The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Untuk memenuhi tugas kuliah mata kuliah IT membuat ebook berisi 5 makalah

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Syam Suddin, 2020-12-02 15:36:55

Tugas IT Ebook 5 makalah

Untuk memenuhi tugas kuliah mata kuliah IT membuat ebook berisi 5 makalah

Keywords: 5 makalah

MAKALAH
TEKNIK MENERJEMAHKAN JUMLAH FI’LIYYAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Dasar-Dasar Penerjmah Al-Qur’an

Dosen Pengampu : Abdul Kholiq, MA

Disusun Oleh :
Huzaifah Ibnul Lukman

Moh Multazam
Hamranii

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI AL-QUR’AN JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2020-2021
Kata Pengantar

Segala Puji bagi Allah Rabb semesta alam yang selalu kita panjatkan rasa syukur atas
kehadiratnya dan telah memberi kita nikmat Iman, Islam dan Ihsan dalam kehidupan kita ini

yang semuanya akan diminta pertanggung jawaban dari setiap hambanya dihari akhir nanti
begitupun dengan selesainya dibuat makalah adalah berupa menjadi salah satu nikmatnya.

Sholawat serta salam juga tak lupa kami curahkan selalu kepada baginda kita, suri
tauladan kita, qudwatun hasanah kita yaitu Nabi Muhammad SAW sang pembawa risalah,
dakwah, karenanya kita dapat mengenal agam Allah SWT.Dan telah membawa dari zaman
kegelapan sampai zaman terang benderang sampai saat ini.

Depok, 2 November 2020
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I 4
PENDAHULUAN 4
4
 Latar Belakang
1

 Rumusan Masalah 4
 Tujuan Masalah 4

BAB II 4
PEMBAHASAN 4
5
 Pengertian dan Kaidah Kaidah Jumlah Fi’liyah 5
 Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya 8
 PENGERTIAN FA’IL DAN CONTOH JUMLAH FI’LIYAH 9
 Pengertian Maf’ul Bih 10
 Praktek Menerjemahkan
12
BAB III 12
PENUTUP 12

 Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan
dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, dan
sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca, mengetahui
dan memahami bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama
lain.
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan
berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar bahasa Arab
dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan dalam memahami
ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan
menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam
itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum muslim,
khususnya di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah masalah
pokok yaitu bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam penguasaan bahasa Arab. Merujuk
pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu adanya submasalah yang dijadikan
sebagai sentral dalam pembahasan makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dan kaidah-kaidah jumlah fi’liyah ?
2. Bagaimana pembagian fi’il dilihat dari waktunya ?
3. Apa pengertian fa’il dan contoh jumlah fi’liyah ?
4. Apa pengertian maf’ul bih ?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan kaidah-kaidah jumlah fi’liyah.
2. Untuk mengetahui pembagian fi’il dilihat dari waktunya.
3. Untuk mengetahui pengertian fa’il dan contoh jumlah fi’liyah.
4. Untuk mengetahui pengertian maf’ul bih.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Kaidah Kaidah Jumlah Fi’liyah
1. Pengertian Jumlah Fi’liyah
Para ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan definisi fi’il di dalam buku-
buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama lain, tetapi bisa
dikatakan memiliki maksud yang sama. Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua

3

kalimat, yaitu: jumlah yang artinya kalimat dan fi’liyah diambil dari kata fi’il dan ya’

nisbah. Adapun fi’il (kata benda)artinya al-hads (kejadian, peristiwa) dan menurut istilah

artinya kata yang menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa lampau,

sekarang dan yang akan datang.

Sedangkan menurut istilah jumlah fi’liyah adalah:
‫ِه َي الّتِي تَبْدَأُ بِ ِف ْع ٍل َوتَكُ ْو ُن ُم َركَبَ ًة ِم ْن ِف ْع ٍل َو َفا ِع ٍل أَ ْو ِم ْن ِف ْع ٍل َونَائِ ِب َفا ِع ٍل‬
Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat) dan

tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il (kata kerja) dan naibul fa’il.
2. Kaidah-kaidah tentang Jumlah Fi’liyah ( ‫) الجملة الفعلية‬

Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul

yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkannya yang disebut

sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga

terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul (intransitive).

1. Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan adanya objek (kata kerja
intransitif ). Contoh :ٌ‫َقا َم َزيْد‬

2. Fi’il muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan adanya objek (kata kerja
transitif ). Contoh : ‫َف ِه َم َزيْدٌ الدّ ْر َس‬

3. Fi’il ma’lum adalah fi’il yang disebutkan pelakunya (kata kerja aktif). Contoh :‫َض َر ََب َعلِ ّي‬
‫ يَكْتُ ُب ُم َح ّمدٌ الدّ ْر َس‬,‫الْكَلْ َب‬

4. Fi’il majhul adalah fi’il yang yang tidak disebutkan pelakunya (kata kerja
pasif). Contoh :‫ يُكْتَ ُبالدّ ْر ُس‬,‫ُض ِر َب الْكَل ُب‬

B. Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya

1. Fi’il Madhi

َ‫َمادَ ّل َعل َى َحدَ ٍث َم َضى َوانْ َق َضى‬
Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu Contoh:

‫ كتب‬: Telah menulis ‫ فتح‬: Telah membuka

‫ قرأ‬: Telah membaca ‫ جلس‬: Telah duduk

Pembagian Fi’il Mādhi terbagi kepada dua bagian:

a). Mādhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

‫ كتب‬: Telah menulis ‫ فَتَ َح‬: Telah membuka

‫ سأ ل‬: Telah bertanya ‫َش َر َب‬ : Telah minum
: Telah dibuka
b). Mādhi Majhul (bentuk Pasif), contoh:

‫ ك ُت ِ َب‬: Telah ditulis ‫فُتِ َح‬

‫ ُسأ ِ َل‬: Telah ditanya ‫ ُشرِ َب‬: Telah diminum
KETERANGAN

Perbedaan bentuk keduanya yaitu:

1) Mādhi Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.

4

2) Mādhi Majhul adalah fi’il yang berawalan dhammah sedang huruf sebelum akhirnya berbaris

kasrah.

3) Fi’il Madhi Ma’lum hendaklah diterjemahkan “telah me…”, sedangkan fi’il Mādhi Majhul

hendaklah diterjemahkan “telah di…”

Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling banyak terdiri

dari enam huruf.

a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah: ‫ضرب‬
‫نصر كفر فَعَ َل‬ ‫فهم‬
‫شهد علم فَعِ َل‬ ‫حرم‬
‫كرم بعد فَعُ َل‬

b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:

‫أ َفَفْعّعَ َلَل‬ ‫سلم‬ ‫علم‬ ‫نزل‬
‫فَاعَ َل‬ ‫أنزل‬ ‫أسلم‬ ‫أرسل‬
‫سا فر‬
‫قا تل‬ ‫خا صم‬

c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:

‫انْ َفعَ َل‬ ‫انقطع‬ ‫انطلق‬ ‫انقلب‬
‫ا ِفْتَعَ َل‬ ‫اقترب‬
‫اجتنب‬ ‫اجتمع‬ ‫تعلم‬
‫تسا قط‬
‫ن َفَعّ َل‬ ‫تقدم‬ ‫تأ خر‬

‫تَفَا عَ َل‬ ‫تجا هل‬ ‫تسا هل‬

d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:

‫ا ِ ْست َ ْفعَ َل‬ ‫استخرجج‬ ‫استغفر‬ ‫استحوذ‬

2. Fi’il Mudhari’
‫َمادَ ّل َعلَى َحدَ ٍث يَ ْقبَ ُل الْ َحا َل َوا ْلِ ْستِ ْقبَا َل‬

“Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan

datang”, contoh:

‫ يكتب‬: Akan /Sedang menulis

‫ يفتح‬: Akan / Sedang Membuka

‫ يجلس‬: Akan / Sedang duduk

‫ يشرب‬: Akan / Sedang minum

Tanda-tanda Fi’il Mudhāri

Fi’il Mudhari’ pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu:
‫ ت‬- ‫ ي‬- ‫ ن‬- ‫ ا‬dan disingkat: ‫ ا َنَبْ ُت‬yang biasa disebut huruf Mudhara’ah, contoh: ‫أ َك ْت ُ ُب‬
‫ ت َك ْت ُ ُب‬- ‫ ي َك ْتُ ُب‬- ‫ ن َك ْتُ ُب‬-

Pembagian Fi’il Mudhāri

Fi’il Mudhāri terbagi kepada dua bagian:

1. Fi’il Mudhāri Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

‫يكتب‬ : Akan / Sedang menulis

‫ يفتح‬: Akan / Sedang membuka

5

‫ينظر‬ : Akan / Sedang melihat

‫يظلم‬ : Akan / Sedang zhalim

2. Fi’il Mudhāri Majhul (bentuk fasif), contoh:

‫يكتب‬ : Akan / Sedang ditulis

‫ يفتح‬: Akan / Sedang dibuka

‫ينظر‬ : Akan / Sedang dilihat

‫يظلم‬ : Akan / Sedang dizhalim

KETERANGAN:

Perbedaan Mudhāri Ma’lum dan Mudhāri Majhul ialah:

a. Huruf Mudhara’ah dalam Mudhāri Ma’lum hendaklah berbaris fathah. Sedangkan dalam

Mudhāri Majhul hendaklah berbaris Dlammah, sementara huruf sebelum akhirnya berbaris

fathah. (Lihat contoh di atas)

b. Fi’il Mudhāri Ma’lum hendaklah diterjemahkan akan/Sedang Me….”, sedangkan fi’il

Mudhāri Majhul hendaklah diterjemahkan “akan / /sedang di…”

Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf al-As’ary menerangkan bahwa Fi’il Mudhāri adalah

kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang akan datang. Fi’il Mudhāri

merupakan perubahan dari Fi’il Mādhi adapun perubahanya yang harus dihapal dan adapula

yang harus diketahui dengan melihat kamus.

