LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARRATIVE BAHASA INGGRIS
MELALUI MIND MAP (MIND-MAP)
PADA SISWA KELAS IX-4 SMP NEGERI 226 JAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Oleh :
Fitra Hayati, M.Pd
NIP. 197012061997032002
Disusun Dalam Rangka Memenuhi
Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat Dari Golongan IV/b ke IV/c
PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN DASAR KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMAN (SMP) NEGERI 96 JAKARTA
Jl. Margasatwa Komplek Timah Pondok Labu Telp (021) 7658121 Jakarta 12450
2019
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 226 JAKARTA
Jl. Kayu Kapur No. 2 Komp. TNI AL Pangkalan Jati, Pondok Labu,
Jakarta Selatan 12450
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Membaca Pemahaman Teks
Narrative Bahasa Inggris Melalui Mind Map (Mind-Map) Pada Siswa Kelas
IX-4 SMP Negeri 226 Jakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020”
ini telah disetujui dan disyahkan untuk didokumentasikan di perpustakaan SMP
Negeri 96 Jakarta dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah untuk
Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru pada Golongan IV/b ke IV/c.
Petugas Perpustakaan Jakarta, 30 September 2019
SMP Negeri 226 Jakarta Peneliti
Titik Purwanti, M.Pd Fitra Hayati, M.Pd
NIP.195907171981032007 NIP.197012061997032002
Mengetahui/Mengesahkan :
Kepala SMP Negeri 226 Jakarta
Agus Sutarto, S.Pd
NIP. 197103101998021003
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 226
JAKARTA
Jl. Kayu Kapur No. 2 Komp. TNI AL Pangkalan Jati, Pondok
Labu Pondok Labu Jakarta Selatan 12450
SURAT IZIN PENELITIAN
No:57//SMPN 226
Kepala Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Negeri 96 Jakarta, dengan ini
memberikan izin kepada:
Nama : Fitra Hayati, S.Pd
NIP : 197012061997032002
Pangkat/Golongan : Pembina TK 1/ IVb
Jabatan : Guru
Status : Guru Bahasa Inggris
Unit Kerja : SMP Negeri 226 Jakarta
Jl. Kayu Kapur No. 2 Komp. TNI AL Pangkalan Jati
Pondok Labu, Jakarta Selatan
Untuk melakukan penelitian tindakan kelas di kelas IX-1 SMP Negeri 226
Jakarta dengan judul :“ “Membaca Pemahaman Teks Narrative Bahasa
Inggris Melalui Mind Map (Mind-Map) Pada Siswa Kelas IX-4 SMP Negeri
226 Jakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020””.
Demikian surat izin Penelitian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, September 2020
Kepala SMP Negeri 226 Jakarta
Agus Sutarto, S.Pd
NIP. 197103101998021003
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmad, Hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan PTK dengan judul "Membaca Pemahaman Teks Narrative
Bahasa Inggris Melalui Mind Map (Mind-Map) Pada Siswa Kelas IX-4 SMP
Negeri 226 Jakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.”
Penulisan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IV/b ke golongan IV/c.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala SMP Negeri 226 Jakarta
2. Kepala Tata Usaha dan rekan-rekan guru SMP Negeri 226 Jakarta
3. Rosmaida, S.Pd, guru Bahasa Inggris SMPN 226 selaku observer
4. Para siswa khususnya kelas IX-4 SMP Negeri 226 Jakarta
Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya penulisan laporan
penelitian tindakan kelas (PTK), dan rekan-rekan seprofesi yang telah memberi
kesempatan dan masukan kepada penulis hingga penulisan laporan PTK ini selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan PTK ini masih jauh
dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan PTK ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga PTK ini memenuhi sesuai dengan
tujuannya, dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Amin.
Jakarta, Desember 2020
Fitra Hayati, S.Pd
NIP.197012061997032002
ABSTRAK
Fitra “Membaca Pemahaman Teks Narrative Bahasa Inggris Melalui
Mind Map (Mind-Map) Pada Siswa Kelas IX-4 SMP Negeri 226
Jakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.”
Abstract: The Mind Map technique with its brances can outlines the narrative text
from its main topic to detailed supporting idea.Learning process of narrative text
reading comprehension in class IX.4 SMPN 226 Jakarta in 2019/2020 school
year was only able to read without understanding deeply until getting its moral
value. Thus, the result of learning outcomes was very low. The Mind Map technique
was applied in this research is aimed to improve narrative text reading
comprehension. This research was done on 2 cycles from September – November
2019. Each cycle was done in 3 meetings. There were 4 activities, namely; planning,
action, observation, and reflection. Data was collected through observation,
questioner, test. Observasing was done collaborator. Analysing data was described
with percentage technique. Based on the research result can be concluded as
follow: the percentage of students who achived minimal criterian of success on 1st
cycle was 8,33, The 2nd cycle achieved 97,2. Thus, the research showed that by
applying Mind Map technique the students of IX.4 could easily understand text
sistematically until getting its moral value. The teacher could improve the learning
outcomes. SMP Negeri 226 Jakarta can develop the the quality of education..
Keywords: Mind Map technique, reading comprehension, narrative text
Abstrak: Mind Map dengan cabangnya mampu mengurai teks naratif dari topik
utama sampai ide pendukung yang rinci Pembelajaran membaca pemahaman teks
naratif peserta didik kelas IX.4 di SMPN 226 Jakarta tahun pelajaran 2019/2020
hanya mampu membaca tanpa memahami secara mendalam sampai memperoleh
makna moralnya. Sehingga hasil belajar kelas ini rendah. Mind Map dilaksana
pada penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pemahaman
membaca teks naratif. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, dari bulan
September – November 2019. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan.
Ada empat aktifitas yang dilakukan dalam setiap pertemuan antara lain;
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data diperoleh dari obsevasi,
angket, tes, dan pengamatan di kelas dilakukan oleh kolaborator. Analisis data
dilakukan secara deskripsi dengan teknik persentase. Hasil penelitian yang telah
dilakukan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: persentase peserta didik yang
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 pada siklus pertama adalah
hanya 8,33. Hal ini meningkat pada siklus kedua, peserta didik yang mencapai
kriteria ketuntasanm Minimal (KKM) yaitu mencapai 97,2. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Mind Map, peserta didik IX.4 mudah
memahami teks secara sistematik sampai menemukan nilai moral teks tersebut .
Guru dapat meningkatkan hasil belajar. SMP Negeri 226 Jakarta bisa
mengembangkan mutu pendidikan..
Keywords: Teknik Mind Map, Pemahaman Membaca, teks naratif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun pelajaran 2019/2020 peneliti mengajar bahasa Inggris di empat kelas
IX, di SMP Negeri 226 Jakarta. Berdasarkan pengamatan ketika mengajar di kelas
IX.4, pembelajaran membaca pemahaman tidak mendapat respon yang baik dari
peserta didik. Padahal membaca pemahaman merupakan salah satu aspek yang
menjadi tujuan utama dari pengajaran membaca, sebagaimana (Rosita, 2019)
menjelaskan dalam jurnalnya bahwa membaca pemahaman adalah dasar untuk
memahami berbagai bidang studi.
