The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Penerimaan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran bersangkutan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by AL EL BAPER (Almari Elektronik Badan Perencanaan), 2024-01-22 19:27:58

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TAHUN 2023

Penerimaan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran bersangkutan.

Keywords: #pendapatan #daerah #blora

LAPORAN AKHIR


ii KATA PENGANTAR Puji Syukur senantiasa terpajatkan kehadirat Allah SWT mengiringi Laporan Akhir Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora Tahun 2023. Laporan ini menjadi pertanggungjawaban substansi kegiatan yang memberikan gambaran secara holistik, urgensi, serta mekanisme metodologis yang mendasari kegiatan kajian ini. Relasi empiris dengan metodologis terus digabungkan untuk menghasilkan temuan dan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Program penguatan pendapatan PAD perlu strategi dalam perencanaan dan penganggaran keuangan daerah agar selaras dengan rencana pembangunan dan pengembangan Kabupaten Blora. Meskipun, data PAD Kabupaten Blora dari komponen pajak dan retribusi daerah tiap tahun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, perlu dikaji apakah kenaikan realisasi tersebut sudah sesuai dengan besarnya potensi PAD yang ada di Kabupaten Blora. Mengingat PAD merupakan komponen penting suatu daerah untuk membiayai belanja suatu daerah. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian mengenai berapa potensi PAD yang dimiliki oleh Kabupaten Blora, dimana diharapkan dengan kajian ini bisa menemukan dan mengenali sumber-sumber pajak dan retribusi daerah yang memiliki potensi sangat besar untuk meningkatkan besarnya PAD Kabupaten Blora. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pimpinan dan staff Bappeda Kabupaten Blora, seluruh stakeholder, masyarakat, serta semua pihak yang membantu kelancaran kegiatan ini. Saran dan masukan terus kami lakukan demi kebaikan kegiatan ini. Blora, 2023 BAPPEDA


iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii DAFTAR ISI.......................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR............................................................................................ v DAFTAR TABEL............................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1. Latar Belakang ......................................................................................1 1.2. Maksud dan Tujuan ...............................................................................3 1.2.1. Maksud ..............................................................................................3 1.2.2. Tujuan................................................................................................3 1.3. Sasaran.................................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4 2.1. Landasan Teori......................................................................................4 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................................4 2.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.......................................6 2.1.3. Tujuan dan Fungsi Pendapatan Asli Daerah...................................9 2.1.4. Dana Alokasi Umum.....................................................................10 2.1.5. Dana Alokasi Khusus....................................................................11 2.2. Penelitian Terdahulu............................................................................12 BAB III METODE KEGIATAN ..........................................................................17 3.1. Rancangan Pengembangan ................................................................17 3.2. Prosedur Pengembangan....................................................................17 3.3. Langkah-Langkah Pengembangan......................................................20 3.3.1. Tahap Define (Pendefenisian) ......................................................20 3.3.2. Tahap Design (Perancangan).......................................................21 3.3.3. Tahap Develop (Pengembangan).................................................22 3.3.4. Tahap Diseminate ........................................................................22 3.4. Analisis Data .......................................................................................24 3.4.1. Validitas........................................................................................24 3.4.2. Reduksi Data................................................................................25 BAB IV PROFIL WILAYAH.............................................................................27 4.1 Aspek Geografi Dan Demografi...........................................................27


iv 4.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat .......................................................38 4.3 Urusan koperasi, usaha kecil dan menengan ....... Error! Bookmark not defined. 4.4 Urusan Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu...Error! Bookmark not defined. 4.5 Urusan Perpustakaan.............................Error! Bookmark not defined. 4.6 Fokus Layanan Urusan Pilihan ...............Error! Bookmark not defined. 4.7 Fokus Layanan Urusan Pemerintah Dan Fungsi Penunjang.......... Error! Bookmark not defined. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................45 5.1. Sumber PAD .......................................................................................45 5.2. Potensi pajak dan retribusi daerah yang memiliki potensi sangat besar untuk digali sebagai sumber PAD yang potensial di Kabupaten Blora............60 5.3. Saran dan Rekomendasi .....................................................................78 Bab VI Penutup ...............................................................................................86 Daftar Pustaka.................................................................................................87


v DAFTAR GAMBAR Gambar 4. 1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Blora 2023 ................................ 28 Gambar 4. 2 Peta Penataan Dan Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah...Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 3 Peta Rawan Bencana Kabupaten Blora..Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 4 Laju inflasi Kabupaten Blora 2019-2021 ............................................. 42 Gambar 4. 5 Peta jaringan kabupaten Blora..................Error! Bookmark not defined.


vi DAFTAR TABEL Tabel 4. 1 Jumlah Desa dan Kelurahan ..................................................................... 29 Tabel 4. 2 Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan.................................................... 30 Tabel 4. 3 Tinggi Wilayah Berdasarkan Kecamatan.....Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 4 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Blora tahun 2023.... 33 Tabel 4. 5 Luas Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Blora Tahun 2023 ........... 34 Tabel 4. 6 Jumlah Kejadian Bencana Menurut Jenis Bencana Di Kabupaten Blora Tahun 2021-2022 ..........................................Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora, 2022 ............................................................................. 36 Tabel 4. 8 Laju Pertumbuhan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2022.............................................................................. 37 Tabel 4. 9 PDRB ADHB Kabupaten Blora Tahun 2018-2022................................. 40 Tabel 4. 10 Garis Kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora, 2021-2022................................................................................................... 43 Tabel 4. 11 APK dan APM Kabupaten Blora .................Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 12 fasilitas kesehatan kabupaten Blora tahun 2022 ... Error! Bookmark not defined.


