The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim (Roger Crowley)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tlogosadangmtsm, 2022-06-05 09:22:33

1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim

1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim (Roger Crowley)

ROGER CROWLEY

para gazi, petualang, dan pengungsi yang haus tanah. Mereka ingin
mengadu nasib di bawah kekuasaannya. Usman memerintah sebagai
seorang kepala suku yang turun langsung ke tengah rakyatnya.
Sementara itu, orang Usmani ini punya kesempatan unik untuk
mempelajari tetangganya, Byzantium, dan meniru struktur mereka.
Suku ini mempelajari secara harfiah istilah “belum disembelih”,
menyerap teknologi, protokol, dan taktik dengan kecepatan yang
mengagumkan. Pada 1302, Usman memenangkan pertempuran
pertama melawan Byzantium yang membuat namanya melambung
dan kian menarik banyak pengikut. Terus maju menggempur
pertahanan kekaisaran, dia mengisolasi kota Bursa; karena ke-
kurangan teknologi pengepungan, dia harus bersabar selama tujuh
tahun melakukan blokade sebelum akhirnya putranya, Orhan,
menaklukkan kota ini pada 1326 dan menjadikannya ibu kota
untuk kerajaan kecilnya. Pada 1329, Orhan mengalahkan Kaisar
Andronikos III di Pelekanos dan mengakhiri usaha terakhir orang
Byzantium mempertahankan kota-kota kecil Anatolia yang tersisa.
Kota ini jatuh satu per satu dengan segera––Nicaea pada 1322,
Nicomedia pada 1337, dan Scutari tahun berikutnya. Kini para
pejuang muslim ini bisa mengendarai kuda mereka ke pantai di
tanah kekuasaan mereka sendiri dan memandang Bosporus dari
Eropa. Di kejauhan, mereka melihat Konstantinopel; garis tembok-
tembok penghadang ombaknya, kubah raksasa St. Sophia, panji-
panji kekaisaran yang berkibar di atas menara dan istana.

Ketika berjaya, para penakluk ini mengganti nama kota taklukan
yang semula dalam bahasa Yunani agar selaras dengan lidah Turki.
Smyrna menjadi Izmir, Nicaea––kota tempat ditetapkannya Kredo
Nicene––menjadi Iznik; konsonan dalam kata Brusa menjadi Bursa.
Konstantinopel, walaupun orang Usmani di setiap kesempatan
resmi menyebutnya dalam nama Arabnya, Konstantiniyyah, diserap
ke dalam bahasa Turki menjadi Istanbul, meski proses perubahan
kata ini tetap samar. Kata ini mungkin semacam pelencengan dari
Constantinopel, atau bisa juga berasal dari kata lain. Penutur Yunani
biasanya menyebut Kontantinopel dengan polis, “kota”. Seseorang
yang berangkat ke sana akan mengatakan dia sedang pergi “eis tin
polin”––“ke kota”––yang bisa jadi ditangkap oleh telinga Turki
menjadi Istanbul.

36

MEMIMPIKAN ISTANBUL

Makam Usman dan Orhan di Bursa

Tampaknya kemajuan pesat Usmani ditakdirkan sama dengan
nasib pasukan Arab tujuh abad sebelumnya. Ketika pengembara
Arab terbesar, Ibnu Battutah, mengunjungi daerah kekuasaan
Orhan pada 1331, dia terkesan dengan energi kegelisahan yang
menyelimuti kota: “Konon, dia (baca: Orhan) tidak pernah tinggal
selama sebulan penuh di sebuah kota. Dia terus bertempur dengan
orang kafir dan tetap mengepung mereka.” Orang Usmani awal
menyebut diri mereka sebagai gazi; mereka memakai gelar pejuang
iman di sekeliling mereka, seperti bendera Islam berwarna hijau.
Kelak mereka menjadi sultan. Pada 1337, Orhan menuliskan sebuah
prasasti di Bursa, menyebut dirinya “Sultan, putra sultan para gazi,
seorang gazi, putra gazi, bangsawan cakrawala, pahlawan dunia.”
Masa ini adalah masa heroik penaklukan Muslim dan diperkuat
oleh dorongan Islam militan. “Gazi adalah pedang Allah,” tulis
penulis sejarah, Ahmeti, sekitar tahun 1400, “dia pelindung dan
pembela kaum Mukmin. Jika dia menjadi syahid di jalan Allah,
jangan anggap dia meninggal––dia hidup bahagia bersama Allah, dia
abadi.” Penaklukan melahirkan harapan liar di antara para pengelana
nomadik dan mistikus darwis yang memakai jubah-jubah bertambal
yang bergerak bersama mereka melintasi jalan-jalan berdebu
Anatolia. Udara dipenuhi ramalan dan nyanyian kepahlawanan.
Mereka mengingat hadis penaklukan Konstantinopel dan legenda
Apel Merah. Ketika kaisar John Cantacuzenos mengundang pasukan
Orhan menyeberangi Dardanella pada 1350 untuk membantunya

37

ROGER CROWLEY

menyelesaikan perang saudara antara negara-negara Byzantium,
kaum Muslim mendarat di Eropa untuk pertama kali sejak 717. Saat
gempa bumi merusak tembok Gallipoli pada 1354, pejuang Usmani
menganggapnya sebagai pertanda dari Allah kepada umat Muslim
untuk menaklukkan kota itu. Para pejuang dan wali mengalir
mengikuti mereka ke Eropa. Pada 1359 sebuah pasukan Islam tiba
di luar tembok kota untuk pertama kalinya dalam 650 tahun. Pelan
tapi pasti, ramalan lama pun mengapung di udara. “Mengapa gazi
muncul belakangan?” tanya Ahmeti. “Karena yang terbaik selalu
muncul terakhir. Nabi Muhammad lahir setelah nabi-nabi lain,
seperti al-Quran diturunkan setelah Taurat, Zabur, dan Injil maka
Gazi pun muncul terakhir di dunia ini.” Penaklukan Konstantinopel
tak lebih dari mimpi di tepi sesuatu yang mungkin.

Kemajuan pesat Usmani serupa mukjizat––seakan telah ditahbis-
kan oleh Tuhan. Secara geografis, adat-istiadat, dan keberuntungan
orang Usmani ditempatkan untuk mengatasi ancaman disintegrasi
negara-negara Byzantium. Sultan-sultan awal, yang akrab dengan
rakyat dan alam, selalu memerhatikan keadaan dan kemungkinan
dalam perubahan situasi perpolitikan di sekitar mereka. Kalau
orang Byzantium terikat dengan upacara dan tradisi yang berusia
berabad-abad, orang Usmani adalah orang yang ringkas, lentur,
dan terbuka. Hukum Islam mewajibkan mereka memperlakukan
taklukan dengan baik. Orang Usmani memerintah taklukan
dengan bijak, suatu hal yang cenderung lebih baik ketimbang
feodalisme Eropa. Tak ada usaha agar orang Kristen, padahal me-
reka penduduk mayoritas, masuk Islam––sebenarnya sikap ini tak
terlalu cocok dengan sebuah dinasti yang berhasrat mendirikan
sebuah kekaisaran. Di bawah hukum syariah, tidak mungkin
membebankan pajak lebih besar kepada orang muslim daripada
orang kafir, meski dalam sejumlah hal beban Muslim lebih ringan.
Para petani di wilayah Balkan dengan senang hati bisa melepaskan
diri dari kewajiban melayani para bangsawan feodal yang justru
lebih memberatkan. Pada saat yang sama, orang Usmani punya
keunggulan dinasti dalam diri mereka. Tidak seperti penguasa
Turki lain, sultan-sultan awal ini tidak pernah membagi suksesi
kekuasaan atas sebuah kerajaan; mereka pun tak pernah menunjuk
seorang pewaris takhta. Seluruh putra mengurusi kekuasaan, na-

38

MEMIMPIKAN ISTANBUL

mun hanya satu yang akan menduduki takhta––metode yang tam-
pak kejam dan dirancang untuk memastikan yang kuatlah yang
bertahan. Yang paling aneh di mata orang Barat adalah mereka
tak tertarik mengatur suksesi kekuasaan lewat pernikahan. Kalau
kaisar-kaisar Byzantium, seperti semua penguasa lain di Eropa,
meluaskan jangkauan mereka untuk mengamankan kerajaan melalui
pernikahan antarkerajaan dan suksesi lewat garis darah yang sah,
orang Usmani hampir mengabaikannya. Biasanya ayah dari seorang
sultan memang sultan. Namun ibunya bisa jadi seorang selir atau
budak, bahkan bisa juga tidak terlahir sebagai seorang Muslim dan
berasal dari salah seorang dari lusinan wanita taklukan. Cakupan
genetik yang luas ini memasok sumber daya manusia yang sangat
besar bagi Usmani.

Tidak ada temuan orang Usmani yang lebih penting selain
membuat kebijakan tentara tetap. Para kesatria gazi yang bersemangat
sangat tak disiplin untuk memenuhi ambisi sultan-sultan Usmani
yang sedang mekar; pengepungan kota yang memiliki pertahanan
yang baik mensyaratkan kesabaran, metodologi, dan kemampuan
teknis khusus. Menjelang akhir abad ke-14, Sultan Murat I
membentuk angkatan bersenjata baru, yang terdiri dari budak-
budak tawanan dari negara-negara Balkan. Pemuda-pemuda Kristen
taklukan direkrut secara berkala, diperintahkan masuk Islam, dan
diajari bahasa Turki. Terpisah dari keluarga mereka, pasukan yang
baru direkrut ini memperlihatkan kesetiaan mereka hanya kepada
sultan. Mereka adalah pasukan pribadi sultan: “budak Gerbang”.
Mereka dikelompokkan ke dalam unit-unit infrantri, Yeni Cheri
atau Janisari, dan pasukan kavaleri. Keduanya menjadi pasukan
profesional pertama di Eropa sejak zaman Romawi. Pasukan ini
memiliki peran penting dalam perkembangan negara Usmani. Cara
ini berasal dari sejarah suku Usman itu sendiri; dulu orang Turki
ditugaskan sebagai budak militer di daerah perbatasan dunia Islam.
Itulah yang menjadi paspor bagi kemajuan mereka. Namun bagi
orang Kristen yang menyaksikan dari jauh, hal ini menimbulkan
kengerian luar biasa; dengan wajah perbudakan yang berbeda,
memberi jalan anak-anak Kristen taklukan melawan orang Kristen
adalah perbuatan jahat dan biadab. Cerita ini menjadi bumbu mitos
bahwa Turki itu bengis.

39

ROGER CROWLEY

Pengertian “Turki” semacam ini beredar sejak awal di Barat.
Pengertian ini buatan Eropa, sebuah istilah yang sesuai dengan
identitas orang Barat yang justru jarang dipakai orang Usmani.
Mereka menganggap istilah ini merendahkan. Mereka malah me-
milih gelar yang tidak bersifat kesukuan maupun teritorial dan
mencerminkan tradisi nomadik mereka, tidak terpaku pada teritori
yang jelas, dan komposisi ras mereka yang multietnik. Identitas
mereka lebih religius; sultan-sultan Usmani menggambarkan diri
mereka dengan istilah berbunga-bunga sebagai Penguasa Islam,
kerajaan mereka sebagai Pelindung Orang Beriman atau Tanah Yang
Terjaga, rakyat mereka sebagai umat Muslim atau kaum Usmani.
Adat-istiadat orang Usmani terdiri dari berbagai unsur berbeda:
kesukuan Turki, Islam Sunni, praktik peradilan Persia, administrasi,
pajak, dan upacara Byzantium, dan sebuah bahasa resmi dengan
struktur Turki tapi dengan kosa kata Arab dan Persia. Semua itulah
yang membentuk identitas mereka.

Menanjaknya nasib baik orang Usmani mencerminkan nasib buruk
Byzantium. Faktor inilah yang membuat masa setelah tahun 1300
dianggap “abad gelap” di Eropa yang juga terdapat di kekaisaran
timur. Perpecahan, perang saudara, merosotnya jumlah penduduk,
dan kemiskinan mencekik Konstantinopel. Ada sejumlah cerita
dari peristiwa-peristiwa simbolik. Pada 1384, Kaisar Andronikos
mengambil keputusan “bunuh diri” dengan membubarkan angkatan
laut kerajaan. Para pelaut yang menganggur menyeberang ke pihak
Usmani dan membantu mereka membangun sebuah armada. Sekitar
tahun 1325, kaisar-kaisar di Istana Palailologos membuat lambang
elang berkepala dua; tidak seperti yang dikira selama ini, lambang
ini bukan menunjukkan sebuah kekaisaran besar yang menatap ke
barat dan ke timur, tapi menyimbolkan terpecahnya kekuasaan
antara dua orang kaisar dari satu keluarga yang saling berseteru.
Lambang elang ini begitu profetis. Tahun-tahun antara 1341-
1371 dipenuhi bencana perang saudara, invasi wilayah kekaisaran
oleh pasukan Usmani dan negara Serbia yang kuat, pertentangan
agama, dan wabah penyakit. Konstantinopel adalah kota Eropa
pertama yang mengalami Wabah Hitam; tikus-tikus yang berlarian
menaiki tangga-tangga kapal di pelabuhan Laut Hitam dekat Kaffa

40

MEMIMPIKAN ISTANBUL

Lambang elang berkepala dua di Istana Palaiologos

pada 1347. Jumlah penduduk menurun drastis menjadi tak lebih
dari 100.000 jiwa. Serangkaian gempa bumi menghancurkan
Konstantinopel––kubah St. Sophia roboh pada 1346––dan kota
“emas murni” ini kian kere dan menyedihkan, warganya cenderung
pesimisme religius. Para petualang yang menyinggahi kota ini
mencatat kemuraman yang tampak di sana. Ibnu Battutah tidak
melihat sebuah kota, melainkan tiga belas desa yang dipisah ladang.
Ketika seorang Spanyol bernama Pero Tafur berkunjung, bahkan dia
menemukan istana kaisar sekali pun “berada dalam keadaan di mana
istana dan kota menunjukkan bencana yang ditanggung warganya itu
masih berlangsung sampai saat ini … kota itu tidak berpenghuni …
penduduknya tidak lagi ceria, tapi sedih dan papa, memperlihatkan
beratnya beban yang mereka tanggung,” sebelum menambahkan
derma Kristen yang tulus, “yang, bagaimanapun, tidak seburuk yang
patut mereka terima, karena mereka orang jahat dan bergelimang
dosa.” Kota ini mengerut di balik temboknya seperti orang tua yang
memakai bajunya di masa muda, sementara kaisarnya adalah orang
miskin di rumah mereka sendiri. Pada pelantikan kaisar John VI
Cantacuzenos tahun 1347, para tamu melihat mahkotanya terbuat
dari kaca, sementara hidangan disuguhkan dengan cawan-cawan
dari tanah liat dan timah. Nampan-nampan emas telah dijual untuk
membiayai perang saudara; permata-permata digadaikan kepada
orang Venesia––dan menjadi harta Gereja St. Mark.

