The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Majalah Imakulata Edisi XI: Merawat Bumi Sebagai Pertobatan Diri

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rak Buku Paroki Kalideres, 2022-03-02 01:06:45

Majalah Imakulata Edisi XI

Majalah Imakulata Edisi XI: Merawat Bumi Sebagai Pertobatan Diri

DARI REDAKSI

Apa kabar seluruh Pembaca Imakulata?
Semoga dalam keadaan sehat, sukacita
dan senantiasa penuh syukur atas
rahmat dan kasih Allah yang menyertai
kita setiap saat, teristimewa di masa
pandemi COVID-19 yang masih terus
berlangsung ini.
Edisi Imakulata kali ini terbit bertepatan
dengan dimulainya Masa Prapaskah
dengan mengangkat tema tentang
pertobatan, khususnya pertobatan
lingkungan hidup. “Merawat Bumi
sebagai Pertobatan Diri” mengajak kita
semua untuk membangun kesadaran
diri dan mulai ambil bagian dalam
menjadikan lingkungan hidup kita lebih
bersih dan sehat. Wadah-wadahnya
telah kita miliki di Paroki kita, seperti
Bank Samita, Sub Seksi Lingkungan
Hidup, bahkan Seksi Lingkungan Hidup
di Lingkungan-Lingkungan yang ada di
Paroki kita.
Akhir kata, Tim Redaksi Imakulata
mengucapkan selamat memasuki Masa
Prapaskah. Semoga Tuhan menguatkan
niat baik kita dan menyertai kita dalam
Retret Agung Gereja ini.

Daftar Isi

Majalah Imakulata
Edisi XI

“Merawat Bumi Sebagai
Pertobatan Diri”

Rilis: Rabu Abu, 2 Maret 2022
Foto Sampul: Michael Burhan

Ruang Batin - 4 Sajian Utama - 11 Sajian Utama - 21

Memelihara Prapaskah: Hanya Dibutuhkan
Bumi Sebagai Saat Tepat Memulai Satu Orang Baik
Langkah Pertobatan
Ungkapan Untuk Memulihkan
Iman dan Ekologis Harapan
Rasa Syukur Laudato Si’
Jeritan Pilu Ibu Pertiwi Kegiatan Paroki - 40
Sajian Utama - 27
Kesaksian Iman - 31 Pilah Sampah
Menghidupi Vaksin Dosis
Laudato Habitus
Ramah 3 di SMI
Si’ Di Masa Lingkungan
Prapaskah 2022

Seksi/Kategorial - 44 Pojok OMK - 52 Ringan Bermakna - 56

Rumah Mengenal Peduli
Kita Zero Waste: Lingkungan
Gerakan Mencintai Sejak Dini
Bersama Lingkungan Kaum
Urban Milenial

RUANG BATIN

MBE MUE L I HMA R AIRomo Antonius Rajabana, OMI:

SEBAGAI UNGKAPAN
IMAN DAN RASA SYUKUR

Saudara-Saudari terkasih,
Kita dikasihi oleh Tuhan karena Tuhan
menyediakan segala yang kita perlukan
untuk bisa hidup dengan nyaman. Tuhan
menyediakan dan menyiapkan Bumi ini
sebagai satu-satunya tempat, rumah, yang
bisa kita tinggali dengan nyaman dengan
kekayaan yang berlimpah-limpah. Tidak
ada tempat di alam semesta yang seperti
Bumi ini; paling tidak sampai sekarang
belum ditemukan. Ini berarti Bumi
sangatlah istimewa, sangat spesial, sangat
khusus. Tujuan Tuhan hanya satu, supaya
kita bisa hidup dengan nyaman.

4

RUANG BATIN

Sumber daya alam di Bumi itu berlimpah-
limpah, untuk digunakan oleh semua
orang.
Kalau ada yang kekurangan, itu bukan
kesalahan Tuhan, melainkan kesalahan
manusia sendiri. Intinya Tuhan sudah
menyediakan segalanya yang diperlukan
oleh manusia, kita tinggal menikmati,
mensyukuri dan memeliharanya. Kita
wajib memelihara bumi yang sangat
berharga ini, yang tidak ada duanya.
Itulah wujud ungkapan syukur kita kepada
Tuhan.
Kalau kita merusak bumi ini, kita sungguh-
sungguh tidak tahu bersyukur dan
berdosa, karena untuk menciptakan
bumi ini sampai bisa dihuni, Tuhan
membutuhkan waktu yang lama, sekitar 4
milyar tahun. Sekarang ini, bagian-bagian
Bumi sudah banyak yang rusak.
Siapa yang merusak Bumi? Yang merusak
bukan binatang atau ciptaan Tuhan

5

RUANG BATIN

lainnya, melainkan manusia – ciptaan
yang sangat dicintai dan dipercaya oleh
Tuhan.
Memelihara tempat hidup kita sendiri
tidak sulit sebetulnya, antara lain
bisa dengan tidak merusak dan tidak
mengotori atau membuat polusi. Hanya
sesederhana itu! Kalau kita merasa cukup
dengan anugerah Tuhan ini: udara, air
dan isi Bumi, maka kita bisa memelihara,
bahkan meningkatkan kualitasnya dan
bukan menjadi perusaknya. Sekarang
ini, beberapa ribu jenis tanaman dan
binatang sudah punah, siapa yang
membuat punah? Manusia-manusia yang
serakah. Kalau kita cukup untuk diri kita
sendiri, secukupnya kita itu akan menjadi
berkelimpahan, dan dengan demikian
maka setiap orang juga akan menjadi
cukup. Tetapi kalau kita serakah, maka
untuk memenuhi satu orang saja tidak
akan cukup, oleh karena itu Bumi menjadi
rusak.

