The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

FINAL DRAFT JUKNIS PELAKSANAAN UKS _M DI SATUAN PAUD

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by srimartiani, 2021-09-21 23:50:44

juknis pelaksanaan UKSM PAUD

FINAL DRAFT JUKNIS PELAKSANAAN UKS _M DI SATUAN PAUD

Keywords: UKSM

Pendidikan Gizi Seimbang
Pengertian
Pendidikan gizi seimbang merupakan upaya untuk mengembangkan sikap dan perilaku
dalam pemenuhan gizi seimbang pada peserta didik. Pemenuhan gizi seimbang sangat
penting dilakukan untuk meningkatkan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik yang optimal sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran
secara lebih baik.
Materi Pendidikan Gizi Seimbang
Materi pendidikan gizi seimbang mengacu pada Buku KIA yang disesuaikan dengan
kelompok usia anak sebagaimana tampak pada Gambar berikut ini:

Kegiatan pendidikan gizi seimbang di Satuan PAUD antara lain sebagai berikut:
1. Makan bersama dengan makanan bekal dari rumah.
2. Makan bersama dengan masakan dimasak di Satuan PAUD.
3. Kelas memasak yaitu kegiatan anak masak bersama dengan dampingan pendidik
4. Berkebun yaitu kegiatan menanam pangan sumber zat gizi
5. Pemberian materi gizi yang mencakup gizi seimbang (Tabel 5) terintegrasi

kurikulum, Rencana Pembelajaran.
Kegiatan makan bersama
Kegiatan makan bersama dapat dengan makanan bekal yang dibawa peserta didik atau
makanan yang dimasak di satuan PAUD sesuai kesepakatan dengan orang tua. Satuan
PAUD memberi petunjuk bekal makan anak yang dituangkan Prosedural Oprasional
Standar (POS) Bekal Makanan Anak. Satuan PAUD juga menyiapkan POS Memasak

37

dan Menyediakan Makanan Anak di Satuan PAUD

Waktu
Kegiatan makan bersama dilaksanakan setiap hari pembelajaran. Waktu makan
bersama disesuaikan dengan durasi buka satuan PAUD setiap harinya. Pilihan waktu
tersebut antara lain:
1. makan selingan di pagi hari jam 10.00
2. makan utama di siang hari jam 12.00
3. makanan selingan di sore hari jam 14.00 bagi PAUD yang buka sampai sore.
Kegiatan makan bersama ini dilaksanakan dalam satu rangkaian dengan kegiatan cuci
tangan pakai sabun, dan sikat gigi bersama.

Tempat
Pendidikan gizi bisa dilaksanakan di kelas masing-masing atau di luar kelas yang
kondusif. Namun untuk pelaksanaan yang lebih tertib dan cepat (efisiensi waktu)
disarankan untuk dilaksanakan di kelas masing-masing dengan pengawasan pendidik
kelas.

Pelaksana
Pendidik kelas, peserta didik dan orang tua.

Sarana
• Makanan dengan menu bergizi seimbang yang dibawa oleh masing- masing peserta

didik atau makanan yang dimasak di Satuan PAUD.
• Sarana CTPS dengan air mengalir.
• Materi edukasi gizi bersumber Buku KIA atau bahan bacaan lainnya

Langkah-Langkah
• Pendidik membuat panduan dan mengedukasi orangtua/keluarga terkait penyiapan

bekal antara lain :
✓ Makanan yang dibekalkan kepada anak meliputi makanan selingan dan

makanan utama tergantung durasi waktu anak di Satuan PAUD.
✓ Bekal makanan anak mengacu kepada Tumpeng Gizi Seimbang
✓ Menu makanan bekal berbahan aman, terbebas dari bahan kimia, serta bahan

berbahaya lainnya. Pendidik memberi pemahaman kepada orang tua dalam
pemilihan makanan.

38

✓ Menu makanan bekal bervariasi setiap hari, dikreasikan dalam bentuk yang

menarik, mudah dibawa, mudah disantap anak dan mempunyai cita rasa yang

enak, warna menarik dan aroma menggugah selera agar anak menyukai

makanan tersebut dan tidak bosan.

✓ Bekal yang dibawa anak sebaiknya hasil olahan orangtua/keluarga

✓ Pengemasan Bekal menggunakan peralatan yang aman bagi anak, tidak mudah

pecah, tidak mudah tumpah dan tidak mengandung bahan-bahan yang

berbahaya.

✓ Alat bekal makanan dilengkapi dengan sendok/garpu yang tidak mudah pecah atau

tajam.

• Orang tua/wali menyiapkan bekal sarapan dengan menu gizi seimbang dan air minum
yang cukup sesuai panduan dan jadwal yang telah ditentukan.

• Peserta didik melaksanakan makan bersama di kelas masing-masing didampingi
oleh pendidik kelas. Pada saat pelaksanaan, pendidik meminta peserta didik untuk:
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan
2) Pendidik memberikan pijakan dengan materi edukasi sesuai dengan
makanan yang dimakan
3) Satu anak secara bergantian diminta memimpin doa bersama
4) Makan bersama dengan menu bergizi seimbang
5) Minum air putih
6) Pendidik menyampaikan pendidikan gizi saat anak makan sampai selesai
sesuai tema pembelajaran dan makanan yang
dimakan.
7) Membuang sampah pada tempatnya
8) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
setelah makan.
9) Menyikat gigi dengan pasta gigi dan air bersih

• Pada saat peserta didik makan bersama, Pendidik
memantau menu makanan yang dibawa oleh peserta
didik dan memastikan menu yang dibawa adalah menu
gizi seimbang sesuai dengan Buku KIA 2020 atau Buku
Pedoman PMBA Tahun 2020.

• Dalam memantau pelaksanaan makan bersama,
pendidik kelas dapat dibantu oleh pendidik
pendamping.

39

Tabel 5. Materi Pendidikan Gizi Seimbang

No Materi Pendidikan Gizi Keterangan
Seimbang
• ASI Eksklusif bayi usia 0 – 6 bulan
1. Gizi seimbang anak usia • Gizi seimbang bayi 6 – 23 bulan
dini
Gizi seimbang anak 2 – 5 tahun

2. Pemberian makanan • ASI 0-2 tahun
berdasarkan jenis dan • Makanan lumat 6 – 12 bulan

tekstur makanan • Makanan keluarga 6 – 23 bulan

3. Edukasi Minum • Mengenal tubuh memerlukan air minum, ciri air
minum bersih dan sehat, jumlah minum sehari dan
dampak kekurangan minum

• Tubuhku dan minum menjadi tema pembelajaran

• Pendidik menyampaikan dan membuat aturan bahwa
minum itu sebelum haus sehingga setiap jam harus
minum dan sebelum /setelah kegiatan minum dulu

• Haus itu pertanda dehidrasi tubuh, tubuh sudah
kekurangan air minum

• Anak usia dini minum minimal 6 gelas per hari

• Anak diperkenalkan dan dibiasakan minum air putih
yang bersih, sehat, tidak berbau, tidak berwarna

40

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pemeliharaaan Kebersihan Diri
Pengertian
Kebersihan diri merupakan upaya menjaga kebersihan diri untuk kepentingan kesehatan.
Apabila kebersihan tidak dijaga lambat laun akan berpengaruh pada kesehatan
seseorang. Kebersihan diri yang dikuatkan di PAUD antara lain: CTPS (Cuci Tangan Pakai
Sabun) dengan air yang mengalir, mandi, gosok gigi, menggunakan jamban sehat,
memelihara kesehatan kuku, rambut, kulit dan kebersihan diri lainnya. Praktik
kebersihan diri yang dilaksanakan di sekolah/madrasah bertujuan untuk menciptakan
pembiasaan peserta didik terhadap kegiatan personal higiene sehingga kebiasaan
tersebut dapat diteruskan saat di rumah dan dalam keseharian peserta didik. CPTS dan
sikat gigi dapat dilakukan sebagai rangkaian dengan makan bersama yang bertujuan
melatih pembiasaan PHBS yang konkrit sejak di sekolah/madrasah sehingga kebiasaan
itu dapat dilanjutkan di rumah.

Waktu
Kegiatan cuci tangan dan sikat gigi secara berurutan dilaksanakan pada hari yang sama
dengan pelaksanaan sarapan/kudapan/makan bersama.

Tempat
Di Satuan PAUD.

Pelaksana
Pendidik, peserta didik, kader/tenaga kesehatan/narasumber undangan.

Sarana
Agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik, maka satuan PAUD memiliki:

• Air bersih yang cukup
• Tempat cuci tangan untuk masing-masing kelas
• Saluran pembuangan limbah
• Sabun
• Petunjuk 5 langkah cuci tangan yang ditempelkan pada sarana cuci tangan
• Gelas kumur yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Sikat gigi yang dibawa oleh masing-masing pesertadidik
• Pasta gigi yang dibawa oleh masing-masing peserta didik
• Apabila tempat cuci tangan belum tersedia, maka satuan PAUD dapat

berinovasi membuat tempat cuci tangan mulai dari tempat cuci tangan
sederhana (menggunakan barang bekas yang mudah didapatkan) sampai

41

bentuk permanen yang disesuaikan dengan anggaran. Bagi PAUD yang tidak
memiliki akses terhadap air bersih agar melaporkan kondisi tersebut ke
dinas/lembaga terkait setempat. Air bersih merupakan hal minimal yang harus
tersedia di sekolah/madrasah untuk menghindarkan diri dari penularan
penyakit.

Gambar 3. Cara Cuci Tangan Yang Benar
Langkah-Langkah

1. Cuci tangan bersama
- Pendidik menjelaskan mengapa harus CTPS dengan air mengalir
- Pendidik menjelaskan 5 langkah mencuci tangan yang benar (Gambar 3)
- Pendidik meminta anak melakukan cuci tangan sesuai penjelasan
- Pendidik kelas mengawasi pelaksanaan kegiatan dilakukan secara tertib, antri,
menjaga jarak
- Untuk efisiensi waktu, sebaiknya tersedia beberapa sarana CTPS dengan air
mengalir ini

2. Gosok gigi bersama
- Pendidik menjelaskan mengapa harus menggosok gigi, kapan waktu yang tepat
menggosok gigi
- Pendidik menjelaskan cara menggosok gigi dengan alat peraga (gigi model atau
poster)
- Pendidik memastikan ketersediaan air bersih.
- Pada jam istirahat, pendidik meminta peserta didik mengambil air bersih untuk

42

kumur pada masing-masing gelas kumur peserta didik dan melakukan sikat gigi
secara mandiri.
- Sikat gigi tidak dilakukan di depan keran air untuk efisiensi waktu. Sisa kumur
dibuang pada saluran pembuangan sekolah/madrasah.
- Pendidik kelas mengawasi pelaksanaan kegiatan secara tertib dan efisien

Gambar 4. Cara Menyikat Gigi Yang Benar

Optimalisasi Aktivitas Fisik
Pengertian
Optimalisasi aktivitas fisik merupakan pembiasaan kegiatan aktivitas fisik di Satuan
PAUD untuk mendukung pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
menjaga kebugaran dan mencegah risiko terkena penyakit tidak menular. Durasi
aktivitas fisik selama satu hari 180 menit dengan kegiatan menyenangkan bagi anak.
Kegiatan
Kegiatan optimalisasi aktivitas fisik terdiri dari
1. Gerakan peregangan.
2. Optimalisasi 4 (empat) L (Lompat, Lari, Lempar, Loncat)
Rekomendasi aktivitas fisik bayi dibawah 1 tahun: merangkak, meraih, menggenggam,
menarik dan mendorong, menggerakkan kepala, tubuh dan anggota tubuh mereka
selama rutinitas sehari-hari, dan selama bermain lantai dengan pengawasan.

