The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

halusinasi dengan metode

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nadyaarista3009, 2022-06-07 07:10:45

makalah jiwa

halusinasi dengan metode

Keywords: halusinasi,jiwa

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif. Jenis

rancangan penelitian yang dipakai adalah dalam bentuk studi kasus.
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana penerapan asuhan keperawatan jiwa pada pasien skizofrenia
dengan gangguan persepsi sensori menggunakan intervensi manajemen
halusinasi: bercakap-cakap

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah

Garam Kota Solok. Penelitian ini dimulai dan dilakukan pada 11 Juni – 16
Juni tahun 2021. Lama waktu penelitian yang diperhitungkan yaitu selama
6 hari kunjungan dirumah pasien.

C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus ini, peneliti mengambil satu klien skizofrenia

dengan gangguan persepsi sensori pendengaran. Subjek studi khususnya
dengan kriteria dengan rentang usia dewasa (25-65 tahun), pasien yang
mendengar suara-suara bisikan, pasien yang rutin meminum obat dan
pasien yang sering berkunjung dan berobat ke puskesmas.

D. Fokus Studi
Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang

menjadi acuan dalam studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi

40

41

fokus studi adalah penerapan manajemen halusinasi: bercakap-cakap pada
pasien skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi di Bawah
Bungo Kelurahan VI Suku Kecamatan Lubuk Sikarah.

E. Definisi Operasional Fokus Studi
Definisi Operasional

TABEL 3.5 TABEL OPERASIONAL FOKUS STUDI

No Fokus Studi Definisi Operasional

1. Pasien Skizofrenia Skizofrenia adalah salah satu

gangguan jiwa berat yang dapat

mempengaruhi pikiran, perasaan,

dan prilaku dari seorang individu.

2. Gangguan persepsi sensori Gangguan persepsi sensori adalah

perubahan persepsi atau pemikiran

terhadap prilaku yang disertai

dengan respon yang tidak sesuai

atau berlebihan.

3. Manajemen halusinasi : Manajemen halusinasi adalah suatu

dukungan becakap-cakap cara meningkatkan kemampuan

klien dalam mengontrol halusinasi

yang dirasakan, salah satu cara

mengontrol halusinasi adalah

dengan aktifitas dukungan

bercakap-cakap. Klien akan

42

diajarkan cara bercakap-cakap
dengan orang lain dengan 2-3 kali
pengulangan.

F. Metode pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data ada beberapa teknik yang bisa

digunakan yaitu observasi, wawancara, dan pengukuran.
1. Observasi

Pada metode observasi peneliti mengobservasi atau melihat
kondisi pada pasien, yaitu mengobservasi penampilan pasien, status
mental pasien, mekanisme koping dan motorik pasien. Mengobservasi
alam perasaan seperti sedih, putus asa, khawatir dan gembira
berlebihan. Mengobservasi persepsi sensori apakah ada/tidak
halusinasi.
2. Wawancara

Wawancara adalah melakukan pengumpulkan data, dimana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dengan bercakap-cakap dan berhadapan dengan klien tersebut.
Pada metode wawancara peneliti menggunakan format pengkajian
keperawatan jiwa. Mengkaji mulai dari identitas klien, faktor
presipitasi (menanyakan bagaimana klien bisa mengalami gagguan
jiwa), faktor predisiposisi (menanyakan apakah keluarga
mengalami gangguan jiwa; pengobatan sebelumnya; pernah atau
tidaknya mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan mental kriminal) dan

43

status mental (segi penampilan; berbicara; aktivitas motorik;
emosi; persepsi sensori; proses pikir). Penilaian tanda dan gejala
subjektif (mendengarkan suara bisikan atau bayangan) dan objektif
(bersikap seolah mendengar sesuatu, menyendiri, melamun,
konsentrasi buruk, mondar mandir).
3. Pemeriksaan

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui metode
pengukuran langsung terhadap klien. Pada metode pengukuran
peneliti melakukan pengukuran tanda-tanda vital klien yaitu
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 37,80 C, dan
pernafasan 20 x/menit.

G. Analisis dan Penyajian Data
Analisis dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang akan

dilakukan dengan cara kualitatif, salah satunya adalah dengan metode
studi kasus (case study). Proses penyusunan studi kasus ini yaitu
pengumpulan data individu, data hasil pengkajian berdasarkan data
subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan implementasi
keperawatan serta evaluasi hasil tindakan.

H. Etik Penelitian
Etik dalam penelitian ini yang akan dilakukan dengan memberikan

informed consent terlebih dahulu kepada pasien atau keluarga pasien
yang mengalami gangguan persepsi sensori menggunakan intervensi

44

manajemen halusinasi : bercakap-cakap. Sebelum informed consent
dilakukan, peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian dan permohonan
kesediaan pasien berperan dalam penelitian ini. Etik penelitian
keperawatan yaitu :
1. Otonomi

Prinsip (autonomys ) keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan membuat keputusan sendiri. Peneliti memberikan hak
kepada pasien ataupun keluarga pasien untuk mengambil keputusan
apakah bersedia diberikan tindakan manajemen halusinasi:bercakap-
cakap.
2. Berbuat baik

Berbuat baik (beneficience) berarti hanya melakukan sesuatu
yang baik. Artinya tindakan yang akan diberikan dapat mengurangi
masalah yang dihadapi oleh pasien.
3. Keadilan

Prinsip keadilan (justice) dibutuhkan demi tercapainya
kesamaan derajat dan keadilan terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Artinya, semua
intervensi keperawatan yang dibutuhkan pasien akan dilakukan
secara menyeluruh.
4. Tidak merugikan

Prinsip tidak merugikan (non-maleficience) ini mengandung arti
tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada pasien.

45

Artinya, tindakan yang akan diberikan dilakukan sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP).
5. Kerahasiaan

Aturan dalam prinsip kerahasiaan (confidentiality) adalah
informasi tentang pasien yang harus dijaga sungguh-sungguh sebab
merupakan sesuatu yang sangat privasi. Artinya, semua data
mengenai pasien hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian
dan tidak untuk disebarluaskan (Wulan & Hastuti, 2011)

BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan
gangguan persepsi sensori pendengaran melakukan aktivitas dukungan
bercakap-cakap di Bawah Bungo, pada tanggal 11 sampai 16 Juni 2021 di
wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2021.
2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Pasien
Tn H seorang laki-laki berusia 57 tahun, beralamat
di Bawah Bungo RT 003/RW 004 Kelurahan VI Suku
Kecamatan Lubuk Sikarah, lahir di Solok 13 April 1964,
memiliki suku Kutiaanyia, pendidikan terakhir SMA, klien
beragama islam .
2) Faktor Presipitasi

