KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku ajar Pengantar Agribisnis ini dapat diselesaikan. Buku ini disusun sebagai pegangan bagi mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah Pengantar Agribisnis. Buku innii membahas berbagai aspek agribiosnis mulai dari : 1) pengertian, konsep serta ruang lingkup dan pengtingnyya peranan agribisnis dalam Pembangunan INddponnesia, 2) Potensi agribisnis di Indonesia didukung oleh kekayaan sumber daya alam, 3) peengenalan teknologi yang menjadi kunci dalam mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas dalam agribisnis, 4) Pertanian berkelanjutan menjadi fokus penting dalam menghadapi keterbatasan sumber daya alam dan dampak negatif pertanian konvensional, 5) Kewirausahaan memainkan peran penting dalam mengoptimalkan potensi agribisnis, 6) . Agribisnis juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan Masyarakat, dan 7) Tren dan isu global seperti keamanan pangan, dampak perubahan iklim, dan perkembangan bioteknologi menjadi fokus penting dalam menghadapi tantangan di industri agribisnis. Buku ini dilengkapi dengan berbagai contoh dan studi kasus untuk membantu mahasiswa memahami konsep-konsep agribisnis dengan lebih mudah. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan soal-soal latihan untuk membantu mahasiswa menguji pemahaman mereka. Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan buku ini di masa depan. Akhir kata, penyusun berharap buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan para pembaca lainnya yang ingin mempelajari agribisnis. Surabaya, 2024 Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN A. Deskripsi Mata Kuliah Kuliah Pengantar Agribisnis merupakan mata kuliah yang memberikan pemahaman dasar tentang agribisnis, mulai dari konsep, ruang lingkup, hingga peranannya dalam pembangunan ekonomi. Mata kuliah ini dirancang untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menganalisis dan memahami berbagai aspek agribisnis. B. Prasyarat • Memiliki minat pada bidang agribisnis. • Memiliki kemampuan berpikir kritis dan problem solving. • Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. C. Manfaat Pembelajaran Kuliah Pengantar Agribisnis bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin: • Memahami sistem agribisnis secara keseluruhan • Menganalisis peluang dan kendala dalam agribisnis • Mengembangkan keterampilan dalam manajemen agribisnis • Memahami kebijakan dan strategi pengembangan agribisnis • Mempersiapkan diri untuk karir di bidang agribisnis D. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) • Mahasiswa berpartisipasi aktif, bertanggungjawab, dan memiliki motivasi mengembangkan diri. • Mahasiswa mampu mempresentasikan pengertian dan ruang lingkup manajemen agribisnis, karakteristik agribisnis dan implikasinya terhadap manajemen agribisnis, usaha agribisnis berdasarkan sub sistem • Mahasiswa mampu mempresentasikan pengertian dan ruang lingkup prinsip-prinsip ekonomi manajerial, manajemen produksi agribisnis , manajemen pemasaran agribisnis
E. Petunjuk Pembelajaran Pembelajaran Berbasis OBE (Outcomes-Based Education) berfokus pada pencapaian hasil belajar yang terukur. Dalam OBE, dosen merancang pembelajaran dengan terlebih dahulu menentukan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang ingin dicapai oleh mahasiswa. Petunjuk pembelajaran berbasis OBE yang akan dilakukan dalam menyampaikan pada mahasiswa: 1. Menentukan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) • Capaian pembelajaran harus spesifik, terukur, dan dapat dicapai. • Capaian pembelajaran harus dirumuskan berdasarkan standar kompetensi yang relevan. • Capaian pembelajaran harus dikomunikasikan dengan jelas kepada mahasiswa. 2. Merancang Pembelajaran • Pembelajaran harus dirancang untuk membantu mahasiswa mencapai capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. • Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas yang mendorong mahasiswa untuk belajar secara aktif. • Pembelajaran harus memberikan umpan balik yang konstruktif kepada mahasiswa tentang kemajuan belajar mereka. 3. Menilai Pembelajaran • Penilaian dilakukan berdasarkan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. • Penilaian menggunakan berbagai metode penilaian yang sesuai dengan capaian pembelajaran. • Hasil penilaian digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Metode pembelajaran dalam kuliah Pengantar Agribisnis: • Problem-based learning: Mahasiswa dihadapkan pada masalah nyata dan diminta untuk mencari solusinya. • Project-based learning: Mahasiswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek yang kompleks. • Case-study learning: Mahasiswa menganalisis studi kasus untuk mempelajari konsep dan teori. 5. Penilaian berbasis kuliah Pengantar Agribisnis: • Tes tertulis: Tes pilihan ganda, uraian, atau essay. • Tugas: Makalah, presentasi, atau proyek. • Portofolio: Kumpulan karya mahasiswa yang menunjukkan perkembangan belajar mereka.
BAB I. PENGANTAR AGRRIBISNIS A. PENGANTAR MATERI 1. Deskripsi Singkat Materi kuliah Pengantar Agribisnis memberikan pemahaman dasar tentang agribisnis sebagai suatu sistem yang kompleks dan dinamis. Materi buku ini dirancang untuk membantu mahasiswa memahami berbagai aspek agribisnis, mulai dari konsep dasar, ruang lingkup, hingga peran pentingnya dalam pembangunan ekonomi. 2. Manfaat Pembelajaran Pembelajaran pengantar agribisnis memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang penting bagi mahasiswa untuk membangun karir di bidang agribisnis. Selain itu, pembelajaran ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya agribisnis dan mendorong mahasiswa untuk menjadi agen perubahan dalam pembangunan agribisnis di Indonesia. 3. Capaian Pembelajaran ➢ Memahami konsep dan prinsip dasar agribisnis. ➢ Menganalisis berbagai aspek agribisnis, termasuk sistem agribisnis, pelaku agribisnis, dan rantai pasok agribisnis.. ➢ Berkomunikasi secara efektif tentang agribisnis.. 4. Metode Pembelajaran Metode Ceramah: • Metode klasik ini melibatkan pengajar yang menyampaikan materi pembelajaran kepada mahasiswa secara langsung. • Ceramah dapat dikombinasikan dengan presentasi, video, dan gambar untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa. Diskusi: • Diskusi memungkinkan mahasiswa untuk bertukar pikiran dan ide tentang materi pembelajaran. • Diskusi dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, atau berpasangan. B. MATERI PEMBELAJARAN 1. PENGERTIAN DAN KONSEP AGRIBISNIS
Istilah "agribisnis" telah berkembang sejak diperkenalkan pada tahun 1950-an. Awalnya, istilah ini mengacu pada kombinasi pertanian dan bisnis, mencakup perdagangan dalam pertanian dan aktivitas terkait pertanian. Sejak itu, istilah tersebut telah berkembang untuk mencakup berbagai aktivitas yang lebih luas, seperti pengembangan teknologi baru, penggunaan drone untuk pertanian, dan integrasi kepedulian lingkungan ke dalam praktik pertanian. Agribisnis dalam arti luas yang mengacu pada bisnis yang terkait dengan produksi dan distribusi produk pertanian. Ini termasuk pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, serta bisnis yang menyediakan input untuk operasi ini, seperti perusahaan benih dan pupuk, dan bisnis yang memproses dan memasarkan produk pertanian, seperti pengalengan dan pengecer makanan. Agribisnis juga disebut usaha niaga tani, adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agrobisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis dengan perkataan lain adalah cara pandang ekonomi bagi usaha bidang pertanian. Usaha hulu agribisnis adalah usaha yang menyediakan sarana produksi pertanian (saprotan) seperti benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, dan jasa penunjang seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, pembiayaan, dan asuransi. Usaha hilir agribisnis adalah usaha yang mengolah dan memasarkan hasil pertanian. Usaha hilir agribisnis meliputi pengolahan hasil pertanian, pengemasan, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penjualan produk pertanian. Secara ringkas, makna agribisnis telah berkembang dari fokus awalnya pada perdagangan dalam pertanian menjadi konsep yang lebih luas yang mencakup teknologi, kepedulian lingkungan, dan intervensi pemerintah. Ini terus menjadi bidang yang dinamis dan berkembang, didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi tuntutan berubahnya produksi pangan, keberlanjutan lingkungan, dan pengembangan ekonomi. Perkembangan Kegiatan Agribisnis dari Generasi ke Generasi, dapat dilihat perkembang kegiatanya sebagai sebagai berikut: a. Generasi Pertama (Sebelum 1980) ➢ Kegiatan agribisnis masih tradisional, dengan fokus utama pada produksi dan pemenuhan kebutuhan pangan lokal. ➢ Teknologi yang digunakan masih sederhana, seperti alat-alat pertanian manual dan pupuk organik. ➢ Akses terhadap informasi dan pasar masih terbatas. b. Generasi Kedua (1980-2000) ➢ Dimulainya penggunaan teknologi modern seperti traktor, mesin panen, dan pupuk kimia.
