Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan kemurahanNya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku antologi ini. Dalam penyusunannya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Tanpa adanya arahan dari Ibu Yemima Christin Callina Tambang, S.Pd kami tidak dapat menyelesaikan antologi ini. Antologi ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca siswa siswi khususnya siswa siswi di SMP Kristen 2 dan sebagai motivasi dalam berkarya. Karena itu, kami hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah terlibat. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Salatiga, 2022 Penyusun I
Biodata Penulis Nama: Daniel Perkasa TTL: Salatiga, 24-12-2007 IG:@ niel_nel Kata-Kata Motivasi: Lihatlah hidupku dan kalahkan itu. Nama: Kumara Bhisma Pratama TTL: Salatiga, 28-01-2008 IG: @kumarabhisma_ Kata-Kata Motivasi: Dimana ada kelebihan, disitu pasti ada kembalian Nama: Jonatan El’azi Arsena TTL: Kab.Semarang,18-10-2007 IG: @joo_oo17 Kata-Kata Motivasi: Hiduplah seperti garam, secukupnya saja. Nama: Adi Christian TTL: Salatiga, 31-10-2007 IG: @adichristiannn Kata-Kata Motivasi: Realita tak seindah ekspetasi, jadi kalau mimpi tau diri. Nama: Avanindra Setadewa TTL: Salatiga, 14-03-2008 IG: @eandra17 Kata-Kata Motivasi: Tidak ada hal yang tidak menarik, yang ada hanya rasa tidak tertarik. II
Nama: Dominique Tarra W. TTL: Salatiga, 04-02-2008 IG: @dominique_tarra Kata-Kata Motivasi: Jangan mengulangi kesalahan yang sama, karena masih banyak kesalahan yang belum dicoba Nama: Francis Angelia TTL: Sragen, 30-06-2008 IG: @francisangelia Kata-Kata Motivasi: Berpikirlah seperti proton, selalu positif. Nama: Joanne Sanchia A. TTL: Semarang, 23-06-2008 IG: @joanne_sanchiaa Kata-Kata Motivasi: Tak ada harta pusaka yang sama berharganya dengan kejujuran Nama: Jessie Sanchia A. TTL: Semarang, 23-6-2008 IG: @jessieagth Kata-Kata Motivasi: Jadilah dirimu sendiri. Nama: Aubry Malka Ch. TTL: Kab. Semarang, 12-06-2008 IG: @aubry_inthemood Kata-Kata Motivasi: Jatuh 7 kali, bangun 8 kali. Nama: Shayna Arella Bitya K. TTL: Jakarta, 05-04-2008 IG: @arellashayna_ Kata-Kata Motivasi: Apapun masalahnya tetaplah bernafas. III
-2022- Nama: Wina Adiasmono TTL: Kab. Semarang, 31-10-2007 IG:@ win07jm Kata-Kata Motivasi: Kecewa kok sama orang lain, sama diri sendiri dong biar bisa berubah. Nama: Lintang Saviori P. S. TTL: Salatiga, 26-12-2007 IG: @lintangsapioritii Kata-Kata Motivasi: Dunia aja yang jahat sama kamu, kamunya tetep harus jadi orang baik. IV
Daftar Isi Kata Pengantar…………………….i Biografi Penulis…………………...ii Kantor Media Online……………...1 Kerajaan Semut……………………5 Jangan Lelah.……………………..10 Takkan Kubiarkan….……………..14 Sahabat Satu Jiwa….………………21 The Jackets…..…………………….29 Dessy dan Ella.……………………34 Gadis Periang..…………………….38 Kain Hitam…...……………………44 Fright…………...………………….52 Siapa Dia………..…………………56 Kejutan………...…………………..61 Sebuah Lentera…..………………...68 V
Kantor Media Online Oleh : Daniel Perkasa Bekerja di media online kadang tidak kenal waktu. Netizen selalau haus akan berita baru. Begitulah pekerjaan yang dijalani oleh James selama dua tahun belakangan ini. Dia bekerja di bagian redaksi yang memfinishing berita yang akan diposting di media online tempat dia bekerja. Bos James juga begitu. Kadang pulang pukul tiga dini hari, dan pukul enam pagi sudah berada dikantor lagi. Kesibukan seperti itu mereka lakukan setiap hari. Ya, setiap hari. Bahkan seperti tidak ada hari Minggu dalam sepekan. Kehebohan terjadi di kantor media online itu ketika James mengalami kejadian ganjil di kantor itu. Pekerja yang rata-rata perempuan itu menyerah kalau harus berhubungan dengan hal-hal mistik. Mereka akhirnya mengajukan kepada Bos mereka untuk pindah kantor saja. “Kita pindah kantor saja Bos. Cari tempat yang nyaman untuk bekerja,” kata salah satu karyawan. “Iya Bos, mana bisa kami bekerja jika hantu-hantu itu terus meneror kami,” kata karyawan yang lain. “Akan aku pertimbangkan secepat mungkin,” kata Bos. “Jangan cuma dipertimbangkan Bos, segera putuskan!” kata karyawan mendesak. 1
“Kau carilah tempat yang nyaman!” kata Bos memerintah. “Baik, Bos.” Gonjang-ganjing itu awalnya menimpa James yang waktu itu pulang malam. Sebenarnya tidak terlalu malam juga. Waktu baru menunjukkan pukul delapan malam. Posisi meja James kebetulan menghadap langsung ke ruang kaca Bosnya, sehingga James bisa melihat aktivitas yang terjadi di ruang Bosnya. Saat itu, di kantor hanya tinggal tiga orang. Sayangnya mereka semua tidak berada di ruangan yang sama dengan James. Jadi, pada waktu itu James hendak minta izin pulang. Tetapi, saat itu James melihat Bosnya sedang sibuk diruangannya. Takut mengganggu, maka James tidak minta pamit pada Bosnya. James langsung pergi menemui ketiga rekan kerjanya yang berada di ruang lain untuk pamit. “Aku pulang dulu, ya!” kata James. “Hati-hati!” jawab teman-temannya. “Nanti sampaikan ke Bos, aku pulang duluan. Aku nggak berani izin karena dia terlihat sibuk banget di ruangannya,” kata James. “Apaan sih?” kata temannya. “Si Bos kan lagi liputan.” 2
“Liputan?” kata James penasaran. “Dia di ruangannya kok.” “Masak? Dari jam tujuh tadi dia pergi sama Veronica,” kata temannya. “Lha? Yang diruangannya tadi siapa? Jangan bohong ah!” kata James. “Enggak!” kata temannya. “Ayo deh kita cek ke ruangannya!” James dan ketiga temannya segera menuju ke ruang kaca Bos. Terlihat dari luar ruangan, ruangan itu kosong dan sepi. Tidak ada aktivitas sama sekali. “Noh, nggak ada orangnya kan?” kata temannya. “Masak sih?” kata James. “Coba deh buka pintunya kalau masih nggak percaya!” kata temannya lagi. James melangkah mendekati pintu. Kemudian tangannya mendorong pintu kaca agar terbuka. Dia menengak-nengok ke dalam ruangan. Tidak ada siapa pun disana. Tiba-tiba bulu kuduknya bergidik. “Yang sibuk di sini tadi siapa?” tanya James lirih. Teman-temannya mengangkat bahu sambal menenangkan ketegangan masing-masing. “Ayo segera keluar!” kata salah satu temannya. 3