Klien mengatakan saat klien mengingat masa lalu klien
saat klien gagal dapat pekerjaan, suara-suara yang tak
berwujud tersebut datang kepadanya. Klien mendengar
suara-suara yang memanggilnya dan mengatakan untuk
tidak pergi kesitu tetapi klien tidak melihat siapa yang
berbicara. Klien mengatakan biasanya saat mendengar
suara-suara tersebut klien pergi berjalan-jalan keluar rumah

46

47

hingga suara tersebut hilang. Klien mengatakan juga
mencoba cara menghardik tetapi suara itu masih saja
muncul. Klien mengalami halusinasi pendengaran 1-2 kali
dalam sehari. Biasanya halusinasi terjadi tidak menentu
kadang pagi, sore, dan terkadang malam saat tertidur

3) Faktor Predisposisi
a) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu dengan gejala mendengar suara-suara
palsu. Klien pernah dirawat sebanyak 5x dirumah sakit
jiwa. Yang pertama klien dirawat di RSJ HB Sa‟anin
Padang pada tahun 2000, yang kedua pada tahun 2009,
yang ketiga di Pekan Baru pada tahun 2012, yang ke
empat dirawat di RS M.Natsir dirumah sakit yang sama
tetapi dirawat diruangan yang berbeda karna klien
mengalami luka bakar yang diakibatkan halusinasinya,
klien mendengar suara yang menyuruhnya memanjat ke
atas mesjid dan memeluk kabel disana kejadian tersebut
terjadi pada tahun 2015 dan yang terakhir bagian jiwa
pada tahun 2018 .
b) Pengobatan sebelumnya
Tn. H mengatakan pengobatan klien sebelumnya
kurang berhasil karna klien sering tidak meminum obat,
klien mengatakan jika minum obat kakinya terasa sakit.

48

c) Penganiayaan fisik
Klien tidak memiliki pengalaman penganiayaan fisik

d) Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Klien mengatakan tidak ada yang mengalami

gangguan jiwa selain dirinya.
4) Pemeriksaan Fisik

a) TTV:
(1) TD: 120/70 mmHg
(2) Nadi : 80 x/menit
(3) Suhu : 37, 8° C
(4) Pernafasan : 20 x/menit

b) Keluhan Fisik : klien mengatakan badan terasa lemas
5) Psikososial

a) Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan

/ : meninggal
: klien

49

b) Konsep Diri
(1) Citra Tubuh
Klien mengatakan ia menyukai semua
anggota tubuhnya karna semuanya penting baginya.
(2) Identitas
Klien paham bahwa dia adalah seoarang
laki-laki. Klien belum pernah memiliki istri sama
sekali.
(3) Peran
Klien mengatakan menyadari perannya
sebagai anak ke dua dari 8 bersaudara, klien sering
membantu pekerjaan ibunya dirumah seperti
menyapu membersihkan halaman rumah dan
mencuci pakaiannya sendiri karna tidak mau
merepotkan ibunya.
(4) Ideal diri
Klien menyatakan ingin cepat sembuh
(5) Harga diri
Klien memiliki hubungan baik dengan
orang-orang disekitar rumahnya, tetapi ada sebagian
orang-orang yang kadang menghasut klien untuk
berbuat tidak baik ke pada ibunya seperti meminta
agar ibunya menjual rumahnya karna ibunya sudah
tua, setelah diberi pengertian bahwa itu salah

50

barulah klien tidak mau berbuat seperti itu kepada
ibunya lagi. Semenjak kejadian itu ibu klien tidak
membolehkan klien terlalu dekat dengan warga
disana.
c) Hubungan Sosial
Klien dekat dengan ibunya dan saat ada masalah
klien bercerita kepada ibunya. Klien juga dekat dengan
saudara kandung beserta anggota keluarganya. Klien
lebih sering di rumah dari pada berinteraksi dengan
tetangga, dulu klien sering diajak untuk bergotong
royong tetapi sekarang sudah tidak pernah diajak lagi
oleh warga sekitar, klien keluar rumah biasanya untuk
membeli rokok dan berbincang-bincang sebentar
dengan orang-orang disekitar rumahnya karna klien
dilarang oleh ibunya untuk terlalu lama berbincang-
bincang dengan sebagian tetangga disana.
d) Spritual
(1) Nilai dan keyakinan

Klien menganut agama islam dan percaya
adanya Allah SWT, dan yakin penyakitnya
disembuhkan oleh Allah SWT.
(2) Kegiatan ibadah

Klien mengatakan sekarang sudah malas
sholat. Klien sholat hanya 2 kali dalam sehari

51

subuh dan maghrib saja. Dulu klien rajin
beribadah kemesjid tetapi karna ada sebagian
pemuda mencimooh klien dengan sebutan buya
dari gaduik semenjak itu klien tidak mau lagi
pergi sholat kemesjid dan malas untuk
melakukan sholat 5 waktu.
6) Status Mental
a) Penampilan
Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak kurang
rapi dan masih memakai pakaian yang dipakai kemarin,
gigi tidak bersih, jenggot belum dicukur dan kuku yang
terlihat sudah panjang .
b) Pembicaraan
Pada saat wawancara klien berbicara dengan nada
yang pelan dan terbata-bata, klien mampu menjawab
sesuai pertanyaan yang diajukan.
c) Aktivitas motorik
Pada saat berinteraksi dengan klien, klien tampak
tegang dan seperti orang yang bingung saat ditanya,
tetapi klien menjawab pertanyaan dengan baik.
d) Alam perasaan
Klien tampak bingung.

52

e) Afek
Pada saat dilakukan wawancara afek klien tampak

datar terkadang klien tampak bingung .
f) Interaksi selama wawancara

Pada saat wawancara interaksi klien mau diajak
berbicara, klien menjawab pertanyaan dengan nada
yang pelan dan sedikit terbata-bata dengan ekspresi
bingung .
g) Persepsi sensori

Klien mengalami halusinasi pendengaran. Klien
berkata saat klien teringat masa lalunya suara-suara
palsu itu terdengar oleh klien. Klien mengatakan isi
dari halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan
sesuatu . Klien mengatakan kesal dengan halusinasinya.
Klien mengalami halusinasi pendengaran 1-2 kali
dalam sehari. Biasanya halusinasi terjadi tidak menentu
kadang pagi, sore, dan terkadang malam saat tertidur.
Dalam mengatasi halusinasi pendengaran klien lebih
sering pergi berjalan-jalan untuk menghilangkan
halusinasi yang dirasakan.
h) Proses pikir

Pada saat menjawab pertanyaan klien menjawab
dengan pelan dan sedikir terbata-bata. Pada saat
terjadinya halusinasi pendengaran klien memilih untuk

53

pergi berjalan-jalan keluar rumah untuk menghilangkan
suara tersebut.
i) Isi pikir

Klien ingin cepat sembuh dan ingin segera
mempunyai pekerjaan.
j) Tingkat kesadaran

Klien mengetahui namanya, tempat ia tinggal, dan
tampak bingung saat dilakukan wawancara.
k) Memori