Kegiatan membaca pemahaman khususnya teks naratif di kelas 9.4 hanya
membuat peserta didik mampu membaca tanpa memahami secara mendalam isi
teks. Sesungguhnya membaca pemahaman sebuah teks naratif, bukan hanya
sekedar membaca teks tersebut tetapi juga harus mampu mengambil nilai moral
yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana dijelaskan oleh (Rosita, 2019) tujuan
sebuah teks naratif yaitu untuk menghibur pembaca atau pendengarnya. Selain itu
tujuan dari narrative text adalah untuk mendidik atau meneladani dengan nilai-nilai
moral yang terkandung dalam cerita tersebut, sehingga dengan memahami cerita
narrative text peserta didik dapat terhibur dan terbentuk karakter moralnya, karena
dalam narrative text mengandung amanat yang sarat dengan nilai. Teks naratif
diajarkan di SMP adalah salah satu KD di kelas IX sesuai dengan Kurikulun 2013.
Jenis teks naratif sangat beragam sebagaimana dijelaskan oleh (Ciptaning, 2016)
bahwa teks naratif berisi tentang cerita, baik cerita fiksi,cerita non-fiksi, dongeng,
cerita rakyat, cerita binatang / fable, modern story, dsb.
Proses pembelajaran membaca pemahaman teks naratif di kelas IX.4,
peserta didik tidak beminat, tidak antusias, dan suka mengobrol dengan peserta
didik lain. Teknik pembelajaran yang dilakukan adalah guru membaca teks lalu
peserta didik mengikuti membacanya dengan suata nyaring bersama-sama. Setelah
itu peserta didik membaca bergantian. Kegiatan yang dilakukan untuk memahami
isi teks naratif guru menyuruh peserta didik menterjemahkannya ke dalam bahasa
Indonesia.
Kenyataan pembelajaran yang digambarkan di atas peserta didik tidak
terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berpusat pada
guru. Fenomena ini dikatakan oleh (Ciptaning, 2016) dalam jurnalnya bahwa siswa
cenderung pasif disebabkan oleh suasana kelas yang masih berpusat pada guru
(teacher centered), dan kurangnya media pembelajaran yang lebih kreatif dan dapat
merangsang gairah siswa lebih aktif di dalam kelas. Pembelajaran ini menggunakan
pendekatan konvensional dimana guru sebagai pentransfer ilmu sementara peserta
didik pasif mengikuti arahan guru. Pendekatan ini mengakibatkan proses belajar
tidak kreatif sebagaimana dikatakan oleh (Muftianti, 2017) dengan pendekatan
pembelajaran yang konvensional, konsentrasi siswa terpecah dengan hal lainnya,
akibatnya siswa kurang memahami materi pelajaran.
Kegiatan pembelajaran di kelas IX.4 ini berpengaruh kepada hasil
belajarnya. Hasil belajar membaca pemahaman teks naratif di kelas IX.4 nilai rerata
penilaian harian dan PTS tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu
75, dan peserta didik yang memperoleh nilai mencapai KKM sangat sedikit sekali.
Untuk lebih jelas hasil belajar sebagaimana Djamarah dan Zain (2013, p.2017)
menyatakan bahwa setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil
belajar. Lebih lanjut Suprijono (2012), menyatakan hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap sikap, apresiasi dan
keterampilan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa proses pembelajaran yang
tidak menyenangkan berdampak pada hasil belajar peserta didik.
Dengan melihat kenyataan seperti demikian, perlu kiranya sebagai seorang
guru untuk menyajikan suatu pembelajaran yang bermakna dan bervariasi sehingga
dapat menciptakan para siswa yang cerdas, kreatif, mandiri, berwawasan luas dan
berkembang secara optimal. Untuk itu guru perlu melakukan pembelajaran dengan
metode yang variatif sebagaimana (Muftianti, 2017) menyatakan salah satu metode
pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah
metode Mind Mapping. Mind Mapping ini akan sangat membantu memudahkan
siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam keterampilan
membaca teks naratif.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu diadakan perbaikan proses belajar
mengajar. Perbaikan dilakukan dengan penelitian tindakan kelas sehingga proses
belajar mengajar akan lebih bermakna (meaningful learning) dengan pembelajaran
yang bersifat deep learning. Peneliti mencoba mencari teknik pembelajaran untuk
membantu peserta didik dalam membaca pemahaman teks naratif, agar peserta
didik mampu mendapatkan nilai moral dari teks tersebut dengan teknik mind map.
B. Rumusan Masalah
Maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah
penggunaan teknik Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar membaca
pemahaman teks naratif bahasa Inggris? Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam membaca pemahaman teks
naratif bahasa Inggris dengan menggunakan teknik Mind Map.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran Bahasa Inggris dalam membaca
teks narratif di kelas IX-1 SMP Negeri 226 Jakarta, alternatif yang digunakan
untuk menyelesaikan rumusan masalah di atas dengan menggunakan Teknik
Peta Pikiran (Mind-Map), diprediksi akan mengkondisikan siswa memperoleh
peningkatan hasil belajar dari yang kurang baik pada kondisi awal. Hasil belajar
kurang bagus pada siklus I dan diharapkan pada siklus II perolehan hasil belajar
menjadi lebih baik dan dapat dipertahankan pada proses pembelajaran
selanjutnya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi:
(1) Bagi peserta didik meningkatkan minat, antusias, dan kemampuan
memahami isi teks naratif dengan kreatifitas berfikir dan bernalar;
(2) Bagi guru memperbaiki teknik pembelajaran dengan berbagai inovasi guna
meningkatkan hasil belajar;
(3) Bagi sekolah memberikan pengembangan kualitas pengajaran
(4) Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi sebagai acuan
dalam pembelajaran bahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
a. Hakekat Belajar
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002: 23).
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa
yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif (syah, 2003), dengan kata lain belajar
merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan
dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu
tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu:
• Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
• Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
• Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi .
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah
perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati maupun
yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan
(Roziqin, 2007: 62).
Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).
2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan
tetap atau tidak berubah-ubah.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut
bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang
guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan
orang lain.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja
dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi perubahan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk
kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan
ke arah kemajuan.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung
menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin
dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan
dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-
Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
b. Hakekat Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian
demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta
didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang
dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana
suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu
secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar
yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh
antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses
pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan
pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran
yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang
terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja,
tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang
aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan
besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta
didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di
dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku
kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik
untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
• Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran ,
strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga ,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
• Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan
guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester,
dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan
perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi,
buku atau media cetak lainnya.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada
persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi
oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran
yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja
dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
3. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan
pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan),
dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa
yang berkesulitan belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan
4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun
hasil
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
setelah proses pembelajaran dengan teknik peta pikiran (Mind-Map) .
Dari hasil belajar ini diketahui ketercapaian tujuan pembelajaran
menulis.
2. Hakekat Teknik Peta Pikiran (Mind-Map)
a. Pengertian Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan
catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu,
seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat
ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat
catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.(Svantesson, 2004 : 1).
Konsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony
Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem
penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang
menakjubkan (Buzan, 2009 : 12). Mind map adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar
otak-Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara
harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.
Pemetaan pikiran yang dikemukakan oleh Buzan ini didasarkan
pada kenyataan bahwa otak manusia terdiri dari satu juta juta sel otak
atau setara dengan 167 kali jumlah manusia di bumi, sel-sel otak
tersebut terdiri dari beberapa bagian, ada bagian pusat (nukleus) dan ada
sejumlah bagian cabang yang memencar ke segala arah, sehingga
tampak seperti pohon yang menumbuhkan cabang ke sekelilingnya
(Buzan, 2009:30).