43

Rekomendasi aktivitas pada anak usia dini adalah minimal 180 menit (3 jam) sehari
mencakup aktivitas ringan seperti berdiri, bergerak, berguling dan bermain, serta
aktivitas yang lebih energik seperti melompat dan berlari, panjat tebing, kejar – kejaran,
dan sepak bola.
Anak-anak prasekolah harus meluangkan setidaknya 180 menit (3 jam), dengan 60 menit
di antaranya adalah aktivitas fisik sedang hingga kuat. Aktivitas yang dilakukan di luar
maupun di dalam ruangan seperti berenang, sepak bola, petak umpet, memanjat,
bersepeda, dll.

Waktu
1. Peregangan dilaksanakan pada saat peserta didik sudah mulai merasa bosan dan

lelah di kelas. Peregangan dilakukan minimal 1 (satu) kali perhari.
2. Optimalisasi 4 (empat) L dilaksanakan minimal 1 (satu) kali perhari

Tempat
• Kegiatan peregangan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
• Sedangkan kegiatan optimalisasi aktivitas fisik lainnya dilaksanakan di lapangan

sekolah/madrasah atau di lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif untuk
pelaksanaan aktivitas fisik.

Pelaksana
Pendidik kelas dan peserta didik

Sarana
1. Kreasi gerakan peregangan yang dapat dibuat oleh pendidik atau peserta didik

misalnya gerak kapiten, gerak penguin, dll. Kreasi gerakan peregangan dapat
dilakukan dengan diiringi lagu melalui sound system atau dengan bernyanyi sendiri.
2. Halaman sekolah/madrasah atau aula yang dapat digunakan sebagai tempat
bermain/olahraga.
3. Sarana dan prasarana olahraga

Langkah-Langkah
1. Pendidik dan peserta didik melakukan kreasi gerakan peregangan.
2. Pendidik meminta peserta didik untuk memimpin peregangan secara bergantian

ditandai dengan bunyi bel atau lonceng menandakan waktu pelaksanaan
peregangan bersama.
3. Satuan PAUD mendorong peserta didik untuk bermain dan berolahraga yang
mengandung gerakan 4 L saat jam istirahat.
4. Satuan PAUD menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan

44

olahraga berprestasi di sekolah/madrasah.

Tidur Yang Berkualitas
Tidur merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan tidur pada
anak semakin berkurang sesuai usia anak. Tidur adalah aktivitas utama otak sepanjang
awal perkembangan dan berperan penting dalam maturasi otak dan pembuangan
pengalaman yang tidak diinginkan. Tidur berkualitas adalah tidur dengan jumlah waktu
tidur yang cukup dalam satu hari dengan cara tidur yang benar

Kegiatan
Pendidikan terkait tidur yang berkualitas dilakukan kepada anak di kelas dan kepada
orang tua melalui kelas orang tua.
Pendidik membuat paket informasi yang akan disampaikan kepada anak dapat melalui
kegiatan bermain peran dengan tema Keluarga. Khusus bagi TPA, pendidikan tidur yang
berkualitas diintegrasikan dengan pembiasaan melalui jadwal tidur dalam jadwal
kegiatan TPA.

Materi

Tabel 6. Kebutuhan Tidur Anak Sesuai Kategori Usia

Kategori Usia Durasi Waktu Tidur

Bayi 0 – 3 bulan 14 – 17 jam termasuk tidur siang

Bayi 4 – 11 bulan 12 – 16 jam termasuk tidur siang

Balita 1 – 3 Tahun 11 – 14 jam termasuk tidur siang dengan pola tidur dan
waktu bangun yang regular

Pra Sekolah 3 – 6 Tahun 10 – 13 jam termasuk tidur siang dengan pola tidur dan
waktu bangun yang regular

Contoh informasi yang akan disampaikan kepada anak kelompok usia 3 – 6 tahun
antara lain:

• Tubuh manusia perlu tidur dengan jumlah jam yang berbeda
• Tubuh kalian (anak yang berusia 3-6 tahun) perlu tidur 10 – 13 jam setiap hari
• Kalian sebaiknya tidur 1 – 2 jam di siang hari dan minimal 9 jam di malam hari
• Sebaiknya sebelum jam 21 malam hari, kalian telah tidur
• Tidur di malam hari sebaiknya lampu mati agar hormon melantonin diproduksi

tubuh. Hormon ini penting untuk kesehatan tubuh kita. Hormon ini tidak bisa
diproduksi tubuh jika ada cahaya

45

• Saat kita tidur tulang kita akan bertambah panjang ½ inchi jika kita makannya
cukup

• Setelah tubuh kita bekerja seharian maka tubuh harus istirahat sehingga tubuh
kita punya waktu mempersiapkan diri untuk aktivitas berikutnya.

• Mari bayangkan jika kita tidak bisa tidur seharian. Tubuh kita akan kelelahan
dan bisa beresiko mudah terserang penyakit

Waktu
Waktu penyampaian materi sesuai yang sudah direncanakan dan dapat incidental
sesuai keadaan seperti percakapan dengan anak dan saat orang tua menyampaikan
masalah anaknya

Tempat
Di satuan PAUD, materi diberikan saat mengantar tema pembelajaran, saat
pembelajaran melalui pendampingan kegiatan bermain dan khusus bagi layanan TPA,
materi diberikan saat anak tidur siang
Di kelas orang tua, materi diberikan melalui ceramah dan diskusi.

Pelaksana
Pemateri dapat dari internal Satuan PAUD atau narasumber dari luar seperti dokter anak
dan ahli anak lainnya.

Sarana
Buku, poster, video pendukung yang menjelaskan apa yang terjadi di dalam tubuh saat
manusia tidur, dan alat peraga edukasi terkait.

Langkah-langkah
Pendidikan di Satuan PAUD
• Pendidik menyiapkan jadwal pembiasaan dengan memasukan jadwal tidur siang

bagi layanan TPA
• Pendidik menyiapkan jadwal pembelajaran dengan tema yang bisa diintegrasikan

dengan materi Tidur yang Berkualitas seperti antara lain melalui tema Tubuhku,
Kesehatanku, Rumahku, Keluargaku dll
• Pendidik menyiapkan buku yang akan dibacakan berikut alat peraga terkait tidur yag
berkualitas
• Pendidik menyiapkan alat dan bahan main. Misalkan di kegiatan bermain peran
makro dengan tema Keluarga maka dipersiapkan peran anggota keluarga, ruang
dapur, ruang tidur, ruang makan, dll

46

• Pendidik mempersiapkan kegiatan peran terkait Keluargaku yang akan dimainkan
anak

• Pendidik membacakan buku terkait tema untuk memberikan pijakan sebelum anak
bermain peran

• Pendidik mendampingi anak saat bermain
• Pendidik mengalirkan infromasi terkait Tidur yang Berkualitas saat anak bermain
• Pendidik mengajak anak beres-beres
• Pendidik melakukan recalling dengan mengajak setiap anak satu persatu

menyampaikan perasaanya saat bermain dan kegiatan main yang dimainkan.
• Pendidik menguatkan konsep Tidur yang Berkualitas

Pendidikan Kesehatan di Kelas Orang tua
• Pendidik mengundang orang tua hadir di kelas orang tua sekaligus memberikan

materi tidur yang berkualitas
• Pendidik membuka diskusi dengan menanyakan kebiasaan tidur anak
• Pendidik meyampaikan informasi materi tidur yang berkualitas
• Pendidik mengajak orang tua membuat jadwal satu hari anak sejak bangun sampai

tidur di malam hari

Stimulasi Perkembangan
Pengertian
Stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang aspek perkembangan
anak meliputi 1. Nilai Agama dan Moral, 2. Fisik Motorik, 3. Kognitif, 4. Bahasa, 5. Sosial
Emosional yang diberikan sesuai usia anak secara sistematis dan sesuai prinsip PAUD.

Kegiatan
Stimulasi dilakukan melalui kegiatan bermain berkualitas melalui 3 jenis kegiatan main
yaitu:
1. Bermain Sensorimotor
2. Bermain Peran
3. Berrmain Pembangunan

Waktu
Waktu stimulasi adalah setiap detik kehidupan anak mulai dari bangun di pagi hari
sampai tidur di malam hari. Saat anak di Satuan PAUD, anak mendapatkan stimulasi
sejak anak datang sampai anak pulang. Saat anak di rumah, anak juga mendapatkan
stimulasi dari orang tua/keluarganya.

47

Tempat
Anak mendapatkan stimulasi dimana anak berada: di rumah, di satuan PAUD, di luar
ruangan kelas, di dalam kelas.
Pelaksana
Pendidik, orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Sarana
Alat dan bahan main yang disediakan anak harus berkualitas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan tercapai.
Alat dan bahan main yang digunakan dapat berupa main produk pabrikan yang dibeli,
dibuat sendiri, dari alam, reuse dari barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan, barang-
barang yang ada di lingkungan rumah, dll.

Terkait alat dan bahan main ini tidak selalu barang sudah jadi seperti boneka, mobil -
mobilan, rumah – rumahan, dll tapi juga dapat berbentuk barang lepasan yang dikenal
dengan istilah loosepart. Loosepart adalah bahan-bahan yang terbuka, dapat terpisah,
dapat disatukan kembali, dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan, dan digunakan
sendiri ataupun digabungkan dengan bahan-bahan lain. Loosepart ini dapat berupa
benda alam atau sintetis meliputi:
1. Bahan alam

Bahan yang dapat ditemukan di alam seperti batu, tanah, pasir, lumpur biji, daun,
ranting
2. Plastik
Barang –barang yang terbuat dari plastik seperti sedotan, botol-botol plastik, pipa
pralon.
3. Logam
Barang-barang yang terbuat dari logam seperti kaleng, perkakas dapur, baut, kunci
dsb
4. Kayu dan bambu
Barang-barang kayu yang sudah tidak digunakan seperti seruling, tongkat, balok, dsb
5. Benang dan kain
Barang-barang yang terbuat dari serat seperti kapas, kain perca, tali, pita, karet, dsb
6. Kaca dan keramik
Barang-barang terbuat dari kaca dan keramik seperti botol kaca, gelas kaca, cermin,
kelereng dsb
7. Bekas kemasan
barang-barang/wadah yang sudah tidak digunakan seperti kardus, gulungan tisue,
bungkus makanan, karton wadah telur dsb.

