The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

PTK BLENDED LEARNING MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM DI MASA PANDEMI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Fitra Hayati, 2021-06-22 09:38:33

PTK BLENDED LEARNING

PTK BLENDED LEARNING MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM DI MASA PANDEMI

Keywords: BLENDED LEARNING

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBACA TEKS PROCEDURE
MELALUI BLENDED LEARNING DENGAN GOOGLE CLASSROOM
PADA SISWA KELAS IX-1 SMP NEGERI 226 JAKARTA SEMESTER

GANJIL TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh :
Fitra Hayati, S.Pd
NIP. 197012061997032002

Disusun Dalam Rangka Memenuhi
Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat Dari Golongan IV/b ke IV/c

PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN DASAR KOTA ADMINISTRASI JAKARTA

SELATAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMAN (SMP) NEGERI 226 JAKARTA
Jl. Kayu Kapur No 2 Komp. TNI AL Pangkalan Jati, Pondok Labu

Telp (021) 7501270 Jakarta 12450

2020

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA

DINAS PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 226

JAKARTA
Jl. Kayu Kapur No Komp. TNI AL Pangkalan Jati, Pondok Labu,

Jakarta Selatan 12450

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MEMBACA TEKS PROCEDURE MELALUI
BLENDED LEARNING DENGAN GOOGLE CLASSROOM PADA SISWA
KELAS IX-1 SMP NEGERI 226 JAKARTA SEMESTER GANJIL TAHUN
PELAJARAN 2020/2021” ini telah disetujui dan disyahkan untuk
didokumentasikan di perpustakaan SMP Negeri 226 Jakarta dan dapat
diajukan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah untuk Penetapan Angka
Kredit Jabatan Guru pada Golongan IV/b ke IV/c.

Petugas Perpustakaan Jakarta, Januari 2021
SMP Negeri 226 Jakarta Peneliti

Titik Purwanti, M.Pd Fitra Hayati, M.Pd
NIP. 196208 081984032011 NIP.197012061997032002

Mengetahui/Mengesahkan :
Kepala SMP Negeri 226 Jakarta

Agus Sutarto, S.Pd
NIP. 197103101998021003

ABSTRAK

Fitra “Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Teks Procedure
Menggunakan Blended Learning dengan Google Classroom Pada
Siswa Kelas IX-1 Semester Ganjil SMP Negeri 226 Jakarta Tahun
Pelajaran 2020/2021”

Penelitian tindakan kelas ini berdasarkan pada latar belakang
rendahnya respon belajar dan hasil belajar pada pembelajaran dari rumah
(BDR) ini. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
Inggris peserta didik kelas sembilan SMPN 226 Jakarta melalui blended
learning dengan menggunakan aplikasi google classroom. Penelitian ini
dilaksanakan dengan dua siklus pembelajaran dalam tiga bulan terhadap
36 peserta didik. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan tatap
muka. Ada empat aktivitas yang dilakukan dalam setiap pertemuan tersebut
antara lain; perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik
pengumpulan data dari penelitian tindakan kelas ini adalah melalui
observasi yang dilakukan oleh kolaborator. Analisis data dilakukan secara
deskripsi dengan teknik persentase. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: persentase peserta
didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 pada siklus
pertama adalah hanya 25%. Hal ini meningkat tajam pada siklus kedua,
peserta didik yang mencapai KKM yaitu mencapai 94,4%. Dengan demikian
dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
blended learning dengan menggunakan google classroom peserta didik
kelas sembilan SMPN 226 Jakarta tahun pelajaran 2020/2021 bisa
meningkat.

Keywords: hasil belajar, blended learning, dan google classroom

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmad, Hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan PTK dengan judul "Meningkatkan Hasil
Belajar Membaca Teks Procedure menggunakan Blended Learning dengan
Google Classroom pada Siswa Kelas IX-1 Semester Ganjil SMP Negeri
226 Jakarta Tahun Pelajaran 2020/2021”.

Penulisan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IV/b
ke golongan IV/c.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kepala SMP Negeri 226 Jakarta
2. Kepala Tata Usaha dan rekan-rekan guru SMP Negeri 226 Jakarta
3. Hj. Nurmala, S.Pd, guru Bahasa Inggris SMPN 226 selaku observer
4. Para siswa khususnya kelas IX-1 SMP Negeri 226 Jakarta

Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya penulisan
laporan penelitian tindakan kelas (PTK), dan rekan-rekan seprofesi yang
telah memberi kesempatan dan masukan kepada penulis hingga penulisan
laporan PTK ini selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan PTK ini masih
jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan PTK ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga PTK ini memenuhi sesuai
dengan tujuannya, dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin.

Jakarta, Januari 2021

Fitra Hayati, S.Pd

NIP.197012061997032002

DAFTAR ISI

Halaman i
Halaman Judul

Surat Izin Penelitian ii

Lembar Pengesahan iii

Surat Pernyataan Telah Melaksanakan PTK Dari Kepala Sekolah iv

Surat Keterangan/Sertifikat Seminar PTK Dari Panitia Seminar v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel/grafik viii

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

Abstrak

BAB. I : PENDAHULUAN 1
BAB II. A. Latar Belakang …………………………… 4
B. Rumusan Masalah………………………... 5
C. Tujuan Penelitian … ……………………..... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian.…………………..

: KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakekat Hasil Belajar
2. Hakekat Belajar
3. Hakekat Pembelajaran ………..………

BAB III 4. Hakekat Membaca ………………………………….….
5. Procedure Text ……………………………………….
BAB IV 6. Hakekat Metode Blended Learnig………………….….
BAB V 7. Hakekat Google Classroom…………………………..
B. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan………………………………
: METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian…………………………………...
B. Sumber Data ………………………
C. Teknik dan Alat Pengumpul Data……………………….
D. Analisis Data ……………………………………
E. Indikator Kinerja ……………………………
F. Prosedur Penelitian...........................................
G. Tahap-Tahap Penelitian .............................
: HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Seting Penelitian ………………………
B. Hasil Pelitian ……………
C. Pembahasan ……………………………………
D. Simpulan dari Hasil Penelitian
: SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………….
B. Saran …………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….
LAMPIRAN ………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi Covid 19 menyebar begitu cepat di seluruh dunia, agar
terhindar dari penularan virus yang telah menjadi pandemic ini banyak
kegiatan dilakukan dari rumah. Proses belajar mengajar yang biasa
dilakukan secara langsung dengan tatap muka di depan kelas harus
dilakukan dari rumah.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Anwar Makarim
mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait proses pelaksanaan belajar-
mengajar selama masa pandemi Covid-19 ini. Kebijakan-kebijakan tersebut
dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaann Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (Covid-19) yang dikeluarkan pada 24 Maret 2020
(https://bangka.tribunnews.com/2020/03/24/pengertian-lengkap-apa-itu-
virus-corona-covid-19-gejala-cara-penularan-hingga-
pencegahan?page=4).

