Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
c. Penerapan (application)
2. Tingkat yang lebih tinggi
a. Analisis (analysis)
b. Sintesis (synthesis)
c. Evaluasi (evaluation)
Menurut Sardiyo (2006:34) contoh pertanyaan atau tes yang dapat mengungkap
kemampuan pada aspek kognitif sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Evaluasi ini hanya mengungkap tentang fakta, definisi, pengertian dan sejenisnya.
Jadi, siswa hanya dituntut untuk mengingkat kembali apa yang telah dipelajari.
Contoh pertanyaannya sebagai berikut:
a. Di manakah terdapat tambang timah di Indonesia?
b. Siapakah presiden pertama Negara RI?
c. Apakah nama ibukota provinsi Kalimantan Tengah?
Jawaban untuk pertanyaan di atas dapat singkat atau memerlukan keterangan atau
penjelasan singkat. Kata-kata yang sering dipakai untuk evaluasi yang mengungkap
pengetahuan antara lain Apa? Siapa? Dimana? Kapan? Sebutkan?
2. Pemahaman (comprehension)
Evaluasi ini menuntut siswa untuk memahami atau mengerti apa yang telah
dipelajari. Siswa dituntut dapat menjelaskan apa yang telah dipelajari dengan kalimatnya
sendiri. Dia tidak sekedar dapat mengingat dan menghafal informasi yang telah diperoleh,
tetapi dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut. Termasuk dapat
menafsirkan gambaran, grafik, bagan, dan lain-lain dengan kata-katanya sendiri.
Kata-kata yang sering dipakai untuk evaluasi (pertanyaan) yang mengungkap
pemahaman antara lain: Mengapa? Jelaskan? Uraikan! Berilah ulasan singkat!
Bandingkan!
Contoh:
a. Mengapa pulau Jawa padat penduduknya?
b. Jelaskan secara singkat mengapa di Indonesia agama Islam mula-mula berkembang di
daerah pantai?
Roso Sugiyanto, M.Pd | 46
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
3. Penerapan (Application)
Pada penerapan, siswa dapat menggunakan informasi yang diterima untuk
memecahkan sesuatu masalah. Dengan menggunakan konsep, prinsip, aturan, hukum atau
proses yang telah dipelajari sebelumnya, siswa diharapkan dapat menentukan jawaban
yang benar terhadap pertanyaan yang diajukan.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkap penerapan (application)
adalah: Demonstrasikan! Tunjukkanlah! Klasifisikasikan! Carilah hubungan! Tuliskan!
Gambarkan!
Contoh
a. Demonstrasikan terjadinya gerhana matahari dengan 3 bola yang ukurannya berbeda!
b. Tunjukkanlah letak kota Pangkalan Bun pada peta pulau Kalimantan!
4. Analisis (Analysis)
Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis bahkan
menciptakan sesuatu yang baru. Untuk menjawab pertanyaan analisis, siswa harus
mampu menguraikan sebab, motif atau mampu mengadakan deduktif (dari suatu
generalisasi hal umum dicari faktanya ke hal yang khusus). Oleh karena itu, pertanyaan
analisis memiliki berbagai alternatif.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkap analisis adalah: Sebutkan
bukti-bukti! Tunjukkan sebab-sebabnya! Analisislah! Berilah alasan!
Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat dalam proses kognitif, yaitu:
a. Menguraikan alasan atau sebab-sebab suatu kejadian. Contoh: faktor-faktor apakah
yang menyebabkan terjadinya urbanisasi?
b. Mempertimbangkan dan menganalisis informasi agar dapat menyimpulkan informasi
yang diterima. Contoh: berdasarkan data yang ada, kebanyakan pengangguran adalah
penduduk desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Bagaimana cara
mengatasinya?
c. Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang menunjang
atau bahkan menyangkal kesimpulan. Contohnya: bukti-bukti apakah yang dapat
dikumpulkan bahwa film barat kurang cocok bagi kepribadian timur?
Roso Sugiyanto, M.Pd | 47
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
5. Sintesis (Synthesis)
Pertanyaan yang mengungkap sintesis menuntut siswa berpikir orisinal, kreatif,
dan berpikir induktif (mengambil kesimpulan dari berbagai faktor atau fakta).
Jenis pertanyaan sintesis dapat berbentuk seperti berikut ini.
a. Membuat prediksi atau peramalan atau perkiraan. Contoh: apa dampak yang mungkin
terjadi jika pantai utara Jawa Barat dijadikan daerah pemukiman?
b. Mengungkapkan ide dan menghasilkan pemikiran yang orisinal. Contoh: bagaimana
tindakan Anda jika perahu yang Anda tumpangi terdampar pada suatu pulau yang
tidak berpenduduk?
c. Memecahkan masalah. Contoh: apa yang harus kita lakukan agar masyarakat menaati
peraturan lalu lintas?
6. Penilaian (evaluation)
Evaluasi yang mengungkap penilaian menuntut siswa untuk melakukan kegiatan
berpikir yang paling tinggi. Evaluasi dapat dilakukan apabila pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis dan sintesis dapat dikuasai dengan baik. Pertanyaan yang mengungkap
evaluasi menuntut adanya standar atau kriteria yang jelas.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkap evaluasi adalah: Berilah
pendapat bahwa … Bandingkan! Bedakanlah! Berilah alasan! Berilah kritik! Alternatif
mana yang lebih baik? Setujukah Anda! Menurut pendapat Anda, apakah benar? Cara
manakah yang dapat dipilih?
Pertanyaan yang mengungkap evaluasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat.
b. Pertanyaan yang memberikan penilaian terhadap suatu ide
c. Pertanyaan yang meminta siswa untuk memecahkan masalah
d. Pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya terbaik
F. Merancang dan Menyusun Alat Evaluasi Nilai dan Sikap Sosial
Nilai dan sikap sosial terjadi apabila ada interaksi sosial antara seseorang dengan
orang lain, dengan kelompok atau antarkelompok. Untuk dapat terjadi interaksi sosial, harus
ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk
sebagai berikut
Roso Sugiyanto, M.Pd | 48
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
1. Antara Orang Per Orang
2. Antara Orang Per Orang dengan Kelompok Masyarakat
3. Antara Kelompok dengan Kelompok
Contohnya kisi-kisi soal sebagai berikut:
1. Dengan bekerja sama dengan adiknya membersihkan halaman rumah, Doni dapat
menghargai kedua adiknya yang bekerja dengan baik.
2. Dengan bekerja sama dengan ibunya yang mengajar memasak, tuti dan adiknya dapat
menghargai ibunya yang pintar memasak dan sabar.
