The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Tugas UAS Tafsir Hadits Aqidah & Akhlak kelas IQTD IAIN Kudus Tahun 2022/2023

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nabillaazzahra90, 2022-12-19 11:51:15

Tafsir Hadits Aqidah & Akhlak

Tugas UAS Tafsir Hadits Aqidah & Akhlak kelas IQTD IAIN Kudus Tahun 2022/2023

Keywords: Tafsir Hadits Aqidah & Akhlak

yang lurus.” Karena itu umat islam diminta untuk moderat dalam hal beragama, dalam beribadah
dan dalam berkehidupan.

Orang yang moderat itu bisa di katakan bijaksana, kenapa? Karena dia akan berada di tengah
dalam melihat dan menilai sesuatu. Namun, bukan berarti ketika dia bersikap dia harus di tengah
juga, tidak. Orang yang moderat itu dia akan bersifat berpihak kepada yang benar, karena itu orang
yang moderat itu di sebut orang yang adil, adil itu bukan berarti sama dalam bersikap, adil itu artinya
proporsional dalam bersikap. Ketika teman-teman melihat kebenaran berada di kanan dan
kesalahan berada di kiri, maka tugas teman-teman adalah berpihak kepada yang kanan dan
menjauhi yang kiri orang yang salah, itulah moderat. Contoh seperti kita membelikan pakaian untuk
kakak adik kita, maka seharusnya untuk kakak kita ukurannya XL misalnya, dan adik kita ukurannya
M, bukan berarti kita bersikap adil dengan cara sama-sama membelikan ukuran M semua, maka itu
akan menjadi masalah bagi kakak kita, begitupun sebaliknya.

Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, nah moderat salah satu maknanya adalah
adil, dia bersikap kepada yang benar dan kepada yang salah dia menasehati dengan baik dan tidak
berlebihan, tidak kemudian dengan bersikap keras,mencaci maki dan sebagainya. Kepada yang
benarpun juga dia bersikap proporsional, dalam hal ini saya berpihak kepadamu karena kamu benar,
mungkin dalam hal lain jika kamu salah maka saya akan menegor kamu, karena namamnya juga
manusia ya terkadang benar terkadang salah, seperti makalah ini yang mungkin benar dan juga
salah. Juga pada ayat surat Al-baqarah ayat 143 terdapat lafaz ‫ َعلَىَال َّنا َِس‬, artinya orang yang moderat
itu dia harus punya ketinggian moral dan kebesaran hati untuk menilai, sehingga ketika menilai dia
bisa fair dalam menilai karena sudah mempunyai ketinggian moral, dia sudah tidak bisa di
goyangkan oleh kepentingan-kepentingan lain karena secara moral sudah bijaksana, sudah tinggi,
sudah tinggi. Dia juga harus mempunyai kebesaran hati untuk mengatakan salah meskipun itu teman
atau sahabat dia dan mengatakan benar kepada yang bukan bagian dari dia, nah itulah moderat.

Moderasi Beragama dalam Hadis
Berikut adalah contoh Hadits nabi yang menyebut kata ‫ القصد‬yang bermakna pertengahan yaitu

hadis yang diriwayatkan oleh imam muslimYakni:Jâbir b. Samurah berkata, “aku telah shalat
bersama Nabi saw. berkali-kali, dan (aku dapati) shalatnya dalam pertengahan dan khutbahnya juga
pertengahan.”(HR muslim)

Adapun maksud dari pertengahan adalah bahwa shalat dan khutbah yang tidak terlalu panjang
sehingga melelahkan dan tidak pula terlalu singkat sehingga menghilangkan makna. Demikianlah
ibadah shalat dan khutbah Nabi pada pelaksanaan shalat Jum‘at.