Sistem pembelajaran selama pandemi kini telah berubah mejadi
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), ada juga yang menyebutnya Belajar Dari
Rumah (BDR), atau pembelajaran daring. Kondisi ini sangat sulit bagi guru
untuk merubah model pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tatap
muka di depan kelas berubah menjadi pendekatan daring. Guru-guru belum
siap menghadapi ini, mulai dari perenceanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Setiap satuan Pendidikan harus melakukan pembelajaran daring
secara online. Pembelajaran tatap muka berubah menjadi pembelajaran
tatap maya. Sehingga setiap satuan pendidikan harus berupaya dan
berinovasi dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga proses
belajar mengajar terlaksana dengan baik.

Pada awal pandemic, media yang digunakan guru untuk proses
pembelajaran kepada peserta didik adalah menggunakan whatApp grup,
pribadi, atau email. Peserta didik secara mandiri mencari informasi dengan
melihat di televisi, video pembelajaran dari youTube, membaca di media
cetak maupun online,dan mendengarkan radio atau podcast, pelayanan
rumah belajar yang disediakan Kemendikbud. Semua media itu digunakan
untuk mencapai hasil belajar agar maksimal. maksimal.

Hasil belajar peserta didik saat pembelajaran jarak jauh ini sangat
rendah disebabkan karena minat rendah dan pemberian materi serta tugas
tidak terkelola dengan baik. Guru mengirim tugas lewat whatApp grup,
peserta didik tidak membacanya, karena sudah banyak pesan lain.
Sehingga hasil belajar peserta didik ketika diambil nilai ulangan harian,
ulangan PTS sangat rendah dalam membaca teks procedure.

B. Rumusan Masalah
Melihat kenyataan ini maka perlu dilakukan penelitian dengan rumusan

masalah penelitian sebagai berikut: Apakah blended learning dengan
google classroom dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris menggunakan Blended Learning
dengan Google Classroom.

D. Manfaat Penelitian
Bagi peserta didik adalah:

1. Meningkatkan kemampuan memahami isi teks procedure dengan
kreativitas berpikir dan bernalar sehingga hasil belajar peserta didik
dapat dioptimalkan.

2. Memberikan pengalaman konkrit dalam meningkatkan kualitas
proses dan kegiatan pembelajaran dari rumah (BDR).

3. Mengubah pola pikir peserta didik bahwa pembelajaran bahasa
Inggris dengan pembelaran dari rumah (BDR) adalah pelajaran yang
sulit menjadi pelajaran yang mengasyikkan, menyenangkan,
mandiri, fleksibel dan bermanfaat untuk kehidupan ini dan dengan
berbagai media.

4. Memberikan kontribusi terhadap kemajuan dunia pendidikan,
khususnya pada mata pelajaran bahasa Inggris pada kegiatan
pembelajaran dari rumah (BDR).

Bagi guru adalah:
1. Memberikan pengalaman dalam menentukan solusi dari

permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada
pembelajaran dari rumah (BDR)

2. Memperbaiki teknik pembelajaran dengan menggabungkan
berbagai media guna meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran
dari rumah (BDR)

3. Meningkatkan mutu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar pada kegiatan belajar dari rumah (BDR).

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
(Syachtiyani & Trisnawati, 2021) mengatakan bahwa setiap individu

yang melakukan proses belajar mengharapkan tercapainya keberhasilan
belajar. Oleh sebab itu setiap upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah kaitannya dengan kegiatan pembelajaran di masa pandemi
Covid-19 tentunya ditujukan agar proses pembelajaran tetap berjalan
lancar sehingga tercapailah keberhasilan belajar.
A. Hakekat Hasil Belajar

Salah satu hal yang dapat dijadikan acuan untuk melihat keberhasilan
dari proses belajar adalah hasil belajar siswa. Firmansyah (2015)
mengatakan bahwa,hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh
siswa setelah menyelesaikan proses belajar yang dapat dijadikan
ukuran apakah siswa tersebut sudah berhasil dalam memahami
materi yang disampaikan atau belum. Perubahan yang terjadi dalam diri
individu baik itu perubahan sikap maupun keterampilan juga dapat
dikatakan hasil belajar (Hilmiatussadiah, 2020). Hasil belajar siswa
ditandai dengan skala nilai berupa huruf, symbol serta angka.
2. Belajar dan Pembelajaran

a. Hakekat Belajar
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri

seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku
dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002: 23).

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan
prilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata
lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari
beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-
fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh witting yaitu:
• Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
• Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
• Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi
.

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah
sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang
terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).
Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
a) Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change

behavior).
b) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa

perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk
waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.
c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati
pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan
perilaku tersebut bersifat potensial
d) Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau
pengalaman
e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar,
seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar
berikut:
a) Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar
bukan orang lain.
b) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
c) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajar.
d) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang
dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
e) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia
diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas
belajarnya.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci
dari belajar adalah perubahan perilaku. Ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan
disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga
dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
pada dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang
telah diperoleh sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik
untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan

menujukkan ke arah kemajuan.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan

aktif berupaya melakukan perubahan.

6. Perubahan yang bersifat pemanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar

cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam

dirinya.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin

dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah

maupun jangka panjang.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh

pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula

perubahan dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru
menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh
keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

3. Hakekat Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan

yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan
pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono,
2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran
adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif
digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang
diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami
bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang
sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana
penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik
(student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of
teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa
konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada
keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat
menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja,
tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja
yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama
halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak
merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno,
2007: 9).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
• Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran ,
strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga

, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
• Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan,

semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan)
dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat
peraga, dan alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada
persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak
dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode
pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya,
serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya
terhadap siswa;
3. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan
pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan),
dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi
siswa yang berkesulitan belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan
4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun
hasil.
4. Hakikat Membaca

Pada pembelajaran bahasa Inggris membaca adalah satu keterampilan

bahasa yang yang termasuk keterampilan reseptif yaitu menerima informasi

melalui media tulis. Keterampilan ini akan dikuasai oleh peserta didik dan

akan menjadi hasil belajar yang baik melalui pembelajaran. Keterampilan
membaca yaitu membaca untuk memperoleh berbagai informasi secara
khusus (Clementson, 2010: 2).

Sebagai suatu proses dalam membaca melibatkan banyak faktor
baik faktor bacaannya ataupun faktor pembacanya. Karena itu
membaca merupakan proses yang rumit kompleks. Untuk itu pembaca
perlu membekali dirinya dalam membaca sehingga setiap orang
memiliki kemampuan membaca yang memadai.

