The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2021-12-20 07:30:28

FILE BUKU ( PENGANTAR PENDIDIKAN ) .

FILE BUKU ( PENGANTAR PENDIDIKAN ) .

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena buku
ini telah selesai disusun. Adapun tujuan dari penyusunan buku ini sebagai buku
ajar dalam pembelajaran Pengantar Pendidikan, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah membantu para mahasiswa dalam
mempelajari Pengantar Pendidikan itu sendiri.
Tersusunnya buku ini tentu bukan usaha penulis seorang. Penulis pun menya-
dari jika didalam penyusunan buku ini mempunyai kekurangan, namun penulis
meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan se-
buah manfaat bagi pembaca. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih.
Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan saran dari pembaca
sangatlah berguna untuk penulis kedepannya.

Makassar, 29 Oktober 2021

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENGANTAR PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR
PENDIDIKAN............................................................................................ 1
A. Pengertian Pendidikan............................................................................. 2
B. Unsur – Unsur Pendidikan....................................................................... 6
C. Pelaksanaan Pendidikan .......................................................................... 10

BAB 2 KONSEP DASAR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH.................. 15

A. Definisi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ................................................. 15
B. PLS Terhadap Orang Dewasa.................................................................. 17
C. Filsafat Pendidikan Idealisme dan Realisme dalam PLS .......................... 21
D. Konsep dari Pendagogik Hingga Andagogik ........................................... 23
E. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran ..................................................... 26

BAB 3 LINGKUNGAN PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER LINGKUNGAN PENDIDIKAN................ 28
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan ......................................................... 28
B. Jenis Lingkungan Pendidikan .................................................................. 29
C. Fungsi Lingkungan Pendidikan ............................................................... 32
D. Tripusat Pendidikan ................................................................................ 33
E. Konsep Dasar Pendidikan Karakter ......................................................... 43

ii

BAB 4 ALIRAN – ALIRAN DALAM PENDIDIKAN ............................. 50
1.Aliran – Aliran Klasik dalam Pendidikan ................................................... 50
2.Aliran Pendidikan Modern di Indonesia ..................................................... 52
3.Aliran Pokok Pendidikan........................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 61

iii

BAB 1

PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan berasal dari kata "educare", dalam bahasa Latin memiliki
konotasi melatih dan menjinakkan. Pendidikan merupakan suatu proses
membantu, menumbuhkan mengembangkan potensi diri, mendewasakan.
Educere, pendidikan dipandang sebagai proses pembimbingan. dimana terdapat
yang memimpin dan yang dipimpin. Agar manusia keluar dari keterbatasan
fisiknya dan mampu bekerjasaa dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama.

Pengertian Pendidikan Secara Luas Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala
situasi hidup yang mempelajari pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan
dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.

Pengertian Pendidikan Secara Sempit Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh
yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya
agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
hubungan hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Batasan tentang Pendidikan Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para
ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain.
Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan,
aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

1

Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda
berdasarkan fungsinya.

a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya Sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain

b. Pendidikan sebagai Proses pembentukan Pribadi Proses
pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi
mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa, dan bagi
mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut
pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan
menjadi keharusan

c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara pendidikan
sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang
baik.

d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja pendidikan sebagai
penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta
didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN

1). GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945

2

diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia Yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu
membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.

2). GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 108) memberikan batasan tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila serta UndangUndang Dasar 1945
diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

f. Definisi Pendidikan Berdasarkan Fungsi

1). Pendidikan Sebagai Proses Transfarmasi Budaya Sebagai proses transfarmasi
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain, nilai-nilai budaya tersebut
mengalami proses transfarmasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga
bentuk transfarmasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-
nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain. 2). Pendidikan Sebagai Proses
Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan
suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa dan oleh mereka yang
sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

2). Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik.

3

3). Pendidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja
pada calon luaran.

g. Pendidikan Menurut Para Ahli

1) Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M)
mengatakan bahwa: "pendidikan itu ialah membantu perkembangan
masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan
tercapainya kesempurnaan".

2) Aristoteles (filosof terbesar Yunani yang lahir pada tahun 384SM-
322 SM) mengatakan bahwa: "pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk
pengajaran".

3) Ibnu muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun
106 H-143 H) mengatakan bahwa: "pendidikan itu ialah yang kita
butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera
kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan
untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan
rohani.".

4) James mill (filosof Inggris, 1773-1836) mengatakan bahwa:
"pendidikan itu harus menjadikan seseorang cakap, agar dia menjadi orang
yang senantiasa berusaha mencapai kebahagiaan untuk dirinya terutama
dan untuk orang lain selainnya".

5) John dewey (filosof Chicago, 1859 M-1952 M) mengatakan
bahwa: pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan
karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan-peninggalan bu-
daya Indonesia”.

4

6) Jean-jacques rousseau (filosof swiss 1712-1778) menurutnya:
"pendidik adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
kanak-kanak, tetapi kita membutuhkannya diwaktu dewasa."

7) Mj. Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda ahli
ini merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: "pendidikan
adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan
tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dangan bantuan orang lain".

8) Ki hajar dewantara (bapak pendidikan nasional indonesia, 1889-
1959) merumuskan pengertian pandidikan sebagai berikut: "pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan badi pekerti (karakter,
kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras dangan alam dan
masyarakatnya".

9) Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah
pendidikan disekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat
mengikuti syaratsyarat yang jelas dan ketat.

10) Edgar Dalle Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk
masa yang akan datang.

