The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan, keahlian dan kemampuan Insinyur Teknik Mesin Profesional dalam menganalisis kebutuhan bahan baku dan komponen di bidang keinsinyuran dan teknologi permesinan. Unit ini adalah Kompetensi khusus dan kemampuan spesialis dalam suatu tataran keilmuan bahan baku dan komponen, bagi Insinyur Teknik Mesin Profesional yang telah mempunyai pengalaman dalam merumuskan pemilihan, pemanfaatan dan penggunaan bahan baku dan komponen secara analitis dan pengalaman aplikasi praktik dibawah bimbingan/arahan Insinyur Profesional yang lebih berpengalaman.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by afiq.naufalb6, 2022-07-08 04:11:57

Mengelola Bahan Baku dan Komponen Bidang Teknik Mesin_Muhammad Afiq Naufal

Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan, keahlian dan kemampuan Insinyur Teknik Mesin Profesional dalam menganalisis kebutuhan bahan baku dan komponen di bidang keinsinyuran dan teknologi permesinan. Unit ini adalah Kompetensi khusus dan kemampuan spesialis dalam suatu tataran keilmuan bahan baku dan komponen, bagi Insinyur Teknik Mesin Profesional yang telah mempunyai pengalaman dalam merumuskan pemilihan, pemanfaatan dan penggunaan bahan baku dan komponen secara analitis dan pengalaman aplikasi praktik dibawah bimbingan/arahan Insinyur Profesional yang lebih berpengalaman.

Keywords: bahan,teknik mesin,mengelola

tempat yang bersuhu rendah atau daerah dingin, maka akan lebih cepat mengalami
korosi. Hal ini sesuai dengan prinsip laju reaksi, dimana laju reaksi akan meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu.

3. Derajat Keasaman (pH)
Reaksi korosi pada logam akan lebih cepat terjadi pada suasana asam atau

pH kurang dari 7. Pada suasana sama, reaksi reduksi oksigen lebih spontan dengan
ditandai potensial reduksinya yang lebih besar jika dibandingkan pada suasan basa
maupun netral.

4. Zat Elektrolit sebagai Media Transfer Muatan
Elektrolit merupakan media yang sangat baik untuk tempat terjadinya

transfer muatan. Hal tersebut mengakibatkan oksigen di udara menjadi lebih mudah
dalam mengikat elektron.

Besi-besi yang berada di lingkungan pabrik akan lebih mudah berkarat,
karena terlalu sering terkenan paparan senyawa asam. Air hujan yang bersifat
asam dan air laut yang bersifat asin juga dapat menjadi media yang mempercepat
korosi.

5. Permukaan Logam yang Tidak Rata
Bentuk permukaan logam yang tidak rata dapat mempercepat korosi. Hal ini

disebakan oleh terbentuknya kutub-kutub muatan di permukaan logamnya.
Kutub muatan tersebut ada yang berperan sebagai anoda dan katoda yang memicu
terjadinya korosi pada logam.

6. Terbentuknya Sel Elektrokimia
Terbentuknya sel elektrokimia ini dilatarbelakangi oleh adanya dua

permukaan logam yang saling bersinggungan.
Apabila permukaan logam yang bersinggungan memiliki perbedaan potensial
elektroda, maka akan terbentuk sel elektrokimia.
Saat terbentuk sel elektrokimia, logam dengan potensial elektron lebih rendah akan
melepaskan elektron, sehingga terjadi oksidasi sebagai penyebab utama korosi.
Efek ini disebut juga dengan efek galvanic coupling.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 140

B. Teknik Mengurangi Penurunan Mutu dan Mencegah
Kegagalan Dini

Korosi pada logam secara elektrokimia disebabkan karena komposisi kimia
logam tidak homogen sehingga terjadilah penurunan mutu logam. reaksi semacam
ini adalah reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses
terkorosinya logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat
dicegah terjadinya. Di situasi praktis tersebut, serangan korosi hanya dapat
dikendalikan sehingga struktur dan komponen logam mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan
semaksimal, karena dari segi ekonomi dan keamanan merupakan hal yang tidak
mungkin ditinggalkan atau diabaikan (Widharto, 2004). Teknologi perlindungan
logam yang telah dikenal saat ini menawarkan solusi yang lebih baik dalam usaha
melawan korosi. Karena biaya yang harus dikeluarkan dan penggunaan metode
yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. Dalam metode
pengendalian korosi dibedakan ke dalam 5 (lima) kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Desain
Usaha penanggulangan korosi sebaiknya sudah dilakukan sejak tahapan

desain proses. Ahli-ahli korosi sebaiknya ikut dilibatkan dalam desain proses dari
sejak pemilihan proses, penentuan kondisi-kondisi prosesnya, penentuan bahan-
bahan konstruksi, pemilihan lay-out, saat konstruksi sampai tahap start-upnya. Di
antara cara-cara penanggulangan korosi dari segi desain yang sering digunakan
adalah:

a. Isolasi alat dari lingkungan korosif
b. Mencegah hadir/terbentuknya elektrolit
c. Jaminan lancarnya aliran fluida
d. Mencegah korosi erosi/abrasi akibat kecepatan aliran
e. Mencegah terbentuknya sel galvanik

2. Pemilihan Material
Bahan konstruksi harus dipilih yang tahan korosi. Apalagi jika

lingkungannya korosif. Ketahanan korosi masing-masing bahan tidak sama pada

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 141

berbagai macam lingkungan. Mungkin sesuatu bahan sangat tahan korosi dibanding
bahan-bahan lain pada lingkungan tertentu. Tetapi bahan yang sama mungkin
adalah yang paling rawan korosi pada lingkungan yang berbeda dibanding dengan
bahan-bahan yang lain. Di antara bahan-bahan konstruksi yang paling sering
digunakan adalah :

a. Besi
b. Aluminium
c. Timah hitam
d. Tembaga
e. Nikel
f. Timah putih
g. Titanium

3. Perlakuan Lingkungan
Upaya perlakuan lingkungan ini sangat penting dalam penanggulangan

korosi di industri. Lingkungan yang korosif diupayakan menjadi tidak atau kurang
korosif. Ada dua macam cara perlakuan lingkungan yaitu :

a. Pengubahan media/elektrolit. Misalnya penurunan suhu, penurunan
kecepatan alir, penghilangan oksigen atau oksidator, pengubahan
konsentrasi.

b. Penggunaan inhibitor. Inhibitor adalah suatu bahan kimia yang jika
ditambahkan dalam jumlah yang kecil saja kepada lingkungan media
yang korosif, akan menurunkan kecepatan korosi. Inhibitor bekerja
menghambat laju korosi.

4. Pelapisan
Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya mengendalikan korosi

dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya,dengan
pengecatan atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan
logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang
tahan terhadap lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan
terhadap korosi lebih lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 142

(galvanisir),tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom dan
timah,melainkan berkarbon demi besi. Ada dua macam cara pelapisan, yaitu :

a. Pelapisan dengan bahan logam. Pada pelapisan dengan bahan logam,
dapat digunakan bahan-bahan logam yang lebih inert maupun yang
kurang inert sebagai bahan pelapis. Pemakaian kedua macam bahan
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

b. pelapisan dengan bahan non logam. Yaitu dengan pelapis berbahan dasar
organik seperti cat polimer dan pelapis berbahan dasar anorganik.

5. Proteksi Katodik dan Anodik
Proteksi katodik merupakan metode pencegahan korosi pada logam dengan

cara logam yang ingin dilindungi dijadikan lebih bersifat katodik. Apabila
dilakukan dengan arus listrik dari power suplai maka disebut arus tanding, dan jika
dihubungkan dengan logam lain disebut anoda korban. Proteksi katodik sangat
efektif untuk melindungi korosi eksternal pada pipa saluran yang berada di bawah
tanah atau dibawah air laut. Namun penggunaan metoda ini dapat menimbulkan
masalah baru yang harus dipertimbangkan, seperti arus sesat (stray-current) yang
justru dapat meningkatkan laju korosi pada logam lain di sekitar logam yang
dilindungi, melepuhnya permukaan logam (blistering), retak pada struktur,
rusaknya lapisan cat, dan apabila dilakukan pada alumunium maka dapat merusak
lapisan pasif.

Proteksi anodik adalah metoda perlindungan logam terhadap korosi dengan
cara merubah potensial logam menjadi lebih positif. Metoda ini juga digunakan
untuk melindungi korosi internal pada tangki atau vessel, namun hanya efektif jika
logam dan lingkungan dapat membentuk lapisan pasif. Biaya instalasi, maintenance,
dan power yang cukup besar merupakan parameter yang harus dipertimbangkan
ketika memilih metoda ini.

Oleh karena itu, dalam rangka pengendalian korosi kita perlu mengenal
lingkungan beserta sifat-sifatnya, macam-macam logam yang dipakai serta daya
tahan terhadap lingkungannya dan peristiwa serta bentuk-bentuk korosi yang

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 143

diperkirakan akan terjadi, tetapi faktor ekonomi dalam tiap pengendalian korosi
merupakan faktor yang paling menentukan (Listiawati: 2002).

