Larik-larik puisi tidak membangun paragraf, namun
membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan
berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari
halaman yang memuat puisi belum terpenuhi tulisan, hal ini
tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang
demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi. Dengan
demikian, tipografi dalam puisi memiliki bermacam-macam
bentuk. Macam-macam bentuk tipografi dalam puisi
contohnya grafis, kaligrafi, kerucut, dan sebagainya. Jadi,
tipografi memberikan ciri khas puisi pada periode angkatan
tertentu. Berikut ini beberapa contoh tipografi.
Cinta Mati dalam Doa Sebelum Tidur
(Agus Nasihin)
Tuhanku,
karena cinta-Mu
kucintai kata-kata
dan kucintai dia
Tuhanku,
Setiap kali aku
Sulit memejamkan mata
Kucari kata-kata
Di balik bilik
Atau di balik langit-langit
Lalu aku curiga
Mungkin kata-kata
Sudah habis dimakan
Para pencari cinta
42 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
API
(Sutardji Calzoum Bachri)
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang
hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Jika Ini Sajak
(Agus Nasihin)
Jika ini sajak
Inilah sajak yng paling ikhlas
Huruf demi hurufnya berserah
Untuk kaususun menjadi apa saja
Imas Juidah 43
KUCING
(Sutardji Calzoum Bachri)
ngiau! Kucing dalam darah dia menderas
lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
darahku dia besar dia bukan harimau bu
kan singa bukan hiena bukan leopar dia
macam kucing bukan kucing tapi kucing
ngiau dia lapar dia merambah rimba af
rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
dia meraung dia mengerang jangan beri
daging dia tak mau daging Jesus jangan
beri roti dia tak mau roti ngiau ku
cing meronta dalam darahku meraung
merambah barah darahku dia lapar 0 a
langkah lapar ngiau berapa juta hari
dia tak makan berapa ribu waktu dia
tak kenyang berapa juta lapar lapar ku
cingku berapa abad dia mencari menca
kar menunggu tuhan mencipta kucingku
tanpa mauku dan sekarang dia meraung
mencariMu dia lapar jangan beri da
ging jangan beri nasi tuhan mencipta
nya tanpa setahuku dan kini dia minta
tuhan sejemput saja untuk tenang seha
ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
44 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Tragedi Winka & Sihka
(Sutardji Calzoum Bachri)
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Imas Juidah 45
B. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi dari
dalam dan tidak tampak langsung dalam penulisan kata-
katanya. Jadi, struktur batin puisi secara utuh yang merupakan
wacana teks puisi yang mengandung makna atau arti yang
dapat dirasakan dengan menghayati unsur-unsur puisi
tersebut. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok, ide dasar atau
subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran
atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair
dengan Tuhan, puisi bertema ketuhanan. Jika desakan yang
kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi bertema
kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk
memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau
kritik sosial.
Dari sumber lain, dijelaskan bahwa dalam sebuah
puisi sang penyair tentu saja ingin menyampaikan sesuatu hal
kepada para penikmat puisinya. Dalam puisi tersebut, penyair
melalui karyanya dapat menyampaikan apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakannya. Para penyair dalam karyanya
ingin mengemukakan, mempersoalkan, dan
mempermasalahkan hal-hal tersebut dengan caranya sendiri.
Dengan demikian, tema menjadi inti dari keseluruhan makna
dalam sebuah puisi.
46 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema
ketuhanan(religius), tema kemanusiaan, cinta, patriotisme,
perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial,
demokrasi, dan tema kesetiakawanan.
a. Tema Ketuhanan (Religius)
Tema ketuhanan sering kali disebut tema religius
filosofis, yaitu tema puisi yang mampu membawa
manusia untuk lebih bertakwa, lebih merenungkan
kekuasaan Tuhan dan menghargai alam seisinya. Berikut
contoh puisi dengan tema ketuhanan.
Surat Cinta dari Sangkakala
(Acep Syahril)
Ya Allah
telah kami terima surat cintamu
tertanggal hari ini yang dikirim peniup
seruling sejati diantara kealfaan dan
keasyik masyukkan kami surat cinta yang
engkau tulis dengan tinta biru sebagai
tanda kasih dan maha sayangmu surat cinta
yang begitu panjang menegangkan yang engkau
tulis tak sampai dalam satu tarikan nafas
membuat kami terus menangis terisak tersedu
membaca gugusan kata-kata hancur berserak dengan
tubuh dan nyawa terlunta-lunta
.....................................................................
Ya Allah
inikah surat cintamu dengan segala
keputusan yang harus kami terima selain bencana
korupsi yang nyaris membuat kami hilang akal
dan putus asa surat cinta yang kertasnya
lembab di tangan kesedihan tak berkira dengan
torehan luka maha dalam
surat cinta yang bercerita tentang hujan dan panas
...........................................................
.............................................................
Imas Juidah 47
b. Tema Kemanusiaan
Tema kemanusian berusaha meyakinkan pembaca
tentang ketinggian martabat manusia melalui peristiwa
atau tragedi yang digambarkan penyair dalam puisinya.
Dengan begitu, tema kemanusiaan mengingatkan
pembaca bahwa manusia harus dihargai, dihormati,
diperhatikan hak-haknya, dan diperlakukan secara adil
dan manusiawi. Perbuatan yang mengorbankan martabat
manusia, apa pun alasannya harus ditentang atau tidak
disetujui. Berikut contoh puisi yang bertema
kemanusiaan.
Di Bumi Palestina
(Sri Sunarti)
demonstran berteriak di penjuru negeri
menggelitik hati nurani
menyelisik dan menembus dasar hati
rasa marah
rasa gundah
ketidakadilan
kemanusiaan
pembantaian
penjajahan
terjadi di tanah negeri sendiri
di bumi Palestina
c. Tema Cinta Tanah Air
Tema cinta tanah air berupa pujaan kepada tanah
kelahiran atau negeri tercinta. Berikut contoh puisi yang
bertemakan cinta tanah air.
