41 •Tipe kepemimpinan Khalifah Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti yang diungapkan Dhirar bin Dhamrah kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan yakni berpandangan jauh ke depan (visioner), sangat kuat (fisik), berbicara dengan sangat ringkas dan tepat, menghukum dengan adil, ilmu pengetahuan menyemburat dar seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya), berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana). Dari segala segi, menyepi dari dunia dan segala perhiasannya, berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan, banyak menangis karena takut kepada Allah, banyak bertafakur setelah berusaha, selalu menghitung-hitung kesalahan dirinya (muhasabah), menyukai pakaian kasar, makanan orang fakir, selalu mengawali ucapan salam apabila bertemu, memenuhi panggilan apabila dipanggil, bawahannya tidak takut berbicara dan mendahulukan orang lain dalam berpendapat jika tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara dan tersusun rapi, menghormati ahli agama dan mencintai kaum fakir miskin. Dihadapannya, orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil. Dihadapannya, orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya. Di tempat ibadah dia menangis seperti orang yang sedang bersedih. Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum musyrikin dalam perang Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Amru bin Audd hendak menikamnya. Namun, Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran jika akhirnya ia mendapat sebutan sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan oleh lawan. Belum lagi segudang kehebatan dan keberanian yang lainnya. •Kontribusi Khalifah dalam peradaban Islam kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di dmaskus, Mu’awiyah yang didukung oleh sejumlah bebas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Cubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akiibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba- al’yahudi) Yangmenyusup pada barisan tentara Ali, dan al’Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al’khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin buat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660M), Ali Ra terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
42 G. Kesimpulan Setelah Nabi Muhammad wafat, perjuangan dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Para Khalifah tersebut menalankan pemerintahan dengan bijaksana, ini karena factor dekatnya hubungan dengan Nabi dan otoritas keagamaan yang mereka miliki. Meskipun hanya berangsung selama 30 tahun, namun masa ini penting dalam sejarah islam. Khulafaurrastidin berhasil menyelamatkan islam, mengonsolidasikan dan meletakkan dasar politik bagi keagungan islam. Khalifah Utsman menambah ekspansi imperium lebih jauh di Asia Tengah dan Tripoli. Sedangkan Khalifah Ali berjuang keras mengatasi kekacauan-kekaacauan dalam negeri. H. Saran Memepelajari dan mengetahui periode khulafaurrasyidin supaya mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang baik seperti yang diontohkan sahabat nabi. Kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran didalamnya. Kita dapat meneladani sikap semangat keislaman para khalifah dan menumbuhkan semangat kepedulian sosial. Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterim dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarya. I. Tanya jawab 1. Jelaskan dan mengapa terjadinya perang saudara umat islam pada zaman ali? Jawab: Karena Ali bin Abi Thalib gagal memenuhi tuntutan Muawiyah I, Aisyah, dan penduduk Madinah untuk memberi keadilan atas pembunuhan Utsman, perang ini disebut perang Jamal dan siffin. 2. Ustman terkenal sebagai pedagang yang kaya raya, perdagangan apakah yang beliau lakukan? Jawab: Kesuksesannya sebagai seorang saudagar kain yang kaya dan juga dermawan, Beliau Radhiallahu 'anhu sampai saat ini memiliki rekening di salah satu bank di kerajaan Arab Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga atas nama beliau. 3. Apa prestasi yang paling cermelang dari khalifah utsman bin affan?
43 Jawab: Pembentukan Angkatan Laut pada masa Khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus, hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur Suriah men- gusulkan dibentuknya angkatan laut.mUsul itu disambut dengan baik oleh Khalifah Usman bin Affan. J. Quote Jadilah 1% Populasi : 1). Belajar saat yg lain tertidur; 2). Bertahan saat yg lain berhenti dan menyerah; 3). Memulai saat yg lain menunda 4). Membuat keputusan saat yg lain bimbang; 5). Tersenyumlah saat yg lain bermuka masam; 6). Rendah hatilah saat menyombongkan diri; yg lain 7). Cobalah saat yg lain takut gagal; 8). Dengarkan saat orang lain bicara; 9). Rencanakan dan wujudkan saat yg lain hanya berkhayal; #mulaiSekarang #drDiriSendiri #drYgKecil2 Dr.H.SyaefulBahri,CHCM
44 BAB VI DINASTI UMAYYAH (661-750 M) A. Latar Belakang Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya (Khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya. Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat kekuasaan turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya, dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan pemimpin merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah khulafaur rasyidin. Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan.Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kekhalifahan islam dipegang oleh Abu Bakar as-Sidiq dan Bani Umayyah merasa bahwa kelas mereka di bawah kelas kaum Anshar dan Muhajirin. Mereka harus menunjukkan perjuangan mereka dalam membela islam ,untuk memiliki kelas yang setingkat. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, mereka dikirim ke Suriah untuk berperang melawan Bizantium. Atas jasanya, Yazid bin Abu Sufyan diangkat menjadi gubernur disana. Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Muawiyah bin Abu Sufyan diangkat menjadi gubernur di Suriah menggantikan saudaranya. Selain itu, Bani Umayyah menjadi penguasa disana. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib merupakan awal dari kehancuran umat islam. Hal ini dikarenakan Muawiyah bin Abu Sufyan merasa tidak puas dengan kebijaksanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib ketika menangani kasus pembunuhan Usman bin Affan. Pereselisihan antara pihak Ali bin Abi Thalib dengan pihak Muawiyah tidak berakhir sampai disitu, akan tetapi perselisihan ini memuncak menjadi Perang Shiffin. Dalam perang itu terjadi peristiwa Tahkim atau Arbitrase, akan tetapi peristiwa ini memunculkan satu golongan yang disebut dengan golongan Khawarij. Golongan ini adalah orangorang yang kecewa dengan peristiwa Tahkim tersebut dari pihak Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib pun dibunuh oleh salah seorang dari kelompok Khawarij tersebut pada tahun 661 M.
45 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Proses Pendirian Dinasti Umayyah ? 2. Bagaimana Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah? 3. Bagaimana Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah? 4. Bagaimana Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah? C. Tujuan Dari rumusan masalah diatas dapat diambil manfaat sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana berdirinya Dinasti Umayyah. 2. Mempelajari bagaimana Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah. 3. Untuk mengetahui Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah. 4. Mempelajari Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah. Proses Pendirian Dinasti Umayyah terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan kaum kerabatnya sendiri) dalam menunjuk para pembantu atau gubernur di wilayah kekuasaan Islam. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat oleh masyarakat madinah dan sekelompok masyarakat pendukung dari Kuffah ternyata ditentang oleh sekelompok orang yang merasa dirugikan. Misalnya Muwiyah bin Abi Sufyan gubernur Damaskus, Syiria, dan Marwan bin Hakam yang ketika pada masa Utsman bin Affan, menjabat sebagai sekretaris khalifah. Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan dan sekutunya terhadap Ali bin Abi Thalib menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang berujung pada pertempuran di Shiffin dan dikenal dengan perang Sifin, Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan (sepupu dari Usman bin Affan) dan Ali bin Abi Thalib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37H/657 M. Muaw iyah tidak menginginkan adanya pengangkatan kepemimpinan umat Islam yang baru.
46 Wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 H/661 M, karena terbunuh oleh tusukan pedang beracun saat sedang beribadah di masjid Kufah, oleh kelompok khaw arij yaitu Abdurrahman bin Muljam, menimbulkan dampak politis yang cukup berat bagi kekuatan umat Islam khususnya para pengikut setia Ali (Syi’ah). Oleh karena itu, tidak lama berselang umat Islam dan para pengikut Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (bai’at) atas diri Hasan bin Ali untuk di angkat menjadi khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib. Proses penggugatan itu dilakukan dihadapan banyak orang. Mereka yang melakukan sumpah setia ini (bai’at) ada sekitar 40.000 orang jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran pada saat itu. Orang yang pertama kali mengangkat sumpah setia adalah Qays bin Sa’ad, kemudian diikuti oleh umat Islam pendukung setia Ali bin Abi Thalib. Pengangkatan Hasan bin Ali dihadapan orang banyak tersebut ternyata tetap saja tidak mendapatkan pengangkatan dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan para pendukungnya. Dimana pada saat itu Muawiyyah yang menjabat sebagai gubernur Damaskus juga menobatkan dirinya sebagai khalifah. Hal ini disebabkan karena Muawiyah sendiri sudah sejak lama mempunyai ambisi untuk menduduki jabatan tertinggi dalam dunia Islam. Namun Al-Hasan sosok yang jujur dan lemah secara politik. Ia sama sekali tidak ambisius untuk menjadi pemimpin negara. Ia lebih memilih mementingkan persatuan umat. Hal ini dimanfaatkan oleh muawiyah untuk mempengaruhi massa untuk tidak melakukan bai’at terhadap hasan Bin ali. Sehingga banyak terjadi permasalahan politik, termasuk pemberontakan – pemberontakan yang didalangi oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Oleh karena itu, ia melakukan kesepakatan damai dengan kelompok Muawiyah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah pada bulan Rabiul Awwal tahun 41 H/661.Tahun kesepakatan damai antara Hasan dan Muawiyah disebut Aam Jama’ah karena kaum muslimn sepakat untuk memilih satu pemimpin saja, yaitu Muawiyah ibn Abu Sufyan. Meskipun Muawiyah tidak mendapatkan pengakuan secara resmi dari warga kota Bashrah, usaha ini tidak henti-hentinya dilakukan oleh Muawiyah sampai akhirnya secara defacto dan dejure jabatan tertinggi umat Islam berada di tangan Muawiyah bin Abi Sufyan. Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750 M). 1. Pendiri Dinasti Umayyah Pendiri Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I, Gubernur Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan Muawiyah lahir lahir empat tahun menjelang Rasulullah SAW menjalankan dakwah di kota Makkah. Riwayat lain menyebutkan dia lahir dua tahun sebelum diutusnya Muhammad SAW menjadi Nabi. Beberapa riwayat menyatakan bahwa Muawiyah memeluk Islam Bersama ayahnya,
