0
1 Pengembangan Cerita Anak Lewat KATA-KATA AJAIB
2
3 Pengembangan Cerita Anak Lewat KATA-KATA AJAIB Hasa Bunaya N. R. A. Linda Rizkika S. Desy Alisia A. Dinda Fita A.
4 Pengembangan Cerita Anak Lewat KATA-KATA AJAIB Penulis: Hasa Bunaya N. R. A. Linda Rizkika S. Desy Alisia A. Dinda Fita A. Penyunting: Linda Rizkika S. Perancang dan ilustrator sampul: Desy Alisia A. Penata letak: Desy Alisia A. Diterbitkan oleh Des Pustaka Gedung Tenggara, Jl. Jalan Ke Selatan 42, Kota Timur Laut www.despustaka.id Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya ini dalam bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.
5 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan buku berjudul Pengembangan Cerita Anak Lewat Kata-Kata Ajaib dengan baik. Buku ini dapat digunakan oleh masyarakat umum, guru atau tenaga pendidik maupun seorang siswa, dan orang tua guna menambah pengetahuan dan mengasah kreativitas melalui teks cerita anak. Dalam buku ini pembaca akan dibekali pengetahuan mengenai cerita anak, jenis sastra anak, pembelajaran pendidikan karakter kaitannya dengan kata-kata ajaib melalui cerita anak misalnya kata terimakasih, minta tolong, maaf dll. Selain itu, terdapat contoh genre cerita anak yang kami buat agar bisa dibaca oleh pembaca dan menambah kreativitas ide yang baru bagi mereka. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini, khususnya Ibu Prof. Dr. Dra. Wiyatmi, M.Hum. dan Bapak Mawai selaku dosen pembimbing. Hadirnya buku ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa buku ini masih memiliki berbagai kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan dalam penulisan buku di masa mendatang. Yogyakarta, April 2023
6 PRAKATA Apa kabar cerita anak? Kiranya pertanyaan tersebut pantas dijadikan pemantik sekaligus pijakan dalam menulis buku ini. Keberadaan cerita anak di negeri ini tampaknya tersisihkan atau bahkan mungkin kalah pamor dengan sastra remaja dan dewasa. Inilah yang menjadikan alasan buku ini layak ditulis. Buku ini menjadi sebuah referensi sekaligus "refleksi" terhadap kelupaan kita semua dengan bacaan yang diperuntukan untuk anak. Sebenarnya cerita anak memegang peranan penting dalam upaya menumbuhkan minat baca dan gerakan literasi yang sedang dikampanyekan dimana-mana. Cerita anak dapat menjadi pengisi "ruang" kosong yang dimiliki oleh anak-anak. Mengapa demikian? Anak-anak pada dasarnya adalah para pembelajar yang sedang berjuang menemukan pola bagi kehidupannya. Melalui cerita anak kita diajak untuk mampu saling bertukar simbol dengan anak-anak. Dunia simbol adalah hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Sehingga bentuk nyata dari penerapannya adalah menjadikannya media pembelajaran baik di sekolah ataupun di lingkungan lainnya. Buku ini tentunya masih jauh dari sempurna. Sungguh dibutuhkan masukan serta diskusi agar membuat buku ini lebih tajam memberikan pemahaman mengenai sastra anak. Sehingga ke depannya, sastra anak akan menjadi aspek yang lebih diperhatikan dalam mengembangkan karakter dan dunia pendidikanSelamat menjelajahi buku ini. Buku ini hanya terdiri atas enam bab yang disusun secara sistematis. Di dalamnya terdapat teori tentang cerita anak dan pengaplikasiannya dalam kata ajaib yang menjadi bahan konsentrasi dalam buku ini. Bagaimana lewat kata ajaib seperti
7 kata tolong, terima kasih, dan maaf dari cerita anak serta langkah-langkah praktis memulai penulisan karya cerita anak. Dengan adanya buku ini, semoga dapat benar-benar menjadi panduan yang praktis bagi para penulis buku cerita anak atau pegiat sastra anak untuk menghasilkan karya-karya cerita anak yang bermutu. Selain itu, buku ini dapat menambah khazanah referensi sastra anak yang memang langka di Indonesia dengan pengembangan nilai moral yang lain. Akhir kata, semua kelemahan dan kekurangan dalam buku ini murni kedangkalan ilmu penulis. Untuk itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Sudilah kiranya pembaca tercinta memberikan saran dan kritik demi perbaikan. Semoga menjadi semangat bagi penulis untuk senantiasa belajar dan terus belajar. Paling akhir, semoga karya sederhana ini dapat sedikit memberikan manfaat, baik kepada penulis dan juga pembaca umumnya. Aamiin.
8 Daftar Isi KATA PENGANTAR .............................................................. 5 PRAKATA............................................................................ 6 Daftar Isi............................................................................. 8 MENGENAL CERITA ANAK ................................................... 9 JENIS-JENIS CERITA ANAK ................................................. 23 PENTINGNYA PEMBELAJARAN CERITA ANAK ..................... 53 PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK LEWAT KATA AJAIB DALAM CERITA ANAK........................................................ 63 IMPLIKASI KATA AJAIB LEWAT CERITA ANAK..................... 71 AYO MENULIS CERITA ANAK.............................................. 81 Daftar Pustaka .................................................................. 87 Glosarium......................................................................... 90 Indeks .............................................................................. 91 Profil Penulis .................................................................... 92
9 BAB I MENGENAL CERITA ANAK
10 A. Apa itu cerita anak? Sastra anak adalah karya sastra yang sengaja ditulis sebagai bacaan anak yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan, isi dan bahasa sesuai dengan minat dan pengalaman anak serta tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Menurut Puryanto (2008), sesuai dengan kelompok sasaran, sastra anak harus dikemas dalam bentuk yang berbeda dengan sastra orang dewasa, sehingga anak dapat memperoleh dan memahaminya dengan baik. Sastra anak merupakan gambaran atau gambaran imajinatif tentang kehidupan anak dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai dengan anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. Sastra melibatkan studi tentang kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai cerita yang memotivasi pembaca untuk bertindak. Pembaca juga anak-anak yang imajinasinya masih berkembang dan akan menerima segala macam cerita terlepas dari masuk akal atau tidaknya cerita tersebut. Sebagai sebuah karya sastra, tentu saja hal ini berusaha untuk menularkan, melestarikan dan menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak-anak juga. Menurut Hunt dalam Witakania, (2008) mendefinisikan sastra anak sebagai bacaan buku yang dibaca oleh mereka yang secara khusus cocok untuk
