristus sebagai binatang buas (Why. 11:7; 13:1, 12, 14, 15).
Yohanes menjabarkan binatang buas ini sebagai ―binatang pertama‖ (berlawanan dengan nabi
palsu yang mendukung binatang buas pertama ini tetapi dikenal sebagai binatang kedua
{―binatang yang lain‖ 13:11}). Binatang pertama adalah penguasa politik (13:1-10) yang
Erikson Ginting S.E.,M.pd
muncul dalam bentuk akhir sebagai penguasa kafir dan kuasanya berasal dari setan (13:2), ia
menerima sembah dan menghujat Allah selama tiga setengah tahun (13:4-6), ia menganiaya
orang percaya (13:7), dan menguasai dunia (13:8). Binatang pertama di dukung oleh binatang
kedua yang adalah nabi palsu dan memaksa manusia untuk menyembah binatang pertama
(13:11-12); ia 35
menipu manusia melalui kemampuanya untuk mempertunjukkan tanda-tanda (13:14); ia
membatasi perdagangan hanya bagi mereka yang telah menerima tandanya (13:16-17). Pada
kedatangan Yesus Kristus yang kedua, baik binatang pertama dan binatang kedua akan
dilemparkan kedalam lautan api (19:20) Kedatangan Kristus yang Kedua. Pada akhir dari masa
kesengsaraan, Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus dengan kemenangan bersama
pengantin perempuan-Nya, yaitu gereja (Why. 19:6-8). Pernikahan Kristus dengan gereja terjadi
di surga pada waktu periode kesengsaraan. Kristus kembali dengan pengantin perempuan- Nya
untuk memulai pesta pernikahan, yaitu di kerajaan millennial yang terjadi diatas bumi (19:9-10).
Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus sebagai seorang Raja yang menang – Ia memiliki
banyak mahkota diatas kepala-Nya (19:12) – Ia menyatakan perang adengan setan, binatang dan
tentara yang tidak percaya kepada-Nya (19:11,19). Senjata-Nya adalah otoritas Firman-Nya
(19:13) dengan mana Ia mengalahkan dan menaklukkan bangsa-bangsa (19:15). Ia
menghancurkan penguasa bangsa-bangsa dan melemparkan binatang, nabi palsu (binatang
kedua), dan setan ke laut api selama millennial (19:19 – 20:3). Dengan kemenangan atas musuh-
Nya, Kristus mendirikan kerajaan millennial di atas bumi. Kerajaan millennial dan kekekalan.
Yohanes menjabarkan kebangkitan dari masa kesengsaraan dan orang-orang kudus Perjanjian
Lama pada akhir masa kesengsaraan (Why. 20:4-5); mereka adalah bagian dari ―kebangkitan
pertama‖. Istilah kebangkitan tidak menjabarkan kebangkitan secara umum dari orang percaya,
tetapi suatu kebangkitan kepada kehidupan (20:6). Paling tidak ada beberapa tahap dalam
kebangkitan yang pertama yaitu zaman orang-orang kudus dibangkitkan sebelum masa
kesengsaraan (1 Tes. 4:13-18), dimana orang-orang kudus di Perjanjian Lama dan dimasa
kesengsaraan (Why. 20:4). Orang tidak percaya dibangkitkan pada akhir masa millennium,
dimana mereka akan dilemparkan kedalam lautan api (Why. 20:11-15). Di Wahyu 21:1 – 22:21
Yohanes menjabarkan tentang kekekalan. Yerusalem baru yang Yohanes lihat akan datang dari
surga (Why. 21:1-8) adalah gereja yang tetap tinggal, yaitu pengantin perempuan (21:9), tidak
diragukan lagi mereka adalah orang-orang yang telah ditebus di segala zaman dalam kekekalan.
Yerusalem baru kemungkinan besar berhubungan dengan millennium dan hidup kekal. Tempat
itu adalah tempat tinggal, dimana Kristus telah pergi untuk menyediakan tempat (Yoh. 14:2).
―kedua periode itu kekal, bukan sementara, kondisinya adalah seperti itu, baik dikota dan bagi
36
penghuninya. Oleh karena itu, Yerusalem baru adalah millennial dan kekal, baik dari segi waktu
dan posisi, dan hal itu kondisinya adalah selalu kekal. Yohanes menjelaskan bagaimana
Yerusalem baru itu akan memberikan persekutuan dengan Allah (22:4), istirahat (14:13),
Erikson Ginting S.E.,M.pd
kepenuhan berkat (22:2), sukacita (21:4), pelayanan (22:3) dan ibadah (7:9-12; 19:1).
KESINAMBUNGAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU Perjanjian Perjanjian
adalah kontrak atau kesepakatan (akad) antara dua pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat bersifat
bersyarat (conditional) dan atau tanpa syarat (unconditional). Perjanjian bersyarat adalah
perjanjian yang pemenuhan terhadap kesepakatannya bergantung kepada kesetiaan kedua belah
pihak melaksanakan syarat dalam kontrak yang diadakan. Perjanjian demikian biasanya dicirikan
oleh kata jika — jika pihak yang merupakan pihak kedua (manusia) melaksanakan aturannya,
Pihak yang merupakan Pihak Pertama (Allah) akan mengaruniakan berkat. Perjanjian Musa
adalah contoh perjanjian jenis ini. Perjanjian tersebut didahului dengan jika dalam Keluaran 19:5
―Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku,
maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa.‖ Perjanjian
tanpa syarat adalah perjanjian yang pemenuhannya hanya bergantung kepada kesetiaan Allah
saja. Perjanjian Baru berlangsung dengan cara ini. Perbedaan kedua jenis perjanjian tersebut
dapat dilihat dalam Yeremia 31:31, 32: ―Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah
firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku
memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir.‖ Perjanjian ini
dicirikan oleh kata-kata, Aku akan, yang menunjuk kepada pemenuhan Allah akan janji dan
maksud-Nya— Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam hati mereka, Aku akan menjadi Allah
mereka, Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.
Perjanjian-perjanjian dalam Alkitab: Perjanjian Penebusan Didasarkan pada fakta bahwa Allah
sudah menjanjikan kehidupan kekal sebelum dunia dijadikan (Titus 1:2), dan dengan demikian
sebelum manusia diciptakan, para ahli teologi telah menduga bahwa Pribadi-pribadi dalam ke-
Allahan telah mengadakan 37
perjanjian untuk menyediakan keselamatan bagi umat manusia sebelum manusia diciptakan atau
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Barangkali ini yang ada dalam pikiran penulis surat Ibrani
ketika ia berbicara tentang darah perjanjian kekal (Ibrani 13:20). Alkitab mengaitkan fakta
bahwa Bapa mengutus Anak, dan Anak datang untuk melaksanakan kehendak Bapa, dan bahwa
Bapa dan Anak mengirimkan Roh Kudus, yang semuanya kelihatan menunjukkan adanya
persetujuan atau kesepakatan di antara Pribadi-pribadi dalam ke-Tritunggalan. Perjanjian Kerja
(Perbuatan) Ini yang dianggap sebagai perjanjian yang dibuat Allah dengan Adam sebelum
kejatuhan, yang menjanjikan Adam kehidupan kekal sebagai ganjaran terhadap perbuatan
baiknya. Walaupun ketaatan tentu saja perlu bagi Adam untuk memelihara kedudukannya
terhadap Allah, tidak ada satu pun dikatakan dalam Alkitab bahwa Adam diciptakan dalam
keadaan terhilang atau kondisi yang di dalamnya ia perlu mengusahakan kehidupan kekal. Satu-
satunya ayat yang dapat diarahkan untuk menopang perjanjian demikian adalah Hosea 6:7 yang
di dalamnya kata yang diterjemahkan men (manusia) dalam KJV merupakan istilah umum untuk
umat manusia (adam). Jika adam menggantikan kata men kalimat itu akan berbunyi: ―Tetapi
mereka seperti Adam telah melanggar perjanjian.‖ Perjanjian Anugerah Sebutan ini, bersama
Erikson Ginting S.E.,M.pd
dengan yang baru disebutkan di atas, membentuk dasar Teologi Perjanjian. Yang dimaksud
dengan Perjanjian Anugerah adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan umat pilihan untuk
menyediakan dan mengaplikasikan kepada mereka keselamatan kekal atas dasar anugerah.
