LAPORAN AKHIR INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT (IPMas) KABUPATEN BLORA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BLORA TAHUN 2022
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2022] ii TIM PENYUSUN Redy Hendra Gunawan Direktur PT Indekstat Konsultan Indonesia Rikola Fedri, S.Si., M.M Team Leader (Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Publik) Yuli Eka Putri, S.Stat Tenaga Ahli Bidang Statistika Humayra Secelia Muswar, S.Kpm., M.Si Tenaga Ahli Bidang Sosial/Masyarakat M. Ali Mahmudin Asisten Tenaga Ahli Akbar Riyan Nugroho, S.Komp Operator Komputer Vikmatik Morosari, S.E Tenaga Administrasi Khitthatun Nafiah, S.KM, M.Si Perencana Ahli Muda Subkoordinator Penelitian dan Pengembangan Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Bidang Sosial dan Kependudukan serta Pengkajian Peraturan pada Bappeda Blora Wawan Dedi Marahendra, SE, M.A Peneliti Ahli Muda Subkoordinator Pengembangan Inovasi dan Teknologi pada Bappeda Blora Mohamad Arif Hidayat, ST Analis Perencanaan Strategis Bidang Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2022] iii KATA PENGANTAR PT. Indekstat Konsultan Indonesia merupakan perusahaan jasa konsultan bidang riset sosial dengan inovasi baru, yaitu menghadirkan Survey yang berbasis teknologi. Hal ini tentu menawarkan banyak kelebihan, diantaranya kecepatan, kemudahan, dan ketepatan. PT. Indekstat Konsultan Indonesia didirikan oleh para pakar di bidang statistika terapan, kebijakan publik, bisnis dan marketing, riset dan pengembangan wilayah. Melalui perpaduan latar belakang keilmuan tersebut, PT. Indekstat Konsultan Indonesia mampu memformulasikan data menjadi strategi pembangunan wilayah, mendesain kebijakan yang tepat dan terarah. Laporan Akhir disusun sebagai bentuk produk hasil akhir pekerjaan. Laporan akhir diantarnya terdiri dari serangkaian pelaksanaan pekerjaan dan kemudian analisis dari data lapangan dan rekomendasi. Laporan akhir menjawab tujuan dari pelaksanaan pekerjaan. Hormat Kami, Dewan Direksi PT. Indekstat Konsultan Indonesia
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] iv DAFTAR ISI TIM PENYUSUN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR BELAKANG 1 1.2 TUJUAN 2 1.3 SASARAN 2 BAB II METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 3 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL 3 2.2. PERUMUSAN KONSEP PENGUKURAN 5 2.3. METODE PENGUMPULAN DATA 8 2.4. ANALISIS DATA 16 BAB III INOVASI 20 3.1 INOVASI BERBASIS DIGITAL 20 3.2 INOVASI TERHADAP PENGENDALIAN MITIGASI RISIKO 20 3.3 INOVASI DALAM PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN COVID-19 22 BAB IV PROGRAM KERJA 24 4.1 ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN 24 4.2 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN 26 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 27 5.1 PROFIL RESPONDEN 27 5.2 HASIL PENGUKURAN DIMENSI INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT 31 5.2.1 Dimensi Kohesi Sosial 31 5.2.2 Dimensi Inklusi Sosial 39 5.2.3 Dimensi Pengembangan Kapasitas Masyarakat Sipil 43 5.3 HASIL PENGHITUNGAN IPMas 49 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 55 6.1. KESIMPULAN 55 6.2. REKOMENDASI 57 BAB VII PENUTUP 65 LAMPIRAN 66
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] v KUESIONER 67 DOKUMENTASI 77 DAFTAR TABEL Tabel 1 Perbandingan Antara Konsep Pengukuran IPMas Versi Awal dan Pengembangan 5 Tabel 2 Daftar sampel 9 Tabel 3 Unsur Penilaian dalam Pengukuran IPMas Kabupaten Blora 12 Tabel 4 Ilustrasi Struktur Data Survei 16 Tabel 5 Ilustrasi Perhitungan Skor IPMas Kabupaten Blora 18 Tabel 6 Pengendalian Mitigasi Risiko 20 Tabel 7 Timeline Pelaksanaan Pekerjaan 26 Tabel 8 Hasil Pengukuran Dimensi Kerjasama Sosial 32 Tabel 9 Hasil Pengukuran Berdasarkan Indikator Jejaring Sosial 34 Tabel 10 Hasil Pengukuran Indeks Keikutsertaan dalam Kegiatan Keagamaan 35 Tabel 11 Hasil Pengukuran Indeks Jejaring Sosial pada Kegiatan Sosial 36 Tabel 12 Hasil Pengukuran Indeks Dimensi Sosial Aksi Kolektif 38 Tabel 13 Hasil pengukuran Kepercayaan Sosial 38 Tabel 14 Indeks Penerimaan Terhadap Perbedaan Sosial Budaya 41 Tabel 15 Indeks Tindakan Diskriminasi 43 Tabel 16 Indeks Mitigasi Risiko 47 Tabel 17 Hasil Pengukuran Keaktifan Instansi Atau Tokoh dalam Penyelesaian Sengketa 48 Tabel 18 Skor Indeks Pembangunan Masyarakat Kabupaten Blora Tahun 2022 49 Tabel 19 Skor Indeks pada Indikator-indikator penyusun Indeks Pembangunan Masyarakat 51 Tabel 20 Uraian Program Kerja Pemerintah Kabupaten Blora dalam Menciptakan Kabupaten Blora yang Kondusif 59 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Konseptual 3 Gambar 2 Skema Pengambilan Sampel 11 Gambar 3 Kerangka Berpikir 17 Gambar 4 Formulasi Perhitungan Skor IPMas 17 Gambar 5 Alur Pelaksanaan Kegiatan 24 Gambar 6 Sebaran Responden Pada Setiap Kecamatan 27 Gambar 7 Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Perkawinan 28 Gambar 8 Sebaran Responden Berdasarkan Usia 29 Gambar 9 Status Perkawinan Responden 29 Gambar 10 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 30 Gambar 11 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan 30 Gambar 12 Sebaran Responden Berdasarkan Suku dan Agama 31 Gambar 13 Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga 31 Gambar 14 Persentase Alasan Tidak Mengikuti Kegiatan Sosial 33
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] vi Gambar 15 Persentase Alasan Mengikuti Kegiatan Jejaring Sosial 34 Gambar 16 Alasan Responden tidak mengikuti Organisasi 35 Gambar 17 Alasan Responden Tidak Mengikuti Kegiatan Keagamaan 36 Gambar 18 Alasan Responden Tidak Mengikuti Kegiatan Sosial Kemasyarakat 37 Gambar 19 Tingkat Kepercayaan Responden Terhadap Pemimpin Dari Daerah Lain 39 Gambar 20 Tingkat Interaksi Responden dengan Beda Suku Dan Agama 40 Gambar 21 Perlindungan Kesetaraan Gender, Ras, dan Golongan 42 Gambar 22 Dukungan Sosial pada Masyarakat Minoritas 42 Gambar 23 Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Hukum dan Politik 43 Gambar 24 Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap Pemilu dan Pilkada 44 Gambar 25 Alasan Responden Tidak Mengikuti Pemilihan Umum 44 Gambar 26 Keikutsertaan Responden Pada Sebuah Organisasi Masa dan Partai Politik45 Gambar 27 Keikutsertaan Masyarakat terhdap Partai Politik 45 Gambar 28 Bencana Alam yang Pernah Dialami Anggota Rumah Tangga dalam 3 Tahun Terakhir 46 Gambar 30 Anggota Keluarga Mengalami Kejadian yang Melibatkan Penegak Hukum 48
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Blora terus berupaya untuk melakukan pembangunan masyarakat Kabupaten Blora menuju kehidupan yang lebih baik. Pemerintah Kabupaten Blora menyadari bahwa pembangunan masyarakat menjadi penentu maju mundurnya suatu daerah, baik dalam faktor politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Salah satu tujuan pembangunan masyarakat adalah untuk meningkatkan taraf hidup/kualitas hidup suatu masyarakat. Proses pelaksanaan pembangunan Kabupaten Blora dirangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blora tahun 2021 – 2026. Merujuk pada dokumen RPJMD tersebut, visi pembangunan daerah Kabupaten Blora untuk periode 2021 – 2026 adalah sesarengan mbangun Blora: unggul dan berdaya saing. Kemudian pada misi ke-4 dari Pembangunan Kabupaten Blora adalah menciptakan kondisi wilayah yang kondusif, dimana indikator kinerjanya adalah nilai Indeks Pembangunan Masyarakat Kabupaten (IPMas). Hal ini menunjukan bahwa pembangunan masyarakat menjadi fokus utama pada proses pembangunan di Kabupaten Blora. Pada prakteknya, pelaksanaan pembangunan masyarakat Kabupaten Blora diampu oleh berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan pemerintah Kabupaten Blora. Hal ini diwujudkan dengan berbagai macam program dan layanan yang disusun dan diberikan kepada masyarakat Kabupaten Blora, baik pada bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Blora selaku koordinator dalam pelaksanaan perumusan dan implementasi RPJMD, memandang perlu untuk dilakukan pengukuran Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas). Pengukuran dimaksudkan untuk melihat ketercapaian pembanguan masyarakat yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Blora melalui berbagai macam OPD. Secara konseptual, merujuk pada konsepsi baru IPMas yang telah diperbaharui oleh BAPPENAS pada tahun 2017, pengukuran IPMas didasarkan pada 3 dimensi diantaranya dimensi kohesi sosial, dimensi inklusi sosial dan Dimensi Pengembangan Kapasitas Masyarakat Sipil. Praktisnya, proses pengukuran akan dilakukan melalui survei dengan menghimpun persepsi masyarakat Kabupaten Blora terkait IPMas.
