EMOLASI
E-Module Laju Reaksi Berbasis Inkuiri Terbimbing Terintegrasi
SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
Untuk SMA/MA Kelas XI MIPA
Penulis
Elly Dwi Yulianti
E-mail:
[email protected]
Dibimbing Oleh:
Wirda Udaibah, M.Si
Apriliana Drastisianti, M.Pd
“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” (Ali bin Abi Thalib)
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya, tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw sehingga penulis dapat menyelesaikan
modul pembelajaran kimia berjudul “Pengembangan E-Molasi (E-
Module Laju Reaksi) Berbasis Inkuiri Terbimbing Terintegrasi SETS
(Science, Environment, Technology and Society)” untuk SMA/MA Kelas XI
MIPA ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,
seluruh dosen program studi Pendidikan Kimia Universitas Islam
Negeri (UIN) Walisongo Semarang, khususnya kepada Ibu Wirda
Udaibah, M.Si dan Ibu Apriliana Drastisianti, M.Pd selaku dosen
pembimbing, serta rekan-rekan sekalian atas doa, bimbingan, bantuan
dan dukungannya dalam pembuatan e-module ini.
E-module ini mencoba menyajikan materi yang dikemas lebih
interaktif dan menarik agar tidak terkesan membosankan pembaca.
Materi yang disajikan pada e-module ini yaitu laju reaksi. Materi laju
reaksi disusun dengan menggunakan sintaks inkuiri terbimbing agar
peserta didik lebih mandiri dan aktif dalam mempelajari kimia. E-
module ini menekankan pada hubungan antara aplikasi materi yang
sedang dibahas dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan yang
tida dapat dipisahkan. E-module ini diharapkan mampu menciptakan
pembelajaran kimia yang lebih bermakna.
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa e-module ini masih jauh
dari sempurna, baik dari segi materi, penampilan, dan yang berkaitan di
dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan e-module ini. Penulis berharap
kepada Allah swt, semoga apa yang tertulis dalam e-module bisa
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada
umumnya. Aamiin.
Semarang, 12 Juli 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..iv
KOMPETENSI DASAR…………………………………………………………………….v
PETUNJUK PENGGUNAAN E-MODULE………………………………………….vii
PETA KONSEP………………………………………………………………………………ix
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1……………………………………………………….1
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2………………………………………………………32
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3………………………………………………………47
EVALUASI …………………………………………………………………………………...67
RANGKUMAN………………………………………………………………………………68
GLOSARIUM………………………………………………………………………………...69
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….70
iv
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI DASAR:
3.4 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
menggunakan teori tumbukan
4.5 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi
3.5 Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi berdasarkan data
hasil percobaan
INDIKATOR PEMBELAJARAN:
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
3.4.1 Menjelaskan pengertian laju reaksi
3.4.2 Memahami penentuan laju reaksi dalam suatu reaksi kimia
3.5.1 Memahami bentuk persamaan laju reaksi.
3.5.2 Menjelaskan makna dari orde reaksi.
3.5.3 Menganalisis penentuan persamaan laju reaksi dan orde reaksinya
v
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
3.4.4 Menjelaskan teori tumbukan
3.4.5 Menganalisis terjadinya tumbukan efektif dan tidak efektif
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
3.4.3 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
4.5.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
4.5.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
4.5.3 Menyimpulkan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
4.5.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
vi
PETUNJUK PENGGUNAAN E-MODULE
Peserta Didik
1. Baca doa
7. Tanyakan kepada guru 2. Baca dan
jika ada hal yang kurang pahami
dipahami indikator
6. Jika mendapatkan
3. Baca dan
kesulitan, diskusikan pahami materi
dengan teman terlebih
dahulu
5. Lakukan
percobaan pada 4. Kerjakan latihan soal
setiap kegiatan
pembelajaran
Gambar 1. Skema gambar petunjuk penggunaan e-module
vii
PETUNJUK PENGGUNAAN E-MODULE
Guru
• Memberi pemahaman awal
1
• Membimbing dalam diskusi dan praktikum
2
• Menjadi fasilitator dan memecahkan kendala
3
• Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran secara tatap muka
4 ataupun virtual
• Melakukan evaluasi dan penilaian
5
Gambar 2. Skema gambar petunjuk penggunaan e-module bagi guru
viii
PETA KONSEP
Laju Reaksi
dijelaskan dengan
Konsep Laju Teori Faktor-faktor
Reaksi Tumbukan yang
Mempengaruhi
Laju Reaksi
Pengertian Penentuan Persamaan
Laju Reaksi Laju Reaksi Laju Reaksi
Konsentrasi Luas Suhu Katalis
Permukaan
menentukan
Orde Reaksi
jenis
jenis
Orde Nol Orde Satu Orde Dua
Katalis Katalis
Homogen Heterogen
ix
Gambar 1.1 Perkaratan Besi Gambar 1.2 Percikan Kembang Api
Sumber: kanalkalimantan.com Sumber: superprof.co.id
Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
2. Peserta didik dapat memahami penentuan laju reaksi dalam
suatu reaksi kimia
KATA KUNCI
Laju Reaksi Persamaan Laju
Laju Rata-rata Orde Reaksi
1
Perhatikan gambar berikut!
