The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Majalah Imakulata Edisi XVII: Biarkanlah Anak-Anak Itu Datang Kepada-Ku

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Paroki Kalideres - Bookshelf, 2023-07-12 11:46:19

Majalah Imakulata Edisi XVII

Majalah Imakulata Edisi XVII: Biarkanlah Anak-Anak Itu Datang Kepada-Ku

Biarkanlah Anak-Anak Itu Datang Kepada-Ku Anak-Anak Angkat Bicara | Seruan Paus Fransiskus Untuk Orangtua | Biarkanlah Anak-Anak Itu Datang Kepada-Ku | Dari Mereka Kami Belajar Menjadi Orang Tua | Anthiokia | Peran OMK Dalam BIA dan BIR | Bersukacita Dalam Pelayanan Perutusan Yesus | Orang Kudus Muda Gereja Katolik Edisi XVII,Juli 2023


Salam Kasih Kristus, Pembaca terkasih, kembali kita berjumlah melalui Majalah Imakulata Edisi 17 ini. Apa kabar? Semoga kita semua senantiasa sehat-sehat, terlebih lagi di saat cuaca di Jakarta yang sedang tidak menentu ini. Kali ini Majalah Imakulata hadir dengan tema “Biarlah Anak-Anak Itu Datang KepadaKu”. Anak-anak adalah masa depan Gereja dan bangsa kita. Di zaman yang penuh tantangan dan perubahan yang cepat ini, anak-anak perlu untuk sejak dini mengenal Tuhannya, memupuk imannya agar terus bertumbuh, dan melatih diri untuk melayani sesamanya. Di Gereja kita, banyak wadah pelayanan dan pengembangan iman bagi anak-anak. Apakah kita mengenalnya? Apakah anak-anak kita sudah bergabung ke dalamnya? Kesemuanya kami sajikan melalui artikel-artikel dalam rubrik-rubrik edisi ini. Akhir kata, selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati, Bunda Maria melindungi kita senantiasa. DARI REDAKSI


DAFTAR ISI Majalah Imakulata, Edisi XVII, Juli 2023 Ruang Batin Biarkanlah Anak-Anak Itu Datang Kepada-Ku Sajian Utama Mengajak Anak Untuk Mendekati Tuhannya Anak-Anak Angkat Bicara Seruan Paus Fransiskus Untuk Orangtua Kesaksian Iman Dari Mereka Kami Belajar Menjadi Orang Tua Seputar Paroki Rekoleksi ME Galang Dana Untuk ASAK Gathering SaBUKers SMI Seminar Kebangsaan Yuniorat OMI Galang Dana Pesparani Ke-3 Tingkat DKI Jakarta 2023 Seksi/Kategorial Anthiokia Pojok OMK Peran OMK Dalam BIA dan BIR Bersukacita Dalam Pelayanan Perutusan Yesus Ringan Bermakna Orang Kudus Muda Gereja Katolik Cerita Sampul: Melayani sebagai Putra Altar dan Legio Ekaristi (Foto oleh Nicholas Supriyanto) 4 10 14 24 34 45 46 47 48 49 50 53 60 67 70


RUANG BATIN Biarkan Anak-anak Itu Datang Pada-Ku Oleh Romo Reynold Agustinus Sambolayuk, OMI Dalam dua minggu ini, Paroki Santa Maria Imakulata disibukkan terutama dengan acara–acara orang muda Katolik (OMK). Anak–anak dan orang muda Katolik mengisi liburan sekolah mereka tidak hanya dengan bermain dan berlibur bersama keluarga mereka masingmasing, tetapi juga mengikuti weekend yang diselenggarakan oleh Gereja. Beberapa kegiatan itu antara lain: 4


RUANG BATIN 5 Roses, Antiokhia, PDOMK, Summer Camp BIA-BIR, dan Lion Camp. Di periode yang sama, Putera Altar dan Legio Ekaristi juga mengadakan perekrutan anggota baru untuk pelayanan liturgi dalam Perayaan Ekaristi. Kegiatan–kegiatan ini bertujuan untuk membuat anak–anak dan orang muda Katolik semakin mencintai Tuhan Yesus, Gereja Katolik, dan mengalami hidup di dalam persekutuan. Mereka bermain, bernyanyi, dan saling membagikan pengalaman imannya. Secara kebetulan, di waktu yang sama, Indonesian Youth Day diselenggarakan. Paroki Santa Maria Imakulata mendapat kehormatan untuk mengirimkan satu orang wakilnya yang berangkat ke Palembang bersama OMK lainnya dari Keuskupan Agung Jakarta. Di dalam Injil, Tuhan Yesus berkata: "Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka,


RUANG BATIN 6 sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Mrk. 10:14). Yesus mencintai anak–anak, remaja, dan orang muda. Mereka adalah bagian dari Gereja. Karena itu, Paroki Santa Maria Imakulata sangat berkomitmen untuk mendukung pembinaan anak–anak, remaja, dan orang muda. Puji Tuhan, kegiatan–kegiatan ini mendapat tanggapan yang sangat positif dari mereka. Ratusan anak– anak, remaja, dan orang muda berpartisipasi dalam kegiatan–kegiatan yang diselenggarakan di Paroki. Tentu jumlah ini masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan statistik yang menunjukkan bahwa ada ribuan anak–anak, remaja, dan orang muda Katolik di Paroki Santa Maria Imakulata.


