51 Fakultas Jabatan Nama Periode Wakil Dekan Endang Suhendar, M.Pd. 2018‒Sekarang FTIK Dekan Ir. H. Soepardi Harris, M.T 2018‒Sekarang Wakil Dekan Adhi Susano, M.Kom. Atie Ernawati, M.T. 2018‒2019 2019‒Sekarang FBS Dekan Benyamin Abubakar, S.S., M.Pd. Drs. Supeno, M.Hum. 2007‒2010 2010‒Sekarang Wakil Dekan Drs. Supeno, M.Hum. (Wadek I) Drs. A.A. Mustofa (Wadek I) Dendi Pratama, M.M., M.Ds. Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd. Dendi Pratama, S.Sn., M.M. (Wadek II) 2007‒2010 2010‒2014 2014‒2020 2020‒Sekarang 2007‒2014 FPs Dekan Dr. H. Suparman Ibrahim A., M.Sc. Dr. Mamik Suendarti 2007‒2019 2019‒Sekarang Wakil Dekan Heny Hayat, S.E. M.Si. (Wadek I) H. Taufik, S.Pd., M.Hum. (Wadek II) Dr. Mamik Suendarti Dr. Hasbullah 2007‒2014 2009‒2014 2014‒2019 2019‒Sekarang Sebelum tahun 2018, ketika FTMIPA belum terbagi menjadi dua fakultas, yakni FMIPA dan FTIK, fakultas ini dipimpin oleh (Operasional, 2023). Tabel 41. Dekan dan Wakil Dekan FTMIPA Unindra Jabatan Nama Periode Dekan Drs. Supardi U.S., M.M., M.Pd. 2004‒2018 Wakil Dekan Endang Suhendar, M.Pd. 2014‒2018 Wakil Dekan I Drs. Dudung Ahludin, M.Pd. 2006‒2014 Wakil Dekan II Dendi Pratama, S.Sn., M.M. Drs. Ismu Prihanto, M.Kom. 2006‒2007 2007‒2014 4. Alumni dan Keluarga Alumni Unindra Alumni merupakan representasi dari jumlah mahasiswa yang berhasil lulus di suatu perguruan tinggi. Tercatat alumni Unindra sejak tahun 2004 hingga 2021 mencapai 78.850 mahasiswa. Di awal perubahan bentuknya, yakni tanggal 7 Oktober 2004, Unindra
52 meluluskan 804 mahasiswa. Pada periode 2005-2008, Unindra rutin mengadakan 2 kali wisuda dengan meluluskan mahasiswa sebanyak 1.518 mahasiswa pada tahun 2005, 1.203 mahasiswa pada tahun 2006, 1.204 mahasiswa pada tahun 2007, dan 1.485 mahasiswa pada tahun 2008. Selanjutnya, pada periode 2009‒2011, Unindra rutin mengadakan 3 kali wisuda dengan meluluskan mahasiswa sebanyak 2.455 mahasiswa pada tahun 2009, 2.609 mahasiswa pada tahun 2010, dan 2.486 mahasiswa pada tahun 2011 (Operasional, 2018). Pada periode 2012‒2015, gelombang wisuda kembali meningkat kuantitasnya, yakni sebanyak 4 kali melaksanakan wisuda dengan meluluskan mahasiswa sebanyak 4.588 mahasiswa pada tahun 2012, 4.728 mahasiswa pada tahun 2013, 6.983 mahasiswa pada tahun 2014, dan 6.821 mahasiswa pada tahun 2015. Di tahun berikutnya, jumlah alumni Unindra yang terdaftar pada tahun 2016 melonjak tinggi, yakni sebanyak 10.377 mahasiswa dengan diadakannya wisuda sebanyak tujuh kali, sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan alumni yang lulus pada tahun tersebut, yakni sebanyak 7.275 mahasiswa dengan diadakannya wisuda sebanyak enam kali (Operasional, 2018). Pada tahun 2018, terjadi penurunan jumlah alumni yang lulus, yakni 3.023 mahasiswa. Adapun, pada tahun 2019, terjadi lonjakan alumni yang lulus, yakni 6.797 mahasiswa. Tahun berikutnya, terjadi peningkatan mahasiswa yang lulus pada tahun 2020, yakni 7.177 mahasiswa. Selanjutnya, pada tahun 2021 terdapat sedikit peningkatan mahasiswa yang lulus, yakni 7.317 mahasiswa (Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi, 2021).
53 Gambar 6. Grafik Alumni Unindra Periode 2004‒2021 Untuk mewadahi alumni yang berjumlah puluhan ribu tersebut, maka dibentuklah Keluarga Alumni (Kaluni) Unindra yang merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh alumni Unindra. Dengan adanya wadah ini, maka bisa dilihat keberhasilan pendidikan dan pembinaan alumni sewaktu mereka menjadi mahasiswa Unindra. Alumni Unindra tersebar ke berbagai pelosok Indonesia dan bekerja di berbagai instansi, yakni pemerintah, swasta, dan wiraswasta. Kaluni menjadi wadah bagi alumni Unindra untuk meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada di masyarakat. Kaluni pun menyusun berbagai program untuk meningkatkan kualitas lulusan, seperti seminar, lokakarya, dan pelatihan (Operasional, 2023). Munculnya Kaluni merupakan hasil perubahan nama dari Isardia (Ikatan Sarjana Pendidikan STKIP PGRI Jakarta). Adanya perubahan nama ini adalah buah dari bergantinya STKIP PGRI menjadi Unindra. Kata Kaluni sendiri diambil dari ketidaksengajaan oleh anggota Isardia yang sedang berkumpul. Di Indonesia terdapat beberapa ikatan alumni yang cukup besar, yaitu Kagama milik UGM serta Iluni milik UI. Melihat besarnya ikatan alumni yang dimiliki UGM dan UI, maka anggota dari Isardia berinisiasi menggabungkan nama dari alumni UGM dan UI. Penggabungan antara Kagama dan Iluni menghasilkan nama Kaluni yang merupakan singkatan dari Keluarga Alumni Unindra. Pada penamaan
54 Kaluni tersebut mengandung filosofi yang luhur, yakni agar ikatan alumni Unindra mampu memiliki kontribusi yang luas seperti UGM dan UI (Wawancara dengan Haryanto, tanggal 25 Agustus 2023). Kaluni mulai berdiri pada tahun 2001 dengan nama Isardia yang saat itu masih berbentuk STKIP PGRI Jakarta dengan masa bakti pengurus pertama pada tahun 2001-2004 (Operasional, 2015). Tabel 42. Pengurus Isardia STKIP PGRI Jakarta Periode 2001‒2004 Jabatan Nama Ketua Munzir, S.Pd. Wakil Letda (Mar) Drs. Nasrun Damdo S. Drs. Lambok Simamora Drs. Darul Muna Supriatman, S.Pd. Haryanto, S.Pd. Sekretaris Dra. Geraldus Pape Bendahara Dra. Asima Pane Any Cakrawaty, S.Pd. Seiring dengan perubahan bentuk STKIP PGRI Jakarta menjadi Unindra, maka Isardia berubah nama menjadi Kaluni, dengan pengurus pertama Kaluni periode 2004-2007 sebagai berikut (Operasional, 2015). Tabel 43. Pengurus Kaluni Unindra Periode 2004‒2007 Jabatan Nama Ketua Munzir, S.Pd. Wakil Haryanto, S.Pd. Supriatman, S.Pd, M.M. Drs. Lambok Simamora Sabarudin, S.Pd. Sekretaris Dra. Geraldus Pape Bendahara Dra. Asima Pane Selanjutnya, pada periode 2007‒2011, kepengurusan Kaluni Unindra dijelaskan melalui tabel berikut ini (Operasional, 2015).
55 Tabel 44. Pengurus Kaluni Unindra Periode 2007‒2011 Jabatan Nama Ketua Drs. Parmadi Trisna Siswanto Wakil H. Kapidin, S.Pd., S.E., M.M. Setiabudi, S.Pd. Sekretaris Achiruddin, S.Pd. Bendahara Siti Jubei, S.Pd. Kemudian, kepengurusan Kaluni Unindra pada periode 2011‒2014 adalah sebagai berikut (Operasional, 2015). Tabel 45. Pengurus Kaluni Unindra Periode 2011‒2014 Jabatan Nama Ketua Umum Sulastri, S.Pd. Wakil Ketua Ahmad Kosasih, M.Pd. A.M. Aziz, S.Pd. Friza Youlinda P., S.Pd. Anna Nurfarhana, M.M., M.Pd. Sekretaris Umum Achiruddin Akiel, S.Pd. Wakil Sekretaris Winarno, S.Pd. Ali Sadikin Wear, S.Pd. Bendahara Umum Afiatinnisa, S.Pd. Wakil Bendahara Yunita, S.Pd. Sulastri, S.Pd. Pada periode selanjutnya, kepengurusan Kaluni Unindra pada periode 2014‒2018 dijabarkan melalui tabel berikut (Operasional, 2018). Tabel 46. Pengurus Kaluni Unindra Periode 2014‒2018 Jabatan Nama Ketua Umum Sulastri, M.Pd. Wakil Ketua Ahmad Kosasih, M.Pd. Gunanto, M.Pd. Sekretaris Jenderal Leonard, M.M, M.Pd.
56 Jabatan Nama Wakil Sekretaris Syahid, S.Pd. Rahmat Pujiyanto, S.Kom. Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Sunarko, M.Pd. Kepala Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Hasbullah, S.P, M.Pd. Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Sapto Riadi, M.Pd. Kepala Bidang Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Darwin Nasution, S.Pd. Kepala Bidang Sosial Katma Wijaya, S.Pd. Kepala Bidang Kerjasama dan Hubungan Almamater Mulyadi, M.Pd. Kepala Bidang Humas Mirna Herawati, M.Pd. Sulastri kembali menjadi Ketua Umum Kaluni Unindra untuk ketiga kalinya pada periode 2018‒2022. Selanjutnya, yang menjabat Ketua Umum Kaluni Unindra 2022‒Sekarang adalah Rukmana (Wawancara dengan Haryanto, tanggal 25 Agustus 2023). 5. Dosen Unindra Seiring bertambahnya jumlah mahasiswa per tahun, maka diperlukan dosen untuk keseimbangan rasio. Data dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan jumlah dosen. Tercatat, dosen di Unindra pada tahun 2011 berjumlah 597 dosen. Lalu, pada tahun 2012 meningkat menjadi 610 dosen. Selanjutnya, pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 473 dosen. Kemudian, pada tahun 2014 terjadi lonjakan dosen yang tercatat di Unindra, yakni 788 dosen. Setahun berikutnya, terjadi peningkatan kembali menjadi 931 dosen. Pada tahun 2016, tercatat dosen Unindra berjumlah 929 dosen. Lalu, pada tahun 2017 meningkat menjadi 995 dosen.
