MAJALAH KITA
Sajak:
Dian Rusdiana
Emi Suy
Iyut Fitra
Kunni Masrohanti
Marwanto
Sulaiman Juned
Ayu K. Ardi Cerita Pendek:
Cikgu yang Muhammad Nurdin
sejak Kecil Tjahjono Widarmanto
Suka Menulis
Lukisan Pensil:
Muhammad Khatami
Karya: Muhammad Khatami
Instagram: @khatamiahmedkhan
ISSN 2797-2135
Salam Redaksi DITERBITKAN OLEH
BULAN KEEMPAT EGYPT VAN ANDALAS
(CV EGVAN MEDIA)
Perayaan Hari Kemerdekaan RI telah berlalu. Namun, semangat Padang Panjang
merdeka tetap terpatri dalam diri tim redaksi, dan pandemi Sumatra Barat - Indonesia
semoga pergi dari negeri pertiwi. Kehidupan normal pun dinanti. DEWAN REDAKSI
Majalah Digital elipsis eksis di bulan keempat. Sejauh ini proses PEMIMPIN UMUM
pengerjaan elipsis berjalan lancar karena tim redaksi bekerja Muhammad Subhan
maksimal melakukan kurasi naskah, baik naskah yang masuk dari PEMIMPIN REDAKSI
peserta Kelas Menulis Daring (KMD) maupun naskah dari penulis- Rilen Dicki Agustin
penulis Indonesia lainnya yang setiap bulan terus berdatangan. SEKRETARIS REDAKSI
Riyani Vadilla
Seperti biasa, rubrik puisi mendapat perhatian dari penulis-penulis
Indonesia. Beberapa penyair yang nama mereka tak asing, puisi- REDAKTUR
puisi mereka dapat kita temui pada edisi ini, di antaranya: Emi Suy, Ayu K. Ardi
Iyut Fitra, Kunni Masrohanti, Mohammad Iskandar, Sulaiman Anita Aisyah
Asna Rafiqoh
Juned, dll. Sementara rubrik cerpen diisi oleh Muhammad Nurdin, Dian Sarmita
Tjahjono Widarmanto, dan beberapa nama lainnya. Dona Susanti
Husnul Khatimah
Istimewa, elipsis kali ini disemarakkan lukisan pensil karya pelukis Maghdalena
muda Aceh, Muhammad Khatami. Pelukis potensial ini tertarik Nurhayati
mewarnai elipsis dengan karya-karya lukisnya. Rani Rozalina
Tiara Nursyita Syariza
Akhirnya, redaksi mengucapkan selamat membaca. Sambutlah Zainal Arif
elipsis dengan cinta dan semoga menjadi kenangan untuk bersua
TATA LETAK
pada edisi-edisi berikutnya.
Muhamad Ilham
REDAKSI
KIRIM TULISAN
Redaksi Majalah Digital elipsis
menerima tulisan berupa esai,
cerpen, puisi, resensi buku,
reportase kegiatan seni, sastra,
wisata, dan lain-lain. Naskah
dikirim ke email:
[email protected].
elipsis edisi 004
daftar isi
september—oktober 2021
5 39
PANGGUNG PROFIL
Empat Prodi ISI Padang MELANI KURNIAWATI ZEBUA
Keterbatasan Tak Surutkan Semangat
Panjang Pentas Berkarya
di Festival Kain Besurek
43
Bengkulu
SAJAK
8
64
EDUKASI
Mengenal dan Memahami TELUSUR
Antara Starbuck dan Raudhah
Toxic Positivity
86
12
OASE
SOROTAN Sastra Penghalus Jiwa
Baca Buku Tulis Buku
91
17
OTA LEPAU
GELANGGANG Semut
Cerpen "Pinangan"
30
SAMPUL
Ayuk K. Ardi, Cikgu yang sejak
Kecil Suka Menulis
36
PROFIL
IRFAN MUZAKI
Belajar Autodidak Merakit
Komputer dan Ingin Studi
di Rusia
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 4
Panggung
Foto: Dok. ISI Padang Panjang
Empat Prodi ISI Padang Panjang Pentas
di Festival Kain Besurek Bengkulu
Pentas di luar kampus dari mahasiswa-mahasiswa empat Program
Studi ISI Padang Panjang merupakan ajang pergelaran Fakultas
Seni Pertunjukan.
Oleh Sulaiman Juned
EMPAT Program Studi di Fakultas Seni pertunjukan dari empat Program Studi
Pertunjukan Institut Seni Indonesia dengan karya-karya terbaiknya membuat
(ISI) Padang Panjang pentas dalam penonton kagum dan pertunjukan riuh
Festival Kain Besurek di Taman Budaya oleh tepuk tangan.
Bengkulu, 24 Agustus 2021 lalu.
Sementara salah seorang pemain
Penyair dan Teaterawan Bengkulu, Eko Musikalisasi Puisi, M. Fauzan,
Petra, mengatakan, rangkaian mengatakan, konsep karya yang
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 5
Panggung
Foto: Dok. ISI Padang Panjang itu, Hamidun Saputra mengatakan,
konsep karya yang berangkat dari tradisi
berangkat dari puisi Sulaiman Juned diaransemen kembali dalam bentuk baru
dan dibuat komposisi musiknya atau populer. Hal ini tujuannya untuk
diaransemen oleh Dharminta Soeryana, melestarikan dan menjaga budaya
merupakan kerja kreatif antara Minangkabau melalui musik tradisi
mahasiswa teater dengan dosen. dengan instrumen talempong, canang,
gong, dan tambua.
“Karya ini menceritakan tentang galodo
atau banjir bandang yang terjadi di Sedangkan Prodi Seni Musik pada
Batusangkar, Sumatra Barat,” tuturnya kesempatan itu menampilkan dua lagu.
di sela-sela pertunjukan itu. Lagu pertama Wolfgang Amadeus karya
Mozart dan lagu kedua Botoi-Botoi karya
Prodi Seni Karawitan ISI Padang N.N yang merupakan lagu daerah
Panjang menampilkan komposisi Bengkulu dan diaransemen oleh Hadaci
karawitan bertajuk Galuik Batingkah Siddik, S.Sn., M.Sn.
karya Firman, S.Sn., M.Sn.
Hadaci Siddik mengatakan, karya pertama
Salah seorang pemusik pertunjukan dan kedua menggunakan format string
quarted dalam menggarap karya
komposer zaman klasik Mozart Wolfgang
Amadeus dengan judul Engklenah Musik.
Sementara karya kedua Ya Botoi-Botoi
merupakan lagu daerah Bengkulu.
Pertunjukan pembuka dalam Festival
Besurek yang dilaksanakan Dinas
Pendidikan Bengkulu dari Prodi Seni Tari
dengan tajuk Koyah Rang Awak
koreografer Arif Budiman.
Arif Budiman mengatakan, tari ini
berangkat dari tari tradisi Bujang
Sembilan yang berasal dari daerah
Paninjauan, Tabu Baraie, Kabupaten
Tanah Datar. Sumber pengembangan
gerak terdiri dari gerak koyah, lapiah
jarani, dan gerak padah.
“Pengembangan tarian ini diolah
berdasarkan elemen-elemen komposisi
tari terutama dari elemen gerak, ruang,
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 6
Panggung
waktu, dan tenaga. Tarian kreasi ini pergelaran Fakultas Seni Pertunjukan.
menggambarkan kebersamaan Sementara dipilihnya Bengkulu sebagai
masyarakat Nagari Paninjauan dalam tempat pertunjukan karena bertepatan
aktivitas kehidupannya sehari-hari,” adanya event bergengsi Festival Kain
ucapnya. Besurek, sehingga antusias masyarakat
Bengkulu dalam mengapresiasi
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI pertunjukan seni sangat tinggi.
Padang Panjang, Ferry Herdianto, S.Sn., Sedangkan Prodi Antropologi Budaya
M.Sn., mengatakan, pentas di luar bertindak sebagai tim dokumentasi dan
kampus dari mahasiswa-mahasiswa publikasi.
empat Program Studi ISI Padang
Panjang merupakan ajang "Karya-Karya yang ditampilkan ada
yang berangkat dari lokalitas Foto: Dok. ISI Padang Panjang
Minangkabau. Sementara budaya
Minang dan Bengkulu hampir sama. Ferry berharap, usai pertunjukan minat
Selanjutnya rata-rata mahasiswa ISI masyarakat khususnya Bengkulu dapat
Padang Panjang yang turut serta kali ini meningkat dari tahun ke tahun, untuk
juga berasal dari Bengkulu,” papar tetap memilih kampus ISI Padang
Dekan FSP yang berasal dari Bengkulu Panjang sebagai tempat menuntut ilmu,
ini. Bengkulu juga dikenal sebagai sehingga lima program studi yang ada
daerah pengasingan Bung Karno. di Fakultas Seni Pertunjukan semakin
diminati masyarakat Bengkulu. (*)
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 7
Edukasi
Mengenal dan
Memahami Toxic
Positivity
Meuti Nadia Soraya Bulan makna yang baik bagi orang yang sedang
ditimpa masalah? Sebaliknya, kalimat positif
Penulis & Guru tersebut bisa berubah jadi makna negatif yang
sering disebut dengan toxic positivity.
SITUASI sulit yang diakibatkan oleh pandemi
yang berkepanjangan, membuat banyak Ketika kita sedang berada dalam situasi sulit,
individu mengalami masa sulit. Tidak hanya tak jarang kita mendengar kalimat penguat
dalam masalah ekonomi, tetapi juga masalah seperti “Jangan bersedih. Lihatlah di sekitar
pekerjaan, ataupun orang terdekat yang kita banyak yang nasibnya tidak seberuntung
nyawanya direnggut oleh Corona. kita. Kamu pasti bisa melalui saat sulit ini.”
Dalam kondisi normal, kalimat tersebut hanya
Dalam situasi sulit tersebut, tidak jarang kita akan menjadi sebuah kalimat penguat biasa.
sering mendengar kalimat penyemangat, baik Berbeda ketika kita sedang dalam kondisi
diucapkan secara langsung, maupun melalui psikis tidak baik. Sebab, bisa jadi kalimat positif
media sosial. Namun, tahukah Anda, jika tidak tersebut menjadi bermakna sebaliknya.
semua kalimat positif tersebut, memiliki Kalimat di atas adalah contoh dari kalimat yang
mengandung toxic positivity.
Toxic Positivity adalah istilah populer yang
mengacu pada suatu kondisi ketika menuntut
dirinya sendiri atau orang lain, untuk selalu
berpikir dan bersikap positif serta menolak
emosi negatif. Salah satu yang sering dijumpai
adalah situasi ketika seseorang secara terus-
menerus mendorong kenalannya yang sedang
tertimpa kemalangan, untuk melihat sisi baik
dari kehidupan, tanpa pertimbangan akan
pengalaman yang dirasakan oleh kenalannya
itu, tanpa memberi kesempatan pada
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 8
Edukasi
kenalannya untuk meluapkan perasaannya. Ilustrasi: Canva.com
Perlu kita ingat, melihat suatu hal dengan Dilansir dari Hellosehat.com, toxic positivity
positif memang baik. Namun, jika dibarengi memiliki dampak negatif, bahkan berbahaya
dengan menghindari emosi negatif, hal ini bagi kesehatan mental orang yang sedang
justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan berjuang menghadapi masalah, di antaranya:
mental.