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 2 Pelaksanaan pengukuran IPMas adalah dalam rangka mewujudkan proses pembangunan yang berbasis dengan data (Data Driven Policy). Pengukuran IPMas tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkat ketercapaian salah satu dari misi pembangunan pemerintah Kabupaten Blora, serta sebagai dasar untuk perbaikan kualitas layanan-layanan yang akan diberikan kepada masyarakat kedepan.. 1.2 TUJUAN Tujuan kegiatan Penyusunan Indeks Pembangunan Masyarakat Kabupaten Blora Tahun 2022 adalah sebagai berikut: a. Mengukur Indeks Pembangunan Masyarakat Kabupaten Blora tahun 2022 b. Mengetahui hasil hitung Indeks Pembangunan Masyarakat yang merupakan komposit dari indeks gotong royong, indeks toleransi dan indeks rasa aman. c. Mengetahui dan menganalisis hasil hitung Indeks Pembangunan Masyarakat sebagai data dan informasi untuk arah kebijakan pembangunan masyarakat kedepan. d. Menyusun rekomendasi terhadap implementasi program dan layanan Pemerintah Kabupaten Blora kepada masyarakat. 1.3 SASARAN IPMas merupakan instrumen penting untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pembangunan masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah Kab Blora. Adapun sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah: a. Identifikasi kondisi eksisting sosial masyarakat Kabupaten Blora dalam kerangka Indeks Pembangunan Masyarakat b. Rekomendasi terhadap implementasi program dan layanan Pemerintah Kabupaten Blora kepada masyarakat
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 3 BAB II METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL Kerangka Konseptual di atas disusun oleh PT Indekstat Konsultan Indonesia dengan dasar penilaian bahwa pelaksanaan pengukuran IPMas oleh BAPPEDA Kabupaten Blora sangat berkaitan erat dengan OPD yang ada di Kabupaten Blora. Hal ini menunjukan bahwa proses pengukuran berjalan dengan kompleks, sehingga harus terstruktur, sistematis, dan valid. Kerangka konseptual (Gambar 1) memberikan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) Jenis Dokumen : a. Dokumen RPJMD b. Dokumen Perencanaan dan laporan program-program terkait IPMas c. Dokumen RKPD OPD terkait Literature Review Pend. kuantitatif Konsep Pengukuran IPMas a. 3 dimensi IPMas menurut BAPPENAS : - Kohesi social - Inklusi social - Pengembangan kapasitas Masyarakat Analisis : a. Penghitungan skor IPMas b. Analisis deskriptif (univariat) c. Analisis bivariat Hasil : a. Skor IPMas b. Data kelebihan dan kekurangan c. Rekomendasi : Prioritas perbaikan layanan FGD : • Menentukan OPD terkait IPMas • Menentukan jenis layanan terkait IPMas • Perumusan instrument Pend. Kualitatif Survei Responden Masyarakat diseluruh kecamatan di Kab Blora Gambar 1 Kerangka Konseptual
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 4 gambaran terkait alur pemikiran dalam menjawab tujuan pelaksanaan IPMas yang diselenggarakan oleh BAPPEDA Kabupaten Blora. Merujuk pada kerangka konseptual, bahwa dalam melaksanakan pengukuran IPMas tersebut PT Indekstat Konsultan Indonesia menggunakan pendekatan Mix Method, yaitu melalui pendekatan kualitatif pada fase pertama kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan tersebut dipilih karena dianggap dapat mengurai secara komprehensif setiap layanan pada setiap SKPD yang akan disurvei. Secara detail dua pendekatan tersebut diuraikan pada penjelasan berikut: Pendekatan kualitatif dilakukan dengan tujuan utama untuk untuk menentukan OPD, layan/ program, dan perumusan instrumen pengukuran IPMas. Proses penentuan jenis layanan dilakukan secara 2 tahap, pada tahap awal dilakukan literature review pada dokumen-dokumen sekunder dan dilanjutkan dengan FGD. Melalui metode tersebut, diharapkan jenis OPD dan layanan yang akan dipilih dapat menggambarkan seluruh dimensi dari IPMas. Sehingga pada akhirnya dapat mendapatkan hasil yang representatif. Literature Review dilakukan dengan studi dan kajian pada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Tugas, Pokok, dan Fungsi (TUPOKSI) dan layanan/ program yang diampu oleh setiap SKPD. Dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah RPJMD Kabupaten Blora, dokumen RKPD, dan dokumen-dokumen yang berisi terkait dengan data-data sekunder terkait pengembangan masyarakat. Pada tahap selanjutnya adalah Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan stakeholder terkait untuk memfinalkan hasil dari literature review. melalui tahap ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang valid dan telah melalui koreksi dari setiap stakeholder yang ada. Merujuk pada Creswell 1944, Pendekatan kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang suatu permasalahan berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari berbagai variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar. Selanjutnya, penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi 1989). Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk proses penghitungan nilai IPMas. Penghitungan tersebut merujuk pada konsep pengukuran IPMas dari BAPPENAS dan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 5 BPS. Pada kondisi pelaksanaan penelitian yang kompleks, hal yang sangat urgen untuk diperhatikan pada fase kuantitatif adalah penentuan responden yang representatif dan instrumen survei yang cermat. Sehingga skor IPMas yang dihasilkan benar-benar mencerminkan kondisi real yang ada di lapangan. 2.2.PERUMUSAN KONSEP PENGUKURAN Konsep pengukuran Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) mengalami perkembangan. Pada tahap awal, pengukuran Indeks Pembangunan Masyarakat dilakukan dengan 3 dimensi, yaitu dimensi gotong royong, toleransi, dan kesadaran hukum. Kemudian pada tahun 2017, BAPPENAS melakukan pengembangan konsep pengukuran IPMas. Pengembangan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih komprehensif dalam mengukuran Pembangunan Masyarakat. Sehinga pada konsep IPMas terdiri dari 3 dimensi baru, yaitu dimensi kohesi sosial, dimensi inklusi sosial, dan dimensi pengembangan masyarakat sipil. Pada penentuan konsep pengukuran IPMas Kabupaten Blora, terlebih dahulu kajian perbandingan konsep pengukuran IPMas versi awal dan versi penembangan. Kajian dilakukan untuk mendapatkan sudut pandang yang mendalam dan komprehensif terhadap konsep pengukuran IPMas. Hasil kajian perbandingan disampaikan pada tabel berikut : Tabel 1 Perbandingan Antara Konsep Pengukuran IPMas Versi Awal dan Pengembangan IPMas KONSEP AWAL (RPJMN 2015-2019) HASIL PENGEMBANGAN IPMAS Dimensi Komponen Variabel Dimensi Komponen Variabel Gotong Royong Tingkat Kepercayaan Percaya untuk menitipkan rumah kepada tetangga ketika semua ART bepergian/ menginap di tempat lain Kohesi Sosial Kerjasama Sosial Partisipasi dalam kegiatan sosial Percaya menitipkan anak (usia 0 – 12 tahun) pada tetangga jika tidak ada satuJejaring Sosial Partisipasi dalam kegiatan kelompok
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 6 IPMas KONSEP AWAL (RPJMN 2015-2019) HASIL PENGEMBANGAN IPMAS Dimensi Komponen Variabel Dimensi Komponen Variabel pun ART dewasa ada di rumah Tolong Menolong Kemudahan mendapatkan pertolongan dari tetangga (selain kerabat) di lingkungan tempat tinggal ketika sedang mengalami masalah keuangan Aksi Kolektif Partisipasi dalam kegiatan umum Aksi kolektif Kebiasaan mengikuti kegiatan bersama untuk membantu warga yang mengalami musibah (kematian, sakit, dll) di lingkungan tempat tinggal Kepercayaan Sosial Sikap percaya terhadap lingkungan Toleransi Toleransi antar umat beragama Tanggapan terhadap kegiatan di lingkungan tempat tinggal oleh sekelompok orang dari agama lain Inklusi Sosial Penerimaan terhadap perbedaan sosial budaya Tanggapan terhadap kegiatan keagamaan / etnis lain Toleransi antar suku Tanggapan terhadap kegiatan di lingkungan tempat tinggal oleh sekelompok Inklusi terhadap minoritas Tanggapan terhadap pimpinan daerah dari suku/etnis lain Kesetaraan • Kesetaraan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 7 IPMas KONSEP AWAL (RPJMN 2015-2019) HASIL PENGEMBANGAN IPMAS Dimensi Komponen Variabel Dimensi Komponen Variabel orang dari suku lain gender gender dalam pendidikan dan pekerjaan • Kesehatan ibu • Peran wanita dalam jabatan publik Dukungan sosial kepada minoritas Hambatan dalam mengakses Fasum Kesadaran Hukum Rasa Aman Perasaan aman di lingkungan tempat tinggal Pengemb angan kapasitas Masyarak at Sipil Kesadaran hukum • Sikap percaya terhadap penegak hukum dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan keadilan • Partisipasi dalam Pemilu yang terakhir (2014) Organisasi sipil • Keberadaan LSM yang terkait dengan pemberdayaan dan pengembangan kapasitas masyarakat • Keanggotaan dalam organisasi massa (ormas) dan partai politik (parpol) Mitigasi risiko sosial • Ketersediaan fasilitas / upaya antisipasi/mitig asi bencana alam • Partisipasi dalam