Gambar 2.1 Percikan kembang api menunjukkan reaksi yang
berlangsung cepat
Ketika belajar tentang ilmu kimia, kita dapat mengetahui
bahwa dalam kehidupan sehari-hari ada reaksi kimia yang
berlangsung cepat dan lambat. Beberapa reaksi kimia yang
berlangsung dengan cepat, misalnya percikan kembang api dan
bom meledak. Beberapa reaksi yang berlangsung lambat,
misalnya proses perkaratan logam dan pembusukan makanan.
Kecepatan proses kimia yang berlangsung inilah dinamakan laju
reaksi kimia.
2
A. KONSEP LAJU REAKSI
1. Definisi Laju Reaksi
Kalian tentu masih ingat definisi dari laju reaksi, bukan? Laju
reaksi menggambarkan seberapa cepat atau lambat suatu reaksi
berlangsung. Reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju yang
berbeda-beda, bisa lambat maupun cepat. Bahkan untuk tujuan
tertentu, dalam dunia industri ada reaksi yang sengaja dipercepat atau
diperlambat untuk menghasilkan produk yang menguntungkan. Secara
umum, laju didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi tiap satu
satuan waktu. Satuan waktu tersebut dapat berupa detik, menit, jam,
hari atau tahun.
Suatu reaksi kimia melibatkan perubahan dari reaktan (zat
pereaksi) menjadi produk (zat hasil reaksi). Apabila kalian
mereaksikan suatu senyawa tertentu, seiring dengan berjalannya
waktu reaksi, jumlah senyawa yang bereaksi akan semakin sedikit.
Sebaliknya, jumlah senyawa yang terbentuk semakin banyak . Dalam
reaksi kimia yang biasa digunakan sebagai ukuran jumlah zat adalah
konsentrasi molar atau molaritas (M). Molaritas menyatakan jumlah
mol zat terlarut tiap liter larutan (Suwardi et al, 2009).
3
Berdasarkan ukuran konsentrasi zat, laju reaksi (v) dapat
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
tiap satuan waktu. Selama reaksi kimia berlangsung, jumlah reaktan
semakin berkurang, ketika produk mulai terbentuk. Oleh karena itu,
laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi reaktan
atau bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan waktu. Pada
umumnya, waktu berlangsungnya reaksi diukur dalam detik (s). Maka
dari itu, laju reaksi dinyatakan dalam satuan mol per liter per detik
(mol/L.detik) atau molaritas per detik (M/det).
Kita telah mengetahui bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan umum:
→
Persamaan ini menunjukkan bahwa selama berlangsungnya suatu
reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk
terbentuk. Kita dapat mengamati jalannya reaksi dengan cara
memantau menurunnya konsentrasi reaktan atau meningkatnya
konsentrasi produk.
Perhatikan reaksi berikut!
A → B
Pada reaksi tersebut , dengan bertambahnya waktu reaksi, jumlah
molekul A semakin berkurang dan jumlah molekul B semakin
bertambah.
4
Perhatikan gambar berkut!
Gambar 1.3 Jalannya reaksi → pada selang waktu 10 detik selama waktu
60 detik . Mula-mula hanya molekul A (bulatan hitam) yang ada, seiring
berjalannya waktu , molekul B (bulatan merah) terbentuk (Chang, 2005)
Laju berkurangnya konsentrasi reaktan (molekul A) atau laju
bertambahnya konsentrasi produk (molekul B) dinyatakan sebagai
berikut:
∆[ ] [∆ ]
= − atau = +
∆ ∆
Keterangan:
M
= laju reaksi
det
∆[A] = perubahan konsentrasi reaktan
∆[B] = perubahan konsentrasi produk
∆ = perubahan tiap satuan waktu ( )
5
Laju reaksi molekul A diberi tanda negatif yang menunjukkan
bahwa jumlah molekul A berkurang (konsentrasi A berkurang) dengan
bertambahnya waktu. Sebaliknya , laju reaksi molekul B diberi tanda
positif yang menunjukkan bahwa jumlah molekul B bertambah
(konsentrasi B bertambah) dengan bertambahnya waktu.