11 dan juga secara khusus melayani sekelompok anggota yang sekarang dikenal dengan anak-anak. Jadi, sastra anak adalah bacaan buku yang sengaja ditulis untuk dibaca anak. Isi buku harus sejalan dengan minat dan dunia anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosi dan intelektual anak untuk memuaskan mereka. Tarigan (1995) mengatakan bahwa buku anak adalah buku yang menempatkan mata anak sebagai pengamat utama dan mata anak sebagai fokus. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui kacamata anak. Menurut Wahidin (2009), sifat sastra anak lebih bersifat imajinatif daripada faktual. Unsur imajinasi ini sangat terlihat dalam sastra anak. Sifat sastra anak harus sesuai dengan sifat dunia dan kehidupan anak-anak yang hanya dimiliki oleh mereka, bukan milik orang dewasa. Sastra anak didasarkan pada penyajian nilai-nilai dan daya tarik tertentu, serta diawali dengan apa yang dianggap sebagai pedoman perilaku hidup. Puryanto (2008) juga mengatakan bahwa perkembangan anak berjalan secara alami dan sesuai dengan siklusnya sendiri jika dibekali dengan bahan bacaan yang tepat. Sastra anak harus memuat tema-tema pendidikan, alurnya sederhana, dengan tempat-tempat aksi di sekitarnya atau di dunianya, tokoh dan ciri-cirinya memuat contoh-contoh yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami, tetapi mengembangkan bahasa anak, perspektif dan imajinasi orang sungguhan masih dalam jangkauan anak-anak. Menurut Sarumpaet, dalam Puryanto (2008), tema yang berhubungan dengan seks,
12 cinta erotis, kebencian, kekerasan dan prasangka serta tema hidup dan mati tidak muncul sebagai tema dalam sastra anak. Demikian pula, literatur anak-anak harus menghindari pembicaraan tentang perceraian, penggunaan narkoba atau pemerkosaan. Dengan kata lain, anak-anak tidak perlu mengonsumsi topik-topik tersebut di atas. Namun, seiring waktu, topik bacaan anak-anak juga berkembang dan beragam. Menurut Wahidin (2009), misalnya, sepuluh tahun yang lalu sangat sedikit atau bahkan tidak ada jenis bacaan untuk anak-anak, sangat mungkin beberapa tahun belakangan ini menjadi populer untuk dibaca. Genre sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Genre prosa dan puisi dalam sastra anak sangat penting. Berdasarkan keberadaan tokoh protagonis, sastra anak dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) sastra anak, yang menampilkan tokoh protagonis yang tidak bernyawa, (2) sastra anak, yang menampilkan bukan manusia sebagai tokoh protagonis, dan (3)) sastra anak. literatur. literatur yang menyajikan Masalah utama berasal dari orang itu sendiri. Berdasarkan sasaran pembacanya, sastra anak dapat dibedakan menjadi sastra anak yang ditujukan untuk pembaca awal, menengah dan akhir atau lanjutan. Sastra anak umumnya meliputi (1) buku bergambar, (2) puisi rakyat berbentuk cerita binatang, dongeng, legenda atau mitos, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Menurut Saryono dalam Puryanto (2008) sastra anak tidak hanya berbentuk cerita, tetapi juga berbentuk puisi, yang lebih menggambarkan keindahan perpaduan bunyi bahasa,
13 pilihan kata dan ungkapan, sedangkan isinya adalah bentuk ekspresi, perasaan, gagasan, objek atau peristiwa yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Menurut Puryanto (2008), ciri dan syarat sastra anak secara umum adalah sebagai berikut: 1. Cerita anak mengandung tema pendidikan, alurnya sederhana dan lugas, menggunakan setting sekitar anak atau dalam dunia anak, karakter dan cirinya mengandung unsur baik. Gaya bahasa pada contoh mudah dipahami, namun mengembangkan bahasa anak, cara pandang dan imajinasi orang yang nyata masih dalam jangkauan anak. 2. Puisi anak memiliki tema yang menyentuh hati, irama yang membuat anak gembira tidak terlalu panjang, rima dan suaranya merdu dan indah, serta isinya dapat memperluas daya pikir anak. 3. Buku anakanak biasanya mencerminkan peristiwa terkini. Tarigan (1995) mengatakan bahwa apa yang anak-anak baca di koran, tonton di televisi, dan di bioskop biasanya merupakan peristiwa terkini. Bahkan apa yang dia alami di rumah adalah situasi saat ini. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sastra anak merupakan buku atau karya yang dibuat untuk anak-anak dengan mempertimbangkan hal-hal seperti umur target pembaca. sastra anak dibuat secara imajinatif dan juga dengan hal-hal yang sering dijumpai di kehidupan mereka sehari-hari dengan demikian anak-anak dapat lebih memaham sastra anak tersebut.i Sastra tentang anak dan juga sastra anak merupakan dua karya sastra yang berbeda dikarenakan sastra tentang anak belum
14 tentu cocok untuk dibaca oleh anak-anak, sedangkan sastra anak dibuat khusus untuk anak-anak. B. Manfaat cerita anak Manusia hidup dibekali rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang dapat di pandang sebagai misteri tentang dunia, termasuk di dalamnya misteri tentang kehidupan. Misteri tentang kehidupan inilah yang banyak di angkat ke dalam cerita fiksi, baik fiksi anak maupun fiksi dewasa. Dengan membaca dan menikmati cerita fiksi, tidak saja anak-anak, kita memperoleh kenikmatan cerita dan pemenuhan rasa ingin tahu, melainkan juga secara tidak langsung belajar tentang kehidupan, kehidupan yang sengaja dikreasi dan didialogkan kepada anak-anak kita. Sastra anak memiliki sumbangan yang besar bagi perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan pengalaman anak dalam proses menuju kedewasaaan. Kematangan kepribadian, kecerdasan, dan luasnya wawasan anak dibentuk dan terbentuk melalui lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan kegiatan bersasatra yang berlangsung pada kehidupan anak, baik sastra lisan yang diperoleh anak lewat saluran tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh lewat bacaan. Sastra sebagai sebuah karya hasil pengolahan pikiran dan perasaan seorang pengarang diyakini mampu dipergunakan sebagai media untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berlaku pada lingkungan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Karena adanya
15 pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan. Sastra anak berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya. Bacaan sastra anak dapat dimanfaatkan untuk (1) mengembangkan daya imajinasi, (2) pemahaman perbedaan bentuk, warna, jumlah, dan ukuran, (3) membangkitkan pemahaman tentang benda atau kenyataan tertentu, serta (4) membangkitkan kesadaran tentang kesehatan, kebersihan, bersikap pada orang lain dengan acuan- acuan yang bersifat konkret. Dari segi unsur ekstrinsiknya sastra anak bermanfaat untuk (1) perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial. Sastra anak adalah bentuk kisah yang memberikan informasi dan hiburan kepada para pembacanya (anak-anak). Sebagaimana halnya orang dewasa, anak-anak pun membutuhkan informasi tentang dunia, tentang segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekelilingnya. Masih banyak lagi manfaat yang
