The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kumpulan cerita pendek karya Bibit Penulis Gendis Sewu 2022 SD Taquma dengan bimbingan dari Tim Penulis TBM se-Kecamatan Wonocolo. Buku ini mengusung tema persahabatan yang menceritakan berbagai kisah persahabatan dengan bahasa yang ringan dan alur cerita yang membuat pembaca penasaran untuk terus membaca sampai akhir cerita. Yuk, baca bukunya dan temukan cerita yang seru!

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tbmwonocolo17, 2022-06-21 22:15:31

AKU DAN SAHABAT

Kumpulan cerita pendek karya Bibit Penulis Gendis Sewu 2022 SD Taquma dengan bimbingan dari Tim Penulis TBM se-Kecamatan Wonocolo. Buku ini mengusung tema persahabatan yang menceritakan berbagai kisah persahabatan dengan bahasa yang ringan dan alur cerita yang membuat pembaca penasaran untuk terus membaca sampai akhir cerita. Yuk, baca bukunya dan temukan cerita yang seru!

Keywords: aku dan sahabat,sahabat,best friend,bestie,persahabatan,cerita fiksi anak,cerpen anak,cerpen,imajinasi anak,anak kreatif,cerita pendek

GENDIS SEWU BERKARYA

AKU & SAHABAT

Antologi Cerita Pendek
Bibit Penulis Gendis Sewu Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Kota Surabaya
Bekerja Sama dengan SD Taquma Surabaya

AKU & SAHABAT

Penulis : Anatasya Dwi Zaskia, Aqilah

Fajri Ramadhan, Salsabila

Putri Mufidah, dkk.

Desain Sampul : Vivi Ardiyanti

Penyunting : Vivi Ardiyanti, Abdullah Fuad,

Masrifah

Penyunting Akhir : Faradilla Elifin Malidin, Vivi

Sulviana, Amelia Rizky C, Rici

Alric K, Vegasari Yuniati

Diterbitkan pada tahun 2022
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7 Surabaya
Buku ini merupakan kumpulan karya dari bibit
Gendis Sewu, sebagai penghargaan atas
partisipasi yang telah diberikan dalam gerakan
melahirkan 1000 penulis dan 1000 pendongeng.

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu
besar, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan buku ini sebagai bentuk apresiasi
kepada para bibit penulis yang mengikuti Gerakan
Melahirkan 1000 Penulis dan 1000 Pendongeng
(Gendis Sewu) dengan baik dan lancar.

Antologi merupakan kumpulan karya dari
para penulis. Yang merupakan bibit Gendis Sewu
Berkarya tahun 2022 dari SD Taquma Surabaya.
Kisah yang ditulis adalah ungkapan perasaan dan
pengalaman serta imajinasi mereka dalam
kehidupan. Penulis yang merupakan siswa dan
siswi usia anak penuh imajinasi rasa dan pikiran,
membuat buku ini memiliki banyak pesan yang
penuh makna dari tiap cerita.

Kami menyadari bahwa sebuah karya
memiliki ketidaksempurnaan. Apabila dalam
penyusunan buku ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih ada kekurangan kami
mengharap kritik dan saran yang bisa membangun
dari segenap pembaca buku ini.

Surabaya, 2022

Tim Penulis Kecamatan Wonocolo

KATA SAMBUTAN

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, hanya dengan kemurahan-Nya kita
selalu dapat berikhtiar untuk berkarya dalam ikut
serta membangun Kota Surabaya yang kita cintai.

Kita patut bangga dan memberi apreasiasi
kepada para bibit penulis Gendis Sewu (Gerakan
Melahirkan 1000 Bibit Penulis dan 1000 Bibit
Pendongeng), para editor penulis Dispusip di Kota
Surabaya yang telah bekerja keras membuat karya
tulis berjudul Aku & Sahabat.

Buku para bibit Gendis Sewu menghasilkan
karya tulis dari anak-anak cerdas yang telah
melalui proses panjang dan berjenjang merupakan
karya-karya imajinatif yang mengandung pesan
moral dengan bahasa yang mudah dipahami juga
sangat baik untuk dinikmati.

Semoga ke depannya akan menjadi
inspirasi untuk berkembangnya budaya literasi dari
berbagai kalangan masyarakat di Kota Surabaya.
Akhir kata, semoga buku Gendis Sewu Berkarya
dengan judul Aku & Sahabat bermanfaat bagi
semua pihak dan perkembangan para bibit Gendis
Sewu.

Surabaya, 2022

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 

Kota Surabaya

Mia Santi Dewi, SH, M.Si

SEKAPUR SIRIH

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
sangat bersyukur atas kehadirat-Nya, hanya
dengan kemurahan Allah SWT, kami dapat
menghimpun berbagai karya tulis para bibit penulis
Gendis Sewu dan menerbitkannya dalam sebuah
buku antologi cerpen dengan judul Aku & Sahabat.

Kegiatan Gendis Sewu memanfaatkan
platform buatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya yang bernama Taman Kalimas.
Taman Kalimas yang merupakan singkatan dari
Tempat Menampung Karya Literasi Masyarakat
memberikan layanan literasi yang di dalamnya
terdapat tiga layanan sekaligus, antara lain layanan
Taman Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas
Karya dan Taman Kalimas Publikasi.

Buku ini adalah jawaban nyata atas kinerja
Tim Penulis Dispusip Kecamatan Wonocolo yang
berkolaborasi dengan SD Taquma Surabaya.