Dalam reaksi kimia terdapat hubungan stoikiometri antara reaktan
dan produk sehingga baik reaktan maupun produk dapat digunakan
untuk menyatakan laju suatu reaksi. Dilihat dari persamaan reaksi
perubahan A menjadi B dapat kalian lihat bahwa setiap pengurangan
satu mol A akan dihasilkan satu mol B. Jadi, pada reaksi penguraian A
menjadi B, laju reaksi pengurangan konsentrasi A akan sama dengan
laju reaksi penambahan konsentrasi B. Jika ditinjau dari reaksi
kompleks yang melibatkan lebih dari satu reaktan seperti persamaan
reaksi berikut:
+ 3 → 2 + 2
Dari koefisien persamaan reaksi tersebut, satu mol A bereaksi
dengan tiga mol B akan membentuk dua mol C dan dua mol D. Hal itu
berarti bahwa lau reaksi berkurangnya konsentrasi B adalah tiga kali
laju berkurangnya A. Demikian juga, laju bertambahnya konsentrasi C
dan D adalah dua kalinya laju berkurangnya konsentrasi A. Jadi, laju
reaksi dari persamaan reaksi di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:
1 ∆[C]
= − ∆[A] = − 1 ∆[B] = + = + 1 ∆[D]
∆ 3 ∆ 2 ∆ 2 ∆
6
Secara umum, untuk reaksi yang memenuhi persamaan
reaksi berkut:
A + B → C + D
laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai 1/koefisien dari laju
masing-masing komponen dan dituliskan sebagai berikut:
= − 1 ∆[A] = − 1 ∆[B] 1 ∆[C] = + 1 ∆[D]
∆ ∆ = + ∆
∆
CONTOH SOAL
Nyatakan laju reaksi pembentukan ozon dari O berikut!
3
3O 2 → 2O 3( )
Penyelesaian:
Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
O atau laju bertambahnya O . Sesuai perbandingan harga
3
2
koefisien reaksi maka laju pembentukan ozon adalah:
1 ∆[O ] 1 ∆[O ]
= − 2 = 3
3 ∆ 2 ∆
7
MARI UJI NYALI
CONTOH SOAL
Wah, kalian sudah selesai
mengerjakan soalnya ya, hebat!
Sekarang kita latihan soal lagi yuk,
biar lebih paham tentang laju
reaksi. Let’s go!
LATIHAN SOAL YUK
8
B. LAJU REASKI RATA-RATA
Reaksi umum:
A + B ⇌ P
Andaikan bahwa dalam suatu selang waktu tertentu, yaitu antara
waktu t dan t + ∆t, konsentrasi P bertambah dari [P] menjadi [P] + ∆
[P]. Artinya dalam waktu ∆t terjadi penambahan konsentrasi P sebesar
∆[P], sehingga dapat didefinisikan laju reaksi rata-rata selama selang
waktu tertentu.
∆[P] [P] −[P]
− = = ℎ
∆t ℎ −
CONTOH SOAL 1
∘
Pada suhu 35 C, senyawa PQ terurai menjadi P dan Q. Konsentrasi PQ
mula-mula 0,50 mol/L, dan setelah 20 detik tersisa 0,20 mol/L.
Tentukan laju reaksi rata-rata selama 20 detik pertama!
Jawab:
Persamaan reaksi:
PQ → P + Q
∆ PQ 0,20 − 0,50 −0, 30
− = − = − = − = 1,5
∆t 20 20
9
CONTOH SOAL 2
Perhatikan persamaan reaksi berikut:
( ) + 3 ( ) → ( ) + 2 ( )
a) dalam 20 detik pertama reaksi, konsentrasi B turun dari 0.100 M
menjadi 0.0357 M. Berapa laju rata-rata reaksi dalam 20 detik pertama
reaksi?; b) prediksikan perubahan konsentrasi D selama 20 s pertama
reaksi
a) ANALISIS
Informasi Waktu, t= 20 s
yang [ ] = 0.100 M; [B] setelah 20 s = 0.0357 M. Laju
0
diberikan 1 ∆[B]
reaksi B = −
CONTOH SOAL 2 3 ∆
Diminta Laju reaksi rata-rata
Penyelesaian
1 ∆[B]
= −
3 ∆
= − [B] ℎ 20 −[B] 0
3 (20)
0.0357 M − (0.100 M)
= −
3 (20 s)
−3
= 1.07 10 M/s
10
CONTOH SOAL 2
b) ANALISIS
Informasi Waktu, t= 20 s
yang 1 ∆[D]
−3
Laju reaksi D = ; = 1.07 10 M/s
diberikan 2 ∆
Diminta Konsentrasi D setelah 20 s pertama reaksi (∆[D])
Penyelesaian 1 ∆[D]
=
2 ∆
CONTOH SOAL 2 ∆ D = v x 2∆
M
∆ D = 1.07 10 −3 2 (20 )
s
∆ D = 0.0428 M
Sumber: (Masterton and Hurley, 2015)
11
LATIHAN UJI NYALI
Br (aq) + HCOOH (aq) → 2Br (aq) + 2H (aq) + CO (g)
+
-
2 2
waktu
waktu
Gambar 1.4 Menurunnya konsentrasi bromin seiring dengan waktu,
terlihat dengan memudarnya warna (dari kiri ke kanan) (Chang, 2005)
Tabel 1.1 Data laju reaksi Br
2
CONTOH SOAL s) [Br ] (M)
Time (
2
0.0 0.0120
50.0 0.0101
100.0 0.00846
150.0 0.00710
200.0 0.00596
250.0 0.00500
300.0 0.00420
350.0 0.00353
400.0 0.00296
12
LATIHAN UJI NYALI
Hitunglah laju rata-rata pada:
a) 200 s pertama
Penyelesaian:
a) 200 s pertama
∆[Br ]
− = − 2
∆t
[Br ] −[Br ]
− = − 2 ℎ 2
ℎ −
(0.00596) − (0.0120 )
CONTOH SOAL
− = −
200 − 0
−6.04 10 −3
− = − = 3.02 x 10 −5 M/s
200
MARI UJI NYALI
13
B. HUKUM LAJU
Salah satu cara untuk mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan
terhadap laju reaksi adalah dengan menentukan bagaimana laju awal
bergantung pada konsentrasi awal.