Klien kurang mampu menceritakan kejadian yang
pernah dialami dimasa lalu, klien juga sering lupa
menutup pintu saat pergi keluar, jika klien diberi uang
yang banyak oleh ibunya untuk membeli rokok klien
sering lupa meminta kembalian uangnya (gangguan
daya ingat jangka pendek).
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berkonsentrasi pada saat wawancara,
klien pintar dalam berhitung saat diberikan soal
hitungan ia bisa menjawab dengan cepat.
m) Kemampuan penilaian

Klien mampu memilih dan mengambil keputusan
yang sederhana ketika diberikan sedikit bantuan,
misalnya klien disuruh meenggunting kuku karna

54

terlalu panjang, lalu klien mengambil silet untuk
memotong kukunya.
n) Daya tilik diri

Klien menyadari tentang perubahan fisik pada
dirinya namun tidak menyalahkan orang lain atas apa
yang terjadi pada dirinya.
7) Kegiatan Sehari-hari
a) Mandi

Klien mengatakan belum mandi dari kemaren, klien
mengatakan mandi 1 kali sehari. Saat observasi gigi
terlihat kotor, jenggot dan kumis belum dicukur dan
kuku panjang.
b) Berpakaian

Klien belum mengganti pakaian dari kemaren,
pakaian terlihat kotor.
c) Makan

Klien makan 2-3 kali sehari. Klien tidak memilih-
milih makanan.
d) BAK/BAB
Klien saat BAB/BAK selalu ke kamar mandi
e) Aktivitas di dalam rumah

Klien mencuci pakaiannya sendiri, terkadang
menyapu halaman dirumahnya. Namun klien cenderung
malas melakukan kegiatan lebih banyak tidur.

55

f) Aktivitas di luar rumah
Klien keluar rumah biasanya hanya untuk membeli

rokok dan berbincang-bincang sebentar dengan
tetangga disana. Klien lebih banyak mengahbiskan
waktunya sendiri dirumah.
g) Tidur

Klien bangun jam 10 pagi, terkadang jam 10 atau
jam 11 malam tidur, klien terkadang terbangun saat
tidur karna mendengar suara setelah itu klien kembali
tertidur lagi, klien juga terkadang tidur siang dirumah
sekitar 3jam dalam sehari.
8) Mekanisme Koping

Klien memiliki mekanisme koping yang adaptif,
karena saat klien diberikan pertanyaan klien menjawab
dengan baik dan dapat mengontrol emosi pada dirinya.

9) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien dimasa lalunya dikenal oleh keluarga dan

tetangga sebagai anak yang pintar. Klien pernah gagal 2x
dalam melamar pekerjaan dikantor balai kota karna
namanya terhimpit oleh orang-orang yang diatasnya. Klien
berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungannya,
tetapi tekadang dilingkungannya ada saja yang
menghasutnya untuk berbuat jahat kepada ibunya.
10) Aspek Medis

56

a) Diagnosis medis : Skizofrenia

b) Terapi medis : Chloropromazine HCL 1x1

Trihexyphenidyl HCL 1x1

Resperidone 1x1

11) Analisa Data

Tabel 4.6 Analisa Data

No Data Masalah

1 Data subjektif Gangguan persepsi sensori

1. Tn. H mengatakan

mendengar suara-suara

bisikan atau suara palsu .

2. Tn. H merasakan kesal

dengan halusinasinya

Data objektif

1. Tn . H pernah melakukan

respon yang tidak sesuai

saat terjadinya halusinasi

seperti mengikuti perintah

suara yang memanggilnya

2. Tn. H pernah bersikap

seolah mendengar

3. Tn. H lebih sering diam

dirumah

4. Tn.H saat diwawancarai

kadang tampak seperti

orang bingung

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien yaitu

yang pertama gangguan persepsi sensori: data subjetif Tn. H
mendengar suara bisikan atau suara-suara palsu (merasa ada orang
yang menyuruhnya padahal tidak ada), menyatakan kesal dengan
halusinasinya. Data objektif Tn. H bersikap seolah mendengar
suara-suara bisikan atau suara palsu, pencetus halusinasi terjadi
saat melamun sendiri dan memikirkan hal yang sudah berlalu.

57

c. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan untuk pasien gangguan persepsi

sensori ialah manajemen halusinasi melakukan latihan dukuangan
bercakap-cakap. Tujuan yang harus dicapai dari intervensi yaitu
dengan ekspetasi membaik dan kriteria yang harus dicapai dari
latihan dukungan bercakap-cakap ini adalah verbalisasi mendengar
bisikan menurun.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) gangguan persepsi
sensori standar intervensi keperawatan adalah manajemen
halusinasi. Manajemen halusinasi adalah mengidentifikasi dan
mengelola peningkatan keamanan, kenyamanan, dan orientasi
realita.
Tindakan
Observasi

a. Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
b. Monitor isi halusinasi (misalnya kekerasan atau

membahayakan diri)
Terapeutik

a. Pertahankan lingkungan yang aman
b. Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
Edukasi
a. Anjurkan memonitor sendiri terjadinya halusinasi
b. Anjurkan melakukan distraksi (misalnya melakukan

aktivitas)

58

c. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

d. Implementasi Keperawatan
Intervensi keperawatan gangguan persepsi sensori adalah

melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.

Pada tanggal 11 Juni 2021 dilakukan pengkajian dan
implementasi selama 6 kali dalam seminggu dimulai pada tanggal
11 sampai 16 Juni 2021.

a. Pertemuan pertama pada tanggal 11 Juni 2021 pada pukul
11.00 WIB di teras rumah klien, peneliti melakukan
pengkajian kepada klien, kontrak waktu, dan respon
subjektif klien bersedia diwawancara mengenai
halusinasinya dan respon subjektif klien saat wawancara
kooperatif, peneliti membina hubungan saling percaya
dengan klien.

b. Pertemuan kedua pada tanggal 12 Juni 2021 dari jam 11.00
diteras rumah klien. Peneliti mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
dengan cara mengajak ibu klien untuk berbincang-bincang
saat mendengarkan suara-suara halusinasi dengan berkata
”ibu ayo mengobrol dengan saya, saya sedang mendengar
suara-suara” yang diulangi 2-3 kali agar klien paham dan
menentukan topik dari percakapan yang akan dilakukan