Kita bisa membandingkan mind map dengan peta kota. Pusat mind
map mirip dengan pusat kota. Pusat mind map mewakili ide terpenting.
Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran
utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili
pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk-
bentuk khusus dapat mewakili area-area yang menarik atau ide-ide
menarik tertentu.
Sama seperti peta jalan, Mind Map akan :
a) Memberi pandangan meyeluruh pokok masalah atau area yang
luas.
b) Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-
pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana
kita berada.
c) Mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat.
d) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita
melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru.
e) Menyenangkan untuk dilihat,dibaca, dicerna dan diingat.
Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa
sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan
daripada mengunakan tekhnik pencatatan tradisional.
Konsep ini dikategorikan ke dalam teknik kreatif, karena
pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari
si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat
mind mapping, dia akan semakin kreatif. Sebuah mind map memiliki
sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar
dari ide sentral tersebut. Mind mapping sangat efektif bila digunakan
untuk memunculkan ide terpendam yang siswa miliki dan membuat
asosiasi di antara ide tersebut. Catatan yang siswa buat membentuk
sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama
ditengah dan sub topik dan perincian menjadi cabang-cabangnya,
tekhnik ini dikenal juga dengan nama Radian Thinking (Deporter dan
Hernacki, 2011 : 152).
Dengan membuat sendiri peta pikiran siswa “melihat” bidang
studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
Para siswa cenderung lebih mudah belajar dengan catatannya sendiri
yang menggunakan bentuk huruf yang mereka miliki dan ditambah
dengan pemberian warna yang berbeda disetiap catatan mereka.
Dibandingkan dengan membaca buku teks mereka merasa kesulitan
ketika persiapan akan menghadapi ujian.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi
membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.
Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Metode ini
mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali
mengambil informasi dari dalam otak. Mind mapping merupakan
teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara
teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran
manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal
sehingga membuka potensi otak. (Prayudi: 2008). Dengan metode mind
mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Berikut adalah perbedaan antara Tulisan Biasa dan Mind Map :
a. Tulisan Biasa
▪ Hanya berupa tulisan-tulisan saja
▪ Hanya dalam satu warna
▪ Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
▪ Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
▪ Statis
b. Mind Mapp
▪ Berupa tulisan, symbol dan gambar
▪ Berwarna-warni
▪ Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
▪ Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
▪ Membuat individu menjadi lebih kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu
teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di
dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak
maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan
otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari.
Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar
akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses
belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi
belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping (Iwan
Sugiarto, 2004 : 76).
b. Prinsip dan Ciri Mind Mapping
Mind mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan
dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan
menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping ini didasarkan pada detail-detail dan suatu peta pikiran
yang mudah diingat karena mengikuti pola pemikiran otak.
Semua mind map mempunyai kesamaan. Semuanya
menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang
memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol,
kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian Turan yang
sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan
mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi
diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja
selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai
hal.(Buzan, 2005:6)
Rose dan Malcolm menambahkan strategi visual ini mempunyai
beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut :
a) Menginat orang melalui penglihatan, mengingat kata-kata
dengan melihat tetapi perlu waktu yang lebih lama untuk
mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan
awalnya.
b) Jika memberi atau menerima penjelasan arah lebih suka
memakai peta/gambar.
c) Aktifitas reatif : menulis, menggambar, melukis merancang.
d) Mempunyai ingatan visual yang bagus, dimana ketika kita ingat
saat meninggalkan sesuatu dalam beberapa hari yang lalu. (Rose
dan Malcolm, 2006 : 77)
Menurut Buzan, teknik pembuatan catatan dan pengelompokan
pikiran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak yang
harus menyertakan tidak hanya kata-kata, angka, rangkaian dan juga
garis-garis tetapi juga dengan warna, gambar-gambar, dimensi , simbol-
simbol itulah peta pikiran atau mind mapping (Buzan, 2003 : 122).
c. Langkah-Langkah Pembuatan Mind Mapp
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat atau
menggunakan metode mind mapping adalah :
▪ Kertas kosong tak bergaris.
▪ Pena atau spidol berwarna-warni.
▪ Otak dan imajinasi.
▪ Buku sumber sebagai salah satu sumber bagi siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat mind map, bahan
bacaan yang berasal dari buku teks, yaitu (Svantesson, 2004:127) :
a) Membaca teks secara keseluruhan
Dengan membaca teks secara menyeluruh maka akan mengetahui isi
cerita. Sewaktu membaca teks beri tanda pada kata-kata yang
dianggap penting untuk mencatat di mind map;
b) Mengenali tipe teks
Sebelum membuat mind map, maka harus menemukan desain yang
cocok untuk masing-masing teks yang spesifik. Setelah membaca
teks maka akan mengetahui desain yang sesuai untuk mind map yang
akan dibuat. Secara sederhana sebuah teks dapat dikategorikan ke
dalam tiga kelompok:
a) Komparasi (perbandingan)
Sebuah teks dikategorikan komparasi apabila teks tersebut terdapat
perbandingan antara A dan B, antara yang baik dan yang jelek dan
sebagainya.
b) Kronologi atau rangkaian peristiwa
Teks tersebut mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas,
misalnya biografi, sejarah, proses dan sebagainya. Desain ini
biasanya sesuai dengan arah jarum jam.
c) Presentasi (paparan)
Apabila cerita tanpa permulaan atau akhir yang jelas, apabila kata-
kata dipaparkan tanpa urutan yang khusus, maka bisa didesain sesuai
dengan keinginan.
d. Menulis mind map
Pada saat membaca maka telah memperoleh kata-kata penting yang
telah diberi tanda, tahap ini adalah tahap menulis kata-kata penting
pada mind map. Setelah menulis kata utama maka dihubungkan
dengan garis hubung pada kata-kata yang menjadi cabang dari kata-
kata utama
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Letakan kertas kosong tak bergaris dengan sisi panjang
mendatar.
2. Buat gagasan utamanya baik dalam tulisan, gambar atau foto
untuk ide sentral.
3. Hubungkan cabang-cabang utama ke topik utama dan
hubungkan cabang-cabang utama pada ranting-ranting yang
merupakan sub topik utama. Jumlah cabang akan bervariasi
tergantung jumlah sub pokok pada materi tersebut. Usahakan
setiap garis-garis cabang yang saling berhubungan hingga ke
pusat gambar dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan.
Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu
bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki
atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
4. Gunakan warna.
5. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis
d. Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
Menurut Mike Hernacki dan Bobbi Deporter, mind mapping
memiliki manfaat diantaranya :
▪ Fleksibel
Didalamnya jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk
menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan
mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta
Pikiran Anda tanpa harus kebingungan.
▪ Dapat memusatkan pikiran
Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap setiap kata yang
dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada
gagasannya.
▪ Meningkatkan pemahaman
Ketika membaca suatu tulisan atau laporan tekhnik, Peta Pikiran
akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan
tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
▪ Menyenangkan
Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu
menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih
menyenangkan.
Sedangkan menurut Buzan (Buzan, 2005 : 6), mind map dapat
membantu kita dalam sangat banyak hal. Berikut beberapa
diantaranya :
• Merencana.
• Berkomunikasi.
• Menjadi lebih kreatif.
• Menghemat waktu.