11) Thompson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap
individu untuk menghasilkan perubahan perubahan yang tetap dalam
kebiasaan perilaku, pikiran, dan sifatnya. Dalam menentukan tujuan

5

pendidikan ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti yang
dikemukakan oleh Hummel (1977: 39) antara lain:

a) Authonomy yaitu memberikan kesadaran, pengetahuan dan
kemampuan secara maksimum kepada individu maupun kelompok
untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang
lebih baik.

b) Equity (keadilan) yang berarti bahwa warga masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan
ekonomi dengan memberikannya pendidikan dasar yang sama.

c) Survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin
pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

Unsur-unsur pendidikan antara lain: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik,
interaksi edukatif, materi pendidikan, alat dan metode pendidikan, dan lingkungan
pendidikan serta proses belajar menuju kehidupan yang lebih baik, dengan cara
mentransfer keilmuan untuk mencerdaskan siswa dalam memperbaiki akhlak
siswa yang menjadi bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan dalam
hidupnya.

Unsur-unsur pendidikan adalah hal yang saling terkait satu sama lain. Berikut
adalah penjelasan dari masing-masing unsur pendidikan yang diambil dari
undang-undang no.20 tahun sisdiknas, ditambah dengan satu unsur lain yang
sering disinggung oleh para ahli.

6

1. Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

a) Subyek yang dibimbing (peserta didik).

Peserta didik merupakan orang yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Mudahnya, peserta didik adalah orang yang ingin
menempuh pembelajaran untuk mengembangkan potensinya lewat pendidikan

b) Orang yang membimbing (pendidik).

Pendidik adalah pengajar yang mengajar dan melatih peserta didik dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Dalam sisdiknas: "Pendidik adalah tenaga pengajar
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan".
guru, pemimpin program pembelajaran, latihan dan masyarakat.

c) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian
tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi
intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

d) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

Secara umum dan secara yuridis, tertuang dalam undang-undang sisdiknas
bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

7

1) Tujuan Pendidikan Berdasarkan Kebutuhan Tujuan pendidikan
dapat spesifik mengacu pada tujuan tertentu berdasarkan kebutuhan
pendidikan.

2) Tujuan umum Merupakan tujuan pendidikan secara nasional.
Pancasila merupakan landasan dari tujuan umum pendidikan nasional di
Indonesia.

3) Tujuan institusional Merupakan tujuan yang menjadi tugas dari
lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya.

4) Tujuan kurikuler Merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
bidang studi atau mata pelajaran

5) Tujuan instruksional Merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu penguasaan materi tertentu.

6) Tujuan Pendidikan secara Umum Tujuan pendidikan yang telah
disampaikan di atas masih bersifat imajiner dan belum menjadi rumusan
yang konkret. Umumnya ada 4 jenjang tujuan di dalamnya terdapat tujuan
antara, yaitu: tujuan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan
tujuan instruksional.

a) Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia ialah manusia
Pancasila.

b) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan
tingkat SD berbeda dari tujuan pendidikan tingkat menengah, dan
seterusnya.

c) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata
pelajaran. Misalnya tujuan IPA, IPS atau Matematika.

8

d) Tujuan instruksional Materi kurikulum yang berupa bidang studi-
bidang studi terdiri dari pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok
bahasan.

e) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).

Isi pendidikan/materi pendidikan merupakan materi-materi yang diajarkan
dalam proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara ke arah yang lebih
baik lagi.

e) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode). Alat dan metode
pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode
diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas
yang preventif dan yang kuratif.

• Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan
peringatan bahkan juga hukuman.

• Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki,
misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran
penjelasan, bahkan juga hukuman.

f) Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Lingkungan pendidikan merupakan tempat manusia
berinteraksi timbal balik sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan

9

ke arah yang lebih baik lagi. Lingkungan pendidikan sering dihubungkan
dengan tripusat pendidikannya, yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

C. PELAKSANAAN PENDIDIKAN
1. Fungsi Pendidikan
Danim (2010, hlm.45) menjelaskan fungsi pendidikan sesungguhnya adalah
membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan bermartabat.
Selain itu pendidikan mempunyai fungsi spesifik untuk tujuan dan kebutuhan
yang spesifik pula, yaitu :
1) Menyiapkan sebagai manusia yang berbudi.
2) Menyiapkan tenaga kerja.
3) Menyiapkan warga negara yang baik.
2. Kegiatan Pendidikan
1) Kegiatan Manusiawi, yaitu pendidikan membuat manusia
membuka diri terhadap dunia. Manusia memanusiakan manusia.
2) Tindakan Edukatif, yaitu individu membaktikan diri dan setia pada
nilai yang di yakini.
3) Tindakan Didaktis, tertuju pada proses pengajaran dan objek
pembelajaran, secara lebih khusus adalah proses pengajaran dalam
lembaga pendidikan.

10

3. Proses Pendidikan
a) Mobilisasi semua komponen pendidikan oleh pendidik untuk
mencapai tujuan pendidikan.
b) Proses sangat menentukan kualitas hasil pencapai tujuan
pendidikan.
c) Kualitas: komponen & pengelolaan.
d) Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya
proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
e) Pengelolaan dalam lingkup.

4. Manfaat Pendidikan
Manfaat pendidikan menurut Elfachmi (2015, hlm.16) adalah sebagai berikut:

1) Mendapatkan ilmu yang akan dibutuhkan untuk masa depan.
2) Belajar di luar sekolah bisa menambah wawasan yang lebih luas.
3) Melalui ilmu dan wawasan yang lebih luas, kita dapat meraih cita-
cita yang kita impikan.
4) Menjadikan manusia memiliki budi pekerti yang luhur Sesuai
dengan pengertian dan tujuan pendidikan, pendidikan sangatlah
bermanfaat bagi kehidupan semuanya agar menjadi manusia yang
seutuhnya, karena sejatinya pengertian pendidikan adalah sebagai alat
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.