6. Pengendalian Korosi dengan Inhibitor
Inhibitor adalah senyawa kimia yang apabila ditambahkan kedalam

lingkungan dalam jumlah sedikit dapat menghambat laju korosi. Penggunaan
inhibitor hingga saat ini masih menjadi solusi terbaik untuk melindungi korosi
internal pada logam, dan dijadikan sebagai pertahanan utama industri proses dan
ekstraksi minyak. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang fleksibel, yaitu
mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang agresif sampai
pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah diaplikasikan
(tinggal tetes), dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena lapisan yang
terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan
perlindungan yang luas. Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai
berikut :

a. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini
tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya.

b. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi dan endapan yang terjadi cukup banyak.

c. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.

d. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya

7. Jenis-Jenis Inhibitor
Jenis-jenis inhibitor terbagi menjadi inhibitor katodik, inhibitor anodik,

inhibitor campuran, dan inhibitor adsorbsi.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 144

a. Inhibitor Katodik
Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di
katoda, karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang sukar
larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat laju korosi.
Beberapa zat mengutamakan untuk daerah katodik yang jadi penyebab terjadinya
korosi sumur, korosi tegangan, korosi tegangan, penggetasan hydrogen, seperti
senyawa Hg, paduan Pb, senyawa sianida. Inhibitor katodik ini cenderung tidak
efisien walaupun tidak berbahaya pada logam, tetapi kurang memperbaiki
ketahanan korosi logam.

b. Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan
cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air, korosi ini akan menahan 19
terjadinya reaksi korosi pada yang anodik. Karena korosinya terjadi pada anoda,
maka penggunaan inhibitor anoda ini sangat efisien. Bahayanya jika inhibitor ini
tidak menutupi seluruh anoda, maka akan memperluas daerah katoda. Jadi inhibitor
yang kurang justru akan menyebabkan terjadinya korosi sumur. Contoh inhibitor
anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat.

c. Inhibitor Campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses
di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial
berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis
ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.

d. Inhibitor Adsorbsi
Inhibitor adsorpsi umumnya merupakan senyawa organik yang dapat
mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk
film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Dewasa ini sudah berpuluh
bahkan mungkin ratusan jenis inhibitor organik yang digunakan. Studi mengenai
mekanisme pembentukan lapisan lindung atau penghilangan konstituen agresif
telah banyak dilakukan baik dengan cara-cara yang umum maupun dengan cara-
cara baru dengan peralatan modern. Pada umumnya senyawa-senyawa organik

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 145

yang dapat digunakan adalah senyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks
baik kompleks yang terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu
diperlukan adanya gugus gugus fungsi yang mengandung atom atom yang mampu
membentuk ikatan kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada
suatu senyawa tertentu.

C. Teknik Mendeteksi Kemungkinan Adanya Gejala Kesalahan

Analisa kegagalan merupakan sebuah teknik menganalisa denga fakta-fakta
atau data-data yang dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menemukan penyebab
dari kegagalan itu sendiri. Jika berbicara secara luas kegagalan dapat terjadi karena
beberapa penyebab diantarnya yaitu kesalahan di dalam pemilihan bahan,
kesalahan pada desain, kesalahan pada proses pembuatan, operasional, perbaikan
dan pemeliharaan. Louthan mengusulkan teknik Fault-tree pada tahun 1978
sebagai metodologi untuk menganalisa kegagalan/mekanisme kegagalan. Tetapi
gagasan ini masih belum bisa memperoleh kekuatan di dalam ruang lingkup analisa
kegagalan.

Membangun “the fault-tree” untuk bagian yang gagal, telah menyediakan
petunjuk analisa tentang kegagalan untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.
Meskipun demikian fault-tree bukanlah titik utama penyebab dari kegagalan, ia
menyediakan petunjuk sepanjang proses analisa kegagalan. Prinsip umum yang
meliputi gagasan/ konstruksi dan evaluasi dari “the fault-tree” sepanjang
penggunaanya, kebaikan, dan keterbatasan dari teknik telah digambarkan oleh
Shamala dan Raghuram. “The fault-tree” merupakan grafik teknik yang
menyediakan sistematik deskripsi dari kombinasi kemungkinan yang akan terjadi
di dalam system yang dapat memberikan hasil atas kesalahan/kekeliruan atau hal-
hal yang tidak diinginkan. Ini merupakan skematik penyajian kembali dari
hubungan diantara perbedaan dasar dan hal-hal yang tidak dinginkan.

Evaluasi secara kualitatif maupun kuantitatif dari “the fault-tree” sangat
memungkinkan. Evaluasi secara kualitatif terdiri dari penentuan suatu variasi
minimal cut-sets dari “the fault-tree”, cut-sets merupakan pengaturan kejadian
utama yang menyebabkan kejadian itu terjadi dan puncak dari kejadian tersebut.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 146

Hal ini dapat diminimalkan bila masing-masing dari kejadian dasar didalam cut-
sets yang merupakan keperluan dan kombinasinya cukup untuk mengetahui
penyebab dari puncak suatu kejadian. Evaluasi kuantitatif dari “the fault-tree”
merupakan langkah di dalam menentukan suatu kemungkinan dari suatu kejadian
dari suatu puncak peristiwa. Evaluasi kuantitatif ini juga merupakan langkah di
dalam menentukan pentingnya dari suatu kejadian yang berbeda dan cut-sets di
dalam penyebab kejadian puncak. Dimana hal ini tidak mungkin sepenuhnya
mengeksplorasi kemampuan penggunaan dari evaluasi kuantitatif ini, dikarenakan
kurangnya data terkait dengan kegagalan. Analisa “the fault-tree” dapat
diaplikasikan dibanyak bidang. Analisa ini dapat digunakan untuk alat pendeteksi,
alat desain, sebagai metode analisa system keselamata. Semua yang tersebut di atas
dapat digunakan sebagai metode dalam banyak hal dari dokumentasi dan untuk
memperoleh pengertian secara logis dari sebuah sistem.

1. Peralatan dan Teknik Analisa Kegagalan
Kita telah mempunyai cukup kumpulan latar belakang informasi tentang

suatu kegagalan. Langkah selanjutnya terdiri dari analisa kegagalan menggunakan
peralatan dan teknik yang cocok/pantas. Secara umum langkah pertama terdiri dari
observasi retak permukaan yang tampak dan macroscopically. Ini dapat membantu
untuk menampilkan benda atau material pada perspektif atau sudut pandang yang
tepat. Optical stereomicroscope adalah alat yang umum digunakan untuk membuat
pengujian makroskopik dari retak permukaan. Informasi dikumpulkan dari
observasi yang telah dilakukan merupakan nilai yang baik didalam analisa
penyebab kegagalan yang meliputi aspek berikut :
a. Sifat dari keaslian kegagalan
b. Letak/lokasi dari pemberian konsentrasi tegangan
c. Penyimpangan penjalaran retak dan rangkaian/urutan dari kegagalan
d. Jenis kegagalan dan mekanismenya
e. Orientasi dan besarnya tegangan
f. Ketidak sempurnaan kontribusi pada kegagalan

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 147

g. Kemunculan dari pencemaran terkait pada retak permukaan yaitu skala, cat,
karat dari suatu produk dll

h. Dimensi dan pemeriksaan data yang penting.

Tampilan yang terkait merupakan rekaman photographically, atau
schematically ataupun gabungan dari keduanya. Terpisah dari pengujian secara
makroskopik dari retakan permukaan, teknik/cara tanpa merusak benda kerja
seperti liquid penetration, ultrasonic technique, radiography, magnetic particle,
eddy current dan acoustic emission sering digunakan untuk menyatakan cacat
permukaan dan kerusakan/cacat di dalam. Pengujian mikroskopik dari contoh
kegagalan dari material yang diambil peneliti sedikit lebih lanjut di dalam
menganalisa suatu masalah. Struktur mikro menghasilkan suatu informasi tentang
perlakuan panas dari suatu komponen, celah retak, deformasi (perubahan bentuk)
dll. Segala aspek dari observasi mikrostruktur, pelajaran tentang permukaan telah
mempersiapkan dan memberikan tampilan yang special, seperti aliran/alur garis,
termasuk sifat serap material dll di bawah mikroskop optikal.

Biasanya untuk melihat mikrostruktur, ada 2 jenis mikroskop elektron yang
biasanya digunakan yaitu Transmission Electron Microscope (TEM) dan Scanning
Electron Microscope (SEM). Diantara kedua alat tersebut di atas masing-masing
memilki kekurangan. Kerugian utama dalam penggunaan Transmission Electron
Microscope (TEM) adalah teknik khusus yang diambil untuk mempersiapkan
specimen sebelum retak atau patahan permukaan terjadi hanya dapat di observasi
dibawah mikroskop. Sisi lain Scanning Electron Microscope (SEM), patahan/retak
permukaan dapat langsung dipelajari tanpa suatu persiapan yang khusus. Secara
luas untuk mikroskop electron juga memungkinkan merekam dengan tampilan yang
stereo, yang tentunya sangat membantu di dalam pemahaman tentang topografi
mikroskop di dalam patahan/retakan permukaan. Sesuatu yang baru dari mikroskop
electron tidak hanya terletak pada dapat digunakan untuk observasi retak/patahan
permukaan, untuk menentukan morpologi seperti ukuran, bentuk, dan orientasi dari
karakteristik dari kegagalan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlebih tapi
juga untuk observasi patahan/retak yang secara perlahan-lahan seperti patah/retak
akibat fatigue (lelah) , celah/ruang dan laju pertumbuhan retak. Hal ini sangat

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 148

penting untuk membuat penafsiran yang tepat dari retak/patahan yang diobservasi
untuk memberikan definisi kesimpulan karakteristik dari mekanisme patahan/retak.
Bila beban yang diberikan secara berulang-ulang maka retakan akibat lelah akan
terjadi pada amplitude yang konstan.