47 Abu Sufyan bin Harb dan ibunya Hindun binti Utbah tatkala terjadi Fathu Makkah. Namun riwayat lain menyebutkan, Muawiyah masuk islam pada peristiwa Umrah Qadha’ tetapi menyembunyikan keislamannya sampai peristiwa Fathu Makkah di masa Rasulullah SAW, dia angkat sebagai salah seorang pencatat wahyu setelah bermusyawarah dengan Malaikat Jibril. Ambillah dia sebagai penulis wahyu karena dia jujur,”kata Jibril. Pada masa khulafaur Rasyidin, Muawiyah diangkat menjadi salah seorang panglima perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin Jarrah. Kaum Muslimin berhasil menaklukkan Palestina, Syria (Suriah), dan Mesir dari tangan Imperium Romawi Timur. Berbagai kemenangan ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab. Ketika Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar, Muawiyah diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Syria dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus menggantikan Gubernur Abu Ubaidah bin Jarrah. Pada masa pemerintahan Ali, terjadi beberapa konflik antara kaum Muslimin. Di antaranya Perang Shiffin. Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan perdamaian. Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kaum Muslimin sempat mengangkat putranya, Hasan bin Ali. Namun melihat keadaan yang tidak menentu, setelah tiga bulan, akhirnya Hasan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah. Tahun inilah yang dalam sejarah dikenal dengan Amul Jama’ah (Tahun Kesatuan). Dengan demikian, Muawiyah resmi menjadi khalifah. Beberapa kalangan ada yang menyebut Muawiyah dengan julukan yang jauh dari akhlak islami. Padahal walau bagaimanapun dia tetap sahabat Rasulullah, yang telah banyak memberikan sumbangan untuk Islam. Dia ikut di berbagai peperangan, baik di masa Rasuullah atau Khulafaur Rasyidin. Mengenai tudingan yang menjelekkannya, tidak semuanya bisa diterima begitu saja. Bahkan beberapa kebijakan yang oleh sebagian sahabat dianggap ‘menyimpang’ masih bisa dimaklumi. Kendati pun ada, hal itu wajar mengingat ia adalah manusia biasa yang kadang khilaf atau dipengaruhi orang-orang sekitarnya. Semua itu tidak mengurangi keutamaannya sebagai sahabat, bahkan masih terbilang keluarga dekat Rasulullah SAW. E. Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah Setelah pada tanggal 20 ramadhan 40 H Ali ditikam oleh Ibnu Muljam, salah satu pengikut Khawarij, kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya (Hasan bin Ali) selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata sangat lemah, sementara pengaruh muawiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian itu dapat
48 mempersatukan umat Islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah bin Abi Sufiyan. Di sisi lain perjanjian itu membuat Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H, tahun persatuan itu, di kenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am al jama’ah). Dengan demikian telah berakhirlah masa Khulafa’ul Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik islam. Muawiyyah adalah pendiri dinasti Umayyah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Sebagai keturunan Abd Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad. Ia masuk islam pada hari penaklukan kota Mekkah( Fathul Mekkah) bersama penduduk Mekkah lainnya. Ketika itu Muawiyyah berusia 23 tahun. Mu’awiyah ( memerintah 661-680) adalah orang yang bertanggung jawab atas perubahan sistem. Sukses kepemimpinannya dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Bani Umayyah berhasil mengokohkan kekhilafan di damascus selama 90 tahun (661-750). Pemindahan pusat pemerintahan dari madinah ke Damascus menandai era baru. Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu’awiyah sebagai bapak pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya. Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang politisi handal dimana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Pada masa dinasti Umayyah politik telah mengalami kemajuan dan perubahan sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal khilafah (kepemimpinan), di bentuknya Al-kitabah ( sekertariat negara ), Al-Hijabah (ajudan), organisasi keuangan, organisasi kehakiman dan organisasi tata usaha negara. Peran Dinasti Umayyah merupakan sentral dari kekuasaan yang bersifat mut-lak. Dinasti Umayyah membangun pemerintahan sentral dengan gubernur yang ditugaskan untuk mengawasi provinsi Damaskus. Sistem ekonomi ini Umayyah berhasil membangun ekonomi yang kuat dengan memperluas perdagangan dan memanfaatkan Kawasan pertanian yang subur. Adapun kebijakannya adalah dalam pengelolaan dana jizyah, Umar menerapkan pengurangan beban jizyah atas pengikut agama Kristen. Umar juga menerapkan kebijakan pengelolaan lahan mati, memberikan konsep penyuburan tanah hingga penanaman pohon, mendirikan bangunan, dan konsep kerjasama.
49 F. Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah Terbentuknya Dinasti Umayah merupakan gambaran awal bahwa umat Islam ketika itu telah kembali mendapatkan identitasnya sebagai negara yang berdaulat, juga merupakan fase ketiga kekuasaan Islam yang berlangsung selama lebih kurang satu abad (661-750 Masehi). Perubahan yang dilakukan, tidak hanya sistem kekuasaan Islam dari masa sebelumnya (masaNabi dan Khulafaurrasyidin) tapi juga perubahan-perubahan lain dibidang sosial politik, keagamaan, intelektual dan peradapan. Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah daulat Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab. Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah, Tuniasia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibukota Binzantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilakukan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid Ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih 10 tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 Masehi. Setelah Al-jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Eropa, dan mendapat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibukota Spanyol, Cordova , dengan cepat dikuasai. G. Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah 1. Politik Di antara kebijakan politik yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah adalah Terjadinnya pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (spritual power) dengan
50 kekuasaan politik. Amirul Mu’minin hanya bertugas sebagai khalifah dalam bidang politik. Sedangkan urusan agama diurus oleh para ulama. 2. Ekonomi a). Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Pemerintah Sumber uang masuk pada zaman Daulah Ban Umayyah sebagiannya diambil dari Dharaib (kewajiban yang harus dibayar oleh warga negara). Di samping itu, bagi daerahdaerah yang baru ditaklukkan, terutama yang belum masuk Islam, ditetapkan pajak istimewa. Namun pada masa Umar bin Abdul Aziz, pajak untuk non muslim dikurangi, sedangkan jizyah bagi muslim dihentikan. Kebijakan ini mendorong non muslim memeluk agama Islam. b). Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian. c). Setelah Bani Umayyah berhasil menaklukan berbagai wilayah ,jalur perdagangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di Teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur ,begitu pula kota eden. Adapun pengeluaran pemerintah dari uang masuk tersebut sebagai berikut a). Gaji pegawai, tentara dan biaya tata usaha Negara b). Pembangunan pertanian termasuk irigasi c). Biaya orang hukuman dan tawanan perang d). Perlengkapan perang e). Hadiah bagi sastrawan dan ulama 3. Keagamaan Pada zaman dinasti umayyah ilmu-ilmu agama berkembang begitu pesat diantaranya adalah ilmu qiraat atau seni membaca Alquran, serta ilmu tafsir. Tokoh-tokoh di bidang qiraat dan tafsir adalah Nafi’bin Abdurrahman, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin ibnu katsir, dan lain sebagainya. Serta berkembang juga ilmu hadis dengan tokoh seperti imam bukhari, imam muslim, abu daud, dan lainnya, ilmu fikih dengan tokoh besar seperti imam abu hanifah, imam malik bin anas.
51 4. Pendidikan Daulah Bani Umayyah tidak terlalu memperhatikan bidang pendidikan karena mereka fokus dalam bidang politik. Meski demikian Daulah Bani Umayyah memberikan kebebasan pada pengembangan ilmu agama Islam ,sastra dan filsafat. Daulah menyediakan tempattempat pendidikan antara lain: a. Kuttab Kuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Alquran serta belajar serta belajar pokok-pokok ajaran islam. b. Masjid Pendidikan dimasjid merupakan lanjutan dari kuttab. Pendidikan dimasjid terdiri dari dua tingkat.Pertama,tingkat menengah dididik oleh guru formal dan kedua, tingkat tinggi yang dididik oleh Ulama dalam bidangnya. c. Arabisasi Gerakan penerjemah kedalam bahasa Arab (Arabisasi buku) pada masa Marwan sangat dilakukan. Ia memerintah untuk menerjemahkan buku buku yang berbahasa Yunani, Syiria, Sansekerta dan bahasa lainnya kedalam bahasa Arab. d. Baitul Hikmah Baitul Hikmah merupakan gedung pusat kajian dan perpustakaan. H. Kesimpulan Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah tahun 661 M dan berkuasa selama lebih kurang 90 tahun dengan Damaskus sebagai ibu kotanya. Muawiyyah mendapatkan kekuasaannya setelah adanya perjanjian Madain dengan Hasan bin Ali. Selama berkuasa kemajuan yang dicapai meliputi hamper segala bidng seperti dalam bidang pembangunan masjid dan tatanan kota yang sangat maju dan modern. Tidak hanya ilmu agama, ilmu pengetahuan umum juga berkembang pesat. Luasnya wilayah kekuasaan yang meliputi tiga benua, yakni Asia Tengah, Eropa dan Afrika Utara. Selain itu didirikan juga pos-pos yang menyediakan kuda lengkap disepanjang jalan, menertibkan angkatan bersenjata, mengganti mata u`ng Byzantium dan Persia dengan mencetak mata uang tersendiri yang memakai kata dan tulisan Bahasa Arab pada tahun 659 M. Memberlakukan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam, membangun panti-panti untuk
52 orangcacat, membangun jalan raya, pabrikpabrik, gedung-gedun pemerintahan dan masjidmasjid yang megah. Faktor-faktor penyebab runtuhnya Daulah Bani Umayyah : 1. Pergantian khalifah dari sistem musyawarah menjadi sistem kerajaan. 2. Konflik-konflik politik dan pertentangan antar suku yang memuncak. 3. Pemerintahan yang korp, boros dan bermewah-mewahan di kalangan istana. I. Tanya Jawab 1. mengapa diberi nama dinasti umayyah? Jawab: Dinasti Umayyah merupakan pemerintahan kaum Muslimin yang berkembang setelah masa Khulafa al Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H/661 M. Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak terjadinya peristiwa tahkim pada Perang Siffin. Perang yang dimaksudkan untuk menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan itu, semula akan dimenangkan oleh pihak Ali, tetapi melihat gelagat kekalahan itu, Muawiyah segera mengajukan usul kepada pihak Ali untuk kembali kepada hukum Allah. 2. Mengapa bani umayyah melakukan ekspansi wilayah? Jawab: Setelah resmi menjadi khalifah Bani Umayyah, Muawiyah memindahkan ibu kota pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Muawiyah kemudian memfokuskan diri pada ekspansi (kekuasaan) wilayah, hingga akhirnya berhasil menaklukkan seluruh kerajaan Persia, sebagian Kerajaan Bizantium di Afrika, Khurasan, dan Afganistan. Pada masanya, pembangunan tidak hanya difokuskan pada perluasan wilayah, tetapi juga membangun jalan raya, pabrik, gedung, masjid, dan panti asuhan. Pada masa pemerintahan khalifah setelahnya, ekspansi wilayah Bani Umayyah terus berlanjut. Tidak heran apabila Bani Umayyah memiliki daerah sangat luas, baik di barat maupun timur, yang meliputi Spanyol, Afrika Utara, Suriah, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian wilayah Asia, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan. 3. Apa saja yang menjadi tanda kemunduran dan keruntuhan pemerintahan Dinasti Umayyah?