➢ Peningkatan akses terhadap informasi dan pasar melalui media massa dan infrastruktur yang lebih baik. ➢ Munculnya industri pengolahan hasil pertanian dan sistem agribisnis yang lebih terstruktur. c. Generasi Ketiga (2000-2020) ➢ Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam agribisnis, seperti penggunaan internet untuk pemasaran dan penjualan produk. ➢ Peningkatan kesadaran terhadap keberlanjutan dan ramah lingkungan dalam kegiatan agribisnis. ➢ Munculnya konsep pertanian presisi dan smart farming untuk optimasi produksi. d. Generasi Z (2020-sekarang) ➢ Penggunaan teknologi digital yang semakin canggih, seperti drone, sensor, dan big data untuk analisis dan pengambilan keputusan dalam agribisnis. ➢ Perkembangan e-commerce dan platform online untuk pemasaran dan penjualan produk pertanian. ➢ Tumbuhnya minat generasi muda terhadap agribisnis dengan fokus pada inovasi dan kewirausahaan. Dinamika kegiatan agribisnis pada awal dikemukakan hingga saat ini mengalami perubahan persepsi dalam kontek kkegiatannya, untuk llebih jelasnya dapat dilihat perbedaan konsep agribisnis pada pertama kali disampaikan hingga pada saat ini sebagai berikut: Konsep agribisnis saat inii yang diacu oleh kaum Gen Z lebih modern, inovatif, dan berkelanjutan dibandingkan dengan konsep agribisnis dahulu. Kaum Gen Z memanfaatkan teknologi digital, memiliki jiwa wirausaha, dan fokus pada kerjasama untuk mengembangkan agribisnis yang lebih baik. Konsep agribisnis telah mengalami banyak perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Berikut adalah beberapa perbedaan konsep agribisnis dahulu dan kaum Gen Z sebagai berrikut : a. Fokus: ➢ Dahulu: Fokus agribisnis lebih kepada produksi pertanian, seperti budidaya tanaman dan peternakan. ➢ Kaum Gen Z: Fokus agribisnis lebih luas, meliputi produksi, pengolahan, pemasaran, dan distribusi produk pertanian. b.. Teknologi: ➢ Dahulu: Penggunaan teknologi dalam agribisnis masih terbatas, mostly manual.
➢ Kaum Gen Z: Penggunaan teknologi dalam agribisnis sudah masif, seperti Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI), big data, dan blockchain. c. Pemasaran: ➢ Dahulu: Pemasaran produk pertanian dilakukan secara tradisional, seperti melalui pasar dan pengecer. ➢ Kaum Gen Z: Pemasaran produk pertanian dilakukan secara online dan offline, seperti melalui e-commerce, marketplace, dan media sosial. d. Skala usaha: ➢ Dahulu: Skala usaha agribisnis umumnya kecil dan menengah. ➢ Kaum Gen Z: Skala usaha agribisnis bisa kecil, menengah, dan besar, bahkan bisa merambah pasar global. 5. Keberlanjutan: ➢ Dahulu: Konsep agribisnis berkelanjutan belum banyak dikenal. ➢ Kaum Gen Z: Konsep agribisnis berkelanjutan menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan agribisnis. 6. Kewirausahaan: ➢ Dahulu: Jiwa wirausaha dalam agribisnis belum banyak berkembang. ➢ Kaum Gen Z: Jiwa wirausaha dalam agribisnis semakin berkembang, dengan banyaknya Gen Z yang memulai usaha agribisnis sendiri. 7. Kerjasama: ➢ Dahulu: Kerjasama antar berbagai pihak dalam agribisnis masih terbatas. ➢ Kaum Gen Z: Kerjasama antar berbagai pihak dalam agribisnis semakin penting, seperti kerjasama antara petani, pengusaha, pemerintah, dan lembaga penelitian. Jadi konsep agribisnis yang dijalankan oleh kaum gen z kata kuncinya semua kegiatan agribisnis yang dijalankan harus “efektif” maksudnya kegiatan agribisnis yang dijalankan harus mampu mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber daya yang minimal dan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Berikut beberapa poin penting mengenai agribisnis yang efektif. Prinsipnya mengacu pada cara pandang ekonomi penting untuk diterapkan dalam usaha hulu dan hilir, agar usaha agribisnis dapat berjalan dengan efisien, menguntungkan, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Adapun penjelasan cara pandang ekomi dalam agribisnis diharapkan mengapu pada : a. Efisiensi: A. Penggunaan sumber daya yang optimal untuk menghasilkan produk dengan biaya yang minimal.
B. Penerapan teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan efisiensi produksi. C. Skala ekonomi untuk mencapai biaya produksi yang lebih rendah. b. Keuntungan: • Memaksimalkan keuntungan dengan cara meningkatkan harga jual produk dan/atau menurunkan biaya produksi. • Menciptakan nilai tambah melalui pengolahan dan pemasaran produk pertanian. • Memanfaatkan peluang pasar yang menguntungkan. c. Risiko: • Mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan usaha agribisnis, seperti risiko alam, risiko pasar, dan risiko finansial. • Menerapkan strategi untuk memitigasi risiko, seperti asuransi, diversifikasi usaha, dan hedging. d. Keberlanjutan: • Menjalankan usaha agribisnis dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. • Penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. • Menerapkan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) dan praktik pengelolaan lingkungan yang baik. 2. PERAN PENTING AGRIBISNIS DI INDONESIA Agribisnis memegang peranan krusial dalam pembangunan Indonesia atas sejumlah alasan yang tak dapat diabaikan. Pertama, dalam konteks ketahanan pangan, Indonesia dengan populasi yang melampaui 270 juta jiwa membutuhkan upaya besar untuk memastikan pasokan pangan yang mencukupi. Agribisnis menjadi tulang punggung dalam menyediakan kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan meningkatkan produksi dan efisiensi di sektor ini, Indonesia dapat mencapai tingkat ketahanan pangan yang lebih baik serta mengurangi ketergantungan pada impor pangan. Selain itu, sektor agribisnis juga berperan dalam penciptaan lapangan kerja. Dengan mempekerjakan sekitar 30% dari angkatan kerja, pengembangan agribisnis memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja baru terutama di pedesaan, serta membantu mereduksi tingkat kemiskinan. Kemudian, agribisnis juga memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan petani. Dengan meningkatkan efisiensi produksi, nilai tambah produk, dan akses pasar, agribisnis mampu meningkatkan pendapatan petani secara signifikan, yang pada gilirannya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka.
Di samping itu, agribisnis berperan sebagai motor penggerak pembangunan pedesaan. Melalui peningkatan infrastruktur, akses pendidikan dan kesehatan, serta dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi di pedesaan, agribisnis dapat membantu membentuk pedesaan yang lebih berkembang dan berdaya saing. Tak kalah pentingnya, sektor agribisnis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dengan pengembangan yang tepat, sektor ini mampu memberikan dorongan yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selanjutnya, agribisnis yang efektif dalam hal ini efisien dan kompetitif akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Ini berarti tidak hanya memperluas pangsa pasar luar negeri untuk produk-produk agribisnis, tetapi juga menghasilkan devisa yang diperlukan bagi negara. Terakhir, agribisnis juga memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam. Dengan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan, sektor ini memastikan bahwa produksi pangan tetap berlangsung tanpa merusak lingkungan, yang pada akhirnya mendukung ketahanan pangan jangka panjang serta pembangunan yang berkelanjutan. Peran Pemerintah Pemerintah fokus pada pembangunan sistem agribisnis yang efisien dan berkelanjutan. Dukungan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengembangan infrastruktur transportasi hingga pembangunan pusat-pusat pengembangan agribisnis yang berperan sebagai pusat perdagangan dan distribusi insentif bagi para pelaku agribisnis di wilayah tersebut. Investasi pemerintah dalam sektor agribisnis menjadi prioritas, dengan alokasi dana yang memperhatikan berbagai tahap pembangunan sistem agribisnis. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi keputusan sektor swasta dan mendorong pertumbuhan ekonomi sektor tersebut. Selain itu, pemerintah juga memperhatikan pengembangan komoditas unggulan regional guna mendukung pertumbuhan agribisnis dan agroindustri di setiap kawasan. Pengembangan infrastruktur menjadi fokus penting dalam mendukung pertumbuhan sektor agribisnis. Ini mencakup pengembangan sistem drainase, jaringan transportasi, serta infrastruktur kelembagaan yang memadai. Selain itu, pemerintah juga menekankan pentingnya pengembangan sistem kelembagaan yang efisien, pendidikan dan tenaga kerja yang berkualitas, serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sektor agribisnis bagi kesejahteraan ekonomi dan lingkungan. Dalam hal ini, pengembangan jaringan perbankan yang memadai juga menjadi perhatian pemerintah, untuk memfasilitasi akses permodalan bagi pelaku usaha di sektor agribisnis. Dengan berbagai langkah ini, diharapkan sektor agribisnis dapat terus tumbuh dan memberikan
kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia, sambil memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan kontribusi sektor agribisnis terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Langkah-langkah yang ditempuh antara lain adalah meningkatkan produksi dan produktivitas dalam sektor agribisnis, memperkuat infrastruktur yang mendukung kegiatan agribisnis, serta meningkatkan akses pelaku usaha di sektor tersebut terhadap teknologi dan modal. Selain itu, upaya juga dilakukan dalam memperkuat promosi dan pemasaran produk-produk agribisnis. Dengan serangkaian langkah ini, diharapkan kontribusi sektor agribisnis terhadap PDB Indonesia dapat terus meningkat. Kontribusi sektor agribisnis terhadap ekonomi Indonesia telah terbukti signifikan, terutama dalam hal PDB. Pada tahun 2023, sektor agribisnis menyumbang sekitar 13,7% dari total PDB Indonesia. Kontribusi ini tidak merata di seluruh bidang agribisnis, dengan beberapa sektor memiliki kontribusi lebih besar daripada yang lain. Pada tahun yang sama, bidang agribisnis seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap PDB. Peran agribisnis dalam perekonomian nasional semakin diperkuat dengan fluktuasi kontribusi terhadap PDB yang telah terjadi dari tahun ke tahun. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, kontribusi agribisnis terhadap PDB Indonesia mencapai 13,70%, menunjukkan adanya peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa agribisnis memiliki peran yang krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun demikian, fluktuasi dalam kontribusi agribisnis terhadap PDB menunjukkan pentingnya terus menerusnya upaya-upaya untuk memperkuat sektor ini. Melalui strategi yang tepat dan dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah serta pihak terkait lainnya, diharapkan sektor agribisnis dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar lagi bagi perekonomian Indonesia ke depannya. 3. RUANG LINGKUP AGRIBISNIS Definisi Ruang Lingkup Agribisnis yang pertama adalah suatu sistem agribisnis yang terintegrasi, yang meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan sarana produksi, usahatani, pengolahan hasil, pemasaran, dan distribusi produk pertanian. Ruang lingkup agribisnis terbagi menjadi 3 sektor utama, yaitu: a. Hulu (Upstream): • Penyediaan sarana produksi pertanian: pupuk, pestisida, benih, alat dan mesin pertanian. • Jasa penunjang: jasa penyuluhan, asuransi pertanian, kredit pertanian.