Langkah-langkah Stimulasi Perkembangan Anak di Satuan PAUD

- Pendidik mengelompokan usia anak menurut kelompok usia 0 – 1, 1 – 2, 2 – 3, 3
– 4, 4 – 5 dan 5 – 6 tahun

- Pendidik membuat perencanaan pembelajaran dengan mengacu indikator
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) di Permendikbud

48

Nomer 137 tahun 2014 tentang Standar PAUD sesuai kelompok usia yang
dilayani
- Indikator STPPA yang diambil harus holistik memuat seluruh aspek
perkembangan
- Pendidik membuat kegiatan main yang menjadi wadah stimulasi dari indikator
yang telah dipilih, selanjutnya pendidik menyiapkan alat dan bahan main yang
tepat dan sesuai
- Pendidik melakukan proses pembelajaran dengan 4 pijakan yaitu: pijakan
lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan saat main dan pijakan setelah
main
- Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan prinsip PAUD meliputi:
1. belajar melalui bermain; 2. berorientasi perkembangan anak; 3. berorientasi
kebutuhan anak; 4. berpusat pada anak; 5. pembelajaran aktif dan demokratis; 6.
pengembangan karakter dan life, 7. kontekstual dan bermakna; dan 8. lingkungan
kondusif dan bermakna.
- Komunikasi efektif digunakan untuk mengalirkan informasi, menguatkan
ketrampilan dan menumbuhkan sikap dan karakter anak
- Agar stimulasi perkembangan yang dilakukan di Satuan PAUD dapat
berkesinambungan di rumah, pendidik juga memberikan edukasi kepada orang
tua pentingnya melakukan stimulasi dan pemantauan perkembangan sesuai
kelompok usia dengan memanfaatkan Buku KIA .

Pendidik menyampaikan kurikulum, perencanaan, jadwal pembiasaan, jadwal
pembelajaran kepada orang tua di kelas orang tua dan memberi pijakan apa yang
dilakukan orang tua di rumah. Stimulasi perkembangan anak usia dini secara detil dapat
membaca Buku KIA dan Modul Diklat Berjenjang, Modul Seri PAUD HI yang dikeluarkan
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan.

Screentime/Batasan Penggunaan Gadget
Pengertian
Screentime/Batasan Penggunaan Gadget adalah pembatasan penggunaan gadget bagi
anak dalam satu hari sehingga anak usia 0 – 2 tahun tidak menggunakan gadget sama
sekali, anak usia 3-6 tahun maksimal 1 jam sehari dan lebih baik lagi jika tidak
menggunakan gadget diusia dini.

Penggunaan gawai berlebih berdampak pada keterlambatan bicara dan bahasa,
kurangnya interaksi, gampang marah/ledakan emosi (tantrum), dan gangguan kognitif
(kurangnya kecerdasan) pada anak usia dini.

Usia < 1 tahun

49

Bayi/anak berusia <1 tahun tidak direkomendasikan menggunakan gawai kecuali dalam
bentuk video-chatting (video-call) dengan didampingi orang tua.
Penggunaan gawai pada anak berusia 18 – 24 bulan (1,5 tahun – 2 tahun):
- hanya memilih konten yang berkualitas untuk anak, batasi tidak lebih dari 1 jam per

hari
- Hendaknya dimainkan bersama orang tua sehingga anak dapat mengetahui cara

terbaik untuk menggunakannya
- Hindarkan anak menggunakan gawai sendirian tanpa pendampingan orang tua

Usia 1 – 2 tahun
Screen time dalam bentuk menonton tv, video, komputer, gadget tidak dianjurkan. Screen
time yang diperbolehkan hanya dalam bentuk video chating yang didampingi orang tua
untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang sedang berjauhan.

Usia 2 – 3 tahun

Screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, semakin sedikit lebih baik.

Usia 3 – 6 tahun

Screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, semakin sedikit lebih baik.

Beberapa hal yang harus mendapat perhatian saat screentime

• Screen time dilakukan dengan pendampingan dan interaksi dengan anak
• Berikan hanya konten materi yang berkualitas dan hindari anak terpapar dari

materi kekerasan
• Matikan semua perangkat media berlayar bila sedang tidak digunakan
• Jangan menggunakan media berlayar hanya untuk menenangkan perilaku anak
• Bebaskan anak dari media berlayar di kamar tidur, dan juga pada saat makan

atau saat bermain
• Jangan memberikan media berlayar selama proses makan dan pada 1 jam

sebelum tidur
• Orang tua harus menjadi model untuk anak, misalnya orang tua juga membatasi

waktu screen time bagi diri sendiri tidak lebih dari 2 jam per hari
• Tentukan waku bebas media bersama, seperti di meja makan, di dalam mobil dll

untuk mencapai keseimbangan

Menjaga Kesehatan Mata Selama Screen Time

• Memastikan anak untuk mengistirahatkan mata dengan menerapkan aturan 20-
20-20 artinya setiap 20 menit screen time mengistirahatkan mata selama 20

50

detik dengan melihat jauh sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) dan mengedipkan
mata secara berkala
• Memastikan posisi duduk anak selama screen time untuk tetap
mempertahankan postur tubuh yang baik/ punggung lurus/ tidak boleh
membungkuk
• Menyarankan anak untuk menggunakan screen lebih besar seperti TV, laptop
atau PC
• Menjaga jarak mata anak dengan screen minimal 30cm – 50cm atau sedikitnya
lebih rendah dari atau setinggi mata
• Memastikan pencahayaan yang cukup selama screen time, tidak boleh terlalu
redup atau terlalu terang
• Anak yang sudah menggunakan kaca mata minus tetap menggunakan kaca
mata saat screen time agar menghindari anak tersebut melihat lebih dekat ke
monitor
• Setelah pembelajaran selesai, anak diajak untuk melakukan aktivitas di
halaman rumah (green time) seperti melihat tanaman hijau, melakukan aktivitas
fisik, bermain dan lain-lain.

Kegiatan
Pendidik membuat kegiatan mengedukasi orang tua di kelas orang tua untuk
menyadarkan orang tua perlu membatasi penggunaan gadget
Pendidik kreatif melakukan pembelajaran baik BDR (Belajar Dari Rumah) maupun PTM
(Pembelajaran Tatap Muka) yang tidak menggunakan media informasi visual.

Waktu
Pendidik menjadwal edukasi terkait Screentime/Batasan Penggunaan Gadget di kelas
orang tua.
Di satuan PAUD, pendidik membuat pembelajaran dengan tema Teknologi atau tema lain
yang menjadi wadah untuk mengalirkan informasi terkait screentime pada anak usia dini

Tempat
Kelas orang tua dapat dilakukan di satuan PAUD atau di tempat lainnya yang disepakati
bersama dengan orang tua baik virtual maupun tatap muka dengan protokol kesehatan.

Pelaksana
Materi screentime disampaikan oleh pendidik, Kepala PAUD dan narasumber dari luar
yang ahli

Sarana
Buku, poster, materi, video, audio dan alat peraga pendukung terkait materi screentime
ini

51

Langkah-langkah
• Pendidik menyepakati jadwal materi screentime bersama orang tua
• Pendidik mengundang dan memotivasi orang tua hadir di kelas orang tua
• Pendidik meminta orang tua menyampaikan harapannya dengan mengikuti
kegiatan kelas orang tua dengan materi screentime
• Pendidik membuka diskusi dengan menanyakan kebiasaan penggunaan gadget,
televisi, media visual di rumah
• Pendidik menyampaikan informasi materi Screentime kepada orang tua
• Pendidik mengajak orang tua membuat jadwal satu hari anak sejak bangun sampai
tidur di malam hari
• Pendidik mengajak orang tua untuk menginventarisir kegiatan main bersama anak
di rumah
• Pendidik menyampaikan perasaan dan pesan terkait kegiatan kelas orang tua
dengan materi screentime ini

Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi (Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi). Pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak usia dini lebih
menekankan kepada proses pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai dewasa
sehat dan mengasah kemampuan/ daya tangkal peserta didik untuk menghindarkan diri
dari perilaku berisiko atau pengaruh luar yang akan berdampak negatif bagi kesehatan
mereka khususnya kesehatan reproduksi.

Materi
Materi kesehatan reproduksi yang diberikan bagi anak usia dini antara lain:

1. Pengenalan alat reproduksi
2. Pengenalan fungsi alat reproduksi
3. Keterampilan membersikan dan merawat alat reproduksi
4. Nilai, norma, batasan diri dan hubungan dengan orang lain
5. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
6. Masalah kesehatan reproduksi peserta didik
7. Gender dan kekerasan

Waktu
• Pembiasaan membersihkan alat reproduksi setelah BAK dan BAB dengan benar
• Pembelajaran dengan tema Tubuhku dan atau Kesehatanku

52

• Kegiatan insidental sesuai keadaan dan komunikasi yang timbul dipercakapan
anak

Pelaksana
Pendidik di Satuan PAUD dan orang tua di rumah. Pendidik mengedukasi orang tua
melalui kelas orang tua dengan materi Kesehatan Reproduksi.
Sarana
Buku-buku pedoman/panduan kesehatan reproduksi, alat peraga berupa foto, boneka,
patung anatomi manusia.
Langkah-Langkah

• Pendidik menyiapkan Prosedur Operasional Standar mendampingi dan
menyiapkan anak mandiri BAK/BAB

• Pendidik membuat pembelajaran dengan tema Tubuhku dan atau Kesehatanku
• Pendidik memasukan kesehatan reproduksi dalam tujuan pembelajaran
• Pendidik mempersiapkan buku dan alat peraga pendukung
• Pendidik merencanakan dan melaksanakan 4 kegiatan di proses pembelajaran:

Pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan saat main, pijakan setelah
main
• Pendidik mencatat perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak terkait
kesehatan reproduksi

4.2. Pelayanan Kesehatan

Pengertian
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok
dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan Pasal 6, SKB 4 Menteri tahun 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah, jenis layanan kesehatan di
Satuan PAUD seperti tampak pada Tabel 7.