1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan otonomi daerah di Indonesia secara diatur di dalam Undang-Undang RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Pemerintah daerah dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-undang ini memberikan otonomi atau kewenangan secara utuh kepada daerah untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Sekarang daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat di daerahnya, agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerintahan. Berdasar Pasal 285 UU No.23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah (hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan), dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan daerah


2 merupakan salah satu item dalam fungsi manajemen pembangunan terutama pada penganggaran kegiatan dan program pembangunan suatu daerah. Data Blora Dalam Angka 2023 menunjukkan bahwa kondisi pendapatan daerah Kabupaten Blora pada 2022, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Jika pada 2021 total pendapatan sejumlah Rp. 2.227.065.270,46, pada 2022 menurun menjadi Rp. 2.176.850.305,65. Pendapatan tersebut berasal dari PAD sejumlah Rp. 314.441.617,70, dana perimbangan Rp. 1.390.064.372,42 dan dari lain pendapatan yang sah sebesar Rp. 460.819.460,05. Pada 2021 PAD tertinggi berasal dari Lain-lain PAD yang sah sebesar Rp. 193.780.331,40, maka pada tahun 2022 PAD tertinggi berasal dari lain-lain PAD yang sah yaitu sejumlah Rp. 166.565.457,70. Sedangkan pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan terbesar berasal dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp. 858.452.388,45 pada tahun 2022 Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan dan mengoptimalkan pendapatan maka perlu strategi dalam perencanaan dan penganggaran keuangan daerah agar selaras dengan rencana pembangunan dan pengembangan Kabupaten Blora. Meskipun, data PAD Kabupaten Blora dari komponen pajak dan retribusi daerah tiap tahun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, perlu dikaji apakah kenaikan realisasi tersebut sudah sesuai dengan besarnya potensi PAD yang ada di Kabupaten Blora. Mengingat PAD merupakan komponen penting suatu daerah untuk membiayai belanja suatu daerah. Perlu dilakukan suatu kajian mengenai berapa potensi PAD yang dimiliki oleh Kabupaten Blora, dimana diharapkan dengan kajian ini bisa menemukan dan mengenali sumber-sumber pajak dan retribusi daerah yang memiliki potensi sangat besar untuk meningkatkan besarnya PAD Kabupaten Blora.


3 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud Menyusun Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora. 1.2.2. Tujuan Menyusun kajian dengan rumusan sebagi berikut: 1. Identifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah daerah 2. Menganalisis potensi pajak dan retribusi daerah yang memiliki potensi sangat besar untuk digali sebagai sumber PAD yang potensial di Kabupaten Blora 3. Menyusun saran dan rekomendasi kebijakan terkait dengan meningkatkan pendapatan daerah di Blora 1.3. Sasaran Sasaran penelitian ini adalah adanya kegiatan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora Tahun 2023


4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penerimaan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran bersangkutan. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Pedapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah hanya merupakan salah satu komponen sumber penerimaan keuangan negara di samping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Keseluruhan bagian penerimaan tersebut setiap tahun tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah. Meskipun pendapatan asli daerah tidak seluruhnya dapat membiayai APBD, sebagaimana di katakan oleh Santoso (1995 : 20) bahwa proporsi PAD terhadap total penerimaan


5 tetap merupakan indikasi keuangan suatu pemerintahan daerah. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan secara maksimal, namun tentu saja dalam perundang-undangan yang berlaku khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerahnya melalui pendapatan asli daerah. Tuntutan peningkatan pendapatan asli daerah semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah itu sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1, pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Suhanda (2007 : 156) pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Menurut Halim (2007 : 96) pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pedapatan lain asli daerah yang sah. Menurut Nurcholis (2007 : 182) pedapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah dan lain-lain yang sah. Menurut Fauzan (2006 : 235) pendapatan asli daerah adalah sebagi sumber pembiayaan pemerintah daerah, PAD dapat dihasilkan melalui beberapa sumber penerimaan terdiri


6 dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yag sah. Menurut Mardiasmo (2002 : 132) pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan penerimaan sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasi pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lainlain pendapatan asli daerah yang disahkan. 2.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Peningkatan PAD mutlak harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada bab V (lima) nomor 1 (satu) disebutkan bahwa pendapatan asli daerah bersumber dari : 1. Pajak Daerah Menurut UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepadaDaerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU No 11 Tahun 2020 Pasal 49 tentang Cipta Kerja, pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai berikut : a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran


7 c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Peneranagn Jalan f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir h. Pajak Air Tanah i. Pajak Sarang Burung Walet j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan k. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu : 1) Sebagi sumber pendaatan daerah 2) Sebagai alat pengatur 2. Retribusi Daerah Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, malelui UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru disatu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber pedapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari retribusi daerah. Menurut UU No. 11 Pasal 114 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu : a. Retribusi Jasa Umum Pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta data dinikmati oleh orang pribadi atau badan.