RUANG BATIN 7 Sungguh disadari bahwa pandemi yang mulai dirasakan di Indonesia sejak Maret 2020 membawa dampak besar bagi kegiatan–kegiatan Gereja - khususnya untuk anak-anak, remaja, dan orang muda. Selama kurang lebih tiga tahun mereka dikurung di dalam rumah dan hanya sibuk dengan gadget mereka. Akibatnya, ketika pandemi perlahan– lahan berakhir dan aktivitas tatap muka mulai dibolehkan, tidak mudah untuk mengeluarkan mereka dari zona nyaman mereka yang sibuk dengan gadget dan dunia maya. Dalam hal ini, peran orangtua sungguh patut diapresiasi. Harus diakui bahwa banyak dari anak–anak ini yang ikut kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Paroki untuk mereka karena dorongan dari orangtua mereka. Kegiatan–kegiatan anak–anak, remaja, dan orang muda ini juga menunjukkan suatu fenomena budaya saat ini, yaitu budaya yang instan, meriah, mudah, menyenangkan,dan lain sebagainya .


RUANG BATIN 8 Anak–anak lebih tertarik dengan kemasan dari pada isi. Hal ini terungkap ketika mereka ditanya: “Mana yang lebih menarik? Games, gerak lagu, atau presentasi?” Jawabannya jelas: Games dan gerak lagu. Presentasi? Hanya segelentir yang angkat tangan. Kebanyakan juga mengatakan bahwa saat presentasi atau pengajaran, mereka mengantuk dan tertidur. Apakah karena presentasinya tidak menarik? Tidak juga. Hal ini menjadi keprihatinan sekaligus tantangan di dalam pendampingan anak– anak, remaja, dan orang muda. Mesti selalu diupayakan acara–acara yang asyik, seru, dan juga berbobot. Kreativitas sangat dibutuhkan. Paus Shenouda III dari Gereja Ortodoks Koptik mengatakan Gereja tanpa orang muda adalah Gereja tanpa masa depan. Terlebih lagi, orang muda tanpa Gereja adalah orang muda tanpa masa depan. Paus Fransiskus sendiri berpesan: “Orang–orang muda, jangan menguburkan talenta–talentamu,


bakat–bakat yang diberikan Tuhan kepadamu! Jangan takut untuk bermimpi tentang hal–hal yang besar.” Sangat jelas betapa pentingnya anak–anak, remaja, dan orang muda ini sebagai bagian dari Gereja. Maka pembinaan iman mereka menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama dari orangtua mereka. Harapannya orangtua memberikan teladan iman yang baik dan berani mendorong anak–anak mereka untuk terlibat aktif di dalam Gereja. RUANG BATIN 9 LE di balik layar: kesibukan di Sakristi sebelum pembagian Komuni Kudus


SAJIAN UTAMA 10 Mengajak Anak Untuk Mendekati Tuhannya DimataNya anak-anak itu seumpama harta yang sangat bernilai. Kalau anak saja berarti penting bagi Tuhan, maka kita pun harus berpikiran serupa denganNya. Banyak hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membekali anak-anaknya agar kelak setelah mereka dewasa dapat menjadi mandiri dan bertanggungjawab. Di tengah situasi dan kondisi seperti sekarang ini, banyak orangtua yang mempercayakan pendidikan anaknya kepada sekolah, tempat-tempat bimbingan belajar, dan terkadang kepada orang yang dipercaya orangtua untuk Oleh Susan Sandy


SAJIAN UTAMA 11 mengasuh anak-anaknya. Orangtua sudah lelah bekerja seharian, jangankan ada banyak waktu untuk mendidik anak, dapat bertemu anak sebentar saja selepas pulang kerja rasanya sudah bersyukur sekali. Semoga saja masih banyak orangtua yang sadar akan tanggungjawabnya untuk membawa anak-anak mereka mengenal dan dekat dengan Tuhannya. Marilah kita coba renungkan relasi Tuhan Yesus dengan anak-anak. Di masa sekarang ini kecenderungan yang ada adalah banyaknya orangtua yang kurang memperhatikan kondisi kebutuhan rohani anaknya. Mereka ada yang mengantar anak-anaknya ke Sekolah Minggu tetapi motivasinya supaya hari Minggu orangtua dapat lebih santai sedikit. Banyak juga orangtua yang berpikir: soal rohani, nanti sajalah, tunggu kalau anak sudah besar, biarkan ia yang memutuskan sendiri tentang hal-hal spiritual. Tuhan Yesus mau para orangtua membawa


SAJIAN UTAMA 12 anak-anak datang kepada-Nya. Tuhan Yesus ingin memberkati anak-anak kita. Para murid mungkin mengira kalau Dia tidak berkepentingan dengan anak-anak. Yesus punya kesibukan yang lebih penting dibanding hanya bermain dengan anak-anak. Tetapi Yesus menegur muridmuridNya itu dan meminta mereka untuk membiarkan anak-anak datang kepadaNya. Mari kita menjadi pendorong positif untuk anak-anak kita, bukan malah menjadi penghalang bagi mereka untuk mengenal dan menjadi dekat dengan Tuhan mereka! Sebagai orangtua, kita perlu melakukan yang Yesus lakukan: Berdoa buat anak-anak, memberkati anak-anak, dan selalu mempersembahkan anakanak kita kepada Tuhan Yesus, karena hanya Dia-lah yang dapat memberikan anak-anak kita harapan untuk masa depannya, iman yang akan mendukung anak-anak dalam masa sulit mereka, kedamaian yang akan menenangkan


13 SAJIAN UTAMA anak-anak saat menghadapi gelombang besar dalam hidup mereka. Mari kita arahkan anak-anak untuk menemukan iman yang sejati, sehingga anak-anak kita dapat menjadi murid Kristus yang selalu mencari cara untuk melayani dan memuliakan namaNya. Putra Altar In Action