• Menyelasikan masalah.
• Memusatkan perhatian.
• Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran.
• Mengingat dengan lebih baik.
• Belajar lebih cepat dan efisien.
• Melihat “gambar keseluruhan”.
• Menyelamatkan pohon.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan
saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
• Mind Map mampu meningkatkan kapasitas pemahaman dengan
cara:
a. Melihat gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat
informasi secara detail
b. Mengingat informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi
tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara seseorang
mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama
atau berbeda.
c. Mengatasi informasi yang membludak karena telah ditata dan
dikelompokkan sedemikan rupa. Secara mental hal ini juga
membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam
memahami sebuah persoalan.
d. Mind Map mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam
berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan,
meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan
persoalan. Hal ini dicapai karena Mind Map mengajarkan untuk
melihat persoalan secara keseluruhan dan melihat hubungannya
satu sama lain. Ini yang paling sulit dilakukan dalam catatan
konvensional. Tidak hanya itu, dengan catatan ini maka
manajemen belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi baru
dapat ditambahkan, dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja
dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.
e. Mind Map dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat
penggunakan garis lengkung, warna dan gambar. Ini membuat
sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah. Secara
mental akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Mind Map
akan merangsang kemampuan membandingkan informasi yang
ada baik berupa fakta, ide termasuk data statistik.
f. Mind Map membantu seseorang membuat catatan yang menarik
dalam waktu singkat. Selain itu, catatan ini mampu membuka
pemahaman yang baik dan sisi kreatif dengan merangsang
munculnya ide-ide dan insight baru, bahkan pada saat membuat
catatan itu sendiri. Mind Map dapat pula menjelaskan sebuah
tujuan, rencana, ide, maupun pemikiran secara jelas dan
terstruktur.
g. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang
muncul dikepala anda atau mengingat detail secara mudah.
h. Melihat hubungan antara gagasan dan konsep.
i. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang
lain.
j. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis.
k. Bekerjasama dengan otak siswa, bukan bertentangan dengannya.
l. Menyingkirkan “format outline” yang membosankan,
selamanya
m. Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri, karena mind
map bekerja dnegan gambar, warna dan kata-kata sederhana.
n. Dapat menghemat catatan, karena dengan mind map bisa
meringkas satu bab materi dalam setengah lembar kertas
o. Pembelajaran terkesan lebih efektif, dan efisisien, karena pada
dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja dasar otak,
yaitu tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-
cabang seperti pohon.
p. Pola ini dapat mempermudah proses recall pada setiap apa yang
pernah dipelajari.
q. Dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dan guru, karena
siswa/guru akan terangsang untuk mebuat gambar-gambar atau
warna-warna pada mind map agar terlihat lebih menarik.
r. Mempertajam daya analisa dan logika siswa, karena siswa tidak
lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian
menghapalnya. Namun lebih kepada pemahaman dan kreatifitas
untuk dapat menghungkan topic umum dengan sub-sub topic
bahasan.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
d. Aplikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Sebelum memulai langka-langkah pembelajaran yang perlu
disiapkan oleh guru adalah:
1. Potongan kartu-kartu yang bertuliskan konsep utama dari
materi
2. Menyuruh siswa untuk membawa pulpen atau spidol warna-
warni dan kertas kosong tak bergaris
Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan strategi mind
mapping adalah pengembangan dari langkah-langkah pembuatannya,
yaitu :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mengkondisikan siswa kedalam kelompok berpasangan dua
orang.
3. Guru menyajikan atau mengingatkan kembali materi yang akan
dipelajari, misal materi “Kesebangunan”. Guru memberitahukan
tujuan dan manfaat dari materi yang akan dipelajari karena akan
membantu siswa untuk mengingatnya.
4. Selanjutnya guru menbagikan potongan-potongan kartu yang
telah bertuliskan konsep utama kepada siswa.
5. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan
materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
6. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian
siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
7. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya
belum dipahami siswa.
8. Kesimpulan/penutup.
Beberapa unsur penting mind mapp dalam pembelajaran yang
memberikan manfaat pada proses pembelajaran itu sendiri adalah
sebagai berikut :
• Gambar, karena gambar bermakna seribu kata dan akan
membantu siswa menggunakan imajinasinya.
• Warna, karena akan menambah energi kepada pemikiran
kreatif bagi siswa.
• Hubungan cabang-cabang, karena mengikuti cara kerja otak
yang bekerja menurut asosiasi, hal ini akan mempermudah
siswa mengerti dan mengingat.
• Garis melengkung, karena garis lurus akan membuat siswa
bosan.
• Kata kunci, karena akan memberikan lebih banyak daya dan
fleksibilitas kepada mind map yang sedang dibuat.
Setelah menelusuri betapa proses menulis merupakan suatu proses
yang kompleks dan tidak mudah, maka marilah kita temukan satu
cara untuk memudahkannya. Tony Busan (2007:4-7)
mengemukakan tentang suatu teknik yang dapat digunakan dalam
proses apa saja yang melibatkan otak. Dia mengatakan bahwa Mind
Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambil informasi ke luar otak karena Mind Map
adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan
“memetakan’ pikiran-pikiran kita.Selanjutnya Busan mencatat
banyak sekali kegunaan Mind Map antara lain:
▪ Mengaktifkan seluruh otak
▪ Membereskan akal dari kekusutan mental
▪ Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan
▪ Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang saling terpisah
▪ Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan
perincian
▪ Memungkinkan kita mengelompokkan konsep dan
membandingkannya
Berdasarkan hasil penelitiannya, Busan menyatakan bahwa
otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual yang
sangat sempurna.Bukankah kita akan lebih mengingat informasi
yang disajikan dengan menggunakan gambar?
Mind Map menggunakan kemampuan otak dalam pengenalan
visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan
kombinasi warna, gambar dan cabang-cabang melengkung, Mind
Map lebih merangsang secara visual dibandingkan dengan metode
mencatat tradisional yang cenderung linear dan satu warna.Dengan
begitu persuasive, Busan menyatakan bahwa Mind Map memiliki
begitu banyak manfaat yang membantu kita menjadikan hidup lebih
mudah dan sukses!
Penerapan Mind Map dapat digunakan dalam pembelajaran membaca
pemahaman sebagaimana (Ramadhan et al., 2015) menjelaskan bahwa melalui
Mind Mapping siswa akan lebih tertarik dan antusiatik dalam belajar membaca
pemahaman teks naratif dan tentu hasil belajarnya akan lebih memuaskan. Kegiatan
membaca dikembangkan dengan mind map sebagaimana (Muftianti, 2017)
menyatakan bahwa membaca adalah hal yang sangat berarti dan membutuhkan
keterlibatan aktif pembaca, karena untuk mencapai tujuan yang diharapkan
memerlukan pemahaman yang kuat dalam proses membaca tersebut. Kemampuan
membaca seseorang dapat dilihat dari segi pemahaman membacanya.
Sejalan dengan pendapat ini Ahuja (2010) menjelaskan bahwa,kemampuan
seseorang dalam memahami isi bacaan sangat berkaitan erat dengan cara atau
teknik seseorang dalam membaca. Maka salah satu teknik yang dipakai adalah
dengan menggunakan Mind Map. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Mind Mapping ada beberapa langkah yang dijelaskan oleh
Shoimin (2014), langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; 2) Guru menyajikan
materi; 3) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang anggotanya 2 orang; 4)
Siswa merancang peta pikiran’ 5) Siswa mempresentasekan hasil diskusi secara
berkelompok; 6) Kesimpulan.