57 Mulai tahun 2018, dosen di Unindra menembus angka 1.000 lebih dosen. Tercatat, pada tahun 2018 terdapat 1.054 dosen. Lalu, pada tahun 2019 tercatat 1.082 dosen. Kemudian, pada tahun 2020 berjumlah 1.033 dosen. Pada tahun 2021 meningkat menjadi 1.041 dosen. Selanjutnya, pada tahun 2022 berjumlah 1.043 dosen dengan 15 di antaranya merupakan guru besar. Adapun, pada tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah dosen, sehingga dosen yang tercatat di Unindra sebanyak 1.046 dosen dengan 17 di antaranya merupakan guru besar (Personalia, 2023b). Gambar 7. Grafik Dosen Unindra Periode 2011‒2023 Guna meningkatkan kualitas dosen, Unindra bekerjasama dengan perguruan tinggi lain, baik itu negeri maupun swasta untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral (S-3). Perguruan tinggi tersebut berjumlah enam, yakni 1) Universitas Pakuan; 2) Universitas Borobudur; 3) ISI Surakarta; 4) Institut Pertanian Bogor; 5) Universitas Islam Jakarta; dan 6) Universitas Sahid. Hingga tahun 2022, Unindra telah mengirim 145 dosen untuk melanjutkan studi S-3. Berikut ini data dosen yang dikirim Unindra untuk melanjutkan studi S-3 (Personalia, 2023c).
58 Gambar 8. Grafik Dosen Unindra yang Melanjutkan Studi S-3 di Perguruan Tinggi yang Bekerjasama dengan Unindra 6. Tenaga Kependidikan Unindra Untuk menunjang aktivitas di lingkungan Unindra, maka diperlukan tenaga kependidikan yang membantu kegiatan dosen dan mahasiswa. Hingga tahun 2023, Unindra memiliki 175 tenaga kependidikan yang tersebar ke berbagai bagian dengan struktur pimpinan biro dan bagian sebagai berikut (Personalia, 2023a). Tabel 47. Struktur Pimpinan Biro dan Bagian di Unindra Jabatan Nama Kepala Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi Dr. Ambar Tri Hapsari, M.Kom. Kepala Bagian Pelaporan Akademik Heri Sugeng, SE. Kepala Bagian Layanan & TIK Aswin Fitriansyah, M.Kom. Kepala Bagian Perencanaan Program Perkuliahan & Ujian Rayung Wulan, M.Kom. Kepala Biro Administrasi Umum (Plt) Misrawati Purba, S.E., M.M. Kepala Bagian Umum Fajar Bahagia, M.Pd. Kepala Bagian Personalia Tri Anita, SE., M.Pd.
59 Jabatan Nama Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Misrawati Purba, SE., MM Kepala Bagian Keuangan Trias Politika, SE Kepala Bagian Perlengkapan Syaikah Alawiyah, SE. Kepala UPT Lab. Komputer Umum Abdul Mufti, M.Kom Kepala UPT Lab. FTMIPA/Sto Bondan Dwi Hatmoko, ST., M.Kom. Kepala UPT Laboratorium Bahasa Nina Dwiastuty, M.Pd. Kepala Bagian Perpustakaan Andya Nur Cahyono, A.Md. Kepala Biro Administrasi Akademik Hardian Mursito, SE., MPd Kepala Bagian Admnistrasi Akademik Sukiman, M.Pd. Kepala Bagian Verifikasi Data Aman Simanjuntak Kepala Biro Kerja Sama & Alumni Tulus Widjajanto, ST., M.M. Kepala Bagian TU BKA Diah Mariana, M.Pd. Kepala Bagian Kerja Sama Agung Zainal Muttakin Raden, M.Ds. Kepala Bagian Administrasi Alumni Rahmat Pujiyanto, M.Kom. Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni Achmad Sarwandianto, M.Kom Kepala Bagian Pembinaan & Pengembangan Program Kemahasiswaan Fadli Rasam, M.Pd Kepala Bagian Pelayanan & Kesejahteraan Mahasiswa Januar Barkah, S.Pd., M.M. 7. Organisasi Mahasiswa Unindra Perguruan tinggi merupakan suatu lingkungan yang memiliki ciri khas akademik dengan masyarakatnya yang disebut civitas akademika. Salah satu unsur civitas akademika yang ada di perguruan tinggi adalah
60 mahasiswa. Mereka menimba ilmu selama belajar di perguruan tinggi dan menjadi salah satu aktor utama di perguruan tinggi. Tidak heran, mereka sering dilabeli sebagai agent of change dalam berbagai gerakan pembaharuan yang ada di suatu bangsa/negara. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk merefleksikan berbagai aktivitas kemahasiswaan dan gerakan mahasiswa, maka terdapat wadah yang dapat menaungi dan menyalurkan aspirasinya yang dalam hal ini berbentuk organisasi. Organisasi dipandang sebagai wadah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Organisasi pun merupakan wadah dari sekelompok orang yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Lembaga atau organisasi kemahasiswaan dibentuk untuk melaksanakan peningkatan penalaran, minat dan bakat, serta kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan kemahasiswaan di perguruan tinggi. Organisasi kemahasiswaan tersebut diselenggarakan dari, oleh, dan untuk mahasiswa di bawah pembinaan pimpinan Unindra. Hanya ada satu organisasi mahasiswa (ormawa) internal di Unindra, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) (Operasional, 2023). Fungsi dan tugas pokok BEM Unindra adalah mengkoordinasikan seluruh kegiatan kemahasiswaan internal yang ada pada lingkungan universitas dalam rangka membantu pimpinan universitas dengan pembinaan dan pengembangan kehidupan kemahasiswaan sebagai forum diskusi, musyawarah, tukar menukar informasi, dan komunikasi guna mencapai tujuan pendidikan di Unindra. Berikut merupakan struktur organisasi/lembaga kemahasiswaan di lingkungan Unindra (Operasional, 2023).
61 Gambar 9. Struktur Ormawa di Unindra Sumber: Operasional, 2023 Dalam rangka operasionalisasi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di bidang ekstrakurikuler dan kokurikuler, BEM universitas membentuk beberapa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), BEM Fakultas, dan Unit Aktivitas Mahasiswa (Unitas). Pimpinan organisasi kemahasiswaan bertanggung jawab pada pimpinan universitas. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan, BEM Fakultas mendapatkan pembinaan dari Wakil Dekan masing-masing fakultas. Pengurus masing-masing UKM dan BEM Fakultas bertanggung jawab pada pengurus BEM Universitas (Operasional, 2023). Adapun, sejarah dari terbentuknya Unitas adalah ketika pada masa STKIP PGRI Jakarta saat itu bernama HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi). HMPS terdiri dari berbagai macam program studi yang mewadahi organisasi mahasiswa pada ruang lingkup program studi masing-masing yang saat itu terdiri dari berbagai kelompok belajar. Setelah itu, lahir Senat (BEM saat ini) yang digagas oleh Haryanto dan Munzir. Selain itu, lahir pula UKM Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) sebagai satu-satunya UKM yang ada di Unindra saat itu (Wawancara dengan Haryanto, tanggal 25 Agustus 2023).
62 Gambar 10. Ormawa yang ada di Unindra Sumber: Operasional, 2023 UKM merupakan suatu lembaga kemahasiswaan tempat berkumpulnya para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kegemaran, kreativitas, dan orientasi aktivitas penyaluran kegiatan ekstrakurikuler di dalam kampus. Tugas pokok UKM adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler pada tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program studi dalam bidang kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya (Operasional, 2023). Fungsi UKM adalah sebagai wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler tertentu di tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program studi, baik yang bersifat penalaran dan keilmuan, minat dan bakat, kesejahteraan, maupun pengabdian kepada masyarakat (Wawancara dengan Haryanto, tanggal 25 Agustus 2023). UKM yang terdapat di Unindra berjumlah 16 dengan rincian sebagai berikut.
63 Gambar 11. UKM yang ada di Unindra Sumber: Operasional, 2023 C. Pembangunan Infrastruktur Unindra Setelah berganti nama dari STKIP PGRI Jakarta menjadi Universitas Indraprasta PGRI, banyak perubahan yang terjadi sepanjang perjalanan dari tahun 2004 sampai 2023. Perubahan tersebut berkat kemauan Sumaryoto yang sangat besar untuk membangun infrastruktur utama dalam perkuliahan. Diawali dari perubahan lembaga dari sekolah tinggi menjadi universitas yang mengharuskan memiliki infrastruktur sendiri. Oleh karena itu, hal pertama yang dilakukan adalah membangun infrastruktur gedung perkuliahan yang kini berada di Jalan Nangka Raya No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Pembangunan gedung pertama diarsiteki oleh Soepardi Harris yang bertemu dengan Sumaryoto pada tahun 1999. Pada saat itu Sumaryoto masih menjabat sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta. Berkat beliau, terbangun gedung perkuliahan Unindra sampai saat ini memiliki delapan unit gedung beserta kompleks Diklat di Sawangan lengkap dengan tempat
64 penginapan. Pembangunan gedung pertama yang didesain oleh Soepardi Harris adalah Gedung 1 dan Gedung 2 yang dikenal sekarang. Diketahui sebelum membangun gedung perkuliahan, Unindra menyewa SMP Negeri 239 sebagai tempat kuliah. Kemudian membeli sebidang tanah seluas lebih kurang 1.750 m2 yang berada persis di sebelah SMP Negeri 239. Terdapat cerita menarik di balik proses pembelian tanah tersebut. Awalnya dimiliki oleh Letnan Jenderal TNI (Purn.) Gustaf Henry Mantik yang semula tanah tersebut tidak hendak dijual oleh pemiliknya. Tanah itu dipilih karena letaknya strategis dan berada tidak jauh dari SMPN 239 Jakarta. Singkatnya, melalui negosiasi panjang dengan mengunjungi rumah Gustaf Henry Mantik di Menteng yang dilakukan oleh STKIP PGRI Jakarta, yang saat itu diwakili oleh Sumaryoto dan Zulfa Hanum, STKIP PGRI Jakarta berhasil membeli tanah tersebut. Gustaf Henry Mantik sendiri melepas tanah miliknya tersebut kepada STKIP PGRI Jakarta karena akan dipergunakan untuk kepentingan pendidikan (Wawancara dengan Achmad Sjamsuri dan Asep Setiadi, tanggal 20 Juni 2023 dan Sumaryoto, tanggal 8 Agustus 2023). Saat itu, sistem pembelian tanah dan pembangunan gedung di Jalan Nangka Tanjung Barat ditempuh melalui berbagai skema, di antaranya pembuatan sistem deposit pembangunan dari mahasiswa dan penggalangan dana dari alumni melalui akun tabungan di bank. Melalui sistem tersebut, mahasiswa dan alumni ikut berperan dalam proses pembangunan gedung STKIP PGRI Jakarta saat itu. Selain itu, dirintis usaha peminjaman uang dari bank AMRO yang dikoordinasi oleh Supardi Uki Sajiman, namun usaha tersebut belum membuahkan hasil, karena semua pengajuan dari pimpinan, ketua jurusan, dan ketua program studi STKIP PGRI Jakarta saat itu tidak disetujui oleh pihak bank (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). Semula terdapat empat pengembang (developer) yang akan diminta untuk membangun gedung STKIP PGRI Jakarta. Akan tetapi, tiga dari empat