16 diperoleh lewat bacaan sastra anak. Isi kandungan yang memberikan pemahaman disampaikan dengan bahasa yang menarik. Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang memunyai jati diri yang jelas. Jadi, seperti halnya sastra dewasa, sastra anak pun merupakan bagian dari cipta sastra. Akan tetapi,di dalam sastra anak, anak adalah subjek yang menjadi fokus perhatian dan itu harus tercermin secara konkret di dalam cerita. Sastra anak berasal dari anak, oleh anak, dan untuk anak. C. Karakteristik cerita anak Apasih cerita anak? Merupakan pertanyaan sederhana yang seringkali didengar. Banyak pastinya yang akan menjawab bahwa cerita anak adalah cerita bagi anak-anak. Apakah sesederhana itu? Tentu tidak. Cerita anak sendiri yakni karya tulis yang menggambarkan perasaan dan pengalaman anak-anak serta dapat dimengerti dan dipahami melalui mata anak-anak. Cerita anak sendiri biasanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Selain itu, pesan yang terkandung di dalamnya merupakan nilainilai, moral, dan pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak-anak. Oleh karena itu, cerita anak adalah cerita yang dapat dilihat dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembanagn dan emosional anak itu sendiri. Menurut Nurgiyantiri (2005:7) menjelaskan bahwa sastra anak
17 dapat menceritakan berbagai hal, termasuk kisah tentang binatang yang dapat berbicara. Cara pengungkapan bahasa sastra berbeda dengan cara pengungkapan bahasa nonsastra. Bahasa dalam tulisan nonsastra menggunakan cara-cara pengungkapan biasa, lazim, atau lugas dan rasional. Bahasa sastra mengandung unsur-unsur keindahan (estetis). Bahasa sastra lebih bernuansa keindahan daripada kepraktisan. Karakteristik tersebut juga berlaku dalam sastra anak. Cerita anak juga memiliki karakteristik unik yang membuatnya berbeda dari karya sastra umumnya. Nodelman (2008: 76-81) menyimpulkan beberapa karakteristik yang umum ditemui dalam karya sastra anak antara lain: 1. Gaya bahasa yang sederhana dan langsung karena disesuaikan dengan usia pembaca; 2. Ceritanya difokuskan pada aksi, yakni apa yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita tersebut dan akibat dari tindakan tersebut; 3. Disertai dengan gambar atau ilustrasi yang berfungsi untuk memberikan infromasi visual dan emosional yang tidak dapat dikomunikasikan melalui teks itu sendiri; 4. Tokoh utamanya umumnya anak-anak atau binatang yang memiliki sifat atau perilaku seperti anak-anak, agar pembaca anak dapat mengidentifikasi diri dengan tokoh tersebut 5. Menurut Lukens (2003:9), sastra menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Demikian juga pada sastra anak, isinya selalu
18 tentang kehidupan sekaligus memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan. Pemahaman itu datang dari eksplorasi terhadap bentuk kehidupan, rahasia kehidupan, penemuan, dan ungkapan berbagai macam karakter manusia, dan lain-lain yang semuanya memberikan informasi untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman pembaca. Salah satu alasan mengapa anak diberi buku bacaan sastra agar mereka memperoleh kesenangan (Stewig, 1980:18-20). Sastra mampu memberikan kesenangan dan kenikmatan. Selain itu, bacaan sastra juga mampu menstimulasi imajinasi anak, mampu membawa ke pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain. Dengan adanya karakteristik cerita anak tersebut, memudahkan identifikasi berbagai bacaan sehingga dapat dikategorikan sebagai cerita anak. Pemilihan buku untuk anak-anak sekarang ini menjadi perhatian penting karena banyak sekali etalase toko buku menunjukkan banyaknya ragam ceruta anak yang dirancang khusus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pembaca anak tetapi dengan kondisi usia yang berbeda. Maka dari itu, bagaimana memilih cerita anak yang baik dan dapat membentuk karakter anak. Hal pertama yang perlu dilakukan bisa dengan memilih cerita yang setara keseluruhan mengandung nilai-nilai pembentukan karakter. Kebanyakan cerita anak mengandung pesan moral dan tak jarang pesan tersebut dimuat secara eksplisit. hal ini membuat cerita terkesan menggurui dan terasa membosankan bagi
19 anak-anak. Oleh karena itu, sebaiknya memilih cerita anak yang tidak menggurui sehingga akan memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Anak pun tidak perlu merasa bahwa kita sedang berusaha menanamkan nilai-nilai moral tertentu tetapi ia tetap bisa belajar tentang nilai-nilai tersebut tanpa disadari. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan cerita anak berkaitan dengan pemilihan ilustrasi gambar yang sesuai untuk mendukung ceritanya. Adanya gambar dan seberapa banyak porsi gambar dalam cerita tentunya disesuaikan dengan usia anak. Semakin muda usia anak, maka semakin banyak gambar dan sedikit teks. Bahkan untuk anak usia prasekolah, dapat dipilihkan cerita yang hanya terdiri dari gambar saja, tanpa kata sekalipun. Selanjutnya, pada cerita-cerita yang mengandung teks perhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa dalam cerita anak tersebut hendaknya bahasa yang santun dan sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Dalam artian, kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sederhana dan tidak terlalu abstrak. Agar cerita anak tersebut menarik minat baca anak, pilihlah pula cerita yang mengikuti perkembangan jaman sehingga anak pun mudah mengidentifikasi diri dengan cerita tersebut. Terkahir, jangan lupa untuk selalu melakukan peninjauan secara berkala terhadap ceritacerita yang telah kita pilih untuk menilai kembali apakah masih sesuai dengan perkembangan anak atau anak didik kita dan apakah nilainilai moral dalam cerita tersebut masih relevan untuk diajarkan.
20 D. Kriteria pemilihan cerita anak Dalam bukunya yang berjudul Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, Nurgiyantoro (2019: 14-16) menjelaskan sebelas karakteristik sastra anak. Karakteristik yang dimaksud di antaranya adalah: 1. Sudut pandang Sastra anak harus menempatkan sudut pandang anak sebagai fokus penceritaan segala hal. Tokoh dan segala hal mungkin saja dimunculkan dalam sastra anak tetapi semua itu harus dikisahkan melalui sudut pandang anak. Hal demikian dimaksudkan agar anak dapat memahami isi dari sastra anak yang dibacanya. Terlebih lagi hal-hal yang dianggap remeh temeh oleh orang dewasa bisa menjadi hal yang luar biasa bagi anak. 2. Pengalaman anak Sastra anak mengandung segala hal yang cocok dengan tingkat perkembangan anak. Baik dalam aspek intelektual, emosional, sensoris, hingga pemilihan bahasa yang digunakan baik diksi, hingga struktur kalimat. Semau itu harus berada dalam jangkauan anak-anak. 3. Sederhana dan lurus Kesederhanaan yang dimaksud adalah sederhana dalam aspek muatan dan sajian. Cerita dikisahkan dalam bentuk yang lebih sederhana dibandingkan dengan sastra dewasa sehingga dapat dijangkau oleh pemahaman anak-anak.