Mereka berebut keluar dari ruang kaca Bos. Mereka setengah berlari menjauhi ketakutan mereka. Ketika membuka pintu keluar kantor dengan terburu-buru dan saling berebut keluar duluan, tiba-tiba mereka menjerit karena bertabrakan dengan seorang lelaki berkulit legam. “AARRGGHHHH…!!!” “AARRGGHHHH…!!!” “AARRGGHHHH…!!!” Mereka berjumpalitan jatuh di lantai. Kaget campur takut membaur dalam perasaan mereka. Mereka mengaduh karena saling tindih. Ketika bangun, mereka jadi gagu. Lelaki berkulit legam yang mereka tabrak itu tidak ada ditempat mereka jatuh. Hilang, lalu mereka saling pandang dan segera memberi isyarat untuk pergi sejauh mungkin meninggalkan tempat mengerikan itu. 4
Kerajaan Semut Oleh : Kumara Bhisma Pratama Suatu hari ada anak belalang bernama Bobo. Bobo adalah anak belalang yang telah ditinggal mati oleh ibunya. Kini ia hidup sebatang kara dan hidup mengembara. Sampai suatu ketika, ia tiba di gurun pasir yang sangat luas. Namun, sesampainya di tengah gurun itu, Bobo merasa haus dan kelaparan. “Aku harus segera mencari makanan dan air, tapi aku harus mencari di mana?” pikir Bobo kebingungan. Tetapi Bobo tidak menyerah, ia terus mencari makanan dan air. Setelah cukup lama melompat-lompat dari sana ke sini, dari kejauhan Bobo melihat air dan makanan. Namun setelah mendekat, ternyata yang dilihatnya hanyalah hamparan pasir yang luas. Maka dengan kekecewaan, Bobo kembali melompat-lompat menelusuri gurun. Tidak berapa lama kemudian ia bertemu dengan seekor semut , Bobo pun mendekati semut itu. “Hai, semut. Siapakah namamu?” “Namaku Didi. Namamu siapa?” tanya Didi, si semut. “Aku Bobo, nampaknya hanya ada kita di gurun pasir ini. Kamu mau jadi sahabatku?” ucap Bobo. Didi pun mengangguk senang. 5
“Baguslah! Sekarang aku kelaparan dan kehausan, bagaimana kalau kita mencari makanan dan air bersama?” Didi kembali mengangguk. Mereka bergegas pergi untuk mencari makanan bersama. Setelah cukup lama menelusuri gurun, mereka menemukan sebuah mata air yang bersih dan segar. Di samping mata air itu terdapat sebuah pohon kurma yang berbuah lebat dan sangat manis. Didi dan Bobo sangat gembira, mereka segera minum dan makan sepuasnya. Setelah mereka kenyang, mereka segera mencari tempat untuk ditinggali. Dua hari kemudian mereka menemukan tempat tinggal, yaitu di sebuah padang rumput yang luas. Mereka tidak akan kekurangan makanan karena di tepi padang rumput itu terdapat banyak pohon buah-buahan dan sebuah mata air yang sangat bersih. Setelah beberapa hari mereka tinggal disana, mereka melihat sarang semut yang berada di dekat sana, ternyata itu adalah kerajaan semut. Mereka berdua kebingungan karena mereka tidak melihat kerajaan itu sebelumnya. Mereka akhirnya memutuskan untuk menghampiri kerajaan itu dengan ragu-ragu. “Didi, apakah kita bisa masuk ke kawasan ini?” “Bisa asalkan kita tidak bersuara” “Baiklah mari kita mendekat” ucap Bobo dengan penuh keraguan. 6
Saat sedang mendekat, tidak sengaja mereka terlihat oleh prajurit semut yang sedang menjaga kawasan itu. “Hei siapa kalian? Mengapa kalian memasuki kawasan ini?!” ucap sang penjaga. “Didi, itu prajurit kerajaan semut ayo kita lari!” kata Bobo sambil menarik Didi untuk ikut melarikan diri bersamanya. “Mau kemana kalian! Ayo pasukan, tangkap mereka!” teriak prajurit tersebut memanggil pasukan lainnya. Mereka berdua akhirnya tertangkap dan dibawa ke penjara kerajaan tersebut. Penjara tersebut berada di bagian belakang istana dan terbuat dari kayu dan beberapa bebatuan disekitarnya. Mereka akhirnya didatangi dan diinterogasi oleh Raja Semut. “Mengapa kalian berada dikawasan kerajaan? Siapa yang menyuruh kalian untuk masuk?” tanya Raja geram. “Saya dan teman saya Didi sedang berjalan-jalan dan melihat kerajaan semut ini tuan, lalu kami mendekatinya.” “Berani-beraninya kalian berbohong kepadaku!” ucap sang Raja dengan penuh amarah. “Benar yang dikatakan teman saya tuan. Kami hanya berjalan-jalan lalu melihat kerajaan ini.” 7
“Sudahlah mengaku saja kalian daripada aku menyuruh pasukanku untuk membunuh kalian,” kata sang Raja yang tidak percaya terhadap ucapan Bobo dan Didi. “Ampun tuan jangan bunuh kami,” ujar Didi dan Bobo ketakutan. “Diam, jika 1 jam lagi kalian tidak mengaku siapa yang menyuruh kalian memasuki kerajaan ini, kalian akan dibunuh!” ucap sang Raja dengan penuh keyakinan. 30 menit telah berlalu, mereka kebingungan apa yang harus mereka lakukan agar bisa kabur dari tempat itu. Tibatiba Didi terpikir sebuah ide untuk menggesekan batu ke kayu agar kayu itu terbakar dan membuat kerajaan itu juga ikut terbakar, lalu mereka bisa kabur. “Bobo ayo bantu aku gesekan batu ini ke kayu agar kayu ini hancur dan mengeluarkan api yang bisa membakar kerajaan,” ucap Didi sambil bisik-bisik agar tidak terdengar oleh penjaga penjara itu. “Baiklah Didi, aku akan menggesekan batu ini sekuat mungkin!” kata Bobo bersemangat. Setelah sekitar 5 menit menggesekan batu ke kayu, akhirnya api muncul dan meluas ke kerajaan tersebut. Kerajaan itu pun terbakar habis. Mereka berdua langsung melarikan diri secepat mungkin. Para prajurit yang menyadari hal tersebut langsung berbagi tugas, ada yang mengejar mereka dan ada yang berusaha mematikan api 8
yang semakin lama semakin membesar. Tetapi, Bobo dan Didi sudah jauh meninggalkan kerajaan dan tidak terlihat lagi. Mereka akhirnya kembali ke rumah mereka dengan selamat dan menjalani hari-hari seperti biasa. 9
Jangan Lelah Oleh: Jonathan Elazi A Aldo adalah seorang remaja yang lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai Tukang bangunan dan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Semasa kecil Aldo hanya mendapatkan jatah makan yang sangat sedikit karena ekonomi keluarganya yang pas-pas an. Di saat teman-temannya menikmati asiknya membeli jajanan di kantin sekolah,Aldo hanya duduk di depan ruang kelas dengan membayangkan bagaimana rasanya hidup seperti teman-temannya yang serba berkecukupan. ”Enaknya hidup mereka,serba berkecukupan,sedangkan aku,..”gunam Aldo dalam hati. Walaupun begitu Aldo tetap ingat dengan pesan ibunya untuk jangan pernah menyerah karena kondisi keluarganya yang hanya pas-pas an. Karena pesan ibunya, Aldo menjadi seorang yang gigih dan pantang menyerah. Aldo tetap bersemangat untuk mengejar masa depannya. Sikap gigih dan pantang menyerah itu dicerminkannya dalam antusiasme dan kegigihannya dalam belajar. Aldo adalah sosok pelajar yang sangat rajin dan sering membantu teman-temannya yang kesusahan memahami pelajaran yang diberikan gurunya. Hal itu tidak mudah dilakukan oleh remaja yang kurang pengalaman dan minim koneksi seperti Aldo.Namun,ia tetap berusaha untuk membangun masa depan yang lebih baik dengan rajin belajar,mencoba hal-hal yang baru,banyak membaca, dan tidak mengenal kata menyerah walaupun ia terus dipersulit oleh kondisi keuangan yang pas-pas an. 10