53 Jawab: melemahnya sistem politik dan pemerintahan, di samping munculnya berbagai tekanan dari luar berupa pemberontakan, Munculnya kelompok yang tidak puas terhadap Bani Umayyah misal Khawarij, Syiah, dan non-Arab (mawali). J. Quote "illiterate will not be the man who can't read; he will be the man who has not learned how to learn ". #ORG BODOH, bukanlah orang yang TIDAK bisa MEMBACA, melainkan orang yang TIDAK TAHU bagaimana CARAnya BELAJAR#. Dr. H. Syaeful Bahri, S. Ag, MM, CHCM
54 BAB VII PERADABAN ISLAM PADA DINASTI ABBASIYYAH A. Latar belakang Pada masa bani Abbasiyah ini, umat Islam telah memiliki sebuah peradaban yang maju pesat jika dibanding peradaban yang lain, Kemajuan peradaban pada masa bani Abbasiyah terjadi melalui beberapa cara dan metode yang diterapkan oleh para cendekiawan serta para khalifah. Menyingkap perkembangan serta kemajuan Islam pada masa Bani Abbasiyah menjadi sesuatu yang menarik. Jika dilihat dari sudut pandang perkembangannya yang begitu pesat, akan muncul sebuah pertanyaan mengenai bagaimana pengembangan yang dilakukan oleh para khalifah dan cendekiawan pada masa itu, serta cara apa yang digunakan dalam pengembangannya. Sehingga menarik untuk ditelusuri dan dibedah dalam sebuah kajian ilmiah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengembangan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyyah? 2. Bagaimana pola pemerintahan Bani Abbasiyyah pada saat itu? 3. Bagaimana sejarah pendirian Bani Abbasiyah? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah 2. Untuk mengetahui pola apa yang digunakan pemerintah Bani Abbasiyah 3. Untuk mengetahui sejarah pendirian Bani Abbasiyah
55 D. Pendirian Dinasti Abbasiyah Dinasti ini didirikan pada tahun 132 H/750 M, dinamakan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad Saw. Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan Abdul Abbas As-Saffah. Pada tanggal 3 Rabiul Awal 132 H, ia dibaiat menjadi khalifah pertama Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Kuffah. Hanya saja, dua tahun kemudian pada tahun 134 H. pusat pemerintahan dipindahkan dari Kufah ke daerah Anbar (kota Kuno di Persia). Semasa pemerintahannya, Abul Abbas tidak banyak melakukan perluasan wilayah, tetapi lebih memilih memperkuat pemerintahan dalam negeri. Abul Abbas menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan. la wafat dalam usia 33 tahun di kota Anbar bulan Zulhijah tahun 136 H/753M. Berdirinya Daulah Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya kekacauan dalam kehidupan bernegara Daulah Umayyah. Dinasti Abbasiyah adalah dinasti kedua dalam sejarah klasik yang menggantikan dinasti Umayyah. Dinasti ini berkuasa sekitar 5 abad. Bani Abbasiyah beranggapan bahwa mereka yang lebih berhak atas kekhalifahan Islam, bukan Bani Umayyah. Sebab, mereka memiliki nasab keturunan lebih dekat dari Nabi Muhammad SAW dari Bani Hasyim. Proses terbentuknya dinasti Abbasiyah dilakukan melalui dua cara: Pertama yaitu dengan menyebarkan misi propaganda melalui jaringan rahasia, dan yang kedua yaitu dengan menghimpun kekuatan militer demi menghancurkan kekuatan Bani Umayyah Untuk memperoleh hasil maksimal, bani Abbas menyiapkan strategi yang cukup matang. Kemajuan-kemajuan dinasti Abbasiyah diperoleh seiring dengan membaiknya perekonomian yang mulai meningkat, terutama dari sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti emas, perak, tembaga dan besi. E. Pola Pemerintahan Sistem politik Dinasti Abbasiyah menerapkan sistem terbuka yang mendapatkan pengaruh dari Persia. Pada awalnya, para khalifah berasal dari keturunan Arab, sementara jabatan menteri diberikan kepada orang-orang Persia yang membantu Abu Abbas As-Saffah mendirikan Daulah Abbasiyah. Pusat kekuasaan Abbasiyah berada di Baghdad. Daerah ini tertumpu pada pertanian dengan sistem irigasi dan kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang
56 mengalir sampai Teluk Persia. Perdagangan juga menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Bagdad. Ada 4 langkah politik Dinasti Abbasiyah dalam membentuk pemerintahan yaitu, 1. Membentuk gerakan bawah tanah. 2. Menerapkan politik bersahabat/tidak menunjukkan sikap permusuhan ke pemerintahan bani Umayyah 3. Pada awalnya diberi nama Bani Hasyim, agar mendapat dukungan dari kelompok Pendukung Ali bin Abi Thalib 4. menetapkan wilayah Khurasan sebagai pusat gerakan politik Bani Abbas Masa pemerintahan Abbasiyah merupakan masa keemasan Islam atau yang sering kali disebut the golden age. Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan social, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi disetiap masa tersebut. Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi 5 fase pemerintahan, dan sistem politik yang dijalankan oleh dinasti Abbasiyah 1 adalah: 1. Para khalifah tetap dari keturunan arab, sedang para Menteri, panglima, gubernur, dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, social dan kebudayaan. 2. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia. 3. Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia yang diakui sepenuhnya. 4. Para Menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintahan. Selanjutnya, dinasti Abbasiyah dalam periode II, III, IV dan V mengalami penurunan terhadap politik nya terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian sudah tidak menghiraukan pemerintahan pusat, kecuali politik saja. F. Ekspansi Wilayah Apabila pemerintahan Bani Umayyah masih melakukan ekspansi perluasan kekuasaan, berbeda halnya dengan Bani Abbasiyah yang menghentikan perluasan, akan tetapi lebih terfokus pada peningkatan kualitas, terutama peradaban intelektual. Secara keseluruhan, sejak masa Rasulullah saw. Sampai pada periode Dinasti Abbasiyah, sejarah telah mencatat bahwa Islam pernah menjadi suatu Negara yang menampuk segala kekuasaan, baik dibidang pendidikan, sains, agama, pencaturan politik, pemerintahan bahkan hampir segala bidang,
57 sehingga para ulama menamakannya zaman keemasan dan kejayaan Islam the golden age of Islam. Sehingga Islam menjadi adikuasa dunia. Beberapa wilayah yang ditaklukkan atau dikuasai oleh dinasti Abbasiyah termasuk wilayah Kekhalifahan Umayyah di Spanyol, Persia, Mesir, dan bagian-bagian besar Asia Tengah. Mereka juga memperluas pengaruh mereka ke India dan mendirikan dinasti- dinasti bawahan di sana. Ekspansi ini memungkinkan mereka untuk menjadi kekhalifahan terbesar dalam sejarah Islam pada masa kejayaan mereka. G. Peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah Pada masa Dinasti Abbasiyah, Islam mencapai kejayaan di berbagai bidang, salah satunya bidang ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan kegiatan menerjemahkan naskah-naskah asing, terutama dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Kemajuan peradaban ini menghadirkan Baghdad sebagai kota para intelektual, tidak hanya orang arab yang hadir, bangsa Eropa, Persia, Cina, India serta Afrika turut hadir mengisi atmosfer pengetahuan disini. Masa kekhalifahan Abbasiyah ini lah yang dikenal berkembang pesatnya pengetahuan. Pada masa ini banyak sekali bermunculan intelektual-intelektual muslim baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Dalam masa kekhalifahan Abbasiyah keadaaan sosial ekonomi pun berkembang dengan baik. Seperti halnya dalam bidang pertanian maupun perdagangan. Masyarakat pada masa itu mampu mengatur tatanan kehidupannya dengan baik, hingga dikenal sebagai negeri masyhur dan makmur. Pada masa kerajaan Abbasiyah kekuasaan Islam bertambah luas. Masyarakat dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok khusus dan kelompok umum, kelompok umum terdiri dari Seniman, ulama, fuqoha, pujangga, saudagar, pengusaha kaum buruh, dan para petani sedangkan kelompok khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah, para bangsawan, dan petugas-petugas Negara. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, para khalifah banyak mendukung perkembangan tersebut, terlihat dari banyaknya buku-buku bahasa asing yang diterjemahkan kedalam bahasa arab, dan lahirnya para kaum intelektual. H. Kesimpulan Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, dinamakan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad Saw. Pendiri
58 Dinasti Abbasiyah adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al- Abbas, atau lebih dikenal dengan Abdul Abbas As-Saffah. Semasa pemerintahannya, Abul Abbas tidak banyak melakukan perluasan wilayah, tetapi lebih memilih memperkuat pemerintahan dalam negeri. Dinasti Abbasiyah adalah dinasti kedua dalam sejarah klasik yang menggantikan dinasti Umayyah. Dinasti ini berkuasa sekitar 5 abad. Masa pemerintahan Abbasiyah merupakan masa keemasan Islam atau yang sering kali disebut the golden age. Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan social, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi disetiap masa tersebut.Beberapa wilayah yang ditaklukkan atau dikuasai oleh dinasti Abbasiyah termasuk wilayah Kekhalifahan Umayyah di Spanyol, Persia, Mesir, dan bagianbagian besar Asia Tengah. Mereka juga memperluas pengaruh mereka ke India dan mendirikan dinasti-dinasti bawahan di sana. Ekspansi ini memungkinkan mereka untuk menjadi kekhalifahan terbesar dalam sejarah Islam pada masa kejayaan mereka. I. Saran harap dengan pembuatan makalah ini pembaca dan penulis dapat memahami tentang peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah dan semoga apa yang kita baca bisa menjadi sebuah wawasan/pengetahuan Kami baru untuk penulis dan pembaca. J. Tanya Jawab 1. Apa tujuan pendidikan Islam pada masa Bani Abbasiyah? Jawab: Bani Abbasiyah adalah untuk menyebarkan dan memperkuat ajaran Islam, melestarikan warisan ilmiah dan budaya, serta mempromosikan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia Islam. Pada periode ini, pendidikan Islam berkembang pesat, dengan pembukaan universitas, perpustakaan besar, dan pusat pembelajaran seperti House of Wisdom di Baghdad. Tujuannya adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin, termasuk ilmu matematika, astronomi, kedokteran, dan filosofi, serta mempertahankan dan meneruskan ajaran agama Islam kepada generasi berikutnya. 2. Hal apakah yang menjadi penyebab runtuhnya daulah bani abbasiyyah? Jawab: Penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah adalah serangan bangsa Mongol yang berhasil menghancurkan Kota Baghdad. Pada 1258, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang menyerang Baghdad. 3. Bagaimana Dinasti Abbasiyah menggantikan Dinasti Umayyah?