8 b. Retribusi Jasa Usaha Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. c. Retribusi Perizinan Tertentu Pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2022 tentang hubungan keuangan pusat dan daerah. mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup : 1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah / BUMD. 2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara / BUMN 3. Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat. 4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang hubungan keuangan pusat dan daerah menjelaskan Pendapatan Asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendanaan ini juga merupakan


9 penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang hubungan keuangan pusat dan daerah mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah meliputi : a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro c. Pendapatan bunga d. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan, pengadaan barang ataupun jasa oleh pemerintah. 2.1.3. Tujuan dan Fungsi Pendapatan Asli Daerah Salah satu pendapatan daerah adalah berasal dari pendapatan asli daerah. Dana-dana yang bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut merupakan salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah untuk membiayai belanja rutin serta biaya pembangunan daerah, dan juga merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyakbanyakynya ke kas daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, serta untuk mengatur dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu dalam hal ini tidak terlepas dari adanya badan yang menangani atau yang diberi tugas untuk mengatur hal tersebut (Yovita : 2011). Sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah di dalam pelaksanaan otonomi daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber- sumber diluar pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan


10 sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Adanya penggalian dan peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas (subsidi). Hal ini berarti usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pedapatan aslidaerah itu sendiri dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah. 2.1.4. Dana Alokasi Umum Menurut Bastian (2003 : 84) Dana Alokasi Umum adalah dana perimbangan dalam rangka untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah. Sedangkan menurut Halim (2002 : 160) Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan


11 desentralisasi. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Tujuan dari dana alokasi umum adalah untuk mengatasi ketimpangan fiskal keuangan antara pemerintah pusat dan ketimpangan horizontal antar pemerintah daerah karena ketidakmerataan sumber daya yang ada pada masing-masing daerah.. 2.1.5. Dana Alokasi Khusus Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.


12 2.2. Penelitian Terdahulu No . Peneliti Penelitian Metodologi Hasil 1. Muhamm adErsyad (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah(Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat • Variabel Independen PAD, DAU danDAK • Variabel Dependen Tingkat Kemandiri an Keuangan Daerah. • Analisis RegresiLinier Berganda PAD, DAU danDAK berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. 2. Reza Marizk a (2013) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerahpada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat • Variabel Independen PAD, DBH, DAU dan DAK • Variabel Dependen Tingkat Kemandiri an Keuangan Daerah. • Analisis RegresiLinier Berganda PAD berpengaruh signifikan positif terhadap Tingkat kemandirian keuangan daerah, DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan DBHdan DAU tidak berpengaruh signifikan. 3. Dian B. Susanti, Sri Rahayu danSska P. Yudowati (2016) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap • Variabel Independen PAD, DAU danDAK • Variabel Dependen PAD dan DAU berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian


13 No . Peneliti Penelitian Metodologi Hasil Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah(Studi pada Kota/Kabupat en di Provinsi Jawa Barat) Tingkat Kemandiri an Keuangan Daerah. • Analisis RegresiLinier Berganda keuangan daerah, sedangkan DAKtidak berpengaruh. 4. Endang Sri Mulatsih (2015) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten/Ko ta di Provinsi Sumatera Selatan Periode 2008 – 2012 • Variabel Independen Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan, Lain-lain PADyang sah • Variabel Dependen Kemandiri an Keuangan Daerah • Analisis Regresi Linier Berganda Ada pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan LainLain PAD yang sah terhadap Kemandirian Keuangan Daeraah Kabupaten/K ota di Provinsi Sumatera Selatan.


14 No . Peneliti Penelitian Metodologi Hasil 5. Zelfia Yulian a Sutam i (2016) Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerahpada Pemerintahan Kabupaten/Ko ta di Provinsi Kepulauan Riau Tahun (2008 – 2013) • Variabel Independen PAD, DAU, danDAK • Variabel Dependen Tingkat Kemandiri an Keuangan Daerah • Analisis RegresiLinier Berganda Rasio Efektifitas Pendapatan AsliDaerah dan DAK secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah pada Kabupaten/K otadi Provinsi Kepuauan Riau, sedangkan DAUtidak berpengaruh. 6. Nyoman Trisna Erawati, danLeny Suzan (2015) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan DaerahKota Bandung (Studi Kasus padaDPKAD Kota Bandung Periode 2009 – 2013) • Variabel Independen Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan danLainLain PAD yang Sah • Variabel Dependen Tingkat Kemandiri an Keuangan Daerah • Analisis Regresi Linier Berganda Pajak Daerah memiliki pengaruh siginifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan retribusi daerah,hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan LainLain PAD yang sah tidak berpengaruh signifikan


15 No . Peneliti Penelitian Metodologi Hasil 7. Firnandi Heliyant o(2016) Pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH Terhadap Pengalokasian Anggaran BelanjaModal • Variabel Independen PAD, DAU, DAK dan DBH • Variabel Dependen Belanja Modal • Analisis RegresiLinier Berganda PAD, DAU danDBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal, sedangkan DAKtidak berpengaruh signifikan. 8. Ni Nyoman Widiasih dan Gayatri (2017) Pengaruh Pendapatan AsliDaerah, Dana Alokasi Umum,Dana Bagi Hasil pada Belanja Modal Kabupaten/K otadi Provinsi Bali • Variabel Independen PAD, DAU danDBH • Variabel Dependen Belanja Modal • Analisis Regresi Linier Berganda PAD dan DAU berpengaruh positif terhadap belanja modal, sedangkan DBH berpengaruh negative 9. Anita Lestari (2016) Pengaruh Dana Alokasi Umum /9dau0 dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Beanja Modal dan Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara • Variabel Independen DAU dan PAD • Variabel Dependen Belanaja Modaldan Kamandirian Keuangan Daerah • Analisis RegresiLinier Berganda DAU memiliki pengaruh positifdan signifikan terhadap belanja modal, sedangkan PADtidak signifikan dan negatif. DAU mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap kemandirian keuangan daerah, sedangkan PADmemiliki pengaruh positif