6

RUANG BATIN

Maka Saudara-Saudari terkasih, kita
diminta oleh Tuhan - bahkan kalau
menurut saya - kita diwajibkan untuk
memelihara Bumi ini, satu-satunya rumah
yang kita miliki. Kalau Bumi rusak,
mungkin kita tidak terlalu menderita tetapi
anak-anak kita, cucu-cucu kita, mereka
mau tinggal di mana? Mau tinggal di
bulan, manusia tidak bisa hidup. Mau
tinggal di Mars, manusia juga tidak bisa
hidup. Kita sendiri yang merusak Bumi,
rumah kita sendiri. Padahal tidak ada
binatang yang merusak sarangnya sendiri.
Binatang itu sangat melindungi sarangnya
supaya tidak rusak. Semut saja marah
kalau sarangnya dirusak. Tetapi kita?
Sarang kita cuma satu, Bumi ini.
Manusia menjadi terlalu pintar, sehingga
membongkar rumah sendiri. Kita
membakar rumah kita sendiri, memotong
pohon tempat kita berdiri, tempat kita
memanjat. Maka kita jatuh. Karena itu,
memelihara Bumi, rumah kita sendiri

7

RUANG BATIN

adalah sebuah kewajiban – keharusan
sebagai wujud cinta dan syukur kita
kepada Tuhan. Bagaimana caranya?
Pertama, jangan mengambil melebihi
yang kita butuhkan, supaya tidak merusak.
Yang kedua, memelihara tanaman dan
binatang; memelihara ciptaan Tuhan.
Sebisa mungkin kita sungguh-sungguh
menambahkan jumlah ciptaan yang
ada. Tanaman kita jaga, kita tambahi
jumlahnya. Binatang kita pelihara,
kita tambahi jumlahnya. Jangan terus
memburu binatang-binatang yang sudah

8

RUANG BATIN

hampir punah. Kita tidak perlu membunuh
atau menghabiskan ciptaan Tuhan.
Tuhan sudah menciptakan sebuah rantai
kehidupan. Kalau satu hilang, yang lainnya
juga akan hilang.
Kalau kita mengatakan, “Saya beriman
kepada Tuhan” tetapi merusak alam, itu
adalah omong kosong. Maka mari kita
menjaga alam ini dengan penuh kasih,
dengan rasa syukur.
Memelihara tanaman, memelihara tanah,
udara jangan sampai terpolusi, cukup
meng-konsumsi yang kita butuhkan saja.
Jangan membuang makanan, jangan
merusak alam, jangan menebangi pohon
tanpa perhitungan, jangan mengambili
sumber daya alam sampai alamnya
rusak, jangan mencemari sungai sampai
sungainya menjadi habitat yang tidak
bagus untuk ikan, jangan mengotori
lautan, dan jangan membuang sampah
yang tidak bisa hancur.

9

RUANG BATIN

Intinya kita harus hidup dengan nol
sampah. Sampah organik kita jadikan
eko enzim; Sampah anorganik kita bisa
jadikan uang di Bank Sampah, sehingga
bisa digunakan kembali, bisa didaur ulang,
sehingga kita hidup dengan nol sampah
atau “zero waste”.
Sebagai wujud tanggung jawab orang
beriman, maka mari kita mewujudkan
iman kita dengan tindakan yang nyata,
bukan hanya mengasihi Tuhan dan
sesama, tetapi juga mengasihi alam
semesta ini. Kita mohon rahmat Tuhan
untuk segala niat baik kita merawat
Bumi. Mari bergandengan tangan
bersama-sama, karena kita tidak bisa
menyelamatkan Bumi ini sendirian.
Mulailah dari kita. Mulailah sekarang.
Bersama-sama kita bisa, apalagi kalau
kita percaya dan memohon rahmat Tuhan
untuk bisa menjaga Bumi ini. Tuhan
memberkati niat baik kita. Amin.

10

SAJIAN UTAMA

PRAPASKAH:
SAAT TEPAT MEMULAI LANGKAH

PERTOBATAN EKOLOGIS

Membicarakan tentang lingkungan
hidup artinya membahas tentang tempat
tinggal kita sebagai manusia. Tanpa
disadari, Bumi kita semakin hari semakin
menunjukan kerusakan-kerusakan yang
dikarenakan ulah manusia itu sendiri.
Kita melihat dan merasakan sendiri
bagaimana perubahan lingkungan
telah terjadi dan berdampak langsung
pada kehidupan manusia serta mahluk
lain yang hidup berdampingan
dengan manusia. Kerusakan Bumi dan
lingkungan hidup tidak tanpa alasan.
Kita merasakan sendiri Bumi menjadi
semakin panas, banjir, bencana alam,
serta adanya pencemaran udara, air, dan
tanah. Adanya kerusakan-kerusakan itu
akan menimbulkan dampak negatif yang
nyata bagi kehidupan semua mahkluk

11

SAJIAN UTAMA

yang tinggal di Bumi ini. Dengan
adanya lingkungan hidup yang tercemar
dan lalu rusak, maka hal ini menjadi
sebuah ketidakadilan bagi ekologi –
ketidakadilan bagi Bumi.
“Pada mulanya Allah menciptakan langit
dan bumi. Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Allah melayang-layang di
atas permukaan air” – Kejadian 1:1.