Ciri-ciri Fi’il Mudāri:

a. Biasa di masuki huruf (‫ ) َس‬dan ‫ َسوْ َف‬contoh : ُ‫ َسي َ ْشهَد‬,ُ‫َسوْفَيَ ْشهَد‬
b. Memiliki ciri huruf yang menjadi ciri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya, dan Ta (‫) أنيت‬

‫ا‬ ‫أذهب‬ - -

‫ن‬ ‫نذهب‬ - -

‫ي‬ ‫يذهبون‬ ‫يذهبا ن‬ ‫يذهب‬

‫ت‬ ‫تذهبين‬ ‫تذهبين‬ ‫تذهب‬

c. Fi’il Mudhāri dapat dimasuki huruf ‫ ل‬bermakna tidak contoh:

‫ل َيَ ْشهَدُج‬ ‫ل َيَظْرِ ُب‬ ‫ل َيَا ْك ُ ُل‬

3. ‫( الفعل المر‬Fi’il Amr)

Fi’il Amr adalah kata keja dalam bentuk perintah, contoh :

‫ اكتب‬: Tulislah ‫ افتح‬: Bukalah

‫ اقرأ‬: Bacalah ‫ اجلس‬: Duduklah

Langkah-langkah membentuk Fi’il Amr

a. Dari Fi’il mudhāri

b. Dibuang ya mudhari’nya (yaitu yang di awal fi’il mudhāri)

c. Huruf akhirnya disukun

6

d. Apabila setelah dibuang ya mudhāri-nya ternyata huruf awalnya (_ْ_) maka ditambah

dengan Hamzah Wasal (‫ ) ا‬yang berkasrah yang tidak perlu ditulis harakat kasrahnya.

Contoh:‫( اذْهَ ْب‬Contoh yang benar)

‫ا ْذهَ ْب‬ ‫ذْهَ ْب‬ ‫ذْهَ ُب‬ ‫ي َذْهَ ُب‬

C. PENGERTIAN FA’IL DAN CONTOH JUMLAH FI’LIYAH

1. Pengertian Fa’il

Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu

pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’. Sedangkan menurut Ibnu Aajurum

didalam bab fa’il mengartikan fa’il menurut istilah adalah isim marfu’ yang fi’ilnya

disebutkan sebelumnya. Di antara kaidah fa’il, sebagai berikut:

a. Fa’il bisa terdiri dari ism yang mu’rab, ism yang mabni, atau masdar muawwal. Contoh:

‫تبارك الله‬

‫آمنت بالله‬

‫فازالذي اجتهد‬

‫يجوز أن يتزوج‬

b. Ism fa’il itu marfu’ atau fi mahalli rofa’, apabila dimasuki oleh huruf jar. Contoh:

‫قد أفلح المؤمنون‬

‫كفى بالله شهيدا‬

‫ما جاء من أحد‬

2. Contoh-contoh jumlah fi’liyah

a. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk lampau (fi’il madi) •

ً‫َجعَلَ ْتهذِهِ الْوَ َسائِ ُل الْعَالَ َم قَ ْري َ ًة َصغِي ْ َرة‬ •
ِ‫قَدْ ت َ َقدّ َم ْت وَ َسائِ ُل ال ّسفَر‬ •

ِ‫ذَهَ َب التّلْ ِميْذَا ِن إ ِلَى الْ َمدْ َر َسة‬
‫َصلّى الْ ُم ْسلِ ُموْ َن فِى الْ َم ْس ِجدِ َج َماعَ ًة‬

b. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk sekarang (fiil mudhari’)

ِ‫ي ُ َشاهِدُ ال ّرك ّا ُب الْ َمنَاظِ َر الْ َج ِميْلَ َة ِم ْن َخل َ ِل النّافِذَة‬ •
‫الْ َحيَوَانَا ِتفِى‬ •
‫نَقْ ِل ب َ َضائِعِهِ ْم‬ ‫ا ْل َوّ ُل الْ َم َحطّ َة‬ ‫ي َ ْستَ ْخدِ ُم النّا ُس‬ •
‫بَعْدَ ال ّساعَةِ وَالنّ ْص ِف‬ ‫َسيُغَادِ ُر الْقِطَا ُر‬ •
‫ي ُرِيْدُ الْ ُم َسافِ ُر ا َ ْن يَ ْرك َ َب الْ ِقطَا َر‬ •
‫ي َك ْتُ ُبالتّل َ ِميْذُ الدّ ْر َس‬

c. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja perintah (fi’il amr) •

ِ‫ا ِ َشْحات َهِرِدُ ْموْاوَاأ َيلِّهَدَا َكال ّرك ّا ُب الْ َمنَاظِ َر ِم ْن ِخل َ ِل النّافِذَة‬ •
‫ا ِقُذْوْهَابَاأ َن ْأ َفُيّهَاَس اك ُلتْمّلْوَِمأ َي ْهْذَلاِي ْ ِنك ُإ ِ ْملَ نَاى ًراالْ َمدْ َر َسةِ َصبَا ًحا‬

7

Karakteristik Jumlah Fi’liyah:

1. Dalam Jumlah Fi'liyah, fa'il (subjek) terletak setelah fi’il (kata kerja).

2. Kadang subjek jumlah fi’liyah jelas (zahir), kadang tersembunyi (mudmar). Mudmar kadang-

kadang wajib, kadang-kadang jaiz (boleh). •
ِ‫أ َ ْرك َ ُبال ّسيّا َرةَ إ ِلَى الْ َمدْ َر َسة‬ •
ِ‫تُ َسافِ ُر إ ِلَى َجاك َ ْرتَا بِالطّائِ َرة‬ •
ِ‫ا ِذْهَ ْبإ ِلَى الْ َم ْس ِجد‬ •

‫يَ ْشت َرِى الْ ُم َسافِ ُر تَذْكِ َرةً إ ِلَى ُس َرابَايَا ثُ ّم يَ ْرك َ ُب الْ ِقطَا َر‬

3. Jumlah Fi’liyah dengan pelaku orang ketiga (gaib), kata kerjanya tetap tunggal walaupun

pelakunya lebih dari satu.

ِ‫ذَهَ َب التّلْ ِميْذَا ِن إ ِلَى الْ َمدْ َر َسة‬ •
‫َصلّى الْ ُم ْسلِ ُموْ َن فِى الْ َم ْس ِجدِ َج َماعَ ًة‬ •
ِ‫ي ُ َشاهِدُ ال ّرك ّا ُب الْ َمنَاظِ َر الْ َج ِميْلَ َة ِم ْن َخل َ ِل النّافِذَة‬ •

‫ي َك ْتُ ُب التّلْ ِميْذَا ِجنالدّ ْر َس‬ •
‫ت َعَلّ َم ْت ا َلطّالِبَا ُتفِى الْ َف ْص ِل‬ •

‫ا ِ ْحت َ َر َم ْتا َلنّ َسا ُء َزوْ َجهُ ّن‬

D. Pengertian Maf’ul Bih
Maf’ul bih adalah isim Manshub (isim yang berharkat fathah) yang datang bersama

dengan fiil (kata kerja). seperti Contoh :
 .‫( َض َرب ْ ُت َزي ْدًا‬Aku telah memukul zaid)
 ‫( وَ َرك ِب ْ ُتا َلْفَ َر َس‬Aku telah menunggang kuda)

Untuk lebih dalam memahami Maful bih, coba perhatikan contoh diatas : (ً‫) َض َرب ْ ُجت َزيْد‬.
Lapadz (‫ ) َض َرب ْ ُت‬sebagai fiil. Sedangkan lapadz (ً‫ ) َزيْد‬sebagai Maful bih yang berharkat
fathah , karena kaedah maful bih menurut primary ilmu nahwu adalah : "isim Manshub (isim
yang berharkat fathah) yang datang bersama dengan fiil (kata kerja). Tepatnya, Maf'ul bih
adalah "objek atau sasaran dari kata kerja (fiil) yang berharkat fathah"

Maf’ul bih terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
 Maf’ul bih dzhahir (yang nampak)

 dan Maf’ul bih Mudhmar (yang tersembunyi)

E. Praktek Menerjemahkan

8

 Yusuf-18, Surah Nabi Yusuf Ayat-18
Bandingkan semua terjemahan Indonesia Surah Yusuf - Ayat 18

‫سورة يوسف‬

Surah Yusuf

Bismillāhir rahmānir rahīm

‫أ ََون َُفجآؤُُسوك ُا ْمعَأ َلَ ْمىًراقَفَ ِمي َصب ِْص ٌرهِ ب َِجدَ ِميم ٍ ٌلك َذِوَالٍبلّ ُهقَاالْ َل ُمبَ ْسْلت َعَا َس ُنوّلَعَ ْلتَ لَىك ُ َم ْما‬
﴾١٨﴿ ‫ت َ ِص ُفو َن‬

12/Yusuf-18:Wajaoo AAalaqameesihi bidamin kathibin qala bal sawwalat lakum anfusukum
amran fasabrun jameelun waAllahu almustaAAanu AAalamatasifoona

Bahasa Indonesia
Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub
berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu;
maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan".

Quraish Shihab
Mereka mendatangkan baju gamisnya yang berlumuran darah, untuk menjadi bukti
pengakuan mereka, yang mereka katakan itu sebagai darah Yûsuf, agar ayah mereka percaya.
Akan tetapi sang ayah berkata, "Serigala tidak memakan Yûsuf seperti yang kalian katakan.
Tetapi diri kalian telah memandang baik perbuatan jahat itu, sehingga kalian pun
melakukannya. Aku hanya bisa bersabar yang tidak disertai rasa cemas terhadap apa yang
aku derita dari kalian. Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan atas kebohongan yang
kalian katakan.

Tafsir Jalalayn
(Mereka datang membawa baju gamisnya) lafal `alaa qamiishihi beri'rab mahal nashab
karena menjadi zharaf. Artinya yang berlumuran padanya (dengan darah palsu) darah yang
bukan darah Nabi Yusuf; hal ini mereka lakukan dengan menyembelih seekor kambing,
kemudian mereka lumurkan darahnya pada baju gamis Nabi Yusuf, akan tetapi mereka lupa
merobek-robeknya. Lalu mereka menghadap kepada ayahnya seraya berkata,
"Sesungguhnya ini adalah darah Yusuf." (Yakub berkata) sewaktu ia melihat baju Yusuf
dalam keadaan utuh dan ia mengetahui bahwa mereka berdusta dalam hal ini ("Sebenarnya
telah menghiasi) menganggap baik (diri kalian suatu perbuatan yang buruk) kemudian
kalian mengerjakannya (maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku) kesabaran yang
tidak disertai rasa kaget dan gelisah. Lafal fashabrun jamiil ini adalah mubtada sedangkan
khabarnya tidak disebutkan, yaitu amri yang artinya adalah kesabaranku. (Dan Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya) hanya Allahlah yang diminta pertolongan-Nya
(terhadap apa yang kalian ceritakan.") apa yang kalian kisahkan tentang perkara Yusuf ini.

