1 PRAKATA Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang memberikan nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat sehat, penulis bisa merampungkan buku Dies Natalis Ke-20 Unindra: Perjalanan 2 Dekade Universitas (2004‒2023). Buku ini dipersembahkan oleh para penulis untuk masyarakat luas pada umumnya dan civitas akademika Unindra pada khususnya. Isi buku ini menceritakan sejarah perjalanan Unindra yang terdiri dari empat bab. Pertama, sejarah pembentukan Unindra yang ditarik dari tahun 1971 hingga 2003. Jejak Unindra terlacak dari berdirinya IKIP PGRI Jakarta tahun 1971 dan IKIP PGRI Jaya tahun 1974. Di kemudian hari, kedua kampus ini melebur menjadi satu dengan nama STKIP PGRI Jakarta pada tahun 1982. Dalam bab ini juga memperlihatkan kondisi naik-turun STKIP PGRI Jakarta pada tahun 1982‒2003. Kedua, sejarah perkembangan Unindra selama 2 dekade, yakni dari tahun 2004‒2023. Dalam bab ini memfokuskan pada perubahan bentuk STKIP PGRI Jakarta menjadi Unindra. Secara komprehensif, bab ini menjabarkan mengenai para pendiri, asal-usul nama, pemilihan logo, hingga pembangunan infrastruktur Unindra yang saat itu juga mengalami dinamika yang luar biasa. Ketiga, peran Unindra sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) yang berisi pencapaian yang diraih Unindra dan kontribusi Unindra bagi masyarakat luas selama dua dekade ini. Bab ini diakhiri pesan untuk Unindra dalam menghadapi tantangan masa depan. Keempat, ditutup dengan intisari buku ini secara ringkas. Para penulis berharap agar buku ini menjadi pencerahan bagi para pembaca mengenai sejarah perjalanan Unindra selama 2 dekade. Khususnya bagi civitas akademika di lingkungan Unindra, dengan adanya buku ini semoga bisa lebih mencintai dan bersama memajukan Unindra dengan semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang menjadi identitas Unindra. Jakarta, 12 September 2023 Tim Penulis
2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, penulisan buku Dies Natalis Ke-20 Unindra: Perjalanan 2 Dekade Universitas (2004‒ 2023), selesai dibuat oleh tim penulis dari Program Studi Pendidikan Sejarah Unindra. Sebuah buku yang menjadi saksi nyata perjalanan Unindra selama dua dekade, serta perjuangan Unindra sehingga masih terus konsisten mengambil peran dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bermanfaat untuk masyarakat. Perjalanan Unindra selama dua dekade merupakan perjalanan panjang. Di dalamnya terdapat semangat perjuangan, pantang menyerah, dan kerja sama pimpinan baik yang masih aktif sampai saat ini, maupun yang sudah tidak aktif. Semangat perjuangan terlihat dalam membangun sekolah tinggi menjadi sebuah universitas dengan berbagai rintangan yang sulit. Semangat dalam mempromosikan kampus hingga memiliki jumlah civitas akademika yang semakin bertambah dari segi kuantitas, yang diharapkan juga seiring dengan peningkatan kualitas. Pantang menyerah terlihat dari peran para pimpinan, civitas akademika yang menginginkan perubahan dan pengembangan kampus hingga memiliki gedung sendiri bahkan terus berkembang, serta semakin bertambahnya program studi yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, kerja sama yang baik dari civitas akademika di Unindra yang mengusung semangat kekeluargaan membuat Unindra semakin berkembang dari berbagai aspek, baik dari segi kuantitas maupun kualitas secara individu dan berkelompok. Hal tersebut terbukti selama perjalanannya banyak pencapaian yang dihasilkan, baik dari segi akademik maupun nonakademik. Keinginan untuk terus berbakti kepada nusa dan bangsa serta kesadaran terhadap pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin pada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut yaitu membina pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat Indonesia yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa dalam usaha membentuk manusia yang
3 peduli, mandiri, kreatif, dan adaptif demi kesejahteraan bangsa dan negara. Keempat hal tersebut yang menjadi moto Unindra, kampus yang peduli, mandiri, kreatif, dan adaptif. Sampai akhirnya nanti tercapainya visi Unindra yaitu menjadi universitas yang unggul dalam pembelajaran (Excellent Teaching University) di Indonesia. Dengan hadirnya buku Dies Natalis Ke-20 Unindra: Perjalanan 2 Dekade Universitas (2004‒2023), semoga menjadi pengingat bagi segenap civitas akademika di Unindra khususnya, dan masyarakat pada umumnya, mengenai perjalanan dan perjuangan Unindra dari awal pembentukan hingga sampai saat ini. Selain itu, untuk gambaran ke depan bagi civitas akademika Unindra untuk selalu menjaga nama baik Unindra, dan semakin mengembangkan Unindra dari berbagai aspek. Karena, bagaimana pun sejarah menjadi pengingat bagi semua untuk menjalani kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Jakarta, 12 September 2023 Rektor Unindra Sumaryoto
4 BAB I SEJARAH PEMBENTUKAN UNINDRA (1971‒2003) A. Sekilas Sejarah PGRI Berbicara mengenai Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) tentu tidak terlepas dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi yang menaunginya. Selain itu, secara historis cikal bakal Unindra yang saat itu bernama STKIP PGRI Jakarta berasal dari fusi dua kampus pendidikan swasta yang berada di Jakarta, yaitu IKIP PGRI Jakarta (berdiri tahun 1971) dan IKIP PGRI Jaya (berdiri tahun 1974) pada tahun 1982, serta bergabungnya STKIP Ciputat pada tahun 1986. Oleh karena itu, membahas mengenai sejarah PGRI menjadi penting. Pertama, secara historis PGRI adalah salah satu organisasi profesi tertua di Indonesia, sekaligus merupakan organisasi yang memiliki sumbangsih terhadap kemajuan pendidikan Indonesia. Kedua, identitas PGRI yang secara faktual melekat pada ‘tubuh’ Unindra. PGRI merupakan salah satu organisasi profesi tertua yang terdapat di Indonesia. PGRI sebagai organisasi yang mewadahi guru seluruh Indonesia embrionya telah ada sejak masa Hindia Belanda. Pada masa tersebut, guru di seluruh Hindia Belanda membentuk Perserikatan Guru Hindia Belanda (PGHB). PGHB dibentuk sebagai organisasi yang memperjuangkan nasib guru bumiputera Hindia Belanda saat itu. Pada saat itu, guru bumiputera yang kebanyakan berasal dari keluarga masyarakat biasa mengalami diskriminasi. Diskriminasi yang paling dirasakan saat itu adalah gaji yang sangat kecil. Guru bumiputera digaji kurang dari f.15,- dan bagi mereka yang lulusan Hogere Kweekschool (HKS) mendapatkan gaji f.150,- per bulan. Gaji yang diterima oleh guru bumiputera jauh lebih rendah dari gaji yang diterima oleh guru berkebangsaan Eropa yang berpenghasilan di atas f.100,- per bulan (Sanjaya, 1990).
5 PGHB digagas oleh empat orang guru, antara lain Dwidjosewojo, Karto Hadi Soebroto, Kartosoebroto, dan N. Boediardjo yang berasal dari Yogyakarta dan Magelang pada tahun 1910. Akan tetapi, pada tahun 1911, Dwidjosewojo mengusulkan jika keanggotaan perkumpulan guru yang telah dibuat tersebut dapat diperluas serta tidak terbatas pada guru-guru yang berasal dari Yogyakarta dan Magelang saja. Usulan tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekan Dwidjosewojo lainnya, bahkan Kartosoebroto mengusulkan agar PGHB dapat menampung seluruh guru tanpa memandang latar belakang pendidikan maupun institusi mengajarnya. Oleh karena itu, dengan dukungan tersebut pada tanggal 1 Januari 1912 terbentuklah PGHB yang diketuai oleh Karto Hadi Soebroto (Sanjaya, 1990). Secara umum, PGHB berjuang untuk memajukan dan memperbaiki pendidikan bumiputera di Hindia Belanda, baik secara fisik, seperti sekolah, maupun kesejahteraan guru bumiputera. Perjalanan PGHB sebagai organisasi guru saat itu tidaklah berjalan mulus. Tujuh tahun setelah pembentukannya, yakni pada tahun 1919, PGHB mengalami perpecahan. PGHB terpecah menjadi beberapa organisasi guru yang didasarkan pada perbedaan latar belakang pendidikan, pangkat atau tingkat sekolah yang berbeda. Perpecahan PGHB tidak terlepas dari dinamika sosial dan politik yang terjadi di Hindia Belanda pada masa itu. Beberapa organisasi guru pecahan PGHB, antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachttsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), School Opziner's Bond (SOB), Vaak Onderwijszer's Bond (VOB), Nederlands Indische Onderwijzers Genootschap (NIOG), Christelijke Chineesche Onderwijzer's Bond (COB), Christelijke Onderwijzer's Vereniging (COV), Onderwijzer's Vak Organisatie (OVO), dan Katholieke Inderwijzer's Bond (KOB) (Sanjaya, 1990). Pada tahun 1933, PGHB berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) yang memiliki 20.000 anggota di seluruh wilayah Hindia Belanda (Darmawan, 2019). PGI menjadi organisasi guru yang membawa
6 semangat PGHB untuk memperjuangkan pendidikan bumiputera dan nasib guru bumiputera Hindia Belanda. Akan tetapi, PGI tidak disenangi oleh Pemerintah Hindia Belanda karena mengusung nama Indonesia di belakangnya. Walaupun tidak disenangi, nama tersebut didukung oleh para guru bumiputera yang menemukan identitas bersamanya di dalam kata ‘Indonesia’. Sampai akhirnya, PGI terus eksis memperjuangkan nasib para guru bumiputera hingga kedatangan Jepang. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, seluruh aktivitas PGI terhenti karena Jepang melarang seluruh aktivitas organisasi bumiputera. Bahkan, sekolah-sekolah yang bernaung di bawah PGI juga dilarang beraktivitas. Baru di kemudian hari, yakni masa Kemerdekaan, aktivitas guru yang bernaung di bawah PGI kembali bergeliat (Indonesia, 2020). Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, mengubah seluruh tatanan kehidupan pada saat itu. Salah satunya, kehidupan perpolitikan pada masa pendudukan Jepang dilarang kembali bergeliat. Geliat pada kehidupan politik Indonesia ditandai dengan bermunculannya pelbagai organisasi di masyarakat, salah satunya organisasi guru. Selanjutnya, seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945, tepatnya tanggal 23‒25 November 1945, berlangsung Kongres Guru Indonesia di Gedung van Deventer School, Surakarta (Indonesia, 2020). PGRI menjadi salah satu organisasi profesi pertama yang muncul pasca-proklamasi kemerdekaan. Pada kongres PGRI tersebut disepakati bahwa PGRI adalah organisasi perjuangan yang bertugas mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kelahiran PGRI sebagai wadah pemersatu guru yang sedang mengalami revolusi kemerdekaan, merupakan manifestasi rasa tanggung jawab dan kesadaran kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Indonesia, 2020).