11

5. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang akan dipilih dan dijalani oleh peserta
didik untuk melaksanakan pembelajaran dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Menurut
Triwiyanto (2014, hlm.24) jalur pendidikan terdiri dari:

a. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari: pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Nonformal 15 Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.

c. Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
di luar institusi formal yang melibatkan keluarga, teman dan lingkungan
peserta didik.

6. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik dan kelengkapan dan kedalaman filum yang
diajarkan.

Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2012, hlm. 268) jenjang pendidikan meliputi:
 Jenjang Pendidikan Dasar
 Jenjang Pendidikan Menengah
 Jenjang Pendidikan Tinggi

12

7. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok pendidikan yang didasarkan pada
kekhususan tujuan dari pendidikan. Seperti yang tertera pada undang-undang
pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 9 "jenis pendidikan adalah
kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan
pendidikan". Sementara itu, menurut Tirtarahardja dan Sulo (2012, hlm. 264)
jalur pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Pendidikan Umum Pendidikan umum adalah pendidikan yang
mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik
dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa
pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan mum bagi jenis
pendid lainnya. Yang termasuk pendidikan umum adalah SD, SMP, SMA,
dan universitas.

b. Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan
tertentu, seperti bidang teknik, jasa boga, dan busana, perhotelan,
kerajinan, administrasi perkantoran dan lain-lain. Lembaga pendidikannya
seperti, STM, SMTK, SMIP, SMIK, SMEA.

c. Pendidikan Luar Biasa Pendidikan luar biasa merupakan
pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Yang termasuk pendidikan
luar biasa adalah SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa).

d. Pendidikan Kedinasan Pendidikan kedinasan merupakan
pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi calon pegawai atau calon pegawai
suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah nondepartemen.

13

e. Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan merupakan
pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didikuntuk dapat
melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama. Pendidikan keagamaan juga dapat terdiri dari
beberapa jenjang tingkat pendidikan (dasar, menengah, tinggi).

8. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik.
 Cara Memandang Sistem Perubahan cara memandang suatu status
dari komponen menjadi sitem ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi
komponen dari sitem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara
memandang ruang lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup
suatu permasalahan.
 Masalah Berjenjang Semua masalah tersebut satu sama lain saling
berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternatif maslah, dan latar
belakang masalah.
 Analisis Sistem Pendidikan Penggunaan analisis sistem dalam
pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan
pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. d.Saling Hubungan Antar
Komponen Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya
suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin
tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut
tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.

14

BAB 2
KONSEP DASAR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
A. DEFINISI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi
yang teratur terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi,
pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan
negaranya.
Secara terperinci dapat diungkapkan alasan-alasan timbulnya pendidikan luar
sekolah adalah:
1. Aspek Pelestarian Budaya.
Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dan
berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai perintah,
tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik.
2. Aspek Teoritis.
Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang
diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun lembaga pendidikan:
formal, informal maupun nonformal yang mampu secara sendiri-sendiri
memenuhi semua kebutuhan dan belajar minimum yang esensial.

15

3. Dasar Pijakan.

Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD 1945, Undang-Undang
RI Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah RI No.73 tahun 1991 tentang
pendidikan luar sekolah.

PLS adalah kumpulan individu yang menghimpun diri dalam kelompok dan
memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti program pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan belajar. Adapun
bentuk-bentuk satuan PLS, sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN tahun
1989 pasal 9:3 meliputi: pendidikan keluarga, kelompok Belajar, kursus dan
satuan pendidikan sejenis. Satuan PLS sejenis dapat dibentuk kelompok
bermain, penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok pesantren
tradisional.

4. Aspek Kebutuhan Terhadap Pendidikan.

Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada masyarakat
daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas.
Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek
dan perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa
tertekan akibat kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi
pergaulan dunia yang menghendaki suatu keterampilan dan keahlian tertentu.
Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga terwujudlah bentuk-bentuk
kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di luar
persekolahan.

5. Keterbatasan Lembaga Pendidikan Sekolah.

Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak bersifat formal
atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan
kaku serta berbagai keterbatasan lainnya. Sehingga tidak semua lembaga

16

pendidikan sekolah yang ada di daerah terpencil pun yang mampu memenuhi
semua harapan masyarakat setempat, apalagi memenuhi semua harapan
masyarakat daerah lain.
Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu:

1) UUD 1945, Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 dan
peraturan pemerintah RI No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar
sekolah.
2) Aspek kebutuhan terhadap pendidikan
3) Keterbatasan lembaga pendidikan sekolah

B. PLS TERHADAP ORANG DEWASA
Pendidikan ini timbul karna:

1. Orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja.
2. Orang dewasa tertarik terhadap keahlian.
Dalam rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
a) Kursus-kursus pendek.
b) In service-training.
c) Surat menyurat.

17

Suatu ilustrasi bahwa untuk:

 Para petani memperoleh program pemberantasan buta-huruf.
 Para ibu-ibu memperoleh kesehatan, sanitasi, dan perawatan anak.

Lebih lanjut, sesuai dengan rancangan peraturan pemerintah maka sasaran
pendidikan luar sekolah dapat meliputi:

1. Ditinjau dari segi sasaran pelayanan, berupa:

a). Usia pra-sekolah (0-6 tahun).