Nurhadi (2008 : 13) menyatakan membaca adalah suatu proses
yang kompleks dan rumit. Kompleks berarti dalam proses membaca terlibat
berbagai faktor internal dan factor eksternal pembaca. Faktor internal
berupa intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan lain
sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, latar
belakang sosial dan ekonomi, dan tradisi membaca. Rumit artinya faktor
eksternal dan internal saling berhubungan membentuk koordinasi yang
rumit untuk menunjang pemahaman bacaan.

Dadang Sunendar (2008: 246) menyatakan bahwa membaca
merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis
dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang
dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses
mental dalam sistem kognisinya.

Samsu Somadayo (2011: 4) menyatakan bahwa membaca
adalah suatukegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
yang terkandung di dalam bahan tulis. Berdasarkan pendapat ahli di atas

maka membaca adalah suatu proses yang berkegiatan untuk memahami
arti yang tertulis didalam teks yang membutuhkan faktor eksternal dan
internal agar membentuk pemahaman membaca.
2. Jenis-jenis membaca

Praptanti (2000: 39) menyatakan membaca adalah sebagai berikut:
1. Membaca pemahaman (intensif) adalah membaca pemahaman

yang dianggap sebagai salah satu kunci pemerolehan ilmu karena
titik tekannya adalah persoalan pemahaman yang mendalam,
pemahaman ide-ide naskah dari ide-ide pokok sampai ide penjelas.
Begitu juga dari hal-hal yang global ke hal-hal yang rinci. Jadi
membaca pemahaman adalah aktivitas membaca yang ditempuh
dengan sangat teliti, biasanya agak lambat, dengan tujuan
memahami keseluruhan isi bacaan kedalam-dalamnya agar pesan
yang disampaikan lebih merasuk ke otak dan hati.
2. Membaca kritis yaitu aktivitas membaca yang menghendaki sikap
atau reaksi si pembaca untuk memberi tanggapan terhadap apa
yang telah dibacanya. Dalam hal ini pembaca dapat bersikap
menolak, menyetujui sebagai pengganti, menerima sebagai bahan
pelengkap atau menerima sebagai bahan penguat.
3. Membaca cepat yaitu suatu aktivitas membaca yang bertujuan agar
dalam waktu yang relatif singkat bisa mendapatkan hasil yang
banyak.
4. Membaca apresiatif dan membaca estetis adalah dua kegiatan
membaca yang agak bersifat khusus karena lebih berhubungan

dengan nilai-nilai dan faktor perasaan. Objek kajiannya terutama
karya sastra serta bacaan-bacaan lain yang ditulis dengan bahasa
yang indah.
5. Membaca teknik adalah suatu aktivitas membaca yang termasuk
kegiatan membaca bersuara. Membaca jenis ini bertujuan untuk
lebih pemahaman memudahkan pemahaman materi yang dibaca.
Membaca teknik penekanannya pada lafal, jeda lagu dan intonasi
yang tepat.

Prastiti (2006: 20) menyatakan berdasarkan tujuan atau
maksudnya, membaca dibagi menjadi beberapa jenis antara lain
membaca intensif, membaca teknik, membaca cepat, membaca kritis,
dan membaca indah. Kelima jenis membaca tersebut dijelaskan pada
penjabarannn sebagai berikut:
a. Membaca Intensif/Membaca Pemahaman, membaca jenis ini sering

juga disebut membaca pemahaman yang sangat memerlukan
kecermatan dan ketajaman berpikir. Membaca intensif merupakan
kunci memperoleh ilmu pengetahuan. Membaca intensif adalah
perbuatan membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti.
Membaca jenis ini sangat diperlukan jika ingin mendalami suatu ilmu
secara detail, ingin mengetahui isi suatu materi, bahan-bahan yang
sukar dan lain-lain.
b. Membaca Teknik
Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang
menitikberatkan pada pelafalan kata-kata baku, melagukan kalimat

dengan benar, pemenggalan kelompok kata dan kalimat dengan
tepat, menyesuaikan nada, irama, dan tekanan, kelancaran dan
kewajaran membaca serta jauh dari ketersendatan, kesalahan ucap
atau cacat baca lain. Membaca teknik dilaksanakan dengan
bersuara. Oleh karena itu, membaca jenis ini memiliki manfaat ganda
baik pembaca maupun orang lain.
c. Membaca Cepat
Membaca jenis ini dilakukan jika pembaca ingin memperoleh gagasan
pokok wacana dalam waktu relatif singkat, tetapi juga mendapat hasil
bacaan yang banyak. Dua faktor yang tidak dapat diabaikan pada
jenis membaca ini adalah kecepatan dan ketepatan. Hal-hal yang
dapat menghambat cara membaca cepat harus dihindari seperti
regresi, vokalisasi, membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat,
dan lain-lain.
d. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan
untuk mengetahui fakta-fakta dalam bacaan, kemudian
menganalisisnya. Membaca jenis ini dilakukan secara bijak,
mendalam, evaluatif, dan analisis sebagai kunci membaca jenis ini.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa membaca kritis tidak
hanya sekedar fakta yang tersurat, tetapi juga tersirat menemukan
alasan mengapa penulis menyatakan hal tersebut. Membaca kritis
memerlukan berbagai keterampilan, meliputi mencari isi wacana,
menganalisis dan menilai gagasan yang terdapat dalam bacaan.

e. Membaca Indah
Pada hakikatnya membaca indah merupakan usaha menghidupkan
dan untuk mengomunikasikan suatu bahan bacaan yang mempunyai
nilai sastra dengan mengutamakan segi keindahan dalam
penyampaiannya. Membaca yang indah erat sekali hubungannya
dengan keterampilan membaca karya sastra. Membaca jenis ini
menitikberatkan pada pengungkapan segi keindahan yang terdapat
pada suatu karya sastra. Alur suaranya hendaknya jatuh pada
gagasan-gagasan, sebagaimana layaknya orang bicara. Gerak dan
mimik sejalan dengan pokok gagasan yang terkandung dalam teks
agar apa yang dibaca dapat dipahami oleh pendengar.
Tarigan (2008: 12-13) menyatakan membaca bisa dibekan
menjadi dua jenis, yaitu membaca bersuara atau membaca nyaring
(oral reading atau reading aloud) dan membaca dalam hati (silent
reading). Membaca bersuara atau membaca nyaring dipandang
tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan
mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik.
Akan tetapi, untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman maka
yang paling tepat adalah membaca dalam hati.
Kedua macam membaca di atas mempunyai fungsi masing-
masing. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang berfungsi
sebagai alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.

Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual (visual
memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Dalam hal
ini, pembaca tidak menggunakan alat ucap sehingga hanya otak dan
mata yang bekerja.