9

 Ibrahim-34, Surah Nabi Ibrahim Ayat-34
Bandingkan semua terjemahan Indonesia Surah Ibrahim - Ayat 34

‫سورة إبراهيم‬

Surah Ibrahim

Bismillāhir rahmānir rahīm ْ ‫﴾ا‬٣‫ّو‬٤‫َوكإ َِ ّفنا ٌرت َعُ﴿د‬ ‫تُ َوآ ْحت َا ُصك ُومهَاج ّم إ ِن ّنك ُا ّلل ِن َم َساا َنَسأ َلَلْت ُظَُملُووهُ ٌم‬

َ ‫اللّهِ ل‬ ‫ن ِعْ َم َت‬

14/Ibrahim-34:Waatakum min kulli masaaltumoohu wain taAAuddoo niAAmata Allahi
latuhsoohainna alinsana lathaloomun kaffarun

Bahasa Indonesia

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah).

Quraish Shihab

Dialah satu-satunya yang menyediakan kebutuhan hidup kalian, baik yang kalian minta
maupun yang kalian tidak minta. Maka dari itu, apabila kalian menghitung nikmat Allah yang
pernah diberikan kepada kalian, kalian tentu tidak akan dapat mengetahui semua jenisnya,
apalagi satu per satunya. Maka orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah benar-benar telah
berbuat zalim dan ingkar.

Tafsir Jalalayn

(Dan Dia telah memberikan kepada kalian dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-
Nya) sesuai dengan keperluan kalian (Dan jika kalian menghitung nikmat Allah) pemberian
nikmat-Nya kepada kalian (tidaklah dapat kalian menghitungnya) kalian tidak akan mampu
menghitung-hitungnya. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah orang kafir
(sangat lalim dan sangat ingkar) artinya banyak berbuat aniaya terhadap dirinya dengan cara
melakukan maksiat dan banyak ingkar terhadap nikmat Rabbnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik
beberapa kesimpulan berdasarka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Fi’il adalah (kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa
terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugas morfologis. Maksudnya,

10

keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil. Sedangkan Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang
diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek
adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku
kata kerja tersebut.
2. fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan
kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’.
3. Maf’ul bih adalah isim Manshub (isim yang berharkat fathah) yang datang bersama dengan
fiil (kata kerja).

DAFTAR PUSTAKA
http://bismillahku.blogspot.co.id/2011/06/penjelasan-tentang-faail.html
http://bismillahku.blogspot.co.id/2011/06/bab-penjelasan-tetang-maful-bih.html
http://baiqraudatussolihah.blogspot.co.id/2015/02/jumlah-filiyah.html
Razin, abu. 2014. Ilmu Nahwu Untuk Pemula. Jakarta : Putera Kahfi

11

MAKALAH
DASAR DASAR PENERJEMAHAN AL QUR’AN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Dasar Penerjemahan Al qur’an
Dosen Pengampu : Ustadz Abdul Khaliq , MA

Disusun oleh

Ahmad Fahrurozi (191410010)
Ahmat Sulhan (191410014)
Fajar Hanafi Hasibuan (191410024)

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
FAKULTAS USHLUHUDDIN

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
KATA PENGANTAR

12

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak
lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang-benderang. Makalah ini berisi tentang pengertian
metode penerjemahan dan juga beberapa metode penerjemahanya itu sendiri. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah tersebut. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat
makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI 4 Oktober 2020
Penulis

13

BAB I PENDAHULUAN 3
Latar Belakang................................................................................. 3
Rumusan Masalah............................................................................ 4
Tujuan Masalah................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Metode Penerjemahan ................................................... 5
Pengertian Metode Penerjemahan Kata Demi Kata......................... 6
Pengertian Metode Penerjemahan Harfiah....................................... 6
Pengertian Metode Penerjemahan Setia........................................... 7
Pengertian Metode Penerjemahan Semantik.................................... 7
Pengertian Metode Penerjemahan Adaptasi..................................... 8
Pengertian Metode Penerjemahan Bebas......................................... 8
Praktik Menterjemahkan.................................................................. 9

BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................... 10
Daftar Pustaka.................................................................................. 12

BAB 1

14

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Penerjemahan adalah mengalihkan makna dan ide dari bahasa sumber (BSU) ke
dalam bahasa sasaran (BSA). Menerjemahkan adalah proses mempelajari leksikon,
struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber
(TSU), menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya,
mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan
struktur gramatikal yang sesuai dengan BSA dan konteks budayanya.Ada sangkaan
bahwa siapa yang tahu dua bahasa atau lebih, mampu menerjemahkan teks dengan
baik.

.

b. Rumusan Masalah
1. Apa Maksud Metode Penerjemahan?
2. Apa maksud dari Metode Penerjemahan Kata Demi Kata?
3. Apa makna dari Penerjemahan Harfiah ?
4. Apa makna dari Penerjemahan Setia ?
5. Apa makna dari Penerjemahan Semantik?
6. Apa makna dari Penerjemahan Adaptasi ?
7. Apa makna dari Penerjemahan Bebas ?
8. Praktik menterjemahkan Q.S Al Hajj : 30-35

c. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa itu Metode Penerjemahan
2. Untuk mengetahui makna dari Penerjemahan Kata demi Kata
3. Untuk mengetahui makna dari Penerjemahan Harfiah
4. Untuk mengetahui makna dari Penerjemahan Setia
5. Untuk mengetahui makna dari Penerjemahan Semantik
6. Untuk mengetahui makna dari Penerjemahan adaptasi
7. Untuk Mengetahui makna dari Penerjemahan Bebas
8. Agar bisa mempraktekan menerjemahkan ayat dalam Al quran

15

16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Penerjemahan
1. Pengertian
Masalah penerjemahan sangatlah bervariatif, cara atau metode penyelesainya
juga sangat bervariasi. Dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab, metode
penerjemahan terbagi mejadi dua yaitu metode harfiah dan metode tafsiriah.
Metode Harfiah yaitu cara menerjemahkan yang memperhatikan peniruan
terhadap susunan dan urusan nas sumber. Yang menjadi sasaran dalam metode
penerjemahan ini yaitu kata. Metode ini dipraktikan dengan cara : pertama-tama
seorang penerjemah memahami nas, Kemudian menggantinya dengan bahasa lain
pada posisi dan tempat kata bahasa sumber itu atau melakukan translitrasi.
Demikianlah cara ini dilakukan hingga seluruh nas selesai diterjemahkan.
Metode diatas memiliki kelemahan karena dua alasan. Pertama, tidak seluruh
kosa kata Arab berpadanan dengan bahasa lain sehinggan banyak terdapat kosa kata
asing. Kedua, struktur dan hubungan antara unit linguistic dalam suatu bahasa
berbeda dengan struktur bahasa lain.
Adapun Metode Tafsiriyah adalah suatu cara penerjemahan yang tidak
memperhatikan peniruan susunan dan urusan nas sumber. Yang dipentingkan oleh
metode ini yaitu penggambaran makna dan maksud bahasa sumber dengan baik dan
utuh. Yang menjadi sasaran pada metode ini adalah makna yang ditujukan oleh
struktur bahasa sumber. Dalam mempraktekan metode ini, pertama-tama pahami
makna bahasa sumber, kemudian menuangkanya kedalam struktur bahasa lain sesuai
tujuan penulis nas sumber. Penerjemah tidak perlu memaksakan diri untuk memhami
setiap kata. Metode yang juga diistilahkan sebagai metode ma’nawiyah ini diikuti
oleh Hunain bin Ishak, Al jauhari, dan sebagainya.1

B. Macam Macam Metode Penerjemahan

1 Umi Hanifah, Teori Penerjemahan arab-indo; Metode Metode Penerjemahan, h 66

17

Dalam literatur barat, metode penerjemahan dikaji dan diklasifikasikan secara

lebih rinci. Memandang bahwa metode penerjemhan dapat ditilik dari segi

penekananya terhadap sumber dan bahasa sasaran.

Berdasarkan penekananya terhadap bahasa sumber, lahirlah macam macam

metode penerjemahan sebagai berikut ;

1. Penerjemahan Kata Demi Kata

Terjemahan untuk tiap kata berada dibawah setiap bahasa sumber.

Urutan kata bahasa sumber dijaga dan dipertahankan. Kata diterjemahkan

satu persatu dengan makna yang paling umum tanpa mempertimbangkan

konteks pemakainya. Kata yang berkonteks budaya di terjemahkan secara

harfiah juga. Metode ini digunakan untuk memahami cara operasi bahasa

sumber dan untuk memecahkan kesulitan nas, sebagai awal kegiatan

penerjemahan.2

Contohnya :

‫أ َ ْم ِس الْ َمدْ َر َسةِ إ ِ َل ُم َح ّمدٌ ذَهَ َب‬

Apabila kalimat tersebut diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa

Indonesia, maka hasilnya adalah :

Telah pergi Muhammad ke sekolah kemarin.

Terjemahan ini terkesan kaku dan tidak sesuai dengan system kaidah

yang berlaku dalam Tata Bahasa Indonesia

2. Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi konstruksi gramatika

bahasa sumber kedalam konstruksi bahasa penerima yang paling dekat.

Namun, kata kata tetap diterjemhakan satu demi satu tanpa

mempertimbangkan konteks pemakaianya. Metode ini juga dignakan

sebagai tahap awal dari kegiatan penerjemahan untuk memecahkan

kerumitan struktur nas.

Contohnya :

َ ‫عُن ُقِ َك ىإ ِ َل َمغْلُوْلَ ًة ي َدَ َك ت َ ْجعَ ْل وَل‬

Artinya:” Janganlah biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu.”

Membuat tangan terbelenggu pada leher berarti “ kikir”

2 Umi Hanifah, Teori Penerjemahan arab-indo; Metode Metode Penerjemahan, h 68

18

Arti secara harfiah yaitu kikir

3. Penerjemahan Setia

Metode ini berupaya untuk memproduksi makna kontekstual bahasa

sumber kedalam struktur bahasa penerima secara tepat. Karena itu kosa

kata kebudayaan ditransfer dan urutan gramatikal dipertahankan didalam

terjemahan. Metode ini berupaya untuk setia sepenuhnya pada tujuan

penulis.

Contohnya :

َ‫ال ّر َمادِك َث ِي ْ ُر هُو‬

Dalam Penerjemahan kata per kata, ungkapan di atas di artikan:

“Dia banyak abunya.”

Jika diartikan dengan Penerjemahan Setia, maka hasil terjemahannya

adalah:

“Ia adalah seorang yang dermawan karena banyak abunya.”

Banyak abu dalam budaya arab berarti banyak memasak karena banyak

kedatangan tamu.

Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia
pada BSU, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna
kontekstual.

Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap
mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya.

4. Penerjmahan Semantis

Penerjemhan secara semantis berbeda dengan penerjemhan setia.