7 B. Pra-Pembentukan STKIP PGRI Jakarta (1971-1982) Bagi masyarakat secara umum dan civitas akademika Unindra hari ini khususnya, mengetahui sejarah pembentukan Unindra sangat penting. Banyak peristiwa yang menjadi perjuangan para pendiri dan pengembang Unindra. Kemudian, selain untuk mengetahui proses sejarah pembentukan Unindra sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT), pengetahuan terhadap sejarah Unindra diharapkan akan dapat menginspirasi, baik dari segi perjuangannya maupun visi-misi yang diusung oleh Unindra sebagai LPT. Pada periode 1990-an, di Jakarta terdapat tiga Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP). Ketiga universitas tersebut yaitu STKIP Kusuma Negara, STKIP Muhammadiyah Jakarta, dan STKIP PGRI Jakarta. Ketiganya memiliki peranan dalam dinamika pendidikan tinggi di Jakarta. STKIP PGRI Jakarta, adalah satu dari tiga STKIP yang terdapat di Jakarta yang kemudian hari bertransformasi menjadi Universitas Indraprasta PGRI (Unindra). Kehadiran STKIP PGRI Jakarta tidak terlepas dari keberadaan dua Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), yaitu IKIP PGRI Jakarta dan IKIP PGRI Jaya sebagai cikal bakal STKIP PGRI Jakarta. Keduanya, baik IKIP PGRI Jakarta maupun IKIP PGRI Jaya, memiliki akar sejarah panjang dan berbeda. Sampai akhirnya bergabung menjadi STKIP PGRI Jakarta pada tahun 1982. Meskipun ditopang oleh dua IKIP PGRI tersebut, dalam prosesnya sendiri terdapat beberapa kelompok belajar yang tersebar di seluruh kawasan Jabodetabek. Kelompok belajar STKIP PGRI Jakarta saat itu, yakni 1) Pondok Labu; 2) Bekasi; 3) Tanjung Priok; 4) Kreo; 5) Cengkareng; 6) Ciputat; 7) Pasar Minggu; 8) Cipayung; 9) Pondok Aren; 10) Balaraja; dan 11) Pondok Gede (Wawancara dengan Sumaryoto, tanggal 8 Agustus 2023).
8 1. Berdirinya IKIP PGRI Jakarta (1971) Pendirian IKIP pada tahun 1971, oleh PGRI yang notabene organisasi guru, dilatarbelakangi oleh kebutuhan mendesak akan guru pada saat itu (Wawancara dengan Diding Zainudin, tanggal 12 Juni 2023). Sejak dimulainya Pelita I (1969‒1974), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (PdanK) melakukan penilaian secara sistematis dan mendalam tentang keadaan pendidikan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa keadaan pendidikan di Indonesia masih sangat menyedihkan. Permasalahan pendidikan pada periode tersebut di antaranya kurangnya daya tampung, tingginya anak putus sekolah, rendahnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan keadaan ekonomi orang tua (Septiana, 2016). Hal tersebut diperparah rendahnya kualitas guru pada saat itu. Sebanyak 25% guru yang mengajar terkualifikasi, dan 60% sisanya semi terkualifikasi atau bahkan tidak terkualifikasi. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah saat itu adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan, yakni dengan membuka sekolah Instruksi Presiden (Inpres) pada tahun 1974‒1978. Berdasarkan kondisi pendidikan tersebut, kebutuhan akan guru menjadi terus meningkat. Hal inilah yang kemudian mendorong PGRI sebagai organisasi yang menaungi guru untuk membentuk LPT yang dapat menghasilkan guru. Hal itu diperkuat secara historis, PGRI memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan terutama guru. Salah satu cara untuk mencetak lulusan guru dengan mendirikan IKIP (Oktaviani, 2016). Pada tahun 1971, PGRI Jakarta membentuk IKIP PGRI Jakarta. IKIP PGRI Jakarta didirikan oleh para pengurus PGRI Kota Jakarta saat itu (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). IKIP PGRI Jakarta terdiri dari satu fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan) pada tahun 1971. Kegiatan pendidikan IKIP PGRI Jakarta diselenggarakan di Gedung SDN Koja yang berlokasi di
9 Kelurahan Koja, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. IKIP PGRI Jakarta yang saat itu masih berkembang, dipimpin oleh Amir Yahya Harahap yang menjabat sebagai rektor. Tokoh lainnya yang ikut terlibat dalam dinamika perkembangan IKIP PGRI Jakarta saat itu adalah T. Sunarto dan Hasan Unang. 2. Berdirinya IKIP PGRI Jaya (1974) Pada tanggal 1 Juli 1974, IKIP PGRI Jaya didirikan. Saat itu bertempat di gedung Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 28 Jakarta, Pasar Minggu, dengan Djoko Soetedjo sebagai rektornya. Saat itu IKIP PGRI Jaya memiliki tiga jurusan, antara lain Jurusan Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan), Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan MIPA (Matematika dan IPA). Pada saat itu juga, IKIP PGRI Jaya hanya meluluskan Diploma III (D-3). Sebenarnya,IKIP PGRI Jaya telah memiliki aset berupa tanah di Srengseng Sawah (kini SMP PGRI). Akan tetapi, karena belum tersedianya prasarana dan sarana yang memadai, IKIP PGRI Jaya tetap menggunakan SMAN 28 Jakarta Pasar Minggu sebagai tempat aktivitas perkuliahan. Pendirian Yayasan Pendidikan PGRI Jaya baru didirikan pada tanggal 20 Agustus 1977 untuk menaungi IKIP PGRI Jaya. Tiga tahun kemudian pada 1980, pengurus pusat PGRI mendirikan Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP) yang dikukuhkan melalui akta notaris Mohamad Ali, Nomor 21 tanggal 31 Maret 1980, di Jakarta. Pendirian YPLP PGRI bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada seluruh perguruan tinggi PGRI di Indonesia, agar PGRI sebagai lembaga pendidikan dapat berkembang di seluruh Indonesia. YPLP PGRI sendiri dibentuk setelah pemerintah mengeluarkan surat agar seluruh perguruan tinggi di Indonesia harus berbadan hukum atau yayasan (Wawancara dengan Achmad Sjamsuri dan Asep Setiadi, tanggal 20 Juni 2023).
10 Selanjutnya pada tahun 1981, IKIP PGRI Tanjung Priok menggabungkan diri secara administrasi dengan IKIP PGRI Jaya. Akan tetapi, meskipun sudah bergabung dengan IKIP PGRI Jaya, aktivitas perkuliahannya tetap dilaksanakan di Tanjung Priok. Hal ini dikarenakan saat itu banyak mahasiswa berdomisili di sekitar daerah tersebut. Sampai akhirnya pada 1982, terjadi penggabungan IKIP PGRI Jakarta dengan IKIP PGRI Jaya menjadi STKIP PGRI Jakarta. C. Perkembangan STKIP PGRI Jakarta (1982‒2003) 1. Dinamika STKIP PGRI Jakarta (1982‒1993) Pada tahun 1982, atas rekomendasi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah II (Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan DKI Jakarta-Banten), IKIP PGRI Jakarta dan IKIP PGRI Jaya harus bergabung untuk mendapat status terdaftar. Oleh karena itu, berdasarkan rekomendasi tersebut terjadilah penggabungan antara IKIP PGRI Jakarta dengan IKIP PGRI Jaya menjadi STKIP PGRI Jakarta. STKIP PGRI Jakarta berada di bawah naungan YPLP PGRI dan dipimpin oleh Djoko Soetedjo sebagai rektor. Izin operasional STKIP PGRI Jakarta tertulis di dalam Keputusan Nomor 08/S Tahun 1982, tertanggal 21 April 1982 (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). Bergabungnya IKIP PGRI Jakarta dengan IKIP PGRI Jaya menjadi STKIP PGRI Jakarta membuat aktivitas perkuliahan tidak lagi berlangsung di SMAN 28 Jakarta, melainkan dipindahkan ke STM Penerbangan (kini SMKN 29 Jakarta) yang terletak di Jalan Prof. Joko Sutono, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan . Berdasarkan izin operasional tersebut, STKIP PGRI Jakarta terdiri dari tiga jurusan, yaitu Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan), Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Matematika. Selain itu, STKIP PGRI Jakarta juga membuka kelas jauh yang berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara di bawah kepemimpinan Tarmizi dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat di bawah
11 kepemimpinan Makmun (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). Pada tahun 1983, terjadi peralihan wewenang pembinaan dan pengembangan STKIP PGRI Jakarta dari YPLP PGRI Pusat ke YPLP PGRI DKI Jakarta. Peralihan ini dapat dilihat dari Surat Keputusan (SK) YPLP PGRI Pusat Nomor 256/SK-YPLP/PGRI/1983 tanggal 1 April 1983, mengenai pelimpahan wewenang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan STKIP PGRI Jakarta dari YPLP PGRI Pusat ke YPLP PGRI DKI Jakarta yang dikukuhkan melalui akta notaris Mohamad Ali Nomor 13 tanggal 12 Agustus 1983. YPLP DKI Jakarta sendiri dibentuk bertujuan untuk melaksanakan program pembangunan nasional dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di tingkat provinsi. Berdasarkan surat keputusan tersebut, mulai saat itu STKIP PGRI Jakarta di bawah pembinaan YPLP PGRI DKI Jakarta. Pada tahun yang sama, berdiri STKIP PGRI Ciputat. Seperti STKIP PGRI lainnya, STKIP PGRI Ciputat berdiri sendiri, sehingga bukan merupakan bagian dari STKIP PGRI Jakarta. Keduanya memiliki pengelolaan yang terpisah, meskipun sama-sama menyandang nama PGRI. STKIP PGRI Ciputat memiliki dua jurusan, yaitu Pendidikan Dunia Usaha (PDU) yang kini dikenal dengan Jurusan Ekonomi, dan Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Ciputat berada di bawah kepemimpinan A. Djazuli. Sementara itu, tokoh STKIP PGRI Ciputat lainnya, antara lain Entjub Tjubri Suwanda yang menjabat sebagai Pembantu Ketua (Puket) Bidang Akademik; Ramli Zakaria sebagai Puket Bidang Administrasi Umum; dan Asep Setiadi sebagai Puket Bidang Kemahasiswaan. Selain itu, Ketua Jurusan (Kajur) PDU dijabat oleh Sumaryoto; sedangkan Kajur Pendidikan Sejarah dijabat oleh Sutia Rahardja. Pada bulan Februari 1984, terjadi pergantian ketua di STKIP PGRI Jakarta, yang semula diketuai oleh Djoko Sutedjo beralih kepada Ahmad Soebroto. Serah terima Ketua STKIP PGRI Jakarta ini dilaksanakan di
12 gedung SMP PGRI Srengseng Sawah, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Gedung SMP PGRI Srengseng Sawah sendiri merupakan aset milik Yayasan Pendidikan PGRI Jaya. Pergantian pimpinan tersebut disusul dengan peralihan semua usaha, aktivitas, dan aset dari Yayasan Pendidikan PGRI Jaya ke YPLP DKI Jakarta (sekarang YPLP Dikdasmen DKI Jakarta) pada tanggal 4 Juli 1984. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0331/0/1985 tertanggal 27 Juli 1985, STKIP PGRI Jakarta yang statusnya telah terdaftar diharuskan melakukan penataan nama-nama jurusan. Oleh karena itu, berdasarkan surat keputusan tersebut terjadi perubahan nama-nama jurusan STKIP PGRI Jakarta, antara lain Jurusan Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan) menjadi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB); Pendidikan Bahasa dan Seni menjadi Pendidikan Bahasa Inggris; dan Pendidikan MIPA (Matematika dan IPA) menjadi Pendidikan Matematika. Saat itu STKIP PGRI Jakarta memiliki jenjang pendidikan Diploma III (D-3) dan Strata Satu (S-1). Berdasarkan persetujuan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kakanwil Depdikbud) DKI Jakarta pada tahun 1985, aktivitas perkuliahan STKIP PGRI Jakarta yang sebelumnya tersebar di beberapa tempat, seperti Tanjung Priok, Kebon Jeruk, dan Pasar Minggu, serta seluruh aktivitas administrasi STKIP PGRI Jakarta, disatukan menjadi satu tempat di gedung STM Penerbangan yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan status sewa. Aktivitas perkuliahan yang berlangsung di STM Penerbangan dilaksanakan dari sore hingga malam hari. Hal ini dikarenakan dari pagi hingga siang, gedung STM Penerbangan digunakan untuk aktivitas pembelajaran. Selain karena alasan digunakannya gedung STM Penerbangan untuk pembelajaran, saat itu mayoritas mahasiswa STKIP PGRI Jakarta adalah pegawai dan pekerja (Wawancara dengan Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023).