59

seperti berbincang-bincang tentang pekerjaan rumah yang
disenangi dengan bantuan peneliti. Respon subjektif pasien
dapat mencontohkan kembali cara mengajak orang lain
untuk bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat
mengulangi cara mengajak orang lain dalam bercakap-
cakap. Setelah itu peneliti juga mengajarkan cara
menghardik untuk mengontrol halusinasi yang dirasakan
klien dengan dibantu peneliti, respon subjektif pasien dapat
mencontohkan kembali cara mengahrdik, respon objektif
dapat melakukan cara menghardik sepeti yang diajarkan
oleh peneliti.
c. Pertemuan ketiga tanggal 13 Juni 2021 dari jam 11.00 di
teras rumah klien. Peneliti mengulang kembali cara
melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain dan
mengajarkan cara meminum obat yang baik dan benar.
Yang pertama mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain, dengan cara mengajak ibu klien
untuk berbincang-bincang saat mendengarkan suara-suara
halusinasi dengan berkata ”ibu ayo mengobrol dengan saya,
saya sedang mendengar suara-suara” yang diulangi 2-3 kali
agar klien paham dan menentukan topik dari percakapan
yang akan dilakukan seperti berbincang-bincang tentang
pekerjaan rumah yang disenangi atau hobi klien dengan
bantuan peneliti. Respon subjektif pasien dapat

60

mencontohkan kembali cara mengajak orang lain untuk
bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat mengulangi
cara mengajak orang lain untuk bercakap-cakap. Setelah itu
klien mengajarkan cara meminum obat dengan baik dan
benar. Respon subjektif pasien dapat melakukan cara
meminum obat dengan baik dan benar, respon objektif
klien dapat mengulangi cara meminum obat dengan baik
dan benar.
d. Pertemuan keempat tanggal 14 Juni dari jam 11.00 di
rumah klien. Peneliti mengulangi kembali cara mengontrol
halusinasi dengan cara becakap-cakap dengan orang lain,
dengan cara mengajak ibu klien untuk berbincang-bincang
saat mendengarkan suara-suara halusinasi dengan berkata
”ibu ayo mengobrol dengan saya, saya sedang mendengar
suara-suara” yang diulangi 2-3 kali agar klien paham dan
menentukan topik dari percakapan yang akan dilakukan
seperti berbincang-bincang tentang pekerjaan rumah yang
disenangi dengan bantuan peneliti. Respon subjektif pasien
dapat mencontohkan kembali cara mengajak orang lain
untuk bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat
mengulangi cara mengajak orang lain dalam bercakap-
cakap.
e. Pertemuan kelima pada tanggal 15 Juni 2021 dari jam 11.00
di rumah klien. Peneliti mengulang kembali cara

61

melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain dan
mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas. Yang pertama mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, dengan cara mengajak
ibu klien untuk berbincang-bincang saat mendengarkan
suara-suara halusinasi dengan berkata ”ibu ayo mengobrol
dengan saya, saya sedang mendengar suara-suara” yang
diulangi 2-3 kali agar klien paham dan menentukan topik
dari percakapan yang akan dilakukan seperti berbincang-
bincang tentang pekerjaan rumah yang disenangi atau hobi
klien dengan bantuan peneliti. Respon subjektif pasien
dapat mencontohkan kembali cara mengajak orang lain
untuk bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat
mengulangi cara mengajak orang lain untuk bercakap-
cakap. Setelah itu klien mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktifitas. Respon subjektif
pasien dapat mencontohkan kembali cara melakukan
aktifitas, respon objektif klien dapat mengulangi cara
melakukan aktifitas.
f. Pertemuan keenam pada tanggal 16 Juni 2021 dari jam
11.00 di rumah klien. Peneliti melakukan terminasi dan
peneliti mengevaluasi kembali kegiatan latihan bercakap-
cakap dengan orang lain dan latihan sebelumnya. Pasien
mengatakan ketika mendengar suara-suara yang tak

62

berwujud klien melakukan kegiatan bercakap-cakap dan
pasien mengatakan pemikirannya mulai terbuka setelah
melakukan latihan bercakap-cakap. Masalah teratasi dan
intervensi dihentikan.

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pertemuan pertama tanggal 12 Juni 2021 pukul

11.00 WIB yaitu:

S : Klien mengatakan mendengar suara-suara yang tak berwujud

O :Klien tampak paham dalam melakukan kegiatan yang
diajarkan, klien mampu mengulangi apa yang sudah diajarkan
walaupun masih terbata-bata dan masih dibimbing oleh perawat.
Klien masih memakai pakaian yang klien kenakan kemarin, kuku
klien tampak panjang.

A : Masalah gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
belum teratasi

P : Menyarankan pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain dan menyarankan klien untuk
mengulangi latihan tersebut

Evaluasi pertemuan kedua tanggal 13 Juni 2021 pukul 11.00
WIB yaitu :

S : Klien mengatakan melakukan kegiatan yang diajarkan tetapi
masih diingatkan oleh ibunya.

63

O : Klien tampak masih sedikit bingung dan sedikit kurang fokus.
Klien menjawab pertanyaan dengan terbata-bata. Klien mampu
mengulangi cara mengajak orang lain bercakap-cakap tetapi masih
dibantu oleh perawat.

A : Masalah halusinasi pendengaran belum teratasi

P : Menyarankan klien untuk mengulang latihan yang telah
diajarkan dan menganjurkan klien mengisi format kegiatan harian
setiap melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain.

Evaluasi pertemuan ketiga tanggal 14 Juni 2021 pukul
11.00-11.30 WIB yaitu :

S : Klien mengatakan tadi pagi mendengar suara-suara yang tak
berwujud. Klien mengatakan sudah melakukan latihan yang
diajarkan tetapi diingatkan oleh ibunya.

O : Klien sudah mulai terbuka dan banyak berbicara, saat
diajarkan cara bercakap-cakap klien mampu mengulangi apa yang
diajarkan dengan terbata-bata dan masih dibimbing oleh perawat.

A : Masalah halusinasi pendengaran belum teratasi

P : Menyarankan klien untuk mengulang latihan yang telah
diajarkan dan menganjurkan pasien mengisi format kegiatan
harian setiap melakukan latihan.

64

Evaluasi pertemuan keempat tanggal 15 Juni 2021 pukul
11.00- 11.30 WIB yaitu :

S : klien mengatakan sudah melakukan latihan bercakap-cakap
dengan ibunya tanpa diingatkan. Klien mengatakan kemaren sore
tidak mendengar suara-suara palsu lagi. Klien mengatakan setelah
bercakap-cakap pemikirannya semakin terbuka.

O : klien tampak senang dan sudah mulai terbuka, saat diajarkan
kembali cara bercakap-cakap dengan orang lain klien mampu
mengulangi dengan baik

A : Masalah halusinasi pendengaran teratasi sebagian

P : Menyarankan pasien untuk selalu mengulang latihan yang telah
diajarkan dan menganjurkan pasien mengisi format kegiatan harian
setiap melakukan latihan.

Evaluasi pertemuan kelima tanggal 16 Juni 2021 pukul 11.00-
11.30 WIB yaitu :

S : Klien mengatakan sudah melakukan kegiatan bercakap-cakap.
Klien mengatakan halusinasi pendemgaran yang dirasakan sudah
berkurang. Klien mengatakan senang dapat bertukar pikiran
dengan ibunya dan membuat pemikirannya jadi lebih terbuka.