SAJIAN UTAMA 14 Anak-Anak Angkat Bicara Ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, oleh Susan Sandy. Gabriella Angelica Yurika, murid kelas 6 SD, bergabung dengan Koor Little Angel sejak bulan Februari tahun ini. Yurika yang sudah 5 bulan berlatih koor ini mendapat dukungan penuh dari orangtuanya. “Saya tertarik dengan Koor Little Angel karena saya suka bernyayi. Melalui menyanyi, saya dapat juga menjadi pelayan Gereja. Saya suka ikut perlombaan menyanyi di sekolah maupun antar-sekolah. Orangtua juga ingin saya bernyanyi memuliakan Tuhan di Gereja. Lagu favorit saya adalah “Sing To God”. Saya juga rajin berenang untuk membantu pengaturan pernafasan saya sehingga saya bisa bernyanyi dengan lebih baik lagi. Saya senang di Little Angel, karena saya mendapatkan teman-teman


SAJIAN UTAMA 15 baru dan dapat berkolaborasi bersama. Ada momen berkesan untuk saya, yaitu ketika Koor Little Angel bertugas dalam Misa Minggu ke-2 dengan umat yang sangat banyak. Rasanya bangga sekali. Orangtua saya memberikan dukungan dan mendampingi saya. Meski jarak dari rumah ke gereja lumayan jauh, saya naik ojek atau menumpang tetangga.” Jocelyn Chandra Winata, pelajar SMP Kelas 9 sudah aktif bergabung dengan Bina Iman Remaja (BIR) sejak tahun 2019 hingga saat ini. “Orangtua saya yang memperkenalkan BIR kepada saya untuk mengembangkan iman. Saya dan adik saya kemudian ikut BIR, meski pada mulanya saya kurang tertarik. Pertama kali ikut BIR, saya tidak merasa takut karena saya sudah kenal dengan Kakak Pembina BIR, juga karena ibu saya menemani. Orangtua juga sering


bertanya materi BIR yang diajarkan lalu kami membahasnya lagi. Saya senang ikut BIR karena ada acara-acara menarik seperti talent show pada Perayaan Paskah, tukar kado pada Perayaan Hari Valentine, dan macam-macam kegiatan seru lainnya. Terkadang saya harus berjuang melawan rasa malas ikut BIR – malas bangun pagi. Orangtua saya sekarang juga menjadi Pembina BIR di BIR Santa Monica. Saya senang sekali pernah mendapat kesempatan bermain ukulele sambil bernyanyi di acara Perayaan Paskah Wilayah saya. Saya semakin bersemangat untuk meningkatkan kemampuan saya.” SAJIAN UTAMA 16 Nevan Anderton Lie, pelajar SMA kelas 12, sudah sejak tahun 2019 menjadi Putera Altar. “Orangtua yang menyarankan saya untuk menjadi Putera Altar. Waktu itu


SAJIAN UTAMA 17 saya belum paham apa itu Putera Altar dan kegiatannya, tetapi saya sering melihat anak-anak remaja yang membantu Romo dalam Misa Kudus dan duduk di Panti Imam. Saya jadi tertarik, apalagi banyak teman saya yang juga menjadi Putera Altar. Pertama-tama bertugas, saya masih bingung tetapi kakak-kakak pengurus yang dengan setia mendampingi dan mendidik saya sehingga perlahan-lahan saya menjadi mengerti akan tugas seorang Putera Altar. Saya senang menjadi Putera Altar karena saya bertemu dengan banyak teman baru, suasana baru, dan bisa melayani Tuhan. Ternyata, asyik juga menjadi Putera Altar karena banyak hal positif yang dapat saya serap dan jadikan pelajaran hidup. Kelompok Putera Altar juga mengadakan kegiatan ekstra seperti main bulutangkis, futsal, dan basket yang bisa diikuti. Saya sadar, menjadi Putera Altar bukan mencari senang dan serunya saja, tetapi ada tujuannya yaitu melayani Tuhan supaya Perayaan Ekaristi berjalan


SAJIAN UTAMA 18 lancar. Yang terberat untuk saya sebagai Putera Altar adalah melawan kemalasan. Ada saat-saat saya merasa malas bertugas, malas datang ke gereja sehingga saya mulai mencari-cari alasan untuk tidak datang bertugas. Lamakelamaan saya sadar diri, saya harus bertanggungjawab dan berkomitmen. Momen berkesan sebagai Putera Altar adalah ketika saya bertugas pada Trihari Suci. Persiapan dan latihan diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu, dan itu sangat berat, tetapi saya dan temanteman terus berlatih untuk memberikan yang terbaik.” Enricca Caessar, remaja puteri jenjang SMA kelas 10 bergabung dengan Legio Ekaristi (LE) sudah selama 4 tahun. “Saya tertarik menjadi seorang LE untuk menjaga Tubuh Kristus sekaligus untuk


SAJIAN UTAMA 19 melayani Tuhan. Sebelum bertugas, saya dibekali pengetahuan bagaimana seorang LE harus menjaga Tubuh Kristus dan mendampingi Prodiakon. Sebagai seorang LE, saya harus pandai dalam segala kondisi untuk mengatasi kejadiankejadian yang tidak terduga. Contohnya, ketika LE harus menegur umat dengan sopan karena tidak langsung menyantap Tubuh Kristus, atau ketika seorang LE harus menguasai peta gereja untuk menentukan titik pembagian Komuni. Saya banyak kenal dengan teman-teman LE, dan saya selalu berusaha bertanggungjawab dan berkomitmen dengan tugas saya sebagai seorang LE. Ada kalanya saya menghadapi kejadiankejadian yang tak terduga sewaktu bertugas. Saya mencoba untuk tidak panik dan lalu mulai mengingat-ingat yang sudah diajarkan kepada saya selama latihan. Saya punya pengalaman tidak mendapat Prodiakon dan saya berinisiatif untuk mendampingi Romo di depan. Juga saat saya sebagai Pengurus