- Menimbulkan perasaan bersalah. Hal ini
“I’m not okay!” Berani mengakui kondisi diri terjadi karena saat seseorang mengalami
kita sedang tidak baik, adalah suatu hal yang kesulitan, ia perlu pengakuan bahwa emosi
positif. Karena artinya kita mengenali dan yang mereka rasakan itu benar. Karena itu
menyadari kondisi psikis diri sendiri. Kita tidak mereka menceritakan masalah serta
harus dituntut untuk menjadi orang yang mencurahkan emosinya pada orang yang
selalu baik secara psikis. Mencurahkan rasa dipercaya agar mereka lega. Namun, ketika dia
atau emosi yang kita alami memang tidak memperoleh petuah yang kesannya positif
mudah. Namun, ada hal positif yang bisa kita akan menimbulkan perasaan bahwa apa yang
dapatkan dari berbagi dengan orang lain. saat itu dirasakannya adalah sesuatu yang
Dengan berbagi, kita bisa mengatasi emosi salah.
yang kita pendam. Tentunya tidak pada setiap
orang kita berbagi. Memilih pada siapa kita - Membuat seseorang menghindari emosi yang
akan berbagi menjadi poin utama, karena tidak sesungguhnya. Sebab ketika seseorang
semua orang memiliki kemampuan untuk mendapatkan toxic positivity, ia akan
menjadi seorang pendengar yang baik. membungkam perasaan yang dirasakannya
dan akan merasa “baik-baik saja.” Karena
Dalam toxic positivity, kecenderungan yang berpegang teguh pada petuah yang kesannya
terjadi adalah bukan menjadi seorang positif, ini akan membuatnya menghindari
pendengar yang baik, melainkan berusaha
untuk selalu mendorong orang yang sedang
tertimpa kemalangan agar selalu melihat pada
sisi baik dari kehidupan, tanpa memberi
kesempatan pada orang yang dilanda
kemalangan untuk meluapkan perasaannya.
Hal tersebut memberikan kesan bahwa kita
mengabaikan perasaan sesungguhnya dari
orang yang bermasalah, seolah-olah perasaan
negatif yang dialami dan ingin diungkapkan
orang tersebut tidak penting bagi kita.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 9
Edukasi
situasi yang menyebabkan ia tidak nyaman. Ilustrasi: Canva.com
Bahkan bisa mengakibatkan orang tersebut
tidak berani untuk menghadapi situasi yang - Anda mungkin merendahkan orang lain yang
membuatnya tidak nyaman atau takut. Jika tidak memiliki pemikiran positif ketika
emosi yang dirasakan tidak bisa diekspresikan, menghadapi masalah.
maka sewaktu-waktu akan bisa meledak.
Akhirnya bisa memperburuk situasi mental. Ada beberapa hal utama yang harus kita
pahami agar kita tidak menjadi pelaku toxic
positivity yaitu;
Masih dari Hellosehat.com, terdapat beberapa - Belajar untuk menjadi pendengar yang baik.
tanda jika kita teperdaya toxic positivity adalah;
- Memahami jika tidak semua butuh
- Lebih memilih untuk menghindari atau disemangati ketika mereka bercerita tentang
membiarkan masalah ketimbang perasaan negatif dan pengalaman buruk
menghadapinya dan mencari solusinya. mereka.
- Saat menghadapi masalah, Anda mulai - Menggunakan kalimat yang tepat untuk
menyalahkan diri sendiri, marah, atau kecewa menunjukkan empati pada orang yang sedang
pada diri sendiri. tertimpa musibah. Misalnya, “aku pikir, kamu
merasa berat saat ini,” atau, “dalam keadaan
- Mencoba menyembunyikan perasaan atau seperti ini, sepertinya sulit ya, melihat hal-hal
emosi yang sebenarnya dirasakan, dan merasa yang baik. Saya mencoba memahami.”
Anda “baik-baik saja”.
- Menerima emosi negatif dari orang yang
menceritakan pengalaman buruknya pada
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 10
Edukasi
Ilustrasi: Canva.com - Alih-alih menghindari emosi yang sulit,
biarkan diri kita mengekspresikan perasaan
dan merasakan emosi yang muncul daripada
menghindarinya.
- Ekspresikan emosi kita dengan cara yang
produktif. Misalnya, menulis jurnal, melukis,
menyanyi, atau melakukan hal yang kita
senangi.
Memiliki pemahaman yang tepat dan baik
tentang toxic positivity, akan membantu ketika
kita mendengarkan cerita dan membantu
teman yang sedang mengalami masa sulit.
Sehingga langkah yang kita lakukan bisa tepat
dan bermanfaat. (*)
kita. Sumber:
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.i
Beberapa hal utama itu bisa kita pergunakan d/toxic-positivity-saat-ucapan-
sebagai sebuah penyemangat. penyemangat-malah-terasa-menyengat-
dhLMtanda jika kita terpedaya toxic positivity
Berikut terdapat beberapa langkah yang bisa https://www.google.com/amp/s/hellosehat.
kita pergunakan agar terhindar dari toxic com/mental/gangguan-mood/bahaya-toxic-
positivity, antara lain: positivity/%3famp=1
- Mengelola emosi negatif kita dengan tidak Hellosehat.com
menyangkalnya. Namun, jangan sampai lepas Tirto.id
kendali. Alodokter
- Bersikap realistis terhadap apa yang Meuti Nadia Soraya Bulan, S.Psi
dirasakan, dan memahami jika itu adalah suatu adalah seorang guru dan sedang belajar
reaksi emosional yang wajar. Misalnya, ketika menulis. Blog: Kompasiana; Meuti Bulan
kita merasa berada dalam situasi tertekan,
maka wajar jika kita merasa stres, khawatir, Instagram: MeutiNadiaSoraya
dan bahkan takut. Namun, jangan biarkan
emosi itu berlarut. Kita harus mampu
mengontrolnya dan bangkit untuk keluar dari
kondisi tersebut.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 11
Sorotan
Ilustrasi: Canva.com
Membaca dan menulis dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Pembaca
yang baik adalah penulis yang baik, pun sebaliknya begitu. Di era digital,
kemampuan membaca dan menulis harus kian tumbuh, dimulai sejak dini
hingga perguruan tinggi. Seperti apa fenomenanya?
K ETERAMPILAN menulis literat.
sangat penting dan dapat Banyak membaca buku mencermin-
kan insan cerdas. Menjadi penulis
dikembangkan sejak dini. Bagi buku memiliki peran sebagai agen
perubahan karena menyebarkan ilmu
orang tua dan pendidik, keteram- pengetahuan. Membaca dan menulis
di antara keterampilan ber-
pilan ini harus menjadi perhatian
untuk ditumbuhkan, karena jika anak
tidak dibekali memberi efek buruk
dan melahirkan generasi tidak
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 12
Sorotan
berbahasa, selain kemampuan me- Ilustrasi: Canva.com
nyimak dan berbicara.
Beberapa mahasiswa berpendapat,
Mata Kuliah di Perguruan Tinggi menulis sangat sulit. Tidak tahu
memulainya dari mana meskipun
Pentingnya menulis membuat bebe- sudah jelas topik yang akan ditulis.
rapa perguruan tinggi menjadikan Selain itu, kata mereka, tugas menulis
Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia yang diberikan dosen membuat
diletakkan pada semester satu, tak tekanan mental sehingga jalan
peduli jurusannya apa. Hakikatnya, termudah meniru tulisan yang ada di
semua mata kuliah menuntut maha- internet melalui bantuan Mbah
siswa mampu menulis. Google. Kesulitan ini tentu saja di-
sebabkan karena mereka tidak ter-
Fenomena yang terjadi saat ini, biasa menulis sejak dini.
mahasiswa lebih cenderung meme-
nuhi tugas menulis dengan meng- Menulis Itu Penting
ambil sumber referensi dari internet.
Kesulitan yang mereka rasakan Mahasiswa perlu menyadari bahwa
membuat mereka nekat. Potensi
plagiasi pun tak terhindari jika tak menulis merupakan pekerjaan pen-
berhati-hati. Teknologi memungkin-
kan seorang dosen bisa melacak tugas ting. Sebab, hal itu akan menjadi salah
mahasiswa dengan melakukan tes uji
turnitin. Turnitin salah satu aplikasi satu syarat untuk lulus di perguruan
cek naskah yang terindikasi plagiasi
untuk membantu tugas-tugas tinggi, yaitu menulis skripsi, tesis, dan
akademik.
disertasi, selain tugas-tugas makalah
Uniknya, mata kuliah Bahasa Indo-
nesia belum cukup membantu ma- yang semuanya membutuhkan
hasiswa dalam menulis. Hal ini ter-
lihat dari keluhan para dosen ten- keterampilan menulis.
tang tugas mahasiswanya yang ma-
sih jauh dari harapan. Meskipun sudah Ketidakmampuan menulis dengan
dibekali dengan beberapa bu-ku,
seperti PUEBI, kalimat, diksi, pa- baik membuat tugas-tugas maha-
ragraf, keterampilan menulis, dan
lain-lain, tak jarang ditemukan nas- siswa terbengkalai dan akibatnya
kah mahasiswa “asal tulis”. Kaidah
kepenulisan tidak diperhatikan.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 13
Ilustrasi: Canva.com Sorotan
menjadi terlambat wisuda. Seharus- majalah, cerpen, novel, ataupun
nya semester yang ditempuh dela- melihat pengamatan suatu masalah
pan, malah menjadi sepuluh atau atau peristiwa yang ditemui secara
bahkan dua belas semester. Tak langsung. Tarigan (dalam Abdu-
jarang ada mahasiswa yang DO dari rahman dan Ratna, 2003: 151)
kampusnya. berpendapat bahwa menulis meru-
pakan kegiatan menyusun atau
Mirisnya, kesadaran untuk melatih mengorganisasikan buah pikiran, ide,
keterampilan menulis pada maha- atau gagasan dengan menggunakan
siswa masih kurang. Asumsi menulis rangkaian kalimat yang logis dan
sulit tidak pernah dibuang, tetapi terpadu dalam bahasa tulis. Dari
selalu dijadikan sebuah keyakinan. keempat keterampilan berbahasa,
Untuk itu kesadaran terhadap me- keterampilan menulis merupakan
nulis itu penting. Tidaklah terlambat kemampuan berbahasa yang paling
ketika sudah meniatkan diri yakin bisa kompleks, karena di dalamnya ter-
menulis, apalagi jika sejak dini (SD, cakup beberapa kemampuan yang
SMP, SMA) telah dilatih keterampian harus dimiliki secara sekaligus,
itu. seperti kemampuan menulis tema
tulisan, mengembangkan tema tu-
Pada kegiatan menulis, seseorang lisan menjadi kerangka tulisan,
dapat menuangkan ide, gagasan, dan mengembangkan tema tulisan men-
informasi yang dimilikinya. Ide, jadi tulisan yang lengkap.