16 No . Peneliti Penelitian Metodologi Hasil dan signifikan. 10. Afrizal Tahar dan Maulida Zakhiya (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Kemandirin Daerah dan pertumbuhan Ekonomi Daerah • Variabel Eksogen PADdan DAU • Variabel Endogen Kemandiri an keuangan dan pertmbuha n ekonomi PAD memiliki pengaruh positifdan signifikan terhadap kemandirian daerah, sedangkan DAUmemiliki pengaruh negative daan signifikan. PAD, PAD dan Kemandirian Daerah tidak berpengaru h signifikan terhadap pertumbuha n ekonomi.


17 BAB III METODE KEGIATAN 3.1. Rancangan Pengembangan Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D (four-D Models). Peneliti memilih menggunakan model 4-D karena model 4-D ini cocok untuk mengembangkan model, langkah atau tahapan pengembangannya sistematis sehingga lebih mudah dipahami dan mudah diterapkan dalam proses pengembangannya. Model 4D merupakan salah satu metode penelitian dan pengembangan. Model 4D digunakan untuk mengembangkan perangkat pengembangan. 3.2. Prosedur Pengembangan Model 4-D terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu tahap pendefinisian (Define), tahap perencanaan (Design), tahap pengembangan (Develop), dan tahap pendiseminasian (Disseminate) Thiagarajan, Semmel dan Semmel (Trianto, 2014). Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pengembangan 4-D yang telah dimodifikasi sehingga terdiri atas tiga tahap yaitu tahap pendefinisian (Define), tahap perencanaan (Design), dan tahap pengembangan (Develop) dengan prosedur penelitian yang disusun sebagai berikut: 1) Tahap Define terdiri dari analisis awal akhir, analisis karakteristik masyarakat, analisis materi, analisis tugas, perumusan tujuan penguatan program. 2) Tahap Design terdiri dari pemilihan media, pemilihan format, rancangan awal.


18 3) Tahap Develop terdiri dari konsultasi, validasi ahli, revisi desain, uji coba. Tahap pengembangan model dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini.


19 Bagan 3.1 Model Pengembangan 4D Keterangan Gambar


20 : Garis pelaksanaan (arah prosess) : Garis siklus(jika diperlukan) : Jenis kegiatan (proses) : Pengambilan keputusan : Hasil kegiatan (dokumen) : Tahap yang tidak dilakukan 3.3. Langkah-Langkah Pengembangan 3.3.1. Tahap Define (Pendefenisian) Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah dengan penjelasan sebagai berikut. 1) Analisis awal-akhir Kegiatan analisis awal-akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan model. Pada tahap ini dilakukan analisis pengembangan program penguatan sosial, menentukan kompetensi sosial yang harus dimiliki masyarakat, dan model pengembangan sehingga diperoleh deskripsi pola penguatan program yang dianggap paling sesuai. 2) Analisis Karakteristik Masyarakat Sebelum mengembangkan model, terlebih dahulu harus mengenali karakteristik masyarakat, hal ini penting karena semua proses penguatan program harus disesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Dalam kaitannya dengan pengembangan model, karakteristik masyarakat perlu


21 diketahui untuk menyusun model yang sesuai dengan potensi masyarakat. 3) Analisis potensi Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan dipelajari oleh masyarakat berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis ini menjadi dasar dalam menyusun tujuan penguatan program. 4) Analisis harapan Analisis tugas adalah tahapan pengidentifikasian tugas / keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan penguatan program. Analisis tugas disusun berdasarkan pada indikator pencapaian hasil pengembangan. 5) Perumusan tujuan penguatan program Tahap ini dilakukan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil pengembangan menjadi tujuan penguatan program khusus yang merupakan dasar dalam menyusun rancangan model. 3.3.2. Tahap Design (Perancangan) Pada tahap design ini, terdapat beberapa langkah yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Pemilihan Media Kegiatan pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang tepat dalam penyajian materi model, alat dan sumber pengembangan yang mendukung. 2) Pemilihan Format Format awal bahan ajar model dimulai dari penentuan sampul depan, penyusunan model hingga sampul belakang. 3) Perancangan Awal Perancangan awal yaitu merancang fisik model agar lebih


22 menarik dan termotivasi untuk mempelajari model yang dikembangkan. Pada tahap ini akan menghasilkan suatu produk awal yang akan diuji. 3.3.3. Tahap Develop (Pengembangan) Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah memvalidasi, menguji praktikalitas dan efektifitas model. 1) Konsultasi Tahap konsultasi bertujuan untuk melakukan pengecekan terhadap model yang dihasilkan setelah melakukan perancangan awal. Pada tahap ini peneliti akan meminta arahan dan masukan dari ahli. 2) Tahap Validasi Ahli Setelah produk melewati tahap konsultasi, langkah selanjutnya yaitu melakukan validasi produk. Ada empat aspek yang perlu divalidasi, kesesuaian, efektivitas, ketercapaian, dan keberlanjutan. Tahap validasi ini bertujuan untuk melihat kevalidan model yang dikembangkan. Pada tahap validasi ini akan diperoleh saran dan pendapat dari tim ahli, yang mana saran dan pendapat akan digunakan untuk merevisi model. Model akan terus direvisi berdasarkan saran dan pendapat ahli sampai tim ahli menyatakan bahwa model layak digunakan tanpa revisi, sekaligus memperoleh draft final atau draft akhir. 3.3.4. Tahap Diseminate Pada penelitian ini, tahap disseminate tidak dilakukan karena alasan finansial berupa keterbatasan program kegiatan. 1. Penilaian Produk Tujuan dari penilaian produk ini yaitu untuk mendapatkan data yang akurat yang digunakan untuk melakukan revisi