SAJIAN UTAMA 20 LE, saya pernah salah membagikan titik tugas sehingga terjadi kebingungan. Dalam panik, saya mencoba menenangkan diri dan lalu mengajak Pengurus yang lain untuk menuntun LE dan Prodiakon ke titik yang benar. Saya ingin terus melayani sebagai LE, sampai batas maksimal umur yang diperbolehkan sebagai LE. Saya senang dan nyaman di LE, seperti rumah kedua, karena teman-teman di LE saling memahami, seperti saudara.” Marcellino Hadhy Pratama, sudah tamat SMA, melayani Roses selama 3 periode sebagai Team. "Saya menjadi peserta di Weekend Roses ke-15, saya senang melihat Team Roses yang begitu bersemangat, cerita, dan saling mengayomi. Saya ikut Roses karena kemauan saya sendiri. Dulu saya pemalu, lalu melihat semangat Team Roses,


SAJIAN UTAMA 21 saya jadi ingin seperti mereka, ingin masuk dalam Team Roses. Ternyata, saya terpilih. Saya mendapat banyak teman, ikut kegiatan Roses menjadi kesempatan untuk saya bertemu dan bermain bersama teman-teman. Para papi mami pendamping juga selalu memberikan motivasi dan arahan sehingga tetap semangat dalam melayani dan tetap pada arah yang benar. Roses sebetulnya adalah aacra “retret” anak muda. Team setiap minggu melakukan rapat dan latihan untuk mempersiapkan Weekend Roses selanjutnya. Team biasanya berdiskusi dengan Romo untuk meminta masukan presentasi yang telah disiapkan, sehingga presentasi yang akan kami bawakan di Weekend Roses adalah presentasi yang baik dan betul-betul dapat menginspirasi para peserta. Kekompakan dan kebersamaan dalam Team adalah kuncinya, saya dan temanteman biasanya menyelesaikan masalahmasalah di Roses secara bersama-sama. Jika masalah tersebut tidak bisa


Mengikuti kegiatan-kegiatan Roses seperti rapat mingguan, ngamen, jaga stand, ternyata sangat membantu saya untuk dapat membangun kepercayaan diri, berkomitmen, dan bertanggungjawab. Sebenarnya saya sudah tidak lagi masuk dalam Team, tetapi karena pandemic dan Weekend Roses terhenti, saya diminta untuk mendampingi teman-teman Team yang baru. Saya senang saja, karena di Roses selalu ada kegembiraan, semangat, dan keceriaan. Roses diisi oleh orang-orang yang penuh dedikasi dan cinta, mereka ingin mengajak sebanyak mungkin anak muda untuk merasakan yang sama, seperti motto Roses, “We shall offer our lives to all mankind like a blooming rose”. SAJIAN UTAMA 22 William Ekachandra, baru saja lulus SMA. “Saya baru sekitar 2 bulan menjadi Koordinator Pelaksana Emmaus


Journey (EJ) Gen-10 – atau Angkatan Ke10. Tugas saya nanti adalah membantu para calon peserta EJ yang OMK. Saya ikut EJ karena ingin lebih dekat dengan Tuhan Yesus dan ingin melayani di Gereja. Sekarang sebagai Fasilitator EJ, saya akan membantu, mengarahkan, dan menjadi media untuk para peserta supaya lebih mengenal Firman Tuhan melalui sharing seputar iman Katolik dan Kitab Suci dengan membuat Jurnal EJ. Saya sudah mengikuti pembekalan khusus Fasilitator EJ, semoga nantinya saya tidak menemukan kendala yang berarti. Saya ingin terus berkontribusi dalam pelayanan di EJ, karena melalui EJ saya merasakan relasi yang lebih dekat dengan Tuhan Yesus dan Gereja.” 23 SAJIAN UTAMA Apa pun yang engkau lakukan untuk keluargamu, anak-anakmu, suamimu, istrimu, engkau lakukan itu semua untuk Tuhan. -Sta. Teresa dari Kalkuta


SAJIAN UTAMA 24 Sumber foto: ncronline.org (CNS/Paul Haring) Seruan Paus Fransiskus Untuk Orangtua Disusun oleh Smartis Dalam Seruan Apostolik paska sinode “Amoris Laetitia” (Kasih dalam Keluarga), Bapa Suci Fransiskus mengundang keluarga-keluarga Kristiani untuk antara lain menghargai anugerah perkawinan dan keluarga, untuk bertekun dalam cinta kasih yang diperkuat oleh nilai-nilai kemurahan hati, komitmen, kesetiaan dan kesabaran.


SAJIAN UTAMA 25 Salah satu bagian dari Seruan Apostolik tersebut adalah tentang “Menuju Pendidikan Anak-Anak Yang Lebih Baik” (Bab 7). Berikut adalah Artikel 260-266 dari bab tersebut: Di Manakah Anak-anak Kita? 260. Keluarga tidak dapat menyerah menjadi tempat dukungan, pendampingan dan bimbingan, meskipun harus memikirkan kembali metodemetodenya dan menemukan sumbersumber daya baru. Orangtua perlu mempertimbangkan apa yang mereka ingin beberkan kepada anak-anaknya. Itulah sebabnya, ia harus memperhatikan siapa yang bertanggung jawab terhadap waktu luang dan hiburan bagi mereka, siapa yang memasuki ruangan mereka melalui televisi dan peralatan elektronik, dan pada siapa mereka memercayakan anak-anaknya untuk membimbing mereka di waktu senggang mereka. Hanya jika kita meluangkan waktu bagi