Berdasarkan konsep para ahli dalam penelitian ini terdapat kerangka teori
yang menghubungkan konsep untuk meningkatkan membaca pemahaman teks
naratif bahasa Inggris dengan Mind Map.
4. Hakekat Membaca Teks Naratif
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks berarti
dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan factor eksternal
pembaca. Faktor internal berupa intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan
membaca, dan lain sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana
membaca, latar belakang sosial dan ekonomi, dan tradisi membaca. Rumit artinya
faktor eksternal dan internal saling berhubungan membentuk koordinasi yang rumit
untuk menunjang pemahaman bacaan (Nurhadi, 2008 : 13).
Dadang Sunendar (2008: 246) mengatakan bahwa membaca merupakan
kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk
keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang
pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya
Samsu Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca
adalah suatukegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
yang terkandung di dalam bahan tulis
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka membaca adalah suatu proses yang
berkegiatan untuk memahami arti yang tertulis didalam teks yang membutuhkan
faktor eksternal dan internal agar membentuk pemahaman membaca.
2. Jenis-jenis membaca
Membaca menurut Praptanti (2000: 39) adalah sebagai berikut:
1. Membaca pemahaman (intensif) adalah membaca pemahaman yang dianggap
sebagai salah satu kunci pemerolehan ilmu karena titik tekannya adalah persoalan
pemahaman yang mendalam, pemahaman ide-ide naskah dari ide-ide pokok sampai
ide penjelas. Begitu juga dari hal-hal yang global ke hal-hal yang rinci. Jadi
membaca pemahaman adalah aktivitas membaca yang ditempuh dengan sangat
teliti, biasanya agak lambat, dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan
kedalam-dalamnya agar pesan yang disampaikan lebih merasuk ke otak dan hati.
2. Membaca kritis yaitu aktivitas membaca yang menghendaki sikap atau reaksi si
pembaca untuk memberi tanggapan terhadap apa yang telah dibacanya. Dalam hal
ini pembaca dapat bersikap menolak, menyetujui sebagai pengganti, menerima
sebagai bahan pelengkap atau menerima sebagai bahan penguat.
3. Membaca cepat yaitu suatu aktivitas membaca yang bertujuan agar dalam
waktu yang relatif singkat bisa mendapatkan hasil yang banyak.
4. Membaca apresiatif dan membaca estetis adalah dua kegiatan membaca yang
agak bersifat khusus karena lebih berhubungan dengan nilai-nilai dan faktor
perasaan. Objek kajiannya terutama karya sastra serta bacaan-bacaan lain yang
ditulis dengan bahasa yang indah.
5. Membaca teknik adalah suatu aktivitas membaca yang termasuk kegiatan
membaca bersuara. Membaca jenis ini bertujuan untuk lebih pemahaman
memudahkan pemahaman materi yang dibaca. Membaca teknik penekanannya
pada lafal, jeda lagu dan intonasi yang tepat.
Sedangkan Jenis-jenis Membaca Menurut Prastiti (2006: 20) : Berdasarkan
tujuan atau maksudnya, membaca dibagi menjadi beberapa jenis antara lain
membaca intensif, membaca teknik, membaca cepat, membaca kritis, dan membaca
indah. Kelima jenis membaca tersebut dijelaskan pada penjabaran berikut ini.
a. Membaca Intensif/Membaca Pemahaman Membaca jenis ini sering juga
disebut membaca pemahaman yang sangat memerlukan kecermatan dan ketajaman
berpikir. Membaca intensif merupakan kunci memperoleh ilmu pengetahuan.
Membaca intensif adalah perbuatan membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan
teliti. Membaca jenis ini sangat diperlukan jika ingin mendalami suatu ilmu secara
detail, ingin mengetahui isi suatu materi, bahan-bahan yang sukar dan lain-lain.
b. Membaca Teknik
Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada
pelafalan kata-kata baku, melagukan kalimat dengan benar, pemenggalan
kelompok kata dan kalimat dengan tepat, menyesuaikan nada, irama, dan tekanan,
kelancaran dan kewajaran membaca serta jauh dari ketersendatan, kesalahan ucap
atau cacat baca lain. Membaca teknik dilaksanakan dengan bersuara. Oleh karena
itu, membaca jenis ini memiliki manfaat ganda baik pembaca maupun orang lain.
c. Membaca Cepat
Membaca jenis ini dilakukan jika pembaca ingin memperoleh gagasan
pokok wacana dalam waktu relatif singkat, tetapi juga mendapat hasil bacaan yang
banyak. Dua faktor yang tidak dapat diabaikan pada jenis membaca ini adalah
kecepatan dan ketepatan. Hal-hal yang dapat menghambat cara membaca cepat
harus dihindari seperti regresi, vokalisasi, membaca kata demi kata, kalimat demi
kalimat, dan lain-lain.
d. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk
mengetahui fakta-fakta dalam bacaan, kemudian menganalisisnya. Membaca jenis
ini dilakukan secara bijak, mendalam, evaluatif, dan analisis sebagai kunci
membaca jenis ini. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa membaca kritis tidak
hanya sekedar fakta yang tersurat, tetapi juga tersirat menemukan alasan mengapa
penulis menyatakan hal tersebut. Membaca kritis memerlukan berbagai
keterampilan, meliputi mencari isi wacana, menganalisis dan menilai gagasan yang
terdapat dalam bacaan.
e. Membaca Indah
Pada hakikatnya membaca indah merupakan usaha menghidupkan dan
untuk mengomunikasikan suatu bahan bacaan yang mempunyai nilai sastra dengan
mengutamakan segi keindahan dalam penyampaiannya. Membaca yang indah erat
sekali hubungannya dengan keterampilan membaca karya sastra. Membaca jenis ini
menitikberatkan pada pengungkapan segi keindahan yang terdapat pada suatu karya
sastra. Alur suaranya hendaknya jatuh pada gagasan-gagasan, sebagaimana
layaknya orang bicara. Gerak dan mimik sejalan dengan pokok gagasan yang
terkandung dalam teks agar apa yang dibaca dapat dipahami oleh pendengar.
Dan Jenis membaca menurut Tarigan (2008: 12-13). Membaca bisa dibekan
menajdi dua jenis, yaitu membaca bersuara atau membaca nyaring (oral reading
atau reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca bersuara
atau membaca nyaring dipandang tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung
dalam keterampilan mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur
linguistik. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman maka yang
paling tepat adalah membaca dalam hati.
Kedua macam membaca menurut Tarigan di atas mempunyai fungsi masing-
masing. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang berfungsi sebagai alat bagi
guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar
untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang
pengarang. Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual (visual
memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Dalam hal ini, pembaca
tidak menggunakan alat ucap sehingga hanya otak dan mata yang bekerja.
Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan
intensif. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 31).
Membaca ekstensif meliputi membaca survei (survey reading), membaca sekilas
(skimming reading), dan membaca dangkal (superficial reading). Membaca intensif
adalah studi seksama, telaah secara teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira sampai
empat halaman setiap hari (Tarigan, 2008: 35).
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan jenis membaca
memiliki beberapa jenis yaitu visual dan silent memory yang dapat dilaksanakan
oleh seeorang pelajar.
