5. Perlu dan tidak adanya media informasi untuk mengetahui kesenian Reak.
ya tidak
25%
75%
Gambar II.9 Perlu dan tidaknya media informasi terhadap kesenian Reak
Perlu atau tidaknya adanya pembelajaran terhadap kesenian Reak. Berdasarkan
jawaban kuisioner di atas, sebanyak 75% menjawab perlu jika adanya
pembelajaran atau edukasi kesenian Reak, ini terlihat bahwa masyarakat
memerlukan suatu media informasi sebagai sarana dan sumber edukasi untuk
mengetahui kesenian Reak lebih dalam. Sedangkan 25% menjewab tidak dengan
alasan mereka memandang kesenian Reak sebagai kesenian yang mereka anggap
musyrik dan adanya orang atau oknum yang menungganginya sebagai
ajimumpung untuk mencoba mengotorinya disetiap acara Reak berlangsung
seperti mabuk dan membuat keributan, dan tentunya menimbulkan persepsi
negatif dimasyarakat terhadap kesenian Reak.
15
7. Masyarakat yang menyetujui dan tidaknya jika kesenian Reak menghilang.
ya tidak
27%
73%
Gambar II.10 Setuju dan tidaknya kesenian Reak menghilang
Setuju atau tidaknya jika kesenian Reak menghilang atau punah, berdasarkan
analisa jawaban kuisioner di atas, sebanyak 27% menjawab setuju jika kesenian
Reak menghilang atau punah, dengan alasan masyarakat memandang kesenian
Reak sebagai kesenian yang mereka anggap musyrik dan adanya orang atau
oknum yang menungganginya sebagai ajimumpung untuk mencoba mengotorinya
disetiap acara Reak berlangsung seperti mabuk dan membuat keributan, dan
tentunya menimbulkan persepsi negativ dimasyarakat terhadap kesenian Reak.
Sedangkan 73% menjewab tidak setuju. dengan alasan bahwa kesenian Reak
merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dijaga dan di lestarikan, karena
pada dasarnya kita berasal dari sejarah dengan berlatar belakang aneka ragam
kebudayanya.
8. Tanggapan masyarakat mengenai prosesi kesenian Reak
Dalam kuisioner ditemukan tanggapan yang beragam, dari semua tanggapan
masyarakat tersebut dapat di simpulkan bahwa sejatinya kesenian Reak
merupakan kesenian yang merupakan salah satu warisan budaya turun temurun
dari para pendahulu kita tentunya dengan berbagai fungsi dan nilai-nilainya, untuk
itu perlu dijaga dan dilestarikan, akan tetapi masih ada masyarakat yang belum
16
mengetahui kesenian Reak dan memandang kesenian Reak sebagai kesenian yang
mereka anggap musyrik dan adanya orang atau oknum yang menungganginya
sebagai ajimumpung untuk mencoba mengotorinya disetiap acara Reak
berlangsung seperti mabuk dan membuat keributan, dan tentunya menimbulkan
prsepsi negatif dimasyarakat terhadap kesenian Reak.
Perlu adanya media informasi yang dapat menginformasikan sehinga bisa
memberikan pemahaman baru yang lebih positif terhadap masyarakat khususnya
generasi muda, agar supaya tidak menimbulkan persepsi negatif terhadap kesenian
Reak Serta Perlu adanya pembinaan atau edukasi terhadap pelaku kesenian Reak
maupun masyarakat penikmat kesenian reak khususnya generasi muda, agar tidak
adanya oknum yang mengotori Kesenian Reak, serta bisa lebih terarah dan
berbudaya dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan kesenian Reak. Sehingga
nilai-nilai yang ada dalam kesenian Reak bisa terjaga dan terealisasi dengan baik
dan kesenian Reakpun bisa diterima seluruh kalangan masyarakat.
II.9 Resume dan solusi
a. Resume
1. Sulitnya dalam menemukan sumber media informasi yang menerangkan
tentang nilai-nilai yang terdapat pada kesenian Reak merupakan salah satu
kendala dalam memperkenalkan nilai-nilai yang ada dalam kesenian Reak.
2. Sulitnya sumber sebagai media informasi tentang nilai-nilai yang terkandung
dalam kesenian Reak, sehingnga menimbulkan persepsi yang berbeda
dimasyarakat dan menyebabkan pro dan kontra dimasyarakat.
3. Kurangnya edukasi dalam menghargai suatu kesenian tradisional khususnya
kesenian Reak, sehingga banyanknya oknum masyarakat yang berprilaku
negatif saat pelaksanaan kesenian Reak, dan secara tidak langsung memberikan
persepsi negatif terhadap kesenian Reak, sehingga perlu adanya median
informasi sebagai edukasi atau pembelajaran terhadap masyarakat.
4. Pada umumnya masyarakat mengetahui kesenian Reak akan tetapi hanya
sebatas mengetahui nama dan tampilannya saja, tanpa mengetahui nilai-nilai
serta fungsi dalam kesenian Reak.
17
b. Solusi
Untuk itu perlu dibuat media informasi yang bisa menerangkan nilai-nilai yang
terkandung dalam kesenian Reak sehingga masyarakat dapat mengetahui
kesenian Reak dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Reak, dengan
mengetahui nilai-nilai tersebut sehingga dapat diharapkan bisa merubah cara
pandangan masyarakat terhadap kesenian Reak sehingga tidak terjadi pro dan
kontra dimasyarakat.