Walaupun benar bahwa Allah adalah Allah yang penuh anugerah dan bahwa Ia telah membuat
banyak rancangan rahmat terhadap umat manusia, kita keliru apabila menggabungkan perjanjian-
perjanjian itu menjadi satu saja, Perjanjian Anugerah. Pengklasifikasian demikian mengaburkan
perbedaan-perbedaan yang ada di antara berbagai perjanjian yang telah dibuat oleh Allah, yang
mengakibatkan terjadinya kebingungan memahami rencana-rencana dispensasional Allah. 38
Perjanjian Eden Teolog Scofield dan Chafer menandai pengaturan Allah dengan Adam sebelum
kejatuhan, sebagai Perjanjian Eden. Perjanjian tersebut dapat dinamakan sebagai aturan hidup
bagi manusia di bawah dispensasi Kesucian. Scofield membuat garis besarnya dalam tujuh
pokok: (1) Memenuhi bumi dengan suatu tataan baru—manusia; (2) menaklukkan bumi bagi
keperluan manusia; (3) menguasai hewan ciptaan; (4) makan dari tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan; (5) mengolah dan memelihara taman tersebut; (6) menghindari makan dari pohon
pengetahuan baik dan jahat; (7) hukumannya— kematian. Perjanjian Adam Kembali, perjanjian
ini tidak disebut sebagai perjanjian tetapi ditandai demikian oleh Scofield dan Chafer. Perjanjian
ini merupakan pengaturan Ilahi yang menjadi syarat bagi kehidupan manusia setelah jatuh ke
dalam dosa dan selama berada dalam dispensasi Hati Nurani, seperti dikemukakan dalam
Kejadian 3:14-19. Di dalamnya terdapat kutukan terhadap si ular, janji mengenai Penebus,
perubahan status perempuan, kutukan terhadap bumi, pahitnya kehidupan, beratnya pekerjaan,
dan kematian jasmani. Perjanjian Nuh Di sini, tepatnya dalam Kejadian 9:9 kata perjanjian
pertama kali digunakan dalam Alkitab: ―Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan
kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan
kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan
kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-
Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi,
dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.‖ Walaupun perjanjian tersebut
terutama merupakan janji untuk tidak pernah lagi membinasakan bumi dengan air bah, di
dalamnya juga tercakup syarat tertentu yang baru bagi kehidupan manusia di bumi. Ketakutan
terhadap manusia ditaruh pada binatang, manusia diizinkan makan daging binatang, tetapi
dilarang makan darah; dan manusia diberi wewenang melaksanakan hukuman mati. Sebelum ini
Allah melarang menjatuhkan hukuman mati bagi pembunuh (Kejadian 4:15). Pemberian hak
dasar bagi manusia untuk memerintah bumi bagi Allah, merupakan alasan utama untuk
menyebut pengaturan ini sebagai dispensasi pemerintahan atau wewenang manusia. 39
Perjanjian Abraham Abraham tampaknya hidup segera sesudah pengacauan bahasa di menara
Babel. Meninjau ke belakang, manusia telah ingkar dari Allah dalam tiga dispensasi yang
mendahului, yakni Dispensasi Kesucian, Dispensasi Hati Nurani, dan Dispensasi Pemerintahan
Manusia. Manusia telah tiba pada keadaan yang digambarkan dalam Roma 1:21-32 yang di
Erikson Ginting S.E.,M.pd
dalamnya tiga kali dikatakan bahwa Allah telah membiarkan (bandingkan KJV; TB:
menyerahkan) manusia. Pada titik ini Allah dapat saja meninggalkan manusia dalam keadaan
terhilang secara keseluruhan, atau Ia dapat saja memusnahkan manusia dari muka bumi. Namun,
Ia justru mengumumkan maksudnya memilih seorang pria bernama Abram, yang tinggal di kota
penyembah berhala Ur- Kasdim, dan membuatnya menjadi bangsa yang besar; melalui bangsa
tersebut semua bangsa lain akhirnya akan diberkati. Pemanggilan Abram dan berkat yang
dijanjikan tersebut dicatat dalam Kejadian 12. Dalam Kejadian 13:14-18 Allah lebih lanjut
menjanjikan untuk memberikan tanah Kanaan kepada Abram dan keturunannya sebagai milik
pusaka selamanya. Lalu dalam Kejadian 15:6 muncul pernyataan yang oleh Paulus dijadikan
dasar semua argumennya mengenai pembenaran oleh iman tanpa pekerjaan: ―Lalu percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran‖
(Roma 4:3). Segera setelah Abraham dinyatakan benar karena imannya, Allah masuk ke dalam
perjanjian dengan Abraham: ―Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai
Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat‖ (Kejadian 15:18). Walaupun Allah telah
terlebih dahulu mengomunikasikan rencana-Nya memberkati Abram, baru setelah ia dinyatakan
benar karena imannyalah Allah secara aktual mengadakan perjanjian dengannya. Dan harus
diperhatikan bahwa menurut Alkitab, perjanjian tersebut hanya menyangkut tanah yang
digambarkan di atas. Janji berkat atas bangsa-bangsa tampaknya berlainan dengan perjanjian
dalam Kejadian 15:18. Karena Allah menjamin tanah ini bagi keturunan Abram sebagai pusaka
untuk selamanya, haruslah terbukti bahwa jika orang Kristen sekarang ini merupakan anak- anak
perjanjian, mereka semestinya mempunyai hak untuk mengklaim milik tetap tersebut. Ini adalah
masalah yang harus de ngan jujur dihadapi para ahli teologi Perjanjian, karena mereka
mengklaim diri sebagai anak-anak perjanjian. Paulus tidak pernah mengatakan di mana pun
bahwa orang percaya dispensasi sekarang adalah anak- anak perjanjian, tetapi yang ia katakan
adalah bahwa mereka anak-anak Abraham 40
(Galatia 3:7), dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham (Galatia 3:29). Namun sangat
penting memahami dalam arti bagaimana ia mengatakan orang percaya sebagai anak dan
keturunan. Galatia 3:8, ―Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah
membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan
Injil kepada Abraham: ‗Olehmu segala bangsa akan diberkati.‘‖ O‘Hair menafsirkan ayat ini,
Apa yang dilihat orang ketika Injil diberitakan kepada Abram 24 tahun sebelum ia disunat, dan
430 tahun sebelum Taurat ditambahkan pada Injil itu (Galatia 3:19)? Para penyembah berhala
(orang bukan Yahudi) pada zaman Paulus. Apa yang terlihat? Bahwa para penyembah berhala
tidak bersunat itu akan dinyatakan sebagai orang benar tanpa sunat, tanpa Taurat, tanpa upacara
keagamaan; tepat seperti Abram, oleh iman tanpa perbuatan. Orang-orang percaya disebut anak-
anak Abraham hanya karena mengikuti iman Abraham dan dibenarkan dengan cara yang sama
seperti Abraham, tanpa perbuatan. Mereka bukan anak-anaknya dalam pengertian menjadi
pewaris berkat perjanjian khusus yang dijanjikan kepada Abraham, yang seperti telah kita lihat,
hanya menyangkut tanah perjanjian. Selanjutnya, Rasul Paulus mengetengahkan dengan jelas
Erikson Ginting S.E.,M.pd
bahwa kita sekarang ini merupakan keturunan Abraham atas dasar bahwa kita telah dibaptiskan
ke dalam Kristus, yang adalah Benih atau Keturunan Abraham. Karena tanah Kanaan telah tanpa
syarat dijamin sebagai milik keturunan jasmani Abraham, kita tentu harus percaya bahwa Allah
akan menggenapi janji tersebut dalam kerajaan milenial mendatang. Perjanjian Sunat Ketika
Abram berusia sembilan puluh sembilan tahun, setidaknya lima belas tahun setelah Allah
mengadakan perjanjian dengannya, Allah kembali menyatakan diri kepadanya dan memberikan
kepadanya Perjanjian Sunat. Di dalam perjanjian ini nama Abram diubah menjadi Abraham,
karena ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Janji tanah Kanaan diteguhkan dan upacara sunat
dikenakan kepada semua pria keturunannya, dengan ketentuan bahwa pria yang tidak disunat
akan dilenyapkan dari umat Allah, karena orang itu telah mengingkari perjanjian tersebut
(Kejadian 17:14). Dalam Roma 4 Paulus membedakan antara Abram yang dalam keadaan tidak
bersunat dan Abraham yang dalam keadaan bersunat. Dalam hubungan rangkap dua ini Abraham
menjadi bapa atau pemimpin dua kelompok umat Tuhan yang berbeda. Ia pertama-tama 41
adalah bapa orang-orang tidak bersunat, yakni, orang-orang bukan Yahudi yang di selamatkan
atau dibenarkan melalui iman semata-mata tanpa penyunatan dan hukum Taurat. Karena alasan
ini Paulus menyebut Injilnya sebagai Injil untuk orang-orang tak bersunat (Galatia 2:7).
Abraham kemudian menjadi bapa orang-orang bersunat, yakni, keturunan lahiriah Abraham yang
akan mewarisi berkat khusus perjanjian. Karena alasan ini berita Petrus disebut Injil bagi orang-
orang bersunat. Kata Injil tidak sekadar berarti keselamatan dari dosa: di dalamnya tercakup
selamat kepada sesuatu. Injil Paulus kepada orang-orang tidak bersunat adalah, keselamatan ke
dalam keanggotaan di dalam Tubuh Kristus. Injil Petrus kepada orang-orang bersunat adalah,
keselamatan ke dalam janji berkat-berkat rohani dan jasmani dalam Kerajaan Mesianis. Semua
kabar baik dari Allah didasarkan pada iman terhadap karya Kristus, jadi dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara kedua Injil tersebut, tetapi ada perbedaan antara keduanya menyangkut
kebangsaan, upacara-upacara, program dispensasional, dan tujuan akhirnya. Perjanjian Musa
Perjanjian ini bersifat temporer dan bersyarat. Sekarang perjanjian ini disebut Perjanjian Lama
karena sudah ‗dibaharui‘ oleh Perjanjian Baru. Pada waktu itu belum ada kaum imam di Israel.