Tabel 1.2 Data laju reaksi antara F dan ClO
2
2
Perc. ke- [F ] (M) [ClO ] Laju Awal (M/s)
2
2
(M)
−3
1 0.10 0.010 1.2 10
−3
2 0.10 0.040 4.8 10
−3
3
0.20
CONTOH SOAL 0.010 2.4 10
Tabel 1.2 menunjukkan tiga pengukuran laju untuk reaksi
F 2(g) + 2ClO 2(g) → 2FClO 2(g)
Dengan melihat percobaan 1 dan 3 pada tabel, kita dapat mengetahui
bahwa jika kita melipatduakan [F ] sementara [ClO ] dijaga tetap,
2
2
maka laju menjadi dua kali lipat. Jadi, laju berbanding lurus dengan
[F ]. Demikian pula, data percobaan 1 dan 2 menunjukkan bahwa bila
2
kita melipatempatkan [ ClO ] pada [ F ] yang tetap, maka laju
2
2
meningkat sebanyak empat kali lipat, sehingga laju juga berbanding
14
lurus dengan [ClO ]. Kita dapat meringkas pengamatan ini dengan
2
menuliskan
∝ [F ] [ClO ]
2
2
= [F ] [ClO ]
2 2
Suku k menunjukkan konstanta laju, yaitu konstanta kesebandingan
antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Persamaan ini disebut
hukum laju, yaitu persamaan yang menghubungkan laju reaksi
dengan konstanta laju dan konsentrasi reaktan. Berdasarkan
konsentrasi reaktan dan laju awal, kita dapat menghitung konstanta
laju dengan persamaan berikut:
=
[F ] [ClO ]
2
2
−3
CONTOH SOAL 1.2 10 M/s
=
0.10 (0.010 )
= 1.2 −1 −1
Misalkan suatu reaksi memenuhi persamaan reaksi berikut:
A + B → C + D
Persamaan laju reaksi (hukum laju reaksi) dinyatakan sebagai
berikut:
= [A] [B]
15
Keterangan:
= laju reaksi
= tetapan lau reaksi
[A] = konsentrasi reaktan A
[B] = konsentrasi reaktan B
= orde reaksi terhadap reaktan A
= orde reaksi terhadap reaktan B
Harga tetapan laju reaksi (k) bergantung pada suhu reaksi. Jika
suhu reaksi berubah, maka harga k juga akan berubah. Jadi, setiap
reaksi memiliki harga k tertentu pada suhu tertentu. Reaksi yang
berlangsung cepat memiliki harga k yang besar. Sebaliknya, reaksi
CONTOH SOAL
yang berlangsung lambat memiliki harga k yang kecil.
Jika kalian tinjau kembali persamaan laju reaksi tersebut, maka
dapat diketahui bahwa laju suatu reaksi berbanding lurus dengan
konsntrasi masing-masing reaktan yang diberi pangkat tertentu.
Pangkat konsentrasi reaktan inilah yang disebut sebagai orde reaksi.
Orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah total dari orde reaksi
semua reaktan, di mana dalam persamaan ini adalah jumlah m dan n.