41

ROGER CROWLEY

Di tengah kondisi kacau ini, perkembangan Usmani di Eropa
terus berjalan tanpa ada yang memperhatikan. Pada 1361, mereka
akhirnya berhasil mengelilingi Konstantinopel dari belakang ketika
mereka merebut kota Adrianople––Edirne dalam bahasa Turki––140
mil ke barat dan memindahkan ibu kota mereka ke Eropa. Ketika
mereka mengalahkan orang Serbia dalam sebuah pertempuran tahun
1371, Kaisar John dikucilkan dari seluruh bantuan bangsa Kristen
dan tak punya banyak pilihan selain menjadi bawahan sultan. Dia
diwajibkan menyetor pasukan sesuai permintaan dan meminta
izin untuk seluruh keputusan kerajaannya. Kemajuan Usmani tak
terbendung lagi; di ujung abad ke-14, wilayah kekuasaan mereka
sudah merentang dari Danube sampai Sungai Eufrat. “Ekspansi
orang Turki atau penyembah berhala itu bagai lautan,” tulis
Michael “si Janisari” dari Serbia,” “dia tidak pernah tenang dan te-
rus bergelombang…bahkan jika kau berhasil memukul kepala ular,
dia tetap berbahaya.” Paus mengeluarkan maklumat perang salib
selanjutnya untuk melawan orang Usmani pada 1366. Namun per-
cuma saja mengancam mengucilkan negara-negara perniagaan di
Italia dan Adriatik yang tidak mau mengirimkan pasukan mereka.
Lima puluh tahun berikutnya menjadi saksi tiga Perang Salib melawan
orang kafir. Semuanya dipimpin orang Hungaria, negara yang
paling terancam di Eropa Timur. Mereka merupakan perlawanan
penghabisan dari serikat dunia Kristen. Satu per satu Perang Salib ini
berakhir dengan kekalahan, dan penyebabnya mudah ditemukan.
Semua ini disebabkan Eropa yang terpecah belah, kemiskinan yang
merajalela, kelemahan karena pertentangan internal mereka, lumpuh
karena Wabah Hitam. Angkatan bersenjata mereka mengalami
tekanan berat, cekcok antarsesama, liar, dan lemah dalam soal
taktik, dibandingkan angkatan bersenjata Usmani yang gesit dan
terorganisasi dengan baik, dan kompak. Beberapa orang Eropa yang
menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri mesti mengakui
keunggulan “pemerintahan Usmani”. Seorang pengelana Prancis
bernama Bertrandon de la Brocquire pada 1430-an menulis:

Mereka sangat rajin, rela bangun pagi dan bersahaja … mereka
tidak peduli di mana akan tidur, dan biasanya akan berbaring di
tanah … kuda-kuda mereka sangat bagus, hanya makan sedikit,

42

MEMIMPIKAN ISTANBUL

larinya kencang dan lama … kepatuhan mereka kepada atasan tak
berbatas … ketika gong dibunyikan, mereka yang sedang berjalan
di ujung barisan akan segera berhenti dan diam, diikuti yang lain
dengan keheningan yang sama … sepuluh ribu pasukan Turki dalam
kesempatan seperti ini hanya menimbulkan sedikit kegaduhan
ketimbang 100 orang pasukan Kristen. Saya harus mengakui bahwa
berdasarkan pengalaman saya selama ini saya selalu mengenal orang
Turki sebagai orang jujur dan setia. Ketika merasa harus menunjukkan
keberanian mereka, mereka tak pernah gagal.

Dengan latar belakang inilah, permulaan abad ke-15 memandang
Konstantinopel dengan suram. Pengepungan Usmani menjadi
kegiatan harian yang acap berulang. Ketika Kaisar Manuel melanggar
janjinya sebagai bawahan pada 1397, Sultan Bayazid menaklukkan
kota ini lewat serangkaian penyerangan, dan berhenti ketika Bayazid
kalah dalam pertempuran dengan Timurlang, seorang raja Mongol-
Turki––Tamburlaine dalam drama Marlowe– pada 1402. Setelah
itu kaisar-kaisar terus berusaha mati-matian mencari bantuan dari
Barat––bahkan Manuel pergi ke Inggris pada 1400––di sisi lain
membongkar kebijakan intrik diplomatik dan mencari dukungan
untuk merebut takhta Usmani. Sultan Murat II mengepung
Konstantinopel pada 1422 untuk merebut kekuasaan, namun kota
itu tetap bertahan. Orang Usmani tidak punya armada kapal untuk

Tugra, atau sandi rahasia, milik Orhan, sultan pertama yang menaklukkan
kota dengan pengepungan

43

ROGER CROWLEY

mendekati kota dan tidak pula teknologi untuk menggempur tembok
kotanya. Manuel, yang saat itu sudah tua namun masih jadi salah satu
diplomat yang sangat cerdik, berusaha mengumpulkan orang yang
berminat merebut takhta Usmani dengan memicu perang saudara.
Pengepungan itu memang dihentikan, namun Konstantinopel tetap
tergantung di antara giginya. Hanya masalah waktu sebelum orang
Usmani datang lagi ke kota itu dengan pasukan yang lebih kuat.
Kegentaran melawan persatuan Tentara Salib-lah yang bisa meng-
halangi mereka. Tapi, itu pun hanya sementara.

44

3

Sultan dan Kaisar

1432-1451

Mehmet Chelebi––Sultan––semoga Allah memperpanjang kekuasaannya
hingga abadi dan mendukung kekuasaannya sampai Kiamat!
Tulisan di nisan ibu Mehmet II

Constantine Palaiologos, Kaisar dan Penguasa Orang-orang Romawi atas Kristus
Gelar Seremonial dari Konstantin XI, kaisar Byzantium ke-88

PRIA yang ditakdirkan memimpin pasukan Muslim sampai ke kota
ini lahir sepuluh tahun setelah pengepungan yang dilakukan Murat.
Dalam legenda Turki, 1432 adalah tahun yang sarat dengan isyarat.
Kuda-kuda melahirkan anak kembar; pohon berbuah lebih ranum;
bintang berekor muncul di sore hari melintasi langit Konstantinopel.
Pada malam tanggal 19 Maret tahun itu, Sultan Murat menunggu
berita di istana kerajaan di Edirne tentang kelahiran anaknya; tak

Tugra Mehmet

ROGER CROWLEY

bisa tidur, dia mulai membaca al-Quran. Dia baru saja menyelesaikan
surat al-Fath, ayat-ayat yang menjanjikan kemenangan atas orang
kafir, ketika seorang petugas membawa kabar kelahiran anaknya.
Anak itu dinamai Mehmet, nama ayah Murat, sebuah kata yang
merupakan “Turkinisasi” kata “Muhammad”.

Sebagaimana nubuat lainnya, peristiwa ini pasti sangat membekas
di benak mereka. Mehmet adalah putra ketiga Murat; dua saudara
tirinya jauh lebih tua, dan anak ini bukanlah kesayangan bapaknya.
Peluangnya untuk menjadi sultan sangat tipis. Barangkali arti
penting kehadiran Mehmet ke dunia ini disebabkan ketidakjelasan
identitas ibunya. Meski beberapa sejarawan Turki menyatakan
ibunya berasal dari suku Turki dan seorang Muslim. Namun besar
kemungkinan dia seorang budak dari Barat yang diambil dalam
sebuah penyerangan di perbatasan atau ditangkap bajak laut. Bisa
juga orang Serbia atau Makedonia dan besar kemungkinan lahir
sebagai seorang Kristen––kemungkinan yang memberikan nuansa
aneh dalam paradoks asal-usul Mehmet. Apa pun asal-usul ke-
turunannya, yang pasti Mehmet menunjukkan karakter yang ber-
beda dari ayahnya, Murat.

Sejak pertengahan abad ke-15, sultan-sultan Usmani tidak lagi
menjadi kepala suku buta huruf yang memimpin gerombolan pe-
rang dari atas pelana. Campuran rumit antara keinginan berjihad
dan memperoleh rampasan perang membentangkan jalan pada
sesuatu yang lebih bernilai. Sultan masih menerima prestise
sebagai pemimpin utama perang suci di tanah Islam. Namun ini
semakin berubah menjadi sarana bagi kebijakan dinasti. Penguasa
Usmani mulai menggelari diri mereka dengan “Sultan Rum”––
gelar yang mengisyaratkan rasa berhak atas warisan kekaisaran
Kristen kuno––atau “Padishah”, istilah dalam bahasa Persia. Dari
Byzantium mereka mulai mengembangkan kesukaan pada tata cara
dan upacara monarki; pangeran-pangeran mereka dididik secara
formal untuk menduduki jabatan-jabatan penting; istana-istana
mereka dikeliling tembok tinggi; akses kepada sultan diatur dengan
ketat. Kekhawatiran diracun, intrik dan pembunuhan membuat
penguasa sangat berjarak dari rakyatnya––sedikit banyak proses
inilah yang mengiringi peristiwa pembunuhan Murat I oleh seorang
mata-mata Serbia setelah perang pertama di Kosovo tahun 1389.

46

SULTAN DAN KAISAR

Kekuasaan Murat II menjadi tumpuan utama dalam proses ini. Dia
masih menyebut dirinya “bey”––gelar kuno bangsawan Turki––
bukan “sultan” yang mulia, dan ia terkenal baik dengan rakyatnya.
Seorang biarawan Hungaria, Bruder George, terkejut dengan tidak
adanya upacara seremonial dalam keseharian Murat II. “Pakaian
maupun kudanya tidak memiliki tanda yang menunjukkan kalau
dia seorang sultan. Saya melihatnya di pemakaman ibunya. Jika dia
tidak diperkenalkan kepada saya, saya tidak akan mengenalinya
sebagai sultan.” Pada saat yang sama, jarak mulai membentang
antara sultan dan dunia sekelilingnya. “Dia tidak pernah melakukan
apa pun di depan publik,” tulis Bertrandon de la Brocquiere, “ha-
nya sedikit orang yang mengaku pernah melihat dia bicara, atau
menyaksikannya makan atau minum.” Ini adalah awal dari proses
panjang sultan-sultan berikutnya yang kemudian berakhir pada
dunia tertutup Istana Topkapi dengan tembok luarnya yang tanpa
pintu dan ritualnya yang njelimet.

Tahun-tahun awal kehidupan Mehmet diwarnai suasana istana
Usmani yang adem ayem. Namun, masalah suksesi kekuasaan sejak
lama menghantui putra-putra sultan yang sedang tumbuh. Suksesi
kekuasaan dari ayah ke anak adalah saat-saat genting dalam per-
jalanan kerajaan––sistem harem adalah alat untuk memastikan
pasokan putra-putra pewaris takhta––namun di sisi lain juga sangat
rentan. Takhta diperebutkan pewaris laki-laki. Tidak ada hukum
yang mengutamakan putra tertua; pangeran-pangeran yang ada
harus memperebutkannya sendiri setelah sultan mangkat. Hasil
dari semua ini dianggap sebagai kehendak Tuhan. “Jika Dia me-
nakdirkanmu sebagai pewaris kerajaan setelah diriku,” tulis se-
orang sultan kepada putranya, “maka tidak ada manusia yang
mampu menghalanginya.” Dari segi praktik, suksesi ini sering
menjadi persaingan menuju pusat––pemenangnya adalah pewaris
yang menguasai modal, harta kerajaan, dan dukungan angkatan
bersenjata; cara ini mengutamakan pihak terkuatlah yang mampu
bertahan atau bisa juga memicu perang saudara. Negara Usmani
hampir runtuh di tahun-tahun awal abad ke-15 karena upaya saling
membunuh antaranggota keluarga dalam perebutan kekuasaan dan
melibatkan orang Byzantium lebih jauh ke dalam urusan mereka.
Sudah menjadi kebiasaan Konstantinopel untuk memanfaatkan

47

ROGER CROWLEY

sebuah dinasti yang lemah dengan mendukung pihak yang mem-
perebutkan takhta.

Untuk melindungi anak-anaknya dari pembunuhan dan untuk
mengajari mereka seni memimpin sebuah monarki, sultan menunjuk
putra-putra mereka yang masih berusia dini untuk memerintah
sebuah provinsi dengan pengawasan ketat para tutor pilihan.
Mehmet menghabiskan tahun pertamanya di harem istana di Edirne
dan setelah itu dikirim ke ibu kota provinsi Amasya di Anatolia saat
berusia dua tahun untuk persiapan pendidikan dasarnya. Pada saat
bersamaan, kakak tiri tertuanya, Ahmet, yang saat itu berusia dua belas
tahun, menjadi gubernur kota itu. Persekongkolan-persekongkolan
rahasia melakukan pembunuhan-pembunuhan terhadap pewaris
takhta terjadi pada dekade berikutnya. Pada 1437, Ahmet tiba-tiba
tewas di Amasya. Enam tahun berikutnya, ketika kakak tirinya yang
lain, Ali, jadi gubernur, terjadilah misteri “Pangeran di Menara” versi
Usmani. Seorang bangsawan kelas atas, Kara Hizir Pasha, dikirim ke
Amasya oleh orang tak dikenal. Dia berusaha menyelusup ke istana
di malam hari dan membunuh Ali di ranjangnya, dan kedua putranya
yang masih orok. Seluruh anggota keluarganya dibantai pada malam
itu juga; Mehmet menjadi satu-satunya pewaris kerajaan yang tersisa.
Berdesir bagai bayangan hitam di balik peristiwa kelam ini adalah
pertarungan memperebutkan jantung kekuasaan di kalangan kaum
berkuasa Usmani. Selama pemerintahannya, Murat memperkuat
pasukan budak Janisari dan mengangkat orang-orang Kristen yang
telah masuk Islam menjadi wazir untuk menciptakan keseimbangan
kekuasaan di kalangan bangsawan Turki tradisional dan angkatan
bersenjata. Permainan ini terus berlanjut sampai ke puncaknya di
depan tembok Konstantinopel sembilan tahun kemudian.