48 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Di Situ Panjalu
(Toni Lesmana)
kutemui jantung
ungu disaput kabut
mengapung di situ
denyutnya lembut
mengirim getar di hijau
air panjalu
itulah hutan yang mengambang
terdapat gerbang seperti celah tambang
yang mengundang kembang
ke sanalah perahu-perahu
kuyup dan meluncur
tubuh-tubuh berlumpur rindu
di sana ada kubur
di bawah daun-daun
dijaga sepasang harimau
kubayangkan kau di sini
di sampingku
menghirup maut
yang merdu
mengalun
sedikit bikin mabuk
dan khusyuk. Lalu kita limbung
berebut saling menawarkan tubuh
menjadi perahu dan dayung
menuju aum
di balik kabut itu
di dalam kubur-kubur itu
selalu ada yang ingin
dijenguk
dengan rindu
2014
Imas Juidah 49
d. Tema Cinta Kasih antara Pria dan Wanita
Tema cinta kasih mengungkapkan perasaan cinta,
sayang, kerinduan antara lawan jenis. Tema cinta kasih
antara pria dan wanita ini sangat banyak diciptakan.
Berikut contoh puisi yang bertemakan cinta kasih antara
pria dan wanita.
Bolehkah Merindu
(Yanti Sri Budiarti)
Senja mendendangkan lagu kerinduan
Pada malam penuh bintang
Tapi bintang tak mau berjumpa dengan bulan
Karena bulan tlah memendam kerinduan
Sejak lama pada matahari
Matahari hanya tahu kerinduannya
Pada kicau burung di pagi hari
Pada bunga bermekaran di taman
Tanpa tahu diam-diam awan pun
Memendam kerinduan yang sama
Dalam dirinya
Haruskah rindu berbalas rindu?
Bolehkah merindu tanpa keinginan dirindukan?
Bolehkah aku merindu padamu?
Dengan satu permintaan “jangan rindukan aku!”
2003
e. Tema Kerakyatan atau Demokrasi
Tema kerakyatan atau demokrasi mengungkapkan
bahwa rakyat memiliki kekuasaan karena sebenarnya
50 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
rakyatlah yang menentukan pemerintahan suatu negara.
Berikut contoh puisi bertema kerakyatan atau demokrasi.
Demokrasi
(Sri Sunarti)
Begitu banyak warna
merah
kuning
hijau
biru
tembus pandang bahkan samar
hanya
warna
putih
bersih
warna batin rakyat terpilih
RAKYAT
memiliki keyakinan
bahwa kebenaran
menjadi kekuatan
melawan kekuasaan
tanpa kekerasan
2003
f. Tema Keadilan Sosial (Protes Sosial)
Tema keadilan sosial ditampilkan oleh puisi-puisi
yang menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas. Puisi
keadilan sosial juga mengungkapkan protes terhadap
Imas Juidah 51
ketidakadilan di dalam masyarakat yang dilakukan
oleh kaum kaya, penguasa bahkan negara terhadap rakyat
jelata. Berikut contoh puisi yang bertemakan protes
sosial.
Gusur
(Sri Sunarti)
Ini tubuh kami
bagi setiap gilasan buldoser
melululantakan gubug-gubug
yang di bangun dengan sekantung
semen dan gemericik airmata
Ini suara kami
yang dibungkam
bagi sebongkah kepentingan
yang tak tahan bau menyengat
lukisan kumuh dalam gemerlap kota
Ini wajah kami
tatapan kosong nelangsa
membaca puing-puing yang tersisa
perabot rumah,jerit perempuan ,tangis anak-anak
terangkum dalam ketakberdayaan
derita membingkai wajah kami
kemana harus bersandar?
g. Tema pendidikan
Tema pendidikan atau budi pekerti mengungkapkan
nasihat-nasihat atau ajaran hidup. Berikut contoh puisi
yang bertemakan pendidikan.
52 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Langit
Untuk murid-muridku
(Yanti Sri Budiarti)
Langit luas dalam maap dan pengampunan
Langit lapang dalam rasa dan pengharapan
Langit diam dalam tatapan kesabaran
Langit ada untuk memahami
Langit ada tak minta dimengerti
Kesadaran langit, kesadaran tertinggi
Langit berlapis-lapis karena tahu menempatkan diri
Langit di atas langit
Mengajari satu sikap tetaplah menghamba
Langit tinggi
Tetapi tetap santun
Meski langit hanyalah batas pandang
Dan ibarat langit, anakku
Luas pula maapku dalam mencintaimu
Lapang pula pengharapanku padamu
Sabar pula aku mengajarimu
2008
2. Perasaan
Perasaan atau feeling sebagai unsur puisi adalah
sikap penyair terhadap pokok persoalan yang
ditampilkan. Menurut Waluyo (1991:121) perasaan
penyair dalam puisinya dapat dikenal melalui
penggunaan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam
puisinya karena dalam menciptakan puisi, suasana
perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat
Imas Juidah 53
dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang
sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda
dari penyair lainnya akan menghasilkan puisi yang
berbeda pula. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Tarigan (1984:11) bahwa rasa adalah sikap penyair
terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam
puisinya. Persaan yang menjiwai puisi meliputi perasaan
gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati,
sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan
menyesal. Berikut ini contoh puisi yang mengandung
perasaan kesepian yang sangat dalam.
Kosong
Karya Yanti Sri Budiarti
Sepiku lengang langit kelabu
Kosong
Melintas arakan burung layang-layang
Pulang menuju tepian langit
Lalu sepi
Hatiku senja merah selepas gerimis
Hampa
Menantimu tak kunjung henti
Sempat kuberharap segera tiba di ujung
Menuju kosong
2007
3. Nada dan Suasana
Pengertian nada sebagai unsur puisi menurut Tarigan
(1984:17) nada adalah sikap penyair terhadap pembaca
54 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
atau dengan kata lain sikap penyair terhadap para
penikmat karyanya. Bermula dari sikap tersebutlah
tercipta suasana puisi. Nada puisi sangat beragam, ada
puisi yang bernada kagum, sinis, protes, menggurui,
memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih
(memelas), takut, mecekam, santai, masa bodoh, pesimis,
humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan
sebagainya. Berikut ini contoh puisi yang mengandung
nada belas kasih, takut dan mencekam.