Membangun kota maka perlu disertai
'membangun' manusia di dalamnya. Tentu tidaklah
mudah, karena awal membangun seringkali terlihat
abstrak, dipertanyakan, atau diragukan. Walaupun
begitu, tetap terus 'membangun' karena
'membangun' manusia melalui literasi adalah
sebuah investasi jangka panjang untuk kota tercinta
kita Kota Surabaya.
Salam Literasi.

Surabaya, 2022

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan KotaSurabaya

Dani Arijanti, SE, M.Si

DAFTAR ISI 1
8
Sahabat Sejati 13
Kejutan untuk Tata 18
Mogok Saat Kerja Kelompok 22
Dua Sahabat 27
Tetap Bersahabat Walau Berbeda 34
Cetakan Kue dari Nanta 40
Fokus, Nana! 45
Segelas Es Buah 51
Gelang Persahabatan 57
Tiga Serangkai 63
Mata Biru yang Lucu 68
Hujan Jadi Saksi 74
Tanpa Pamrih 79
Pertemuan Singkat
Dari Sebuah Pensil

[1]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

SAHABAT SEJATI

Oleh Anatasya Dwi Zaskia

Perkenalkan namaku Anatasya Dwi Zaskia biasa
dipanggil Tasya. Aku mempunyai sahabat yang
bernama Ara, Nisa, dan juga kakak kandungku
Tika. Kami memang sudah bersahabat sejak kecil.
Walaupun kami berbeda suku, penampilan, dan
bahasa, tetapi kami tetap saling menghargai antara
satu dengan yang lainnya. Aku dan Kak Tika dari
Suku Jawa, Ara dari Suku Madura, sedangkan Nisa
dari Suku Sunda.

Kami sudah bersepakat bahkan saling
berjanji akan bersepeda bersama di hari Minggu
yang merupakan hari libur kami semua. Sekarang
sudah tiba hari yang dinantikan yaitu hari Minggu.
Ara terbangun dari mimpinya yang indah.

“Huaaah…!" Ara menguap sambil
mengusap kedua matanya. 

[2]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

"Oh iya, hari ini ‘kan aku ada janji mau
bersepeda bersama Tasya, Kak Tika, dan Nisa.
Sepertinya aku harus segera mandi," ucap Ara.

Pukul 06:00, di tempat yang lain Nisa
masih tertidur lelap. Aku pun terbangun dari tidur.
Setelah berusaha membuka mata yang masih
terasa lengket, aku pun beranjak dari tempat tidur.

"Oh iya, aku ‘kan punya janji sama mereka
semua, kalau hari ini akan bersepeda bersama,”
ucapku.

Aku membangunkan Kak Tika dulu pikirku,
karena kulihat pintu kamar tidurnya masih tertutup
rapat. Setelah mengetuk daun pintu, aku pun mulai
masuk dengan perlahan. Aku sudah memasuki
kamar Kak Tika dan membangunkannya.

"Kak, bangun udah pagi, kita ‘kan ada janji
dengan teman-teman mau bersepeda bersama,"
jelasku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Lalu dia membuka kedua matanya.

[3]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

"Oh iya ya, kita ‘kan ada janji akan
bersepeda bersama teman-teman," ujar Kak Tika
sambil menuju kamar mandi.

"Aku bersiap ganti baju dulu ya, setelah itu
aku jemput Ara dan Nisa," ucapku dengan gembira.

Kemudian aku berangkat menjemput Ara
dan Nisa. Aku yakin mereka sudah menunggu
kedatangan kami berdua. Pengalaman dari
kegiatan sebelumnya, mereka selalu tepat waktu
apabila ada janji bermain bersama.

“Eh … tunggu jangan berangkat dulu!” ujar
Kak Tika.

"Baiklah aku tunggu, Kak," ucapku.
BYURRR ... BYURRR ….
Asal suara dari kamar mandi.
"Aduh ... dingin sekali airnya," ucap Kak
Tika sambil gemetaran keluar dari kamar mandi.
“Ya sudah sana Kakak ganti baju!" ucapku
tegas.
"Iya, iya, sebentar," ucap Kak Tika.

[4]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

Kak Tika pun langsung ganti baju untuk
bermain. Kemudian kami berdua langsung
menjemput Nisa dan Ara. Pertama, aku akan
menjemput Ara terlebih dahulu di rumahnya.

"Araa ... Araa ...!" panggilku dan Kakak. 
"Oh iya, sebentar ya," jawab Ara. 
"Iya agak cepat ya!" ucap Kak Tika sebal. 
"Sudah, aku sudah selesai kok," ucap Ara
dengan gembira.
"Ya sudah, sekarang ayo kita jemput Nisa,"
ucapku
"Nisa ... Ayo kita berangkat bersepeda ke
taman!" kataku, Ara, dan Kak Tika.
"Oh iya sebentar, ya," jawab Nisa sambil
berlari masuk ke rumah.
Nisa langsung menuju kamar mandi. Nisa
sudah selesai mandi kemudian langsung ganti baju.
"Ya sudah ayo kita berangkat tunggu apa
lagi?" tanyaku.
"Ayo ... Siapa takut?" jawab Nisa seperti
menantang.

[5]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

Akhirnya, kami berempat berangkat

bersepeda bersama. Sepanjang perjalanan, kami

mengayuh sepeda dengan penuh semangat sambil

bercanda dan mengobrol. Kami menjalaninya

dengan riang gembira penuh suka cita.

Setelah sampai di taman perumahan, kami

memutuskan untuk beristirahat karena merasa

capek. Di bawah rindangnya pohon, kami

mengobrol cukup lama.