Dari kisi-kisi tersebut dikembangkan pertanyaan sebagai berikut:
1. Membersihkan halaman rumah dikerjakan oleh Doni, Tuti dan Adiknya. Kebersihan
halaman rumah tentukan oleh………….
a. Doni yang membersihkan halaman depan rumah.
b. Tuti dan adinya yang membersihan halaman samping rumah.
c. Ketiga anak tersebut, masing-masing memberi sumbangan terhadap kebersihan
halaman rumah.
d. Kebersihan halaman rumah hanya ditentukan oleh Doni
Jawaban yang paling benar adalah c
2. Belajar memasak dilakukan oleh Tuti dan adiknya, dibimbing oleh ibunya yang pandai
memasak dan sabar. Keberhasilan belajar memasak ditentukan oleh………..
a. Ibunya yang pandai memasak dan sabar.
b. Tuti yang serius belajar memasak.
c. Adik Tuti yang serius belajar memasak.
d. Tuti dan adiknya yang serius serta ibunya yang pandai memasak dan sabar
Jawaban yang paling benar adalah d
Alat yang tepat untuk mengukur nilai dan sikap sosial ranah afektif selain daftar
pertanyaan adalah berupa skala penilaian, daftar cek, laporan pribadi, wawancara. Namun,
alat evaluasi tersebut masih merupakan hal baru bagi siswa SD.
G. Merancang dan Menyusun Alat Evaluasi Keterampilan IPS
Keterampilan-keterampilan IPS adalah beberapa kemampuan baik fisik maupun
mental di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Conny Semiawan dalam Sardiyo (2006:34)
Roso Sugiyanto, M.Pd | 49
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
mengungkapkan terdapat sembilan keterampilan-keterampilan mendasar dalam proses
berpikir dan berkarya di bidang ilmiah yaitu:
1. Mengobservasi atau mengamati
Observasi merupakan keterampilan ilmiah mendasar yang menggunakan semua indra
(melihat, mendengar, meraba, dan membau). Di dalam observasi di dalamnya terdapat
kegiatan menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang atau waktu.
2. Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang mempunyai alasan untuk menerangkan suatu
pengamatan tertentu. Hipotesis perlu diuji melalui penelitian atau eksperimen.
3. Merencanakan penelitian/ eksperimen
Eksperimen adalah menguji atau mengetes melalui penelitian praktis. Dalam
melakukan eksperimen, guru perlu melatih siswa dalam merencanakan penelitian, dari
mencatat bahan dan alat yang digunakan, objek yang akan diteliti, faktor yang perlu
diperhatikan, langkah kerja, hingga cara mencatat dan menyimpulkan. Selain itu, perlu
ditetapkan pula kriteria keberhasilan penelitian tersebut.
4. Mengendalikan variabel
Variabel penelitian adalah faktor yang berpengaruh terhadap suatu kegiata atau
proses.
5. Mengintrepetasi atau menafsirkan data
Data yang dikumpulkan melalui observasi dapat disajikan dalam bentuk grafik, tabel,
diagram, atau peta persebaran data. Data yang disajikan dapat ditafsirkan secara mudah.
6. Menyusun kesimpulan sementara
7. Meramalkan/ memprediksi
Pengalaman yang banyak biasanya menghasilkan ramalan yang cocok. Ramalan yang
baik didasarkan pada hasil observasi yang memperhatikan kecenderungan gejala tertentu.
8. Menerapkan/ mengaplikasikan konsep
9. Mengkomunikasikan/ menyebarluaskan hasil temuan
Mengkomunikasikan hasil penelitian dapat melalui laporan makalah, karangan atau
tulisan di surat kabar, atau secara lisan dengan bantuan grafik, diagram, dan lain-lain.
Contohnya penyusunan evaluasi pada kelas V semester II dengan materi pokok
kenampakan alam dan buatan sebagai berikut ini:
Roso Sugiyanto, M.Pd | 50
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami keragaman kenampakan alam dan buatan di Indonesia
2. Materi Pokok
Kenampakan alam dan buatan di Indonesia
3. Hasil Belajar dan Indikator Materi
a. Mendeskripsikan keragaman kenampakan alam di Indonesia
1. Menggambar peta Indonesia dengan menggunakan simbol
2. Mendeskripsikan peta Indonesia dengan menggunakan simbol
3. Mengidentifikasi ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia
4. Menunjukkan pada peta persebaran flora dan fauna di berbagai wilayah Indonesia.
5. Mengidentifikasikan ciri dan sifat cuaca/iklim dan dampaknya terhadap aktivitas
masyarakat setempat.
b. Mendeskripsikan kenampakan buatan di Indonesia
1. Mengidentifikasi kenampakan buatan di wilayah Indonesia
2. Menjelaskan keuntungan dan kerugian pembangunan kenampakan buatan (waduk,
pelabuhan, kawasan indsutri, perkebunan) bagi masyarakat setempat.
Dari materi di atas dapat dikembangkan dengan kegiatan kelompok. Pada kegiatan
kelompok tersebut, siswa diminta untuk mendiskusikan materi yang diberikan kepada guru
pada setiap kelompok. Hasil diskusi dan pencapaian aspek keterampilannya sebagai berikut:
Indikator Indikator Keterampilan IPS
Materi Tes yang Diungkap
Menggambar peta Siswa dapat membuat peta Indonesia Menerapkan
Ciri-ciri kenampakan alam Setelah mengamati kenampakan alam Membuat klasifikasi
Indonesia Indonesia
Setelah membaca peta jenis flora dan
Menunjukkan jenis flora dan fauna di Indonesia, siswa dapat
menggolongkan jenis flora dan fauna di Membuat klasifikasi
fauna di Indonesia
Indonesia
Membedakan cuaca dan Setelah membaca jumlah curah hujan
iklim dalam satu tahun, siswa dapat membuat Mengomunikasikan
grafik curah hujan di Indonesia.
Dampak cuaca/iklim Setelah membaca peta Indonesia siswa Interpretasi data
terhadap manusia dapat menyimpulkan suhu rata-rata di
Roso Sugiyanto, M.Pd | 51
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Indonesia
Menggambar peta arah angin Setelah membaca uraian angin muson di
muson di Indonesia Indonesia siswa dapat menggambarkan Mengomunikasikan
arah angin muson di Indonesia.
Mendeskripsikan Setelah membaca peta Indonesia siswa
kenampakan buatan di dapat membedakan kenampakan buatan Membuat klasifikasi
Indonesia di Indonesia.
Menjelaskan keuntungan dan Setelah membaca dampak
kerugian pembangunan pembangunan kenampakan buatan, Interpretasi data
siswa dapat menyimpulkan keuntungan
kenampakan buatan bagi
dan kerugian pembangunan
masyarakat.
kenampakan bagi masyarakat.
Tugas!!
