The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2021-12-20 07:30:28

FILE BUKU ( PENGANTAR PENDIDIKAN ) .

FILE BUKU ( PENGANTAR PENDIDIKAN ) .

Pendididkan karakter sangatlah penting karena karakter akan menunjukkan
siapa kita sebenarnya, karakter akan menentukan bagaimana seseorang
membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan dan perbuatan
seseorang. Berdasar dari beberapa sumber mengenai pentingnya pendidikan
karakter di atas, sejatinya memberikan motivasi serta pencerahan bagi
pemerintah, para pendidik, insan akademik serta stakeholder pendidikan

Pada umumnya untuk segera sadar dan bangkit berupaya mencari solusi agar
pendidikan karakter ini dapat diimplementasikan dengan segera di
sekolah/Madrasah dan juga di rumah. Seluruh warga Indonesia harus segera
menyelamatkan diri dengan mencetak sumber daya manusia yang berkarakter
unggul sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya dan falsafah bangsa.

4. Paradigma Pendidikan Karakter.

Dalam prosesnya, pendidikan karakter hendaknya mampu: (1)
Mengembangkan unsur-unsur karakter Ngerti, Ngroso, Nglakoni dengan
praktik pendidikan yang mementingkan tumbuhnya kesadaran diri (tidak
Mekanik); (2) menggunakan pendekatan komprehensif dan holistik, dengan
Prinsip-prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani. Pembelajaran nilai dalam rangka pendidikan karakter dapat
terintegrasi melalui berbagai macam (dunia nilai/mata pelajaran) maupun
melalui berbagai program dan budaya sekolah yang kondusif mampu
menghadirkan (menginternalisasikan) nilai-nilai pada diri peserta didik.

5. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal Gerakan PPK berfokus pada penguatan
nilainilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh
segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan,
kepercayaan, sosial, dan budaya.

Prinsip 2 – Holistik Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti
pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa),

46

etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak,
baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan
Ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui
kolaborasi dengan komunitaskomunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip 3 – Terintegrasi Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan
nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan
dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan
berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan
tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Prinsip 4 – Partisipatif Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan
melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan
sebagai pelaksana Gerakan PPK.

Prinsip 5 – Kearifan Lokal Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada
kearifan lokal nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar
kontekstual dan membumi.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI Gerakan PPK mengembangkan
kecakapankecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada
abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill),
termasuk Penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam
pembelajaran(collaborative learning).

Prinsip 7 – Adil dan Inklusif Gerakan PPK dikembangkan dan diaksanakan
berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai
kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat
manusia.

Prinsip 8 – Selaras dengan PerkembanganPeserta Didik Gerakan PPK
dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta
didikBaik perkembangan biologis, psikologis, maupun sosial, agar tingkat

47

kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal Prinsip 9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip
keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara
objektif.

6. Fokus Gerakan PPK

Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem Pendidikan
nasional. Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur,
dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu: Pertama,
Struktur Program, antara lain jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan
kapasitas guru; Kedua, Struktur Kurikulum, antara lain kegiatan pembentukan
karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran(intrakurikuler), kokurikuler,
dan Ekstrakurikuler; Ketiga, Struktur Kegiatan, antara lainberbagai program
dan kegiatan yang mampu mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter
dari Ki Hadjar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).

7. . Basis Gerakan PPK

Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang
sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter
Berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015).

1. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

2. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

3. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat

8. Tujuan PPK Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan
sebagai berikut:

1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama
penyelenggaraan pendidikan.

48

2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045
menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad
21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi
pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan
(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk
mendukung Perluasan implementasi pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai
sumber sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam
mendukung gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

49

BAB 4
ALIRAN – ALIRAN DALAM PENDIDIKAN

1. Aliran - Aliran Klasik dalam Pendidikan
Pemikiran tentang pendidikan sejak zaman dulu sampai sekarang mungkin yang
akan datang juga dapat bervariasi mulai dari pesimis dari optimis.

a. Aliran Empirisme

Aliran empirisme bertolak dari lokal tradisional yang mementingkan stim-
ulus eksternal di dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa
perkembangan anak bergantung kepada lingkungan, sedangkan pem-
bawaaan tidak di pentingkan. Pengalaman yang di peroleh anak dalam ke-
hidupan sehari hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulus-
stimulus.

b. Aliran Konvergensi

Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran diatas, aliran
ini menggabungkan pentingnya hereditas dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia, tidak han-
ya berpegang pada pembawaan, tetapi juga kepada faktor yang sama pent-
ingnya yang mempunyai andil lebih besar dalam menentukan masa depan
seseorang. Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan manusia itu adalah terganung pada dua faktor, yaitu: faktor
bakat/pmbawaan dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan.