Setelah sekian lama kami

berbincang-bincang, hujan pun turun dengan begitu

deras. Kami ingin pulang tetapi hujan masih belum

reda. Di sisi lain, pasti Mama dan Papa sangat

mengkhawatirkan kondisi kami. Hujan siang ini

mengakibatkan jalan menjadi basah dan tergenang

air.

"Siapa yang di sini membawa jas hujan?"

tanyaku.

Semua tidak ada yang membawa jas

hujan. 

[6]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

"Ya sudah, ayo kita terobos saja hujan ini!"
ajakku dengan percaya diri.

Pada akhirnya, kami menerobos hujan itu.
Namun, ada sedikit musibah saat perjalanan
pulang. Nisa terjatuh dari sepedanya dan terjungkal
ke aspal.

"Astagfirullah, kamu kok bisa jatuh sih,
Nis?" tanyaku.

"Iya nih, ada gundukan aspal yang tinggi
sekali, jadi aku terjatuh," jelas Nisa.

"Ya sudah, Kak Tika antar sampai rumah.”
Aku dan Ara yang membawakan sepeda
Nisa sampai pulang ke rumahnya. Kejadian ini,
membuat kami semakin menyadari tentang
pentingnya arti sebuah persahabatan. Ketika ada
teman yang sedang mengalami kesusahan, kami
saling menguatkan dengan menghiburnya.
Sesampai di rumah Nisa, kami memohon
maaf kepada Papa dan Mamanya karena
kecerobohan kami yang nekat menerobos
derasnya air hujan. Sehingga Nisa terjatuh dari

[7]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

sepedanya. Namun, kami juga menjelaskan bahwa
kami mau bertanggung jawab dengan
mengantarkannya pulang sampai ke rumahnya.

[8]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

KEJUTAN UNTUK TATA

Oleh Tiara Marda Apresya

Siang hari yang begitu terik, Tiara melamun melihat
tugas begitu banyak dan menumpuk. Tiara pun
mengumpulkan niat dan semangat untuk
mengerjakan tugas yang banyak itu. Akhirnya
setelah satu jam berlalu dengan semangat
membara, Tiara berhasil menyelesaikan tugasnya.

“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga
tugasku hari ini,” ucap Tiara.

“Selesai mengerjakan tugas, jangan lupa
makan ya, Nak!” kata Mama.

“Iya, Ma,” jawab Tiara
Setelah makan siang, Tiara teringat hari
Sabtu ini hari ulang tahun Tata. Dia begitu panik
karena belum menyiapkan kado dan kejutan untuk
Tata. Setelah berpikir sejenak, kemudian dia
menelepon sahabatnya Naya dan Syifa.
“Halo Nay, apakah kamu nanti sore bisa ke
rumahku?” tanya Tiara.

[9]------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat -----------

“Iya bisa, ada acara apa Tiara?” tanya
Naya balik.

“Tata minggu ini ‘kan ulang tahun, kita
kasih kejutan yuk!” ajak Tiara.

“Baiklah, nanti sama Syifa juga ya,” kata
Naya.

Sore hari tiba, mereka bertiga berkumpul di
ruang tamu rumah Tiara. Mama menghidangkan
kue kesukaan Tiara dan teh hangat. Ketiga sahabat
ini berdiskusi untuk membuat kejutan di hari ulang
tahun Tata. Mereka ingin membuat acara yang
spesial dan sangat bermakna di hari ulang tahun
sahabatnya itu.

“Kita harus membuat acara yang penuh
kejutan buat Tata,” ucap Tiara.

“Tapi itu membutuhkan dana,” sahut Syifa.
“Oh iya, aku punya ide, bagaimana kalau
kita sisihkan uang jajan kita untuk membeli kue
tar?” usul Naya.
“Baiklah, masalah dekorasi nanti biar
Kakakku yang membuatkan,” kata Tiara.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [10] -----------

Hari telah beranjak malam, mereka pun
pulang ke rumah masing-masing.

Keesokan harinya, saat pulang sekolah tiga
sahabat ini berkumpul. Mereka mematangkan lagi
rencana memberi kejutan di hari ulang tahun Tata
di taman belakang.

Tiara, Naya, dan Syifa sedang berdiskusi
membicarakan tentang tempat ulang tahun Tata.
Tak disangka, ada seorang Ibu yang ternyata ikut
mendengarkan pembicaraan mereka. Ibu tersebut
datang menghampiri, ternyata beliau adalah
Mamanya Tata.

“Loh, Tante, aku kira penculik,” kata Syifa
sambil bercanda.

“Sedang membicarakan tentang tempat
ulang tahun Tata, ya?” tanya Mamanya Tata.

“Iya, Te,” jawab Naya.
“Di rumah Tante saja, hari Minggu ini Tante
mau pergi sama Tata sampai jam 10 nanti kalian
kalau mau dekorasi dibantu Papanya Tata.”

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [11] -----------

Hari Minggu yang ditunggu pun datang.
Sejak pagi mereka bertiga sudah berkumpul di
rumah Tata. Mereka begitu bersemangat untuk
memberi kejutan kepada Tata di hari bahagianya.

“Teman-teman, sekarang kita akan
mendekorasi ruangan,” kata Tiara.

“Baiklah, ayo kita percepat proses
dekorasinya!” sahut Naya.

Setelah satu jam berlalu, ruang tamu di
rumah Tata sudah berubah menjadi begitu indah,
penuh dengan dekorasi ulang tahun. Beberapa
waktu kemudian Tata dan Mamanya tiba di rumah.