Musa, yang menjadi pengantara perjanjian, bukan Harun, menyuruh orang-orang muda
menyembelih binatang korban lalu ia memercikkan darah binatang korban itu kepada umat Israel
setelah membacakan perjanjian tersebut kepada mereka, dengan berkata, ―Inilah darah
perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.‖ Semua hal
tersebut benar-benar merupakan pelambangan terhadap Pribadi dan karya Kristus, seperti yang
digambarkan dalam kitab Ibrani. Kristus, sebagai Pengantara Perjanjian Baru, bukan sebagai
Imam Besar, mempersembahkan diri-Nya tanpa cela kepada Allah. Aspek ini dari pekerjaan-Nya
membuat keselamatan tersedia bagi semua umat manusia. Sampai darah tersebut dipercikkan
mereka yang kelak menjadi imam harus menyembah dari jauh, dan hanya Musa, yang
melambangkan Kristus, yang datang mendekat kepada Allah. Setelah itu baru para imam tersebut
diizinkan mendekat. Ini mengajarkan kepada kita dalam bentuk pelambangan bahwa Kristus
harus mencurahkan darah-Nya sebelum pelayanan keimaman-Nya dimulai. Ia bukanlah seorang
Erikson Ginting S.E.,M.pd
imam ketika berada di bumi (Ibrani 8:4), walaupun tidak diragukan bahwa doa- 42
Nya pada malam sebelum kematian-Nya telah berperan mendahului pekerjaan keimaman-Nya.
Pelayanan keimaman hanyalah ditujukan bagi umat yang telah dibawa ke dalam kehidupan yang
berhubungan dengan Allah. Itulah sebabnya mengapa Yesus berdoa dalam Yohanes 17:9, ―Aku
berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu.‖ Jadi korban-korban dan pelayanan
keimaman orang Lewi, walaupun merupakan lambang pekerjaan penebusan Kristus, hanya
bersifat melambangkan aspek tersebut, yakni kepada mereka yang telah dibawa ke dalam
hubungan yang menyelamatkan dengan Allah. Isi Rangkap Tiga Perjanjian Musa. Sepuluh
Hukum, Keluaran 20:1-17, mengatur kehidupan moral Israel berkaitan dengan kehendak Allah
yang benar. Hukuman, Keluaran 21:1-24:11, mengatur kehidupan sosial umat tersebut.
Ordonansi (peraturan), Keluaran 24:12-31:18, mengatur kehidupan keagamaan umat tersebut.
Maksud Kemah Suci dengan Keimamannya. Maksud kemah suci diutarakan dalam Keluaran
25:8: ―Supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.‖ Dosa melibatkan hukuman dan
pencemaran. Dalam pekerjaan penyelamatan terdapat pengampunan sekali untuk selamanya dari
hukuman dosa saat iman diarahkan kepada Penyelamat. Dalam pelambangannya Israel telah
dibawa ke dalam posisi tersebut dengan dipercikkannya darah Perjanjian ke atas mereka. Dosa
yang dilakukan setelah itu mendatangkan kecemaran, karena itu jika Allah akan diam di tengah
umat demikian haruslah diadakan pembersihan. Pekerjaan Kristus sebagai Imam Besar melalui
manfaat darah-Nya yang telah dicurahkan itulah yang membersihkan orang percaya dari dosa,
membuat hubungan dengan Bapa dan Anak menjadi mungkin (1 Yohanes 1:7). Dalam
pelambangannya, umat Israel perlu dibersihkan terus-menerus sehingga Allah dapat tinggal di
tengah mereka. Untuk maksud inilah kemah suci dengan keimamannya dibuat. Pada lambang
(type) nya, korban yang bermacam-macam dan diulang-ulang itu perlu (Ibrani 10:11), tetapi pada
yang dilambangkan (antitype), korban sekali untuk selamanya memiliki nilai yang bersifat tetap
sehingga korban tersebut meliputi semua 43
aspek yang beragam dalam korban-korban keimaman Lewi itu. Kecuali kebenaran di atas
dipahami, akan terlihat seakan-akan Israel di bawah Perjanjian Taurat mengusahakan
keselamatan melalui perbuatan berdasarkan hukum, bukan karena adanya iman. Sistem korban
dalam perjanjian tersebut adalah sarana anugerah. Taurat adalah ungkapan sifat kudus Allah, dan
pelanggaran terhadapnya mendatangkan kutukan (Galatia 3:10). Atas dasar hukum murni,
pelanggar hukum tidak memiliki harapan lain kecuali hukuman. Korban-korban persembahan
dalam keimaman Lewi menyediakan jalan keluar dari kutukan tersebut. Sama seperti itu, dalam
dispensasi sekarang, korban Kristus yang cukup untuk semua dan sekali untuk selamanya itu
adalah sarana yang melaluinya hubungan kita dengan Allah dijaga tidak retak sekali pun ada
dosa dan kegagalan yang dapat saja terjadi dalam kehidupan Kristen. Maksud Hukum Taurat.
Memunculkan pengetahuan akan dosa: ―Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa‖
(Roma 7:7). Membuat dosa semakin nyata sebagai dosa: ―Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah
Erikson Ginting S.E.,M.pd
dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh
perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa‖ (Roma 7:13); ―Tetapi hukum Taurat
ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak‖ (Roma 5:20). Untuk menyumbat
semua mulut dan membuat seluruh dunia bersalah di hadapan Allah (Roma 3:19). Nyata dari
ayat seperti Roma 3:20 dan Galatia 2:16 bahwa Hukum Taurat diberikan bukan untuk
menyelamatkan manusia atau melepaskannya dari kuasa dosa. Dengan demikian nyata bahwa
dalam maksud penebusan Allah, Allah menempatkan umat-Nya di bawah Hukum Taurat
sebelum Ia mengirimkan Anak-Nya ke dalam dunia untuk mati karena dosa, supaya pertama-
tama dapat ditunjukkan sepenuhnya keberdosaan dosa, sehingga kebutuhan akan keselamatan
dapat sepenuhnya disadari agar kebesaran nilai pengorbanan Kristus dapat dengan lebih baik
dipahami dan dihargai. Hal yang Tidak Dapat Dilakukan Hukum Taurat. Hukum Taurat tidak
dapat membenarkan orang berdosa: ―Sebab tidak seorangpun yang 44
dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat‖ (Roma 3:20). Hukum
Taurat tidak dapat melepaskan manusia dari kuasa dosa: ―Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi
oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia‖
(Roma 6:14). Hukum Taurat sama sekali tidak dapat membawa kesempurnaan: ―Sebab hukum
Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan‖ (Ibrani 7:19). Alasan mengapa hukum Taurat
tidak dapat memenuhi semua hal di atas adalah karena kelemahan dan berdosanya kedagingan
menusia (Roma 8:2), dan sama sekali bukan karena ketidaksempurnaan hukum itu (Roma 7:12).
Keselamatan di bawah Dispensasi Hukum Taurat. Jelas diajarkan Perjanjian Baru bahwa setiap
orang yang tidak secara terus-menerus melaksanakan semua hal yang tertulis dalam kitab hukum
berada di bawah kutuk, dan sama jelasnya bahwa tidak ada seorang Israel pun yang telah secara
terus-menerus melaksanakan semua yang dituntut hukum itu. Kesimpulannya, tidak terhindarkan
bahwa semua pastilah telah berada di bawah kutuk hukum. Apakah ini berarti, dengan demikian,
bahwa semua orang telah terhilang? Tidak mungkin, karena juga sama jelasnya bahwa ada
banyak kudus Perjanjian Lama yang diselamatkan. Jadi, apa yang dimaksud dengan kutuk
hukum itu? Hukum Taurat memiliki sistem penghukuman, yang paling ekstrem adalah hukuman
mati. Paulus mengajarkan bahwa hukum berkuasa atas diri se seorang selama orang itu masih
hidup, tetapi kematian fisik membebaskan seseorang dari hukum itu (Roma 7:1- 6). Kita telah
melihat bahwa orang Israel, melalui manfaat Perjanjian Abraham, Korban Paskah dan Korban
Perjanjian, telah berada di atas dasar penebusan dan diakui sebagai bangsa pilihan Allah serta
umat Allah bahkan sebelum Taurat dibebankan kepada mereka. Kembali, Paulus dengan jelas
mengetengahkan bahwa hukum Taurat, yang diberikan 430 tahun sesudah janji terhadap
Abraham, tidak dapat membatalkan perjanjian itu (Galatia 3:17). Jadi jelas bahwa keselamatan
dalam Dispensasi Hukum Taurat didasarkan pada janji tersebut, dan walaupun pelanggaran
terhadap hukum Taurat dapat mendatangkan kematian fisik, seperti terjadi dalam banyak kasus,
hal itu tidak berakibat pada pembatalan terhadap janji tersebut. Kematian fisik tidak harus berarti
kematian rohani, walau kematian fisik datang sebagai suatu hukuman. Mengamati keselamatan
dalam Perjanjian Lama haruslah diingat bahwa Perjanjian- 45
Erikson Ginting S.E.,M.pd
perjanjian tersebut berkenaan dengan orang-orang atas dasar kolektif atau nasional, dan tidak ada
pernyataan mengenai hal yang harus dilakukan seseorang agar diselamatkan. Tentu saja ada
individu yang secara jasmani merupakan keturunan Abraham namun kenyataannya bukan anak
Allah, seperti yang dikatakan Paulus: ―Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah
orang Israel‖ (Roma 9:6). Tetapi mereka yang memang anak-anak perjanjian, seperti Musa dan
Daud, pasti selamat, bukan karena pekerjaan hukum Taurat, tetapi karena Janji tersebut,
walaupun mereka mengalami ganjaran karena melanggar hukum Taurat. Daud melanggar
hukum, tetapi ia mengetahui kebahagiaan orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan
kepadanya (Roma 4:6-8). Akhir hukum Taurat. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat,
sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Roma 10:4). Akhir bukan berarti
peniadaan tetapi penggenapan hukum Taurat. Kehidupan Kristus secara sempurna memenuhi
aturan-aturannya dan kematian-Nya secara sempurna memenuhi tuntutan keadilannya. Kita tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia atau anugerah (Roma 6:14).