Beberapa tahun kemudian usianya telah menjadi 18 tahun,dimana pada saat itu ia baru saja lulus dari bangku SMA.Aldo langsung fokus untuk mencari pekerjaan. Semua temannya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,hal itu semakin memotivasi Aldo untuk masuk ke Universitas dengan hasil keringat sendiri. Dua bulan berselang Aldo diterima di perusahaan swasta. Gembiralah Aldo saat mendengar bahwa dia telah diterima bekerja di perusahaan swasta. “Uhuy akhirnya aku diterima bekerja!.”Ucapnya dengan sangat gembira. Sebulan kemudian Aldo pun mendapatkan gaji pertamanya. Gaji yang diterimanya memang tidaklah seberapa,tetapi gaji itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Seiring berjalannya waktu,tepatnya enam bulan setelah ia bekerja di perusahaan itu,Aldo mendapat kenaikan gaji yang cukup tinggi yaitu Rp.4 juta per bulan. Gaji sebesar itu memang tidak mudah untuk didapat seorang karyawan yang hanya berbekal latar belakang pendidikan SMA, tapi karena kegigihannya dalam bekerja Aldo dapat memberikan kontribusi yang sangat baik kepada perusahaan sehingga manajemen perusahaan tidak keberatan untuk memberikan gaji tinggi kepada Aldo. Uang gaji Aldo sebagian digunakan untuk memperdayai keluarganya. Sementara sisanya ditabung untuk biaya pendidikannya di perguruan tinggi kelak. Suatu saat ketika Aldo pulang bekerja,ia mendapat kabar bahwa ibunya sedang sakit dengan cemas,bergegaslah Aldo pulang kerumah untuk menemui ibunya.Sesampainya dirumah Aldo melihat ibunya yang terbaring lemas di tempat 11
tidur sementara ayahnya sedang menyiapkan makanan untuk ibunya.Aldo pun menghampiri ibunya dan berkata ”Bu…,Ibu kenapa?” “Penyakit ibu kambuh lagi do.”Sahut ibunya.”Aku tidak tau kalau ibu mempunyai penyakit!”Kata Aldo dengan cemas.”Ibu merahasiakannya agar kamu bias focus dengan impianmu do.”Kata ibunya dengan lemas.”Sudah ibu berobat saja,nanti untuk masalah biaya biar Aldo yang tanggung.”Kata Aldo kepada kedua orang tuanya. Dengan terpaksa Aldo harus menggunakan tabungannya untuk membiayai ibunya berobat. ”Semoga uang ini bisa buat ibu sehat lagi..”Gunam Aldo sambil mengambil uang dari tabungannya. Impian Aldo untuk masuk ke Universitas terpaksa harus ditunda. Walaupun begitu Aldo tidak patas semangat,ia tetap bekerja dengan keras sehingga bisa membiayai ibunya berobat dan sisanya bisa ia tabung untuk membiayainya di perguruan tinggi kelak. Setahun kemudian Aldo diterima masuk ke Universitas dan ibunya telah kembali sehat.Tabungan Aldo juga sudah mencukupi untuk membiayainya di perguruan tinggi. Aldo mengambil jurusan manajemen bisnis.Setelah ada beberapa pertimbangan yang membuatnya memutuskan untuk berhenti bekerja dari perusahaan tempat ia mulai meniti karier. Ia memutuskan untuk mencari tempat kerja baru untuk perkembangan kariernya. Tak memerlukan waktu yang lama bagi Aldo untuk menemukan pekerjaan baru. Tentunya pekerjaan di sebuah perusahaan yang jauh lebih menjanjikan dengan gaji tinggi. 12
Sambil menyandang status sebagai seorang mahasiswa, Aldo juga berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan ternama. Di perusahaan itu Aldo diberikan gaji yang lebih besar dari perusahaan sebelumnya yaitu Rp 6,5 juta perbulan. Gaji itu ditabung oleh Aldo karena Aldo mempunayi mimpi untuk membangun perusahaannya sendiri. Aldo bekerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai impiannya itu. Aldo mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk mencapai impian itu. Hari demi hari,bulan demi bulan,Aldo tetap bekerja keras untuk menggapai mimpinya itu. Beberapa tahun kemudian,Aldo berhasil membangun perusahaannya sendiri,ia juga menjadi cukup terkenal karena perusahaan yang ia bangun sendiri.Aldo juga selalu mengatakan “Jangan lelah untuk mencapai kesuksesan!” Karena kata-katanya banyak orang menjadikan Aldo teladan dan menjadikan kata-katanya sebagai motivasi untuk mencapai kesukesan. Karena kegigihan dan sikap pantang menyerah,Aldo menjadi orang yang sukses dan berhasil membahagiakan kedua orang tuanya.Aldo berhasil mengubah keadaan keluarganya yang semula hanya keluarga yang kurang mampu menjadi keluarga yang serba berkecukupan. 13
Takkan Kubiarkan Oleh: Adi Christian .H. Rachel, seorang remaja cantik pujaan para lelaki di sekolahnya. Anggun, sahabat Rachel yang juga memiliki paras menawan dan sikap yang baik. Mereka bersahabat sejak kelas 2 SD. Awalnya Anggun hanyalah murid pindahan dari SD lain dan tidak memiliki teman di sekolahnya. Rachel pun berinisiatif mengajak nya berteman dan mengenalkan pada teman-teman nya. Siapa sangka, sejak saat itu mereka bersahabat hingga saat ini duduk di bangku SMA. Sampai saat ini Rachel dan Anggun tetap satu sekolah dan satu kelas. Hubungan persahabatan mereka sangat erat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama untuk saling mengobrol,bergurau, dan bermain. Apa yang mereka rasakan selalu mereka ceritakan bergantian. Suatu hari, di komplek Anggun ada tetangga baru yang baru saja pindah disana. Keluarga Pak John Namanya. Pak John memiliki seorang anak laki-laki yang gagah dan tampan bernama Ray. Ray adalah seorang mahasiswa di salah satu Universitas ternama di kota itu. Ray juga terkenal di kampus nya karena kegagahan dan ketampanan nya. Ketika di sekolah saat jam istirahat, Anggun menceritakan hal itu pada Rachel, 14
“eh…Hel, kamu tau ga di komplek ku ada tetangga baru, anaknya itu lho aw ganteng banget”, ucap Anggun dengan perasaan yang berbunga-bunga. “Siapa siapa? Kasih tau dong aku juga mau tau kali” jawab Rachel. “Ray namanya, udah gagah ganteng lagi, idaman banget deh pokoknya. Kayanya dia mahasiswa di Universitas Rusa Dua deh….” kata Anggun. “Oh Ray itu! aku tau dia dari kakak aku, emang sih dia ganteng dan idaman cewe-cewe, tapi katanya sih dia playboy” jawab Rachel dengan kaget. Namun Anggun tak menganggap serius perkataan Rachel. Anggun pulang sekolah dengan jalan kaki karena rumahnya yang tak terlalu jauh dari sekolah. Ketika Anggun melewati rumah Pak John ia melihat Ray sedang mencuci mobil. Anggun memberanikan diri untuk menghampiri Ray. “Halo kak” sapa Anggun. “Halo halo” jawab Ray sambil melemparkan senyum pada Anggun. “Kenalin kak , aku Anggun, rumahku disana, 3 rumah dari rumah kakak” kata Anggun. “Oh hiya..aku Ray,salam kenal” Jawab Ray. 15