13 Gambar 1. STM Penerbangan Saat Ini Sumber: Dokumen Tim Penyusun Setahun kemudian, pada tahun 1986, STKIP PGRI Ciputat bergabung ke dalam STKIP PGRI Jakarta. Bergabungnya STKIP PGRI Ciputat menjadikan STKIP PGRI Jakarta memiliki lima jurusan, antara lain PPB, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, PDU, dan Pendidikan Sejarah. Perkuliahan pun tetap dilaksanakan di STM Penerbangan (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). Pada tahun yang sama, kembali terjadi peralihan pembinaan, pengelolaan, dan pengembangan STKIP PGRI Jakarta dari YPLP DKI Jakarta kepada YPLP PGRI Pusat. Peralihan tersebut dilatarbelakangi oleh tidak berkembangnya STKIP PGRI Jakarta di bawah binaan YPLP PGRI DKI Jakarta. Hingga akhirnya pada tahun 1987, STKIP PGRI Jakarta membuka jurusan baru, yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga menjadikan STKIP PGRI Jakarta memiliki enam jurusan yang mulai berjalan pada tahun akademik 1986/1987. Menjelang akhir kepemimpinan Ahmad Soebroto sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta pada tanggal 11 Desember 1989, STKIP PGRI Jakarta mengadakan wisuda pertamanya yang diselenggarakan di gedung Pimpinan Besar (PB) PGRI, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pada acara wisuda tersebut, STKIP PGRI Jakarta berhasil meluluskan wisudawan sebanyak 81 orang, baik jenjang Diploma III (D-3) maupun sarjana (S-1).
14 Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1990, terjadi pergantian kepemimpinan di STKIP PGRI Jakarta, dari Ahmad Soebroto kepada M. Sardja. Masih pada tahun 1990, terdapat dua program studi yang mendapatkan status terdaftar, yaitu Program Studi Pendidikan Dunia Usaha dan Program Studi Pendidikan Sejarah yang berada di bawah naungan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) dengan surat keputusan Mendikbud RI Nomor 543/0/1990 tertanggal 18 Agustus 1990. Setahun kemudian, yakni pada 1991, giliran jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mendapatkan status terdaftar dengan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor 0327/0/1991 tertanggal 15 Juni 1991. Tidak hanya itu, terjadi juga reorganisasi jurusan di STKIP PGRI Jakarta. Reorganisasi dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Sistem Pendidikan Tinggi. Hasil pereorganisasian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Jurusan yang Ada di STKIP PGRI Jakarta Tahun 1990 Jurusan Program Studi Ilmu Pendidikan Pendidikan Psikologi dan Bimbingan Pendidikan Bahasa dan Seni Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam Pendidikan Matematika Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Dunia Usaha Pendidikan Sejarah Pada awal tahun akademik 1991/1992, di bawah kepemimpinan M. Sardja, aktivitas perkuliahan dan administrasi STKIP PGRI Jakarta berpindah dari STM Penerbangan ke bekas gedung SPG (sekarang SMPN 239 Jakarta) di Jalan Nangka, Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Pada tahun 1992, M. Sardja selaku pimpinan STKIP PGRI Jakarta diangkat menjadi Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta (sekarang UNJ). Oleh
15 karena itu, mulai tanggal 6 Mei 1992, M. Sardja resmi mengundurkan diri dari jabatan Ketua STKIP PGRI Jakarta. Untuk mengisi kekosongan pimpinan yang terjadi di STKIP PGRI Jakarta kemudian dipimpin secara kolektif. Kepemimpinan kolektif tersebut terdiri dari 1 ketua dan 4 anggota, dimana ketua dijabat oleh Barnawi, serta keanggotaannya terdiri dari Soepijadi, Sumaryoto, Soedjiran, dan Entjub Tjubri Suwanda. Baru kemudian pada tahun 1993, berdasarkan rekomendasi Rapat Senat STKIP PGRI Jakarta dikukuhkan oleh pengurus pusat YPLP PGRI Pusat melalui Surat Keputusan Nomor 189A/SK/YPLP-PGRI/8/1993. Berdasarkan surat keputusan tersebut, terbentuklah kepengurusan STKIP PGRI Jakarta yang baru, yaitu Entjub Tjubri Suwanda sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta; Sumaryoto sebagai Pembantu Ketua Bidang Akademik; Agus Setiawan sebagai Pembantu Ketua Administrasi Umum dan Keuangan; Mahya Hadim sebagai Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan; Supardi Uki Sajiman sebagai Kepala Bagian Administrasi Akademik; dan M. Kusnadi sebagai Kepala Bagian Administrasi Umum. Tahun 1990, menjadi awal krisis yang dihadapi STKIP PGRI Jakarta. Permasalahan yang dihadapi oleh STKIP PGRI Jakarta terus bertambah. STKIP PGRI Jakarta tidak dapat lagi menggunakan STM Penerbangan sebagai lokasi perkuliahan dan administrasi. Tidak ada alasan yang cukup jelas mengapa STKIP PGRI Jakarta tidak dapat lagi menggunakan STM Penerbangan sebagai lokasi aktivitas perkuliahan dan administrasi. Akan tetapi, setidaknya diketahui tiga alasan atas hal tersebut yang diperoleh melalui wawancara Pertama, STM Penerbangan melakukan renovasi gedung, sehingga aktivitas perkuliahan dan administrasi tidak dapat dilakukan saat itu. Kedua, STKIP PGRI Jakarta tidak mampu lagi membayar biaya sewa STM Penerbangan yang saat itu mengalami kenaikan. Ketiga, gedung STM Penerbangan tidak disewakan setelah renovasi (Wawancara dengan Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023). Oleh
16 karena itu, untuk mempertahankan eksistensinya, STKIP PGRI Jakarta harus mencari tempat baru sebagai tempat pelaksanaan kegiatannya. Pencarian lokasi baru untuk STKIP PGRI Jakarta akhirnya menemukan titik terang. STKIP PGRI Jakarta dapat mempergunakan eks gedung SPG 3 Pasar Minggu yang berlokasi di Jalan Nangka, Tanjung Barat yang saat ini adalah gedung SMPN 239 Jakarta. Akan tetapi, saat itu kondisi bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu jauh berada di bawah STM Penerbangan sebagai lokasi pendahulunya. Hal ini dikarenakan saat itu gedung SPG 3 Pasar Minggu merupakan bangunan kosong yang tidak terpakai, maka kondisinya sangat memprihatinkan. Keprihatinan yang dihadapi saat itu, seperti tidak tersedianya listrik di bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu. Hal ini tentu sangat mengganggu kegiatan STKIP PGRI Jakarta. Apalagi meski telah pindah ke bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu, aktivitas perkuliahan tetap berlangsung pada malam hari, dari pukul 19.00 hingga pukul 21.00. Selain itu, pelaksanaan perkuliahan berjalan hanya dengan mengandalkan lampu petromaks dan lilin sebagai sumber penerangan. Kondisi miris tersebut tidak hanya sangat mengganggu aktivitas perkuliahan maupun administrasi STKIP PGRI Jakarta, melainkan berdampak pada penurunan jumlah dosen akibat banyak yang mengundurkan diri, serta penurunan jumlah mahasiswa yang cukup drastis dari 240 mahasiswa menjadi 150 mahasiswa (Wawancara dengan Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023). 2. Masa Krisis STKIP PGRI Jakarta (1993‒1997) Seperti yang telah dibahas sebelumnya, krisis yang dialami oleh STKIP PGRI Jakarta dimulai pada tahun 1993. Dimulai dari mundurnya M. Sardja sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta, pindahnya aktivitas perkuliahan dan administrasi STKIP PGRI Jakarta dari STM Penerbangan ke bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu, penurunan jumlah dosen akibat
17 banyak yang mengundurkan diri, hingga penurunan jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta. Banyaknya permasalahan tersebut membuat para pengurus harus segera mencari solusi untuk mempertahankan eksistensi STKIP PGRI Jakarta. Sampai akhirnya secara perlahan STKIP PGRI Jakarta mencoba untuk keluar dari berbagai permasalahan. Masalah pertama yang muncul adalah terkait penurunan dosen. STKIP PGRI Jakarta mencoba mengatasi permasalahan kekurangan dosen akibat banyaknya dosen yang mengundurkan diri. Saat itu merupakan hal yang wajar, jika seorang dosen mengajar di dua kampus. Seperti yang terjadi pada STKIP PGRI Jakarta, sebagian dosen yang mengajar merupakan dosen-dosen yang memiliki homebase di IKIP Jakarta yang saat ini berubah nama menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) (Wawancara dengan Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023). Hal itu membuat STKIP PGRI Jakarta tidak bisa mempertahankan dosen untuk tidak mengundurkan diri. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, STKIP PGRI Jakarta melakukan rekrutmen dosen secara besar-besaran. Rekrutmen dosen ini menyasar kepada para alumni terbaik STKIP PGRI Jakarta dari berbagai jurusan. Bergabunglah nama-nama seperti Heru Sriyono, Supojo Rahardjo, Iding Kardi yang merupakan para lulusan terbaik STKIP PGRI Jakarta menjadi dosen di STKIP PGRI Jakarta. Mereka inilah yang di kemudian hari berjuang bersama-sama dengan Supardi Uki Sajiman dan para pimpinan lainnya untuk membesarkan STKIP PGRI Jakarta. Masalah berikutnya adalah kurangnya mahasiswa. Untuk mengatasi permasalahan kekurangan jumlah mahasiswa, STKIP PGRI Jakarta melakukan beberapa cara sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Pada tahun 1994, jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta secara keseluruhan hanya berjumlah 150 orang. Sementara itu, Jurusan PPB dan Pendidikan Sejarah memiliki jumlah mahasiswa yang paling sedikit. Saat itu, Jurusan PPB hanya memiliki delapan mahasiswa dari seluruh tingkat. Jumlah yang sangat sedikit membuat Ketua STKIP PGRI Jakarta