gagasan, dan informasi bisa timbul
dengan membaca artikel, koran, Agar ide, gagasan, dan informasi
dapat diterima dengan baik oleh
pembaca, maka tulisan yang dihasil-
kan harus didukung dengan penge-
tahuan kebahasaan seperti tata
bahasa, kosakata, kalimat efektif, dan
ejaan yang benar. Seseorang akan
dipermudah tentunya dengan pe-
ngetahuan terhadap rambu-rambu
pada menulis tersebut. Seorang pe-
nulis apabila sudah memiliki dasar
menulis kreatif, maka tulisan yang
tercipta akan mudah dipahami oleh
pembaca dan penyampaian pesan
berjalan dengan benar.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 14
Sorotan
Manfaat Menulis Ilustrasi: Canva.com
Hernowo (dalam Komaidi, 2011: 10—11) (0,855). (Sindonews dalam Kompa-
menyebutkan beberapa manfaat siana.com, 4/1/2014).
aktivitas menulis. Pertama, menulis
menjernihkan pikiran. Dengan me- Sementara menurut Data Pusat
nulis orang bisa menyelesaikan Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
masalah dengan pikiran yang tenang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-
dan jernih. Kedua, menulis mengatasi nesia (PDII LIPI), jumlah jurnal ilmiah
trauma. Dengan menulis seseorang (cetak) di Indonesia sekitar 7.000
bisa mengatai trauma masa lalu. buah. Dari jumlah tersebut, hanya
Ketiga, menulis membantu menda- 4.000 jurnal yang masih terbit secara
patkan dan mengingatkan informasi rutin, dan sedikitnya hanya 300 jurnal
baru. Keempat, menulis membantu ilmiah nasional yang telah
memecahkan masalah. Dengan me- mendapatkan akreditasi LIPI. Se-
nulis seseorang bisa melihat segala dangkan data dari Scimagojr, Journal
permasalahan dengan kepala dingin, and Country Rank tahun 2011 me-
pikiran tenang, kemudian mencari nunjukkan selama kurun 1996-2010
solusinya. Kelima, menulis bebas Indonesia telah memiliki 13.047 jurnal
membantu kita ketika terpaksa harus ilmiah. Dari 236 negara yang diran-
menulis. king, Indonesia berada di posisi ke-64.
Sementara Malaysia telah me-miliki
Faktanya, sedikit sekali masyarakat 55.211 jurnal ilmiah dan Thailand
Indonesia memiliki keterampilan me- 58.931 jurnal ilmiah (Kom-
nulis dan mau mengabdikan pikiran pasiana.com, 4/1/2014).
serta pengetahuannya dalam bentuk
karya tulis (di antaranya menjadi
buku). Berdasarkan Survei UNDP 2013
yang menyatakan, Indeks Pem-
bangunan Manusia (IPM) Indonesia
tahun 2012 menduduki peringkat 121
dari 187 negara dengan skor 0,629.
Sementara untuk ASEAN IPM
Indonesia masih di bawah Malaysia,
yang menempati peringkat 64 dengan
skor 0,769, Singapura 18 (0,895),
Thailand 103 (0,690), dan Brunei
Darussalam di posisi 30
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 15
Sorotan
Ilustrasi: Canva.com Selain itu, langkah lain
menjadikan generasi literat
Mulai dari Rumah untuk sesering mungkin
membawa anak ke toko
Membiasakan anak sejak dini buku, membeli atau
membaca buku dan menulis harus menghadiahkan mereka
dimulai dari rumah. Peran orang tua buku yang disukai minimal
penting untuk menjadikan anak-anak satu judul pada setiap
mereka literat; suka membaca buku bulannya. Membeli dan
dan bahkan berpotensi menulis buku. menghadiahkan buku itu
akan berimbas pada
Langkah yang dilakukan dapat dimulai kebiasaan serupa yang
dengan menyediakan perpustakaan dapat mereka lakukan
keluarga di rumah tangga. Demikian setelah dewasa.
pula kebiasaan mendongeng untuk
anak-anak balita sebelum mereka Ketika anak masuk sekolah, baik di
tidur perlu dilakukan orang tua, baik TK, SD, SMP, dan SMA, tetap
ayah maupun ibu. Dongeng yang mendampingi anak untuk membaca
diceritakan orang tua sejak anak kecil buku dan menulis buku. Orang tua
me-mengaruhi pola pikir mereka dan dan guru dapat bekerja sama untuk
melatih daya ingat dan imajinasi. mengarahkan anak-anak, selain serius
memperlajari pelajaran sekolah juga
memperkaya wawasan mereka
dengan membaca buku-buku
nonpelajaran. Buku-buku nonpela-
jaran dapat diperoleh di perpus-
takaan sekolah, perpustakaan umum,
maupun taman-taman baca yang ada
di masyarakat.
(Dian Sarmita | Muhammad Subhan |
Tim Redaksi elipsis)
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 16
Gelanggang
CERPEN
Pinangan
Pinangan itu datang juga. Tiga tahun sudah Sunar
cemas menunggu saat itu tiba. Sunar pengin protes
dan mbalela pada Gustinya, mengapa Sunar
dilahirkan sebagai seorang bocah yang tampan. Sunar
merasa dikutuk oleh ketampanannya.
Oleh Tjahjono Widarmanto
Sejak dalam perut biyungnya, Sunar Ilustrasi: Muhammad Khatami
digadang-gadang menjadi anak lelaki
karena kedua saudaranya perempuan pertumbuhan tubuh Sunar. Sunar
semua. Konon bapaknya, Brojo, yang tumbuh menjadi anak laki-laki yang
bekerja sebagai tukang slompret atau sehat, periang, bandel, dan prigel.
tukang meniup suling khas seni Reog
Ponoragan, bahkan melakukan laku Datanglah awal petaka itu. Sunar
tirakat tertentu untuk mewujudkan masih ingat betul saat itu, ia naik kelas
keinginannya mempunyai anak la- lima sekolah dasar, bapaknya
nang. Bapaknya puasa mutih selama mengusap-usap rambutnya dan ber-
Sunar dikandung biyungnya. kata, “Thole, jika waktunya tiba kowe
harus jadi gemblak! Rupamu bagus dan
Betapa gembiranya bapaknya, saat badanmu perkasa. Akan banyak warok
bayi yang digadang-gadangnya itu kasmaran dan kedanan padamu!”
benar-benar dilahirkan sebagai laki-
laki. Diberinya anak lanangnya itu Sunar tak paham benar apa maksud
nama, Sunar Wibawa, yang bermakna perkataan bapaknya. Sunar hanya ta-
cahaya kewibawaan. Nama itu meru-
pakan harapan agar kelak menjadi
anak yang cemerlang dan berkarisma.
Sejak balita Sunar tumbuh menjadi
bocah yang lucu menggemaskan. Ia
sudah menampakkan ketampanannya
yang memesona siapa saja yang ada di
sekelilingnya. Kondisi keluarga Brojo
yang sangat sederhana, bahkan
cenderung miskin tidak menghalangi
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 17
Gelanggang
hu, ia kemudian dikenalkan dan akan tertarik dengan ketampanan dan
digladhi dengan berbagai macam kekokohannya.
tarian, utamanya yang berkaitan de-
ngan reog. Juga dikenalkan cara Sunar benar-benar dipersiapkan
menabuh gamelan pelog slendro. menjadi gemblak. Diajari njoget jathil,
Bahkan sering diajak tanggapanreog tarian yang hanya ditarikan oleh para
oleh bapaknya yang tukang slompret di gemblak. Sunar diajari gerakan edrek,
grup reog Sardula Budaya. gerakan khas jathil yaitu menyundul-
sundulkan bokong sambil mendekati
Semakin besar dan dewasa, maka pembarong yang diperankan oleh
Sunar mulai ngerti apa maksud ba- warok.
paknya. Sunar tak kuasa menolak.
Walau hatinya cemas bahkan takut Sunar tak hanya mampu menguasai
ketika serba sedikit paham apa itu gerakan edrek namun juga bisa
menjadi gemblak, setelah mendengar menarikannya dengan penuh pesona,
kasak-kusuk dan rasan-rasan orang- seksi, dan magis. Banyak warok ngiler
orang di sekelilingnya. terpesona ketampanan, keperkasaan,
dan keluwesan Sunar dalam njathil.
Dalam kecemasan dan ketakutannya, Sunar segera jadi rebutan para warok
Sunar kecil mengadu kepada biyung- untuk dijadikan gemblak.
nya. Sunar berharap biyungnya bisa
menolongnya dari ketakutan itu. Na- Setelah melalui perebutan sengit,
mun, harapannya sia-sia, bahkan melalui jor-joran peningset, bahkan
biyungnya berkata. ”Jadi gemblak itu konon juga adu kasekten, warok Jaya
kanugrahan, Le. Terhormat. Tiap Brewoklah pemenangnya. Warok Jaya
bocah laki-laki akan merasa ber- Brewok adalah warok yang disegani
untung menjadi gemblak. Uripmu akan dan memiliki grup reog besar bernama
mulyo, Le. Pakmu dan biyungmu tidak Sardula Ngigel. Badan warok Jaya
lagi kesrakat. Kowe dan adik-adikmu Brewok tinggi besar, kumisnya
bisa terus sekolah, sokur-sokur sampai melintang dengan brewok lebat.
IKIP dan jadi guru.” Dadanya berbulu simbar, juga lengan,
tangan, dan kakinya. Kalau berbicara
Sunar tak sanggup menolak. Sunar tak suaranya mengguntur dan selalu
berdaya melawan adat. Sunar tak bisa diselengi tawa ngakak.
berontak. Pun, Sunar tak sanggup
minggat. Sunar tak punya keberanian Warok Jaya Brewok termasuk jajaran
mengecewakan dan menyakiti hati warok sakti dan disuyudi para warok
bapak, terutama biyungnya. dan warokan. Kalau main barongan
dadak merak sang warok Jaya Brewok
Sunar tumbuh sebagai bocah yang mampu melakukan gerakan-gerakan
makin tampan dengan tubuh gagah aneh, dari berputar kayang sampai
dan kokoh. Setiap bocah perempuan memunculkan asap dan getaran magis
pada bulu-bulu merak di ba-
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 18
Gelanggang
rongan dadak meraknya. Kalau main Gamelan reog yang berdentang di
ganongan atau penthul, warok Jaya telinganya itu, mengiangkan petuah
Brewok sangat akrobatik dan atraktif, bapaknya, “Le, Sunar anakku, gemblak
bahkan mampu seperti kucing yang dan warok itu mempunyai tiga
berloncatan juga jungkir balik pada hubungan. Sepisan, sebagai ayah dan
dua bilah bambu. anak, warok adalah bapak dari
gemblak. Kedua, punya hubungan
Sunar pun resmi menjadi calon kesenian. Warok bertugas memainkan
gemblakannya warok Jaya Brewok barongan dadak merak atau ngganong,
dengan diberi peningset berupa sedang kowe sebagai gemblak bertugas
sepasang sapi, sepetak tegal, sekotak sebagai penari jathilan. Yang
busana, setangkup rumah, dan dibiayai pungkasan, warok dan gemblak
sekolahnya setinggi mungkin. memiliki hubungan bebojoan, memi-
liki hubungan kekasih, suami istri!”