• Penelitian dan pengembangan (litbang) pertanian. • Pendidikan dan pelatihan agribisnis. b. On-Farm (On-farm): • Budidaya tanaman: padi, jagung, kedelai, sayuran, buah-buahan. • Peternakan: sapi, kambing, ayam, domba, ikan. • Perikanan: budidaya ikan air tawar, air laut, dan tambak. • Kehutanan: tanaman kayu, tanaman industri, tanaman obat. c. Hilir (Downstream): • Agroindustri: pengolahan hasil pertanian menjadi produk olahan (makanan, minuman, tekstil, biofuel). • Pengemasan: menyimpan dan melindungi produk agar tahan lama dan mudah didistribusikan. • Distribusi: menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. • Perdagangan: menjual produk baik secara lokal, nasional, maupun internasional. • Promosi: memperkenalkan produk kepada konsumen agar tertarik untuk membeli. Usaha agribisnis awalnya hanya berfokus pada usaha dibidang hulu, on farm dan hilir Contoh Usaha Agribisnis yang dilakukan : • Usaha Hulu: Toko pupuk, distributor pestisida, perusahaan pembibitan benih. • Usaha On-Farm: Petani padi, peternak sapi, pembudidaya ikan lele. • Usaha Hilir: Pabrik pengolahan padi, industri pengolahan susu, perusahaan eksportir produk perikanan. Ruang lingkup agribisnis bagi kaum Gen Z memiliki banyak peluang dan potensi yang menarik. Berikut beberapa contohnya: a. Pertanian Cerdas (Smart Farming): • Penerapan teknologi seperti Internet of Things (IoT), drone, dan robotika untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi pertanian. • Gen Z dengan keahlian teknologi dapat berperan dalam pengembangan dan penerapan teknologi ini. b. Agribisnis Digital: • Penggunaan platform online untuk pemasaran produk pertanian, seperti e-commerce dan media sosial. • Gen Z yang terbiasa dengan dunia digital dapat memanfaatkan platform ini untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.
c. Agrowisata: • Menggabungkan kegiatan pertanian dengan wisata untuk memberikan pengalaman edukatif dan menarik bagi pengunjung. • Gen Z dengan jiwa kreatif dapat berperan dalam pengembangan konsep dan pengelolaan agrowisata. d. Pengolahan dan Pengemasan Produk Pertanian: • Meningkatkan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan dan pengemasan yang menarik. • Gen Z dengan ide-ide kreatif dapat berperan dalam pengembangan produk olahan dan desain kemasan yang inovatif. e. Brand Marketing dan Promosi Produk Pertanian: • Membangun merek dan mempromosikan produk pertanian dengan cara yang menarik dan kekinian. • Gen Z yang aktif di media sosial dapat berperan dalam strategi brand marketing dan promosi produk pertanian. Peluang dan Tantangan Meskipun ada tantangan yang dihadapi baik oleh pelaku usaha agribisnis di masa lalu maupun Generasi Z, peluang untuk sukses tetap terbuka lebar. Dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, dan kreativitas mereka, Generasi Z dapat menjadi motor penggerak dalam memajukan sektor agribisnis di Indonesia. Dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta juga akan menjadi kunci dalam membantu mereka mengatasi tantangan dan meraih kesuksesan dalam usaha mereka. a. Peluang: Dahulu: Permintaan produk pertanian yang tinggi: Saat itu, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan populasi yang besar di Indonesia menciptakan permintaan yang signifikan terhadap produk pertanian. Ini memberikan peluang besar bagi pelaku usaha agribisnis untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. Kurangnya persaingan: Pada masa itu, persaingan di sektor agribisnis belum seintens sekarang. Jumlah pengusaha agribisnis yang relatif sedikit memberikan kesempatan lebih besar bagi mereka untuk meraih kesuksesan dengan lebih mudah. Dukungan pemerintah: Pemerintah memberikan berbagai insentif dan dukungan kepada pelaku usaha agribisnis, seperti subsidi pupuk, kredit usaha tani, dan program pelatihan. Ini membantu memperkuat fondasi bisnis mereka.
Kaum Gen Z: Pemanfaatan teknologi: Generasi Z tumbuh di era digital dan memiliki keterampilan teknologi yang tinggi. Mereka dapat memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pertanian, sensor, dan analisis data untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam usaha agribisnis. Inovasi dan kreativitas: Generasi Z dikenal sebagai generasi yang inovatif dan kreatif. Mereka memiliki potensi untuk mengembangkan ide-ide baru dalam bidang agribisnis, mulai dari teknik bertani yang lebih efisien hingga produk pertanian yang lebih menarik. Akses pasar yang luas: Melalui internet dan media sosial, Generasi Z memiliki akses yang luas ke pasar global. Mereka dapat menggunakan platform online untuk memasarkan produk pertanian mereka kepada pelanggan potensial di seluruh dunia. b. Tantangan: Dahulu: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan: Banyak petani dan pengusaha agribisnis pada masa itu masih kurang teredukasi dalam hal praktik pertanian modern dan manajemen usaha. Ini membatasi kemampuan mereka untuk mengoptimalkan produksi dan memenuhi standar pasar yang semakin tinggi. Akses permodalan yang terbatas: Terutama bagi petani kecil, sulit untuk mendapatkan akses terhadap modal yang diperlukan untuk mengembangkan usaha pertanian. Hal ini menghambat kemampuan mereka untuk memperluas skala operasi dan meningkatkan produktivitas. Fluktuasi harga produk pertanian: Harga produk pertanian sering mengalami fluktuasi yang tajam, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti musim, permintaan pasar, dan kebijakan pemerintah. Ini membuat perencanaan bisnis menjadi sulit dan meningkatkan risiko finansial. Kaum Gen Z: Stigma negatif terhadap sektor pertanian: Beberapa dari Generasi Z mungkin masih memiliki pandangan negatif terhadap sektor pertanian, menganggapnya sebagai pekerjaan yang kurang bergengsi atau tidak menarik. Hal ini bisa menjadi hambatan dalam mendorong minat mereka untuk terlibat dalam usaha agribisnis. Kurangnya pengalaman: Karena masih relatif muda, Generasi Z umumnya belum memiliki banyak pengalaman dalam mengelola bisnis, termasuk dalam sektor agribisnis. Mereka perlu belajar dari pengalaman orang lain dan menghadapi tantangan serta kegagalan untuk tumbuh dan berkembang. Persaingan yang ketat: Dengan masuknya lebih banyak startup dan pengusaha muda yang berinovasi dalam bidang agribisnis, persaingan di pasar semakin sengit. Generasi Z harus mampu menemukan keunggulan kompetitif mereka sendiri dan memposisikan diri di pasar dengan bijaksana. Contoh Usaha Agribisnis yang Potensial bagi Gen Z:
• Pertanian cerdas (smart farming): Penerapan teknologi seperti IoT, drone, dan robotika untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi pertanian. • Agribisnis digital: Penggunaan platform online untuk pemasaran produk pertanian, seperti e-commerce dan media sosial. • Agrowisata: Menggabungkan kegiatan pertanian dengan wisata untuk memberikan pengalaman edukatif dan menarik bagi pengunjung. • Pengolahan dan pengemasan produk pertanian: Meningkatkan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan dan pengemasan yang menarik. • Brand marketing dan promosi produk pertanian: Membangun merek dan mempromosikan produk pertanian dengan cara yang menarik dan kekinian. Ruang lingkup potensi dan tantangan Gen Z dalam melakukan usaha agribisnis cukup luas. Dengan memanfaatkan keahlian teknologi, kreativitas, dan jiwa entrepreneurship, Gen Z dapat berperan dalam memajukan sektor agribisnis di Indonesia. Banyak usaha agribisnis yang cocok dilakukan mahasiswa pertanian kaum Gen Z. Dengan memanfaatkan ilmu dan pengetahuan, akses informasi, jiwa entrepreneurship, dan dukungan dari pemerintah, mahasiswa pertanian kaum Gen Z dapat sukses dalam usaha agribisnis. Berikut beberapa usaha agribisnis yang cocok dilakukan mahasiswa pertanian kaum Gen Z: 1. Agribisnis Digital: • Pemasaran online: Membangun toko online untuk menjual produk pertanian, seperti sayur, buah, dan produk olahannya. • Media sosial: Memanfaatkan media sosial untuk promosi dan branding produk agribisnis. • Content creator: Membuat konten edukatif dan menarik tentang pertanian di media sosial. • E-commerce: Menjual produk agribisnis melalui platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada. 2. Agrowisata: • Menyelenggarakan wisata edukasi: Memberikan edukasi tentang pertanian kepada pengunjung, seperti cara menanam, merawat, dan memanen tanaman. • Menyediakan paket wisata agro: Menawarkan paket wisata yang menggabungkan wisata alam dengan wisata pertanian. • Membangun kafe atau restoran di area agrowisata: Menjual makanan dan minuman yang terbuat dari bahan baku hasil pertanian. • Menyediakan jasa fotografi dan videografi: Menawarkan jasa fotografi dan videografi untuk acara-acara di agrowisata.