Ali adalah putra kesayangan Murat: kematiannya sangat me-
mukul sultan–walaupun pada saat bersamaan bukan tidak mungkin
Murat sendiri yang memerintahkan pembunuhan atasnya untuk
menumpas konspirasi yang dirancang pangeran. Bagaimana pun
juga, dia tidak punya pilihan lain selain memanggil Mehmet muda
ke Edirne dan langsung mengawasi pendidikannya. Pada saat itu,
pangeran berusia sebelas tahun inilah satu-satunya pewaris yang
akan jadi masa depan negara Usmani. Murat sangat kecewa ketika
melihat putranya kembali. Dia keras kepala, seenaknya, dan nyaris

48

SULTAN DAN KAISAR

tak bisa dididik. Mehmet dengan enteng membangkang pada guru-
gurunya terdahulu, tidak mau dihukum atau mempelajari al-Quran.
Murat memanggil seorang mullah terkenal, bernama Ahmet Gurani,
dan memerintahkannya untuk memaksa pangeran muda ini agar taat
dan patuh. Dengan tongkat di tangan, sang mullah pergi menemui
pangeran. “Ayahanda Tuanku,” katanya, “mengirim saya untuk
mengajari Anda. Dia juga memerintahkan saya untuk memukul
jika Anda tidak patuh.” Mehmet tertawa mendengar ancaman ini,
dan saat itu sang mullah langsung memukul. Mehmet langsung
tunduk dan akhirnya mau belajar. Di bawah asuhan guru yang
tak bisa dibantah ini, Mehmet mulai mencerna isi al-Quran, lalu
memperluas wawasan pengetahuannya. Bocah ini memperlihatkan
kecerdasan luar biasa dan dibarengi kemauan keras untuk berhasil.
Dia fasih beberapa bahasa––sejak semula dia bisa berbahasa Turki,
Persia dan Arab, serta berbahasa Yunani, dialek Slavia dan beberapa
Latin––dan menguasai sejarah dan geografi, sains dan teknik, serta
sastra dengan baik. Satu pribadi luar biasa pun akhirnya lahir.

Tahun 1440-an menandai periode krisis baru bagi Usmani.
Kekaisaran mendapat ancaman di Anatolia oleh pemberontakan
yang dilakukan salah seorang tuan tanah Turki, bey daerah Karaman,
sementara pasukan Salib yang dipimpin orang Hungaria mulai
bersiap-siap di daerah barat. Murat terpaksa mengatasi ancaman
orang Kristen ini dengan perjanjian gencatan senjata selama sepuluh
tahun dan mengarahkan perhatian ke Anatolia untuk memberantas
pemberontakan bey ini. Sebelum berangkat, dia dikejutkan oleh
usaha pendongkelannya dari singgasana. Dia sangat cemas akan
perang saudara dalam negeri dan memastikan Mehmet naik ke
tampuk kekuasaan sebelum dia meninggal; kecemasan-kecemasan
yang bersifat duniawi juga menjadi alasan. Jalannya urusan
pemerintahan kerajaan bergantung sepenuhnya pada seorang sultan
Usmani. Tampaknya Murat terpukul karena anak emasnya, Ali,
dibunuh. Pada usia dua belas tahun, Mehmet dinobatkan sebagai
sultan di Edirne di bawah bimbingan wazir kepercayaan bernama
Halil. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namanya tercetak
pada uang logam dan dia disebut dalam setiap khotbah Jumat.

Namun, usaha ini berakibat buruk. Berusaha memanfaatkan
kesempatan menundukkan sultan yang masih ingusan, Paus langsung

49

ROGER CROWLEY

mengampuni raja Hungaria, Ladislas, karena telah melanggar
perjanjian gencatan senjata dan pasukan Salib pun bergerak maju.
Bulan September, mereka menyeberangi Sungai Danube; sebuah
armada Venesia diberangkatkan ke Dardanella untuk menghadang
Murat. Suasana di Edirne pun kacau balau. Pada 1444, sebuah sekte
fanatik Syiah muncul di kota. Banyak orang bergabung dengan
seorang pendakwah Persia yang menjanjikan perdamaian antara
Islam dan Kristen, dan Mehmet, yang tertarik dengan ajaran ini,
menerima orang ini di istananya. Para ulama terkejut. Halil segera
menyadari bahaya semangat massa menerima bidah. Lalu disusunlah
rencana penangkapan orang ini. Ketika si pendakwah mencari
perlindungan di istana, Mehmet dibujuk untuk menyerahkannya.
Si pendakwah akhirnya dibawa ke masjid jami dan dibakar hidup-
hidup; para pengikutnya dibunuh. Byzantium memanfaatkan
keadaan kacau ini. Seorang pendaku takhta Usmani, Pangeran
Orhan, yang mereka tahan di kota, dilepaskan untuk memancing
pemberontakan. Pemberontakan terjadi di provinsi-provinsi Eropa
melawan Usmani. Kepanikan melanda Edirne; sebagian besar kota
dibumihanguskan, dan penduduk Muslim Turki mulai melarikan
diri kembali ke Anatolia. Kekuasaan Mehmet kacau balau.

Murat merundingkan gencatan senjata dengan bey Karaman
dan segera pulang untuk menghadapi serangan. Ketika mendapati
Dardanella dikepung kapal Venesia, dia dan pasukannya dise-
berangkan melintasi Selat Bosporus oleh musuh mereka, orang-
orang Genoa, dengan bayaran uang dan terus maju untuk
menghadapi pasukan Salib di Varna di Laut Hitam pada 10
November 1444. Hasilnya adalah kemenangan besar pasukan
Usmani. Kepala Ladislas ditancapkan di ujung tombak dan dikirim
ke kota tua kaum Usmani, Bursa, sebagai tanda kemenangan umat
Muslim. Peristiwa ini sangat penting bagi sejarah perang suci antara
Kristen dan Islam. Setelah berlangsung selama 350 tahun, kekalahan
di Varna ini memadamkan keinginan Barat untuk mengobarkan
kembali perang salib; negara-negara Kristen tidak pernah lagi
bersatu untuk mengusir umat Muslim keluar dari Eropa. Kekalahan
ini mengesahkan kehadiran Usmani di negara-negara Balkan dan
menjadikan Konstantinopel terisolasi sebagai tanah taklukan yang
terkucil namun aman dalam naungan dunia Islam. Posisi ini makin

50

SULTAN DAN KAISAR

memperkecil datangnya bantuan Barat jika Usmani menyerang.
Sayangnya, Murat menganggap orang Byzantium sebagai penyebab
kekacauan tahun 1444, sebuah anggapan yang mewarnai strategi
Usmani selanjutnya.

Tak lama setelah peristiwa Varna, dan terlepas dari kegagalan
pemerintahan Mehmet di masa-masa awal, Murat kembali istirahat
di Anatolia. Halil Pasha tetap menjadi wazir utama, namun Mehmet
makin dipengaruhi dua orang yang bertindak sebagai gubernurnya:
kasim utama, Shibabettin Pasha, penguasa provinsi-provinsi Eropa,
dan pembelot dari bangsa Kristen, Zaganos Pasha. Kedua orang
ini ingin melanjutkan rencana penaklukan Konstantinopel, karena
tahu kalau kota ini masih diklaim Orhan. Dengan menguasai
Konstantinopel kekuasaan Mehmet akan seimbang dan kemuliaan
sultan muda ini pun kembali. Sejak dini, Mehmet sangat tertarik
dengan proyek penaklukan kota Kristen dan menjadikan dirinya
sebagai pewaris Kekaisaran Romawi. Dalam sebuah syair dia
menulis, “hasratku yang terdalam adalah mengalahkan orang Kafir”.
Namun kerinduan Mehmet akan kota ini cenderung karena tarikan
kekaisaran ketimbang tarikan keagamaan, dan anehnya berasal
dari sumber yang non-Islam. Dia sangat terinspirasi keberanian
Alexander Agung dan Julius Caesar. Alexander telah diubah
menjadi seorang pahlawan Islam oleh epik-epik Persia dan Turki
Abad Tengah. Mehmet mengenal sosok Alexander di masa kanak-
kanaknya; dia memiliki biografi Penakluk Dunia dalam bahasa
Yunani yang dianggit penulis Romawi, Arrian, yang dibacakan
untuknya setiap hari di istana. Dari pengaruh-pengaruh ini dia
memahami dirinya mengemban dua identitas––sebagai seorang
Alexander Muslim yang semua penaklukannya akan mencapai
titik dunia yang paling tepi, dan sebagai kesatria gazi yang akan
mengobarkan jihad melawan orang kafir. Dia ingin membalik arus
sejarah dunia: Alexander telah menyapu Timur; sekarang giliran
dia untuk membawa kemenangan bagi Timur dan Islam dengan
menaklukkan Barat. Ini adalah cita-cita yang sangat besar dan
dikompori para penasihatnya yang menganggap karir mereka akan
terus menanjak seiring gelombang penaklukan.

Mehmet yang dewasa sebelum waktunya itu, dan didukung
para gurunya, mulai merencanakan penyerangan baru terhadap

51

ROGER CROWLEY

Konstantinopel pada 1445. Saat itu usianya tiga belas tahun. Halil
Pasha sangat khawatir. Dia tidak setuju dengan rencana sultan muda
ini; setelah kekalahan pada 1444, dia takut rencana itu hanya akan
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar. Meski memiliki sumber
daya luar biasa dan Kesultanan Usmani punya segalanya, namun
sebenarnya lemah akibat kenangan perang saudara. Halil punya
kekhawatiran yang lebih besar daripada yang lain. Menyerang
Konstantinopel akan memancing reaksi besar dari Barat. Selain
itu, dia punya motif pribadi: dia terganggu karena kekuasaannya
mulai melemah dan makin terpinggirnya bangsawan-bangsawan
Turki-Muslim karena posisi orang Kristen yang baru masuk Islam
kian kuat. Dia memutuskan menurunkan posisi Mehmet dengan
menghasut seorang Janisari untuk memberontak dan meminta
agar Murat mengambil alih kendali di Edirne. Dia disambut baik
ketika kembali; sultan muda yang terlalu bersemangat tidak begitu
populer, baik di mata rakyat maupun di mata pasukan Janisari.
Mehmet diistirahatkan ke Manisa bersama penasihatnya. Penolakan
ini tidak akan pernah dia lupakan atau maafkan; kelak, semua ini
harus dibayar dengan nyawa Halil sendiri.

Selama Murat hidup Mehmet tetap berada di bawah bayang-
bayangnya, walaupun dia tetap menganggap dirinya sultan. Dia
menemani ayahnya dalam pertempuran kedua di Kosovo tahun
1448, saat Hungaria melancarkan pukulan terakhir untuk meng-
hancurkan kekuatan Usmani. Pertempuran ini adalah pembabtisan
pengalaman perang Mehmet. Terlepas dari banyaknya tentara yang
tewas di pihak Usmani, akibat pertempuran ini sama pentingnya
dengan pertempuran Varna dan menjadi perekat bagi legenda
kehebatan Usmani. Awan pesimisme mulai menyelimuti Barat. “De-
ngan organisasi seperti itu, orang Turki berada jauh di depan,” tulis
Michael si Janisari. “Jika kamu mengejarnya, dia akan lari; tapi jika
dia yang mengejarmu, kau tidak punya jalan menyelamatkan diri
… Orang Tartar beberapa kali mengalahkan orang Turki; namun
orang Kristen belum pernah, terutama dalam pertempuran yang
dirancang sebelumnya. Itu semua karena mereka membiarkan
orang Turki mengepung mereka dan mendekati bagian luar.”

Murat menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di Edirne. Ke-
lihatannya sang sultan kehilangan minat melakukan ekspedisi militer

52

SULTAN DAN KAISAR

selanjutnya. Dia lebih memilih menjaga perdamaian dari ancaman
perang yang tak pasti. Selama dia hidup, Konstantinopel tak bisa
dapat bernapas dengan tenang. Ketika meninggal pada Februari
1451, kawan maupun lawan meratapinya. “Perjanjian damai
yang dia lakukan secara suci dengan orang Kristen,” tulis penulis
sejarah dari Yunani, Doukas, “selalu ditaatinya. Kemarahannya
tidak berumur panjang. Dia menolak peperangan dan lebih
memilih perdamaian. Inilah sebabnya Tuhan Penguasa Perdamaian
mengganjarnya dengan kematian yang tenang, bukan kematian
dengan mata pedang.” Penulis Yunani ini tidak akan sejujur dan
sebaik ini dalam menilai Murat kalau dia tahu apa yang diwasiatkan
Murat kepada penerusnya. Kekacauan dan carut-marut Byzantium
pada 1440-an telah meyakinkan Murat bahwa negara Usmani tidak
akan aman selama Konstantinopel tetap menjadi tanah kekuasaan
Kristen: “Dia berwasiat kepada penerusnya yang masyhur,” kata
penulis sejarah Usmani, Sa'duddin, “tentang penegakan perintah
jihad untuk menaklukkan kota Konstantinopel, dan permintaan
agar dia melindungi kemakmuran umat Islam dan memukul mundur
orang kafir terkutuk.”