Sunar gemetar ketakutan saat tangan
warok Jaya Brewok yang kokoh dan Sunar semakin menekan telinganya
kasar itu mengelus-elus pipi juga rapat-rapat, tetapi suara gamelan reog
kepalanya, sembari tertawa-tawa dan itu semakin riuh tiba di pelataran
berkata, “Ha-ha-ha, Le, cah bagus, rumahnya. (*)
sekarang kowe jadi gemblakku. Tapi
kowe masih bau kencur. Kutitipkan
dulu pada pakmu dan biyungmu,
belajar joget jathil lebih sungguh-
sungguh, belajar dandan dan belajar
ngladeni, ya. Nanti kalau kowe sudah
SMP, kalau sudah sunat, bakal
kuboyong. Tinggal di rumahku!”
Kemudian hari itu datang. Hari yang Tjahjono Widarmanto. Lahir di Ngawi,
mencemaskan hati Sunar. Sore ini, 18 April 1969. Buku puisi terbarunya
warok Joyo Brewok akan Kitab Ibu dan Kisah Hujan (2019).
memboyongnya. Akan menjemputnya Bukunya yang terbit terdahulu:
dengan diiringi grup reognya. Perbincangan Terakhir dengan Tuan
Terdengar bunyi gamelan reog, sayup Guru (2018). Beberapa kali menerima
di kejauhan. Semakin lama semakin penghargaan, baik sebagai guru
nyaring. Sunar yang sudah didandani
dengan baju jathil dan dirias, maupun sastrawan. Berdomisili di
gemetaran. Ia menutup telinga rapat- Ngawi.
rapat dengan kedua tangannya, tapi
bunyi gamelan itu menyusup hingga
ke dalam bilik jiwanya.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 19
Gelanggang
CERPEN
Sebuah Tiang Besi Tua
Selepas salat Isya, sejenak saya duduk di beranda.
Angin muson timur sejak sore tadi terus berembus
cukup kencang. Memang ini adalah saat datangnya
Angin Brubu[1]. Angin ini membawa suasana dingin.
Di atas sana bertaburan bintang dalam pekatnya
langit malam. Sesekali terdengar suara empasan
gelombang mendekap pantai. Suara itu terasa begitu
dekat karena memang jarak dari rumah dinas guru
yang saya tempati hanya kurang lebih 35 meter. Saya
masih di beranda menunggu kedatangan Pak Adi,
salah seorang guru yang juga putra asli Pulau
Balobaloang[2] ini.
Oleh Muhammad Nurdin
“Assalamualaikum, Pak Guru,” tiba-
tiba terdengar ucapan salam.
“Waalaikum salam,” jawabku sambil Ilustrasi: Canva.com
menoleh ke arah suara itu.
sejarah Pulau Balobaloang, seperti
Ternyata yang datang Pak Adi, dengan yang pernah disampaikan saat ber-
ciri khasnya yang selalu memakai temu pertama kali di Pelabuhan
celana Levis sebatas lutut dengan Paotere[3] dua bulan lalu,” tanyaku
sedikit jambulnya. Namun, itu agak panjang.
merupakan hasil kreasi dia saja bukan
dari toko pakaian.
“Dari mana, Pak? Saya tunggu di “O ..., kalau itu Pak Nur insyaallah
depan malahan muncul dari bela- malam ini saya akan jelaskan sesuai
kang?” tanyaku bercanda. janji saya,” jawabnya serius.
“Dari rumah, cuma saya tadi meng- “Tette siagani ka makkokkoe[4], Pak?”
ambil jalan menyusuri pinggiran pantai sambil memperbaiki posisi duduknya.
menuju ke sini,” katanya sambil
terseyum. “Tette aserani[5], Pak,” sambil melirik
ke jam tangan saya.
“Begini, Pak. Saya ingin mendengar
dan mengetahui sepintas tentang “Begini, Pak. Sesuai dengan apa yang
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 20
Gelanggang
saya dengar dari orang tua, serta sambil mengusap matanya serta
penjelasan dari para tokoh di sesekali menguap.
Balobaloang ini, ceritanya memang
agak panjang. Untuk semalam tidak- “Dettopa kusedding namalaleng
lah cukup diceritakan. Namun, wennie[9], Pak,” jawabku tersenyum.
sebagian sejarah Balobaloang ada
dalam buku Navigasi Bugis[6], buku Pak Adi hanya tersenyum mendengar
tersebut hasil penelitian seorang jawaban saya, padahal waktu sudah
antropolog bernama Gene Ammarell. menunjukkan pukul 12.15 malam. Angin
Beliau ini adalah Direktur Southeast Muson Timur terus berembus
Asia Studies di Ohio University, USA. membuat riak gelombang semakin
Ia tinggal selama kurang lebih dua keras mengempas pantai. Suasana
tahun sehingga kita sepakat semakin sunyi dan lengang, suara
memanggilnya dengan panggilan mesin diesel di rumah Pak Kades telah
Ambo Tuwo[7]. berhenti berbunyi. Malam semakin
gelap. Bintang gemintang pun walau
“Sebelum saya lanjut lebih jauh bertaburan di cakrawala tak mampu
menceritakannya,” kata Pak Adi lagi, memberi cahaya, hanya kedipannya
“dulu Balobaloang ini kalau tidak salah saja yang seakan memberi isyarat
ingat kata nenek saya bernama sebaiknya segeralah beristirahat
Balabalang, tapi terdengar tidak baik karena esok masih ada.
jadi nenek saya mengusulkan nama
yang lain, yakni Balobaloang. Maka, “Mohon maaf, Pak. Saya ingin pamit
itulah yang disepakati, alasannya dulu, insyaallah besok kita lanjutkan
karena awalnya di pulau ini ada tiga ceritanya yang lebih menarik lagi,”
suku, yaitu Bugis, Makassar, dan pintanya memohon.
Mandar. Namun, ada kesepakatan jika
tidak ingin di perintah oleh orang “Baiklah, Pak. Terima kasih atas wak-
Bugis, silakan tinggalkan pulau ini. tunya, saya tunggu besok, mumpung
Lalu, orang Mandar pun mening- hari libur,” jawabku.
galkan Balobaloang menuju ke Barat
sehingga sampai hari ini mayoritas Sepeninggal Pak Adi, saya masih du-
suku yang ada di wilayah Barat adalah duk di beranda. Mungkin sayalah satu-
orang-orang Mandar,” begitu kisah satunya penghuni pulau ini yang masih
Pak Nur. terjaga. Dingin pun perlahan-lahan
datang menghampiri. Sesekali saya
Mendengar cerita itu, sesungguhnya juga menguap sebuah pertanda untuk
sangatlah menarik untuk dijadikan segera mengajakku menuju ke
bahan tulisan khususnya dalam kai- pembaringan. Namun, tiba-tiba aku
tannya dengan kearifan lokal. tersentak dan terkejut, sebab sebuah
tangkai pohon kelapa sepertinya
“Tette siagani tudu, pede malalenni menghantam atap jongke[10] rumah
kusedding wenniae[8]!” ucapnya dinas guru ini.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 21
Gelanggang
Sesaat kemudian saya pun menuju ke pagi ini agak merendah. Embusannya
pembaringan. Kali ini saya putuskan pun bertiup semilir yang tak mampu
untuk tidur saja di ruangan tengah menggoyangkan tangkai pohon ke-
bukan di kamar, tapi sepertinya rasa lapa serta dedaunan pepohonan
kantuk yang tadi tiba-tiba hilang lainnya.
berganti dengan khayalan yang
menerawang entah ke mana, seperti- “Pole tegakitu maele makko, Wa[15]?”
nya menuju ke suatu tempat yang tanyaku ke beliau.
tidak bertepian. Terkadang cerita Pak
Adi yang datang, pada saat itu pula “Polema bolae, Pak Guru, elokka lao
berganti dengan kerinduan akan memppe kaluku, engka pappasenna
kampung halaman, teringat orang tua, siwenni Wa Wahide, nasaba dei Wa
nenek, serta kerabat lainnya. Sellihing[16],” beliau menjelaskan.
“Assalamu alaikum,” terdengar samar- “Tabe pale elonna lao, matenrei matu
samar suara mengucap salam. essoe[17],” ia memohon pamit.
“O, punna bola, bara matinro Wa Abo adalah salah seorang yang
mupi[11]?” Lagi-lagi suara itu ter- hidup sebatang kara di pulau itu. Anak
dengar tapi dalam ucapan bahasa dan istrinya pulang ke Bima tapi
setempat. setelah bertahun-tahun tidak pernah
kembali. Pekerjaannya adalah pak-
Setelah dari dalam mencuci muka, kempe kaluku[18]. Saya pun bersiap-
saya pun menuju kembali ke pintu siap menunggu kedatangan Pak Adi,
depan dan membukanya perlahan. namun jam sudah menunjuk pukul
08.15 pagi ini beliau belum datang juga.
“Waalaikum salam, igakitu[12]?” ta- Sambil menikmati kopi hangat saya
nyaku kemudian. terus menunggu kedatangannya.
Namun, ketika waktu terus berlalu
Setelah saya buka pintu ternyata belum ada tanda-tanda dia akan
Wa[13] Abo, yang sudah duduk manis datang. “Sebaiknya saya ke rumahnya
di bangku yang ada di beranda sambil saja,” bisikku dalam hati.
tersenyum memperlihatkan jejeran
giginya yang rapi tapi bukan lagi asli Saya pun berangkat menuju rumah
tapi gigi palsu. orang tuanya karena selama ini ia
tinggal sebelumnya tinggal di rumah
“Purakku massumpajang Subuh, laoka dinas guru yang bersebelahan de-
matinro paimeng, Wa[14],” jawabku ngan rumah yang aku tempati. Na-
seadanya. mun, karena alasan tertentu ia pin-
dah ke rumah orang tuanya, mungkin
Ternyata jam sudah menunjuk pukul juga karena Datonya[19] sudah lama
07.20 pagi. Angin Brubu sepertinya meninggal.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 22
Gelanggang
“Asalamualaikum,” salam sambil “Makkoro kapa magello[27],” jawabku
mengetuk pintu. seadanya.