O : klien tampak senang dan berbicara dengan tenang tanpa
terbata-bata, klien mampu mengulangi cara bercakap-cakap dengan
baik kepada ibunya.

65

A : Masalah halusinasi pendengaran teratasi

P : Menyarankan klien untuk selalu mengulang latihan yang telah
diajarkan.

B. Pembahasan Kasus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan melalui

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan. Maka peneliti akan
membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan
yang ditemukan dalam kasus gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran pada klien.

1. Pengkajian Keperawatan
Tn H seorang laki-laki berusia 57 tahun, beralamat di

Bawah Bungo RT 003/RW 004 Kelurahan VI Suku Kecamatan
Lubuk Sikarah, lahir di Solok 13 April 1964, memiliki suku
Kutiaanyia, pendidikan terakhir SMA, klien beragama islam.
Keluhan yang didapat klien mengatakan mendengar suara-suara
bisikan atau mendengar suara-suara palsu, cenderung mengalami
halusinasi saat sedang melamun sendirian. Klien dulu pernah
mengalami halusinasi dipanggil berjalan keluar rumah dan pernah
berbicara sendiri, serta biasanya respon klien saaat terjadinya
halusinasi klien pergi berjalan-jalan keluar rumah. Biasanya dalam
sehari klien mengalami halusinasi pendengaran 2 kali, terjadinya

66

tidak menenti terkadang pagi, sore dan terkadang malam saat klien
tertidur.

Penampilan klien pengkajian tidak rapi, klien mengatakan
belum mandi dari kemaren dan belum mengganti pakaian, kumis
dan jenggot mulai tumbuh, klien terlihat bingung, tidak
bersemangat, dan klien menjawab pertanyaan dengan terbata-bata.

Berdasarkan teori Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017),
tanda dan gejala gangguan persepsi sensori ada 2 yaitu tanda
subjektif mendengar suara bisikan, menyatakan kesal, tanda
objektif respon tidak sesuai, besikap seolah mendengar,
menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, curiga, melihat ke satu
arah, mondar-mandir, bicara sendiri. Berdasarkan hasil pengkajian
yang dilakukan peneliti tidak menemukan klien saat itu mengalami
halusinasi pendengaran secara langsung peneliti hanya
mendapatkan data bahwa klien mengalami halusinasi pendengaran
tetapi peneliti tidak dapat melihat langsung, klien tampak bingung
dan klien cenderung pendiam, tidak ditemukan saat itu klien
mondar-mandir atau bicara sendiri. Klien mau diajak
berkomunikasi walaupun tampak bingung.

Faktor presipitasi pada klien, Ibu klien bercerita bahwa
dulunya klien pernah bekerja di Bogor karna sudah 2 kali
lamarannya ditolak di kantor Balai Kota Solok, saat bekerja disana
klien ingin menyewa rumah yang dekat dengan tempat kerjanya
karna kekurangan uang dia meminta kepada adeknya untuk

67

mengirimkan uang kepadanya, tetapi adeknya terlambat mengirim
uang kepadanya, karna kesal dia tidak jadi menyewa rumah
kontrakan tersebut dan balik ke Solok lagi. Tetapi saat kembali ke
Solok klien hanya pergi sebentar kerumah ibunya memberikan
uang yang dibawa dari Bogor lalu pergi kerumah ayahnya yang ada
di Simpang Rombio, 2bulan tinggal bersama ayahnya ibu klien
mendapat laporan bahwa klien sakit dan susah untuk diobati. Klien
sering mendengar suara bisikan atau suara-suara palsu, bersikap
mendengar suara, merasa kesal dengan yang dialaminya.

Menurut (Sutejo, 2017) Stressor presipitasi pada klien
dengan halusinasi salah satunya disebabkan oleh adanya
kegagalan- kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan
atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.

Klien menemukan kesamaan dalam teori Sutejo yang
mengatakan stressor presipitasi pada klien halusinasi salah satunya
disebabkan kegagalan dalam hidup. Karena klien gagal
mendapatkan pekerjaan saat melamar di Balai Kota Solok
sebanyak 2x.

Hasil pemeriksaan fisik pada klien tidak ada kelainan.
Tanda-tanda vital normal. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu 37,80 C dan pernapasan 20x/menit. Klien merasakan
keluhan terasa lelah.

68

Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karna
semua bagiana tubuhnya penting untuk kehidupannya. Klien sangat
dekat dengan ibunya. Saat ada masalah klien selalu bercerita
kepada ibunya. Saat ditanya mengenai penyakitnya klien sadar
bahwa klien mendengar suara-suara yang tak berwujud.

Menurut teori (Stuart & Larai, 2001 dalam Azizah, 2016),
pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor
predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien cara ini yang
akan dipakai pada uraian berikut. Cara pengkajian lain berfokus
pada 5 (lima) dimensi, yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial,
dan spiritual.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada saat pengkajian data yang didapat pada klien, data

subjektif Tn. H mengatakan mendengar suara bisikan atau suara-
suara palsu, seolah bersikap mendengar suara. Klien pernah seolah-
olah dipanggil dan disuruh untuk berjalan dan melakukan sesuatu
yang dapat membahayakan dii sendiri seperti menyuruh memanjat
keloteng mesjid, merasa kesal dengan halusinasi yang dialami.
Data objektif yang didapatkan saat berinteraksi klien suka

69

melamun, konsentrasi buruk, saat diwawancara klien menjawab
dengan terbata-bata dan dengan ekspresi bingung.

Berdasarkan data tersebut diagnosa yang keperawatan pada
klien adalah gangguan persepsei sensori pendengaran. Hal ini
diperkuat dengan data subjektif dan objektif pada klien saat
memperoleh data. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
gagguan persepsi sensori adalah perubahan terhadap stimulus baik
internal maupun eskternal yang disertai dengan respon yang
berkurang, berlebihan. Data subjektif klien mendengaran suara
bisikan, merasa kesal. Data objetif respon yang tidak sesuai,
bersikap seolah mendengar, menyendiri, melamun, konsentrasi
buruk, melihat ke satu arah.

Gangguan persepsi sensori apabila tidak diatasi dengan
cepat, maka fase halusinasi akan meningkat. Menurut teori Muhith
(2015). Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol
dirinya sehingga bisa membahayakan dirinya, orang lain maupun
lingkungan. Hal ini akan muncul perilaku kekerasan terhadap
klien. Teori ini diperkuat dengan Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017), perilaku kekerasan merupakan kemarahan yang
dieskspresikan secara berlebihan atau tidak terkendali secara verbal
sampai dengan mencederai orang lain dan merusak lingkungan.
Hal ini ditandai dengan data subjetif mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kasar, suara keras, bicara ketus. Data Objektif

70

menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, mata melotot tangan mengepal, dan wajah memerah.