23 (perbaikan), menetapkan tujuan kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan produk yang dihasilkan. Tahap penilaian pada pengembangan ini melalui beberapa tahap yaitu: a. Tahap konsultasi Tahap konsultasi terdiri dari beberapa kegiatan berikut. a) Ahli yang akan melakukan pengecekan terhadap model yang telah dikembangkan, kemudian memberikan arahan dan saran untuk melakukan terhadap revisi model yang dihasilkan. b) Pengembang melakukan perbaikan model berdasarkan hasil konsultasi yang telah dilakukan. b. Tahap validasi ahli Tahap validasi ahli terdiri dari beberapa kegiatan berikut: a) Validasi model oleh para ahli b) Pengembang melakukan revisi terhadap model sesuai kritik, saran dan pendapat para ahli. 2. Karakteristik Subjek Dalam penelitian ini, subjek dalam kegiatan ini yakni: Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Dengan demikian, informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kabupaten Blora.


24 3. Jenis Data Penilaian Jenis data penilaian dalam pengembangan model ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. a. Data kualitatif. Data kualitatif berasal dari kritik, saran, dan komentar dari para ahli dan responden. b. Data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari angket dan tes kemampuan pemecahan masalah yang digunakan untuk mengukur pencapaian masyarakat setelah menggunakan model. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Validitas Untuk melihat kevalidan dari model yang dikembangkan digunakan instrumen berupa angket untuk validasi. Angket untuk validasi model ini terdiri dari angket validasi kelayakan isi, angket validasi kelayakan penyajian, angket validasi kelayakan bahasa dan angket validasi kelayakan kegrafikan yang akan dinilai oleh validator. Hasil analisis data kuantitatif dilakukan trianggulasi secara kualitatif, sehingga hasil yang diperoleh dilakukan analisis kualitatif. Menurut Pawito analisis data dalam peneli-tian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense) terhadap data, menafsirkan (interpretating), atau mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisiproposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulankesimpulan final. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif tersebut dilakukan secara interaktif dan berlangsung


25 terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 3.4.2. Reduksi Data Reduksi dapat diartikan proses pemilihan, pemusatan perhatian yang menyederhanakan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan memusatkan perhatian untuk menyederhanakan data yang diperoleh. 1. Display data Sementara itu display atau penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan sebuah penelitian. Suatu penyajian data merupakan kumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Peneliti menanyangkan data yang telah diperoleh untuk dijadikan sebagai petunjuk. 2. Verifikasi data Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupam deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dalam penarikan kesimpulan harus longgar, terbuka dan skeptis. Pemeriksaan kembali tentang kebenaran data yang telah diperoleh.


26 Gambar 3.2 Model Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, 1984) Pengumpulan data 1. Reduksi Data 2. Sajian data 3. Penarikan kesimpulan


27 BAB IV PROFIL WILAYAH Gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Blora menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. 4.1 Aspek Geografi Dan Demografi Pada aspek geografi Kabupaten Blora diperoleh gambaran karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan pada aspek demografi menggambarkan kondisi penduduk secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu di Kabupaten Blora. 4.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Secara geografis, terletak pada koordinat antara 111º16’ - 111º338’ Bujur Timur dan 6º528’ - 7º248’ Lintang Selatan. Secara geografis wilayah Kabupaten Blora berbatasan dengan beberapa kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rembang. Sebelah Timur berbtasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Blora terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah. Wilayah datarannya terdiri atas dataran tinggi (perbukitan, pegunungan, lembah dan gunung) dengan ketinggian terendah di Kecamatan Cepu dan tertinggi di Kecamatan Todanan serta


28 dataran rendah. Batas Admnistrasi Kabupaten Blora disajikan pada gambar berikut: Gambar 4. 1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Blora 2023 Sumber: RKPD Kabupaten Blora 2023 Kabupaten Blora secara administratif terbagi menjadi 16 kecamatan dan 271 desa dan 24 kelurahan. Luas wilayah sebesar 1.955,8219 km2 atau 195.582.19 ha (6,01 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah). Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Randublatung (235,92 Km2 ), diikuti oleh Kecamatan Jati dengan luas wilayahnya sebesar 215,38 Km2 sedangkan kecamatan yang terkecil wilayahnya adalah Kecamatan Cepu (49,04 Km2 ). Wilayah administrasi Kabupaten Blora disajikan pada tabel berikut:


29 Tabel 4. 1 Jumlah Desa dan Kelurahan Kecamatan Desa Kelurahan Jati 12 Randublatung 16 2 Kradenan 10 Kedungtuban 17 Cepu 11 6 Sambong 10 Jiken 11 Bogorejo 14 Jepon 24 1 Blora Kota 16 12 Banjarejo 20 Tunjungan 15 Japah 18 Ngawen 27 2 Kunduran 25 1 Todanan 25 Jumlah 271 24 Sumber: RKPD Kabupaten Blora 2023