SAJIAN UTAMA 26 anak-anak kita, memperbincangkan halhal penting dengan sederhana dan penuh perhatian, dan menciptakan pilihan sehat bagi mereka untuk melewatkan waktu, barulah kita bisa melindungi mereka dari mara bahaya. Kita harus selalu waspada. Pengabaian tidak pernah sehat. Orangtua harus membimbing dan mempersiapkan anak-anak dan remaja agar mampu menghadapi situasi di mana terdapat risiko, misalnya agresi, pelecehan atau ketergantungan obat. 261. Namun demikian, obsesi tidak mendidik dan tidak bisa mengontrol setiap situasi yang mungkin dialami seorang anak. Dalam hal ini tetaplah benar bahwa “waktu lebih besar daripada ruang.” Dengan kata lain, lebih penting memulai suatu proses daripada mendominasi ruang. Bila orangtua terobsesi dengan selalu ingin tahu di mana anak-anaknya berada dan mengontrol semua pergerakan mereka, maka mereka hanyalah berusaha


SAJIAN UTAMA 27 mendominasi ruang geraknya. Hal demikian sama sekali bukan cara mendidik, menguatkan dan mempersiapkan anak-anak menghadapi berbagai tantangan. Apa yang terutama adalah menciptakan dalam diri anak, dengan penuh kasih, proses pendewasaan kebebasannya, pendidikannya, pertumbuhan integral dan pengembangan otonominya yang sejati. Hanya dengan cara inilah anakanak akan memiliki kecakapan yang dibutuhkan untuk melindungi diri mereka sendiri dan bertindak dengan cerdas dan bijaksana dalam keadaan sulit. Pertanyaan besar, dengan demikian, bukanlah di mana anak-anak berada secara fisik, atau dengan siapa mereka berada di suatu waktu tertentu, melainkan di mana mereka dalam arti eksistensial, di mana mereka berada dari sudut pandang keyakinan, tujuan, keinginan dan rencana hidup mereka. Pertanyaan yang akan saya ajukan kepada para orangtua adalah:


SAJIAN UTAMA 28 “Apakah kita berusaha memahami di mana anak-anak kita sesungguhnya berada di jalan mereka? Apakah kita mengetahui di mana sesungguhnya jiwa mereka berada? Dan yang terpenting, apakah kita mau mengetahuinya?” 262. Seandainya kematangan itu sematamata merupakan perkembangan atas sesuatu yang sudah termuat dalam kode genetik kita, maka tidak banyak yang harus dilakukan lagi. Namun demikian, kebijaksanaan, pertimbangan baik dan akal sehat bergantung bukan melulu pada faktor pertumbuhan kuantitatif, namun lebih pada seluruh rangkaian unsur yang terangkum di dalam diri setiap orang, atau lebih tepat lagi, di pusat kebebasan kita. Tidak dapat disangkal bahwa setiap anak akan mencengangkan kita dengan rencana-rencana yang lahir dari kebebasan tersebut, yang mematahkan rancangan kita, dan baik bahwa hal itu terjadi. Pendidikan itu mencakup tugas mendorong kebebasan


SAJIAN UTAMA 29 bertanggung jawab, dan di titik persimpangan mereka mampu memilih dengan tepat dan cerdas; menjadi orangorang yang sepenuhnya memahami bahwa hidup mereka sendiri, dan hidup komunitasnya berada di tangan mereka, dan bahwa kebebasan itu sendiri merupakan sebuah anugerah yang sungguh besar. Pembentukan Etika Pada Anak-anak 263. Meskipun orangtua mempercayakan kepada pihak sekolah untuk memastikan anak-anaknya mendapatkan pendidikan dasar, mereka tidak pernah sepenuhnya dapat mendelegasikan pembentukan moral anak-anaknya kepada orang lain. Perkembangan emosi dan etis seseorang memerlukan pengalaman mendasar untuk meyakini bahwa orangtuanya dapat dipercaya. Hal ini berarti orangtua, sebagai pendidik, bertanggung jawab, melalui afeksi dan kesaksian,


SAJIAN UTAMA 30 untuk menciptakan kepercayaan pada anak-anak, dan mengilhami mereka dengan rasa hormat penuh kasih. Manakala anak-anak tidak lagi merasakan, lepas dari aneka kesalahan mereka, bahwa mereka berharga bagi orangtuanya, atau tidak merasa bahwa orangtuanya benar-benar tulus mempedulikan mereka, hal itu akan memunculkan luka mendalam yang menimbulkan banyak kesulitan dalam masa pendewasaan mereka. Ketidakhadiran fisik atau pengabaian emosional ini menciptakan luka yang lebih besar lagi dibandingkan teguran yang diterima sang anak sewaktu berbuat salah. 264. Tugas orangtua juga mencakup pendidikan kehendak dan pengembangan kebiasaan baik serta kecenderungan emosional terhadap halhal yang baik. Hal ini berarti menunjukkan kepada mereka perilaku yang diinginkan untuk dipelajari dan kecenderungan yang perlu untuk dikembangkan.