Dalam metode semantis, nilai estetika nas bahasa sumber

dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonansi, dan

dilakukan pula permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat

fleksibel dan memberi keluasan kepada penerjemah untuk berkreatifitas

dan untuk menggunakan intuisinya.

Contohnya :

َ‫ال ّر َمادِك ّث ِي ْ ُر هُو‬

19

Apabila diterjemahkan secara semantik maka hasil terjemahannya
adalah:

Dia orang yang dermawan.

Sedangkan dari penerjemahan yang menekankan pada bahasa sasaran, melahirkan
jenis jenis metode penerjemahan sebagai berikut :

1. Penerjemahan dengan adaptasi
Adaptasi merupakan cara penerjemahan nas yang paling bebas

dibanding cara penerjemahan lainnya. Metode ini banyak digunakan
dalam menerjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap
mempertahankan tema, karakter dan alur cerita. Penerjemahpun
mengubah kultur bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
2. Penerjemahan Bebas

Penerjemah memproduksi masalah yang dikemukakan dalam bahasa
sumber tanpa menggunakan cara tertentu. Isi bahasa sumber ditampilkan
dalam bentuk bahasa penerima yang benar benar berbeda. Metode ini
bersifat parfrastik, yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam
bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri di dalam bahasa
penerima sehingga terjemahan menjadi lebih panjang daripada aslinya.

Contohnya :

‫يالدل السيف سبق‬

Secara setia ungkapan tersebut berarti
“Udah terlanjur pedang terhunus”
Tapi, ketika diaplikasikan kedalam Penerjemahan Bebas maknanya lebih
mudah diserap:

“Nasi sudah menjadi bubur”
C. Praktek Menerjemahkan

Q.S Al Hajj Ayat 30

َ‫ال ۡا َلوج ۡوثَا ِن ِم لَن ّرج ۡج َسفَاج ۡجتَن ِبُوا عَلَيجۡكيُمجۡم‌ يُتجۡتلٰى َما ا ِ ّلالۡلا َنجۡنعَا ُم لَجك ُوَُما ُ ِحلّت ۡ َتربّ ؕهج ٖؕ‌ه ِعنجۡندَ لّ ٗه َخيجۡي ٌر فَهُو‬
‫اللّٰهِ ُح ُر ٰم ِيتّعَظّمج ۡوَم َمن ۡنذٰلِك‬

20

‫ال ّزوجِر ۡو ِۙرقَوج ۡو َلوَاج ۡتَجن ِبُوج ۡواج‬

Artinya :
Terjemahan 1 ( Menurut Kementerian Agama RI )
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa yang
terhormat di sisi Allah (hurumat) maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan
dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu
(keharamannya), maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis
itu dan jauhilah perkataan dusta.”(30)3
Terjemahan 2 ( Menurut Ust Quraish Shihab)
Demikianlah Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah maka dia adalah baik baginya di sisi 'Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi
kamu binatang ternak, terkecuali yang dibacakan kepada kamu maka hindarilah
berhala-berhala yang najis dan hindarilah (pula) perkataan-perkataan dusta.”(30)4

Q.S Al Hajj Ayat 31

‌‫َم َكا ٍن ِف ۡى ال ّر ۡي ُح ِب ِه َت ۡه ِو ۡى َا ۡوال ّط ۡي ُر َف َت ۡخ َط ُف ُه ال ّس َما ِء ِم َن َخ ّر َف َك َا ّن َما ِبال ّل ِه ّي ۡش ِر ۡك َو َم ۡن ِب ٖؕه‬
‫ُمشج ۡرِشكِيجۡي َنغَيجۡي َر لِلّٰهِ ُحنَفَآ َء‬

‫َِِِِ ِۡسِِ ٍحيِق‬

Terjemahan 1 ( Menurut Kementerian Agama RI )

“(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya.

Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu

disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”(31)5

Terjemahan 2 ( Menurut Ust Quraish Shihab)

“Hunafd ’ karena Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nja. Barang siapa

mempersekutukan Allah maka ia bagaikan jatuh dari langit disambar oleh burung,

atau diluncurkan oleh angin ke tempat yang jauh.(31)”

Q.S Al Hajj Ayat 32

‫ال ُق ۡلُلوج ۡو ِبتَقج ۡقوَىِمن ۡنفَا ِنّهَا اللّٰهِ َشعَآٮِٕ َريّعَظّمج ۡوَم َمن ۡنذٰلِ َك‬

3 Kemenag RI, Al quran Terjemahan; Terjemah surah Al Hajj ayat 30
4 Quraish Shihab, Al quran dan Maknanya; Terjemah surah al hajj ayat 30
5 Kemenag RI, Al quran Terjemahan; Terjemah surah Al Hajj ayat 31

21

Terjemahan 1 ( Menurut Kementerian Agama RI )
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan
syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan
hati.”(32)
Terjemahan 2 ( Menurut Ust Quraish Shihab)
“Demikianlah; dan barang siapa mengagungkan syi‘ar-syi'ar Allah,
maka sesungguhnya itu bermula dari ketakwaan hati. ”(32)

Q.S Al Hajj Ayat 33
‫ا ۡل َع ِت ۡي ِق ا ۡل َب ۡي ِتِا َلى َم ِح ّل َه ۤا ُث ّم ّم َس ّمى َا َج ٍلِا ٰٓلى َم َنا ِف ُع ِف ۡي َها َلِ ُك ۡم‬

Terjemahan 1 ( Menurut Kementerian Agama RI )
“Bagi kamu padanya (hewan hadyu) ada beberapa manfaat, sampai waktu yang
ditentukan, kemudian tempat penyembelihannya adalah di sekitar Baitul Atiq
(Baitullah).”(33)
Terjemahan 2 ( Menurut Ust Quraish Shihab)
“Bagi kamu padanya ada beberapa manfaat, sampai kepada waktu yang ditentukan,
kemudian tempat (wajib penyembelihan)nya ialah setelah sampai ke Baitul
‘Atyq.”(33)

Q.S Al Hajj Ayat 34

‫وَب َ ّش ارَِسج ۡلِس ُموج ۡاو ؕفَلَ ٗهج ۤٗه وّا ِحدٌ ا ِلٰج ٌهفَا ِلٰهُك ُمج ۡامل ۡلا َنجعَۡنام ِ ؕبَهِيجۡي َمةِّمن ۡۢن َر َزقَهُمج ۡم َما عَلٰى اللّٰ اهِسج ۡس َملّي َذج ۡذك ُ ُروا‬
‫َمنجۡن َسك ًا َجعَل ۡلنَا ا ُ ّمةٍ وَلِك ُ ّل‬
‫ال ُمۡلخ ۡبخِتِيجۡي َن‬

Terjemahan 1 ( Menurut Kementerian Agama RI )
“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka
menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa
hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira
kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),”(34)

Terjemahan 2 ( Menurut Ust Quraish Shihab)

22

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan mansak supaya’ mereka menyebut
nama Allah atas apa yang Dia rezekikan untuk mereka yaitu binatang ternak.
Maka Tuhan kamu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu kepada-Nya saja
hendaknya kamu berserah diri. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang tunduk patuh. ”(34)
Q.S Al Hajj Ayat 35

‫يُنجفِ ۡنقُوج ۡو َن َر َزقجنٰۡقهُمج ۡموَ ِم ّما ال ّصلٰوةِ ۙ‌وَال ۡل ُمقِيجۡي ِمى ا َ َصاب َهُمج ۡم َما ۤا عَلٰى وَال ّٰصبِرِيجۡي َنقُلُوجب ُۡوهُمجوَۡم ِجلَت ۡتاللّٰ ُه‬
‫ذُكِ َر ا ِذَا الّذِيجۡي َن‬

Terjemahan 1 ( Menurut Kementerian Agama RI )
“(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka berge-tar, orang
yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan shalat
dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada
mereka.”(35)
Terjemahan 2 ( Menurut Ust Quraish Shihab)
“Orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah had mereka, dan para
sebagian dari apa yang telah Kami re^ekikan kepada mereka, mereka
menafkahkannya. ”(35)

23

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari semua pembahasan diatas sudah dapat kita ketahui beberapa metode

penerjemahan Al quran daintaranya yaitu:
a. Penerjemahan Kata Demi Kata
Penerjemahan jenis ini dianggap paling dekat dengan bahasa sumber dan
sifat interliner, yakni meletakkan makna bahasa sasaran langsung di
bawah versi bahasa sumber.
b. Penerjemahan Harfiah
Dalam proses penerjemahan awal, jenis penerjemahan ini dapat membantu
melihat masalah yang perlu diatasi.
c. Penerjemahan Setia
Metode ini sedikit lebih bebas dibanding penerjemahan harfiah, karena
penerjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual
walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber.
d. Penerjemahan Semantik
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih
memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam
batas kewajiban.Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat
dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan
fleksibel.
e. Penerjemahan Adaptasi
Jenis ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi dimana tema,
karakter dan alur biasanya dipertahankan, tetapi dalam penerjemahannya
terjadi peralihan budaya bahasa sumber ke budaya bahasa sasaran dan teks
aslinya ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam bahasa sasaran.

f. Penerjemahan Bebas

24

Metode ini bertujuan mereproduksi isi pesan bahasa sumber, tetapi dengan
menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak
didapati pada versi aslinya.
Demikian adalah kesimpulan dari beberapa metode penerjemhan yang telah
dijelaskan pada makalah diatas mengenai metode penerjemahan Al qur’an.

25

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Burdah.2004. Menjadi penerjemah: wawasan dan metode menerjemah teks
arab,Yogyakarta; Tiara Wacana
Umi Hanifah.2013. Metode terjemah ;Teori penerjemahan Arab-Indonesia, Sidoarjo;
Dwiputra Pustaka Jaya
Quraish Shihab.2010. Al qur’an dan Maknanya, Diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=eTnfDwAAQBAJ&hl=id
Kemenag RI.2015. Al quran Terjemahan cetakan 1 , Jakarta; Al mahira
Metode Penerjemahan Istilah ; Kasus Bahasa Arab Indonesia bagian I. Diakses dari
https://www.openulis.com/metode-penerjemahan-bahasa/

26

MAKALAH
Harf

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Penerjemahan Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Abdul Kholiq, MA.

Disusun oleh
A Abdul Rois Saifudin

Faqih Zuljanahaen
Arief Rahman Yusniadi

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
FAKULTAS USHLUHUDDIN

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

27

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas
penyusunan Makalah Ilmu Kalam dengan judul “Hurf.”
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul
Kholiq, MA . selaku dosen mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan kepercayaan
untuk membuat makalah ini, orang tua yang senantiasa berdoa untuk kelancaran tugas kami,
serta pada teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan para pembaca
serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah di waktu yang akan datang.