Dikota-kota besar terdapat tempat untuk penyelenggaraan pendidikan luar
sekolah seperti: tempat penitipan anak dan kelompok sepermainan. Fungsi
lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang mereka pergi ke sekolah
(pendidikan formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk hidup dalam
situasi yang berbeda dengan lingkungan keluarga.

b). Usia pendidikan dasar (7-12 tahun).

Dengan adanya program wajib belajar, maka pendidikan luar sekolah
mempunyai peranan untuk ikut menampung pendidikan anak-anak usia
tersebut walaupun dengan sistem pendidikan yang berbeda. Usaha ini
dilaksanakan dengan penyelenggaraan program kejar paket A dan
kepramukaan yang diselenggarakan secara bersama dan terpadu.

c). Usia pendidikan menengah (13-18 tahun). Program pendidikan bagi
mereka.

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah untuk usia semacam ini
diarahkan untuk pengganti pendidikan, sebagai pelengkap dan sebagai
penambah.

18

d).Usia pendidikan tinggi (19-24 tahun).

Mereka yang tidak tertampung pada perguruan tinggi menempuh jumlah
yang besar dan dilain pihak memang mereka ada yang sengaja ingin
bekerja lebih dahulu. Oleh karena itu pendidikan luar sekolah menyiapkan
mereka untuk siap bekerja melalui pemberian berbagai ketrampilan
sehingga mereka menjadi tenaga yang produktif, siap kerja dan siap untuk
usaha mandiri.

2. Ditinjau dari jenis kelamin

Program ini secara tegas diarahkan pada kaum wanita oleh karena jumlah
mereka yang besar dan partisipasinya kurang dalam rangka produktivitas
dan efisiensi kerja. Pendidikan luar sekolah dapat membantu mereka
melalui program-program PKK, program KB dan lain-lain seperti Program
Peningkatan Gizi Keluarga, perawatan bayi, pengetahuan rumah dan
penjagaan lingkungan sehat.

3. Berdasarkan lingkungan sosial budaya.

Sasaran pendidikan luar sekolah dapat berupa:

1) Masyarakat pedesaan.
2) Masyarakat perkotaan.
3) Masyarakat terpencil.
4) Kemajuan nasional.

4. Berdasarkan kekhususan sasaran pelajaran.
a) Peserta didik yang dapat digolongkan terlantar, seperti anak
yatim piatu,
b) Peserta didik yang mengalami perkembangan sosial dan
emosional seperti anak nakal, korban narkotika dan wanita tuna
susila.

19

c) Peserta yang mengalami cacat mental dan cacat tubuh seperti
tuna netra, tuna rungu, tuna mental..

d) Peserta didik yang karena beberapa sebab sosial, tidak dapat
mengikuti program pendidikan persekolahan.

5. Berdasarkan pranata.

Pendidikan luar sekolah memiliki pranata yang bermacam-macam seperti :
pendidikan keluarga, pendidikan perluasan wawasan desa dan pendidikan
ketrampilan. Oleh karena itu pendidikan luar sekolah meliputi:

1) Pendidikan keluarga, mengembangkan peserta didik untuk
ketakwaan kepada Tuhan, nilai moral, pandangan dan sikap hidup,
ketrampilan dan kreativitas.

2) Pendidikan perluasan wawasan dalam rangka peningkatan
kemampuan berpikir, menambah pengetahuan, dan memperluas
cakrawala tentang kehidupan berbangsa dan berkeluarga.

3) Pendidikan ketrampilan dalam rangka mengembangkan
profesionalisme pekerjaan sehingga dapat menghasilkan
barang/jasa guna meningkatkan taraf hidup.

6. Berdasarkan sistem pengajaran.

Sistem pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah dapat bermacam-macam sehingga
sasaran

1) Pendidikan luar sekolah meliputi: perlombaan dan
2) Kelompok, organisasi, dan lembaga.
3) Mekanisme sosial budaya seperti

pertandingan.

20

4) Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi
moderne seperti televisi

5) Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah
dan alat alat perlengkapan kerja.

7. Berdasarkan segi pelembagaan program.

Pelembagaan program yang dimaksud keseluruhan proses pengintegrasian
antara program pendidikan luar sekolah dan pembangunan masyarakat

a) Program antar sektoral dan swadaya masyarakat seperti PKK,
PKN, dan P2WKSS.

b) Koordinasi perencanaan desa atau pelaksanaan program
pembangunan.

c) Tenaga pengarahan ditingkat pusat, provinsi, kabupaten,
kecamatan dan desa.

C. FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME DAN REALISME DALAM
PLS

Berikut ini akan dikemukakan implikasi filsafat pendidikan Idealisme dan
realisme dalam penyelenggaraan PLS dalam menetapkan tujuan, kurikulum,
metode, serta peran peserta didik dan pendidik.

1. Pendidikan Idealisme dalam PLS

Dengan memperhatikan implikasi filsafat pendidikan realisme maka
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama: tujuan program PLS
pertama-tama harus difokuskan pada pembentukan karakter atau
kepribadian peserta didik.Kedua, kurikulum pendidikan PLS
dikembangkan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan

21

praktis. Kurikulum diarahkan pada upayan Pengembangan kemampuan
berpikir melalui pendidikan umum.Ketiga, metode pendidikan dalam
program PLS disusun menggunakan metodee Pndidikan dialektis.
Keempat, peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya.
Pendidikan bekerja sama dengan alam dengan proses pengembangan
kemampuan ilmiah.