3. Pengolahan dan Pengemasan Produk Pertanian: • Mengembangkan produk olahan: Mengolah produk pertanian menjadi produk olahan yang lebih tahan lama dan bernilai jual tinggi, seperti jus buah, keripik sayur, dan abon. • Mengembangkan desain kemasan yang menarik: Membuat desain kemasan yang menarik dan informatif untuk produk agribisnis. • Membangun brand produk agribisnis: Menciptakan brand produk agribisnis yang unik dan mudah diingat. 4. Jasa Konsultan Agribisnis: • Menawarkan jasa konsultasi: Memberikan jasa konsultasi kepada petani dan pengusaha agribisnis tentang budidaya tanaman, peternakan, dan pemasaran produk. • Menyelenggarakan pelatihan dan seminar: Menyelenggarakan pelatihan dan seminar tentang agribisnis untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan pengusaha agribisnis. • Menjadi influencer agribisnis: Berbagi ilmu dan pengetahuan tentang agribisnis di media sosial. 5. Startup Agribisnis: • Mengembangkan aplikasi mobile: Mengembangkan aplikasi mobile untuk membantu petani dan pengusaha agribisnis dalam mengelola usahanya. • Membangun platform online: Membangun platform online untuk mempertemukan petani dengan pembeli produk agribisnis. • Mengembangkan teknologi pertanian: Mengembangkan teknologi pertanian untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi pertanian. C. RANGKUMAN Agribisnis adalah bidang yang berkaitan dengan produksi dan distribusi produk pertanian, meliputi pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, serta bisnis yang mendukungnya seperti perusahaan benih, pupuk, pengolahan hasil pertanian, dan lain-lain. Konsep agribisnis telah berkembang sejak diperkenalkan pada tahun 1950-an dari fokus awalnya pada perdagangan dalam pertanian menjadi konsep yang lebih luas, termasuk teknologi, keberlanjutan, dan intervensi pemerintah. Perkembangan kegiatan agribisnis dari generasi ke generasi menunjukkan perubahan signifikan dalam teknologi, akses informasi, dan kesadaran terhadap keberlanjutan. Generasi pertama agribisnis (sebelum 1980) cenderung tradisional dengan fokus pada produksi lokal. Generasi kedua (1980-2000) melihat penggunaan teknologi modern dan
peningkatan akses informasi. Generasi ketiga (2000-2020) menandai penerapan teknologi informasi dan kesadaran terhadap keberlanjutan. Generasi Z (2020-sekarang) menonjolkan penggunaan teknologi digital canggih, e-commerce, dan minat generasi muda dalam inovasi dan kewirausahaan. Perbedaan antara konsep agribisnis dahulu dan kaum Gen Z mencakup fokus, teknologi, pemasaran, skala usaha, keberlanjutan, kewirausahaan, dan kerjasama. Konsep agribisnis yang efektif menekankan pada efisiensi penggunaan sumber daya, maksimalkan keuntungan, kelola risiko, dan praktik yang berkelanjutan. Prinsip ekonomi yang penting untuk diterapkan dalam agribisnis termasuk efisiensi, maksimalkan keuntungan, kelola risiko, dan keberlanjutan. Ini melibatkan penggunaan sumber daya yang optimal, menciptakan nilai tambah, mengelola risiko, dan menjalankan usaha secara ramah lingkungan. Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kontribusi sektor agribisnis terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan langkah-langkah seperti peningkatan produksi, infrastruktur, akses teknologi, dan promosi produk. Sektor agribisnis telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB, mencapai sekitar 13,7% pada tahun 2023. Meskipun kontribusi ini bervariasi di berbagai bidang agribisnis, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, semua berperan penting dalam ekonomi nasional. Meskipun terjadi fluktuasi, kontribusi agribisnis terhadap PDB menunjukkan tren peningkatan dari waktu ke waktu, menegaskan peran penting sektor ini dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan upaya yang berkelanjutan, diharapkan sektor agribisnis dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar lagi bagi perekonomian Indonesia. Ruang lingkup agribisnis telah mengalami perkembangan yang signifikan dengan munculnya Generasi Z. Pemanfaatan teknologi, inovasi, dan kreativitas menjadi kunci untuk memajukan agribisnis di masa depan, sementara peran pemerintah tetap penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan sektor ini. D. SOAL LATIHAN Kelemahan mahasiswa pertanian kaum gen Z dalam melakuklan usaha agribisnis saat ini: • Kurangnya pengalaman: umumnya masih muda dan belum memiliki banyak pengalaman dalam bidang agribisnis. • Stigma negatif terhadap sektor pertanian: Sektor pertanian masih sering dianggap sebagai sektor yang kotor, panas, dan tidak menjanjikan. • Persaingan yang ketat: Persaingan dalam sektor agribisnis cukup ketat,
• Kurangnya akses terhadap modal dan lahan pertanian: umumnya masih muda dan belum memiliki banyak modal untuk memulai usaha agribisnis. Selain itu, harga lahan pertanian di Indonesia relatif mahal. Tugas : Diskusikan dengan kelompok anda jenis usaha agribinis apa yang menjajikan untuk anda usahakan dengan memperhatikan kelemahan anda dan jelaskan langkah yang strategis yang perlu anda perhatikan dalam mewujudkan usaha anda agar berhasil. E. SUMBER INFORMASI DAN REFERENSI a. Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/ b. Peluang dan Tantangan Generasi Z dalam Agribisnis - IPB University c. Generasi Z dan Masa Depan Agribisnis Indonesia – Katadata d. Pengertian Agribisnis: Ruang Lingkup, Fungsi, dan Contohnya - Gramedia: https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-agribisnis-ruang-lingkupfungsi-dan-contohnya/
II. POTENSI AGRIBISNIS di INDONESIA A. PENGANTAR MATERI 1. Deskripsi singkat Materi potensi agribisnis di Indonesia diharapkan mahasiswa dapat mengenali dan memahami potensi sumber daya alam, Jumlah penduduk yang besar dan letak geografis yang strategis dalam menunjang permintaan global yang tinggi adalah pilihan tepat bagi yang ingin berkontribusi dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia dan memiliki karir yang menjanjikan di bidang agribisnis. 2. Manfaat Pembelajaran Pembelajaran potensi agribisnis di Indonesia memiliki banyak manfaat yang dapat meningkatkan kualitas hidup individu dan bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat dalam mempelajari agribisnis untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. 3. Capaian Pembelajaran Capaian pembelajaran potensi agribisnis di Indonesia sangat penting untuk membangun agribisnis yang maju dan berkelanjutan. Dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tepat, individu dapat berkontribusi dalam membangun agribisnis yang menguntungkan dan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa. 4. Metode Pembelajaran Metode Ceramah: • Metode klasik ini melibatkan pengajar yang menyampaikan materi pembelajaran kepada mahasiswa secara langsung. • Ceramah dapat dikombinasikan dengan presentasi, video, dan gambar untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa. Diskusi: • Diskusi memungkinkan mahasiswa untuk bertukar pikiran dan ide tentang materi pembelajaran. • Diskusi dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, atau berpasangan.