Kematian seorang sultan selalu melahirkan peristiwa genting bagi
negara Usmani. Sesuai tradisi, dan untuk menghalangi kemungkinan
pemberontakan angkatan bersenjata, kabar kematiannya tetap
dirahasiakan. Murat punya putra lain, seorang bayi bernama Ahmet
Junior, yang sebenarnya tidak jadi ancaman bagi proses peralihan
kekuasaan ke tangan Mehmet. Namun sang pendaku takhta, Orhan,
tetap berada di Konstantinopel. Mehmet tak terkenal sama sekali.
Kabar kematian ayahnya disebarkan dalam surat bersegel oleh
merpati-merpati pos. Dalam surat ini, Halil menasihati Mehmet
untuk tidak berpangku tangan; dia harus segera datang ke Edirne––
penundaan sedikit saja akan memancing pemberontakan. Menurut
legenda yang beredar, Mehmet langsung memerintahkan agar
kudanya dipasangi pelana dan memanggil pelayannya, “Mereka
yang menyayangi aku, akan mengikutiku.” Diiringi pengawal rumah
tangganya, dia berhasil melintasi Gallipoli dalam dua hari. Ketika
berkuda melintasi padang rumput menuju Edirne, dia ditemui rom-
bongan pejabat tinggi, wazir, mullah, gubernur dan rakyat biasa
dalam sebuah upacara yang berasal dari tradisi masa lalu mereka

53

ROGER CROWLEY

di stepa-stepa Asia dulu. Ketika jarak mereka tinggal satu mil dari
Edirne, mereka yang hadir dalam upacara penyambutan turun dari
kuda dan mendekati penguasa baru dengan keheningan. Setengah
mil dari kota, mereka berhenti dan melakukan upacara berkabung
untuk sultan yang telah wafat. Mehmet dan rombongannya juga
berhenti dan bergabung dengan warga yang tengah berkabung.
Suasana musim dingin diperkuat ratapan perkabungan. Para pejabat
tinggi berlutut di depan sultan yang baru. Rombongan pun bergerak
kembali ke istana.

Hari berikutnya diadakan tatap muka dan laporan para menteri.
Acara ini penuh ketegangan, karena di saat inilah nasib wazir
sultan yang lama akan ditentukan. Mehmet duduk di singgasana,
dikelilingi penasihat-penasihat kepercayaannya. Halil Pasha berada
agak di belakang dan memasang muka enggan, menunggu apa
yang Mehmet putuskan. Sultan yang masih bocah ini berkata,
“Mengapa wazir-wazir ayahku berada di belakang? Panggil mereka
ke depan dan katakan kepada Halil untuk berada di tempatnya
semula.” Halil dilantik kembali menududuki jabatan wazir utama.
Ini ciri khas Mehmet: mempertahankan status quo sementara tetap
merahasiakan rencana rahasianya dan menunggu waktu tepat untuk
melaksanakannya.

Usia sultan baru itu tujuh belas tahun. Sosok dengan perpaduan
kepercayaan diri dan keragu-raguan, ambisi dan hati-hati. Masa-
masa pertumbuhan telah mempengaruhi Mehmet secara men-
dalam. Dia dipisahkan dari ibunya ketika masih sangat kecil
dan berhasil bertahan hidup dalam bayang-bayang dunia istana
Usmani berkat nasib mujur. Bahkan sebagai seorang pemuda, dia
tetap penuh rahasia dan selalu curiga pada orang lain: dia cuma
percaya pada kata hatinya sendiri, angkuh, berjarak dari perasaan
manusiawi, dan sangat ambisius––sebuah kepribadian yang penuh
paradoks dan rumit. Laki-laki yang digambarkan Renaissans sebagai
monster yang kejam dan sinting ini adalah tempat berkumpulnya
berbagai paradoks. Dia cerdik, berani, dan impulsif––mampu
menipu dengan lihai, sangat kejam namun dengan tiba-tiba bisa
berubah baik hati. Dia angin-anginan dan tak terduga, seorang
biseksual yang menghindari keakraban, tidak pernah memaafkan
penghinaan, namun disayangi karena dasar kesalehan yang dia

54

SULTAN DAN KAISAR

jalani. Ciri utama kepribadiannya ketika dewasa sudah terbentuk:
seorang bakal tiran sekaligus ilmuwan; ahli strategi militer obsesif
yang gandrung syair-syair Persia dan kegiatan bertaman; kesatria
Islam yang bisa sangat penyayang pada rakyatnya yang non-Muslim
dan menikmati pergaulan dengan orang asing dan pemikir agama
yang tidak ortodoks.

Beberapa lukisan wajah yang dibuat sepanjang hidupnya ba-
rangkali menjadi sumber otentik pertama tentang bagaimana
seorang sultan Usmani. Gambaran wajah yang relatif konsisten
muncul––raut yang mirip rajawali, hidung bagai paruh elang
menonjol keluar dari bibir yang sensual seperti “paruh seekor
nuri yang menempel di buah ceri,” ungkap sebuah syair Usmani,
dan dilengkapi pula dengan jenggot yang menggantung di dagu
yang menonjol. Dalam sebuah potret yang indah, dia digambarkan
sedang mencium sekuntum mawar yang dia pegang dengan jemari
bercincin permata. Ini adalah gambaran keseharian sang sultan
sebagai sosok yang menyukai keindahan, pencinta taman dan
penggubah syair-syair Persia. Namun yang unik dalam gambar
ini adalah tatapannya, seakan sedang menatap ke titik yang jauh
di tepi dunia. Dalam potret-potret lain yang menggambarkan dia
semasa dewasa, dia digambarkan bertengkuk pendek dan gemuk.
Dalam sebuah potret karya Bellini yang saat ini tergantung di Gelari
Nasional di London, dia terlihat menderita dan sakit-sakitan. Seluruh
gambaran ini mengandung kesan tentang otoritas yang begitu kuat,
terhapusnya kekuasaan secara alamiah oleh “bayang-bayang Tuhan
di muka bumi,” yang mengandaikan dunia berada di tangannya
menjadi terlalu biasa untuk disebut sebagai kesombongan. Namun
di sini juga ada melankoli yang mengingatkan kita pada masa-masa
kecilnya yang dingin dan selalu terancam.

Lukisan-lukisan tadi sesuai dengan penggambaran tentang
Mehmet muda yang berkepribadian kompleks oleh seorang penulis
Italia, Giacomo de Languschi:

Mehmet Bey, raja Turki itu, adalah seorang pemuda dengan tubuh
yang kuat, berpostur lebar ketimbang tinggi, ahli menggunakan
senjata, punya kepribadian yang membuat orang gentar ketimbang
hormat, jarang tertawa, sangat hati-hati, dianugerahi kebaikan

55

ROGER CROWLEY

hati, teguh dalam mewujudkan rencana-rencananya, berani dalam
seluruh tugas yang dia kerjakan, sangat ingin masyhur seperti
Alexander dari Makedonia. Dia memiliki buku sejarah Romawi
dan sejarah negeri lainnya yang dibacakan untuknya setiap hari. Dia
bisa tiga bahasa: Turki, Yunani, dan Slavia. Dia berusaha keras mem-
pelajari geografi Italia … di mana Paus dan kaisar bertakhta, dan
berapa banyak kerajaan di Eropa. Dia memiliki sebuah peta benua
Eropa lengkap dengan negara dan provinsi-provinsinya. Minatnya
pada geografi dunia dan urusan militer melebihi minat-minatnya
pada bidang lain; dia terbakar hasrat mendominasi; dia sosok yang
pandai memanfaatkan segala kondisi. Orang seperti inilah yang
akan kita, orang Kristen, hadapi. Hari ini, dia berkata zaman telah
berubah, dan dia menyatakan dia akan bergerak dari timur ke Barat
seperti halnya di masa lalu orang Barat bergerak ke Timur. Di dunia
ini, katanya, hanya boleh ada satu kerajaan, satu keimanan dan satu
kedaulatan.

Keterangan ini adalah gambaran jelas bagaimana ambisi Mehmet
untuk membalik gelombang sejarah dengan membawa bendera
Islam ke Eropa. Namun ketika dia naik takhta, orang Eropa belum
melihat obsesi dan kecerdasannya. Mereka hanya melihat seorang
anak ingusan dan kurang berpengalaman, seseorang yang pada
masa awal kekuasaannya berakhir dengan penghinaan.

Dua tahun sebelum Mehmet naik takhta, Konstantinopel juga
mendapatkan kaisar baru, walaupun dalam suasana yang sangat
berbeda. Laki-laki yang ditakdirkan menghadapi Mehmet me-
miliki nama pendiri kota ini––fakta yang akan langsung diingat
penduduk Byzantium yang gemar takhayul. Konstantin XI adalah
dinasti ke delapan dari Palaiologos yang menduduki takhta sejak
1261. Keluarga ini merebut kekuasaan dan pemerintahan mereka
bersamaan dengan penurunan nasib kekaisaran menjadi anarki dan
perpecahan. Latar belakang pribadinya sendiri juga multirasial. Dia
berdarah Yunani, namun jarang sekali memakai bahasanya ibunya;
ibunya beretnis Serbia, dan Konstantin memakai nama keluarga
ibunya, Dragases; ayahnya berdarah setengah Italia. Dia meng-
gambarkan dirinya, seperti orang Byzantium lain, sebagai orang
Romawi dan menghiasi dirinya dengan gelar-gelar megah dan

56

SULTAN DAN KAISAR

Tanda tangan Konstantin sebagai kaisar Romawi

kuno para pendahulunya: Konstantin Palaiologos Kaisar sejati dan
Penguasa Romawi atas nama Kristus.”

Orang Byzantium di masa-masa kemundurannya meneng-
gelamkan diri ke dalam tata cara protokoler yang hampa, namun
jadi ciri khas adat istiadat dan upacara ritual mereka. Kekaisaran
punya seorang laksamana tinggi, namun tidak memiliki armada.
Mereka punya seorang panglima, namun dengan sedikit serdadu.
Dalam dunia istana Liliput ini, para bangsawan berdesak-desakan
dan bersaing satu sama lain memperebutkan gelar-gelar megah
namun absurd, seperti Menteri Agung Urusan Rumah Tangga Istana,
Kanselir Agung atau Menteri Penata Pakaian Kaisar. Sebenarnya
Konstantin merupakan seorang kaisar tanpa kekuasaan. Wilayah
kekuasaannya mengecil menjadi kota Konstantinopel dan wilayah
pinggirnya saja, beberapa buah pulau dan beberapa wilayah taklukan
di Pelopponesia, orang Yunani menyebutnya secara puitis dengan
Morea, dan Daun Murbei: tanjung yang terkenal dengan produksi
sutranya, dan bentuknya mengingatkan mereka pada makanan ulat
sutra ini.

Tidak ada yang iri pada takhta Konstantin. Dia mewarisi kebang-
krutan, sebuah keluarga yang pikirannya hanya perang saudara,
sebuah kota yang terpecah-belah karena berbagai aliran agama, dan
rakyat yang tercekik kemiskinan dan mudah berubah pendirian.
Kekaisaran ini ibarat sarang ular yang penuh kecamuk antarsesama–
–pada 1442 saudara kaisar, Demetrios, bergerak memasuki kota
bersama pasukan Usmani. Dia menjalani setengah hidupnya sebagai
penguasa bawahan kaisar Usmani. Dia bisa mengepung kota itu
kapan pun. Wewenang Konstantin secara pribadi pun tidak aman;
aroma ketidaksahan mewarnai proses kenaikan dia menuju takhta

57

ROGER CROWLEY

pada 1449. Dia dinobatkan di Mistra, di wilayah Peloponnesia.
Tentu, itu adalah protokoler yang menyalahi kebiasaan bagi seorang
kaisar, apalagi setelah itu tidak pernah dinobatkan ulang di St.
Sophia. Orang Byzantium harus minta persetujuan Murat untuk
menobatkan kaisar mereka yang baru, namun Konstantin begitu
miskin sehingga tidak punya biaya untuk pulang. Karena malu, dia
memohon untuk bisa ditumpangkan dengan sebuah kapal orang
Catalan agar bisa pulang dan naik singgasana.

Tidak ada catatan kesaksian tentang kondisi kota itu ketika dia
kembali ke sana pada Maret 1449. Tak lama sebelumnya, seorang
Italia menunjukkan betapa Konstantinopel saat itu adalah sebuah
tempat kosong. Sementara di seberang Golden Horn, koloni dagang
orang Genoa bernama Galata, atau Pera, dilaporkan sangat kaya
dan subur: “sebuah kota besar yang didiami orang Yunani, Yahudi
dan Genoa” menurut petualang, Bertrandon de la Brocquiere, yang
menyatakan Galata sebagai pelabuhan paling bagus yang pernah
dia lihat. Kesatria Prancis menyatakan sebagai kota, Konstantinopel
masih menarik, namun sayang berada pada kondisi terburuknya.
Gereja masih sangat mengesankan, terutama St. Sophia, di mana
dia melihat “panggangan tempat St. Lawrence dipanggang, dan
batu berbentuk panci yang dianggap sebagai wadah tempat Ibrahim
memberi makan para malaikat sebelum mereka menghancurkan
Sodom dan Gomorah.” Patung Justinian yang sedang menunggang
kuda, yang keliru dia katakan sebagai patung Konstantin yang
Agung, masih berada di tempatnya semula: “Dia memegang tong-
kat kerajaan di tangan kirinya, dan tangan kanannya menunjuk
ke arah Turki di Asia dan jalan menuju Yerusalem, seolah ingin
menunjukkan bahwa negeri itu berada di bawah kekuasaannya.”
Namun kenyataan yang sebenarnya sangat gamblang––kaisar tidak
berkuasa, bahkan di rumahnya sendiri.

Para saudagar dari segala bangsa ada di kota ini. Namun tidak ada
yang sekuat orang Venesia. Mereka punya jawatan khusus untuk
mengatur seluruh urusan dagang mereka lepas dari Kaisar dan
para menterinya. Mereka bahkan punya hak istimewa, yakni jika
salah seorang budak mereka melarikan diri dan bersembunyi di
dalam kota, maka jika mereka memintanya, Kaisar harus mengem-

58

SULTAN DAN KAISAR

balikannya. Pangeran ini pun tunduk kepada orang Turki, karena
dia harus membayar upeti kepadanya. Konon, menurut yang saya
dengar, sebesar sepuluh ribu ducat setahun.