Laki-laki di Sudut Palestina
Karya Sri Sunarti
Seorang laki-laki bercerita dengan deraian air mata dan darah
sambil menggendong seorang bayi menunjukkan
dada-dada tak berdosa yang ditembus peluru
mematikan
menunjukkan anak-anak, perempuan, orang tua yang
mengerang kesakitan dengan lilitan selang infus
menunjukkan gedung-gedung yang porak poranda
tak ada yang tersisa kecuali kepulan-kepulan asap
dari balik reruntuhan rumahnya
rasa gamang dan ketidakpastian dalam genggaman
4. Amanat
Amanat atau pesan sebagai unsur puisi adalah
maksud yang hendak disampaikan atau himbauan, pesan,
tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui
puisinya. Secara sadar ataupun tidak seorang penyair
yang juga merupakan sastrawan dan anggota masyarakat
Imas Juidah 55
khususnya yang berperan dalam literasi harusnya
bertanggung jawab dalam menjaga kelangsungan hidup
dan ketenangan dalam masyarakat sesuai dengan hati
nuraninya. Oleh karena itu, puisi ingin selalu
mengandung amanat atau pesan. Menurut Waluyo (1991:
130) dalam banyak puisi, para penyair tidak secara
khusus dan sengaja mencantumkan amanat dalam
puisinya. Amanat tersirat dibalik kata dan juga dibalik
tema yang diungkapkan penyair. Dengan demikin,
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat
ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi
itu. Puisi Agus Nasihin yang berjudul “Sajak pada Hari
Guru” berikut ini menampilkan sangat kurangnya
penghormatan dan gaji guru.
Sajak pada Hari Guru
(Agus Nasihin)
Kami hanya membaca seadanya
Kami hanya menulis sekenanya
Kami hanya mengajar semaunya
Tapi
Tolong...
Tolong...
Kami minta dihormati sebesar-besarnya
Kami minta gaji setinggi-tingginya
Tema puisi tersebut adalah kritik sosial terhadap
pemerintah yang kurang memperhatikan nasib guru. Puisi
56 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
tersebut mengandung amanat sebagai berikut: (1) hormatilah
guru yang telah berbakti; (2) muliakanlah seorang guru; dan
(3) perbaikilah nasib guru.
C. Info Penyair
Afrizal Malna lahir di Jakarta,
7 Juni 1957. Pendidikan akhir
Sekolah Tinggi Filsafat Dri-
yarkara (tidak selesai). Afrizal
Malna adalah penulis Indonesia
yang menghasilkan berbagai
karya puisi, cerita pendek,
novel, esai, dan teks
pertunjukan teater. Di antara
berbagai karyanya, tema puisi
Afrizal Malna yang menonjol adalah pelukisan dunia modern
dan kehidupan urban, serta objek material dari lingkungan
tersebut. Korespondensi objek-objek itulah yang menciptakan
nuansa dan gaya puitiknya. Salah satu dari sekian banyak
karyanya yang terkenal yaitu “Abad Yang Berlari” (mendapat
penghargaan Hadiah Buku Sastra Dewan Kesenian Jakarta,
1984).
Toni Lesmana lahir di
Sumedang, Jawa Barat. Menulis
puisi dan prosa dalam bahasa
Sunda dan bahasa Indonesia.
Bergiat di Komunitas Studio
Titikdua Ciamis.
Imas Juidah 57
Bab 4
CIRI-CIRI PUISI
INDONESIA
Periode puisi, selain ditandai dengan tahun kemunculan,
juga ditandai dengan ciri-ciri puisi yang dikaitkan dengan
situasi serta pandangan dan pemikiran penyair terhadap
masalah yang dijadikan objek puisinya. Periodisasi puisi
adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan puisi yang
ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Puisi dalam setiap periode
memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan periode lain.
Berikut penjelasan mengenai ciri-ciri puisi dalam setiap
periode.
A. Periode 1920-1933
Puisi-puisi pada periode ini masih mewarisi corak puisi
lama mirip pantun dan syair. Hanya saja sampiran ditiadakan
untuk menjadikan puisi lebih intens. Corak puisi seperti syair
tidak digunakan sebagai cerita, namun digunakan sebagai
pengungkap makna yang lebih padat. Dikarenakan puisi
58 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
periode ini masih mewarisi corak puisi lama, maka ciri-ciri
puisi pada periode ini juga tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri
puisi lama. Ciri-ciri puisi pada periode ini diantaranya yaitu
masih terikat oleh aturan-aturan, misalnya jumlah kata dalam
satu baris, jumlah baris dalam satu bait, jumlah suku kata tiap
baris, harus berrima dan berirama. gaya penceritaan masih
terpengaruh oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu dan
menggunakan bahasa klise seperti peribahasa.
B. Periode 1933-1945
Puisi pada periode ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat bagi dunia kepenyairan. Amir Hamzah yang kita
kenal sebagai penyair pujangga baru yang oleh H. B. Jassin
dijuluki sebagai penyair “Dewa Irama”. Sedangkan, J. E.
Tatengkeng disebut sebagai penyair “Dewa Air Mata”.
Selanjutnya, Asmara Hadi dinyatakan sebagai penyair “Api
Nasionalisme”.
Puisi-puisi pujangga baru berbentuk baru, bukan pantun,
syair, atau gurindam. Ciri-ciri puisi pada periode ini yaitu
sebagai berikut.
1. Bentuk atau struktur puisinya mengikuti bentuk atau
struktur puisi baru, seperti soneta, distikon, terzina, oktaf,
dan sebagainya.
2. Diksi atau pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata
yang indah-indah, seperti nan, kelam, mentari, nian,
nirmala, beta, dan sebagainya.
Imas Juidah 59
3. Kiasan yang sering digunakan adalah gaya bahasa
perbandingan.
4. Bentuk atau struktur larik-lariknya yaitu simetris.
5. Masih kental dengan persajakan.
6. Gaya ekspresi aliran romantik nampak dalam ungkapan
perasaan, pelukisan alam yang indah tentram, damai, dan
keindahan lainnya.
7. Gaya puisinya diafan dan polos, sangat jelas, dan lambang
yang digunakan adalah lambang-lambang umum.
Berikut ini contoh puisi karya Amir Hamzah, J.E.
Tatengkeng, dan Asmara Hadi sebagai angkatan pujangga
baru.
Doa
Karya Amir Hamzah
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah
menghalaukan panas payah terik.
Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang
pikir. Membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan kataMu, penuhi dadaku dengan cayaMu, biar
bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu!