Pada diagnosa pertama dan kedua apabila tidak diatasi
dengan cepat maka akan muncul masalah-masalahan lain. Menurut
teori Muhith (2015) selain masalah yang diakibatkan oleh
halusinasi klien bisa mengalami masalah keperawatan yaitu kurang
keterampilan berhubungan dengan sosial, klien menarik diri dari
lingkungan, terfokus pada dirinya sendiri. Maka akan muncul
diagnosa ketiga yaitu isolasi sosial. Hal ini diperkuat dengan teori
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), isolasi sosial adalah
ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Data subjektif klien
merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat umum,
merasa berbeda dengan orang lain, merasa tidak punya tujuan yang
jelas. Data objektif menarik diri, tidak berminat/menolak, riwayat
ditolak, menunjukkan permusuhan, dan tidak bergairah/lesu.

Berdasarkan diagnosa keperawatan Tn. H yaitu gangguan
persepsi sensori pendengaran. Menurut teori Azizah (2016)
diagnosa keperawatan halusinasi ada 3 yang berhubungan dengan
pohon masalah yaitu yang pertama gangguan persepsi sensori
pendengaran, perilaku kekerasan, dan isolasi sosial.

Pada diagnosa tersebut untuk menghindari klien mengalami
halusinasi meningkat yaitu munculnya masalah-masalah
keperawatan lain seperti perilaku kekerasan dan isolasi sosial.

71

Gangguan persepsi sensori harus diatasi. Mengatasi diagnosa
pertama dengan melakukan intervensi kepada klien gangguan
persepsi sensori pendengaran dengan manajemen halusinasi
dukungan latihan bercakap-cakap .

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama adalah gangguan persepsi

sensori pendengaran, sehingga intervensi keperawatan yaitu
manajemen halusinasi melakukan aktivitas latihan dukungan
bercakap-cakap. Tujuan dari intervensi ini adalah agar halusinasi
pendengaran dapat teratasi dan tidak berkelanjutan sampai
mencederai klien kembali. Peneliti menyusun rencana keperawatan
sesuai dengan teori yang telah ada dengan menggunakan
manajemen halusinasi: dukungan bercakap-cakap.

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) manajemen
halusinasi ialah mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
keamanan, kenyamanan dan orientasi realita.

Menurut Muhith (2015) untuk mengurangi risiko akibat
halusinasi pendengaran ini salah satunya dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Karna ketika klien bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi (fokus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi kepercakapan yang dilakukan dengan
orang lain tersebut) sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.

72

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan
dilakukan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Hasil penelitian pada
Tn. H dengan gangguan persepsi sensori pendengaran peneliti
melakukan manajemen halusinasi: latihan dukungan bercakap-cakap
dengan orang lain kepada klien dilakukan 5 kali selama seminggu.

Pada tanggal 11 Juni 2021 dilakukan pengkajian dan implementasi
selama 6 kali dalam seminggu dimulai pada tanggal 11 sampai 16
Juni 2021.

a. Pertemuan pertama pada tanggal 11 Juni 2021 pada pukul
11.00 WIB di teras rumah klien, peneliti melakukan
pengkajian kepada klien, kontrak waktu, dan respon
subjektif klien bersedia diwawancara mengenai
halusinasinya dan respon subjektif klien saat wawancara
kooperatif, peneliti membina hubungan saling percaya
dengan klien.

b. Pertemuan kedua pada tanggal 12 Juni 2021 dari jam 11.00
diteras rumah klien. Peneliti mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
dengan cara mengajak ibu klien untuk berbincang-bincang
saat mendengarkan suara-suara halusinasi dengan berkata
”ibu ayo mengobrol dengan saya, saya sedang mendengar
suara-suara” yang diulangi 2-3 kali agar klien paham dan
menentukan topik dari percakapan yang akan dilakukan

73

seperti berbincang-bincang tentang pekerjaan rumah yang
disenangi dengan bantuan peneliti. Respon subjektif pasien
dapat mencontohkan kembali cara mengajak orang lain
untuk bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat
mengulangi cara mengajak orang lain dalam bercakap-
cakap. Setelah itu peneliti juga mengajarkan cara
menghardik untuk mengontrol halusinasi yang dirasakan
klien dengan dibantu peneliti, respon subjektif pasien dapat
mencontohkan kembali cara mengahrdik, respon objektif
dapat melakukan cara menghardik sepeti yang diajarkan
oleh peneliti.
c. Pertemuan ketiga tanggal 13 Juni 2021 dari jam 11.00 di
teras rumah klien. Peneliti mengulang kembali cara
melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain dan
mengajarkan cara meminum obat yang baik dan benar.
Yang pertama mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain, dengan cara mengajak ibu klien
untuk berbincang-bincang saat mendengarkan suara-suara
halusinasi dengan berkata ”ibu ayo mengobrol dengan saya,
saya sedang mendengar suara-suara” yang diulangi 2-3 kali
agar klien paham dan menentukan topik dari percakapan
yang akan dilakukan seperti berbincang-bincang tentang
pekerjaan rumah yang disenangi atau hobi klien dengan
bantuan peneliti. Respon subjektif pasien dapat

74

mencontohkan kembali cara mengajak orang lain untuk
bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat mengulangi
cara mengajak orang lain untuk bercakap-cakap. Setelah itu
klien mengajarkan cara meminum obat dengan baik dan
benar. Respon subjektif pasien dapat melakukan cara
meminum obat dengan baik dan benar, respon objektif
klien dapat mengulangi cara meminum obat dengan baik
dan benar.
d. Pertemuan keempat tanggal 14 Juni dari jam 11.00 di
rumah klien. Peneliti mengulangi kembali cara mengontrol
halusinasi dengan cara becakap-cakap dengan orang lain,
dengan cara mengajak ibu klien untuk berbincang-bincang
saat mendengarkan suara-suara halusinasi dengan berkata
”ibu ayo mengobrol dengan saya, saya sedang mendengar
suara-suara” yang diulangi 2-3 kali agar klien paham dan
menentukan topik dari percakapan yang akan dilakukan
seperti berbincang-bincang tentang pekerjaan rumah yang
disenangi dengan bantuan peneliti. Respon subjektif pasien
dapat mencontohkan kembali cara mengajak orang lain
untuk bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat
mengulangi cara mengajak orang lain dalam bercakap-
cakap.
e. Pertemuan kelima pada tanggal 15 Juni 2021 dari jam 11.00
di rumah klien. Peneliti mengulang kembali cara