30 Luas wilayah Kabupaten Blora sekitar 1.955,8219 km2 atau setara dengan 6,01 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas daerah Kabupaten Blora berdasarkan kecamatan disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. 2 Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km2) Jati Doplang 215,38 Randublatung Randublatung 235,92 Kradenan Memden 112,04 Kedungtuban Kedungtuban 108,45 Cepu Cepu 49,04 Sambong Sambong 102,68 Jiken Jiken 165,40 Bogorejo Bogorejo 60,82 Jepon Jepon 119,19 Blora Blora 72,33 Banjarejo Banjarejo 110,64 Tunjungan Tunjungan 89,36 Japah Japah 129,23 Ngawen Ngawen 104,86 Kunduran Kunduran 124,72 Todanan Todanan 155,77 Jumlah 1.955,82 Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka 2023


31 Tabel diatas menunjukkan bahwa Kecamatan yang memiliki luas daerah paling besar adalah Kecamatan Randublatung dan Kecamatan Jati. Luas wilayah paling sedikit adalah Kecamatan Cepu dan Kecamatan Bogorejo. 4.1.2 Topografi Topografi wilayah daratan Wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan dataran rendah dan perbukitan yang berada pada ketinggian antara 25-500 meter dpl, dengan ketinggian terendah berada di Kecamatan Cepu dan tertinggi berada di Kecamatan Todanan. Bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan kelerengan 0-2 % sebesar 35,06 %, 2-5 % sebesar 12,81 %, 5-15 % sebesar 43,64 %, 15-40 % sebesar 8,27 %, dan >40 % sebesar 0,22 %. Kabupaten Blora masuk wilayah aliran Daerah Aliran Sungai (DAS) Jratun Seluna dimana, sub DAS Lusi meliputi Kecamatan Blora, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Jiken, Ngawen, Kunduran dan Todanan bagian selatan, sub DAS Juana meliputi Kecamatan Todanan bagian Utara dan sub DAS Bengawan Solo meliputi Kecamatan Sambong, Cepu, Kedungtuban, Kradenan, Randublatung dan Jati. 4.1.3 Geologi Kondisi geologi setiap wilayah bervariasi memiliki peran bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56 % tanah gromosol, 39 % mediteran, dan 5 % alluvial. a. Tanah Alluvial, tanah ini terjadi dari endapan vulkanik muda atau agak muda, tanpa perkembangan atau dengan perkembangan profil lemah. Sifat fisik dan kimia beragam dengan warna kelabu dan coklat tua dengan produktivitas bervariasi dari yang sedang sampai yang tinggi. Jenis tanah ini biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan


32 permukiman. Daerah yang mengandung tanah ini terdapat di bagian wilayah Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Blora. b. Tanah Gromosol, jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang. Pemanfaatannya untuk pertanian dan perkebunan, warna tanah ini adalah kelabu sampai hitam. Daerah yang mengandung jenis tanah ini adalah sebagian dari seluruh wilayah kecamatan yang terdapat di Kabupaten Blora. c. Tanah Mediteran, jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang sampai tinggi. Pemanfaatanya untuk tanah sawah, tegalan, perkebunan dan kehutanan. Warna tanah ini adalah merah kecoklatan, sebagian besar wilayah kecamatan mengandung tanah jenis mediteran ini. Kawasan Karst yang ada di Kabupaten Blora meliputi Kawasan Bentang Alam Karst Sukolilo dengan luas kurang lebih 753 hektar yang berada di Kecamatan Kunduran dan Kecamatan Todanan. Secara umum, bentang alam yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Blora memiliki potensi tambang berupa: a. Batu gamping, terdapat di Kecamatan Todanan, Kecamatan Jiken, Kecamatan Jepon, Kecamatan Japah, Kecamatan Tunjungan, Kecamatan Blora, Kecamatan Bogorejo, Kecamatan Randublatung dan Kecamatan Kradenan. b. Batu lempung / tanah liat, terdapat di Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Todanan, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Blora, Kecamatan Jepon, Kecamatan Bogorejo, Kecamatan Sambong, Kecamatan Cepu, Kecamatan Kradenan dan Kecamatan Jati. c. Pasir kuarsa, terdapat di Kecamatan Todanan, Kecamatan Japah, Kecamatan Tunjungan, Kecamatan Blora, Kecamatan Jepon, Kecamatan Bogorejo dan Kecamatan Kedungtuban. d. Phospat, terdapat di Kecamatan Todanan. e. Ball clay, terdapat di Kecamatan Tunjungan dan Kecamatan Bogorejo.


33 f. Gypsum, terdapat di Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung dan Kecamatan Sambong. 4.1.4 Klimatologi Kabupaten Blora merupakan kawasan beriklim tropis. Jumlah Curah hujan dan hari hujan disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. 3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Blora tahun 2023 Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan Januari 2 517 19 Februari 3 113 19 Maret 2 818 22 April 3 534 21 Mei 1 683 14 Juni 1 653 15 Juli 546 5 Agustus 470 5 September 469 5 Oktober 6 384 22 November 5 600 20 Desember 4 576 22 Kabupaten Blora 33 363 190 Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka 2023 Curah hujan terbesar selama tahun 2022 di Kabupaten Blora terjadi di