Perjanjian Lama, yang disebut sebagai pelayanan yang menuntun kepada penghukuman dan
kematian itu telah pudar dan diakhiri sebagai suatu sistem dispensasi (2 Korintus 3:6-14, band.
KJV). Mengapa dan bagaimana sehingga orang percaya tidak lagi berada di bawah hukum
Taurat tetapi berada di bawah Anugerah? Kristus mati di bawah kutuk hukum Taurat (Galatia
3:13). Dengan memenuhi semua tuntutan kebenarannya melalui kematian Ia menjadi bebas dari
hukum Taurat. Tetapi Kristus tidak tinggal dalam kematian: Ia bangkit pada hari ketiga, dan
kepada kita dikatakan bahwa orang-orang percaya bangkit bersama Dia. Semua ini secara tidak
langsung atau dari segi kedudukan terjadi kepada orang percaya; karena itu orang percaya
diingatkan, ―Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa,
tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus‖ (Roma 6:11). Dengan demikian kehidupan
baru orang percaya merupakan pengambilan bagian dalam kehidupan Kristus setelah
kebangkitan-Nya, dan dengan begitu kehidupan orang 46
percaya berada di bawah anugerah. Adalah suatu malapetaka jika menempatkan kedagingan
yang penuh dosa itu di bawah anugerah. Sebaliknya, Allah menaruh kedagingan ke dalam
kematian melalui Kristus sehingga kita dapat berjalan dalam kehidupan baru di bawah anugerah.
Perjanjian Daud Perjanjian Daud dicatat dalam 2 Samuel 7:12-16: Apabila umurmu sudah genap
dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan
membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan
kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan
takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi
anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang
dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tetapi kasih setia-Ku
tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan
dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku,
takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya. Perjanjian Daud diteguhkan dalam sejumlah
Erikson Ginting S.E.,M.pd
bagian Perjanjian Lama, misalnya dalam Mazmur 89:4, 5, 35-37 Telah Kuikat perjanjian dengan
orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku
hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun … Aku tidak akan
melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. Sekali Aku
bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: Anak
cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku.
Kata-kata di atas menunjukkan sifat sepenuhnya tanpa syarat pada perjanjian tersebut, yang jika
ada artinya, artinya adalah bahwa sumpah Allah suatu waktu kelak akan terlaksana dalam
pembangunan takhta dan kerajaan Daud secara harfiah. Perjanjian dengan Daud menyangkut
empat hal: keturunan Daud, rumah Daud, takhta Daud, dan kerajaan Daud. Penting bahwa Injil
Matius, yang menekankan aspek Raja dan Kerajaan Mesias, dimulai dengan, ―Inilah silsilah
Yesus Kristus, anak Daud.‖ Dan juga penting bahwa pada pemberitahuan tentang Kelahiran
Kristus malaikat berkata kepada Maria, ―Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya, dan 47
Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan- Nya
tidak akan berkesudahan‖ (Lukas 1:32, 33). Petrus mengonfirmasikan fakta bahwa Kristus,
keturunan Daud secara daging, dibangkitkan dari kematian untuk duduk di takhta Daud (Kisah
Para Rasul 2:30). Kita telah merujuk kepada kata-kata Yakobus dalam Kisah Para Rasul 15:16,
yang di dalamnya ia berbicara mengenai kemah atau rumah Daud, yang kini sedang dalam
bentuk reruntuhan, yang akan dibangun setelah Kristus datang lagi. Jadi Perjanjian Baru
menegaskan penggenapan sepenuhnya secara harfiah terhadap Perjanjian Daud melalui Tuhan
Yesus Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali ke bumi. Perjanjian Baru Perjanjian Baru
dirujuk sekali dengan nama demikian dalam kitab Perjanjian Lama (Yeremia 31:31) dan
sembilan kali dalam kitab Perjanjian Baru: empat kali dalam kaitan dengan darah Perjanjian
Baru (Matius 26:28; Markus 14:24; Lukas 22:20; dan 1 Korintus 11:25), sekali dalam kaitan
dengan pelayanan Paulus (2 Korintus 3:6), dan empat kali dalam surat Ibrani (8:8, 13; 9:15;
12:24). Seperti telah kita lihat, Perjanjian Baru merupakan perjanjian yang secara khusus dibuat
dengan kaum Israel dan kaum Yehuda. Dikatakan Baru karena perjanjian ini memenuhi,
menyudahi, dan menggantikan Perjanjian Musa yang dalam proses tersebut telah menjadi lama.
Sifat dan Penyediaannya. Tanpa syarat, kekal, menjanjikan hati dan pikiran baru, menyediakan
pengampunan dosa, memberikan Roh Kudus untuk hadir dan berdiam di dalam umat-Nya,
memberi jaminan bahwa keturunan Israel tidak akan lenyap sebagai bangsa di hadapan Allah
sampai selamanya, menyediakan pemulihan Yerusalem dan tanah yang dijanjikan itu kepada
Israel. ASPEK-ASPEK DALAM PERJANJIAN BARU Aspek Kerajaan Pokok ini memberikan
soroton khusus pada tema Kerajaan Allah, dengan asumsi awal 48
bahwa keseluruhan pokok-pokok teologi dalam Perjanjian Baru (Injil-injil, kisah para rasul,
tulisan-tulisan Paulus dan tulisan umum lainnya) secara kuat terintegrasi dalam tema utama
Erikson Ginting S.E.,M.pd
tersebut. Pembuktiannya seiring dengan penyelidikan terhadap teologi masing-masing kitab.
Berbicara tentang Kerajaan Allah, maka 3 konsep awal dapat diajukan, yaitu: Kerajaan Allah
pada masa Gereja Kerajan Allah pada masa kerajaan 1000 tahun Kerajaan Allah yang
berlangsung secara total (Ciri dari masing-masing konsep di atas dapat dilihat pada lampiran)
Kerajaan Allah dalam Kitab Injil Matius Sejak awal pelayanannya, Yesus senantiasa konsisten
dengan khotbahnya yaitu tentang Kerajaan Allah, bahkan sebagai pendahulunya, Yohanes
Pembaptis juga mengkhotbahkan tema yang sama. Dengan demikian tema Kerajaan Allah dapat
dilihat dan diangkat misalnya dari kitab Injil Matius. Pendapat umum pada abad 1-3
menempatkan Matius – murid Yesus, seorang pemungut cukai – sebagai penulis dalam bahasa
Aram. Kebutuhan penting orang-orang Yahudi di Yerusalem sebagai pengikut Kristus
memahami identitas Kristus adalah alasan kehadiran kitab ini. Tradisi gereja yakin bahwa kitab
ini ditulis selitar tahun 50 M. Injil Matius adalah uraian tentang apa yang dikerjakan oleh Yesus
dan disajikan dalam bentuk tulisan oleh Matius – murid-Nya – yang dulunya adalah seorang
pemungut cukai. Kitab Matius menjadi penting sebab pada masa awal lahirnya Gereja, kurang
lebih 200.000 orang Yahudi menjadi Kristen, jadi dibutuhkan literature tentang Yesus dalam
konteks berpikir Yahudi dan secara tepat Matius memberi pemaparan tentang Yesus yang adalah
Raja. Selain itu pertanyaan penting yang dijawab oleh kitab ini adalah: bagaimana nasib
Kerajaan Allah yang belum terealisasi walaupun Mesias sudah datang. Paparan yang disajikan
oleh Matius merupakan pembuktian kemesiasan Yesus, dimana semua unsur-unsur nubuatan
tentang Mesias terpenuhi dalam diri Yesus. Perjanjian antara manusia dengan Allah dalam
Perjanjian Lama dipenuhi dalam diri Yesus yang adalah Imam, Raja dan Nabi. Memang program
Allah untuk menghadirkan Kerajaan Allah sepertinya tertunda, tetapi sebenarnya ada maksud
besar dari aspek masa kini dan masa depan Kerajaan Allah. 49
Injil Matius dibuka dengan silsilah Yesus dari empat belas generasi dari Abraham sampai Daud,
empat belas generasi dari Daud sampai pembuangan di Babel dan empat belas generasi dari masa
pembuangan di Babel sampai Kristus. Dimulai dari Abraham, sebagai penunjuk atas Perjanjian
dengan Abraham tentang janji Allah untuk memberkati segala bangsa, kaum dan bahasa.