75

melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain dan
mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas. Yang pertama mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, dengan cara mengajak
ibu klien untuk berbincang-bincang saat mendengarkan
suara-suara halusinasi dengan berkata ”ibu ayo mengobrol
dengan saya, saya sedang mendengar suara-suara” yang
diulangi 2-3 kali agar klien paham dan menentukan topik
dari percakapan yang akan dilakukan seperti berbincang-
bincang tentang pekerjaan rumah yang disenangi atau hobi
klien dengan bantuan peneliti. Respon subjektif pasien
dapat mencontohkan kembali cara mengajak orang lain
untuk bercakap-cakap, respon objektif pasien dapat
mengulangi cara mengajak orang lain untuk bercakap-
cakap. Setelah itu klien mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktifitas. Respon subjektif
pasien dapat mencontohkan kembali cara melakukan
aktifitas, respon objektif klien dapat mengulangi cara
melakukan aktifitas.
f. Pertemuan keenam pada tanggal 16 Juni 2021 dari jam
11.00 di rumah klien. Peneliti melakukan terminasi dan
peneliti mengevaluasi kembali kegiatan latihan bercakap-
cakap dengan orang lain dan latihan sebelumnya. Pasien
mengatakan ketika mendengar suara-suara yang tak

76

berwujud klien melakukan kegiatan bercakap-cakap dan
pasien mengatakan pemikirannya mulai terbuka setelah
melakukan latihan bercakap-cakap. Masalah teratasi dan
intervensi dihentikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusli (2020)
kepada 2 orang pasien didapatkan hasil subjek 1 mengalami
kemajuan dalam mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, sedangkan subjek 2 tidak mengalami
kemajuan dalam mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, karena frekuensi munculnya halusinasi
pada subjek 2 masih sering dan kurang melakukan interaksi
dengan pasien lain.

Hasil penelitian Larasaty & Hargiana (2019) pada
penerapan intervensi mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap, menunjukkan hasil evaluasi yang lebih
signifikan dibandingkan dengan cara menghardik
halusinasi. Klien mengatakan cara mengoontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap merupakan cara yang paling
efektif untuk dirinya mengontrol suara-suara halusinasi
yang klien dengar. Klien mengatakan semenjak sering
melakukan bercakap-cakap dalam peer support,
halusinasinya sudah tidak muncul lagi karena klien sudah
jarang melamun sendirian.

77

Peneliti menemukan kesamaan hasil penelitian
dengan teori dari Larasaty dan Hargiana karna pada saat
bercakap-cakap klien mengatakan tidak mendengar suara-
suara palsu tersebut. Klien juga mengatakan halusinasinya
sudah berkurang dari biasanya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir

dalam asuhan keperawatan untuk menilai dan mengetahui
sampai dimana tingkat keberhasilan tindakan keperawatan
pada klien apakah sudah tercapai atau belum. Peneliti
melakukan tindakan dan evaluasi dari intervensi dukungan
bercakap-cakap dengan orang lain.

Evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan
keperawatan jiwa kepada klien selama 6 hari didapatkan
hasil yaitu telah terjalinnya hubungan terapeutik antara
perawat dengan pasien ditandai dengan klien bersedia
duduk berhadapan dengan peneliti dan mau berkenalan dan
bercerita dengan peneliti. Pada diagnosa gangguan persepsi
sensori : halusinasi klien menunjukkan perubahan yang
cukup baik. Sebelum dilakukan dukungan latihan bercakap-
cakap jika klien mendengarkan suara-suara yang tak
berwujud klien cinderung untuk pergi berjalan-jalan untuk
menghilangkan suara tersebut. Sesudah diajarkan latihan
bercakap-cakap ini klien jadi lebih terbuka kepada ibunya

78

klien juga mengatakan klien senang bisa bertukar fikiran
dengan ibunya dan suara-suara yang tak berwujud yang
klien rasakan sudah berkurang. Ekspektasi yang diharapkan
peneliti belum tercapai dimana peneliti menginginkan
ekspektasi membaik yaitu pasien benar-benar sudah tidak
mendengarkan suara itu sama sekali yang tercantum dalam
SLKI angka 5, karena waktu pertemuan dengan klien
sangat singkat. Frekuensi sebelum diberikan latihan
bercakap-cakap dengan orang lain klien mengalami
halusinasi 2 kali dalam sehari, biasanya pada pagi hari dan
disore hari. Setalah diberikan latihan klien mampu
melakukan latihan pada saat terjadinya halusinasi. Biasanya
klien megalami halusinasi pendengaran 2 kali dalam sehari
adanya perobahan menjadi 1 kali dalam sehari.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusli (2020)
kepada 2 orang pasien didapatkan hasil subjek 1 mengalami
kemajuan dalam mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, sedangkan subjek 2 tidak mengalami
kemajuan dalam mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, karena frekuensi munculnya halusinasi
pada subjek 2 masih sering dan kurang melakukan interaksi
dengan pasien lain.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori pendengaran menggunakan
intervensi manajemen halusinasi dukungan bercakap-cakap terhadap Tn. H
pada tanggal 11 Juni - 16 Juni 2021, maka dapat disimpulkan bahwa:
Hasil pengkajian yang telah peneliti lakukan pada tanggal 11 Juni
2021 pada Tn.H klien mengatakan mendengar suara-suara yang
mengajaknya berbicara, respon yang tidak sesuai terhadap halusinasi,
bersikap seolah mendengar.Diagnosa keperawatannya adalah gangguan
persepsi sensori pendengaran. Intervensi keperawatan adalah dukungan
bercakap-cakap dengan orang lain. Implementasi keperawatan
dilaksanakan pada pertemuan kedua sampai kelima, perawat mengenalkan
masalah gangguan persepsi sensori pada klien kemudian juga menjelaskan
melatih cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien, dengan
hasil pasien sudah dapat melakukan strategi pelaksanaan (SP) 3, pasien
mengetahui cara mengajak orang lain dalam bercakap-cakap. Serta
didapatkan pengurangan kejadian pasien mengalami halusinasi
pendengaran pada hari kelima dan keenam. Dengan melakukan latihan
bercakap-cakap dengan orang lain halusinasi pasien cukup menurun
biasanya halusinasi terjadi 2 kali berkurang menjadi 1 kali. Ekspektasi
belum tercapai pada klien, tingkat halusinasi pendengaran cukup menurun.

79

80

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas Tanah Garam Kota Solok
Bagi perawat pelaksana di Puskesmas Tanah Garam Kota Solok
diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan jiwa kepada
pasien gangguan persepsi sensori pendengaran dengan latihan
dukungan bercakap-cakap.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi
untuk penelitian selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Akademi, D., & Makassar, K. (2020). Penerapan Cara Bercakap-Cakap Dalam
Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSKD
Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Mitra Sehat, Volume X N, 298–314.

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Keperawatan Kesehatan
JiwaTeori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka.

Azizah, M. lilik, Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. In Indomedia Pustaka.

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa. In Gooysen. Gooysen.