Jakarta, 16 November 2020
Penyusun

Kelompok 9

DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................... I
Daftar isi..................................................................................................................................II

28

Bab I Pendahuluan.................................................................................................................1

 Latar Belakang.............................................................................................................1
 Rumusan Masalah........................................................................................................1
 Tujuan Masalah............................................................................................................1

Bab II Pembahasan................................................................................................................2

1. Pengertian Harf.............................................................................................................2
2. Pembagian Huruf..........................................................................................................2
3. Praktek menerjemahkan Al-qur'an surat At-Takwir ayat 1-14.....................................8

Bab III Penutup
..................................................................................................................................................
11

1. Kesimpulan
......................................................................................................................................
11

2. Saran
......................................................................................................................................
11

Daftar pustaka
..................................................................................................................................................
12

BAB I

29

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita

dalam berbahasa arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi
pedoman umat islam di dunia. Serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji
kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu
nahwu dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita
gunakan untuk menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu
tersebut kita tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau tersebut, sama halnya
apabila kita tidak tahu tentang ilmu alat (nahwu dan shorof) kita tidak akan bisa
memahami al-Quran dan Hadits secara baik dan benar.

Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang sangat penting sekali bagi kita
semua sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari konteks arab.

Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu
tentang Pembagian Harf.

 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Harf?

2. Apa saja Pembagian Harf?

 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Harf.

2. Untuk mengetahui pembagian harf.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harf

Kalimah harf/huruf adalah lafadz yang tidak layak disertai tanda isim atau
tanda fi’il. Ada pula yang mengartikan bahwa huruf adalah setiap kalimah yang tidak
dapat memiliki makna kecuali apabila bersanding dengan kata lainnya. Kaidahnya:

30

‫وَ ال َح ْر ُف َما ل ي َ ْصلُ ُح َمعَ ُه دَلِي ْ ُلال ْسم ِ َولدَلِي ْ ُل ال ِفعْ ِل‬

(Huruf itu ialah lafadz yang tidak layak disertai tanda isim atau tanda fi’il)

‫ال َح ْر ُف هُوَ ك ُ ّل ك َلِ َمة لَي ْ َس لَهَا َمعْن ًى ا ِ ّل َمعَ غَي ْرهَا‬

(Huruf adalah setiap kalimah yang tidak dapat memiliki makna kecuali bersama kalimah
lainnya)

B. Pembagian Huruf

Kalimah huruf itu semuanya mabni, tidak dapat dirubah, tetap katanya dalam
setiap keadaan. Kalimah huruf dibangun atas beberapa dasar dengan melihat harakat
akhirnya, yaitu:

1. Dengan sukun. Contoh: ‫ لَ ْم‬,‫ ب َ ْل‬,‫ ا َ ْم‬,ْ‫ا َو‬, ‫ فِى‬,‫ك َى‬, ‫ هَ ْل‬,‫لَ ْن‬
2. Dengan fathah. Contoh: ‫ لَي ْ َت‬,‫ لَك ِ ّن‬,‫ا َ ّن‬, ‫ ا ِ ّن‬,‫ث ُ ّم‬

3. Dengan dhammah. Contoh: ُ‫ُمن ْذ‬

4. Dengan kasrah. Contoh: ُ‫ال َج ّر ل ُم ال َج ّرب َاء‬

Dalam hubungannya dengan kalimah lain (baik itu kalimah fi’il ataupun isim)
maka kalimah harf dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Harf yang masuk pada kalimah isim ‫حروف تدخل على السم‬

a. Harf jar (‫)حروف الجر‬.

Yaitu huruf yang men-jar-kan isim sesudahnya. Adapun huruf-hurufnya yaitu;

‫ َحت ّى َخل َحا َشا عَدَا في عَ ْن عَلَى‬# ‫هَا َك ُح ُرو َف الْ َج ّر وَهْ َي ِم ْن إل َى‬
‫ وَالك َا ُف وَالْب َا وَلَعَ ّل وَ َمت َى‬# ‫ُمذْ ُمن ْذُ ُر ّباللم ك َ ْي وَاوٌ وَت َا‬

Dari nadham di atas dapat dijelaskan, bahwa huruf-huruf jar adalah sebagai berikut :

NO. HURUF JAR CONTOH

1) ‫ ِم ْن‬dari. ِ‫( ا َن َا ِم َن القَ ْري َة‬saya dari desa)
2) ‫الى‬.Ke. ‫( َسأ َذْهَ ُبإ ِلَى الْ َم ْس ِجد‬aku akan pergi ke masjid)

3) ‫ عن‬Dari/tentang. ِ‫( ن َ ْح ُجن ن َت َك َلّ ُمج عَ ِجنالدّ َرا َسة‬kami berbicara tentang

pelajaran) ِ‫( الوِ َسادَةُ عَلَى ال ّسرِي ْر‬bantal di atas kasur)
ِ‫( ال ِم ْسطَ َرةُ فِى الِم ْحفَظَة‬penggaris di atas tas)
4) ‫ على‬atas.
31
5) ‫ في‬Di dalam.

6) ‫ الباء‬Dengan. · ‫( ا َ ْم ِشى بال ّر ْجلَي ْ ِن‬saya berjalan dengan kedua kaki)
7) ‫الكاف‬seperti. ‫الوقت كالشيف‬. (waktu itu seperti pedang)

8) ‫اللم‬untuk, bagi, milik. ‫هذا الكتاب لمحمد‬. (ini kitab milik Muhammad)

9) ‫واو القسم‬wau huruf sumpah. ‫(والله‬Demi Allah)

10) ‫ تاء القسم‬Ta huruf sumpah. ‫تاالله‬.(Demi Allah)

11) ‫حتى‬sampai. ‫( أ َك َلْ ُت ال ّس َم َك َحت ّى َرأ ْ ِسه‬saya memakan ikan hingga bagian

kepalanya)

12) ‫رب‬banyak/sedikit sekali. ‫( رب رجل عالم‬banyak/sedikit sekali lelaki alim)

13) ‫ مذ و منذ‬sejak. .‫( ما رأيته مذ يوم الجمعة‬aku tidak melihatnya sejak

hari jumat)

14) ٍ‫َر َجعَج الْ َحا ِض ُروْ َنج َخل َم ْح ُموْد‬ ‫حشا‬،‫خل‬،‫(عدا‬parahadirin telah kembali

kecuali mahmud)

b. Inna dan Saudaranya

1) Inna (‫)إ ِ ّن‬

Kseastuangg(‫ّن‬uhِ ‫إ‬n)yam. Cemoniltiokhi:‫ ًرا‬m‫ ْس‬aُk‫ي‬nِ‫ر‬a‫إ ِ ّن)ت َ َموْعَك ِيا ْلْدعُ( ْس‬yaitu menguatkan dan diterjemahkan
2) Anna (‫)أ َ ّن‬

Kata (‫ )أ َ ّن‬memiliki makna (‫)ت َوْك ِي ْد‬ yaitu Cmoenntoghu:a‫ل‬tُ kaْ‫و‬n‫ َر ُس‬d‫اج‬aً‫د‬n‫ َح ّم‬d‫ُم‬iter‫ ّن‬jeَ ‫أ‬m‫دُج‬aَ‫ه‬h‫ش‬kْ aَ ‫أ‬n
kalam.
sesungguhnya. Anna harus berada setelah

‫الله‬

3) . Kaanna (‫)ك َأ َ ّن‬

Kata (‫ )ك َأ َ ّن‬memiliki makna (‫ )ت َ ْشب ِي ْه‬yaitu menyerupakan atau menyangkakan dan
diterjemahkan sesaekaakna-na-kaaknanjikaaktahuabasrnepyearitsiimjimkausyktahqa.bCaronnytaoh:ٌ‫د‬is‫َس‬imَ ‫أ‬ َ‫د‬j‫ َم‬a‫ح‬mْ َ ‫أ‬id‫ك َأ َ ّن‬serta
diterjemahkan

4) . Lakinna (‫)لَك ِ ّن‬

Kata (‫ )لَك ِ ّن‬memiliki makna (‫ )إ ِ ْست ِدْ َراك‬yaitu menetapkan setelahnya dan
menganulir pernyataan sebelumnya. Artinya sebelum َ‫د‬la‫َم‬ki‫ ْح‬nَ ‫أ‬n‫ن‬aّ ِ ‫ك‬hَ‫ل‬aَ‫و‬ruّ‫ي‬s ِ‫و‬adَ‫ق‬a‫ا ُجن‬kَ‫ف‬a‫ ْر‬la‫ ِع‬m

t‫ ُه‬eْ ‫ن‬r‫ِم‬leb‫ى‬ihَ‫و‬dْ‫ق‬aَ ‫أ‬hulu. Lakinna diterjemahkan tetapi. Contoh:

5) . Laalla (‫)لَعَ ّل‬

32

Kata (‫ )لَعَ ّل‬memiliki makna (‫ )ت َ َر ِجي‬yaitu mengharap sesuatu yang dekat atau
mudah didapatkan dan diterjemahkan semoga atau mudah-mudahan. Contoh:
‫لَعَ ّل‬
‫الن ّ ْص َر قَرِي ْ ٌب‬

6) . Laita (‫) لَي ْ َت‬

Kata (‫ ) لَي ْ َت‬memiliki makna (‫ )ت َ َمجججن ّى‬yaitu mengharapkan sesuatu yang berat untuk

dicapai bahkan tidak mungkin tercapai. Biasanya diterjemahkan ingin sekali atau

andai. Contoh:‫لَي ْ َت ا ْل ْمت ِ َحا َن َسهْ ٌل‬

7) . La nafi (‫)ل‬

Kata (‫ )ل‬memiliki makna (‫ )ن َ ِفي‬yakni meniadakan dan diterjemahkan tidak atau
tidak ada. Contoh :‫ل َر ُج َل فِي الْب َي ْ ِت‬

c. Huruf nida’.

Huruf nida’ adalah huruf yang digunakan untuk memanggil. Huruf-huruf al-Nida ada

8 ‫ هيا – وا‬- ‫يا – ا – اي – اي – ا – ايا‬

Cara Penggunaan Huruf al-Nida’

1) ‫ أي‬dan ‫ أ‬di gunakan untuk munada yang jauh atau sesuatu yang di panggil itu

dekat dari tempat kita berada.

2) ‫ أيا‬dan ‫ هيا‬dan ‫ آ‬untuk munada yang di panggil itu jauh dari tempat kita berada.

3) Dan ‫ يا‬di gunakan untuk munada yang jauh, dekat, atau diantara jauh dan dekat.