21 4. Menghibur dan didaktis Tujuan utama sastra anak adalah menghibur anakanak, memberikan kesenangan, dan kebahagiaan sekaligus bermanfaat. 5. Optimis Sastra anak harus bersifat optimis, memunculkan harapan, cita-cita, semangat, dan lain sebagainya. Setelah terpapar suatu karya sastra, anak diharapkan mendapat dampak positif untuk menjadi manusia yang lebih baik. 6. Pengembangan jati diri anak Sastra anak juga membantu anak untuk mengenal dan menemukan dirinya sebagai manusia, makhluk sosial, komponen ekosistem, hingga bagian dari alam semesta. 7. Pengembangan daya imajinasi Sastra anak mengandung struktur yang berupa tokoh, latar, alur, hingga hal-hal yang sifatnya imaginatif. Hal tersebut dapat melatih anak untuk meningkatkan kreativitas dan daya imajinasinya. Hal demikian bermanfaat untuk menyelesaikan tantangan di kehidupan yang akan datang karena suatu pembaruan adalah hasil dari imajinasi. 8. Kontras Sastra anak lazimnya menampilkan sisi baik dan buruk secara kontras, hero dan villain, baik dan jahat,
22 dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak mudah dalam memahami dan membedakan antara sifat atau perilaku yang baik dengan yang buruk. 9. Fantasi dan aksi Unsur fantasi dan aksi dalam sastra anak perlu ditakar sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Anak yang cenderung mudah percaya dan dapat menerima secara logis hal-hal yang bersifat fantasi bahkan terkadang belum dapat membedakan hal yang bersifat fantasi dengan realitas. 10. Repetisi Tujuan dihadirkannya repetisi dalam sastra anak adalah untuk memudahkan anak dalam memahami dan menyerap muatan makna melalui repetisi yang sejajar. Aspek-aspek yang kerap direpetisi dalam sastra anak antara lain adalah tokoh, peristiwa, aksi, pengalaman, alur, dan moral hingga tidak menutup kemungkinan aspek style seperti diksi, rima, struktur, dan ungkapan. 11. Penulis sastra anak Sastra anak dapat ditulis oleh anak-anak maupun orang dewasa. Siapa pun yang menulis sastra anak harus ingat bahwa sastra yang ia tulis harus didedikasikan untuk anak.
23 BAB II JENIS-JENIS CERITA ANAK
24 A. Sastra Tradisional Sastra tradisional diyakini memiliki nilai-nilai yang sangat kaya yang dapat mempengaruhi arah dan tujuan perkembangan kepribadia anak dalam proses menuju kedewasaan yang mempunyai jati diri yang jelas. Sastra tradisional seperti mitos, legenda, cerita binatang, dongeng, nyanyian rakyat dan sebagainya, yang hidup di dalam suatu masyarakat diyakini oleh masyarakat memiliki nilai-nilai kearifan yang mengkristal di dalamnya, yang dapat digunakan sebagai media pendidikan dan pembelajaran yang cukup efektif untuk menumbuh-kembangkan nilainilai personal anak. Sastra tradisionaldapat berubah-ubah dalam arti para pencerita yang kemudian dapat menambah atau mengurangi(dapat karena lupa atau disengaja) sebagian dari cerita. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh jikakini ditemukan cerita yang bervariasi walau berangkat dari kisah yang sama. Bahkan, jikaditemukan beberapa versi yang berbeda, hal itu pun tidak mudah untuk ditentukan versi mana yangasli dan mana yang turunan Nurgiyantoro berpendapat sastra tradisional merupakan berbagai cerita dan kebiasaan dalam bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu yang umumnya disampaikan secara lisan kepada orang lain dan antar generasi. Sastra tradisional adalah suatu bentuk tuturan lisan yang muncul dan berkembang secara turuntemurun dan tidak disengaja untuk mengungkapkan berbagai gagasan yang sudah muncul sebelumnya, yang pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk
25 memberikan pesan moral. Sastra tradisional yang dikembangkan dalam buku ini adalah cerita anak mitos, legenda, cerita binatang, dongeng, cerita wayang, nyanyian rakyat. Jenis-Jenis Sastra Tradisional 1. Mitos Mitos (myth) adalah salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural yang lain melebihi batas-batas kemampuan manusia. Jenis mitos dapat dibedakan ke dalam kategori berdasarkan sudut pandang tertentu, yaitu mitos penciptaan (creation myth), mitos alam (nature myth), dan mitos kepahlawanan (hero myth). Seleksi Buku Bacaan Mitos. Cerita tradisional yang dapat dikategorikan sebagai mitos, baik yang berasal dari masyarakat sendiri, dari berbagai kelompok etnis dan budaya di berbagai pelosok tanah air, maupun dari mancanegara jumlahnya amat banyak. Jika bermaksud memilihkan mitos sebagai salah satu bacaan sastra untuk anak, kita perlu melakukan analisis terhadap berbagai cerita mitos yang bersangkutan. Hal itu dimaksudkan untuk dapat memberikan bacaan yang terbaik buat anak-anak. Aspek yang dipertimbangkan antara lain meliputi tema, pesan moral, kualifikasi tokoh, misalnya segi baik dan tidak baiknya, alur cerita, dan lain-lain. Namun, sebenarnya telah banyak buku yang berisi cerita tradisional, baik yang termasuk mitos, legenda, fabel, maupun yang lain yang dimaksudkan sebagai bacaan sastra anak. Jadi,
26 kita tinggggal memilih bbuku-buku bacaan yang tersedia tersebut. 2. Legenda Hakikat Legenda. Sama halnya dengan mitos, legenda juga termasuk bagian dari cerita rakyatPerbedaan antara mitos dan legenda tidak pernah jelas. Keduanya sama-sama menampilkan cerita yang menarik dengan tokoh- tokoh yang hebat yang berada di luar batas-batas kemampuan manusia lumrah. Hal yang membedakannya adalah bahwa mitos sering dikaitkan dewa-dewa dan/atau kekuatan-kekuatan supernatural yang di luar jangkauan manusia. Sebaliknya, walau sama-sama menghadirkan tokoh-tokoh yang hebat, legenda tidak mengaitkan tokoh-tokoh itu dengan atau sebagai dewa-dewa atau yang berkekuatan supernatural, melainkan dengan tokoh, peristiwa, atau tempat-tempat nyata yang memunyai kebenaran sejarah. Jenis legenda dapat dibedakan ke dalam legenda tokoh, tempat, dan peristiwa. Pembedaan itu tidak pilah karena cerita yang mana pun pasti akan menghadirkan ketiganya, dan kesemuanya akan saling mengait dan memengaruhi. Jadi, pembedaan itu hanya berdasarkan pertimbangan aspek mana yang terlihat dominan-selain juga dimaksudkan untuk melengkapi pembicaraan dan karenanya dapat saja sebuah legenda dijadikan contoh kedua atau ketiganya sekaligus. Namun, sekali lagi untuk keperluan penyediaan bahan bacaan bagi anak, yang lebih dipentingkan adalah
27 masalah kandungan makna atau pesan moral yang ingin diberikan, dan bukannya kategorisasi legenda. 3. Cerita Binatang Hakikat Cerita Binatang. Cerita binatang (fables, fabel) adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusiaMereka dapat berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah Jaku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Cerita binatang seolah-olah tidak berbeda halnya dengan cerita yang lain. Dalam arti cerita dengan tokoh manusia, selain bahwa cerita itu menampilkan tokoh binatang. Jenis cerita binatang meliputi fabel klasik dan modern. 4. Dongeng Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat (folktale) yang cukup beragam cakupannya. Bahkan, untuk memudahkan penyebutan, semua cerita lama, termasuk ketiga jenis cerita yang telah dibicarakan, sering begitu saja disebut sebagai dongengMisalnya dongeng Kancil Mencuri Ketimun, Kancil dengan Buaya, Asal-Usul Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, Ciung Wanara, Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Emas, dan sebagainya. Dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semula diciptakan secara tertulis.