Fresa, O., Rochmawati, D. H., Syamsul, M., Sn, A., Program, M., S1, S.,
Keperawatan, I., Semarang, S. T., Program, D., Keperawatan, S., Sultan, U.,
Semarang, A., Jurusan, D., Poltekkes, K., & Semarang, K. (2015). Efektifitas
Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di Rsj Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Efektifitas Terapi Individu
Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 25(20), 1–10.

Irman, V., Alwi, N. P., & Patricia, H. (2016). Buku ajar Keperawatan Jiwa. In
UNP Press. UNP Press Padang.

Isnawati, R. (2020). Skizofrenia Akibat Putus Cinta. CV.Jakad Media Publishing.

Larasaty, L., & Hargiana, G. (2019). Jurnal Kesehatan, vol. 8, 2019, ISSN: 2301-
783X Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo. Jurnal Kesehatan Akademi
Keperawatan Ngesti Waluyo, 8, 2–8.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. CV Andi
Offset.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
In Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan indonesia. In
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Nuha
Medika.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2018). Situasi Kesehatan
Jiwa DI Indonesia. In InfoDATIN.

Reliani, U. (2015). Pelaksanaan Teknik Mengontrol Halusinasi: kemampuan klien
skizofrenia mengontrol halusinasi. The Sun, 2(1), 68–73.

Sutejo. (2016). KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. PUSTAKA BARU
PRESS.

Sutejo. (2017). KEPERAWATAN JIWA. PUSTAKA BARU PRESS.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus PPNI.

Wulan, K., & Hastuti, M. (2011). PENGANTAR ETIKA KEPERAWATAN.
PT.Prestasi Pustakarya.

Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony, F., &
Kurniyawan, E. H. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa 1. UPT Percetakan
& Penerbitan Universitas Jember.

Yudhiantara, D. S., & Istiqomah, R. (2018). SINOPSIS SKIZOFRRENIA UNTUK
MAHASISWA KEDOKTERAN. UB Press.

Yunita, R., Isnawati, I. A., & Addiarto, W. (2020). Buku Ajar Psikoterapi Self
Help Group Pada Keluarga Pasien Skozofrenia. Yayasan Ahmar Cendikia
Indonesia.

LAMPIRAN 1
sPERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Bapak/Ibu Calon Responden
Di
Tempat
Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang Program Studi D-III Keperawatan Solok.

Nama : Nadya Arista Widya Fatin

NIM : 183210300

Semester : VI (Enam)

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien Skizofrenia dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Menggunakan
Intervensi Manajemen Halusinasi Dukungan Bercakap-cakap Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam 2021”, maka saya mengharapkan kesediaan bapak untuk
menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan ini. Penelitian ini semata-
mata bertujuan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak akan
menimbulkan kerugian.

Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk membantu saya dalam
melakukan penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan.

Atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu menjadi responden, saya
mengucapkan terima kasih.

Peneliti

(Nadya Arista Widya Fatin )

LAMPIRAN 2
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hamdani

Umur : 57 tahun

Tempat/Tgl Lahir : Solok , 13 April 1964

Menyatakan bersedia berpatisipasi sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh :

Nama : Nadya Arista Widya Fatin

NIM : 183210300

Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Menggunakan Intervensi Manajemen Halusinasi
Dukungan Bercakap-cakap Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam 2021

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif
terhadap saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah sebenarnya dan
dirahasiakan.

Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Yang Membuat Pernyataan

( Hamdani )

LAMPIRAN 3

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A. DATA UMUM

Identitas Klien

Inisial :

Alamat :

Umur :

Suku/Bahasa :

Pendidikan :

Tanggal pengkajian :

Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Alamat :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Suku/Bahasa :

Hub dengan klien :

B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? () Ya ( ) Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : ( ) Berhasil ( )Kurang Berhasil ( ) Tidak

3. Penganiayaan : Pernah/Tidak

Pelaku/Usia Korban /Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik Kekerasan dalam keluarga

Aniaya seksual Tindakan kriminal

Penolakan

Jelaskan:

4. Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ( ) Ya ( ) Tidak

5. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. TTV: mmHg N x/menit S °C RR x/menit

2. Ukur: TB cm BB kg ( ) Turun ( ) Naik

3. Keluhan Fisik: Ada ( ) Tidak ( )

Jika ada, .......................................................................................................

D. PSIKOSOSIAL

1. Konsep Diri

a) Citra Tubuh

1) Bagian tubuh mana yang paling disukai?

2) Mengapa menyukai bagian tubuh tersebut?

3) Bagian tubuh mana yang paling tidak disukai?

4) Mengapa tidak menyukai bagian tubuh tersebut?

b) Identitas Diri

1) Status perkawinan ( ) Kawin ( ) Belum Kawin

( ) Janda ( ) Duda

2) Pekerjaan sebelumnya :

3) Jenis kelamin ( ) Pria( ) Wanita
c) Fungsi Peran

1) Di rumah berperan sebagai apa?
2) Saat sakit, adakah yang menggantikan peran sebagai?
d) Ideal Diri
1) Apa harapan terhadap tubuh dan penyakit yang dialami?
2) Bagaimana jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan?
e) Harga Diri
1) Apa yang dirasakan jika identitas, fungsi peran, dan ideal diri tidak

sesuai dengan harapan?
2. Hubungan Sosial

a) Siapa orang yang paling dekat dengan anda?
b) Bila ada masalah, pada siapa anda bercerita?
c) Adakah mengikuti kegiatan dalam masyarakat? ( ) Ya ( ) Tidak

Jika ya, kegiatan apa saja?
d) Adakah hambatan dalam berhubungan dengan orang lain?
3. Spiritual
a) Apaagama yang dianut?
b) Apa kegiatan ibadah yang dijalankan?
4. Status Mental
a) Penampilan

Tidak rapi
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penggunaan pakaian tidak sesuai

Jelaskan: Apatis
b) Pembicaraan Lambat
Membisu
Cepat Tidak mampu memulai pembicaraan
Keras
Gagap Tik
inkoherensi Grimasem
Jelaskan: Tremor
c) Aktivitas Motorik Kompulsif
Lesu
Tegang Khawatir
Gelisah Gembira berlebihan
Agitasi
Jelaskan: Labil
d) Alam Perasaan Tidak sesuai
Sedih
Ketakutan Kontak mata kurang
Putus asa
Jelaskan:
e) Afek
Datar
Tumpul
Jelaskan:
5. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan

Tidak kooperatif Curiga
Mudah tersinggung
Jelaskan:

6. Persepsi sensorik

Halusinasi : ( ) ada ( ) tidak

Jika ada : Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan:

7. Proses Pikir

a) Isi pikir

Obsesi Depersonalisasi

Phobia Ide yang terkait

Hipokondria Pikiran magis

Jelaskan:

b) Waham

Agama Nihilistik

Somatik Sisip pikir

Kebesaran Siar pikir

Curiga Kontrol pikir

Jelaskan:

c) Proses pikir

Circumstansial Flight of idea

Tangensial Blocking


Click to View FlipBook Version