4) Dan ‫ وا‬di gunakan untuk nudbah yang di gunakan untuk sesuatu yang mandub
mutafajja’ ‘alaihi contoh:‫واكبدى‬.

Dan untuk Allah hanya di gunakan huruf ‫ يا‬dan tidak boleh menyeru Allah dengan
huruf selain huruf ‫يا‬. Begitu juga dalam istighosah atau meminta pertolongan kepada
Allah, dan tidak boleh menggunakan selain dari huruf ‫يا‬.

d. Harf istitsna’.

Huruf istitsna’ adalah huruf yang digunakan untuk pengecualian. Adapun huruf-

hurufnya, yaitu;, ‫ ال‬,‫ عَدَا‬, ‫ َخل‬, ‫ غَي ْر‬, ‫ َحا َش‬, ‫ ِسوَى‬.

e. Wawu ma’iyah (‫)واو المعية‬.

Yaitu wawu yang bermakna ma’a (bersama). contoh:

1) (ia telah datang bersama pemimpin pasukan) ‫َجاءَ ا َ ْل ِمي ُر وَالْ َجي ْ َش‬
2) ‫( َوا ِ ْست َوَى ا َلْ َماءُ َوالْ َخ َشب َ َة‬telah merata air bersama kayu)
f. Laamul ibtida’ (‫)لم البتداء‬.

33

Lam yang ditempatkan di awal kalimah. Contoh:

‫ لرجل قام‬: lelaki berdiri.

2. Harf yang masuk pada kalimah fi’il

a. Harf nashab. Adalah huruf yang digunakan untuk menashabkan fi’il mudhari’.
Adapun huruf-hurufnya yaitu:

1) ‫ كي‬،‫ إذن‬،‫ لن‬،‫أن‬. Menashabkan dengan dirinya sendiri.

Contoh:

a) ‫ ان‬Huruf nashab dan huruf masdhar. Contoh : ‫( يعجبنيج أنجتضرب‬heran

kepadaku pukulanmu)

b) ‫ لن‬huruf nashab dan huruf nafiy dan bermakna ‫ استقبال‬Contoh : ‫لن‬
‫يقوم زيد‬. (Zaid tidak sedang berdiri)

c) ‫ اذن‬huruf nashab dan jawab. Contoh :، ‫اذن احسن اليك أنا أكرمك‬. (aku

akan memuliakanmu, maka akupun akan berbuat baik padamu).

d) ‫كي‬. Huruf nashab. Contoh: ‫ جئتج كىجأقرأ‬. (aku adatang agar aku bisa

baca).

2) ‫ لم كي‬menashabkan tidak dengan dirinya sendiri akan tetapi nashab dengan
lafadz ‫ ان‬mudhmar. Contoh : ‫جئت لتعلم‬. (Aku datang intuk belajar).

3) ‫ لمجالجهود‬Menashabkan tidak dengan dirinya sendiri akan tetapi dengan
lafadz ‫ان‬mudhmar dan menjadi huruf nafiy . contoh : ‫وماج كانجليعذبهم‬
‫ وانتجفيهم‬. ( tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau

(muhammad) berada diantara mereka.

4) ‫حتى‬. Menashabkan dan bermakna ‫الى‬. Contoh: ‫ حتىج يرجعج اليناجموسى‬.

(Sampai kembali kepad kami siapa itu musa).

5) ‫ والجوابج بالفاءجوالواو‬. Menashabkan bukan dengan dirinya masing-masing
namu dengan ‫ان‬mudhmar.

6) ‫او‬. Menshabkan bukan dengan dirinya sendiri melainkan dengan ‫ان‬mudhmar.

b. Huruf Jazm
Huruf jazm hanya bisa masuk kepada fiil saja. Hurufnya ada 18 yaitu,

1) ‫لم‬. Huuf jazm dan nafiy. Contoh :‫( زيد لم يضرب‬zaid tidak memukul)
2) ‫ لما‬. huruf jazm dan nafiy bermakna belum .contoh : ‫ذهب الولد ولما يعد‬.

(Anak itu pergi dan belum kembali).

3) ‫الما‬. Huruf jazm, nafiy, dan mengandung pertanyaan. Contoh: ‫الما يخضر‬
‫ابوك‬. (Belumkah ayahmu datang?).

4) ‫لم امر‬. Huuf jazm. Contoh:‫( لينفق‬hendaklah ia memberikan)
5) ‫لم النهي‬. Huruf jazm dan nahiy(larangan). Contoh: ‫( لتجلس‬jangan duduk)
6) ‫ان‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( ان تجتهد تنجح‬Jika kamu

sungguh-sungguh pasti kamu lulus)

34

7) ‫ما‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( ما تفعل افعل‬apapun yang

kamu lakukan pasti aku lakukan)

8) ‫من‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( من يقم اقم‬Siapapun yang

akan berdiri pasti aku akan berdiri)

9) ‫مهما‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( مهما تفعل افعل‬Setiap

kali kamu melakukan pasti akan aku lakukan)

10) ‫اذما‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫اذما يقم زيد يقم عمرو‬.

(ketika zaid berdiri, pasti umarpun berdiri)

11) ‫اي‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( ايا تضرب اضرب‬Apa saja

yang kamu pukul, pasti aku pukul)

12) ‫متى‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( متى تاكل اكل‬Kapan saja

kamu makan, pasti aku makan).

13) ‫ايان‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( ايان تعدل اعدل‬kapanpun

kamu adil, pasti aku adil)

14) ‫اين‬. Hurif jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( اينما تنزل انزل‬Dimanapun

kamu jatuh, pasti aku jatuh)

15) ‫انى‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫انى يذهب الب يذهب علي‬
‫معه‬. (kemana saja ayah pergi, pasti aliy pergi bersamanya)

16) ‫حيثما‬. Huruf jazm dan menjazmkan 2 fi'il. Contoh: ‫( حيثما تنزل تكرما‬dimana

saja kamu berdua singgah pasti dihormati)

17) ‫كيفما‬. Huruf jazm dan menjazkan 2 fi'il. Contoh: ‫كيفما تعامل صديقك‬
‫ يعاملك‬. (bagaimana saja kamu bergaul dengan temanmu, maka demikian pula

temanmu akan bergaul denganmu)

18) ‫اذا في الشعر خاصة‬. Huruf jazm yang ada disyiir-syiir.
c. Maa dan laa (‫)ما و ل‬. Merupakan dua huruf nahi. Huruf “maa” biasanya

digunakan untuk fi’il madhi sedangkan “laa” huruf nahi yang digunakan untuk

fi’il mudhari’. Contoh: ‫( ما كذب الفؤاد مارأى‬hatinya tidak mendustakan apa

yang telah dilihatnya).

d. Qad (‫)قد‬. Fungsinya sebagai ta’kid (penguat) apabila masuk pada fi’il madhi.

Apabila masuk pada fi’il mudhari’ maka berfungsi sebagai taqlil (sedikit/jarang)

atau taktsir (banyak). Contoh:(‫( قد طلعت الشمس‬matahari benar-benar telah

terbit)

e. Al-siin dan saufa (‫)السين و سوف‬. Huruf “al-siin” mempunyai faedah untuk

menunjukkan waktu yang akan datang yang dekat/ sebentar lagi. Sedangkan

“saufa” bertujuan waktu yang akan datang yang masih lama. Contoh: ‫سوف‬
‫( تعلمون‬kalian akan mengetahui)

3. Harf yang bisa masuk pada kalimah fi’il dan isim

a. Harf ‘athaf. Huruf ‘athaf sering disebut kata penghubung. Adapun huruf-hurufnya

sebagai berikut:

35

‫وَ َحت ّى‬, ‫ َولَكِ ْن‬,‫ وَل‬,‫ وَب َ ْل‬,‫ وَإ ِ ّما‬,‫ َوأ َ ْم‬,ْ‫ وَأ َو‬,‫ وَث ُ ّم‬,‫ وَالْفَا ُء‬,ُ‫ا َلْوَاو‬

Waw,(dan) fa,(maka) tsumma,(kemudian) aw,(atau) am,(atau) imma,(adakalanya)
bal,(bahkan) la,(tidak) laakin,(akan tetapi) dan hatta Sehingga/sampai)

b. Dua harf istifham, yaitu hamzah dan hal. Berfungsi untuk menanyakan. Contoh:

(‫ ) أأنتم أعلم أم الله‬apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah (yang lebih

mengetahui)

c. Wawu haal. Wawu hal bisa diartikan ketika, sedangkan, dalam keadaan. Contoh:

(‫ )دخلت المسد والمام يركع‬Aku masuk masjid ketika imam ruku

d. Laam qasam. Huruf yang digunakan untuk bersumpah. Contoh:

(ِ‫ ) ل أ ُقُ ِس ُمب ِي َوْم ِ الْ ِقي َ َمة‬aku bersumpah demi hari kiamat

C. Praktek menerjemahkan Al-qur'an surat At-Takwir ayat 1-14

‫إ)َ)ذا‬٣ِ٦‫( َ)و‬١(‫ت)ت‬٢ۡ ٩ۡ ‫اَ)وِ ِبَإَأوَِٱذإۡلاَّيذَجاِٱِ ۡحَٱل ۡذ ۢلِينِجبَُِ ٖبَمحاباُُُُرلسق ِ ّتعَُُلَرسسۡ ّۡيّت َجت(رَ(ر‬١))‫َذ‬٨٤٥)‫و( ِإ‬٢((‫ۡضئَ ََر)رتل(ۡ ۡۡتتَت‬١‫ َرس ِش‬١َِ ‫وُِوحُُشّءمسۥوم َ َاُٱدطنُ ۡةَشَأتكُ(ۡح َحُد‬ٞ ۡ ‫ َ) َٱع َولِِلوإَِ ّإََو ِذمَإسذا ََۡاِذمتاِاٱ ُلءٱَّۡٱننلۡلَُۡ ُجُفمكو‬٧))ِ‫ا‬٤‫َ)ذ‬١(١‫ۡتو((ِتإ‬٣َ‫ۡطَوَر)لت َ ۡ(جۡت‬١ّ‫فز(ّّو‬٠‫ِإ َََ َوووذِِِإإإٱا َََلذذذ ّاااِِِصٱٱُۡٱلۡحللٱُِ َّعلجّ ّنشَفنُ ُنُۡشفمةِا ُُوُرشأ َۡ ُرز ُِسلۡعَُكتُس‬

Artinya :
Apabila matahari digulung (1) dan apabila bintang-bintang berjatuhan (2) dan apabila
gunung-gunung dihancurkan (3) dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan
(tidak terurus) (4) dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan (5) dan apabila
lautan dipanaskan (6) dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh) (7) dan
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya (8) karena dosa apa
dia dibunuh? (9) dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-
lebar (10) dan apabila langit dilenyapkan (11) dan apabila neraka jahim dinyalakan
(12) dan apabila surga didekatkan (13) setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah
dikerjakannya (14).