12

SAJIAN UTAMA

Secara singkat, dari petikan ayat Kitab
Kejadian ini dapat disimpulkan bahwa
sebagai Pencipta, Allah - sesuai rencana-
Nya yang agung - telah menciptakan
segala sesuatu sesuai dengan maksud
dan fungsinya masing-masing, dalam
hubungan harmonis yang terintegrasi,
dan saling mempengaruhi antara yang
satu dengan yang lainnya. Jadi, sikap
eksploitatif terhadap alam merupakan
bentuk penodaan dan perusakan
terhadap karya Allah yang agung itu. 
Menghadapi tindakan itu, Paus
Fransiskus mengangkat kembali
seruan Santo Paus Yohanes Paulus II
agar manusia melakukan “Pertobatan
Ekologis”. Kita diajak untuk berbalik,
memutar haluan, merubah pola pikir
dan pola bertindak kita. Pola baru
itu berkenaan dengan “cara lebih
memandang keindahan dan rasa
tanggung jawab kita untuk melestarikan
rumah kita bersama ini” daripada

13

SAJIAN UTAMA

mengeskploitasi habis-habisan isi perut
Bumi dan menghilangkan keindahan
tersebut.
Banyak manusia yang menjadi
perusak Bumi, tetapi tidak sedikit
juga ada saudara-saudari kita yang
masih mempunyai jiwa, hati, serta
semangat untuk memelihara Bumi,
rumah kita bersama ini. Di mana-
mana berkecambah dan bertumbuh
subur kesadaran di kalangan manusia
berhati baik untuk memperhatikan
lingkungan, menjaga alam, memelihara
air, menumbuhkan pepohonan, dan
mengatasi polusi udara. Marilah kita
lebih memilih untuk mengembangkan
kemampuan positif dalam diri kita. Inilah
saatnya untuk memulai langkah. Inilah
saatnya untuk memupuk semangat
bertobat ekologis. (/TM)

14

SAJIAN UTAMA

LAUDATO SI':

JERITAN PILU IBU PERTIWI

"LAUDATO SI ', mi' Signore", - "Terpujilah
Engkau, Tuhanku". Dalam madah yang
indah ini, Santo Fransiskus dari Assisi
mengingatkan kita bahwa rumah
kita bersama adalah seperti seorang
saudari yang berbagi hidup dengan
kita, dan seperti seorang ibu rupawan
yang menyambut kita dengan tangan
terbuka. "Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari kami, Ibu Pertiwi, yavng
memelihara dan mengasuh kami, dan
menumbuhkan aneka ragam buah-
buahan, beserta bunga warna-warni dan
rumput-rumputan”. (LS #1)

Demikianlah Paus Fransiskus membuka
Ensiklik Laudato Si, Ensikliknya yang
kedua, yang diterbitkan pada 18 Juni

15

SAJIAN UTAMA

Klik gambar untuk membaca Ensiklik
Laudato Si’ secara lengkap.

2015. Selanjutnya, Bapa Suci menulis:
“Saudari ini sekarang menjerit karena
segala kerusakan yang telah kita
timpakan padanya, karena penggunaan
dan penyalahgunaan kita yang tidak
bertanggung jawab atas kekayaan yang
telah diletakkan Allah di dalamnya.
Kita berpikir bahwa kita adalah tuan

16

SAJIAN UTAMA

dan penguasanya yang berhak untuk
menjarahnya. Kekerasan yang ada
dalam hati kita yang terluka oleh
dosa, tercermin dalam gejala-gejala
penyakit yang kita lihat pada tanah,
di dalam air, di udara dan pada semua
bentuk kehidupan. Oleh karena itu,
bumi terbebani dan hancur, termasuk
kaum miskin yang paling kita abaikan
dan lecehkan. Ia ‘mengeluh dalam rasa
sakit bersalin’ (Roma 8:22). Kita telah
melupakan bahwa kita sendiri berasal
dari debu tanah (Kejadian 2: 7); tubuh
kita sendiri tersusun dari unsur-unsur
yang sama dari bumi, dan udaranya
memberi kita nafas serta airnya
menghidupkan dan menyegarkan kita.”
(LS #2)

Kecemasan dan kegundahan Paus
Fransiskus ini bukanlah tanpa
alasan. Betapa hari-hari ini kita pun

17

SAJIAN UTAMA

merasakannya: Penyakit-penyakit
yang tiba-tiba muncul tanpa tahu
penyebabnya, tanah longsor, banjir,
cuaca yang tak menentu, air yang
semakin sulit didapat, udara yang
kotor, …., dan masih banyak contoh
lainnya. Kerusakan Bumi sudah sangat
mengkhawatirkan. Kita – manusia –
yang menghuni Bumi patut ikut cemas
dan gundah serta khawatir, karena jika
kita tidak dari sekarang menaruh peduli
dan bertindak untuk kesehatan Bumi,
maka tak ayal lagi, kita sendiri juga yang
akan ikut terseret ke dalam kehancuran.