100


PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam pemaknaan moderasi pada ayat ayat al Qur'an dan hadis,dapat ditarik kesimpulan bahwa
esensi moderasi beragama yakni pemahaman dan praktik beragama yang adil,santun,mampu
bertoleransi dengan perbedaan dan jauh dari kekerasan.Selain landasan kuat melalui ayat ayat al
Qur'an dan hadis,terdapat pula hujjah lain melalui aspek kehidupan sosial di Indonesia.Mengingat
Negara Indonesia yang secara kodrati majemuk memiliki akar kultural yang cukup kuat,juga memiliki
modal sosial yang besar,rasanya sangat cukuplah seluruh kemajemukan itu juga menjadi dasar acuan
kuat untuk menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari Sayyid Quṭb memberikan
pandangan secara rinci dalam penafsirannya mengenai moderasi beragam/umatan wasaṭan ditinjau
dari beberapa sudut pandang.1.umatan wasaṭan dalam tasawwur, pandangan, pemikiran, persefsi
dan keyakianan. 2. Umat Pertengahan dalam pemikiran dan perasaan. 3. Umat Pertengahan dalam
peraturan dan keserasian hidup. 4.Umat Pertengahan dalam ikatan dan hubungan. 5. Umat
Pertengahan dalam tempat. 6. Umat Pertengahan dalam zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Alfaini, S. (2021). Perspektif Al-Qur’an tentang Nilai Moderasi Beragama untuk Menciptakan
Persatuan Indonesia. Eduprof: Islamic Education Journal, 3(2)

Irama, Y. & AW, L. C. (2021). Moderasi Beragama Dalam Perspektif Hadis. Mumtaz: Jurnal Studi
Al-Quran dan Keislaman, 5(01)

Karim,A.Tafsir Hadis Tematik: Kajian Tema Akidah Akhlak.
Kementrian Agama, RI Dan Badan Litbang, 2019, ModerasiBeragama. Jakarta: Kementrian Agama RI.
Muslim b. al-Hajjaj b. Muslim Abû al-Husayn al-Qushayrî al-Naysâbûrî,al-Jâmi’ al-Sahih, No. hadis
2041, Vol. 3 (Beirut: Dâr al-Jayl, t.th.)
Nurdin, F. (2021). Moderasi Beragama menurut Al-Qur’an dan Hadist. Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah:
Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif, 18(1)
Quṭb Sayyid , 1951, Al-Salam Al-Alami Wa Al-Islam. Kairo: Dar Al-Kitab Al-Arabi.
Quṭb Sayyid , 2003, Tafsir Fi Ẓhilāli Al-Qur’an (DalamNaungan Al-Qur’an)Terj,As’ad Yasin Dkk. Jakarta:
GemaInsani
Shihab Qurais, (1996) Wawasan al-Qur’ān, Bandug: Mizan.

101


BAB X
TOLERANSI ANTARA AGAMA
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum wr. wb
Kami mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan segala
karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Tafsir Aqidah dan Akhlaq , dengan judul : Toleransi antara agama.
Tidak lupa kata terima kasih kami berikan kepada semua pihak yang bersangkutan atas
terselesaikannya penulisan makalah ini, atas waktu, doa, pikiran, kritik dan saran sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan kemampuan kami dalam menyusun
makalah ini. Atas dasar demikian, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Dan pada akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat terkhusus
kepada kita, dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Wassalamu'alaikum wr. Wb

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang

Islam sebagai agama yang rahmatal lil ‘alamin, mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa
menghormati perbedaan. Karena tanpa kita sadari, di dunia ini banyak berbagai keragaman yang
berbeda, baik suku, ras, bahasa, maupun agama. Perbedaan dan keberagaman adalah fitrah
manusia, untuk itu islam menyuarakan ajaran yang moderat. Sebagai ajaran moderat, islam
menghargai perbedaan – perbedaan tersebut, selama tidak tercampur dengan urusan iman dan
akidah.

Dalam islam, sikap toleransi banyak di jelaskan pada ayat – ayat Al – Quran maupun hadis.
Toleransi sendiri bermaksa sifat atau sikap yang menghargai pendapat, pandangan ataupun
keyakinan yang berbeda dengan kepercayaan sendiri. Salah satu contoh ayat Al – Quran tentang
toleransi beragama adalah Qs.Yunus ayat 40 – 41. Sedangkan pada hadis Nabi, toleransi beragama
disampaikan Nabi Muhammad SAW demi memelihara kerukunan masyarakat.

Pada kesempatan kali ini, penulis coba menuliskan berbagai aspek yang berkaitan dengan tafsir
hadis tentang toleransi beragama.

102


2. Rumusan Masalah.

1. Apakah pengertian toleransi?

2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai toleransi?