“Ma, rumah kita kok gelap semua?” tanya
Tata kebingungan.

“Ada apa ya?” kata Mama Tata yang
pura-pura tidak tahu.

“Selamat Ulang Tahun!” teriak kami semua
mengagetkan Tata.

“Wow … kalian luar biasa,” kata Tata
terkejut.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [12] -----------

“Maaf kami membuatmu terkejut,” kata
Tiara.

“Ayo tiup lilinnya!” kata Naya.
Setelah meniup lilin dan potong kue tar,
mereka makan kue bersama. Kemudian Tata
membuka kado dari sahabat-sahabatnya. Dia
begitu terkejut setelah mengetahui isinya adalah
boneka beruang besar yang sudah lama
diinginkannya.
“Terima kasih sahabat-sahabatku!” kata
Tata sambil tersenyum bahagia.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [13] -----------

MOGOK SAAT KERJA KELOMPOK

Oleh Najwa Dayu safira

Namaku Lea, aku mempunyai sahabat yang
bernama Lia. Nama kami berdua hampir sama,
sehingga teman-temanku sering kali salah saat
memanggil nama kami.

Awal semester ini, kami mendapat tugas
kelompok dari Bu Guru. Tugas ini mengharuskan
kami mengerjakannya di rumah. Saat istirahat tiba,
aku, Lia, Ifah, dan Veve beranjak pergi ke kantin
sekolah untuk merencanakan kegiatan tugas
kelompok tersebut.

“Lea, kerja kelompok ini akan kita kerjakan
di mana ya?” tanya Lia.

“Kalau aku sih, terserah teman-teman
saja,” jawab Ifah.

“Di rumahmu saja ya, Lia,” kataku.
“Tapi rumahku jauh loh,” jawab Lia.
“Kalau aku terserah kalian saja, yang
penting tugas kita bisa diselesaikan dengan baik,”
sahut Veve.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [14] -----------

Di antara kami semua, rumah Lia memang
cukup luas. Ada taman yang sangat asri ditambah
dengan air terjun mini di depan rumahnya. Selain
itu, juga ada kucing dan kelinci yang menjadi
hewan peliharaannya. Tentu, suasana tersebut
sangat mendukung kami dalam mengerjakan tugas
kelompok.

Setelah berdiskusi, akhirnya kami
memutuskan untuk mengerjakan tugas kelompok
di rumah Lia. Dia juga tidak keberatan dan bersedia
menyediakan konsumsi.

Pagi hari yang cerah, saat sinar mentari
menyelinap masuk melalui celah jendela kamarku.
Aku bergegas bangun dari tidur kemudian beranjak
menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku
teringat mempunyai tugas kerja kelompok di rumah
Lia. Sesudah sarapan, aku bergegas pamit ke
Mama.

“Ma, hari ini aku mau ke rumah Lia, ya,”
kataku.

“Ada acara apa, Nak?” tanya Mama.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [15] -----------

“Mengerjakan tugas kelompok,” jawabku.
“Hati-hati, ya!” sahut Mama.
Setelah berpamitan, aku langsung
mengambil motor di garasi kemudian
mengendarainya menuju rumah Lia. Di tengah
perjalanan, motorku berhenti. Aku sangat panik,
karena sebelumnya motorku tidak pernah mogok.
Setelah menenangkan diri, aku baru sadar kalau
motorku kehabisan bensin.
Aku langsung menelepon Lia dengan
harapan dia bisa menjemputku. Ternyata, Lia tidak
bisa menjemputku karena motornya sedang dipakai
Kakaknya. Saat itu, aku kebingungan. Setelah
membuka dompet, aku baru menyadari kalau tidak
membawa uang. Di tengah kebingungan, kulihat
Veve melintas. Langsung saja aku berteriak
memanggilnya.
“Veve …,” panggilku.
“Oh, kamu Lia,” jawab Veve lalu
menghampiriku.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [16] -----------

“Iya Ve, motorku mogok kehabisan bensin,”
jelasku.

“Aku minta tolong, pinjamkan uang untuk
membeli bensin,” pintaku.

“Baiklah, Lea, kamu tunggu di sini aku
belikan,” jawab Veve.

“Terima kasih, Veve!”
Akhirnya dengan bantuan Veve yang
membelikan bensin, aku bisa melanjutkan
perjalanan menuju ke rumah Lia.
Sesampai di rumah Lia, ternyata Ifah sudah
datang.
“Maaf ya, teman-teman, aku terlambat
datang,” kataku.
“Tidak apa-apa kok, Lea,” jawab Lia dan
Ifah bersamaan.
“Tadi motorku mogok di tengah jalan,
kemudian ditolong Veve,” kataku.
“Sudahlah Lea, itu sudah kewajiban kita
sebagai teman,” sahut Veve kemudian.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [17] -----------

Kejadian ini, membuatku semakin
menyadari pentingnya memiliki sahabat yang selalu
siap menolong kita. Hanya sahabat sejati yang
selalu ada dalam suka maupun duka.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [18] -----------

DUA SAHABAT

Oleh Valena Keisa Renata

Siang itu, angin berhembus sangat kencang, udara
terasa begitu panas. Aku bergegas mandi
kemudian berganti baju. Hari ini sangat bersejarah
bagiku, karena hari ini aku akan mengikuti lomba
Tari Remo tingkat Kota Surabaya.

Tergesa-gesa kuambil kostum beserta
perlengkapan menariku.

“Ayo Nak, jangan sampai kita terlambat
loh!” teriak Mama.