“Waalaikumussalam,” terlihat sosok Balobaloang ini, menurut yang
perempuan berkerudung muncul dari dituturkan para tokoh masyarakat,
balik gorden. keberadaannya sekitar lebih dari
seabad yang lalu. Pulau ini ditumbuhi
“Muttamakki cado, Nak[20]!” jawabnya beragam pohon asli, sebagian
dengan lembut. digunakan untuk membangun rumah
serta perahu-perahu pertama para
“Iye, Emma[21],” saya pun masuk dan pendatang. La Hammade Daeng
duduk pada kursi plastik. Pasori[28], seorang Bugis dari Marana,
Maros[29] dijadikan gallarang[30]
“Lokka tegai bapakna Dayat, untuk Balobaloang dan pulau-pulau
Emma[22]?” bertanya ke beliau. lainnya, dan ketika akhirnya Belanda
memutuskan pulau ini menjadi tempat
“Dettona mappau, laoi kapa ri bolana pemukiman di bawah aturan hukum
daengna ri RT tiga[23],” jawabnya kendali kolonial. Balobaloang pun
hanya menebak. menjadi pusat administratif kepulauan.
Jadi, menurut catatan setempat,
“Pessanni pale kutajengi rolo tudang bahkan Be-landa membangun sebuah
tudang ri awa bolae, Emma[24],” dermaga kecil di sebelah barat daya
pintaku. pulau ini dengan tenaga kuli,
pelabuhan tersebut lumayan ramai
Tak beberapa lama aku duduk di balai- dikunjungi hingga masa kemerdekaan
balai di kolong rumah, dari arah barat tahun 1945, dan sanggup memuat
terlihat Pak Adi berjalan dengan secara bersamaan tiga puluh perahu
gerakan yang sangat cepat. Seper- Belanda dan milik orang setempat.
tinya di tangannya ada sesuatu yang
dijinjing, semakin dekat ternyata be- “Berarti dulu ada dermaga yang
berapa ekor ikan yang masih segar.
Dia hanya tersenyum saja sambil naik dibangun Belanda?” sebuah
ke rumah membawa ikan tersebut.
pertanyaan di sela penjelasan Pak Adi.
“Denrepa ni engka, Pa[25]?”
“Ada dan tempatnya di sekitar rumah
“Silalokkumua, pole riasemma, naseng dinas guru yang Pak Nur tempati saat
emmatta laoi kapa bolanan ini.”
daengna[26].”
Kini yang tersisa hanyalah rawa-rawa
“Jadi kita lanjutkan ceritanya, Pak?” bukit pasir dan sebuah tiang besi tua
sambil tersenyum. dan karatan yang dikenal dengan
nama “besi Belanda”, terpacak di sisi
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 23
Gelanggang
rataan terumbu yang dulunya yang sesaat lagi akan segera
digunakan menandai saluran aman ditunaikan.
melintasi terumbu karang. Sudah
merupakan bagian dari sejarah masa “Terima kasih, Pak Adi, sahabat
lalu yang jarang diungkap bahwa sekaligus guruku atas ilmunya yang
Balobaloang merupakan bagian dari berharga ini,” gumamku dalam hati.
perdagangan laut, kemaritiman dan Tiang besi tua itu merupakan saksi
sekaligus jalur rempah. Perlu juga sejarah yang akan bercerita pada
dipahami bahwa orang Bugis generasi mendatang. (*)
merupakan salah satu masyarakat
pelaut yang paling terkenal di Asia Keterangan:
Tenggara, bahkan sebagian kalangan
mengeklaim bahwa mereka telah [1] Angin Brubu, adalah angin yang
muncul sebagai kekuatan laut pada bertiup di daerah Brubu, Makassar,
abad ke-10. Sulawesi Selatan. Semula berupa angin
Muson Timur yang banyak
Demikian penjelasan Pak Adi, mengandung uap air yang bergerak
naik di sebelah Timur Makassar dan
walaupun sederhana namun turun ke lereng.
setidaknya memberikan pengetahuan [2] Salah satu pulau yang terbesar,
terluar, dan terpencil di Kecamatan
luar biasa khususnya Pulau Liukang Tangaya dalam lingkup
Pemerintah Kabupaten Pangkajene
Balobaloang yang ternyata pernah dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi
Selatan.
menjadi pusat dan tempat
[3] Sebuah pelabuhan warisan
persinggahan para pelaut asing dan Kesultanan Gowa Tallo, pelabuhan
yang terletak di Kecamatan Ujung
lokal di masa lampau. Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan.
Pelabuhan Paotere sekarang ini masih
“Suatu saat saya akan berikan buku dipakai sebagai pelabuhan perahu-
Navigasi Bugis hasil penelitian perahu rakyat seperti Pinisi dan
etnografi Prof. Gene Ammarell atau Lambo dan juga menjadi pusat niaga
Ambo Tuwo, di dalamnya tergambar nelayan.
dengan sangat jelas seluk-beluk
navigasi dan perdagangan laut orang [4] Sebuah ungkapan dalam bahasa
Balobaloang yang bagi saya sebagai Bugis, salah satu suku yang menghuni
putra asli sangat bangga akan leluhur Pulau Balobaloang, maksudnya jam
saya,” demikian ia menutup ceritanya berapa sekarang ini?
itu.
Aku pun pamit, dengan membawa
limpahan pengetahuan berharga,
angin Brubu pun mulai bertiup seakan
ia mengantarku pulang ke rumah
untuk sejenak beristirahat menunggu
datangnya salat Zuhur
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 24
Gelanggang
[5] Jam sembilan, Pak. [18] Pemanjat kelapa salah satu
pekerjaan selain pekerjaan lainnya
[6] Sebuah buku yang merupakan hasil seperti, memancing, menjala ikan, dan
penelitian dan kajian etnografi tentang mencari bibit ikan saat air pasang.
pengetahuan dan praktik navigasi
masyarakat pelaut Bugis yang [19] Salah satu panggilan jika mereka
bermukim di sebuah desa pulau di ada garis keturunan bangsawan.
Laut Flores, tengah jalan antara
Sulawesi Selatan dan Sumbawa. [20] Silakan masuk dan duduk, Nak.
[7] Sebuah nama khas yang ada dalam [21] Iya, Bu.
masyarakat Bugis/Makassar.
[22] Ke mana bapaknya Dayat, Ibu?
[8] Sudah jam berapa ini, sepertinya
sudah larut malam! [23] Dia tidak juga tidak mengatakan
sesuatu, mungkin ke rumah kakaknya
[9] Sepertinya malam belum terlalu yang tinggal di RT tiga.
larut.
[24] Biarlah saya tunggu sejenak
[10] Salah satu tempat/ruangan dari sambil duduk-duduk di bawah kolong
rumah panggung untuk memasak dan rumah.
cuci piring.
[25] Dari tadi kita datang, Pak?
[11] Wahai pemilik/penghuni rumah,
barangkali masih tidur? [26] Baru saja, saya sempat ke atas
rumah, tapi ibu bilang mungkin ke
[12] Siapa itu? rumah kakaknya.
[13] Sebutan untuk para orang tua [27] Sebaiknya begitu barangkali.
yang ada di Balobaloang.
[28] Gallareng (penguasa) pertama di
[14] Setelah saya salat Subuh saya Balobaloang dengan wilayah hukum
kembali tidur, Pak. seluruh pulau di Kepulauan Sabalana
(sebelas anak).
[15] Dari mana pagi-pagi begini, Pak?
[29] Salah satu Kabupaten yang ada di
[16] Dari rumah saja, Pak Guru. Saya Provinsi Sulawesi Selatan.
mau pergi memanjat kelapa, ada
pesannya kemarin Pak Wahide, [30] Bentuk pemerintahan masa
kebetulan Sellihing tidak ada. kolonial Belanda.
[17] Permisi, saya mau berangkat, nanti
matahari meninggi.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 25
Gelanggang
Muhammad Nurdin, S.Pd. Lahir di Bungoro, 8 Desember.
Alumni S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas
Terbuka. Sekarang tercacat sebagai mahasiswa
pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar Fakultas
Ilmu Budaya Prodi Ilmu Linguistik. Bekerja di UPT SDN 26
Jollo, Desa Bulu Cindea, Kec. Bungoro, Kab. Pangkajene
dan Kepulauan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Surel:
[email protected].
Karya: Muhammad Khatami
Instagram: @khatamiahmedkhan
Narasi
Ilustrasi: Canva.com
Bahasa
Oleh Durotun Nisa'
DALAM kehidupan sehari-hari, menciptakan kamu dari seorang
bahasa merupakan komponen laki-laki dan seorang perempuan
penting dalam kehidupan ma- dan menjadikan kamu berbang-
nusia. Manusia dapat mudah sa-bangsa dan bersuku-suku
berinteraksi dengan baik meng- supaya kamu saling kenal-
gunakan bahasa. Bahasa alat mengenal. Sesungguhnya orang
komunikasi yang digunakan yang paling mulia di antara kamu
manusia untuk berkomunikasi di sisi Allah ialah orang yang
satu dengan yang lain. Manusia paling takwa di antara kamu.
merupakan makhluk sosial, dan Sesungguhnya Allah Maha
untuk bersosialisasi membutuh- Mengetahui lagi Maha Mengenal.
kan bahasa. Bahasa dapat digu- (Q.S. Al-Hujurat: 13)
nakan manusia dalam menya-
lurkan ide, gagasan, serta pe- Bahasa merupakan alat
rasaan. Oleh karena itu, bahasa
punya peran strategis bagi ke- komunikasi yang digunakan
hidupan manusia.
manusia satu dengan yang lain.
Allah berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya Kami Agar manusia dapat berkomu-
nikasi dengan baik, diperlukan
pemahaman bahasa yang digu-
nakan oleh sekelompok orang.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 28
Narasi
Manusia tidak dapat lepas dari
bahasa, karena percakapan
sehari-hari memerlukan bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam
komunikasi bisa melalui bahasa
lisan maupun tulis. Oleh karena
itu, kita harus mampu
menerapkan bahasa dalam
kehidupan sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), bahasa adalah
suatu sistem lambang bunyi yang Ilustrasi: Canva.com
arbiter, yang dipakai oleh mengeksmengekspresikan diri,
sekelompok masyarakat untuk atau untuk beradaptasi. Derasnya
bekerja sama, berinteraksi, dan arus modernisasi dalam
mengidentifikasi diri. Bahasa kita kehidupan ini dapat pula
yaitu bahasa Indonesia, berdampak pada perkembangan
merupakan bahasa resmi bangsa dan pertumbuhan bahasa.
Indonesia. Sedangkan umat Islam Munculnya kata atau istilah baru
dituntut untuk mempelajari dapat menambah banyaknya
bahasa Arab. Untuk mengenal kosakata dalam bahasa.
dunia lain atau wawasan tentang
negara lain, maka kita harus Oleh karena itu, dengan
mampu mempelajari bahasa asing. berbahasalah manusia akan dapat
Apalagi dalam dunia yang serba mengenal dunia luar. Bahasa juga
modern, kemampuan mempelajari sarana untuk berhubungan
bahasa asing sangatlah penting. dengan orang lain di dunia ini.