18 saat itu, membuat Entjub Tjubri Suwanda berniat untuk membubarkan Jurusan PPB. Akan tetapi, niat tersebut dibatalkan karena salah seorang dosen PPB, sekaligus alumni Jurusan PPB STKIP PGRI Jakarta, Heru Sriyono, meminta kesempatan kepada Sumaryoto selaku Puket Bidang Akademik saat itu untuk membangun Jurusan PPB (Wawancara dengan Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023). Heru Sriyono diberikan kesempatan sebanyak dua semester pada tahun akademik 1994/1995 untuk mencari calon mahasiswa Jurusan PPB. Usaha kerasnya kemudian membuahkan hasil yang baik dan bahkan melampaui target yang telah dibuat. Pada kesempatan semester pertama, Heru Sriyono berhasil mendapatkan sebanyak 60 calon mahasiswa jurusan PPB dan terus meningkat pada tahun-tahun setelahnya. Pada periode 1995‒1996, terjadi pergantian pimpinan STKIP PGRI Jakarta, di antaranya diangkatnya M. Kusnadi sebagai Puket Bidang Administrasi Umum dan Keuangan menggantikan Agus Setiawan yang mengundurkan diri pada tahun 1995. Kemudian diangkatnya M. Turmudi sebagai Kepala Bagian (Kabag) Administrasi Umum. Selanjutnya pada tahun 1996, Supardi mengundurkan diri dari jabatan Kepala Bagian (Kabag) Akademik, karena berkonsentrasi untuk mengelola jurusan. Jabatannya digantikan oleh Heru Sriyono yang kala itu pun menjabat sebagai Sekretaris Jurusan (Sekjur) PPB. Pergantian struktural tersebut dirasa perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja STKIP PGRI Jakarta. Sementara itu, mengenai gedung perkuliahan STKIP PGRI Jakarta yang masih kurang memadai, menjadi permasalahan yang paling kompleks dihadapi STKIP PGRI Jakarta. Pada tahun 1995, dilakukan pemugaran terhadap eks gedung SPG 3 Pasar Minggu yang rencananya akan dijadikan gedung SMPN 239 Jakarta. Proses pemugaran ini rencananya akan dilakukan selama lebih kurang dua tahun sampai
19 dengan tahun 1997. Alhasil, proses pemugaran ini memberikan dampak pada seluruh aktivitas STKIP PGRI Jakarta pada periode tersebut. Selama proses pemugaran bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu, seluruh aktivitas STKIP PGRI Jakarta dilaksanakan di Gedung STM Grafika Kahuripan, Tanjung Barat, dengan status menyewa. Akan tetapi terdapat permasalahan, yaitu kondisi STM Grafika saat itu dirasa kurang memadai dari segi fasilitas, dan tidak cukup luas untuk menampung seluruh kegiatan STKIP PGRI Jakarta. Walaupun demikian, dalam kondisi yang memprihatinkan, STKIP PGRI Jakarta tetap berjalan. Gambar 2. SMPN 239 Saat Digunakan Gedungnya untuk Perkuliahan STKIP PGRI Jakarta Sumber: Dokumen Unindra Pada tahun 1996, kondisi keuangan STKIP PGRI Jakarta dapat dikatakan tidak begitu baik. Hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta yang saat itu masih terbilang sedikit. Bahkan, dapat dikatakan jika pengeluaran yang harus ditanggung oleh STKIP PGRI Jakarta pada saat itu lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Sebagaimana kampus swasta pada umumnya, sebagian besar keuangan STKIP PGRI Jakarta masih bergantung pada pemasukan yang diperoleh dari biaya perkuliahan, yang dibayarkan oleh para mahasiswa. Akibat kondisi keuangan yang belum stabil dan pengeluaran yang cukup besar saat itu, STKIP PGRI Jakarta juga mengalami kesulitan untuk membayar gaji para pegawainya, termasuk dosen. Saat itu, di kalangan para dosen
20 dikenal suatu anekdot yang disebut sistem Peraturan Gaji Allah (PGA). Hal ini membuat sebagian besar pimpinan STKIP PGRI Jakarta, seperti ketua jurusan dan program studi banyak yang enggan berkantor. Hanya sebagian kecil saja ketua jurusan dan program studi yang masih rajin berkantor, seperti Sumaryoto, Supardi, Elly D.K., dan Zulfa Hanum. Pada periode 1993‒1997, dapat dikatakan sebagai masa perjuangan terberat yang dihadapi oleh STKIP PGRI Jakarta untuk mempertahankan eksistensinya. Berbagai cobaan datang silih berganti, dimulai dari mundurnya M. Sardja sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta, disusul dengan banyaknya dosen yang mengundurkan diri, menurunnya mahasiswa STKIP PGRI Jakarta secara drastis setelah kepindahan dari gedung STM Penerbangan ke bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu, dan terakhir harus dipindahkannya proses perkuliahan STKIP PGRI Jakarta dari bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu ke STM Grafika Kahuripan yang kondisinya tidak kalah menyedihkan dengan tempat sebelumnya. Meski didera dengan berbagai kesulitan tersebut, beberapa pimpinan dan para dosen STKIP PGRI Jakarta masih tetap menjalankan aktivitasnya, sambil terus menjaga asa dan keyakinan jika kondisi akan membaik dan berubah. Barulah pada tahun 1997 terjadi turning point (titik balik) atas kebangkitan STKIP PGRI Jakarta sampai dengan perubahannya menjadi Unindra pada tahun 2004. 3. Masa Kebangkitan STKIP PGRI Jakarta (1997‒2003) Tahun 1997, menjadi titik balik kebangkitan STKIP PGRI Jakarta. Secara perlahan namun pasti, STKIP PGRI Jakarta mulai keluar dari satu per satu permasalahan yang mendera sejak tahun 1993. Kebangkitan STKIP PGRI Jakarta pada tahun 1997, dimulai dengan dibukanya kelas program intensif (saat ini nonreguler) yang diawali dengan pelaksanaan seminar umum. Seminar umum tersebut digagas oleh Sumaryoto dan diketuai oleh Zulfa Hanum. Salah satu narasumber dalam seminar tersebut adalah Kemala Motik Abdul Gafur yang merupakan pendiri dan
21 rektor pertama Universitas Indonesia Esa Unggul (saat ini Universitas Esa Unggul). Seminar tersebut bertujuan untuk mengundang para guru yang berada di Jakarta dan sekitarnya, sekaligus bermaksud menjaring aspirasi. Seminar ini berhasil menjaring aspirasi dari guru dan masyarakat umum, yaitu hambatan yang mereka temukan ketika ingin melanjutkan studi lanjut ke perguruan tinggi adalah perihal pendanaan dan waktu. Selain itu, para guru dan masyarakat umum yang hadir pada kegiatan seminar tersebut juga menyampaikan harapan agar STKIP PGRI Jakarta dapat membuka kelas intensif. Dari aspirasi itulah, kemudian STKIP PGRI akhirnya membuka kelas intensif yang dimulai pada tahun akademik 1997/1998. Adapun waktu perkuliahannya dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu. Kelas intensif terbilang sukses karena berhasil menyerap banyak calon mahasiswa. Tercatat sebanyak 200 mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang, seperti guru maupun pegawai sebagai mahasiswa STKIP PGRI Jakarta pada tahun akademik 1997/1998. Salah satu jurusan yang mendapatkan banyak calon mahasiswa pada saat itu adalah Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (saat ini BK). Hingga akhirnya pada tahun 1998, jumlah calon mahasiswa STKIP PGRI Jakarta kembali meningkat sebanyak 400 calon mahasiswa. Peningkatan jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta secara perlahan ikut memperbaiki kondisi keuangan kampus. Pada tahun 1997, tepatnya tanggal 11 Januari 1997, dibentuklah Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi (YPLP-PT) PGRI DKI Jakarta, melalui akta notaris Januar Hamid Nomor 3. Tugas YPLP-PT sendiri adalah mengelola, menyelenggarakan, dan membina lembaga pendidikan tinggi yang bersifat nasional, berada di bawah naungan PGRI. Dengan pembentukan YPLP-PT ini, membuat STKIP PGRI Jakarta di bawah binaan YPLP-PT. Tugas utama dari lembaga ini adalah
22 mencari atau mengusahakan prasarana pendidikan, baik dalam bentuk tanah maupun gedung, untuk STKIP PGRI Jakarta. Dengan dibentuknya YPLP-PT PGRI DKI Jakarta, pembinaan STKIP PGRI Jakarta diserahkan dari YPLP Pusat kepada YPLP-PT PGRI DKI Jakarta sebagai Badan Pelaksana Harian (BPH). Tugas utama YPLP-PT untuk mengusahakan dan mencarikan prasarana pendidikan yang akan dipergunakan oleh STKIP PGRI Jakarta. Pada tahun 1998, masa jabatan Entjub Tjubri Suwanda sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta telah habis. Oleh karena itu, dilaksanakan Rapat Senat STKIP PGRI Jakarta untuk memilih ketua baru. Terdapat cerita menarik di balik proses pemilihan tersebut. Sumaryoto yang kala itu menjabat sebagai Puket Bidang Akademik menolak untuk dicalonkan diri sebagai ketua, dan memilih untuk tetap menjadi Puket Bidang Akademik. Akan tetapi, di dalam Rapat Senat STKIP PGRI Jakarta yang dihadiri oleh 15 anggota senat, Sumaryoto mendapatkan 11 suara, sehingga menjadikannya menjadi salah satu calon ketua. Di dalam pemilihan Ketua STKIP PGRI Jakarta, Sumaryoto memenangkan 13 suara dibandingkan Entjub Tjubri Suwanda sebagai petahana yang hanya mendapatkan 2 suara. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Nomor 02/YPLP-PT/PGRI/VII/1998, Sumaryoto ditetapkan sebagai Ketua (sementara) STKIP PGRI Jakarta. Barulah kemudian setelah mendapatkan persetujuan dari Mendikbud yang diperkuat Surat Keputusan Nomor 348/RHS/MPK/98 tertanggal 25 Agustus 1998, dan melalui keputusan Pengurus YPLP PGRI Pusat Nomor 140A/SK/YPLP-PGRI/P/12/98 tertanggal 11 Desember 1998, Sumaryoto resmi menjadi Ketua STKIP PGRI Jakarta masa bakti 1998- 2002. Selain pemilihan ketua, terjadi perubahan dalam struktur pimpinan STKIP PGRI Jakarta periode 1998‒2002 sebagai berikut:
23 Tabel 2. Pembantu Ketua STKIP PGRI Tahun 1998-2002 Nama Jabatan Drs. Zulfa Hanum, MA. Pembantu Ketua Bidang Akademik Drs. H.M. Kusnadi Pembantu Ketua Bidang Adm. Umum Drs. Heru Sriyono Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan Dengan kerja sama yang kompak antara seluruh civitas akademika STKIP PGRI Jakarta di bawah kepemimpinan Sumaryoto dibantu oleh Supardi Uki Sajiman dan Irwan Agus pada 1998, semua program studi di STKIP PGRI Jakarta mendapatkan status diakui. Hal tersebut merupakan bentuk dari perjuangan yang tidak kenal menyerah. Adapun daftar program studi yang ada saat itu adalah sebagai berikut: Tabel 3. Program Studi STKIP PGRI Jakarta yang Diakui Tahun 1998 Program Studi SK Diakui Tanggal Pendidikan Matematika 153/DIKTI/Kep 1998 25 Mei 1998 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 153/DIKTI/Kep 1998 25 Mei 1998 Bimbingan dan Konseling 153/DIKTI/Kep 1998 25 Mei 1998 Pendidikan Ekonomi 409/DIKTI/Kep 1998 5 November 1998 Pendidikan Bahasa Inggris 452/DIKTI/Kep 1998 18 Desember 1998 Pendidikan Sejarah 452/DIKTI/Kep 1998 18 Desember 1998 Kepengurusan STKIP PGRI Jakarta yang baru mendapatkan tantangan cukup berat. Tantangan pertama yang harus mereka hadapi adalah akreditasi yang akan dilangsungkan pada tahun 1999. Akan tetapi, saat itu kondisi STKIP PGRI Jakarta belum cukup baik. Perlu diingat, meskipun jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta terus meningkat karena adanya kelas intensif, STKIP PGRI Jakarta belum memiliki gedung sendiri. Permasalahan lain yang dihadapi oleh STKIP PGRI Jakarta adalah sebagian dosennya belum memiliki jabatan fungsional. Hal ini dikarenakan para dosen saat itu belum melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Wawancara dengan Achmad Sjamsuri dan Asep Setiadi, tanggal 20 Juni 2023). STKIP PGRI Jakarta kemudian segera mengatasi permasalahan dosen dengan