Saat itu hari jumat, ketika Anggun hendak berangkat ke sekolah, ia melewati rumah Ray dan bertemu dengannya. Ray menghampiri Anggun dan mengajak nya untuk pergi malam mingguan bersama Ray. Tanpa pikir panjang Anggun langsung menerimanya dan mereka memiliki janji untuk pergi bersama Ketika malam minggu. Sesampainya disekolah Anggun menceritakan hal tersebut pada Rachel. Rachel mendukung nya dengan senang mendengar hal itu. “Tau gak sih hel, tadi aku diajak Kak Ray malam mingguan lho aww” kata Anggun dengan gembira. “Wah gila! untung banget kamu nggun” jawab Rachel. Anggun mulai memiliki rasa suka terhadap Ray. Perasaan nya sangat berbunga-berbunga dan selalu memikirkan tentang Ray. Sabtu malam, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Anggun berdandan dengan cantik untuk menikmati malam minggu bersama Ray. Mereka pergi naik mobil ke salah satu coffee shop di kota itu. Malam itu sangat berkesan bagi mereka berdua. Sepertinya mereka berdua mulai saling mencinta satu sama lain. Kebahagiaan malam itu sangat terasa bagi Anggun dan Ray. Waktu sudah larut malam, mereka pulang membawa perasaan bahagia. “Makasih Kak Ray, hehe” ucap Anggun. 16
“Iya sama-sama nggun, next time lagi ya..” kata Ray. Sejak saat itu mereka mulai dekat, mereka sering pergi berdua dan melakukan pendekatan. Hingga suatu hari ketika mereka pergi berdua, Ray mengatakan hal yang membuat Anggun kaget. “Nggun, aku mau ngomong sesuatu..” kata Ray sambil menggenggam tangan Anggun. “Ih apa Kak Ray, serius-serius banget” jawab Anggun sambil tersenyum. “Selama kita dekat, aku punya perasaan cinta sama kamu, aku mau kita punya hubungan spesial..” kata Ray. “Hah! Maksud Kak Ray mau kita pacaran?” Anggun kaget. “Iya” jawab Ray. “Aduh..kaget aku, emm sebenernya aku juga punya rasa sama kakak, aku juga mau jadi pacar kakak” jawab Angun dengan salah tingkah. Sejak saat itulah mereka menjalin hubungan spesial. Hubungan mereka sangat romantis dan harmonis. Anggun menceritakan hal ini pada Rachel, ia pun kaget dan ikut senang karena Anggun mendapatkan hal yang ingin didapatkan oleh banyak wanita. 4 bulan berlalu, hubungan mereka berjalan dengan baik dan harmonis. Jarang sekali mereka mempunnyai 17
masalah yang membuat mereka bertengkar. Mereka sering menghabiskan waktu berdua dan berpacaran dengan romantis. Suatu hari Anggun ingin mengenalkan Rachel pada Ray, ia mengajak Rachel untuk pergi dengannya bersama Ray. Rachel mengiyakan karena ia juga penasaran dengan pacar sahabatnya dan ingin melihatnya secara langsung. Hari itu pun tiba, mereka bertiga pergi ke suatu restoran untuk makan malam. Awalnya mereka mengobrol dan bergurau seperti biasa. Tapi ternyata saat itu Ray terpesona dengan kecantikan si Rachel. Berulang kali Ketika sedang mengobrol, Ray menatap Rachel dengan tatapan yang tak biasa, seperti menyimpan rasa suka pada Rachel. Rachel pun sebenarnya sadar dengan tatapan Ray. Rachel merasa aneh saat itu namun ia tak membicarakan nya pada Anggun. Beberapa hari setelah itu, tiba-tiba Rachel mendapat notifikasi pesan dari Ray. Pesan itu berisikan “Halo, kamu ada waktu ga? kalau ada waktu, ada yang mau aku omongin tentang Anggun”. Ray mengajak Rachel pergi berdua ke suatu tempat. Rachel sudah menyimpan rasa curiga pada Ray, akhirnya ia mengiyakan ajakan Ray dan mereka pergi berdua tanpa sepengatuhan Anggun. Ketika mereka bertemu bukannya membicarakan Anggun, Ray malah memuji-muji kecantikan Rachel dan mencoba mendapatkan perhatian Rachel. Rachel semakin merasa curiga dengan kelakuan Ray. Rachel mengambil handphone miliknya dan 18
merekam pembicaraan itu tanpa sepengetahuan Ray. Hingga ada perkataan yang membuat Rachel kaget. “Kamu cantik banget tau, aku bisa kok tinggalin Anggun demi kamu” kata Ray dalam percakapan itu. Rachel berusaha bersikap biasa saja tanpa menghiraukan sedikitpun perkataan Ray. Rachel malah semakin tidak suka terhadap Ray karena ia tidak suka sahabatnya dikhianati. Rachel mencoba mempercepat agar pembicaraan mereka cepat selesai dan ia ingin segera menemui Anggun. Rachel pulang menaiki ojek online dan ia segera menuju rumah Anggun. Anggun kaget dengan kedatangan Rachel, ia segera mengajak Rachel masuk kekamarnya. Dikamar, Rachel menceritakan apa yang telah terjadi barusan dan kejadian kemarin ketika mereka pergi bertiga. Rachel juga memutar rekaman pembicaraan nya dengan Ray. Anggun yang mendengarnya, kaget dan ketika itu juga ia menangis. Anggun tak menyangka apa yang telah dilakukan Ray dibelakangnya. Hati Anggun hancur lebur mendengar rekaman itu. “Aku ga nyangka banget kelakuan Ray ternyata begitu hel..” kata Anggun sambil menangis. “Emang cowo kurang ajar, gaakan aku biarin kamu pacaran sama cowo kaya gitu, cowo gatau diri!” jawab Rachel dengan perasaan kesal. 19
Keesokan harinya, Anggun mengajak Ray bertemu. Anggun mengajak Rachel untuk pergi bersamanya. Di pertemuan itu segera Rachel memutar rekaman semalam. Ray yang kaget pun menunjukan raut muka yang panik. “Ini cuma salah paham nggun” kata ray meyakinkan Anggun. “Salah paham apa? Udah jelas kan direkaman itu!” Anggun berbicara dengan nada tinggi dan menahan tangis. “Pokoknya mulai sekarang kita putus, aku gamau pacaran lagi sama cowo gatau diri kaya kamu!” Anggun dengan kesal. Anggun dan Rachel pun langsung pergi meninggalkan Ray. Sesampainya dirumah Anggun, ia masih menangis karena kejadian ini. Anggun juga berterimakasih pada Rachel, karena nya Anggun menjadi tau sifat asli dari Ray. “Makasih ya hel, ini semua berkat kamu, aku jadi tau sifatnya Ray” kata Anggun sambil memeluk Rachel. “Iya nggun, aku juga gamau kamu pacarana sama cowo kaya Ray, aku gamau sahabat aku Cuma dibuat mainan sama dia, udah nggun cowo kaya dia gaperlu kamu tangisin..” ucap Rachel. 20