16
C. ORDE REAKSI
Orde reaksi memberikan gambaran mengenai besarnya pengaruh
konsentrasi reaktan pada laju reaksi kimia. Perlu diingat bahwa orde
reaksi selalu ditentukan oleh konsentrasi reaktan, bukan oleh
konsentrasi produk. Orde reaksi tidak dapat ditentukan dari koefisien
reaktan melainkan harus ditentukan melalui percobaan (Suwardi et al ,
2009). Salah satu cara untuk menemukan orde reaksi adalah dengan
mengukur laju awal (yaitu, laju pada t=0) sebagai fungsi dari
konsentrasi reaktan. Anggaplah, misalnya kita membuat dua campuran
reaksi dengan konsentrasi reaktan A yang berbeda. Sekarang, kita
mengukur laju pada awal reaksi, sebelum konsentrasi A menurun
SOAL Ini memberikan dua laju yang berbeda (laju 1, laju 2) sesuai
drastis.
dengan dua konsentrasi awal yang berbeda dari A, [A] dan [A] . Laju
1
2
reaksinya dapat ditulis
= [A] 2 ; = [A] 1
1
2
Kemudian membagi laju kedua dengan pertama, sehingga dapat
ditulis:
2 [A] 2 [A] 2
1 = [A] 1 = [A] 1
17
MENGHITUNG ORDE REAKSI
Asetaldehid, CH CHO terjadi secara alami pada daun ek dan tembakau,
3
dan juga terdapat pada knalpot mobil dan diesel. Laju awal
dekomposisi asetaldehida pada suhu 600℃.
CH CHO ( ) + CH 4( ) + CO ( )
3
Didapatkan data percobaan sebagai berikut:
[CH CHO] 0.20 M 0.30 M 0.40 M 0.50 M
3
v (M/s) 0.34 0.76 1.4 2.1
Tentukan orde reaksi dan tuliskan persamaannya
Misal, = [CH CHO]
3
SOAL
ANALISIS
Informasi yang diberikan Data percobaan dengan
konsentrasi dan laju reaksi
diminta Orde reaksi
18
STRATEGI
1. Pilih dua konsentrasi dan laju yang sesuai
2. Hitung perbandingan laju reaksi
3. Hitung perbandingan konsentrasi
4. Substitusi ke persamaan berikut untuk mendapatkan orde
reaksi, m:
2 [A] 2 [A] 2
= =
1 [A] 1 [A] 1
PENYELESAIAN
1. Pilih data percobaan [CH CHO] = 0.20 M; [CH CHO] =
3
3
1
2
ke-1 dan 2 M M
0.30 M; = 0.34 ; = 0.76
2
1
SOAL s s
2. Perbandingan laju 2 0.76
1 = 0.34 = 2.2
3. Perbandingan
[CH CHO] 0.30
3
konsentrasi 2 = = 1.5
[CH CHO] 1 0.20
3
19
PENYELESAIAN
4. Orde reaksi,
2 = [CH CHO] 2 → 2.2 = 1.5 → = 2
3
m 1 [CH CHO] 1
3
Reaksi termasuk orde dua
Persamaan Laju Reaksinya, adalah
2
= [CH CHO]
3
ORDE REAKSI LEBIH DARI SATU REAKTAN
Reaksi kimia dapat melibatkan lebih dari satu reaktan, misanya
SOAL
reaksi antara dua molekul A dan B:
A + B →
Bentuk umum laju reaksinya yaitu:
= [A] [B]
Dalam persamaan reaksi tersebut, m sebagai orde reaksi terhadap A.
Demikian pula, n sebagai orde reaksi terhadap B. Orde keseluruhan
reaksi adalah jumlah eksponen, m+n. Jika m=1, n=2, maka reaksi
orde pertama pada A dan reaksi orde dua pada B, orde keseluruhan
reaksi di atas yaitu orde tiga.
20
Ketika kita mengamati suatu reaksi kimia yang terdapat lebih dari satu
reaktan, orde dapat ditentukan dengan mempertahankan konsentras
awal satu reaktan konstan sementara reaktan lainnya divariasikan,
Orde reaksi dapat diperoleh dari reaktan dengan konsentrasi yang
bervariasi. Misalkan kita menjalanka dua eksperimen berbeda di mana
konsentrasi awal A berbeda, [A] , [A] tetapi konsentrasi B
1
2
dipertahankan konstan.