“Iya, Ma,” sahutku.
Mama sibuk mempersiapkan peralatan
make up dan kostum menariku. Kami berangkat ke
tempat berlangsungnya lomba menari tingkat kota.
Perjalanan siang itu sangat panas, jalanan juga
macet karena ada buruh pabrik yang sedang demo
menuntut kenaikan upah. Setelah melalui
perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan
akhirnya, kami pun sampai di tempat tujuan.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [19] -----------

Sampai di tempat lomba, aku dan Mama
segera mencari tempat yang nyaman untuk mulai
merias. Di sini anak-anak dari sanggar kecamatan
lain sudah berdatangan dan bergegas
mempersiapkan diri mereka untuk tampil.

Ada seorang yang menepuk pundakku.
“Hai, kamu ikut lomba juga, Leni?” suara
dari belakang bertanya.
“Iya,” jawabku singkat, segera aku
menengok ke belakang melihatnya.
Ternyata, anak itu Niki, teman sanggarku
yang sekarang sudah pindah ke luar kota untuk ikut
orang tuanya yang mendapat tugas di luar kota.
Saat pertama berkenalan, anak itu terkesan judes
dan sombong. Mungkin karena dia anak dari orang
kaya atau memang karena sifat dan wataknya. Aku
tidak tahu.
Setiap perlombaan yang diadakan di
sanggar, kami selalu mengikutinya. Suatu saat, Niki
tidak diikutsertakan dalam perlombaan di tingkat
kecamatan. Dia merasa kesal terhadapku,

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [20] -----------

sehingga membujuk teman-temannya untuk ikut
memusuhiku. Aku tetap berusaha sabar
menghadapinya. Suatu saat nanti, dia akan
membutuhkanku sebagai temannya.

Aku akan buktikan kalau bisa menang di
lomba tingkat kecamatan. Niki pun menyadari
kekeliruannya dan meminta maaf kepadaku.
Akhirnya sampai sekarang kami masih menjadi
sahabat yang saling mendukung. Walaupun kami
saat ini saling berjauhan tempat, tetapi kami sering
berkirim kabar dan bertukar pikiran.

Setelah saling melepas rindu, kami bersiap
menuju depan panggung menunggu panggilan
nomor urut peserta. Begitu namaku dipanggil, aku
pun bergegas menuju panggung. Jantungku
berdetak cukup kencang karena sudah lama tidak
pentas akibat adanya pandemi ini.

”Ayo semangat, Len …” teriak Niki dari
kejauhan.

Aku pun hanya mangacungkan jempol
tanda setuju. Musik segera dimainkan dan aku pun

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [21] -----------

segera melenggak-lenggokkan tubuhku sesuai
dengan iringan musik yang ada. Aku mulai
bersemangat dengan gerakan Tari Remo yang
kubawakan bisa membuat penonton dan juri
terpana.

BRAK ….
Aku sudah tidak ingat apa-apa.
Dimana ini? aku melihat sekelilingku. Aku
kebingungan di mana orang-orang, di mana juri-juri
kok tidak ada. Hingga akhirnya aku melihat Mama,
Leni, dan Mama Niki datang.
“Bagaimana keadaanmu, Len?” tanya Niki.
Aku hanya tersenyum lemah.
“Lain kali kalau mau ikut lomba atau mau
latihan makan dulu ya, disuruh makan kok susah
sekali, sekarang jadi pingsan ‘kan,” kata Mama.
”Cepat sehat ya, Leni!” kata Niki.
“Aku bawakan piala dan sertifikat hasil
lomba tadi, kamu memang juara,” puji Niki.
“Kamu juga hebat Nik.”
Kami pun akhirnya saling berpelukan.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [22] -----------

TETAP BERSAHABAT WALAU BERBEDA

Oleh Arsyla'la Muzakki Elmasya

Pagi yang cerah sang mentari bersinar dengan
gagahnya. Aku disuruh Ibu ke warung tetangga
untuk membeli garam dan gula. Aku bergegas ke
warung untuk membeli garam dan gula tanpa
membantah. Setiap perintah dari ibu selalu
kukerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Di tengah perjalanan, saat hendak
menyeberang ada motor yang menabrakku.
Kemudian orang itu menghentikan motor dan
menolongku yang sedang tergeletak di jalan.

"Maaf ya, Dik. Saya tidak sengaja
menabrakmu," kata orang itu.

"Aku tidak apa-apa kok, Kak," jawabku.
"Apakah kamu ada yang luka?" kata orang
itu sambil melihatku dari atas ke bawah
memperhatikan dengan seksama.
"Tidak ada Kak, aku baik-baik saja kok,"
jawabku.
 "Oh iya nama Kakak siapa?" tanyaku. 

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [23] -----------

 "Namaku Arka Tri Cahyo panggil saja
Arka, kalo kamu siapa?" 

"Namaku Rehan," jawabku.
"Oh iya aku baru ingat, aku harus ke
warung membeli garam dan gula," ucapku
tergesa-gesa hendak meninggalkannya.
"Baiklah, tapi boleh tidak aku ikut
menemanimu ke warung?" tanya Arka. 
"Boleh," jawabku.
Aku pergi ke warung dibonceng Arka.
Sepanjang perjalanan berulang kali Arka meminta
maaf karena telah menabrakku tadi. Dia sangat
menyesal atas kecerobohannya dalam
berkendara. 
Sepulang dari warung, aku mengajak Arka
untuk mampir di rumah.  
"Ini Bu, garam sama gulanya," ucapku
sambil menyerahkan kantong plastik berisi gula dan
garam.
“Terima kasih ya Re!"