59 Jawab: Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab lebih dekat dengan Nabi SAW. Kematian Khalifah Marwan II menjadi akhir dari runtuhnya Dinasti Umayyah, sekaligus menjadi awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. K. Quote "Tidak harus jadi Hebat dulu untuk Berbuat, tetapi harus Berbuat dulu untuk jadi Hebat." Dr. H. Syaeful Bahri, S. Ag, MM, CHCM BAB VIII DINASTI ABBASIYYAH (750-1258 M) A.Latar Belakang Prestasi dan kontribusi Islam yang paling berharga bagi pencerahan peradaban Eropa. Spanyol, pintu gerbang menuju Eropa yang oleh orang Arab Muslim disebut Andalusia, pernah dikuasai dan menjadi basis kekuatan Muslim di benua itu selama sembilan abad. Hingga saat ini, sisa-sisa masa keemasan Islam masih terlihat jelas dan menjadi destinasi wisata yang menarik wisatawan dari seluruh dunia. Spanyol merupakan negara yang ditaklukkan Islam untuk mengembangkan Islam di negara ini. Ketika Islam masuk ke Spanyol, negara tersebut mengalami perkembangan peradaban yang pesat, baik dalam bidang kebudayaan maupun pendidikan Islam. Spanyol mengalami perkembangan pesat dalam kebudayaan dan pendidikan Islam, diawali dengan kajian agama dan sastra, kemudian berkembang dengan kajian ilmu-ilmu akal. Sebab dalam waktu yang relatif singkat, Cardova mampu bersaing dengan Bagdad dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Oleh karena itu, kehadiran Islam di Spanyol menarik banyak perhatian para sejarawan. Secara politis, Islam di Andalusia memberikan rasa aman bagi kelompok marginal seperti Yahudi dan masyarakat biasa. B.Rumusan Masalah 1.Apa faktor utama perkembangan islam di spanyol? 2.Apa hambatan islam di spanyol?
60 C.Tujuan Penelitian 1. Kemajuan Spanyol Islam ditentukan oleh adanya penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al Rahman al Dakhil, Abd al Rahman al Wasith, dan Abd al Rahman al Nasir. 2. Islam di Andalusia mulai mengalami kemunduran ketika Sultan Abdulrahman ke-3 meninggal dunia pada abad 11 Masehi. Ia digantikan oleh putranya yang masih kecil dan belum berpengalaman. Hal ini memicu perebutan kekuasaan oleh berbagai pihak baik Muslim maupun non-Muslim. D. Sejarah Penguasaan Islam di Spayol Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.4Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah.Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan Ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa Ibn Nushair.Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaanbangsa Barbar di pegunungan-pegunungan sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadisalah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik. Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuansatuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik.Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus
61 orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh hartarampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. E. Kemajuan Peradaban Islam Spanyol Kepemimpinan umat Islam di Andalusia membawa kemajuan peradaban yang dipengaruhi oleh kemajuan intelektual meliputi filsafat, ilmu pengetahuan, fikih, musik dan seni, serta bahasa dan sastra, serta semaraknya pembangunan fisik. Andalusia merupakan penerima utama peradaban Islam di Eropa, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial dan ekonomi serta peradaban antar bangsa. Andalusia di bawah pemerintahan Islam mengalami banyak kemajuan. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam di Eropa berlangsung sejak abad ke-12 M dan memunculkan kebangkitan (kelahiran kembali) peninggalan Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam di Eropa memunculkan gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan tersebut adalah kebangkitan kebudayaan Yunani klasik (renaisans) pada abad ke-14 M yang dimulai di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan gerakan Pencerahan (aufklarung) pada abad ke-19. F. Kemunduran Peradaban Islam Faktor eksternal yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol, selain faktor internal tersebut di atas, terdapat pula faktor eksternal yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol Barat, yaitu: 1. Konflik Muslim-Kristen Kehadiran umat Islam Arab di Spanyol secara tidak langsung memunculkan kesadaran nasional di kalangan umat Kristen Spanyol. Agar kehidupan negara Islam Spanyol tidak berakhir dengan konflik antara Islam dan Kristen. Sejak abad ke-11, kekuatan Kristen mulai terkonsolidasi, sementara kekuatan Muslim mulai menurun. Ini. Karena kebijakan para khalifah ketika menguasai Spanyol, mereka tidak melakukan Islamisasi secara menyeluruh, namun membiarkan umat Kristiani tetap mempertahankan hukum dan adat istiadatnya selama mereka tetap menghormati penghormatan dan tidak memimpin perlawanan bersenjata. 2. Faktor Geografis
62 Faktor geografis turut menentukan hilangnya Islam di Spanyol. Karena Spanyol sangat terpencil dari negara-negara Muslim lainnya, ia selalu berperang sendirian, tidak menerima bantuan apa pun kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu menghentikan pembaruan agama Kristen di Spanyol. Selain itu, faktor iklim juga mempengaruhi orang-orang Arab, sebagai pendatang, tidak tahan tinggal di wilayah Spanyol yang iklimnya tidak cocok untuk mereka. G. Kesimpulan Dari pembahasan sejarah peradaban Islam di Spanyol, dapat diambil kesimpulan bahwa: Pertama, konteks perluasan Islam di Spanyol yang didasari oleh kekuatan Islam di Afrika Utara, sehingga menyebar hingga ke Semenanjung Iberia. Spanyol adalah wilayah yang paling dekat dengan Afrika Utara, dan kerajaan Gothic yang menguasai wilayah tersebut sedang mengalami kemunduran. Tiga tokoh penting Tharif Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad dan Musa Ibnu Nushair memperluas wilayah kerajaan Gothic yang mulai melemah. Langkah selanjutnya adalah menguasai wilayah Spanyol disebrang. Kerja sama tim dan partisipasi aktif para pemimpin dan aktor pusat di lapangan membuahkan hasil optimal dalam perluasan kekuatan Muslim di Spanyol. Kedua, tumbuhnya Islam di bawah kepemimpinan Abd Rahman III. Pada masa ini, Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, khususnya di bidang arsitektur, namun Islam akhirnya harus meninggalkan Spanyol. Peradaban peninggalan Islam membantu Eropa mengatasi keterbelakangan. Pemikiran filosofis seperti yang dikemukakan oleh al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd menjadikan Eropa sebagai kawasan yang maju secara intelektual. H. Tamya Jawab 1. bagaimana kondisi masyarakat spanyol sebelum mereka memeluk agama islam? Jawab: Sebelum kedatangan bangsa Muslim, kondisi sosial Andalusia masih berantakan, saat itu terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Iberia, Celtiberia, Romawi, dan Yahudi. Mereka hidup dalam keadaan terpecah-belah dan tidak memiliki kesatuan politik yang kuat. 2. faktor apa yang menyebabkan islam mudah diterima di andalusia? Jawab: Salah satu faktor yang menyebabkan kemenangan umat Islam di Spanyol, yaitu karena adanya tokoh yang kuat, pasukan yang kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditinjukkan para tentara
63 Islam, yaitu toleransi, persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan Andalusia menyambut kehadiran Islam disana. Dan ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan Islam mudah diterima di Al-Andalusia (Spanyol Muslim) yaitu, keharmonisan budaya, Pemeliharaan pengetahuan, Keunggulan intelektual, Sistem administrasi, Kepemimpinan yang bijak, Perbedaan politik di Eropa. 3. Berapa lama durasi penguasaan islam di Spanyol? Jawab: Islam menguasai Spanyol hampir 8 abad lamanya dengan kemajuan pesat hampir di semua aspek, seperti sosial, ekonomi, arsitektur, agama, sastera dan ilmu pengetahuan. I. Quote "Tidak harus jadi Hebat dulu untuk Berbuat, tetapi harus Berbuat dulu untuk jadi Hebat." Dr. H. Syaeful Bahri, S. Ag, MM, CHCM
64 BAB IX TIGA KERAJAAN BESAR A. Latar Belakang Tiga monarki Islam dinasti Turki Usmani, Safawi, dan Persia dan Mughal serta India semuanya telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemeliharaan iman Islam. Masa kejayaannya dibawah kerajaan Usmani diraih kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni dan Kerajaan Safawi (1520–1566 M). Dalam kurun waktu 40 tahun, Syah Abbas I menyaksikan kerajaan mencapai puncak kejayaannya dan mewujudkan kemajuan.Masa Pemerintahan 1588-1628 M. Dan di Istana MughalSaya keturunan Sultan Akbar (1542–1605 M). Secara terpisah, Takdir YaAllah telah meramalkan bahwa setiap peristiwa akan melibatkan penggunaan kekerasan. Penandaannya mungkin semacam kehancuran. Inilah kejanggalan yang terjadi di saat ini ada tiga hakim. Setelah pemerintah cekikikan di bawah Masing-masing kerajaan tersebut mengalami fase akibat keputusan tiga raja,pengembangan. Namun alasan mengapa vertebrata masih populer digunakan saat ini berbagai langkah yang berbeda. Kemundurankemunduran itulah yang akan diterbitkan.. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Sejarah Kerajaaan Turki Usmani Hingga Mustofa Kemal? 2. Bagaimana Sejarah Kerajaaan Dinasti Safawi Persia Hingga Khumaini? 3. Bagaimana Sejarah Kerajaaan Dinasti Mugal India Hingga Terbentuknya Bangladesh?
65 C. Tujuan Penulisan 1. Perkembangan Sejarah Turki Usmani Hingga Mustofa Kemal 2. Perkembangan Sejarah Dinasti Safawi Hingga khumani 3. Perkembangan Sejarah Dinasti Mugal India Hingga Terbentuk nya bangladesh D. Turki Usmani Hingga Mustofa Kemal Daulah Turki Usmani adalah satu-satunya daulah di antara sekian banyak Daulah yang ada dalam Islam yang berhasil menaklukkan Konstantinopel walaupun sudah banyak Daulah yang berusaha menaklukkannya sebelumnya. Memang setiap Daulah Islam mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam sumbangan yang mereka berikan kepada dunia Islam, Jika Daulah Umayyah Syria berhasil memberikan wilayah teritorial yang sangat luas kepada dunia Islam, mulai dari Persia, Indus di bagian timur sampai ke Afrika, Eropa Barat di bagian barat sehingga mereka disebut negara Adi Kuasa ketika itu. Itulah gambaran luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani yang dimulai dari Asia, Afrika sampai ke Eropa Timur berbatasan dengan tiga lautan yang telah mereka sumbangkan ke dunia Islam, sehingga Turki Usmani adalah Daulah yang paling besar dan yang paling lama berdiri dibanding Daulah-Daulah Islam lainnya. 1. Pembentukan Pemerintahan Pendiri Daulah ini adalah bangsa Turki dari suku Oghuz yang mendiami wilayah Mongol. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M, dia juga banyak berhasil membantu Sultan Alaiddin II, seperti keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 699 H/1300 M, bangsa Mongol menyerang Daulah Turki Saljuk dan Sultan Alaiddin terbunuh, maka Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah-daerah yang didudukinya. a. Mengirim surat kepada raja-raja tetangga yang berisikan tiga pilihan yaitu pertama, masuk Islam, kedua, membayar upeti, dan ketiga, perang. b. Menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M kemudian pada tahun 1326 M dijadikannya sebagai ibu kotaDaulah Turki Usmani. Usman I meninggal dunia tahun 1326 M, Sultan Turki Usmani digantikan oleh Orkhan (1326-1359 M), hal-hal dilakukan oleh Orkhan yaitu : 1. Menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M 2. Menaklukkan Thawasyanli (1330 M),
66 3. Menaklukkan Iskandar (1338 M) 4. Menaklukkan Ankara (1354 M) 5. Menaklukkan Gallipoli (1356 M). Perluasan wilayah semakin dikembangkan lagi ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M), selain dia dapat memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Usmani telah memegang “kunci lalu lintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria dengan Bizantium di Konstantinopel, Oleh karena itu, bagi Kaisar tidak ada pilihan lain kecuali mengakui eksistensi Daulah Turki Usmani di Eropa dan menyatakan bersahabat dengan Sultan tersebut. Suatu hal penting yang dilakukan Sultan Murad I ialah memilih pemuda pemuda Kristen setelah masuk Islam dididik menjadi militer, sehingga lahirlah tentara elit Turki yang diberi nama dengan “Yenisari”. Bayazid I menggantikan ayahnya menjadi Sultan dalam usia 34 tahun. Pada masa kekuasaannya (1389-1403 M) serangan-serangan perluasan wilayah terus dilanjutkannya, ia merebut Kossova pada tahun pertama pemerintahannya (1389 M) Stephen Raja Lazar terpaksa meminta perdamaian dan menyatakan diri bergabung dengan Sultan dan siap sedia membayar upeti. Tahun 1393 M Bayazid mengirim pasukan di bawah komando anaknya Sulaiman untuk menyerang Bulgaria. Setelah mengepung selama tiga minggu, Trinova berhasil direbut Rajanya Sisman melarikan diri maka tumbanglah kerajaannya disertai rakyatnya banyak yang masuk Islam. Pertempuran hebat terjadi di Ankara pada tahun 1402 M, tetapi baru saja mulai pertempuran, tiba-tiba serdadu bangsa Tar-tar yang ada di barisan Bayazid berpihak kepada Timur Lank. Maka bagaimanapun Bayazid gagahnya, tapi dalam pertempuran yang tidak seimbang pasukannya menjadi kucar-kacir dan dia bersama anaknya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan setahun kemudian (1403 M). Karena kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Daulah Turki Usmani.Daulah Turki Usmani, saat ini, mengalami kekosongan kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Muhammad I dapat menguasai kembali wilayah-wilayah kekuasaan Turki Usmani selama lebih kurang sepuluh tahun.