= [A] x [B] ; = [A] x [B]
2
1
Kemudian membandingkan persamaan kedua dengan pertama
2 [A] 2 x [B] [A] 2
=
=
ORDE REAKSI LEBIH DARI SATU REAKTAN
[A]
x [B]
[A]
1
1
1
CONTOH SOAL
SOAL
Reaksi antara t-butilbromida dan basa:
(CH ) CBr (aq) + OH − (aq) → (CH ) COH (aq) + Br − (aq)
3 3
3 3
Dilakukan serangkaian percobaan dengan hasil sebagai
berikut:
21
Perc. 1 Perc.2 Perc.3 Perc.4 Perc.5
[(CH ) CBr] 0.50 1.0 1.5 1.0 1.0
3 3
[OH ] 0.050 0.050 0.050 0.10 0.20
−
(M/s) 0.0050 0.010 0.015 0.010 0.010
−
Tentukan orde reaksi terhadap (CH ) CBr dan OH dan
3 3
persamaan laju reaksinya
ANALISIS
Informasi yang Data percobaan
diberikan
ORDE REAKSI LEBIH DARI SATU REAKTAN
diminta Orde reaksi (CH ) CBr dan OH
−
3 3
CONTOH SOAL
STRATEGI
SOAL
Orde m
−
1. Pilih dua percobaaan dengan konsentrasi OH yang konstan
(tetap)
2. Tentukan perbandingan laju dan konsentrasi (CH ) CBr
3 3
3. Substitusikan ke persamaan laju:
[(CH ) CBr ]
3 3
= (CH ) CBr
3 3
22
STRATEGI
Orde n
1. Pilih dua percobaaan dengan konsentrasi (CH ) CBr yang
3 3
konstan (tetap)
−
2. Tentukan perbandingan laju dan konsentrasi OH
3. Substitusikan ke persamaan laju:
−
= [OH ]
OH −
ORDE REAKSI LEBIH DARI SATU REAKTAN
PENYELESAIAN
Orde m
CONTOH SOAL
1. Percobaan Data percobaan 1 dan 3
SOAL Perbandingan Perbandingan laju
2.
laju dan 3 0.015
kosentrasi 1 = 0.0050 = 3
(CH ) CBr yang Perbandingan konsentrasi(CH ) CBr
3 3
3 3
tetap
[(CH ) CBr] 3 1.5
3 3
[(CH ) CBr] 1 = 0.50 = 3
3 3
3. m 3 = 3 → = 1
23
PENYELESAIAN
Orde n
1. Percobaan Data percobaan 4 dan 5
2. Perbandingan Perbandingan laju
laju dan 0.010
kosentrasi OH 5 = 0.010 = 1
−
4
−
yang tetap Perbandingan konsentrasi OH
[OH ] 0.20
−
3. n − 5 = = 2
[OH ] 4 0.10
1 = 2 → = 0
ORDE REAKSI LEBIH DARI SATU REAKTAN
Orde Reaksi Reaksi orde 1 terhadap (CH ) CBr , reaksi
3 3
CONTOH SOAL −
orde nol terhadap [OH ]
SOAL
− 0
Persamaan Laju = (CH ) CBr x [OH ]
1
3 3
Reaksi = (CH ) CBr
3 3
24
Orde Nol
COReaksi orde nol adalah reaksi yang lajunya tidak bergantung pada
konsentrasi reaktan. Ini karena setiap kuantitas bukan nol, apabila
dipangkatkan nol termasuk [A] sama dengan 1.
0
[A] → = [A] =
Dengan kata lain, laju reaksi orde nol tidak bergantung pada
konsentrasi. Reaksi orde nol relatif jarang terjadi, biasanya terjadi
pada permukaan padat. Laju reaksi orde nol tidak bergantung pada
konsentrasi dalam fase gas. Contoh khas adalah dekomposisi termal
hidrogen iodida pada emas. Reaksi orde nol adalah reaksi yang lajunya
tidak bergantung pada konsentrasi reaktan.
Au 1 1
HI ( ) → H 2( ) + I 2( )
2
2
Ketika permukaan emas sepenuhnya ditutupi dengan molekul HI,
peningkatan konsentrasi HI tidak berpengaruh pada laju reaksi
(Masterton and Hurley, 2015).
SOAL
25
.
Orde Satu
Reaksi orde satu adalah reaksi yang lajunya bergantung pada
konsentrasi reaktan dipangkatkan dengan satu. Reaksi orde satu
menunjukkan hubungan laju reaksi berbanding lurus dengan
2 5
konsentrasi pereaksi. Reaksi penguraian N O
2N O → 4NO 2(g) + O 2(g)
2 5(g)
= ⦍N O ⦎
1
2 5
Persamaan laju reaksi orde satu dalam bentuk umum adalah:
= ⦍A⦎
Satuan konstanta laju (k) pada orde satu adalah:
CONTOH SOAL =
A
/ 1
= = = −1
26
.
Cara Mendapatkan Satuan Konstanta
Laju (k) pada Orde Satu
Lajunya ialah
= − ∆⦍ ⦎
∆
Dari hukum laju, kita dapat mengetahui bahwa
= ⦍ ⦎
∆
− = ⦍ ⦎
∆
Kita dapat menentukan satuan dari konstanta laju (k) orde pertama
dengan transposisi:
CONTOH SOAL
∆ 1
= −
∆
Karena satuan untuk ∆ dan adalah M dan satuan untuk ∆
adalah detik, maka satuan untuk k ialah
= 1 = 1 = −1 atau −1
Note: Tanda minus tidak masuk dalam perhitungan satuan
(Chang, 2005)
27
.