Lewat Laudato Si’, Paus Fransiskus
mengajak kita semua untuk berefleksi,
merenung, dan kemudian menjadi
sadar dan mengambil bagian dalam
aksi-aksi menyelamatkan Bumi. Enam
bab Laudato Si’ menyentuh aspek-
aspek penyebab terjadinya masalah,

18

SAJIAN UTAMA

dampak-dampak dari masalah itu, dan
cara mengatasinya dalam terang Injil.
“Meskipun setiap bab memiliki temanya
tersendiri dan metodologi khusus, bab
itu pada gilirannya akan merangkum
soal-soal penting yang telah dibahas
dalam bab-bab sebelumnya dari
sudut pandang baru. Hal ini terutama
berlaku untuk sejumlah tema yang akan
muncul kembali dalam seluruh Ensiklik.
Sebagai contoh, hubungan erat antara
kaum miskin dan kerapuhan planet,
keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia
terhubung, kritik terhadap paradigma
dan bentuk-bentuk baru kekuasaan yang
berasal dari teknologi, ajakan untuk
mencari cara lain memahami ekonomi
dan kemajuan, nilai intrinsik setiap
makhluk, makna manusiawi dari ekologi,
kebutuhan akan perdebatan yang
tulus dan jujur, tanggung jawab besar
politik internasional dan lokal, budaya

19

SAJIAN UTAMA

‘membuang’, dan usulan gaya hidup
baru. Tema-tema ini tidak pernah ditutup
dan ditinggalkan, tetapi terus-menerus
diangkat lagi dan diperkaya.” (LS # 16)

Laudato Si’ bukan semata-mata milik
umat Katolik. Paus Fransiskus mengajak
semua orang yang berkehendak baik,
yang mempunyai keprihatinan yang
sama untuk bergandengan tangan
merawat, memelihara, melindungi Bumi
– rumah kita bersama – demi masa
depan Bumi yang lebih panjang, demi
masa depan generasi manusia. (/smartis)

20

SAJIAN UTAMA

Romo Peter K. Subagyo, Omi:

Hanya Dibutuhkan
Satu Orang Baik Untuk
Memulihkan Harapan!

Semasa berkarya
di Indonesia, Romo
Peter Kurniawan
Subagyo, OMI
dikenal aktif dalam
gerakan lingkungan
hidup “Pepulih”
(Pemerhati dan
Peduli Lingkungan
Hidup). Kini
berkarya di Roma
sebagai Konselor
Asia-Oceania, Romo Peter ternyata
masih terus aktif di bidang lingkungan
hidup. Beliau adalah salah satu Animator
Laudato Si’. Meski jauh di Roma, kami
mencoba mengontak Romo Peter untuk

21

SAJIAN UTAMA

meminta Beliau berbagi tentang Laudato
Si’ dan Platform Laudato Si’.

Tentang Ensiklik Laudato Si’:
“Ensiklik Laudato Si’ diterbitkan Paus
Fransiskus pada 18 Juni 2015. Ensiklik
ini bukan hanya untuk umat Katolik
saja, tetapi ditujukan Bapa Paus untuk
semua manusia yang berkehendak
baik. Kalau St. Fransiskus mendengar
Tuhan berkata kepadanya: ‘Fransiskus,
perbaikilah Gereja-Ku yang hampir
roboh,’ maka bisa dikatakan bahwa
Bapa Paus Fransiskus mendengar Tuhan
berkata: ‘Fransiskus, perbaikilah Bumi-
Ku yang rusak.’ Memang, sekarang ini
Bumi sudah sangat rusak, dan orang-
orang kecil – kaum miskin dan yang
paling terlantar – yang paling menjadi
korbannya. Maka kita semua dipanggil
untuk ‘mendengarkan baik jeritan bumi
maupun jeritan kaum miskin.’ (LS # 49)”

22

SAJIAN UTAMA

Tentang Platfom Laudato Si’:
“Tahun 2020-2021 yang lalu,
tepatnya dari 24 Mei 2020 hingga
24 Mei 2021, selama setahun penuh
diadakan serangkaian kegiatan
sebagai perayaan 5 tahun Laudato Si’.
Dicastery (Departemen dalam Tahta
Suci – Red) untuk Mempromosikan
Pengembangan Manusia Terpadu
(Dicastery of Promoting Integral Human
Development) mengajak semua
orang yang berkehendak baik untuk
berpartisipasi dalam gerakan Laudato si’
yang teratur, terencana, dan terukur. Paus
Fransiskus yakin, kalau saja semua umat
Katolik ikut terlibat dalam semua bidang
untuk menyelamatkan Bumi, maka
gerakan keterlibatan ini akan sangat
berarti dan dampaknya akan menjadi
sangat berpengaruh dalam memperbaiki
keadaan Bumi serta kaum miskin.