Menurut teori konvergensi:

a) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan

b) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan
kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan
mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.

c) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

50

c. Aliran nativisme
Aliran nativisme menekankan kemampuan dalam dari anak sehingga
faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh ter-
hadap perkembangan anak. Nativisme berpendapat bahwa perkembangan
individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor semenjak lahir.
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh anak didik itu
sendiri.

d. Aliran Naturalisme
Pandangan yang memiliki persamaan dengan aliran nativisme adalah ali-
ran naturalisme bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pem-
bawaan yang baik tetapi pembawaan yang baik itu akan menjadi rusak ka-
rena dipengaruhi oleh lingkungan.
Aliran ini disebut negativisme bahwa pendidik wajib menyerahkan per-
tumbuhan anak didik kepada alam. Dengan kata lain pendidik tidak diper-
lukan, hal yang diperluan adalah menyerahkn anak didik kepada alam agar
pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia me-
lalui proses dan kegiatan pendidikan. Ciri utama aliran ini adalah bahwa
dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar
pembawaan yang baik dan tidak dirusak oleh pendidik.
Berbeda dengan pendapat nativisme, naturalisme berpendapat bahwa
semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak
satupun dengan pembawaan buruk.

51

2. Aliran Pendidikan Modern di Indonesia

a. Progresivisme

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penye-
lenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (Child-centered),
Sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada
guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).

Tujuan pendidikan: Dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat
bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan
otak dan hati. Kurikulum pendidikan progresivisme adalah kurikulum
yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang diminati
oleh setiap peserta didik (experience curriculum).

Metode pendidikan progresivisme antara lain:

1. Metode belajar aktif

2. Metode memonitor kegiatan belajar

3. Metode penelitian ilmiah

b. Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang
memprotes gerakan progresivime terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/sosial.

Tujuan pendidikan: Dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya

dan sejarah melalui suatu inti pengetaahuan yang telah terhimpun, yang te-

lah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk

diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini di ikuti oleh keterampilan.

Keterampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur

yang inti(esensial) dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk

mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau

kecerdasan.

52

Metode Pendidikan:
1. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered)
2. Peserta didik dipaksa untuk belajar
3. Latihan mental

Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pela-
jaran akademik yang pokok.

c. Rekonstruksionalisme
Tujuan Pendidikan: Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai
lembaga utama unuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik da-
lam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkit-
kan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan
politik yang di hadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan
kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menga-
tasi masalah-masalah tersebut. Kurikulum dalam pendidikan rekon-
struksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebu-
tuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.

d. Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan mempertahankan bahwa nilai-
nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu
pencairan dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
Menurut perennialesme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang
tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat berpikir secara
induktif.
Tujuan Pendidikan: Diharapkan anak didik mampu mengenal dan
mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan
disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa
53

lampau. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung meni-
tikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.

e. Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani
dan jiwa terletak diantara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia
yang ditangkap oleh panca indera.
Tujuan Pendidikan: Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki ke-
hidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh
warna, hidup bangsa, bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup,
dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan
sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih mem-
fokuskan pada isi yang objektif.

3. Aliran Pokok Pendidikan
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan kebangsaan taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pa-
da tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta.
a) Asas dan Tujuan Taman Siswa
1. Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan meng-
ingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum.
2. Pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
3. Pengajaran harus berdasar pada kebudayaaan dan kebangsaan sendiri.
4. Pengajaran harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh masyarakat.

54

5. Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan kekuatan
sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat.
6. Sebagai konsekuensi hdup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin dengan
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi kebahagiaan anak-anak.

b) Dalam perkembangannya
Taman Siswa melengkapi"Asas 1922" dengan "Dasar-dasar 1947" yang
disebut pula "Panca Dharma". Asas-asas tesebut antara lain asas ke-
merdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas
kemanusiaan.

Adapun tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara lain:
a. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat
tertib dan damai.
b. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, ber-
budi luhur akal budinya, serta sehat jasmaniya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumnya.

c) Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
1. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari
tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
2. Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa
yang ada hubungannya dengan bidang kegiatan Taman Siswa.
3. Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga
dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan

55

.
d) Hasil-Hasil yang Dicapai

Taman Siswa telah mencapai berbagai hal seperti : gagasan/pemikiran
tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman
Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni
perguruan banyak yang menjadi tokoh nasional,
seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki Suratman.

1.Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Sjafei pada
tanggal 31 Oktober 1962 di Kayu Tanam.

a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1). Berpikir logis dan rasional.
2). Keaktifan atau kegiatan.
3). Pendidikan masyarakat.
4). Memperhatikan pembawaan anak
5). Menentang intelektualisme.

b. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah :
1). Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.
2). Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3). Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
4).Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung
jawab.
5).Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

56

c. Usaha-Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Usaha-usaha yang dilakukan Mohammad Sjafei dan kawan-kawan antara
lain: memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang
pendidikan nasional, pengembangan Ruang Pendidik INS, upaya pember-
antasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan lain-lain.

d. Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam telah mengupayakan gagasan tentang pendidikan na-
sional, beberapa ruang pendidikan,dan sejumlah alumni. Salah sa-
tu alumni pun telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei
yakni Dasar-Dasar pendidikan. Pada dasarnya ada dua masalah pokok
yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia yaitu:
1) Bagaimana agar semua warga negara dapat mengenyam
pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
2) Bagaimana pendidikan yang ada dapat membekali kepada warga
negara suatu keterampilan, agar pada saatnya dapat terjun ke dunia kerja.