Sahabat Satu Jiwa Oleh: Avanindra Setadewa Arya merupakan sahabat lama Reno. Mereka telah saling mengenal sejak SD. Kini, keduanya duduk di bangku SMA. Kebetulan mereka berdua mengikuti ekstrakurikuler basket. Dalam waktu 1 bulan lagi sekolah mereka akan mengikuti Kejuaraan tingkat kota Solo. Latihan pun makin sering dilakukan. Coach Andi mulai menambah porsi latihan pemain. Reno dan Arya sangat bersemangat setiap berlatih. Bermain di kejuaraan kota adalah cita-cita mereka sejak lama. Hari silih berganti, dan Reno mulai malas berlatih. Suatu hari saat latihan, Arya melihat Reno berlari dengan raut wajah cemberut. Hatinya tergerak untuk bertanya. “Ren, kenapa cemberut? Capek?” Tanya Arya saat istirahat. Reno hanya menjawab,”Ngga kok, b aja”. Jawaban itu sontak membuat Arya makin penasaran. Namun dirinya tidak berani bertanya lagi, melihat ekspresi Reno yang Nampak lesu. Selesai latihan, lagi-lagi Arya melihat Reno bertingkah tak seperti hari sebelumnya. Biasanya Reno akan naik ojek online untuk pulang. Namun hari ini dia pulang jalan kaki. Arya semakin penasaran dengan Reno, namun dia masih menahan rasa ingin tahunya. Esok harinya, saat dikelas, muka Reno tampak lesu. Ketika latihan basket, ekspresi wajahnya juga tak beda jauh 21
dengan saat di kelas. Arya makin penasaran dengan Reno. Malam harinya dia memberanikan diri bertanya lewat WhatssApp. Jawaban Reno membuat Arya termenung. Ternyata selama ini, ayah Reno sedang dalam kondisi sakit. Beliau menderita sakit stroke. Sebenarnya sudah lama sembuh, namun 3 hari yang lalu penyakit itu kambuh kembali .Katanya, karena ayah Reno sempat mengonsumsi makanan berkolestrol. Kini ayahnya dirawat di rumah sakit. Tak terasa 2 minggu lagi mereka akan segera bertanding.Untuk mempersiapkan diri,SMA Pradipta mengadakan pertandingan persahabatan melawan SMAN 5 Surakarta. Kebetulan Reno ditunjuk menjadi starter dalam pertandingan itu. Sebelum bertanding, Coach Andi berpesan,”Have fun, enjoy aja, ga usah banyak mikir”. Pertandingan pun dimulai. Arya duduk di kursi cadangan menonton sahabatnya bermain. Tatapannya terfokus pada Reno. Selama bermain, Arya melihat Reno bermain dengan muka penuh emosi. Hampir semua tembakan yang dilepaskannya tidak akurat. Umpannya juga kadang tidak on point dan malah memberi bola ke musuh. Coach Andi lalu menyuruh Arya masuk menggantikan Reno. Di bangku cadangan, Reno ditanya oleh pelatihnya. ”Ren, kok ga kayak biasanya kamu main?”. Reno pun menceritakan kondisi ayahnya itu ke Coach Andi. Mendengar 22
itu, Coach Andi termenung. Pertandingan itu akhirnya berakhir dengan SMA Pradipta sebagai pemenangnya. Ketika para pemain akan pulang, Coach Andi menghampiri Arya. ”Arya, tolong kamu nyemangatin Reno. Biar dia mainnya bagus pas tanding”. Arya mengangguk, dan pulang kerumah. Di kamar dia memikirkan Reno. Memikirkan cara apa yang harus dilakukan supaya mood bertandingan sahabatnya kembali. Esok harinya, ketika istirahat sekolah, Arya mencoba membujuk Reno. “Ren,kamu masih kepikiran tentang kondisi ayahmu kan?”. Reno hanya mengangguk pelan. “Sebenarnya ada baiknya kalo kamu pusatkan fokusmu ke turnamen dulu Ren”. “Tapi ntar ayah kenapa-napa gimana coba?”, Tanya Reno dengan rasa khawatir. “Udah, peracaya Tuhan pasti jaga ayah kamu Ren, pasti kok, lagian kan kamu juga pasti pengen juara”, bujuk Arya pada Reno. Istirahat selesai, dan mereka kembali ke kelas. Waktu terus berjalan. Sisa 3 hari lagi sebelum hari pelaksaan turnamen. Hari ini seperti biasa Reno dan Arya menjalani latihan sepulang sekolah. Bujukan Arya ternyata tak sia-sia. Reno mulai kembali fokus dan serius dalam latihan. Dalam hati, Arya merasa tenang setelah sahabatnya berubah. Dia bisa melihat semangat bertanding itu tumbuh di dalam diri Reno. 23
Akhirnya, hari yang dinanti tiba. Disinilah semua tim dari hampir seluruh SMA di kota Solo berkumpul di Gor Basket Manahan. Ketika sampai disana, Arya memperhatikan pemain dari tim lain. Baberapa dari mereka memiliki postur tubuh yang lumayan tinggi. Tim SMA Pradipta akan memulai pertandingan menghadapi SMAN 2 Solo. Pertandingan itu juga sekaligus merupakan pertandingan pembuka turnamen itu. Arya melihat Reno duduk di kursi cadangan dengan kaki gemetar setelah pemanasan. Ia pun menghampirinya. “Grogi kah bro?”. Jawab Reno “iya boy, takut juga kalo ga juara”. “Halah, main aja belum udah mikir kalah, udah apapun yang terjadi jalani sama terima ae” ucap Arya dengan nada semangat. PRITTTTT!!! Laga dimulai. SMA Pradipta dengan cepat mencetak poin lebih dulu. Bahkan mereka mampu mendominasi permainan dari quarter 1. Hasilnya sungguh memuaskan. Mereka menang 43-25 atas SMAN 2. Coach Andi sangat memuji penampilan anak-anaknya. Namun ia tak lupa mengingatkan bahwa masih ada 3 laga lagi yang harus diselesaikan dalam 3 hari kedepan. Siapa sangka, SMA Pradipta berhasil memenangkan 3 laga berikutnya dan berhak melaju ke semifinal. Di babak itu, mereka bertemu salah satu tim yang cukup kuat, yaitu SMA Pangudi Luhur Surakarta. Arya dan Reno kembali dipercaya Coach Andi untuk bermain di laga itu. Sebelum memulai 24
pertandingan, Coach Andi berpesan. “Nikmati pertandingannya, fokus, kalo ada yang posisinya kosong di umpan. Jangan lupa sama defense”. Di babak pertama, Tim Arya tertinggal 26-20. Tapi semangat Arya dan tim tidak surut begitu saja. Pada babak ketiga, mereka mampu menyusul, dan pada babak terakhir, mereka berhasil menyalip dan menang 49-47 atas SMA Pangudi Luhur Surakarta. Arya dan Reno sangat senang. Namun kesenangan itu hanya bertahan sehari. Ternyata tim yang akan dihadapi di final adalah juara bertahan 3 kali berturut-turut, yaitu SMA Kristen 1 Surakarta. Sudah 5 kali SMA Pradipta bertemu tim itu, namun mereka hanya pernah menang 1 kali. Untungnya, pertandingan final akan digelar 2 hari lagi, sehingga ada waktu untuk mereka beristirahat memulihkan tenaga. Esok harinya, Coach Andi mengumpulkan anak-anak di gor sekolah. Mereka membahas strategi dan kelemahan lawan. Di saat itu juga, Coach Andi berusaha menyemangati anak-anaknya agar tidak minder saat bertanding nanti. Malam harinya, Reno mengabari Arya, dan bilang kalau kondisi ayahnya sudah mulai membaik. Arya pun ikut senang, dan berpesan agar besok Reno tidak takut bermain, bahkan ketika harus sendiri tanpa Arya. Pertandingan final pun dimulai. Seperti biasa, Reno dan Arya dimainkan dari awal pertandingan. Pertandingan berjalan dengan seru sekali. Penonton tak henti-hentinya 25