“Semua diajak untuk terlibat dalam
peziarahan 7 tahun ke depan, lewat

23

SAJIAN UTAMA

rencana kerja yang meliputi segala
bidang sehingga nantinya akan tercipta
ekologi yang terpadu. Ada 7 Platfom
Laudato Si’, yaitu (1) Platfom Keluarga
dan Perorangan; (2) Platfom Paroki
serta Keuskupan; (3) Platfom Sekolah;
(4) Platfom Universitas dan yang
setara; (5) Platfom Bidang Kesehatan
seperti Rumah Sakit, Klinik, Pusat
Kesehatan, dll; (6) Platfom Bidang Bisnis,
Pertanian, dan Peternakan; dan (7)
Platfom Kongregasi/Tarekat Religius
beserta komunitasnya dengan harapan
kaum religius bisa menjadi motor
penggerak karena para religius terlibat
dalam banyak bidang karya pastoral,
parokial, pendidikan, kesehatan, dan
bidang-bidang lainnya. Ke-7 Platfom
ini diharapkan berkomitmen penuh
dengan rencana-rencana yang dibuat,
dan yang paling penting adalah
mempertanggungjawabkan rencana
tersebut lewat evaluasi tahunan. Juga
ada sasaran atau goals dari gerakan ini,

24

SAJIAN UTAMA

yang dikenal sebagai Laudato Si’ Goals,
yaitu: (1) Tanggapan atas jeritan Bumi;
(2) Tanggapan atas jeritan kaum miskin;
(3) Ekonomi ekologi; (4) Penerapan gaya
hidup sederhana yang berkelanjutan;
(5) Pendidikan ekologi; (6) Spiritualitas
ekologi; (7) Aksi peranserta dan
pemberdayaan komunitas.”

25

SAJIAN UTAMA

Harapan Romo Peter:
“Paus Fransiskus mengundang kita
semua untuk menemukan dalam diri
kita, apa yang bisa kita buat untuk
membangun masa depan yang lebih baik
bersama-sama. Jadi, mari kita bersama-
sama ikut ambil bagian, sekecil apa pun
bagian yang kita jalankan, kesemuanya
akan mampu mengubah wajah Bumi
kita di masa depan. Mencintai Bumi
itu juga menjadi bagian dari cinta kita
pada Tuhan, Sang Pencipta Bumi serta
segala isinya. Sekarang, bersama Tuhan,
kita semua menjadi sepencipta masa
depan. Kita semua ikut berperan aktif
dalam menyembuhkan Bumi dari segala
sakitnya. Bapa Paus katakan dalam
Laudato Si’: ‘Hanya dibutuhkan satu
orang baik untuk memulihkan harapan!’
(LS #71). Maka, mari kita menjadi satu
orang baik itu!” (disusun berdasarkan
wawancara dengan Romo Peter K.
Subagyo, OMI/smartis)

26

SAJIAN UTAMA

MENGHIDUPI
LAUDATO SI'

DI MASA PRAPASKAH 2022

1. Memilih salah satu puasa di bawah
ini sebagai komitmen nyata yang akan
dijalankan selama Masa Prapaskah:
Puasa Membeli.
Kita berpuasa untuk membeli barang-
barang yang tidak diperlukan; berpuasa
menjadi orang yang membeli barang

27

SAJIAN UTAMA

secara berlebihan tanpa melihat nilai
gunanya.
Puasa Daging.
Kita berpuasa produk-produk daging
dan berjalan menuju konsumsi tumbuh-
tumbuhan saja.
Puasa Plastik.
Kita berpuasa menggunakan barang-
barang plastik sekali pakai (kantong
kresek, botol dan gelas plastik, piring dan
alat makan plastik, sedotan plastik, dll)
Puasa Listrik.
Kita berpuasa menggunakan listrik
yang berlebihan atau tidak diperlukan,
sambil membangun kebiasaan untuk
mengurangi penggunaan energi listrik
perorangan.
Puasa Diam.
Kita berpuasa untuk tidak diam saja,
tetapi menjadi aktif menyebarkan aksi-

28

SAJIAN UTAMA

aksi merawat dan menyelamatkan Bumi
sebagai rumah kita bersama kepada
teman-teman, komunitas, kelompok,
lingkungan kerja, keluarga, dll.
2. Merefleksikan komitmen berpuasa
(poin 1) ke dalam tema-tema refleksi
Prapaskah yang telah disediakan. Setiap
minggu, kita masuk ke dalam refleksi
tema dan merasakan betapa tema itu
telah memanggil kita untuk lebih dalam
lagi menjalankan komitmen kita. Pada
Paskah mendatang, komitmen yang kita
jalankan itu akan menjadi suatu habitus
baru dalam hidup kita.

29

SAJIAN UTAMA

Tema Refleksi Laudato Si’ Masa Prapaskah
2022:
Minggu I (02-09 Maret):
Mendengarkan dan berjalan bersama,
mengayunkan langkah seiring sejalan
untuk mencapai tujuan.
Minggu II (10-16 Maret):
Mendengarkan suara kaum asli/pribumi.
Minggu III (17-23 Maret):
Mendengarkan suara kaum miskin.
Minggu IV (24-30 Maret):
Mendengarkan suara kaum muda.
Minggu V (31 Maret – 06 April):
Mendengarkan suara keanekaragaman
hayati (biodiversity)

(Sumber https://laudatosilent.org)

30

KESAKSIAN IMAN

HABITUS

RAMAH LINGKUNGAN

Disusun berdasarkan wawancara dengan
Ketua Subsie Lingkungan Hidup,
Ibu Anna Sumargono.