Dengan mempelajari bahasa asing Dengan bahasa orang akan mudah
dapat menambah wawasan yang bergaul, bersosialisasi dengan
luas, dapat memahami budaya sesama. Kemampuan
negara lain, menemukan teman- berkomunikasi yang baik dan
teman baru, dan dapat efektif tergantung dari bahasa
memperdalam pemahaman akan yang digunakan dan dikuasai oleh
pengetahuan dunia luar. pembicara. Dengan mempelajari
bahasa sebagai alat komunikasi,
Bahasa memiliki fungsi tertentu dapat lebih memahami fungsi
yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, misalnya bahasa dan juga dapat
berfungsi sebagai alat komunikasi,
alat untuk menempatkan diri dalam
berkomunikasi menggunakan
bahasa. (*)
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 29
Sampul
AYU K. ARDI
Cikgu yang sejak Kecil Suka Menulis
Sejak kecil, Ayu K. Ardi telah akrab dengan buku-buku di
perpustakaan. Ia suka melahap buku apa saja. Hingga kini, setelah
jadi guru dan penulis, ia masih gemar membaca dan menulis,
bahkan karyanya terbit pada puluhan buku bersama.
“TAK pernah ada istilah ‘terlalu rakus’ untuk
kegemaran melahap buku-buku”, demikian
pemilik nama Ayu K. Ardi ini punya prinsip.
Tak heran, kalau sejak kecil ia sudah suka
membaca buku, dan isi buku-buku itu
memengaruhi pola pikirnya, juga mengasah
kemampuannya menulis.
Ayu—demikian ia akrab disapa—besar
sebagai anak yang memiliki ibu seorang
petugas perpustakaan di sebuah SMP di
Kota Bandung. Kondisi menguntungkan itu,
membuatnya telah akrab dengan buku-
buku, bahkan ketika duduk di bangku
sekolah dasar kelas tiga, ia telah melahap
roman-roman terbitan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru, seperti Azab dan Sengsara,
Belenggu, Layar Terkembang, dll.
Setiap pulang sekolah, Ayu akan menunggui
ibunya selesai bekerja sembari membaca
buku-buku di rak perpustakaan. Tak jarang
ia memohon kepada sang Ibu agar
diperbolehkan meminjam buku-buku
tersebut untuk dibawa ke rumah.
Foto: Dok. Redaksi elipsis
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 30
Sampul
Perempuan berdarah Jawa Tengah kelahiran
Bandung, 29 Desember 1983, ini gemar
membaca hingga dewasa. Ia suka
membaca apa saja. Baginya, membaca
adalah kebutuhan serupa makan dan
minum. Setelah ia pindah ke kota baru
dan ibunya tak lagi menjadi petugas
perpustakaan, ia senantiasa haus akan
bacaan—sebab kondisi ekonomi orang
tuanya tak memungkinkan untuk
membelikannya buku-buku.
Tak jarang ia membaca robekan kertas
pembungkus bawang dari kantong
plastik belanjaan ibunya bukanlah
sekadar cerita hiperbola yang
membuatnya senang karena
mendapatkan bahan bacaan,
sekaligus jengkel karena tak
mendapat bagian awal maupun
akhir yang membuatnya
penasaran. Dari sanalah
kegemarannya “berkhayal”
bermula. Mereka-reka
cerita dengan versinya
sendiri.
Masa liburan sekolah
adalah hari yang
senantiasa ia nanti,
sebab ia akan menginap
di rumah nenek dan
sepupunya yang memiliki koleksi
novel dan setumpuk majalah
Bobo bekas meski itu telah
dibacanya puluhan kali. Ketika
membaca, ia kerap terhanyut
ke dalam bacaannya hingga
tak menyadari waktu
maupun lingkungannya saat
itu. Kebiasaannya itulah yang
sering membuat jengkel
keluarga maupun orang-
orang di sekelilingnya. Di
lingkungan keluarga
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 31
besarnya yang masih memegang adat Jawa, Sampul
anak perempuan mesti bangun pagi dan
mengurusi pekerjaan rumah, bukan sastra tak dapat terpuaskan. Sejak
menghabiskan waktu sepanjang hari untuk mengantongi ijazah Sarjana Pendidikan ia
membaca. Selain membaca, kegemarannya telah menjadi seorang guru sebuah SMA di
menulis pun mulai tumbuh terlebih ketika Bandung, sebelum kemudian hijrah ke Kota
ia duduk di bangku SMA. Payakumbuh, Sumatra Barat pada tahun
2011 lalu. Saat ini ia mengabdi di SMAN 4
Sejalan dengan kegemarannya itu, Payakumbuh (masih) sebagai guru honorer.
perempuan yang memiliki nama asli Ayu
Kurniasih ini menamatkan pendidikan Kecintaannya pada buku dan dunia tulis-
sarjana di Universitas Pendidikan Indonesia menulis terutama yang bergenre puisi tak
(UPI) Bandung, Jurusan Pendidikan Bahasa pernah pudar. Meski ia tak pernah
dan Sastra Indonesia pada tahun 2006. Ia mempublikasikan tulisannya secara khusus
juga sempat menikmati berkegiatan di atau mengirimkannya ke media. Hanya
Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI sesekali ia bagikan di dinding laman
meski hanya sesaat, karena jadwal kegiatan Facebook atau Instagramnya. Semakin hari,
yang dilaksanakan pada malam hari, ia semakin gelisah. Dorongan untuk bisa
sementara ia mesti mengejar kereta api menulis semakin kuat. Salah satu alasannya
terakhir untuk pulang. Lagi-lagi, dahaganya adalah profesinya sebagai guru Bahasa
pada Indonesia. Sebagaimana yang diakuinya
kepada Majalah Digital elipsis, Ia merasa
malu terhadap dirinya sendiri. Terkait
pekerjaannya, ia selalu harus mengoreksi
dan menilai produk karya tulis anak
didiknya, tetapi bagaimana ia bisa bertahan
dengan itu semua jika ia sendiri bukanlah
penulis yang diakui karyanya. Ia merasa tak
bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.
Dalam gelinjang kegelisahannya itu, ia
semakin aktif mengikuti grup-grup sastra
di Facebook, dan mulai berani mengirimkan
tulisan-tulisannya ke media cetak, tapi
kerap ditolak. Banyak orang yang melarang
bahkan tidak menyukainya menulis puisi,
termasuk orang-orang terdekatnya. Bagi
banyak orang, puisi masih dianggap sebagai
curhat dan pengalaman pribadi, sehingga
seperti membuka aib pribadi. Ia pun
kesulitan menjelaskan bahwa puisi telah
menjadi dirinya sendiri ketika sampai di
tangan pembacanya. Hal ini sempat
membuatnya
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 32
Sampul
tertekan tetapi tak menyurutkan kepenyairan lainnya.
kecintaanya pada puisi. Ia masih menulis
diam-diam. Kepada elipsis ia mengatakan bahwa ia
ingin agar puisi tak hanya dapat dinikmati
Bukunya yang pertama terbit dalam sebuah oleh komunitas tertentu saja, tetapi juga
antologi puisi berkurasi berjudul Akar dapat diterima oleh masyarakat luas.
Rumput (Kampoeng Jerami) tahun 2016 Baginya, puisi merupakan salah satu sarana
menyusul antologi-antologi berkurasi komunikasi yang dapat menyampaikan
lainnya. Hingga saat ini, puisinya telah berbagai informasi, pesan, juga perasaan
terbit dalam 25 antologi. Beberapa puisinya yang kerap luput dari perhatian. Oleh
yang lulus kurasi dan terbit di tahun 2021 karena itu, puisi tak selalu mesti gelap
ini adalah Korupsi di Korona (PMK 8), (absurd) hingga sulit dipahami dan hanya
Khatulistiwa (DNP-11), Ombak, Camar, dan kalangan pembaca tertentu saja yang
Kerinduan (Jazirah-8 FSIGB), Seribu Tahun mampu memahaminya.
Lagi (Hari Puisi Indonesia), Soneta Cinta
Dua Negara Indonesia-Malaysia (KKK), dll. Puisi-puisi perempuan penikmat pagi, puisi,
Salah satu puisinya juga diterjemahkan ke dan bercangkir kopi ini kerap bertutur
dalam bahasa Spanyol dalam Antologi Puisi tentang permasalahan anak dan
Budaya Bolivia-Indonesia, Antologia De perempuan, meski ia pun tak
Poesia Cultural Bolivia-Indonesia (Farha mengkhususkan puisinya pada tema
Pustaka). tertentu saja. Ia mengatakan, walaupun
telah banyak penyair yang menulis tentang
Meskipun puisinya kerap lolos kurasi dan anak dan perempuan, namun setiap orang
dimuat di media cetak lokal dan nasional, ia akan memiliki sudut pandang yang
masih selalu merasa ada yang kurang, berbeda. Sebagaimana pernyataan seorang
tetapi tak tahu di mana dan bagaimana. Ia Viki King yang membekas di hatinya, bahwa
juga sempat mengalami kemandegan kita sedang menulis skenario yang tidak
menulis (writer’s block), sementara ide-ide mungkin ditulis oleh orang lain. Kita
merimbun di kepala. Berkelindan dan tak menjadi yang terbaik bagi diri kita sendiri.
tahu bagaimana mesti diurai. Hingga Sudut pandang kita adalah sebuah cara
seorang sahabat menunjukkan sebuah unik untuk melihat dunia, dan bagaimana
komunitas menulis, yakni Kelas Menulis kita merasakan dunia di sekeliling kita,
Daring (KMD) asuhan pegiat Literasi itulah nilai jual bagi kita sebagai penulis.
Sumatra Barat, Muhammad Subhan, tempat
di mana ia mendapatkan banyak sekali ilmu Selain mengajar dan menulis di sela waktu
juga motivasi dan keberanian untuk terus luangnya, ia juga dipercaya sebagai
menulis. Menulis telah menjadi semacam penggerak literasi juga pembimbing
terapi bagi dirinya yang memiliki komorbid kegiatan pengembangan diri dan
asma bronkhial dan sering jatuh sakit, sejak ekstrakurikuler di sekolah tempat ia
ia mengenal Quantum Writing (Hernowo, mengabdi. Beberapa bidang yang pernah ia
2004) di bangku kuliah dahulu. Selain itu, ia bimbing adalah Cipta-Baca Puisi, Teater,
aktif di beberapa komunitas menulis dan Jurnalistik, dan Karya Ilmiah. Peserta
didiknya pun kerap menjuarai
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 33
Sampul
berbagai lomba mulai tingkat kota, provinsi, sendiri. Ia mengatakan, adalah suatu
hingga mewakili provinsi ke tingkat kepuasan tiada tara ketika dapat
nasional. Beberapa prestasi anak didiknya membimbing anak-anak didiknya dari nol
di antaranya adalah Lima Besar Nasional hingga kemudian mendapat berkah juara.