1. Buatlah alat evaluasi Pembelajaran IPS di SD aspek keterampilan IPS!
2. Buatlah alat evaluasi Pembelajaran IPS di SD! Materi pokok, hasil belajar, dan indikator
materi, silahkan Anda memilihnya pada kurikulum.
3. Jelaskan dengan singkat tujuh tingkatan dalam aspek kognitif!
4. Buatlah alat evaluasi nilai dan sikap sosial!
Roso Sugiyanto, M.Pd | 52
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
BAB VII
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK BERDASARKAN
KURIKULUM 2013
Tujuan Pembelajaran
Pada bahan ajar unit-7 ini akan diuraikan tentang:
1. Asesmen autentik dalam pembelajaran
2. Asesmen autentik dan tuntutan kurikulum 2013
3. Asesmen autentik dan belajar autentik
4. Jenis-jenis asesmen autentik dalam pembelajaran
Setelah memperlajari bahan aja dalam bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian asesmen autentik dalam pembelajaran
2. Memahami asesmen autentik dan tuntutan kurikulum 2013
3. Memahami asesmen autentik dan belajar autentik
4. Memahami jenis-jenis asesmen autentik dalam pembelajaran
A. Definsi dan Makna Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik
keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi,
frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik,
berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association,
Roso Sugiyanto, M.Pd | 53
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam
pembelajaran. Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian
atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta
didik. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-
aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat,
dan sebagainya.
B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus
pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen
autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya
jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian
proyek. Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat
populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus,
mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu
seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses
atau hasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan
standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat
jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses
pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama
Roso Sugiyanto, M.Pd | 54
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri
dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta
mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan
kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman
yang diperoleh dari luar sekolah.
Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta
didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa
yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
C. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik
Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut
Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh
peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya.
Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi
peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau
keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja,
kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi
dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan
menampilkan sesuatu.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 55
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut
Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan
dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil
jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-
tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis
proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan
cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu
yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian
tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta
didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi
dengan pendekatan scientific, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang
luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang
fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong
peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi
“guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria
tertentu seperti disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan
sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 56
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun
1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur
prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal
memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna
kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik.
Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu
menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap,
keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran
atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat.
Memang, pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan
dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan
pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya
melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan
kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data
asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar
peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian
berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan
rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif
terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya:
sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik
atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti
menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 57
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
D. Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami
secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri,
khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai;
(2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori,
atau proses. Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
1. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya
dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan
informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik
dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk
merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-
unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah
peristiwa atau tindakan.
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta
didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan
seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 =
kurang, 1 = kurang sekali.
d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta
Roso Sugiyanto, M.Pd | 58
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak
cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama,
langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang
nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan
kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat,
fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan
diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan
diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai
keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara,
misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato,
berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai
keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat
menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku,
pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 59
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari
kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih
peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara
personal.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena
itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian
khusus dari guru.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan
data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh,
dan menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan
rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
Roso Sugiyanto, M.Pd | 60
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian,
atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk
hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian
atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil
karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu,
kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk
pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu.
Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas
produk yang dihasilkan.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian
portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau
diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain
yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik
atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta
didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian
terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau
membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/
literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru
Roso Sugiyanto, M.Pd | 61
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan
pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan
guru menyusun portofolio pembelajaran.
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes
tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil
pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai
jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri
dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.
Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk
uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
Roso Sugiyanto, M.Pd | 62
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena
kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau
kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan
jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan
analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola
jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-
response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes
semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar
peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 63
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
BAB VIII
KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
DI SEKOLAH DASAR
Tujuan Pembelajaran
Pada bahan ajar unit-8 ini akan diuraikan tentang:
1. Konsep pembelajaran tematik terpadu
2. Manfaat pendekatan pembelajaran tematik terpadu
3. Tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu
4. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik terpadu
5. Model-model pembelajaran tematik terpadu
Setelah memperlajari bahan aja dalam bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep pembelajaran tematik terpadu
2. Menjelaskan manfaat pendekatan pembelajaran tematik terpadu
3. Menjelaskan tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu
4. Menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran tematik terpadu
5. Memahami model-model pembelajaran tematik terpadu
A. Pengantar
Proses pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang sederajat
menggunakan pendekatan pendekatan tematik. Model pembelajaran tematik terpadu
(PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang
efektif (highly effective teaching model), karena mampu mewadahi dan menyentuh
secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas atau di lingkungan
sekolah. Model PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil memacu percepatan
dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-
term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.
Pembelajaran tematik terpadu yang sering juga disebut sebagai pembelajaran
tematik terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI) aslinya dikonseptualisasikan
Roso Sugiyanto, M.Pd | 64
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya dikembangkan untuk anak-anak
berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan
belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.
Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan
(additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan waktu bersama
yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Pada sisi lain, model
PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif lingkungan belajar.
Model PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar.
Model PTP memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model
pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan
berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan
mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi
pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
B. Elemen-elemen Terkait dalam PTP
Implemementasi PTP menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan
materi pembelajaran di kelas. Karena itu guru harus memahami materi apa yang
diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh
karena Model PTP ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-
elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi
dengan peserta didik selama proses pembelajaran. Ada sepuluh elemen yang terkait
dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.
1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
2. Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.
4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.
5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning).
6. Membuka pilihan-pilihan
7. Optimasi waktu secara tepat
8. Kolaborasi
Roso Sugiyanto, M.Pd | 65
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
9. Umpan balik segera
10. Ketuntasan atau aplikasi
C. Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu
1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kelas memungkinkan
semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau menanggung resiko
bersama. Misalnya, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang tidak semestinya atau
tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur
kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal terprediksi, dan menjamin
peserta didik merasa aman selama berada di kelas maupun di luar kelas.
Keterampilan hidup dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh peserta didik
dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam
komunitas ruang kelas.
2. Menggunakan kelompok untuk bekerjasama, berkolaborasi, belajar berkelompok,
dan memecahan konflik sehingga mendodong peserta didik untuk memecahkan
masalah sosial dengan saling menghargai.
3. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang
ramah otak (brain-friendly classroom). Aktivitas belajar melibatkan subjek belajar
secara langsung, mengoptimasi semua sumber belajar, dan memberi peluang
peserta didik untuk mengesplorasi materi secara lebih luas.
4. Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu
tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun juga kualitas dalam
mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik siap
mengembangkan pengetahuan.
5. Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam format
ramah otak.
6. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung
oleh peserta didik dalam konteks kehidupannya sehari-hari.