Tarigan, (2008: 31) menyatakan dalam garis besarnya,
membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan intensif.
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca
ekstensif meliputi membaca survei (survey reading), membaca
sekilas (skimming reading), dan membaca dangkal (superficial
reading). Membaca intensif adalah studi seksama, telaah secara
teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas
terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira sampai empat halaman
setiap hari.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan
jenis membaca memiliki beberapa jenis yaitu visual dan silent
memory yang dapat dilaksanakan oleh seorang pelajar.
B. Tujuan Membaca
Rivers dan Temperly (melalui Somadayo, 2011: 10-11) menyatakan
tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu:
a) Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran
tentansuatu topic.

b) Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas
bagipekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui
cara kerja alat-alat rumah tangga).

c) Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan
teka-teki.

d) Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau
untukmemahami surat-surat bisnis.

e) Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang
tersedia.

f) Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi
(sebagaimanadilaporkan dalam koran, majalah, laporan).

g) Memperoleh kesenangan atau hiburan.
Anderson (dalam Tarigan, 1985:9–10) menyatakan ada beberapa
tujuan membaca yaitu:
a) menemukan detail atau fakta
b) menemukan gagasan utama
c) menemukan urutan atau organisasi bacaan,
d) menyimpulkan
e) mengklasifikasikan
f) menilai, dan
g) membandingkan atau mempertentangkan”.
Nurhadi (1989:11) menyatakan bahwa tujuan membaca secara khusus
adalah:
a) mendapatkan informasi factual

b) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan
problematis,

c) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang
d) memperoleh kenikmatan emosi, dan
e) mengisi waktu luang. Sebaliknya,
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka tujuan membaca dapat
disimpulkan
a) mendapatkan informasi
b) memperoleh pemahaman, dan
c) memperoleh kesenangan.

Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan
membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang
sama, dapat mencapaitujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda.
Tujuan membaca mempunyaikedudukan yang sangat penting dalam
membaca karena akan berpengaruhpada proses membaca dan
pemahaman membaca.
5. Procedure Text

Pada pembelajaran Bahasa Inggris di kelas IX ini ada satu jenis teks
yang dipelajari yaitu procedure teks. (Nurmasyitah, 2018) menjelaskan
bahwa teks prosedur adalah teks yang berkenaan dengan kehidupan
sehari-hari. Teks ini menggambarkan langkah-langkah bagaimana
membuat sesuatu. Menurut pendapat Wardiman, dkk (2008) bahwa
teks prosedur merupakan teks yang sering kita gunakan tanpa kita
sadari.

Untuk mencapai memahami procedure text pada pembelajaran
dari rumah ini diperlukan suatu teknik pembelajaran yang kreatif.
6. Blended Learning

(Nurmasyitah, 2018) menjelaskan bahwa blended learning
Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan
mata pelajaran yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka
dengan pembelajarn online. Selain blended learning ada istilah hybrid
learning. Istilah tersebut mengandung arti yang sama yaitu perpaduan,
percampuran atau kombinasi pembelajaran. Blended Learning
merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode e-learning, yaitu
metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e-learning
dengan metode konvensional atau tatap muka (face to face). Blended
learning sebagai kombinasi karakteristik.pembelajaran tradisional dan
lingkungan pembelajaran elektronik atau blended learning.
Menggabungkan aspek blended learning seperti pembelajaran berbasis
web, streaming video, komunikasi audio synchronous dan asynchronous
dengan pembelajaran tradisional “tatap muka”.

7. Google Classroom
(El Fauziah et al., 2019) menjelaskan bahwa Google sebagai

platform web tool yang sangat menarik dan memiliki banyak fungsi,
memberikan kemudahan bagi para penggunanya unuk mendapatkan
berbagai macam informasi yang dibutuhkan. Pada tahun 2014, Google
memperkenalkan platform khusus yang digunakan sebagai alat untuk
membantu pelaksanaan pembelajaran yaitu Google Classroom. Google

Classroom (GC) membantu guru untuk membuat dan menga.tur tugas
kelas dengan cepat dan mudah, memberikan umpan balik kepada siswa
langsung secara efisien, dan berkomunikasi bersama siswa tanpa
terbatas oleh ruang dan waktu. Google Classroom dianggap sebagai
platform terbaik yang mampu meningkatkan kinerja guru. Google
Clasroom menyediakan fasilitas yang sangat bermanfaat yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa. Google Classroom membantu guru untuk
mengatur kelas, memanfaatkan waktu dan meningkatkan kualitas
komunikasi dengan siswa (Latif, 2016). Dia menambahkan bahwa
melalui beberapa tinjauan pustaka, pemanfaatan Google Classroom
belum terlalu banyak digunakan. Hal ini disebabkan oleh berbagai
macam faktor baik faktor teknis, taktis, ekonomi, dan sosial. Padahal,
penggunaan Google Classroom ini dapat membantu guru untuk
mengatasi keterbatasan jumlah jam pelajaran Bahasa Inggris di
sekolah. Hal ini didukung Megahantara (2017) memberikan dampak
positif dalam proses pembelajaran
B. Kerangka Pikir

Hasil pembelajaran membaca teks procedure di kelas IX-1 SMP
Negeri 226 Jakarta masih rendah. Aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran juga tergolong rendah. Untuk itu perlu perubahan dalam
metode pembelajaran pada pembelajaran terutama dalam pelaksanaan
pembelajaran dari rumah (BDR). Perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan dengan penelitian tindakan kelas menggunakan Blended
Learning dengan Google Classroom.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan Blended Learning
dengan Google Classroom, peserta didik dapat lebih mandiri belajar dan
lebih bermakna, lebih meningkat prestasi belajar.

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tindakan
sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
Supardi ( 2006:16) yang terdiri dari empat tahapan yang lazim dilalui,
yaitu:
1. Perencanaan ( Planning )
2. Pelaksanaan ( Acting )
3. Pengamatan ( Observing )
4. Refleksi( Reflecting )
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:

Gambar 3.1 MODEL PTK

permasalahan Perencanaan PelaksanaanTindakan I
tindakan I Pengamatan/
SIKLUS 1
Refleksi I Pengumpulan data I
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan Tindakan II
baru hasil
refleksi tindakan II

SIKLUS 2 Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan data II
Bila permasalahan
belum Dilanjutkan ke
siklus berikutnya..
terselesaikan

23

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan ( planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut dilaksanakan.
Tahap 2: Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan
yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Tahap 3: Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat.
Tahap 4: Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur
untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan berurutan,
yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap
penyusunan perencanaan sampai dengan refleksi, yang tidak lain
adalah evaluasi.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis tindakan penelitian
ini adalah: Penggunaan Blended Learning dapat meningkatkan hasil
belajar Bahasa Inggris siswa kelas IX-1 SMP Negeri 226 Jakarta
semester ganjil tahun pelajaran 2020 / 2021.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti telah melakukan berbagai

pertimbangan yang meliputi pemilihan tempat penelitian, waktu
penelitian serta subjek yang mengalami penelitian. Dengan berbagai
pertimbangan efisiensi, biaya, serta waktu yang ada, peneliti
memutuskan untuk memilih:

1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil yaitu bulan

Oktober -Desember 2020. Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

Table 1:

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Des

. Kegiatan Okt Nov Jan

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 5 1 2 3 4

1 Persiapan X

3 Studi Pustaka XX

Penyusunan XX
4

Proposal

Pelaksanaan X

5 Penelitian Siklus XXX

1

6 Refleksi XXX

Pelaksanaan XXX
7 Penelitian Siklus XXX

2 X XX
8 Refleksi X XXX

Pembuatan X
9 Laporan Hasil

Penelitian
Perbaikan
10
laporan
Pembuatan
laporan Hasil
11
Penelitian Secara
Final

Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah sebagaimana yang disampaikan oleh Supardi (2006:73)
bahwasanya pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu kegiatan
belajar mengajar yang telah terjadwal, selain itu masih menurut
penjelasan Supardi bahwasannya PTK memerlukan beberapa siklus
yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksakan di SMP negeri 226
Jakarta, jalan Kayu Kapur nomor 2, Komplek TNI AL Pangkalan Jati,
Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
3. Subyek Penelitan

Subjek penelitian tindakan kelas pada penelitian ini dipilih kelas
IX-1 tahun pelajaran 2020/2021. Jumlah peserta didik di kelas tersebut
adalah 36 siswa dengan rincian 15 laki-laki dan 21 perempuan.

Pemilihan kelas IX-1 ini didasarkan pada rerata hasil penilaian
ulangan harian (UH) dan penilaian tengah semester (PTS) kelas IX-1
memperoleh rerata hasil belajar terendah pada pelajaran bahasa
Inggris dari 8 kelas yang diajar pada kompetensi dasar (KD) yang
diajarkan

B. Sumber Data
Sebagai bahan untuk membuat analis dalam penelitian ini, sumber

data diambil dari peserta didik yang merupakan subjek Penelitian
Tindakan Kelas ini. Data yang diambil berupa test hasil belajar yang
berupa nilai ulangan harian tiap akhir pertemuan, observasi yang
dilakukan oleh observer yang merupakan guru sebagai teman sejawad
yang dilakukan pada saat pembelajaran, dan angket yang diberikan
kepada peserta didik untuk mengukur sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran Bahasa Inggris.

C. Teknik dan alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan
data menunjuk pada suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, observasi atau pengamatan dan
tes.
Pada penelitian ini, data diperoleh dari data primer yaitu data
yang diperoleh peneliti secara langsung dari guru dan peserta didik

melalui pengamatan yang dilakukan oleh observer, data juga

diperoleh melalui tes, dan angket untuk mengukur sikap siswa

terhadap pelajaran Bahasa Inggris di kelas maya dan google

classroom.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti dengan

menggunakan:

a. Rubrik penilaian speaking selama proses pembelajaran

(terlampir).

b. Lembar Observasi:

1. Lembar Observasi digunakan oleh observer mengamati

kegiatan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung,

berikut ini instrument yang berupa lembar observasi untuk

guru yang lakukan oleh observer,

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Petunjuk penggunaan:

Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-

aspek penilaian aktivitas guru dalam pembelajaran. Adapun kriteria

skor adalah: 0=tidak tampak, 1=kurang baik, 2=cukup, 3=baik,

4=sangat baik

No. Aspek Penilian SKALA
A Persiapan

1 Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan 01234
pembelajaran (RPP) dengan seksama

2 Tujuan pembelajarannya dinyatakan dalam 01234
kalimat yang jelas dalam RPP

3 Guru mempersiapkan media pembelajaran 0 1 2 3 4

4 Guru mempersiapkan seting kelas untuk 01234
pembelajaran

B Presentasi/Penyampaian Pembelajaran

5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 01234
yang hendak dicapai

Guru menjelaskan materi pembelajaran

6 dengan teknik-teknik tertentu sehingga jelas 0 1 2 3 4

dan mudah dipahami siswa

Selama proses pembelajaran guru

7 memberikan kesempatan untuk bertanya 01234

kepada siswa

Guru selalu mengajak siswa untuk

8 menyimpulkan pembelajaran pada akhir 01234

kegiatan atau akhir sesi tertentu

C Metode Pembelajaran/Pelaksanaan
Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan secara bervariasi

9 selama alokasi waktu yang tersedia, tidak 01234

monoton dan membosankan

10 Materi pembelajaran sesuai dengan tujuan 01234
pembelajaran yang telah ditetapkan

selama pembelajaran berlangsung guru tidak

11 hanya berada pada posisi tertentu tetapi 01234

bergerak secara dinamis di dalam kelasnya

12 Media pembelajaran di dalam pelaksanaan 01234
pembelajaran digunakan secara efektif

D Karakteristik Pribadi Guru 01234

13 Guru berupaya memancing siswa agar terlibat 0 1 2 3 4
aktif dalam pembelajaran

14 Guru bersikap tegas dan jelas 01234

15 Penampilan guru menarik dan tidak 01234
membosankan

16 Guru menggunakan bahasa yang baik dan 01234
berterima

Penjelasan penggunaan lembar observasi: Observer:
1. Observer melakukan pengamatan dari tempat yang

memudahkan semua bagian kelas teramati.

2. Observer memberikan tanda cek (v) pada kolom yang
tersedia untuk menyatakan berbagai kegiatan guru dengan
ketentuan: (0) = tidak melakukan, (1) = melakukan dengan
kurang baik, (2) = melakukan cukup baik, (3)= melakukan
dengan baik, (4)= melakukan dengan sangat baik.

3. Setelah data terkumpul peneliti merekap hasil observasi dan
menjadikan skor dengan rentang 0 - 64.

4. Peneliti mengkonversi skor menjadi nilai dengan rentang 0-
100 dengan rumus: Nilai = (skor diperoleh/64) x 100.

Kategori Penilaian:
1. Bila rentang nilai yang diperoleh 90 -100 berarti aktivitas

siswa sangat baik (kategori A)

2. Bila rentang nilai yang diperoleh 80 -89 berarti aktivitas siswa
baik (kategori B)

3. Bila rentang nilai yang diperoleh 70 -79 berarti aktivitas siswa
sedang (kategori C)

4. Bila rentang nilai yang diperoleh 60 -69 berarti aktivitas siswa
kurang (kategori D)

5. Bila rentang nilai yang diperoleh kurang dari 60 berarti
aktivitas siswa sangat kurang (kategori E)

2 Lembar Observasi untuk peserta didik, digunakan oleh
observer untuk mengamati kegiatan peserta didik pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, lembar observasi untuk
peserta didik terdiri dari dua macam, lembar yang pertama
untuk observasi pada saat pra-siklus, dan lembar yang kedua
untuk observasi pada siklus I dan siklus II. Berikut ini
instrument yang berupa lembar observasi untuk peserta didik
yang lakukan oleh observer.

LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor penilaian sikap
peserta didik dalam merngikuti pembelajaran dengan melihat jumlah
siswa yang terlibat dalam setiap butir pertanyaannya.

SKALA

No. Aspek Penilaian Aktivitas Siswa 1-5 6- 11- 26- 31-
10 25 30 36

Peserta didik menunjukkan minat

1 dan motivasi yang bagus pada saat 0 1 23 4
proses pembelajaran Bahasa

Inggris melalui kelas maya

2 Peserta didik terlihat bersemangat 0 1 23 4
dalam menjawab pertanyaan guru

3 Peserta didik terlihat aktif 0 1 23 4

Peserta didik mengikuti tahapan- 0 1 23 4
4 tahapan pembelajran dengan aktif 0 1 23 4

dan bersungguh-sungguh.

Peserta didik memperhatikan
5 kelompok yang sedang

melaksanakan presentasi

Dalam pembelajaran, peserta didik

6 siap dengan buku-buku penunjang 0 1 2 3 4

lainnya.

7 Peserta didik terlihat asyik bermain 4 3 21 0
sendiri

8 Peserta didik mengobrol semaunya 4 3 21 0
sendiri

9 Peserta didik aktif menanyakan hal- 0 1 23 4
hal yang penting kepada guru

10 Diskusi kelompok berjalan dengan 0 1 23 4
baik

Observer:

Angket digunakan untuk mengetahui persepsi peserta didik
terhadap pelajaran Bahasa Inggris, berikut ini adalah angket yang
digunakan dalam penelitia ini:

ANGKET UNTUK SISWA PADA SIKLUS I DAN II

No. Pernyataan Sikap Ya Tidak

1 Pembelajaran Bahasa Inggris membuat
saya semangat belajar

2 Pembelajaran Bahasa Inggris
membosankan

Saya menemukan manfaat dari setiap

3 pembelajaran Bahasa Inggris yang

dilakukan

Saya merasa pelajaran Bahasa Inggris

4 yang telah dipelajari menunjang/ membantu

dalam mata pelajaran yang lain

Saya merasa pelajaran Bahasa Inggris

5 kurang berhubungannya dengan mata

pelajaran lain.

Saya senang jika teman saya meminta
6 menjelaskan proses yang harus dilakukan

dalam menjelaskan konsep Bahasa Inggris.

Saya senang dengan suasana pembelajaran
7 dengan pembelajaran yang baru saja

berlangsung.

Pembelajaran dengan model pembelajaran
8 yang baru saja berlangsung kurang

memberi motivasi yang berarti untuk saya

Saya merasa sebal saat guru menyuruh

9 saya ke depan kelas untuk menjawab

pertanyaan.

Pembelajaran yang baru saja berlangsung

10 kurang mengkaji lebih detail tentang materi

pelajaran.

Pembelajaran yang baru saja berlangsung

11 membuat saya berani dalam

mengemukakan pendapat.

Pembelajaran yang baru saja berlangsung,
12 memudahkan saya dalam menyelesaikan

permasalahn yang diberikan guru.

Pembelajaran yang baru saja
13 berlangsung, meyulitkan saya dalam

menjawab permasalahn materi pelajaran.

Pembelajaran yang baru saja berlangsung,
14 memudahkan saya dalam membuat

kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan.

15 Pengulangan materi yang disampaikan oleh
guru membuat saya bingung.

Data yang diperoleh dari jawaban seluruh peserta didik
kemudian direkapitulasi, tiap-tiap butir pertanyaan dihitung jumlah
peserta didik yang memilih jawaban “ya” dan “tidak”, kemudian
diprosentase. Kegiaatan ini dilakukan pada 2 kali kesempatan, yaitu
pada siklus 1 dan siklus 2, tepatnya setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung, dan pada saat pertemuan ketiga tiap-tiap siklus untuk
mengetahui persepsi peserta didik setelah mengalami proses
pembelajaran.
E. Indikator Kinerja

Hasil belajar Bahasa Inggris dikatakan tuntas jika peserta didik
memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) pada Kompetensi Dasar KD 3.4 yaitu 75. Peserta

didik yang memperoleh nilai kurang dari nilai KKM, maka peserta

didik dikatakan belum tercapai ketuntasan belajarnya.

Penggunaan Blende Learning dengan Google Classroom

kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil manakala peolehan

rerata nilai pada KD di atas,mencapai lebih dari 75,00.

Penggunaan Blended Learning berhasil manakala

pembelajaran Bahasa Inggris dikelas daring mampu memberikan

ketertarikan, antusias, serta kreativitas bagi peserta didik,

Kriteria keberhasilan siswa sesuai dengan tujuan akhir

penelitian ini yaitu dikelompokkan ke dalam 5 kategori, dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Tingkatan keberhasilan siswa dalam Pembelajaran.

(>-89) : Sangat Baik

(60-89) : Baik

(40-50) : Cukup

(20-39) : Kurang

(> - 19) : Sangat kurang

b. Tingkat aktifitas siswa dalam pembelajaran

(>- 19) : Sangat baik

(60-79) : Baik

(20-39) : Cukup

(> - 19) : Sangat kurang

F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus . Rancangan

dalam penelitian ini mengikuti alur tindakan yang diutarakan Suharsimi
Arikunto, Suhardjono, Supardi ( 2006:117) sebagai berikut:

1. Perencanaan:
Meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa Inggris dan
penetapan alokasi waktu pelaksanaannya ( Oktober – Desember
2020).

2. Tindakan:
Meliputi seluruh proses kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
Kontekstual.

3. Observasi:
Dilaksanakan bersama dengan proses pembelajaran, meliputi
aktivitas siswa, pengembangan materi dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi:
Kegiatan pembelajaran dianalisa dan sekaligus menyusun rencana
perbaikan pada siklus berikutnya.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Oktober
sampai Desember 2020.