3. Bagaimana pandangan Hadist mengenai toleransi?

4. Apa saja batasan-batasan dalam bertoleransi?

5. Apa manfaat bertoleransi?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi.

Toleransi berasal dari bahasa latin, “tolerare” yang berarti menahan diri, bersikap sabar,
menghargai orang lain berpendapat lain, berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang yang
berlainan pandangan atau agama..Dalam kamus besar bahasa Indonesia diterangkan bahwa
toleransi adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendiriannya sendiri.

Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan
membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan Ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan
agama masing-masing. Toleransi merupakan suatu perbuatan yang melarang diskriminasi terhadap
kelompok atau golongan yang berbeda.

Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Manusia beragama secara sosial
tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul bukan hanya kelompoknya sendiri. Tapi juga
dengan kelompok berbeda agama. Umat beragama mesti berupaya memuncukkan toleransi untuk
menjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi benturan-benturan ideologi dan fisik di antara umat
beragama.

B. Toleransi.dalam Al-Qur’an.

Al-qur’an secara tegas melarang untuk melakukan pemaksaan terhadap orang lain untuk memeluk
agama Islam. Hal ini ditegaskan dalam Q.S Al-Baqoroh/2: 265

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara
jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada
Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Tidak dibenarkan adanya paksaan untuk menganut
agama Islam. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan agama Allah kepada manusia dengan cara
yang baik dan penuh kebijaksanaan, serta dengan nasihat-nasihat yang wajar, sehingga mereka
masuk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri.

103


Apabila kita sudah menyampaikan kepada mereka dengan cara yang demikian, tetapi mereka
tidak juga mau beriman, itu bukanlah urusan kita, melainkan urusan Allah. Kita tidak boleh memaksa
mereka. Sebab turun ayat tersebut sebagaimana di ungkapkan oleh Ibnu Katsir yang bersumber dari
sahabat Ibnu „Abbas, adalah seorang laki-laki Ansar dari Bani Salim bin ‟Auf yang dikenal dengan
nama Husen mempunyai dua orang anak laki-laki yang beragama Nasrani, sedangkan ia sendiri
beragama Islam.

Kemudian Husen bertanya kepada Rasulullah SAW. “Apakah saya harus memaksa keduanya,
(untuk masuk Islam)?, kemudian turunlah ayat tersebut Salah satu hak yang paling asasi yang dimiliki
oleh manusia sebagai anugrah Tuhan adalah kebebasan untuk memilih agama berdasarkan
keyakinanya. Manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT untuk memilih berdasarkan pilihannya dan
akan dimintDan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia
kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung
mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek.

Menurut Sayyid Quthb, Allah menyerahkan kebebasan kepada manusia untuk menetapkan
keyakinanya sendiri, apakah dia akan mengikuti petunjuk dari Allah atau tidak. Akan tetapi Allah
membebankan kepada manusia tanggung jawab pilihannya sendiri. Inilah ciri utama kebebasan
manusia. Suatu Kebebasan yang ditolak oleh beberapa aliran yang sesat dan sistem yang hina pada
zaman modern ini. Aliran dan sistem itu tidak mengijinkan kepada manusia untuk memilih aqidahnya
sendiri yang sesuai dengan hati nuraninya. Sesungguhnya kebebasan beraqidah merupakan hak
pertama dan utama bagi manusia. Suatu hak yang menegaskan kemanusiaan manusia. Bila
kebebasan beraqidah seseorang di cabut, maka yang di cabut ialah kemanusiaannya sendiri.
Kebebasan beraqidah diiringi dengan kebebasan berdakwah menyebarkan aqidah itu. Kalau tidak,
kebebasan hanya sebagai nama, tanpa makna dalam kehidupan nyata.

Ayat Al-Qur’an lain yang menerangkan tentang toleransi adalah (QS. Saba’ *34+: 24-26). Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Sesungguhnya kami atau kamu yang berada dalam kebenaran, atau dalam kesesatan yang nyata.
Katakanlah: Kamu tidak akan diminta mempertanggungjawabkan pelanggaran-pelanggaran kami dan
kami pun tidak akan diminta mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan kamu. Katakanlah:
‘Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian Dia memberi keputusan di antara kita dengan
benar, sesungguhnya Dia Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”(QS. Saba’ *34+: 24-26).