De la Brocquiere menyebutkan bahwa di banyak tempat dia me-
nemukan tulisan kenangan tentang kejayaan yang telah runtuh–
–tidak ada yang paling jelas menunjukkan hal ini selain tiga buah
sendi pilar yang terbuat dari pualam di Hippodrome: “di sini pernah
berdiri patung tiga ekor kuda yang mengkilat, sekarang berada
di Venesia.” Tampaknya tinggal menunggu waktu saja sebelum
pasukan Usmani kembali lagi ke kota ini dan penduduk kota hanya
tinggal membuka pintu gerbang buat mereka. Mereka menerima
peringatan mengerikan tentang kemungkinan yang akan dialami
jika menolak tunduk, yakni ketika tahun 1439 Thessaloniki tak
mau tunduk kepada Murat. Pasukan Usmani hanya perlu tiga jam
untuk merobohkan tembok yang membentengi kota ini; kemudian
diikuti tiga hari pemerkosaan dan penjarahan; 7000 perempuan
dan anak-anak diciduk untuk dijadikan budak.

Kita tidak punya bayangan yang jelas tentang bagaimana rupa
Konstantin; wajahnya nyaris tanpa gambaran. Tampaknya dia
mewarisi ciri kuat dan biasa serta ketegasan dari ayahnya Manuel
II. Tapi waktu itu kekaisaran terlalu miskin untuk memerintahkan
pembuatan potret kaisar baru. Stempel emas kerajaan yang hanya
menunjukkan wajahnya yang bagaikan elang kurus itu tidak terlalu
membantu mengungkap gambaran wajahnya. Kendati demikian,
ada semacam kesepakatan perihal kepribadiannya. Dari semua putra
Manuel, Konstantin-lah yang paling mampu dan dapat dipercaya,
”seorang Pemurah dan tidak pendengki,” dikaruniai keberanian
dan patriotisme yang tinggi. Tidak seperti saudara-saudaranya yang
selalu bertengkar dan tidak punya pendirian, Konstantin adalah
orang yang jujur dan berterus terang; dia mengilhami loyalitas orang
sekitarnya. Dia lebih suka berbuat ketimbang birokrat atau pemikir,
sangat mahir berkuda dan seni perang, pemberani dan cekatan. Di
atas semua itu, dia tetap tabah menghadapi segala kemunduran yang
dialami. Rasa tanggung jawab atas warisan Byzantium mengalir
dalam seluruh tindak-tanduk dan karakternya; seluruh umurnya
dihabiskan untuk menghentikan kemunduran itu.

59

ROGER CROWLEY

Peta Konstantinopel buatan seorang Italia dari abad ke-15. Di sisi kiri di luar
tembok digambarkan parit yang lebar. Galata berada di bagian atas.

Konstantin lebih tua dua puluh tujuh tahun dibanding Mehmet;
dia lahir di Konstantinopel tahun 1405. Sejak kecil ia sudah mem-
peroleh mimpi-mimpi tentang nasib buruk kota ini. Pada usia tujuh
belas tahun dia merasakan pengepungan yang dilakukan Murat
pada 1422; tahun berikutnya dia ditunjuk sebagai pengawas, semen-

60

SULTAN DAN KAISAR

Mata uang dengan Gambar Konstantin

tara kakaknya John VIII melakukan salah satu perjalanan sia-sia ke
negara-negara Kristen guna mencari dukungan untuk Byzantium.
Ketika naik takhta tahun 1419, Konstantin berusia empat puluh
empat tahun dan mengalami peperangan selama dua puluh tahun.
Sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk mencoba merebut
kembali kendali Byzantium atas Peloponnesia, dengan tingkat
keberhasilan bermacam-macam. Pada 1430, dia berhasil menyapu
bersih kerajaan-kerajaan kecil di luar tanjung. Sebagai seorang
penguasa Morea selama tahun 1440-an dia memperluas batas
kekuasaannya sampai ke Yunani Utara. Bagi Murat, dia selalu jadi
biang masalah; seorang penguasa bawahan yang memberontak yang
perlu ditertibkan ke kedudukannya semula. Balas jasa yang cukup
jelas datang tahun 1446 setelah kekalahan tentara salib di Varna.
Pasukan Usmani merangsek ke Morea, meluluhlantakkan desa-desa
dan menjadikan 60.000 orang Yunani sebagai budak. Konstantin
terpaksa menaati perjanjian gencatan senjata yang memalukan,
bersumpah setia menjadi bawahan sultan dan membayar upeti
dalam jumlah besar. Kegagalan ini menghalangi upaya Konstantin
XI membangun kembali kejayaan Byzantium di Yunani. Namun
semangatnya, keahlian militernya, dan keterusterangannya ber-
lawanan dengan perilaku tiga saudaranya lainnya––Demetrios,
Thomas, dan Theodore. Mereka hanya mementingkan diri sendiri,
curang, suka cekcok, dan ragu-ragu. Semua ini turut menghalangi
usahanya memperbaiki sisa-sisa kejayaan kekaisaran. Ibu mereka,

61

ROGER CROWLEY

Helena, harus berusaha keras memastikan Konstantin naik takhta:
hanya dia yang bisa dipercaya menduduki singgasana.

Nasib buruk Byzantium di masa berikutnya menimpa
Konstantin bagaikan sebuah kutukan––usaha kerasnya membangun
kembali kekaisaran di Morea memang cukup berani, namun harus
berakhir buruk. Dia bertempur sendirian setelah kekalahan di
Varna, ketika armada Venesia berlayar pulang dan orang Genoa
gagal mengirimkan bala bantuan yang mereka janjikan. Namun
kekerasan tekad ini membawa penderitaan alang kepalang bagi
orang Yunani. Kehidupan pribadinya juga sama malangnya. Istri
pertamanya meninggal tanpa memberinya keturunan tahun 1429;
istri keduanya meninggal pada 1442. Di tahun-tahun akhir 1440-
an dia kembali berusaha mengadakan pernikahan antarkerajaan
yang akan menyelamatkan takhtanya lewat keturunannya sendiri.
Seluruh usaha ini gagal membuahkan hasil seiring meningkatnya
ketegangan politik mengiringi Mehmet naik takhta.

Pada Februari 1451, Mehmet pindah ke istana kerajaan di Edirne.
Tindakan pertamanya sangat mengejutkan tapi menentukan.
Saat meninggal, Murat meninggalkan putra yang masih bayi
dari istrinya yang lain––Ahmet Junior. Beberapa hari kemudian,
ketika ibu Ahmet Junior melakukan kunjungan resmi ke aula
singgasana untuk menunjukkan perkabungannya atas kematian
ayah si bayi, Mehmet mengirim orang kepercayaannya, Ali Bey,
ke kamar perempuan malang ini untuk membenamkan Ahmet
Junior ke bak mandi. Hari berikutnya Mehmet menghukum mati
Ali Bey atas “kejahatan” ini, dan mengawinkan si ibu dengan
salah seorang bangsawannya. Ini tindakan cerdas, namun tidak
berperikemanusiaan yang membawa pertarungan kekuasaan dalam
istana Usmani ke kesimpulan logisnya: hanya satu orang yang
berhak memerintah, dan untuk menghindari kemungkinan perang
saudara, hanya ada satu orang yang berhak hidup––bagi dinasti
Usmani cara ini lebih baik dibanding pertempuran tiada akhir
yang telah menggenangi Byzantium dengan darah. Dengan segera
Mehmet menetapkan aturan baku peralihan kekuasaan Usmani,
yang dia kodifikasikan sebagai hukum pembunuhan saudara: “siapa
pun di antara putraku yang mewarisi singgasana kesultanan, dia

62

SULTAN DAN KAISAR

berhak membunuh saudaranya demi kepentingan dunia. Sebagian
besar hakim telah menyetujui prosedur ini. Laksanakanlah segera.”
Maka hukuman mati yang mengiringi proses peralihan kekuasaan
menjadi masa-masa penuh ketidakpastian. Hukum ini mencapai
titik puncaknya dalam pemerintahan Sultan Mehmet III pada 1595,
saat sembilan belas peti mati berisi jenazah saudara-saudaranya
diarak keluar istana. Terlepas dari ini semua, hukum pembunuhan
saudara gagal mencegah perang saudara: bersamaan dengan hukum
ini, para putra yang ketakutan lebih dahulu mencoba memberontak,
konsekuensi yang pada gilirannya justru menghantui Mehmet. Di
Konstantinopel, keadaan yang melatari kematian Ahmet Junior
mestinya menjadi kunci bagi warga untuk memahami karakter
Mehmet: sayang, tampaknya hal ini tidak terjadi.

63



4

Memotong Tenggorokan

Februari 1451 - November 1452

Bosporus adalah kunci untuk membuka dan menutup dua dunia, dua
lautan.

Pierre Gilles, ilmuwan Prancis abad ke-16

DI BARAT, berita kematian Murat disambut gembira. Di Venesia,
Roma, Genoa, dan Prancis orang-orang bersuka cita menerima
pendapat yang berasal dari sebuah surat seorang Italia bernama
Fransesco Filelfo kepada Raja Charles, Prancis, sebulan kemudian.
Surat itu menyatakan Mehmet muda adalah seorang raja yang
masih ingusan, belum berpengalaman, dan lugu. Mereka mungkin
tidak terlalu tertarik dengan kesimpulan Filelfo––sekaranglah
saatnya mengadakan operasi militer untuk mengusir orang Usmani,
“gerombolan budak yang gampang disuap” keluar dari Eropa demi
kebaikan semua. Hasrat untuk mengadakan perang salib kembali
terganjal oleh kenangan pertempuran berdarah di Varna pada

Rumeli Hisari

ROGER CROWLEY

1444. Raja-raja Eropa menyambut gembira berita naik takhtanya
Mehmet yang belum berpengalaman, walaupun sejauh ini sangat
berbahaya.

Mereka yang punya pengetahuan agak luas tentang Bangsa
Turki tentu tahu benar tentang hal ini. George Spharantzes, duta
yang paling dipercaya Konstantin, tengah menyeberangi Laut Hitam
setelah dari raja Georgia menuju kaisar Trebizond ketika Murat
mangkat. Dia sedang mengadakan diplomasi-diplomasi panjang.
Dia berusaha menemukan pasangan yang cocok bagi Konstantin
yang duda, sekaligus memperbaiki posisinya yang sedang terancam;
mencari kemungkinan lahirnya seorang penerus dan mengisi
pundi-pundinya dengan mas kawin. Di Trebizond, Kaisar John
Komnenos menyambutnya dengan riang dengan meminjam kata-
kata penobatan Mehmet: “Marilah kemari, Tuan Duta Besar; saya
punya kabar gembira untuk Anda dan Anda harus memberi ucapan
selamat kepada saya.” Tanggapan Sphrantzes cukup mengejutkan
kala itu: “Karena dilanda kesedihan, seakan saya baru diberitahu
tentang kematian orang yang saya kasihi, saya berdiri tanpa mam-
pu bicara. Akhirnya, dengan semangat yang hampir sirna, saya
pun berkata: ‘Tuanku, berita ini sama sekali tidak membawa ke-
gembiraan; sebaliknya, dia membawa kedukaan.’” Selanjutnya
Sphrantzes menjelaskan pengetahuannya tentang Mehmet––“dia
musuh orang Kristen sejak bayi” dan sedang bersiap menyerang
Konstantinopel. Selain itu, Konstantin saat itu tidak punya persedia-
an dana yang cukup sehingga dia perlu masa damai dan stabilitas
untuk memperbaiki keuangan kota.

Sekembalinya para duta besar ini ke Konstantinopel, mereka
segera diutus ke Edirne untuk melakukan penghormatan kepada
sultan muda dan mencari perlindungan. Mereka terkejut dengan
acara penyambutan yang menanti mereka. Mehmet memancarkan
kearifan dan kebijaksanaan yang begitu elok. Konon dia telah
bersumpah atas nama Nabi, al-Quran, “dan para malaikat bahwa
dia akan mengabdikan dirinya demi perdamaian kota dan kaisar
Konstantinopel selama hidupnya”. Dia bahkan memberikan pajak
tahunan yang berasal dari beberapa kota Yunani di lembah Struma
kepada orang Byzantium. Padahal secara hukum uang itu milik
Pangeran Orhan, salah seorang pangeran yang mengklaim dirinya

66

MEMOTONG TENGGOROKAN

berhak atas takhta Usmani. Uang itu adalah biaya untuk mengawasi
Orhan selama dia tertawan dalam kota.

Duta-duta besar yang datang kemudian juga diberikan jaminan
yang sama. Pada September, orang-orang Venesia, yang punya
kepentingan perdagangan di Edirne, memperbaharaui perjanjian
damai mereka dengan Mehmet. Sedangkan raja Serbia yang lalim,
George Brankovic, merasa lebih tenang karena putrinya, Mara,
yang dulu dinikahkan dengan Murat telah kembali ia menguasai
beberapa kota kembali. Sebagai gantinya Mehmet meminta bantuan
George untuk menjadi perantara perjanjian dengan orang Hungaria.
Tersebab pemimpinnya, John Hunyadi, menjadi ancaman paling
berbahaya bagi Mehmet dari pihak Kristen Eropa. Karena Hunyadi
juga ingin menghancurkan beberapa pemberontakan dalam
negerinya, dia menyepakati perjanjian damai selama tiga tahun
dengan senang hati. Utusan-utusan dari orang Genoa di Galata,
dari tuan-tuan tanah di Chios, Lesbos, dan Rhodes, dari Trebizond,
Wallachia, dan Ragusa, Dubrovnik juga mendapatkan perdamaian
demi kepentingan masing-masing. Pada musim gugur tahun 1451,
Barat mengira bahwa Mehmet berada di bawah kendali wazirnya
yang cinta damai, Halil Pasha, sepenuhnya dan tidak akan menjadi
ancaman bagi siapa pun––begitu pula dengan mereka yang berada
di Konstantinopel, baik bagi yang kurang waspada maupun yang
kurang berpengalaman seperti Sphrantzes. Mereka semua terlena.
Keadaan ini membuat raja-raja dan para penguasa di seluruh dunia
Kristen percaya semuanya baik-baik saja. Di sisi lain Mehmet sangat
hati-hati menggunakan kekuasaanya.