SAJIAN UTAMA 31 Tetapi hal ini selalu merupakan sebuah proses yang berlangsung dari ketidaksempurnaan menuju kepenuhan yang lebih besar. Keinginan untuk beradaptasi ke dalam masyarakat, atau kebiasaan untuk mengorbankan kenikmatan segera agar selaras dengan suatu standar dan membentuk kehidupan yang baik, sudah dengan sendirinya merupakan suatu nilai awal yang membentuk disposisi yang kemudian meningkat menuju nilai-nilai lain yang lebih besar. Pembentukan moral harus selalu terjadi dengan metode aktif dan dialog edukatif yang memperhitungkan kepekaan dan bahasa anak-anak. Selain itu, pendidikan ini juga harus terjadi secara induktif, sehingga anak-anak dapat menemukan sendiri pentingnya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan norma-norma tertentu, daripada memaksakan ini sebagai suatu kebenaran absolut dan tidak terbantahkan. 265. Bertindak dengan baik tidak cukup


SAJIAN UTAMA 32 untuk “menilai dengan tepat” atau mengetahui dengan jelas apa yang perlu dilakukan, meskipun itu adalah sebuah prioritas. Sering kali kita tidak konsisten dengan keyakinan kita, seberapa teguh pun keyakinan itu dipegang. Betapa pun suara hati telah memberikan penilaian moral yang jelas, kerap kali ada hal-hal lain yang secara lebih kuat menarik perhatian kita, jika kita tidak berhasil memahami bahwa hal baik yang ditangkap oleh pikiran mengakar dalam diri kita sebagai kecenderungan emosi yang dalam, sebagai cita rasa akan kebaikan yang lebih berbobot daripada hal-hal lain yang menarik, dan yang membuat kita merasa bahwa apa yang kita pandang baik, juga baik “bagi kita” di sini dan saat ini. Suatu pendidikan etika yang efektif mencakup menunjukkan kepada orang tersebut sampai seberapa jauh dirinya ingin bertindak baik. Sekarang ini, makin kurang efektif menuntut sesuatu yang membutuhkan usaha dan pengorbanan, tanpa menunjukkan dengan jelas manfaat apa yang bisa diperoleh darinya.


SAJIAN UTAMA 33 266. Kebiasaan baik perlu dikembangkan. Bahkan kebiasaan yang diperoleh anak-anak memiliki fungsi positif, dapat membantu menerjemahkan nilai-nilai penting yang diinternalisasi menjadi perilaku eksternal yang sehat dan stabil. Seseorang mungkin dapat bersikap sosial dan terbuka kepada orang lain, namun bila untuk waktu yang cukup lama ia tidak dibiasakan oleh orangtuanya untuk mengucapkan “Tolong” , “Terima kasih” , dan “Maaf” , maka disposisi batinnya yang baik tidak akan mudah diterjemahkan ke dalam ungkapan-ungkapan ini. Peneguhan kehendak dan pengulangan tindakan tertentu membentuk perilaku moral, dan tanpa pengulangan pola perilaku baik tertentu yang sadar, bebas dan berharga, pendidikan menuju perilaku tersebut tidak akan tercapai. Motivasi atau ketertarikan yang kita rasakan terhadap nilai tertentu tidak menjadi keutamaan tanpa tindakan-tindakan ini termotivasi dengan tepat. Sumber: Seruan Apostolik “Amoris Laetitia”, Seri Dokumen Gerejawi No. 100, KWI


KESAKSIAN IMAN 34 PiBudidan MiRita: Dari Mereka, Kami Belajar Menjadi Orang Tua Usia peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa biasa dikenal dengan sebutan remaja. Masa remaja awal yaitu dari usia 12 sampai dengan 15 tahun merupakan salah satu masa perubahan yang membingungkan baik dari sisi orang tua maupun anak itu sendiri. Dalam Gereja Katolik, ada komunitas khusus untuk masa awal remaja anak-anak kita yang dikenal dengan nama “Roses”. Disusun berdasarkan wawancara dengan Bapak A. Budi Prasetyo dan Ibu Rita T. Palau, oleh E. Yulia Susanti


KESAKSIAN IMAN 35 Bapak Antonius Budi Prasetyo dan Ibu Rita T. Palau merupakan salah satu pasangan yang sangat aktif melayani di Roses Trinitas-SMI. Mereka bergabung dengan komunitas ini sebagai “PapiMami” sudah selama 20 tahun, tepatnya sejak Roses mulai diperkenalkan oleh Romo Gregorius Basir Karimanto, OMI di Gereja Trinitas, Paroki Cengkareng, tahun 2003! “Papi-Mami” adalah para pasangan orangtua yang khusus mendampingi terus kegiatan anak-anak Roses sepanjang tahun. Saat ini ada sekitar 11 pasutri Papi-Mami yang aktif di Roses. “Roses adalah wadah bagi remaja Katolik usia 12-15 tahun untuk mengembangkan potensi dan bakat pada diri mereka, ” ujar Pi Budi. “Roses bertujuan pertama untuk membina dan membentuk kepribadian para remaja yang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Kedua, memberikan dasar yang kuat dalam pelayanan. Ketiga, memberi dasar yang kuat dalam mengembangkan kasih dalam Kristus Yesus.


KESAKSIAN IMAN 36 Roses menggunakan lambang bunga mawar dengan semboyan ‘We shall offer our lives to all mankind like a blooming rose’ yang artinya ‘Persembahkanlah hidupmu kepada sesama seperti setangkai mawar yang mekar’ sehingga anak-anak belajar untuk mengekspresikan bakat dan talenta mereka, dan berani berbicara dan mengemukakan pendapat, ’’ lanjut Pi Budi lagi. Acara Weekend Roses (WER) merupakan acara utama dalam Roses yang diadakan selama 3 hari 2 malam, dengan anak-anak yang tergabung dalam Team Roses sebagai penyelengaranya,


KESAKSIAN IMAN 37 serta Papi Mami sebagai pendamping dan Romo. WER diisi dengan kegiatan-kegiatan presentasi, gerak lagu, games dan Rekonsiliasi yang dilanjutkan dengan Ibadat Tobat. Presentasi adalah sarana untuk menyampaikan pesan dan sharing pengalaman kepada peserta mengenai hal-hal yang baik oleh remaja pada umumnya. Presentasi-presentasi yang disiapkan sendiri oleh Team Roses berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri mencakup beberapa tema, diantaranya menggalang cita-cita, menemukan diri