34 Bulan Oktober yaitu dengan jumlah curah hujan sebesar 6.384 mm dengan jumlah rata-rata hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi di Bulan September dengan jumlah curah hujan sebanyak 469 mm. 4.1.5 Penggunaan Lahan Jumlah penggunaan lahan di Kabupaten Blora adalah 181.997,43 ha. Secara lengkap penggunaan lahan di Kabupaten Blora tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 4. 4 Luas Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Blora Tahun 2023 JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PRESENTASE Lahan sawah 45.948,19 25% Bangunan/pekarangan 17.049,32 9% Tegalan 26.188,37 14% Waduk 89,36 0,04% Hutan 90.416,12 49% pertambangan 21,61 0,01% Lain-lain 2.373,82 1,3% Jumlah 181.997,43 98,35 Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka 2023 Penggunaan lahan di Kabupaten Blora 90.416,12 hektar atau sekitar 49% dari total wilayah merupakan kawasan hutan, lahan sawah sebesar 45.948,19 hektar atau sekitar 25%, adapun penggunaan lahan terkecil peruntukan pertambangan hanya 21,61 hektar atau sekitar 0,01%.


35 4.1.6 Demografi Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Besaran, komposisi dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Jumlah penduduk Kabupaten Blora Tahun 2022 sebanyak 888.224 ribu jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 454 jiwa/km² yang terdiri atas penduduk laki-laki 444.257 ribu dan penduduk perempuan 443.967 ribu. Di antara 16 kecamatan, Blora Kota merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak dengan jumlah penduduk 94.175 ribu jiwa atau 11% dari total penduduk Blora. Secara rinci jumlah penduduk Kabupaten Blora dapat dilihat pada diagram berikut: Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka,2023 Untuk mengetahui jumlah penduduk serta laju pertumbuhan, digambarkan dalam grafis berikut: Jati 6% Randublatung 9% Kradenan 5% Kedungtuban 6% Cepu 9% Sambong 3% Jiken 4% Bogorejo 3% Jepon 7% Blora 11% Banjarejo 7% Tunjungan 5% Japah 4% Ngawen 7% Kunduran 7% Todanan 7% JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN


36 Bertambahnya jumlah penduduk per tahun di Kabupaten Blora menyebabkan bertambahnya masalah kependudukan terutama dalam penyediaan pelayanan dasar, perumahan dan permukiman, penyediaan prasarana dan penyediaan lapangan pekerjaan. Secara terperinci komposisi penduduk Kabupaten Blora dilihat dari kelompok umur adalah sebagai berikut: Tabel 4. 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora, 2022 Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka,2023 0,42 0,03 0,14 0,13 0,12 0,64 0,06 0,07 0,2 0,24 0,47 0,24 0,13 0,37 0,22 0,6 0 0,2 0,4 0,6 0,8 Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 2020 - 2022


37 Dilihat dari jumlah penduduk di atas maka struktur umur penduduk Kabupaten Blora tahun 2022 adalah terdiri dari usia remaja dan usia produktif yang dominan, sedangkan untuk usia tua masih relatif sedikit. Penduduk usia 0-14 tahun dan usia 50 tahun keatas cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok umur 15-49 tahun. Jumlah usia 0-14 Tahun sebanyak 171.654 jiwa sedangkan penduduk usia 50 tahun keatas sebanyak 257.726 jiwa. Jumlah kedua kelompok umur tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk kelompok umur 15-49 tahunya itu sebanyak 458.789 jiwa. Hal ini bisa digunakan sebagai indikator bahwa usia harapan hidup penduduk Kabupaten Blora adalah pada usia produktif yaitu 15-49 tahun. Kondisi ini memiliki kelebihan dimana penduduk usia produktif memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan partisipasi pembangunan daerah sehingga menjadi salah satu tantangan pemerintah Kabupaten Blora dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang layak sehingga potensi usia produktif dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam meningkatkan pembangunan Kabupaten Blora. Berikut ini adalah data laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Blora tahun 2021 hingga 2022: Tabel 4. 6 Laju Pertumbuhan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2022 No Kecamatan Laju Pertumb uhan Rasio Jenis Kelamin Kepada tan Pendud uk 1. Jati 0,42 101,27 230 2. Randublatung 0,03 99,41 329 3. Kradenan 0,14 100,19 367 4. Kedungtuban 0,13 101,62 531 5. Cepu 0,12 98,21 1 561 6. Sambong 0,64 100,19 272


38 No Kecamatan Laju Pertumb uhan Rasio Jenis Kelamin Kepada tan Pendud uk 7. Jiken 0,06 99,45 232 8. Bogorejo 0,07 99,52 408 9. Jepon 0,20 101,55 529 10 Blora 0,24 97,23 1 302 11 Banjarejo 0,47 102,00 566 12 Tunjungan 0,24 98,93 539 13 Japah 0,13 99,70 274 14 Ngawen 0,37 101,18 581 15 Kunduran 0,22 100,66 533 16 Todanan 0,60 101,56 409 Sumber : Kabupaten BloraDalam Angka,2023 4.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 4.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. Kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blora dapat dilihat dari capaian kinerja indikator variabel aspek kesejahteraan masyarakat yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Blora. 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dari pergeseran Produk Domestik Regional Bruto atau (PDRB) Kabupaten Blora, Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah atas barang dan jasa yang dihitung dalam wilayah tertentu tersebut dihitung tanpa memperhatikan adakah perputaran ekonomi diwilayah tersebut dilakukan oleh