Analisa secara kimia patahan/retak dari suatu material juga bisa digunakan
dengan SEM dengan menggunakan lampiran EDAX. Karakteristik dari pancaran
sinar-X pada permukaan material adalah salah satu hal yang dianalisa, antara
dispersive energy atau panjang gelombangnya. Dengan ini kontaminasi atau korosi
yang dihasilkan dari suatu material dapat dengan mudah dideteksi. Terpisah dari
analisa dengan menggunakan mikroskop electron, ada teknik/cara yang lain yang
bisa digunakan untuk mendeteksi kontaminasi atau korosi pada retak/patahan
permukaan. Kebutuhan analisa permukaan semacam ini muncul bila suatu
komponen mengalami kegagalan dalam kaitannya terhadap korosi, tegangan korosi,
lelah akibat korosi dll. Filosofi dasar di dalam analisa permukaan adalah memakai
kumpulan data yang nyata dan uji energi dan intensitas pancaran sebagai hasil dari
interaksi penelitian dengan permukaan. Jadi variasi/macam alat dan teknik adalah
penyelesaian dari analisa kegagalan. Hasil analisa dari pengumpulan data (fakta
yang dikumpulkan) untuk menentukan penyebab sebenarnya dari suatu kegagalan
merupakan hal yang sangat penting dan aspek yang menarik dari penelitian tentang
kegagalan.

2. Mekanisme Retak/Patahan
Suatu saat para insinyur sudah merancang suatu desain dengan asumsi

komponen dari desain tersebut dibuat sesuai dengan keinginannya dengan material
yang diinginkan. Mereka sekarang tahu bahwa yang terlebih dahulu adalah tidak
benar dan mereka telah diperingatkan oleh ilmu logam dan ditunjukkan oleh
pemikiran yang keliru oleh yang dulu-dulu. Oleh sebab itu kerusakan/cacat akan
selalu menjadi persembahan sebagaimana kebaikan dari suatu desain, material, dan
pembuatan komponen. Bila suatu desain tidak dapat menyediakan komponen atau
material yang bebas dari cacat , pemberian toleransi dari suatu kerusakan/cacat
menjadi tujuan dari beberapa designer atau suatu pabrik manufaktur.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 149

Mekanisme retak/patahan adalah hal yang sangat penting. Dalam perkiraan
kerusakan yang kritis pada level tegangan tertentu, awal kerusakan, dan bagian
kecil dari kerusakan yang kritis menimbulkan karakteristik dari suatu material tapi
ekplorasi yang lengkap dari mekanisme retak/patahan di dalam prakteknya pada
tingkat yang lebih luas pada teknik tanpa merusak benda kerja tersedia untuk
mendeteksi kerusakan dan menyediakan informasi pada lokasi dan ukurannya. 5
teknik tanpa merusak benda kerja yang biasanya digunakan untuk mendeteksi
kerusakan/cacat yaitu dye penetrant, magnetic particle, eddy current, radiography,
dan ultrasonics. Diantara ke 5 teknik tersebut 3 diantaranya hanya dapat mendeteksi
kerusakan pada permukaan benda/material saja, sedangkan 2 lagi selain dapat
mendeteksi kerusakan/cacat pada permukaan juga dapat mendeteksi
kerusakan/cacat yang jauh terletak di dalam.

Ultrasonic lebih sensitif dalam mendeteksi retak dibandingkan dengan
radiography dan jika digabungkan penggunaannya dengan mekanisme
retak/patahan maka ini akan memberikan kekuatan untuk menunjukkan kutuhan
suatu komponen. Mekanisme patahan/retak adalah dasar di dalam analisa suatu
kegagalan material ini juga sering digunakan dalam menentukan ukuran dari
retak/kerusakan yang disebabkan kegagalan yang cenderung dibawah kondisi
normal, kondisi kritis dari kerusakan di dalam komponen dll. Mekanisme
retak/patahan juga sangat penting di dalam memprediksinya, mencegah, dan analisa
penundaan terjadinya kegagalan akibat korosi,retakan, dan penyebab-penyebab
yang lainnya.

3. Cara Identifikasi Kegagalan
Laboratorium pusat dari Hindustan Aeronautics Limited di Bangalore, telah

melakukan penyelidikan tentang kelakuan kegagalan dari kedua ilmu penerbangan
selama tiga dekade terakhir. Analisa tentang data yang ada serta skema presentasi
yang sama mungkin menjadi perhatian khusus bagi mereka yang berkonsentrasi
dengan penyelidikan kegagalan. Langkah-langkah berikut telah diambil dari
beberapa referensi, walaupun masih banyak yang mungkin harus di sempurnakan,
tapi langkah-langkah ini tetap menjadi acuan untuk menangani kasus-kasus khusus.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 150

a. Memisahkan bagian yang rusak dari pemasangan
b. Penerimaan komponen yang rusak untuk investigasi di laboratorium

pusat
c. Kumpulan informasi latar belakang
d. Analisa kondisi servis sebenarnya dari pengujian komponen yang mirip

selama servis
e. Test visual
f. Pengujian tanpa merusak
g. Fractography
h. Test metalurgi (test permesinan-analisa bahan kimia)
i. Test eksperimen dan simulasi
j. Analisa data untuk penutup
k. Keperluan R&D untuk memperbaiki proses desain dll
l. Rekomendasi untuk mencegah kerusakan kembali
m. Persiapan dari hasil untuk laporan analisa kegagalan

4. Informasi yang Dikumpulkan
Mengumpulkan informasi-informasi yang melatarbelakangi merupakan

langkah penting pertama yang harus dilakukan untuk memahami faktor-faktor dasar
dari kegagalan yang paling akhir. Oleh karena itu, dimanapun memungkinkan,
detail harus mencantumkan nama dan nomor barang, tipe dari peralatan, lokasi dari
kegagalan, gambar terkait, spesifikasi, sejarah kerusakan, data catatan penerbangan
(khusus untuk perangkat mesin udara), laporan dan pernyataan kecelakaan
sebelumnya, serta petunjuk oleh saksi mata harus disimpan dengan hati-hati.
Bagaimanapun jika latar belakangnya dianggap cukup mampu, investigator harus
melihat langsung unit yang menangani untuk membiasakan diri dengan parameter
servis dari componen yang rusak. Pertama-tama aspek fungsional harus dipelajari
hubungannya dengan desain, parameter pengoperasian, serta beban static. Yang
kedua, kondisi lingkungan seperti variasi temperatur, pengoperasian dilingkungan
yang merusak, dll. Harus dianalisis dan dicatat. Terakhir, diskusikan apa yang harus
diperhatikan oleh personel dilapangan dengan keterangan dari detail kegagalan

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 151

yang telah diteliti. Dalam kasus dari investigasi kecelakaan, informasi berupa foto
dari lokasi yang sebenarnya secara langsung pada tempat kejadian adalah informasi
yang sangat penting.

Latar belakang informasi yang lengkap memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya :

a. Ini membuat analisa kegagalan berada pada perspektif yang tepat untuk
menyelesaikan masalah utama. Sebelum investigasi kegagalan dilakukan,
peneliti harus menjawab beberapa pertanyaaan untuk mengidentifikasi
tempat-tempat dimana penelitian harus dipusatkan, yaitu :
• Apa materialnya?
• Apa saja ciri-ciri fisik, bahan kimia, dan permesinannya?
• Bagaimana cara pembuatannya?
• Berapa lama telah digunakan?
• Didisain untuk apa material tersebut?
• Bagaimana kondisi lingkungannya?

b. Kegagalan dari pembuatan komponen spesifik seperti lubang, bearing, per,
dies, roda gigi, dll. Mempunyai kecenderungan untuk mengkategorikan diri
masing-masing kedalam beberapa karakteristik.

c. Dalam sebuah kasus kecelakaan, pernyataan dari saksi mata sangatlah
penting dan bisa menjadi acuan untuk menyelesaikan suatu kasus. Didasari
oleh pernyataan dan foto, adegan kecelakaan dapat disusun

d. Keuntungan lainnya adalah untuk catatan tujuan. Patut diklasifikasi dan
dicatat dengan hati-hati sejarah suatu kasus yang telah terjadi untuk
mendapatkan informasi dan fakta yang diperlukan yang nantinya dapat
digunakan sebagai acuan untuk kasus yang sama yang terjadi di masa depan.

Informasi latar belakang yang penting akan jelas dengan mengikuti kasus
dengan linformasi latar belakang yang salah, suatu kasus terkonsentrasi serius
kepada penggunanya. Sebagai contoh, Beberapa campuran aluminium digunakan
pada roda gigi pada pesawat bomber, yang kemudian rusak setelah beberapa jam
setelah diservis. Dari hasil investigasi harus dilihat latar belakang informasi dari

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 152

material tersebut. Setelah dilanjutkan dengan berbagai test akhirnya didapat
kejelasan bahwa material tersebut merupakan material re-kondisi yang diservis dan
digelapkan sebagai barang baru. Disini dapat dilihat bagaimana pentingnya sebuah
latar belakang informasi tersebut.

5. Penanganan Suatu Bagian
Komponen yang rusak harus diongkar secara hati-hati dan dikirim ke

departemen investigasi tanpa menghapuskan tipe lain dari retakan atau
memperkenalkan cacat baru dari material. Hal ini sangatlah penting dimana sumber
dari korosi suatu produk mungkin saja menyediakan petunjuk lain. Jadi, lebih baik
jika investigator mengumpulkan komponen yang rusak dari pemasangan.
Walaupun pada kenyataannya ini tidaklah mungkin.