Lomba Menulis Kreatif BKKBN (2013), Karya Akan tetapi, hal tersebut tidak kemudian
Ilmiah Pusair (Jakarta, 2014), Mewakili Prov. membuatnya ongkang kaki, ia ingin agar
Sumbar dalam FLS2N Baca Puisi Tk. dari generasi ke generasi anak-anak
Nasional (Palembang, 2015 dan Manado didiknya terus termotivasi dan berani
2016), Mewakili Prov. Sumbar dalam FLS2N untuk menggali serta mengembangkan
Teater Monolog Tk. Nasional (Kupang 2017 potensi dirinya masing-masing. Ia juga
dan Aceh 2018), Juara 1 LKTI Tingkat menyadari sebagai seorang guru honorer,
Sumbar (2016), Juara 1 LKTI Tingkat ia mesti terus memiliki motivasi dan
Sumatra (2017—2019), dll. mengembangkan potensi dirinya.
Sebagaimana orang bijak mengatakan,
Bagi Ayu, pencapaian tertinggi seorang hadapi persaingan, berdirilah di puncak,
guru adalah jika telah berhasil kemudian hilangkan persaingan dengan
menghantarkan anak-anak didiknya meraih terus berinovasi. (*)
impian yang melampaui dirinya
(Redaksi elipsis)
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 34
Karya: Muhammad Khatami
Instagram: @khatamiahmedkhan
Profil
IRFAN MUZAKI
Belajar Autodidak Merakit
Komputer dan Ingin Studi di Rusia
Laporan: Nauri Aulia
(Lima Puluh Kota)
PONDOK Pesantren Modern Al Di pondok ini banyak terdapat
Kautsar Muhammadiyah Sarila- santri-santri yang hebat dan
mak, Kabupaten Lima Puluh Kota, berprestasi, salah seorangnya
mungkin tidak asing lagi bagi Irfan Muzaki. Ia seorang anak
masyarakat Sumatra Barat yang pendiam, baik, cerdas, saleh,
maupun di luar Sumatra Barat. dan tentunya sopan. Irfan Muzaki,
Letaknya yang stategis, dapat atau yang biasa dipanggil Irfan,
menjangkau keramaian, membuat berasal dari Kompleks KPRI,
pondok ini memiliki daya pikat Purwajaya, Kabupaten Lima Puluh
tersendiri. Pondok pesantren ini Kota. Lahir di Bukittinggi pada 7
berdiri pada 18 September 1989, Mei 2006. Irfan anak pertama dari
dengan jumlah santri yang tiga bersaudara.
awalnya hanya puluhan sekarang
sudah mencapai 400-an orang, Terlahir dari pasangan orang tua
yang terdiri dari dua tingkatan bernama Lissuharni (ibu) dan
pendidikan, yaitu MTs dan MA. Amrizal, S.Kom., M.Kom. (ayah).
Ibunya seorang ibu rumah tangga
Pesantren Modern Al Kautsar dan ayahnya dosen di Politeknik
Muhammadiyah Sarilamak telah Pertanian Kabupaten
meraih berbagai macam prestasi,
baik kepala madrasah, guru-
gurunya, maupun para santrinya.
Pada umumnya, santri yang
mondok berasal dari berbagai
daerah, seperti Aceh, Malang,
Bekasi, Jawa Tengah, Jambi,
Medan, Bandung, Riau, dan
Batam.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 36
Profil
Lima Puluh Kota. Ia memiliki Jika tidak, ia lebih memilih
seorang adik perempuan ber- menetap dan membersihkan
nama Fahira Zahra dan seorang masjid.
adik laki-laki bernama Luthfi
Marzuki. Irfan juga aktif dalam beberapa
organisasi, salah satunya adalah
Irfan menempuh pendidikan komunitas menulis di Pondok
pertamanya di TK Pertiwi Pesantren Al Kautsar periode 2018
Bukittinggi. Setelah itu melan- —2019. Ia termasuk seseorang
jutkan pendidikan di SDN 01 yang nekat dan memiliki tekad
Sarilamak, kemudian di Pondok yang kuat. Hobinya belajar
Pesantren Al Kautsar komputer, programming, TIK,
Muhammadiyah Sarilamak multimedia, statistika,
Kabupaten Lima Puluh Kota bereksperimen, membuat teori,
sampai sekarang. dan meng-upgrade suatu hal yang
baru. Bahkan, dengan bekal
Selama lebih dari tiga tahun di pengetahuan kom puter yang ia
pondok, ia tidak mudah pelajari, ia mampu merakit
terpengaruh oleh lingkungan komputer sendiri dengan uang
ataupun teman-teman sebayanya. tabungannya. Irfan bercita-cita
Santri yang seusia Irfan, pada menjadi CEO/direktur atau
umumnya banyak yang berting- founder yang membuat
kah, seperti terlambat ke sekolah, perusahaan besar.
baju dikeluarkan, dan bahkan
banyak kena masalah pada saat Merakit komputer mungkin bagi
sebagian orang suatu hal yang
guru piket memeriksa mudah. Namun, Irfan berhasil
merakit secara mandiri berkat
kelengkapan atribut sekolah. belajar autodidak dan keinginan
untuk belajar lebih banyak lagi.
Berbeda dengan Irfan, ia sangat Tujuan ia bisa memiliki komputer
adalah agar apa yang dibutuhkan
disiplin, baik di sekolah maupun di waktu belajar terpenuhi seperti
membuat makalah, menggunakan
asrama. Ia termasuk santri yang Microsoft PowerPoint, dan hal
baru lainnya.
berprestasi di kelas, sering
mendapatkan juara dan prestasi
lainnya.
Saat ini ia membekali dirinya Berkat perjuangan dan kegigi-
dengan belajar bahasa Rusia dan hannya yang sungguh-sungguh,
Inggris secara autodidak untuk Irfan dapat membeli perleng-
dapat pergi ke Rusia melanjutkan kapan komputer meskipun tanpa
studinya. Di sisi lain, ia lebih monitor. Selama satu semester ia
banyak diam dan belajar hal-hal
baru, tidak seperti teman
sebayanya yang suka bermain
bola dan lari-larian di lapangan.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 37
Profil
mengumpulkan uang untuk dapat Selain itu, ia berharap bisa
melanjutkan studinya ke luar
mewujudkan keinginannya negeri, dengan semua usaha dan
iringan doa yang selalu ia lakukan
membeli perlengkapan komputer. sampai hari ini. Niatnya menjadi
pemimpin sebuah perusahaan
Akhirnya, dengan menabung dan besar adalah untuk membawa
perubahan yang lebih baik pada
berpuasa, ia bisa mewujudkan dunia, terutama untuk Indonesia
tercinta. (*)
salah satu impiannya. Ia rela tidak
Nauri Aulia, akrab disapa Nauri.
jajan demi mewujudkan impiannya Lahir di Punggasan, 9 Agustus
tersebut. 1996. Saat ini ia bekerja di Pondok
Pesantren Modern Al Kautsar
Pada saat ia menginginkan Muhammadiyah Sarilamak
sesuatu, ia akan berusaha sendiri Kabupaten Lima Puluh Kota,
tanpa melibatkan orang tuanya.
Bahkan, sampai saat ini orang Payakumbuh. Berasal dari Pesisir
tuanya belum mengetahui bahwa Selatan, Provinsi Sumatra Barat.
ia bisa merakit komputer dan Bergiat di Kelas Menulis Daring
anaknya adalah orang yang hebat
dan cerdas. (KMD).
Ia terkenal dengan sikap dingin
dan cuek di kalangan teman
sebayanya, termasuk ustaz/
ustazahnya. Namun, di balik itu,
terdapat banyak harapan yang
menyelip pada dirinya. Ia
menyukai suatu hal yang baru dan
mempelajarinya lebih lanjut.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 38
Profil
Foto: Dok. Mawardi Roska
MELANI KURNIAWATI ZEBUA
Keterbatasan Tak Surutkan
Semangat Berkarya
Meski kondisi ekonomi keluarga yang serba terbatas, namun tak
menyurutkan semangat Melani untuk berkarya. Ia sukses menulis
empat novel solo dan delapan buku antologi bersama.
KABUPATEN Pesisir Selatan, sekitar—umumnya usia SD, SMP,
Sumatra Barat, memiliki potensi dan SMA—untuk belajar bersama,
penulis. Salah seorang di khususnya menulis kreatif.
antaranya Melani Kurniawati
Zebua, penulis muda produktif Melani anak bungsu dari empat
yang telah melahirkan empat bersaudara, dan semuanya
novel solo dan delapan buku perempuan. Pendidikannya hanya
antologi bersama penulis-penulis tamat sekolah dasar namun tak
Indonesia. menyurutkan semangatnya untuk
terus belajar. Keterbatasan
Di rumahnya, ia giat berkegiatan ekonomi keluarga
literasi, mendampingi anak-anak
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 39
Profil
membuat dirinya bertekad untuk Foto: Dok. Mawardi Roska
menjadi orang sukses di kemudian
hari. Menurut Mawardi, Melani yang
kelahiran Desa Tanjung Beringin,
Setiap hari, Melani merawat 23 Maret 2003, karena kondisi
kedua orang tuanya yang sedang ekonomi orang tua, "terpaksa
sakit. Pada Jumat dan Sabtu, tamat SD". Namun, selama empat
Melani bekerja sama dengan tahun (2014—2018) batinnya
orang lain nyambi berjualan bakso berontak. Akhirnya sekitar tahun
keliling di Kecamatan Silaut, 2018, Melani bangkit untuk berani
kecamatan tetangga yang berjarak mengembangkan potensinya.
15 km dari rumahnya. Sebagai
seorang gadis remaja yang sedang “Atittude dan kematangan
tumbuh, tak ada kata malu atau emosional serta inteligensinya
sungkan bagi dirinya untuk luar biasa. Bayangkan, dengan
berusaha. modal ilmu SD dan gawai kantau
saja, Melani secara autodidak
“Ia anak yang gigih dan berbakti meliterasi dirinya dengan IT
kepada kedua orang tua,” kata untuk belajar. Gawai tidak
Kadis Perpustakaan dan Arsip digunakannya untuk ber-selfie ria.
Pesisir Selatan, Mawardi Roska, Bila paket data habis, ia pergi ke
ketika mengunjungi Melani di kantor camat Lunang untuk
kediamannya, pekan lalu. belajar melalui Mbah Google, dan
lainnya,” cerita Mawardi Roska.
Foto: Dok. Mawardi Roska
Buku-buku solo karya Melani, di
antaranya Aldonara, Lentera
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 40
Profil
Senja, Desa Berdarah, dan Foto: Dok. Mawardi Roska
Narapidana. Buku-buku antologi
yang ia tulis bersama penulis- tujuh besar dalam ajang tantangan
penulis Indonesia di berbagai Menulis Bersama RNA Publisher
kota, di antaranya: (Novel Lentera Senja), dan ia pun
Ibu Pertiwi Indonesia, Love, Hope, bekesempatan menjadi Juri
and Stars, Janda Bukan Noda, Menulis Nasional pada tahun
Story of The Rain, Berjuta 2020.