Bukan orang Kristen saja yang salah membaca kekuatan karakter
Mehmet. Pada musim gugur 1451, Bey biang kerok dari Karaman
berusaha merebut kembali wilayah-wilayah di Anatolia barat dari
kendali Usmani. Dia menduduki benteng, memulihkan kekuasaan
kepala-kepala suku lama, dan menyerang tanah kekuasaan Usmani.
Mehmet mengirim para jenderalnya untuk memadamkan pem-
berontakan ini dan mengakhiri perjanjian damainya di Edirne de-
ngan langsung turun tangan. Akibat dari semua ini sangat jelas.
Pemberontakan itu langsung dapat ditumpas dan Mehmet pun
kembali pulang. Di Bursa, dia menghadapi ujian lebih lanjut untuk
kekuatannya––kali ini datang dari pasukan Janisari-nya sendiri.

67

ROGER CROWLEY

“Berdiri berbaris dengan senjata lengkap di ke dua sisi jalan, mereka
berteriak kepadanya: ‘Ini operasi militer sultan kami yang pertama,
dan mestinya dia mengganjar kami dengan bonus yang sesuai.’”
Dalam situasi seperti ini dia terpaksa menyetujui permintaan
mereka; sepuluh kantong uang emas dibagi-bagikan kepada para
penuntut. Namun bagi Mehmet ini adalah ujian paling penting
tentang seberapa kuat keinginannya untuk menang. Beberapa hari
kemudian, dia mengumpulkan para jenderalnya, menyiksa mereka,
dan menyingkirkan mereka dari jabatan masing-masing; beberapa
pejabat tinggi juga dihukum. Ini adalah pemberontakan kedua
yang dihadapi Mehmet. Dan, jika ingin berhasil menaklukkan
Konstantinopel, dia harus memastikan kesetiaan tanpa syarat dari
pasukan Janisari-nya. Tak lama setelah itu, resimen Janisari ini
ditata ulang; dia menambah 7000 pasukan yang diambil dari pa-
sukan pengawal pribadinya dan menunjuk komandan baru.

Pada saat inilah Konstantin dan para penasihatnya mulai men-
jalankan rencana yang menunjukkan betapa minimnya pengetahuan
mereka tentang kepribadian Mehmet. Pangeran Orhan, satu-satu-
nya pihak yang bersikeras ingin merebut takhta Usmani, ditawan di
Konstantinopel. Dia diminta menahan pajak yang telah disepakati
dengan sultan pada musim panas sebelumnya. Orang Byzantium
mengirim utusan ke istana di Bursa dengan tuntutan yang tegas:

Kaisar Romawi tidak menerima upeti tahunan sebesar tiga ratus
ribu asper. Karena Orhan, pemimpin Anda masih menganggapnya
keturunan Usman, sekarang sudah tua. Setiap hari banyak yang
mengunjunginya. Mereka memanggilnya tuan dan pemimpin. Dia
sendiri tidak punya apa-apa untuk menggaji para pengikutnya, se-
hingga dia meminta bantuan Kaisar. Karena Kaisar tidak punya
cukup uang, dia tidak mampu memenuhi permintaan ini. Jadi, kami
mengajukan salah satu dari dua pilihan agar dipenuhi: gandakan
upah atau kami akan melepaskan Orhan.

Akibat dari permintaan bernada ancaman ini sangat gamblang––jika
sultan tak membayar, saingannya yang ingin merebut takhta akan
dilepaskan dan akan mengobarkan perang saudara di kerajaan.

68

MEMOTONG TENGGOROKAN

Sayang, taktik klasik ini sudah basi. Di sepanjang sejarah, meman-
faatkan perseteruan sebuah dinasti antara negara-negara yang ber-
saing menjadi kunci diplomasi Byzantium. Biasanya taktik ini di-
gunakan untuk mengatasi kelemahan militer. Taktik ini membuat
Byzantium terkenal karena kelicikan yang tiada bandingannya.
Orang Usmani pernah merasakan taktik ini di bawah pemerintahan
ayah Konstantin, Manuel II. Ketika itu dinasti Usmani nyaris runtuh
akibat perang saudara yang dipancing sang kaisar; sebuah periode
sejarah yang selalu Mehmet ingat dengan baik. Konstantin melihat
Orhan sebagai kartu truf, bahkan sebagai satu-satunya kartu yang
tersisa dan memutuskan untuk memainkannya. Namun di tengah
situasi saat itu, tindakan ini adalah kesalahan fatal––dan nyaris ti-
dak bisa dimengerti, mengingat di antara mereka terdapat seorang
diplomat berpengalaman, seperti Sphrantzes, yang sangat paham
politik istana Usmani. Nampaknya taktik ini didorong oleh keadaan
keuangan kekaisaran yang merosot ketimbang pertimbangan ma-
tang tentang bagaimana mengendalikan hura-hara yang terjadi.
Namun bagaimanapun juga, hal ini menjadi alasan kuat bagi Usmani
untuk merebut Konstantinopel. Peristiwa ini menjadi tawaran yang
penuh perhitungan untuk menghancurkan usaha Halil menciptakan
perdamaian––dan karena itu mengancam posisinya sebagai wazir.
Wazir tua ini pun meledak penuh amarah:

Kalian orang Yunani bodoh. Aku sudah muak dengan cara-cara
kalian yang licik dan berbelit-belit. Sultan yang lama adalah sahabat
baik hati dan penuh perhatian terhadap kalian. Sultan sekarang tidak
seperti itu. Jika Konstantin masih bisa menyembunyikan keculasan
dan kesombongannya, itu hanya karena Tuhan masih mengabaikan
rencana-rencana licik dan penuh tipu daya kalian. Kalian bodoh
sekali mengira dapat menakut-nakuti kami dengan khayalan
kalian. Dan itu terjadi ketika tinta di atas kertas perjanjian damai
kita baru saja mengering. Kami bukan anak-anak yang tidak punya
kekuatan dan akal. Jika kalian mengira dapat memulai sesuatu,
lakukan saja; bila kalian ingin menyatakan Orhan sebagai sultan
di Thrace, silakan; andai kalian ingin membawa orang Hungaria
menyeberangi Sungai Danube, biarlah mereka datang; Kalau ingin
memperbaiki tempat di mana kalian menderita kekalahan, cobalah

69

ROGER CROWLEY

lakukan rencana itu. Tapi satu hal yang harus kalian ketahui: kalian
tidak akan dapat maju selangkah pun. Kalian akan kehilangan hal
yang saat ini masih untung kalian miliki, walau sedikit.

Mehmet menerima kabar ini dengan raut muka tanpa ekspresi: dia
melepas para utusan itu dengan “perasaan yang tetap ramah” dan
berjanji memikirkan tawaran mereka masak-masak ketika ia kem-
bali ke Edirne. Konstantin memberinya alasan yang sangat kuat
untuk melanggar janjinya sendiri ketika saatnya tiba.

Dalam perjalanan ke Edirne, Mehmet sadar kalau dia tidak
mungkin menyeberang menuju Gallipoli sebagaimana direncanakan
semula. Wilayah Dardanella diblokade kapal-kapal Italia. Maka dia
memutar arah ke utara melewati selat-selat kecil Bosporus menuju
benteng Usmani di Anadolu Hisari––Istana Anatolia––yang dibangun
kakeknya, Bayazid, pada 1395 saat dia mengepung kota itu. Di
tempat ini jarak yang memisahkan Asia dari Eropa membentang
hanya sekitar 700 yard. Tempat itu merupakan daerah yang paling
baik untuk menyeberangi arus laut yang kuat dan berbahaya. Darius,
Raja Persia, 2.000 tahun silam mengetahui hal ini, sehingga dia bisa
menyeberangkan 700.000 pasukannya melewati jembatan kapal
menuju pertempuran. Ketika armada kecil Mehmet bolak-balik
menyeberangkan pasukannya menuju Eropa, pikirannya yang cerdas
mengamati Bosporus dan memperoleh beberapa kesimpulan. Selat-
selat ini melemahkan Usmani: tidak mungkin menjadi penguasa
dua benua jika penyeberangan antara keduanya tak aman; pada
saat yang sama, jika dia berhasil menemukan cara untuk menguasai
Bosporus, Mehmet dapat menahan pasokan bahan pangan dan bala
bantuan ke kota Konstantinopel yang datang dari koloni-koloni
Yunani di Laut Hitam serta dapat menarik pajak perjalanan dari
pelayaran yang melintas. Lalu muncullah gagasan membangun
benteng ke dua di sisi Eropa, di tanah orang Byzantium, untuk
mengamankan selat tersebut hingga “jalur kapal-kapal orang kafir
dapat dihadang”. Saat itu pula dia menyadari betapa mendesaknya
kebutuhan membangun sebuah armada angkatan laut untuk meng-
imbangi kehebatan maritim orang Kristen.

Ketika sampai di Edirne, dia langsung mengambil tindakan
untuk menanggapi ancaman Byzantium. Dia menyita pajak yang

70

MEMOTONG TENGGOROKAN

telah dikumpulkan dari kota-kota di Struma yang dimaksudkan
untuk membantu Orhan. Dia juga mengusir penduduknya yang ber-
kebangsaan Yunani. Mungkin Konstantin sudah merasakan tekanan
yang makin mendesak kota; dia mengirim utusan ke Italia pada
musim panas tahun 1451. Utusan itu singgah di koloni Venesia
di Crete terlebih dahulu, lalu ke Roma untuk mengirimkan pesan
kepada Paus. Besar kemungkinan, Konstantin masih berharap
bahwa serangan besar-besaran tetap akan dilakukan terhadap sultan
baru ini: tidak ada tanda-tanda keadaan darurat dalam pesan-pesan
yang dikirim ke negara-negara Italia ini.

Mendekati musim dingin, Mehmet sudah berada di Edirne dan
terus mengatur rencana. Dia dikelilingi sekelompok penasihat dari
Barat, terutama orang Italia, yang jadi teman diskusinya membahas
pahlawan-pahlawan klasik, Alexander dan Caesar, panutan utama-
nya untuk masa depan yang dia cita-citakan. Mengingat kerusakan
yang ditimbulkan pemberontakan yang terjadi di kalangan pasukan
Janisari di Bursa pada musim gugur sebelumnya, dia terus merombak
ketentaraan dan administrasi. Gubernur-gubernur baru ditunjuk
untuk mengepalai provinsi-provinsi tertentu, gaji pasukan penjaga
istana dinaikkan, dan dia mulai menyimpan cadangan persenjataan
dan bahan kebutuhan pokok. Di saat ini pula dia mulai menjalankan
program pembangunan galangan kapal. Pada saat yang sama ide
membangun istana baru mulai tergambar jelas dalam benaknya. Di
musim semi tahun itu, dia mengirim perintah ke setiap provinsi di
kerajaannya untuk menyediakan ribuan tenaga tukang batu, buruh,
dan ahli kapur. Dia juga merencanakan cara untuk mengumpulkan
dan mengangkut bahan-bahan bangunan ini––“bebatuan, kayu,
besi dan segala kebutuhan lain”… “untuk kebutuhan pembangunan
istana baru di Bukit Suci di atas kota”––di tempat reruntuhan bekas
Gereja St. Michael.

Berita tentang perintah ini menyebar dengan cepat ke
Konstantinopel dan koloni-koloni Yunani di Laut Hitam dan
Kepulauan Aegea. Rasa putus asa mulai menjangkiti penduduk;
ramalan kuno yang mengingatkan akan akhir dunia terbayang
kembali: “sekarang kamu bisa mendengar kabar buruk tentang
kehancuran bangsa kita. Hari-hari Anti-Kristus telah datang. Apa
yang akan terjadi pada kita? Apa yang harus kita lakukan?” Doa-

71

ROGER CROWLEY

doa dipanjatkan di setiap kebaktian di gereja-gereja kota. Pada
penghujung 1451, Konstantin kembali mengirim utusan ke Venesia
dengan berita yang lebih genting: sultan sedang mempersiapkan
serangan besar terhadap kota. Jika bantuan tak segera datang, kota
ini pasti jatuh. Senat orang-orang Venesia berkumpul mengadakan
pertemuan dan segera memberikan jawaban pada 14 Februari tahun
1542. Balasan itu sangat berhati-hati; mereka tidak mau main-main
dengan kepentingan perdagangan mereka di Kesultanan Usmani.
Mereka mengusulkan agar orang Byzantium bekerja sama dengan
negara-negara lain ketimbang hanya mengandalkan orang Venesia,
walaupun mereka memang berwenang mengirimkan bubuk mesiu
dan baju besi yang diminta Konstantin. Sementara itu Konstantin
tak punya pilihan lain kecuali mengirim utusan langsung kepada
Mehmet. Utusan-utusannya segera kembali turun perbukitan
Thrace untuk mengikuti audiensi lain. Mereka mengatakan bahwa
Mehmet telah melanggar perjanjian damai dengan membangun
istana baru ini tanpa minta izin terlebih dahulu. Padahal ketika
kakek buyutnya membangun istana di Anadolu Hisari, dia terlebih
dahulu minta izin pada kaisar, “seharusnya seorang putra meng-
hormati ayahnya”. Mehmet menanggapi hal ini dengan singkat
dan tegas: “seluruh isi kota memang miliknya; sedangkan segala
hal yang ada di luar paritnya bukan milik siapa-siapa. Jika aku
ingin membangun benteng di Bukit Suci, tidak ada yang dapat me-
larangku.” Dia mengingatkan orang Yunani akan berbagai usaha
orang Kristen menghalangi laju pasukan Usmani menguasai selat
dan menutupnya dengan gaya yang berterus terang: “Kembalilah
dan beritahu kaisarmu: ‘sultan yang sekarang berkuasa tidak seperti
para pendahulunya. Apa-apa yang tidak berhasil mereka raih dapat
dia capai dengan mudah dan sekaligus; apa-apa yang tidak ingin
mereka lakukan justru ingin dia lakukan dengan pasti. Jika ada
lagi utusan lain yang dikirim untuk misi seperti ini ke sini, akan di-
kuliti hidup-hidup.” Tidak ada lagi pesan yang lebih jelas dan tegas
dibanding ini.