67 a. Masa Kejayaan Pemerintahan Masa puncak kejayaan Turki Usmani ada pada tiga orang Sultan, yaitu Sultan Muhammad II (1451-1484 M) bergelar “Al-Fatih” Sang Penakluk”. Dia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel yang sudah direncanakan dulu oleh Sultan Bayazid. anaknya Sultan Salim I (1512-1520 M) dan Sultan Sulaiman I AlQanun (1520-1566) M. 1. Sultan Muhammad II Taktik yang dilakukan Muhammad II dalam menaklukkan Konstantinopel berbeda dengan yang dilakukan Sultan-sultan sebelumnya. Jauh hari sebelum melakukan penaklukkan, Sultan Muhammad II terlebih dahulu membangun sebuah benteng yang tinggi yang diberi nama Runli Hisar. Benteng ini berada di seberang selat Borporus, dekat Konstantinopel Fungsi benteng ini adalah sebagai tempat mengumpulkan persediaan perang untuk menyerang Konstatinopel. Pembangunan benteng tersebut memakan waktu selama tiga bulan. Nilai strategis dari pembangunan benteng itu sangat tinggi sebab dengan di bangunnya benteng tersebut, Konstatinopel tidak mungkin lagi mendapat 4 Badri Yatim, loc.cit Muhammad As’adurrofik Al-Fathonah bantuan, baik peralatan perang, persediaan senjata, maupun bahan logistik lainnya dari Laut Hitam 2. Sultan Salim Periode Sultan Sultan Salim I ini adalah periode peralihan dari kesultanan ke kekhalifahan. Selain itu, dia pun mengalihkan perhatian ekspansinya dari dunia Barat ke dunia Timur dengan menaklukkan Persia, Syria dan Daulah Mamalik di Mesir. Kalau para pendahulunya lebih memusatkan perhatian mereka melakukan ekspansi ke Benua Eropa, maka pada masanya perhatian lebih diarahkan ke dunia Timur. Persia mulai diserangnya dan dalam peperangan tersebut Syah Ismail dari Daulah Safawiyah dipukul mundur dalam pertempuran yang terjadi di lembah Chaldiran terletak di antara danau Urmia dan Tabriz, tanggal 23 Agustus 1514 M. Serangan dilanjutkannya ke Syria, Aleppo dan berhasil direbutnya, dari sini Sultan Salim melanjutkan penyerangan ke Mesir di bawah kekuasaan Daulah Mamalik dan dapat dikalahkannya, kemudian Cairo jatuh pada tahun 21 Januari 1517 M dan Sultan Salim mengumumkan bahwa dirinya sebagai khalifah. Akhirnya karena penyakit yang dideritanya dia wafat pada tanggal 2 September 1520 dalam suatu perjalanan pulang dari Istambul menuju Adrianopel, dia digantikan oleh putranya Sulaiman. 3. Sultan Sulaiman I Al-Qanun Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Syria, Hijaz dan Yaman pada tahun 1529 M. Dengan demikian, pada masanya luas wilayah kekuasaan Turki Usmani mencapai klimaksnya, hal itu mencakup dari Asia Kecil, Irak, Armenia, Syria, Hijaz
68 dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa. b. Masa Kemunduran Masa kemerosotan Turki Usmani dimulai dari krisis suksesi sepeninggal Sultan Sulaiman pada 1566 M. sampai sebelum Turki menjadi Republik 1923 M di tangan Mustafa kamal At-Taturk, tercatat 27 Sultan tidak ada lagi yang dapat diandalkan. Banyak faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Usmani ini, di antaranya, wilayah kekuasaannya yang luas, rumit menyusun administrasi negara, sehingga administrasi negara Turki Usmani tidak beres, sementara penguasanya sangat berambisi memperluas wilayah, ikut perang terus menerus, akibatnya tidak ada waktu lagi mengurus administrasi negara. Faktor kedua, heterogenitas penduduk, Muhammad As’adurrofik Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-6115 (Online) 2685-2853 (Cetak) 195 menguasai wilayah yang luas, tentu juga mengurus penduduk yang beragam etnis, agama maupun adat istiadat; Asia, Afrika, Eropa. Untuk mengurus penduduk yang beragam dalam wilayah yang luas mesti dengan organisasi pemerintahan yang teratur, tanpa didukung oleh administrasi yang baik, maka pemerintah menanggung beban yang berat, dari sinilah kekacauan itu muncul. Faktor ketiga, kelemahan para penguasa, sepeninggal Sulaiman, Turki Usmani diperintah oleh Sultan-Sultan yang lemah yang tidak dapat mengatur pemerintahan negara, akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu dibiarkan terus dan tidak pernah diatasi secara sempurna, maka semakin lama semakin parah sampai jatuh sakit di Eropa dan tidak ada yang mampu lagi menyembuhkannya. E. DINASTI SYAFAWI Dinasti Safawi Persia didirikan oleh Ismail I pada tahun 1501 M. Dinasti ini merupakan salah satu dinasti terpenting dalam sejarah Iran dan menjadi salah satu negeri Syiah terbesar semenjak runtuhnya Dinasti Syiah Fatimiyyah. Safawiyyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722, dan mengalami restorasi singkat dari tahun 1729 hingga 1736. Pada puncak kejayaannya, wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan Turki. Dinasti Safawi Persia juga menjadikan Syiah sebagai agama resmi, sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sejarah Muslim Dalam rentang waktu yang cukup panjang, Dinasti Safawi Persia mengalami beberapa peristiwa penting, seperti perang melawan Kesultanan Utsmaniyah. Pada masa pemerintahan
69 Abbas I, kebijakan keagamaan tidak lagi memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi menanamkan sikap toleransi. Pada masa pemerintahan Abbas I, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa. Rezim Safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung Pada tahun 1722, Dinasti Safawi Persia mengalami keruntuhan akibat serangan dari pasukan Afsharid yang dipimpin oleh Nader Shah. Dinasti Safawi Persia berhasil ditaklukan oleh Nader Khan pada masa pemerintahannya. Setelah itu, Dinasti Safawi Persia tidak lagi berkuasa. Pada masa pemerintahan Ruhollah Khomeini, Iran mengalami revolusi Islam pada tahun 1979. 1. Kemajuan di bidang Politik. Kerajaan Safawi dan Turki Utsmani sebelum abad ke-17 sudah saling bermusuhan dan Safawi banyak mengalami kekalahan, namun setelah Abbas I naik tahta kerajaan Safawi dalam merebut wilayah kekuasaan Turki Utsmani banyak mengalami kemenangan. Permusuhan antara dua Kerajaan aliran agama yang berbeda ini tidak pernah padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah Kerajaan Turki Utsmani pada tahun 1602 M. Disaat itu Turki Utsmani berada di bawah Sultan Muhammad III. Pasukan Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M. Selanjutnya pada tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmus dan mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas. Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan politik kerajaan Safawi mulai bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I dalam rangka memulihkan politik Kerajaan Safawi adalah: a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat b. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak Raja Tamh I
70 c. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani d. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik dia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain di masa rajaraja sebelumnya, dengan reformasi politiknya. 2. Kemajuan di bidang keagamaan Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khafilah-khafilah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan. 3. Kemajuan di bidang ekonomi Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumurun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang bisa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi. Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile crescent). 4. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan seni Dalam sejarah Islam, bangsa Persia terkenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Syafawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan masa Kerajaan Syafawi tidak lepas dari suatu doktrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka. Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah terhenti dan orang mesti taqlid saja. Kaum Syi’ah tetap berpendirian bahwasanya mujtahid tidak terputus selamanya.