60 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Kepada Seniman
(Asmara Hadi)
Tahukah teman, wahai seniman
Dimanakah tempatmu didalam dunia?
Bukan dimertju kedirianmu
Tapi disini, antara manusia
Tuan bukan putra dewata
Tuanpun hanja manusia sadja!
Djangan hanja dibunga kembang
Dimata gadis, dibintang malam
Digunung biru, ditasik tenang
Ditjandi keramat, diartja pualam
Tuan tjari Keindahan
Keindahan ada dalam segala
Dilokomotif jang menarik kereta
Dimesin pabrik jang gegap-gempita
Dilumpur sawah, ditangan buruh
Dalam segala ada Keindahan
Tertawa, menangis, menanti seniman!
Dari mertju kedirianmu
Turunlah engkau, wahai seniman
Dengan api seniman jang sakti
Buatlah semuanja djadi bernjawa
Djadilah engkau ditengah rakjatmu
Mertju api, besar dan tinggi
Terang menerangi hidup bangsamu!
Imas Juidah 61
Anakku kekasihku, anakku, mengapa kain?
J.E. Tatengkeng sebagai anak melalui sedikit,
akan rumah kami berdua,
engkau datang menhintai hidup tak anak tak insyaf sakit,
engkau datang menunjukkan muka yang diderita orang tua.
tapi sekejap matamu kaututup, tangan kecil lemah tergantung,
melihat terang anaknda tak suka. tak diangkat memeluk ibumu,
mulut kecil tiada kau buka, menyapu dadanya, menyapu
tangis teriakmu takkan jantung,
diperdengarkan hiburkan hatinya, sayangkan
alamat hidup wartakan suka, ibumu.
kau diam, anaakku, kami selekas anaknda datang,
kautinggalakn. selekas anaknda pulang.
sedikit pun matamu tak tinggalkan ibu sakit terlintang,
mengerling, tinggalkan bapak sakit mengenang.
memandang ibumu sakit terguling selamat jalan anaknda kami,
air matamu tak bercucuran, selamat jalan kekasih hati.
tinggalkan ibumu tak anak kami Tuhan berikan,
berpenghiburan. anak kami Tuhan panggilkan,
kau diam, diam, kekasihku, hati kami Tuhan hiburkan,
tak kaukatakan barang pesanan, nama Tuhan kami pujikan.
akan penghibur duka didadaku,
62 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
C. Periode 1945-1953
Jika pada periode 1933-1945 pembaharuan puisi
Indonesia dengan bentuk soneta, distikon, terzina, dan
sebagainya dipandang sebagai pembaharuan yang setengah-
setengah, maka pada angkatan 45 ini pembaharuan bersifat
menyeluruh. Bukan hanya pembaharuan bentuk puisi, namun
juga faktor kejiwaan puisi dan tema yang dikemukakan sudah
mengalami pembaharuan. Bentuk-bentuk soneta, distikon,
dan sebagainya sudah tidak dipergunakan lagi. Puisi-puisi
angkatan 45 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Puisinya adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh
pembagian bait, baris, dan persajakan.
2. Aliran yang sering digunakan pada periode ini yaitu aliran
ekspresionisme dan realisme.
3. Diksinya mengemukakan pengalaman batin yang
mendalam dan mengungkapkan intensitas arti. Kosakata
yang digunakan yaitu kosakata sehari-hari.
4. Pada periode ini banyak menggunakan gaya bahasa
metafora, simbolik, ironi, dan sinisme. Banyak
menggunakan kata, frasa, dan kalimat ambigu.
5. Gaya sajaknya prismatis.
6. Hubungan baris dan kalimat-kalimatnya bersifat implisit.
Ciri-ciri tersebut berhubungan dengan ekspresi
kebahasan atau struktur fisik puisi. Sedangkan ciri yang
berhubungan dengan struktur tematisnya yaitu sebagai
berikut.
Imas Juidah 63
1. Lebih mengekspresikan eksistensi dirinya sebagai tanda
adanya individualisme yang menonjol.
2. Melukiskan kehidupan batin manusia melalui
peneropongan batinnya sendiri.
3. Mengemukakan masalah kemanusiaan umum yang
berhubungan dengan hak-hak asasi dan persamaan derajat
manusia.
4. Banyak mengemukakan permasalahan kemasyarakatan,
seperti kepincangan sosial, penyelewengan, dan lain
sebagainya.
5. Mulai bermunculan puisi yang bernapaskan filsafat
eksistensialisme.
Berikut ini beberapa contoh puisi periode atau angkatan
1945.
Derai-derai Cemara
(Chairil Anwar)
Cemara menderai sampai jauh,
terasa hari akan jadi malam,
ada beberapa dahan ditingkap merapuh,
dipukul angin yang terpendam.
Aku sekarang orangnya bisa tahan,
sudah berapa waktu bukan kanak lagi,
tapi dulu memang ada suatu bahan,
yang bukan dasar perhitungan kini.
Hidup hanya menunda kekalahan,
tambah terasing dari cinta sekolah rendah,
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan,
sebelum pada akhirnya kita menyerah.
64 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
D. Periode 1953-1966
Pada periode ini, sifat yang revolusioner berapi-api
penuh semangat seperti pada angkatan 45 sudah mereda.
Corak puisi pada periode ini yaitu kembali ke romantik dan
kedaerahan atau mencoba menggali akar daerah (sub kultur).
Ciri-ciri puisi pada periode ini berdasarkan struktur fisiknya
yaitu sebagai berikut.
1. Puisi banyak ditulis dengan menggunakan gaya bercerita
(balada).
2. Gaya bahasa repetisi sering digunakan dalam pembuatan
puisi pada periode ini.
3. Puisi beraliran romantik banyak diciptakan.
4. Gaya slogan dan retorik mulai berkembang pesat pada
periode ini.
5. Gaya puisi liris sering digunakan dalam periode ini.
Sedangkan, ciri-ciri puisi berdasarkan struktur
tematiknya yaitu sebagai berikut.
1. Mulai memunculkan corak-corak kedaerahan
2. Beberapa penyair sering mengungkapkan suasana muram
karena lukisan kehidupan yang penuh dengan penderitaan.
3. Masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan,
pengangguran, dan sebagainya juga mewarnai isi puisi
periode ini.
4. Cerita-cerita rakyat dan mitos-mitos kedaerahan banyak
dimunculkan.