53

Tabel 7. Jenis Layanan Kesehatan pada UKS/M PAUD

No Jenis Layanan Kesehatan UKS/M Waktu Pelaksanaan Pelaksana, Sarana
PAUD Prasarana

1 Pemeriksaan Kesehatan

a. Deteksi dini faktor risiko Penerimaan murid Pendidik, Form
penyakit (TB balita, Covid- 19 baru, tahun ajaran Pemeriksaan, Buku
dll) baru dan berkala KIA

b. Pemantauan pertumbuhan • Penimbangan Pendidik, timbangan,
anak sesuai usia berat badan 1x antropometri, Buku
sebulan KIA
c. Pemantauan perkembangan
anak sesuai usia • Pengukuran Pendidik, orang tua,
tinggi badan 1x Buku KIA, Panduan,
sebulan Form Pencatatan

• Pengukuran
lingkar kepala
1x6 bulan

Setiap hari, terjadwal
dan berkala

2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang terjadwal dan kerjasama dengan
berkala Puskesmas

3 Pemeriksaan dan perawatan gigi 1x6 bulan Jadwal & kerjasama
dan mulut dengan Puskesmas
& dokter gigi
Pertolongan Pertama pada insidental
4 Kecelakaan (P3K)/Pertolongan Pendidik, Kotak P3K
terisi lengkap,
Pertama pada Penyakit (P3P) Panduan (SOP)

5 Pemberian imunisasi Sesuai jenis Tenaga kesehatan,
imunisasi Buku KIA

• 1 x setahun

6 Pemberian Vitamin A • untuk usia 6 – 11 Puskesmas,
bulan (Februari Posyandu, Vitamin A
atau Agustus) Kapsul Biru dan
2 x setahun Vitamin A Kapsul
untuk usia 1 – 5 Merah
tahun (Februari

dan Agustus)

54

7 Pemberian obat cacing 1-2 x setahun Puskesmas

8 Penyuluhan kesehatan dan Setiap hari atau SDM khusus
konseling terjadwal Pendidik yang sudah
dilatih

9 Rujukan kesehatan ke Jika ada kelainan & kerjasama dengan
puskesmas/rumah sakit gangguan kesehatan puseksmas/rumahs
tertentu akit/Tenaga
Kesehatan

Permenkes No. 2269/Menkes/PER/ XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan PHBS

4.2.1. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaaan kesehatan yang dilakukan antara lain pemeriksaan dari ujung rambut
sampai dengan ujung kaki (rambut, kuku, kulit), skrining faktor risiko TB Balita, gejala
Covid-19 dan penyakit pada umumnya, penimbangan berat badan, panjang badan atau
tinggi badan, lingkar kepala dan ceklis perkembangan sesuai usia anak.

Waktu
• Pada awal tahun ajaran baru
• Saat ada anak baru mendaftar masuk ke PAUD diluar jadwal tahun ajaran baru
• Berkala dan terjadual sesuai kesepakatan

Tempat
Di halaman, aula, ruang kelas, yang memungkinkan pendidik dapat mewawancarai orang
tua dengan nyaman dalam beberapa saat

Pelaksana:
Pendidik dan tenaga kependidikan PAUD

Sarana:
- Timbangan
- Pengukur tinggi badan
- Pengukur lingkar kepala
- Buku KIA (Kurva pertumbuhan, ceklist perkembangan)
- Intrumen skrining TBC m-KIA (Lampiran 6), atau Lembar Skrining TBC di PAUD/TK
(Lampiran 7)
- Tempat duduk untuk pendidik melakukan wawancara dengan orang tua dan
bercakap dengan anak.

55

Langkah-langkah:

- Orang tua diminta untuk membawa Buku KIA anak

- Pendidik mengajak anak dan orang tua duduk di kursi konsultasi dan melakukan
percakapan yang nyaman dengan anak dan orang tua

- Pendidik mengumpulkan Buku KIA yang dibawa orang tua

- Bagi orang tua yang belum memiliki Buku KIA, pendidik memfasilitasi orang tua

memiliki Buku KIA ini. Buku KIA dapat diakses pada link

https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAHUN%20

2020%20BAGIAN%20ANAK.pdf

- Pendidik meminta orang tua mengisi kuesioner Riwayat Kesehatan Anak

- Pendidik melakukan pemeriksaan kesehatan umum anak

- Pendidik melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan
lingkar kepala dengan alat ukur yang valid dengan cara yang benar (lihat Lampiran
8)

- Pendidik mencatat data pemeriksaan kesehatan, berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala anak di Buku KIA

- Terkait skrining TBC, pendidik menanyakan ke orang tua dan lihat apakah balita
memiliki satu atau lebih gejalaberikut:
1. Gizi buruk (Anak terlihat sangat kurus)
2. Berat badan tidak naik dua bulan berturut-turut
3. Batuk > 2 minggu
4. Demam > 2 minggu
5. Riwayat kontak dengan pasien TBC
Rujuk ke puskesmas jika ada satu atau lebih gejala di atas

4.2.2 Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Sesuai Usia
Waktu

• Pada awal tahun ajaran baru
• Terjadual dan berkala
• Pemantauan pertumbuhan idealnya dilakukan sebulan sekali, dan pemantauan

perkembangan setiap hari, terjadual dan berkala

Tempat
Di halaman, aula, ruang kelas, yang memungkinkan pendidik dapat mewawancarai
orang tua dengan nyaman dalam beberapa saat

56

Pelaksana:
Pendidik dan tenaga kependidikan PAUD

Sarana:
• Timbangan
• Pengukur tinggi badan
• Pengukur lingkar kepala
• Buku KIA (Kurva pertumbuhan, ceklist perkembangan)
• Tempat duduk untuk pendidik melakukan wawancara dengan orang tua dan
bercakap dengan anak.

Jika di PAUD (TK/RA/BA) terdapat Pendidik terlatih SDIDTK, maka sarana tambahan
yang diperlukan antara lain:

• Instrumen TDD
• Snellen E untuk TDL

Langkah-langkah:

- Orang tua diminta untuk membawa Buku KIA anak

- Pendidik mengajak anak dan orang tua duduk di kursi konsultasi dan melakukan
percakapan yang nyaman dengan anak dan orang tua

- Pendidik mengumpulkan Buku KIA yang dibawa orang tua

- Bagi orang tua yang belum memiliki Buku KIA, pendidik memfasilitasi orang tua

memiliki Buku KIA ini. Buku KIA dapat diakses pada link

https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20TAHUN%20

2020%20BAGIAN%20ANAK.pdf

- Pendidik meminta orang tua mengisi cek list perkembangan

- Pendidik melakukan pemeriksaan kesehatan umum anak

- Pendidik melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan
lingkar kepala dengan alat ukur yang valid dengan cara yang benar (lihat Lampiran
8)

- Pendidik mencatat data pemeriksaan kesehatan, berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala anak di Buku KIA

Untuk pendidik terlatih, dapat melakukan assessment:
a. Mengisi kuesioner Tes Daya Dengar (TDD)
b. Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)

57

Pada saat Pandemi seperti saat ini, dimana satuan PAUD belum diperkenakan untuk
pembelajaran tatap muka, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan tetap dapat
dilakukan dengan pilihan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan di Satuan PAUD dengan ketentuan sebagai berikut:
• Satuan telah memiliki perjanjian dengan orang tua
• Anak tidak dipantau dalam satu waktu bersamaan tapi bergiliran, 5 anak dalam
satu waktu
• Pemantauan dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan

b. Pelaksanaan dilakukan di Posyandu
Pendidik dapat bekerjasama dengan posyandu dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:
- Satuan berkomunikasi dan berkoordinasi serta menyepakati dengan Posyandu
terkait jadwal pengukuran pertumbuhan bagi peserta didiknya
- Pendidik mengkomunikasikan kepada orang tua terkait jadwal dan ketentuan
protokol kesehatan saat pengukuran di Posyandu
- Pendidik memastikan Posyandu melaksanakan pemantauan dengan mengikuti
protokol kesehatan sesuai Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa
Pandemi COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan (Kemenkes, 2020)
- Pendidik memastikan alat ukur yang digunakan posyandu dalam keadaan baik
- Pendidik meminta data hasil pengukuran

c. Pemantauan dilakukan di rumah.
Jika sarana pendukung dimiliki orang tua/keluarga, pemantauan dapat dilakukan
orang tua/keluarga dengan dukungan dan bimbingan Pendidik. Beberapa hal yang
harus diperhatikan sebagai berikut:
- Pendidik telah memberikan petunjuk cara pengukuran yang benar dan tepat
- Pendidik memastikan alat pengukuran berat badan, tinggi/panjang badan,
lingkar kepala dalam keadaan baik
- Pendidik mendampingi dan menguatkan orang tua untuk mengisi Buku KIA
- Pendidik meminta orang tua/keluarga melaporkan hasil pemantauan

58

Tabel 8. Contoh Formulir Rekapitulasi DataPemantauan Pertumbuhan dan
Perkembangan

DATA REKAP PENGUKURAN ANTROPOMETRI ANAK DAN
HASIL PERKEMBANGAN SESUAI USIA
PAUD/TK/KB/TPA/SPS………………..
TAHUN AJARAN 2020/2021

Tanggal Pengukuran: 20 Juli 2019

No NAMA JK USIA Data Pertumbuhan Status Gizi Hasil
(L/K) Perkembang
12 BB TB LK IMT BB TB BB/ IMT/ LK/
1 Faqih Baihaqi 34 (Kg) (cm) (cm) /U /U TB U U an Sesuai
L 3 tahun 8 12 13 Usia
2 Gina Apriliani 5 6 7 17,0 9 10 11
11 G N L TL
3 Nabil Aghni bulan 18 103 50,5 N Tn Gl
Fadhillah P 3 tahun 14 15
4 bulan 14 93 51 16,2 N Tn Gn N N L
4 Adelweis Haura N
Sausan L 3 tahun 13 96 51 16,2 K P Gk K N L
8 bulan N
5 Amelia Fauziah 15 105, 51,5 13,5 N Tn Gn N N TL
P 4 tahun 5
6 Yukkio Andreas 9 bulan L
19 109 51 16 N Tn Gn N
7 P 4 tahun L
8 8 bulan 17 108 49,5 14,7 N
9 TL
10 L 5 tahun
11 Dst 1 bulan

Keterangan:
JK : Jenis Kelamin
BB: Berat Badan (Kg)
TB: Tinggi Badan (cm)
LK: Lingkar Kepala (cm)
IMT: Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)
BB/U: Status gizi berat badan berdasarkan umur anak (SK/Sangat Kurus; K/Kurus; N/Normal,
RBBL/Resiko Berat Badan Lebih
BB/TB: Status gizi berdasarkan tinggi badan anak (Gb/Gizi buruk; Gk/Gizi kurang; Gn/Gizi normal;

Gl/Gizi lebih; O/Obesitas

TB/U: Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (SP/Sangat Pendek;P/Pendek; Tn/Tinggi

Normal; Ti/Tinggi

59

LK/U: Status lingkar kepala berdasarkan Umur Anak (Mi/Mikrosefal;
N/Normal;Ma/Makrosefal)
Pengisian L jika seluruh ceklist perkembangan di jawab Ya, TL jika salah satu terdapat
jawaban tidak

4.2.3. Pemeriksaan dan Perawatan Gigi Mulut

Waktu
Pemeriksaan kesehatan dan perawatan gigi mulut dilakukan minimal 6 bulan sekali
sesuai waktu yang disepakati dengan tenaga kesehatan.