Pertengahan bulan Maret, Mehmet berangkat dari Edirne un-
tuk mulai membangun istana barunya. Pertama-tama dia pergi ke
Gallipoli; dari sini dia mengirim enam kapal dengan armada perang
yang lebih kecil, “dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi

72

MEMOTONG TENGGOROKAN

pertempuran laut––jika keadaan memaksa,” dan enam belas kapal
tongkang yang mengangkut segala macam peralatan. Dia dan pa-
sukannya membawa armada ini ke lokasi yang telah dipilih. Seluruh
operasi ini berjalan dengan cara yang khas Mehmet. Kecerdasan
Mehmet dalam soal pengaturan logistik memastikan pasukan dan
bahan-bahan yang diperlukan diangkut sesuai perintah dan dalam
jumlah yang sangat banyak agar tugas pembangunan ini selesai
dalam tempo sesingkat mungkin. Para gubernur di provinsi di da-
ratan Eropa maupun Asia mengumpulkan penduduk yang kena
wajib militer dan mengirim mereka ke tempat ini. Pasukan besar
yang terdiri dari tukang ini––“tukang batu, tukang kayu, pandai besi
dan pembakar kapur, juga tukang lain yang dibutuhkan tanpa ke-
cuali, lengkap dengan kapak, sekop, cangkul, beliung, dan alat-alat
besi lain”––tiba di lokasi untuk memulai pekerjaan. Bahan-bahan
bangunan diseberangkan melintasi selat dengan kapal tongkang:
kapur yang telah dibakar, batu-batu dari Anatolia, kayu-kayu dari
hutan Laut Hitam dan Izmir, sementara kapal-kapal perangnya
berlayar ke luar selat. Mehmet sendiri mengawasi pekerjaan ini
secara langsung di atas kudanya dan selalu bersama para arsiteknya,
terdiri dari orang Islam dan orang Kristen yang telah masuk Islam,
dalam merencanakan setiap rincian bangunan: “jarak antara menara
luar dengan menara-menara kecil di tengah, gerbang, dan segala hal
lain dia rancang dengan hati-hati dalam kepalanya.” Kemungkinan
besar dia merancang istana ini selama musim dingin di Edirne. Dia
mengawasi proses pembangunan fondamen dan sendi-sendinya.
Biri-biri disembelih dan darahnya dicampur kapur dan adukan
semen sebagai lapisan pertama dinding sebagai syarat nasib mujur.
Mehmet percaya takhayul dan sangat dipengaruhi ilmu nujum,
bahkan ada yang menyatakan bentuk istana ini berasal dari tradisi
Kabalis; bentuk bangunan ini adalah campuran dari huruf-huruf
Arab yang membentuk nama Nabi Muhammad dan nama Mehmet
sendiri. Namun besar kemungkinan kalau bentuk bangunan ini
ditentukan sifat tanah pantai Bosporus yang curam dan terjal,
terdiri dari “kurva-kurva yang berjalinan, tanjung-tanjung yang
penuh hutan, dan teluk serta tikungan yang berkelok-kelok” dan
memanjang setinggi dua ratus kaki dari pantai sampai ke puncak
lokasi pembangunan.

73

ROGER CROWLEY

Pekerjaan ini dimulai pada Sabtu, 15 April, dan diatur sedemikian
rupa dalam sistem kerja penuh persaingan yang didasarkan pada
ciri kepemimpinan khas Mehmet, perpaduan antara ancaman
dan imbalan. Pekerjaan ini melibatkan seluruh kekuatan yang
ada, dari wazir tertinggi sampai tukang angkut kapur. Struktur
bangunan ini terdiri dari empat sisi, dengan tiga buah menara
besar di titik-titik utamanya yang terhubung oleh tembok besar.
Sementara menara keempat, yang lebih kecil, berada di sudut barat
daya. Tanggung jawab pembangunan––dan pendanaan––menara-
menara luar diberikan kepada empat orang wazir: Halil, Zaganos,
Shihabettin, dan Saruja. Mereka didorong untuk bersaing dalam
kecepatan pembangunan bagian masing-masing, yang membuat
persaingan kekuatan internal dalam istana makin terasa. Sedangkan
pengawasan langsung sultan yang keras dan “tidak pernah santai”
dalam mengamati pekerjaan mereka adalah pemacu pekerjaan yang
sangat kuat. Mehmet sendiri bertanggung jawab atas pembangunan
tembok-tembok penghubung dan menara-menara kecil. Sebanyak
lebih dari 6000 orang tenaga kerja, yang terdiri dari 2000 tukang
batu dan 4000 pembantu mereka, serta tenaga pelengkap lain,
dibagi dengan hati-hati berdasarkan aturan militer. Setiap tukang
batu diserahi dua orang pembantu, yang berada di sisi kanan
dan kirinya, dan bertanggung jawab membangun tembok dalam
ukuran tertentu per hari. Disiplin ditegakkan oleh sepasukan kadi
(hakim) yang dikumpulkan dari seluruh penjuru kerajaan. Mereka
berhak menjatuhkan hukuman mati. Dukungan dan perlindungan
militer disediakan detasemen tentara dalam jumlah besar. Pada
saat yang bersamaan, Mehmet “secara terbuka mengumumkan
imbalan terbaik kepada siapa saja yang dapat menyelesaikan pe-
kerjaan paling cepat dan memuaskan.” Dalam suasana penuh per-
saingan sekaligus ketakutan ini, menurut Doukas, bahkan para
bangsawan pun menyemangati buruh mereka dengan terpaksa
turun tangan langsung mengantarkan batu dan kapur ke tukang
kapur yang berpeluh. Suasana pembangunan ini mirip perpaduan
antara pemugaran sebuah kota kecil dengan pembangunan sebuah
bangunan maha besar. Ribuan tenda tiba-tiba bermunculan di
dekat reruntuhan desa Yunani di Asomaton; perahu bolak-balik
menyeberangi arus teluk yang bergelombang; asap mengepul dari
tungku-tungku pembakaran kapur; palu-palu memecah bebatuan di

74

MEMOTONG TENGGOROKAN

tengah udara yang panas; panggilan dan perintah saling bersahutan.
Pekerjaan berlangsung hampir sepanjang waktu, obor menyala
sampai larut malam. Tembok-tembok, yang dilindungi perancah
kayu, menjulang dengan cepat. Di sekitar tempat itu, musim semi
mulai turun di sekitar Bosporus: lereng-lereng yang dipenuhi pohon
wisteria dan Judas mulai bersemi; pohon berangan mulai berbunga
bagaikan bintang; pada malam hari, cahaya bulan menerpa per-
mukaan teluk yang kelap-kelip, seperti kunang-kunang yang ber-
nyanyi di pohon cemara.

Di kota konstantinopel, penduduk menyaksikan semua persiapan itu
dengan kesadaran yang kian meningkat. Orang Yunani dikejutkan
oleh kemunculan tiba-tiba armada Usmani yang selama ini tidak
dikenal di teluk. Dari atap St. Sophia dan puncak Sphendone,
bagian ujung sebelah selatan Hippodrome yang masih tersisa,
mereka bisa melihat kesibukan yang terjadi enam mil ke arah hulu.
Konstantin dan para penasihatnya telah kehabisan akal untuk me-
nanggapi hal ini. Tapi Mehmet terus melanjutkan pekerjaannya
untuk memancing reaksi. Sejak awal proyek pembangunan, para
pekerja Usmani menjarah reruntuhan biara dan gereja di sekitar
istana untuk dijadikan bahan bangunan. Padahal, penduduk desa
Yunani yang hidup di sekitarnya dan warga kota masih menganggap
tempat itu sebagai tempat suci. Pada saat yang bersamaan, prajurit
dan para tukang Usmani mulai menjarah ladang mereka. Ketika
musim panas tiba dan ladang mereka siap dipanen, tindakan-
tindakan provokasi ini mencapai titik puncaknya. Para tukang
sedang memindahkan pilar-pilar dari bekas Gereja St. Micheal
Malaikat Tertinggi ketika penduduk kota mencoba menghalangi
mereka: mereka ditangkap dan dibunuh. Jika niat Mehmet adalah
memancing Konstantin untuk keluar berperang, dia gagal. Kaisar
itu barangkali memang sedang merencanakan serangan dadakan,
namun dia disarankan untuk mengurungkan niatnya. Alih-alih, dia
berusaha meredakan situasi dengan mengusulkan bahwa dia akan
mengirim bahan makanan bagi para pekerja agar mereka tidak
merampok panen orang Yunani. Mehmet menanggapi tawaran ini
dengan menyuruh orangnya melepaskan hewan gembalaan mereka
ke ladang-ladang, sembari memerintahkan orang Yunani untuk

75

ROGER CROWLEY

tidak mengusirnya. Akhirnya, para petani yang tidak tahan lagi
menyaksikan ladang mereka dijarah, mengusir hewan-hewan itu.
Pembantaian pun terjadi setelah itu dengan korban berjatuhan
di kedua belah pihak. Mehmet memerintahkan komandannya,
Kara Bey, untuk menghukum penduduk yang mempertahankan
desa mereka. Hari berikutnya satu detasemen pasukan kavaleri
mengejutkan para petani yang sedang memanen ladang. Dan me-
mancung mereka semua.

Ketika Konstantin mendengar pembantaian ini, dia menutup
gerbang kota dan menawan seluruh orang Usmani yang ada dalam
kota. Di antara tawanan ini terdapat beberapa kasim muda Mehmet
yang sedang mengunjungi kota itu. Di hari ketiga penawanan,
mereka menuntut agar Konstantin membebaskan mereka dan
mengatakan bahwa tuan mereka akan sangat marah jika mereka
tidak kembali. Mereka memohon agar langsung dibebaskan atau
dihukum mati. Mereka sadar, jika terlambat bebas mereka pun
akan menemui ajal di tangan sultan. Konstantin merasa iba dan
membebaskan mereka. Dia pun kembali mengirim utusan kepada
sultan yang berisi kepasrahan sekaligus tantangan:

Karena Anda memilih perang ketimbang perdamaian dan saya tidak
akan bisa mengajak Anda berdamai, baik dengan sumpah maupun
permohonan, maka ikutilah keinginan Anda. Saya berlindung pada
Tuhan. Jika Dia memutuskan untuk menyerahkan kota ini kepada
Anda, siapa yang dapat menentang atau mencegah-Nya? Jika Dia
menanamkan perdamaian dalam hati Anda, dengan senang hati saya
akan menyepakatinya. Untuk saat ini, karena Anda telah melanggar
perjanjian damai yang saya pegang dengan sumpah, maka biarlah
perjanjian itu batal. Saya pun akan menutup gerbang-gerbang kota.
Saya akan berperang demi warga dengan kekuatan saya. Anda dapat
terus menggunakan kekuatan Anda sampai Hakim yang sesungguh-
nya memutuskan hukuman yang layak buat kita masing-masing.

Pesan ini adalah pernyataan sikap Konstantin yang sangat jelas.
Mehmet kemudian menghukum mati utusan dan mengirim balasan
yang kasar: “Serahkan kota atau siap-siaplah berperang.” Satu
detasemen pasukan Usmani dikirim untuk menyapu wilayah di luar

76

MEMOTONG TENGGOROKAN

Pembangunan Kembali Rumeli Kisari, Penggorok Tenggorokan

tembok kota dan membawa pulang tawanan. Namun Konstantin
telah memindahkan penduduk di desa-desa di sekitar tembok ke
dalam kota beserta hasil panen mereka. Para penulis sejarah Usmani
juga mencatat bahwa Konstantin berusaha menyogok Halil agar
mau berdamai. Tapi sepertinya kisah ini hanya propaganda yang
disebarkan lawan politik sang wazir. Dari pertengahan musim
panas, gerbang-gerbang kota terus tertutup. Kedua kubu sudah
siap perang.

Pada Selasa 31 Agustus 1452, istana baru Mehmet selesai
dibangun, empat setengah bulan sejak batu pertama diletakkan.
Benteng ini sangat besar, “tidak terlihat sebagai sebuah istana,” kata
Kritovoulos, “tapi lebih menyerupai kota kecil”, dan mendominasi
lautan. Orang Usmani menyebutnya Bogaz Kesen, Pemotong Teluk
atau Pemotong Tenggorokan, walaupun dalam perjalanan waktu dia
lebih dikenal sebagai istana Eropa, Rumeli Hisari. Dengan struktur
segitiga dan empat menara besar serta tiga belas menara kecilnya,
tembok pelindungnya setebal dua puluh dua kaki dan setinggi lima
puluh kaki, dan menaranya beratap genteng dari timah istana ter-
sebut merupakan bangunan termegah pada masa itu. Kemampuan
Mehmet dalam mengatur dan menyelesaikan proyek luar biasa ini
dalam waktu yang sangat singkat terus mencengangkan musuh-
musuhnya selama beberapa bulan kemudian.