Lingkungan hidup merupakan bagian
penting dalam kehidupan kita yang
sering kita abaikan, padahal kita hidup
bersama dalam bumi yang harus kita
jaga dan rawat bersama. Bapa Suci Paus
Fransiskus sendiri mengeluarkan ensiklik
“Laudato Si” tentang lingkungan hidup.
Inilah salah satu hal yang membuat Bu
Anna Sumargono jatuh hati dengan
lingkungan hidup.

Ibu Anna Sumargono yang sekarang
melayani sebagai Koordinator Sub-Seksi
Lingkungan Hidup, Paroki Kalideres,
periode kepengurusan 2021-2024,
merupakan seorang yang peduli
lingkungan hidup sejak dulu. Pada tahun

31

KESAKSIAN IMAN

2012, di awal pembentukan Gereja
Santa Maria Imakulata, Bu Anna ikut
bergabung dalam Seksi Lingkungan
Hidup (LH) sebagai Sekretaris selama 2
periode (tahun 2015-2021).
Pada awalnya, Seksi LH terlibat dalam
pengaturan tanaman di area gereja.
Setelah itu, Seksi LH mulai mengajak
umat untuk aktif turut serta memilah
sampah dalam lingkungan gereja.
Seksi LH pun dengan penuh semangat
selalu mengingatkan tentang memilah
sampah ini setiap ada kegiatan acara di
kompleks gereja maupun di Lingkungan-
Lingkungan.

Seksi LH juga aktif
mensosialisasikan
“Bawa Botol Minum”
atau yang dikenal
dengan istilah
BBM. Tujuan BBM

32

KESAKSIAN IMAN

sederhana, yaitu untuk mengurangi
pemakaian botol minum atau gelas
plastik sekali pakai. Sosialisasi ini berhasil,
tidak hanya di area gereja, tapi juga
di Lingkungan-Lingkungan. Banyak
umat yang kemudian terbiasa untuk
membawa botol minumannya sendiri
pada setiap pertemuan baik di gereja
maupun di Lingkungannya.
Selain itu, Seksi LH juga menyiapkan
piring, gelas dan peralatan makan untuk
dapat digunakan pada setiap kegiatan
Gereja seperti saat rapat Dewan Paroki,
seminar, dan kegiatan lainnya yang
diadakan oleh Seksi maupun Kelompok
Kategorial yang ada dalam Gereja. Hal
ini dilakukan selain untuk mengurangi
sampah plastik dan kemasan sekali pakai,
juga membantu mengurangi sampah
makanan yang terbuang percuma.
Semua peralatan ini disimpan di pastoran
dan siap digunakan kapan saja.

33

KESAKSIAN IMAN

Ada banyak kegiatan Seksi LH lainnya
seperti hidroponik yaitu menanam tanpa
menggunakan media tanah; apotik
hidup yang memperkenalkan tanaman
yang berguna untuk kehidupan sehari-
hari; pengumpulan minyak jelantah,
pembuatan pupuk kompos dan lubang
biopori yang memanfaatkan sampah-
sampah organik. Selain itu, Seksi LH juga
mengadakan pameran-pameran untuk
sampah yang sudah didaur ulang, seperti
bungkus plastik menjadi tas, dompet dan
lainnya.
Apabila diperhatikan setiap tahunnya,
tema Pohon Natal di dalam gereja
kita sangat unik dan menarik. Ini juga
merupakan partisipasi dari Seksi LH
yang memanfaatkan barang-barang
daur ulang, seperti botol plastik, baju
bekas dan lainnya. LH juga mengajak
umat untuk terlibat aktif mengumpulkan
barang-barang dan membuat dekorasi
Pohon Natal bersama.

34

KESAKSIAN IMAN

Salah satu hal menarik yang dipelopori
oleh Seksi LH Paroki Kalideres adalah
Bank Samita. Bank Samita merupakan
bank sampah satu-satunya di KAJ yang
beroperasi di dalam gereja. Ada banyak
sampah daur ulang yang dapat ditabung
seperti botol plastik, kardus, kertas, dan
lain sebagainya. Tidak hanya umat Paroki
Kalideres saja yang menjadi nasabah

35

KESAKSIAN IMAN

Bank Samita, tetapi ada pula masyarakat
umum yang tertarik untuk terlibat.
Banyak aneka ragam kegiatan Seksi
LH yang menarik untuk dikupas,
namun pandemi Korona melanda dan
mengubah banyak hal. Banyak kegiatan
di Gereja dan Lingkungan yang menjadi
terbatas dan tidak bisa dilakukan lagi
secara bersama-sama. Bank Samita
pun terpaksa menghentikan kegiatan
operasionalnya sampai saat ini. Namun,
jangan sampai kita berhenti untuk peduli
pada lingkungan hidup.
Masih banyak kegiatan peduli
lingkungan hidup yang tetap dapat
kita lakukan di masa pandemi ini. Pilah
sampah contohnya. Kita masih dapat
meneruskan untuk memilah sampah di
rumah kita. Sampah daur ulang bisa kita
berikan kepada para petugas kebersihan
di area kita tinggal. Selain itu, kita dapat
terus menerapkan habitus BBM dalam