Pada ayat di atas terlihat bahwa ketika absolusitas diantar keluar, ke dunia nyata Nabi saw. tidak
diperintahkan menyatakan apa yang di dalam keyakinan tentang kemutlakan kebenaran ajaran
Islam, tetapi justru sebaliknya, kandungan ayat tersebut bagaikan menyatakan: Mungkin kami yang
benar, mungkin pula kamu; mungkin kami yang salah, mungkin pula kamu. Kita serahkan saja kepada
Tuhan untuk memutuskannya. Bahkan diamati dari redaksi ayat di atas, bahwa apa yang dilakukan
oleh Nabi dan pengikut- pengikut beliau diistilahkan dengan pelanggaran (sesuai dengan anggapan
mitra bicara), sedang apa yang mereka lakukan dilukiskan dengan kata perbuatan, yakni tidak
menyatakan bahwa amal mereka adalah dosa dan pelanggaran.

104


Setelah menegaskan tidak mungkinnya bertemu dalam keyakinan ajaran Islam dan kepercayaan
Nabi Muhammad saw. dengan kepercayaan kaum yang mempersekutukan Allah, ayat di atas
menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan bermasyarakat yakni: Bagi kamu secara khusus
agama kamu. Agama itu tidak menyentuhku sedikit pun, kamu bebas untuk mengamalkannya sesuai
kepercayaan kamu dan bagiku juga secara khusus agamaku, aku pun mestinya memperoleh
kebebasan untuk melaksanakannya, dan kamu tidak akan disentuh sedikit pun olehnya. Kata din
dapat berarti agama, atau balasan, atau kepatuhan.Sementara ulama memahami kata tersebut di
sini dalam arti balasan. Antara lain dengan alasan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak memiliki
agama.Mereka memahami ayat di atas dalam arti masing-masing kelompok akan menerima balasan
^ang sesuai. Bagi mereka ada balasannya, dan bagi Nabi pun demikian. Baik atau buruk balasan itu,
diserahkan kepada Tuhan. Dialah yang menentukannya. Ayat ini menurut mereka semakna dengan
firman-Nya:

“Kamu tidak diminta mempertanggungjawabkan dosa-dosa kami, kami pun tidak
dimintamempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan kalian” (QS. Saba’ *34+: 25).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫ࣖ لَ ُك َْمَ ِد ٌْ ُن ُك ْمََ َولِ ًَََ ِد ٌْ ِن‬

Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” Didahulukannya kata lakum dan liya berfungsi
menggambarkan kekhususan, karena itu pula masing-masing agama biarlah berdiri sendiri dan tidak
perlu dicampurbaurkan. Tidak perlu mengajak kami untuk menyembah sembahan kalian setahun
agar kalian menyembah pula Allah. Kalau ad-din diartikan agama, maka ayat ini tidak berarti bahwa
Nabi diperintahkan mengakui kebenaran anutan mereka. Ayat ini hanya mempersilahkan mereka
menganut apa yang mereka yakini. Apabila mereka telah mengetahui tentang ajaran agama yang
benar dan mereka menolaknya serta bersikeras menganut ajaran mereka, silahkan, karena memang
seperti firman Allah swt.:

‘Tidak ada paksaan dalam memeluk agama, sesungguhnya telah jelas jalan yangbenar dari jalan
yang sesat" (QS. al-Baqarah [2]: 256). Kelak di hari Kemudian masing-masing
mempertanggungjawabkan pilihannya.

Ayat 6 di atas, merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik, bagi kamu agama kamu dan
bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang
dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain tetapi sekaligus tanpa
mengabaikan keyakinan masing-masing.

Demikian terlihat bahwa absolusitas ajaran agama adalah sikap jiwa ke dalam, tidak menuntut
pernyataan atau kenyataan di luar bagi yang tidak meyakininya. Ketika kaum musyrikin bersikeras
menolak ajaran Islam, maka demi kemaslahatan bersama, Tuhan memerintahkan Nabi Muhammad
saw. menyampaikan bahwa:

"Sesungguhnya kami atau kamu yang berada dalam kebenaran, atau dalam kesesatan Al-Qur'an
surah Al-Mumtaḥanah ayat 8

105


‫َۡلََ ٌَ ْن ٰهٮ ُك ُمََا ٰلَّلَُ َع َِنَالَّ ِذ ٌْ ََنَ َل َْمَ ٌُ َقا ِتلُ ْو ُك ْمََفِىَال ِّد ٌْ ِنََ َو َل َْمَ ٌُ ْخ ِر ُج ْو ُك َْمَ ِّم َْنَ ِد ٌَا ِر ُك َْمَاَ ْنََ َت َب ُّر ْو ُه َْمَ َو ُت ْق ِس ُط ْواَ ِالَ ٌْ ِه ْمََ ِا ََّنَا ٰلَّلََ ٌُ ِح ُّبََا ْل ُم ْق ِس ِط ٌْ ََن‬

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adilai pertanggung jawabannya di akhirat
kelak. Prinsip kebebasan ini secara tegas disebutkan.