71 Pada masa ini muncullah beberapa filosof antara lain; Ilmuwan yang melestarikan pemikiranpemikiran Aristoteles, Al-Farabi adalah Mir Damad alias Muhammad Bagir Damad (W. 1631 M) dengan menulis buku filsafat dalam dua bahasa yaitu Arab dan persia, diantaranya yang terkenal qabasat dan taqdisat. Selain itu ada filosof yang terkenal yaitu Baha Al-Din AlSyaerazi, yang selalu hadir di majlis istana, begitu juga dengan Syah Abbas I yang sangat mendukung kegiatan tersebut. Adapun di bidang seni, kemajuan dalam bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya. Serta ada peninggalan masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi Seiring dengan perjalanan waktu, kerajaan Safawi, lama kelamaan mengalami masa- masa kemunduran, yang disebabkan antara lain: a. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Utsmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini. b. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein. c. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi. d. Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan
72 e. Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama. Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsure unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri. F. Kerajaan Mughal India 1. sejarah Berdirinya kerajaan Mughal India Kerajaan mughal bukanlah kerajaan islam pertama di anak benua india . Awal kekuasaan islam di india terjadi pada masa khalifah al-Walid dari Dinasti Umayyah. Atas izin Khalifah Al-Walid, ia mengirim Muhammad Ibn Qasim (usianya 17 tahun), untuk memimpin pasukan. Pada tahun 1206 M berdirilah kesultanan Delhi yang meliputi : Dinasti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1290-1320 M), Tughlug (1320-1414 M), Sayyed (1414-1451 M), dan Lodi (1451- 1526 M). Setelah itu ia menunjuk anak perempuannya, Raziya, sebagai pengganti dengan alasan semua anak lakilakinya tidak ada yang mampu. Dalam sejarah Islam Sultan Raziya adalah perempuan pertama yang berkuasa. Pada tahun 1240 M terjadi pemberontakan untuk menolak sultan perempuan yang menjatuhkan Raziya oleh Bahram Shah, putra dari Iltutmish, namun Bahram Shah tidak mampu memimpin , akhirnya pada tahun 1246 M pamannya, Nasiruddin Mahmud naik tahta, kemudian ia di gantikan oleh Balban. Dengan dukungan para pembesar istana, Jalaluddin Khalji naik tahta pada tahun 1290M. Ghiyasuddin Tughlug meninggal dunia pada tahun 1325 M. Juna Khan terpilih sebagai pengganti Sultan ia naik tahta dengan gelar Muhammad Ibn Tughlug. Fihruz Shah, sepupunya, naik tahta setelah meredam pemberontakan di Sind dan penyerangan Mongol. Ia meninggal dunia pada tahun 1421 M. Kemudian Mubarak Shah naik tahta, namun ia terbunuh pada tahun 1434 M. Keponakan Mubarak, Muhammad Shah, naik tahta. Bahlul Lodi naik tahta pada tahun 1451 M. Ia bertahta selama 38 tahun dan meninggal pada 1389 M. Nizam Khan, putra kedua Bahlul Lodi naik tahta dengan gelar Sikander Lodi. Ia meninggal dunia pada tahun 1517 M setelah berhasil memimpin selama 28 tahun. Akhirnya, Ibrahim Lodi, naik tahta. Pada 21 April 1526 M terjadi pertempuran yang dahsyat di panipat antara Babur dan Ibrahim Lodi. 2. Para Penguasa Kerajaan Mughal India a. Babur (1526-1530 M)
73 Babur bernama lengkap Zahiruddin Muhammad Babur. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan keturunan Jenghiz Khan dari pihak ibu. Ayahnya Umar Mirza, merupakan seorang penguasa Ferghana. Masa pemerintahan Babur ditandai oleh dua persoalan besar yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu yang mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Islam, mereka memberontak antara tahun 1526 dan 1527 M dan munculnya penguasa muslim yang mengakui pemerintahannya di Afghanistan yang masih setia kepada keluarga Lodi. Namum Babur dapat menyelesaikan semua persoalan tersebut. b. Humayun (1530-1540 M Dan 1556 M) Babur digantikan oleh putra sulungnya, Humayun yang bernama lengkap Naseeruddin Humayun. Ia adalah seorang raja yang dermawan, ramah dan suka memaafkan. Pada awal pemerintahannya, Humayun mengalami kesulitan karena perilaku dari saudara-saudaranya yang menuntut hak untuk memerintah. Pada 1540 M, terjadi perang antara Mughal dengan orangorang Afghan di Qanuj. Namun sayang, keberuntungan tidak lagi berpihak kepada Mughal, dan mereka kalah. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi. Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sikandar Sur (dari Dinasti Sur 1540-1555). Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai tahun 1556 M. Pada tahun 1556 M, ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Jalaludin Muhammad Akbar. c. Akbar (1556-1605 M) Sepeninggal Humayun, tahta kerajaan Mughal dijabat oleh putranya Akbar. Ia bergelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan. Sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Setelah persoalanpersoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kesultanan besar. Di samping itu Akbar menerapakan politik “Sulh-e-Kul” atau toleransi universal, yang memandang semua rakyat sama derajatnya, mereka tidak dibedakan sama sekali oleh ketentuan agama atau lapisan sosial. Pada tahun 1605 M, raja Mughal yang sangat mashur ini wafat. d. Jehangir (1605-1627 M)
74 Setelah Akbar, yaitu anaknya Jehangir. Masa pemerintahan Jehangir kurang lebih selama 23 tahun. Ia adalah penganut ahl al-sunnah wa al jama‟ah, sehingga Din-iIlahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya. Pemerintahan Jehangir juga diwarnai dengan pemberontakan di Ambar yang tidak mampu dipadamkan. Pemberontakan juga muncul dari dalam istana yang dipimpin oleh Kurram, putranya sendiri. Dengan bantuan panglima Muhabbat Khar, Kurram menangkap dan menyekap Jehangir. Berkat usaha permaisuri, permusuhan ayah dan anak ini dapat dipadamkan. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala, Mewar, dan Kangra. Usahausaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawan yang diwarisi oleh ayahnya, Akbar. e. Syah Jehan (1627-1658 M) Syah Jehan tampil menggantikan pemerintahan Jehangir. Syah Jehan adalah seorang yang terpelajar, ia memiliki bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Pada akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb. Syah Jehan meninggal dunia pada 1657 M, setelah menderita sakit Kerajaan f. Aurangzeb / Alamghir I (1658-1707 M Aurangzeb bergelar Alamghir Padshah Ghazi. Ia penguasa yang berani dan bijak, kebesarannya sejajar dengan Akbar, Pendahulunya. Pada tahun 1668 M, menyuruh perusakan kuil-kuil Hindu yang disalahgunakan untuk kegiatan-kegiatan politik dan mensponsori pengkodifikasian hukum Islam yang di kenal dengan Fatawa-I, Alamgiri. Tindakan Aurangzeb di atas menyulut kemarahan orang-orang Hindu. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pemberontakan di masanya. Meskipun pemberontakanpemberontakan tersebut dapat dipadamkan, tetapi tidak sepenuhnya tuntas. Hal ini terbukti ketika Aurangzeb meninggal pada 1707 M, banyak provinsiprovinsi yang letaknya jauh dari pusat kerajaan memisahkan diri. g. Pemerintahan Pasca-Aurangzeb Sepeninggal Aurangzeb
75 pada tahun 1707 M, kesultanan Mughal di perintah oleh generasi-generasi yang lemah. Sampai tahun 1858 M sultan-sultan Mughal tidak mampu lagi mengendalikan wilayah yang cukup luas dan kekuatan lokal Hindu yang cukup dinamis, di samping karena konflik di antara mereka sendiri yang berebut kekuasaan. Sultan-sultan penerus Aurangzeb yaitu : Bahadur Syah (1707-1712 M), Azimusyah (1712-1713 M), Farukh Siyar (1713-1719 M), Muhammad Syah (1719- 1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir II (1754-1759 M), Syah Alam (1761-1806 M), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah II (1837- 1858 M). 3. Proses Kemundurannya Kerajaan Mughal India Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu: a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara. c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau keras dalam melaksanakan syariat Islam tanpa adanya toleransi antar umat beragama Islam dengan Hindu, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya. d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orangorang lemah dalam bidang kepemimpinan. G. Kesimpulan Tiga kerajaan Islam terpenting didirikan pada abad ke-15 dan ke-16 di Turki (Kerajaan Usmani), India (Kerajaan Mughal), dan Persia (Kerajaan Safawi). Ketiga era Kerajaan yang penting ini berusaha untuk membangun imperium absolut dan mengurangi kekuasaan mereka. kepatuhan terhadap tradisi demokrasi Islam. Hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dijalankan dengan penekanan kuat pada sistematisasi dan birokratisme, dengan beberapa negara bagian mengembangkan kerangka administratif yang belum sempurna. Ketiga kerajaan besar ini ibarat membangun kembali keimanan Islam setelahnya melanjutkan ke Bani Abbasiyah. Namun kemajuan yang dialami pada masa kerajaan ketiga Kemajuan besar ini berbeda dengan kemajuan yang ada pada masa Islam klasik. Elemen pada Zaman klasik lebih rumit. Dalam ranah intelektual, kemajuan pada era klasik. Dalam hal ilmu agama, umat Islam
76 sudah lama mulai berpaling dari para imam. besar yang dimulasi pada Islam klasik. Kalau memang ada mujtahid, maka ijtihad itu Ijtihad fi al-mazhab, atau ijtihad yang sebagian besar terbatas pada gua, itulah yang dilakukan. mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid'ah. Kalau pada masa klasik. umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga kerajaan besar kemajuan dalam bidang filsafat kecuali berkembang sedikit di kerajaan Safawi Persia dan ilmu pengetahuan umum tidak didapat lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masa ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur. H. Tanya Jawab 1. Apa saja kemajuan peradaban Turki Usmani? Jawab: Kejayaan Turki Usmani Pengelolaan pemerintahan yang baik. Keadaaperekonomian yang baik. Penguasaan ilmu pengetahuan dan budaya. Militer yang kuat dan gencar melakukan ekspansi. 2. Apa paham negara yang diberlakukan pada kerajaan Safawi? Jawab: ipahami bahwa Kerajaan Safawi adalah penganut faham Syiah, praktis bahwa sejak itu negeri Iran menjadi negara Syiah. 3. Apa penyebab runtuhnya kerajaan mughal? Jawab: Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.munculnya pemberontakanpemberontakan oleh orang-orang Hindu dan Sikh, dan serangan Raja Ahmad Khan dari Afganistan. Begitu pula kebijakan menaikkan pajak yang sangat tinggi serta terjangkitnya kehidupan biros dan bermewah-mewahan di kalangan kerajaan. I. Quote #Jika engkau TAK mungkin MEMBERI, janganlah MENGAMBIL. #Jika engkau terlalu SULIT untuk MENGASIHI, setidaknya JANGAN MEMBENCI. # Jika engkau TAK dapat MENGHIBUR orang lain, setidaknya JANGAN BIKIN SEDIH* # Jika engkau TAK bisa MEMUJI setidaknya JANGAN MENGHUJAT.
77 #Jika engkau TAK dapat MENGHARGAI, JANGAN MENGHINA* Dr. H. Syaeful Bahri, S. Ag, MM, CHCM BAB X KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1250-1500 M, merupakan babak di mana umat Islam yang berada di sekitar Timur Tengah mendapat berbagai cobaan baik dari dalam maupun dari luar, Dari luar misalnya serangan dari Timur Lenk dan juga Hulagu Khan yang kesemuanya merupakan satu keturunan yaitu bangsa Mongol. Dari dalam atau intern yaitu merupakan masa disintegrasi, konflik antara sunni dan syi'ah yang semakin menajam serta munculnya gerakan-gerakan fanatik terhadap bangsa Arab. Akan tetapi berlainan dengan apa yang terjadi di kawasan Afrika Utara atau Mesir, Dinasti Mamalik yang berkuasa di sana berhasil berhasil selamat dari serangan-serangan dari bangsa Mongol. Sehingga peradaban Islam yang mungkin terputus karena saat itu Baghdad yang merupakan pusat peradaban Islam telah dihancurkan oleh bangsa Mongol, dapat terus berkembang walaupun di tempat yang berbeda. Penyebabnya adalah banyak ilmuwan yang melarikan diri ke Mesir dan di sana pemerintah yang berkuasa juga memperhatikan perkembangan ilmu pengtahuan dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan peradaban dari masa periode klasik tidak terputus dan terus berlanjut oleh dinasti Mamluk di Mesir. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana terjadinya perang salib dan penyerbuan Spanyol? 2. Bagaimana terjadinya penyerbuan bangsa Mongol? 3. Apa kondisi dunia islam menjelang masa pertengahan?