6. Pengujian Visual
Pengujian visual dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Bagian yang rusak, termasuk didalamnya pecahan-pecahan, harus

dipermasalahkan secara cermat pada keadaaan sebelum pembersihan
dilakukan. Biasanya tanah dan puing ditemukan pada bagian yang digunakan
sebagai petunjuk dalam membuat penyebab dari perpatahan.
b. Bagian yang rusak kemudian dibersihkan secara seksama dengan pelarut non-
corosif dan kemudian komponen di uji lebih lanjut dengan bantuan
stereomicroscope dengan tenaga yang rendah.
Poin-poin berikut penting untuk diingat ketika menganalisis area yang rusak:
a. Laporkan kerusakan utama, ini natural dan menyegarkan
b. Lokasi dari kerusakan utama serta perlakuan yang dilakukan untuk komponen
tersebut
c. Parameter dari kerusakan, seperti kekerasan, fkekuensi, serta area yang
dicakup
d. Menceritakan kerusakan disekitar kerusakan utama yang berkontribusi
terhadap kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
kegagalan.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 153

Jika investigator menemukan kebutuhannya, dia akan mengambil foto
umum dari komponen dengan perhatian khusus pada kerusakan utama. Selama
pengujian visual, investigator terkonsentrasi pada poin-poin yang menyebabkan
kerusakan dan tidak terpaku pada kerusakan utama:
a. Cacat pada pabrik, seperti irisan tajam, penandaan mesin yang dalam,

pembungkusan, dll.
b. Kesalahan pembuatan yang melekat dalam penyatuan (seperti retak, rembesan

dipermukaan, penyusutan, dll.)
c. Kerusakan seperti cacat dalam pemasangan, penyiraman yang salah, gosokan,

dll.
d. Kerusakan oleh lingkungan atau kondisi servis seperti korosi, erosi, abrasi,

kelebihan panas,dll. Selama servis atau kegagalan dalam pemakaian
e. Penanganan dan pengoperasian yang buruk
f. Kesalahan dalam penggambaran spesifik, beban umum dari desain dasar, dan

penanganan oleh manusia termasuk dimensi

7. Pengujian Tanpa Merusak
Pengujian Tanpa Merusak adalah keperluan untuk hubungan internal,

kerusakan permukaan atau sub-permukaan dari komponen yang gagal pada
kerusakan utama. Beberapa metode NDT digunakan secara luar biasa pada
investigasi kegagalan, inspeksi partikel magnetik untuk retakan pada permukaan,
ketidaklancaran material besi, test ultrasonic untuk retakan internal atau
ketidaklancaran, radiography untuk kerusakan internal pada penyatuan seperti
korosi dalam pelurusan, eccentricity, dll. Dan analisa eksperimental kelelahan
untuk peninggalan faktor kelelahan pada komponen.

8. Pengujian Fractrographic
Fractographic adalah salah satu langkah penting dalam analisa kegagalan.

Retakan pada permukaan pada bagian yang patah diperlihatkan oleh tanda yang
terdapat pada peta karakteristik topographi. Peta ini memungkinkan bagi
investigator untuk mengidentifikasi tipe dari kegagalan dan menyatakan sejarah
dari kegagalan tersebut. Informasi tersebut memperhatikan bermacam-macam

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 154

keistimewaan dari permukaan perpatahan yang membantu kita dalam tiga tahap,
pertama retakan yang pertama dapat ditentukan letaknya dan data yang
menunjukkan jenis dan type dari retakan dapat ditetapkan. Kedua, permukaan dari
retakan dapat menunjukkan catatan yang terlihat dari kekasaran awal retakan dari
penyebaran retakan dan memperpanjang pertumbuhan retakan. Terakhir, area
retakan yang memperlihatkan ukuran masing-masing, mengindikasikan kualitas
dari kekerasan material pada aplikasinya. Pengujian untuk retakan dimulai dengan
penelitian visual, yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian selanjutnya
pembesaran dengan kaca menggunakan tenaga yang rendah, stereomicroscope, dan
kemudian pembelajaran yang mendetail menggunakan tenaga optik microscop
yang lebih besar (sampai x2000). Untuk kasus yang memerlukan lebih banyak
detail pada pembesaran yang sangat tinggi digunakan Transmission Electron
Microscope (TEM) atau Scanning Electron Microscope (SEM) dengan pembesaran
sampai 50000 dan resolusi 100Ǻ dapat menghasilkan pembesaran yang lebih baik.
Penelitian visual dengan atau tidak menggunakan pembesaran, aspek gross pada
retakan seperti bukti pada penyalahgunaan alat permesinan, kejelasan retakan
kedua, pimpinan dari penyebaran retakan dan hubungan ke sumbu lelah,
pengidentifikasian retaka yang asli. Penemuan ini menunjukkan agar
memperhatikan potongan pada kondisi servis yang ada. Semua penemuan tersebut
dapat diperpanjang dengan pengujian pada permukaan retakan pada pembesaran
yang kecil (x10 atau x30) dengan stereomicroscope. Survey pada pembesaran yang
kecil sangatlah penting untuk mengidentifikasi untuk bagian itu dimana tidak
dibeda-bedakan oleh uji visual dan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan
pengujian lebih lanjut dengan pembesaran yang sangat besar. Kategori dari retakan
yang dapat dilihat oleh SEM adalah : pembelahan, pembelahan palsu, lesung dari
perpaduan microvoid, tear ridges, fatigue striation, pecahan permukaan biji-bijian,
campuran retakan, dan hasil retakan dari pengkondisian bahan kimia serta
lingkungan.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 155

9. Test Metalurgi
Test metalurgi merupakan perlakuan pertama untuk memeriksa apakah

komponen yang rusak telah terbuat dari material yang sesuai dengan rancangan. Ini
dilakukan dengan spot test atau analisa bahan kimia secara detail. Jika material dari
komponen sesuai dengan spesifikasi, lalu retakan ini diuji apakah karena kerusakan
yang melekat atau karena kesalahan dalam proses. Ini diuji dengan test
metallography dan mechanical test.

Test metallographic dari bagian yang dipilih diluar dari kegagalan di lapisan
dan kondisi yang lain, menggunakan optical microscopy memberikan jumlah
pertimbangan untuk informasi dan mengangkat prosedur rutin. Sejarah
pembentukan dari material yang rusak ditentukan dengan perhatian khusus terhadap
aspek kualitas sebagai kerusakan yang melekat. Material yang tidak sempurnalah
yang menyebabkan hal ini terjadi selam proses, dalam kondisi pengoperasian dan
lingkungan yang memungkinkan untuk menyebabkan adanya kegagalan yang dapat
terdeteksi. Umumnya, penyelidikan terhadap kekerasan suatu material dicemaskan
seperti test rutin terhadap komponen yang rusak agar mendapatkan pengetahuan
tentang kekuatan dan perlakuan panas dari material yang digunakan dan
dibandingkan dengan batas spesifikasi.

10. Analisa Parameter dari Servis dan Test Simulasi
Jika mempertimbangkan akan kebutuhan, setelah mendapat ide yang bagus

dari tipe kegagalan, investigator harus mengulang kembali dibawah kondisi servis
dengan kegagalan dari komponen yang terjadi dan membandingkannya dengan
kondisi servis yang umum, dimana komponen yang serupa menjadi pokok dari
fungsi pembelajaran ini. Test simulasi dilakukan selama tingkat penutupan dri
investigasi. Jika dipertimbangkan akan kebutuhan, untuk menghasilkan kondisi
dibawah kegagalan adalah dapat dipercaya kejadiannya. Dalam banyak kasus, ini
tidaklah mudah dilaksanakan karena harus menggunakan peralatan secara teliti dan
memerlukan pengetahuan yang banyak tentang kondisi servis yang nyata
dilapangan.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 156

D. Menyeleksi Cara Perlakuan Bahan Baku atau Komponen

Perlakuan berasal dari kata dasar laku. Perlakuan memiliki arti dalam kelas
nomina atau kata benda sehingga perlakuan dapat menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata perlakuan adalah perbuatan yang dikenakan
terhadap sesuatu atau orang. Perlakuan dalam hal ini dapat diartikan sebagai
perbaikan terhadap suatu bahan atau komponen yang dalam kondisi kurang baik.
Rekondisi/perbaikan menurut KBBI adalah suatu tindakan untuk mengembalikan
sesuatu ke kondisi yang lebih baik atau mendekati baru dengan mengubah,
memperbaiki, atau mengganti bagian tertentu. Jadi rekondisi merupakan sebagian
dari kegiatan memperbaiki ulang sehingga baran yang sudah ada tetapi dalam
kondisi yang kurang baik menjadi lebih baik dan bisa digunakan. (KBBI, 2016).

Perbaikan dalam bidang material teknik mesin terdapat beberapa jenis dan
cara, diantaranya:

1. Perlakuan Panas
Dari sebuah rangkuman yang ditulis oleh Avner (1974: 676) menyatakan

bahwa perlakuan panas (heat treatment) adalah: “Heating and cooling a solid metal
or alloy in such away as to obtain desired conditions or properties. Heating for the
sole purpose of hot-working is excluded from the meaning of this definition”.
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat dikeraskan
sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat atau dapat dilunakan
untuk memudahkan proses pemesinan lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat,
tegangan dalam dapat dihilangkan, ukuran butir dapat diperbesar atau diperkecil.
Selain itu ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang
keras disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas tepat,
komposisi kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia,
khususnya karbon dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis. Proses
perlakuan panas dalam dunia industri merupakan proses yang cukup berpengaruh
dalam menentukan sifat fisis dan mekanis suatu bahan logam. Melalui perlakuan

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 157

panas sifat-sifat yang kurang menguntungkan pada logam dapat diperbaiki. Tujuan
pengerjaan panas (heat treatment) adalah untuk membentuk keberhasilan tinggi dan
seluruh tegangan sisa hasil pengelasan dapat dibebaskan (Wiryosumarto dan
Okumura, 1996).

Proses perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh logam yang keras,
lunak, ulet, meningkatkan mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa. Perlakuan
panas yang dilakukan kadang sering diasosiasikan sebagai cara untuk menaikkan
kekerasan material, sebenarnya dapat digunakan untuk mengubah sifat tertentu
yang berguna atau dengan tujuan tertentu untuk kepentingan manufakturnya,
seperti: menaikkan sifat machining, menaikkan sifat mudah dibentuk,
mengembalikan elastisitas setelah proses cold work. Bahkan perlakuan panas bukan
hanya sebagai penolong sifat manufaktur, tetapi juga dapat meningkatkan performa
material dengan meningkatnya kekuatan atau karakteristik tertentu dari material
yang telah diproses laku panas (Beumer, 1985).