KESAKSIAN IMAN 38 sendiri, persahabatan dengan sesama, tahu berterima-kasih, kerja prestasi dan pelayanan, renungan tobat, renungan pagi, renungan malam dan renungan tentang doa. Setelah presentasi, akan dilakukan sharing oleh seluruh peserta dalam kelompok kecil agar setiap individu dapat menyampaikan pendapat dan berbagi pengalaman dengan peserta lain. Gerak lagu dan games merupakan sarana untuk berekspresi, bermain, dan mengakrabkan peserta, menumbuhkan rasa percaya diri bagi peserta, semangat dan kemampuan berinteraksi dengan sesama. Seluruh kegiatan didesain dari mereka untuk mereka dan oleh mereka - anak-anak itu sendiri yang melakukannya. Format acara seperti ini agar anak-anak tidak merasa digurui tetapi belajar dari pengalaman teman-teman mereka yang sebaya. Salah satu materi presentasi Roses yang dibawakan adalah bagaimana cara berterimakasih. Bahkan orang dewasa sekalipun sering gagal dalam


KESAKSIAN IMAN 39 mengucapkan terimakasih, padahal orang dewasa sering menuntut anakanaknya untuk berterimakasih. Pola pikir dan kebiasaan baiklah yang perlu ditanamkan sejak dini. Pi Budi dan Mi Rita juga bercerita bahwa pernah ada anak yang sedih dan menangis terus tidak mau ikut Weekend Roses, karena tidak terbiasa ditinggal sendiri. Anak itu ingin segera dijemput pulang dari acara. Namun, sang anak akhirnya berhasil mengikuti Weekend Roses sampai selesai, bahkan terpilih sebagai Team Roses. Sekarang sang anak sudah tumbuh dewasa dan menjadi sosok yang sukses dalam masyarakat. WER banyak menarik perhatian anakanak, namun kapasitas pesertanya terbatas, maksimal 120 orang saja setiap kali penyelenggaraannya dan setiap peserta hanya diperkenankan mengikuti WER satu kali saja kecuali bagi yang terpilih menjadi Team Roses. Mereka yang sudah pernah menjadi peserta


KESAKSIAN IMAN 40 Weekend Roses tidak diperbolehkan untuk menjadi peserta kembali di tahun berikutnya. Hal ini membuat Weekend Roses menjadi acara yang ditunggutunggu dengan banyak peminat, karena hanya ada setahun sekali. Weekend Roses adalah pengalaman sekali seumur hidup. Tetapi mereka bisa ikut membantu menjadi Team Roses - sebagai Panitia Weekend Roses tahun berikutnya. Team dipilih dari 120 peserta tersebut, akan diseleksi menjadi sekitar 40 orang untuk menjadi team yang akan melanjutkan tongkat estafet Weekend Roses tahun berikutnya.


KESAKSIAN IMAN 41 Selama persiapan Weekend Roses (WER) anak-anak yang terpilih menjadi Team akan berkumpul setiap minggunya untuk berlatih sesuai dengan bakat dan minat mereka seperti bernyayi dalam gerak lagu, bermain musik (keyboard, gitar, dll) mengiringi gerak lagu, menulis presentasi, berorganisasi, mendesain flyer, poster, kaos, memoar, berlatih menjadi fasilitator sharing dan lainnya. Lebih lanjut, Pi Budi dan Mi Rita menjelaskan, beberapa manfaat yang didapatkan peserta yang mengikuti Weekend Roses, yakni mendapatkan teman, pengalaman dan kreativitas, serta memuji Tuhan melalui gerakan dan lagu. Anak-anak belajar untuk berinteraksi dan bertemu langsung dalam dunia nyata. Selain itu, diharapkan pula bahwa Weekend Roses ini menjadi gerbang untuk pelayanan-pelayanan anak-anak di Gereja ke depannya, menjadi bibit-bibit Orang Muda Katolik. Pi Budi dan Mi Rita sama-sama berpendapat mereka banyak diperkaya


KESAKSIAN IMAN 42 melalui pelayanan sebagai Papi-Mami Roses. “Kami belajar bagaimana anakanak mengungkapkan pendapat mereka kepada orangtua. Belajar cara berbagi pengalaman kepada anak-anak dalam relasi anak-orangtua. Kami belajar berbagai hal baru dalam dunia anak-anak agar tidak dibilang ‘kolot’ atau ketinggalan zaman. Selain itu, ada rasa sukacita dalam diri kami karena dapat menjadi tempat untuk anak-anak berbagi keluhkesah dan menjadi ‘orangtua kedua’ untuk mereka.” Pi Budi dan Mi Rita melanjutkan: “Kami berusaha untuk menjadi orangtua yang bijak dengan lebih menggunakan telinga untuk mendengarkan anak-anak daripada mulut untuk menggurui mereka. Kami terharu dan senang melihat anak-anak dapat sharing tentang siapa dirinya dan melihat mereka mau berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Kami bersyukur dapat membantu meringankan beban anak-anak yang tertekan dalam keluarga karena adanya masalah di antara kedua orangtuanya, tetapi mereka yang