78 C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui proses terjadinya perang salib dan penyerbuan Spanyol. 2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya penyerbuan bangsa mongol. 3. Untuk mengetahui kondisi dunia islam menjelang masa pertengahan. D. Perang salib dan penyerbuan Spanyol 1. Sejarah perang salib Perang salib ialah serangkaian perang agama selama hampir 2 abat lebih sebagai reaksi terhadap kristen eropa terhadap islam asia. Menurut Philip K.Hitti perang salib adalah reaksi dunia kristen di eropa terhadap dunia islam di Asia, sejak tahun 632 M yang merupakan pihak penyerang di syiria dan Asia kecil, tetapi juga di sepanyol dan sisilia. Perang ini terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci kristen diduduki islam sejak 632, seperti di suriah, asia Kecil, Spanyol, dan Sisilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai simbol yang menunjukan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan kota suci Baitul maqdis (Yerus Salim) dari orang islam. Peristiwa perang salib terjadi pada masa daulah Bani Abbasiyah IV dalam kekuasaan Turki Bani Saljuk. Perang salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh antara islam dan Kristen. Penguasa islam Alp Arselan yang memimpin gerakan ekspensi yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Manzikart” pada tahun 464 H ( 1071 ) menjadikan orang-orang Romawi terdesak. Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadab umat islam, yang kemudian mencetuskan Perang salib. Pidato yang mungkin paling besar hasilnya dalam sejarah ialah pidato Pous Urbanus II pada tanggal 26 November 1095 di Clemont (prancis selatan), orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan-kuburan suci dan merebutnya dari orangorang bukan Kristen serta menaklukan mereka. Seruan bersama “Tuhan menghendaki yang sedemikian” menggelora di seluruh negeri dan memiliki pengaruh psikologis, baik di lapisan masyarakat bawah maupun atas. Di musim semi tahun berikutnya, 150.000 orang yang terdiri dari sebagian besar orang-orang prancis dan berkumpul di konstaninopel. Perang salib pertama pun dimulai. Perang salib berlangsung 200 tahun lamanya, dari mulai 1095-1293, dengan 8 kali penyerbuan. Perang tersebut bertujuan untuk merebut kota suci palestina, tempat “tapak Tuhan berpijak”, dari tangan kaum muslim.
79 2. Penyebab terjadinya perang salib Penyebab terjadinya perang salib ada beberapa faktor yang memicu terjadi perang salib. Adapun yang menjadi faktor terjadinya perang salib ada tiga yaitu: a. Faktor Agama Sejak dinasti saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070M. Pihak kristen merasa tidak bebaslagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menerapkan sejumlah peraturan yang di anggap mempersulit mereka yang hendak berziarah ke baitul Maqdis. b. Faktor Politik Kekalahan Bizantium sejak 330 di sebutkan Konstanti Nopel (islambul) di Manzikart, wilayah Armenia, pada 1071 dan jatuhnya Asia keil kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisal Alexius I untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099); yang menjadi paus antara tahun 1088-1099 M, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaan di daerah penduduk Dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan untuk dapat pempersatukan kerajaan yunani dan Roma. Dan di pihak lain kondisi islam pada waktu itu sedang melemah sehingga orang kristen di eropa berani untuk ikut mengambil perang Salib. b. Faktor Sosial Ekonomi Para pedagang besar yang berada di pantai timur laut Tengah, Terutama yang berada di kota Vanesia, Genoa, Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut Tengah untuk memperluas jaringan dngan mereka. Sehingga mereka mau membantu dalam perang salib, stratifikasi sosial mereka Eropa ketika itu terdiri dari 3 kelompok yaitu: kaum kristen, kaum ksatria, serta kaum jelata. Mereka mayoritas terdiri dari kaum jelata tapi kehidupan mereka sangat tertindas terhina mereka harus tunduk terhadap aturan mereka sehingga saat mereka mengambil bagian dari perang salib dengan janji mereka akan di beri kesejahtraan dan kebebasan mereka menyambutnya dengan sepontan dan semangat. 3. Periodisasi Perang Salib a. Periode I Periode pertama, disebut periode penaklukan (1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam menggambarkan pasukan salib pertama yang dipimpin oleh
80 Pierre I’ermite sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk. Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099. Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja Reymond. b. Periode II Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini, terlihat jelas setelah munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187. Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat pejanjian. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimian dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keselamatannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan Jaita berada di bawah kekuasaan tentara salib c. Periode III Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam pasukan salib. Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis. E. Penyerbuan bangsa mongol 1. Latar Belakang Bangsa Mongol Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra kembar. Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar. Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan. yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari. Dalam rentang waktu yang sangat panjang. kehidupan bangsa Mongol tetap
81 sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik diantara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. Pemimpin atau Khan bangsa Mongol yang pertama diketahui dalam sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah Chinggis (Chingis atau Jenghis). Jenghis aslinya bernama Temijin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Jenghis sebenarnya adalah gelar bagi Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, atau juga disebut Jenghis Khan/Raja yang Agung, ketika ia berumur 44 tahun. Perlu diketahui juga, bahwasannya bangsa Mongol adalah bangsa yang pemberani dan tegar dalam berperang. Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari ketiga agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam. Jenghis Khan juga menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq. Disamping itu juga. Jenghis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai konsekwensinya, rakyat Mongol harus menghormati rajanya, tentara yang mau berperang harus diinspeksi terlebih dahulu dan perempuan harus siap membayar pajak jika lelakinya pergi berperang, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang kerajaanya, ia melarang penyerbuan terhadap agama, sekte agama dan mencegah terjadinya perbedaan dalam agama. Ternyata Jenghis Khan ingin mengambil hati kaum muslimin dengan tidak mengusik kelompoknya, dan menghormati Nabi SAW, yang ketika itu Islam sudah meluas hingga ke wilayahnya, guna menghadapi tantangan dan meluaskan wilyah ke luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam. Karisma, kehebatan dan keberanian Jenghis Khan terkenal kemana-mana. la pun berhasil mengalahkan suku Merkit dan Tartar. Seiring dengan reputasinya yang meningkat, semakin banyak kelompok yang bergabung dan meminta kepadanya.
82 2. Perkembangan Bangsa Mongol Bangsa yang dipimpinnya itu meluaskan wilyah ke Tibet (Cina barat laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. ia menundukkan Turkestan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Jenghis yang disertai oleh para saudagar Islam. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarazm 1219-1220. padahal sebelummnya, mereka justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand yang di dalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi Hadits yang termasyhur, dihancurkan, Balk. dan kota-kota lain yang mempunyai peradapan Islam yang tinggi, di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa Khawarazm yang berusaha meminta bantuan kepada khalifah Abbasiyah di Baghdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh lawannya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke Barat. Toluy, salah seorang anak Jenghis, diutus ke Khurrasan sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghalay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khawarazm. Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas dibagi untuk empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227. Pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagaian Barat dan Stepa Qipchaq yang membentang hingga Rusia selatan, di dalamnya terdapat Khawarazm. Namun ia meninggal dunia sebelum wafat ayahnya Jengis. dan wilayah warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan Horde (kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde putih di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai ke khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Siberia dan Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan. Qazan, Qasimov, Tiumen, Bukhara, dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa di Khawarazm dan Transoxania dalam abad ke 15 dan 16. Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah berbentang ke Timur, sejak dari Transocania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Cabang barat dari keturunan Chaghatai yang bermukim di Tranxosamia segera masuk ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan Timur Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan Chaghatay berkembang di Semirechye. Ili. T'ien Syan di Tamrin, Mereka lebih tahan
83 terhadap pengaruh Islam, tetapi akhirnya mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII. Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh dewan Pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Tetapi dua generasi Khan tertinggi jatuh ke tangan keturunan Toluy. Walaupun demikian, cucu Ogedey yang bernama Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs dan Tien Syan, mereka berperang melawan anak turun Chaghatay dan Qubilay Khan, hingga ia meninggal dunia tahun 1301. Keempat adalah Tuli, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Anakanaknya, yakni Mongke dan Qubilay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang ber ibu kota di Qaraqarum. Sedangkan Qubilay Khan menaklukan Cina dan berkuasa disana yang dikenal sebagai dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian digantikan dinasti Ming. Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari Khan-Khan Mongol yang beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Adalah Hulagu Khan, saudara Mongke Khan dan Qubilay Khan, yang menyerang wilayah-wilayah Islam sampai ke Baghdad.mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII. 3. Serangan-serangan Mongol terhadap Umat Islam Setelah berhasil menaklukan wilayah Cina dan sekitarnya, Jenghis Khan kemudian menjadikan negeri-negeri Islam sebagai sasaran selanjutnya. Pada tahun 606 H/1209 M. tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian ke Samarkand. Pada mulanya, mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm. Sultan Ala Al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masingmasing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian, mereka masuk Bukhara, Samarkand. Khurasan, Hamadzan. Quzwain dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala Al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan Ala-Aldin tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. Ia digantikan oleh putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran dekat Attock tahun 1224 M. Pasukan Mongol terus melakukan pembunuhan dan pembantaian besar-besar di setiap wilayah yang dilaluinya. Pernah Jenghis Khan bertanya kepada seorang penjaga menara