C. Toleransi dalam Hadist.

Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq
dari Dawud bin Al- Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah
saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?"maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-
Samhah (yang lurus lagi toleran).

Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata:Hadis ini di riwayatkan oleh Al-
Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu.Mudah” di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak
menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih.menurut
Imam alBukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secaralengkap dalam al-Adâb al-Mufrad
yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan sanad yanghasan.Sementara Syekh
Nasiruddin alAlbani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan
lighairih. Menghormati umat agama lain Mudah” di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak
menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut
Imam alBukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad
yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan sanad yanghasan. Sementara Syekh
Nasiruddin al- Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan
lighairih.

Dari Abu Musa bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila di hadapan kalian lewat jenazah orang Yahudi
atau Nasrani atau Muslim, maka hendaklah kalian berdiri. Berdiri tersebut bukan untuk
menghormati jenazah itu akan tetapi untuk yang bersamanya yaitu para malaikat.

Dapat digaris bawahi bahwa sumber hukum agama Islam yang paling awal adalah Al – Qur’an. Hal ini
menjelaskan toleransi yang ada dalam Al – Qur’an sangatlah beragam sebagaimana uraian pada
pembahasan diatas. Selain dalam Al – Qur’an, di dalam hadits juga memuat beberapa pembahasan
mengenai sikap toleransi. Rasulullah sebagai seorang utusan juga mengajarkan pentingnya
toleransi, karena toleransi cerminan sikap yang moderat sesuai ajaran agama Islam. Bahkan ketika
sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang yang baik bagi sesama, beliau menjelaskan
tentang agama yang hanafiyyah dan samhah. Seperti dalam hadis:

َ‫حدثناَعبدَالهحدثنأَبحدثنٌزٌدَقاْلناَمحمدبناسحاقعنداَودبنَئلحصٌنعنعكرمةَعناَبنعبَاسقالقٌللرسوۡلَللهصلٮاَللهعلٌهوسلمأٌَاْلدٌا‬
‫نأحبالَللهقاَۡللحنٌفٌةَالسمحة‬

Ketika nabi ditanya, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al
hanifiyyah As samhah (yang lurus lagi toleran )” (suryani, 2012 : 133-134).

Mengutip dari hadis diatas, bahwa Nabi SAW sangat memperdulikan sikap toleran bagi umat Islam.
Hal itu dikarenakan demi terciptanya masyarakat yang rukun bahkan dalam keyakinan yang berbeda.

106


Tidak lantas acuh terhadap pemahaman yang berbeda sehingga menimbulkan pergesekan sosial.
Setiap individu memiliki hak pribadinya dalam memilih suatu agama. Nabi mengajarkan untuk tetap
melindungi hak bagi umat diluar islam, nasrani dan yahudi tidak dilarang atau dihalangi untuk
menjalankan keyakinannya (HR. Adurrazaq). Dengan sikap seorang muslim yang menghormati hak
dan keyakinan orang lain akan menjadi dakwah yang aktual meski tidak dengan mengenalkan Islam
lewat kata – kata maupun ajaran. Semakin banyak orang paham tentang ajaran Islam yang rohmat
membuat timbal balik baik kepada umat muslim, bahkan tidak jarang yang memutuskan memeluk
agama Islam setelah mengetahui secara menyeluruh tentang Islam. Islam yang rohmat dengan
senantiasa mengedepankan kasih sayang bagi semua seperti tujuan agama islam yang rohmatal lil
‘alamin. Namun demikian masih banyak yang tidak menyukai dengan agama Islam karena stigma
masyarakat dunia yang kurang baik, dengan itu Nabi SAW mengajarkan untuk tetap mendoakan
orang lain meski tidak beragama islam. Seperti dalam do’a Nabi:

‫الهمَاهدَدوساَوأتَبهم‬

“Ya Allah tunjukilah Qobilah Daus hidayah dan berikan hal itu kepada mereka” (Al Bukhari, jilid, 11,
tt:341).