Perjanjian dengan Daud sebagai bagian dari janji terhadap tunas Israel atau perjanjian kerajaan.
Perjanjian dengan mereka yang dipulihkan dari pembuangan sebagai bagian dari dipulihkannya
suatu Perjanjian yang menjadi ―Perjanjian Baru‖ antara Allah dengan manusia. Dari aspek
inilah Yesus hadir sebagai penggenapan segala perjanjian anugerah keselamatan yang
diwujudnyatakan dalam kehadiran Kerajan Allah ditengah-tengah manusia. Pasal 2 menceritakan
tentang para majus yang datang dari Timur membawa penghormatan mewakili dunia non Yahudi
atas kelahiran pribadi yang membawa ―dunia baru‖. Persembahan mereka – emas, kemenyan
dan mur – sekaligus menjadi penegasan keberadaan Yesus sebagai Raja, Imam dan Nabi.
Dijelaskan juga tentang intervensi Allah secara langsung untuk menyelenggarakan pemeliharaan
atas bayi Yesus. Dunia berusaha untuk menghalangi maksud Allah, tetapi intervensi Allah
membuktikan bahwa rencana-Nya tidak pernah gagal. Kemunculan Yohanes Pembaptis di pasal
3 menjadi ―jalan masuk‖ bagi Yesus. Khotbahnya tentang: ―Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga
Erikson Ginting S.E.,M.pd
sudah dekat‖, menjadi sebuah seruan ditengah kegersangan padang gurun, dan bengkoknya hati
generasi yang seharusnya mewarisi Kerajaan Allah. Teguran yang keras bagi Israel sebagai
turunan ular beludak, menjadi isyarat bahwa Allah sudah menyiapkan kapak untuk menebang
―pohon ― yang tidak menghasilkan buah. Bahkan mereka akan dibersihkan dan Israel yang
tetap menjadi debu jerami akan dibakar dalam api yang tak terpadamkan. Setelah disahkannya
pelayanan Yesus atas Israel melalui pembaptisan Yohanes dan pencobaan di padang gurun,
khotbahnya semakin dipertegas: ―Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat‖. Yesus pun
memilih murid dan memulai pelayanan-Nya. Pasal 4:23-25 menjadi paparan pelayanan-Nya.
Khotbah yang Yesus sampaikan kepada orang banyak (psl. 5 – 7) merupakan syarat- syarat
hidup sebagai warga Kerajaan Sorga, yang membuat orang-orang takjub (psl. 7:28-29). Pasal-
pasal berikutnya (8 – 11) berisi tentang aspek pelayanan yang Ia kerjakan dalam
mewujudnyatakan Kerajaan Sorga di dunia, yang diakhiri dengan tawaran keselamatan yang
Yesus sampaikan pada audience, yaitu: ―Marilah kepada-Ku, 50semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.‖ (11:28-30). Ternyata
tawaran baik yang diajukan oleh Yesus tidak mendapat respon yang baik dari segenap jemaah
Israel. Para Farisi justru menyamakan kuasa Yesus dengan kuasa Beelzebul (raja lalat).
Penolakan ini memberi dampak fatal, sebab mereka telah menyamakan Yesus sang Raja dari
Kerajaan Allah dengan Beelzebul yang adalah raja dari segala kenajisan. Dampaknya mereka
ditolak/dibuang dari jalur perjanjian antara Allah dengan Abraham, Daud dan Perjanjian Baru.
Selanjutnya jalur anugrah keselamatan tidak lagi melalui Israel, tetapi langsung disampaikan
kepada orang yang melakukan kehendak Bapa (psl. 12:50). Yesus tetap memberikan pengajaran
kepada orang banyak tetapi dalam bentuk perumpamaan dan kepada para murid, Ia memberikan
penjelasannya (psl 13 – 15). Pelayanan dan pengajaran Yesus yang sudah berlangsung beberapa
waktu lamanya kepada para murid, tiba waktunya untuk dievaluasi. Pada pasal 16, Ia
memberikan pertanyaan: ―Kata orang, Siapakah Anak Manusia itu?‖ Pertanyaan inilah yang
menjadi titik tolak suatu konsep dan pemahaman baru yang selama ini masih menjadi rahasia
seputar eksistensi Kerajaan Allah. Jawaban Petrus: ―Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup!‖ menjadi acuan untuk menyingkapkan tabir misteri itu, sebab dari dalamnya Yesus
memproklamasikan sebuah institusi baru yang akan mewujudnyatakan Kerajaan Allah bagi
dunia, yaitu Gereja. Pasal-pasal berikutnya (17 – 22), Yesus memberikan pengajaran khusus
kepada para murid dalam bentuk perumpamaan sekaligus memberikan penjelasannya. Kelompok
Yahudi tetap mengeraskan hati mereka dan terus mencobai, menentang dan bahkan menolak
Yesus dan tawaran-Nya. Pada akhirnya, kepada mereka, Yesus memberikan kesimpulan:
―kamu sesat‖ (22:29) dan mengucapkan kutukan atas mereka (23:13-36). Keluhan Yesus
disampaikan kepada mereka (23:37-39). Nasib selanjutnya Israel disampaikan pada pasal 24 –
25, dimana penderitaan dalam 7 tahun masa sengsara (tribulation) akan menjadi ganjaran
sekaligus turning point bangsa itu untuk bertobat dan menerima Mesias. Siksaan berat yang
dialami tentu saja kontras dengan hak waris Israel, tetapi dampak dari penolakan mereka akan
Erikson Ginting S.E.,M.pd
menjadi jawaban atas kemustahilan ini. Disisi lain gereja akan menerima suatu ―Perjanjian
Baru‖ yang 51
diikat Allah dalam hati mereka yang percaya dan merespon tawaran Kerajaan Allah oleh Anak-
Nya. Pasal 26 – 28 adalah harga yang dibayar dari sebuah prosesi guna mendatangkan
keselamatan dan menghadirkan Kerajaan Allah secara rahasia di dunia melalui gereja- Nya.
Diakhiri dengan perintah kepada para murid untuk melanjutkan karya Kristus guna menangkap
sebanyak mungkin jiwa masuk ke dalam realita Kerajaan Allah. Dengan demikian Injil Matius
menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada bagian awal bahasan tulisan ini.
Kerajaan Allah Dalam Surat-Surat Rasul Paulus Kebanyakan teolog Perjanjian Baru menyatakan
bahwa konsep Kerajaan Allah tidak mendapat penekanan yang lebih oleh Paulus dalam surat-
suratnya. Pandangan tersebut muncul akibat jarangnya ditemukan istilah Kerajaan Allah dalam
tulisan Paulus (± hanya 15 kali dalam seluruh suratnya). Dari sudut pandang yang lain
seharusnya masalah ini dilihat, sebab hal-hal seperti kualitas hidup, manusia baru, kuasa Allah,
penebusan, pengudusan, keselamatan sampai hal-hal yang bersifat praktis – makan minum, cara
berpakaian – merupakan penjabaran teologis – etis dari sifat Kerajaan Allah. Dari sudut pandang
inilah dapat dilihat tentang penekanan Paulus terhadap konsep Kerajaan Allah. Paling tidak ada
tiga penekanan yang dapat digunakan untuk mengangkat konsep Kerajaan Allah dalam tulisan
Paulus, yaitu: Aspek Teologis Paulus melihat manusia hidup dari 2 terminologi Kerajaan, yaitu:
(1). Kerajaan Angkasa (Ef. 2:2), yaitu roh yang menguasai dan bekerja di antara orang-orang
durhaka, ciri- cirinya adalah tunduk pada hawa nafsu daging, kedagingan dan pikiran jahat, yang
berujung pada murka Allah; dan (2). Kerajaan Allah (Ef. 5:5). K.Angkasa ———–> Murka
Allah K.Allah ————> Anugrah Allah Syarat-syarat masuk Kerajaan Allah: Anugrah (Ef.