Menurut George Krauss (1995: 1-4), diagram keseimbangan besi karbon
dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan perlakuan panas. Penggunaan
diagram ini relatif terbatas karena beberapa metode perlakuan panas digunakan
untuk menghasilkan struktur yang non-equilibrium. Akan tetapi pengetahuan
mengenai perubahan fasa pada kondisi seimbang memberikan ilmu pengetahuan
dasar untuk melakukan perlakuan panas. Bagian diagram Fe-C yang mengandung
karbon dibawah 2 % menjadi perhatian utama untuk perlakuan panas baja. Metode
perlakuan panas baja didasarkan pada perubahan fasa austenit pada sistem Fe-C.
Transformasi austenit selama perlakuan panas ke fasa lain akan menentukan
struktur mikro dan sifat yang didapatkan pada baja.

Besi merupakan logam allotropik, artinya besi akan berada pada lebih dari
bentuk kristal tergantung dari temperaturnya. Pada suhu kurang dari 912°C (1674°F)
berupa besi alfa (α). Besi gamma (γ) pada suhu antara 912-1394°C (1674-2541°F).
Besi delta (δ) berada pada suhu 1394°C – 1538°C (2541°F-1538°F). Penambahan
unsur karbon ke besi memberikan perubahan yang besar pada fasa-fasa yang
ditunjukan oleh diagram keseimbangan besi karbon. Selain Karbon pada baja
terkandung juga unsur-unsur lain seperti Si, Mn dan unsur pengotor lain seperti P,

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 158

S dan sebagainya. Unsur-unsur ini tidak memberikan pengaruh utama kepada
diagram fasa sehingga diagram tersebut dapat digunakan tanpa menghiraukan
adanya unsur-unsur tersebut. (Surdia dan Saito, 1999: 69).

2. Pengerasan (Hardening)
Hardening atau pengerasan dan disebut juga penyepuhan merupakan salah

satu proses perlakuan panas yang sangat penting dalam produksi komponen-
komponen mesin. Untuk mendapatkan struktur baja yang halus, keuletan,
kekerasan yang diinginkan, dapat diperoleh melalui proses ini. Menurut Kenneth
Budinski (1999: 167), pengerasan baja membutuhkan perubahan struktur kristal
dari body-centered cubic (BCC) pada suhu ruangan ke struktur kristal face-centered
cubic (FCC). Dari diagram keseimbangan besi karbon dapat diketahui besarnya
suhu pemanasan logam yang mengandung karbon untuk mendapatkan struktur FCC.
Logam tersebut harus dipanaskan dengan sempurna sampai daerah austenit.
Pengerasan meliputi pekerjaan pendinginan yang menyebabkan karbon terbentuk
dalam struktur kristal. Pendinginan dilakukan dengan mengeluarkan dengan cepat
logam dari dapur pemanas (setelah direndam selama waktu yang cukup untuk
mendapatkan temperatur yang dibutuhkan) dan mencelupkan kedalam media
pendingin air atau oli.

3. Pelunakan (Annealing)
Selain untuk tujuan pengerasan perlakuan panas dapat dilakukan untuk

tujuan pelunakan. Hal ini diperlukan untuk perlakuan baja-baja yang keras,
sehingga dapat dikerjakan dengan mesin. Disamping itu juga pelunakan di lakukan
untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam yang
menyebabkan material berperilaku getas. Secara umum proses pelunakan dapat
berupa proses normalizing, full annealing dan spheroidizing.

a. Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk
memperhalus dan, menyeragamkan ukuran serta distribusi ukuran butir logam.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 159

Proses ini diperlukan untuk komponen atau material yang mengalami proses
pembentukan seperti pengerolan dingin, tempa dingin dan pengelasan.

Proses normalizing yaitu dengan cara memanaskan material pada
temperatur 55 sampai 85°C diatas temperatur kritis. Kemudian ditahan untuk
beberapa lama hingga fasa secara penuh bertransformasi ke fasa austenit.
Selanjutnya material didinginkan pada udara terbuka hingga mencapai suhu kamar.

Gambar 20. Proses Normalizing
(Sumber: jejakmetalurgis.com)
b. Full Annealing
Full annealing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk
melunakkan logam yang keras sehingga mampu dikerjakan dengan mesin. Proses
ini banyak dilakukan pada baja medium. Proses ini dilakukan dengan cara
memanaskan material baja pada temperatur 15 hingga 40°C di atas temparatur A3
atau A1 tergantung kadar karbonnya. Pada temperatur tersebut pemanasan ditahan
untuk beberapa lama hingga mencapai kesetimbangan. Selanjutnya material
didinginkan dalam dapur pemanas secara perlahan-lahan hingga mencapai

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 160

temperatur kamar. Struktur mikro hasil full annealing berupa pearlit kasar yang
relatif lunak dan ulet.

c. Spheroidizing
Baja karbon medium dan tinggi memiliki kekerasan yang tinggi dan sulit
untuk dikerjakan dengan mesin dan dideformasi. Untuk melunakkan baja ini
dilakukan proses spheroidizing. Proses spheroidizing dilakukan dengan cara
memanaskan baja pada temperatur sedikit dibawah temperatur eutectoid, yaitu
sekitar 700°C. Pada temperatur tersebut ditahan selama 15 hingga 25 jam.
Kemudian didinginkan secara perlahan-lahan di dalam tungku pemanas hingga
mencapai temperatur kamar.

4. Karburising
Perlakuan panas kimiawi merupakan proses yang digunakan untuk

memperoleh sifat yang berbeda pada permukaan dan bagian tengah komponen
(Rajan, dkk., 1997). Kondisi demikian kadang diperlukan pada komponen yang
harus keras permukaannya dan tahan aus, tetapi bagian tengahnya lebih liat dan
tangguh. Kombinasi sifat ini menjamin komponen memiliki ketahanan aus yang
cukup untuk memberi umur pakai lebih lama di samping cukup tangguh terhadap
kejutan. Metode pertama dikenal sebagai perlakuan termokimia karena komposisi
kimia permukaan baja diubah dengan difusi karbon dan/atau nitrogen (seperti
karburising dan nitriding) dan terkadang dengan elemen lainnya. Metode kedua
melibatkan transformasi fasa pemanasan dan pendinginan cepat permukaan luar.

Gambar 21. Pemodelan Terjadinya Proses Difusi
(a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi
(Sumber: Budinski, 1999: 303).

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 161

Karburising merupakan proses penambahan unsur karbon pada baja karbon
rendah secara difusi sehingga karbon dari media karburising akan masuk ke
permukaan baja dan meningkatkan kadar karbon pada permukaan baja karbon
rendah tersebut. Pada baja dengan kadar karbon tinggi (> 1%°C), jumlah
kandungan karbon pada permukaan baja sudah cukup tinggi sehingga karbon akan
sulit terdifusi ke permukaan substrat. Difusi karbon umumnya dilakukan pada suhu
842–953°C (Budinski dan Budinski, 1999: 304). Terdapat tiga metode karburising,
yaitu gas, liquid dan pack karburising. Pada sistem pack karburising, baja (benda
karja) dimasukkan disekitar serbuk arang kayu yang saat pemanasan mengeluarkan
gas CO₂ dan CO. Pada permukaan baja karbon rendah, gas CO terurai membentuk
atom karbon yang kemudian terdifusi masuk ke dalam baja. Dengan demikian kadar
karbon pada permukaan baja akan meningkat sehingga meningkatkan kekerasan
permukaan.

Gambar 22. Proses Pack Karburising
(Budinski, 1999: 305)

Kedalaman difusi dan kekerasan yang dihasilkan pada proses karburising
tidak ada batasan secara teknik, tapi dari pengamatan praktis umumnya kedalaman
karburising sekitar 0,05 inch (1,27 mm). Waktu yang dibutuhkan untuk karburising
juga sangat tergantung pada media, suhu difusi dan jenis paduan logam.

5. Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan

logam dan menuangkan ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan untuk
membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang yang sangat besar

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 162

yang sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat dengan metode lain, dapat
diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik pengecoran yang tepat.
Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti, besi,
baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu aluminium dan lain
sebagainya), paduan ringan (paduan aluminium, paduan magnesium, dan
sebagainya), serta paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan
sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molibdenum, khrom, dan
silikon), dan sebagainya. Untuk membuat coran harus dilakukan proses-proses
seperti: pencairan logam, membuat cetakan, menuang, membongkar,
membersihkan dan memeriksa coran.

Bahan Baku Tungku Label

Sistem Pengolahan Pembuatan Penuangan
Pasir Cetakan Pembongkaran

Pasir Rangka Cetak

Pembersihan

Pemerikasaan

Gambar 23. Proses Pembuatan Benda Coran
(Sumber: Surdia, 1976: 3)

Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, misal
dengan tanur induksi, kupola, atau lainnya. Cetakan biasanya dibuat dengan
memadatkan pasir yang diperoleh dari alam atau pasir buatan yang mengandung
tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal asal dipakai pasir yang

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 163

sesuai. Cetakan dapat juga terbuat dari logam, biasanya besi dan digunakan untuk
mengecor logam-logam yang titik leburnya di bawah titik lebur besi. Pada
pengecoran logam, dibutuhkan pola yang merupakan tiruan dari benda yang hendak
dibuat dengan pengecoran. Pola dapat terbuat dari logam, kayu, stereofoam, lilin,
dan sebagainya. Pola mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari ukuran benda yang
akan dibuat dengan maksud untuk mengantisipasi penyusutan selama pendinginan
dan pengerjaan finishing setelah pengecoran. Selain itu, pada pola juga dibuat
kemiringan pada sisinya supaya memudahkan pengangkatan pola dari pasir cetak.