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [24] -----------

"Bu, aku izin main ke rumah Arka boleh
ya?" pamitku.

"Boleh kok nak, hati-hati di jalan ya!" jawab
Ibu. 

Setelah itu kami bergegas menuju rumah
Arka. Aku dibonceng motor sahabat baruku itu. Kali
ini Arka mengendarai motor dengan sangat
hati-hati dan penuh konsentrasi. Di tengah
perjalanan, terdengar suara azan zuhur. 

"Udah azan nih ayo salat!" ajakkku.
"Ta..." jawab Arka bingung.
"Sudah ayo berhenti dulu, kita salat di
masjid!" ajakku memaksa.
Saat tiba di masjid Arka berkata, "Rehan
tapi aku bukan Islam, agamaku Kristen."
"Loh jadi, kamu bukan seorang muslim?"
jawab Rehan. 
"Iya maaf ya," jawab Arka. 
"Kamu tunggu di luar saja, aku salat
sebentar ya!" kataku. 
"Oh iya silakan!" jawab Arka.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [25] -----------

Selesai salat aku ke luar masjid
menghampiri Arka. 

"Maaf ya sahabatku, aku tidak tahu kalau
kita berbeda keyakinan,” ucapku.

"Tidak apa-apa yang penting kita saling
menghormati," jawab Arka. 

Kami pun bergegas ke rumah Arka.
Ternyata di rumah Arka banyak makanan karena ia
sedang merayakan natal. Ada kue jahe, Sup ayam,
Feast of Seven Fishes, Sachertorte, Gingerbread,
Kalkun Panggang.

Aku dan Arka menikmati makanan sampai
kenyang. Aku paling suka Kue Jahe karena
bentuknya yang lucu, rasanya enak, dan aroma
menggoda lidah.

"Terima kasih Arka," kataku karena diajak
mencicipi makanan khas Natal.

Teman-teman kita boleh, berteman dengan
siapapun dan agama apapun. Namun kita tidak
boleh ikut ibadah mereka. Itulah makna toleransi
yang sesungguhnya. Seperti aku dan Arka yang

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [26] -----------

tetap bersahabat, meskipun keyakinan kami
berbeda.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [27] -----------

CETAKAN KUE DARI NANTA

Oleh Risky Pratama

Pagi itu Ibu menyuruhku berbelanja di pasar. Ini
bukan pertama kali aku melakukannya. Ibu sering
menerima pesanan nasi kotak dan kue. Aku yang
membantu Ibu, jika Ayah sedang ada pekerjaan
lain. Biarpun anak laki-laki, aku tidak malu
membantu Ibu berbelanja di pasar.

Saat itu, aku mengajak sahabatku Nanta.
Awalnya Nanta menolak, karena dia tidak pernah
berbelanja di pasar sepertiku. Namun, aku
merayunya, akhirnya dia menerima ajakanku.

"Nanta, kamu nanti jangan kaget ya!
Belanjaanku banyak," kataku.

"Iya, tenang saja. Nanti kalau aku tidak bisa
bawa, kutinggal saja barang belanjaanmu," goda
Nanta sambil tertawa.

Selama perjalanan, aku dan Nanta
bercerita tanpa henti. Tak terasa kami sudah
sampai di pasar. Aku membuka catatan yang berisi
apa saja yang harus kubeli. Tak butuh waktu lama

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [28] -----------

tas belanjaanku sudah penuh dengan sayur dan
bahan-bahan makanan lainnya.

Ketika hampir selesai, aku melihat ada
cetakan kue seperti punya Ibu yang sudah rusak.
Aku segera membelinya. Kebetulan aku membawa
sebagian uang tabungan. Besok adalah ulang
tahun Ibu, aku akan memberikannya sebagai
hadiah.

"Kamu membeli apa itu, Ki?" tanya Nanta.
"Aku membeli cetakan kue untuk Ibu.
Punya Ibu sudah rusak. Aku akan memberikannya
sebagai hadiah ulang tahunnya besok," jawabku.
"Ibumu pasti senang mendapat hadiah dari
kamu, Ki. Kamu hebat ya, bisa hafal di mana kamu
harus membeli semua bahan makanan ini. Padahal
penjual di sini sangat banyak," kata Nanta
memujiku.
"Aku sudah terbiasa, Nanta," balasku.
"Sini aku bantuin membawa belanjaanmu!"
pinta Nanta.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [29] -----------

"Itulah gunanya aku mengajak kamu,"
kataku sambil tersenyum.

Nanta memang sahabatku yang baik dan
pengertian. Kami sudah bersahabat sejak kecil.
Karena rumah kami memang berdekatan dan kami
juga satu kelas di sekolah. Nanta berasal dari
keluarga yang kaya raya. Meskipun begitu Nanta
bukan anak yang sombong. Dia tidak pernah
membeda-bedakan teman. Seperti saat itu, dia
mau menemaniku berbelanja di pasar.

Setelah semua daftar belanjaan sudah
masuk di tas, aku dan Nanta memutuskan pulang
ke rumah. Saat akan pulang, perut Nanta sakit. Aku
mengantar Nanta mencari kamar mandi terdekat.
Kami menemukannya di dekat pintu keluar pasar.
Nanta segera masuk ke kamar mandi dan aku
mencari tempat duduk untuk menunggu Nanta.

Tak lama Nanta sudah keluar dari kamar
mandi. Kami pun segera pulang.