Tafsir Kemenag:
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa jika matahari telah digulung, telah padam
cahayanya dan jatuh berantakan bersamaan dengan hancurnya alam semesta yang
pernah didiami oleh makhluk-makhluk yang hidup di dunia, maka musnahlah segala
alam karena berpindah kepada alam yang lain (1) Apabila bintang-bintang berjatuhan
dan padam sekalian cahayanya (2) Dan apabila gunung-gunung dihancurkan setelah
dicabut dari bumi, diterbangkan di angkasa ketika terjadinya gempa yang amat
dahsyat sehingga gunung-gunung itu terlepas dari dasarnya dan dilemparkan di

36

angkasa seperti awan yang ditiup angin laksana kapas (3) Dan apabila unta-unta
bunting yang termasuk benda paling dihargai oleh orang-orang Arab, ditinggalkan
dan tidak dipedulikan oleh pemiliknya karena kedahsyatan hari Kiamat tersebut. Hal
ini menggambarkan kedahsyatan hari Kiamat yang jika diperkirakan, jika ada seorang
laki-laki mempunyai unta yang bunting tentu ditinggalkan karena terlalu sibuk
memikirkan keselamatan dirinya sendiri (4) Dan apabila binatang-binatang liar
dikumpulkan dan dimusnahkan (5) Dan apabila lautan-lautan dijadikan meluap,
sehingga menjadi satu, kemudian menyala dengan kobaran api yang tadinya
terpendam di bawah bumi tersebut (6) Dan apabila roh-roh dipertemukan kembali
dengan tubuh untuk memasuki kehidupan di alam akhirat. Ayat ini mengandung
isyarat bahwa roh-roh itu tetap utuh setelah mati dan pada hari Kiamat dikembalikan
lagi pada badannya (7) Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup
ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh? Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa
bayi-bayi yang pernah dikubur hidup-hidup akan dihidupkan kembali di hadapan
orang yang menguburkannya dan ditanya karena dosa apakah dia dibunuh (8) Dan
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah
dia dibunuh? Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa bayi-bayi yang pernah
dikubur hidup-hidup akan dihidupkan kembali di hadapan orang yang
menguburkannya dan ditanya karena dosa apakah dia dibunuh (9) Dalam ayat ini
dijelaskan apabila catatan-catatan amal perbuatan manusia dibuka, maka mereka akan
melihat kebajikan atau kejahatan yang mereka perbuat ketika di dunia. Mereka akan
tercengang keheranan karena tidak menyangka semuanya tercatat rapi dan teliti (10)
Dan apabila langit dilenyapkan karena kehancuran planet-planet yang ada di
dalamnya. Langit yang begitu luas dapat dilipat seperti melipat kertas (11) Dan
apabila neraka Jahim yang disediakan untuk menyiksa orang-orang kafir dan durhaka
telah dinyalakan sehebat-hebatnya sehingga orang yang memasukinya merasa
kesakitan yang paling dahsyat. Itulah azab yang diancamkan Allah kepada orang-
orang yang mengingkari-Nya (12) Dan apabila surga didekatkan kepada orang-orang
yang akan memasukinya yaitu orang-orang mukmin yang bertakwa. Ini adalah
balasan atas jerih payah dan usaha mereka berjihad menegakkan agama Allah dan
menjalankan perintah agama (13) Jika semua peristiwa-peristiwa yang disebutkan
sebelum ayat ini telah terjadi, tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah
dikerjakannya. Sebagian besar dari manusia ketika hidup di dunia tertipu oleh godaan
setan. Mereka akan menjumpai amal perbuatan mereka pada hari Kiamat tidak
diterima oleh Allah bahkan dijauhkan dari rahmat-Nya dan berada di bawah murka-
Nya (14).
Tafsir Quraish Shihab:
Surah al-Takwîr ini berisi gambaran tentang peristiwa pada saat dan setelah hari
kiamat, kekuasaan Allah, penegasan kedudukan dan fungsi al-Qur’ân, dan sanggahan
atas tuduhan-tuduhan yang tidak benar atas al-Qur’ân (1) Bila bintang gemintang
telah kehilangan cahaya (2) Bila gunung-gunung digerakkan dari tempatnya (3) Bila
makhluk yang mengandung kehilangan sesuatu yang dikandungnya (4) Bila binatang-
binatang liar dikeluarkan dari sarangnya untuk dikumpulkan dalam keadaan abai
karena suasana panik yang sangat dahsyat (5) Bila samudra berubah menjadi lautan

37

api (6) Bila roh telah disatukan kembali dengan jasadnya (7) Bila anak-anak
perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya–sebagai tindakan perkenan untuk diri
mereka sekaligus sebagai hujatan bagi orang yang memendam mereka, “Dosa apa
yang membuat kalian dibunuh?” Padahal, jelas anak-anak perempuan itu tidak punya
kesalahan apa-apa (8) Bila anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya–
sebagai tindakan perkenan untuk diri mereka sekaligus sebagai hujatan bagi orang
yang memendam mereka, “Dosa apa yang membuat kalian dibunuh?” Padahal, jelas
anak-anak perempuan itu tidak punya kesalahan apa-apa (9) Bila lembaran-lembaran
catatan perbuatan manusia ditampakkan saat hari perhitungan (10) Bila langit tidak
lagi berada di tempatnya (11) Bila api neraka telah dinyalakan dengan dahsyat (12)
Bila surga telah didekatkan (13) Bila semua peristiwa itu telah terjadi, setiap manusia
akan menyadari kebaikan dan dosa yang pernah mereka lakukan (14).
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 1.
Apabila matahari telah dihimpun planet-planetnya dan cahayanya telah hilang (1) Dan
jika bintang-bintang telah berjatuhan dan hilang cahayanya (2) Dan jika gunung-
gunung telah bergerak dari tempatnya (3) Dan jika unta-unta bunting yang merupakan
harta mereka yang paling berharga dibiarkan karena ditinggal oleh pemiliknya (4)
Dan jika binatang-binatang liar telah dikumpulkan bersama manusia pada satu tempat
(5) Dan jika lautan telah dinyalakan hingga menjadi api (6) Dan jika ruh-ruh telah
disandingkan dengan yang semisal dengannya; seorang yang jahat disandingkan
dengan yang jahat, orang yang bertakwa disandingkan dengan yang bertakwa (7) Dan
jika anak perempuan yang pernah dikubur hidup-hidup ditanya oleh Allah (8) Karena
dosa apa engkau dibunuh oleh orang yang membunuhmu? (9) Dan jika lembaran
catatan amal para hamba telah dibuka, agar masing-masing bisa membaca catatan
amal perbuatannya (10) Dan jika langit telah dicabut sebagaimana kulit kambing
tercerabut dari tubuhnya (11) Dan jika api Neraka telah dinyalakan (12) Dan jika
Surga telah didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa (13) Apabila peristiwa
tersebut sudah terjadi, setiap jiwa mengetahui bekal yang telah dilakukannya untuk
menghadapi Hari itu (14).

38

BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Kalimah harf/huruf adalah lafadz yang tidak layak disertai tanda isim atau tanda fi’il.
Kalimah huruf dibangun atas beberapa dasar dengan melihat harakat akhirnya, yaitu:

 Dengan sukun. Contoh: ‫ لَ ْم‬,‫ ب َ ْل‬,‫ ا َ ْم‬,ْ‫ ا َو‬,‫ فِى‬,‫ ك َى‬,‫ هَ ْل‬,‫لَ ْن‬
 Dengan fathah. Contoh:‫ لَي ْ َت‬,‫ لَك ِ ّن‬,‫ ا َ ّن‬,‫ ا ِ ّن‬,‫ث ُ ّم‬
 Dengan dhammah. Contoh:ُ‫ُمن ْذ‬
 Dengan kasrah. Contoh: ‫ باء الجر‬،‫اللم الجر‬

 Saran
Untuk penyempurnaan pembuatan makalah kedepannya, saya mengharapkan

adanya saran dari semua pihak baik dosen maupun seluruh mahasiswa yang membaca
makalah ini terhadap kekurangan yang terdapat pada makalah ini.

39

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Alfiyah Syarah Ibnu Aqil, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2010.
Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif, 1972.
Shofwan, M. Sholihuddin, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Jombang: Darul Hikmah, 2007.
http://santriclumut.blogspot.com/2015/01/penjelasan-huruf-dalam-bahasa-arab.html

MAKALAH
AMTSAL AL QUR’AN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tafsir
Dosen Pengampu : Hidayatulah, MA.

40

Disusun oleh:
Ahmat Sulhan
Ibnu Agung Handoyo
M. Syamsuddin

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
FAKULTAS USHULUDDIN

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

41

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang-benderang. Makalah Ilmu Tafsir ini berjudul “ AMTSAL
ALQUR’AN ”.
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing mata kuliah Ilmu Tafsir bapak Hidyatullah , MA yang telah memberikan
kepercayaan untuk membuat makalah ini. Penyusun menyadari bahwan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kita
semua.

Ponorogo, 20 November 2020

Kelompok 10

42

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................1
DAFTAR ISI ...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ...............................................................................3
b. Rumusan Masalah...........................................................................3
c. Tujuan Masalah...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Amtsal Al qur’an ..........................................................5
2. Macam macam Amtsal Al qur’an....................................................5
3. Faedah faedah Amtsal Al qur’an ....................................................8
4. Nilai pendidikan dalam Amtsal Al qur’an .......................................9
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................................13
b. Daftar Pustaka ...............................................................................14

43

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Al-Qur’an memiliki cabang ilmu yang beraneka ragam di

dalamnya, salah satunya adalah amsal al-Qur’an, ilmu ini memuat
perumpamaan-perumpamaan tentang berbagai hal yang sarat dengan
makna dan hikmah yang besar. Amsal al-Qur’an merupakan
penyampaian gagasan-gagasan dengan bahasa yang padat dan indah,
menghadirkan sesuatu yang abstrak seolah-olah dapat diindrakan oleh
manusia, yang sulit difahami dan dibayangkan menjadi hal yang
mudah dicerna dan menjadi kongkrit. Hal ini kemudian menjadi
pelajaran besar bagi orang yang mau mengkajinya. Para pendidik di
kalangan Islam bisa menjadikan amsal al-Qur’an sebagai contoh yang
sangat berharga dalam dunia pendidikan baik dari segi tujuan, materi,
metode maupun media yang digunakan. Secara garis besar, amtsal al-
Qur’an terbagi menjadi tiga, yaitu amsal Musharrah, amsal Kaminah,
dan amsal Mursalah. Dalam perkembangan ilmu tafsir, amsal
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan
berfikir umat Islam dalam mendalami dan memahami Al Qur’an. Ayat -
ayat Al-Qur’an yang mengandung amsal, mengandung manfaat dalam
pendidikan dan juga kejiwaan. Selain itu amsal al-Qur-an juga tidak
sepi dari nilai-nilai psikologi baik psikologi umum maupun psikologi
pendidikan Islam. Makalah ini akan menyampaikan amsal al-Qur’an
dalam kaitannya dengan psikologi dan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung di dalamnya.

b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa itu Amtsal Al qur’an ?
2. Apa saja macam macam Amtsal Al qur’an ?
3. Apa saja faedah dari Amtsal Al qur;an ?