2. Pendidikan Realisme dalam PLS

Dengan memperhatikan implikasi filsafat pendidikan idealisme maka
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat dikembangkan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, tujuan program
pendidikan PLS terfokus agar peserta didik dapat menyesuaikan diri secara
tepat dalam hidup. Kedua, kurikulum komprehensif yang berisi semua
pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan
tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsurunsur pendidikan umum
untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk
kepentingan bekerja. Ketiga, semua kegiatan belajar berdasarkan
pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar
hendaknya bersifat logis, bertahap dan berurutan. Pembiasaan
(pengkondisian) merupakan sebuah metode pokok yang dapat
dipergunakan dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Keempat,
Dalam hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah
penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti
perkembangan Iptek. Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang
baik sangat penting dalam belajar.

22

D. KONSEP DARI PENDAGOGIK HINGGA ANDAGOGIK

Pedagodik merupakan pendekatan belajar yang digunakan untuk peserta didik
belum masuk kategori dewasa, sehingga proses belajar betul-betul dilakukan
dengan proses mengisi atau memang dianggap belum tahu. Andragogik
merupakan pendekatan belajar yang ditujukan untuk orang dewasa, dimana
Peserta didik dianalogikan sebagai gelas yang tidak lagi kosong, telah memiliki
air, bahkan ada yang telah terisi penuh, sehingga proses yang dilakukan lebih
kepada sharing, diskusi.

Ilmu pedagogik adalah ilmu yang membicarakan masalah atau persoalan-
persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti
tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik,
pendidik dan sebagainya.

Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas. Undang-undang guru dan dosen No. 14 tahun 2005, dan PP
No 19/2005 menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
pedagoik, profesional, dan sosial. Bertitik tolak dari apa yang penulis kemukakan
di atas, dengan terdapatnya empat kompetensi guru yang perlu dibahas, dalam hal
ini mengingat luasnya cakupan kompetensi tersebut sehingga memakan waktu
yang panjang, mengingat singkatnya waktu dan kurang sumber, untuk itu penulis
akan menguraikan beberapa kompetensi yang harus dimilik guru antara lain:
kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial.

A. Kemampuan Mengelola Pembelajaran.

Secara operasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga
fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

23

B. Pemahaman terhadap Peserta Didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas,
cacat pisik, dan perkembangan kognitif.

Banyak hal yang menentukan kualitas hasil belajar peserta didik yang
secara dikotomi diklasifikasikan atas faktor endogen dan eksogen. Dari
dua unsur tersebut lahir salah satu hal yang amat dikenal dalam belajar,
yakni kesiapan (readiness), yaitu suatu kemampuan untuk berformasi
dalam melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan tuntutan situasi yang
dihadapi. Sedikitnya terdapat tiga unsur dalam kesiapan tersebut yaitu:

a. Kesiapan fisik, antara lain saraf dan otot; urat-urat lain bebas dari
b. Kejiwaan, yang dipelajari sebelumnya. Antara konflik emosional
c. Pengalaman, berhubungan dengan keterampilan-keterampilan

Perbedaan individu sebagaimana diuraikan di atas perlu dipahami oleh
para pengembang kurikulum, guru, calon guru dan kepala sekolah agar
dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif. Memahami karakteristik
individu sabagaimana diuraikan di atas, dalam pembelajaran peserta didik
dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok normal
b. Kelompok sedang
c. Kebutuhan belajar.

24

Kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik
agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa
memilikinya. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa
kompetensi tertentu yang ingin mereka milik dan diperoleh melalui
kegiatan pembelajaran.

b) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebututhan
belajar.

c) Peserta didik dibantu untuk mengenali dan menyatakan kemungkinan
adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar, baik
Berdasarkan yang datang dari dalam maupun identifikasi terhadap
kebutuhan dari luar belajar bagi pembentukan kompetensi peserta
didik, baik secara kelompok maupun perorangan, kemudian
diidentifikasi sejumlah kompetensi untuk dijadikan bahan
pembelajaran.

Umumnya pembelajaran menyangkut tiga hal, yaitu:

1. Pre tes (tes awal)

Pre tes memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, yang
berfungsi antara lain: untuk menyiapkan peserta didik dalam proses
belajar, dengan pre tes maka pikiran mereka terfokus pada soal yang
harus dikerjakan.

25

2. Proses

Proses adalah sebagai kegiatan ini dari pelaksanaan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik.

3. Post Test

Fungsi post test antara lain :

a) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun
kelompok.

b) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat
dikuasai anak didik dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai anak
didik.

c) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
remedial maupun yang perlu diberikan pengayaan.

d) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan proses
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang
telah dilaksanakan.

E . PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Fasilitas pendidikan pada umunya mencakup sumber belajar, sarana dan prasarana
sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus ditekankan pada peningkatan
sumber-sumber belajar, baik kuantitas maupun kualitasnya, sejalan dengan
perkembangan teknologi pendidikan dewasa ini. Sehubungan dengan itu,
peningkatan fasilitas laboratorium, perpustakaan, atau ruang ruang belajar khusus
seperti ruangan komputer, sanggar seni, ruang audio dan video seyogianya
semakin menjadi faktorfaktor yang diperhatikan dalam peningkatan fasilitas
pembelajaran.

26

1. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar penilaian akhir satuan pendidikan
dan sertifikasi, serta penilaian program.

2. Pengembangan Peserta Didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
pedagogig yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagi
potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta
didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain kegiatan
ekstrakurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan konseling (BK).

3. Perbedaan Pendidikan Sekolah dengan Pendidikan Luar Sekolah.

Secara prinsip, satu-satunya perbedaan antara pendidikan luar sekolah.
Dengan pendidikan sekolah adalah legitimasi atau formalisasi
penyelenggaraan pendidikan. Tentang perbedaan penyelenggaraan ini,
secara institusional, tercantum pada Undang-Undang RI nomor 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 10:2-3.