Sesampai di rumahku, Nanta memberikan
barang belanjaanku yang dibawakannya.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [30] -----------

"Terima kasih Nanta, kamu sudah
membantuku berbelanja di pasar," kataku

"Sama-sama. Ternyata seru juga ya,
berbelanja di pasar," kata Nanta.

"Ini kue buat kamu, Nanta," kataku sambil
memberikan bungkusan kue.

"Wah, terima kasih, Ki. Kapan kamu
membelinya?" tanya Nanta.

"Kue itu kubeli saat menunggu kamu
sedang di kamar mandi. Besok aku minta Ibu
buatin. Aku tadi 'kan sudah beli cetakan kue untuk
Ibu," kataku sambil mencari cetakan kue yang
kubeli.

"Kenapa, Ki?" tanya Nanta.
"Cetakan kue ku enggak ada, tadi 'kan
kamu yang bawa," kataku
Kemudian aku melanjutkan mencari
cetakan kue, tapi aku tidak menemukannya. Nanta
membantuku membongkar tas belanjaan dan kami
tidak menemukannya.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [31] -----------

"Gimana, Ki? Apa mungkin ketinggalan di
pasar atau terjatuh di jalan, ya?" kata Nanta.

"Entahlah. Aku tidak ada waktu untuk
mencarinya, aku harus membantu Ibuku sekarang.
Sudahlah Nanta, pulanglah! Mungkin lain kali saja
aku memberi kado untuk Ibu," kataku kesal.

Nanta merasa bersalah, karena dia yang
membawa cetakan kue itu. Nanta kembali ke pasar
sendirian. Dia menyusuri tempat yang tadi
dilewatinya, tetapi dia tidak menemukan cetakan
kue itu.

Nanta kembali ke tempat di mana aku
membeli cetakan kue itu, tapi cetakan kuenya
sudah habis. Nanta tahu cetakan kue itu akan
kuhadiahkan untuk ulang tahun Ibu besok.
Kemudian Nanta pulang ke rumah dengan tangan
kosong.

Sesampai di rumahnya, Nanta meminta
Ayahnya mengantar ke toko yang menjual cetakan
kue. Beruntung Nanta menemukan cetakan kue
yang mirip dengan cetakan kue yang kubeli di

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [32] -----------

pasar. Nanta segera membeli kemudian
membungkus dan memberikannya kepadaku
sepulang dari toko itu. Nanta juga meminta maaf
padaku atas kelalaiannya. Aku menerima
bungkusan yang berisi cetakan kue itu, tetapi aku
masih kesal pada Nanta.

Keesokan hari tepat di hari ulang tahun Ibu,
aku memberikan cetakan kue dari Nanta sebagai
hadiah. Ibuku sangat senang setelah membuka
bungkusannya. Aku menceritakan kejadian di pasar
Ibu menasihatiku agar memaafkan Nanta, karena
sebenarnya tidak sengaja menghilangkan cetakan
itu dan sudah menggantinya.

Aku pun sadar, kalau Nanta tidak bersalah.
Aku segera pergi ke rumah Nanta.

"Nanta, maafkan aku, ya! Tidak seharusnya
aku marah sama kamu. Aku harusnya berterima
kasih, karena kamu mau menemaniku," kataku
menyesal.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [33] -----------

"Apa sih, Ki. Aku sudah memaafkanmu.
Besok kalau ke pasar lagi, ajak aku lagi, ya!" kata
Nanta sambil tersenyum.

Aku mengeluarkan kotak berisi kue
buatanku dan Ibu. Aku memberikan kue itu untuk
Nanta dan dia menyukainya.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [34] -----------

FOKUS, NANA!

Oleh Inayatus Sholehah

Matahari tersenyum Indah, seindah senyum Nana
pagi itu. Hari itu adalah hari libur. Nana bangun
lebih awal, karena dia sudah mempunyai janji
dengan temannya yang bernama Ata. Mereka akan
bersepeda di sekeliling taman yang letaknya
lumayan jauh dari rumah mereka. Tak lupa Nana
sarapan dulu sebelum pergi ke rumah Ata. Mereka
akan berangkat ke taman bersama-sama.

Suasana di taman saat hari libur selalu
ramai pengunjung. Tak hanya bersepeda, banyak
kegiatan yang bisa dilakukan di sana. Seperti
bermain ayunan, lari pagi, senam, atau hanya
sekedar berfoto dengan latar belakang taman yang
indah. Selain itu, kita bisa menikmati kuliner yang
beraneka macam pilihan.

"Ata, orang itu jual makanan apa ya? Ayo
kita beli," kata Nana sambil menunjuk penjual
makanan.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [35] -----------

"Aduh Nana, lagi-lagi makanan. Kita 'kan
baru sampai. Ayo kita bersepeda dulu!" sahut Ata
yang sudah mengerti kalau Nana hobi makan.

"Tapi nanti kita mampir ke situ ya," imbuh
Nana.

"Siap, tapi traktir aku ya?" kata Ata
menggoda Nana.

Nana dan Ata melanjutkan bersepeda. Di
sana mereka bertemu dengan Mimi dan Evan.
Bersepeda menjadi semakin seru. Beberapa kali
mereka mengelilingi taman. Tak terasa hari sudah
siang, tapi cuaca sedang mendung, sepertinya
akan turun hujan. Mimi dan Evan memutuskan
untuk pulang ke rumah lebih dulu, sedangkan Ata
memenuhi janjinya menemani Nana membeli
makanan. Mereka tidak memakannya di tempat,
tapi mereka membawa makanan itu pulang takut
turun hujan.