Berikut ini salah satu contoh puisi romantis yang
dikarang oleh W.S. Rendra.
Imas Juidah 65
Surat Cinta
kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah.
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
Kala langit menangis
Dan dua ekor belibis
Bercintaan dalam kolam
Bagai dua anak nakal
Jenaka dan manis
...............................
E. Periode 1966-1970
Puisi pada periode ini disebut angkatan 66. Periode ini
didominasi oleh puisi yang beraliran realisme sosial kanan,
yakni puisi demonstrasi Taufiq Ismail dan puisi-puisi protes
Rendra. Puisi-puisi demonstrasi lainnya, misalnya karya-
karya Bur Rasunto, Mansur Samin, Slamet Sukirnanto, Abdul
Wahid, Situmeang, dan sebagainya. Ciri-ciri struktur fisik
puisi-puisi tersebut sama dengan puisi periode 50-an. Hal
66 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
tersebut dikarenakan tema protes sosial dikemukakan begitu
berapi-api, maka slogan dan retorik sangat kuat.
Puisi demostrasi dan protes sebenarnya memiliki ciri-
ciri yang hampir sama dengan puisi penyair-penyair LEKRA.
Perbedaannya terletak pada sipa yang dibela dan siapa yang
dikritik. Hal ini berpengaruh diantaranya pada pemilihan kata-
kata khas yang membela golongan yang diwakili dan
golongan lain yang dikritik. Dalam puisi penyair-penyair
LEKRA, kata-kata revolusi, buruh, tani, prajurit, rakyat,
perjuangan, banyak ditemui. Sedangkan, dalam puisi LEKRA
dikemukakan kata-kata khas yang digunakan untuk mengutuk
lawan. Seperti reformis, kapitalis birokrat dan lain
sebagainya. Dalam puisi-puisi demonstrasi bermunculan kata-
kata keadilan, kebenaran, kezaliman, dan sebagainya. Berikut
ini contoh puisi Taufiq Ismail pada periode 1966.
Syair Orang Lapar
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
Imas Juidah 67
F. Periode 1970-sekarang
Pada periode ini muncul puisi-puisi yang disebut puisi
kontemporer. Istilah kontemporer ini menunjuk pada waktu
bukan pada model puisi tertentu. Hal tersebut dikarenakan
pada masa kontemporer ini banyak model puisi yang
konvensional. Berikut ini ciri-ciri puisi pada periode 1970-
sekarang berdasarkan struktur fisiknya yaitu sebagai berikut.
1. Banyak bermunculan puisi konkret.
2. Banyak menggunakan puisi bergaya mantra.
3. Penggunaan gaya paralelisme dikombinasikan dengan
gaya bahasa hiperbola dan enumerasi untuk memperoleh
efek yang sebesar-besarnya.
4. Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif. Kata-kata
nonsens yang seolah tidak mengandung arti banyak
digunakan, dan diberi makna baru.
5. Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memperoleh
makna yang baru.
6. Puisi-puisi imajisme banyak ditulis, dan juga banyak
menggunakan kiasan dan alegori.
7. Gaya penulisan puisi bergaya prosais.
8. Banyak ditulis puisi lugu dan banyak menggunakan kata-
kata tabu.
Sedangkan, ciri-ciri puisi pada periode 1970-sekarang
berdasarkan struktur tematiknya yaitu sebagai berikut.
1. Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan
bukan objek dalam pembangunan.
68 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
2. Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan
cenderung ke mistis.
3. Isi puisi brsifat alegoris atau parabel.
4. Isi puisi banyak memperjuangkan hak-hak asasi manusia.
Berikut ini contoh puisi kontemporer yang mempunyai
ciri-ciri yang telah dikemukan tersebut.
Kembalikan Indonesia Padaku
Karya Taufiq Ismail
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang
menganga
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian.
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang
malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena
seratus juta penduduknya
Kembalikan
Indonesia
Padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main
pingpong siang malam dengan bola telur angsa di
bawah sinar lampu 15 watt
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat beabannya kemudian angsa-angsa berenang di atasnya.
................................................................................
Imas Juidah 69
G. Info Penyair
Yanti Sri Budiarti lahir di Karawang 7 Oktober 1967. Lulus
SPGN Karawang tahun 1986, lulus Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung tahun 1990, dan
menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana UPI Jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia tahun 2009. Setelah selama
enam tahun menjadi guru di SMAN Jampang Kulon, kini
menjadi guru di SMAN 15 Bandung. Semasa kuliah beberapa
kali menjuarai lomba baca puisi. Pada saat itu lebih banyak
menulis puisi dalam bahasa Sunda, mengikuti lomba karya
tulis dan menulis di media massa. Buku puisinya yang telah
terbit Bolehkah Merindu (2007).
Agus Nasihin lahir pada hari
sabtu di Bandung bertepatan
dengan peringatan kemerdekaan
Indonesia yang ke-23. Sejak SD
bersekolah di tanah kelahirannya
sendiri, menyelesaikan S-2
Pendidikan Bahasa Indonesia di
UPI. Setelah menjadi sarjana
pernah masuk pesantren dan
menjadi guru SMA, kemudian
menjadi editor pada penerbit terkemuka di Bandung. Tahun
1993 diangkat menjadi PNS yang ditugaskan di Universitas
Wiralodra Indramayu. Selain mengajar, kegiatan lainnya
adalah bersastra, terutama menulis puisi. Buku puisinya yang
telah terbit Ketika Engkau Menagih Puisi (2006) dan Suara
dari Langit-Suara dari Bumi. Keduanya dilengkapi dengan
CD musikalisasi puisi.
70 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Bab 5
JENIS-JENIS PUISI
INDONESIA
Puisi sebagai kreasi manusia selalu berkembang dari
masa ke masa. Perkembangan puisi merupakan refleksi
pemikiran penyair dalam menyikapi zaman, sekaligus
menyikapi perpuisian itu sendiri. Akan tetapi, walaupun puisi
berubah menjadi seribu macam bentuk, ada yang tetap
melekat dalam puisi sebagai hakikatnya, yaitu menyampaikan
sesuatu secara tidak langsung. Ahli-ahli sastra banyak yang
membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi
puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut ‘puisi
lama’ itu pun masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai
saat ini, misalnya pantun, tetap dilestarikan dan diproduksi
dalam tradisi lisan masyarakat Indonesia. Di samping itu,
puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia
bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk digarap. Berikut
ini akan dibahas mengenai jenis-jenis puisi Indonesia.
A. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat dengan rima, atau
jumlah baris yang kemudian padat makna. Rima sendiri
merupakan bunyi akhiran yang tersusun. Untuk Pantun
Imas Juidah 71
misalnya biasanya memiliki rima AB, AB dan memiliki
jumlah baris yaitu empat. Berikut ini akan dibahas mengenai
aturan-aturan puisi lama, ciri-ciri puisi lama, jenis-jenis puisi
lama, dan contoh puisi lama.
Aturan-aturan Puisi Lama
1. Terikat dengan jumlah baris, apakah 2, 4 atau lebih
2. Terikat dengan jumlah suku kata
3. Terikat dengan rima
4. Terikat aturan jumlah baris pada satu bait
5. Terikat dengan irama
Ciri-ciri Puisi Lama
1. Puisi kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa
pengarangnya atau anonim
2. Puisi lama tersebar secara lisan (dari mulut ke mulut)
sehingga masuk kedalam jenis sastra lisan
3. Puisi lama sangat terikat pada aturan - aturan seperti
persajakan, jumlah suku kata dan lain - lain.
Jenis-Jenis Puisi Lama
1. Mantra
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap atau
dipercaya memiliki kekuatan gaib. Berikut contoh mantra
untuk mengobati sakit perut.
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi
72 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
2. Syair
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri
tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Berikut contoh syair.
Sebelum mentari pancarkan sinarnya
Merapi sudah memuntahkan laharnya
Yang sangat panas dan membara
Membuat warga menuai derita
Dari gempa bumi hinga tsunami
Bencanapun silih berganti
Kini rakyat hanya meratapi
Penderitaan yang mereka alami
Indonesia kaya akan alamnya
Keindahannya tiada tandingannya
Terumbu karang melimpah di dalamnya
Rakyatnya makmur sejahtera
3. Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang memiliki jumlah
baris 4 dan terdiri dari 2 baris pertama sampiran dan dua baris
terakhir isi. Ciri-ciri pantun yaitu: (1) memiliki empat baris;
(2) memiliki rima atau persajakan abab; (3) jumlah suku kata
tiap baris adalah 8-12; (4) dua baris pertama adalah sampiran
dan dua baris kedua adalah isi. Pantun berdasarkan isinya
dapat dibagi menjadi pantun anak-anak, pantun muda-mudi,
pantu nasihat atau pantun agama, pantun teka-teki, dan pantun
jenaka. Berikut contoh pantun dari masing-masing jenis.
Imas Juidah 73
Si siput jalannya lambat
Kalau jalan kesana kemari
Bola apa yang bisa melihat
Siapa tahu tunjuk jari
Pak Lulu senang memahat
Jika dijual mahal harganya
Jika kamu ingin sehat
Olahraga itu jawabnya
Punya rumah di pinggir kota
Belakangnya taman melati
Jika sudah kenal cinta
Siap-siap patah hati
Jalan-jalan ke Malaysia
Tiba di sana langsung main
Budayakan kesenian Indonesia
Jangan sampai diambil Negara lain
Sapi jawa sapi perah
Hujan-hujanan tersambar petir
Kalau nona senang marah
Lama-lama mirip Mak Lampir
74 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
4. Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi
pendek. Ciri-ciri karmina yaitu: (1) terdiri dari dua baris; (2)
memiliki rima AA, atau BB; (3) tema bersifat epik atau
kepahlawanan; (4) tidak ada sampiran melainkan semuanya
adalah isi; (5) setiap frasa ditandai dengan koma dan diakhiri
dengan titik. Contoh karmina sebagai berikut.
Beli gitar yang bersenar
Ingin pintar rajin belajar
Makan buah di hari Jumat
Jika lelah harus istirahat
Pak Hega pergi ke Jepang
Ingin surga harus sembahyang
Soal matematika tidak sulit
Raih cita-cita setinggi langit
Lihat sumur di dalam gua
Sebelum tidur bacalah doa
5. Talibun
Talibun adalah sejenis pantun namun memiliki jumlah
baris yang genap seperti 6, 8, 10 dst. Ciri-ciri talibun yaitu:
(1) jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap
Imas Juidah 75
misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya; (2) jika satu bait berisi enam
baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi, jika satu bait
berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat
isi.; (3) apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c, bila
terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c –
d. Berikut ini contoh talibun.
Sepatu baru mahal harganya
Agar baru harus disemir
Sepatu dibuat dari kulit
Buang sampah pada tempatnya
Biar tidak timbulkan banjir
Juga tidak timbulkan penyakit
Jalan-jalan naik bukit
Lihat burung terbang ke sarang
Sarang burung di atas menara
Jadi orang jangan pelit
Kalau pelit dibenci orang
Dari yang muda hingga yang tua
6. Seloka
Seloka adalah pantun berkait. Artinya, baris kedua dan
keempat pada bait pertama dijadikan baris pertama dan ketiga
pada bait kedua dan begitu seterusnya. Seloka memiliki rima
a-b-a-b. Berikut contoh seloka.
76 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Jangan menangis di atas batu
Menangislah di atas meja
Jangan menangis karena rindu
Menangislah karena dosa
Menangislah di atas meja
Tapi awas jangan melamun
Menangislah karena dosa
Dan segeralah minta ampun
Tapi awas jangan melamun
Nanti pikiran akan melayang
Dan segeralah minta ampun
Supaya hidupmu jadi tenang
7. Gurindam
Gurindam adalah puisi yang bercirikan tiap bait 2 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Berikut ini contoh gurindam.
Jika kita ingin pintar
Tentu harus rajin belajar
Barangsiapa suka berkhianat
Tentu hidupnya tidak akan selamat
Jika usaha tnpa doa
Tidak akan dapat apa-apa
Barangsiapa suka malas
Maka hidupnya akan tergilas
Jauhi haram hindari riba
Pasti hidupmu bahagia
Imas Juidah 77
B. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak lagi terikat oleh
aturan-aturan yang terdapat dalam puisi lama. Puisi baru
secara bentuknya lebih bebas daripada puisi lama dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri puisi baru
yaitu: (1) memiliki bentuk yang rapi, simetris; (2) persajakan
akhir yang teratur; (3) menggunkan pola sajak pantun dan
syair walaupun dengan pola yang lain; dan (4) umumnya puisi
empat seuntai. Puisi baru dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut.