65 pengembang tidak menyanggupi pembangunan tersebut. Hanya satu pengembang yang menyanggupi untuk membangun gedung STKIP PGRI Jakarta. Pengembang yang menyanggupi pembangunan tersebut dipimpin oleh Soepardi Harris, dengan penghubungnya adalah Miskum yang saat itu merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Jakarta. Dari sinilah pertemuan Soepardi Harris dengan Sumaryoto terjadi pertama kali (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023). Gambar 12. Proses Pembangunan Gedung 1 Sumber: Dokumen Unindra Pada saat itu, pembangunan dimulai dari Gedung 1 yang terdiri dari empat lantai. Desain dan perancangan gedungnya dikepalai oleh Soepardi Harris. Berkat keseriusan yang diperlihatkan oleh para pendiri Unindra pada saat itu, di antaranya Sumaryoto, Hartadi, dan Heru Sriyono, walaupun dananya belum ada, dan mahasiswa Unindra pada saat itu masih sedikit, hingga akhirnya pembangunan Gedung 1 dan Gedung 2 berhasil dilaksanakan. Tercatat bahwa target untuk pembangunan saat itu mencapai 4 miliar rupiah, namun dana yang dimiliki Unindra hanya sebesar 200 juta rupiah (Wawancara dengan Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023 dan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Keseriusan inilah yang membuat Soepardi Harris serius dalam membangun infrastruktur di Unindra, karena sebagai seorang
66 pengembang, peruntukkan hidup dan tujuan hidupnya hanya untuk akhirat, sehingga tujuannya bukan profit oriented. Bisnis pengembang yang dipegang Soepardi Harris lebih mengutamakan kepuasan dari klien dan untung ruginya semua diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut pula yang membuat perusahaan yang dipegang Soepardi Harris bersifat profesional (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Proses pembangunan infrastruktur Gedung 1 memiliki banyak tantangan. Selain dana yang tersedia tidak terlalu banyak, akses jalan yang juga belum ada, hingga tindakan-tindakan pencurian material pembangunan yang dilakukan oleh oknum preman sekitar. Akan tetapi, karena dengan niat dan keseriusan, pembangunan terus berjalan hingga akhirnya selesai lantai satu yang bisa dipergunakan untuk melaksanakan perkuliahan (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Setelah lantai satu selesai dibangun, animo yang mendaftar ke STKIP PGRI Jakarta sangat banyak, sehingga untuk mengakomodasi pendaftar yang banyak tersebut dilanjutkan pembangunan lantai dua, walaupun pada waktu itu muncul kembali pesimistis untuk melanjutkan pembangunan karena dananya yang tidak ada. Akan tetapi, sebagai seorang pengembang, Soepardi Harris menyatakan pembangunan tidak boleh berhenti begitu saja. Akhirnya Soepardi Harris meyakinkan sikap pesimis tersebut dengan memberi semangat kepada pimpinan STKIP PGRI Jakarta untuk melakukan strategi marketing. Hasilnya adalah animo pendaftar semakin banyak untuk mendaftar dan membuat dana untuk pembangunan pun terkumpul kembali sampai selesai pembangunan gedung lantai dua (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Setelah pembangunan lantai dua selesai, ada pihak yang meminta sudah dicukupkan pembangunannya. Walaupun sangat berat tahun tersebut memulai membangun infrastruktur, Soepardi Harris sebagai pengembang, memilih untuk melanjutkan pembangunan sesuai dengan
67 desain awal gedung, yaitu untuk empat lantai. Soepardi Harris sebagai pengembang menerapkan prinsip perjuangan dengan risiko apapun yang nanti akan muncul, dan juga menerapkan manajemen risiko. Hal tersebut dibuat semata karena jika ingin maju dan berkembang, pasti kendala dan konflik akan banyak bermunculan, sehingga manajemen risiko harus diterapkan (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Tiga tahun berselang, tepatnya pada tanggal 2 Mei 2004 pembangunan Gedung 1 dengan desain empat lantai akhirnya selesai. Hal tersebut membuat antusiasme mahasiswa untuk mendaftar semakin banyak. Walaupun pada saat itu masih bernama STKIP PGRI Jakarta belum berubah menjadi Unindra. Soepardi Harris sebagai pengembang pun merasa senang dan bahagia karena bisa menyelesaikan sesuai dengan rencana pembangunan awal. Ditambah dengan keseriusan dan pola pikir Ketua STKIP PGRI Jakarta saat itu, Sumaryoto, segala macam tantangan dan konflik yang muncul saat pembangunan bisa diatasi (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Gambar 13. Proses Pembangunan Gedung 2 Sumber: Dokumen Unindra Pembangunan berikutnya dimulai pada tahun 2005, yaitu Gedung 2 yang menempel dengan Gedung 1. Gedung 2 ini didesain sebanyak enam lantai dengan rancangan pengembang yang sama, yaitu Soepardi Harris. Beliau merancang pembangunan Gedung 2 konsepnya sama seperti
68 pembangunan Carrefour yang ada di Cikarang, yaitu sistem tangga bolakbalik (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Pembangunan Gedung 2 ini berjalan lancar, tapi tidak terlepas dari tantangan yang muncul. Tantangan tersebut yaitu akses jalan yang tidak besar, hingga keselamatan masyarakat sekitar yang khawatir tertimpa material bangunan. Selain itu, karena keterbatasan lahan, sampai menyewa bangunan Kantor Kelurahan Tanjung Barat yang berada di sebelahnya untuk ruangan workshop atau tempat kerja pengembang. Sampai pada saat itu Lurah Tanjung Barat ikut membantu proses kelancaran pembangunan Gedung 2 (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Pembangunan Gedung 2 berlangsung selama lebih kurang delapan bulan dari pertengahan 2005 hingga 2006. Bahkan terpikirkan juga pondasi untuk pemasangan lift, karena membangun gedung di atas empat lantai harus ada lift. Soepardi Harris memikirkan hal tersebut dengan mempersiapkan tempat untuk lift didesain bangunan awal. Hingga setelah dananya tersedia, pemasangan lift untuk Gedung 2 dapat terlaksana yang bisa digunakan sampai saat ini (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Infrastruktur berikutnya yang dipikirkan atau dirancang oleh Soepardi Harris pada tahun 2007 adalah Wisma Unindra yang kini dikenal dengan Gedung Kemahasiswaan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Pembangunan gedung ini direncanakan oleh Soepardi Harris untuk laboratorium dan untuk menambah ruang perkuliahan. Gedung tersebut terdiri dari tiga lantai dengan beberapa ruangan. Pelaksanaan pembangunan gedung ini terbilang lancar, sesuai dengan desain dan perancangan Soepardi Harris, walaupun kembali lagi tantangannya adalah pembiayaan (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023).
69 Selesainya pembangunan Gedung 1, Gedung 2, dan Gedung Wisma atau LPPM menjadikan Unindra yang baru terbentuk saat itu memiliki total 3 gedung. Bersamaan dengan pembangunan gedung tersebut, semakin bertambah banyak pula animo mahasiswa yang mendaftar ke Unindra, membuat kebutuhan gedung juga meningkat. Pada awalnya menyewa juga beberapa sekolah di sekitar Gedung 1 dan Gedung 2, tetapi dirasa masih belum cukup. Hingga akhirnya pada tahun 2009 membeli tanah lagi untuk membangun gedung unit 4, 5, dan 6 yang selesai pembangunannya pada tahun 2012. Sementara, gedung unit 7 selesai dibangun pada tahun 2017 dan unit 8 mulai dipakai tahun 2018. Gedung tersebut berada di Jalan Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Gedung tersebut dirancang dan didesain untuk perkuliahan beberapa program studi. Selain ruang perkuliahan, di gedung unit 4, 5, 6, 7, dan 8 atau dikenal dengan Kampus B Unindra, infrastruktur terus ditambah. Di Kampus B ini dilengkapi juga dengan perpustakaan, masjid, dan auditorium untuk ruang rapat dosen dan karyawan. Selain itu, ada fasilitas klinik yang dibangun di dalam lokal yang sama (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023 dan Sumaryoto, tanggal 8 Agustus 2023). Di Kampus B Unindra, Soepardi Harris merancang pembangunan gedung yang memiliki suasana asri, tidak panas, dan nyaman untuk sebuah sarana pendidikan. Jadi, Soepardi Harris merancang sebuah gedung yang banyak jalur hijau atau taman yang lebih besar daripada bangunannya. Selain itu, pembangunannya juga benar-benar direncanakan sematang mungkin, supaya tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Sampai akhirnya semua gedung terbangun rapi dengan masing-masing gedung unit 4, 5, dan 6 sebanyak lima lantai. Selanjutnya untuk Gedung 7 setinggi enam lantai dan dilengkapi fasilitas lift. Sementara itu, untuk Gedung 8, hanya dibangun satu lantai mengingat tidak mendapatkan izin untuk membangun lebih dari satu lantai. Selain itu, karena Gedung 8 yang dibangun terakhir sebetulnya tidak dipersiapkan untuk dibangun menjadi ruang perkuliahan. Oleh karena itu, bangunan di Gedung 8 dibuat
70 semipermanen. Akan tetapi, karena animo mahasiswa yang terus meningkat, dibangunlah gedung tersebut untuk beberapa ruang perkuliahan (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Infrastruktur berikutnya adalah pembangunan pendapa yang diberi nama Pendapa Indraprasta di Sawangan. Mengingat Universitas Indraprasta PGRI pada pengembangannya membutuhkan beberapa unit gedung lagi untuk kegiatan-kegiatan pelatihan dan peningkatan kualitas, maka dibangunlah Gedung 9 ini. Soepardi Harris masih menjadi pengembang pembangunan gedung ini. Sampai saat ini sudah terbangun pendapa, wisma yang terdiri dari tiga lantai, dan juga gedung Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang juga dibangun sebanyak tiga lantai. Rencananya akan dibuat juga pembangunan auditorium yang sedang berjalan pada tahun 2023 ini (Wawancara dengan Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023). Proses pembangunan infrastruktur STKIP PGRI Jakarta pada tahun awal membangun yakni tahun 2000 sampai 2023 ini bisa dikatakan lancar walaupun banyak tantangan yang muncul. Akan tetapi, berkat keseriusan Ketua STKIP PGRI Jakarta saat itu, Sumaryoto yang hingga kini menjadi Rektor Unindra beserta jajaran, membuat semua tantangan dijadikan sebagai pijakan untuk lebih berkembang ke depannya. Hal tersebut terbukti dengan fasilitas yang ada pada tahun 2023 membuat nyaman, baik untuk mahasiswa, dosen, maupun karyawan Unindra. Soepardi Harris yang menjadi pengembang pembangunan semua unit gedung di Unindra pun merasakan hal yang sama. Berkat keseriusan, kerja sama, semangat kekeluargaan, dan transparansi membuat pembangunan dan pengembangan gedung hingga tahun 2023 ini tetap berjalan lancar.