Tempat
Di Satuan PAUD (ruang UKS, ruang kelas, aula, dll)

Pelaksana
Tenaga kesehatan dari puskesmas/Rumah sakit

Sarana
Sarana pemeriksaan Kesehatan seperti :

- Buku KIA (Catatan Kesehatan Gigi)
- Peralatan gigi yang disiapkan oleh tenaga Kesehatan

Langkah-Langkah
• Satuan PAUD menghubungi puskesmas/Rumah Sakit untuk menjalin kerjasama
• Puskesmas sudah menyepakati jadwal pemeriksaan, pembagian tugas dan
identifikasi sarana pemeriksaan kesehatan.
• Tenaga Kesehatan Puskesmas mengunjungi Satuan PAUD untuk melakukan
pemeriksaan
• Satuan PAUD memfasilitasi dan membantu pelaksanaan pemeriksaan oleh
Puskesmas.
• Puskesmas melaporkan hasil pemeriksaan melalui rekapitulasi hasil
• Puskesmas memberikan daftar nama peserta didik yang direkomendasikan
dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
• Puskesmas memberikan rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan Satuan
PAUD untuk meningkatkan kesehatan gigi peserta didik.
• Satuan PAUD mendokumentasikan hasil pemeriksaan
• Satuan PAUD menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

60

4.2.4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pertolongan Pertama
terhadap Penyakit (P3K dan P3P)

Pengertian
Pemberian P3K dan P3P dilakukan sebagai penanganan awal terhadap cedera atau
kejadian sakit yang terjadi di Satuan PAUD sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
di fasilitas kesehatan apabila masalah cedera/sakit belum terselesaikan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit/ cedera.

Kegiatan
P3K
Cedera seperti jatuh, luka, patah tulang dan lain-lain dapat saja terjadi di satuan PAUD.
Penanganan P3K yang diberikan disesuaikan dengan jenis cedera yang terjadi.

P3P
Kejadian sakit juga bisa terjadi saat anak di satuan PAUD seperti demam, diare, sakit
perut, mimisan, pingsan, sakit kepala dan lain lain. Penanganan yang diberikan berupa
pengobatan sederhana untuk mengatasi gejala awal yang ringan. Setelah mendapatkan
pengobatan awal, peserta didik yang sakit diminta untuk beristirahat di ruang UKS.
Apabila sakit masih berlanjut atau jenis sakit tidak ringan maka satuan PAUD harus
menginformasikan kondisi tersebut ke orang tua, menyarankan dan merujuk peserta
didik tersebut ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

Pelaksana
Pendidik UKS/M dan Pendidik lainnya yang terlatih

Waktu
Pemberian P3K dan P3P dilakukan segera apabila terdapat peserta didik yang mengalami
cedera/sakit di satuan PAUD.

Tempat
Ruang UKS/M atau lokasi kondusif lainnya di lingkungan PAUD

Sarana
• Peralatan P3K di ruang UKS/M yang berisi alat dan bahan standar

61

• Obat-obatan sederhana di kotak P3K
1. Obat penurun panas/deman, misalnya Paracetamol max 4 dosis/ hari :
• bln–1 thn: 60 – 125 mg/ dosis;
• 1 – 5 thn: 120 – 250 mg/ dosis;
• 6– 12 thn: 250 – 500 mg/dosis
2. Obat pereda rasa nyeri (bisa parasetamol atau ibuprofen)
3. Obat alergi (krim hidrokortison untuk alergi pada kulit)
4. Larutan rehidrasi oral (oralit)
5. Krim gatal seperti calamine atau bedak dingin
6. Krim luka bakar (bisa juga menggunakan gel aloe vera)

Langkah-Langkah
1. Satuan PAUD diharapkan sudah mendapatkan informasi dari orang tua terkait
penyakit-penyakit yang sering dialami anak atau anak menderita kelainan penyakit
tersebut seperti asma, kejang saat panas tinggi, alergi, dll
2. Lembaga PAUD mengidentifikasi kebutuhan dan menyediakan sarana prasarana
(peralatan dan obat-obatan sederhana) untuk P3K dan P3P.
3. Lembaga PAUD berkoordinasi dengan Puskesmas untuk melatih Pendidik UKS/M
dan Pendidik lainnya untuk memberikan P3K dan P3P.
4. Satuan PAUD membuat pedoman penanganan kecelakaan dan penanganan pertama
saat anak sakit selama di satuan PAUD
5. Lembaga PAUD menyusun jadwal piket Pendidik UKS

62

6. Petugas piket UKS/M melakukan pencatatan pemberian P3K dan P3P dan
memantau perkembangan kondisi peserta didik yang diberikan P3K atau P3P.

7. Petugas piket UKS/M memberikan penanganan pertama anak yang mengalami kecelakaan
dan sakit saat anak di Satuan PAUD

8. Apabila sakit masih berlanjut atau jenis sakit tidak ringan, maka Pendidik UKS/M
PAUD harus menginformasikan kondisi tersebut ke orang tua, menyarankan dan
merujuk peserta didik tersebut ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya

4.2.5. Imunisasi
Pengertian
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes No. 12 tahun
2017 tentang penyelenggaraan imunisasi) .

Kegiatan
Kegiatan pengidentifikasian imunisasi dilakukan pendidik pada saat penerimaan
peserta didik baru sebagai bagian data riwayat kesehatan anak. Bagi pendidik yang
melayani anak usia 0 -12 bulan perlu mendorong orang tua agar memastikan
kelengkapan imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan sesuai jadwal pelayanan
imunisasi yang terdapat pada Buku KIA 2020.

Waktu
Jadwal imunisasi sesuai usia seperti tampak pada Tabel 9 dibawah ini.

Tempat
Pendidik dapat mendorong orang tua untuk membawa anaknya ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memberikan imunisasi pada anak seperti Posyandu, Puskesmas, Klinik
dan Rumah Sakit.

Pelaksana
Dokter/tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan melakukan imunisasi.

63

Tabel 9. Jadwal Imunisasi Sesuai Usia
64

4.2.6. Pemberian Vitamin A
Pengertian
Pemberian Vitamin A bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mata dan pertumbuhan
anak. Vitamin A diberikan kepada anak diatas usia 6 bulan..

Waktu
Untuk anak usia 6 – 11 bulan sekali setahun pada bulan Februari atau Agustus,
sementara untuk anak usia 1 – 5 tahun dua kali dalam setahun di bulan Februari dan
Agustus.

Tempat
Kelas masing-masing, puskesmas, posyandu.

Pelaksana
Puskesmas, Pendidik UKS/M, kader kesehatan sekolah/madrasah.

Sarana
• Kapsul Vitamin A Biru untuk anak usia 6 – 11 bulan dan Kapsul Vitamin A untuk anak
usia 1 – 5 tahun.
• Buku KIA atau lembar pencatatan pemberian Vitamin A yang disediakan oleh
Puskesmas.

Langkah-Langkah
• Petugas Puskesmas berkoordinasi dengan kepala sekolah/madrasah dan pendidik
untuk menjadwalkan pemberian Vitamin A kepada peserta didik.
• Pada hari pelaksanaan, Pendidik membantu petugas Puskesmas untuk mengatur
peserta didik.
• Petugas Puskesmas dibantu pendidik melakukan pencatatan dan pelaporan.

4.2.7. Pemberian Obat Cacing
Pengertian
Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh manusia
yang ditularkan melalui tanah. Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal Cacingan
(POPM) disebut POPM Cacingan merupakan pemberian obat cacing secara serentak
kepada semua penduduk sasaran di wilayah berisiko cacingan sebagai bagian dari
upaya pencegahan penularan cacingan.

Waktu
POPM Cacingan dilaksanakan dua kali dalam 1 (satu) tahun untuk daerah

65

kabupaten/kota dengan prevalensi tinggi dan satu kali dalam 1 (satu) tahun untuk
daerah kabupaten/kota dengan prevalensi sedang. Pemberian obat cacing diberikan
pada peserta didik tingkat PAUD (TK/RA/BA).
Tempat
Kelas masing-masing.

Pelaksana
Puskesmas, Pendidik UKS/M, kader kesehatan sekolah/madrasah.

Sarana
• Obat cacing.
• Buku KIA atau lembar pencatatan pemberian obat cacing yang disediakan oleh

Puskesmas.

Langkah-Langkah
• Petugas Puskesmas berkoordinasi dengan kepala sekolah/madrasah dan Pendidik

untuk menjadwalkan POPM cacingan kepada peserta didik
• Pada hari pelaksanaan POPM Cacingan, Pendidik membantu petugas Puskesmas

untuk mengatur peserta didik
• Petugas Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan

4.2.8. Pelayanan anak inklusi
PAUD yang menerima anak dengan disabilitas dapat bekerjasama dengan Psikolog atau
Terapis diuntuk memberikan pelayanan secara berkala.

4.2.9. Rujukan
Apabila dari hasil pemantauan pertumbuhan dan perkembangan diperoleh hasil yang
tidak sesuai dengan usia anak misalnya tren kenaikan berat badan yang tidak sesuai dan
cek list perkembangan tidak lengkap setelah dilakukan intervensi, maka pendidik dapat
merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

4.3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Pengertian
Pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah usaha untuk menciptakan kondisi
lingkungan sekolah/madrasah yang sehat dan dapat mendukung proses pendidikan
sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan, sikap maupun
keterampilan.
Menurut neurosain, pendidikan dimaknai kegiatan stimulasi yang menyambungkan sel-
sel otak anak. Hal ini terjadi setiap detik kehidupan anak. Semua yang dilihat, didengar,

66

dirasakan, dialami anak akan mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Semua hal yang berada di dekat anak akan menjadi Pendidik bagi anak. Berdasarkan hal
tersebut lingkungan adalah semua hal yang berada didekat anak baik fisik maupun non
fisik.