2:4,8) 52
Harga untuk masuk dalam Kerajan Allah adalah anugrah. Tidak perlu sepeser pun uang atau
setetes pun keringat yang dicurahkan untuk mendapatkannya, tetapi bukan berarti Kerajaan Allah
murahan. Darah raja-Nya sendiri telah ditumpahkan sebagai harga yang paling pantas dan paling
berharga agar Kerajaan Allah dapat terealisasi atas dunia ini. Ada beberapa contoh usaha
Penguasa Kerajaan Angkasa untuk merebut Yesus dari jalan salib, misalnya: Pencobaan
dipadang gurun (Mat. 4:9-10) Memakai Petrus (Mat. 16:22-23) Orang-orang Farisi (Luk. 19:39-
40) Percaya (Roma 10:9) Iman menjadi jalan masuk kepada Kerajaan Allah (Rm. 3:25), dengan
iman maka umat mengambil sikap mempercayai dan mempercayakan hidupnya dalam realita
Kerajaan Allah. Iman yang dibangun/lahir atas dasar kematian dan kebangkitan Yesus, dimana
orang percaya dipersekutukan dengan realita salib dan kemenangan Kristus atas Kerajaan
Angkasa. Kematian dan kebangkitan adalah proklamasi kemenangan Yesus, sedangkan percaya
adalah proklamasi kemenangan umat (Rm. 6:5-11). Iman merupakan titik tumpu yang membawa
hasil yang terlihat dalam realita hidup (Rm. 1:17). Dengan demikian dimensi percaya bukan saja
pada aspek rohani, tetapi sampai pada dimensi akal, sebab akal memiliki pengertian sendiri
dalam memahami iman. Hasil masuk Kerajaan Allah Dibebaskan dari kutuk dosa (Rm. 6:2, 6, 7,
Erikson Ginting S.E.,M.pd
11, 14, 17, 18, 20, 22) Sejak awal kejatuhan, manusia sudah berada dibawah kutuk dosa. Menjadi
kekuatan yang mengikat manusia dalam perjanjian pemberontakan kepada Allah. Manusia terus
menerus hidup dalam pilihan pemberontakan, kecendrungan hatinya adalah jauh dari Allah.
Menjadi sebuah kekuatan yang terus membayang-bayangi manusia, walaupun diusahakan sekuat
apapun, manusia tetap jatuh dalam keputusan tunduk pada kutuk dosa. Ex: Kain, Lamekh,
manusia pada zaman Nuh (termasuk Nuh sendiri setelah luput dari bencana air bah). Kerajaan
Allah menjadi jalan sempurna mengalami pembebasan dari kutuk dosa. Dibebaskan dari Hukum
Taurat (Rm. 7:4, 6; 10:4; Gal. 4:5) Guna membebaskan menusia dari ketergantungan tunduk
pada kuasa dosa, perlu ada disiplin/hukum/aturan. Untuk itulah dihadirkan hukum Taurat, yang
berfungsi mengatur 53
interaksi antara manusia dengan Allah, sesama, dirinya sendiri dan ciptaan lainnya. Justru
kegagalan manusia semakin terlihat dan menjadi-jadi. Bahkan Hukum Taurat menjadi sistem
legalisasi untuk kamuflase diri. Dengan demikian diperlukan sebuah formula baru agar manusia
dapat mengalami hidup yangs sesungguhnya dihadapan Allah, dan hukum Kerajaan Allah
menjadi jawabannya. Dibebaskan dari kematian (1 Kor. 15; Rm. 5:17; 6:9; 8:37; Kol. 3:1) Arti
dasar dari kematiaN adalah pemisahan (separation), yaitu berhentinya segala aktivitas secara
permanen. Kematian rohani berarti kehilangan atau ketiadaan hubungan manusia dari Allah
sumber hidup. Dalam konsep Yunani kematian berarti akhir dari segala aktivitas kehidupan,
kehancuran eksistensi manusia dan menjadi konsekuensi dari hidup. Sedangkan dalam konsep
Ibrani tentang kematian adalah suasana yang diliputi kekelaman dan keseraman. Pada keadaan
pertama berlaku hukum sebab-akibat, sedangkan yang kedua memberikan gambaran yang
mengerikan. Teologi Kerajaan Allah memberi arti dan pemahaman baru atas kematian sebagai
keadaan tidur atau istirahat/dipersiapkan untuk sesuatu. Dibebaskan dari murka Allah (Rm. 3:25;
5:9; 1 Tes. 5:9) Konsekuensi logis dari dosa adalah dimurkai Allah. Sejak Adam dan Hawa jatuh
dalam dosa maka murka Allah secara otomatis ada atas mereka, demikian juga dengan
keturunannya. Sebaliknya dampak langsung dari menjadi warga Kerajaan Allah adalah mendapat
kasih karunia Allah dan tentu saja berimplikasi dipindahkan dari murka Allah. Dibebaskan dari
kuasa dunia (Kol. 2:15; Gal. 4:3) Dunia sejak kejatuhan dalam dosa telah terseret dalam
keinginan untuk menentang Allah. Segala keinginan dan kecendrungannya mengarah pada
pemberontakan terhadap Tuhan. Ketetapan dan kebijakan dunia merupakan bentuk permusuhan
dengan Allah. Manusia semakin terjerat di dalamnya dan dihisap oleh ―lumpur hidup‖ kuasa
dunia, tetapi dengan kedatangan Manusia Kristus melalui Kerajaan-Nya ada harapan bagi orang
percaya untuk dilepaskan dari kuasa dunia. Dibenarkan (Rm. 3:24; 5:9; Tit. 3:7; 1 Kor. 6:11)
Berada di dalam dunia tentu saja menyebabkan manusia berada dalam segala konsekuensi
keduniawian dan berujung pada murka Allah yang memandang dengan adil kepada seluruh
manusia. Artinya tidak ada seorang pun yang layak dan benar 54
dihadapan Allah ketika identitas dunia masih melekat kepadanya. Kehadiran Kerajaan Allah
menjadi tawaran baru untuk keluar dari kemelut tersebut dan memberikan kesempatan untuk
Erikson Ginting S.E.,M.pd
dibenarkan dihadapan Allah. Mengalami Penebusan (Rm. 3:24; 1 Kor. 1:30; 6:20; 7:23; Gal.
3:13; 4:5; 5:1; Ef. 1:7; Kol. 1:14) Keterikatan manusia atas dunia – ibarat gaya grafitasi –
menjadikannya sangat membutuhkan segala bentuk aspek atau tawaran ―keduniawian‖. Selain
itu, keterikatan tersebut menjadikan manusia sebagai musuh Allah dan layak untuk mendapat
hukuman. Kerajaan Allah merupakan tawaran dan kesempatan kepada manusia untuk
memperbaharui hubungan dengan Allah, sebab didalamnya Allah menyatakan penebusannya
atas permusuhan dengan diri-Nya. Diperdamaikan (Ef. 2:16; Kol. 1:20; Rm. 3:25) Kesediaan
Allah untuk nenyediakan jalan keluar/penubusan atas keterikatan yang dialami manusia memiliki
konsekuensi terciptanya hubungan damai. Rekonsilisasi yang dikerjakan oleh Yesus Kristus
bertujuan agar harga pendamaian dipenuhi secara tuntas, sehingga tidak ada ganjalan lagi dalam
hubungan antara Allah dengan manusia. Kerajaan Allah memenuhi semua tuntutan hukum atas
manusia berdosa untuk menjadi layak dihadapan Allah. Mengalami pengampunan (Kol. 2:13;
3:13; Ef. 1:7; 4:32; Rm. 4:7) Pada bagian awal dijelaskan tentang dua kutub kerajaan dengan
konsekuensinya. Kerajaan Angkasa berujung pada murka Allah dan Kerajaan Allah dengan
anugerah- Nya. Dua kutub tadi membawa pada pengertian sebab-akibat. Menjadi bagian
kerajaan Angkasa berarti hukuman, sedangkan Kerajaan Allah membawa pada keadaan
diampuni. Diangkat sebagai anak (Rm. 8:15; Gal. 4:5; Ef. 1:5) Berbicara tentang kerajaan berarti
membahas perihal kewarganegaraan. Menjadi warga Kerajaan Allah sekaligus menjadi jalan
masuk untuk diterima oleh Allah dalam kemuliaan-Nya dan menikmati segala fasilitas sebagai
anak Allah. Selain aspek-aspek tersebut, realita hadirnya Kerajaan Allah dalam diri orang
percaya harus dipahami menurut pemahaman yang holistik: Aspek Kesempurnaan (1 Kor. 15:24-
25; 50; Ef. 5:5; Kol. 1:12) Aspek Kepemilikan (Kol. 1:13; 1 Tes. 2:12) 55
Aspek Kerja Keras (2 Tes. 1:5; 1 Tim. 4:15-16) Aspek Kebenaran (Rm. 14:17; 1 Kor. 6:9-10;
Gal. 5:21) Aspek Kuasa (1 Kor. 4:20) Aspek Kekinian (Kol. 4:11) Aspek Keakanan (2 Tes. 1:10)
Aspek Karunia (Rm. 8:39) Aspek Etis Bentuk paparan teologis – etis adalah gaya tulisa dalam
surat-surat Paulus. Bentuk yang konsisten ini sekaligus menjadi petunjuk tentang pentingnya
teori – praktek; Tidak hanya menekankan pada aspek doktrinal tetapi juga memberi porsi yang
tepat pada tataran aplikatif. Hasil dari bergabungnya seseorang dalam Kerajaan Allah tidak
hanya dapat dilihat pada aspek teologis (apa yang telah Allah kerjakan), tetapi juga aspek etis
(apa yang harus manusia lakukan). 5 hal yang menonjol dari aspek etis Paulus adalah: Karunia
dalam Pelayanan Konsekrasi dalam dinamika hidup. Kasih pada keluarga. Kepedulian pada
sesama. Kepekaan terhadap ciptaan. Aspek Kronologis Sangat jelas dalam seluruh tulisan
Paulus, Kerajaan Allah terealisasi pada masa kini dan masa akan datang. Pada masa kinilah
orang percaya diselamatkan (dengan segala konsekuensinya) dan hidup dalam Kerajaan Allah
(sifat-sifatnya dapat dilihat pada chart), tetapi pada masa depan akan berlangsung juga Kerajaan
Allah secara penuh atas dunia. Konsekuensi logis dari kehadiran Kerajaan Allah atas hidup orang
percaya sudah berlangsung, dan akan mencapai klimaksnya ketika Kerajaan Allah direalisasikan