71 BAB III PERAN UNINDRA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI (LPT) A. Pencapaian yang Diraih Unindra Keinginan untuk berbakti kepada nusa dan bangsa serta kesadaran terhadap pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin pada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut yaitu membina pendidikan, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat Indonesia yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa dalam usaha membentuk manusia yang peduli, mandiri, kreatif, dan adaptif demi kesejahteraan bangsa dan negara. Untuk menghasilkan Intellectual society, tidak hanya cukup mengandalkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), tetapi diperlukan juga peran serta Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Hadirnya Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) sebagai PTS sangat membantu anjuran pemerintah tentang life distance of education, karena ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan tetap dimiliki selama hidupnya. Unindra merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang memiliki andil cukup besar terhadap perkembangan pendidikan di Jakarta dan sekitarnya, terlihat dari kuantitas jumlah mahasiswa yang masuk kuliah di Unindra dan lulusan dari Unindra yang terserap di berbagai sektor pekerjaan yang ada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Hal tersebut tidak terlepas dari sejarah berdirinya Unindra yang muncul dari semangat dan cita-cita adanya keinginan luhur untuk berbakti kepada nusa dan bangsa serta kesadaran untuk ikut bertanggung jawab akan pentingnya pendidikan di Indonesia dalam upaya mencapai masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1990, pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa tujuan perguruan tinggi adalah (1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
72 menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, dan (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Oleh karena itu, pada dasarnya berdirinya PTS merupakan umpan balik (feedback) dari tujuan tersebut. Unindra sebagai salah satu PTS mengimplementasikan tujuan perguruan tinggi yang sesuai dengan PP tersebut. Sebagai perguruan tinggi swasta sejak masa pertumbuhan sampai sekarang, Unindra masih mengedepankan semangat bahu-membahu di antara pimpinan, dosen, dan mahasiswa untuk mengembangkan dan memajukan lembaga. Semangat tersebut tercermin pada saat membeli sebidang tanah pada tahun 2001, di Tanjung Barat yang nantinya akan dibangun gedung ruang oleh STKIP PGRI Jakarta sebagai cikal bakal gedung perkuliahan pertama yang dimiliki Unindra. Sambil membangun juga diikuti dengan melakukan promosi dan percobaan membuka kelas perkuliahan pada pagi dan siang hari. Sampai akhirnya secara kuantitas jumlah mahasiswanya mengalami peningkatan hingga saat ini. Sebagai suatu institusi pendidikan, maka akreditasi menjadi salah satu hal yang penting untuk melihat kualitas institusi tersebut. Secara umum, Unindra mendapatkan akreditasi ‘B’ sebagai Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh BAN-PT. Sedangkan, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LPP) Unindra mendapat peringkat ‘A’ akreditasi dari BPPTIK Kominfo tahun 2022, dan sebagai satu-satunya perguruan tinggi yang ditunjuk meningkatkan IT ASN seluruh Indonesia, dari Kementerian Kominfo sejak 9 Mei 2022. Selain itu, berdasarkan hasil akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT, terdapat tiga program studi di Unindra yang berhasil meraih akreditasi ‘A’, yakni Magister Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Fisika, dan Desain Komunikasi Visual.
73 Gambar 14. Penghargaan Pemprov DKI Jakarta kepada Unindra Tahun 2019 Sumber: https://www.tzuchi.or.id/inliners/201912/b_20191212_Penghargaan%20 Dari%20DKI_AY%20(2).JPG Pencapaian lainnya adalah pada akhir tahun 2019, Pemprov DKI Jakarta memberikan penghargaan kepada Unindra sebagai salah satu universitas atau PTS yang berpartisipasi dalam penanggulangan pengentasan kemiskinan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Untuk tidak memberatkan masyarakat, Unindra yang memiliki mahasiswa sebanyak lebih kurang 35.000 mematok biaya yang sangat terjangkau namun tetap menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan. Gambar 15. Geopark di Kebumen yang Bekerjasama dengan Unindra Sumber: https://purwokertokita.com/wpcontent/uploads/2021/02/TUGU-GEOPARK-KARANGSAMBUNG.jpg Di kancah internasional, tepatnya di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) UNESCO, Unindra sudah tercatat berperan aktif membuat master plan untuk Geopark di daerah Kebumen, Jawa tengah (Karangsambung-
74 Karangbolong) dan sekarang sedang proses menjadi Geopark global UNESCO. Selain itu, pada tahun 2020, Lembaga Pers Mahasiswa Progress (LPM Progress) yang mendapatkan juara kedua dalam kompetisi Persma Se-Indonesia tahun 2020 yang diadakan oleh Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Pada suasana pandemi Covid–19, tepatnya bulan Januari‒Juni 2021, dari beberapa kegiatan yang diikuti, Unindra mendapatkan 21 prestasi, seperti Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) yang berhasil lolos pendanaan sebanyak 14 kelompok dan meraih Juara 1 di LLDIKTI wilayah III; Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI) berhasil lolos 2 proposal dengan judul ‘Movieafroz (Molen Variety and Frozen)’ dan ‘NGEBULS’. Selain dari pihak universitas yang menoreh peringkat yang cukup baik, prestasi juga muncul dari mahasiswa yang mengikuti perlombaan di bidang akademik dan non-akademik. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2018, sebanyak 141 mahasiswa yang memperoleh prestasi. Prestasi terbanyak diperoleh pada cabang olahraga taekwondo. Setelah pada tahun 2018 berhasil memperoleh prestasi yang cukup banyak, maka 2019 mahasiswa Unindra bertekad untuk menambah prestasinya. Pada tahun 2019, tercatat 163 mahasiswa Unindra meraih prestasi. Prestasi terbanyak didapatkan pada cabang olahraga futsal. Akan tetapi, pada tahun 2020, prestasi Unindra sedikit merosot. Pada tahun tersebut yang mendapatkan prestasi sebanyak 118 mahasiswa. Walaupun sedikit menurun, dari prestasi tersebut terdapat mahasiswa yang berhasil lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Pada tahun 2021, Unindra melalui mahasiswanya bangkit kembali untuk mendapatkan prestasi. Dalam catatan sebanyak 234 mahasiswa yang berhasil membawa prestasi untuk Unindra. Salah satu di antara mahasiswa tersebut berhasil menjuarai lomba silat tingkat Internasional. Selanjutnya pada tahun 2022, prestasi yang diperoleh mahasiswa sedikit menurun. Hal ini disebabkan karena belum stabilnya kondisi setelah Covid-19. Pada tahun ini, prestasi yang diperoleh sebanyak 195 mahasiswa. Lalu pada
75 tahun 2023 sampai dengan buku ini terbit, tercatat sebanyak 33 mahasiswa yang berhasil menoreh prestasi di bidang akademik. Di samping itu, mahasiswa dan segenap civitas akademika Unindra juga turut berperan aktif dalam berbagai program Merdeka Belajar Kampus Merdeka seperti Kampus Mengajar, Magang Studi Independen Bersertifikat, Studi Independen. Selain prestasi akademik yang berhasil ditorehkan, Unindra juga terus memperluas kerja sama dengan beberapa instansi dan perguruan tinggi lain yang ada di Indonesia maupun di luar Indonesia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan mahasiswa guna nantinya menghasilkan lulusan yang unggul dan kreatif. Bentuk dari hasil kerja sama ini kemudian menghasilkan beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen, seperti magang dan praktik bekerja; pelatihan peningkatan keterampilan; kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat bersama-sama; penulisan artikel dan pertukaran reviewer; webinar; dan visiting lecture. Tentunya semua prestasi dan capaian positif ini harus dapat dipertahankan. Selain itu, capaian ini diharapkan juga dapat meningkat dan terus lebih baik lagi pada tahun 2023 dan seterusnya. Oleh karena itu Unindra yakin hal tersebut akan terwujud jika dibarengi dengan usaha dan kerja keras seluruh civitas akademika. B. Kontribusi Unindra bagi Masyarakat Keberadaan perguruan tinggi memberi pengaruh pada kawasan yang ada di sekitarnya. Hal ini secara perlahan memberi dampak pada peningkatan kepadatan bangunan dan jumlah penduduk. Pertumbuhan perguruan tinggi di suatu kawasan dapat memberikan potensi yang besar apabila dikelola secara benar. Selain itu, dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang cukup besar serta menjadi pendorong perekonomian daerah. Dengan banyaknya perguruan tinggi di suatu kawasan, maka semakin banyak mahasiswa yang belajar, baik mahasiswa
76 yang merupakan penduduk sekitar maupun yang berasal dari berbagai daerah. Dengan semakin banyaknya mahasiswa dari luar daerah, maka semakin banyak pula dari mereka yang membelanjakan uangnya di kawasan tersebut. Hal ini pula yang akan menguntungkan bagi pembangunan kawasan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, Unindra sebagai LPT berusaha mengembangkan kiprahnya dengan upaya meningkatkan berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana guna mendukung tujuan pendidikan tersebut. Keberadaan Unindra yang dahulu hanya sebagai STKIP PGRI Jakarta menuntut perubahan. Berangkat dari sebuah kampus kecil di Jalan Nangka Raya No. 58C, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa yang saat itu hanya menyewa beberapa sekolah di antaranya SMAN 28 Pasar Minggu, STM Penerbangan, dan SMK Grafika mulai mengembangkan diri. Pada tanggal 6 September 2004, STKIP PGRI Jakarta berubah menjadi Unindra. Pengembangan status dari sekolah tinggi menjadi universitas ini tentunya merangsang Unindra untuk meningkatkan fasilitasnya dan dituntut memiliki kampus sendiri. Hingga kini, terdapat total sembilan gedung yang dimiliki Unindra. Peran serta kampus dalam pembangunan daerah ditunjukkan dengan adanya kegiatan yang melibatkan mahasiswa dan dosen untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di berbagai daerah. Keberadaan kampus Unindra, baik di Tanjung Barat (Kampus A) atau di Gedong (Kampus B), seolah-olah menjadi magnet tersendiri bagi pertumbuhan pembangunan di kawasan tersebut. Di kawasan Tanjung Barat dan Gedong yang dulu masih banyak lahan kosong dengan harga lahan relatif murah, kini menjadi daerah padat dengan bangunan dan harga lahan melambung tinggi. Hal ini seiring dengan perkembangan pembangunan di Jakarta dalam 20 tahun terakhir yang memang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di pusat kota, melainkan telah merambah hingga ke pinggiran kota, tanpa terkecuali kawasan Tanjung Barat dan Gedong yang
77 berada di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Hal ini telah menyebabkan dampak yang begitu besar untuk wilayah itu sendiri. Dampak dari berkembangnya Unindra di kawasan Tanjung Barat dan Gedong ternyata belum diantisipasi dengan baik oleh pemerintah kota, sehingga sering timbul masalah di kemudian hari. Hal tersebut dapat dilihat pada kasus tumbuhnya pemukiman sebagai tempat kos di sekitar kampus Unindra, berubahnya rumah tinggal menjadi tempat-tempat usaha, munculnya warung-warung kaki lima, dan tumbuhnya pangkalan angkutan umum di sekitar kampus. Kehadiran Unindra bagi masyarakat luas yang perekonomiannya rendah memberikan kesempatan untuk menempuh jenjang perguruan tinggi. Unindra juga menyewa lahan kosong milik warga sekitar untuk dijadikan tempat parkir mahasiswa. Uang hasil parkiran kemudian disetor kepada warga yang menyewakan lahan kosong tersebut. Selain itu, sekitar kampus Unindra umumnya memberikan banyak manfaat di antaranya masyarakat sekitar dapat membuat usaha-usaha kecil, sehingga kemudian dapat meningkatkan perekonomiannya (Wawancara dengan Taufik, tanggal 22 Juni 2023). Kemunculan Unindra juga telah mengubah sebagian fungsi hunian menjadi fungsi lain. Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah berkembangnya pedagang kaki lima (PKL) serta adanya parkir-parkir yang menempati jalan-jalan lingkungan. Akan tetapi, pada prinsipnya Unindra sendiri tidak melarang masyarakat berbisnis dari menjual makanan sampai dengan fotokopi di sekitar lingkungan kampus. Artinya, Unindra memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar kampus untuk menikmati keberadaan Unindra. Hal tersebut mungkin jarang ada di kampus lain, sehingga salah satu ciri khas Unindra adalah adanya tindakan kepedulian bukan hanya kepada mahasiswa, tetapi juga kepada masyarakat sekitar. Jadi, masyarakat sekitar merasa mendapat keuntungan serta manfaat dari keberadaan Unindra (Wawancara dengan Sumaryoto, tanggal 21 Juni 2023).