4.3.1. Penyediaan Lingkungan Fisik Anak yang Kondusif
Lingkungan fisik anak meliputi: gedung, seluruh ruangan di dalam gedung, sarana
prasarana, peralatan, alat bermain dan seluruh peralatan yang dapat dimanfaatkan
sebagai tempat dan media bermain anak. Alat bahan main (material) ditata sedemikian
rupa untuk mendukung kegiatan main yang eksploratif dan kreatif.
Dalam melakukan penataan lingkungan fisik pendidik harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:

a. Aman
Aman dari benda-benda berbahaya, situasi yang berbahaya, binatang yang
berbahaya dan lainnya. Anak terhindar dari bahan-bahan kimia yang berbahaya,
misalnya cat besi dengan zat kimia tertentu

b. Nyaman
Anak merasa nyaman, artinya anak nyaman dan ergonomic dengan tempat dan
material terbuka yang digunakannya. Setiap ruangan belajar sebaiknya ada
tanaman dengan ukuran dan jenis yang sesuai bagi anak.

c. Bersih.
Lingkungan fisik harus bersih. Bersih bukan hanya tidak berdebu tapi juga bebas
dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau juga bebas dari virus,
bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya

Gambar 5. Lingkungan Fisik Di Luar Dan Di Dalam Gedung

67

d. Udara Sehat
Oksigen sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kerja otak. Sirkulasi
udara diciptakan kondusif dengan pengaturan ventilasi, jendela dan pintu
dan jarak antara lantai dan langit-langit. Diupayakan satu anak dengan space
ruang 3 meter persegi.

e. Sinar matahari
Idealnya bangunan dirancang agar sinar matahari pagi masuk ke ruangan.
Jika ruangan penuh keterbatasan, sebaiknya bermain dan beraktivitas
dikombinasikan di dalam dan di luar ruangan.

d. Bermakna
Lingkungan dilengkapi dan ditata untuk menjawab kebutuhan anak,
kurikulum, tujuan pembelajaran dan tahap tumbuh kembang anak

e. Menarik
Ruangan ditata menarik sehingga dapat mengundang anak untuk bermain
dan beraktivitas sesuai tujuan yang ingin dicapai. Alat dan bahan main ditata
menarik dengan pesan terbaca dari penataan main tersebut.

Gambar 6. Lingkungan Di Dalam Kelas dan Penataan Alat Bahan Main
Pemeliharaan Sanitasi Sekolah dan Pengelolaan Sampah
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau
mengendalikan faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan
penyakit. Sarana prasarana sanitasi yang diperlukan antara lain air bersih yang cukup,

68

jamban sehat, sarana cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pembuangan limbah
cair dan tempat sampah terpilah. Sanitasi berkaitan erat dengan pelaksanaan
pembiasaan hidup bersih.

Kegiatan
1. Perencanaan pembersihan seluruh bagian Satuan PAUD telah dibuat yang memuat

jadwal pembersihan, pemeriksaan berkala dan personil yang bertugas
2. Pemeriksaan kebersihan seluruh lingkungan Satuan PAUD dilakukan setiap hari

dengan menggunakan cek list item pemeriksaan.
3. Cek list item pemeriksaan ditempel di dinding atau tempat yang mudah terlihat oleh

semua
4. Pembersihan dan disinfeksi ruang kelas, ruang pendidik, dapur, perpustakaan, dan

semua ruangan yang terdapat di sekolah/madrasah setiap hari.
5. Pembersihan dan disinfeksi sarana yang sering tersentuh dengan tangan seperti

pegangan pintu, tombol lampu, meja/kursi setiap hari.
6. Pembersihan sarana luar kelas seperti lapangan.
7. Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah setiap hari.
8. Pengumpulan sampah dari berbagai lokasi tempat sampah di sekolah/ madrasah ke

Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara setiap hari atau kurang dari sehari
apabila sampah sudah mencapai ¾ dari isi.
9. Kerja bakti.
10. Pelaksanaan 3R (reuse, reduce, recycle).
a. Reuse : menggunakan kembali.
b. Reduce : berupaya mengurangi sampah.
c. Recycle : mendaur ulang.
Waktu
• Pembersihan dan disinfeksi dilakukan minimal 2 kali/hari.
• Pembuangan sampah ke tempat sampah tertutup dan terpilah serta ke TPS

dilakukan setiap hari.
• Pelaksanaan reuse atau recycle dilaksanakan 1 kali/minggu atau sesuai

kebutuhan.

Tempat
Di seluruh lingkungan satuan PAUD.

Pelaksana
Kepala PAUD, pendidik dan wali kelas, peserta didik, orang tua/ wali, tenaga
kependidikan, masyarakat sekitar satuan.

69

Sarana
• Surat Edaran/Peraturan penerapan dari sekolah/madrasah.
• Tempat sampah tertutup dan terpilah di setiap kelas, di kamar mandi, di dapur, di

halaman, dll. Tiap tempat sampah dilapisi plastik.
• Alat-alat kebersihan: sapu, plastik
• Cairan pembersih/disinfektan
• Tempat pembuangan sampah sementara terbuat dari bata atau drum yang disertai

tutup
• Lokasi pengumpulan sampah untuk di gunakan kembali/Bank Sampah
• Tempat pengolahan sampah/sarana pembuatan pupuk

Langkah-Langkah
• Satuan PAUD bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Kebersihan/ Lingkungan
Hidup melakukan orientasi kegiatan sanitasi di Satuan PAUD, pengelolaan sampah,
pengenalan daur ulang sampah dan pembuatan pupuk.
• Satuan PAUD menunjuk pendidik yang akan menjadi pembimbing dalam
pengelolaan dan daur ulang sampah hingga pembuatan pupuk.
• Pendidik membuat jadwal pelaksanaan pengelolaan sampah.
• Warga Satuan PAUD juga orang tua membantu pelaksanaan pengawasan sanitasi,
kerja bakti dan melaksanakan 3R.
✓ Reduce: Tim pengelola sampah menggunakan wadah atau tempat
makanan/minuman yang tidak sekali pakai sehingga dapat mengurangi volume
sampah plastik bungkus makanan/minuman di sekolah/madrasah.
✓ Reuse: Pendidik UKS/M membimbing warga PAUD untuk menggunakan dan
memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi
sesuatu yang baru.
✓ Recycle: Satuan PAUD mendaur ulang sampah organik menjadi kompos ataupun
sampah anorganik menjadi bahan baru yang bernilai ekonomis.
Satuan PAUD dapat menjalin kerjasama dengan lintas Lembaga untuk menguatkan
pelaksanaan 3R ini. Pendidik dan tenaga kependidikan ditingkatkan kapasitas
pelaksanaan 3R ini dengan mengikuti pelatihan.

Pemanfaatan Pekarangan Satuan PAUD
Pengertian
Pemanfaatan pekarangan satuan PAUD adalah memanfaatkan tanah atau halaman di
sekitarnya untuk menanam berbagai macam tanaman.

70

Kegiatan
Pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui kegiatan:
• Memanfaatkan halaman atau lahan yang masih kosong untuk ditanami tanaman

obat, sayuran, buah serta tanaman pengusir nyamuk.
• Memberi label pada tanaman sebagai sarana edukasi (nama latin tanaman, nama

Indonesia, nama daerah serta manfaatnya).
• Mengintegrasikan ke kurikulum dengan menjadikan tanaman sebagai tema di

Rencana Pembelajaran
• Menjadikan kegiatan berkebun sebagai kegiatan puncak Tema Tanaman
• Kegiatan berkebun dilakukan bersama anak dengan mengikuti 4 tahap

pembelajaran:
1. Pijakan lingkungan dengan menyiapkan alat dan bahan,
2. Pijakan sebelum berkebun dengan bercerita dan membacakan buku terkait

tanaman yang akan ditanam,
3. Pijakan saat berkebun dengan cara pendidik menjadi model seraya

menginformasikan terkait tanaman, memperluas ide anak serta
mengembangkan seluruh aspek meliputi Nilai Agama dan Moral, Fisik, Kognitif,
Bahasa dan Sosial Emosional anak,
4. Pijakan setelah main dengan cara pendidik menanyakan kepada setiap anak apa
yang dikerjakan anak dan perasaannya saat berkebun lalu diikuti dengan
meminta anak membuat berbagai karya dengan berbagai alat dan bahan main
untuk merepresentasikan kegiatan berkebun

Gambar 7. Kegiatan berkebun terintegrasi pembelajaran bertemakan Tanaman

Waktu
Pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan berbagai tema antara lain tanaman
dengan sub tema tanaman sumber zat gizi, tanaman hias, tanaman obat-obatan

71

Tempat
Pekarangan satuan PAUD.

Sasaran
Peserta didik, Pendidik dan warga satuan PAUD.

Pelaksana
Seluruh warga satuan dan dinas terkait.

Sarana
1. Bibit sayur, bibit buah, bibit tanaman obat-obatan, bibit tanaman hias, pupuk, alat

berkebun, air.
2. Sayuran

• Aneka sayuran daun: bayam, kangkung, sawi/sayuran daun, dll.
• Aneka sayuran buah: cabai rawit, cabai keriting, tomat, terong, dll.
• Aneka sayur umbi: bawang merah, bawang putih, kentang, dll atau disesuaikan

dengan kearifan lokal masing-masing.
3. Tanaman obat

• Tanaman obat jenis temu-temuan (empon-empon): jahe, kunyit, kencur,
temulawak, dll.

• Tanaman obat jenis daun: kelor, katuk, kumis kucing, lidah buaya, meniran,
pegagan, seledri, dll.

• Tanaman obat jenis biji: jintan hitam, dll.
• Tanaman obat jenis buah: jeruk nipis, lemon, jambu biji, dll.
• Tanaman obat jenis batang: serai dapur, sereh, dll.
• Tanaman obat pengusir nyamuk: lavender, zodiac, merygold, serai wangi,

kecombrang, rosemary, geranium, dll.
Catatan: atau tanaman obat yang ditanam disesuaikan dengan kearifan lokal
masing-masing daerah.
4. Kompos dan atau pupuk organik
• Botol plastik bekas dan/atau kaleng bekas atau disesuaikan dengan kearifan
lokal masing-masing daerah.
• Benih ikan tawar yang mudah dibudidayakan (ikan mas, lele, nila, patin, gurame,
belut, dll) serta ikan pemakan jentik (ikan cupang dan ikan kepala timah) atau
disesuaikan dengan kearifan lokalmasing-masing.

Langkah-Langkah

• Pendidik membuat rencana pembelajaran dengan tema tanaman

72

• Pendidik menginformasikan kegiatan dan jadwal kegiatan berkebun kepada anak
dan kepada orang tua

• Pendidik bersinergi bersama orang tua untuk pengadaan alat dan bahan
berkebun.

• Pendidik menyiapkan pilihan tanaman yang akan dibawa peserta didik
• Setiap peserta didik membawa bibit tanaman sesuai dengan sub tema kegiatan
• Tanaman ditanam lansung di taman dan di kebun yang sudah disiapkan
• Selain taman dan kebun, penanaman tanaman juga bisa dilakukan dengan

memanfaatkan botol/kaleng plastik sebagai wadah tanam terutama untuk
satuan PAUD dengan lahan yang terbatas.
• Bila satuan PAUD memiliki sarana pengairan/ dekat dari sumber air tawar peserta
didik diwajibkan untuk membawa benih ikan tawar yang akan dibudidayakan di
empang/ kolam/ embung/ dan lain- lain, yang dimiliki oleh sekolah/madrasah
• Setiap kelas memiliki kewajiban untuk membentuk taman kelas dan menghiasi
ruangan kelas dengan tanaman di pot.
• Perawatan budidaya di taman/kebun/kolam dilakukan oleh peserta didik secara
bergilir setiap minggunya. Perawatan yang dilakukan antara lain menyiram
tanaman setiap hari dan memberi pupuk atau kompos pada tanaman, pakan bagi
budidaya ikan tawar. Perawatan ini dilakukan dengan bimbingan pendidik.
• Satuan PAUD dapat melakukan kemitraan dengan Dinas Lingkungan Hidup
untuk pemanfaatan pekarangan sekolah.