B. MATERI PEMBELAJARAN 1. KEKAYAAN SUMBER DAYA (lahan, air dan iklim) Indonesia memiliki lahan, air, dan kondisi iklim yang mendukung untuk pertanian. Negara ini memiliki wilayah daratan yang luas, terdiri dari 144 juta hektar lahan kering dan 44,20 juta hektar lahan basah. Iklim khatulistiwa memungkinkan berbagai kegiatan pertanian, mulai dari padi, jagung, kedelai, kopi, lada, kakao, dan karet hingga produk komersial berharga lainnya. Namun, Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang menghambat pemanfaatan sumber daya lahan dan air secara efektif. Salah satu tantangan tersebut adalah degradasi lingkungan pertanian, yang dapat diakibatkan oleh aktivitas seperti penggundulan hutan, industrialisasi, pertambangan, urbanisasi, dan pertanian. Upaya ekonomi berpotensi memperburuk degradasi lahan, sehingga memerlukan upaya untuk meningkatkan aspek biofisik dan sosial ekonomi lingkungan. Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia perlu memanfaatkan sumber daya air yang kurang dimanfaatkan secara efisien, termasuk air laut dan sumber lainnya. Selain itu, peningkatan produktivitas pertanian melalui intensifikasi, perluasan ke wilayah baru, dan peningkatan inovasi teknologi juga merupakan hal yang penting. Indonesia juga menghadapi permasalahan terkait ketersediaan air, yang sangat penting bagi pertanian. Negara ini mempunyai kebutuhan air yang besar, dengan Bali dan Nusa Tenggara membutuhkan 75% dari air yang tersedia saat ini, dan Jawa membutuhkan 72%. Solusinya meliputi pembangunan infrastruktur seperti bendungan dan sistem irigasi, serta penerapan teknologi hemat air. Selain itu, Indonesia harus mengatasi dampak perubahan iklim, yang dapat mengganggu kegiatan pertanian dengan mengubah ketersediaan air, menaikkan suhu, dan menyebabkan kondisi tanah tidak sesuai. Strateginya harus mencakup pengembangan pendekatan pengelolaan sumber daya air di lahan kering untuk mendukung budidaya kapas dan tanaman pangan di daerah tadah hujan. Potensi sumber daya lahan, air, dan iklim Indonesia menawarkan fondasi yang kuat untuk pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berdaya saing. Berikut adalah beberapa potensi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut dalam pengembangan sektor agribisnis: a. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan: Dengan luas lahan yang besar dan kesuburan tanah yang melimpah, Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan. Praktik pertanian organik dan ramah lingkungan dapat dipromosikan untuk
memastikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan menjaga kelestarian lingkungan. b. Optimalisasi Sumber Daya Air: Pemanfaatan sumber daya air yang melimpah secara efisien dan berkelanjutan merupakan kunci dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Investasi dalam infrastruktur irigasi modern dan manajemen air yang cermat dapat membantu petani memanfaatkan sumber daya air dengan lebih efektif, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. c. Pengembangan Varietas Tanaman Unggul: Riset dan pengembangan varietas tanaman yang unggul dan tahan terhadap perubahan iklim dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan negara dan meningkatkan produktivitas pertanian. Penggunaan teknologi bioteknologi dan pemuliaan tanaman dapat mempercepat proses pengembangan varietas yang sesuai dengan kondisi iklim dan lingkungan di Indonesia. d. Pengolahan Hasil Pertanian: Pengembangan sektor agroindustri, termasuk pengolahan hasil pertanian, dapat menambah nilai tambah pada produk pertanian dan membuka peluang ekspor yang lebih besar. Investasi dalam fasilitas pengolahan modern dan peningkatan kualitas produk dapat meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global. e. Pemberdayaan Petani: Melalui pendidikan, pelatihan, dan akses terhadap teknologi, petani dapat diberdayakan untuk meningkatkan praktik pertanian mereka dan mengoptimalkan hasil panen. Program-program ini juga dapat membantu mengurangi kesenjangan dalam akses terhadap sumber daya dan teknologi antara petani di berbagai wilayah di Indonesia. f. Kemitraan Publik-Swasta: Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga riset dapat membantu mendorong inovasi dan investasi dalam sektor agribisnis. Kemitraan semacam ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan usaha pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing. 2. PASAR DOMESTIK BESAR DAN TERUS BERKEMBANG a. Sektor Agribisnis Sektor agribisnis Indonesia mempunyai potensi yang besar, didorong oleh besarnya pasar dalam negeri. Pada tahun 2022, impor pertanian negara ini melampaui $28 miliar, menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan ekspor pertanian AS terbesar ke-11, dan AS sebagai eksportir produk pertanian terbesar kedua ke Indonesia. Ekspor utama AS ke Indonesia meliputi kedelai, produk susu, biji-bijian hasil penyulingan, kapas, gandum, dan produk daging sapi.
Proyeksi menunjukkan berlanjutnya pertumbuhan konsumsi dan perdagangan pangan di Indonesia, dengan sekitar tiga perempat dari perkiraan pertumbuhan konsumsi pangan pada tahun 2050 diperkirakan akan dipenuhi melalui impor. Komoditas tertentu, seperti gandum, menghadapi tantangan dalam produksi dalam negeri karena kondisi iklim di Indonesia, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia berdasarkan volume. Produksi bahan pangan penting dalam negeri menghadapi kendala seperti terbatasnya ketersediaan lahan, pertanian skala kecil, menipisnya sumber daya, dan persaingan antara produksi tanaman pangan dan non-pangan. Namun demikian, terdapat potensi yang signifikan untuk memperluas pasar domestik dengan berfokus pada buah-buahan dan sayuran yang lebih menguntungkan, sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk tersebut. Pemerintah Indonesia secara aktif mengupayakan peningkatan kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan regional dan bilateral, yang berpotensi mendorong lingkungan kebijakan perdagangan dan investasi yang lebih liberal. Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang mengalami pemulihan yang kuat sejak kontraksi pada tahun 2020, dengan PDB mencapai sekitar $1,32 triliun USD pada tahun 2022. Upaya pemerintah dikonsentrasikan pada peningkatan infrastruktur, diversifikasi ekonomi, dan pengurangan hambatan bisnis. Pemberlakuan Omnibus Law Cipta Kerja baru-baru ini bertujuan untuk merampingkan birokrasi, menarik tingkat investasi yang lebih tinggi, dan merangsang penciptaan lapangan kerja dan perluasan ekonomi. b. Pasar Agribisnis Singkatnya, pasar agribisnis Indonesia memiliki potensi yang signifikan karena besarnya pasar dalam negeri, meningkatnya konsumsi pangan, dan inisiatif pemerintah untuk memperbaiki lanskap bisnis. Namun tantangan seperti kelangkaan lahan, keterbatasan sumber daya, dan persaingan antara tanaman pangan dan non-pangan memerlukan perhatian untuk memanfaatkan potensi ini sepenuhnya. Usaha agribisnis di Indonesia meraih dukungan yang substansial dari pasar domestik yang luas. Dalam matriks ini, berbagai faktor memainkan peran penting dalam memperkuat fondasi ekosistem agribisnis negara ini. Pertama-tama, pasar domestik Indonesia, yang mencakup lebih dari 270 juta penduduk, menawarkan pangsa pasar yang sangat besar untuk produk-produk agribisnis. Pertumbuhan populasi yang stabil tidak hanya menunjukkan keberlanjutan permintaan untuk produk agribisnis, tetapi juga memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan berkelanjutan industri ini.
Selanjutnya, perkembangan kelas menengah yang pesat merupakan fenomena yang sangat signifikan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus berlangsung, kelas menengah Indonesia memiliki daya beli yang semakin meningkat. Hal ini tidak hanya meningkatkan permintaan akan produk agribisnis berkualitas tinggi, tetapi juga memperluas pasar untuk inovasi dan produk-produk bernilai tambah. Urbanisasi yang terus berlanjut juga memainkan peran penting dalam membentuk pola konsumsi masyarakat. Masyarakat perkotaan cenderung memiliki preferensi terhadap produkproduk agribisnis yang praktis, siap saji, dan sesuai dengan gaya hidup yang sibuk. Oleh karena itu, pelaku usaha agribisnis harus memperhatikan tren ini dan mengembangkan strategi pemasaran yang sesuai. Tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari pemerintah. Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung pengembangan sektor agribisnis. Ini termasuk program bantuan kepada petani, insentif pajak, dan investasi dalam infrastruktur pertanian, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan produksi, efisiensi, dan daya saing industri agribisnis. Terakhir, potensi pengembangan agribisnis di pasar domestik Indonesia sangat luas. Selain budidaya tanaman dan hewan konvensional, ada juga peluang besar dalam bidang agribisnis berbasis teknologi dan inovasi. Pengembangan produk-produk bernilai tambah, seperti makanan fungsional atau organik, serta jasa penunjang agribisnis seperti teknologi informasi dan manajemen risiko, semuanya memiliki prospek yang cerah di pasar domestik yang dinamis ini. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini secara menyeluruh, pelaku usaha agribisnis dapat merencanakan strategi yang tepat untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh pasar domestik Indonesia yang besar dan berkembang pesat ini. 3. LETAK GEOGRAFIS YANG STRATEGIS a. Strategi Geografi Saat merumuskan strategi geografis untuk agribisnis di Indonesia, penting untuk mempertimbangkan beberapa faktor penting: • “Keanekaragaman Geografis” Topografi dan iklim Indonesia yang beragam berdampak signifikan terhadap budidaya tanaman dan menimbulkan tantangan dalam distribusi pangan dan logistik. Penting untuk memahami penyebaran geografis sumber daya pertanian dan kesesuaiannya untuk tanaman yang berbeda agar dapat merencanakan dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.