meneriakkan dukungan mereka. SMA Pradipta dan SMA Kristen 1 saling kejar mengejar poin. Pada akhir babak 2, SMA Pradipta mampu unggul tipis 23-22 atas tim lawan. Namun pada pertengahan babak ke-3, nasib buruk jatuh pada Arya. Saat melompat untuk melakukan lay up, ia mendarat dengan posisi kaki yang salah. Alhasil, Arya mengalami cedera engkel dan tak mampu melanjutkan pertandingan. Ia dipapah oleh tim medis keluar lapangan. Reno melihat sahabatnya itu berjalan perlahan sembari menangis dan meringis menahan sakit. Coach Andi langsung memasukkan Bagas untuk menggantikan Arya, dan menunjuk Reno untuk menjadi kapten dan memimpin tim. Seketika Reno mulai tidak fokus, pikirannya sangat kacau. Ia belum pernah sekalipun memimpin tim basket, maka dari itu kacaulah pikirannya. Hasilnya, SMA Pradipta harus tertinggal 37-30 di akhir babak ke-3. Setelah Coach Andi membriefing tim, mereka kembali bermain. Babak ke 4 adalah babak yang menentukan. Reno memulai pertandingan dengan gelisah, ia tidak tahu bagaimana caranya memimpin tim. Namun tiba-tiba, ia mendengar Arya berbiacara dipikarannya. “Ren, kamu sekarang memimpin, ayo lakukan semaksimal mungkin, demi aku, ayahmu, dan sekolah kita”. Sontak ia pun menjadi on fire. Reno bahkan mampu mencetak three point 4 kali berturut-turut. Ia juga ternyata mampu mengoordinir tim dengan baik, dan perlahan mereka 26
mulai mengejar ketertinggalan. Kini, skor mereka terpaud 1 poin saja. Tersisa 8 detik lagi sebelum babak 4 berakhir. Reno mendapatkan bola, namun posisinya berada di tengah lapangan. 2 detik lagi pertandingan selesai, dengan pasrah dan yakin, Reno menembakkan bola dari tengah. Namun, sungguh ajaib, bola itu masuk, dan mereka menang 50-49 atas SMA Kristen 1 Surakarta. Reno menangis terharu sambil berlari menghapiri Arya. Ia memeluk Arya yang duduk di kursi roda. “YA, KITA MENANG YA”, ujar Reno sambil terus menangis. “Iya Ren, kita menang. Puji Tuhan”, Ucap Arya sembari ikut menangis. Perjuangan mereka terbayar lunas pada ajang tersebut. Mereka juga akhirnya mampu mengalahkan sang juara bertahan, SMA Kristen 1 Surakarta. 3 hari kemudian, ayah Reno sembuh. Reno sangat senang. Hari Senin itu mereka mengikuti upacara bendera. Di akhir upacara, ketika Pak Tomi membacakan pengumuman, Arya disebut dan maju kedepan. Banyak siswa bertanya dan heran. Ternyata, besok Arya akan pindah ke Surabaya. Reno pun kaget, dan tak menyangka sahabatnya akan pindah. Saat istirahat, Reno makan bersama Arya seperti biasa. Di sela-sela makan, ia bertanya. “Kamu beneran pindah Ya?”. “Iya, ntar ke Cosmo yok, ngajak beberapa yang lain, buat perpisahan”, ajak Arya. Reno setuju dan mengajak temanteman yang lain. 27
Di Cosmo, Arya mentraktir mereka semua. Ketika akan pulang, mereka foto bersama, dan banyak yang berpamitan pada Arya. Reno kemudian menangis, dan memeluk Arya. “Ya, besok kalo kamu dah di Surabaya, jaga diri ya, sering kasih kabar”, ujar Reno sesenggukan. “Pasti Ren, kalo libur, aku juga bakal usahain mampir ke Solo kok”, balas Arya sembari menghibur Reno. Sejak saat itu Reno belajar. Bahwa orang itu pergi dan datang. Memang kadang apa yang diinginkan manusia tidak semuanya dikabulkan oleh Sang Maha Kuasa. Namun Reno yakin Tuhan selalu menyertai Arya di Surabaya. 28
THE JACKETS Oleh : Dominique Tarra W. Disuatu kota di Amerika, terdapat sebuah toko jaket kulit yang sangat terkenal. Toko itu bernama The Jackets yang dimiliki oleh seorang ibu bernama Sophie. Sophie merupakan orangtua tunggal yang sekarang sudah berumur 56 tahun. Ia memiliki seorang anak perempuan yang sudah dewasa dan selalu membantunya menjaga tokonya, anak itu bernama Agatha. Suatu hari, Sophie jatuh sakit, Agatha pun khawatir akan kondisi ibunya dan membawanya ke rumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata Sophie memiliki penyakit jantung yang bisa kambuh kapan saja. Agatha yang sangat sayang pada ibunya pun sedih dan memutuskan untuk menyewa suster yang bisa merawat dan menemani ibunya di rumah. Sedangkan ia akan menjaga dan meneruskan toko jaket kulit milik ibunya. Selama ibunya sakit, toko tetap berjalan dengan lancar dan baik. Banyak pelanggan yang tetap datang dan membeli jaket kulit tersebut. Namun selang beberapa bulan, Agatha tidak menerima setoran kulit domba untuk dibuat menjadi jaket. Ternyata domba-domba di kotanya mati semua karena terkena limbah beracun dari pabrik di kota tersebut. Agatha pun sangat stress akan semua kejadian yang menimpanya. 29
Kevin, sahabat Agatha yang prihatin akan keadaan sahabatnya itu mengajaknya untuk pergi minum kopi bersama. Saat bertemu dengan Kevin, Agatha melepaskan semua keluh kesahnya dan menangis. Namun tiba-tiba ia melihat ke arah Kevin dan menatapnya dengan tatapan kaget. Kevin yang ditatap juga ikut kaget dan bertanya. “Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba menatapku dengan kaget begitu?” “Oh tidak apa-apa. Aku hanya tiba-tiba kepikiran akan desain-desain yang sudahku gambar tapi tidak bisa terbuat,” jawab Agatha dengan penuh kebohongan. Kevin yang mendengar jawaban itu pun tidak curiga apapun dan hanya mengangguk mendengarnya. Agatha yang takut niat buruknya ketahuan pun segera mengalihkan pembicaraan. “Kevin, bagaimana kalau sekarang kita pergi ke tokoku? Aku ingin menunjukkan desain-desain yang sudah kubuat. Siapa tahu akan ada orang yang membelinya?” tanya Agatha. Kevin pun mengiyakan ajakan tersebut dan pergi ke toko jaket milik sahabatnya itu. Sesampainya mereka di toko, Agatha segera mengunci semua pintu dan jendela. “Kenapa semua pintu dan jendelanya kamu tutup?” tanya Kevin dengan penuh penasaran. 30