77

ROGER CROWLEY

Pada 28 Agustus, Mehmet berkuda mengitari kawasan ujung
Golden Horn bersama pasukannya dan berkemah di luar tembok
kota yang menghadangnya dengan kokoh. Selama tiga hari berturut-
turut dia menyelidiki pertahanan kota ini dan keadaan sekitarnya
secara rinci. Ia juga membuat catatan dan sketsa gambar serta
menganalisis potensi kelemahan pertahanannya. Pada 1 September,
ketika musim gugur tiba, ia kembali ke Edirne dengan rasa puas
atas hasil jerih payahnya selama musim panas. Armadanya berlayar
kembali ke pangkalannya di Gallipoli. Pemotong Tenggorokan
dijaga 400 prajurit di bawah komando Firuz Bey. Ia ditugaskan
untuk memungut pajak setiap kapal yang datang atau pergi me-
lintasi teluk. Untuk menambah kekuatan ancaman ini, beberapa
meriam dibuat dan dihela ke tempat ini. Meriam-meriam kecil
dipasang di bagian atas dinding kastil. Tapi sejumlah meriam yang
“bagai naga dengan leher berapi,” dipasang di balik dinding kastil.
Meriam ini mencorong ke berbagai arah sehingga mencakup ruang
tembak yang luas, mampu melontarkan batu besar seberat 600 pon
dan akan melayang pelan melintasi permukaan air laut menyasar
lambung kapal yang lewat, tak ubahnya batu yang dilemparkan di
atas permukaan kolam. Meriam ini juga diimbangi meriam lain
yang ada di kastil di seberang, sehingga “bahkan seekor burung
pun tidak bisa melintas dari Mediterania ke Laut Hitam”. Jadi,
tidak satu kapal pun bisa datang ke atau pergi dari Laut Hitam yang
luput dari pengawasan, baik siang maupun malam. “Dalam hal ini,”
tulis penulis sejarah Usmani, Sa'duddin, “Padishah, benteng dunia,
memblokade teluk, menghadang lalu lintas kapal-kapal musuh,
membakar jantung kaisar yang buta hatinya.”

Sementara di dalam kota, Konstantin mengumpulkan seluruh
kekuatan untuk menghadapi perang yang tampaknya tak ter-
hindarkan lagi. Dia mengirim utusan ke Barat dengan pesan yang
lebih genting. Dia berkirim pesan kepada saudara-saudaranya di
Morea, Thomas dan Demetrios, meminta mereka pulang saat
itu juga ke kota. Dia menjanjikan tanah bagi siapa pun yang ber-
sedia memberikan bantuan: kepada Hunyadi di Hungaria, dia me-
nawarkan daerah Selymbria atau Mesembria di Laut Hitam, Pulau
Lemnos kepada Alfonso penguasa Aragon dan Naples. Dia me-
minta bantuan kepada orang-orang Genoa di Chios, kepada orang

78

MEMOTONG TENGGOROKAN

Dubrovnik, Venesia, dan tentu saja kepada Paus. Bantuan praktis
tampaknya sulit datang. Tapi penguasa Kristen di Eropa mau tak
mau harus menyadari bahwa bayangan gelap sedang menyelimuti
Konstantinopel. Pesan diplomasi berlalu-lalang. Paus Nicholas
membujuk Kaisar Romawi Suci Frederick III agar mengirimkan
ancaman keras namun kosong kepada sultan pada bulan Maret.
Alfonso dari Naples mengirim sebuah armada kecil berisi sepuluh
kapal ke Aegea, tapi kemudian menariknya kembali. Banyak orang
terganggu dengan ancaman terhadap koloni mereka di Galata dan di
Laut Hitam, namun mereka tak mampu memberikan bantuan nyata;
alih-alih mereka memerintahkan podesta (wali kota) Galata untuk
mengadakan kesepakatan terbaik dengan Mehmet seandainya kota
itu jatuh. Senat Venesia juga memerintahkan hal serupa kepada para
komandan mereka di Mediterania timur: mereka harus melindungi
orang Kristen sembari tidak melawan orang Turki. Mereka sudah
tahu kalau Mehmet mengancam perdagangan mereka di Laut
Hitam jauh sebelum Pemotong Tenggorokan selesai dibangun; ke-
mudian, mata-mata mereka mengirimkan sketsa rinci tentang an-
caman benteng dan persenjataannya. Hasilnya kian tampak jelas:
pemungutan suara yang diadakan di Senat pada bulan Agustus
untuk membiarkan Konstantinopel menerima takdirnya sendiri
sebenarnya dapat dibatalkan dengan mudah, tapi kesimpulan dari
hal ini tidak melahirkan tanggapan yang berarti.

Kembali ke Edirne, Mehmet sudah memperkirakan, atau setidak-
nya sudah mendengar kabar, Konstantin akan meminta bantuan
kepada saudara-saudaranya di Morea––dia pun segera menghabisi
mereka. Pada Oktober 1452, dia memerintahkan jenderal seniornya,
Turahan Bey, untuk bergerak ke Peloponnesia dan menyerang
Demetrios dan Thomas. Dia kemudian membumihanguskan pedesa-
an, merangsek jauh ke selatan dan menutup kemungkinan bantuan
untuk Konstantinopel. Sementara itu pasokan bahan pangan dari
Laut Hitam mulai terhenti. Utusan baru pun kembali dikirim ke
Venesia pada musim gugur. Jawaban Senat pada 16 November
sama membingungkannya dengan jawaban sebelumnya. Tapi orang
Venesia harus segera mengalihkan perhatian pada peristiwa yang
terjadi di timur.

79

ROGER CROWLEY

Sejak bulan November, nakhoda kapal-kapal Italia yang harus
berlayar antara Laut Hitam dan Mediterania kebingungan meng-
hadapi pilihan apakah tunduk pada aturan Mehmet untuk mem-
bayar pajak ketika melewati Pemotong Tenggorokan atau meng-
abaikannya dan siap menanggung segala akibat. Arus selat yang
kuat ini memungkinkan kapal-kapal berlayar cepat ke muara dan
berpeluang melewati pos penjagaan sebelum hancur di atas per-
mukaan laut karena dihujani peluru meriam. Pada 26 November,
seorang nakhoda Venesia, Antonio Rizzo, datang ke Bosporus dari
Laut Hitam membawa pasokan bahan makanan untuk kota. Ketika
mendekati kastil, dia memutuskan mengambil risiko. Mengabaikan
teriakan peringatan dari menara pengawas yang memintanya me-
nurunkan jangkar, Rizzo terus berlayar. Berondongan tembakan
peluru pun melayang rendah di atas permukaan air, dan sebuah
batu besar menghantam lambung kapalnya. Menghancurkannya.
Sang nakhoda dan tiga puluh orang kelasi berhasil selamat dengan
perahu kecil menuju pantai, lalu ditangkap. Mereka dirantai dan
diarak untuk menghadapi kemarahan Sultan yang berada di kota
Didimotkon dekat Edirne. Ketika mereka dimasukkan ke dalam
tahanan, utusan Venesia di Konstantinopel bergegas menuju
istana sultan memohon agar para pelaut ini tetap hidup. Tapi dia
telat. Mehmet telah memutuskan untuk memberi pelajaran bagi
orang Venesia. Sebagian besar pelaut ini dipancung; Rizzo sendiri
ditusuk “dengan besi lewat anusnya”. Seluruh mayat ini dibiar-
kan membusuk di luar tembok kota sebagai peringatan bagi pem-
bangkang. “Saya melihatnya beberapa hari kemudian, ketika saya
pergi ke sana,” kenang penulis sejarah Yunani, Doulkas. Beberapa
pelaut dikembalikan ke Konstantinopel untuk memastikan berita
tentang hukuman ini sampai ke kota. Masih ada seorang pelaut lagi
yang selamat: Mehmet tertarik dengan putra pelayan Rizzo dan me-
masukkan bocah ini ke dalam seraglio (harem).

Kebiadaban yang dipertontonkan ini menimbulkan akibat yang
diharapkan. Kejadian ini sekonyong-konyong memancing kepanikan
penduduk Konstantinopel. Sementara itu, meski Konstantin sudah
mengirim utusan, namun tanda-tanda akan datangnya bantuan
dari Barat belum juga muncul. Hanya Paus yang dapat berdiri di
atas kepentingan kubu-kubu pedagang Eropa, permusuhan, dan pe-

80

MEMOTONG TENGGOROKAN

perangan antardinasti dan meminta bantuan atas nama negeri-negeri
Kristen. Namun kepausan sendiri juga terlibat perseteruan keras
kepala dan panjang dengan Gereja Ortodoks sehingga menutup
segala kemungkinan tadi. Semua itu merusak peluang Konstantin
untuk menyusun pertahanan yang efektif.

81



5

Gereja Kelam

November 1452 - Februari 1453

Sebuah negeri lebih baik berada di bawah kekuasaan Islam ketimbang
diperintah orang Kristen yang menampik hak-hak Gereja Katolik
Paus Gregorius VII, 1073

Larilah dari para penyembah Paus seperti kamu lari dari ular atau dari
kobaran api.

St. Mark Eugenicus, teolog Kristen Ortodoks Yunani abad ke-15

SUMBER utama berbagai kendala yang dihadapi Konstantin dalam
mengumpulkan bantuan dari Barat dan mengorganisasi pertahanan
kotanya adalah peristiwa dramatis yang terjadi pada suatu hari
di musim panas empat ratus tahun sebelumnya––walaupun sebab
kejadian itu jauh lebih tua lagi.

Pada 16 Juli 1054, sekitar pukul tiga sore, saat para pendeta mem-
persiapkan ibadah sore di St. Sophia, tiga orang pendeta utama,

Gereja St. Sophia

ROGER CROWLEY

mengenakan jubah resmi, memasuki gereja melewati salah satu
pintu barat dan melangkah mantap menuju altar. Jamaah memper-
hatikan ketiganya. Mereka adalah kardinal Gereja Katolik Roma
yang diutus Paus untuk menyelesaikan perseteruan teologis dengan
saudara-saudara mereka di Timur. Rombongan ini dipimpin seorang
Humbert dari Mourmoutiers. Mereka pernah berkunjung ke kota
ini. Namun sore itu, setelah melewati negosiasi panjang dan tak
berkesudahan, mereka kehilangan kesabaran dan datang untuk
mengambil keputusan tegas. Humbert membawa sebuah dokumen
yang isinya akan memecah belah kesatuan umat Kristen. Maju ke
altar, dia meletakkan dokumen bualan tentang pengucilan di altar
utama, berbalik dengan anggun, lalu keluar.

Ketika rombongan Kardinal dengan kerah kaku ini melangkah
kembali ke bawah cahaya matahari musim panas yang cerah, dia
mengibaskan debu dari kakinya sambil berkata: “Sekarang, biar
Tuhan yang memulai dan memutuskan.” Salah seorang diakon
berlari ke jalan mengejar Humbert, memberikan dokumen tadi dan
memohon agar dia membawanya lagi. Humbert menolak dan terus
melangkah:meninggalkan dokumen tersebut tergeletak di jalan
berdebu. Dua hari kemudian kardinal-kardinal itu berlayar kembali
ke Roma; kerusuhan agama meletus di jalanan dan hanya bisa di-
hentikan dengan mengumumkan anathema (kutukan) terhadap
delegasi paus; dokumen yang menghebohkan itu kemudian dibakar.
Peristiwa ini merupakan tonggak proses yang di dalam sejarah di-
kenal sebagai Pertentangan Besar (the Great Schism). Kejadian ini
meninggalkan luka sangat dalam bagi Kekristenanan––kutukan ini
terus berlangsung hingga 1965, tapi bekas lukanya masih tersisa.
Bagi Konstantin, pada musim dingin tahun 1452, bekas luka itu
melahirkan masalah besar.

Sebenarnya peristiwa hari itu hanyalah puncak dari proses pan-
jang perceraian dua bentuk peribadatan yang telah menggalang
kekuatan masing-masing selama beratus-ratus tahun. Perbedaan
budaya, politik dan ekonomi merupakan muara perceraian ter-
sebut. Di Timur, mereka beribadah menggunakan bahasa Yunani,
sementara di Barat dengan bahasa Latin; mereka juga berbeda
dalam soal tata cara peribadatan, organisasi gereja, dan tak satu
suara tentang peran seorang paus. Lebih jauh lagi, orang Byzantium

84

GEREJA KELAM

menganggap tetangga mereka yang ada di Barat sebagai orang
barbar yang kasar; bagi orang Barat, orang Byzantium lebih mirip
Muslim yang berdiam di daerah perbatasan ketimbang orang Frank
di seberang laut.

Namun ada dua isu pokok dalam perseteruan ini. Para pemeluk
Kristen Ortodoks mengakui bahwa paus menempati posisi khusus
di antara para patriark gereja, tapi mereka terganggu dengan per-
nyataan yang disampaikan Paus Nicholas tahun 865 bahwa jabat-
annya dianugerahi otoritas atas “seluruh penjuru bumi, yaitu, atas
seluruh gereja”. Mereka memandang pernyataan ini sebagai ke-
sombongan autokrat.

Sedangkan isu kedua cenderung bersifat doktrin. Keputusan
pengucilan dikeluarkan untuk Gereja Timur karena menghilangkan
sebuah kata dari kredo––masalah ini sangat penting bagi penduduk
Byzantium yang hidup dalam alam yang sangat teologis. Kata yang
sepintas lalu tak penting, dalam bahasa Latin berbunyi filioque, “dan
dari Putra”, ternyata sangat bermakna. Kalau dalam Kredo Nicene
asli berbunyi: “Aku percaya…pada Roh Kudus, Tuhan, Pemberi
Kehidupan, yang muncul dari Bapa, yang bersama Bapa dan Putra
disembah dan dimuliakan,” maka Gereja Barat memberi kata
tambahan “filioque” sehingga kredo ini berbunyi “yang muncul dari
Bapa dan dari Putra”. Pada masa itu Gereja Roma mulai menuduh
Gereja Ortodoks telah melakukan kesalahan karena menghilangkan
kata tersebut. Sebagai balasannya, Gereja Ortodoks menyatakan
bahwa secara teologis penambahan kata itu salah; Roh Kudus hanya
muncul dari Bapa, sehingga penambahan nama Putra adalah bidah.
Masalah seperti inilah akar huru-hara di Konstantinopel.

Seiring waktu, perpecahan ini kian meruncing, meski usaha
penyelesaian tetap dilakukan. Penjarahan Konstantinopel oleh
tentara salib “Kristen” pada 1204, yang dinyatakan Paus Innocent
III sebagai “contoh hukuman dan pekerjaan kegelapan,” menambah
kebudayaan-dendam terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan Barat; kekuatan saudagar negara-negara Italia yang tumbuh
atas biaya Byzantium adalah hasil langsung dari perampasan ini.
Pada 1340, Baalaam dari Calabria mengatakan kepada Paus Benedict
XII bahwa, “Yang membuat hati orang Yunani berpaling dari Anda
bukanlah perbedaan dogma, melainkan kebencian terhadap orang

85


Click to View FlipBook Version