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 8 IPMas KONSEP AWAL (RPJMN 2015-2019) HASIL PENGEMBANGAN IPMAS Dimensi Komponen Variabel Dimensi Komponen Variabel pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana alam Penyelesaian sengketa secara beradab • Keterlibatan aparat keamanan/pem erintah sebagai penengah dalam kekerasan massa • Keterlibatan tokoh agama/masyar akat sebagai penengah dalam kekerasan massa Hasil kajian menunjukan bahwa pengembangan konsep IPMas terbaru jauh lebih komprehensif dan mengakomodasi indikator-indikator lama. Sehingga berdasarkan hasil kajian tersebut, pada pengukuran Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) Kabupaten Blora diputuskan menggunakan konsep pengukuran yang baru. 2.3.METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data berisi uraian informasi seputar serangkaian proses aktivitas pada pendekatan kuantitatif, diantaranya terdiri dari keterangan objek penelitian, jumlah sampel, desain penarikan sampel, instrumen survei, dan pengujian instrumen survei. Secara detail serangkain proses tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Objek Penelitian Populasi pada pelaksanaan pengukuran IPMas adalah seluruh masyarakat Kabupaten Blora yang telah berumur 17 tahun atau telah menikah. Populasi dari setiap layanan tersebut kemudian akan menjadi dasar dalam penentuan kriteria responden, unit sampel, dan sebaran responden. Selanjutnya responden adalah sebagian anggota populasi yang terpilih secara acak.
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 9 b. Jumlah Sampel Agar data yang diperoleh dalam suatu survei akurat dalam melakukan inferensi terhadap populasi, maka error yang dihasilkan diharapkan sekecil mungkin. Error yang timbul dalam suatu survei secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu sampling error dan non sampling error. Sampling error adalah error yang timbul karena kita tidak mengambil seluruh anggota populasi, melainkan hanya sebagian atau sampel saja. Sedangkan non sampling error adalah error yang bersumber bukan karena faktor sampel, misalnya karena kesalahan alat ukur, kesalahan wawancara, non respons, kesalahan entri data, dan lain-lain. Agar error yang dihasilkan sekecil mungkin diperlukan metode sampling (sampling design) yang tepat. Walaupun demikian, apapun metode sampling yang dipilih tetap akan diperoleh sampling error. Sampling error ini akan mengecil jika ukuran sampel diperbesar. Di lain pihak, penambahan ukuran sampel berakibat pada potensi meningkatnya non sampling error. Formula yang digunakan dalam menentukan banyaknya sampel menggunakan rumus maximum margin of error (MoE). Penggunaan rumus tersebut dipilih karena populasi tidak ketahui secara pasti. Rumus maximum margin of eror (MoE) adalah sebagai berikut : MoE = Z.Se = Z. !" (%&') ) = Z. !" (%&') √) Untuk z dengan tingkat kepercayaan 95% dan p=0,5, maka MoE = +,-. √) = % √) n = " % /01# 2 Sehingga, untuk memperoleh MoE = 4,7%, dibutuhkan n sampel sebesar ± 440. Berikut merupakan daftar sampel responden dari setiap desa/kelurahan yang berasal dari kecamatan yang tersebar di seluruh Kabupaten Blora. Tabel 2 Daftar sampel NO KECAMATAN JUMLAH DESA STATUS JUMLAH RESPONDEN 1 BANJAREJO 2 DESA 20 2 BOGOREJO 1 DESA 10 3 CEPU 1 DESA 10 4 JAPAH 2 DESA 20 5 JATI 3 DESA 30 6 JEPON 3 DESA 30
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 10 NO KECAMATAN JUMLAH DESA STATUS JUMLAH RESPONDEN 7 JIKEN 2 DESA 20 8 KEDUNGTUBAN 3 DESA 30 9 KOTA BLORA 4 KOTA 40 10 KRADENAN 2 DESA 20 11 KUNDURAN 3 DESA 30 12 NGAWEN 3 DESA 30 13 RANDUBLATUNG 4 DESA 40 14 SAMBONG 1 DESA 10 15 TODANAN 3 DESA 30 16 TUNJUNGAN 3 DESA 30 17 CEPU 3 KOTA 30 18 JEPON 2 KOTA 20 19 JIKEN 1 KOTA 10 TOTAL 440 c. Metode Pengambilan Sampel Dalam menentukan metode pengambilan sampel, penting untuk mengetahui sumber keragaman populasi. Populasi yang memiliki sumber keragaman yang berbeda tentu membutuhkan teknik sampling yang berbeda. Pada pengukuran IPMas Kabupaten Blora, metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penentuan sampel survei adalah multistage random sampling. Multistage sampling (metode penarikan sampel secara bertahap/bertingkat) merupakan suatu metode penarikan sampel yang menggunakan kombinasi dua atau lebih metode pengambilan sampel yang berbeda. Multistage sampling mengacu pada rencana sampling dimana pengambilan sampel dilakukan secara bertahap dengan menggunakan unit sampling yang lebih kecil dan lebih kecil pada setiap tahap. Pada multistage sampling, populasi pada tahap pertama dibagi menjadi beberapa cluster yang disebut sebagai cluster unit primer. Kemudian beberapa cluster dipilih menjadi sampel cluster. Dalam clustering ini dapat dilakukan lebih dari satu tahap. Kemudian ketika sudah didapat cluster yang homogen, maka dapat dilakukan penarikan unit sampel yang dipilih dari unit cluster (cluster terakhir) dengan menggunakan metode simple random.berikut merupakan ilustrasi penarikan sampel pada pelaksanaan pengukuran IPMas Kabupaten Blora 2022;
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 11 Gambar 2 Skema Pengambilan Sampel d. Instrumen Survey Metode pengambilan data pada pendekatan kuantitatif yang digunakan pada pengukuran IPMas adalah survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi 1989). Merujuk pada penjelasan tersebut, instrumen penelitian pada pelaksanaan pengukuran IPMas adalah kuesioner terstruktur. Kuesioner disusun dengan merujuk pada dimensi dan indikator-indikator dari IPMas. Proses penyusun kuesioner dimulai dengan penyusunan definisi operasional yang berisi penjabaran dimensi, komponen, variabel, hingga indikator. Definisi operasional disusun agar kuesioner menjadi komprehensif dan mempunyai tingkat kevalidan yang tinggi. Penyusunan definisi operasional didasarkan pada rencana kerja pemerintah Kabupaten Blora dalam mencapai indikator pembangunan masyarakat. Secara umum, definisi operasional digambarkan pada uraian tabel dibawah ini :
[LATabel 3 Unsur Penilaian dalam PeDimensi Komponen Variabel Kohesi Sosial Kerjasama Sosial Partisipasi dalam kegiatan social Persentase rubersama untKegiatan sos• Memandik• Mengubur• Melayat je• Donasi • Donor darJejaring sosial Partisipasi dalam kegiatan kelompok Persentase rdiikuti (yandiantaranya a• Organisas• Organisas• Organisas• OrganisasPersentase rukeagamaan. K• Pengajian • Perayaan • Haul Persentase rukegiatan sosiadalah : • Olahraga • Kesenian • Arisan • Vaksinasi
APORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 12 ngukuran IPMas Kabupaten Blora Indikator Sumber Data umah tangga menurut keikutsertaan dalam kegiatan tuk membantu warga yang mengalami musibah. sial tersebut diantaranya adalah : Primer kan jenazah r jenazah enazah rah • Menjenguk tetangga sakit • Membantu tetangga • Membantu tetangga yang kebakaran. umah tangga menurut banyaknya organisasi yang ng mempunyai pengurus). Organisasi tersebut adalah : i Keagamaan Primer i Politik i Pendidikan i Lingkungan • Organisasi Ekonomi • Organisasi Sosial • Organisasi Olahraga umah tangga menurut keikutsertaan dalam kegiatan Kegiatan tersebut diantaranya: Primer keagamaan • Halal Bihalal • Tahlilan pekanan umah tangga menurut keikutsertaan dalam ial kemasyarakatan. Kegiatan tersebut diantaranya Primer • Rapat warga • Keterampilan • Posyandu
[LADimensi Komponen Variabel Aksi kolektif Partisipasi dalam kegiatan umum/publik Persentase rubersama untuadalah : • Kerjabakti • Siskamling • PenyuluhaKepercayaan sosial Sikap percaya terhadap lingkungan Persentase rrumah kepaberikut : • Menitipka• MenitipkaPersentase rumasyarakat Diantaranya a• Tingkat kedesa dalam• Tingkat kdalam men• Tingkat kemenjadi pPersentase rudalam menjagPersentase rukepala daerah Inkluasi Sosial Penerimaan terhadap perbedaan sosial Tanggapan terhadap pelaksanaan kegiatan agama /etnis lain Persentase rukeagamaan dTanggapan te• Interaksi suku/agam• Membantu
APORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 13 Indikator Sumber Data umah tangga menurut keikutsertaan dalam kegiatan uk kepentingan warga. Kegiatan tersebut diantaranya Primer igan • Peringatan hari kemerdekaan • Khitan massal rumah tangga menurut kepercayaan menitipkan da tetangga. Indikator detailnya adalah sebagai an rumah kepada tetangga an anak pada tetanga Primer umah tangga menurut kepercayaan terhadap tokoh dalam membantu mengatasi masalah warga. adalah : epercayaan masyarakat kepada aparatur pemerintah m menyelesaikan masalah kepercayaan masyarakat kepada tokoh masyarakat nyelesaikan masalah epercayaan masyarakat kepada tokoh agama dalam anutan Primer umah tangga menurut kepercayaan terhadap polisi ga keamanan dan ketertiban masyarakat Primer umah tangga menurut kesamaan suku dalam memilih hPrimer umah tangga menurut tanggapan terhadap kegiatan dan suku lain di sekitar lingkungan tempat tinggal. ersebut diantaranya diukur berdasarkan : Primer dengan ma lain u kegiatan • Berteman dengan agama lain • Pembatasan/ancaman kegiatan ibadah
[LADimensi Komponen Variabel suku/agam• Adanya klain • Adanya kelain • Berteman lain Kesetaraan gender Kesetaraan gender dalam pendidikan dan pekerjaan • Rasio ratperempua• Tingkat pterhadap l• Tidak ada• KebutuhaDukungan sosial bagi minoritas Dukungan terhadap penduduk penyandang masalah kesejahteraan sosial • Persentas• Persentas• Ketersedi• Dibangun• Diskrimin• Diskrimin• PerundunPengembangan kapasitas Masyarakat Sipil Kesadaran Hukum dan Politik Kepemilikan identitas dasar Persentase anPartisipasi dalam Pemilu terakhir (2019) • PersentasLegislatif • Persentas2019 Organisasi Masyarakat Sipil Keanggotaan dalam organisasi massa (Ormas) dan partai Persentase pmempunyai A• Partai
APORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 14 Indikator Sumber Data ma lain kegiatan suku egiatan agama dengan suku • Pembatasan kegiatan agama lain • Pemimpin dari suku berbeda • Pemimpin dari agama berbeda ta-rata lama sekolah penduduk usia 10-44 tahun an terhadap laki-laki partisipasi angkatan kerja penduduk perempuan laki-laki Primer anya diskriminasi gender n akan adanya aturan kesetaraan gender se anak balita tidak terlantar se lansia tidak terlantar Sekunder aan tempat ibadah nya tempat ibadah agama lain nasi berdasarkan ras nasi kelompok rentan ngan Primer nak usia 0-17 tahun yang mempunyai akta kelahiran Primer se penduduk menurut keikutsertaan dalam Pemilu 2019 se penduduk menurut keikutsertaan dalam Pilpres Sekunder penduduk yang menjadi anggota Ormas (yang AD/ART) Primer politik • Banser
[LADimensi Komponen Variabel politik (Parpol) • HIPMI • NU • Muham• AisyiahMitigasi Risiko Sosial Ketersediaan fasilitas/upaya antisipasi /mitigasi bencana alam • Persensistem• Persenevakua• PerlenPartisipasi dalam pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana alam Persentase pterhadap penPenyelesaian sengketa secara beradab Keterlibatan aparat keamanan/ pemerintah sebagai penengah dalam kekerasan massa Persentase keamanan/pemassa. Peranperanan kejakKeterlibatan tokoh masyarakat/agama sebagai penengah dalam kekerasan massa Persentase masyarakat/a
APORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 15 Indikator Sumber Data Immadiyah h • Anshor • Fatayat • Pemuda pancasila ntase desa/kelurahan menurut keberadaan fasilitas m peringatan dini bencana alam ntase desa/kelurahan menurut ketersediaan jalur asi/mitigasi bencana ngkapan ketika ada bencana Primer enduduk yang pernah mengikuti pelatihan/simulasi nyelamatan bencana alam dalam tiga tahun terakhir Primer desa/kelurahan menurut keterlibatan aparat emerintah sebagai penengah dalam perkelahian nan pemerintah yang diukur diantaranya adalah ksaan, TNI, Satpol PP, dan pemerintah desa Primer desa/kelurahan menurut keterlibatan tokoh agama sebagai penengah dalam perkelahian massa. Primer
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 16 2.4.ANALISIS DATA A. Cleaning Data Data cleaning merupakan upaya akhir untuk menjaga kualitas data sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. Pada proses ini struktur penyajian data hasil penelitian disusun sesuai dengan kebutuhan analisis. Gambaran struktur data hasil survei terlihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 4 Ilustrasi Struktur Data Survei No Nama Responden Kabupaten Wilayah Indikator 1 Indikator 2 dst. 1 2 3 dst. Setelah menyusun struktur data, selanjutnya pemeriksaan dan penanganan data tidak logis. Apabila ditemukan data yang tidak logik, petugas cleaning data langsung mengkonfirmasi pada enumerator dan responden. Proses cleaning pada data hilang tetap perlu dilakukan meskipun sudah menggunakan aplikasi yang membuat kondisi seluruh isian kuesioner wajib diisi dan tidak akan bisa selesai jika ada bagian yang masih kosong. Jika tetap ditemukan data hilang, maka dilakukan callback atau wawancara atau dengan pendekatan imputasi data (statistical approach). B. Perhitungan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) Perhitungan indeks IPMAS Kab. Blora 2022 dimulai dengan proses penentuan bobot pada setiap indikator, sub-dimensi dan dimensi penyusun indeks IPMAS. Penentuan bobot menggunakan konsep dan pendekatan yang bersifat objektif. Bobot ditentukan berdasarkan metode statistik analisis faktor (Factor Analysis). Bobot yang diperoleh menggunakan analisis faktor menjadi faktor pengali untuk setiap skor jawaban pertanyaan indikator. Selanjutnya analisis faktor Kembali digunakan untuk menghitung bobot setiap sub dimensi dan dimensi untuk kemudian diagregasikan menjadi nilai IPMAS Kab. Blora 2022. Kerangka pikir perhitungan IPMAS Kab. Blora 2022 ditunjukkan oleh Gambar berikut :
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 17 Gambar 3 Kerangka Berpikir Adapun Formulasi yang digunakan untuk menghitung skor pada setiap komponen, dimensi, dan skor kumulatif IPMas Kabupaten Blora adalah Sebagai Berikut : Gambar 4 Formulasi Perhitungan Skor IPMas Formula Skor IPMas Skor IPMas merupakan rata-rata geometri dari ketiga skor dimensi penyusunnya. Formula Skor Komponen Skor komponen diperoleh dari rata-rata seluruh pertanyaan yang menyusun seluruh indikator di dalam komponen tersebut
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 18 Tabel 5 Ilustrasi Perhitungan Skor IPMas Kabupaten Blora C. Analisis Statistika Deskriptif Analisis statistika deskriptif merupakan proses analisis stistik yang fokus pada manajemen, penyajian, dan klasifikasi data. Dengan analisis ini, data yang disajikan akan menjadi lebih menarik dan lebih mudah dipahami, serta mampu memberikan makna lebih bagi pengguna data. Analisis ini terdiri dari meringkas data dan menyajikan data dalam bentuk diagram (chart). Ringkasan data terdiri dari ukuran pemusatan data seperti rata-rata, nilai maksimal, nilai minimal, serta ukuran penyebaran data seperti jarak dan ragam. Penyajian data dapat berupa grafik batang, grafik garis, pie chart disesuaikan dengan kebutuhan output analisis dan jenis data. D. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menjelaskan hubungan yang kompleks antara satu unsur dengan unsur lain sebagai dasar untuk menjelaskan suatu
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 19 masalah. Contoh: hubungan antara unsur prosedur dengan unsur waktu pelayanan, atau unsur kompetensi petugas dengan unsur perilaku petugas. Tujuan dari analisa bivariat ini adalah untuk melihat hubungan satu unsur dengan unsur lain sebagai dasar untuk menjelaskan suatu masalah. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis tabulasi silang dan analisis hubungan (asosiasi) antar variabel penyusun IPMas. Selain menggunakan analisis kuantitatif, pada analisis bivariat juga didukung dengan analisa kualitatif. Analisa kualitatif digunakan untuk menangkap fenomena lapangan dan hubungan sebab-akibat yang tidak dapat ditangkap melalui kuesioner terstruktur. Kedua analisis tersebut sangat penting untuk perbaikan kualitas pelayan publik maupun pengambilan kebijakan dalam rangka pelayanan publik.