secara penuh. Aspek Sejarah Penyelamatan Tuhan Yesus secara pribadi menyatakan bahwa
kehadiran-Nya sudah dinubuatkan dan dibicarakn oleh Perjanjian Lama. Antara lain terdapat
Erikson Ginting S.E.,M.pd
dalam: Yohanes 5:32-47. 56
Pernyataan-pernyataan tersebut tentu cukup sebagai bukti bagi klaim khas Kristus bahwa Kitab
Suci Perjanjian Lama menulis tentang diri-Nya. Sebagai tambahan terhadap klaim-klaim
langsung ini, para penulis kitab Injil mengemukakan sejumlah nubuat yang digenapi menyangkut
kedatangan Mesias ke dunia. Tidak diragukan ada begitu banyak rujukan terhadap Kristus dalam
Perjanjian Lama yang tidak secara khusus diungkapkan dalam Perjanjian Baru. Pastilah maksud
utama diutarakannya nubuat-nubuat tersebut adalah untuk memberi nilai bukti, baik bagi Kitab
Suci itu sendiri maupun bagi Kristus. Nubuat yang digenapi, khususnya apabila mengandung
banyak perincian, seperti nubuat yang berkenaan dengan Kristus, akan menjadi salah satu bukti
penyataan ilahi yang sangat kuat, karena kemungkinannya untuk dipenuhi secara nyata menjadi
hampir mustahil. Dan bagi kita, nubuat-nubuat tersebut telah menjadi hal yang menguatkan
kepercayaan kita terhadap-Nya. Karena itu merupakan maksud kami untuk mengemukakan
nubuat yang dapat dilihat dengan mudah menyangkut kedatangan-Nya yang pertama ke dunia,
tanpa memasukkan nubuat menyangkut kedatangan kedua kali yang masih akan terjadi pada
masa mendatang. Nubuat Mesianis dalam Pentateukh Kejadian 3:15—Protevangelium ―Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.‖ Nubuat ini, yang dikemukakan segera setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, telah
hampir secara universal diakui sebagai nubuat pertama tentang Penyelamat. Ada tiga hal yang
terdapat di dalamnya. Penyelamat adalah keturunan perempuan, dengan demikian seorang
manusia, dan tanpa terlalu dipaksakan dalam soal penggunaan kata-kata pada kalimat itu
kelihatan bahwa kelahiran Sang Penyelamat dari seorang perawan telah disiratkan. Penyelamat
tersebut akan mengalahkan Si Ular, tetapi dengan melakukan hal tersebut Penyelamat itu sendiri
harus mengalami penderitaan. Kejadian 12:3; 17:19; 24:60; 28:14—Keturunan Abraham
Walaupun benar berkat terbesar bagi dunia akan disalurkan melalui pelipatgandaan keturunan
Abraham, Rasul Paulus berkata bahwa janji-janji tersebut secara khusus 57
berkaitan dengan satu keturunan itu, yakni Kristus; Galatia 3:16. Janji-janji ini membatasi bahwa
Mesias, Keturunan si perempuan, adalah keturunan Abraham. Ulangan 18:15—Nabi ―Seorang
nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan
bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.‖ Bahwa nubuat Musa ini
menunjuk kepada Mesias, telah diperkuat Perjanjian Baru. Pada waktu Yesus secara ajaib
memberi makan kepada lima ribu orang, orang-orang berkata, ―Dia ini adalah benar-benar nabi
yang akan datang ke dalam dunia‖ (Yohanes 6:14). Ini menjadi bukti bahwa orang Yahudi telah
diajarkan untuk mengharapkan Nabi yang akan datang itu. Mungkin saja orang-orang itu
mengharapkan kedatangan baik Mesias maupun Nabi yang dijanjikan, karena dalam Yohanes
7:40, 41 dicatat mereka mengatakan, ― ‗Dia ini benar-benar nabi yang akan datang‘. Yang lain
berkata, ‗Ia ini Mesias‘.‖ Ketika Yohanes pembaptis memulai pelayanannya orang Yahudi
bertanya, ―Engkaukah nabi yang akan datang?‖ (Yohanes 1:21). Apa pun pengertian orang
Erikson Ginting S.E.,M.pd
Yahudi tentang identitas Sang Nabi, Petrus maupun Stefanus dalam Kisah Para Rasul 3:22 dan
7:37 memperjelas bahwa Nabi itu adalah Mesias, Tuhan Yesus Kristus. Nubuat Mesianis dalam
Kitab-Kitab Sejarah 2 Samuel 7:12, 13 ―Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah
mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan
keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.
Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta
kerajaannya untuk selama-lamanya.‖ Kata-kata ini adalah bagian dari Perjanjian Daud yang
agung itu dan menyangkut sesuatu yang jauh melebihi Salomo, anak Daud, yakni menyangkut
Mesias, anak Daud yang lebih agung lagi. Gabriel, dalam pemberitahuannya kepada Maria,
berkata, ―Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan
Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja
atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan- Nya tidak akan
berkesudahan‖ (Lukas 1:32, 33). Yesus Kristus bukan hanya lahir untuk duduk di atas takhta
Daud, tetapi Ia juga bangkit dari kematian untuk maksud yang sama, sesuai dengan yang
dikatakan Petrus, ―Tetapi 58
ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat
sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.
Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia
mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya
tidak mengalami kebinasaan‖ (Kisah Para Rasul 2:30, 31). Lebih penting lagi bahwa Petrus
mengutip nubuat ini pada hari Pentakosta,karena hal tersebut akan menjadi petunjuk yang lain
lagi bahwa tekanan berita pada hari itu bukanlah pada pembentukan Tubuh Kristus yang tidak
dinubuatkan sebelumnya, tetapi penawaran akan Mesias, Sang Raja, kepada Israel, sebagai
pemenuhan terhadap Perjanjian Daud. Nubuat Mesianis dalam Mazmur Kitab Mazmur secara
istimewa kaya dengan nubuat kedatangan dan pekerjaan Mesias. Ruang terbatas ini hanya
memungkinkan untuk mengemukakan segi-segi utama dari yang Ia lakukan. Maksud
Kedatangan-Nya yang Pertama Mazmur 40:8-9: ―Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab
ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku.‖ Mazmur ini dirujuk
kepada Mesias dalam Ibrani 10:5-9. Mazmur 69:8-10: ―Sebab cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.‖ Murid-murid
Yesus mengingatkan kembali bahwa Mazmur ini menulis tentang Kristus ketika Ia menghalau
para penukar uang dari bait Allah (Yohanes 2:17). Paulus juga mengaplikasikan Mazmur ini
kepada Kristus dalam Roma 15:3. Mazmur 2:7: ―Aku mau menceritakan tentang ketetapan
TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‗Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini‘.‖
Mesias di sini dinyatakan sebagai Anak Allah. Tampaknya Kayafas, Imam Besar itu, mengerti
Mesias Anak Allah, karena ia bertanya, ―Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami,
apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak‖ (Matius 26:63). Begitu juga dengan Natanael,
ketika mengenali Yesus sebagai Mesias, berkata, ―Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja
orang Israel!‖ (Yohanes 1:49). Rasul Paulus mengutip Mazmur pasal dua 59
Erikson Ginting S.E.,M.pd
ini, mengaplikasikannya kepada Tuhan Yesus Kristus dalam Kisah Para Rasul 13:33. Dari
konteksnya tidak jelas apa yang dimaksudkan dengan ungkapan, ―Engkau telah Kuperanakkan
pada hari ini.‖ Para ahli teologi telah berbicara tentang generasi kekal Sang Anak, yakni Ia tidak
memiliki permulaan, tetapi diperanakkan secara kekal. Mengenai diperanakkan beberapa ayat
menunjuk kepada inkarnasi, saat kemanusiaannya diperanakkan melalui pekerjaan Roh Kudus,
sementara ayat-ayat yang lain berbicara tentang kebangkitan-Nya dari antara orang mati (Kolose
1:18; Wahyu 1:5). Penulis kitab Ibrani juga merujuk Mazmur di atas kepada Mesias (Ibrani 1:5;
5:5). Ke-Ilahian-Nya Mazmur 45:7: ―Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya‖ Kembali penulis surat Ibrani merujuk kutipan tersebut kepada Mesias, ―Tetapi
tentang Anak Ia berkata: ‗Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya‘.‖ (Ibrani
1:8). Tampak begitu jelas bahwa penulis yang diilhami ini, di sini mengakui Mesias sebagai
Allah. Mazmur 110:1: ―Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‗Duduklah di sebelah
kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu‘.‖ Pernyataan ini dikutip
dalam Matius 22:41-45; Markus 12:35-37; Lukas 20:41-44; Kisah Para Rasul 2:34, 35; Ibrani
1:13; 10:12, 13. Yang secara khusus menarik adalah rujukan dalam kitab-kitab Injil, karena di
sana Tuhan Yesus Kristus sendiri mengaplikasikan ayat-ayat tersebut terhadap diri-Nya dan
menggunakan ayat-ayat itu untuk membungkam orang Farisi. Ketika Ia bertanya kepada mereka