Tujuan Membaca
Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca
yaitu:
a. Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentansuatu
topic.
b. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas
bagipekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja
alat-alat rumah tangga).
c. Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki.
d. Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau
untukmemahami surat-surat bisnis.
e. Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia.
f. Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi
(sebagaimanadilaporkan dalam koran, majalah, laporan).
g. Memperoleh kesenangan atau hiburan.
Ada beberapa tujuan membaca menurut Anderson (dalam Tarigan, 1985:9–10).“
a. menemukan detail atau fakta
b. menemukan gagasan utama,
c. menemukan urutan atau organisasi bacaan,
d. menyimpulkan
e. mengklasifikasikan,
f. menilai, dan
g. membandingkan atau mempertentangkan”.
Selanjutnya, Nurhadi (1989:11) menyebutkaan bahwa tujuan membaca
secara khusus adalah: (
a. mendapatkan informasi factual
b. memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis,
c. memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang
d. memperoleh kenikmatan emosi, dan
e. mengisi waktu luang. Sebaliknya,
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka tujuan membaca dapat disimpulkan
a. mendapatkan informasi
b. memperoleh pemahaman, dan
c. memperoleh kesenangan.
Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca
sangatsignifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat
mencapaitujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca
mempunyaikedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan
berpengaruhpada proses membaca dan pemahaman membaca.
1. Teori tentang Teks Narrative
Narrative text merupakan salah satu genre yang tertua karena telah digunakan
selama berabad-abad dalam bentuk cerita rakyat (folktale), dongeng (fairytale),
dan legenda (legend). Dalam perkembangannya, kita mengenal bentuk lain
dari narrative text seperti cerita pendek, dan novel.
Pengertian jenis teks ini bisa kita telusuri dari arti katanya (word meaning).
Sebagaimana dinyatakan dalam Oxford Learner’s Dictionary, Kata “Narrative”
mempunyai definisi arti sebagai berikut: a description of events, especially in a
novel. the act, process or skill of telling a story
Dari arti kata (word meaning) diatas, kita sudah mendapat gambaran 2 hal tentang
arti narrative.
Dari pemahaman arti kata “narrative” diatas, kita bisa mulai masuk
kedalam, mendiskusikan Narrative Text dalam kerangka Genres atau Text Types
yang menjadi materi utama pelajaran bahasa Inggris berbasis teks (learning English
through text-based approach)
Narrative text menyajikan peristiwa (events) dan pelaku cerita (participants
/ characters) yang disusun dengan pola setting tempat dan waktu ( time and place
order).
Struktur Narrative Text dalam Bahasa Inggris
Pada teks-teks berbentuk narrative umunya ditemui susunan organisasi penulisan
sebagai berikut:
1. Orientation: Apa sebenaranya orientasi (orientation) itu. Dalam kegiatan sehari
hari kita pasti sering mendengar, membicarakn, bahkan melakuan kgiataan yang
dilafalkan dengan kata “orientasi”. Misalnya ada Masa Orientasi siswa Baru” Apa
hal yang paling mendasar dari kegiatan orientasi tersebut? Tidak lain adalah
“pengenalan” tentang sekolah baru, guru baru, wawasan dan cara belajar baru.
Begitu juga dengan halnya dengan Orientasi pada narrative text. Paragraf yang
menjadi Orientasi mempunyai tugas menyampaikan kepada pembaca akan hal hal
pertama yang perlu diketahui oleh pembaca. Informasi dalam Oientasi ini meliputi
What is the story about(ini tentang cerita apa), Who is the participant? ( siapa
pelaku dalam cerita itu), Where is the place setting? (dimana cerita itu terjadi),
dan When is the time setting (kapan cerita itu terjadi).
2. Complication atau Problem: Paragraf inilah yang menjadi inti dari narrative
text. Tanpa adanya complikasi atau permasalahan, Text itu hanyalah paparan
peristiwa satu diikuti peristiwa yang lain. Komplikasi atau masalah atau konflik
dalam Literary Stydy biasanya dibedakan menjadi 3 macam
a. Natural conflict: Permasalahan yang timbul karena pelaku cerita berhadapan
dengan kekuatan alam
b. Social conflict: Permasalahan yang timbul karena para pelaku itu saling
berhadapan. Mereka betemu dalam ruang dan waktu yang sama tetapi mempunyai
kepentingan (interest) yang berbeda.
c. Psychological conflict: Permasalahan yang timbul ketika pelaku cerita itu
berhadapan dengan diri nya sendiri. Pertentangan antara nilai baik dan buruk,
antara sifat rakus dang tenggan rasa, dll
3. Resolution: Kebanyakn dalam narrative klasik, permasalahan tidak boleh
menggantung. Harus ada penyelesaian nya. Komplikasi bisa ditutup dengan
paragrap yang menyenangkan (happy ending) kadang tidak jarang konflik itu
berakhir tragis (sad ending)
Fungsi Sosial (Social Function)
Menurut Derewianka (1991), tujuan dari narrative text adalah untuk
menghibur, untuk mengajarkan atau memberitahuan, menambahkan refleksi si
penulis akan sebuah pengalaman, serta memperluas imajinasi pembaca.
Gerot dan Wignell (1994) menambahkan bahwa fungsi sosial narrative text
adalah berkaitan dengan menceritakan pengalaman yang sebenarnya maupun yang
dialami oleh orang lain dalam cara yang berbeda dan narrative text melibatkan
kejadian yang problematis (problematic event) yang mengarah kepada sebuah
krisis atau sebuah titik balik yang pada akhirnya menemui
penyelesaian (resolution).
Gerot and Wignell (1994) juga menambahkan beberapa
karakteristik narrative text yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Social Function
To amuse, entertain and to deal with actual or vicarious experience in different
ways, narratives deal with problematic event which lead to a crisis or turning point
of some kinds which in turn finds a resolution.
2. Generic Structure
- Orientation : set the scene and introduces the participants
- Evaluation : a stepping back to evaluate the plight
- Complication : a crisis arises
- Resolution : the crisis is resolved, for better or for worst
- Reorientation : optional
3. Significant Lexicogrammatical Features
- Focus on specific and usually individualized participant
- Use of material process, (and in this text, behavioral and verbal process)
- Use of Relational Process and Mental Process
- Use of temporal conjunction, and temporal circumstances
- Use of Past Tense
B. Kerangka Pikir
Hasil pembelajaran keterampilan menulis teks recount di kelas IX-4 SMP
Negeri 226 Jakarta masih rendah. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
juga tergolong rendah. Untuk itu perlu perubahan dalam model pembelajaran
pada pembelajaran menulis. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan teknik peta pikiran (Mind
Map).
Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Peta Pikiran (Mind
Map) peserta didik dapat belajar lebih bermakna, lebih meningkat prestasi
belajar, apabila mereka dilatihkan berulang-ulang.
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tindakan sebagaimana
yang dikemukakan Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi ( 2006:16) yang
terdiri dari empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
1. Perencanaan ( Planning )
2. Pelaksanaan ( Acting )
3. Pengamatan ( Observing )
4. Refleksi( Reflecting )
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai
berikut:
Refleksi Perencanaan Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Perencanaan Pelaksanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS III
Pengamatan
SIKLUS ?
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan ( planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilaksanakan.
Tahap 2: Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenakan tindakan di kelas.
Tahap 3: Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat.