Doa tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah sebagai kabar gembira
bagi seluruh alam, bukan hanya untuk umat Islam melainkan bagi umat yahudi dan nasrani. Dalam
sifat yang dikhususkan dengan diutusnya beliau menjadikan seorang muslim saat ini dengan
seharusnya merenungkan untuk memiliki sikap yang baik meski pada kaum non Islam sekalipun.
Sebagai agama yang moderat tentunya tidak semua aspek ajaran dalam Islam dapat ditoleransi.
Toleransi memiliki batas dan zona yang telah diberikan sehingga tidak mencampur adukkan agama
satu dengan lainnya. Batasan toleransi dalam islam hanya sebatas dialektika sosial yang meliputi
beberapa aspek mua’malah seperti sosial, kesehatan, pendidikan dsb. Aspek yang berkaitan dengan
keimanan seperti syariat dan akidah tidak diperbolehkan untuk toleransi karena akan bertentangan
antar kepercayaan. Dalam kehidupan bermasyarakat mustahil untuk tidak bersinggungan dengan
agama lain, dengan itu mengharuskan kita untuk bersikap bijak dalam setiap situasi. Bertoleransi
dalam mu’amalah seperti dalam contoh jual beli akan memudahkan satu dengan yang lainnya dalam
bertransaksi meskipun berbeda kayakinan. Dengan memudahkan dalam hak jual beli akan
mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

D. Batas-batas Toleransi dan Menjalin Kerukunan Dengan Pemeluk Agama Lain.

Pada prinsipnya, setiap agama pastilah memiliki tiga pilar, yaitu aspek teologi atau akidah, aspek
spiritual atau syariah, aspek akhlaq atau hubungan antar sesama. Nah, toleransi yang dilarang tentu
dalam konteks akidah dan syariah, yaitu dalan konteks keyakinan dan dalam konteks
beribadah.sedangkan dalam konteks bermuamalah, agama dan Alquran khususnya, tidak ada
larangan apapun dan bahkan itu dianjurkan sepanjang itu untuk kebaikan bersama.

107


Prinsip-prinsip (kerukunan antarumat beragama) di atas dalam penerapannya tidak boleh
melampaui batas-batas sebagai berikut:

1. Tidak melampaui batas akidah sehingga terjerumus dalam kekufuran, seperti ikut ritual
agama lain dengan tujuan mensyi'arkan kekufuran.

2. Tidak melampaui batas syariat sehingga terjerumus dalam keharaman, seperti memakai
simbol-simbol yang identik bagi agama lain dengan tujuan meramaikan hari raya agama lain.

Adapun berinteraksi dengan mereka di luar dua ketentuan di atas seperti umat Islam ikut membantu
pelaksanaan hari raya umat agama lain, menjaga dan mengamankan rumah ibadah mereka dari
gangguan dan ancaman teror, datang ke tempat peribadatan mereka tanpa mengikuti ritual
keagamaannya, maka diperbolehkan, terlebih jika hal tersebut didasari untuk menunjukkan
keindahan, toleransi, dan kerahmatan agama Islam. Begitu juga berkunjung ke rumah mereka saat
tertimpa musibah atau berbela sungkawa atas kematian keluarganya, menjenguknya saat sakit,
bermuamalat dengan mereka di tempattempat belanja, mencari penghidupan di tempat-tempat
kerja, bersama-sama dalam tugas negara dan layanan publik, maka boleh dan bahkan dianjurkan
bersikap baik terhadap mereka, terlebih jika masih ada hubungan kerabat, tetangga dan atau
terdapat kemaslahatan, seperti ada harapan mereka masuk agama Islam.

E. Manfaat Toleransi.

1. Menerima nilai-nilai orang lain.

Setiap orang tentu mempunyai pendapat atau pandangan tentang dirinya sendiri. Hal ini perlu
dihormati dan diterima.Satu-satunya cara untuk hidup dalam masyarakat yang damai adalah
toleransi. Tidak masalah untuk tetap berpegang pada nilai-nilai diri sendiri. Namun, menerima dan
menghormati nilai-nilai orang lain juga penting dilakukan.