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pengertian
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah tindakan pemberantasan sarang nyamuk
melalui kegiatan menutup, menguras dan memanfaaatkan barang bekas yang masih
bernilai (yang dikenal dengan istilah 3M).

Kegiatan
Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya bahwa kegiatan diintegrasikan dengan
tema pembelajaran. Begitu juga kegiatan PSN ini dimulai dengan menginformasikan
melalui membacakan buku, pengamatan jentik dan bahaya nyamuk terhadap kesehatan
anak, penjelasan kegiatan 3M (menutup, menguras, memanfaatkan barang-barang bekas
yang masih bernilai ekonomis) serta upaya mencegah gigitan nyamuk. PSN 3M Plus
merupakan kegiatan terencana secara terus-menerus dan berkesinambungan. Gerakan
ini merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit Demam

73

Berdarah serta mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Waktu
PSN dilaksanakan minimal 1 kali dalam seminggu.

Tempat
Lingkungan satuan PAUD

Sasaran
Tempat perkembangbiakan nyamuk.

Pelaksana
Warga satuan PAUD yang bekerjasama dengan dinas terkait

Sarana
Senter, meja jalan, formulir, ciduk.

Langkah-Langkah
• Pendidik mengajarkan kegiatan PSN 3M Plus kepada peserta didik.
• Setiap minggu peserta didik melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus di
PAUD dan rumah/tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pencatatan
hari dan tanggal pelaksanaan, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, ada
tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M Plus yang dilakukan.

4.3.2. Penyediaan Lingkungan Non Fisik Yang Kondusif
Lingkungan non fisik anak terkait kondisi disekitar anak yang dapat mempengaruhi
emosi anak, antara lain cara pendidik berkomunikasi, cara pendidik melakukan
pengasuhan, tindakan perlindungan bagi anak dari kekerasan fisik, psikis dan kekerasan
dalam bentuk apapun termasuk pelecehan seksual pada anak. Pendidik harus
berkomunikasi efektif baik komunikasi lisan maupun komunikasi melalui ormon tubuh
pendidik. Pemilihan kalimat, intonasi, tinggi rendahnya suara memberi pesan dan
berpengaruh pada anak. Pendidik melakukan pengasuhan positif agar terbangun
hubungan yang baik antara pendidik dengan anak, anak merasa nyaman selama di
Satuan PAUD. Kenyamanan hati anak akan mendorong produksi ormone kebahagiaan
anak sehingga semua pembiasaan dan pembelajaran dapat terinternalisasi dengan baik
pada anak. Satuan PAUD harus memiliki berbagai Standard Operational Procedure (SOP)
atau Prosedural Operasional Standar (POS) berkomunikasi, berinteraksi dengan anak,
dll.

74

Penerapan 5 S
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kawasan Tanpa Narkoba
(KTN), Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK), Kawasan Tanpa Pornografi
(KTP)
Pengertian
• Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan sekolah/madrasah adalah ruangan atau

area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, dan/atau mempromosikan rokok.
• Kawasan Tanpa Napza (KTN) adalah kawasan yang terbebas dari kegiatan
penyalahgunaan Napza baik membawa, menggunakan atau mengedarkan Napza.
• Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK) adalah kawasan yang terbebas dari permasalahan
kekerasan baik fisik, psikis maupun sosial termasuk masalah perundungan di
sekolah/madrasah.
• Kawasan Tanpa Pornografi (KTP) dilakukan dengan memastikan tidak ada peserta
didik maupun warga sekolah/madrasah lainnya yang menyediakan, mengakses,
menyimpan dan mengedarkan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalammasyarakat.

Kegiatan
Kawasan Tanpa Rokok dan Napza di sekolah/madrasah dilakukan melalui kegiatan
yang meliputi:
1) Memasukkan larangan terkait rokok dan Napza dalam aturan tata tertib bagi warga

satuan PAUD serta tamu, orang tua yang berkunjung ke satuan PAUD.
2) Melakukan penolakan terhadap penawaran iklan, promosi, pemberian sponsor,

dan/atau kerja sama dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh perusahan rokok
dan/atau organisasi yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau
warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok, untuk
keperluan kegiatan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah/ madrasah.
3) Memberlakukan larangan pemasangan papan iklan, reklame, penyebaran pamflet,
dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan atau yayasan rokok yang beredar
atau dipasang di lingkungan PAUD
4) Melarang penjualan rokok di lingkungan satuan PAUD, koperasi atau bentuk
penjualan lain di lingkungan PAUD dan tidak ada asbak di ruang tamu atau ruang
Pendidik.
5) Memasang tanda kawasan tanpa rokok dan Napza di lingkungan sekolah/
madrasah.

75

Kegiatan Kawasan Tanpa Kekerasan dan Kawasan Tanpa Pornografi dapat dilakukan
melalui kegiatan berikut ini:
1) Membiasakan kepada seluruh warga PAUD (pendidik, peserta didik, karyawan

sekolah/madrasah lainnya termasuk satpam dan petugas kebersihan) untuk
melaksanakan 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan Dan Santun) setiap hari di dalam
lingkungan PAUD.
2) Membiasakan membaca doa setiap mulai jam pelajaran sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
3) Satuan PAUD mengembangkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang aktif,
interaktif, dan menyenangkan misalnya penggunaan multimedia maksimal 30
menit untuk menjelaskan materi kesehatan, berlatih peran, bernyayi, belajar di alam
terbuka (outbond), bercocok tanam bersama, dll.
4) Sekolah/madrasah menerapkan metode penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) yang mendidik dengan memperhatikan kesehatan fisik dan mental
peserta didik.
5) Satuan PAUD menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan/ ibadah misalnya
sholat dzuhur/jumat bersama dilanjutkan kultum, misa, dll.
6) Satuan PAUD mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk
menjadi tempat pembelajaran materi-materi kesehatan fisik dan mental misalnya
wisata alam, dll
7) Satuan PAUD mengembangkan kegiatan yang bersifat gotong royong dan setia
kawan misalnya piket kelas, jumat bersih, menengok teman yang sakit
(mengajarkan empati).
8) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap pendidk, tenaga
kependidikan, orang tua juga peserta didik untuk bijak menggunakan media
informasi.

Waktu
Penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP dilaksanakan sepanjang waktu.

Tempat
Lingkungan satuan PAUD.

Sasaran
Pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan pihak lain di dalam lingkungan PAUD
serta satgas KTR, KTN, KTK dan KTP.

76

Pelaksana
Kepala PAUD, pendidik, dan orang tua peserta didik

Sarana
Surat Edaran/peraturan penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP di satuan PAUD,
spanduk/poster pemberitahuan penerapan KTR, KTN, KTK dan KTP di
sekolah/madrasah.

Langkah-Langkah
• Pembuatan peraturan dari kepala sekolah/madrasah terkait penerapan KTR, KTN,

KTK dan KTP di satuan PAUD.
• Sosialisasi kepada pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, seluruh

warga satuan PAUD, RT/RW di sekitar satuan PAUD tentang KTR, KTN, KTK dan KTP.
• Pembentukan satuan tugas (satgas) yang akan melakukan pengawasan KTR, KTN,

KTK dan KTP di lingkungan satuan PAUD.

4.3.3 Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka
Pandemi masih berlansung sampai saat ini dan kita tidak tahu kapan pandemi berakhir.
Pada masa kebiasaan baru ini pendidik perlu benar-benar memastikan kesiapan
sekolah sebelum mengadakan tatap muka pembelajaran.

Daftar Periksa Kesiapan Satuan Pendidikan sesi Protokol Kesehatan
Satuan PAUD harus memeriksa kesiapannya menjalankan pembelajaran tatap muka.
Tabel berikut ini daftar periksa sesuai protokol Kemenkes yang wajib diisi dan dipenuhi
oleh Satuan sebelum memulai pembelajaran tatap muka

Tabel 9. Daftar Periksa Kesiapan Satuan Pendidikan Sesi Protokol Kesehatan
No Daftar Periksa Kesiapan Satuan Pendidikan
1 Ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan

• Toilet bersih;
• Sarana cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau

cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dan
• disinfektan
2 Mampu mengakses fasilitas layanan kesehatan (puskesmas, klinik, rumah
sakit dan lainnya)

77

3 Kesiapan menerapkan area wajib masker kain atau masker tembus pandang
bagi yang memiliki peserta didik disabilitas rungu

4 Memiliki thermogun (pengukur suhu tubuh tembak)

5 Pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan kegiatan di
satuan pendidikan:
• Memiliki kondisi medis penyerta (komorbid) yang tidak terkontrol
• Tidak memiliki akses dan transportasi yang memungkinkan jaga jarak
• Memiliki riwayat perjalanan dari zona kuning, oranye, dan merah atau
riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan
belum menyelesaikan isolasi mandiri selama 14 hari

6 Membuat kesepakatan bersama komite satuan pendidikan terkait kesiapan
melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. Proses
pembuatan kesepakatan tetap perlu menerapkan protokol kesehatan

Bangunan/Gedung Satuan PAUD
Satuan PAUD mengupayakan bangunan atau gedung yang sehat bagi anak, antara lain
memiliki:
− Sirkulasi udara yang baik
− Sinar matahari masuk ke dalam ruangan
− Akses masuk melalui satu pintu agar memudahkan pemeriksaan dan penyiapan

anak masuk ke dalam lingkungan Satuan PAUD
− Melakukan pengaturan tata letak ruangan dengan memperhatikan:

a) jarak antar orang duduk dan berdiri atau mengantri minimal 1,5 (satu koma lima)
meter, memberikan tanda jaga jarak antara lain pada area ruang kelas, kantin,
tempat ibadah, lokasi antar/jemput peserta didik, ruang pendidik, kantor dan tata
usaha, perpustakaan, dan koperasi;

b) kecukupan ruang terbuka dan saluran udara untuk memastikan sirkulasi yang
baik.

c) Melakukan pengaturan lalu lintas 1 (satu) arah dilorong/koridor dan tangga. Jika
tidak memungkinkan, memberikan batas pemisah dan penanda arah jalur
dilorong/koridor dan tangga.

Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Pembiasaan CTPS akan terbentuk baik jika sarananya tersedia di lingkungan dimana
anak berada, beberapa ketentuan terkait antara lain:
− Jumlah sarana cuci tangan sesuai dengan rasio terhadap anak

78

− Setiap kelas memiliki akses ke fasilitas cuci tangan.
− Setiap fasilitas cuci tangan harus memiliki sabun dan air mengalir.
− Mudah dijangkau oleh semua peserta didik termasuk yang berkebutuhan khusus
− Fasilitas cuci tangan ditempatkan di gerbang masuk sehingga setiap ada yang

masuk langsung mencuci tangan
− Tempatkan poster petunjuk Cuci Tangan Pakai Sabun di setiap fasilitas CTPS

Ruangan Kelas
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk ruangan kelas, antara lain:
− Penanda tempat berdiri anak saat antri agar antar anak berjarak aman. Misalkan

memberi gambar kaki di lantai dengan jarak sesuai protokol kesehatan pada pintu
masuk ruangan kelas, di depan dispenser, dll
− Alat permainan tidak digunakan bersama tiap individu
− APE disemprot disinfektan setelah digunakan
− Ruangan bersih, sehat, aman dan nyaman
− Ruangan dibersihkan dan disemprot disinfektan setiap selesai kegiatan
− Pihak luar misalkan penilik/pengawas yang akan mengobservasi anak dilakukan
tanpa masuk ke ruang kelas

Ruang Tidur (Layanan TPA)
Ruang tidur bagi anak di TPA diharapkan memenuhi ketentuan antara lain:
- Satu anak, satu tempat tidur
- Seprai dicuci setiap hari
- Ruang didisinfeksi setiap hari
- Antara tempat tidur berjarak minimal 1,5 meter
- Antar tempat tidur diberi pembatas jika jarak antar tempat tidur kurang dari 2 meter

Kamar Mandi
- Ada penanda di lantai untuk berdiri antri masuk
- Tidak menggunakan kamar mandi bersama-sama

79

Protokol Kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Satuan PAUD
Tabel 10. Adaptasi Kebiasaan Baru di Satuan PAUD

Perihal Adaptasi Kebiasaan Baru
Kondisi Kelas
1. Jaga jarak minimal 1,5 (satu koma lima) meter
Perilaku wajib di 2. Maksimal 5 (lima) peserta didik per kelas.
seluruh
lingkungan satuan 1. Menggunakan masker 2 lapis terdiri dari bagian dalam
pendidikan menggunakan masker sekali pakai/masker bedah yang
menutupi hidung dan mulut sampai dagu dan dan bagian luar
Kondisi medis menggunakan masker kain. Masker digunakan setiap 4 jam
warga satuan atau diganti sebelum 4 jam saat sudah lembab/basah.
Pendidikan
Kantin 2. Masker digunakan mengikuti petunjuk sebagaimana tampak
pada Gambar 8
Kegiatan Selain
Pembelajaran di 3. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir atau
Lingkungan cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
Satuan
Pendidikan 4. Menjaga jarak minimal 1,5 (satu koma lima) meter dan tidak
melakukan kontak fisik seperti bersalaman dan cium tangan.

5. Menerapkan etika batuk/bersin.
1. Sehat dan jika mengidap penyakit penyerta (comorbid) harus

dalam kondisi terkontrol.
2. Tidak memiliki gejala COVID-19, termasuk orang yang serumah

dengan warga satuan pendidikan.
Warga satuan pendidikan disarankan membawa
makanan/minuman dengan menu gizi seimbang
Diperbolehkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan

Kegiatan Diperbolehkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Pembelajaran di
Luar lingkungan
Satuan
Pendidikan

80

Tim Kesehatan, Membuat prosedur pemantauan dan pelaporan kesehatan warga
Kebersihan, dan Satuan PAUD.
Keamanan Satuan 1) Pemantauan kesehatan berfokus kepada gejala umum seperti:
PAUD
a) suhu badan >37,3oC;
b) batuk;
c) sesak nafas;
d) sakit tenggorokan; dan/atau
e) pilek.
2) Pemantauan dilaksanakan setiap hari sebelum memasuki
gerbang satuan pendidikan oleh tim kesehatan, Kebersihan dan
Keamanan Satuan PAUD
3) Jika warga satuan pendidikan memiliki gejala umum
sebagaimana dimaksud pada angka 1), wajib diminta untuk
kembali ke rumah untuk melakukan isolasi mandiri selama 14
(empat belas) hari. Jika gejala memburuk dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat.
4) Jika warga satuan pendidikan teridentifikasi ada riwayat kontak
dengan orang terkonfrrmasi positif COVID-19, maka tim
kesehatan satuan pendidikan:
o menghubungi orang tua/wali/ narahubung darurat dari

warga satuan pendidikan agar membawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat; dan
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan.
5) Jika terdapat orang yang serumah dengan warga satuan
pendidikan teridentifikasi gejala COVID-19, maka tim kesehatan
satuan pendidikan :
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan;
o meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri
selama 14 (empat belas) hari.
6) Jika terdapat warga satuan pendidikan yang tidak hadir karena
sakit dan memiliki gejala umum sebagaimana dimaksud pada
angka 1), maka tim:
o melaporkan kepada kepala satuan pendidikan dan
Puskesmas; dan
o meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri
selama 14 (empat belas) hari.
7) Pemantauan periode isolasi mandiri untuk semua warga
satuan pendidikan yang diminta melakukan isolasi mandiri.

81

8) Rekapitulasi hasil pemantauan kesehatan dan ketidakhadiran
warga satuan pendidikan dilaporkan setiap hari kepada
kepala satuan pendidikan

Note: Secara lengkap dapat dibaca pada Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 04/kb/2020, Nomor 737
tahun 2020 , Nomor hk.01.08/menkes/7093/2020, Nomor 420-3987 tahun 2020 Tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa
pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19)

Gambar 8. Cara Memakai Masker Yang Benar

82

BAB V

PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan UKS/M PAUD dapat berasal dari dana mandiri, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber
lain yang tidak mengikat. Setiap sektor terkait perlu mengalokasikan anggaran untuk
persiapan, pelaksanaan dan pembinaan Sekolah/Madrasah Sehat.

5.1. APBN

Bantuan Operasional PAUD
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 9 tahun 2021 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP)
Pendidikan Anak Usia Dini dan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan
Kesetaraan, bahwa pembiayaan BOP PAUD dapat digunakan untuk :
- Kegiatan operasional penyelenggaraan pendidikan meliputi: pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dan bermain (bahan pembelajaran, bahan alat permainan edukatif);
pelaksanaan kegiatan pendukung pembelajaran dan bermain.
- Penyediaan obat-obatan, peralatan kebersihan atau peralatan kesehatan lainnya
untuk menjaga kesehatan peserta didik dan pendidik, baik dalam upaya mencegah
atau menanggulangi;

Bantuan Satuan PAUD yang melaksanakan UKS/M
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Bantuan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Yang
Melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah tahun 2021 yang dikeluarkan Direktorat PAUD,
Kemendikbud terdapat 1.000 Satuan PAUD yang memenuhi kriteria diberi bantuan @Rp.
12.000.000,- (dua belas juta rupiah).

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Fisik
• Penyediaan alat kesehatan di Puskesmas diantaranya UKS Kit dan UKGS Kit untuk

Puskesmas melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 66 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018)
• Rehabilitasi jamban dengan tingkat kerusakan sedang atau berat baik perabot
maupun non perabot (Permendikbud No 9 Tahun2017)

83

• Pembangunan jamban baru (Permendikbud No 9 Tahun 2017)
• Sarana sanitasi, perbaikan sarana sekolah (Permendikbud 11 tahun 2020)

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Non Fisik
Bantuan operasional kesehatan bagi Puskesmas diantaranya biaya
operasional/transportasi petugas Puskesmas (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71
Tahun 2016 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2017), contoh dalam melaksanakan kegiatan penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala dan pembinaan UKS/M, pembinaan kader
kesehatan sebaya, kampanye higiene sanitasi sekolah/madrasah, kunjungan petugas
kesehatan ke PAUD (TK/RA/BA) untuk melaksanakan SDIDTK dan orientasi tenaga
pendidik PAUD (TK/RA/BA) dll.

Dekonsentrasi
Dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dan yang dialokasikan untuk
instansi vertikal pusat di daerah. Dana Dekonsentrasi dapat digunakan diantaranya
untuk:
• Perbaikan sarana sanitasi sekolah/madrasah.
• Dana untuk kelembagaan.
• Pelatihan pelayanan kesehatan balita bagi pengelola UKS/M dan tenaga kesehatan

di Puskesmas.
• Pembinaan kesehatan balita termasuk penerapan Sekolah/Madrasah Sehat.

5.2 APBD

Berdasarkan Permendagri No 32 Tahun 2016, APBD dapat digunakan untuk:
• Kegiatan UKS/M juga dapat dianggarkan melalui pembiayaan dana daerah antara

lain perencanaan anggaran untuk peningkatan dan pengembangan UKS/M lingkup
Provinsi/Kab/Kota.
• Pertemuan-pertemuan lain yang sifatnya untuk mendorong pemerintah daerah
memasukkan UKS/M dalam perencanaan tingkat Provinsi, Kab/Kota dan
Kecamatan.
• Pertemuan-pertemuan koordinasi dan evaluasi Tim Pembina UKS/M.

5.3 Sumber Lain Yang Tidak Mengikat

Sumber pembiayaan yang tidak mengikat adalah tidak mengikat secara politis baik

84

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan tidak mempengaruhi kebijakan
daerah. Hal yang dimaksud secara politis antara lain tidak bertentangan dengan ideologi
negara. Sumber ini bisa berasal dari partner pemerintah seperti organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
perorangan yang memiliki tujuan yang sama dengan UKS/M Satuan PAUD .

85

BAB VI

PENUTUP

Sehat merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang harus menjadi tujuan
seluruh satuan PAUD. Sehat itu bukan hanya fisik tapi harus holistik yaitu sehat fisik,
sehat sosial, sehat mental dibingkai sehat spiritual. Dalam upaya mewujudkan peserta
didik sehat dan sehat menjadi perilaku hidup yang menetap sampai dewasa, satuan
PAUD penting menyelenggarakan UKS/M Satuan PAUD. Terdapat 3 (tiga) kegiatan
utama UKS/M PAUD yang dikenal dengan nama Trias UKS/M yaitu: 1. Pendidikan
Kesehatan, 2. Pelayanan Kesehatan dan 3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat yang
harus dikuatkan dan didukung dengan manajemen UKS/M PAUD yang efektif dan
efisien.
Mindset bahwa kegiatan UKS/M PAUD merupakan kegiatan lomba harus beralih ke
UKS/M PAUD sebagai sebuah kegiatan subtansi yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan. Kegiatan UKS/M PAUD dilaksanakan oleh seluruh warga satuan
PAUD, orang tua murid dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan anak
sehat.

86


Click to View FlipBook Version