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 20 BAB III INOVASI 3.1 INOVASI BERBASIS DIGITAL Pendekatan inovasi dalam metodologi survei dilengkapi juga dengan hadirnya aplikasi berbasis web dan android milik PT Indekstat Konsultan Indonesia yang bernama “We Survei” guna meningkatkan kualitas hasil pengumpulan data. Adapun manfaat dari Inovasi penggunaan aplikasi survei berbasis teknologi digital ini adalah: • Aplikasi ini dapat membuat sistem validasi secara otomatis • Adanya validasi tersebut dapat menekan non sampling error, di antaranya human error pada proses entri data, seperti validasi range nilai, non-missing value, serta otomasi kalkulator (jika diperlukan dalam pertanyaan survei • Aplikasi web/android memiliki keunggulan berupa kemudahan dalam penggunaanya (user friendly) dan tampilannya lebih dinamis dan sesuai dengan kuesioneR • Aplikasi bersifat online, sehingga lebih efisien waktu pada pelaksanaan pengumpulan data hingga penyusunan database • Dapat memonitor secara real time progress survei baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. • Aplikasi WeSurvei dapat di akses bagi para pengguna andorid melalui Playstore: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.arnugroho.wesurvei 3.2 INOVASI TERHADAP PENGENDALIAN MITIGASI RISIKO Pengendalian mitigasi risiko merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh PT Indekstat Konsultan Indonesia dalam menjaga kualitas hasil kajian berdasarkan pengalaman survei dan kajian yang pernah dilakukan. Berikut uraian pengendalian mitigasi risiko : Tabel 6 Pengendalian Mitigasi Risiko No Potensi Permasalahan Potensi Risiko Strategi Mitigasi A Pengendalian Pada Pra Pelaksanaan Pekerjaan 1 Ketidaksesuaian antara yang diharapkan § Tujuan kegiatan tidak tercapai. § Penyelesaian § Melakukan kick off meeting pada awal pelaksanaan dengan memaparkan konsepsi detil atas
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 21 No Potensi Permasalahan Potensi Risiko Strategi Mitigasi pemberi pekerjaan dan yang dikerjakan oleh pelaksana kegiatan pekerjaan akan terhambat dan tidak sesuai target baik waktu maupun kualitas. apa yang akan dikerjakan dan output pekerjaan dari pelaksana kegiatan § Melakukan koordinasi intensif dan menggunakan pendekatan kerja “management konfirmasi” agar menghindari mispersepsi dan miskomunikasi antar pihak. 2 Penetapan Sumber Daya Manusia yang tidak sesuai kualifikasi § Ketidakoptimalan proses pelaksanaan survei. § Adanya perspektif yang tidak terpenuhi dalam analisis survei, sehingga membuat luaran survei tidak komprehensif. § Melakukan penilaian secara ketat terhadap kepakaran dan kualifikasi tenaga ahli yang ditugaskan. § Melakukan administration check kepada tenaga ahli, 3 Personil Tim kurang memahami alur pelaksanaan kegiatan survei § Pelaksanaan kegiatan tidak berjalan sistematis § Pelaksanaan kajian tidak sesuai dengan Timeline yang ditetapkan. § Hasil kajian tidak sesuai dengan keluaran yang diharapkan. § Workshop dengan Enumerator § FGD dengan seluruh Tenaga Ahli dan Koordinator Survei § Komunikasi dan koordinasi secara berkesinambungan. 4 Kurangnya koordinasi antara pihak pemberi pekerjaan dengan pelaksana pekerjaan § Hasil pekerjaan tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan § Terjadinya ketidaksepahaman substansi § Membentuk grup WA sebagai instrumen koordinasi secara intens § Pelaksana pekerjaan melakukan progress report pekanan kepada pemberi pekerjaan. B Pengendalian pada Saat Pelaksanaan Pekerjaan 1 Stakeholder di daerah kurang mendukung pelaksanaan kegiatan § Keluaran penyusunan tidak tercapai. § Pembentukan Satgas Covid-19 dalam pelaksanaan survei. § Membekali surat tugas dan surat kesehatan pada enumerator § Penuntasan keperluan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 22 No Potensi Permasalahan Potensi Risiko Strategi Mitigasi (Ex : Penolakan karena Isu Covid19) administrasi pelaksanaan survei 2 Enumerator melakukan kesalahan survei § Besarnya non sampling error § Hasil survei tidak dapat dipercaya § Enumerator wajib mengikuti workshop dan menilai pemahaman dengan angket pre dan post test § Melakukan witness dan spotcheck secara proporsional kepada enumerator. 3 Tidak tersedia data sekunder § Hasil kajian kurang komprehensif § Menyusun daftar kebutuhan dokumen pendukung. § Menelusuri dokumen kepada pihak-pihak terkait baik online dan offline. C Pengendalian pada Akhir Pelaksanaan Pekerjaan 1 Tim Survei lapangan tidak melakukan penyimpanan data dan dokumen dengan baik § Hilangnya temuan data lapangan § Penyusunan dokumen pelaporan terlambat. § Penggunaan aplikasi We Survei § Memberikan mandat penugasan secara khusus dari Team Leader untuk melakukan koordinasi dan pelaporan secara khusus. 2 Hasil analisis tidak dapat menjawab tujuan pekerjaan § Laporan tidak sesuai dengan harapan § Tujuan pekerjaan tidak tercapai § Menyusun metodologi secara sistematis dan sesuai dengan kaidah ilmiah yang merujuk kepada tujuan § Melakukan controlling terhadap setiap tahapan pekerjaan 3.3 INOVASI DALAM PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN COVID-19 Mengingat pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di tengah situasi pandemi Covid19, maka tim konsultan berupaya untuk mengimplementasikan serangkaian protokol Covid-19 bagi semua unsur stakeholder yang terlibat. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Berikut merupakan upaya implementasi pencegahan Covid-19 selama pelaksanaan survei di antaranya : 1) PT Indekstat Konsultan Indonesia membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan Covid-19 2) Satgas Covid-19 terdiri atas unsur pihak konsultan dan pihak pemberi pekerjaan.
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 23 3) Satgas Covid-19 menyediakan fasilitas kesehatan sesuai protokol Covid-19 berupa masker, hand satizer, face shield, dan Vitamin. 4) Satgas Covid-19 menyampaikan penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan survei, training atau pelatihan 5) Satgas Covid-19 menerapkan prosedur pengukuran suhu tubuh secara berkala kepada setiap tim di lapangan; 6) Pada kegiatan FGD tatap muka, penerapan protokol kesehatan dipastikan berjalan dengan baik. 7) Melakukan rapid antigen kepada tenaga ahli secara berkala 8) Tim Konsultan menyediakan layanan aplikasi digital melalui “We Survei” untuk meminimalisasi kontak fisik sebagai bentuk inovasi dalam pencegahan penyebaran Covid-19.