78 Unindra mempunyai moto Peduli, Mandiri, Kreatif, dan Adaptif. Bentuk peduli nyata adalah dalam bentuk SPP yang terjangkau, sehingga masyarakat menengah ke bawah bisa menempuh pendidikan tinggi. Hal tersebut menjadi salah satu kontribusi nyata Unindra. Hingga akhirnya Unindra mendapatkan penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Anies Baswedan, sebagai salah satu perguruan tinggi yang peduli pada penuntasan kemiskinan dan kebodohan terutama masyarakat menengah ke bawah. Moto berikutnya adalah mandiri yang memiliki makna dari awal berdiri, Unindra sampai hari ini berpijak di kaki sendiri. Maksudnya adalah Unindra mengelola dana apa adanya dari mahasiswa dan untuk mahasiswa. Setelah itu, moto kreatif memiliki makna bahwa seluruh civitas akademika memiliki sifat kreatif atau tidak monoton dalam menumbuhkan minat dan bakat masyarakat demi terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat luas. Unindra juga selalu mengikuti perkembangan teknologi, pembelajaran, dan sebagainya. Moto terakhir Unindra adalah adaptif yang memiliki makna bahwa seluruh civitas akademika mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan pendidikan pengajaran (Wawancara dengan Tatan Zenal Mutakin, 5 Juni 2023). Keberadaan Unindra sebagai perguruan tinggi swasta di Jakarta tentunya memberikan dampak yang cukup besar untuk masyarakat luas. Salah satunya peran nyata Unindra di Kebumen dengan mengembangkan Geopark Karangsambung-Karangbolong pada tahun 2020. Unindra menyerahkan hasil Geopark tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Kebumen. Geopark yang sudah bisa dikunjungi masyarakat umum ini masih dalam proses peningkatan dalam beberapa hal seperti peningkatan pariwisata dan situs-situs lainnya agar memenuhi standar peresmian internasional. Dalam hal membantu dan mengembangkan kawasan Karangsambung-Karangbolong menjadi Geopark internasional, Sumaryoto selaku Rektor Unindra menjelaskan bahwa Program Studi Biologi dan Arsitektur dapat membantu dalam pembuatan master plan. Hal ini
79 beriringan dengan tujuan dibuatnya Geopark, yakni untuk melestarikan bumi serta mempertahankan ekosistem. Selain itu, sebagai perguruan tinggi yang terpilih membantu pengembangan tersebut, Sumaryoto berharap hal ini dapat mengangkat nama dan peringkat kampus secara luas. Selain itu, alasan lain Unindra berkontribusi dalam pembangunan Geopark Karangsambung-Karangbolong adalah karena ingin turut membangun Kabupaten Kebumen yang merupakan kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Meski tidak memiliki keuntungan secara komersial untuk Unindra, dengan membantu pengembangan proyek Geopark KarangsambungKarangbolong menuju peresmian secara internasional, Sumaryoto (Wawancara tanggal 21 Juni 2023) menuturkan bahwa manfaat yang Unindra dapatkan dalam proyek ini adalah mengangkat nama Unindra secara global, karena dalam Geopark ini ada beberapa dosen yang tergabung untuk melakukan Abdimas yang berguna untuk membina para pelaku UMKM dan pariwisata. C. Pesan untuk Unindra dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan Dalam menyambut dies natalis Unindra ke-20, berbagai perubahan menuju pengembangan sudah dilakukan. Pencapaian yang diraih Unindra juga sudah banyak. Kemudian keberadaan dan kebermanfaatan Unindra untuk mahasiswa, dosen, dan masyarakat sekitar pun sangat terasa. Oleh karena itu, dalam rangka melengkapi segala hal yang dicapai dan diberikan Unindra, banyak sekali pesan yang didapat dalam rangka dies natalis ke-20 ini. Rektor Universitas Indraprasta PGRI, Prof. Dr. H. Sumaryoto berpesan yaitu Universitas Indraprasta harus memiliki konsistensi dengan visi dan misi. Visi Unindra yaitu “Pada tahun 2029, Universitas Indraprasta PGRI menjadi universitas yang unggul dalam pembelajaran (Excellent Teaching University) di Indonesia yang berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia profesional yang peduli, kreatif, mandiri dan adaptif”.
80 Sementara itu, misi Unindra adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang profesional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; mengembangkan sumber daya manusia yang beradab dan memiliki jiwa kewirausahaan; melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka pengembangan IPTEKs; dan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dapat memenuhi kepentingan masyarakat (stakeholders). Dr. Irwan Agus, S.E., MMSI selaku Wakil Rektor I Bidang dan Kemahasiswaan turut memberikan pesan dalam rangka dies natalis Unindra ke-20. Beliau berharap Unindra jangan tinggi hati, dan harus mengingat sejarah perjuangannya yang luar biasa. Kedua, tidak mengubah konsep visi misi yang berkomitmen ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat menengah ke bawah untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi karena sebenarnya banyaknya teman-teman bergabung yang profesional itu karena memiliki kesamaan. Ketiga, semua selalu bergandeng tangan seluruh civitas akademika, mahasiswa, dosen, karyawan, dan manajemen bersama-sama menyusun konsep untuk memajukan Unindra. Beliau juga berharap bahwa semakin besar Unindra maka anginnya semakin kencang, guncangan-guncangan dari bekasternal maupun internal akan ada. Konsep awal Unindra adalah ingin membantu masyarakat Indonesia menjadi pintar, dan hal ini harus tetap ditanamkan kepada penerus yang baru bergabung dengan Unindra, dengan meyakini bahwa rezeki akan mengikuti atau menyusul. Pesan untuk Unindra yang akan dies natalis yang ke-20 berikutnya disampaikan Dr. Heru Sriyono, M. Pd., selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum. Beliau berharap situasi dan kekeluargaan Unindra sampai hari ini tetap terjaga, keakraban dalam hubungan pimpinan dan bawahan tetap terjaga. Kemudian mari bersama menjaga keharmonisan dalam memajukan Unindra. Selain itu, beliau berharap Unindra tetap solid, tetap menjaga persaudaraan, menjaga hubungan baik antara pimpinan dan bawahan. Selain itu, moto peduli, mandiri, kreatif, dan adaptif, masih tetap terus dijalankan.
81 Pesan dari Dr. H. Achmad Sjamsuri, M.M., selaku Kepala LPPM menyampaikan pesan pula dalam perayaan dies natalis Unindra ke-20. Beliau berharap untuk dosen-dosen muda membaca Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh dosen muda terkait kompetensi pedagogik. Beliau berharap figur dosen bukan hanya diperlihatkan di dalam kelas, tingkah laku di mana pun berada, tetap seorang dosen atau guru menjadi contoh untuk masyarakat. Dr. Anna Nurfarhana, M.M., M.Pd. selaku Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LPP) turut serta menyampaikan pesan dalam perayaan hari dies natalis Unindra yang ke-20. Beliau berpesan semangat tetap dijaga, tetap istiqomah, konsisten dengan visi misi yang sudah dijalankan. Beliau melanjutkan bahwa bagaimanapun situasinya, tetap semangat dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas. Selain itu, makin memperkuat nilai kekeluargaan yang diketahui bersama bahwa kedekatan baik dengan rektor, wakil rektor, dekan, dan sebagainya sampai pegawai menjadi identitas dan nilai yang dipegang Unindra sampai hari ini. H. Akhmad Sefudin, S.E., M.M., selaku Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) turut menyampaikan pesan dalam perayaan dies natalis Unindra ke-20, yaitu terus maju, produktif, mempertahankan kekeluargaan, dan berupaya untuk terus meningkatkan kesejahteraan. Prof. Dr. Supardi Uki Sajiman, M.M, M.Pd., Selaku Ketua Pengurus Besar PGRI dalam perayaan dies natalis ke Unindra ke-20 memberikan pesan mendalam. Beliau menyampaikan bahwa sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Beliau juga berpesan kepada semua pegawai dan dosen coba dalam bekerja buatlah mindset apa yang bisa diberikan untuk Unindra. Jangan mengutamakan apa yang diterima dari Unindra karena sebagai dosen atau pegawai mengabdi untuk Unindra. Beliau juga mengingatkan berpikir yang terbaik untuk Unindra, dan selalu mengingat bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Pesan berikutnya yang beliau sampaikan adalah untuk yang bekerja di Unindra, rawat Unindra sebagai kampus tempat tinggal, kampus tempat untuk mengabdi.
82 Pesan berikutnya disampaikan oleh Dr. Tatan Zenal Mutakin, M.Pd., selaku Dekan FMIPA. Beliau berpesan dalam perayaan dies natalis Unindra ke-20, mudah-mudahan perjuangan yang telah Unindra berikan kepada masyarakat membuat Unindra ke depan semakin maju walaupun tantangannya tidak mudah. Dengan salah satu moto yang dipegang Unindra yaitu adaptif terus mengikuti perkembangan yang ada. Semoga dengan semangat kebersamaan, selalu bersama dengan seluruh warga Unindra, dengan moto yang bukan hanya moto saja, namun juga diaplikasikan dalam manajemen dan kehidupan sehari-hari. Unindra semakin maju berkualitas dan semakin berkah sehingga masyarakat mendapatkan manfaat dari keberadaan Unindra. Pesan dari Ir. H. Soepardi Harris, M.T., selaku Dekan FTIK, dalam perayaan dies natalis Unindra ke-20 berharap agar Unindra tetap untuk kalangan menengah ke bawah saat penerimaan mahasiswa. Selain itu, jangan sampai salah menerima mahasiswa yang akan mendaftar, karena Unindra memiliki akreditasi sudah baik, dan diakui oleh pemerintah. Unindra juga diketahui mendapat pengakuan dari Gubernur Jakarta pada waktu itu, Anies Baswedan. Pesan berikutnya adalah jangan sampai sombong, tetap dikelola secara transparan, dan semoga menjadi keberkahan untuk semua karyawan dan mahasiswa Unindra. Pesan dari Dr. H. Taufik, M.Hum., selaku Dekan FIPPS untuk Unindra dalam perayaan dies natalis ke-20 berharap nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang telah dibuat oleh founding fathers jangan dihilangkan. Selain itu jangan ada sekat-sekat antarfakultas dan tidak ada eksklusivitas dalam program studi. Pesan berikutnya disampaikan Dr. Supeno, M.Hum., selaku Dekan FBS untuk Unindra dalam perayaan dies natalis ke-20. Beliau berharap visi dan misi Unindra kelak akan menjadi perguruan tinggi yang Excellent Teaching. Harapan tersebut didukung oleh lini bawah Unindra dalam perjalanannya. Harus terus ada pencapaian yang meningkat sesuai visi dan misi yang dibuat oleh Unindra.