28 Istilah dongeng dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal. Dari sudut pandang ini dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita yang mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh, walau secara logika sebenarnya tidak dapat diterima. Karena dongeng berisi cerita yang tidak benar-benar terjadi itu, kemudian berkembang makna dongeng secara metaforis: berita atau sesuatu yang lain yang dikatakan orang yang tidak memiliki kebenaran faktual dianggap sebagai dongeng belaka, atau sebagai cerita fiktif. Dongeng sebagai salah satu genre cerita anak tampaknya dapat dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi dan dilihat dari segi panjang cerita biasanya relatif pendek. Jenis dongeng anak sendiri biasanya terdiri dari dongeng klasik dan dongeng modern. 5. Cerita Wayang Wayang adalah sebuah wiracarita yang berpakem pada dua karya besar, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Teks asli kedua cerita itu ditulis dalam bahasa Sanskerta, dan setelah masuk ke Jawa kemudian disadur dan disunting ke dalam bahasa Jawa Kuno, sekaligus ditambah dan disesuaikan dengan cerita dan legenda yang telah merakyat pada waktu itu, maka jadilah cerita Mahabarata dan Ramayana versi JawaTeks dan/atau cerita wayang versi Jawa ini secara terus-menerus ditulis kembalidengan disunting dan ditambah berbagai cerita yang tumbuh kemudian dalam bahasa-bahasa
29 Jawa Kuno, Tengahan, Baru, dan bahkan dewasa ini banyak yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan asing. Kedua karya tersebut merupakan karya masterpiece dan kini dipandang sebagai kesenian tradisional yang adiluhung. Cerita wayang haruslah diperkenalkan kepada anak-anak Indonesia yang salah satunya lewat bacaan sastraArtinya, cerita wayang dikemas ulang ke dalam berbagai genre sastra anak untuk dijadikan sebagai salah satu bacaan alternatif. Hal itu mengingat bahwa cerita wayang selama ini lebih populer dan mewaris lewat pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan itu bisa jadi menarik, tetapi bagi anak-anak yang terlanjur terpikat buku-buku komik dan film kartun, ia kurang diminati. Oleh karena itu, penulisan ulang cerita wayang ke dalam bentuk sastra anak merupakan salah satu alternatif cara yang perlu dilakukan. Kerja besar itu harus melibatkan banyak komponen masyarakat, termasuk perhatian dari pemerintah, dan tidak semata-mata tugas penulis cerita. 6. Nyanyian Rakyat Nyanyian rakyat (folksong) merupakan salah bentuk sastra tradisional yang banyak dikenal dan dinyanyikan hingga kini. Sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional, pada umumnya nyanyian rakyat tidak diketahui penciptaannya karena saat nyanyian itu diciptakan, rasa kebersamaan masih jauh lebih dipentingkan daripada kepentingan individual.
30 Di Jawa misalnya, nyanyian-nyanyian rakyat itu biasa disebut dengan tembang, dan tembangtembang itu sendiri banyak macamnya. Tembangtembang yang amat tinggi nilai literernya dengan aturan-aturan yang ketat dan sudah pasti dikenal itu dibedakan ke dalam Tembang Macapatan, Tengahan, dan Gede dengan masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Selain itujuga dikenal adanya tembang-tembang lain, misalnya tembang-tembang dolanan. Tembang-tembang tersebut biasa dinyanyikan ibu untuk meninabobokan anak-anak. Demikian juga tentunya yang terjadi pada nyanyian rakyat di masyarakat lain B. Fiksi Anak Bentuk penulisan fiksi adalah prosa. Sebuah karangan yang ditulis berbentuk uraian dengan kalimat relative panjang, dan format penulisan memenuhi halaman dari margin kiri ke kanan. Di samping ada narasi, fiksi juga menampilkan dialog yang ditampilkan itu dapat kan secara bergantian. Dilihat dari segi isi, fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual atau sejarah. Tokoh dan peristiwa yang dikisahkan memiliki kemungkinan untuk ada dan terjadi di dunia nyata walaupun sendiri tidak pernah ada dan terjadi. Teks fiksi mesti berisi cerita, cerita tentang hidup dan kehidupan, manusia dan kemanusiaan, yang kesemuanya dituliskan secara prosais. Cerita fiksi mesti menampilkan tokoh-tokoh cerita, dan tokoh itu sendiri
31 tidak harus berupa tokoh anak, melainkan juga dapat tokoh dewasa. Misalnya, tokoh anak-anak dengan sebaya, orang tua, guru, kakak, dan lain-lain yang mencerminkan situasi interaksi dalam kehidupan yang nyata.Dalam kehidupan nyata, anak tidak pernah terisolasi dalam kehidupan yang khusus dihuni oleh anak-anak saja melainkan berbaur dengan siapa saja yang dijumpai termasuk di dalamnya dengan situasi lingkungan dan alam. Justru karena itu fiksi boleh dikatakan menampilkan dunia dalam kata, dunia yang dibangun dan diabstraksikan lewat kata-kata. Hal yang sama juga berlaku untuk teks fiksi pada umumnya, namun fiksi anak memunyai karakteristik yang berbeda. Karakteristik teks fiksi anak sebenarnya tidak berbeda jauh dengan hakikat sastra anak sendiri pada hakikatnya merupakan citraan kehidupan, gambaran kehidupan. Melalui hal tersebut dapat digambarkan secara konkret model kehidupan dalam kehidupan yang sesungguhnya di dunia sehingga dapat diimajinasikan oleh pembaca anak. Cerita fiksi menggambarkan peristiwa kehidupan melalui karakter tokoh dalam menjalani kehidupan yang dapat diungkapkan melalui alur cerita. Selian itu, cerita fiksi anak dihiasi metafora kehidupan lengkap dengan tokoh dan kisahnya melalui bahasa kiasan, simbolisasi, perbandingan, atau perumpamaan dari kehidupan yang ada. Cerita fiksi dapat dipandang sebagai salah satu interpretasi terhadap kehidupan yang ada. Tokoh dan peristiwanya dikisahkan secara logis dan memliki potensi untuk dapat terjadi pada kehidupan sehari-hari walau secara factual atau konkretnya tidak pernah ada dan terjadi.