“Ini agar tidak ada pelanggan yang masuk dan berharap mendapatkan jaket kulit impiannya disini, kan aku sudah tidak bisa berjualan lagi,” jawab Agatha. Kevin pun hanya menganggukan kepala dan masuk menuju meja tempat Agatha menuangkan ide-idenya. Selagi Kevin melihat desain-desain bagus milik Agatha, Agatha segera pergi ke dapur kecil yang biasanya digunakan untuk beristirahat dan mengobrol dengan karyawannya. Ia segera mengambil pisau buah dan membawanya diam-diam. “Wah, Agatha. Kamu sungguh hebat bisa membuat desain sebagus ini,” ucap Kevin sambil melihat salah satu gambaran desain yang baru saja jadi. Merasa tidak ada jawaban, Kevin pun menengok kebelakang dan kaget dengan Agatha yang berdiri tepat di belakangnya dengan tangan berada di belakang. “Astaga, kenapa kamu berdiri disini namun tidak menjawabku? Aku sungguh kaget,” tanya Kevin sambil menenangkan dirinya. “Oh, aku baru saja sampai. Tadi baru dari toilet,” ucap Agatha menjawab pertanyaan Kevin dengan penuh kebohongan. Kevin pun hanya bisa mengiyakan dan kembali melihat desain-desain lainnya. Namun tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian perutnya. Saat ia pegang, 31
perutnya mengeluarkan darah yang banyak. Ia pun segera menengok melihat ke belakang. “Aw.. Agatha.. Kenapa kamu menusukku?” tanya Kevin dengan raut kesakitan dan darah yang terus mengalir keluar dari perutnya. “Maaf Kevin. Kamu memanglah sahabatku. Namun aku sangat sayang pada ibuku dan toko ini. Aku akan melakukan apapun untuk mempertahankan toko ini,” jawab Agatha dengan perasaan tidak bersalah. “Agatha.. Tolong.. Aku akan membantumu mencari solusi.. Tolong bantu aku sekarang..” ucap Kevin dengan mukanya yang sudah pucat. “Tidak akan Kev, yang aku perlukan sekarang adalah kulitmu. Dari surga sana, kamu akan melihat kulitmu yang indah itu dikenakan oleh orang-orang terkenal. Terimakasih ya” jawab Agatha dengan muka penuh semangat membayangkan tokonya akan terus berjalan dan tambah terkenal. Setelah menjawab Kevin, Agatha pun segera menyudahi hidup Kevin dengan menusuknya lagi di bagian dada. “Huh.. Sungguh melelahkan, tapi sangat sepadan dengan hasilnya nanti,” ucap Agatha sambil membersihkan noda darah yang ada di lantai. Sesudah itu ia segera menguliti Kevin dan mencuci kulit tersebut. Setelah itu kulitnya ia gantung dan sisa 32
mayat Kevin itu ia ambil dagingnya dan organnya. Organnya ia jual di pasar gelap, sisa tulangnya ia bakar di perapian, dan dagingnya ia potong-potong dan masak menjadi sup untuk Sophie, ibunya. Sophie pun terkejut akan masakan anaknya yang sangat lezat dan daging yang sangat empuk itu. Oleh karena itu, Agatha terus mencari orang untuk ia kuliti dan dijadikan jaket kulit. Selain itu dagingnya ia kumpulkan dan jadikan sup untuk Sophie. 33
Dessy dan Ella Karya : Francis Angelia Disuatu kota, ada seorang anak kecil bernama Ella berumur 4 tahun hanya tinggal dengan kakaknya yang bernama Dessy. Ayah dan ibu mereka sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Sebelum kejadian itu, mereka adalah keluarga yang kaya. Sekarang mereka harus tinggal di gubuk tua di pinggir kota. Hari-hari pun berlalu. Awalnya mereka masih bisa membeli makan dengan uang peninggalan orang tuanya. Namun pada suatu hari uang mereka benar-benar habis. Mereka tidak bisa membeli makanan untuk hari itu. “Kakak.. Ella sangat lapar..” kata Ella kelaparan. “Sebentar ya, kakak akan berusaha mendapatkan makan” lalu Dessy pun pergi mencari makan. “Tok.. tok..” Dessy mengetuk salah satu rumah warga. “Ada apa?” tanya pemilik rumah itu. “Maaf om, apakah saya boleh meminta sedikit makanan?” tanya Dessy berharap diberi makanan. “Tidak!” jawab pemilik rumah itu dan langsung menutup pintu rumahnya. Dessy pun mencoba mendatangi rumah warga yang lain. Namun hasilnya sama, ia tidak mendapat makanan 34
sedikit pun. Akhirnya Dessy berjalan pulang dengan hati yang sedih dan bingung. “Kakak!” sapa Ella semangat saat kakaknya pulang. ”Dimana makanannya?” tanya Ella bingung saat melihat kakaknya pulang tidak membawa apa-apa. “Maaf.. kakak tidak dapat makanan. Sepertinya hari ini kita tidak bisa makan” jawab Dessy sedih. “Ah tidak apa-apa kak, laparnya masih bisa Ella tahan” jawab Ella yang semakin membuat kakaknya sedih dan bingung. Hari berikutnya Dessy masih berusaha mencari makan. Namun sama sepeti hari sebelumnya, mereka tidak lagi mendapat makan. Dessy tidak menyerah, ia juga berusaha mencari pekerjaan agar mendapat uang dan bisa membeli makanan. Tetapi usahanya sia-sia. Dessy tidak mendapat makan juga tidak mendapat pekerjaan. Akhirnya sampai empat hari mereka tidak makan. Lalu Ella pun jatuh sakit karena tidak makan selama itu. ”Kakak.. Ella benar-benar lapar” “Iya Ella, kakak tahu, sebentar ya” kata Dessy. Lalu Dessy pergi ke dapur. Benar-benar tidak ada bahan makanan apapun. Tetapi ia mengambil pisau, talenan, wajan, bumbu sederhana, dan.. perban. Lalu “TRAK!” ia 35
memotong tangan kirinya dan memasaknya menjadi ‘sup tangan kirinya’ dan menghidangkannya ke Ella. “Ella, ini dimakan ya, biar tidak lapar lagi” ia memberikan sup itu sambil menyembunyikan lengan tangan kirinya di belakang punggung. “WAHH! Bau nya sedap sekali!” kata Ella sambil mengangkat semangkuk sup itu. Lalu ia menyantapnya dengan lahap. “Rasanya enak sekali kak. Dimana kakak mendapat daging seenak ini?” tanya Ella kepada kakaknya. Pertanyaan itu membuat Dessy bingung harus menjawab apa. “Ada dehhh.. yang penting rasanya enak kan?” “Enak kak, enak sekali” jawab Ella dengan senang Ke esokan harinya, Dessy pergi keluar. Ia pergi ke jalan yang sangat sepi. Disitu ia menunggu seseorang lewat. Beberapa jam ia menunggu, akhirnya seseorang lewat. Dessy langsung mengeluarkan pisau dan menusuknya dari belakang. Orang itu pingsan dan dibawa Dessy masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan, tubuh orang itu ia potongpotong dan ia bawa pulang untuk dimasak. Sedangkan organnya di ambil dan di jual. Uang dari hasil penjualan organ itu cukup banyak. Akhirnya Dessy membeli daging sapi sebagai pengganti 36
daging manusia. Namun ternyata, Ella tidak menyukainya. Dessy pun mencoba menggantinya dengan daging ayam, babi, ikan, namun Ella juga tidak suka bahkan tidak mau makan. Ella hanya menyukai sup dari daging manusia. Akhirnya Dessy membunuh orang demi membuatkan Ella sup kesukaannya itu. Dessy dan Ella hanya memakan sup daging manusia itu setiap hari. Dessy mendapat uang dari hasil menjual organ manusia yang ia bunuh. Mereka berhasil bertahan hidup sampai detik ini dari manusia-manusia yang Dessy bunuh, dan mungkin saja korban selanjutnya adalah.. kamu. 37