18
MENJADI LANDMARK BATALNYA PUSAT KOTA KOLONIAL BARU
DI DATARAN PARAHYANGAN
Oleh: Denny Abidin Mansur
Berawal dari hasil penelitian ahli
kesehatan lingkungan H.F. Tillema,
bahwa Batavia adalah salah satu kota di
pesisir utara P. Jawa buruk kondisi
kesehatan kotanya. Sehingga diusulkan
untuk mencari kawasan baru yang lebih
sehat lokasinya. Ternyata Bandung
merupakan salah satu calon yang cocok
untuk menggantikan Batavia. Dengan
kondisi alamnya yang dikelilingi oleh
pegunungan menjadikan iklim Bandung hawanya terasa sejuk. Cocok bagi orang-orang Belanda.
Dari sisi pertahanan Militer Belanda alam penggunungan tersebut merupakan sebuah benteng
strategis secara alami.
Didatangkanlah para arsitek-arsitek muda lulusan dari sebuah kota di Belanda yaitu kota Delft.
Jhon Gerber adalah salah satu diantaranya dan beliaulah sang arsiteknya Gouvernements Bedrijven
(GB, dibacanya Hebe bhs. Belanda). Karena susahnya mengucapkan bahasa Belanda penangkal
petir di puncak atap terlihat bentuk seperti tusuk sate raksasa makanya disebutlah dengan nama
Gedung Sate hingga sekarang.
27 Juli 1920
Peletakan batu pertamanya yang dilakukan oleh Johana Cahaterina Coops, putri sulung B .Coops
Walikota Bandung pada saat itu dan Petronella Roelofsen perwakilan dari Gubernur Batavia.
Lokasinya di selatan Wihelmina Boulevard nama ratu Belanda pada saat itu, sekarang adalah jalan
Dipenogoro.
Dikerahkan para pekerja lokal sekitar 2000 orang yang berasal dari daerah Bandung utara.
Sedangkan untuk pekerjaan mengukir batuan maupun kayu didatangkan para ahli Bongpay dari
negara Tiongkok sekitar 150 orang.
Gedung sate adalah salah satu bagian gedung pemerintahan yang merupakan sebagai focal point
yang berada paling selatan dari komplek tersebut. Direncanakan akan di bangun berderet ke arah
utara dari gedung sate kurang lebih 14 gedung pemerintahan yang akan dipindahkan dari Batavia.
September 1924
Selama 4 tahun dari 1920 hingga September 1924 dua gedung akhirnya terselesaikan dengan baik.
Focal Point bangunan ini terlihat berdiri dengan megah posisinya tepat di selatan Gunung
Tangguban Perahu. Dengan mengambil arsitektur jawa poros utara selatan. Gedung dirancang
dengan garis tengah posisi gedung memanjang lurus dengan porosnya gunung Tangguban Perahu.
Menghadap suatu gunung yang dianggap sakral kepercayaan pada saat itu. Merupakan tempatnya
para dewa-dewa yang berada daerah teratas dari bumi. Perpaduan antara budaya barat dan timur
terlihat pada arsitekur Gedung Sate yang dirancang J. Gerber dan menyesuaikan iklim tropis
wilayah Bandung.
Krisis Ekonomi Di benua Eropa
Ternyata impian untuk menjadikan Bandung sebagai lokasi pusat pemerintahan yang baru
penggantinya Batavia itu mengalami rintangan dengan pembiayaan besar bagi Belanda. Krisis
ekonomi di daratan Eropa termasuk negara Kincir Angin ini terpaksa harus menunda
pembangunan Mega Proyeknya. Penantian lama untuk melanjutkan proyek itu ternyata tidak dapat
direalitaskan yang pada akhirnya Batavia tetap menjadi pusat pemerintahan kolonial. Hingga
Indonesia merdeka tetap menjadi ibu kotanya Indonesia dengan nama Jakarta.
Landmark kota Bandung dan Propinsi Jawa Barat
Suatu Bangunan heritage yang menjadi kebanggaan warga Bandung khususnya dan propinsi Jawa
Barat secara umum. Gedung sate adalah salah satu ikon atau landmarknya kota yang menjadi salah
satu daya tarik wisatawan manca negara maupun domestik. Gedung Sate berdiri dengan kokoh
hingga saat ini dan sangat strategis pemilihan sebagai Kantornya Gubernur Jawa Barat. Apabila
para tamu-tamu dari negara lain datang ke Bandung akan terkagum melihat satu Landmark kota
Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat.
Museum Gedung Sate
8 Desember 2017 diresmikanlah suatu Museum Gedung Sate yang merupakan satu pusat edukasi
masyarakat Lokal maupun dari luar kota Bandung.tentang sejarah berdirinya Gedung Sate
tersebut. Juga menjadi satu tujuan wisata Pendidikan di kota Bandung. Banyak juga wisatawan
asing untuk lebih dekat tentang Land mark bagunan ini.
Wisata Heritage
Gedung Sate hingga saat ini merupakan salah satu ikon yang menjadi favorit untuk dikunjungi
para wisatawan pelajar-pelajar dari dalam maupun luar kota Bandung. Sebelumnya Museum
Geologi dan Museum Gedung Merdeka adalah paling banyak dikunjungi mereka. Salah satu
bangunan heritage ciri kota Bandung yang juga merupakan salah satu museum edukasi gedung
dan umumnya kota Bandung. Semoga membantu kedatangan wisatawan-wisatawan dengan
adanya museum ini. Karena kota Bandung tidak memiliki tujuan wisata-wisata alam. Jadi wisata
buatan dan wisata heritage seharusnya menjadi primadonan untuk menjual kota Bandung di
bidang Pariwisatanya.
Semoga pemerintah daerah dan para pelaku wisata di kota Bandung untuk bisa bekerjasama
membangun kekompakan memajukan Pariwisata ibu kota Jawa Barat ini menjadi lebih baik lagi.
Denny Abidin Mansur
Pramuwisata DPC HPI Kota Bandung