7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program
belajar memungkinkan mengejar ketertinggalanya dengan dibantu oleh guru
melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan prinsip belajar tuntas.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 66
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk
mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.
D. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Menentukan tema.
Tema dapat ditetapkan oleh pengambil kebijakan, guru, atau ditetapkan bersama
dengan peserta didik.
2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum.
Pada tahap ini guru harus mampu mendesain tema pembelajaran dengan cara
terintegrasi sejalan dengan tuntutan kurikulum, dengan mengedepankan dimensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Mendesain rencana pembelajaran.
Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar,
termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menunjukkan suatu tema
pembelajaran terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya, pembelajaran di kelas yang
didasarkan atau diperkaya hasil karya wisata, kunjungan ke museum, dan lain-lain.
4. Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran.
Tahapan ini memberi peluang peserta didik untuk mampu berpartisipasi dan
memahami berbagi persepektif dari suatu tema. Hal ini memberi peluang bagi guru
dan peserta didik melakukan eksplorasi suatu pokok bahasan.
E. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Tema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat dengan mudah digunakan untuk
memadukan banyak bidang studi, mata pelajaran, atau disiplin ilmu.
2. Tema yang dipilih dapat memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar lebih
lanjut.
3. Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Tema harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
5. Tema harus mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam
rentang waktu belajar
6. Tema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku
7. Tema yang dipilih sesuai dengan ketersediaan sumber belajar.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 67
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
F. Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu dapat diimplementasikan dengan beragam model.
Menurut Robin Fogarty (1991) ada sepuluh model PTP, seperti disajikan berikut ini.
1. Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan dengan
pemaduan yang terbatas pada satu mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa
Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis
dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.
2. Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan berbasis
pada anggapan bahwa beberapa substansi pembelajaran berinduk pada mata
pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca,
dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.
3. Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan memadukan
berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan
pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan
pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran
pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis,
menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan
menulis puisi.
4. Model Urutan/Rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan topik-topik
antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah,
misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat
dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial
masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna
kata.
5. Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan pemaduan
pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada
dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan
dalam PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata
Negara, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan sebagainya.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 68
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
6. Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan
tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat
dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun
antar mata pelajaran.
7. Model galur (threaded model). Model ini memadukan bentuk-bentuk ketrampilan.
Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap
kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada
meta kurikulum.
8. Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk membantu peserta
didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan
dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
mewadahi tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing-masing.
9. Model jejaring (networked model). Model ini merupakan model pemaduan
pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk
pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah peserta didik
mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10. Model terpadu (integrated model). Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik
dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik
tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup
diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPS.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 69
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
BAB IX
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
Tujuan Pembelajaran
Pada bahan ajar unit-9 ini akan diuraikan tentang:
1. Pendekatan scientific dalam pembelajaran tematik terpadu
2. Manfaat pendekatan pembelajaran tematik terpadu
3. Tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu
4. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik terpadu
5. Model-model pembelajaran tematik terpadu
Setelah memperlajari bahan aja dalam bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami pendekatan scientific dalam pembelajaran tematik terpadu
2. Memahami manfaat pendekatan pembelajaran tematik terpadu
3. Memahami tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu
4. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran tematik terpadu
5. Memahami model-model pembelajaran tematik terpadu
A. Pendahuluan
Inovasi pendidikan di bidang kurikulum diharapkan secara periodik dapat
dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan
membelajarkan materi kepada peserta didik. Kurikulum dilaksanakan dengan
menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk
mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan
berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri,
melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dengan
mengedepankan peserta didik aktif.
Pembelajaran dimaksud diharapkan yang memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan
Roso Sugiyanto, M.Pd | 70
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
Kualitas pendidikan sangatlah bergantung pada kesadaran, pengertian, komitmen,
dan partisipasi serta dedikasi dari para pendidik dan tenaga kependidikan, terutama guru
sebagai ujung tombak yang secara langsung menghadapi peserta didik. Apabila guru
dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengubah hasil belajar peserta didik,
dan dapat meningkatkan motivasi belajar, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
peserta didik, dapat meningkatkan harga diri dengan menerapkan berbagai strategi dan
model pembelajaran, maka visi dan misi guru sebagai pembelajar boleh dikatakan
berhasil.
Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks. Guru lebih banyak
berhubungan dengan pola pikir peserta didik di mana setiap peserta didik, siapa pun,
dimana pun - memiliki setumpuk kata, pikiran, tindakan yang dapat mengubah
lingkungan baik di keluarga, di sekolah maupun di masyarakat.
Mulai tahun ajaran baru 2013 pola pembelajaran segera disosialisasikan bagi guru
kelas I sampai dengan kelas VI, menggunakan Pembelajaran Tematik Terpadu. Di
lapangan begitu beragam nuansa tematik ini sejak digulirkan di kalangan guru, dan
sekolah, sepertinya terjadi suatu “kerancuan”, dan perbedaan pemahaman. Guru banyak
yang berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran yang dirasakanya
sudah menghasilkan lulusan peserta didik “berprestasi”, dan sudah mencetak serta
menghasilkan dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada
ungkapan bahwa “saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai
alumni yang berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya
dianggap tidak berhasil?. Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat
bagi bergulirnya sebuah inovasi dalam bidang pendidikan.
Pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan metode
diharapkan dapat memberi kemungkinan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan,
dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 71
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pembelajaran yang diciptakan baik di kelas maupun di luar kelas diharapkan
dapat dikondisikan dalam suasana hubungan peserta didik dan guru yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan
daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan). Terlebih bagi peserta didik sekolah dasar yang masih berada di Kelas
1, 2 dan 3, yang masih memerlukan bimbingan, dan perhatian, sebagaimana pelayanan
para orang tua yang dengan kasih sayang membimbing mereka. Sedangkan di Kelas 4, 5,
dan 6 mulai ditingkatkan pemahaman peserta didik untuk lebih memahami hidup dan
kehidupan di lingkungan sekitar dengan menciptakan pola berpikir rasional. Mencari
jawaban mengapa harus belajar membaca dan menulis? Mengapa harus belajar
matematika, mengapa harus berinterakti dan saling berkomunikasi dengan teman dan
sebagainya. Dengan pembelajaran tematik Terpadu diharapkan dapat menjawab ke
semuanya itu dengan catatan guru dan peserta didik memiliki komitmen dan selalu
berpikir positif bahwa pola pembelajaran yang dilakukan adalah menuju ketercapaian
kompetensi sebagaimana yang dituangkan di dalam standar kelulusan.
Pelaksanaan pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam
takambang. Jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan
teladan). Sebuah model pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan
untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik di masing-masing sekolah.