Cetakan adalah rongga atau ruang di dalam pasir cetak yang akan diisi
dengan logam cair. Pembuatan cetakan dari pasir cetak dilakukan pada sebuah
rangka cetak. Cetakan terdiri dari kup dan drag. Kup adalah cetakan yang terletak
di atas dan drag adalah cetakan yang terletak di bawah. Hal yang perlu diperhatikan
pada kup dan drag adalah penentuan permukaan pisah yang tepat. Rangka cetak
yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk memadatkan pasir
cetak yang yang sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya. Pada proses
pengecoran dibutuhkan dua buah rangka cetak yaitu rangka cetak untuk kup dan
rangka cetak untuk drag.

Gambar 24. Proses Pembuatan Cetakan
(Sumber: Surdia, 1976: 94)

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 164

6. Ekstrusi
Proses ekstrusi adalah proses dimana logam dibentuk dengan cara

menekannya melalui rongga cetakan. Tekanan yang digunakan sangat besar. Proses
ini dapat digunakan untuk membuat batang silinder, tabung atau profil-profil
tertentu. Ada dua jenis proses ekstrusi, yaitu ekstrusi langsung (direct extrusion)
dan ekstrusi tidak langsung (indirect extrusion, back extrusion).

Gambar 25. Macam Proses Ekstrusi
Proses ekstrusi langsung, logam dan penekan bergerak sepanjang kontainer,
sedangkan pada ekstrusi tidak langsung kontainer dan logam yang diekstrusi
bergerak bersama, sehingga tidak ada gerakan relatif antara logam dengan dinding
kontainer. Dengan demikian, gesekan antara kontaoner dengan logam dapat
dihilangkan. Faktor-faktor utama yang berperanan dalam proses ekstrusi adalah: (a)
Jenis proses ekstrusi (langsung/tidak langsung), (b) Rasio ekstrusi (extrusion ratio),
(c) Temperatur, dan (d) Gesekan antara logam dengan kontainer dan antara logam
dengan cetakan.
Tekanan ekstrusi adalah gaya ekstrusi dibagi dengan luas penampang logam
yang diekstrusi. Kenaikan tekanan ekstrusi dengan cepat pada awal proses
disebabkan oleh adanya gesekan antara logam dengan kontainer. Dari gambar
diatas dapat dilihat bahwa pengaruh gesekan lebih besar pada ekstrusi langsung
disbanding dengan ekstrusi tidak langsung. Dalam proses ekstrusi langsung aliran
logam melalui cetakan terjadi sesaat setelah tekanan maksimum dicapai. Kemudian
tekanan ekstrusi berkurang karena logam menjadi semakin pendek dan permukaan
gesek semakin berkurang. Pada proses ekstrusi tidak langsung, aliran logam melalui

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 165

cetakan terjadi sesaat setelah tekanan maksimum dicapai, tetapi karena pengaruh
gesekan sangat kecil, maka tekanan ekstrusi tidak berubah banyak selama proses
berlangsung. Mendekati akhir proses, tekanan ekstrusi naik dengan cepat sekali,
karena itu ekstrusi harus dihentikan dengan meninggalkan sebagian kecil dari benda
kerja yang belum diproses. Rasio ekstrusi adalah perbandingan antara luas
permukaan logam sebelum dan sesudah diekstrusi. Harga rasio ekstrusi dapat
bervariasi dan bergantung pada jenis material yang digunakan. Gaya ekstrusi dapat
dinyatakan sebagai:

dengan :
P = gaya ekstrusi
k = konstanta ekstrusi
Ao = luas penampang kontainer
Af = luas penampang lubang dies.

7. Penyambungan
Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk

menyambung dua bagian logam atau lebih baik logam yang sejenis maupun tidak
sejenis. Penyambungan bagian-bagian logam ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam metoda sesuai dengan kondisi dan bahan yang digunakan. Setiap metoda
penyambungan yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan tesendiri
dibandingan dengan metoda lainnya, sebab metoda penyambungan yang digunakan
pada suatu konstruks sambungan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, hal
ini mengingat efisiensi sambungan. Pemilihan metoda penyambungan yang tepat
dalam suatu konstruksi harus dipertimbangkan efisiensi sambungannya, beberapa
faktor diantaranya adalah jenis logam yang disambung, faktor proses pengerjaan
sambungan, kekuatan sambungan yang diharapkan, kerapatan sambungan,
penggunaan konstruksi sambungan dan faktor ekonomis. Proses penyambungan
dapat dibedakan dalam dua kategori besar yaitu: sambungan pemanen dan
sambungan non permanen.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 166

Sambungan permanen adalah jenis sambungan dimana bagian logam
dsambung tidak dapat dilepas kembali dan apabila dilakukan pelepasan sambungan
akan mengakibatkan kerusakan bagian logam yang disambung tersebut. Pengerjaan
sambungan permanen ini dapat dilakukan dengan empat metoda, yaitu:

a. Mechanical
Metoda sambungan secara mechanical ini cocok untuk proses
penyambungan pelat-pelat yang tipis, termasuk dalam metoda ini adalah:
• Sambungan dengan paku keling
• Sambungan dengan lipatan
• Sambungan staple

b. Solid State
Sambungan dengan metoda solid state adalah penyambungan logam yang
dilakukan dimana bagian logam yang disambung masih dalam kondisi solid (padat)
sehingga tidak selalu memerlukan pemanasan karena pengerjaannya masih dalam
kondisi temperature kamar. Termasuk dalam metoda ini adalah:
• Cold welding: dengan memanfaatkan konsep deformasi plastis logam yang
disambung dengan memberikan tekanan (lap welding, butt welding, roll
welding) atau dengan cara explosion (explosian welding) maupun
menggunakan gelombang ultrasonic (ultrasonic welding).
• Difusion welding: proses penyambungan antara dua permukaan lgam yang
disatukan, kemudian dipanaskan sampai dengan temperatur yang mendekati
titik lebur logam sehingga permukaan yang akan disambung menjadi plastis
dan dengan memberikan tekanan tertentu maka terbentuk sambungan logam
• Friction welding: penyambungan terjadi akibat panas yang ditimbulkan
oleh gesekan antara dua bagian logam yang akan disambung. Salah satu
logam diputar sehingga pada permukaan kontak akan timbul panas
(mendekati titik cair), maka setelah putaran dihentikan akan terbentuk
sambungan logam.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 167

c. Liquid State (Fusion)
Sambungan dengan metoda liquid state adalah penyambungan logam yang
dilakukan dimana masng-masing bagian logam yang akan disambung dalam
kondisi cair temasuk apabila menggunakan filler (bahan tambah) juga ikut mencair.
Temasuk dalam metoda ini adalah:
1) Resistance welding, dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari
pengaturan arus dan tahanan pada prinsip kelistrikan sehingga diperoleh panas
untuk mencairkan benda kerja dengan menambahkan tekanan pada benda kerja
tersebut. Resistance welding atau las tekanan ada beberapa jenis yaitu:
Resistance spot welding (las titik), projection welding, resistance seam
welding, mass seam welding, high-frequency resistance welding dan flash butt
welding.
2) Electric arc welding, pengelasan yang memanfaatkan panas yang berasal dari
api yang dihasilkan dari arus listrik untuk mencairkan benda kerja. Electric arc
welding digolongkan menjadi 2 macam yaitu: non cnsumable electrode dan
cosumable electrode.
3) High energy beam welding, proses penyambungan yang memanfaatkan energi
panas yang dihasilkan oleh perpindahan elektron untuk mencairkan benda
kerja. High welding dapat berupa: laser welding atau electron welding.

d. Liquid Solid
Sambungan dengan metoda liquid-solid adalah penyambungan logam yang
dilakukan dimana salah satu bagian logam yang disambung dalam kondisi liquid
(cair) sedangkan bagian logam lainnya dalam kondisi solid (padat). Termasuk
dalam metoda ini adalah:
1) Soldering, yaitu menggnakan filler (bahan tambah) dengan temperature kurang
dari 425°
2) Brazing, yaitu menggunakan filler (bahan tambah) dengan temperature lebih
dari 425°
3) Adhesive bonding

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 168

Sambungan non permanen adalah jenis sambungan dimana bagian logam
yang disambung dapat dilepas kembali tanpa merusak bagian yang disambung
tersebut. Termasuk dalam sambungan non permanen adalah: screw, snap, dan
shrink. Penyambungan dengan mur dan baut adalah yang paling banyak digunakan,
misalnya sambungan pada konstruksi dan alat permesinan. Bagian tepenting dari
mur dan baut adalah ulir. Ulir adalah suatu yang diputar disekeliling silinder dengan
sudut kemiringan tertentu. Dalam pemakaiannya ulir selalu bekerja dalam pasangan
antara ulir luar (baut) dan ulir dalam (mur).

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 169

LATIHAN
Petunjuk Jawaban Latihan!
Untuk menjawab soal latihan ini dengan benar, Anda harus membaca dan
mempelajari kegiatan belajar 5 dalam Modul yang meliputi materi:
1. Penyebab penurunan mutu seperti aus, korosi, kelelahan, dan radiasi ultraviolet
2. Teknik mengurangi penurunan mutu dan mencegah kegagalan dini
3. Teknik mendeteksi kemungkinan adanya gejala kesalahan
4. Menyeleksi cara perlakuan bahan baku atau komponen
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan soal latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian penurunan mutu!
2. Sebutkan 5 kategori dalam metode pengendalian korosi!
3. Secara luas kegagalan terjadi karena beberapa penyebab, jelaskan !
4. Jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan!
5. Jelaskan beberapa faktor penyebab terjadinya korosi!

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 170

RANGKUMAN

Penurunan mutu berarti penurunan kualitas suatu bahan baku atau
komponen. Penurunan kualitas diartikan sebagai perbedaan antara kondisi saat ini
dengan kondisi standar yang telah ditentukan. Contoh penurunan mutu seperti aus,
korosi, kelelahan, dan radiasi ultraviolet.