Jenis Puisi Berdasakan Bentuknya
1. Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari dua
baris atau disebut juga sebagai puisi dua seuntai. Berikut
contoh puisi dua seuntai.
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. Terzina adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari tiga
baris atau disebut juga sebagai puisi tiga seuntai. Berikut
contoh puisi tiga seuntai.
78 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Banyak yang Tak Tercatat
(Agus Nasihin)
Jarak itu makin dekat
Langkah makin berat
Banyak sejarah yang tak tercatat
Dibakar Waktu
(Agus Nasihin)
Nafasmu yang menderu
Nafsumu yang menggebu
Dibakar waktu menjadi abu
3. Kuatrain adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari empat
baris atau disebut juga sebagai puisi empat seuntai.
Berikut contoh puisi empat seuntai.
Bersandar Pada Puisiku
(Agus Nasihin)
Puisi ini adalah bahuku
Kau dapat bersandar pada puisiku
Puisi ini adalah dadaku
Kau dapat berbaring pada puisiku
Imas Juidah 79
4. Kuint adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari lima baris
atau disebut juga sebagai puisi lima seuntai. Berikut
contoh puisi lima seuntai.
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5. Sektet adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari enam
baris atau disebut juga sebagai puisi enam seuntai. Berikut
contoh puisi enam seuntai.
80 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Titik Nadir
(Yanti Sri Budiarti)
Sejak kutulis rindu dalam bait sajak
Kata-kata menawarkan diri
Dengan berani
Kutukar pun dengan pula
Dari segala daya hingga segala lupa
Dan aku bukan siapa-siapa!
Sejak kutakar rasa cemas dengan kata-kata
Berbat-bait sajak menampilkan diri
Berparade melewati aksara tanpa makna
Namun aku semakin terbenam dalam lara
Sebab tak pernah kutemui lagi
Uluran tangan yang menggenggam hangat
6. Septima adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari tujuh
baris atau disebut juga sebagai puisi tujuh seuntai. Berikut
contoh puisi tujuh seuntai.
Indonesia Tumpah Darahku
(Muhammad Yamin)
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Imas Juidah 81
7. Oktaf adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari delapan
baris atau disebut juga puisi double kuatrain atau puisi
delapan seuntai. Berikut contoh puisi delapan seuntai.
Cuaca sedang Bagus
(Agus Nasihin)
Malam ini cuaca sedang bagus
Ambillah bulan
Sepotong saja
Sisakan untuk kekasihku
Yang malam ini akan lebih lama terjaga
Silakan panen gemintang
Sisakan satu saja
Untuk kekasihku
8. Stanza/Soneta adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari
empat belas baris yang terbagi dalam dua bagian. Pada
dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua
bait kedua masing-masing tiga baris.
Gembala
(Muhammad Yamin)
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
82 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
Jenis Puisi Berdasarkan Isinya
1. Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita.
Contohnya: puisi “Terbunuhnya Atmo Karpo” karya
W.S. Rendra berikut ini.
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut burni
bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang.
Segenap warga desa mengepung hutan itu
dalam satu pusaran pulang-balik Atmo Karpo
mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
- Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah la kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang.
- Joko Pandan! Di mana ia:
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala.
- Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja
pada langkah ke tiga rubuhlah Atmo Karpo
panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
................................................................................................
Imas Juidah 83
2. Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Namun, semakin berkembangnya zaman, arti
himne berubah menjadi puisi yang dinyanyikan, berisi
pujian terhadap Tuhan dan orang yang dihormati seperti
guru dan pahlawan.
Doa Sawah Ladang
(Emha Ainun Nadjib)
Atas padi yang engkau tumbuhkan dari sawah
Ladang bumimu. Kupanjatkan syukur dan
Kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu
Sendiri berterima kasih kepadamu dan bersukaria
Lahir dari tanah, menguning di sawah, menjadi
Beras di tampah, kemudian sebagai nasi memasuki
Tenggorokan hambamu yang gerah, adalah cara
Paling mulia bagi padi untuk tiba kembali di
Pangkuanmu
Betapa gembira hati pisang yang dikuliti dan
Dimakan oleh manusia, karena demikianlah tugas
Luhurnya di dunia, pasrah di pengolahan usus para
Hamba, menjadi sari inti kesehatan dan
Kesejahteraan
Demikianpun betapa riang udara yang dihiurp
Air yang direguk, sungai yang mengaliri pesawahan,
Kolam tempat anak-anak berenang, lautan penyedia
Bermilyar ikan serta kandungan bumimu yang
Menyiapkan berjuta macam hiasan
Atas segala tumpahan kasih sayangmu kepadaku
Ya Allah, baik yang berupa rejeki maupun cobaan,
Kelebihan atau kekurangan, kudendangkan rasa
Bahagia dan tekadku sebisa-bisa untuk membalas
Cinta
..................................................................................
84 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
3. Romansa adalah puisi yang berisi luapan rasa cinta
seseorang terhadap sang kekasih. Arti romansa berarti
keindahan perasaan; persoalan kasih sayang; rindu
dendam; serta kasih mesra. Contohnya: puisi “Bunga
Rindu” karya Yanti Sri Budiarti berikut ini.
Bunga Rindu
(Yanti Sri Budiarti)
Kelopak bunga terjaga oleh sentuhan kasihmu
Putik sari mencuat menanti hisapan mesramu
Geletar helai-helai daun
Menyibak
Terkuak menanti embun
Pesona ragamu menikam ulu hati
Hingga ke sumsum benak
Manakah ujung penantian itu?
Kala tetes hujan enggan menitik
Kala sinar mentari menyirap darah jadi nanah
Biar...biarlah luka ngilu bercelah pedih
Memagari sebuah tanya tak berjawab
Meski hati meronta
Merinduimu tak henti-henti
2005
4. Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang
yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan. Contohnya:
puisi Teratai karya Sanusi Pane berikut ini.