44

4. Apa saja nilai pendidikan yan terkandung dalam Amstal Al qur’an ?
c. Tujuan Masalah

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui perngertian dari Amtsal Alqur’an.
2. Untuk mengetahui macam macam Amtsal Al qur’an.
3. Untuk mengetahui faedah apa saja yang terkandung dalam Amtsal

Al qur’an.
4. Untuk mengetahui nilai pendidikan yang terkandung dalam Amtsal

Al qur’an.

45

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AMTSAL AL QUR’AN
Amsal adalah bentuk jamak dari kata matsal dan kata mitsal yang

berarti misal, perumpamaan atau sesuatuyang menyerupai dan
bandingan6. Sedangkan secara terminologis, amsal adalah suatu
ungkapan perkataan yang disampaikan dengan perkataan yang lain
untuk memperjelas salah satu yang lain7. Maksudnya, menyerupakan
sesuatu (seseorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dalam
perkataan itu. Matsal selalu mempunyai sumber yang kepadanya
sesuatu lain diserupakan. Sedangkan Zamakhsyari dalam Kitab Al-
Kasysyaf menyatakan bahwa amsal menurut asal katanya berarti
masal dan an-nazir (yang serupa, sebanding).8

Salahuddin berkenaan dengan masalah amsal dalam al-Qur’an
menjelaskan bahwa amsal adalah menyerupakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain dalam hukum, mendekatkan yang rasional kepada
yang inderawi, atau salah satu dari dua indra dengan yang lain karena
adanya kemiripan pada umumnya para mufasir memberikan definisi
yang tidak jauh berbeda dengan yang lainnya.9

Dari definisi amsal di atas, maka makna amsal dapat
disederhanakan pengertiannya, yaitu mengumpamakan sesuatu yang
abstrak dengan yang lain yang lebih konkret untuk mencapai tujuan
atau mengambil manfaat dari perumpamaan tersebut.

6 Yunus, Mahmud, Kamus Arab- Indonesia ,(Jakarta:Yayasan Penyelenggara Penerjemah/
Penafsir Al Qur’an, 1973), 410.
7 Chirzin, Muhammad, “Khasha ‘is al-Amtsal fl Qur’an wa Aghradhuha wal-Maudhu’at
allati ‘Alajatha, Al-Jami’ah, UIN Sunan Kalijaga, Edisi al-Jami’ah journal of Islamic Stude
42/2/2004 , 202
8 Al Qathan Manna, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.., 402
9 Hamid, Salahuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Inti media Cipta Nusantara, 2002),
316.

46

2. MACAM MACAM AMTSAL AL QUR’AN
Secara garis besar, amsal al-Qur’an terbagi menjadi tiga, yaitu

amsal musharrah, amsal Kaminah, dan amsal Mursalah. Lebih
lanjutnya Manna’ Khathan menjelaskan tentang pengertian ketiga
amsal di atas, sebagai berikut :
a) Amsal Musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas, didalamnya

terdapat lafazh masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih.
Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam al Qur’an, misalnya:
dalam surat Ibrahim ayat 24-27, Allah SWT berfirman:

‫أ َلَ ْم ت َ َر ك َي ْ َف َض َر َب ٱللّ ُه َمث َ ًل ك َلِ َم ًة طَي ّب َ ًة ك َ َش َج َرةٍ طَي ّب َةٍ أ َ ْصلُهَا ثَاب ِ ٌت وَفَ ْرعُهَا فِى‬

ِ‫ٱل ّس َمآء‬
‫أ ُك ُلَهَا‬
‫لَعَلّهُ ْم ي َت َذَك ّ ُرو َن‬ ‫ٱ ْل َ ْمث َا َل لِلن ّا ِس‬ ‫ٱللّ ُه‬ ‫ٍۭنبِإ ِذْ ِن َرب ّهَا ۗ‌ وَي َ ْضرِ ُب‬ ‫ك ُ ّل ِحي‬ ٍ‫ك َلِ َمة‬ ‫تُؤْت ِ ٓى‬
ٍ‫لَهَا ِمن قَ َرار‬ ‫َفوْ ِق ٱ ْل َ ْر ِض َما‬ ‫ِمن‬ ‫ك َ َش َج َرةٍ َخب ِيث َةٍ ٱ ْجت ُث ّ ْت‬ ٍ‫َخب ِيث َة‬ ‫وَ َمث َ ُل‬

‫يُث َب ّ ُت ٱللّ ُه ٱلّذِي َن َءا َمن ُو ۟ابِٱلْقَوْ ِل ٱلث ّاب ِ ِت فِى ٱلْ َحي َوٰةِ ٱلدّن ْي َا وَفِى ٱ ْل َءا ِخ َرةِ‌ۖ وَي ُ ِض ّل ٱللّ ُه‬

‫ٱلظّٰلِ ِمي َن ۚ‌ وَي َ ْفعَ ُل ٱللّ ُه َما يَ َشآ ُء‬

Artinya: Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan-perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akar teguh dan cabangnya menjulang ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan- perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat
yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar- akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat (tegak) sedikitpun.
Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperkuat apa yang
dikehendaki. (Q.S. Ibrahim ayat 24-27).

Ayat di atas memuat perumpamaan tentang kalimah thaibah
dengan pohon yang baik, pohon itu akarnya kokoh dan dahannya
menjulang tinggi serta berbuah pada setiap musim. kalimah thaibah

47

itu dibandingkan agar nyata perbedaannya dengan “kalimah
khabitsah” yang seperti pohon yang buruk. Pohon itu telah dicabut
dengan akar-akarnya dari tanah sehingga tidak dapat tegak lagi
sedikitpun. Selain menunjukkan perumpamaan sesuatu yang
abstrak dengan hal yang kongrit, ayat di atas juga memiliki tingkat
keindahan bahasa yang sangat tinggi dan sangat indah.

b) Amsal Kaminah, yaitu perumpamaan yang di dalamnya
tidakdisebutkan dengan lafadz tamsil jelas, tetapi menunjukkan
makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya
dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang
serupa dengannya. Misalnya ayat yang senada dengan pernyataan bahwa sebaik
pekerjaan itu pertengahan (Khairul umuri wasthu) yaitu:

‫َقا ُلو ۟ا ٱ ْد ُع َل َنا َر ّب َكُي َب ّين ّل َنا َما ِه َى ۚ‌ َقا َل ِإ ّن ُهۥ َي ُقو ُل ِإ ّن َها َب َق َر ٌة ّل َفا ِر ٌض َو َلِب ْك ٌر‬
‫َع َوا ٌۢن َب ْي َن َٰذ ِل َك ۖ‌ َفٱ ْف َع ُلو ۟ا َما ُت ْؤ َم ُرو َن‬

Artinya: Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk
kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu."
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfrman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan
antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu"
(QS. Albaqarah : 68).

Masih banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang mengandung tamsilan
kaminah seperti untuk ayat-ayat yang sebanding dengan perkataan: laisal khabaru
kal mughayanah (kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri, kama tadinu
tudana (sebagaimana kamu telah menghutangkan maka kamu akan dibayar), dan
ayat yang senada dengan pernyataan la yuldaghu min juhrin maratain ( orang
mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama).

48

c) Amsal Mursalah ialah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan kata
perumpamaan secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai perumpamaan.
Contoh:

‫َف َل ّما َف َص َل َطا ُلو ُت ِبٱ ْل ُج ُنو ِد َقا َل ِإ ّن ٱل ّل َه ُم ْب َت ِلي ُكم ِب َن َه ٍر َف َمن َش ِر َب ِم ْن ُه َف َل ْي َس‬
‫ِم ّنى َو َمن ّل ْم َي ْط َع ْم ُه َف ِإ ّن ُهۥ ِم ّن ٓى ِإ ّل َم ِن ٱ ْغ َت َر َف ُغ ْر َف ًۢةِب َي ِد ِهۦ‌ۚ َف َش ِر ُبو ۟ا ِم ْن ُه ِإ ّل‬
‫َق ِلي ًلّم ْن ُه ْم ۚ‌ َف َل ّما َجا َو َز ُهۥ ُه َو َوٱ ّل ِذي َن َءا َم ُنو ۟ا َم َع ُهۥ َقا ُلو ۟ا َل َطا َق َةَل َنا ٱ ْل َي ْو َم‬
‫ِب َجا ُلو َت َو ُج ُنو ِد ِهۦ ۚ‌ َقا َل ٱ ّل ِذي َن َي ُظ ّنو َنَأ ّن ُهم ّم َٰل ُقو ۟ا ٱل ّل ِه َكم ّمن ِف َئ ٍة َق ِلي َل ٍة‬
‫َغ َل َب ْت ِف َئ ًة َك ِثي َر ًۢة ِب ِإ ْذ ِنٱل ّل ِه ۗ‌ َوٱل ّل ُه َم َع ٱل ّٰص ِب ِري َن‬

Artinya: Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia
berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia
pengikutku. dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali
menceduk seceduk tangan, Maka dia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara
mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman
bersama dia Telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
Telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari Ini
untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah dan Allah beserta orang-orang yang
sabar."

Demikian beberapa contoh amsal mursalah dalam al-Qur’an, contoh lainnya
juga masih banyak terdapat dalam al-Qur’an corak seperti ini yang bisa di dilihat
dalam beberapa surah yaitu: An-Najm ayat 58, Al-Isra ayat 48, Hud ayat 81, Al-
Muddatsir ayat 38, Al-An’am ayat 67, Al-Mukminun ayat 53, Ash-Shaaffat ayat
61, Ar-Rahman ayat 60, Al-Maidah ayat 249 Al-Hasyr ayat 14.

3. FAEDAH FAEDAH AMTSAL AL QUR’AN

49


Click to View FlipBook Version