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 24 BAB IV PROGRAM KERJA 4.1 ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN Analisis Data Penyusunan Infografis Penyusunan Laporan Antara FASE 1 Kick Off Meeting Fiksasi kerangka konseptual,instrumen, timeline Studi Literatur Penyusunan Laporan Pendahuluan LAPORAN PENDAHULUAN FASE 2 Workshop Enumerator Pengumpulan Data Lapangan Pelaksanaan Witness dan Spotcheck LAPORAN BULANAN DAN ANTARA FASE 3 Penyusunan Rekomendasi Penyusunan Laporan Akhir Presentasi Laporan Akhir Serahterima Laporan Akhir LAPORAN AKHIR Gambar Gambar 5 Alur Pelaksanaan Kegiatan 4 Alur Pelaksanaan Kegiatan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 25 PT. Indekstat Konsultan Indonesia dalam melaksanaan pekerjaan IPMas membagi pekerjaan ke dalam 3 (tiga) fase kegiatan dimana masing-masing fase berorientasi pada output laporan (laporan pendahuluan, antara dan akhir). Ketiga fase tersebut disusun secara berurutan dan berkesinambungan agar tujuan besar kegiatan ini dapat tercapai dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Merujuk pada Gambar 5, berikut merupakan penjelasan setiap fase dalam melaksanakan pekerjaan yaitu: 1. Fase Pertama Fase pertama merupakan tahapan penyusunan aktivitas yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Pada konsep manajemen proyek, fase pertama merupakan pondasi awal dalam melakukan sebuah pekerjaan. Adapun rangkaian program kerja pada fase pertama di antaranya sebagai berikut : a. Kick off meeting merupakan kegiatan penyamaan pemahaman bersama pemberi pekerjaan terkait dengan substansi dan metode pelaksanaan pekerjaan. b. Finalisasi kerangka konseptual, instrumen, dan timeline pelaksanaan atas hasil kick off meeting. c. Studi literatur adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi sekunder melalui dokumen-dokumen pendukung d. Penyusunan dan penyerahan laporan pendahuluan 2. Fase Kedua Fase kedua merupakan tahapan implementasi atas perencanaan yang sudah disusun. Selanjutnya, PT. Indekstat Konsultan Indonesia menyusun rangkaian program kerja pada fase kedua sebagaimana berikut : a. Workshop enumerator meliputi kegiatan pembagian wilayah kerja, pembagian administrasi perizinan survei, pembahasan substansi kuesioner, penjelasan teknis pelaksanaan survei, penjelasan sop kerja, dan timeline kerja b. Pengumpulan data lapangan (survei) sesuai lokasi yang telah ditentukan c. Pelaksanaan witness dan spotcheck sebagai quality control d. Analisis data adalah menerjemahkan hasil olahan data menjadi informasi yang bermakna dan berorientasi pada tujuan dan ruang lingkup yang hendak dicapai pada kegiatan ini
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 26 e. Penyusunan dan penyerahan laporan antara berisi progress pekerjaan pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan. 3. Fase Ketiga Fase ketiga merupakan tahapan akhir pekerjaan berupa penyusunan laporan sesuai dengan jenis output atau keluaran yang telah dijelaskan di kerangka acuan kerja (KAK). Secara lebih rinci, PT. Indekstat Konsultan Indonesia merumuskan fase ketiga terdiri dari program kerja sebagai berikut: a. Penyusunan rekomendasi b. Penyusunan laporan akhir yang terdiri dari kompilasi analisis terhadap data c. Pemaparan atau presentasi laporan akhir d. Menyerahkan dokumen laporan akhir yang mencakup dokumen atau file hasil pekerjaan yang bersifat final, artinya telah melewati fase olah data, analisis, kajian, dan diskusi bersama pihak pemberi pekerjaan. 4.2 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN Jadwal pelaksanaan pekerjaan, disusun dengan merujuk pada waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah disebutkan pada KAK, yaitu selama 90 hari kalender atau 3 bulan. Sehingga selama rentang waktu tersebut setiap tahapan pelaksanaan disusun untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang tuntas dari sisi waktu dan hasil. Tabel 7 Timeline Pelaksanaan Pekerjaan Aktivitas Minggu Ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kick off meeting Fiksasi metodologi Penyusunan Instrumen Laporan Pendahuluan Workshop Surveyor Pelaksanaan Survey Analisis Data Laporan Antara Penulisan Laporan Presentasi laporan Penyerahan Laporan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 PROFIL RESPONDEN A. Sebaran Responden Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Blora Sebaran responden pada pelaksanaan Survei Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) Kabupaten Blora berasal dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Blora, yakni sejumlah 16 Kecamatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebaran 5 (Lima) kecamatan dengan jumlah responden tertinggi berasal dari Kota Blora, Kecamatan Randublatung, Cepu, Kunduran, dan Todanan. Sementara kecamatan dengan jumlah responden terendah diantaranya adalah Kecamatan Bogorejo, Sambong dan Japah. Penentuan jumlah responden pada setiap kecamatan dilakukan secara proporsional berdasarkan besaran jumlah penduduk pada Kecamatan tersebut. Apabila hasil sebaran responden di setiap kecamatan dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Blora berdasarkan data BPS 2022, dapat dilihat bahwa sebaran responden hasil survei adalah representatif dengan MoE 4,67%. Hal ini menunjukan bahwa sebaran responden pada setiap kecamatan dapat mewakili jumlah penduduk pada setiap kecamatan secara real. Hal tersebut dapat ditunjukan pada gambar dan tabel berikut ini : Gambar 6 Sebaran Responden Pada Setiap Kecamatan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 28 B. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, proporsi responden antara laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Responden berjenis kelamin perempuan adalah sejumlah 51%. Kemudian jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sejumlah 49%. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin ini sesuai metode pengambilan responden yang digunakan, yaitu memberikan kuota yang relatif sama antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sebagai upaya untuk mendapatkan jawaban yang beragam dari responden. Sehingga tingkat keabsahan hasil survei dapat diandalkan. Apabila sebaran jenis kelamin responden dihubungkan dengan sebaran jenis kelamin masyarakat kabupaten Blora memiliki selisih yang sangat kecil. Hal ini menunjukan bahwa sebaran jenis kelamin responden representatif terhadap jenis kelamin masyarakat Kabupaten Blora secara real di lapangan. C. Sebaran Responden Berdasarkan Usia Usia responden pada pelaksanaan pengukuran IPMas tersebar dari usia 15- 75 tahun. Jika merujuk pada ketentuan Depkes RI (2009), maka mayoritas sebaran usia responden berada pada kategori dewasa dan lansia awal. Sebaran usia responden sesuai dengan metode penarikan sampel yang telah ditentukan pada proses pengambilan data. Sampel merupakan masyarakat dengan usia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Apabila hasil sebaran usia responden dibandingkan dengan sebaran usia penduduk Kabupaten Blora berdasarkan data BPS 2022, dapat dilihat bahwa sebaran responden hasil survei adalah representatif dengan MoE 4,67%. Hal ini menunjukan bahwa jika dilihat dari sebaran usia responden, responden pada pengukuran IPMas Kabupaten Blora mampu menggambarkan jawaban responden berdasarkan kondisi real usia penduduk Kabupaten Blora. Gambar 7 Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Perkawinan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 29 Gambar 8 Sebaran Responden Berdasarkan Usia D. Sebaran Responden Berdasarkan Status Perkawinan Hasil penelitian juga menunjukan bahwa sebaran responden berdasarkan status perkawinan mayoritas sudah menikah 82,3%, responden dengan status duda atau janda 9,8% dan 8,0% sisanya menyatakan belum pernah menikah. Gambar 9 Status Perkawinan Responden E. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan tersebar dari jenjang pendidikan terakhir SD hingga Sarjana. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebaran tingkat pendidikan responden tertinggi berada pada jenjang SD dengan persentase sejumlah 51%. Sebaran responden pada jenjang pendidikan SMP sejumlah 21,2% dan jenjang pendidikan SMA sejumlah 20,3%. Kemudian sebaran responden pada jenjang Perguruan Tinggi (diploma dan strata) adalah sejumlah 10%. Apabila sebaran jenjang pendidikan responden dibandingkan dengan sebaran jenjang pendidikan penduduk Kabupaten Blora berdasarkan data BPS 2022, diketahui terdapat MoE sebesar 4,67%. Hal ini menunjukan bahwa sebaran jenjang