Imas Juidah 85
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantoro
(Sanusi Pane)
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau pun turut menjaga zaman
Ibu
(Mustofa Bisri)
Ibu, Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah kawah,
Darimana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi, yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit
Yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak surge di telapak kakimu
(Tuhan, aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanatMu
Menyampaikan kasih sayangMu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Engkau mengasihi kekasih-kekasihmu
Amin)
86 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
5. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran
hidup. Epigram mengandung unsur pengajaran, didaktik,
nasihat yang membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan
pedoman, ikhtibar, dan teladan.
Langit di mana-mana
(Abdul Hadi W.M.)
Langit berjalan atas pohon-pohon. Dimana-mana
bayangan mereka di atas air, di atas pasir
dan gelap. Bintang-bintang seperti lampu-lampu yang ditaruh para
nelayan dan bunyi-bunyian. Ditabuh senja pada batu karang
lapar semesta itu, haus waktu! Dan awan cair
menembus dinding hatimu
Ayolah buyung, kau baringkan tubuhmu
Tak ada bulan, tak ada nyayian, bagi tumbuhan di bumi
Kami kan tidurkan kamu pada ranjang kayu
muara suangai dan musim kemarau
Ayolah buyung kau tembangkan pucung sebelum tidur
naik laut atas mimpimu, putri-putri buih di atas badan
tengah malam dan jika bintang-bintang menembus sunyi para nelayan
perahu-perahu dagang yang tua, membersihkan laut, bayangan
Mereka di mana-mana. Dan gelap
Ayolah buyung tidur. Ombak sudah siap
menelan lelahmu. Dan dongengmu teramat bagus
Seperti penunggu muara sungai yang ramah itu
Dan bergegaslah pergi, ke mana-mana
Sebab langit di mana-mana. Dan mimpimu di mana-mana
Tanah air di mana-mana.
(Laut Belum Pasang, 1972)
Imas Juidah 87
Puisi tersebut memberikan nasihat kepada pembaca
bahwa untuk mencapai cita-cita kita harus berusaha dengan
keras dan untuk mencapai tujuan hidup dapat dicari
keberbagai tempat.
6. Elegi adalah adalah puisi ratapan yang mengungkapkan
rasa pedih, rasa duka, atau keluh kesah karena sedih atau
rindu, terutama karena kematian atau kepergian seseorang.
Contohnya: puisi Dari Jendela karya Agnes Sri Hartini
Arswendo berikut ini.
Dari Jendela
(Agnes Sri Hartini Arswendo)
Dari jendela kaca kereta Senja kusaksikan
anakku berlari menerobos sawah dan kali
berjalan di atas batang padi
dengan longdress putih dan sayap bidadari
hujan turun dan kabut tebal sekali
itu semua tak menahan penglihatanku lewat kaca
itu semua tak menahan kemauannya menari
– ia tak menoleh ke arahku
tapi aku pasti
ia tampak girang sekali
bermain-main di tempat tanpa batas
Dari jendela kaca kereta Senja kusaksikan
wajah sendiri
tergeletak di antara sawah, kali, dan batang padi.
Puisi tersebut bertema kedukaan hati karena anaknya
yang baru lahir meninggal dunia. Begitu besar duka penyair
88 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
tersebut sehingga ketika ia naik kereta api Senja dari Solo ke
Jakarta, dari jendela kereta seolah-olah terlihat anaknya.
7. Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau kritik tentang
kepincangan suatu kelompok masyarakat. Contohnya:
puisi “Kursi-kursi Bercerita” karya Sri Sunarti berikut ini.
Kursi-kursi Bercerita
Karya Sri Sunarti
Kursi-kursi bercerita,
Tentang negeri yang kehilangan matahari
Di bangunan kokoh berkilauan menjelma
Menjadi hutan penderitaan
Sekawanan orang mengelilingi, kau bisikan
Omong kosong, menebar dusta
Karena yang diperjuangkan kenikmatan diri semata
Kursi-kursi bercerita,
Tentang orang-orang yang saling berbisik
Menyelinap, mencari dukungan
Kepentingan sesaat mengikis asa
Lalu pergi menjejakkan kaki di pelantara hotel
Pada deretan kursi-kursi yang kosong
Aku melihat
Kesungguhan lepas
Kepentingan, impian, idealisme telah dibelokkan
Janji-janji mengendap
Seolah tanpa jiwa.
8. Epik adalah cerita tentang kepahlawanan yang
digabungkan atau dicampur dengan unsur mitos, legenda,
Imas Juidah 89
cerita rakyat, dan sejarah. Perhatikan contoh puisi berikut
ini.
Ken Arok
(Omi Intan Naomi)
saat tertikam keris anusapati
berkata ia, revolusi takkan mati
akan tumbuh bagai duit di jalan tol
ken arok-ken arok baru yang bahkan
lebih dahsyat mengukir dalam-dalam namanya di peradaban
ia akan bunuh setiap tunggul ametung
dan akan seret setiap ken dedes ke ranjang
meraup negeri dan isinya habis-habis
lalu mulai bermimpi tentang
kerajaan miliknya
ia kagumi diri sendiri betapa kuatnya tangan-tangannya
yang telah mencekik kediri
menjual kelahirannya dan meninggikan singasari
dan anak-anak haram yang akan mendepani pasukan
menyeru perang dan lapar wewenang
akan mengawini kegelapan, dan
dalam kuasanya ia tertikam.
9. Serenada adalah puisi atau sajak percintaan yang dapat
dinyanyikan. Contohnya: Sernada Biru, Serenada Merah
Jambu, Serenada Kelabu karya W.S. Rendra berikut ini.
90 Apresiasi Puisi: Teori dan Penerapannya
C. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer secara umum bermakna masa kini
atau kekinian sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain
itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari
dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer
seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan
santun bahasa, memakai kata-kata makian kasar, ejekan, dan
lain sebagainya. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang
intuisi, gaya bahasa, rima, irama dan sebagainya dianggap
tidak begitu penting lagi. Tokoh-tokoh puisi kontemporer
yaitu, Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, dan Hamid
Jabar. Puisi kontemporer dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
1. Mantra
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk
dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk
menimbulkan efek tertentu. Mantra berfungsi sebagai
penghubung manusia dengan dunia misteri. Mantra
mengutamakan efek berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada perintah. Perhatikan contoh puisi berikut.
Imas Juidah 91