39 masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut atau masyarakat lain. Secara umum penghitungan PDRB terdapat beberapa jenis yang meliputi PDRB yang dihitung berdasarkan pendekatan produksi yang dibagi menjadi 9 lapangan usaha (sektor), PDRB yang dihitung melalui pendekatan pendapatan, dan PDRB yang dihitung melalui pendekatan pengeluaran. Berdasarkan jenisnya setidaknya PDRB dihitung dengan 2 metode yakni PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) dan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan). PDRB ADHB merupakan nilai PDRB yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk dapat melihat pergeseranpergeseran yang terjadi dalam sektor ekonomi. Selain itu juga dapat melihat struktur ekonomi yang dimiliki oleh sebuah daerah. Sedangkan PDRB ADHK adalah jenis PDRB yang isinya menggambarkan nilai tambah barang dan jasa, dihitung menggunakan harga yang dihitung pada tahun tertentu sebagai dasar, pada periode ini tahun yang menjadi tahun dasar adalah tahun 2010. PDRB ADHK juga dapat merepresentasikan pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.


40 Berikut merupakan PDRB ADHB Kabupaten Blora Tahun 2018-2022 dihitung dalam Miliar. Tabel 4. 7 PDRB ADHB Kabupaten Blora Tahun 2018-2022 Sumber. Kabupaten Blora dala angka, 2023


41 Gambaran diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2022 kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Blora adalah pada sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, konstruksi, industri pengolahan, pertambangan, dan penggalian. Kinerja perekonomian Kabupaten Blora kurun waktu 2020-2022 menunjukkan peningkatan yang diindikasikan dengan meningkatnya nilai nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lima tahun terakhir. Pada tahun 2020 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar 81.102,89 M, pada tahun 2022 mencapai 93.298,95 M, terjadi peningkatan sebesar 12.196,96 M selama dua tahun. 2. Indeks gini Koefisien gini merupakan ukuran ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Dimana, ketimpangan pembangunan atau disparitas dapat menggambarkan perbedaan pembangunan antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau ketidakmerataan pembangunan. Indeks gini di Kabupaten Blora pada Tahun 2019 sebesar 0,39 (tahun 2021 BPS tidak merelease ) artinya ketimpangan pendapatan masyarakat masih cukup tinggi. Dalam beberapa tahun ke depan, diprediksi ketimpangan pendapatan akan naik seiring dengan pertumbuhan ekonomi atau tingkat kemakmuran masyarakat yang meningkat. Peningkatan kemakmuran cenderung akan semakin meningkatkan ketimpangan pendapatan antar masyarakat. Sedangkan indeks Wiliamsons di kabupaten Blora pada tahun 2019 sebesar 0,415 (tahun 2021 BPS tidak merelease) artinya bahwa tingkat disparitas di Kabupaten Blora masuk dalam kategori sedang, dimana pada kategori ini terlihat daerah-daerah yang perkembangannya cepat dan ada daerah yang cenderung stagnan.


42 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 2019 2020 2021 Laju Inflasi Kabupaten Blora tahun 2019- 2021 Nasional Prov. Jawa Tengah Kab. Blora2 3. Laju Inflasi Laju inflasi atau naik turunnya tingkat harga barang dan jasa digunakan untuk melihat stabilitas perekonomian yang terjadi di daerah. Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi. Secara teori pada dasarnya berkaitan dengan fenomena interaksi antara penawaran dan permintaan. Namun pada kenyataannya tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya, sepertinya tata niaga dan kelancaran dalam arus lalu lintas barang serta peranan kebijaksanaan pemerintah antara lain tidak stabilnya harga BBM dan gas, tarif dasar listrik dan adanya krisis ekonomi global yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempercepat laju inflasi semua sektor di Kabupaten Blora. Perhitungan inflasi Tahun 2021 menggunakan perhitungan “sister city” dengan mengacu pada kota terdekat. Laju inflasi Kabupaten Blora mengacu pada Kabupaten Kudus dengan laju Inflasi Tahun 2021 sebesar 1,59%. Dibanding inflasi Nasional dan Propinsi Jawa Tengah tingkat inflasi di Kabupaten Blora masih berada di bawah rata-rata, hal ini berdampak positif pada peningkatan daya beli masyarakat dan menekan peningkatan kemiskinan sehingga mendorong pergerakan perekonomian. Gambar 4. 2 Laju inflasi Kabupaten Blora 2019-2021 Sumber. RKPD Kabupaen Blora, 2023


43 4. Angka Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora sebanyak 107,05 ribu jiwa pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 99,83 ribu jiwa pada tahun 2022 dengan garis. kemiskinan sebesar 390.478 rupiah. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin dipengaruhi oleh ukuran garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memilikratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Tabel 4. 8 Garis Kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora, 2021-2022 Sumber : Kabupaten BloraDalam Angka,2023


44 Tingkat kemiskinan Kabupaten Blora Tahun 2022 sebesar 11,53% lebih tinggi dibanding angka kemiskinan Propinsi Jawa Tengah yang hanya sebesar 10,93%. Pemerintah baik pusat dan daerah terus berusaha dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat guna penurunan kemiskinan melalui program keluarga harapan, bantuan langsung tunai, program padat karya, bedah rumah tidak layak huni, pemberdayaan pihak swasta dalam membantu penanggulangan kemiskinan baik melalui BAZNAS dan CSR perusahaan serta program 1 (satu) perangkat daerah mendampingi 5 (lima) warga miskin. Pada Tahun 2021 telah launching Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) dan pelaksanaan replikasi program satu perangkat daerah satu desa dampingan.


Click to View FlipBook Version