• “Pembangunan Infrastruktur”: Meningkatkan infrastruktur pertanian, termasuk sistem irigasi, jaringan transportasi, dan fasilitas penyimpanan, sangat penting untuk memastikan distribusi dan penyimpanan produk pertanian yang efisien. Langkah ini dapat memitigasi kerugian pascapanen dan meningkatkan daya saing sektor agribisnis secara keseluruhan. • “Aksesibilitas Pasar”: Memfasilitasi akses pasar bagi agribisnis Indonesia sangat penting untuk mendorong pertumbuhan dan daya saing mereka. Tujuan ini dapat dicapai melalui berbagai cara, seperti memajukan perjanjian perdagangan, memperkuat jaringan rantai pasokan, dan mendorong pembentukan platform e-commerce untuk barang-barang pertanian. • “Kepatuhan terhadap Kebijakan”.: Ketaatan pada kerangka peraturan yang mengatur sektor agribisnis sangat diperlukan dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Hal ini mencakup upaya untuk selalu mengikuti perubahan kebijakan dan melibatkan lembaga-lembaga pemerintah serta pemangku kepentingan untuk melakukan advokasi terhadap kebijakan-kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektoral. • “Langkah-Langkah Keberlanjutan”: Menerapkan praktik pertanian berkelanjutan sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang agrobisnis di Indonesia. Hal ini mencakup penerapan teknik pertanian ramah lingkungan, advokasi pemanfaatan sumber energi terbarukan, dan mendorong pengembangan rantai pasokan berkelanjutan. • ”Inovasi dan Integrasi Teknologi”: Merangkul inovasi dan teknologi dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi biaya, dan daya saing agribisnis Indonesia. Hal ini mungkin memerlukan penerapan metode pertanian yang presisi, pemanfaatan alat digital untuk pengelolaan pertanian, dan inovasi produk dan layanan baru yang bernilai tambah. • “Kemitraan Kolaboratif”: Menumbuhkan kemitraan yang kuat dengan pemerintah daerah, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya dapat membantu agrobisnis dalam menavigasi lanskap peraturan yang rumit di Indonesia dan mengakses sumber daya dan keahlian yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesuksesan. Dengan mempertimbangkan secara cermat faktor-faktor penting ini, pelaku agrobisnis dapat merancang strategi geografis yang tangguh dan disesuaikan untuk mengatasi berbagai tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh beragamnya lahan pertanian di Indonesia. b. Strategi Geografis Indonesia Strategi geografis dalam agribisnis Indonesia sangat penting untuk pengembangan sektor ini, karena keragaman topografi dan iklim di negara ini mempengaruhi jenis tanaman yang dapat
ditanam dan tantangan yang dihadapi dalam distribusi pangan dan logistik. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 274 juta jiwa. Negara ini juga merupakan salah satu produsen pertanian terbesar di dunia, menyumbang 13% PDB Sebaran geografis pertanian di Indonesia beragam, dengan padi menjadi tanaman utama di banyak daerah, khususnya Jawa, Bali, Lombok, dan sebagian Sumatera dan Sulawesi. Hortikultura, yang meliputi buah-buahan dan sayur-sayuran, juga penting dalam perekonomian lokal dan dalam mencapai ketahanan pangan . Indonesia mempunyai beragam buah-buahan asli, seperti durian, manggis, rambutan, salak, pisang, nangka, mangga, kedondong, jambu air, buni, jamblang, dan kecapi. Namun, kinerja sektor hortikultura kurang baik, sehingga perlu mengimpor buah-buahan dan sayur-sayuran dari negara tetangga dan wilayah lain Iklim Indonesia kondusif bagi pertanian, dengan iklim muson yang konsisten dan distribusi curah hujan yang hampir merata. Namun, jumlah penduduk yang besar dan terbatasnya lahan yang didedikasikan untuk budidaya tanaman pangan telah menimbulkan tantangan dalam memenuhi permintaan produk pangan . Konsumsi pangan dan perdagangan di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh, dengan sekitar tiga perempat dari nilai pertumbuhan konsumsi pangan pada tahun 2050 diperkirakan akan dipasok melalui impor. Pemerintah telah secara aktif mengupayakan peningkatan kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan regional dan perjanjian bilateral, yang dapat menghasilkan lingkungan kebijakan perdagangan dan investasi yang lebih liberal. Disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja diharapkan dapat mengefektifkan birokrasi, menarik tingkat investasi yang lebih besar, serta mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Kesimpulannya, strategi geografis dalam agribisnis Indonesia harus fokus pada peningkatan produktivitas pertanian, perluasan pasar domestik, dan mengatasi tantangan dalam distribusi pangan dan logistik. Hal ini dapat dicapai melalui kombinasi kebijakan pemerintah, investasi sektor swasta, dan kemajuan teknologi di bidang pertanian. 4. RANGKUMAN Indonesia memiliki kekayaan sumber daya yang besar dalam bentuk lahan, air, dan iklim yang mendukung pertanian. Luasnya wilayah daratan, dengan 144 juta hektar lahan kering dan 44,20 juta hektar lahan basah, memberikan potensi untuk berbagai jenis pertanian, seperti padi, jagung, kedelai, kopi, lada, kakao, dan karet. Namun, ada tantangan seperti degradasi lingkungan pertanian, ketersediaan air yang terbatas, dan dampak perubahan iklim yang mengganggu kegiatan pertanian.
Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia perlu meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya air, termasuk air laut. Infrastruktur seperti bendungan dan sistem irigasi harus dikembangkan, sementara teknologi hemat air juga perlu diterapkan. Selain itu, peningkatan produktivitas pertanian melalui intensifikasi, ekspansi ke wilayah baru, dan inovasi teknologi penting untuk dikejar. Strategi lainnya termasuk pengembangan pertanian berkelanjutan dengan mempromosikan praktik pertanian organik dan ramah lingkungan, optimalisasi sumber daya air, pengembangan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap perubahan iklim, pengolahan hasil pertanian untuk menambah nilai tambah, pemberdayaan petani melalui pendidikan dan pelatihan, serta kemitraan publik-swasta untuk mendorong inovasi dan investasi dalam sektor agribisnis. Dengan menggali potensi sumber daya lahan, air, dan iklim, Indonesia dapat membangun sektor agribisnis yang berkelanjutan dan berdaya saing, memberikan manfaat ekonomi yang luas dan memperkuat ketahanan pangan negara. Pasar domestik Indonesia menawarkan potensi besar bagi sektor agribisnis, didorong oleh pertumbuhan populasi yang stabil, perkembangan kelas menengah yang pesat, dan urbanisasi yang terus berlanjut. Indonesia telah menjadi salah satu tujuan impor pertanian terbesar, dengan impor melampaui $28 miliar pada tahun 2022, menempatkannya sebagai pasar ekspor terbesar ke-11 dari Amerika Serikat. Meskipun demikian, tantangan seperti kelangkaan lahan, keterbatasan sumber daya, dan persaingan antara tanaman pangan dan non-pangan perlu diatasi untuk mengoptimalkan potensi pasar ini. Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mendukung pengembangan sektor agribisnis, termasuk program bantuan kepada petani, insentif pajak, dan investasi dalam infrastruktur pertanian. Dukungan ini, bersama dengan potensi pengembangan produk bernilai tambah dan teknologi dalam agribisnis, menciptakan peluang yang luas bagi pelaku usaha agribisnis untuk memanfaatkan pasar domestik yang dinamis ini. Dengan memperhatikan faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, kelas menengah yang berkembang, urbanisasi, dan dukungan pemerintah, pelaku usaha agribisnis dapat merancang strategi yang tepat untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh pasar domestik Indonesia yang besar dan terus berkembang. Saat merumuskan strategi geografis untuk agribisnis di Indonesia, beberapa faktor penting harus dipertimbangkan: 1) Keanekaragaman Geografis: Topografi dan iklim yang beragam mempengaruhi budidaya tanaman dan distribusi pangan. Penting untuk memahami sebaran sumber daya pertanian dan kesesuaian lahan untuk merencanakan alokasi sumber daya secara efektif. 2) Pembangunan Infrastruktur: Meningkatkan infrastruktur pertanian seperti
sistem irigasi dan jaringan transportasi penting untuk distribusi dan penyimpanan produk pertanian yang efisien. 3) Aksesibilitas Pasar: Fasilitasi akses pasar dapat mendorong pertumbuhan agribisnis. Ini bisa dilakukan melalui perjanjian perdagangan, perkuatan rantai pasokan, dan pembentukan platform e-commerce. 4) Kepatuhan terhadap Kebijakan: Penting untuk mematuhi peraturan yang mengatur sektor agribisnis. Ini melibatkan pemantauan perubahan kebijakan dan advokasi terhadap kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektoral. Langkah-Langkah Keberlanjutan: 1) Praktik pertanian berkelanjutan harus diterapkan untuk keberhasilan jangka panjang agribisnis. Ini termasuk penerapan teknik pertanian ramah lingkungan dan penggunaan energi terbarukan. 2) Inovasi dan Integrasi Teknologi: Mengadopsi inovasi dan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya. Hal ini mungkin melibatkan metode pertanian presisi dan penggunaan alat digital. 3) Kemitraan dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya penting untuk mengakses sumber daya dan keahlian yang diperlukan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, pelaku agribisnis dapat merancang strategi geografis yang tangguh dan disesuaikan untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang di Indonesia. Strategi geografis dalam agribisnis Indonesia harus menanggapi keragaman topografi dan iklim negara ini. Indonesia memiliki potensi besar sebagai salah satu produsen pertanian terbesar di dunia, namun juga menghadapi tantangan distribusi pangan dan logistik. Fokus strategi haruslah pada peningkatan produktivitas pertanian, ekspansi pasar domestik, dan mengatasi tantangan distribusi. Melalui kombinasi kebijakan pemerintah, investasi swasta, dan kemajuan teknologi, Indonesia dapat memperkuat sektor agribisnisnya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan 5. SOAL LATIHAN a. Jelaskan potensi agribisnis di Indonesia berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitifnya. b. Identifikasikan peluang dan tantangan dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. c. Rumuskan strategi untuk mengembangkan agribisnis di Indonesia, dengan fokus pada peningkatan daya saing dan nilai tambah. d. Berikan contoh penerapan strategi agribisnis di Indonesia, beserta analisis SWOT-nya. e. Diskusikan peran pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pengembangan agribisnis di Indonesia.