84 mesjid, apakah mimbar itu adalah singgasana Sultan dan diberitahu bahwa mimbar adalah untuk berkhotbah, sedangkan singgasananya ada di dalam benteng. Jadi Jenghis pergi menuju benteng, memerintahkan pengawal untuk menyerah, membunuh beberapa orang saat mereka melawan, kembali ke mesjid, membunuh 200 syeikh, melempar kepala mereka ke dalam sumur mesjid. kemudian ia menaiki mimbar. Warga kota yang masih hidup dikumpulkan ke dalam dinas militer, wanita dan anak-anak mereka dijadikan budak. Sedangkan para pandai besi. tukang kayu dan pengrajin emas direkrut untuk bergabung dengan pekerja terampil bangsa Mongol. Wilayah Baghdad pada tahun 1208 M ditaklukkan oleh Hulagu Khan, salah satu keturunan Jenghis Khan. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. la dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan wilayahwilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasan Mongol setelah kematian Jenghis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulagu Khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Baghdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi'ah Isma'iliyah di Persia Utara, tahun 1256. Jatuhnya ibu kota Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah kedua, al-Mansur itu, berkaitan crat sekali dengan seseorang yang bernama Ibnu al-Qami', ia berhasil merayu pasukan Mongol untuk menyerang Baghdad. Pada awal tahun 656 H / 1258 M. Hulagu Khan mengirimkan pasukan ke Baghdad di bawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatangannya, kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulagu Khan tiba di Baghdad. Mereka mengepung Baghdad dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya diadakan perjanjian antara Hulagu dan Mu'tashim. Mu'tashim dikawal tujuh ratus: dari kalangan hakim, fuqoha, orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua dibunuh oleh Hulagu Khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu al-Qami dan Nashiruddin at-Thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu timbullah wabah penyakit, lantaran mayat- mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan. Hulagu mengenakan gelar II Khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi hingga ke Syiria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, dan Harim. Selanjutnya ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di "Ain Jalut, Palestina, thun 1260 sehingga mengurungkan niatnya
85 melangkahi Mesir, la sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat. Atas saran Nasiruddin at-Tusi, seorang Filosof Muslim besar. Ia membangun ovservatorium di Maragha tahun 1259. Hulagu yang memerintah hingga tahun 1265 digantikan oleh anaknya. Abaqa, 1265-1282. ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Nestorian, yakni Doqus Khatun. Orangorang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang Salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan Mamluk dan keturunan saudara-saudaranyayang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern ini. 4. Dampak Kekuasaan Mongol bagi Umat Islam a. Dampak Negatif Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol sejak dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi ummat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi. bukan hanya pada masa Hulagu saja yang membunuh khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa'id ad-Daulah yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289. Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha, rupanya bersimpati kepada orang- orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilits perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulagu. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini. b. Dampak Positif
86 Dengan berkuasanya dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Mengapa mereka dapat menerima hari ini dan masuk ke agama Islam? Antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang. seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernumya untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam. melarang riba, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ja gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti Mongol, Arab, Persia, Cina. Tibet dan Latin. la mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya. Sepeninggal Gazan digantikanlah oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi'ah sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz, dan II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan India serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka. F. Kondisi dunia islam menjelang masa pertengahan 1. Kerajaan Ottoman (Turki) Kesultanan Utsmaniyah (1299-1923), atau dikenal juga dengan sebutan Kekaisaran Turki Ottoman, (Turki Utsmaniyah Lama: Devlet-i Aliye-yi 'Osmaniyye, Utsmaniyah Akhir dan Turki Modern: Osmanlı Devleti atau Osmanlı İmparatorluğu, Bahasa Arab: JJ,Daulat 'Aliah Utsmaniah) adalah negara multi-etnis dan multi-religius. Negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman (dalam bahasa Inggris: House of Osman atau Ottoman dynasty), yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299-1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil. Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antara Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan
87 Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah PerangDunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi. 2. Kebangkitan Kesultanan (1299-1453) Pada pertengahan abad ke-13, Kekaisaran Bizantium yang melemah telah kehilangan beberapa kekuasaanya oleh beberapa kabilah. Salah satu kabilah ini berada daerah di Eskişehir, bagian barat Anatolia, yang dipimpin oleh Os man 1, anak dari Ertuğrul, yang kemudian mendirikan Kesultanan Utsmaniyah. Menurut cerita tradisi, ketika Ertuğrul bermigrasi ke Asia Minor beserta dengan empat ratus pasukan kuda, beliau berpartisipasi dalam perang antara dua kubu pihak (Kekaisaran Romawi dan Kesultanan Seljuk). Ertuğrul bersekutu dengan pihak Kesultanan Seljuk yang kalah pada saat itu dan kemudian membalikkan keadaaan memenangkan perang. Atas jasa beliau, Sultan Seljuk menghadiahi sebuah wilayah di Eskişehir.[1] Sepeninggal Ertuğrul pada tahun 1281, Osman I menjadi pemimpin dan tahun 1299 mendirikan Kesultanan Utsmaniyah. Osman I kemudian memperluas wilayahnya sampai ke batas wilayah Kekaisaran Bizantium. Ia memindahkan ibukota kesultanan ke Bursa, dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik kesultanan tersebut. Diberi nama dengan nama panggilan "kara" (Bahasa Turki untuk hitam) atas keberaniannya, Osman I disukai sebagai pemimpin yang kuat dan dinamik bahkan lama setelah beliau meninggal dunia, sebagai buktinya terdapat istilah di Bahasa Turki "Semoga dia sebaik Osman". Reputasi beliau menjadi lebih harum juga disebabkan oleh adanya cerita lama dari abad pertengahan Turki yang dikenal dengan nama Mimpi Osman, sebuah mitos yang mana Osman diinspirasikan untuk menaklukkan berbagai wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. 3. Perkembangan Kerajaan (1453-1683) Periode ini bisa dibagi menjadi dua masa: Masa perluasan wilayah dan perkembangan ekonomi dan kebudayaan (sampai tahun 1566); dan masa stagnasi militer dan politik Kesultanan Utsmaniyah 1299-1683. Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan (1453-1566)
88 Pertempuran Zonchio pada tahun 1499 adalah perang laut pertama yang menggunakan meriam sebagai senjata di kapal perang, menandakan kebangkitan angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah. Penaklukkan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453 mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara; di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan Asia.. Kesultanan ini memasuki zaman kejayaannya di bawah beberapa sultan. Sultan Selim (1512-1520) secara dramatis memperluas batas wilayah kesultanan dengan mengalahkan Shah Dinasti Safavid dari Persia, Ismail I, di Perang Chaldiran. Selim I juga memperluas kekuasaan sampai ke Mesir dan menempatkan keberadaan kapal-kapal kesultanan di Laut Merah. 4. Serangan ke Wina tahun 1529 Pewaris takhta Selim, Suleiman yang Agung (1520-15660 melanjutkan ekspansi Selim. Setelah menaklukkan Beograd tahun 1521, Suleiman menaklukkan Kerajaan Hongaria dan beberapa wilayah di Eropa Tengah. Ia kemudian melakukan serangan ke Kota Wina tahun 1529, namun gagal menaklukkan kota tersebut setelah musim dingin yang lebih awal memaksa pasukannya untuk mundur. Di sebelah timur, Kesultanan Utsmaniyah berhasil menaklukkan Baghdad dari Persia tahun 1535, mendapatkan kontrol wilayah Mesopotamia dan Teluk Persia. 5. Pemberontakan dan Kebangkitan Kembali (1566-1683) Sepeninggal Suleiman tahun 1566, beberapa wilayah kekuasaan kesultanan mulai menghilang. Kebangkitan kerajaan-kerajaan Eropa di barat beserta dengan penemuan jalur alternatif Eropa ke Asia melemahkan perekonomian Kesulatanan Utsmaniyah. Efektifitas militer dan struktur birokrasi warisan berabad-abad juga menjadi kelemahan dibawah pemerintahan Sultan yang lemah. Walaupun begitu, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi Kesultanan Utsmaniyah ke Eropa. Kerajaan-kerajaan Eropa berusaha mengatasi kontrol perdagangan ke Asia oleh Kesultanan Utmaniyah dengan mer alternatif. Secara ekonomi, pemasukan Spanyol dari
89 benua bar pengaruh pada devaluasi mata uang Kesultanan Utsmaniyah dan r inflasi yang tinggi. Hal ini memberikan efek negatif terhadap semua lapisan masyarakat Utsmaniyah. 6. Pertempuran Lepanto tahun 1571 Di Eropa Selatan, sebuah koalisi antar kekuatan dagang Eropa di Semenanjung Italia berusaha untuk mengurangi kekuatan Kesultanan Utsmaniyah di Laut Mediterania. Kemenangan koalisi tersebut di Pertempuran Lepanto (sebetulnya Navpaktos, tapi semua orang menjadi salah mengeja menjadi Lepanto) tahun 1571 mengakhiri supremasi kesultanan di Mediterania. Pada akhir abad ke-16, masa keemasan yang ditandai dengan penaklukan dan perluasan wilayah berakhir. 7. Serangan kedua Wina tahun 1683 Di medan perang, Kesultanan Utsmaniyah secara perlahan-lahan tertinggal dengan teknologi militer orang Eropa dimana inovasi yang sebelumnya menjadikan faktor kekuatan militer kesultanan terhalang oleh konservatisme agama yang mulai berkembang. Perubahan taktik militer di Eropa menjadikan pasukan Sipahi yang dulunya ditakuti menjadi tidak relevan. Disiplin dan kesatuan pasukan menjadi permasalahan disebabkan oleh kebijakan relaksasi rekrutmen dan peningkatan jumlah Yanisari yang melebihi pasukan militer lainnya. Murad IV (1612-1640), yang menaklukkan Yereva tahun 1635 dan Baghdad tahun 1639 dari kesultanan Safavid, adalah satu-satunya Sultan yang menunjukkan kontrol militer dan politik yang kuat di dalam kesultanan. Murad IV merupakan Sultan terakhir yang memimpin pasukannya maju ke medan perang. 8. Keadaan Politik Menjelang Keruntuhan Politik di sini dibagi jadi dua. Pertama politik dalam negeri, yang maksudnya ialah penerapan hukum Islam di wilayahnya; mengatur mu'amalat, menegakkan hudud dan sanksi hukum, menjaga akhlak, mengurus urusan rakyat sesuai hukum Islam, menjamin pelaksanaan syi'ar dan ibadah. Semua ini dilaksanakan dengan tatacara Islam. Ada 2 faktor yang membuat khilafah Turki Utsmani mundur: Pertama, buruknya pemahaman Islam. Kedua, salah menerapkan Islam. Sebetulnya, kedua hal di atas bisa diatasi saat kekholifahan dipegang orang kuat dan keimanannya tinggi, tapi kesempatan ini tak dimanfaatkan dengan baik. Suleiman Il-yang dijuluki al-Qonun, karena jasanya mengadopsi UU sebagai sistem khilafah, yang saat itu merupakan khilafah terkuat-malah menyusun UU menurut mazhab tertentu, yakni mazhab Hanafi, dengan kitab Pertemuan Berbagai Lautan-nya yang ditulis Ibrohimul Halabi (1549)sebagai pedoman dalam hal syariah dan muamalah sehingga administrasi negara
90 menjadi lebih mudah dan terstruktur rapi. Padahal khilafah Islam bukan negara mazhab, jadi semua mazhab Islam memiliki tempat dalam 1 negara dan bukan hanya 1 mazhab. 9. Gerakan misionaris Di dalam negara, ahlu dzimmah-khususnya orang Kristen yang mendapat hak istimewa zaman Suleiman II, akhirnya menuntut persamaan hak dengan muslimin. Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Bizantium (1521), Prancis (1535), dan Inggris (1580). Dengan hak istimewa ini, jumlah orang Kristen dan Yahudi meningkat di dalam negeri. Ini dimanfaatkan misionaris-yang mulai menjalankan gerakan sejak abad ke-16. Malta dipilih sebagai pusat gerakannya. Dari sana mereka menyusup ke Suriah(1620) dan tinggal di sana sampai 1773. Di tengah mundurnya intelektualitas Dunia Islam, mereka mendirikan pusat kajian sebagai kedok gerakannya. Pusat kajian ini kebanyakan. milik Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, yang digunakan Barat untuk mengemban kepemimpinan intelektualnya di Dunia Islam, disertai serangan mereka terhadap pemikiran Islam. Serangan ini sudah lama dipersiapkan orientalis Barat, yang mendirikan Pusat Kajian Ketimuran sejak abad ke-14. 10. Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya - sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha tetap tak berani membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun, setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak. Pengusulnyapun mencari alasan membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini. 11. Kerajaan Mughal (India)