Korosi pada logam secara elektrokimia disebabkan karena komposisi kimia
logam tidak homogen sehingga terjadilah penurunan mutu logam. reaksi semacam
ini adalah reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses
terkorosinya logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat
dicegah terjadinya. Di situasi praktis tersebut, serangan korosi hanya dapat
dikendalikan sehingga struktur dan komponen logam mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan
semaksimal, karena dari segi ekonomi dan keamanan merupakan hal yang tidak
mungkin ditinggalkan atau diabaikan (Widharto, 2004). Teknologi perlindungan
logam yang telah dikenal saat ini menawarkan solusi yang lebih baik dalam usaha
melawan korosi. Karena biaya yang harus dikeluarkan dan penggunaan metode
yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.

Analisa kegagalan merupakan sebuah teknik menganalisa denga fakta-fakta
atau data-data yang dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menemukan penyebab
dari kegagalan itu sendiri. Jika berbicara secara luas kegagalan dapat terjadi karena
beberapa penyebab diantarnya yaitu kesalahan di dalam pemilihan bahan,
kesalahan pada desain, kesalahan pada proses pembuatan, operasional, perbaikan
dan pemeliharaan. Louthan mengusulkan teknik Fault-tree pada tahun 1978
sebagai metodologi untuk menganalisa kegagalan/mekanisme kegagalan. Tetapi
gagasan ini masih belum bisa memperoleh kekuatan di dalam ruang lingkup analisa
kegagalan.

Perbaikan dalam bidang material teknik mesin terdapat beberapa jenis dan
cara, diantaranya yaitu perlakuan panas, pengerasan, pelunakan, karburising,
pengecoran logam, ekstrusi, dan penyambungan.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 171

EVALUASI KEGIATAN BELAJAR 5

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat dari beberapa
alternatif jawaban yang disediakan!
1. Kerusakan karena kelelehan (fatigue failure) dapat terjadi karena diawali oleh…

a. Merambatnya retak/cacat secara perlahan/bertahap
b. Merambatnya pecahan secara besar
c. Aus
d. Umur
e. Pengerasan permukaan
2. Berikut ini yang bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap sifat
kelelahan adalah…
a. Consentrasi tegangan
b. Ukuran/dimensi
c. Kondisi permukaan
d. Aus
e. Kekerasan permukaan
3. Peristiwa perusakan logam oleh karena terjadinya reaksi kimia antara logam
dengan zat-zat di lingkungannya membentuk senyawa yang tak dikehendaki,
merupakan pengertian dari…
a. Aus
b. Korosi
c. Cacat
d. Kelelahan
e. Pecahan
4. Korosi yang terjadi ketika dua pasangan logam yang berbeda bertemu dengan
elektrolit atau kondisi korosif, merupakan pengertian dari…
a. Korosi crevice
b. Korosi intergranular
c. Korosi galvanik

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 172

d. Stress corrosion cracking
e. Erosion corrosion
5. Berikut ini yang bukan dari kategori pengendalian korosi yaitu…
a. Desain
b. Pemilihan mateial
c. Perlakuan lingkungan
d. Pelapisan
e. Pelumasan
6. Berikut ini yang merupakan pengertian inhibitor katodik adalah…
a. Senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat

transfer ion-ion logam ke dalam air, korosi ini akan menahan 19 terjadinya
reaksi korosi pada yang anodik
b. Membentuk suatu lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul
inhibitor
c. Merupakan senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam
dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi
pada permukaan logam.
d. Zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di katoda, karena pada
daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan
menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat laju korosi.
e. Mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan
anodik secara bersamaan
7. Terdapat beberapa aspek dalam analisa kegagalan material, berikut ini yang
bukan merupakan aspek tersebut adalah…
a. Sifat dari keaslian kegagalan
b. Letak/lokasi dari pemberian konsentrasi tegangan
c. Penyimpangan penjalaran retak dan rangkaian/urutan dari kegagalan
d. Jenis kegagalan dan mekanismenya
e. Kumpulan informasi latar belakang
8. Terdapat beberapa langkah dalam identifikasi kegagalan, berikut ini yang
bukan termasuk dalam langkah tersebut adalah…

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 173

a. Memisahkan bagian yang rusak dari pemasangan
b. Penerimaan komponen yang rusak untuk investigasi di laboratorium pusat
c. Sifat dari keaslian kegagalan
d. Analisa kondisi servis sebenarnya dari pengujian komponen yang mirip

selama servis
e. Test visual
9. Proses perlakuan panas bertujuan untuk…
a. Memperoleh logam yang keras, lunak, ulet, meningkatkan mampu mesin,

menghilangkan tegangan sisa
b. Kepentingan manufakturnya
c. Mendapatkan struktur baja yang halus, keuletan, kekerasan yang diinginkan,

dapat diperoleh melalui proses ini.
d. Memperhalus
e. Melunakkan baja
10. Proses perlakuan panas yang bertujuan untuk memperhalus dan,
menyeragamkan ukuran serta distribusi ukuran butir logam yaitu proses…
a. Pelunakkan
b. Normalizing
c. Annealing
d. Spheroidizing
e. Karburising

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 174

TINDAK LANJUT DAN UMPAN BALIK

Periksalah jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi kegiatan belajar 5

yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang

benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat

penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 5 pada modul ini.

Rumus:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100%

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 - 100% = sangat baik

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 70 atau lebih, Anda telah

menyelesaikan semua soal evaluasi pada modul ini dengan baik, Bagus! Tetapi

apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 70, Anda harus mengulangi

kegiatan belajar 5, terutama pada bagian yang belum Anda kuasai.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 175

KUNCI JAWABAN

KUNCI JAWABAN

EVALUASI KEGIATAN BELAJAR 1
1. b 6. a
2. e 7. d
3. a 8. b
4. c 9. c
5. b 10. b
EVALUASI KEGIATAN BELAJAR 2
1. a 6. e
2. a 7. d
3. d 8. a
4. b 9. c
5. c 10. b
EVALUASI KEGIATAN BELAJAR 3
1. a 6. e
2. c 7. a
3. b 8. c
4. c 9. d
5. d 10. b
EVALUASI KEGIATAN BELAJAR 4
1. a 6. b
2. a 7. c
3. c 8. d
4. c 9. e
5. d 10. a
EVALUASI KEGIATAN BELAJAR 5
1. a 6. d
2. d 7. e
3. b 8. c
4. c 9. a
5. e 10. b

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 176

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H. dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara: Jakarta.
Amanto, H. dan Daryanto. 2006. Pengetahuan Bahan. PT. Radjawali: Jakarta.

Arisuko, R. 2008. Pemilihan Bahan dan Proses. Universitas Mercu Buana.
Awali, J. dkk. 2018. Pelatihan Daur Ulang Logam (Alumunium) bagi Masyarakat

Karang Joang. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 4(1): 1-10.
Cubberly, W.H. 1983. Metals Handbook Ninth Edition Vol. 1. Properties and

Selection Iron and Steels. New York: American Society For Metals.

Diaz, F. Carlos, Pelletier C. Marra & Provenzo, Eugence F. 2006. Touch The
Future.Teach!. USA: Pearson Education.
Efendi, S., Pratiknyo, D., dan Sugiono, E. 2019. Manajemen Operasional. Jakarta:

Lpu-Unas.
Ginting, A. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Heryson, G. 2015. Pemilihan Bahan dan Proses. Kupang: Universitas Nusa

Cendana.

Kadim, A. 2017. Penerapan Manajemen Produksi & Operasi di Industri
Manufaktur. Bogor: Mitra Wacana Media.

Kroehnert, G. 1995. Basic Training for Trainer. 2nd Edition. Sydney, Australia:
McGraw-Hill Book Company.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan Pemerintah. Indonesia.

Mahyuddin, dkk. 2021. Insinyur Indonesia. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Meier, D. 2002. Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif

Merancang Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa.
Moore, K.D. 2005. Effective Instructional Strategies From Theory to Practice.

USA: Sage Publications.

Muhammad, dan Putra, R. 2014. Bahan Teknik. Aceh Utara: Universitas
Malikussaleh.

Negara, D.N.K.P. 2016. Optimasi dan Perancangan Produk. Denpasar: Universitas
Udayana.

Nordstrom, A. 2016. Improving The Raw material Warehouse at Borggards Bruk
AB. Linkopings Universitet.

Notodiputro, K.A. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 177

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. 4 Juni
2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003. Jakarta.

Rusdiana, H.A. 2014. Manajemen Operasi. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Salmawi, A.K. dan Siswanto, R. 2016. Material Teknik. Banjarmasin: Universitas
Lambung Mangkurat.

Santonius, C. dkk. 2020. Penyusunan Rencana Pengadaan Bahan dengan
Menggunakan Metode Lot for Lot dan POQ pada Aktivitas Konstruksi.
Jurnal Sistem Teknik Industri. 22(2): 108-115.

Siagian, S.P. 1994. Patologi Birokrasi: Analisis, Identifikasi dan Terapan. Jakarta:
Ghalia Indah.

Suarsana, I KT. 2017. Analisa Kegagalan. Denpasar: Universitas Udayana.

Suarsana, I KT. 2017. Ilmu Material Teknik. Denpasar: Universitas Udayana.

Suarsana, I KT. 2017. Pengetahuan Material Teknik. Denpasar: Universitas
Udayana.

Suparman, Atwi. 1994. Desain Instruksional. Ciputat Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim Dosen. 2009. Proses Manufaktur. Surabaya: Universitas Wijaya Putra

Tjiptono, F. dan A. Diana. 1995. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi
Offset.

Tony Arnold, J.R. Chapman, S.N. Clive, L.M. 2008. Introduction to Material
Management Sixth Edition. R.R Donnelley & Sons Company.