KESAKSIAN IMAN 43 dijadikan sasaran kemarahan orangtuanya. “Ada juga anak yang mengalami luka batin dalam keluarganya. Anak tersebut melukai diri sendiri dan tidak pernah merasa bahagia. Namun akhirnya berhasil berdamai dengan diri sendiri dan keluarganya dan aktif dalam pelayanan, ” demikian Pi Budi dan Mi Rita membagikan pengalaman mendampingi Roses. “Masih banyak kisah anak-anak yang hidupnya berubah menjadi lebih baik setelah mengikuti Weekend Roses. Anak-anak usia pra-remaja atau ABG sering memiliki masalah pribadi dan masalah remaja yang mereka tidak tahu harus ke mana untuk mencari penyelesaiannya. Terkadang mereka takut untuk bertanya atau menceritakan masalahnya pada orangtua mereka. Dalam Roses, pasturi Papi-Mami akan meluangkan waktu mereka untuk mendampingi anak-anak tersebut. Namun sayangnya, jumlah Papi Mami saat ini masih kurang banyak, karena itu Roses yang ada di Paroki SMI masih bergabung dengan Paroki Cengkareng, Gereja Trinitas


KESAKSIAN IMAN 44 Kami mengharapkan ke depannya semakin banyak Papi Mami yang berkomitmen dalam melayani.” “Orang tua mendengar, bukan didengar. Inilah salah satu kunci komunikasi penting dengan anak. Kalau kita dapat melakukannya, maka hal ini dapat mendorong semangat anak-anak untuk mengenal diri sendiri dan mencapai citacita mereka. Kami ingin menitip pesan untuk anak-anak: Berkaryalah! Carilah teman sebanyak mungkin. Di rumah, kalian perlu selalu memperhatikan, perlu menjadi lebih peka akan situasi di rumah kalian, ” demikian Pi Budi dan Mi Rita mengakhiri bincang-bincang kami. Tuhan memberkati. Mengajar itu pekerjaan yang indah karena engkau dapat melihat pertumbuhan hari demi hari dari orang-orang yang dipercayakan padamu. -Paus Fransiskus


SEPUTAR PAROKI 45 Bertemakan "Unavoidable Destiny - Jika Tidak Ada Hari Esok, Siapakah Aku?" , Rekoleksi Marriage Encounter tahun ini diadakan di Aula SMP SMA Santo Kristoforus 2, Lantai 3, Taman Palem Lestari, hari Sabtu tanggal 6 Mei 2023, dari pukul 7.30 pagi hingga pukul 6 sore. Rekoleksi diisi pengalaman dan kesaksian dari para sharer: Romo Susilo Nugroho, CP, Pasutri Rusli dan Elly, Pasutri Pocky dan Acu, Jajang Sumasta, Titiek Gunawan (Conny), Notaris Dr. Lieke L. Tukgali, SH, MH, M.Kn. Rekoleksi ME


SEPUTAR PAROKI 46 Galang Dana Untuk ASAK ASAK Paroki Kalideres kembali mengadakan Galang Dana di Gereja SMI pada setiap Misa Kudus, Sabtu - Minggu, 6-7 Mei 2023, dengan tema "Peduli Kita Untuk Cita-Cita Mereka". "Hendaklah masing-masing memberikan menurut keadaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang members dengan sukacita" (2 Kor 9:7)


SEPUTAR PAROKI 47 Gathering SaBUKers SMI Para pelaku UMKM Paroki Kalideres, yang tergabung dalam komunitas SaBUK, mengadakan gathering yang bertujuan untuk membangun fondasi usaha agar dapat terus berkesinambungan. Gathering diadakan pada tanggal 7 Mei 2023, di Aula Kasih Gereja Santa Maria Imakulata, Paroki Kalideres, pada siang hari mulai pukul 13.00 sampai 15.30 wib.


SEPUTAR PAROKI 48 Seminar Kebangsaan Modernisasi lintas agama dalam menjaga keutuhan NKRI serta upaya menangkal intoleransi di tahun politik. Demikian tema yang diusung dalam seminar yang diadakan Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK), pada hari Sabtu, 20 Mei 2023 mulai pukul 10.00 wib hingga selesai. Acara dilaksanakan di Aula Kasih Gereja SMI dan dihadiri narasumber Brigjen TNI Harsandi Adi dan Ken Setiawan, serta perwakilan para Koordinator Wilayah dan Ketua Lingkungan Paroki Kalideres.


SEPUTAR PAROKI 49 Yuniorat OMI Galang Dana Pada Perayaan Ekaristi Sabtu-Minggu, 27-28 Mei 2023, Yuniorat OMI “Beato Mario Borzaga” mengadakan penggalangan dana di Gereja Santa Maria Imakulata, Paroki Kalideres, Jakarta Barat. Romo Aloysius Wahyu Nugroho, OMI, Direktur Yuniorat, bersama para Yuniores datang mengetuk hati umat Paroki Kalideres untuk berperanserta dalam kelanjutan pembangunan gedung Yuniorat yang masih belum rampung di Cilacap, Jawa Tengah.


SEPUTAR PAROKI 50 Pesparani Ke-3 Tingkat DKI Jakarta 2023 Paroki Kalideres tahun ini kembali mengirimkan wakil-wakilnya untuk mengikuti Lomba Pemazmur dan Paduan Suara dalam rangka Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Ke-3 Tingkat DKI Jakarta. Kali ini kategori yang diikuti Paroki Kalideres adalah Pemazmur Anak, Pemazmur OMK, Pemazmur Dewasa, Paduan Suara Pria Gregorian, dan Paduan Suara Dewasa Wanita. Seluruh lomba diselenggarakan di Gereja Kristus Raja, Paroki Pejompongan, Jakarta Pusat. Lomba Pemazmur diadakan pada 29 Juni dan 01 Juli 2023. Paroki Kalideres diwakili oleh Cecilia Eucharistia Simanungkalit dari Oleh Verina Kurniadjaja


Click to View FlipBook Version