32 Cerita fiksi terutama ditujukan kepada pembaca anak walau dalam praktiknya kita dewasa juga mesti ikut membacanya. Oleh karena itu, segala keterbatasan dan sekaligus pemberian kesempatan untuk pengembaraan imajinasi mestilah diakomodasikan dalam cerita fiksi anak. Cerita fiksi yang notabene adalah citraan dan metafora kehidupan haruslah dikisahkan dengan pertimbangan dapat dijangkau oleh anak sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaannya. Hal itu tentu saja mencakup berbagai segi, misalnya yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensoridan pengalaman moral, serta diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dapat dipahami oleh anak. Sejalan dengan karakteristik cerita fiksi anak perlunya didukung dan dicerminkan oleh unsur-unsur fiksi yang membangunnya, baik yang tergolong unsur isi (apa yang ingin diungkapkan) maupun unsur bentuk (bagaimana cara mengungkapkannya). Kedua unsur ini haruslah saling berkaitan guna menghadirkan sebuah cerita yang mengambil pusat perhatian pengisahan dari kacamata anak. Unsur-unsur fiksi cerita anak tersebut meliputi tokoh, alur cerita, latar, tema, moral, sudut pandang, stile dan nada, judul. Unsur-unsur tersebut harus ada dalam pembentukan cerita fiksi anak. Cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam beberapa macam sebagaimana disinggung dalam pembicaraan genre fiksi sebelumnya, termasuk yang dikemukakan oleh Lukens (2003). Genre fiksi anak tampaknya dapat dikelompokkan ke dalam fiksi realistis (realistic fiction), fiksi fantasi (fantasy), fiksi formula
33 (formula fiction), fiksi sejarah (historical fiction), fiksi sains (scientific fiction)dan fiksi biografis (biographical fiction). Hakikat fiksi adalah menunjuk pada sebuah cerita yang kebenarannya tidak menunjuk pada kebenaran sejarah, kebenaran empiris-faktual. Jadi apa yang dikisahkan dalam teks fiksi adalah segala khususnya untuk tokoh dan peristiwa-yang bersifat imajinatif. Walau demikian, campur-aduk dan bolakbalik antara penceritaan fakta imajinatif dan fakta faktual sering saja terjadi. Untuk kategori fiksi dewasa, tiga jenis fiksi yang disebut belakangan dikenal dengan sebutan nonfiksi fiksi (nonfiction fiction).\ Unsur Cerita Fiksi Anak Pembicaraan unsur ceria fiksi anak beriku lebih difokuskan terhadap unsu inrinsik tanpa mengesampingkan peran unsur ekstrinsik. Adapun unsur ekstrinsiknya: 1. Tokoh Ketika anak berhadapan dengan buku bacaan cerita fiksi, apa yang mula-mula menarik perhatian dan mengesankannya? Jawaban yang umumnya anak adalah tokoh cerita. Tokoh(-tokoh) cerita itulah yang pertama-tama dan terutama menjadi fokus perhatian baik karena pelukisan fisik maupun karakter yang disandangnya. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur, baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. Dalam cerita fiksi anak, tokoh cerita tidak harus berwujud manusiaseperti anakanak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan
34 karakternya, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu objek yang lain. 2. Alur Dalam kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Selain itu, alur juga mengatur berbagai peristiwa dan tokoh itu tampil dalam urutan yang enak, menarik, tetapi juga terjaga kelogisan dan kelancaran ceritanya. 3. Latar Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Peristiwa dan kisah dalam cerita fiksi tidak dapat terjadi begitu saja tanpa kejelasan landas tumpu. Apalagi untuk cerita fiksi anak yang dalam banyak hal memerlukan rincian konkret yang lebih menjelaskan "apa dan bagaimana"-nya berbagai peristiwa yang dikisahkan Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, latar sosial-budaya, dll. 4. Tema Secara sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat cerita, mengikat berbagai unsur intrinsik yang membangun cerita sehingga tampil sebagai sebuah kesatupaduan yang harmonis. Jadi, dalam kaitan ini tema merupakan dasar pengembangan
35 sebuah ceritaSebagai sebuah gagasan yang ingin disampaikan tema dijabarkan dan/ atau dikonkretkan lewat unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. 5. Moral Moral, amanat, atau messages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Moral berurusan dengan masalah baik dan buruk, namun istilah moral itu selalu dikonotasikan dengan hal-hal yang baik. Untuk bacaan cerita fiksi anak, istilah disampaikan itu bahkan dapat dipahami secara lebih konkret sebagai mengajarkan dan mendidik lewa cerita fiksi anak. 6. Sudut Pandang Sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Pengarang sengaja memilih sudut pandang tertentu untuk memutuskan apa yang perlu dilihat dan diketahui oleh pembaca. 7. Stile dan Nada Stile berkaitan dengan masalah pilihan berbagai aspek kebahasaan yang dipergunakan dalam sebuah teks kesastraan, nada adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbagai bentuk komponen stile tersebut. 8. Judul Setiap cerita fiksi pasti memunyai judul, dan judul itulah lazimnya yang pertama-tama dibaca oleh
36 pembaca. Bahkan, orang yang belum tentu sempat membaca keseluruhan suatu cerita fiksi juga masih sempat membaca judulnya walau secara sekilas. C. Nonfiksi Anak Jika fiksi berisi cerita yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual dan sejarah, nonfiksi justru sebaliknya, yaitu karangan yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang lain yang memiliki kerangka acuan pasti seperti karangan "ilmiah" yang dihasilkan anak-anak dalam pelajaran mengarang di sekolah. Namun, tidak semua karangan nonfiksi dapat dikategorikan sebagai sastra anak. Cerita fiksi dan nonfiksi dapat sama-sama menampilkan sisi-sisi kemenarikan dan kekuatannya sendiri karena karakteristiknya berbeda. Jika dalam cerita fiksi unsur suspense dan bagaimana ia dibangun merupakan sesuatu yang penting, dalam nonfiksi ia justru tidak terlalu penting karena yang dipentingkan kini adalah bagaimana fakta-fakta itu disampaikan. Jika dalam cerita fiksi bagaimana karakter tokoh dan bagaimana ia dikembangkan merupakan sesuatu yang esensial, dalam nonfiksi yang dipentingkan adalah penemuan bentuk hubungan dan penerapan konsep dalam masyarakat atau dalam dunia alamiah seperti dalam dunia binatang. Namun, dalam menulis karya nonfiksi pengarang juga bisa saja mempergunakan caracara narasi. Teks-teks nonfiksi yang ditulis dengan cara-cara yang indah, yang memperhitungkan capaian efek