83 Pesan dari Dr. H. Abdul Hamid, M.Si. selaku Sekretaris Kepengurusan YPLP Perguruan Tinggi PGRI Jakarta dalam dalam perayaan dies natalis ke20 berharap agar semua komponen, baik struktural maupun fungsional, berkomitmen membangun Unindra bersama-sama. Beliau juga berharap bahwa Unindra dijadikan sebagai lahan ibadah untuk semuanya, terutama untuk civitas akademika.
84 BAB IV PENUTUP Unindra (yang sebelumnya berbentuk IKIP PGRI Jakarta) sebagai salah satu LPT tertua yang terdapat di Jakarta memiliki sejarah panjang. Akar sejarah Unindra tidak dapat terlepas dari kata ‘PGRI’ yang secara objektif tersemat di belakang nama Unindra, sekaligus menjadi bagian dari identitas Unindra. PGRI yang berdiri pada akhir bulan November 1945, merupakan organisasi profesi tertua yang terdapat di Indonesia. Penyematan ‘PGRI’ di belakang nama Indraprasta semata-mata bukan hanya karena alasan administrasi pada saat itu. Unindra sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki kesamaan visi-misi dengan PGRI di bidang pendidikan, yakni berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Peran Unindra sebagai LPT jejaknya dapat dilihat sejak masih menjadi IKIP PGRI Jakarta pada tahun 1971. Saat itu terjadinya kekurangan guru di Indonesia secara umum, dan DKI Jakarta secara khusus. Tingginya permintaan akan guru menjadi salah satu pendorong para pengurus PGRI DKI Jakarta untuk membentuk IKIP sebagai institusi pendidikan penghasil guru. Pendirian IKIP bukan semata-mata bertujuan ekonomis untuk mencari keuntungan, melainkan bagian dari tugas dan tanggung jawab PGRI sebagai organisasi profesi pendidikan, serta tugas sejarah PGRI untuk turut memajukan pendidikan di Indonesia. IKIP PGRI Jakarta melaksanakan seluruh aktivitasnya di SD Negeri Koja yang berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara. IKIP PGRI Jakarta terdiri dari satu fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan) dan dipimpin oleh Amir Yahya Harahap sebagai rektor dibantu oleh Narto Sunarto dan Hasan Unang. Sebagian besar mahasiswa IKIP PGRI Jakarta merupakan para pegawai dan pekerja yang berdomisili di wilayah Jakarta Utara dan sekitarnya. Kegiatan perkuliahan saat itu dilaksanakan pada malam hari, mengingat dari pagi hingga sore lokasi SD Negeri Koja yang digunakan oleh IKIP PGRI Jakarta digunakan untuk aktivitas pembelajaran SD Negeri Koja.
85 Pemilihan SD Negeri Koja sebagai lokasi IKIP PGRI Jakarta dikarenakan pada saat itu IKIP PGRI Jakarta belum memiliki gedung sendiri. Pada saat itu IKIP PGRI Jakarta bukanlah satu-satunya institusi pendidikan tinggi yang menghasilkan guru di wilayah Jakarta. Tiga tahun setelah didirikannya IKIP PGRI Jaya pada tanggal 1 Juli 1974 didirikan IKIP PGRI Jaya yang berlokasi di SMA Negeri 28 Jakarta, Pasar Minggu. IKIP PGRI Jaya dipimpin oleh Djoko Soetedjo sebagai rektor. IKIP PGRI Jaya memiliki tiga jurusan, antara lain Jurusan Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan), Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan MIPA. Pemilihan SMA Negeri 28 Jakarta sebagai lokasi perkuliahan dikarenakan saat itu IKIP PGRI Jaya belum memiliki gedung perkuliahannya sendiri. IKIP PGRI Jakarta bernaung di bawah Yayasan Pendidikan PGRI Jaya yang didirikan dua tahun kemudian, yakni pada tanggal 20 Agustus 1977. Baru dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 31 Maret 1980 pengurus PGRI Pusat mendirikan YPLP yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada seluruh institusi pendidikan tinggi di bawah PGRI seluruh Indonesia. Dengan didirikannya YPLP, maka baik IKIP PGRI Jaya maupun IKIP PGRI Jakarta bernaung di bawahnya. Selain IKIP PGRI Jaya dan IKIP PGRI Jakarta, saat itu setidaknya terdapat tiga belas IKIP PGRI, dari A sampai M yang tersebar di seluruh kawasan Jabodetabek. Semuanya berdiri secara mandiri, baik dalam pengelolaan perkuliahan maupun manajemen administrasi dan lainnya. Saat itu memang belum ada regulasi jelas yang mengatur atau melarang pembentukan IKIP yang menggunakan nama PGRI. Bahkan, PGRI sebagai induk organisasi memperbolehkan setiap PGRI daerah membentuk IKIP di kawasannya masing-masing. Meskipun berdiri sendiri-sendiri, namun tidak pernah ada permasalahan antara satu dengan lainnya. Jadi, pada saat itu terdapat beberapa IKIP PGRI yang tersebar di beberapa kawasan Jabodetabek. Dua di antaranya adalah IKIP PGRI Jakarta yang berdiri pada tahun 1971 dan IKIP PGRI Jaya yang berdiri pada tahun 1974. Keduanya tidak memiliki hubungan dan melakukan pengelolaannya secara mandiri. Akan tetapi, keduanya memiliki tiga kesamaan. Pertama,
86 perkuliahan yang dilaksanakan oleh keduanya tidak menggunakan gedung sendiri. Kedua, baik IKIP PGRI Jaya maupun IKIP PGRI Jakarta melaksanakan perkuliahan sejak sore hingga malam hari. Terakhir, mayoritas mahasiswa keduanya berlatar belakang pegawai dan pekerja. Baru kemudian pada tahun 1982, IKIP PGRI Jaya dan IKIP PGRI Jakarta bergabung menjadi STKIP PGRI Jakarta. Penggabungan IKIP PGRI Jaya dan PGRI Jakarta didasari atas usulan Kopertis Wilayah II yang mengusulkan IKIP PGRI Jaya dan IKIP PGRI Jakarta untuk bergabung untuk mendapatkan status terdaftar. STKIP PGRI Jakarta dipimpin oleh Djoko Soetedjo sebagai rektor dan kegiatan operasionalnya berdasarkan SK Nomor 08/2 Tahun 1982. Setelah bergabung menjadi STKIP PGRI Jakarta, seluruh aktivitas dipindahkan dari SMA Negeri 28 Jakarta ke gedung STM Penerbangan yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. STKIP PGRI Jakarta juga membuka kelas jauh yang berada di Tanjung Priok di bawah pimpinan Tarmizi dan Kebon Jeruk di bawah pimpinan Makmun. STKIP PGRI Jakarta terdiri dari tiga jurusan, yaitu Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan), Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Matematika. Pada bulan Februari 1984, terjadi pergantian ketua di STKIP PGRI Jakarta, yang semula diketuai oleh Djoko Sutedjo beralih menjadi Ahmad Soebroto. Pergantian pimpinan tersebut disusul dengan peralihan semua usaha, aktivitas, dan aset dari Yayasan Pendidikan PGRI Jaya ke YPLP DKI Jakarta (sekarang YPLP Dikdasmen DKI Jakarta) pada tanggal 4 Juli 1984. Peralihan ini dapat dilihat dari SK YPLP PGRI Pusat Nomor 256/SKYPLP/PGRI/1983 tanggal 1 April 1983, mengenai pelimpahan wewenang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan STKIP PGRI Jakarta dari YPLP PGRI Pusat ke YPLP PGRI DKI Jakarta yang dikukuhkan melalui akta notaris Mohamad Ali Nomor 13 tanggal 12 Agustus 1983. Berdasarkan persetujuan Kakanwil Depdikbud DKI Jakarta pada tahun 1985, aktivitas perkuliahan STKIP PGRI Jakarta yang sebelumnya tersebar di beberapa tempat, seperti Tanjung Priok, Kebon Jeruk, dan Pasar Minggu, serta seluruh aktivitas administrasi STKIP PGRI Jakarta disatukan menjadi satu tempat di gedung STM Penerbangan. Maka dari itu, STM Penerbangan menjadi
87 satu-satunya lokasi aktivitas STKIP PGRI Jakarta yang diakui, sekaligus sebagai langkah yang diambil pada saat itu oleh pengelola. Berdasarkan SK Mendikbud Nomor 0331/0/1985 tertanggal 27 Juli 1985, STKIP PGRI Jakarta yang statusnya telah terdaftar diharuskan melakukan penataan nama-nama jurusan, antara lain Jurusan Pendidikan Umum (Ilmu Pendidikan) menjadi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB); Pendidikan Bahasa dan Seni menjadi Pendidikan Bahasa Inggris; dan Pendidikan MIPA menjadi Pendidikan Matematika. Saat itu, STKIP PGRI Jakarta memiliki jenjang pendidikan D-3 dan S-1. Pada tahun 1986, STKIP PGRI Ciputat bergabung ke dalam STKIP PGRI Jakarta. Sebelumnya STKIP PGRI Ciputat yang didirikan pada 1983 adalah lembaga pendidikan tinggi yang terpisah dan tidak memiliki hubungan apapun dengan STKIP PGRI Jakarta. Penggabungan STKIP PGRI Ciputat menjadikan STKIP PGRI Jakarta memiliki lima jurusan. Perkuliahan pun tetap dilaksanakan di STM Penerbangan. Pada tahun yang sama, kembali terjadi peralihan pembinaan, pengelolaan, dan pengembangan STKIP PGRI Jakarta dari YPLP DKI Jakarta kepada YPLP PGRI Pusat. Peralihan tersebut dilatarbelakangi oleh tidak berkembangnya STKIP PGRI Jakarta di bawah binaan YPLP PGRI DKI Jakarta. Hingga akhirnya pada tahun 1987, STKIP PGRI Jakarta membuka jurusan baru, yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga menjadikan STKIP PGRI Jakarta memiliki enam jurusan yang mulai berjalan pada tahun akademik 1986/1987. Pada tahun 1990, terjadi pergantian kepemimpinan di STKIP PGRI Jakarta, dari Ahmad Soebroto kepada M. Sardja. Pada tahun yang sama terjadi peleburan jurusan, yaitu antara Pendidikan Dunia Usaha (PDU) dan Pendidikan Sejarah menjadi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) dengan Sumaryoto sebagai ketua jurusannya. Masih pada tahun 1990, terdapat dua jurusan yang mendapatkan status terdaftar, yaitu PDU dan Pendidikan Sejarah yang berada di bawah naungan jurusan PIPS dengan SK Mendikbud RI Nomor 543/0/1990 tertanggal 18 Agustus 1990.