36

KESAKSIAN IMAN

keseharian kita, terutama saat kita perlu
beraktivitas di luar rumah. Seksi LH juga
tidak henti—hentinya menyemangati
umat untuk tetap aktif dalam hidroponik
dan apotik hidup, bahkan tidak jarang
umat membagikan perkembangan
tanaman mereka serta membagi-bagikan
hasilnya kepada sesama di komunitas
mereka.
Di Kepengurusan periode 2021-2024,
Seksi LH melebur ke dalam Seksi Keadilan
dan Perdamaian (SKP), menjadi Sub-
Seksi LH. Salah satu kegiatan yang masih

37

KESAKSIAN IMAN

aktif dilakukan oleh Sub-Seksi LH adalah
eco enzym. Kegiatan penyuluhan eco
enzym berhasil mengajak umat untuk
membuat eco enzym dan membagi-
bagikannya kepada lingkungan sekitar
walaupun dalam masa pandemi.
Bahkan Sub-Seksi LH pernah membantu
mengirimkan eco enzym ini ke daerah-
daerah yang terkena banjir. Eco enzym
ini sangat cocok digunakan untuk
membersihkan rumah setelah banjir. Saat
ini, eco enzym juga banyak digunakan
oleh Palang Merah Indonesia untuk
penyemprotan disinfektan. Di Paroki
Kalideres, eco enzym digunakan sebagai
bahan campuran untuk cuci tangan dan
membersihkan area gereja. Manfaat
eco enzym sangat bagus dan ramah
lingkungan.
Dalam rencana program karya Sub-
Seksi LH, bulan April tahun ini akan
diadakan webinar tentang daun kelor
yang memiliki segudang manfaat yang

38

KESAKSIAN IMAN

banyak tidak diketahui oleh khalayak
ramai dengan cara menanam yang tidak
sukar. Kegiatan ini sangat menarik untuk
diikuti dan dapat menambah wawasan
kita tentang lingkungan hidup.
Menurut Bu Anna, selama ini yang coba
dilakukan oleh Sub-Seksi LH adalah
membangun kebiasaan untuk peduli
lingkungan hidup. Harapannya, umat
yang terbiasa ramah lingkungan di area
gereja, akan membawa kebiasaan itu ke
dalam keluarga dan kehidupan sehari-
harinya.
“Bumi ini seperti sebuah perahu. Ketika
ada satu sisi yang bocor, kita coba perbaiki
bersama walaupun itu bukan di bagian
kita berada,” kata Bu Anna. Apabila tidak
segera diperbaiki bersama, maka perahu
tersebut bisa tenggelam. “Mari kita
membangun habitus ramah lingkungan,”
pesan Bu Anna sebagai penutup. Kita
jaga dan rawat bumi kita bersama. (/eys)

39

SEPUTAR PAROKI

Cerita Sampul Kita:

Pilah Sampah

Salah satu kegiatan rutin Lingkungan
Yohanes dari Salib adalah memilah
sampah. Kesadaran ini dimulai dari
lingkup terkecil, yaitu keluarga (rumah),
baru kemudian dikumpulkan ke
Lingkungan. Sampah-sampah yang
sudah terpilah, biasanya disetor ke
Bank Samita, Paroki Kalideres. Namun

40

SEPUTAR PAROKI

dikarenakan Bank Samita untuk
sementara waktu tidak beroperasi karena
pandemi, setoran sampah diarahkan
ke lokasi-lokasi penerimaan terdekat,
seperti Yayasan Tsu Tzi, Dinas Kebersihan,
dll. 

Pemilahan sampah penting dilakukan
karena dapat membantu meningkatkan
jumlah sampah yang akan didaur
ulang, sehingga mengurangi jumlah
sampah yang berakhir di TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir) dan lingkungan
sekitar kita. (/AM)

41

SEPUTAR PAROKI

VAKSIN DOSIS 3 di SMI 

Vaksinasi Booster COVID-19 dengan
menggunakan dosis Pfizer yang
diadakan di Gereja Santa Maria
Imakulata, Paroki Kalideres terselenggara
berkat kerjasama dengan Puskesmas
Kalideres, pada hari Sabtu dan Minggu,
05 dan 06 Februari 2022. Berkuota 500
orang per hari, vaksin diberikan kepada
masyarakat umum (usia18+) dan lansia,

42

SEPUTAR PAROKI

serta penyintas Covid dengan gejala
ringan (1 bulan setelah sembuh) maupun
gejala berat (minimal 3 bulan setelah
sembuh). (AM, foto oleh Mateus) 

43

SEKSI/KATEGORIAL

RUMAH KITA BERSAMA

Disusun berdasarkan wawancara dengan
Ibu Purwaningsih.