Orde Dua
Reaksi orde dua adalah reaksi yang lajunya bergantung pada
konsentrasi salah satu reaktan dipangkatkan dua atau pada
konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing-masingnya
dipangkatkan satu. Reaksi Orde dua menunjukkan hubungan laju
reaksi kuadrat dengan konsentrasi pereaksi, yakni jika konsentrasi
2
pereaksi dinaikkan x kali, maka reaksi akan bertambah x kali. Jenis
yang paling sederhana melibatkan hanya satu molekul reaktan:
→
dengan laju
2
= [A]
CONTOH SOAL
Satuan k pada orde dua adalah:
=
2
/
= = −1 −1
.
28
.
CONTOH SOAL UJI NYALI
Hasil percobaan terhadap reaksi
2 NO + Br → 2 NOBr
2 (g)
(g)
(g)
menghasilkan data sebagai berikut:
Percobaan Konsentrasi (mol/L) Laju pembentukan
ke- NO Br NOBr (mol/L.s)
2
1 0,10 0,10 12
2 0,10 0,20 24
3 0,10 0,30 36
4 0,20 0,10 48
5 0,30 0,10 108
CONTOH SOAL
Tentukan persamaan laju reaksinya!
JAWABAN
Bentuk umum hukum laju reaksi, = ⦍ ⦎
2
Mencari nilai x dapat ditentukan melalui perbandingan hukum
laju pada konsentrasi Br yang sama konsentrasi NO yang berbeda
,
2
(Data ke-4 dan 5).
Perbandingan
5 = ⦍ ⦎
2
4 ⦍ ⦎
2
29
.
CONTOH SOAL UJI NYALI
Perbandingan
5 ⦍ ⦎
2
4 = ⦍ ⦎
2
108 = 0,30 ⦍0,10⦎
48 0,20 ⦍0,10 ⦎
9 = 0,30
4 0,20
9 = 3
4 2
x=2 = 2
Mencari nilai y dapat ditentukan melalui perbandingan hukum
laju pada percobaan yang konsentrasi NO sama, namun
konsentrasi Br berbeda. (Data Ke-1 dan 2)
2
CONTOH SOAL
Perbandingan
2 = ⦍ ⦎
2
1 ⦍ ⦎
2
24 0,10 0,20
12 = 0,10 ⦍0,10 ⦎
0,20
2 =
0,10
2 = 2
= 1
1
2
Maka hukum lajunya menjadi, = ⦍ ⦎
2
30
.
CONTOH SOAL UJI NYALI
x=2
CONTOH SOAL
https://bit.ly/UjiNyali_SoalOrde
31
Gambar 2.1 Orientasi tumbukan tidak tepat
Sumber: dokumen pribadi
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Peserta didik dapat menjelaskan teori tumbukan
2. Peserta didik dapat menganalisis terjadinya tumbukan
efektif dan tidak efektif
KATA KUNCI
Tumbukan Tidak Efektif
Teori Tumbukan
Tumbukan Efektif Energi Aktivasi
32
.
D. TEORI TUMBUKAN
Perhatikan gambar berikut!
Gambar 2.2 Tumbukan bola biliar, Sumber: https://atjehwatch.com
Permainan billiard menunjukkan peristiwa tumbukan dalam
CONTOH SOAL
konsep fisika. Tumbukan atau lentingan sama halnya dengan
pantulan. Hal tersebut dikarenakan sebuah benda yang bergerak
mengenai benda lain yang diam maupun bergerak. Masing-masing
hasil dari tumbukan memiliki karakter yang berbeda, ada yang
sempurna dan tidak sempurna. Sama halnya dalam kimia, suatu
partikel dapat bertumbukan dengan partikel lain yang nantinya
dapat menghasilkan reaksi kimia ataupun tidak. Untuk lebih
memahami terkait dengan teori tumbukan, maka perlu kita simak
penjelasan berikut
33
.
D. TEORI TUMBUKAN
CONTOH SOAL
34
. Menurut Teori tumbukan, suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain
rde Dua
apabila partikel-partikel pereaksi sering bertumbukan. Reaksi kimia
terjadi apabila ada tumbukan efektif antar-partikel yang bereaksi.