Gadis Periang Joanne Sanchia Agatha Hera duduk di teras kelasnya, sambil mengikat tali sepatunya. Pelajaran hari ini lumayan mudah. Ya, menurutnya. Ia sekarang sedang menunggu jemputannya, yaitu kakaknya. Satu persatu murid di kelasnya sudah pulang, atau pergi ke kantin. Hanya tersisa dirinya serta murid-murid yang sedang piket. "Eum, tasmu" Hera membalikkan kepalanya ke belakang. Seorang wajah yang tak familiar balik menatapnya, tersenyum. "E-eh, kenapa?" Anak itu mengambil dedaunan yang tersangkut di tas Hera. Ternyata, dia adalah Vero. Vero adalah salah satu anak yang populer di kelas, lebih tepatnya dengan kenakalannya. Namun begitu, ia tetap rajin mengumpulkan tugas-tugasnya. Ia juga sangat extrovert. Sedangkan Hera adalah kebalikannya. Vero mengambil sepatunya sendiri dari rak, lalu duduk di samping Hera dan mulai memakainya. "Kamu tahu, aku selalu ingin berbicara kepadamu" Hera membalikkan pandangannya ke arah lain. "Yah, kenapa tidak pas istirahat saja?" Vero hanya tersenyum kecil. 38
Hera duduk melamun di teras. Lagi-lagi, ia menunggu kakaknya. "Wah-wah, kita bertemu lagi", Vero menyeringai. Hera hanya balas menatapnya. "Takdir, ya" gumam Hera. Karena suasana yang terlalu sepi, Vero mendengarnya. Ia tertawa ringan. "Sepertinya takdir kita untuk selalu bertemu, ya~!" Hera melempar remukan kertas ujian ke arahnya. Vero mengambil remukan kertas itu dan membukanya. "100 lagi? Hmm, apa yang diharapkan dari si anak pintar" Hera mendengus. "Belajar lah, kalau mau pintar juga" "Hmm" Hera mengambil ponselnya yang berdering. Ia berdiri meninggalkan Vero sebentar, lalu mengangkat telepon tersebut. "Aku pulangnya bagaimana kak?" "Hmm. Oke deh, nanti aku lihat dahulu ya kak" "Iya kak, hati-hati di jalan ya!" Hera kembali duduk di sebelah Vero, wajahnya merengut. "Kenapa ya?" "Hahh. Kakakku tidak bisa menjemput." "Oh.. Em, mau aku antarkan saja?" Wajah Hera memerah, ia mengangguk. Vero meloncat gembira. 39
"Oke! Yuk!" Hera duduk di salah satu kursi taman. Kali ini, ia tidak menemui Vero di tempat mereka biasa. Namun, dikarenakan hari ini adalah hari libur nasional, maka Vero memintanya untuk bertemu di taman. "Hai! Bagaimana kabarmu?" Hera membalikkan pandangannya ke arah asal suara, lalu memelototinya. "Heh, katanya datang jam 10, tapi ini sudah jam setengah 11!" Vero menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. "Ya maafff~! Ada saudara yang mengunjungi" Hera, tiba-tiba tertarik dengan perkataan Vero. "Hah? Siapa?" "Saudaraku! Masalahnya lagi, masa mereka mengira aku perempuan! Gimana sih?!" Wajah Vero merengut. Hera tertawa mendengar cerita Vero yang seolah-olah seperti sedang membacakan naskah drama. Vero seperti menumpahkan semua kekesalannya kepada Hera. Ia terus-menerus melanjutkan ceritanya. "Terus lagi, jadinya aku dikasi jepit rambut. Kan tidak lucu!" Ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berwarna hitam dari kantongnya. Jepit rambut itu terhias dengan bunga-bunga kecil yang membuatnya indah. "Hmm, bagaimana kalau aku memberikannya untuk kamu saja?" "E-eh?" 40
Vero tersenyum riang. "Aku boleh memakaikannya kan?" Hera mengangguk, menutup wajahnya yang merah dengan tangan. Ia menyisir rambut Hera sedikit, lalu perlahan menyematkan jepit itu di rambut Hera. "Nah! Begini jadi cantik!" Hera mengambil ponsel dari kantongnya, ia mendekatkan kepala Vero dengannya. Hera lalu memotret mereka berdua dengan background taman bunga. Setelah diskusi, ia lalu mengunggahnya ke akun medsosnya. Vero akhirnya mengantar Hera pulang setelah mereka berjalanjalan di taman. Hera membersihkan jendela sendirian. Ia membalikkan pandangannya ke arah Vero, yang sedang dikerumuni oleh perempuan-perempuan yang ingin membantunya, sebagai para "fans"-nya. Vero membalas pandangannya. Dia mengedipkan mata ke arah Hera. Hera buru-buru mengarahkan kepalanya ke arah lain. Dewi sedang menyapu. Reno sedang membersihkan papan tulis. Santi sedang merapihkan dokumen-dokumen kelas di lemari. Tak sadar, sebuah tangan memegang tangannya. "Aduh… Fokus dong! Lihatin siapa tuh?" Hera memelototi Vero yang memegang tangannya. Vero hanya menyengir. "Jangan megang-megang gitu ih!" Hera cemberut. "Hehe. Maaf-maaf. Lanjutkan deh" 41
Hera duduk sendirian di teras kelasnya seperti biasa. Kakaknya akan datang dalam 5 menit lagi. Menurut kakaknya, ia harus menjemput temannya terlebih dahulu. "Hai!" Hera menghembuskan nafas kesal. Lagi-lagi Vero mengganggunya. Vero duduk di sebelahnya, sambil merangkul bahu Hera. "Aku boleh ikut pulang lagi?" Oh iya, akhir-akhir ini, ibu Vero sakit. Hingga Vero biasanya pulang sendiri. Namun, 2 hari ini Vero selalu ikut pulang dengannya. Hera tidak masalah sih, begitu juga dengan kakak dan ibunya. "Hmm. Boleh" "Terima kasih…!" Vero memeluk Hera erat. Sebuah mobil datang menghampiri mereka, yaitu mobil kakaknya Hera. Hera pelan-pelan menggenggam tangan Vero dan mengajaknya masuk ke mobil. "Heraa! Bagaimana sekolahmu hari ini?" Hari, kakaknya tersenyum. Di samping Hari, terdapat temannya yaitu Fara. Fara melambaikan tangannya kepada mereka berdua. "Baik kak." 42
Hera dan Vero memutuskan untuk duduk di jok tengah. Mereka melanjutkan perjalanan pulangnya. Canda tawa sesekali menyelimuti mereka. 43
Kain Hitam Jessie Sanchia Agatha Adeline mempunyai sahabat bernama Monica. Mereka sudah bersahabat selama 1 tahun. Pada suatu hari Adeline diminta oleh Monica untuk menginap di rumahnya. Setelah mendengar permintaan itu, Adeline langsung meminta izin kepada ayahnya dan ayahnya pun memperbolehkan Adeline untuk menginap di rumah Monica. Sebelum berangkat, Monica sudah memberitahu kepada Adeline supaya dia tidak datang di atas jam 18.00. Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Adeline langsung menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa untuk menginap. Adeline pun berangkat ke rumah Monica jam 17.30. Jarak dari rumah Adeline ke rumah Monica sekitar 30 menit. Di perjalanan, ia melewati jembatan, hutan, dan pohon-pohon yang tinggi. Di tengah perjalanan tiba-tiba motor Adeline mati. Tanpa pikir panjang ia langsung mendorong motor tersebut dan akhirnya ia sampai di rumah Monica pukul 18.30 "Permisi", ucapnya Tak lama ada seorang gadis yang membuka pintu rumahnya "Loh Adeline, kenapa baru datang jam segini?", Tanya Monica dengan nada panik 44