88 Setahun kemudian, yakni pada tahun 1991, giliran jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mendapatkan status terdaftar dengan SK Mendikbud RI Nomor 0327/0/1991 tertanggal 15 Juni 1991. Pada tahun tersebut juga terjadi reorganisasi jurusan di STKIP PGRI Jakarta. Reorganisasi dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Sistem Pendidikan Tinggi. Pada awal tahun akademik 1991/1992, di bawah kepemimpinan M. Sardja, aktivitas perkuliahan dan administrasi STKIP PGRI Jakarta berpindah dari STM Penerbangan ke bekas gedung SPG (sekarang SMP Negeri 239 Jakarta) di Jalan Nangka, Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Pada tahun 1992, M. Sardja mengundurkan diri sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta karena diangkat menjadi Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta (sekarang UNJ). Untuk mempertahankan roda pengelolaan STKIP PGRI Jakarta, maka pada saat itu diangkatlah Barnawi sebagai ketua sementara dan dibantu oleh empat orang lainnya, yaitu Soepijadi, Sumaryoto, Soedjiman, dan Entjub Tjubri Suwanda. Baru kemudian pada tahun 1993, berdasarkan rekomendasi Rapat Senat STKIP PGRI Jakarta dikukuhkan oleh pengurus pusat YPLP PGRI Pusat melalui Surat Keputusan Nomor 189A/SK/YPLPPGRI/8/1993 terbentuklah kepengurusan STKIP PGRI Jakarta yang baru. Entjub Tjubri Suwanda diangkat sebagai Ketua STKIP PGRI Jakarta dengan dibantu oleh Sumaryoto sebagai Pembantu Ketua Bidang Akademik; Agus Setiawan sebagai Puket Administrasi Umum dan Keuangan; Mahya Hadim sebagai Puket Bidang Kemahasiswaan; Supardi Uki Sajiman sebagai Kabag Administrasi Akademik; dan M. Kusnadi sebagai Kabag Administrasi Umum. Di tahun yang sama, STKIP PGRI Jakarta memasuki masa-masa krisis dan perjuangan yang berat. Setidaknya ada tiga permasalahan yang dihadapi oleh STKIP PGRI Jakarta pada periode krisis pada 1993 hingga 1997. Pertama, STKIP PGRI Jakarta tidak dapat menggunakan kembali STM Penerbangan pasca melakukan renovasi untuk aktivitas perkuliahan. Kedua, banyaknya dosen STKIP PGRI Jakarta yang mengundurkan diri. Ketiga, menurunnya jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta secara drastis pasca pindah ke gedung bekas SPG 3 Pasar Minggu dan banyaknya dosen yang mengundurkan diri. Akan tetapi, dengan semangat gotong royong, bahu membahu, satu per satu
89 permasalahan tersebut akan terselesaikan walaupun membutuhkan daya dan usaha yang tidak sedikit. Pada tahun 1993, STKIP PGRI Jakarta tidak lagi dapat menggunakan STM Penerbangan yang membuat perkuliahan harus dipindahkan ke bekas gedung SPG 3 Pasar Minggu. Kondisi gedung bekas SPG 3 Pasar Minggu lebih buruk dari STM Penerbangan, baik dari prasarana dan sarana, seperti tidak adanya listrik dan penerangan yang memadai. Pada periode 1993-1994, banyak dosen STKIP PGRI Jakarta yang mengundurkan diri, sehingga mengganggu jalannya proses pendidikan. Banyaknya dosen yang mundur ditengarai oleh minimnya gaji yang mereka terima, selain itu para dosen STKIP PGRI Jakarta yang mayoritas juga merupakan dosen IKIP Jakarta (UNJ) memilih untuk kembali ke kampus. Pada tahun 1994, STKIP PGRI Jakarta mengalami penurunan jumlah mahasiswa. Tercatat hanya sebanyak 150 mahasiswa yang terdaftar saat itu. Jumlah tersebut turun drastis jika dibandingkan pada saat di STM Penerbangan. Guna mengatasi permasalahan penurunan jumlah dosen, STKIP PGRI Jakarta merekrut para alumni terbaiknya untuk menjadi dosen. Para alumni terbaik yang tergabung antara lain Heru Sriyono, Supojo Rahardjo, dan Iding Kardi. Mereka inilah yang kemudian secara bahu membahu ikut membangun dan membesarkan STKIP PGRI Jakarta. Untuk mengatasi permasalahan kekurangan mahasiswa, STKIP PGRI Jakarta melakukan beberapa kiat. Kiatkiat tersebut antara lain melakukan promosi yang gencar ke sekolah-sekolah dan membuka kelas intensif. Kedua cara tersebut di kemudian hari terbukti efektif untuk secara perlahan meningkatkan jumlah mahasiswa STKIP PGRI Jakarta. Setelah secara perlahan dapat keluar dari dua permasalahan, yakni kurangnya dosen dan mahasiswa, STKIP PGRI Jakarta masih bergelut pada satu permasalahan terpelik, yaitu belum adanya gedung sendiri. Permasalahan perihal gedung baru terselesaikan ketika STKIP PGRI Jakarta membeli tanah milik Letnan Jenderal TNI (Purn.) Gustaf Henry Mantik pada tahun 2000. Di atas tanah itulah kemudian dibangun gedung STKIP PGRI Jakarta (sekarang Kampus A). Proses pembangunan gedung STKIP PGRI Jakarta itu dipimpin oleh Soepardi Harris sebagai pimpinan pengembang.
90 Cerita menarik di balik pembangunan gedung perkuliahan tersebut adalah pembangunannya dibangun dengan usaha bersama civitas akademika STKIP PGRI Jakarta, mulai dari pimpinan, dosen, mahasiswa hingga alumni. Proses pembangunan Gedung 1 STKIP PGRI Jakarta rampung pada tahun 2004. Untuk pertama kalinya juga sejak didirikan, STKIP PGRI Jakarta akhirnya memiliki gedung sendiri, baik untuk perkuliahan maupun pelayanan administrasi. Pendirian gedung ini sekaligus menjadi tonggak awal dari masa kebangkitan dan titik tolak perkembangan STKIP PGRI Jakarta sampai dengan perubahannya menjadi Universitas Indraprasta PGRI pada 2004. Pada tahun 2004, STKIP PGRI Jakarta berubah menjadi Universitas Indraprasta PGRI. Ide perubahan tersebut digagas oleh Ketua YPLP-PT PGRI saat itu, Djoko Sutedjo. Salah satu alasan perubahan tersebut adalah memperluas jangkauan mahasiswa yang ingin menempuh jenjang sarjana dengan menambah program studi non-kependidikan. Selain itu perubahan itu juga didorong oleh Keputusan Presiden Nomor 93 Tahun 1999 tentang perubahan IKIP menjadi Universitas. Akan tetapi, proses perubahan ini tidak selalu berjalan mulus. Hal ini dikarenakan dari segi jumlah mahasiswa dan infrastruktur, STKIP PGRI Jakarta belum layak untuk berubah menjadi universitas. Meskipun begitu, bukan berarti perubahan tidak bisa dilakukan. Sebagai salah satu syarat utama untuk menjadi universitas, STKIP PGRI menambah program studi menjadi sepuluh program studi dengan enam di antaranya adalah ilmu eksak. Perubahan STKIP PGRI Jakarta menjadi Universitas Indraprasta PGRI disahkan pada tanggal 6 September 2004 yang ditandai dengan terbitnya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 142/D/O/2004. Oleh karena itu, tanggal 6 September 2004, dijadikan sebagai hari lahir (dies natalis) Unindra. Berbicara mengenai perubahan bentuk dari STKIP PGRI Jakarta menjadi Unindra, tidak lepas dari peran beberapa individu yang saat itu merupakan senat STKIP PGRI Jakarta yang terdiri dari seorang ketua senat, seorang sekretaris senat, dan 17 anggota senat. Selain itu, penamaan Unindra juga tidak lepas dari peran Anna Nurfarhana yang saat itu mengajukan nama
91 Indraprasta yang diambil dari sebuah klaster Perumahan Telaga Kahuripan yang bernama Bukit Indraprasta. Selanjutnya, nama Indraprasta diajukan ke rapat senat untuk diusulkan dan akhirnya nama Universitas Indraprasta PGRI menjadi sebuah nama yang digunakan hingga saat ini. Secara filosofis, Indraprasta dan Unindra memiliki kesamaan, yakni dari awalnya tidak memiliki apa-apa sampai akhirnya menjadi sebuah lembaga yang sampai saat ini tetap bertahan dan memberikan manfaat dalam bidang pendidikan untuk masyarakat, terutama menengah ke bawah. Unindra hari ini dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi swasta yang memiliki andil besar terhadap perkembangan pendidikan di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini terlihat dari jumlah kuantitas mahasiswa Unindra yang besar, sekaligus sebagai representasi kepercayaan masyarakat kepada Unindra sebagai lembaga pendidikan tinggi. Lulusan Unindra juga terserap di berbagai sektor pekerjaan yang ada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, serta Indonesia secara umum, karena mahasiswa Unindra juga banyak yang berasal dari wilayah Jabodetabek, bahkan seluruh Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari visi-misi Unindra yang menjunjung keinginan luhur untuk berbakti kepada nusa dan bangsa, serta kesadaran untuk ikut bertanggung jawab akan pentingnya pendidikan di Indonesia dalam upaya mencapai masyarakat adil dan makmur. Unindra dalam proses perjalanannya telah mengalami berbagai macam pasang surut yang membuat Unindra tetap eksis dalam kancah dunia pendidikan. Eksistensi Unindra yang bertahan hingga saat ini tidak lepas dari peran civitas akademikanya yang turut ambil bagian dalam pencapaian prestasi Unindra, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Adanya perolehan prestasi tersebut membuktikan Unindra sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas dan berperan aktif dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Pada periode 2020-2022 yang lalu, meskipun di tengah suasana pandemi Covid-19, Unindra tetap mampu bertahan. Bahkan, Unindra mampu menorehkan banyak prestasi, baik di bidang akademik dan non akademik. Perolehan prestasi ini menjadi bukti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-
92 19, Unindra tetap mampu bersaing dengan universitas lainnya. Salah satu prestasi Unindra yang diperoleh pada masa pandemi Covid-19, yaitu meraih Juara 1 pada Program Kreativitas Mahasiswa - Karsa Cipta (PKM-KC) di LLDIKTI Wilayah III. Selain itu, pada masa pandemi Covid-19 yang berat, Unindra melalui LPP mampu mendapatkan peringkat A akreditasi dari BPPTIK Kominfo tahun 2022, dan sebagai satu-satunya perguruan tinggi yang ditunjuk meningkatkan IT ASN seluruh Indonesia, dari Kementerian Kominfo sejak 9 Mei 2022. Masih di masa pandemi Covid-19, Unindra mendapatkan penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Anies Baswedan, sebagai salah satu perguruan tinggi yang peduli pada penuntasan kemiskinan dan kebodohan terutama masyarakat menengah ke bawah. Di kancah internasional, Unindra juga mampu menorehkan prestasi mentereng, yaitu berperan aktif membuat master plan untuk Geopark di daerah Kebumen, Jawa Tengah (Karangsambung-Karangbolong) dan sekarang sedang proses menjadi Geopark global UNESCO (PBB). Pencapaian Unindra tidak sekadar mengenai prestasi saja, akan tetapi pencapaian lainnya yang Unindra lakukan adalah dengan melakukan kerjasama dengan berbagai Universitas lainnya, baik di Jakarta maupun di luar Jakarta. Adanya kerjasama ini mampu menciptakan gelora semangat para civitas akademika Unindra, karena dengan adanya berbagai kerjasama ini mampu mendorong terjadinya proses interaksi dan bertukar informasi serta pengalaman. Dari berbagai kerjasama yang dilakukan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen, seperti magang, pelatihan peningkatan keterampilan, kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, penulisan artikel, pertukaran reviewer, webinar, serta visiting lecture. Berkembangnya teknologi dengan pesat dan tentunya menambah persaingan semakin ketat untuk meraih satu kesempatan, kemudian lulusan perguruan tinggi di berbagai macam kampus untuk selalu berinovasi dan berpacu agar kemudian kampus memiliki kompetensi yang siap dan dapat bertahan dalam kondisi apapun.