Tahap 4: Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan berurutan, yang
kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan
perencanaan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis tindakan penelitianini adalah
sebagai berikut : “Membaca Pemahaman Teks Narrative Bahasa Inggris Melalui
Mind Map (Mind-Map) Pada Siswa Kelas IX-4 SMP Negeri 226 Jakarta
Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksakan di SMPN 226 Jakarta, Jl. Kayu Kapur No.
2, Komplek TNI AL Pangkalan Jati, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil yaitu bulan September –
Desember 2019.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah
sebagaimana yang disampaikan oleh Supardi (2006:73) bahwasanya
pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu kegiatan belajar mengajar yang
telah terjadwal, selain itu masih menurut penjelasan Supardi bahwasannya
PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar yang efektif di kelas. Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Table 1:
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Sep Okt
. Kegiatan Nov
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 23 4
1 Persiapan X
3 Studi Pustaka X
Penyusunan X
4
Proposal
Pelaksanaan X X
5 X
Penelitian Siklus 1
6 Refleksi XX
Pelaksanaan X
7 XX
X
Penelitian Siklus 2 X
8 Refleksi X
Pembuatan Laporan X
9
Hasil Penelitian
10 Perbaikan laporan
Pembuatan laporan
11 Hasil Penelitian
Secara Final
2. Tempat Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Subjeknya adalah kelas IX.4 tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah peserta didik di
kelas tersebut adalah 36 orang, dengan perincian 19 siswa laki-laki dan 17 siswa
perempuan. Pemilihan kelas IX-4 ini didasarkan pada rerata hasil penilaian ulangan
harian (UH) dan penilaian tengah semester (PTS). Kelas ini memperoleh rerata
hasil belajar paling rendah pada pelajaran Bahasa Inggris dari 4 kelas yang diajar.
B. Sumber Data
Sebagai bahan untuk membuat analis dalam penelitian ini, sumber data
diambil dari peserta didik yang merupakan subjek Penelitian Tindakan Kelas ini.
Data yang diambil berupa test hasil belajar yang berupa nilai ulangan harian tiap
akhir pertemuan, observasi yang dilakukan oleh observer yang merupakan guru
sebagai teman sejawad yang dilakukan pada saat pembelajaran, dan angket yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengukur sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran Bahasa Inggris.
C. Teknik dan alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data menunjuk
pada suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
observasi atau pengamatan dan tes.
▪ Pada penelitian ini, data diperoleh dari data primer yaitu data yang
diperoleh peneliti secara langsung dari guru dan peserta didik melalui
pengamatan yang dilakukan oleh observer, data juga diperoleh melalui tes,
dan angket untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran Bahasa Inggris
• Data dalam penelitian ini adalah dengan mewawancarai siswa tentang
proses pembelajaran yang dilakukan guru, peneliti mengamati dan
mencatat hal-hal yang terjadi di kelas selama proses pembelajaran
berlangsung baik menyangkut siswa maupun guru, untuk memperoleh
nilai hasil belajar siswa, peneliti memberi tes kepada siswa tentang materi
yang telah diberikan, serta catatan-catatan lain yang terjadi di lapangan.
• Hasil setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti dengan guru observer
pada saat refleksi menganalisa data, hal tersebut sangat berguna untuk
membuat perencanaan dan tindakan pada siklus berikutnya.
Teknik dan alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpulan Data:
Teknik pengumpul data dalam penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini
meliputi tes, observasi, angket, dan diskusi sebagaimana berikut ini;
a. Test: menggunakan butir soal/instrument soal untuk mengukur hasil
belajar siswa, dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
b. Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
keaktifan siswa dalam mengikuti proses KBM yang dilaksanakan guru
dengan menggunakan Teknik peta pikiran (Mind-Map).
c. Wawancara: menggunakan lembar angket untuk mengetahui pendapat
atau sikap siswa dan teman sejawat tentang media pembelajaran yang
digunakan yaitu berupa teknik peta pikiran (Mind-Map).
2. Alat Pengumpulan Data/Instrumen
a. Butir Soal Tes
Soal tes dibuat/disusun dengan memberikan pilihan judul untuk
dibuatkan peta pikiran dan dijabarkan menjadi sebuah recount text.
b. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Petunjuk penggunaan:
Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek
penilaian aktivitas guru dalam pembelajaran. Adapun kriteria skor
adalah: 0=tidak tampak, 1=kurang baik, 2=cukup, 3=baik, 4=sangat baik
No. Aspek Penilian SKALA
01234
A Persiapan 01234
01234
1 Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan 01234
pembelajaran (RPP) dengan seksama
01234
2 Tujuan pembelajarannya dinyatakan dalam 01234
kalimat yang jelas dalam RPP 01234
01234
3 Guru mempersiapkan media pembelajaran
01234
4 Guru mempersiapkan seting kelas untuk 01234
pembelajaran
B Presentasi/Penyampaian Pembelajaran
5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai
Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan
6 teknik-teknik tertentu sehingga jelas dan mudah
dipahami siswa
7 Selama proses pembelajaran guru memberikan
kesempatan untuk bertanya kepada siswa
Guru selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan
8 pembelajaran pada akhir kegiatan atau akhir sesi
tertentu
C Metode Pembelajaran/Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan secara bervariasi selama
9 alokasi waktu yang tersedia, tidak monoton dan
membosankan
10 Materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan
selama pembelajaran berlangsung guru tidak
11 hanya berada pada posisi tertentu tetapi bergerak 01234
secara dinamis di dalam kelasnya 01234
01234
12 Media pembelajaran di dalam pelaksanaan 01234
pembelajaran digunakan secara efektif 01234
01234
D Karakteristik Pribadi Guru
01234
13 Guru berupaya memancing siswa agar terlibat Observer:
aktif dalam pembelajaran
14 Guru bersikap tegas dan jelas
15 Penampilan guru menarik dan tidak
membosankan
16 Guru menggunakan bahasa yang baik dan
berterima
Penjelasan penggunaan lembar observasi:
1. Observer melakukan pengamatan dari tempat yang memudahkan
semua bagian kelas teramati.
2. Observer memberikan tanda cek (v) pada kolom yang tersedia
untuk menyatakan berbagai kegiatan guru dengan ketentuan: (0)
= tidak melakukan, (1) = melakukan dengan kurang baik, (2) =
melakukan cukup baik, (3)= melakukan dengan baik, (4)=
melakukan dengan sangat baik.
3. Setelah data terkumpul peneliti merekap hasil observasi dan
menjadikan skor dengan rentang 0 - 64.
4. Peneliti mengkonversi skor menjadi nilai dengan rentang 0-100
dengan rumus: Nilai = (skor diperoleh/64) x 100.
Kategori Penilaian:
1. Bila rentang nilai yang diperoleh 90 -100 berarti aktivitas siswa
sangat baik (kategori A)
2. Bila rentang nilai yang diperoleh 80 -89 berarti aktivitas siswa
baik (kategori B)
3. Bila rentang nilai yang diperoleh 70 -79 berarti aktivitas siswa
sedang (kategori C)
4. Bila rentang nilai yang diperoleh 60 -69 berarti aktivitas siswa
kurang (kategori D)
5. Bila rentang nilai yang diperoleh kurang dari 60 berarti aktivitas
siswa sangat kurang (kategori E)
3. Lembar Observasi untuk peserta didik, digunakan oleh observer untuk
mengamati kegiatan peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, lembar observasi untuk peserta didik terdiri dari dua macam,
lembar yang pertama untuk observasi pada saat pra-siklus, dan lembar
yang kedua untuk observasi pada siklus I dan siklus II. Berikut ini
instrument yang berupa lembar observasi untuk peserta didik yang
lakukan oleh observer.