G. Tahap-Tahap Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan dengan dua siklus dan

tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang telah dicapai. Untuk
mengetahui efektifitas pembelajaran di kelas IX-1 dilakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, juga
diadakan wawancara baik dengan guru maupun dengan siswa melalui
google meet. Melalui kegiatan ini dapat dilakukan analisa antara guru
dan observer untuk menetapkan tindakan yang paling tepat dalam

rangka meningkatkan efektifitas pembelajaran di kelas. Secara rinci

prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.2 Pelaksanaan Prosedur Penelitian

KONDISI REFLEKSI
AWAL AWAL

MERENCANA
KAN

LAGU-LAGU MELAKUKAN SIKL SIKL
BAHAS TINDAKAN US 1 US 2
INGGRIS

MENGAMATI HASI
MEREFLEKSI L

Pada gambar 3.1 menjelsakan prosedur tindakan dimulai dari refleksi
kondisi awal dimana hasil kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris
belum maksimal.
Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka prosedur
pelaksanaan tindakan kelas ini meliputi (1). Perencanaan, (2).
Pelaksanaan Tindakan, (3). Observasi dan (4) Refleksi dalam setiap
siklus. Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini dapat
dijabarkan sebagai berikut.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan untuk
memperbaiki praktik pengajaran di kelas pada pembelajaran dari rumah

(BDR). Kegiatan ini berfokus pada proses belajar mengajar di kelas
maya. Penelitian ini memerlukan proses yang memerlukan perencanaan
(planning), pelaksanaan (act), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Penelitian terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilakukan
dalam 3 kali pertemuan.
A. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi penyebab rendahnya hasil belajar dalam membaca

procedure text di kelas IX-1 SMP Negeri 226 Jakarta.
2. Menentukan teknik pembelajaran yang akan dilakukan
3. Menentukan aplikasi yang akan dipakai untuk pembelajaran.
4. Melakukan penyusunan silabus dan RPP pada KD 3.4 yaitu

membandingkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
beberapa teks prosedur lisan dan tulis dengan memberi dan
meminta informasi terkait resep makanan/minuman dan manual,
pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya
5. Menentukan metode pengumpulan data dan analisis data.
B. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai jadwal mengajar peneliti
sebanyak 6 kali pertemuan pada akhir semester ganjil. Pada masa
pandemic covid 19, mata pelajaran Bahasa Inggris diberikan 1 kali
dalam satu pekan yaitu 2 x 60 menit. Pelaksanaan pembelajaran
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun.

Tabel 1. Pemetaan alokasi waktu dalam 2 siklus.

Siklus Pertemuan Hari/Tanggal Jam Materi

Pertama Kamis, 22 Okt 2020 1-2 Procedure text of manual

1 Kedua Kamis, 5 Nov 2020 1-2 Procedure text of manual

Ketiga Kamis, 12 Nov 2020 1-2 Procedure text of recipe

Pertama Kamis, 19 Nov 2020 1-2 Procedure text of recipe

2 Kedua Kamis, 26 Nov 2020 1-2 Procedure text of recipe

Ketiga Kamis, 3 Des 2020 1-2 Procedure text of recipe

C. Pengamatan
Tahap observasi dilaksanakan bersama teman sejawat, yang melakukan
observsi disaat peneliti mengajar di kelas maya dengan google meet.
D. Refleksi

Tahap Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kegitan pembelajaran
pada tiap pertemuan bersama observer. Peneliti merencanakan
kegiatan untuk pertemuan selanjutkan. Sehingga diperoleh perbaikan-
perbaikan di tiap pertemuan.

Pada setiap siklus data peserta didik terdiri dari 3 macam yaitu: a)
Nilai membaca : b) Hasil observasi observer (klaborator) yang
berkolaborasi mengamati partisipasi dan perilaku peserta didik dalam
setiap pembelajaran di kelas maya; c) Angket untuk menggali informasi
dari peserta didik dan dilakukan setiap akhir tiap siklus. Angket ini berisi
sikap peserta didik terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Data hasil
penelitian yang diperoleh dijaga validitas (proses, hasil, katalistik dan
dialogis).dan realibilitasnya.

Data respon peserta didik diambil dari hasil pengamatan oleh
kolaborator melalui angket dan lembar observasi. Untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap teks procedure yaitu melakukan
penilaian setiap akhir pembelajaran. Jumlah soal 20 butir yang terdiri
dari soal fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. Soal
tersebut mengikuti kaidah C1, C2, C3, C4, C5.

Data yang telah terkumpul pada saat observasi pada setiap siklus
dilakukan analisis secara deskriptif dengan menggunkan teknik
persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Analisis hasil belajar dilakukan dengan cara
mencari nilai rerata tes yang diperoleh peserta didik di setiap akhir
pertemuan tiap-tiap siklus.

Data dari nilai tes membaca juga dianalisis secara deskriptif yang
menjelaskan kecendrungan perubahan pencapaian hasil belajar
peserta didik ke arah yang lebih baik. Nilai membaca peserta didik pada
akhir pembelajaran ditiap siklus dianalisis. Hasil ini dijadikan bahan
refleksi. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dan observer.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif pada tiap variabel yang
di amati.

Mengacu pada penjelasan di atas validitas penelitian ini terjaga,
terlihat dari; a) Validitas proses adanya kajian teori maupun praktis
dengan alternative tindakan; b) Validitas hasli: ditunjukkan pada
analisis data; c). Validitas Katalistik:ada beberapa jurnal yang
menghasilkan penerapan teknik dan hal-hal baru dalam pembelajaran

dan; d) Valitas dialogis terlihat dari diskusi antara kolaborator untuk
menilai, memberi masukan perbaikan agar proses pembelajaran
menjadi lebih baik.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksakan di SMP negeri 226 Jakarta, jalan
Kayu Kapur nomor 2, Komplek TNI AL Pangkalan Jati, Pondok Labu,
Cilandak, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil
yaitu bulan Oktober -Desember 2020.

Subjek penelitian tindakan kelas pada penelitian ini dipilih kelas IX-
1 tahun pelajaran 2020/2021. Jumlah peserta didik di kelas tersebut adalah
36 siswa dengan rincian 15 laki-laki dan 21 perempuan. Pemilihan kelas IX-
1 ini didasarkan pada rerata hasil penilaian ulangan harian (UH) dan
penilaian tengah semester (PTS) kelas IX-1 memperoleh rerata hasil belajar
terendah pada pelajaran bahasa Inggris dari 8 kelas yang diajar pada
kompetensi dasar (KD) yang diajarkan
B. Hasil Penelitian

Desain penelitian ini terdiri dari 2 siklus secara berulang yang
meliputi siklus I dan siklus Dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan alur/model sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi
Arikunto ( 2006:16) sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Refleksi Pengamatan Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan

Gambar 4.1
Setiap siklus dalam penelitian ini meliputi empat tahap
sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan
Supardi (Jakarta:Rosda Karya, 2006:16) sebagai berikut: Perencanaan
(planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing), dan Refleksi
(reflecting),
Hasil refleksi dijadikan dasar untuk menentukan keputusan
perbaikan pada siklus berikutnya.