Nana membawa pulang banyak makanan.
Karena tergoda dengan aroma makanan yang
dibelinya, Nana makan sambil bersepeda.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [36] -----------

Di tengah perjalanan pulang, Nana
menghindari jalanan yang berlubang, dengan
tangan masih memegang makanan. Nana
kehilangan keseimbangan sehingga membuatnya
terjatuh dari sepeda.

GUBRAK!
Ata sontak menoleh ke arah Nana yang
berada di belakangnya.
“Nana, apakah kamu baik-baik saja, tidak
ada yang luka 'kan?” tanya Ata cemas.
"Makananku jatuh berhamburan," jawab
Nana mencari makanannya dan tidak
memperhatikan lukanya.
"Aku tanya lukamu, kamu malah bingung
makananmu. Bisa-bisanya kamu makan sambil
bersepeda," kata Ata.
“Hihihi, sepertinya makanan ini enak, jadi
aku ingin memakannya. Sekarang lututku sakit, tapi
makananku bagaimana?” jawab Nana meringis
sambil menahan sakit.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [37] -----------

Saat itu cuaca sedang tidak bersahabat.
Terdengar suara petir dan hujanpun turun.
Sedangkan Nana masih duduk dijalan raya.

"Jangan memikirkan makananmu, pikirkan
lukamu. Ayo kita menepi dulu, hujan sudah turun,
nih. Untung jalanan sedang sepi," kata Ata panik.

Nampak darah keluar dari lutut Nana. Dia
mencoba berjalan, tapi mengalami kesulitan. Ata
membantu Nana berjalan menuju tempat duduk
yang ada di seberang jalan. Baju mereka pun
basah terkena air hujan. Kemudian Ata kembali lagi
ke jalan untuk mengambil sepeda mereka.

Ata melihat ke sekeliling, tidak ada toko
yang menjual obat dan hanya ada orang yang
berkendara yang lewat karena mereka sedang
berada di pinggir jalan raya. Nana dan Ata tidak
membawa ponsel, jadi mereka tidak bisa
menghubungi keluarga Nana.

Mereka berencana menunggu hujan reda,
tapi Ata melihat ada orang yang dikenalnya
mengendarai sepeda motor lewat di depan mereka.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [38] -----------

"Kak Syifa," teriak Ata.
Orang itu menoleh ke arah Ata dan
menghampiri. Ternyata benar, orang itu adalah Kak
Syifa.
"Loh Ata, kamu kok di sini ngapain
hujan-hujan?" tanya Kak Syifa sambil melepas jas
hujannya dan mengamati Nana yang sedang
kesakitan.
Kak Syifa adalah tetangga Ata. Ata
menceritakan kejadian yang dialaminya kepada
Kak Syifa. Kak Syifa kemudian mengambil
ponselnya di dalam tas dan menghubungi Ayah
Nana dan memintanya agar menjemput Nana.
Hujan sudah berhenti. Kak Syifa melihat
Nana memegangi perutnya, membuat Kak Syifa
teringat tadi habis membeli roti. Kemudian Kak
Syifa mengeluarkan Roti dari dalam tasnya.
"Ini, makanlah! Sepertinya kalian lapar ya?"
tanya Kak Syifa sambil memberikan kue kepada
Nana dan Ata.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [39] -----------

"Hehehe, iya Kak. Terima kasih Kak," jawab
Nana malu.

"Lain kali lebih hati-hati Nana, kamu sih
hanya memikirkan makanan saja. Sampai-sampai
makan sambil bersepeda," sahut Ata.

"Iya, betul kata Ata. Beruntung jalanan
sedang sepi. Bagaimana kalau jalanan sedang
ramai? Bersepeda harus fokus, Nana. Tidak boleh
sambil makan ataupun bergurau dengan teman
karena bisa berbahaya," kata Kak Syifa menasihati.

Nana hanya mengangguk sambil
menghabiskan roti dari Kak Syifa.

Tak lama kemudian Ayah Nana datang.
Ayah Nana melipat sepeda Nana dan Ata dan
memasukkannya ke mobil. Setelah itu, Ayah Nana
meminta Ata masuk ke mobil dan membantu Nana
duduk di Mobil. Tak lupa Ayah Nana mengucapkan
terima kasih kepada Kak Syifa dan Ata. Ayah juga
menasihati Nana agar lebih berhati-hati.

------------ Gendis Sewu Berkarya : Aku dan Sahabat [40] -----------

SEGELAS ES BUAH

Oleh Aqila Fajri Ramdhan

Di suatu pagi yang cerah, Budi memulai harinya
dengan penuh semangat. Bangun dari tidur, Budi
langsung membereskan tempat tidurnya. Setelah
itu, Budi teringat dengan sesuatu. Ternyata ia
punya janji bertemu dengan sahabatnya, Udin.

Budi langsung mengambil handuk dan
masuk ke kamar mandi untuk membersihkan
badan. Setelah mandi, dia mengambil pakaian dan
mengenakannya. Sesudah semua siap, Budi
menghampiri Ibunya untuk berpamitan agar tidak
khawatir.

”Bu, Budi pergi ke rumah Udin ya.
Assalamualaikum,” pamit Budi.

“Iya. Alaikumsalam. Hati-hati, Nak,” pesan
Ibu.

Budi mulai berjalan menuju ke rumah Udin,
tetapi dia tidak memperhatikan jalan, malah sibuk
memainkan ponselnya. Rumah Udin memang


Click to View FlipBook Version