24 mendorong para dosen untuk melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengembangkan Jurnal Faktor yang saat itu masih sangat sederhana. Mengenai gedung perkuliahan, para pimpinan kemudian mencari cara agar mendapatkan tempat yang dapat dijadikan lokasi STKIP PGRI Jakarta, khususnya saat menjelang akreditasi 1999. Akhirnya diputuskan bahwa SMA 3 PGRI dan SMP 12 PGRI Pondok Labu sebagai lokasi STKIP PGRI Jakarta. Akan tetapi, pada saat itu SMA 3 PGRI dan SMP 12 PGRI Pondok Labu tidak memiliki ruang yang dapat dipergunakan untuk aktivitas STKIP PGRI Jakarta. Akhirnya karena kondisi tersebut, STKIP PGRI Jakarta membangun dua kelas sebagai tempat aktivitas administrasi di SMA 3 PGRI Pondok Labu. Dipilihnya kedua sekolah tersebut terinspirasi dari hasil kunjungan Ketua STKIP PGRI Jakarta yang saat itu ke Palembang. Di sana, Sumaryoto mengunjungi ‘kompleks’ pendidikan PGRI yang terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi di dalam satu lokasi. Sampai akhirnya SMA 3 PGRI Pondok Labu dijadikan lokasi perkuliahan STKIP PGRI Jakarta hingga selesainya akreditasi tahun 1999. Hasil akreditasi STKIP PGRI Jakarta tahun 1999, dapat dikatakan cukup baik dengan memperoleh status terakreditasi, yang pada sistem akreditasi sebelumnya adalah terdaftar, diakui, atau disamakan. Status terakreditasi yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Program Studi STKIP PGRI Jakarta yang Teakreditasi Tahun 1999 Program Studi SK dan Tanggal Peringkat Bimbingan dan Konseling 019/BAN-PT/Ak1V/VII/2000 (10 Agustus 2000) B Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 019/BAN-PT/Ak1V/VII/2000 (10 Agustus 2000) B Pendidikan Bahasa Inggris 019/BAN-PT/Ak1V/VII/2000 (10 Agustus 2000) B
25 Program Studi SK dan Tanggal Peringkat Pendidikan Matematika 021/BAN-PT/Ak1V/VII/2000 (31 Agustus 2000) B Pendidikan Ekonomi 021/BAN-PT/Ak1V/VII/2000 (31 Agustus 2000) B Pendidikan Sejarah 021/BAN-PT/Ak1V/VII/2000 (31 Agustus 2000) C Meskipun hasil akreditasi STKIP PGRI Jakarta tahun 1999 dapat dikatakan cukup baik, masih terdapat pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh para pimpinan. Sampai tahun 2001, STKIP PGRI Jakarta masih melakukan aktivitasnya di dua lokasi berbeda. Lokasi pertama berada di SMA 3 PGRI dan SMP 12 PGRI Pondok Labu serta lokasi kedua berada di SMPN 239 Jakarta. Akan tetapi, para pimpinan tetap mengusahakan agar STKIP PGRI Jakarta dapat memiliki gedung perkuliahannya sendiri. Hal tersebut sangat penting, mengingat jumlah mahasiswa terus bertambah dan STKIP PGRI Jakarta semakin berkembang. Akhirnya pada tahun 2001, STKIP PGRI memperoleh aset berupa tanah seluas 1.750m2, yang nantinya di atas tanah itulah dibangun gedung perkuliahan STKIP PGRI Jakarta yang saat ini dikenal sebagai Gedung 1. Gambar 3. Acara Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmab) Tahun 2002 Sumber: Dokumen Unindra
26 Setahun berikutnya, STKIP PGRI Jakarta membuka kelas reguler pagi. Perkuliahannya dilaksanakan pada pagi hingga sore hari seperti kampus pada umumnya. Ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan STKIP PGRI Jakarta pada saat itu, karena pada periode-periode sebelumnya STKIP PGRI Jakarta hanya membuka kelas reguler sore dan intensif. Pembukaan kelas reguler pagi meningkatkan jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta dengan pesat. Pada tahun akademik 2002/2003 sebanyak 200 calon mahasiswa mendaftar pada kelas reguler pagi. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah calon mahasiswa kelas reguler pagi STKIP PGRI Jakarta terus meningkat. Hal itulah yang kemudian menjadi dorongan semangat bagi para pimpinan dan dosen STKIP PGRI Jakarta. Gambar 4. Perkuliahan di STKIP PGRI Jakarta Tahun 2000-an Sumber: Dokumen Unindra Hingga akhirnya pada tahun 2004, Gedung 1 STKIP PGRI Jakarta rampung dibangun, maka permasalahan mengenai tempat perkuliahan bisa dikatakan telah teratasi. Untuk pertama kalinya juga sejak didirikan STKIP PGRI Jakarta akhirnya memiliki gedung sendiri, baik untuk perkuliahan maupun pelayanan administrasi. Pendirian gedung ini sekaligus menjadi tonggak awal dari masa kebangkitan dan titik tolak perkembangan STKIP PGRI Jakarta sampai dengan perubahannya menjadi Universitas Indraprasta PGRI pada tanggal 6 September 2004.
27 BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN UNINDRA (2004‒2023) A. Transformasi STKIP menjadi Unindra 1. Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Menjadi Universitas Pembentukan Unindra tidak lepas dari perubahan yang terjadi di tubuh STKIP PGRI Jakarta pada rentang tahun 2002‒2003. Ide perubahan bentuk sekolah tinggi menjadi universitas digaungkan oleh Djoko Sutedjo yang saat itu menjabat Ketua YPLP-PT PGRI pada tahun 2000. Ada beberapa faktor yang membuat STKIP PGRI saat itu berubah bentuk menjadi universitas. Salah satunya adalah memperluas jangkauan mahasiswa yang ingin menempuh jenjang sarjana dengan menambah program studi non-kependidikan (Wawancara dengan Supeno, tanggal 6 Juni 2023 dan Sumaryoto, tanggal 21 Juni 2023). Selain itu, ada kebijakan dari pemerintah untuk mengubah IKIP menjadi universitas dengan tujuan untuk menghasilkan guru-guru yang mempunyai kompetensi keilmuan yang lebih baik. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perubahan IKIP menjadi Universitas. Dalam peraturan tersebut, perubahan bentuk IKIP menjadi universitas bertujuan meningkatkan mutu pendidikan melalui penguatan kompetensi dan profesionalisme guru dan dosen. Oleh karena itu, perubahan bentuk tersebut memberikan mandat yang lebih luas kepada eks IKIP untuk menyelenggarakan program studi kependidikan dan non-kependidikan. Peningkatan kemampuan penguasaan bidang keilmuan dilakukan dengan menyinergikan pengembangan dosen ilmu kependidikan dan non-kependidikan secara simultan dan berkelanjutan. Meskipun sudah tidak berbentuk IKIP lagi, universitas eks IKIP ini tetap menjalankan tugas besarnya sebagai produsen pendidik dan tenaga kependidikan (Faridah, 2014; Noor, 2013).
28 Ide dari Djoko Sutedjo tersebut tidak langsung disanggupi oleh pimpinan STKIP PGRI, karena dari segi jumlah mahasiswa dan infrastruktur belum mencukupi untuk berubah menjadi universitas. Sekitar dua tahun kemudian, perubahan bentuk tersebut mulai serius digarap. Langkah awal yang ditempuh saat itu adalah konsultasi dengan Kopertis Wilayah 3, di antaranya berkonsultasi secara intens dengan Irwan Agus. Salah satu syarat penting dalam perubahan bentuk dari sekolah tinggi ke universitas adalah harus memiliki minimal sepuluh program studi dengan enam program studi di antaranya adalah ilmu eksak (Wawancara dengan Sumaryoto, tanggal 21 Juni 2023). Perubahan bentuk STKIP PGRI Jakarta menjadi Universitas Indraprasta PGRI saat itu berada di bawah payung hukum atau badan penyelenggaranya adalah YPLP PGRI (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). Perubahan bentuk ini disahkan pada tanggal 6 September 2004, yang ditandai dengan terbitnya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 142/D/O/2004. Oleh karena itu, tanggal 6 September 2004, dijadikan sebagai hari jadi (dies natalis) Unindra. 2. Para Pendiri Unindra Berbicara mengenai perubahan bentuk dari STKIP PGRI Jakarta menjadi Unindra, tidak lepas dari peran beberapa individu yang saat itu merupakan senat STKIP PGRI Jakarta yang terdiri dari seorang ketua senat, seorang sekretaris senat, dan 17 anggota senat.Selain itu, terdapat peran juga dari pihak eksternal, yakni Kopertis Wilayah 3 atau Departemen Pendidikan Nasional di antaranya Suparman Ibrahim Abdullah, Irwan Agus, dan Heny Hayat (Wawancara dengan Taufik, tanggal 22 Juni 2023). Berikut ini rincian Senat Unindra yang ada pada saat itu.
29 Tabel 5. Senat Unindra tahun 2004 Nama Jabatan Sumaryoto, S.E., M.M. Ketua Drs. Supardi Uki Sajiman, M.M. Sekretaris Drs. Zulfa Hanum, M.A. Anggota Drs. Hartadi Anggota Drs. Heru Sriyono, M.M. Anggota Drs. H. Achmad Sjamsuri, M.M. Anggota Dra. Hj. Sartini, MM Anggota Benyamin H. Abubakar, S.S., M.Pd Anggota Sumardi, S.E., M.M. Anggota Dra. Elly D.K., M.M. Anggota Dra. Sumaryati Anggota Drs. Dudung Ahludin Anggota Dra. Hj. Siti Chamdiah, M.Pd. Anggota Dra. Zeinyta Azra Haroen, M.M. Anggota Drs. Sukarya Anggota Drs. H.A. Suwandi Anggota Drs. Supeno Anggota Akhmad Sefudin, S.E. M.M. Anggota Drs. Moch. Iskandar Anggota Adapun, rancangan perubahan bentuk STKIP PGRI Jakarta menjadi Unindra dapat terlacak dari rapat Tim Pengembangan Lembaga dan Tim Kerja Portofolio pada tanggal 18 April 2003 yang berlangsung selama 8 jam, mulai dari pukul 14.00 hingga 22.00 WIB di Wisma Departemen Agama Ciawi, Bogor. Selain perubahan bentuk STKIP PGRI Jakarta menjadi Unindra, agenda lainnya adalah menetapkan calon Rektor pertama Unindra yakni Sumaryoto, S.E, M.M., dan hasil kerja Tim Pengembangan Lembaga dibahas lebih lanjut dalam rapat senat STKIP PGRI Jakarta guna mendapat pertimbangan dan persetujuan (Lampiran 2). Sebagai tindak lanjut dari rapat Tim Pengembangan Lembaga dan Tim Kerja Portofolio, maka diadakan rapat Senat pada tanggal 25 April 2003 yang dimulai dari pukul 19.30 sampai dengan 20.30 WIB di Kampus STKIP PGRI Jakarta (Jl. Nangka No. 58, Tanjung Barat). Hasil rapat ini menyepakati hasil kerja Tim Pengembangan Lembaga dan selanjutnya dilaporkan ke YPLP PGRI Pusat (Lampiran 3).