37 keartistikan, sebagaimana halnya teks kesastraan juga mampu memberikan kepuasan emosional dan intelektual sekaligus. Pemenuhan kepuasan aspek emosional dan intelektual adalah suatu hal yang mesti diperoleh jika seseorang membaca teks-teks kesastraan. Dengan demikian, selain memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu yang disampaikan lewat bacaan itu, pembaca (anak) juga akan memperoleh kesenangan sebagai salah satu manifestasi fungsi sastra yang bertujuan memberikan hiburan. Dilihat secara bentuk bahasa karya nonfiksi adalah berupa prosa, tetapi isinya bukan cerita imajinatif. Contoh konkret genre ini adalah karangan yang dikategorikan realisme oleh Lukens, yaitu realisme binatang, realisme historis, dan cerita olah raga, serta karya nonfiksi yang berwujud buku informasi dan biografi. Walau bersifat nonfiksi, buku-buku tersebut sengaja ditulis dan dikemas dengan memperhitungkan efek keindahan yang merupakan salah satu "sarat" untuk dapat disebut sebagai "sastra", dan sengaja dimaksudkan untuk menjadi bacaan anak. Buku bacaan nonfiksi amat beragam macamnya. Ia membentang dari buku-buku berbagai disiplin keilmuan seperti alam, biologi, kesehatan, sosial, sejarah, biografi, teknologi, sampai dengan senibudaya, dan lain-lain. Kesemuanya itu jika ditulis dan dikemas dalam bacaan yang sesuai dengan selera anak akan menjadi bacaan nonfiksi yang bernilai literer. Berbagai buku bacaan tersebut juga dapat dikelompokkan ke dalam kategori-kategori dan sub-
38 subkategori tertentu sesuai dengan kriteria tertentu. Namun, pengelompokan itu dapat menghasilkan berbagai macam jenis teks nonfiksi yang mungkin menjadi tidak praktis. Oleh karena itu, untuk keperluan praktis, Lukens (2003:34) mengelompokkan bacaan nonfiksi anak ke dalam dua kategori saja, yaitu buku informasi (informational books) dan biografi (biography). Jadi, berbagai buku bacaan yang berisi berbagai hal, peristiwa, atau apa saja yang menghadirkan informasi dan fakta-fakta secara mudah dikelompokkan ke dalam buku informasi. Di pihak lain, buku bacaan yang berangkat berdasarkan kisah hidup seseorang juga merupakan suatu bentuk fakta faktual dikelompokkan ke dalam biografi. Pembagian yang dilakukan dalam penulisan buku ini mengikuti pembagian Lukens, namun juga memasukkan beberapa buku bacaan yang oleh Lukens dikelompokkan ke dalam subgenre realisme pada buku informasi D. Puisi Anak Puisi merupakan salah satu genre sastra yang sangat memperhatikan keindahan dalam aspek kebahasaannya. Pendayagunaan bahasa dalam puisi sangat ditonjolkan agar mampu memberikan efek emosional, estetika, imajinasi yang lebih dalam dibandingkan genre sastra lainnya. Perbedaan puisi anak dengan puisi dewasa terdapat pada aspek keluasan makna. Ketika puisi dewasa berlomba dalam penggunaan majas hingga memiliki makna yang sangat
39 luas atau bahkan tidak terhingga, keluasan makna dalam puisi anak justru tidak dapat disamakan dengan puisi dewasa. Hal ini dikarenakan daya imajinasi anak yang masih dalam tahap berkembang yang selaras dengan kemampuan berbahasa anak. Untuk itu memilih atau menulis puisi anak dapat ditekankan pada keindahan rima dan irama. Intensitas pada penggunaan unsur rima dan irama yang cenderung dominan dalam puisi anak dapat dilihat dengan jelas pada lagu dan tembang dolanan anak yang mengutamakan rima dan irama. Misalnya saja dalam lagu “Burung Kakak Tua”: Burung kakak tua hinggap di jendela nenek sudah tua giginya tinggal dua Puisi anak, sebagai bagian dari sastra anak, juga memiliki karakteristik yang identik dengan genre sastra anak lainnya: pengungkapan makna yang didasarkan pada sudut pandang anak. Pemilihan diksi, penggunaan citraan, ungkapan, dan lain sebagainya disesuaikan dengan daya jangkau kebahasaan dan perkembangan anak. Dalam puisi anak citraan atau pun ungkapan yang digunakan mencerminkan perasaan dan pengalaman anak. Puisi dinikmati oleh anak-anak usia awal dengan didengarkan atau dibacakan, terutama bagi anak yang belum mampu membaca tulisan. Sedangkan bagi anak yang telah mampu membaca puisi dapat disajikan dalam bentuk tulisan yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan puisi pada umumnya. Pada umumnya puisi
40 ditulis dalam bentuk bait-bait meski juga terdapat pula puisi dalam bentuk prosa. Unsur Puisi Seperti yang telah disampaikan sebelumnya sebuah puisi terbentuk dari dua aspek. Aspek yang pertama adalah aspek isi yaitu sesuatu yang ingin diekspresikan mencakup aspek gagasan, ide, makna, dan tema. Aspek lainya adalah aspek bentuk yaitu sarana pengekspresian termasuk di dalamnya aspek kebahasaan dan tipografi. 1. Bunyi Unsur bunyi dalam sebuah puisi menentukan keberhasilan puisi sebagai sebuah karya seni. Unsur bunyi pada kebanyakan kasus menjadi penentu tingkat kepuitisan sebuah puisi melalui permainan rima atau sajaknya. Meskipun demikian puisi dapat mencapai tingkat kepuitisan tertentu dengan dukungan unsur lainnya. Sajak atau rima adalah pola perulangan bunyi yang sengaja ditimbulkan dan didayakan untuk mendapat efek keindahan. Aspek bunyi dalam puisi, termasuk di dalamnya persajakan, dapat membangkitkan suasana tertentu. Misalnya perasaan senang, ceria, duka, muram, romantis, dan lain sebagainya. 2. Kata Sastra adalah karya seni yang bermediakan bahasa. Maka dari itu kata, sebagai komponen dalam bahasa, menjadi sangat penting dalam puisi.
41 Kata-kata penyusun penyusun puisi diseleksi dengan seksama agar menghasilkan efek puitis dan makna yang dalam. Namun, dalam puisi yang diperuntukkan untuk anak-anak pemilihan kata atau diksi perlu mempertimbangkan tingkat perkembangan kemampuan bahasa target pembaca anak agar puisi selain indah juga tetap komunikatif. Kata-kata dalam puisi dapat diseleksi berdasarkan ketepatan bunyi, bentuk, makna, dan ekspresivitas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya aspek bunyi menjadi sangat penting dalam puisi anak hingga mengalahkan kedalaman makna. Maka dari itu untuk menciptakan efek puitis dapat memilih kata yang memiliki kesamaan bunyi baik pada akhir, tengah, atau awal larik agar tercipta sajak aliterasi dan atau asonansi. Sedangkan dalam aspek bentuk, kata-kata yang dipilih ialah yang singkat dan padat. Maksudnya, kata yang digunakan berjumlah sedikit akan tetapi memiliki keluasan makna. Aspek yang terakhir adalah ekspresivitas. Ekspresif adalah kesan dan efek yang ingin dicapai karena efek itu seolah-olah merupakan lontaran hati secara serta merta. 3. Sarana retorika Sarana retorika secara sengaja digunakan untuk memperindah kebahasaan dan memperluas pemaknaan. Sarana retorika yang dimaksud adalah pemajasan, citraan, dan penyiasatan struktur. Pemajasan berfungsi menambah kemungkinan dimensi pemaknaan. Citraan untuk
42 mengkonkretkan penuturan. Sedangkan penyiasatan bahasa ditujukan untuk mengintensifkan serta menghidupkan pengekspresian. 4. Tema Pada puisi-puisi anak baik yang ditulis oleh orang dewasa maupun anak-anak, kehadirannya perlu didahului oleh adanya pengalaman emosional yang meluap untuk diungkapkan. Pengalaman emosional inilah yang akan berpotensi menjadi tema dalam sebuah penciptaan puisi. Puisi anak pada umumnya mengandung hal-hal yang berkaitan dengan dunia anak, pengalaman anak, dan bagaimana anak memandang suatu hal. Adapun orang dewasa yang menulis puisi untuk anak-anak mau tidak mau harus menyelami semesta anak dan memiliki sudut pandang anak (Nurgiyantoro, 2019: 271-331). E. Komik Dalam sejarahnya komik berhubungan erat dengan hal-hal yang lucu, dalam bahasa Belanda “komiek” berarti pelawak sedangkan dalam bahasa Yunani kuno istilah komik diambil dari kata “komikos” yang merupakan kata bentukan dari “kosmos” yang memiliki arti bersuka ria. Dengan demikian komik berkaitan erat dengan hal-hal lucu dan candaan. Komik ditampilkan melalui gambar-gambar dalam panel-panel disusun secara berderet sesuai alur cerita dan dilengkapi dengan