2. Menguatkan tali persaudaraan.

Melalui toleransi, setiap orang akan memiliki sifat saling menghargai perbedaan yang tersebar di
berbagai pulau di Indonesia.Setiap perbedaan tersebut dihsarapkan bisa melahirkan kasih dan
sayang antarsesam hingga akhirnya terpupuk persaudaraan sebangsa dan setanah air, serta
terhindar dari perpecahan antarindividu maupun kelompok.

3. Menumbuhkan dan menguatkan rasa nasionalisme.

Adanya toleransi mampu menumbuhkan dan menguatkan rasa nasionalisme seseorang. Hal ini
dikarenakan rasa cinta yang tinggi terhadap Tanah Air.Dengan begitu, setiap orang menyadari
Indonesia sebagai negara majemuk yang punya banyak perbedaan budaya yang harus dilestarikan.

108


4. Melancarkan pembangunan Negara.
Dengan adanya toleransi, pembangunan negara menjadi lebih cepat maju. Lantaran semua warga

negara memiliki perspektif serupa mengenai perbedaan, kehidupan bernegara menjadi lebih mudah
dijalankan, melalui musyawarah yang lancar.
5. Menciptakan keharmonisan dan kedamaian.

Berawal dari toleransi hingga menghasilkan bentuk menghargai pendapat orang lain. Setiap orang
yang memiliki rasa toleran dapat menahan dirinya untuk tidak memaksakan pendapat pribadi
kepada orang lain.Bentuk menghargai pendapat orang lain itulah yang melahirkan kedamaian dan
terjaganya keharmonisan.
6. Meningkatkan kekuatan iman.

Setiap agama mengajarkan kebaikan. Melalui sikap toleransi, setiap orang akan menghargai agama
lain saat beribadah. Posisi tersebut menjadi satu di antara yang bisa menguji diri sendiri, seberapa
kuat iman ini saat berhubungan dengan orang lain yang berbeda agama.

PENUTUP
KESIMPULAN

Toleransi berasal dari bahasa latin, “tolerare” yang berarti menahan diri, bersikap sabar,
menghargai orang lain berpendapat lain, berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang yang
berlainan pandangan atau agama..Dalam kamus besar bahasa Indonesia diterangkan bahwa
toleransi adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendiriannya sendiri Al-qur’an dan Hadist secara tegas melarang untuk
melakukan pemaksaan terhadap orang lain untuk memeluk agama Islam.
Batas-batas Toleransi dan Menjalin Kerukunan Dengan Pemeluk Agama Lain antara lain:
1. Tidak melampaui batas akidah sehingga terjerumus dalam kekufuran
2. Tidak melampaui batas syariat sehingga terjerumus dalam keharaman Manfaat toleransi antara
lain:
1. Menerima nilai-nilai orang lain
2. Menguatkan tali persaudaraan
3. Menumbuhkan dan menguatkan rasa nasionalisme
4. Melancarkan pembangunan Negara

109


SARAN
Demikian makalah ini kami susun, mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan, pembuatan, maupun materi yang kami sajikan. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini banyak kekurangan ,Maka,
kritik dan saran konstruktif penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat dan menjadikan sebagai tambahan ilmu bagi semua pembaca, Amin Amin
yarobbal ‘alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Yasir,Muhammad, Makna Toleransi Dalam Al-Qur’an, (JURNAL USHULUDDIN Vol. XXII No. 2, Juli
2014)

Misrawi,Zuhairi, Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Pustaka Oasis, 2017, Jakarta)
Shihab,M.Quraisy,Al misbah,(Ciptat,Lentera hati,2007)Jilid 1hal 552 ,Tafsir Kemenag,Surah Al
Baqarah hal 200 (Jakarta pusat)

Nurdin,Ali, AL-Qur’an solusi kehidupan,(Tangsel,Nurul Qur’an Press,2019)
Agung Setiyawan, “Pendidikan Toleransi dalam Hadits Nabi SAW”, Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Vol. XII No. 2 (Desember, 2015), hlm. 201-222.
Alaik S, Cara Bergaul Rasul dengan Non Muslim, (Yogyakarta: LkiS Group Pustaka Pesantren, 2012),
hlm. 222-223.

110


Click to View FlipBook Version