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 30 pendidikan responden sesuai dan representatif dengan kondisi sebaran pendidikan real masyarakat Kabupaten Blora. Gambar 10 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir F. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebaran responden berdasarkan pekerjaan terdiri dari jenis pekerjaan yang sangat beragam. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai petani/peternak dengan persentase sebanyak 44,8%, responden dengan status sebagai Ibu rumah tangga sejumlah 20%, responden berstatus bekerja sebagai pedagang wiraswasta sejumlah 10.7%, dan pegawai swasta sebanyak 7%. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Blora berada pada daerah dengan demografi/kawasan yang didominasi oleh kawasan persawahan dan hutan. Gambar 11 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan G. Sebaran Responden Berdasarkan Suku dan Agama Sebaran responden juga diidentifikasi berdasarkan suku dan agama. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat adalah berasal dari suku jawa
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 31 sejumlah 99,1% dan beragama Islam sejumlah 98,6%. Hal ini sesuai dengan jumlah suku dan agama mayoritas di Kabupaten Blora. Gambar 12 Sebaran Responden Berdasarkan Suku dan Agama H. Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga Pada bagian demografi responden juga dilihat terkait dengan sebaran responden berdasarkan pengeluaran seluruh keluarga. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden menyatakan memiliki total pengeluaran sejumlah <Rp2.000.000. Gambar 13 Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga 5.2 HASIL PENGUKURAN DIMENSI INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT 5.2.1Dimensi Kohesi Sosial Dimensi kohesi sosial diukur terhadap empat komponen, diantaranya adalah kerjasama sosial, jejaring sosial, aksi kolektif, dan kepercayaan sosial masyarakat Kabupaten Blora. Berikut merupakan hasil pengukuran dan analisis pada setiap komponen penyusun dimensi kohesi sosial; A. Kerjasama Sosial Komponen kerjasama sosial diukur berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Blora dalam kegiatan sosial berupa membantu warga yang
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 32 mengalami musibah. Pada penelitian ini, kegiatan sosial yang menjadi indikator diantaranya adalah memandikan dan mengubur jenazah, melayat, kegiatan donasi, menjenguk tetangga sakit, donor darah, membantu tetangga yang mengalami kebakaran, gotong royong, hingga kerja bakti pembangunan. Hasil dari pengukuran terhadap indikator kerjasama sosial adalah sebagai berikut. Tabel 8 Hasil Pengukuran Dimensi Kerjasama Sosial Kegiatan Tidak Ya, Secara Tidak Langsung Ya, Secara Langsung Ya, Secara Langsung Maupun tidak Langsung Memandikan jenazah 49.1 9.1 35.2 6.6 Mengubur jenazah 44.9 13.9 34.6 6.6 Melayat jenazah 8.0 5.5 75.1 11.4 Menggalang dana untuk donasi 47.5 13.9 29.8 8.9 Menjenguk tetangga sakit 5.9 8.0 74.3 11.8 Memberi bantuan warga yang membutuhkan 8.9 10.0 71.1 10.0 Donor darah 81.8 3.0 11.8 3.4 Membantu tetangga yang kebakaran 73.3 6.5 17.0 3.3 Gotong royong 64.0 0.0 28.0 8.0 Kerja bakti pembangunan rumah/ Masjid 80.0 0.0 15.0 5.0 Pada komponen kerjasama sosial, kegiatan yang masih sedikit dilakukan oleh masyarakat sehingga membuat penilaian indeks kecil adalah memandikan jenazah, mengubur jenazah, menggalang dana untuk donasi, donor darah, membantu tetangga yang kebakaran, serta kerja bakti membangun rumah atau masjid. Sedangkan kegiatan yang sudah banyak dilakukan oleh responden, sehingga meningkatkan nilai indeks adalah kegiatan melayat jenazah, menjenguk tetangga sakit, dan memberi bantuan kepada tetangga yang membutuhkan. Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa responden yang tidak mengikuti atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan pada komponen kerjasama sosial mayoritas bukan beralasan karena tidak mau atau memandang aktivitas tersebut negatif, melainkan karena pada kegiatan-kegiatan tersebut sudah diwakilkan oleh orang lain. Hal tersebut wajar, mengingat pada beberapa kegiatan pada komponen kerjasama sosial tidak membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam jumlah yang banyak dan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 33 jenis kegiatan yang dimaksud tidak selalu ada pada setiap waktu. Selain itu terdapat pula responden yang menyatakan karena beralasan sudah tua, takut melakukan donor darah, takut memandikan jenazah, takut jarum suntik saat donor darah, ada anak bayi yang harus dijaga sehingga tidak sempat melakukan kegiatan yang disebutkan, sudah ada tim yang menangani hal-hal yang disebutkan, memiliki darah rendah sehingga tidak bisa donor darah, dan belum pernah terjadi kebakaran sehingga tidak pernah membantu tetangga yang mengalami kebakaran. Gambar 14 Persentase Alasan Tidak Mengikuti Kegiatan Sosial B. Jejaring Sosial Pada komponen jejaring sosial diukur berdasarkan keikutsertaan anggota keluarga dalam sebuah kegiatan kelompok/organisasi. Pada pengukuran Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) Kabupaten Blora, partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelompok diukur berdasarkan tiga variabel, yaitu keikutsertaan dalam kegiatan organisasi, keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan, dan keikutsertaan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Hasil pengukuran pada setiap variabel penyusunan komponen jejaring sosial adalah sebagai berikut : I. Keikutsertaan masyarakat pada organisasi Pada variabel pertama, pengukuran dilakukan pada tingkat partisipasi masyarakat terhadap keikutsertaan dalam organisasi. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang berkembang di masyarakat, mulai dari organisasi keagamaan, politik, sosial, ataupun yang berbasis profesi seperti kelompok tani. Hasil dari pengukuran masyarakat terhadap keikutsertaan masyarakat dalam organisasi ditunjukkan pada tabel berikut;
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 34 Tabel 9 Hasil Pengukuran Berdasarkan Indikator Jejaring Sosial Bidang Kegiatan Organisasi Tidak Mengikuti Anggota Tidak Aktif Anggota Aktif Pengurus Keagamaan 52.7 15.2 29.3 2.7 Politik 92.9 3.0 3.6 0.5 Pendidikan 86.8 3.9 7.7 1.6 Lingkungan hidup 87.7 4.8 7.0 0.5 Ekonomi 92.3 3.2 4.3 0.2 Sosial 79.3 5.5 14.1 1.1 Olahraga 86.3 5.9 6.8 0.9 Kelompok Tani 51.5 0.0 39.4 9.1 Karangtaruna 88.9 0.0 11.1 0.0 Merujuk pada tabel 9, Hasil survei menunjukan bahwa organisasi yang paling tinggi diikuti oleh masyarakat baik sebagai pengurus atau anggota aktif adalah organisasi keagamaan, sosial, kelompok tani. Sementara itu, organisasi yang masih sedikit diikuti oleh masyarakat adalah organisasi politik, pendidikan, lingkungan hidup, ekonomi, olahraga dan karang taruna. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Kabupaten Blora, bahwa jenis organisasi yang tinggi tingkat partisipasinya berkaitan erat dengan profil dan profesi masyarakat Kabupaten Blora, yaitu mayoritas berprofesi sebagai petani yang lekat dengan aktivitas keagamaan Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa alasan tertinggi responden mengikuti kegiatan organisasi adalah untuk menambah pengetahuan, serta belajar kepemimpinan. Gambar 15 Persentase Alasan Mengikuti Kegiatan Jejaring Sosial 14,6 0,3 13,0 18,3 20,3 33,6 Lainnya Belajar kepemimpinan Mencari teman Melayani masyarakat Mengisi waktu luang Menambah pengetahuan Alasan Mengikuti Kegiatan Organisasi
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 35 Pada masyarakat yang menyatakan tidak terlibat pada organisasi, mayoritas beralasan bahwa tidak ada waktu luang menjadi alasan terbesar dengan jumlah hampir 50%. Sedangkan alasan lainnya yang tidak mengikuti adalah karena berbayar, sibuk kerja, keterbatasan pendidikan, sudah tua, dan tidak mengetahui adanya kegiatan tersebut. Gambar 16 Alasan Responden tidak mengikuti Organisasi II. Keikutsertaan Masyarakat dalam Kegiatan Keagamaan Pada variabel kedua, pengukuran dilakukan terhadap keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan keagamaan mulai dari pengajian hingga khataman AlQuran. Merujuk pada tabel 10, hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan keagamaan sudah tinggi. Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya bahwa jenis organisasi dengan yang paling tinggi tingkat partisipasinya adalah organisasi keagamaan. Jenis kegiatan keagamaan tersebut adalah kegiatan pengajian, perayaan keagamaan, halal bihalal, dan tahlilan pekanan. Tabel 10 Hasil Pengukuran Indeks Keikutsertaan dalam Kegiatan Keagamaan Kegiatan Keagamaan Tidak Aktif Kurang Aktif Cukup Aktif Sangat Aktif Pengajian 7.3 20.2 50.9 21.6 Perayaan keagamaan 8.4 13.9 54.3 23.4 Haul 25.7 24.1 36.8 13.4 Halal bihalal 8.4 14.8 53.3 23.5 Tahlilan pekanan 14.4 14.4 50.2 20.9 Khataman Al-Quran 57.1 0 25.7 17.1 24,8 2,1 4,0 8,5 13,4 47,2 Lainnya Sakit Malu/rendah diri Malas Tidak suka/tidak bermanfaat Tidak ada waktu Alasan tidak Mengikuti Organisasi