Tumbukan terjadi jika dua molekul atau lebih permukaannya saling
bersentuhan pada satu titik. Terjadinya tumbukan disebabkan setiap
partikel dalam suatu zat memiliki energi kinetik, sehingga partikel-
partikel tersebut selalu bergerak dengan arah tidak teratur. Gerakan ini
memungkinkan terjadinya tumbukan antar-partikel tersebut yang
menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Tumbukan antara pereaksi ada
yang menghasilkan reaksi dan tidak, sebagai contoh amati gambar
reaksi antara hidrogen dan iodium berikut:
CONTOH SOAL
Tumbukan dengan energi Molekul terpisah kembali.
yang tidak cukup
Tumbukan tidak berhasil.
Tumbukan dengan energi yang tidak cukup
Gambar 2.3 Tumbukan Hidrogen dan Iodium yang Tidak Menghasilkan
Reaksi
35
.
rde Dua
Tumbukan dengan energi
yang cukup. Ikatan-ikatan Molekul HI terbentuk.
akan putus dan terbentuk Tumbukan berhasil
ikatan baru
Gambar 2.4 Tumbukan Hidrogen dan Iodium yang Menghasilkan
Reaksi
CONTOH SOAL
Suatu partikel akan saling bertumbukan menghasilkan reaksi kimia
apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
TUMBUKAN EFEKTIF
Tumbukan efektif merupakan tumbukan yang dapat menghasilkan
reaksi kimia. Syarat terjadinya tumbukan efektif adalah orientasi
tumbukan molekul harus tepat dan energi kinetik yang cukup besar.
Orientasi merupakan arah atau posisi antar-molekul yang
36
.
bertumbukan dan energi hasil tumbukan harus mencapai energi
rde Dua
aktivasi.
1. ORIENTASI MOLEKUL
Molekul pereaksi dalam wadah selalu bergerak ke segala arah, dan
kemungkinan besar bertumbukan satu sama lain, baik dengan molekul
yang sama maupun berbeda. Tumbukan itu dapat memutuskan ikatan
dalam molekul pereaksi dan kemudian membentuk ikatan baru yang
menghasilkan molekul hasil reaksi. Akan tetapi, tidak semua
tumbukan menghasilkan molekul hasil reaksi.
Perhatikan gambar berikut!
CONTOH SOAL
Orientasi tumbukan tidak tepat
37
.
rde Dua
2, ENERGI KINETIK YANG CUKUP
Orientasi tumbukan tepat
Gambar 2.5 Tumbukan tidak efektif (atas), Tumbukan efektif (bawah)
CONTOH SOAL
Sumber gambar: gambar pribadi
Tumbukan yang efektif terjadi bila spesi-spesi yang bereaksi
memiliki arah orientasi yang tepat. Molekul yang bereaksi haruslah
memiliki arah orientasi yang tepat. Jika arah orientasi molekul yang
bertumbukan tepat, maka akan terbentuk kompleks teraktivasi dan
dengan segera akan menjadi molekul hasil reaksi. Sedangkan jika arah
orientasi molekul yang bertumbukan tidak tepat, maka tidak akan
terbentuk kompleks teraktivasi dan produk, melainkan tetap menjadi
molekul pereaksi (Hamid, 2019).
38
. Pada proses tumbukan, partikel-partikel saling mendekat dan
rde Dua
terjadi gaya tolak-menolak antar-elektron terluar masing-masing
partikel. Gaya tolak menolak ini dapat diatasi apabila partikel
memiliki energi kinetik yang cukup sehingga dapat terjadi
tumbukan efektif. Energi tumbukan pereaksi harus dapat membuat
awan elektron kedua atom yang bertumbukan saling tumpang tindih
sehingga akan terbentuk ikatan baru. Energi tumbukan yang cukup
maka orbital akan saling tumpang tindih lalu bergabung sehingga
kedua atom yang bertumbukan akan tarik menarik. Energi kinetik
telah berubah menjadi energi potensial (gaya tarik menarik).
Besarnya energi minimum yang harus dimiliki oleh molekul pereaksi
agar tumbukan antar-molekul menghasilkan zat hasil reaksi disebut
energi aktivasi (Ea).
CONTOH SOAL
ENERGI AKTIVASI
Energi aktivasi (Ea) adalah energi minimum yang
harus dimiliki oleh suatu reaktan untuk dapat
bereaksi (Purba et al., 2012). Jadi, jika energi
aktivasi terlampaui, reaksi dapat berlangsung.
Sebaliknya, jika energi aktivasi tidak terlampaui,
reaksi kimia tidak akan berlangsung.
39
.
rde Dua ANALOGI ENERGI
AKTIVASI
Gambar 2.6 Analogi energi aktivasi
CONTOH SOAL
Seseorang mengendarai mobil dari titik A menuju
titik B dengan menaiki bukit untuk mencapai
tujuan. Mobil tersebut harus mempunyai energi
kinetik yang tinggi agar dapat melewati bukit. Bukit
inilah yang dimaksudkan dengan energi aktivasi
(Ea).
40