Rasanya, Mereka yang Tak Nyata,
Misteri di Balik Kematian, dan Kini, di sela-sela kesibukannya
Cokelat. bekerja dan merawat kedua orang
tuanya yang menderita penyakit
Bakatnya menulis membawa komplikasi, Melani terus
Melani meraih sejumlah prestasi, membaca dan menulis.
di antaranya: Juara Harapan 2 Harapannya, kelak karya-
dalam ajang menulis nasional karyanya menjadi motivasi bagi
oleh Penerbit Lintang Semesta anak-anak Indonesia untuk tetap
Publisher (Novel Desa Berdarah), semangat dan tidak menyerah
pada kondisi apa pun. (*)
(Redaksi elipsis)
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 41
Karya: Muhammad Khatami
Instagram: @khatamiahmedkhan
Sajak
IYUT FITRA
tanah suci
sudah bertahun mereka menyebutku sengketa. sebidang tubuh yang demam
barangkali hitam warnanya. kerikil dan batu-batu berhamburan sebagaimana peluru
dan bom-bom diledakkan
kesucian seperti apa yang kukandung bila ternyata tubuhku adalah airmata yang membeku
doa-doa tenggelam dalam dendam. segala ditapal dengan senjata
di dapur tungku dihidupkan dengan sisa mesiu. anak-anak berlarian seolah mengejar langit
lalu memanjatkan harap
turunlah wahai, hujan. bawakan kami damai di tempayan
sementara para perempuan telah lama melupakan cara menangis
berjalan menuju barak-barak pengungsian. seraya mengubur kenangan tentang saudara-
saudara
yang hilang
akulah seonggok kesucian yang rapuh
tak kuasa melawan tubuh-tubuh kasar yang menindih
siang malam berbagai dentuman meruyak angkasa. menjelma luka
luka yang meruyak juga ke rumah-rumah, sekolah, masjid, dan pelarian
di mana nyawa bocah-bocah diulur teramat singkat. tak dibiar lebih sepenggalan
sedangkan kata-kata hanya serupa puisi dangkal tak berdaya. telungkup
dan sembunyi di balik berbilang harapan yang dikumandangkan lewat ragam perjanjian
o, aku terluka
oleh dengus-dengus nafsu yang telah kehilangan akalnya
lalu kesucian seperti apa bila anak-anak yang kukandung tak mampu kubesarkan
kelahiran adalah sekaligus kematian yang menunggu
tak ada pintu bagi cita-cita. sebagaimana tak ada kasih bagi setiap jengkal duka lara
hanya waktu memucat
wajah-wajah yang kemudian takut melihat matahari. karena hari-hari adalah perkabungan
berkali-kali
wajah-wajah murung. tanah-tanah murung
kalau tak mati adalah kaki dan tangan-tangan yang buntung
abraham, o, abraham. di mana sesungguhnya janji itu diletakkan?
betahun-tahun mereka menyebutku sengketa
meski sesungguhnya namaku palestina!
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 43
Sajak
IYUT FITRA
bunga-bunga dan foto lama*)
1.
bunga-bunga di taman kota itu buta huruf. jalan dan gang-gang
menciptakan aksaranya sendiri
bahkan tak ada yang mampu melafazkan nama-nama
selain kampung tua yang terdesak. menyempit dalam irama caci-maki
kumuh dan busuk
serta jengkal demi jengkal yang terus diburu
barangkali yang tersisa hanyalah robekan peta yang tak lagi terbaca, sedikit nostalgia,
dan raung mesin-mesin
dan pongah mesin-mesin
masihkah kausimpan bau lampau ketika riuh melantak sampai luluh, tanya bunga-bunga
siapa yang tertegun? hari habis dalam berpacu
serupa gelanggang tak tentu jalan pulang. tak ada jam istirahat
apalagi rekreasi
di jantung kota yang berdenyut secepat kereta. cuaca berwarna kering
udara kelabu mengempas trotoar-trotoar bisu
cerobong pabrik, jalan layang, lampu warna-warni, juga kertas-kertas rahasia
semua menjulang ke langit. berteriak-sorak
dengan narasi terburu dan berkata, tinggalkan masa lalu,
tinggalkan masa lalu!
arloji pun mandi peluh di pergelangan tangan para buruh. pucat dalam berdetak
melingkari hari yang jauh
tak ada waktu untuk berhenti. sedetik adalah langkah yang tertinggal sedepa jam
bus-bus melaju, para pekerja melaju, menerbangkan debu ke angkasa
setiap hari ada yang digusur, dirubuhkan, didatarkan
menjadi mimpi masa depan
di sebelahnya bunga-bunga ketakutan. bunga yang tak lagi mampu mengeja
diri sendiri
di taman yang lengang. sesunyi sejarah
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 44
Sajak
2.
sejak kapankah foto lama menyimpan airmata. ia juga tak pernah belajar membaca
album membalik-balik diri sendiri tanpa mampu bernyanyi
figura mengukir bingkainya sendiri
di sampingnya buku-buku hanya diam. sesunyi sejarah
bisakah kita bicara kenangan di atas kemajuan, kata foto lama bersorak serak
membayangkan alamat-alamat yang sirna
beberapa foto kampung tua telah dihapus. halamannya diganti gambar kesepian
sepasang kupu-kupu hinggap di sebuah nisan. menyesali hidup
kita selalu sadar setelah kehilangan, jejak tak bisa lagi dijemput,
suatu ketika sesal menjadi niscaya
3.
bunga-bunga yang buta huruf di taman kota hanya sebatas kata
foto lama tak mampu lagi menyimpan apa-apa
raung mesin-mesin. pongah mesin-mesin
segala telah menyerbu ke dalam waktu. seriuh tempat-tempat berebut nama
sesunyi sejarah diluka
*) Terinspirasi oleh cerpen “Sesunyi Sejarah” karya Selahattin Demirtas dalam Kumpulan
Cerita “Subuh” yang diterjemahkan dari Bahasa Turki oleh Mahmet Hassan. Penerbit Marjin
Kiri.
Iyut Fitra. Lahir di Payakumbuh, 16 Februari. Karya-karyanya dalam
bentuk puisi dan cerpen telah diterbitkan di berbagai media cetak
maupun online. Beberapa kali menjadi pemenang dalam lomba cipta
puisi dan cerpen. Selain itu ia juga mendapatkan Anugerah Sastra dari
Balai Bahasa Padang sebagai pegiat yang telah berjasa membina dunia
sastra dan penulisan kreatif di Sumatra Barat. Buku Puisi Mencari Jalan
Mendaki mendapat penghargaan buku puisi terbaik 2019 dari Perpusnas
RI. Serta buku puisinya Lelaki dan Tangkai Sapu meraih Penghargaan
Badan Bahasa Kemendikbud RI tahun 2020. Kini aktif di Komunitas Seni
INTRO Payakumbuh.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 45
Sajak
KUNNI MASROHANTI
sekuat akar mendekap tebing
maafkan,
aku pulang ke dadamu
dengan rindu
dan,
mengasinkan tubuhmu yang arus
dengan airmataku
sekuat akarakar mendekap tebing
aku memeluk hening
2020
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 46
Sajak
KUNNI MASROHANTI
tak ada alasan
bukan yang dinanti
hanya yang lalu
takkan menjadi apa
waktu kita tak sama tiba
dan,
tak ada padan
dalam sepadan usia
tak ada alasan untuk berdurja
lepas belenggu
yang haq
sempurna sesudah itu
waktu berlari kencang
membawa kita pulang
dan,
hari ini adalah jalan
2020
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 47
Sajak
KUNNI MASROHANTI
yang gugur dan tumbuh
hela seranting tuju ketika gugur
jatuhnya
terbaca di awal ingin
patah menjadi doa
dan,
tumbuh di lain musim
hujan bermunajat
basahkan kering batang setaman
dan,
yang patah gugur
mekar menguntum menjadi doa
hingga akhir musim nyaring helanya
2020
Kunni Masrohanti. Penyair. Pendiri Komunitas Seni
Rumah Sunting Pekanbaru (2012), Ketua WPI Riau (2018
—sekarang), Ketua PPI (2018—sekarang). Buku puisinya:
Sunting (2011), Perempuan Bulan (2016), Calung
Penyukat (2019), Kotau (2020), Dan, Perempuan yang
Kau Telan Airmatanya (2021). Berdomisili di Pekanbaru,
Riau.
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 48
Sajak
MOHAMMAD ISKANDAR
Manuskrip Tubuh
Julian
telah sampai Juli
kumasuki kembali peta tubuhmu
membawa sedikit oleh-oleh rindu
pelepasan hasrat tahun khianat kalbu
kubaca sepenggal sajak fu nomor sepuluhku
ketika kesepian mengepung,
tulislah namaku sembari berdoa, maka
aku akan sampai di pelayaran kita
telinga lagu ke lagu
mata pandangan
bibir sebait janji
dadap titik cinta
sebelum kau cari-cari buah pengharapan Bintoro
kota asing menyegarkan rahasia tak ada surat lagi
lewat suara elektronik; sepokok beringin layu
kau teteskan kesedihan selembar lelayon menceritakan
wabah jagat manusia
Lembang sepi aku sepi kau
di hadapan tembok putih luka aku luka kau
kau ulangi lagi dialog yang terlipat
selama satu dasawarsa gerimis di ujung Juli
kau mulai bicara ingin kubangun hari ini
“Ini tubuhku ringkih, didera rindu dengan berpuluh-puluh sajak
menahun dan perjumpaan tiada” ada kau di dalamnya
menawarkan segelas kopi
tersenyum dan tertawa hingga ke petang
menyusuri lekuk manjamu, di tanah air lamunku
Demak, 30 Juli 2021
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 49
Sajak
MOHAMMAD ISKANDAR
Fu Nomor Sepuluh
Julian
ketika kesepian mengepung, tulislah namaku
sembari berdoa, maka aku akan sampai ke
pelayaran kita
seseorang lain mengisi tahun-tahun kesunyian
lalu menulis kisah baru setelah badai mendera
tiap datang kedukaan
bukan ia memesona
tetapi cahaya matamu belaka
membawakanku masa silam
gerilya taman-taman yang padam
seorang lain hanya
membawaku ke perjamuan
mengupas buah, mengisi gelas
dengan anggur, mengajak berdansa
setelah makan malam
tetap terpujilah namamu
yang menyertai mimpi-mimpi
di akhir pekan yang nyeri
apa sesungguhnya dirasa?
kelak di hari sepuluh
fu nomor sepuluh
gemerlap di ingatan
semacam kalam bertuah
ode untukmu
juwita atas bara
renung tak sudah
kekosongan melanda
di pusat diri, mabuk jiwa
oleh julia
oleh cahayamu
Demak, 30 Juli 2021
elipsis | Edisi 004 / Tahun I / September—Oktober 2021 | 50