Setelah membahas beberapa pengertian pendidikan di atas maka
pertanyaan yang timbul kemudian apakah perbedaan antara pendidik luar
sekolah dan pendidikan sekolah itu. Cara yang paling umum dilakukan
ialah dengan membandingkan rincian karakteristik pendidikan sekolah
terhadap karakteristik pendidikan luar sekolah (Ryan, 1972: 11). Sebagai
ilustrasi, disatu pihak, pendidikan sekolah mempunyai program yang
berurutan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan dan dapat diterapkan
secara seragam disemua tempat yang memiliki kondisi sama.

27

Dipihak lain, pendidikan luar sekolah mempunyai program yang tidak
selalu tetap dan tidak selalu berjenjang walaupun dapat berurutan, dan
dalam penyelengaran programnya maka kebutuhan belajar dan kondisi
setempat lebih diperhatikan. Program pendidikan sekolah mempunyai
tigkat keseragaman yang ketat, sedangkan program pendidikan luar
sekolah lebih berfariasi dan luas. Namun, karakteristik pendidikan sekolah
lebih mudak untuk di identifikasi dibandingkan dengan karakteristik
pendidikan luar sekolah.

28

BAB 3

LINGKUNGAN PENDIDIKAN DAN IMPLIMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai
berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan
bagian dari lingkungan sosial.

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara
efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Dan latar tempat
berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada
tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat (Umar
Tirtaraharja et. Al., 1990:39-40.

Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga.
Makin bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni
sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan
keluarga masih tetap berlanjut.

Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari
kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya,
maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan
adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa
diminta dan direncpeserta didikan oleh manusia.

28

B. JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Dilihat dari segi peserta didik, tampak bahwa peserta didik secara tetap hidup di
dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut
Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolahan, lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan
atau lingkungan pendidikan.

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama Karena
manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini Sebelum
mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami Proses
pendidikan sejak lahir.

bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi
dua yaitu:

1. Pendidikan Prenatal (pendidikan dalam kandungan)

2. Pendidikan Postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:

1. Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan
Peserta didiknya.

2. Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap peserta keluarga
3. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

Pendidikan keluarga berfungsi:

1. Sebagai pengalaman pertama masa peserta didik
2. Menjamin kehidupan emosional peserta didik

3. Menanamkan dasar pendidikan moral

4. Memberikan dasar pendidikan sosial.
29

5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi peserta didik-
Peserta didik.

2. Lingkungan Sekolah
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan
unsur lingkungan yang keduanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan.
Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun di
dalamnya terdapat faktor-faktor yang mendidik. Pergaulan semacam itu
dapat terjadi dalam
a) Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-
saudara lainnya dalam suatu keluarga
b) Berkumpul dengan teman-teman sebaya,
c) Bertempat tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di
Desa, atau dimana saja. Diantara ketiga pergaulan tersebut, sudah jelas
keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian
dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan
masyarakat secara lebih luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa,
adat istiadat, kebiasaan, hasil seni, peraturan, merupakan lingkungan yang
memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi perkembangan individu.

3. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan suatu sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia
sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat.
Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan Perkembangan
individu.

30

Terdapat beberapa karakteristik kehidupan keluarga yang merupakan
penyesuaian diri, yaitu:

a Susunan keluarga, yaitu besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih
berkuasa, jumlah peserta didik, perbandingan peserta didik perempuan,
dan laki – laki, dsb.

b Peranan – peranan sosial dalam keluarga Yaitu setiap peranan sosial yang
dimainkan oleh setiap anggota keluarga.

c Kohesi keluarga, yaitu kekuatan pertautan antara anggota keluarga yang
satu dengan yang lainnya.

Islam memandang, bahwa keluarga merupakan lingkungan yang paling
berpengaruh pada pembentukan kepribadian peserta didik. Hal ini
disebabkan:

a. Tanggung jawab orang tua pada peserta didik bukan hanya bersifat
duniawi, melainkan ukhrawi dan teologis. Tugas dan tanggung jawab
orang tua dalam membina kepribadian peserta didik merupakan manah
dari Tuhan

b. Orang tua disamping memberikan pengaruh yang bersifat empiris pada
setiap hari, juga memberikan pengaruh hereditas dan genesitas, yakni
bakat dan pembawaan serta hubungan darah yang melekat pada diri
peserta didik

c. Peserta didik banyak tinggal atau berada di rumah dibandingkan di
luar rumah

Orang tua atau keluarga sebagai lebih dahulu memberikan pengaruh, dan
pengaruh yang lebih dahulu ini pengaruhnya lebih kuat dibandingkan
dengan pengaruh yang datang belakangan Di dalam keluarga, yang
bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si

31

peserta didik serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik itu seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan
kakak. Tetapi yang paling bertanggung jawab diantara mereka (ada kakek,
nenek, misalnya) adalah ayah dan ibu.

C. FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Fungsi Lingkungan Pendidikan dalam individu dan kelompoknya antara lain:

 Fungsi untuk mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri
dengan orang lain.
 Fungsi untuk memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih
luas.
 Fungsi untuk menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.
 Fungsi untuk memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara
untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuatan otoritas.
 Fungsi untuk memberikan pengalaman untuk mengadakan
hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.
 Fungsi untuk memberikan pengetahuan yang tidak bisa di berikan
oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa
berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-lain ).
 Fungsi untuk memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia
menjadi orang yang lebih kompleks.