30 3. Penamaan Unindra Nama bukan hanya kumpulan kata yang tidak memiliki arti dan makna tersendiri. Nama adalah sebuah doa atau harapan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, atau oleh seseorang dalam berbagai bidang. Nama juga menjadi sebuah lambang yang memiliki nilai-nilai filosofis bagi sebagian orang. Hal tersebut pula yang menjadi asal penamaan Universitas Indraprasta PGRI. Sebuah nama kerajaan dari Pandawa Lima yang terusir dari Kerajaan Astina dan kemudian memiliki filosofis yang digunakan dalam identitas Universitas Indraprasta PGRI (Wawancara dengan Anna Nurfarhana, tanggal 12 Juni 2023). Proses penamaan Unindra memiliki sejarah yang menarik. Kemenarikannya bukan hanya penemuan nama Indraprasta, melainkan juga dari proses perubahan nama singkat Universitas Indraprasta itu sendiri. Singkatan pertama yang dibuat adalah Universitas Indraprasta PGRI (UIP), tetapi karena terkesan kurang begitu terdengar menarik, berganti menjadi Unindra yang dikenal sampai saat ini. Penamaan Universitas Indraprasta PGRI itu sendiri, atau nama Indraprasta, dipilih oleh Sumaryoto yang saat itu menjabat sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta, tidak terlepas dari pemikiran visioner Sumaryoto yang berlatar belakang ilmu ekonomi. Sumaryoto berpikir bahwa sebuah organisasi, baik nirlaba maupun bisnis, harus melakukan inovasi. Inovasi tersebut dengan membentuk sebuah lembaga pendidikan tinggi tidak bersifat segmentasi saja. STKIP PGRI Jakarta yang dinilai hanya untuk rumpun ilmu pendidikan atau keguruan tidak bisa mengakomodasi keinginan masyarakat yang juga ingin menimba ilmu di luar rumpun pendidikan. Untuk itulah muncul ide atau pemikiran visioner mengubah STKIP PGRI Jakarta menjadi sebuah universitas yang pada tahun 2004, belum memiliki nama hingga akhirnya bernama Universitas Indraprasta PGRI.
31 Nama Indraprasta yang dipilih kemudian dan memiliki filosofi mendalam, muncul dengan ketidaksengajaan. Keluarga Sumaryoto yang memiliki unit rumah di Perumahan Telaga Kahuripan Bogor, jika ada waktu luang di akhir pekan selalu liburan ke sana, karena pada saat itu suasananya yang asri membuat nyaman untuk beristirahat atau liburan. Ada percakapan yang terjadi antara Sumaryoto dengan Anna Nurfarhana saat berlibur ke sana tentang inovasi mengubah STKIP PGRI Jakarta menjadi sebuah universitas yang tujuannya mengakomodasi berbagai program studi di luar ilmu kependidikan, namun belum mendapatkan inspirasi nama yang cocok yang sifatnya tidak segmentif. Masukan dari Anna Nurfarhana yang juga berlatar belakang ilmu marketing menguatkan hal tersebut dengan memberi masukan nama sebuah lembaga jangan segmentif seperti nama lembaga pendidikan yang sudah dikenal, seperti segmen agama maupun segmen lainnya yang terlalu sempit dan berdampak pada identitas lembaga. Setelah itu muncullah ide untuk penamaan yang lebih bersifat Nusantara seperti halnya nama universitas yang dikenal di Indonesia saat ini yang terinspirasi dari nama-nama kerajaan atau nama-nama raja seperti Brawijaya, Airlangga, Jayabaya, dan yang lainnya. Bahkan, ketika Sumaryoto yang waktu itu berkunjung ke Malang, di sana terdapat Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, lalu terinspirasi untuk membuat nama yang marketable (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023, Anna Nurfarhana, tanggal 12 Juni 2023, dan Sumaryoto, tanggal 21 Juni 2023).
32 Gambar 5. Klaster Bukit Indraprasta yang Menjadi Inspirasi Penamaan Unindra Sumber: https://www.realoka.com/pictures/20/rumah-perumahantelaga-kahuripan-20418868kgw.jpg Sampai akhirnya di Perumahan Telaga Kahuripan ada sebuah klaster bernama Bukit Indraprasta yang secara tidak disengaja menginspirasi Anna Nurfarhana yang disampaikan kepada Sumaryoto tentang penamaan universitas bernama Indraprasta. Setelahnya karena penasaran dengan makna nama Indraprasta sampai akhirnya dijelaskan oleh Sumaryoto bahwa Indraprasta adalah sebuah kerajaan yang digambarkan dalam lakon Babad Alas Wanamarta. Diceritakan dalam lakon tersebut Pandawa Lima terusir dari Kerajaan Astinapura lalu membangun kerajaan baru bernama Indraprasta yang pada awalnya berupa hutan sampai akhirnya menjadi kerajaan besar dan megah yang damai serta memberikan manfaat untuk semua (Wawancara dengan Anna Nurfarhana, tanggal 12 Juni 2023). Nama Indraprasta dipilih karena terasa sangat karismatik dan elegan, serta bukan kata-kata yang dianggap murahan. Hal tersebut pulalah yang membuat akhirnya nama universitas bernama Indraprasta yang hampir mirip secara filosofis dari awalnya tidak memiliki apa-apa sampai akhirnya menjadi sebuah lembaga yang sampai saat ini tetap bertahan dan memberikan manfaat dalam bidang pendidikan untuk masyarakat, terutama menengah ke bawah.
33 Karena sangat tertarik dengan nama Indraprasta dan sudah merasa cocok, baik dari Sumaryoto maupun Anna Nurfarhana, akhirnya nama tersebut dibawa ke rapat senat untuk diusulkan. Seperti gayung bersambut, pada saat rapat tidak ada yang memberikan usul untuk memberikan nama universitas, akhirnya Sumaryoto memberikan usul bernama Universitas Indraprasta PGRI. Kemudian pada awal 2004, nama tersebut diusulkan menjadi sebuah proposal yang berisi berbagai program studi yang tidak lagi segmentif dengan nama STKIP PGRI Jakarta. Selanjutnya ketika dicek, ternyata nama Indraprasta belum ada yang menggunakan sebagai sebuah nama universitas, dan dengan yakin pada akhirnya nama Universitas Indraprasta PGRI dipilih untuk mengganti STKIP PGRI Jakarta (Wawancara dengan Anna Nurfarhana, tanggal 12 Juni 2023). Nama Universitas Indraprasta PGRI bertahan hingga saat ini, dengan singkatan yang berubah pula, yaitu dari UIP menjadi Unindra yang disematkan oleh Sumaryoto. Akan tetapi, tidak menghilangkan filosofi Indraprasta itu sendiri yang tetap memberikan manfaat untuk masyarakat menengah ke bawah supaya mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Nama tersebut pulalah yang menjadi sebuah berkah karena yang pada awalnya tidak memiliki aset apa-apa, saat ini memiliki aset yang cukup banyak untuk mengakomodasi masyarakat mengenyam perguruan tinggi, baik di bidang pendidikan maupun di luar bidang pendidikan. Pandawa Lima yang menjadi pendiri nama Kerajaan Indraprasta juga tidak luput dari sorotan Sumaryoto dan Anna Nurfarhana sebagai pembawa berkah untuk semua. Hal tersebut dikarenakan Pandawa Lima yang dikenal masyarakat memiliki sifat yang jujur, amanah, peduli, dan memberikan manfaat untuk orang banyak, akhirnya dianut juga menjadi slogan Unindra, yaitu kampus yang peduli, mandiri, kreatif, dan adaptif. Jadi, Pandawa Lima yang ada di Kerajaan Indraprasta menjadi inspirasi
34 berikutnya oleh Sumaryoto yang diekspresikan oleh segenap keluarga besar Unindra. Walaupun Sumaryoto berlatar belakang seorang ekonom, keuntungan pribadi tidak menjadi pilihan. Pendidikan yang ideal yaitu hak untuk semua orang membuat salah satu identitas Unindra adalah universitas yang terjangkau dari segi biaya. Sumaryoto berpendapat jika biaya pendidikan yang mahal, sama artinya tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap pendidikan itu sendiri. Selain itu, dengan biaya pendidikan tinggi yang terjangkau, dapat memutus rantai kemiskinan itu sendiri, karena memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menempuh pendidikan tinggi. Hal tersebutlah yang menjadi filosofi dari Indraprasta itu sendiri (Wawancara dengan Anna Nurfarhana, tanggal 12 Juni 2023). 4. Pemilihan Logo Unindra Gambar 6. Logo Unindra Sumber: https://rekreartive.com/logo-unindra/ Pada awal tahun 2004, disayembarakan kepada mahasiswa untuk membuat logo kampus. Akan tetapi, karena tidak memenuhi persyaratan, maka logo tersebut dibuat oleh pihak eksternal, yakni Budi Prasetyo dari CV. Gemilang Pratama. Adapun, makna logo Unindra dapat dijabarkan sebagai berikut (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023):
35 1. Perisai segi lima: Unindra berada dalam satu wadah negara Indonesia yang berasaskan Pancasila. 2. Warna biru: Filosofinya adalah kesejukan, keteduhan, kedamaian, dan kekeluargaan. (Mewakili Unindra) 3. Gedung istana: Filosofinya diambil dari gedung yang dibangun berawal dari ketiadaan lalu menjadi ada. Hal ini menandakan hasil kerja keras, ketekunan, dan rida Tuhan Yang Maha Esa. (Mewakili Indraprasta) 4. Obor: Memiliki arti penerangan/penyuluhan/pencerahan dalam bidang pendidikan. (Mewakili PGRI) 5. Buku: Memiliki arti sebagai sumber ilmu pengetahuan. (Mewakili Universitas) 5. Perjuangan Unindra di Masa Awal Pembentukan Kondisi awal Unindra baru terbentuk mengalami banyak hambatan, bahkan disampaikan oleh Supardi Uki Sajiman (Wawancara tanggal 6 Juni 2023) bahwa Unindra berawal dari titik minus, bukan lagi titik nol. Hambatan tersebut terutama ada dalam hal pendanaan. Hal ini terjadi karena manajemen yang belum tertata baik, sehingga honorarium dan insentif dosen serta pegawai saat itu sempat terhambat. Saat itu pun terjadi rangkap jabatan. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Unindra saat itu. Selain itu, tujuan dari rangkap jabatan ini adalah efisiensi anggaran (Wawancara dengan Akhmad Sefudin, tanggal 5 Juni 2023 dan Supeno, tanggal 6 Juni 2023). Akan tetapi, dengan strategi yang cukup efektif dijalankan saat itu, membuat manajemen pun mulai tertata dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari jumlah mahasiswa yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan total mahasiswa yang kuliah di Unindra mencapai puluhan ribu (Wawancara dengan Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023 dan Taufik, tanggal 22 Juni 2023). Selain itu, tidak lepas dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang memperkuat
36 eksistensi pendidik sebagai tenaga profesional yang sama seperti profesi-profesi lainnya. Hal ini bisa dilihat dari kualifikasi akademik guru minimal sarjana (S-1) atau diploma empat (D-4), sedangkan kualifikasi akademik dosen minimal magister (S-2) atau doktor (S-3). Oleh karena itu, minat masyarakat untuk melanjutkan studi di Unindra pun meningkat. Sementara itu, terkait dengan proses kepemilikan tanah dan proses pembangunan infrastruktur di Unindra yang juga memiliki dinamika di dalam prosesnya, akan dibahas secara terpisah di subbab terakhir di dalam bab ini. B. Perkembangan Unindra 1. Izin Penyelenggaraan, Perpanjangan, dan Akreditasi Unindra A. 2004 Pada tahun 2004 terdapat tiga agenda. Pertama, perpanjangan izin penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Adapun keterangan perpanjangan izin tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 6. Izin Penyelenggaraan Program Studi Program Studi Surat Dirjen Dikti tgl. 20 Feb. 2004 Pendidikan Ekonomi No. 975/D/T/2004 Agenda kedua, akreditasi BAN-PT peringkat B Program Studi Pendidikan Ekonomi. Adapun keterangan akreditasi tersebut terlihat dalam tabel berikut. Tabel 7. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Pendidikan Ekonomi SK BAN-PT Tgl. 16 April 2004 No. 16/BAN-PT/Ak-VII/S1/IV/2004 Agenda ketiga, izin perubahan status STKIP menjadi universitas, dan penyelenggaraan program studi yang dibagi menjadi dua fakultas. Fakultas pertama adalah Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Ilmu Sosial (FIPPS) yang terdiri dari lima program studi, yaitu Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Ekonomi. Sementara itu fakultas kedua adalah Fakultas Teknik, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, yang terdiri dari tujuh program studi, yaitu Pendidikan