Pandemi Covid-19 yang kita alami
sampai saat ini menumbuhkan dalam
diri kita suatu kebiasaan baru untuk
hidup bersih dan sehat. Hidup bersih
yang dimaksud seperti mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir, mandi
setelah kembali dari aktifitas di luar
rumah, serta menjaga kebersihan rumah
dan lingkungan sekitar kita. Hal ini

44

SEKSI/KATEGORIAL

mengingatkan kita pada salah satu lagu
lama yang dinyanyikan oleh seorang
penyanyi terkenal yaitu Ebiet. G. Ade
yang berjudul Berita Kepada Kawan.
“Barang kali di sana ada jawabnya,
mengapa di tanahku terjadi bencana?
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat
tingkah kita, yang selalu salah dan
bangga dengan dosa-dosa, atau alam
mulai enggan bersahabat dengan kita,
coba kita bertanya pada rumput yang
bergoyang”. Lagu ini mungkin tidak
asing bagi sementara orang, namun
apakah kita mengerti maksud dari lagu
ini? Lagu ini mengajak kita berpikir
mengenai apa yang sudah kita lakukan
pada lingkungan kita, apakah kita sudah
memperlakukan bumi yang diciptakan
Tuhan ini dengan baik atau sebaliknya,
kita merusaknya?
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kompas.com, di tahun 2021 masyarakat
di Jakarta menyumbangkan lebih dari

45

SEKSI/KATEGORIAL

14.000 meter kubik sampah rumah
tangga per harinya ke 9 tempat
pembuangan akhir. Maka melihat
banyaknya sampah yang ada di Jakarta,
khususnya Jakarta Barat, Gereja Santa
Maria Imakulata menjadi Gereja pertama
di Keuskupan Agung Jakarta yang
memiliki Bank Sampah pada tahun 2018.
Bank sampah ini untuk mengurus 32,8%
sampah an-organik yang dikumpulkan
dari umat dan warga sekitar lokasi
Gereja. Bank Sampah Imakulata atau
yang lebih dikenal dengan sebutan “Bank
Samita” bekerja sama dengan Tempat

46

SEKSI/KATEGORIAL

Pembuangan di Bambu Larangan. Jadi
setiap hari Senin akan ada truk yang
mengangkut sampah-sampah dari Bank
Samita untuk didaur ulang.

Bank Samita dibentuk dengan harapan
agar Umat Paroki Kalideres – khususnya
- memiliki suatu kebiasaan baru yaitu
memilah sampah. Dari memilah sampah
ini nantinya sampah yang kita berikan
ke bank sampah akan dihitung dan
ditukarkan dengan uang. Bank Samita
menerima sampah seperti botol plastik,
tutup botol, galon, tutup galon, gelas
plastik, botol shampo, kantong kresek,
botol susu cair, sedotan, karton, kardus,
kertas HVS, kertas brosur, koran, majalah,
botol beling, ember, alumunium, kaset
CD, kaleng, dan buku pelajaran.

Untuk botol plastik, sebelum
disumbangkan harus dibersihkan,
dilepaskan labelnya, dan diplintir
botolnya. Jangan lupa juga untuk

47

SEKSI/KATEGORIAL

membersihkan botol-botol lain yang
akan disumbangkan dan juga karton
bekas susu. Botol dan tutup botol
juga harus dipisahkan karena bahan
dasarnya berbeda. Sama halnya dengan
kertas, kita diharapkan memisahkan
berdasarkan bahan dasarnya. Misalnya,
kertas HVS dan kertas brosur yang
berbahan licin, juga kertas berwarna
seperti kertas asturo.
Ibu Purwaningsih yang lebih akrab
disapa “Ibu Purwa” adalah nasabah aktif
Bank Samita. Ibu Purwa membiasakan
diri dan keluarganya untuk memilah
sampah yang ada di rumah berdasarkan
bahan dasarnya. “Di rumah saya banyak
tempat sampah. Ada kotak untuk kertas,
ada kotak untuk plastik, ada juga untuk
karton, botol plastik, tutup botol itu
dipisah, karena kebiasaan dari dulu di
Bank Samita. Nilai harga dari barang-
barang itu berbeda-beda. Tutup botol
dan botolnya itu harganya beda, kalau

48

SEKSI/KATEGORIAL

tidak dipisahkan, maka dihitung dengan
harga yang murah. Di rumah, asisten
rumah tangga juga ikut saya ajarkan
memisahkan sampah, dan saya juga
bilang nanti uangnya untuk kamu,”
demikian Ibu Purwa.
Memilah sampah memang akan menjadi
hal yang sulit dilakukan untuk pertama
kali, tetapi jika sudah menjadi kebiasaan,
maka kita akan membahagiakan orang

lain seperti
petugas yang
mengambil
sampah,
atau bisa
juga menjadi
contoh bagi
orang lain agar
mereka mau
ikut memilah
sampah mereka.
“Menurut
saya, memilah

49

SEKSI/KATEGORIAL

sampah itu menghormati martabat
manusia, karena kalau kita tidak memilah
sampah, tentunya yang mengangkut
sampah yang nantinya akan memilah
barang-barang yang kita buang. Seperti
misalnya, mereka mengambil botol atau
kardus yang bisa dijual lagi, dan pastinya
nanti akan kotor dan menjadi kurang
manusiawi. Jika kita sudah memilah
sampahnya, maka kita menghormati
martabat dia sebagai manusia, dan
petugas yang mengambil sampah dari
rumah kita juga pasti akan senang
menerimanya, karena sampahnya sudah
bersih dan tinggal dijual,” ujar Ibu Purwa.
Meski ada bank sampah yang menerima
sampah-sampah daur ulang kita,
namun alangkah lebih baiknya jika kita
membiasakan diri untuk membawa botol
minum sendiri, tidak memakai sedotan
plastik, mengurangi penggunaan
kantong keresek, membawa kotak
makan sendiri agar tidak menggunakan

50


Click to View FlipBook Version