32

D. TRIPUSAT PENDIDIKAN

Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi Lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialamai oleh peserta didik serta lembaga pendidikan
yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawa,
melindungi, dan mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang
dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:

1. Sebagai pengalaman pertama masa kpeserta didik-kpeserta didik

2. Menjamin kehidupan emosional peserta didik

3. Menanamkan dasar pendidikan moral

4. Memberikan dasar pendidikan sosial

5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi peserta didik-
peserta didik

Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan peserta didik ialah, merupakan peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup Keagamaan. Sifat dan tabiat
peserta didik sebagian besar diambil dari kedua oang tuanya dan dari anggota
keluarga yang lain. Mengenai penanaman pandangan hidup keagamaan, masa
kpeserta didik-kpeserta didik adalah masa yang paling baik. Masa kpeserta
didikkpeserta didik adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar
hidup beragama. Dalam hal ini biasakanlah peserta didik-peserta didik untuk pergi
ke gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan ibadah, mendengarkan
khutbahkhutbah atau ceramah-ceramah agama. Jangan hendaknya penanaman
dasar-dasar hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai peserta didik
mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang disukai.

33

2. Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilakspeserta didikan oleh orang tua
dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai
macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan peserta didik ke sekolah.
Di sekolah,peserta didik bercampur dan bergaul dengan peserta didik-
peserta didik lain, yang tidak ada hubungan kodrati. Bercampur dan
bergaul dengan peserta didik-peserta didik lain, yang bermacam-macam
sifat dan perangainya. Bercampur dan bergaul dengan peserta didik-
peserta didik lain, yang mempunyai hak-hak yang sama dengan dirinya.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan peserta didik-peserta didik
selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan
sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai
berikut:

1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan
yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.

2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam
masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

3. Sekolah melatih peserta didik-peserta didik memperoleh
kecakapan- kecakapan seperti membaca menulis, berhitung, menggambar
serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.

4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,
membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.

3. Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
Lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam
masyarakat Ini, telah mulai ketika peserta didik-peserta didik untuk
beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari

34

pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan.

Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam
masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah
diterima oleh peserta didik , dan sangat kuat meresap di hati peserta didik.
Peserta didik yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh dari
temannya, Akhirnya bisa menjadi peserta didik berandalan. Oleh karena
itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan
terhadap putra-putrinya.

Orang tua harus tahu dan mengawasi selalu, dengan siapa peserta didiknya
itu bercampur gaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan
kawan, tetapi justru untuk menjaga, agar si peserta didik tidak terlanjur
memperoleh pengaruhpengaruh yang tidak menginginkan.

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu:

1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.

2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial
dimasyarakat.

3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang
dirancang (by design),maupun yang dimanfaatkan (utility).

Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai
berikut :

1) Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat
sederhana.

35

2) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang
atau sawah dengan tanaman pokok padi.
3) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di
ladang atau sawah.
4) Masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah
dengan tanaman pokok padi.

5) Tipe masyarakat perkotaan.

6) Tipe masyarakat metropolitan.
Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik
seseorang, terdapat juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan
kelompok sosial seperti remaja masjid, pramuka, dsb. Kelompok teman
sebaya mempunyai fungsi terhadap anggotanya antara lain :
1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat orang dewasa.
4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk
membebaskan diri dari pengaruh kekuatan otoritas.
5) Pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada
prinsip persamaan hak.
6) Pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara
memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, Musik, jenis
tingkah laku tertentu, dan lain-lain).
7) Memperluas cakrawala pengalaman peserta didik, sehingga ia
menjadi orang yang lebih kompleks.

36

Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan
bagi peserta didik-peserta didiknya, yakni :

1) Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan
cara memberikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi
mereka

2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral
yang sesuai dengan keyakinan-keyakinan agamanya.

3) Memberikan model-model bagi perkembangan watak lingkungan
masyarakat

Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam
Lingkungan sosial yaitu:

a. pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi

b. pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan
kemakmuran

c. pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan
stabilitas masyarakat

d. pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk
mempermudah manusia

e. moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan
dalam pergaulan masyarakat.

Seperti halnya di atas, yang dimaksud dengan lingkungan/sekitar ialah
semua keadaan, benda-benda, orang-orang, kejadian-kejadian atau
peristiwa peristiwa yang ada di sekeliling peserta didik yang mempunyai
pengaruh pada perkembangan dan pendidikan peserta didik. Lingkungan
seperti yang dimaksud diatas, pada dasarnya dapat kita bedakan dalam dua
golongan, yaitu:

37

a. Lingkungan Alam

Lingkungan ala mini dapat bersifat klimatologis, geografis, dan juga
keadaan tanah. Yang dimaksud dengan lingkungan alam klimatologis
adalah yang berhubungan dengan keadaan iklim. Karena pengaruh iklim
maka menyebabkan orang mempunyai kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat
tertentu.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ini masih dibedakan lagi dalam dua macam, yaitu:

Lingkungan Sosial Keluarga dan Lingkungan Sosial Masyarakat. Hal-hal
dalam lingkungan keluarga yang turut berpengaruh pada pendidikan
peserta didik antara lain ialah:

– Perlakuan orang tua terhadap peserta didik.
– Kedudukan peserta didik dalam keluarga.
– Status peserta didik dalam keluarga.
– Besar kecilnya keluarga.
– Ekonomi keluarga.
– Pendidikan orang tua.

Hal-hal dalam lingkungan masyarakat yang turut berpengaruh terhadap
perkembangan dan pendidikan peserta didik, di samping terdapat hal-hal
yang memberikan pengaruh positif pada pendidikan dan perkembangan
peserta didik, juga banyak hal-hal yang memberikan pengaruh negatif.

Tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai, yakni:

a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh peserta didik.

b. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan.

38

c. Peserta didik dapat menerapkan pengetahuan untuk memecahkan
masalah yang ditemukan di sekitarnya.
d. Peserta didik lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan

lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
• Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan manusia

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar
dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:

a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya

b. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan

c. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan
yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
• Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter implementasi PPK dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya
sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat membantu satuan
pendidikan dalam merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan
PPK.

1. PPK Berbasis Kelas Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran
terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:

a. melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang
terkandung dalam materi pembelajaran;

39

b. mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan
memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang
relevan;

c. melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;

d. melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan;

Berikut ini contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan
karakter.

a) Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat
guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai
saling menghargai dan toleransi).

b) Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru
sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru
ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan
percaya diri).

c) Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai
konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan
Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat
menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).

Beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara
lain:

a) Metode pembelajaran saintifik (scientific Llearning)

b) Metode inquiry/discovery learning

c) Metode pembelajaran berbasis masalah (problem-learnin learning)

d) Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)

e) Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
40

f) Metode pembelajaran berbasis teks (text-based
instruction/genrebased instruction)

Pilihan dan penggunaan metode-metode pembelajaran tersebut dapat
dilaksanakan dengan beberapa strategi, antara lain:

a) Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) Melalui
pembelajaran ini, peserta didik berlatih bagaimana bekerja sama dengan
orang lain untuk menyelesaikan sebuah proyek bersama.

b) Presentasi Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil
pemikiran, tulisan, dan kajiannya di depan kelas.

c) Diskusi Dalam pembelajaran, peserta didik perlu dilibatkan secara
aktif bersama teman-temannya secara berkelompok, berintegrasi secara
verbal, saling bertukar pikiran dan informasi, saling mempertahankan
pendapat, mengajukan usulan dan gagasan yang lebih baik, serta bersama-
sama memecahkan masalah tertentu dalam pembelajaran.

d) Debat Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beradu
argumentasi dalam sebuah perdebatan yang topiknya dipilih secara aktual
dan kontekstual, agar mereka dapat mempertahankan argumentasinya
secara logis, rasional, dengan bahasa yang komunikatif dan memikat
perhatian pendengar (audiens).

e) PemanfaatanTIK Dalam pembelajaran, peserta didik dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rangka
menyelesaikan tugas- Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Karakter kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tugas sekolah.

Layanan Dasar Layanan dasar adalah pendampingan yang diperuntukkan bagi
seluruh peserta didik (konseli) melalui kegiatan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok untuk mengembangkan Perilaku jangka panjang dalam
pengembangan perilaku belajar, karier, pribadi, dan sosial. Nilai-nilai utama PPK
diidentifikasi dan diintegrasikan ke dalam pengembangan perilaku

41

belajar/akademik, karier, pribadi, dan sosial yang dikemas ke dalam topik atau
tema tertentu dan dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan
dan Konseling (RPLBK).

1. Layanan dasar merupakan momen utama BK yang paling
memungkinkan integrasi nilai-nilai utama PPK ke dalam layanan
bimbingan dan konseling.

2. Layanan Responsif Layanan responsif adalah kegiatan yang
diperuntukkan bagi peserta didik tertentu, baik individual maupun
kelompok, yang memerlukan bantuan segera agar peserta didik tidak
terhambat dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya.

3. Layanan Perencanaan Individual dan Peminatan Layanan ini
dimaksudkan untuk membantu setiap peserta didik dalam pengembangan
bakat dan minatnya, melalui pemahaman diri, pemahaman lingkungan,
dan pemilihan program yang cocok dengan bakat dan minatnya.

4. Dukungan Sistem Dukungan sistem terkait dengan aspek
Manajemen dan kepemimpinan sekolah di dalam mendukung layanan
bimbingan dan konseling untuk memperkuat PPK.

Langkah-langkah pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah, antara lain dapat
dilaksanakan dengan cara:

1. Menentukan Nilai Utama PPK Sekolah memulai program PPK
dengan melakukan asesmen awal.

2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pembentukan dan

3. Pendidikan karakter di lingkungan mereka. Pemilihan nilai utama
ini didiskusikan, dimusyawarahkan, dan didialogkan dengan seluruh

4. Pemangku kepentingan sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, komite sekolah, dan peserta didik).

42

E. KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAKTER

1.Pengertian Pendidikan karakter

Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter
(character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi
krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain
berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan
remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek,
penyalahgunaan obatobatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah
menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas,
oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter. Berdasarkan pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan yang
bisa digunakan untuk mengubah dunia.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh ilmu.

1. Tujuan Pendidikan Karakter

Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai
berikut:

1). Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik
yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Tujuannya adalah
memfasilitasi penguatan dan pengembangan nila nilai tertentu sehingga
terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat masih sekolah maupun
setelah lulus.

2). Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna
bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan
berbagai perilaku negatif anak menjadi positif.

43

3). Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.

2. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus
menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.

Nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:

 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan

 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.

 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.

 Kerja Keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.

 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

44

 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya,dilihat, dan didengar.

 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.

 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.

 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

 Bersahabat/Komunikatif Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

 Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.

3. Urgensi Pendidikan Karakter

Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Orang-orang
yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka
yang memiliki Akhlaq, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat itu
semua sangat penting harus di awali dari dunia pendidikan, memulai dari
sekolah Dasar (SD) dimana pendidikan dasar di mulai , bahkan dari usia dini
(TK/PAUD).

45


Click to View FlipBook Version