37 Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, Teknik Informatika, Teknik Industri, Arsitektur, dan Desain Komunikasi Visual. Adapun keterangan penyelenggaraan program studi tersebut terlihat dalam tabel berikut. Tabel 8. Izin Perubahan Status Perubahan STKIP menjadi Universitas dan Penyelenggaraan Program Studi Baru Program Studi Keterangan A. FIPPS Bimb. dan Konseling Pendidikan Bhs. dan Sastra Indonesia Pendidikan Bhs. Inggris Pendidikan Ekonomi Pendidikan Bhs. Inggris B. FTMIPA Pendidikan Matematika Pendidikan Biologi (baru) Pendidikan Fisika (baru) Teknik Informatika (baru) Teknik Industri (baru) Arsitektur (baru) Desain Komunikasi Visual (baru) SK Mendiknas No. 142/D/0/2004 Tgl. 6 September 2004 B. 2006 Pada tahun ini terdapat lima program studi yang melakukan reakreditasi BAN-PT, yaitu Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Matematika, Pendidikan Ekonomi, dan Pendidikan Bahasa Inggris. Adapun keterangan reakreditasi tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 9. Reakreditasi Ban-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Bimb. dan Konseling SK BAN-PT Tgl. 18 Mei 2006 No. 003/BAN-PT/AkX/S1/IV/2004 A Pendidikan Bhs. dan Sastra Indonesia Pendidikan Matematika Pendidikan Ekonomi SK BAN-PT Tgl. 18 Mei 2006 No. 005/BAN-PT/AkX/S1/IV/2004 Pendidikan Bhs. Inggris
38 Agenda selanjutnya terjadi perpanjangan izin penyelenggaraan program studi dengan lima program studi yang saat itu ada, yaitu Program Studi Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, Teknik Informatika, Teknik Industri, dan Arsitektur. Adapun keterangan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 10. Izin Perpanjangan Penyelenggaran Program Studi Program Studi SK Mendiknas Pendidikan Biologi No. 4798/D/T/2006 Tgl. 19 Des. 2006 Pendidikan Fisika No. 4797/D/T/2006 Tgl. 19 Des. 2006 Teknik Informatika No. 4799/D/T/2006 Tgl. 19 Des. 2006 Teknik Industri No. 4796/D/T/2006 Tgl. 19 Des. 2006 Arsitektur No. 4795/D/T/2006 Tgl. 19 Des. 2006 Desain Komunikasi Visual No. 4800/D/T/2006 Tgl. 19 Des. 2006 C. 2007 Berdasarkan hasil akreditasi BAN-PT tahun 2007, program studi di Unindra mendapatkan nilai B dan C. Masing-masing program studi yang mendapatkan nilai tersebut, adalah Pendidikan Biologi yang mendapat peringkat B, sedangkan Pendidikan Fisika, Teknik Informatika, Teknik Arsitektur, dan Desain Komunikasi Visual mendapat peringkat C. Adapun keterangan masing-masing program studi, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 11. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Pendidikan Biologi SK BAN-PT Tgl. 14 Sept. 2007 No. 022/BAN PT/AK-X/IX/2007 C Pendidikan Fisika SK BAN-PT Tgl. 25 Agt. 2007 No. 019/BAN PT/AK-X/S1/VII/2007 Teknik Informatika SK BAN-PT Tgl. 14 Des. 2007 No. 030/BAN-PT/AK-X/S1/VII/2007 Teknik Arsitektur SK BAN-PT Tgl. 14 Sept. 2007 No. 022/BAN PT/AK-X/TX/2007 Desain Komunikasi Visual SK BAN-PT Tgl. 26 Nov. 2007 No. 028/BAN-PT/AK-X/S1/XI/2007 Pada tahun ini, Unindra juga membuka Program Pascasarjana, yaitu Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Magister Pendidikan
39 MIPA, dan Magister Pendidikan IPS. Adapun keterangan program studi yang membuka kelas Pascasarjana, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 12. Pembukaan Program Pascasarjana Program Studi Keterangan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Magister Pendidikan MIPA Magister Pendidikan IPS Izin Dirjen Dikti: No. 2902/D/T/2007 Tgl. 28 September 2007 D. 2008 Tahun ini ada satu program studi yang melaksanakan akreditasi BAN-PT, yaitu Program Studi Teknik Industri. Adapun keterangan akreditasi program studi tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 13. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan C Teknik Industri SK BAN-PT Tgl. 12 Januari 2008 No. 032/BAN-PT/AK-X/S1/1/2008 Setelah melaksanakan akreditasi, agenda selanjutnya yaitu melakukan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi yaitu Program Studi Pendidikan Matematika, Bimbingan dan Konseling, Penddidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Ekonomi, dan Pendidikan Sejarah. Adapun keterangan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 14. Izin Perpanjangan Penyelenggaraan Program Studi Program Studi Keterangan Pendidikan Matematika 4011/D/T/2008 Tgl. 14 Nov. 2008 Bimbingan dan Konseling 4012/D/T/2008 Tgl. 14 Nov. 2008 Pendidikan Bahasa Inggris 4013/D/T/2008 Tgl. 14 Nov. 2008 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 4014/D/T/2008 Tgl. 14 Nov. 2008 Pendidikan Ekonomi 4015/D/T/2008 Tgl. 14 Nov. 2008 Pendidikan Sejarah 4016/D/T/2008 Tgl. 14 Nov. 2008 E. 2009 Pada tahun ini terdapat tiga program studi yang melaksanakan akreditasi BAN-PT. Ketiga program studi tersebut adalah Program
40 Studi Teknik Informatika, Pendidikan Fisika, dan Pendidikan Sejarah. Adapun keterangan dari ketiga program tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 15. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Teknik Informatika SK.BAN-PT Tgl. 19 Juni 2009 No. 015/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009 Pendidikan Fisika SK.BAN-PT Tgl. 19 Juni 2009 No. 027/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009 Pendidikan Sejarah SK.BAN-PT Tgl. 23 Mei 2009 No. 010/BAN-PT/AK-XII/V/2009 Selain melaksanakan akreditasi, pada tahun ini Unindra membuka Program Pascasarjana. Program studi yang dibuka pada tahun tersebut adalah Magister Pendidikan Bahasa Inggris. Keterangan Program Pascasarjana tersebut, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 16. Pembukaan Program Pascasarjana Program Studi Keterangan Magister Pendidikan Bahasa Inggris Izin Dirjen Dikti No. 194/D/T/2009 Tgl. 30 Okt. 2009 F. 2010 Pada tahun ini Unindra melakukan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi yang sebelumnya pada tahun 2007 program ini baru saja dibuka. Program Studi tersebut adalah Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Magister Pendidikan MIPA, dan Magister Pendidikan IPS. Adapun Keterangan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi tersebut, terlihat dalam tabel berikut Tabel 17. Izin Perpanjangan Program Pascasarjana Program Studi Keterangan Izin Dirjen Dikti Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 1605/D/T/K/III/2010 Tgl. 18 Mar. 2010 Magister Pendidikan MIPA 1603/D/T/K/III/2010 Tgl. 18 Magister Pendidikan IPS Mar. 2010 G. 2011 Pada tahun ini terdapat tiga program studi yang melaksanakan akreditasi BAN-PT dengan hasil B. Ketiga program studi tersebut
41 adalah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bimbingan dan Konseling, dan Pendidikan Bahasa Inggris. Adapun keterangan akreditasi BAN-PT ketiga program studi tersebut terlihat dalam tabel berikut. Tabel 18. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi SK BAN-PT Tgl. 28 Juli 2011 B Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 016/BAN-PT/AkXIV/S1/VII/2011 Bimbingan dan Konseling 016/BAN-PT/AkXIV/S1/VII/2011 Pendidikan Bahasa Inggris 016/BAN-PT/AkXIV/S1/VII/2011 H. 2012 Satu tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2012, terdapat dua program studi Pascasarjana dan dua program studi Strata Satu yang melaksanakan akreditasi BAN-PT dengan hasil B. Kedua program studi tersebut adalah Magister Pendidikan IPS, dan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Adapun keterangan dari dua Program Pascasarjana yang melaksanakan akreditasi terlihat dalam tabel berikut. Tabel 19. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi SK BAN-PT Tgl. 20 Jan. 2012 B Magister Pendidikan IPS 050/BAN-PT/AkIV/S1/1/2012 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Sementara itu, pada tahun ini juga ada dua program studi Strata Satu yang melaksanakan akreditasi yaitu Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Program Studi Matematika. Adapun keterangan akreditasi BAN-PT dengan hasil B pada kedua program Strata Satu tersebut terlihat dalam tabel berikut. Tabel 20. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi SK BAN-PT Tgl 13 Jan 2012 B Pendidikan Ekonomi
42 Pendidikan Matematika 049/BAN-PT/AkXIV/S1/1/2012 Selanjutnya, Unindra juga melakukan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi. Ada tiga program studi pada tahun 2012 yang mendapatkan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi, di antaranya Program Studi Pendidikan Matematika, Bimbingan dan Konseling, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Adapun keterangan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi, terlihat dalam tabel berikut. Tabel 21. Izin Perpanjangan Penyelenggaraan Program Studi Program Studi Keterangan Pendidikan Matematika 12960/D/T/K-III/2012 Bimbingan dan Konseling 12961/D/T/K-III/2012 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 12962/D/T/K-III/2012 I. 2013 Pada tahun ini, berdasarkan hasil akreditasi BAN-PT, ada dua program studi Unindra mampu mendapatkan peringkat B, yaitu Arsitektur, Pendidikan Biologi, dan Desain Komunikasi Visual. Sementara itu, Program Studi Teknik Industri dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris, mendapatkan peringkat C. Adapun masing-masing keterangan hasil akreditasi tersebut terlihat pada tabel berikut. Tabel 22. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Arsitektur No. SK 157/SK/BAN-PT/AkXVI/S/VII/2013 Tgl. 20 Juli 2013 Pendidikan Biologi Desain Komunikasi Visual No. SK 151/SK/BAN-PT/AkXVI/S/VI/2013 Tgl. 10 Jan. 2013 C Teknik Industri No. SK 157/SK/BAN-PT/AkXVI/S/VII/2013 Tgl. 20 Juli 2013 Magister Pendidikan Bahasa Inggris No. SK 012/SK/BAN-PT/AkX/M/1/2013 Tgl. 20 Juli 2013
43 J. 2014 Pada tahun ini ada dua program studi yang melakukan akreditasi BAN-PT dengan peringkat B, yaitu Program Studi Pendidikan Fisika dan Pendidikan Sejarah. Adapun keterangan program studi tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 23. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Pendidikan Fisika 350/SK/BAN-PT/Akred/S/VII/2014 Pendidikan Sejarah 329/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2014 K. 2015 Tahun ini, salah satu program studi Pascasarjana berhasil melakukan Akreditasi BAN-PT dengan hasil peringkat A, yaitu Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris. Adapun keterangan program studi yang mendapatkan akreditasi peringkat A tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 24. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan A Magister Pendidikan Bahasa Inggris 973/SK/BANPT/Akred/M/IX/2015 L. 2016 Pada tahun ini ada empat program studi yang melakukan akreditasi BAN-PT dan mendapatkan peringkat B. Program Studi tersebut yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Teknik Industri, Bimbingan dan Konseling, dan Pendidikan Bahasa Inggris. Adapun keterangan masing-masing akreditasi, terlihat pada table berikut. Tabel 25. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 0450/SK/BANPT/Akred/S/V/2016