SIKLUS 1
A. Pertemuan Pertama Siklus 1

Pertemuan pertama Siklus 1 dilakukan hari Kamis 22 Oktober
2020, jam pertama. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Perencanaan
a. Menentukan kelas subyek penelitian tindakan kelas yaitu siswa

kelas.
b. Menyiapkan rencana pembelajaran, dari KD 3.4 membandingkan

fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks
prosedur lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi
terkait resep makanan/minuman dan manual, pendek dan
sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya, alokasi waktu
(2 x 60 menit), media pembelajaran, lembar kerja siswa dengan
google form dengan materi yang berhubungan dengan teks
procedure.
c. Menetapkan fokus observasi dan aspek yang diminati

d. Menentukan observer dan bahan observasi
e. Menetapkan pelaksanaan refleksi
f. Menetapkan kriteria keberhasilan siswa
g. Menyiapkan angket untuk mengukur sikap peserta didik terhadap

pelajaran Bahasa Inggris.
2. Pelaksanaan

Pada pembelajaran pertemuan pertama Siklus 1 ini dilaksanakan
hari Kamis, 22 Oktober 2020 dalam satu tatap muka selama 2 jam
pelajaran (120 menit) dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Guru menjelaskanmengenaiteks procedurmelalluidikelas maya dengangoogle

meet
2. Peserta didik mengerjakan tugas yang sudah diletakkan di google

classroom, peserta didik bekerja secara individual.
3. Peserta didik mengerjakan tugas langsung di google classroom
4. Guru melakukan test untuk menguji membaca pemahaman peserta

didik.

Gambar 1: Kelas Maya

Gambar 2: Posting Materi di Google Classroom

Gambar 3: Hasil Tugas di Google Classroom
Pada saat Pertemuan Pertama Siklus 1, peneliti melakukan
evaluasi pelaksanaan kegiatan, saat pelaksanaan peneliti melihat,
menganalisis kondisi pembelajaran, yang meliputi pelaksanaan
pengajaran, partisipasi peserta didik di dalam kelas. Setelah melihat
kekurangan yang ada, peneliti kemudian melakukan perbaikan yang
meliputi metode, alat bantu pembelajaran, serta partisipasi peserta
didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran yang lebih aktif pada
pertemuan selanjutnya. Peneliti juga memperhatikan catatan dari

observer yang membantu melakukan pengamatan saat peneliti

melakukan proses pembelajaran untuk dijadikan dasar peningkatan

kualitas pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Berikut ini adalah

hasil nilai siswa:

NILAI MEMBACA TEKS PROCEDURE

PERTEMUAN 1 SIKLUS 1

Kamis , 22 Oktober 2020

N TUNTAS/TIDAK

O NAMA NILAI TUNTAS

ADHINDA PUTRI

1 APRIALISANTY 70 Tidak Tuntas

2 ADITYA CAHYA FADILLAH 70 Tidak Tuntas

3 AFIFA JULIA ZAHRA 70 Tidak Tuntas

4 ANGELINA AIKO PRAKASA 65 Tidak Tuntas

5 AULIA RAHMADANI 65 Tidak Tuntas

AURELLIA LULU SHAFIQ

6 PRAYITNO 65 Tidak Tuntas

7 BINTANG SETYO SAPUTRO 60 Tidak Tuntas

8 CALISTA PUTRI HARNAN 75 Tuntas

9 CINDY FEBRIANTY 70 Tidak Tuntas

10 DEWA AYU ARUM ANGGRAINI 75 Tuntas

11 FANDI PUTRA ATMADATAM 60 Tidak Tuntas

12 FAUZIAH SYAFRIYANTI 65 Tidak Tuntas

13 FIRLY NAJJIEYA RAMADHANTI 75 Tuntas

FLOREANCYA BERLIANA

14 TRAH UTOMO 80 Tuntas

15 GIAN RIZKI SAPUTRA 50 Tidak Tuntas

16 HILMY MAULANA 50 Tidak Tuntas

KEIRA CALANTHA PUTRI

17 FIBRARY 85 Tuntas

18 KEZIA ANDANI 55 Tidak Tuntas

19 LIONEL TIO IMANUEL 75 Tuntas

20 LUCKY FATIIH ARDAI 70 Tidak Tuntas

21 MEISYA PUTRI LARASATI 50 Tidak Tuntas

MUHAMAD ARJUNA RESTU

22 BUMI 70 Tidak Tuntas

23 MUHAMMAD BIMA ANANDA 70 Tidak Tuntas

24 MUHAMMAD HILAL HARIS 70 Tidak Tuntas

25 MUHAMMAD ZACKY 45 Tidak Tuntas

26 NADINE ARJANTI 80 Tuntas

27 NAILA QURROTUL AIN 60 Tidak Tuntas

28 NAJWA FADILAH 70 Tidak Tuntas
29 PUTRI RAJWA HANIFAH 70 Tidak Tuntas
30 RAFI PRASETYO 45 Tidak Tuntas
31 RAISYA NABILA PUTRI 90 Tuntas
32 RIYAN ZAKI ADRIANO 55 Tidak Tuntas
33 SINDY HAMMIDAH 70 Tidak Tuntas
34 SUSILOWATI 65 Tidak Tuntas

THEOPILLUS SAMUEL 80 Tuntas
35 HERKUSUMO 65 Tidak Tuntas
36 VINNISYA MARTA PRIHATINI

KKM 75
66,8055
RATA RATA
MAX 6
MIN 90
SISWA YANG TUNTAS 45
SISWA YANG BELUM TUNTAS 9
PERSENTASE YANG TUNTAS 27
PERSENTASE YANG BELUM 25
TUNTAS
75

Dari hasil tes akhir pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I pada
KD. 3.4, didapat hasil rerata nilai 66,8 siswa yang tuntas sebesar 25%,
sedangkan siswa yang tidak tuntas sebesar 75%. Dari hasil tes tersebut
dapat diasumsikan bahwa peserta didik masih belum memiliki kemampuan
seperti apa yang diharapkan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada KD
3.4 adalah 75, maka masih terlalu jauh selisih antara harapan dan
kenyataan yang diharapkan.

Grafik 4.1
Nilai Hasil Belajar Bahasa Inggris Pertemuan Pertama Siklus I

Chart Title

90
80
70
60
50
40
30
20
10

0

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari instrument yang

berupa angket pada akhir pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Siklus 1. Data berikut menggambarkan kondisi sikap peserta didik

pada awal siklus 1, dimana peserta didik telah mendapatkan

pengajaran dengan menggunakan Blended Learning dengan Google

Classroom.

Tabel 4.2

ANGKET UNTUK SISWA PADA SIKLUS I

No Pernyataan Sikap Ya Tidak

∑% ∑ %
27.78
1 Pembelajaran Bahasa Inggris 26 72.22 10 75.00
membuat saya semangat belajar 11.11

2 Pembelajaran Bahasa Inggris 9 25.00 27
membosankan 32 88.89 4

Saya menemukan manfaat dari
3 setiap pembelajaran Bahasa

Inggris yang dilakukan


Click to View FlipBook Version