Trihutomo, P. 2014. Pengaruh Proses Annealing pada Hasil Pengelasan Terhadap
Sifat Mekanik Baja Karbon Rendah. Jurnal Teknik Mesin. 22(1): 81-88.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 4301. Jakarta.

Veithzal, R. dan S. Murni. 2009. Education Management: Analisis Teori dan
Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Widodo, S.E. 2009. Pengembangan SDM Berkualitas.

Wiley. William, F. and Smith. 1996. Principle of Materials Science and
Engineering, Mc Graw Hill.m, D. and Callister, Jr. 2004, Materials
Science and Engineering, An introduction.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 178

GLOSARIUM

GLOSARIUM

Adhesive bonding proses menyatukan dua permukaan, biasanya dengan
menciptakan ikatan yang halus.
Anoda adalah elektrode, bisa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada
sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya
Butt welding salah satu jenis metode sambungan las. Dalam proses pengelasan butt,
dua bagian material disatukan sejajar di sepanjang tepi dalam satu garis
Carburising proses pengerasan permukaan pada baja karbon rendah, yang
bertujuan untuk menambah kandungan karbon pada kulit spesimen.
Coloring agent aditif pewarna / warna atau pewarna / warna adalah zat yang
ditambahkan atau diterapkan untuk mengubah warna bahan atau permukaan.
Pewarna dapat digunakan untuk berbagai keperluan termasuk mencetak, melukis,
dan untuk mewarnai berbagai jenis bahan seperti makanan dan plastik.
Cyaniding salah satu proses pengerasan permukaan pada sebuah logam yang
merupakan suatupengerjaan tahap penyelesaian (finishing) untuk meningkatkan
kekerasan permukaan
Deteriorative mengindikasikan kereaktifan secara kimia dari suatu material.
Difusi berpindahnya atau mengalirnya suatu zat dalam sebuah pelarut.
Elektrolit suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom
bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa
senyawa kimia lainnya.
Fatigue failure kerusakan akibat beban berulang
Fatigue limit Pembebanan maksimum yang diperbolehkan untuk pengujian dengan
siklus tak terbatas
Hardenability ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk fasa martensite.
Impact strength kekuatan bentur

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 179

Insinyur Teknik Mesin seseorang yang mempunyai gelar profesi di bidang
keinsinyuran teknik mesin.
Instruktur tenaga kependidikan dan kepelatihan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan.
Interstisi apabila sebuah atom menempati suatu kedudukan yang tidak normal
sehingga terdesak ke antara atom-atom pada kisi tuan rumah. Interstisi sendiri bisa
berupa atom tuan rumah atau atom asing.
Investigator pemeriksa, pengusut, penyelidik, atau peneliti
Ion flour suatu anion anorganik, monoatomik dari fluorin dengan rumus kimia F−.
Fluorida adalah anion fluorin paling sederhana. Garam dan mineralnya
merupakan pereaksi dan bahan kimia industri penting. Kegunaan utamanya adalah
dalam produksi hidrogen fluorida untuk fluorokarbon. Dalam hal muatan dan
ukuran, ion fluorida menyerupai ion hidroksida
Ion klor bentuk atom klor yang tereduksi. Klorida memiliki 18 elektron
dibandingkan dengan tujuh belas elektron klorin, dan keduanya memiliki tujuh
belas proton. Oleh karena itu, klorida memiliki muatan negatif (-1) sedangkan
klorin netral.
Katoda kutub elektroda dalam sel elektrokimia yang terpolarisasi jika kutub ini
bermuatan positif
Keahlian suatu kemampuan dalam melakukan sesuatu pada sebuah peran
Keterampilan kemampuan di dalam menggunakan akal, fikiran, ide serta
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah atau juga membuat sesuatu itu menjadi
lebih bermakna sehingga dari hal tersebut menghasilkan sebuah nilai dari hasil
pekerjaan tersebut.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 180

Kinerja hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya

Kompetensi kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan
pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja

Kompetensi kerja kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.

Komprehensif luas, teliti, lengkap, menyeluruh, dan mampu menangkap banyak
hal sampai dengan detil-detilnya.

Kreativitas kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik yang benar-
benar merupakan hal baru atau sesuatu ide baru yang diperoleh dengan cara
menghubungkan beberapa hal yang sudah ada dan menjadikannya suatu hal baru.

Lap welding hasil las yang dibuat pada sambungan pangkuan. Las lap terdiri dari
dua atau lebih bahan yang saling tumpang tindih. Tepi satu bahan dilebur dan
menyatu dengan permukaan bahan lain. Las lap dikategorikan dalam keluarga las
fillet.

Macroscopically maskrokopik panjang tempat objek atau fenomena cukup besar
untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, tanpa memperbesar instrumen optik. Ini
kebalikan dari mikroskopis

Magnetis sifat magnet yang mampu menarik sesuatu benda tertentu.

Makroskopik pernyataan sifat suatu ukuran yang dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang atau tanpa bantuan alat alat pembesar.

Mikroskopik pernyataan sifat suatu ukuran yang hanya dapat dilihat dengan alat
pembesar yakni mikroskop. Ukuran yang sangat kecil membuat objek mikroskopik
ini luput dari pandangan mata telanjang.

Molibdenum suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mo
dan nomor atom 42. Namanya diambil dari Neo-Latin molybdaenum, dari bahasa

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 181

Yunani Kuno Μόλυβδος molybdos, yang berarti timbal, karena bijihnya dirancukan
dengan bijih timbal.

Nitriding proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ± 510°c dalam
lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu.

Optis berkenaan atau berkaitan dengan optik

Overspecialization spesialisasi yang berlebihan adalah ketika seseorang bekerja di
bidang pekerjaan yang terlalu sempit atau ilmiah.

Peserta PSPPI seseorang yang mengikuti Program Profesi Insinyur (PPI) di
Perguruan Tinggi penyelenggara Program Studi Program Profesi Insinyur dengan
kualifikasi akademik dan pengalaman kerja yang telah ditentukan

Plasticizer bahan tambahan/additif yang meningkatkan flexibiltas dan ketahanan
dari suatu material.

Plutonium suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pu dan
nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif transuranium yang langka dan
merupakan logam aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan. Ketika
terpapar dengan udara, ia akan diungkap oleh karena pembentukan plutonium(IV)
oksida yang menutupi permukaan logam. Unsur ini pada dasarnya memiliki enam
alotrop dan empat keadaan oksidasi

Produktivitas kemampuan setiap orang, sistem atau suatu perusahaan dalam
menghasilkan sesuatu yang diinginkan dengan cara memanfaatkan sumber daya
secara efektif dan juga efisien

Profesional orang yang hidup dengan cara memperaktekan suatu keterampilan atau
keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya

Program Profesi Insinyur program pendidikan tinggi setelah program sarjana
untuk membentuk kompetensi Keinsinyuran

Purchasing pembelian yang dalam suatu organisasi berarti suatu proses
pemesanan barang atau jasa untuk digunakan dalam melancarkan kegiatan
operasional.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 182

Radium sebuah unsur kimia yang mempunyai simbol Ra dan nomor atom 88.
Radium berwarna hampir putih bersih, tetapi akan teroksidasi jika terekspos kepada
udara dan berubah menjadi hitam. Radium mempunyai tingkat radioaktivitas yang
tinggi.
Roll welding salah satu jenis pengelasan solid-state di mana tekanan yang
digunakan untuk penggabungan berasal dari dua buah roll atau lebih.
Sinar alpha bagian sinar radioaktif yang bermuatan positif, dibelokan ke arah
medan magnet negatif
Sinar betha bagian sinar radioaktif yang bermuatan negatif, dibelokan kearah
medan magnet positif
Sinar gama bagian sinar radioaktif yang tidak bermuatan, tidak dibelokan atau
diteruskan.
Sinar radioaktif suatu pancaran dan tranmisi energi yang melewati ruang dalam
bentuk partikel atau gelombang.
Stereofoam plastik busa masih tergolong keluarga plastik berbahan dasar polisterin,
suatu plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh.
Stereomicroscope jenis mikroskop optik yang dirancang untuk pengamatan sampel
dengan pembesaran rendah, biasanya menggunakan cahaya yang dipantulkan dari
permukaan objek daripada ditransmisikan melalui mikroskop tersebut.
Substitusi sesuatu yang dapat menggantikan fungsi atau kegunaan secara sempurna
Sulfat garam anorganik dari asam sulfat. Ion sulfat adalah anion poliatomik dengan
rumus empiris SO4. Banyak garam sulfat sangat larut dalam air.
Titanium sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ti dan
nomor atom 22. Unsur ini merupakan logam transisi yang ringan, kuat, berkilau,
tahan korosi (termasuk tahan terhadap air laut, aqua regia, dan klorin) dengan warna
putih-metalik-keperakan.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 183

Uranium suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan
nomor atom 92. Ia merupakan logam Radioaktif bewarna putih keperakan yang
termasuk dalam deret aktinida di dalam tabel periodik.
Wolfram dikenal juga sebagai tungsten, adalah suatu unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang W dan nomor atom 74. Istilah tungsten berasal
dari bahasa Swedia tung sten, yang berarti batu berat.
Zikonium logam putih keabuan yang jarang dijumpai di alam bebas. Ia memiliki
lambang kimia Zr, nomor atom 40, massa atom relatif 91,224. Logam zirkonium
digunakan dalam teras reaktor nuklir karena tahan korosi dan tidak
menyerap neutron. Zircaloy merupakan aliase zirkonium yang penting untuk
penyerapan nuklir, seperti menyalut bagian-bagian bahan bakar.

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 184

Modul Mengelola Bahan Baku dan Komponen Teknik Mesin 185


Click to View FlipBook Version