Selanjutnya di dalam kesepakatan nasional pendidikan terdapat empat (4)
masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi: a).Pemerataan; b).
Mutu; c) Efisiensi; d) Relevansi.

a. Pemerataan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembagunan sumber daya manusia untuk menun-
jang program pembangunan.

Pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah un-
tuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan keh
idupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara:

57

a.)Konvensional Dengan cara membangun gedung sebagai sarana seperti
adanya SD Inpres, membangun ruangan-ruangan yang layak dan memadai,
serta menggunakan gedung yang ada untuk dua kegiatan.

b)Inovatif. 1.Menggunakan sistem pamong yaitu pendidikan dilakukan
olrh masyarakat, orang tua atau guru, 2. Untuk daerah terpencil dibangun
SD kecil. 3. Menggunakan sistem guru berkunjung, 4. SMP terbuka,
5. Sistem paket (A, B, C), 6. Belajar jarak jauh (Universitas Terbuka).

b. Mutu
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai
taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama
dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadapcalon
luaran, dengan sistem sertifikasi. Sasarannya mutu pendidikan adalah un-
tuk perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen
rnasukan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen
masukan instrumental) serta mobilitas komponen tersebut. Upaya pemeca-
han masalah mutu pendidikan secara garis besar meliputi hal-hal
yang bersifat fisik dan perangkat lunak, SDM, dan manajemen:
Seleksi masuk dilakukan secara rasional, khususnya untuk tingkat SLTA
dan Perguruan Tinggi, sumber daya kependidikan dapat dikembangkan
melalui pendidikan lanjut seperti pelatihan penataran dsb, materi yang ter-
tuang didalam kurikulum perlu disempurnakan dengan memasukkan
muatan lokal yg menantang dan menggairahkan peserta didik, sebagai sa-
rana dan prasrana dilakukan pengembangan, sebagai sarana belajar perlu
disempurnakan dengan melengkapi media dan buku –buku serta laborato-
rium, perlunya peningkatan tenaga administrasi pendidikan dan sebagai
penunjang proses pembelajaran, dan perlunya pengendalian mutu yang
meliputi : 1. Laporan penyelenggaraan pendidikan, 2. Monitoring dan

58

evaluasi terhadap proses pendidikan, 3. Pengawasan yang ketat pada saat
seleksi penerimaan siswa/mahasiswa baru, 4. Akreditasi lembaga.

c. Efisiensi
Masalah efisiensi pendidikan yang dipersoalkan adalah bagaimana suatu
sistem pendidikandapatmendayagunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dapat
dikatakan efisiennya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, maka efisiensi
berarti rendah. Beberapa hal terkait dengan efisiensi dalam pendidikan:
1). Mendayagunakan tenaga kependidikan secara optimal
2). Mendayagunakan sarana dan prasarana secara optimal
3). Penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan dengan baik
4) Memfungsikan sumber daya pendidikan dengan optimnal.

d. Relevansi
Permasalahan relevansi pendidikan yaitu mencakup sejauh mana sistem
pendidikan dapat menghasilkan keluaran yang sesuai dengan kebu-
tuhan pembangunan nasional, yaitu permasalahan yang digambarkan da-
lam suatu rumusan tujuan pendidikan nasional.

Kriteria relevansi seperti ditanyakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan
dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang
pekerjaan yang ada yaitu:
1) Kualitas lembaga pendidikan bermacam–macam statusnya
2) Hasil keluaran pendidikan belum siap pakai
3) Hanya sikap berkembang saja saat ini yang ada

59

4) Peta kebutuhan tenaga sebagai pedoman menyusun program belum
tersedia.
Empat permasalahan diatas dapat di selesaikan jika:
1) Pemerintah memberikan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk
belajar sesuai dengan kebutuhan
2) Menghasilkan sesuatu yang bermutu yaitu antara perencanaan, proses
dan keluaran sesuai dengan tujuan
3) Proses pendidikan berjalan secara efisien dalam arti sesuai dengan ren
cana yang tertulis
4) Hasil pendidikan sangat relevan, artinya pendidikan yang dihasilnan
sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat.
Pembangunan bidang pendidikan mempunyai tujuan yang sangat tinggi yaitu
pendidikan yang bermutu dan pendidikan yang merata bagi segenap warga.

60

DAFTAR PUSTAKA
Tirtaraharja, & S. L. La sulo, 2005. Pengantar Pendidikan cet. Kedua(.
Jakarta:
Rineka Cipta Ihsan, 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Rineka
Cipta Notoadmojo, 2003. Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://repositori.kemdikbud.go.id/10075/1/Konsep_dan_Pedoman_PPK.p
df

61


Click to View FlipBook Version