Peserta didik perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik
ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi peserta didik yang masih berada
di sekolah dasar tentu saja tidak dapat disamakan pelayannya dengan peserta didik yang
ada di kelas menengah. Namun demikian baik peserta didik di kelas 1 sampai dengan
kelas 6 di kondisikan menggunakan pendekatan tematik Terpadu dengan tema sebagai
pemersatunya.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 72
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
B. Pengertian pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu
kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu
kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.
Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dikuasainya.
Pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu berawal dari tema yang telah
dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jika
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran tematik ini tampak lebih
menekankan pada Tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih
diutamakan pada makna belajar, dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran.
Keterlibatan peserta didik dalam belajar lebih diprioritaskan dan pembelajaran yang
bertujuan mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman langsung serta tidak
tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu dengan lainnya.
C. Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi
peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam
tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan
materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
1. mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran
dalam tema yang sama
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik
5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 73
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam
konteks tema yang jelas
7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih
dan atau pengayaan.
8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
D. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Berpusat pada anak
1. Memberikan pengalaman langsung pada anak
2. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman
dalam kegiatan)
3. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran
(saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya)
4. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran)
5. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
(melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)
E. Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret, mulai
menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
mulai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
Oleh karena itu pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi
pelajarn dalam satu kesatuan yang dipusat pada tema adalah yang paling sesuai. Dan
kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung
yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui pembelajaran tematik. Pembelajaran
Roso Sugiyanto, M.Pd | 74
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dari penjelasan diatas maka
pembelajaran tematik memiliki beberapa kekuatan dan keuntungan antara lain:
1. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak
2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna
4. mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalah an yang
dihadapi
5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain, dalam
arti respek terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalah an yang
sering ditemui dalam lingkungan anak.
F. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran, dengan memadukan
beberapa mata pelajaran sekaligus.Di dalam struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah disebutkan bahwa untuk peserta didik kelas 1, sampai dengan kelas
6 penyajian pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik. Penyajian pembelajaran
dengan alokasi waktu komulatif 30 JP per minggu.
Pembuatan tema diharapkan memperhatikan kondisi peserta didik, lingkungan
sekitar dan kompetensi guru dengan prosentase penyajian disesuaikan dengan aloasi
waktu yang tersedia. Guru dalam penyajian diharapkan tidak terkonsentrasi pada salah
satu mata pelajaran, melainkan harus tetap memperhatikan prosentase penyajianya.
Namun demikian penjadwalan dalam hal ini tidak terbagi secara kaku melainkan diatur
secara luwes.
Pembelajaran tematik diawali dengan pembuatan tema selama satu tahun,
kemudian dengan tema-tema yang telah dibuat tersebut, guru menganalisis semua standar
kompetensi lulusan yang diturunkan ke dalam kompetensi inti dan selanjutnya mengalir
ke kompetensi dasar dan membuat indikator dari masing-masing mata pelajaran yang ada
Roso Sugiyanto, M.Pd | 75
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
di setiap kelas. Setelah itu dibuat hubungan antara KD dan indikator dengan tema yang
telah disiapkan selama satu tahun. Berikutnya dari pemetaan hubungan tersebut
dilanjutkan dengan membuat jaringan KD & indikator dari setiap tema yang telah dibuat.
Setelah jadi semua jaringan selama satu tahun dilanjutkan dengan menyusun silabus
tematik dan yang terakhir menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik.
G. Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Model pembelajaran tematik integratif melalui beberapa tahapan yaitu pertama
guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran untuk satu
tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti,
kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari
Standar Isi, ketiga membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema,
keempat membuat jaringan KD, indikator, kelima menyusun silabus tematik dan keenam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengkondisikan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas di bawah ini.
1. Kriteria Pemilihan Tema
Beberapa tema telah disiapkan menyertai dokumen Kurikulum 2013, namun demikian
penulisan daftar tema dimaksud bukanlah urutan penyajajian Guru diharapkan dapat
dengan cerdas dan tepat melakukan pemilihan tema mana yang akan dibelajarkan
terlebih dahulu, seyogyanya penetapan tema sesuai dengan kondisi daerah, sekolah,
peserta didik, dan guru di wilayahnya. Penentuan dan pemilihan tema yang akan
dikembangkan di sekolah dasar dapat mempertimbangkan kriteria pembuatan tema
sebagai berikut :
a. Tema tidak terlalu luas namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran
b. Tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya
c. Harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di
sekolah
Roso Sugiyanto, M.Pd | 76
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik
yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
f. Mempertimbangkan dilanjutkan kan kurikulum yang berlaku dan harapan
masyarakat terhadap hasil belajar peserta didik
g. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar
2. Tahapan Berpikir Pembelajaran Tematik Adalah Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum 2013 merupakan acuan dalam merancang pembelajaran yang
akan menjdi landasan penetapan prosentase penyajian pembelajaran. Di Kelas I
sampai dengan Kelas VI membelajarkan materi dengan tema sebagai pemersatunya,
tidak parsial per mata pelajaran. penetapan alokasi waktu dimaksudkan agar guru
dapat mempertimbangan batasan pembahasan, supaya tidak lagi fokus atau berlama-
lama pada salah satu mata pelajaran saja. Meskipun telah dituangkan alokasi waktu di
dalam struktur masing-masing mata pelajaran, namun tetap menjadi satu kesatuan per
minggu komulatif 30 JP untuk Kelas I, berarti per hari 5 JP. Untuk Kelas II komulatif
satu minggu 32 JP maka per hari ada yang 5 JP, ada yang 6 JP. Kelas III komulatif
satu minggu 34 JP, maka per hari ada yang 5 JP, ada yang 6 JP. Sedangkan Kelas IV
sampai dengan Kelas VI komulatif satu minggu 36 JP, jadi rata-rata per harinya 6 JP,
bagi sekolah reguler. Struktur Kurikulum sebagai berikut:
Roso Sugiyanto, M.Pd | 77
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Struktur Kurikulum SD/MI
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti I II III IV V VI
4 44 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan 5 66 4 4 4
Kewarganegaraan
8 8 10 7 7 7
3. Bahasa Indonesia 5 66 6 6 6
4. Matematika - --3 3 3
5. Ilmu Pengetahuan Alam - --3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
4 44 5 5 5
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 44 4 4 4
(termasuk muatan lokal)* 30 32 34 36 36 36
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
3. Beban Belajar
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama
satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34
sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam
belajar SD/MI adalah 35 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar,
guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang
berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif
memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian
informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya,
mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan
menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka menjadi
tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di
Roso Sugiyanto, M.Pd | 78
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar. Sekolah mendapat
kesempatan mengkondisikan beban belajar sesuai hasil kesepakatan warga sekolah,
Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah.
4. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu
Langkah Guru yang akan membelajarkan materi dengan menggunakan pendekatan
tematik integratif antara lain:
a. Memilih/Menetapkan Tema
b. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar, Membuat Indikator,
Dalam melakukan Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat Indikator)
dengan cara membaca semua Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti,
dan Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran.
Setelah memiliki sejumlah Tema untuk satu tahun, barulah dapat dilanjutkan
dengan menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti serta
Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada dari berbagai mata pelajaran
(Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, Seni-Budaya dan Keterampilan,
Olah Raga dan Kesehatan serta Agama yang sifatnya Tata Krama, Budi Pekerti dan
Akhlak Mulia). Kemudian masing-masing Kompetensi Dasar dibuatkan
Indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan Indikator.
c. Melakukan Pemetaan Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema
Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran telah disediakan dalam Kurikulum
2013, demikian juga sejumlah Tema untuk proses pembelajaran selama satu tahun
untuk Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 telah disediakan pula. Namun demikian guru
masih perlu membuat Indikator dan melakukan kegitan pemetaan Kompetensi
Dasar dan Indikator tersebut dikaitkan degan Tema yang tersedia dimasukkan ke
dalam format pemetaan agar lebih memudahkan proses penyajian pembelajaran,
Indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu dengan cara memberikan
cek ( √ ).
Roso Sugiyanto, M.Pd | 79
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
d. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar
Kegiatan berikutnya setelah dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar, Indikator
dengan Tema dalam satu Tahun dan telah terpetakan Indikator mana saja yang
akan disajikan dalam setiap Tema, maka sebaiknya dilanjtkan dengan membuat
Jaringan KD dan Indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke
dalam format Jaringan KD & Indikator.
e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu
Setelah dibuat Jaringan KD & Indikator, langkah Guru selanjutnya adalah
menyusun Silabus Tematik untuk lebih memudahkan Guru dalam melihat seluruh
desain pembelajaran untuk setiap Tema sampai tuntas tersajikan di dalam proses
pembelajaran. Di Dalam Silabus Tematik ini memberikan gambaran secara
menyeluruh Tema yang telah dipilh akan disajikan berapa minggu dan kegiatan apa
saja yang akan dilakukan dalam penyajian Tema tersebut. Silabus Tematik Terpadu
memuat komponen sebagaimana panduan dari Standar Proses yang meliputi 1)
Kompetensi Dasar mana saja yang sudah terpilih (dari Jaringan KD), 2) Indikator
(dibuat oleh Guru, juga diturunkan dari Jaringan) 3) Kegiatan Pembelajaran yang
memuat perencanaan penyajian untuk berapa minggu Tema tersebut akan di
belajarkan, 4) Penilaian proses dan hasil belajar (diwajibkan memuat penilaian dari
aspek sikap, keterampilan dan pegetahuan) selama proses pembelajaran
berlangsung 5) Alokasi waktu ditulis secara utuh komlatif satu minggu berapa jam
pertemuan (misalnya 30 JP x 35 menit) x 4 minggu) 6) Sumber dan Media.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Langkah terakhir dari sebuah perencanaan adalah dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu. Di dalam RPP Tematik Terpadu ini
diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai
konsep mata pelajaran yang disatukan dalam Tema. Di dalam RPP Tematik
Terpadu ini peserta didik diajak belajar memahami konsep kehidupan secara utuh.
Penulisan identitas tidak mengemukakan mata pelajaran, melainkan langsung
ditulis Tema apa yang akan dibelajarkan.
Penyusunan RPP Tematik Terpadu sebagaimana dalam penyusunan silabus
seyogyanya mengacu pada komponen penyusunan RPP dari Standar Proses yang
Roso Sugiyanto, M.Pd | 80
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
meliputi: Identitas: Satuan Pendidikan, Tema, Kelas, Semester, Alokasi Waktu. 1)
Kompetensi Inti: merupakan jabarn dari SKL ada 4 Kompetensi Inti yang harus
ditulis semuanya, karena merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dicapai. 2)
Kompetensi Dasar hasil penyempurnaan Standar Isi dari Kurikulum 2013 semua
mata pelajaran yang telah dipilih dan tertulis di Jaringan KD & Indikator 3)
Indikator dari semua mata pelajaran yang telah dibuat dan di tuangkan di Pemetaan
4) Tujuan Pembelajaran yang diharapkan dicapai dari keterpaduan berbagai mata
pelajaran 5) Materi Pembelajaran meliputi berbagai mata pelajaran 6) Pendekatan
dan Metode pembelajaran 7) Langkah Pembelajaran memuat kegiatan
Pendahuluan, Kegiatan Inti (memuat langkah pembelajaran Tematik Terpadu
memadukan berbaai mata pelajaran yang diatukan dalam Tema, tersaji secara
sistematis dan sistemik dalam tuangan Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi, serta
menggambarkan pendekatan Scientific dan diakhiri dengan Kegiaan Penutup 8)
Sumber dan Media yang memuat semua sumber dan media pembelajaran yang
dipergunakan dalm pembelajaran 9) Penilaian, meliuti proses dan hasil belajar
seyogyanya dilampirkan instrumen dan rubrik penilaiannya, baik untuk
kepentingan proses dan ketercapaian hasil belajar siswa.
H. Pendekatan Scientific
Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan salah satu model pembelajaran
terpadu menurut Robin Fogarty (1991) Model jaring laba-laba (webbed model). Model
ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan
pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam
mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.
Sedangkan proses pembelajaran menggunaan pendekatan Pendekatan scientific
hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi,
bukan diberi tahu.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 81
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik
mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan
masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih
berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan
berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata)
Penjelasan Prof Sudarwan tentang pendekatan scientific bahwa Pendekatan ini
bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan,
dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran
harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Pembelajaran yang menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama
diantara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permalahan dalam pembelajaran. Oleh
Roso Sugiyanto, M.Pd | 82
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
karena itu guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap
mengacu pada Standar Proses dimana pembelajarannya diciptakan suasana yang
memuat Ekplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi
peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya,
menalar, merumuskan, menyimpulkan dan mengkomunikasi. Sehingga peserta didik
akan dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 83
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
BAB X
PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
Tujuan pembelajaran yang diharapkan setelah memperlajari materi dalam bab ini yaitu Anda
diharapkan dapat:
1. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Roso Sugiyanto, M.Pd | 84
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Roso Sugiyanto, M.Pd | 85
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Contoh:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : ....................................................