6. REFERENSI Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2022. Laporan Tahunan Pertanian Indonesia. www.kementan.go.id A. Sutanto, 2020. “Strategi Peningkatan Produktivitas Pertanian di Indonesia”. Journal of Agricultural Economics, Volume 15, Nomor 2 :
BAB III AGRIBISNIS BERBASIS TEKNOLOGI PENERAPAN INTERNET OF THINGS (IoT) DAN BIG DATA DALAM AGRIBISNIS Internet of Things (IoT) dan big data adalah dua konsep yang saling berhubungan dan menjadi semakin penting di era digital. Internet of Things mengacu pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, gedung, dan item lainnya yang dilengkapi dengan sensor, perangkat lunak, dan konektivitas jaringan, sehingga memungkinkan mereka mengumpulkan dan bertukar data. Data ini kemudian digunakan untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan otomatisasi di berbagai industri. Big data, di sisi lain, mengacu pada kumpulan data besar dan kompleks yang dihasilkan oleh perangkat yang terhubung ini. Volume data yang dikumpulkan oleh perangkat IoT memang sangat banyak, namun hal ini juga memberikan wawasan berharga yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses bisnis, memprediksi tren, dan membuat keputusan yang lebih tepat. Kombinasi IoT dan big data telah mendorong berkembangnya berbagai teknologi dan aplikasi, seperti rumah pintar, kota pintar, dan otomasi industri. Tidak terkecuali dalam bidang agribisnis. Integrasi Internet of Things (IoT) dan Big Data dalam agribisnis berkembang pesat dan menjanjikan peningkatan signifikan pada praktek pertanian. Kedua hal ini melibatkan menghubungkan perangkat untuk mengumpulkan dan bertukar data, sehingga berdampak pada berbagai sektor, termasuk pertanian (Rifat, Patel and Babu, 2022). Melalui penggabungan perangkat IoT dalam operasi pertanian, petani dapat memanfaatkan pemantauan real-time dan proses pengambilan keputusan berdasarkan data (Navarro, Costa and Pereira, 2020). Integrasi ini memfasilitasi pengembangan praktik pertanian cerdas, memanfaatkan data dari sensor fisik dan virtual untuk memberikan wawasan tentang aspek-aspek penting seperti pengelolaan irigasi dan pemantauan tanaman (Navarro, Costa and Pereira, 2020). Dengan mengintegrasikan teknologi IoT ke dalam alur kerja pertanian secara lancar, petani dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka sekaligus meminimalkan pemborosan sumber daya dan dampak lingkungan (Rifat, Patel and Babu, 2022). Sinergi antara IoT dan Big Data memiliki potensi besar untuk mengubah metode pertanian tradisional menjadi sistem yang lebih berkelanjutan dan berteknologi maju, yang mampu memenuhi tuntutan pertanian global yang terus berkembang (Navarro, Costa and Pereira, 2020). Pemanfaatan Internet of Things di sektor pertanian membuka berbagai peluang perbaikan. Diantaranya adalah (Rifat, Patel and Babu, 2022): 1. Weather Condition Tidak dapat disangkal bahwa iklim sangatlah penting dalam bidang pertanian, karena mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman, hasil panen, dan produktivitas pertanian secara keseluruhan. Interaksi yang rumit antara suhu, curah hujan, kelembapan, dan variabel iklim lainnya secara signifikan membentuk lanskap pertanian. Selain itu, pemahaman yang mendalam tentang pola iklim sangat penting bagi petani untuk membuat keputusan yang tepat mengenai pemilihan tanaman, jadwal tanam, dan teknik budidaya. Dampak dari pengabaian pertimbangan iklim dalam pertanian
sangatlah besar, berpotensi menyebabkan berkurangnya hasil panen, menurunnya kualitas produk, dan meningkatkan kerentanan terhadap pemicu tekanan lingkungan seperti kekeringan, banjir, dan kejadian cuaca ekstrem. Oleh karena itu, menumbuhkan kesadaran mengenal karakter iklim di kalangan pemangku kepentingan pertanian sangat penting untuk membangun ketahanan dan keberlanjutan dalam sektor pertanian. Dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh variabilitas dan perubahan iklim, kemunculan teknologi IoT (Internet of Things) telah merevolusi praktik pertanian dengan memungkinkan pemantauan dan analisis kondisi cuaca secara real-time. Melalui penerapan sensor yang ditempatkan secara strategis di dalam dan sekitar zona pertanian, banyak data lingkungan terus dikumpulkan dan dikirimkan untuk dianalisis. Sensorsensor ini berfungsi sebagai alat yang sangat berharga bagi petani, ahli agronomi, dan peneliti pertanian, memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang tepat mengenai pemilihan tanaman, pengelolaan irigasi, pengendalian hama, dan alokasi sumber daya. Dengan memanfaatkan kekuatan teknologi IoT, para pemangku kepentingan dapat secara proaktif beradaptasi terhadap perubahan kondisi iklim, mengoptimalkan praktik pertanian, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan dan keberlanjutan dalam operasi pertanian. 2. Precision Agriculture Precision Agriculture, juga dikenal sebagai pertanian presisi, merupakan salah satu penerapan Internet of Things (IoT) yang menonjol di bidang pertanian.Pendekatan ini memanfaatkan teknologi canggih untuk mengoptimalkan berbagai aspek praktik pertanian. Melalui pertanian presisi, petani dapat menggunakan peralatan dan sensor canggih untuk memantau dan mengelola kegiatan operasional mereka dengan lebih akurat dan efisien. Penerapan pertanian cerdas memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pertanian presisi. Diantara aplikasi tersebut adalah pemantauan hewan, pelacakan kendaraan, observasi lapangan, dan manajemen inventaris. Teknologi ini memungkinkan petani mengumpulkan data real-time mengenai faktor-faktor seperti kesehatan tanaman, kondisi tanah, dan kinerja peralatan. Dengan memanfaatkan data ini, petani dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan menerapkan intervensi yang ditargetkan untuk memaksimalkan hasil panen sekaligus meminimalkan konsumsi sumber daya. Inti dari pertanian presisi adalah pemanfaatan analisis data untuk memperoleh wawasan yang dapat ditindaklanjuti. Dengan menganalisis data yang dikumpulkan dari berbagai sensor dan perangkat yang digunakan di lahan mereka, petani dapat memperoleh informasi berharga tentang pola pertumbuhan tanaman, serangan hama, dan kondisi lingkungan. Pendekatan analitis ini memberdayakan petani untuk menyesuaikan strategi mereka dalam menanggapi perubahan keadaan, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian. Pertanian presisi mewakili perubahan paradigma dalam metode pertanian tradisional, yang mengutamakan presisi dan kontrol. Dengan memanfaatkan teknologi IoT dan aplikasi pertanian cerdas, petani dapat mengoptimalkan operasi mereka, meningkatkan hasil panen, dan berkontribusi pada kemajuan praktik pertanian berkelanjutan.
3. Ingenious Greenhouse Stasiun cuaca kini dapat secara otomatis menyesuaikan kondisi iklim berdasarkan instruksi, berkat Internet of Things (IoT), yang memungkinkan pengembangan rumah kaca pintar. Penerapan IoT di rumah kaca telah menghilangkan kebutuhan akan campur tangan manusia, sehingga meningkatkan efektivitas biaya dan akurasi di seluruh proses. Misalnya, sensor IoT bertenaga surya menawarkan solusi untuk membangun rumah kaca yang canggih namun ekonomis. Sensor-sensor ini mengumpulkan dan mengirimkan data real-time, memfasilitasi pemantauan kondisi rumah kaca secara tepat dan real-time. Melalui sensor tersebut, penggunaan air dan kondisi rumah kaca dapat dipantau melalui notifikasi email atau SMS. Selain itu, irigasi diotomatisasi secara cerdas melalui IoT, sementara sensor dapat mengukur tekanan, kelembapan, suhu, dan tingkat cahaya. 4. Data Science Data yang dihasilkan oleh perangkat IoT memerlukan kapasitas penyimpanan yang lebih besar dibandingkan yang dapat ditawarkan oleh sistem database tradisional. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini, solusi penyimpanan data berbasis cloud merupakan komponen penting dari sistem pertanian cerdas. Sistem-sistem ini, yang mencakup platform IoT end-to-end, sangat penting dalam meningkatkan efisiensi kegiatan pertanian. Dalam lanskap IoT, sensor berfungsi sebagai sumber utama untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar. Data ini, mulai dari kondisi lingkungan hingga metrik kesehatan tanaman, sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan pertanian. Untuk memanfaatkan potensi penuh dari data ini, teknologi analitik canggih digunakan untuk menganalisis dan mengekstraksi wawasan yang bermakna. Dengan mengintegrasikan penyimpanan berbasis cloud dengan platform IoT yang komprehensif, industri pertanian dapat memanfaatkan kekuatan data untuk mengoptimalkan berbagai proses. Mulai dari teknik pertanian presisi hingga alokasi sumber daya, sistem ini memainkan peran penting dalam mendorong inovasi dan meningkatkan produktivitas pertanian modern. 5. Drones for agriculture Lanskap operasi pertanian telah mengalami transformasi besar yang didorong oleh kemajuan teknologi, dengan revolusi terbaru adalah munculnya drone pertanian. Kendaraan udara tak berawak ini telah menjadi alat yang sangat diperlukan dalam berbagai aspek pertanian, menawarkan kemampuan tak tertandingi untuk berbagai tugas mulai dari penilaian kesehatan pertanian hingga pemantauan tanaman, penanaman, penyemprotan, dan analisis lapangan yang komprehensif. Keserbagunaannya memungkinkan mereka beroperasi secara efisien baik di udara maupun di darat, sehingga memberikan banyak peluang bagi petani untuk mengoptimalkan praktik mereka. Berkat penerapan strategis teknologi drone dan pemanfaatan data real-time, industri pertanian telah mengalami peningkatan dan perubahan yang signifikan. Petani kini dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tepat dan terkini yang dikumpulkan oleh drone, sehingga meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Drone ini dilengkapi dengan sensor canggih, termasuk sensor termal atau multispektral, yang memungkinkannya mendeteksi perubahan halus pada kondisi tanaman dan faktor lingkungan. Salah satu manfaat utama drone pertanian terletak pada kemampuannya