anak siapa Mesias itu, mereka berkata, Anak Daud. Yesus pun mengajukan pertanyaan yang
tidak mungkin mereka jawab tanpa mengakui ke-Ilahian-Nya, ―Jika demikian, bagaimanakah
Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: ‗Tuhan telah
berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di
bawah kaki-Mu‘. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?‖
Dengan jelas Daud menyebut Anaknya, Mesias, Tuannya. Keimaman-Nya Mazmur 110:4:
―TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: ‗Engkau adalah imam untuk selama-
lamanya, menurut Melkisedek‘.‖ Tokoh misterius yang bertemu dengan Abraham seribu tahun
sebelum Daud menulis kata-kata tersebut, tidak pernah dikutip lagi dalam Alkitab selama seribu
tahun berikutnya sampai penulis surat Ibrani 60
mengenakan gelar itu kepada Mesias (Ibrani 7:1-28). Pribadi yang tanpa catatan me ngenai
permulaan dan akhir kehidupannya ini, dengan demikian menjadi lambang yang sesuai bagi
keimaman kekal Yesus Kristus. Pengkhianatan dan Penyaliban yang Ia alami Mazmur 41:10:
―Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya
terhadap aku.‖ Yesus sendiri mengutip nubuat ini menunjuk kepada pengkhianatan terhadap-Nya
oleh Yudas (Yohanes 13:18, 19). Mazmur 22: Keseluruhan Mazmur ini, dimulai dengan seruan
dari Salib, ―Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?‖ adalah penggambaran
sangat jelas tentang penyaliban Mesias. Rujukan-rujukan dalam Matius 27:46-50 dan Yohanes
19:23, 24 mengindikasikan bahwa para penulis kitab-kitab Injil memandang Mazmur ini sebagai
nubuat penyaliban. Kebangkitan-Nya Mazmur 16:9, 10: ―Sebab itu hatiku bersukacita dan
jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak
Erikson Ginting S.E.,M.pd
menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat
kebinasaan.‖ Baik Paulus maupun Petrus dalam khotbah-khotbah mereka yang dicatat dalam
Kisah Para Rasul mengutip nubuat ini untuk menyokong kebangkitan Kristus (Kisah Para Rasul
2:22-28 dan 13:34, 35). Kedatangan-Nya yang Kedua Kali dan Pemerintahan Milenium
Penggambaran terhadap hal ini begitu banyak dalam Mazmur sehingga telah berada di luar
jangkauan pokok ini untuk mengemukakannya. Namun, Mazmur 2 dan 72 cukup mewakili.
―Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! ….
Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari.
Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia‖
(Mazmur 72:11, 17). Penggambaran ini melampaui apa yang telah dicapai Salomo, yang
dilukiskan Mazmur ini, dan tidak diragukan telah menunjuk kepada Putra Daud yang lebih
agung, saat Ia datang untuk menata dunia yang telah disalah atur manusia sejak peristiwa
Kejatuhan ke dalam dosa. 61
Nubuat Mesianis dalam Kitab Nabi-Nabi Pada dasarnya semua tulisan para nabi menunjuk
kepada kedatangan dan pekerjaan Mesias, sehingga sebenarnya diperlukan berjilid-jilid buku
untuk sepenuhnya membahas setiap perincian tentang pokok ini. Namun, sebagian besar
rujukannya berkaitan dengan kedatangan Mesias yang kedua kali serta masa Milenium, yang
berada di luar tujuan kita saat ini. Karena itu kita akan mengemukakan secara ringkas nubuat-
nubuat yang telah terlihat dengan jelas berkenaaan dengan kedatangan-Nya yang pertama,
walaupun, di mana perlu, sebagian yang mengenai kedatangan-Nya yang kedua kali akan juga
dikemukakan jika kedua kedatangan-Nya itu begitu tergabung. Yesaya 7:14: ―Sebab itu Tuhan
sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan
muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia
Imanuel.‖ Tanpa melihat pada kontroversi yang telah berkembang liar menyangkut istilah
―perempuan muda‖ (KJV: ― virgin,‖ perawan) dalam pasal ini, Perjanjian Baru membuatnya
begitu jelas bahwa nubuat tersebut digenapi dalam kelahiran Yesus Kristus dan fakta kata
―parthenos‖ digunakan dalam Matius 1:23, sebenarnya sesuai Alkitab, telah menjawab secara
tuntas fakta Yesus lahir dari seorang perawan. Yesaya 9:6: ―Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja
Damai.‖ Ayat berikutnya adalah mengenai masa Milenium ketika Ia duduk di atas takhta Daud.
Jelas ada penggambaran nubuat ini dalam Lukas 1:32, 33. Yesaya 28:16: ―Sebab itu beginilah
firman Tuhan ALLAH: ‗Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu
yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak
akan gelisah!‘‖ Rasul Petrus mengutip nubuat ini sebagai telah dipenuhi dalam kedatangan Yesus
Kristus (1 Petrus 2:6-8). Yesaya 42:1-3: ―Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-
Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh- Ku ke atasnya, supaya ia
menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau
memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan
Erikson Ginting S.E.,M.pd
sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan
hukum.‖ Matius 12:15-21 menunjukkan bahwa dalam rujukan ini Yesaya berbicara tentang
Yesus. Yesaya 52:13-53:12: Rujukan Perjanjian 62
Baru kelihatan tidak diperlukan untuk mengetengahkan mengenai nubuat luar biasa tentang
penderitaan dan kematian Tuhan Yesus Kristus. Barangkali ayat-ayat Alkitab ini adalah yang
paling dekat dibanding ayat-ayat lain dalam Perjanjian Lama yang memaparkan aspek
menggantikan dari kematian Kristus. Filipus memberitakan Kristus dari ayat-ayat Alkitab ini
(Kisah Para Rasul 8:27-35). Yesaya 61:1, 2: ―Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena
TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara, dan merawat orang- orang yang remuk hati, untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan
dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk
menghibur semua orang berkabung.‖ Yesus sendiri mengutip kata-kata tersebut di sinagoge di
Nazaret dan memaklumkan, ―Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya‖
(Lukas 4:17-21). Bahwa Yesus menghentikan pembacaan-Nya di tengah ayat-2, secara
dispensasional sangat penting. Ia tidak menyinggung tentang hari pembalasan, karena hal itu
tidak akan digenapi sampai kedatangan-Nya yang kedua kali. Nubuat tentang Kristus sebagai
Tunas: Yesaya 4:2; 11:1; Yeremia 23:5; 33:15; Zakharia 3:8; 6:12, 13. Dalam ayat-ayat tersebut
Kristus disebut sebagai Tunas yang ditumbuhkan Tuhan, Tunas dari tunggul Isai, Tunas Daud,
Sang Tunas, Orang yang bernama Tunas. Daniel 9:25, 26: ―Maka ketahuilah dan pahamilah:
dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali,
sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam
puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan
paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan. Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan
disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa ….‖ Inilah satu-
satunya nubuat yang secara khusus menunjukkan waktu kedatangan Mesias ke dunia, atau lebih
tepatnya, waktu kematian-Nya. Sir Robert Anderson mengetengahkan perhitungannya terhadap
waktu yang dicakup: ―masa antaranya mencakup hari yang akurat dan tepat 173.880 hari, atau
tujuh kali enam puluh sembilan tahun nubuatan yang terdiri dari 360 hari, enam puluh sembilan
minggu pertama dalam nubuat Gabriel.‖ Mikha 5:2: ―Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai
yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang
akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.‖
Bandingkan Matius 2:5-12. Zakharia 9:9: ―Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri
Sion,bersorak-sorailah, hai 63
puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan
mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.‖ Bandingkan Matius 21:1-10.
Zakharia 11:12: ―Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak.‖
Bandingkan Matius 26:15; 27:9, 10. Tidak diragukan para penulis Perjanjian Baru percaya
Erikson Ginting S.E.,M.pd
nubuat yang begitu banyak dari Perjanjian Lama ini digenapi dalam kedatangan dan pelayanan
Tuhan Yesus Kristus, dan jika kita percaya pada pengilhaman Ilahi terhadap Alkitab pastilah kita
percaya bahwa, seperti Yesus sendiri memberi kesaksian mengenai Alkitab, ―Kitab-kitab Suci
itu memberi kesaksian tentang Aku.‖