Kelas :5
Tema / Topik : Bermain dengan Benda-Benda di Sekitarnya
Minggu ke :3
Semester : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 1 Hari
A. KOMPETENSI INTI
Menerima dan menjalankan ajaran Agama yang dianutnya
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis,
dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
B. KOMPETENSI DASAR
PPKn (IPS)
Menunjukkan perilaku cinta tanah air Indonesia dan bangga terhadap produk
Indonesia
Roso Sugiyanto, M.Pd | 86
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Memahami nilai-nilai kesejarahan kerajaan-kerajaan pada masa Hindu, Budha, dan
Islam melalui bacaan atau pengamatan
Bahasa Indonesia
Gemar menggali informasi melalui membaca dan mendengarkan dari sumber lain
berdasarkan rasa ingin
Mendiskusikan tentang organ tubuh manusia dan fungsinya dan bagaimana
menjaga kesehatan (pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah)
Menerapkan sifat-sifat cahaya dalam membuat suatu karya dan menjelaskan cara
kerjanya secara lisan.
Matematika
Membuat pola pergeseran tempat duduk secara bergiliran dengan menggunakan
gambar denah tempat duduk di kelas secara adil
Melaporkan hasil pengamatan/melakukan percobaan menemukan hubungan
keliling, luas dan diameter lingkaran dengan apa adanya
Mengukur dan menuliskan hasil pengukuran diameter dan keliling berbagai
lingkaran dalam tabel dan menemukan hasil perbandingannya dan menggunakannya
untuk menghitung keliling berbagai lingkaran
Mengenal konsep perpangkatan dan penarikan akar bilangan pangkat dua dan
bilangan pangkat tiga sederhana
Mengenal konsep perbandingan dan skala
Seni, Budaya, dan Prakarya
Membuat topeng dari berbagai media berdasarkan pengamatan karya topeng
nusantara
Memainkan alat musik ritmis secara berkelompok dan iringan secara vokal lagu
anak-anak dua suara
Mengembangkan gerak tari bertema berdasarkan gagasan dan imajinasi dengan
menggunakan properti
Membuat karya teknologi sederhana dengan energi buatan yang menimbulkan gerak
atau bunyi
Roso Sugiyanto, M.Pd | 87
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Mempraktikkanvariasi dan kombinasi gerak dasar atletik lompat, dan lempar
melalui permainan/ olahraga yang dimodifikasi dan atau tradisional
Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar yang dilandasi konsep
gerak dalam berbagai permainan bola besar dan atau olahraga tradisional
C. INDIKATOR
PPKn/ IPS
Membiasakan menggunakan produk dalam negeri
Membiasakan mengkonsumsi makanan tradisional
Berperilaku sesuai dengan tradisi masyarakat sekitar
Menunjuk asal barang dalam peta / globe
Membuat tabel benda peninggalan sejarah yang berisi data dan pendapat yang tepat
Membuat daftar peninggalan sejarah di lingkungan dan disertai gambar yang sesuai
Bahasa Indonesia
Membaca teks yang berisi informasi tentang barang, makanan, dan tradisi yang ada
disekitar
Mencatat pokok-pokok informasi dari sumber yang didengar
Membuat daftar benda-benda berdasarkan sumber yang didengar
Menghitung denyut nadi per menit.
Membandingan denyut nadi ketika sedang beristirahat, normal dan sehabis
berolahraga.
Menunjukkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan proses pembentukan bayangan.
Matematika
Menentukan benda-benda sekitar untuk melakukan permainan
Roso Sugiyanto, M.Pd | 88
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Membentuk kelompok bermain
Membuat pola untuk melakukan permainan
Melakukan permainan dengan benda-benda yang ada di kelas
Menggambar berbagai bangun datar
Mengidentifikasi benda-benda di kelas sesuai dengan bangun datar yang telah
ditentukan
Mengukur panjang dan lebar benda-benda yang ada di kelas
Mengukur keliling bangun datar menggunakan benang atau sejenisnya
Menghitung keliling bangun datar menggunakan rumus keliling
Membuat jaring-jaring bangun ruang dengan ukuran yang telah ditentukan
Membuat bangun ruang kubus dengan kertas karton
Membuat bangun ruang balok dengan kertas karton
Menentukan volume bangun ruang yang telah dibuat
Menghitung volume berbagai bagun ruang
Mengukur diameter dan keliling lingkaran
Membandingkan keliling benda-benda yang berbentuk lingkaran dengan diameter
yang berbeda
Menghitung hasil perpangkatan yaitu pangkat dua dan tiga
Menentukan hasil penarikan pangkat dua dan tiga
Menggambar dan membaca gambar menggunakan skala dan perbandingan
Menghitung panjang sesungguhnya jika ditampilkan gambar berskala dan jarak
tertentu
Membandingkan kelompok benda yang satu dengan yang lain
Menentukan perbandingan dalam kehidupan sehari-hari
Seni, Budaya, dan Prakarya
Menyebutkan benda-benda sekitar yang dapat dipakai untuk membuat topeng
Membuat topeng dengan berbagai media
Roso Sugiyanto, M.Pd | 89
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Menghayati karakter tokoh dan memvisualkan dalam bentuk topeng
Menyebutkan berbagai benda di sekitar yang dapat dibuat sebagai alat musik
Memainkan alat musik yang berasal dari benda-benda sekitar dengan harmonis
Membuat gerak dengan mengunakan properti dari benda-benda di sekitar
Membuat property tari dari benda-benda sekitar
Menampilkan tari dengan menggunakan property dari benda-benda di sekitar
Menyebutkan berbagai energy buatan yang dapat dijadikan karya teknologi
sederhana dengan memanfaatkan benda-benda sekitar
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Memperagakan gerak melompat ke depan
Memperagakan gerak melompat ke belakang
Memperagakan gerak melompat ke samping kanan/kiri
Memperagakan gerak melempar bola ke sasaran
Memperagakan variasi dan kombinasi gerak dasar menendang dan menahan bola
menggunakan kaki bagian dalam
Memperagakan variasi dan kombinasi gerak dasar lempar tangkap bola dengan
dengan dua tangan dan satu tangan
D. TUJUAN
Menerima dan menjalankan ajaran Agama yang dianutnya
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga,teman, dan guru
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati[mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkanrasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dankegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumahdan di
sekolah
Roso Sugiyanto, M.Pd | 90
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas danlogis, dalamkarya
yang estetis, dalam gerakan yangmencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yangmencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
E. MATERI
PPKn (IPS)
Perilaku cinta tanah air Indonesia
Nilai-nilai kesejarahan kerajaan
Bahasa Indonesia
Membaca dan mendengarkan dari sumber lain
Organ tubuh manusia dan fungsinya dan bagaimana menjaga kesehatan
Sifat-sifat cahaya
Matematika
Gambar denah
Hubungan keliling, luas dan diameter lingkaran
Menuliskan hasil pengukuran diameter dan keliling berbagai lingkaran dalam tabel
dan menemukan hasil perbandingannya dan menggunakannya untuk menghitung
keliling berbagai lingkaran
konsep perpangkatan dan penarikan akar bilangan pangkat dua dan bilangan
pangkat tiga sederhana
Konsep perbandingan dan skala
Seni, Budaya, dan Prakarya
Topeng dari berbagai media berdasarkan pengamatan karya topeng nusantara
Alat musik ritmis secara berkelompok dan iringan secara vokal lagu anak-anak dua
suara
Gerak tari bertema berdasarkan gagasan dan imajinasi dengan menggunakan
properti
Karya teknologi sederhana dengan energi buatan yang menimbulkan gerak/ bunyi
Roso Sugiyanto, M.Pd | 91
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Variasi dan kombinasi gerak dasar atletik lompat, dan lempar melalui permainan/
olahraga yang dimodifikasi dan atau tradisional
Variasi dan kombinasipola gerak dasar yang dilandasi konsep gerak
F. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Pendahuluan Waktu
Inti Mengajak semua siswa berdo’a menurutAgama dan 10 menit
keyakinan masing-masing (untuk mengawali
kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
Mengajak berdinamika dengan tepuk kompak
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang syair
lagu, mengapa saling mengucap salam. Dan apa
bedanya di kalau pagi
Meminta informasi dari siswa mengenai kegiatan
piket yang telah dilaksanakan pada pagi hari dan
bertanya tentang hubungan antara kebersihan kelas
dengan kenyamanan kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan Tema yang akan dibelajarkan .