43 balon-balon kata. Dalam beberapa kasus komik dapat disajikan tanpa teks atau balon kata. Gambar dalam komik dapat dikatakan sebagai alat komunikasi melalui bahasa gambar. Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan melalui deretan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata (Franz & Meiyer via Nurgiyantoro, 2019: 422). Gambar dalam komik adalah gambar yang statis yang berurutan dan saling berkaitan yang membentuk suatu cerita, McCloud via (Nurgiyantoro, 2019: 422) mengemukakan pendapatnya mengenai komik, yaitu sebagai gambargambar dan lambang-lambang lain yang terjukstaposisi dalam urutan tertentu untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca. Gambar-gambar yang berurutan merupakan sarana komunikasi yang unggul. Ia dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan ilmiah yang bukan cerita, namun ditampilkan seperti cerita. Struktur Komik 1. Penokohan Tokoh merupakan subjek dalam sebuah cerita. Dalam komik anak, tokoh tidak hanya mencakup manusia saja. akan tetapi, binatang, tumbuhan, makhluk imajinatif, hingga benda mati dapat dijadikan tokoh dalam komik anak. Tokoh yang bukan manusia sengaja diberi karakter atau sifat layaknya manusia yang dapat berpikir, berkata, hingga memiliki perasaan. Misalnya saja pada cerita tentang hantu, peri, troll, dan raksasa yang bersifat
44 imajinatif. Tokoh binatang yang diberikan sifat manusia seperti fabel yang dikemas dalam format komik. Benda benda yang diberi karakter seperti mobil, motor, dan berbagai kendaraan pada serial animasi Trungtung. Komik adalah media yang menampilkan gambar serta tulisan sekaligus. Keduanya bersifat saling melengkapi. Adegan aksi seperti melempar bola, melompat, serta bergelantung akan lebih efisien ditampilkan dalam gambar dengan tulisan yang minim. Sedangkan adegan yang bersifat ujaran, seperti dialog, orasi, dan narasi akan efisien ditampilkan dalam tulisan dengan gambar yang kurang dominan. Sama halnya dengan genre sastra lainnya, terdapat beberapa teknik untuk melukiskan karakter setiap tokoh. Teknik untuk merepresentasikan karakter tokoh. Pertama dengan cara deskripsi langsung, telling, dan yang kedua dengan cara tidak langsung, showing. Pada umumnya teknik pelukisan tokoh dalam komik dilakukan dengan cara tidak langsung. Tokoh dibiarkan untuk menunjukan karakternya baik secara verbal maupun nonverbal. pembaca komik dipersilakan untuk menebak karakter tokoh melalui aksi, tingkah laku, pikiran, perasaan, perkataan, hingga respon tokoh terhadap sesuatu. bahkan dalam komik, karakter tokoh dapat divisualisasikan dalam gambar tokoh dan lingkungannya sendiri. 2. Alur Alur adalah kisah yang dialami oleh tokoh, terutama tokoh utama. Alur dalam cerita fiksi biasa
45 dibangun melalui kata-kata dan atau ilustrasi. Sedangkan dalam komik yang bermedia gambar dan kata-kata, alur dibangun melalui keduanya. Bahkan gambar akan berperan lebih dominan dalam pembangunan alur cerita. Gambar dalam panel yang disusun secara kronologis dari aksi ke aksi, waktu ke waktu, subjek ke subjek, adegan ke adegan, aspek ke aspek, dan non-sequitur telah dapat menceritakan sebuah kisah walaupun hanya dengan sedikit kata-kata. 3. Tema Seperti halnya fiksi lainya, Komik dapat bertema mengenai banyak hal. Dalam hal ini komik anak memiliki tema yang umum ada dalam fiksi untuk anak-anak. pada umumnya tema akan identik dengan hubungan antara anak dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan, hingga bersangkutan pada suatu fenomena. 4. Gambar dan Bahasa Aspek gambar dan bahasa dalam komik dapat dipandang sebagai unsur bentuk. Unsur bentuk berfungsi untuk mewadahi unsur-unsur lain di dalamnya. panel-panel komik akan lebih berarti bila telah dipadukan dengan unsur bahasanya, karena beberapa hal tidak dapat dikomunikasikan dengan baik jika hanya melalui gambar. Misalnya saja percakapan, pikiran atau suara hati akan lebih efektif bila diutarakan melalui kata-kata. Maka dari itu komik akrab dengan balon kata dengan bentuk
46 bervariasi untuk merepresentasikan nada bicara tokoh atau narator. Aspek bahasa dalam komik setidaknya dapat dikategorikan atas 3 bentuk yaitu: narasi, kata-kata dan pikiran tokoh, dan tiruan bunyi (sound effect). Narasi berbentuk kata-kata atau kalimat tidak langsung, biasanya digunakan untuk menghubungkan peristiwa yang tidak berurutan. Tiruan bunyi, yang sebenarnya bukan bahasa, berfungsi untuk meningkatkan kedramatisan suatu komik. Umumnya sound effect ditemukan dalam adegan aksi seperti “PRAANGGG…”, “BANG!”, “ZRRRRAAAT”, “SPLASSS”, “set”, “tap..tap..tap..”, “deg deg” dan lain sebagainya. sedangkan katakata atau pikiran tokoh adalah dialog tokoh pada umumnya. Nada bicara tokoh dapat dibedakan melalui bentuk balon katanya. Bentuk bulat berekor untuk dialog normal, balon kata bergerigi untuk kata kata yang keras atau berteriak, gelembung berbentuk awan digunakan untuk menuliskan katakata dalam hati atau pikiran tokoh, dan bentukbentuk lainnya (Nurgiyantoro, 2019:429-443). F. Tembang Anak Tembang atau dalam bahasa Indonesia kerap kali dikenal dengan sebutan lagu ialah lirik yang mempunyai irama. Biasanya, kita medengar istilah tembang dalam bahasa Jawa. Menurut Efendi (2011), Tembang Macapat adalah bagian dari empat jenis Tembang yaitu, tembang gedhe, tembang tengahan,
47 tembang cilik dan tembang dolanan. Tembang Macapat masih sering digunakan atau dipakai pada acara-acara tertentu seperi pertunjukkan Wayang, pentas Karawitan dan sebagainya dan bahkan masih digunakan sebagai salah satu materi pada mata pelajaran Bahasa Jawa pada tingkat sekolah dasar sampai menengah atas. Jadi tembang Macapat masih hidup dan berkembang sampai sekarang. Tembang Macapat juga memiliki petunjuk dalam penciptaannya, dimana dalam satu (bait) ada aturan tersendiri yang harus diikuti. Selain itu, syair atau cakepan yang ada di dalam tembang macapat menambah nuansa keindahan sastra yang indah dan tidak mudah dipahami kecuali jika anda memahami asal kata yang digunakan. Kata-kata tersebut bukan bahasa sehari-hari yang mlaha atau vulgar dalam bahasa Jawa. Jika dalam bahasa jawa memiliki nama tembang yang terkenal yaitu tembang macapat yang memiliki 11 macam lagu. Ada banyak tembang/lagu yang berbeda di Indonesia. Namun dalam pembahasan kali ini kita hanya membahas tentang sajak anak atau sajak anak. Efendi (2011) menjelaskan bahwa terdapat 8 pedoman yang dapat digunakan dalam belajar tembang Macapat yaitu: 1. Pahami arti tembang Macapat. 2. Pahami isi Tembang Macapat. 3. Temukan inti tembang. 4. Perhatikan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. 5. Perhatikan pembagian bait (pada) masing-masing tembang.