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor penilaian sikap peserta
didik dalam merngikuti pembelakjaran dengan melihat jumlah siswa yang
terlibat dalam setiap butir pertanyaannya.
SKALA
No. Aspek Penilaian Aktivitas Siswa 1-5 6-10 11- 26- 31-
25 30 36
4
Peserta didik menunjukkan minat dan 0 1 23
1 motivasi yang bagus pada saat proses 4
4
pembelajaran Bahasa Inggris
4
2 Peserta didik terlihat bersemangat 0 1 23
dalam menjawab pertanyaan guru 4
4
3 Peserta didik terlihat aktif mencatat 0 1 23 0
materi yang dianggap penting 0
4
Peserta didik mengikuti tahapan- 4
4 tahapan pembelajran dengan aktif dan 0 1 2 3
bersungguh-sungguh.
5 Peserta didik memperhatikan kelompok 0 1 23
yang sedang melaksanakan presentasi
6 Dalam pembelajaran, peserta didik siap 0 1 23
dengan buku-buku penunjang lainnya.
7 Peserta didik terlihat asyik bermain 4 3 21
sendiri 4 3 21
8 Peserta didik mengobrol semaunya
sendiri
9 Peserta didik aktif menanyakan hal-hal 0 1 23
yang penting kepada guru
10 Diskusi kelompok berjalan dengan baik 0 1 2 3
Observer:
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
SIKLUS … PERTEMUAN …
Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor penilaian sikap
peserta didik dalam merngikuti pembelakjaran dengan melihat jumlah
siswa yang terlibat dalam setiap butir pertanyaannya.
SKALA
No. Aspek Penilaian Aktivitas Siswa 1 6- 11- 26- 31-
- 10 25 30 36
5
Peserta didik menunjukkan minat dan 01 2 3 4
1 motivasi yang bagus pada saat proses
pembelajaran Bahasa Inggris
2 Peserta didik terlihat bersemangat 01 2 3 4
dalam menjawab pertanyaan guru 01 2 3 4
3 Peserta didik terlihat aktif mencatat
materi yang dianggap penting
Peserta didik mengikuti tahapan-
4 tahapan pembelajran dengan aktif dan 0 1 2 3 4
bersungguh-sungguh.
Peserta didik membangun komunikasi
5 aktif dengan anggota kelompok 01 2 3 4
diskusinya
6 Peserta didik memperhatikan kelompok 0 1 2 3 4
yang sedang melaksanakan presentasi
7 Dalam pembelajaran, peserta didik siap 0 1 2 3 4
dengan buku-buku penunjang lainnya.
8 Peserta didik terlihat asyik bermain 43 2 1 0
sendiri 43 2 1 0
9 Peserta didik mengobrol semaunya
sendiri
10 Peserta didik aktif menanyakan hal-hal 01 2 3 4
yang penting kepada guru
11 Diskusi kelompok berjalan dengan baik 0 1 2 3 4
12 Peserta didik terlihat nyaman dengan 01 2 3 4
model pembelajaran yang baru
Observer:
Penjelasan penggunaan lembar observasi:
1. Observer melakukan pengamatan dari tempat yang memudahkan
semua bagian kelas teramati.
2. Observer memberikan tanda cek (v) pada kolom 1-5 untuk
menyatakan banyaknya peserta didik yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran dengan ketentuan untuk masing-masing kolom
secara berurutan: kolom (1) = 1-5 orang, kolom (2) = 6-10 orang,
kolom (3 )= 11-25, kolom (4) = 26-30 orang, dan kolom (5) = 31-
36 orang.
3. Setelah data terkumpul peneliti merekap hasil observasi dan
menjadikan skor dengan rentang 0 – 40 (untuk lembar observer
saat pra-siklus) dengan rentang 0=48 (untuk lembar observer
siklus I dan siklus II).
4. Peneliti mengkonversi skor menjadi nilai dengan rentang 0-100
dengan rumus: Nilai = (skor diperoleh/40) x 100.(untuk Nilai
observasi saat pra-siklus) dan rumus: Nilai = (skor diperoleh/48)
x 100 (untuk Nilai observasi pada siklus I dan siklus II)
Kategori Penilaian:
1. Bila rentang nilai yang diperoleh 90 -100 berarti aktivitas siswa
sangat baik (kategori A)
2. Bila rentang nilai yang diperoleh 80 -89 berarti aktivitas siswa
baik (kategori B)
3. Bila rentang nilai yang diperoleh 70 -79 berarti aktivitas siswa
sedang (kategori C)
4. Bila rentang nilai yang diperoleh 60 -69 berarti aktivitas siswa
kurang (kategori D)
5. Bila rentang nilai yang diperoleh kurang dari 60 berarti aktivitas
siswa sangat kurang (kategori E)
Angket digunakan untuk mengetahui persepsi peserta didik terhadap pelajaran
Bahasa Inggris, berikut ini adalah angket yang digunakan dalam penelitia ini:
ANGKET UNTUK SISWA PADA SIKLUS I DAN II
No. Pernyataan Sikap Ya Tidak
1 Pembelajaran Bahasa Inggris membuat saya
semangat belajar
2 Pembelajaran Bahasa Inggris membosankan
3 Saya menemukan manfaat dari setiap
pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan
Saya merasa pelajaran Bahasa Inggris yang telah
4 dipelajari menunjang/ membantu dalam mata
pelajaran yang lain
5 Saya merasa pelajaran Bahasa Inggris kurang
berhubungannya dengan mata pelajaran lain.
Saya senang jika teman saya meminta
6 menjelaskan proses yang harus dilakukan dalam
menjelaskan konsep Bahasa Inggris.
Saya senang dengan suasana pembelajaran
7 dengan pembelajaran yang baru saja
berlangsung.
Pembelajaran dengan model pembelajaran yang
8 baru saja berlangsung kurang memberi motivasi
yang berarti untuk saya
9 Saya merasa sebal saat guru menyuruh saya ke
depan kelas untuk menjawab pertanyaan.
10 Pembelajaran yang baru saja berlangsung kurang
mengkaji lebih detail tentang materi pelajaran.
Pembelajaran yang baru saja berlangsung
11 membuat saya berani dalam mengemukakan
pendapat.
Pembelajaran yang baru saja berlangsung,
12 memudahkan saya dalam menyelesaikan
permasalahn yang diberikan guru.
Pembelajaran yang baru saja
13 berlangsung, meyulitkan saya dalam menjawab
permasalahn materi pelajaran.
Pembelajaran yang baru saja berlangsung,
14 memudahkan saya dalam membuat kesimpulan
dari materi yang telah dijelaskan.
15 Pengulangan materi yang disampaikan oleh guru
membuat saya bingung.
Data yang diperoleh dari jawaban seluruh peserta didik kemudian
direkapitulasi, tiap-tiap butir pertanyaan dihitung jumlah peserta didik yang
memilih jawaban “ya” dan “tidak”, kemudian diprosentase. Kegiaatan ini
dilakukan pada 2 kali kesempatan, yaitu pada siklus 1 dan siklus 2, tepatnya setelah