Minggu ke tiga 150 menit
Membuat daftar barang-barang di rumah dan sekolah
dan menuliskan asal barang (produksi) dan bahan
baku utama dari daerah mana atau negara mana.
Lalu, membuat peta Indonesia dan dunia
berdasarkan asal barang-barang tersebut
Roso Sugiyanto, M.Pd | 92
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Membuat daftar / tabel benda-benda "bersejarah"
yang ada di sekolah dan di rumah, memberi tanda
centang sesuai dengan daya tahannya dan
menuliskan terbuat dari bahan utama apa
Mengunjungi museum atau mengumpulkan gambar
benda-benda bersejarah, kemudian mendiskusikan
tentang ciri-cirinya, untuk menentukan berasal dari
jaman apa benda-benda peninggalan tersebut berasal
(Hindu/ Buddha/ Islam)
Pengaruh Hindu/ Buddha/ Islam terhadap
bangunan-bangunan yang ada di lingkungannya/ di
Indonesia, kemudian membahas dan tentang
perkembangan kerajaan Hindu, perkembangan
kerajaan Buddha dan perkembangan kerajaan Islam.
Membuat daftar / tabel disertai gambar benda
peninggalan bersejarah masa kerajaan Hindu Buddha
/ Islam, menuliskan bahan utama benda itu dan
mendiskusikan penyebab dapat bertahan lama
Membuat tulisan tentang tentang peninggalan
sejarah nasional / lokal (sejarah lokal) di
lingkungannya melalui berbagai informasi
Bermain gerak melemparkan benda/bola ke sasaran
(keranjang) dari posisi melangkah, ayunkan lengan
ke depan arah sasaran, lanjutkan gerak ikutan
dengan melangkahkan tungkai belakang ke depan
bersamaan badan condong ke depan, dilakukan
secara perorangan, berpasangan atau kelompok.
Penilaian proses:
Guru berkeliling mengamati kerjasama anak dalam
mengerjakan tugas.
Menilai kerjasamanya, tanggung jawabnya,
kedisiplinannya, ke aktifannya, mendominasi atau
tidak dsb)
Menilai dengan lembar pengamatan perilaku.
Gambar-gambar untuk Example non Example
Roso Sugiyanto, M.Pd | 93
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kelompok gambar kebersihan kelas
Gambar kegiatan menyapu kelas
Gambar kegiatan membersihkan debu
Gambar kegiatan menata buku
Membersihkan jendela kelas
Kelompok gambar kebersihan rumah
Gambar kegiatan menyapu rumah
Gambar kegiatan mengepel lantai
Gambar kegiatan menata tempat tidur
Gambar kegiatan membersihkan/menyapu
kebun
Kelompok gambar kebersihan lingkungan/kerja
bakti kampung
Gambar kegiatan membersihkan selokan
Gambar kegiatan membersihkan sampah di
jalanan
Gambar kegiatan membuang sampah
Gambar kegiatan merawat tanaman peneduh
Keterangan:
Diharapkan diskusi akan berkembang pada
pembahasan kebersihan lingkungan, ruang, kelas,
rumah, sekolah akan berdampak pada kesehatan.
Kegiatan membersihkan lingkungan merupakan
cerminan dari kerukunan dan saling membantu, dan
bekerjasama. Siswa yang sedang berdiskusi (berpikir
berpasangan) akan berdampak pada kerjasama yang
baik, dan hasilnya merupakan cerminan dari sikap
bertanggung jawab.
Semua kelompok mengamati, memikirkan dan
menganalisis gambar dikaitkan dengan tema yang
sedang dipelajari.
Roso Sugiyanto, M.Pd | 94
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Penutup Waktu
Guru memanggil salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya
(mengkomunikasikan dan konfirmasi),
Memberi kesempatan kelompok lain untuk
mendengarkan dan memberikan pendapatnya
Mengajak semua siswa berdiri dan menyanyikan
lagu ” Oh Ibu dan Ayah” untuk mencairkan suasana
dan kepenatan setelah belajar beberapa jam:
Guru mengamati sikap siswa dalam
menyanyikan lagu
Memberi contoh sikap yang benar dalam
menyanyi
Menilai siswa dalam menyanyikan lagu: (lafal
syair lagunya, cara menyanyi, sikap menyanyi,
semangatnya dsb)
Menggunakan format pengamatan
Guru mengajak bertanya jawab tentang makna lagu.
Bahwa salah satu dampak dari rumah yang tidak
sehat, adalah banyak nyamuk, rumah kotor, tidak
sehat, mendatangkan penyakit. Dsb
Menugaskan siswa untuk bercerita (berdasarkan
gambar) (mengkomunikasikan)
Guru Mengamati cara siswa dalam BERCERITA
(penilaian proses)
Guru dan siswa bersama-sama siswa membuat
kesimpulan tentang rumah yang bersih dan sehat
Hasil kegiatan dan pekerjaan siswa ditempel di
papan
Dilanjutkan dengan menasehati siswa agar
membiasakan hidup sehat
Bersama-sama siswa membuat 15 menit
kesimpulan/rangkuman hasil belajar selama sehari
Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
Roso Sugiyanto, M.Pd | 95