44 B Teknik Industri 2463/SK/BANPT/Akred/S/X/2016 Bimbingan dan Konseling 2351/SK/BANPT/Akred/S/V/2016 Pendidikan Bahasa Inggris 2843/SK/BANPT/Akred/S/XII/2016 M. 2017 Pada tahun ini terdapat lima program studi yang melakukan akreditasi BAN-PT, dua di antaranya Strata Satu, yaitu Program Studi Bimbingan dan Konseling dan Pendidikan Matematika. Sementara itu, tiga program studi lainnya adalah Pascasarjana, yaitu Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Magister Pendidikan IPS, dan Magister Pendidikan MIPA. Semua program studi tersebut mendapat peringkat yang akreditasi B. Adapun keterangan program studi yang melakukan akreditasi BAN-PT, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 26. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Bimbingan dan Konseling 2351/SK/BANPT/Akred/S/X/2016 Pendidikan Matematika 2174/SK/BANPT/Akred/S/VII/2017 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 3215/SK/BANPT/Akred/M/IX/2017 Magister Pendidikan Pendidikan IPS 4665/SK/BANPT/Akred/M/XII/2017 Magister Pendidikan MIPA 5201/SK/BANPT/Akred/M/XII/2017 N. 2018 Pada tahun ini, terdapat program studi mengalami peningkatan peringkat yang sebelumnya tahun 2013 mendapatkan peringkat B, pada tahun ini mendapatkan peringkat A. Program studi tersebut adalah Desain Komunikasi Visual. Adapun keterangan peningatan peringkat akreditasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
45 Tabel 27. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan A Desain Komunikasi Visual 603/SK/BANPT/Akred/S/II/2018 Selain Program Studi Desain Komunikasi Visual yang melaksanakan akreditasi, terdapat dua program studi yang melaksanakan akreditasi yaitu Program Studi Arsitektur dan Pendidikan Biologi. Adapun keterangan akreditasi kedua program studi tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 28. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Arsitektur 934/SK/BANPT/Akred/S/IV/2018 Pendidikan Biologi 1111/SK/BANPT/Akred/S/IV/2018 O. 2019 Pada tahun ini terdapat dua program studi yang melaksanakan akreditasi BAN-PT, yaitu Program Studi Pendidikan Fisika dan Pendidikan Sejarah. Adapun keterangan akreditasi BAN-PT kedua program studi tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 29. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan A Pendidikan Fisika 1337/SK/BANPT/Akred/S/V/2019 B Pendidikan Sejarah 1993/SK/BANPT/Akred/S/VI/2019 P. 2020 Pada tahun ini, Program Studi Teknik Informatika mendapatkan peringkat B pada akreditasi BAN-PT tahun 2020. Adapun keterangan akreditasi program studi tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 30. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Teknik Informatika 2160/SK/BAN-PT/AkPPJ/S/IV/2020
46 Q. 2021 Pada tahun ini terdapat lima program studi yang menjalani proses akreditasi BAN-PT, satu di antaranya Program Pascasarjana. Program studi tersebut, yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Teknik Industri, Bimbingan dan Konseling, dan Pendidikan Bahasa Inggris untuk Strata Satu. Sementara itu untuk Program Pascasarjana, program syudi yag mejalami proses akreditasi adalah Magister Pendidikan Bahasa Inggris. Adapun keterangan masingmasing program studi yang melaksanakan akreditasi pada tahun ini, terlihat pada tabel berikut. Tabel 31. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan A Pend. Bahasa Inggris (S-2) 815/SK/BAN-PT/AkPPJ/M/II/2021 B Pend. Bahasa Dan Sastra Indonesia 3195/SK/BAN-PT/AkPPJ/S/V/2021 Teknik Industri 11959/SK/BAN-PT/AkPPJ/S/X/2021 Bimbingan Dan Konseling 11953/SK/BAN-PT/AkPPJ/S/X/2021 Pendidikan Bahasa Inggris 12834/SK/BAN-PT/AkPPJ/S/XII/2021 R. 2022 Tahun ini yang mendapat kesempatan menjalani akreditasi BANPT adalah Pendidikan Matematika, dengan peringkat B. Adapun keterangan akreditasi program studi tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 32. Akreditasi BAN-PT Program Studi Keterangan Pendidikan Matematika 839/SK/LAMDIK/Ak/S/XII/2022 S. 2023 Pada tahun 2023, terdapat tujuh program studi yang menjalani akreditasi BAN-PT. Terdapat tiga program studi Pascasarjana yang mendapatkan peringkat B BAN-PT yaitu, Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan
47 Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Kemudian, satu program studi Strata Satu yang mendapatkan peringkat A BAN-PT yaitu Program Studi Desain Komunikasi Visual. Sementara itu, ada tiga program studi Strata Satu yang mendapatkan peringkat B BAN-PT yaitu Program Studi Pendidikan Ekonomi, Arsitektur, dan Pendidikan Biologi. Adapun keterangan masing-masing akreditasi BAN-PT program studi tersebut, terlihat pada tabel berikut. Tabel 33. Akreditasi BAN-PT Peringkat Program Studi Keterangan B Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 113/SK/LAMDIK/Ak/M/ I/2023 Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 183/SK/LAMDIK/Ak/M/ I/2023 Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 523/SK/LAMDIK/Ak/M/ VI/2023 A Desain Komunikasi Visual 542/SK/BANPT/Ak.PEPS/S/II/2023 B Pendidikan Ekonomi 18/SK/LAMDIK/Ak/S/I/ 2023 Arsitektur 1044/SK/BANPT/Ak.PEPS/S/III/2023 Pendidikan Biologi 703/SK/LAMDIK/Ak/S/ VI/2023 2. Fakultas dan Program Studi Unindra Saat terbentuknya Unindra, terdapat enam program studi baru yang menambah enam program studi yang sudah ada sebelumnya dan terbagi menjadi dua fakultas (Operasional, 2019). Tabel 34. Fakultas yang Ada di Unindra Tahun 2004‒2007 Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS) Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FTMIPA) Bimbingan dan Konseling Pendidikan Matematika Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pendidikan Fisika Pendidikan Ekonomi Teknik Informatika Teknik Industri Pendidikan Sejarah Teknik Arsitektur
48 Desain Komunikasi Visual (DKV) Seiring berjalannya waktu, Unindra menambah fakultas baru, sehingga menjadi tiga fakultas dengan 12 program studi yang sebelumnya sudah ada. Ditambah lagi dengan pembukaan Program Pascasarjana (S-2) pada tahun 2007 dengan 3 program magisternya sebagai berikut (Operasional, 2019). Tabel 35. Program Pascasarjana Unindra Tahun 2007 Program Studi SK Dikti Tanggal Magister Pendidikan Matematika dan IPA (MIPA) 2902/DIT/2007 28 September 2007 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 2902/DIT/2007 28 September 2007 Magister Pendidikan Ilmu Sosial 2902/DIT/2007 28 September 2007 Pada tahun 2009, Unindra membuka program magister baru, yakni Pendidikan Bahasa Inggris dengan SK Dikti No. 194/D/T/2009 tanggal 30 Oktober 2009. Dengan demikian Program Pascasarjana Unindra pada tahun 2009 mengelola 4 program studi sebagai berikut (Operasional, 2019). Tabel 36. Program Pascasarjana Unindra Tahun 2009 Program Studi SK Dikti Tanggal Magister Pendidikan Matematika dan IPA (MIPA) 2902/DIT/2007 28 September 2007 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 2902/DIT/2007 28 September 2007 Magister Pendidikan Ilmu Sosial 2902/DIT/2007 28 September 2007 Magister Pendidikan Bahasa Inggris 194/D/T/2009 30 Oktober 2009 Selanjutnya, pada tahun 2018, terjadi perubahan kembali pada fakultas yang ada di Unindra menjadi lima fakultas dengan total 16 program studi (Operasional, 2022).
49 Tabel 37. Fakultas yang Ada di Unindra Tahun 2018‒2022 Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS) 1. Bimbingan dan Konseling 2. Pendidikan Ekonomi 3. Pendidikan Sejarah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 1. Pendidikan Matematika 2. Pendidikan Biologi 3. Pendidikan Fisika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (FTIK) 1. Teknik Arsitektur 2. Teknik Industri 3. Teknik Informatika Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) 1. Pendidikan Bahasa Inggris 2. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Pascasarjana (FPs) 1. Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 3. Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 4. Magister Pendidikan Bahasa Inggris Kemudian, pada tahun 2023, terjadi penambahan program studi yang ada di Unindra menjadi empat program studi (Operasional, 2023), yakni. Tabel 38. Program Studi Baru di Unindra Tahun 2023 Fakultas Program Studi Keterangan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS) 1. Bisnis Digital 2. Manajemen Ritel Keputusan Mendikbudristek No. 366/E/O/2023 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (FTIK) Sistem Informasi Keputusan Mendikbudristek No. 411/E/O/2023 Fakultas Pascasarjana (FPs) Pendidikan Profesi Guru Keputusan Mendikbudristek No. 100/E/O/2023 3. Pimpinan Unindra Terjadi beberapa kali pergantian pimpinan yang ada di Unindra semenjak pembentukannya hingga tahun 2022. Pada awal pembentukan Unindra, yakni September 2004‒November 2005, yang menjabat
50 sebagai pejabat sementara (pjs) rektor adalah Sumaryoto, S.E., M.M. Lalu, yang menjabat sebagai rektor definitif sejak November 2005 hingga saat ini adalah Prof. Dr. Sumaryoto. Adapun yang membantu rektor dalam menjalankan tugas-tugasnya, dapat dilihat melalui tabel yang ditampilkan sebagai berikut (Operasional, 2023). Tabel 39. Wakil Rektor Unindra Jabatan Nama Periode Wakil Rektor I Sumardi, S.E., M.M. Dr. Irwan Agus, S.E., M.M.S.I. 2004‒2020 2020‒Sekarang Wakil Rektor II Drs. Hartadi Dr. Heru Sriyono, M.M., M.Pd. 2004‒2020 2020‒Sekarang Wakil Rektor III Drs. Supardi U.S., M.M., M.Pd. Taufik, S.Pd., M.Hum. Dr. Dendi Pratama, M.M., M.Ds. Ambar Tri Hapsari, M.Kom. 2004‒2014 2014‒2020 2020‒2021 2021‒Sekarang Wakil Rektor IV Dr. Hj. Sartini, M.M. Ambar Tri Hapsari, M.Kom. 2004‒2020 2020‒2021 Di tingkat bawahnya, yakni fakultas dipimpin oleh dekan dan wakil dekan (sebelumnya disebut pembantu dekan). Perlu disampaikan bahwa sebelum tahun 2014, terdapat dua-tiga wakil dekan yang membantu tugas dekan. Lebih lengkapnya, daftar nama dekan dan wakil dekan Unindra ditampilkan dalam tabel sebagai berikut (Operasional, 2023). Tabel 40. Dekan dan Wakil Dekan Unindra Fakultas Jabatan Nama Periode FIPPS Dekan Dr. Heru Sriyono, M.M., M.Pd. Dr. H. Taufik, S.Pd., M.Hum. 2004‒2020 2020‒Sekarang Wakil Dekan Benyamin H.A., S.S., M.Pd. (Wadek I) Drs. H. Achmad Suwandi, M.Pd., Kons (Wadek I) Bambang Russamseno, S.E., M.Si. Dr. Haryanto, S.Pd., S.E., M.M. Dra. Elly D. Kendarwati, M.M. (Wadek II) Akhmad Sefudin, S.E., M.M. (Wadek II) Akhmad Sefudin, S.E., M.M. (Wadek III) 2004‒2007 2007‒2014 2014‒2020 2020‒Sekarang 2004‒2005 2005‒2014 2004‒2005 FMIPA Dekan Tatan Zenal M., M.Pd. 2018‒Sekarang