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 36 Jenis kegiatan keagamaan dengan tingkat keikutsertaan paling rendah adalah Haul dan Khataman Al Quran. Hal tersebut karena kedua jenis kegiatan tersebut tidak selalu ada pelaksanaanya setiap waktu, terlebih pada pelaksanaan pengukuran atau penelitian pada kondisi pandemi Covid-19. Selain itu, dari sebagian kecil yang menyatakan tidak mengikuti kegiatan keagamaan tersebut beralasan karena tidak adanya waktu luang 46,81%. Gambar 17 Alasan Responden Tidak Mengikuti Kegiatan Keagamaan III. Keikutsertaan Masyarakat dalam Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Pada pengukuran keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti kegiatan sosial masyarakat, kegiatan sosial masyarakat yang dimaksud adalah kegiatan olahraga, kesenian, arisan, hingga kegiatan vaksinasi. Merujuk pada tabel 11, hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Blora yang tinggi diantaranya adalah kegiatan arisan dan rapat RT/RW/Dusun/Desa yang dekat dengan masyarakat, serta kegiatan vaksinasi yang diwajibkan oleh Pemerintah. Tabel 11 Hasil Pengukuran Indeks Jejaring Sosial pada Kegiatan Sosial Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Tidak Aktif Kurang Aktif Cukup Aktif Sangat Aktif Olahraga 70.5 15.8 11.2 2.5 Kesenian 76.9 16.0 6.2 0.9 Arisan 36.5 10.0 39.0 14.4 Rapat RT/RW/Dusun/Desa 36.5 20.8 32.9 9.8 Kegiatan keterampilan 74.0 15.3 8.7 2.1 Kegiatan posyandu 51.3 15.1 27.2 6.4 Kegiatan Vaksinasi 19.1 6.5 57.5 16.8 39,01 2,13 2,13 2,84 7,09 46,81 Lainnya Malu/rendah diri Sakit Tidak suka/tidak bermanfaat Malas Tidak ada waktu Alasan Tidak Mengikuti Kegiatan Keagamaan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 37 Data juga menunjukan bahwa jenis kegiatan yang sosial kemasyarakatan yang tingkat keikutsertaanya dinilai paling rendah diantara kegiatan yang lain adalah kegiatan olahraga, kesenian, kegiatan keterampilan, dan kegiatan posyandu. Analisis lebih lanjut menunjukan pada kegiatan olahraga, kesenian, dan keterampilan menurut masyarakat pelaksanaanya sangat jarang, yaitu mayoritas pada kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan RI. Sementara kegiatan posyandu bersifat khusus pada masyarakat yang memiliki balita dan tidak melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sejumlah masyarakat yang tidak ikut serta pada kegiatan sosial kemasyarakatan lebih lanjut menyatakan bahwa tidak mengikuti kegiatan sosial tersebut mayoritas tidak adanya waktu luang (48,84%). Serta sejumlah 27,39% masyarakat menjawab alasan lainnya, diantaranya karena berbayar, merupakan pilihan pribadi tidak ingin ikut, punya urusan lain, sudah ada wakilnya, sudah tua, kegiatan tersebut tidak ada di lingkungan responden. Gambar 18 Alasan Responden Tidak Mengikuti Kegiatan Sosial Kemasyarakat C. Aksi Kolektif Pada komponen aksi kolektif diukur dengan tingkat keikutsertaan keluarga responden dalam kegiatan bersama dalam rangka kepentingan warga sekitar. Pengukuran tersebut dilakukan dengan indikator keikutsertaan pada aktivitas kerja bakti, siskamling, penyuluhan, pelaksanaan peringatan hari kemerdekaan dan khitan massal. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum tingkat keikutsertaan masyarakat Kabupaten Blora terhadap kegiatan bersama dalam rangka kepentingan warga sekitar relatif tinggi. Kegiatan dengan tingkat partisipasi yang tinggi adalah memperingati hari kemerdekaan dan kerja bakti. Sementara itu, kegiatan dengan 27,39 2,58 4,13 6,98 10,08 48,84 Lainnya Malu/rendah diri Sakit Tidak suka/tidak bermanfaat Malas Tidak ada waktu Alasan Tidak Mengikuti Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 38 tingkat partisipasi masyarakat yang kecil adalah kegiatan siskamling, penyuluhan, khitan massal. Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa masyarakat yang menyatakan tidak ikut serta pada kegiatan beralasan karena sudah tua, tidak ada yang menginisiasikan kegiatan tersebut, tidak ada yang mengajak, jadwalnya selalu bentrok, hingga alasan tidak ada donatur. Tabel 12 Hasil Pengukuran Indeks Dimensi Sosial Aksi Kolektif Kegiatan Bersama untuk Kepentingan Warga Tidak Aktif Kurang Aktif Cukup Aktif Sangat Aktif Kerjabakti 15.5 11.6 53.4 19.5 Siskamling 51.6 17.7 23.6 7.0 Penyuluhan 42.8 26.9 24.6 5.7 Peringatan hari kemerdekaan 17.0 13.4 49.1 20.5 Khitan masal 81.9 13.5 3.9 0.7 D. Kepercayaan Sosial Kepercayaan sosial merupakan keyakinan pada kejujuran, integritas dan dapat percaya pada orang lain. Pengukuran komponen kepercayaan sosial, didasarkan atas variabel sikap percaya responden terhadap lingkungan dengan beberapa indikator seperti rasa percaya kepada tetangga, tokoh masyarakat, aparat kepolisian, dan kesamaan suku dalam memilih kepala daerah. Adapun hasil pengukuran indeks pada aspek kepercayaan sosial adalah sebagai berikut. Tabel 13 Hasil pengukuran Kepercayaan Sosial Indikator Komponen Sangat Tidak Percaya Tidak Percaya Percaya Sangat Percaya Menitipkan rumah pada tetangga ketika semua ART bepergian/ menginap di tempat lain 0.0 9.5 80.0 10.5 Menitipkan anak (usia 0-12 tahun) pada tetangga ada di rumah 0.7 17.5 74.1 7.7 Tingkat kepercayaan terhadap aparatur desa/kelurahan telah menjalankan tugasnya dengan baik 0.5 7.5 87.0 5.0 Tingkat kepercayaan terhadap tokoh masyarakat dalam membantu mengatasi masalah warga 0.2 4.8 89.3 5.7
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 39 Indikator Komponen Sangat Tidak Percaya Tidak Percaya Percaya Sangat Percaya Tingkat kepercayaan terhadap tokoh agama berperan sebagai panutan/penentun moral 0.2 2.5 86.8 10.5 Tingkat kepercayaan terhadap polisi dapat menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat 0.5 5.9 88.6 5.0 Merujuk pada tabel 13, hasil penelitian menunjukan mayoritas masyarakat Kabupaten Blora mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi pada setiap indikator penyusun komponen kepercayaan sosial dengan rata-rata skor kepercayaan pada angka 85%. Indikator dengan tingkat kepercayaan paling rendah adalah pada “menitipkan anak (usia 0-12 tahun) pada tetangga ada di rumah”, yaitu sejumlah 74,1%. Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa masyarakat lebih memilih membawa anak mereka untuk ikut serta dalam bepergian atau menitipkan pada keluarga terdekat. Selanjutnya, komponen kepercayaan sosial juga diukur berdasarkan keharusan kepada daerah merupakan penduduk asli Kabupaten Blora. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Blora menginginkan kepala daerah berasal asli dari Kabupaten Blora. Gambar 19 Tingkat Kepercayaan Responden Terhadap Pemimpin Dari Daerah Lain 5.2.2Dimensi Inklusi Sosial Pada aspek pengukuran penerimaan terhadap sosial budaya, pengukuran didasarkan atas beberapa komponen, diantaranya adalah komponen penerimaan terhadap sosial budaya, Inklusi terhadap minoritas, kesetaraan gender, dan Dukungan sosial kepada minoritas. 21,6 63,1 11,8 3,4 Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju Apakah anda setuju kepala daerah (Bupati) harus penduduk asli kabupaten Blora?
[LAPORAN AKHIR PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA 2022] 40 Pada bagian awal pengukuran, dilakukan identifikasi terhadap pengalaman masyarakat Kabupaten Blora terhadap interaksi dengan masyarakat luar suku/ budaya/ agama mayoritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71,3% responden menyatakan tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat beda suku atau agama, artinya hanya terdapat 28,7% responden yang pernah melakukan interaksi dengan masyarakat beda suku atau agama. Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya bahwa mayoritas masyarakat jawa adalah bersuku jawa dan beragama islam, sehingga peluang untuk saling berinteraksi dengan lintas budaya atau agama kecil. Gambar 20 Tingkat Interaksi Responden dengan Beda Suku Dan Agama Proses identifikasi pengalaman masyarakat ini menjadi sangat penting, karena menjadi dasar akan memengaruhi jawaban masyarakat pada penilaian di setiap komponen. Berikut hasil penilaian terhadap setiap komponen pada dimensi inklusi sosial; I. Penerimaan Terhadap Perbedaan Sosial Budaya Pengukuran komponen perbedaan sosial budaya dilakukan dengan melihat jumlah sebaran penerimaan dan tanggapan masyarakat Kabupaten Blora terhadap kegiatan keagamaan lain di sekitar lingkungan tempat tinggal. Merujuk pada tabel 14, tingkat penerimaan masyarakat Kabupaten Blora masyarakat Kabupaten Blora dalam berteman dengan masyarakat berbeda suku, agama atau kepercayaan lain relatif tinggi dengan rata-rata penilaian sejumlah 82,5%. Pada penerimaan terhadap aktivitas budaya, suku, dan agama lain relatif tinggi pula, akan tetapi lebih menurun dari indikator sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa suku dan agama mayoritas di Kabupaten Blora tidak mengeksklusifkan diri dan cenderung menerima perbedaan.