93 Dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta terus berupaya meningkatkan keterampilan, kemampuan dan keahlian masing-masing dengan berbagai macam program yang dilakukan. Perguruan tinggi tak henti-hentinya berinovasi serta berlomba-lomba menjadi kampus yang unggul dan menjanjikan masa depan cerah bagi lulusannya. Banyak hal, banyak inovasi, dan banyak peluang yang diciptakan perguruan tinggi untuk memberikan bekal bagi lulusannya. Dalam perjalanan dies natalis Unindra yang ke-20 tentunya banyak sekali cita-cita dan harapan. Sudah banyak sekali pesan yang masuk pada dies natalis Unindra ke-20 dan harapan itu yang nantinya akan menjadikan Unindra lebih baik. Semua orang tentunya mempunyai harapan yang terbaik untuk menjadi lebih baik ke depan, tidak ada orang yang memiliki harapan yang jelek untuk dirinya di masa yang akan datang. Sama halnya dengan Universitas Indraprasta PGRI sendiri yang tepat 6 September 2023 merayakan dies natalis ke-20. Harapan tersebut untuk lebih baik lagi ke depan sesuai dengan yang diharapkan oleh Prof. Dr. Sumaryoto selaku Rektor Unindra dalam menyampaikan visi dan misinya. Pada tahun 2029, Universitas Indraprasta PGRI menjadi universitas yang unggul dalam pembelajaran (Excellent Teaching University) di Indonesia yang berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia profesional yang peduli, kreatif, mandiri, dan adaptif. Selain itu, salah satu misinya adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang profesional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Selain visi dan misi yang disampaikan oleh Rektor Unindra, tentunya diharapkan Unindra masih dapat menjaga eksistensinya sebagai LPT yang nantinya dibuktikan dari prestasi akademik dan non akademik, lalu keharmonisan yang sudah berjalan baik antara mahasiswa, dosen, dan pegawainya agar di kemudian hari rasa kekeluargaan dan rasa saling memiliki yang sudah terjalin selama ini akan terus tumbuh secara kontinu. Harapan selanjutnya adalah Unindra semakin berjaya dan tetap berkarya dalam menghasilkan generasi yang bermutu dan bermanfaat bagi semua elemen masyarakat.
94 DAFTAR PUSTAKA Artikel Darmawan, W. (2019). Perserikatan Guru Hindia Belanda (PGHB) sebagai Wadah Organisasi Guru Bumi Putera pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda (1911-1933). Sejarah.Upi.Edu. http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/perserikatan-guru-hindiabelanda-pghb-sebagai-wadah-organisasi-guru-bumi-putera-pada-masapemerintahan-hindia-belanda-1911-1933-3/ Faridah, F. (2014). Reorientasi Pendidikan Guru: Memaknai Kembali Konversi IKIP Menjadi Universitas bagi LPTK eks IKIP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Reorientasi Pendidikan Nasional Dan Pendidikan Guru Masa Depan, 91–98. Indonesia, P. B. P. G. R. (2020). Sejarah Singkat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Noor, I. H. M. (2013). Efektivitas Perubahan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)/Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Menjadi Universitas. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19(3), 382–396. Oktaviani, Y. A. (2016). Kebijakan Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Implementasinya di Yogyakarta Tahun 1967-1990. Risalah, 2. https://journal.student.uny.ac.id/index.php/risalah/article/view/825 %0Ahttps://journal.student.uny.ac.id/index.php/risalah/article/downl oad/825/751 Sanjaya, B. (1990). Perserikatan Guru Hindia Belanda (PGHB) 1912-1919. Universitas Indonesia. Septiana, M. M. (2016). Kebijakan Pendidikan Menteri Syarif Thayeb Tahun 1974-1978. Risalah, 1–12. https://journal.student.uny.ac.id/index.php/risalah/article/view/4931 Buku Operasional, T. P. B. P. (2015). Buku Pedoman Operasional Unindra 2015/2016. Unindra Press. Operasional, T. P. B. P. (2018). Buku Pedoman Operasional Unindra 2018/2019. Unindra Press. Operasional, T. P. B. P. (2019). Buku Pedoman Operasional Unindra 2019/2020. Unindra Press. Operasional, T. P. B. P. (2022). Buku Pedoman Operasional Unindra 2022/2023. Unindra Press. Operasional, T. P. B. P. (2023). Buku Pedoman Operasional Unindra 2023/2024. Unindra Press.
95 Laporan Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi. (2021). Laporan Kinerja Unindra 2021. Personalia. (2023a). Data Tenaga Kependidikan. Personalia. (2023b). Jumlah Dosen Unindra. Personalia. (2023c). Jumlah Dosen yang Sedang Kuliah S3 Kerjasama. Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Sistem Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Wawancara Achmad Sjamsuri dan Asep Setiadi, tanggal 20 Juni 2023 Akhmad Sefudin, tanggal 5 Juni 2023 Anna Nurfarhana, tanggal 12 Juni 2023 Diding Zainudin, tanggal 12 Juni 2023 Haryanto, tanggal 25 Agustus 2023 Heru Sriyono, tanggal 6 Juni 2023 Soepardi Harris, tanggal 9 Juni 2023 Sumaryoto, tanggal 21 Juni 2023 dan 8 Agustus 2023 Supardi Uki Sajiman, tanggal 6 Juni 2023 Supeno, tanggal 6 Juni 2023 Tatan Zenal Mutakin, 5 Juni 2023 Taufik, tanggal 22 Juni 2023
96 LAMPIRAN Lampiran 1. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 142/D/O/2004 Tentang Perubahan Bentuk STKIP PGRI Jakarta Menjadi Unindra Sumber: Dokumen Unindra
97 Lampiran 2. Notula Rapat Tim Pengembangan Lembaga dan Tim Kerja Portofolio Akreditasi Terkait Perubahan Bentuk STKIP PGRI Jakarta Menjadi Unindra Sumber: Dokumen Unindra Lampiran 3. Berita Acara Rapat Senat Terkait Perubahan Bentuk STKIP PGRI Jakarta Menjadi Unindra Sumber: Dokumen Unindra
98 Lampiran 4. Prasasti Gedung di Kampus A Sumber: Dokumen Tim Penyusun Lampiran 5. Prasasti Gedung di Kampus B Sumber: Dokumen Tim Penyusun Lampiran 6. Gapura dan Prasasti Pembangunan Geopark Karangsambung-Karangbolong yang Bekerjasama dengan Unindra Sumber: Dokumen Unindra
99 TENTANG PENULIS Taufik, merupakan dosen program studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS) Universitas Indraprasta PGRI (Unindra). Lahir di Bogor, 16 November 1972. Menyelesaikan studi S-1 tahun 1995 pada Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Muhammadiyah Jakarta (saat ini UHAMKA), Magister Universitas Indonesia tahun 2006 pada Program Studi Ilmu Sejarah, dan program Doktor Universitas Pakuan pada program studi Manajemen Pendidikan tahun 2020. Menekuni riset bidang sejarah dan manajemen pendidikan. Pemilik HTS Business Center yang merupakan kegiatan bisnis kebudayaan dan sosial masyarakat di Kota Depok. Pembina Pesantren An-Naasiin dan Pesantren Fityanul Ulum di Cinere, Depok. Arief Hidayat, lahir di Jakarta 42 tahun yang lalu, S-1 Pendidikan Sejarah dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tahun 2000 dan S-2 pada Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Unindra pada tahun 2012. Selain aktif mengajar di Program Studi Pendidikan Sejarah Unindra, penulis juga aktif di salah satu Pusat Kajian Masyarakat Multikultural. Akhmad Syaekhu Rakhman, penulis lahir di Jakarta, 5 Desember 1992 merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah FIPPS Unindra. Menyelesaikan pendidikan S-1 pada Program Studi Pendidikan Sejarah Unindra (2012-2016) dan melanjutkan studi S-2 pada Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Unindra (2017-2019). Penulis menekuni bidang penelitian pendidikan sejarah dan kesejarahan, serta penulis aktif dalam mempublikasikan karya ilmiah di berbagai jurnal penelitian. Fahmi Hidayat, lahir di Bogor, 10 Juli 1991. Penulis merupakan dosen MKWK di Program Studi Pendidikan Sejarah FIPPS Unindra. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ (2008‒ 2012); melanjutkan studi S-2 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unindra (2013‒2015). Penulis menekuni penelitian bidang Linguistik, Sastra, dan Pendidikan Bahasa Indonesia, yang aktif memublikasikan hasil penelitian di berbagai jurnal ilmiah.
100 Nur Fajar Absor, merupakan dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FIPPS Unindra yang menyelesaikan studi sarjananya di Pendidikan Sejarah Universitas Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) pada 2012-2016, kemudian menyelesaikan studi magisternya di Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 2017-2019. Selain berfokus kepada bidang pendidikan dan kesejarahan, penulis yang lahir di Batam, 8 Januari 1995 ini aktif dalam kegiatan permuseuman dan kebudayaan dengan tergabung ke dalam Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Apabila para pembaca ingin menghubungi penulis, dapat menghubunginya melalui surel di [email protected]. Ponco Setiyonugroho, lahir pada tanggal 15 Juni 1996 di Jakarta. Penulis mengenyam pendidikan dari SD sampai bangku perkuliahan di Jakarta. Penulis melaksanakan studi jenjang S-1 di UNJ pada Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan tahun 2014, lalu memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2018. Penulis melanjutkan program Magisternya di UNJ pada jurusan Pendidikan Sejarah tahun 2019. Pada tahun 2022, penulis menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Pendidikan. Penulis merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah FIPPS Unindra. Yusuf Budi Prasetya Santosa, lahir di Serang, 24 Juli 1991. Penulis adalah dosen pada program studi Pendidikan Sejarah FIPPS Unindra. Menyelesaikan pendidikan S-1 pada Jurusan Pendidikan Sejarah UNJ (2009-2014) dan melanjutkan S-2 pada Jurusan Pendidikan Sejarah UNJ (2015-2018). Penulis menekuni bidang penelitian pendidikan sejarah dan kesejarahan, serta penulis aktif dalam mempublikasikan hasil penelitiannya melalui berbagai jurnal penelitian.