untuk mendeteksi area yang memerlukan penyesuaian irigasi dan menilai kesehatan tanaman seiring kemajuan tanaman melalui tahap pertumbuhannya. Dengan memanfaatkan kemampuan ini, petani dapat secara proaktif mengatasi permasalahan seperti kekurangan air atau kekurangan unsur hara, sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil panen dan pemanfaatan sumber daya. Selain itu, drone memainkan peran penting dalam menentukan indeks vegetasi, memberikan wawasan berharga mengenai kinerja tanaman secara keseluruhan dan memfasilitasi intervensi yang ditargetkan jika diperlukan. Lebih lanjut menurut (Navarro, Costa and Pereira, 2020) Smart Farming memanfaatkan serangkaian teknologi sensor untuk mengumpulkan data penting, termasuk suhu, kelembapan, cahaya, tekanan, dan keberadaan. Sensor-sensor ini memainkan peran penting dalam memantau kondisi lingkungan dan kesehatan tanaman, memberikan petani wawasan real-time mengenai operasi mereka. Dengan terus mengumpulkan data, sensor ini memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat dan pengelolaan sumber daya yang tepat. Sehubungan dengan teknologi sensor, pertanian cerdas mengandalkan jaringan komunikasi yang kuat untuk transmisi dan penerimaan data yang lancar. Jaringan ini berfungsi sebagai tulang punggung untuk menghubungkan berbagai perangkat di seluruh lanskap pertanian, memastikan bahwa data mengalir secara efisien antara sensor, sistem kontrol, dan stasiun pemantauan. Melalui saluran komunikasi yang andal, petani dapat mengakses informasi penting dari jarak jauh dan merespons dengan cepat terhadap perubahan kondisi. Setelah dikumpulkan, data yang dihasilkan oleh sensor diproses dan dianalisis oleh sistem informasi manajemen dan solusi analisis data yang canggih. Sistem ini dilengkapi untuk menangani data dalam jumlah besar, mengekstraksi wawasan dan pola berharga yang dapat memberikan informasi pada praktik pertanian. Dari mengoptimalkan jadwal irigasi hingga memprediksi wabah hama, alat analisis data memberdayakan petani untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan operasi mereka. Ekosistem sensor, jaringan komunikasi, dan solusi analisis data yang saling terhubung ini membentuk fondasi Internet of Things (IoT) di bidang pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi IoT, petani dapat menciptakan sistem pertanian cerdas berbasis data yang meningkatkan efisiensi, meminimalkan limbah, dan pada akhirnya berkontribusi pada proses produksi pangan yang lebih berkelanjutan. Penerapan Internet of Things (IoT) dalam agribisnis tidak hanya sekedar pemantauan tanaman, tetapi juga mencakup teknologi mutakhir seperti robotika, kendaraan udara tak berawak, dan analisis data real-time (Bešić et al., 2022). Inovasi-inovasi ini membekali petani dengan alat untuk mengoptimalkan operasi mereka, meningkatkan efisiensi, dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Dengan memanfaatkan IoT, praktik pertanian menjadi semakin canggih dan saling terhubung, mengantarkan era baru pertanian presisi. Selain itu, integrasi perangkat IoT di bidang pertanian tidak hanya mencakup pemantauan dasar hingga penciptaan sistem cerdas yang mampu memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti. Misalnya, dengan memanfaatkan analisis data, platform berbasis IoT dapat menawarkan rekomendasi jadwal irigasi dan menilai kesehatan tanaman secara real-time (Navarro, Costa and Pereira, 2020). Hal ini tidak hanya memungkinkan petani mengambil keputusan yang lebih tepat namun juga memungkinkan mereka menerapkan strategi proaktif untuk memitigasi risiko dan
memaksimalkan hasil. Penerapan teknologi IoT dalam agribisnis mewakili pergeseran transformatif menuju praktik pertanian yang lebih berbasis data dan efisien. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi-teknologi ini, teknologi-teknologi tersebut mempunyai potensi untuk merevolusi sektor pertanian, memungkinkan pertumbuhan berkelanjutan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang terus berkembang. Selain IoT, Big Data muncul sebagai kekuatan transformatif dalam bidang agribisnis, yang menawarkan beragam penerapan dan manfaat. Potensinya untuk merevolusi berbagai aspek pertanian semakin diakui oleh para ahli dan praktisi. Dalam upaya memanfaatkan potensi ini, Konsorsium Pusat Penelitian Pertanian Internasional (CGIAR) mendirikan Platform Big Data di bidang Pertanian. Inisiatif ini berfungsi sebagai upaya kolaboratif yang bertujuan memanfaatkan pendekatan big data untuk mengatasi tantangan pembangunan pertanian secara lebih efisien dan dalam skala yang lebih besar. Pembentukan Platform Big Data di bidang Pertanian menggarisbawahi pendekatan proaktif dalam mengintegrasikan teknologi mutakhir ke dalam praktik pertanian. Dengan memanfaatkan metodologi big data, para pemangku kepentingan di sektor pertanian dapat memperoleh wawasan berharga dan mengambil keputusan yang tepat (Saiz-Rubio and Rovira-Más, 2020). Inisiatif ini tidak hanya menyoroti pentingnya inovasi teknologi namun juga menandakan komitmen kolektif untuk mendorong perubahan positif dalam industri. Seiring dengan terus berkembangnya lanskap pertanian, pemanfaatan big data siap memainkan peran yang semakin penting dalam menentukan arah masa depan pertanian. Beberapa penelitian telah menekankan peran penting yang dimainkan oleh big data dalam merevolusi sektor pertanian, dan menghubungkan signifikansinya dengan kemampuannya untuk meningkatkan berbagai aspek praktik pertanian. Misalnya, (Ang and Seng, 2021) menegaskan bahwa penerapan big data dalam pertanian cerdas telah terbukti berperan dalam memberikan wawasan berharga dan mengatasi tantangan sosial-ekonomi yang mendesak dalam bidang pertanian. Melalui analisis kumpulan data yang ekstensif, inisiatif pertanian cerdas dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya, memprediksi hasil panen, dan memitigasi risiko yang terkait dengan variabilitas iklim dan fluktuasi pasar. Integrasi teknologi big data ini tidak hanya mendorong efisiensi namun juga mendorong keberlanjutan dengan memfasilitasi teknik pertanian presisi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan tanaman tertentu. Lebih lanjut, (Vakulenko and Xiaowei, 2022) menyoroti sinergi antara analisis big data dan keahlian pertanian, dan menempatkannya sebagai landasan untuk mengoptimalkan proses pertanian dan pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan sejumlah besar data pertanian yang mencakup faktor-faktor seperti kualitas tanah, pola cuaca, dan permintaan pasar, petani dan profesional pertanian dapat membuat keputusan yang tepat untuk memaksimalkan produktivitas sekaligus meminimalkan dampak lingkungan. Selain itu, integrasi kecerdasan buatan dan algoritma pembelajaran mesin dengan analisis big data memungkinkan pemodelan prediktif, memberdayakan petani untuk mengantisipasi tantangan dan secara proaktif menerapkan strategi untuk memitigasi risiko dan mengoptimalkan hasil panen. Jadi penggabungan teknologi big data di bidang pertanian menandakan perubahan paradigma menuju pengambilan keputusan berbasis data dan praktik pertanian berkelanjutan. Dengan memanfaatkan wawasan yang diperoleh dari kumpulan data yang luas dan memadukannya dengan pengetahuan spesifik domain, para pemangku kepentingan di sektor pertanian dapat
menavigasi kompleksitas dengan lebih efektif, sehingga pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan produktivitas, profitabilitas, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang. (Saiz-Rubio and Rovira-Más, 2020) menguraikan lebih lanjut konsep Big Data yang mencakup lima dimensi atau 5 V antara lain : 1. Volume: Dimensi ini menyelidiki kumpulan data berukuran sangat besar yang melebihi kemampuan perangkat lunak basis data konvensional. Kumpulan data ini sangat luas sehingga memerlukan teknik khusus untuk pengambilan, penyimpanan, pengelolaan, dan analisis. Definisi "besar" bervariasi antar industri dan sektor, biasanya dimulai pada kisaran terabyte. 2. Velocity: Lebih dari sekedar kecepatan, kecepatan dalam Big Data mencakup perolehan, pemrosesan, dan interpretasi data yang cepat seiring dengan terjadinya peristiwa. Hal ini melibatkan kemampuan pemrosesan data real-time atau hampir real-time untuk membuat keputusan tepat waktu atau mengambil tindakan segera. Di bidang pertanian, kecepatan melibatkan kemampuan menganalisis data yang dihasilkan di lapangan, sehingga memungkinkan petani menyesuaikan tingkat variabel bahan kimia atau irigasi berdasarkan perubahan kondisi seperti pola cuaca atau tingkat kelembapan tanah. 3. Variety: Dimensi ini mencerminkan beragam format dan tipe data yang dicakup oleh Big Data. Ini mencakup data terstruktur, seperti nilai numerik yang disimpan dalam database, data tidak terstruktur seperti dokumen teks atau postingan media sosial, data semi terstruktur seperti file XML, dan data multimedia seperti gambar, audio, dan video. Di bidang pertanian, keragaman terlihat jelas dalam integrasi data dari berbagai sumber, termasuk citra satelit, sensor tanah, stasiun cuaca, dan pemantau hasil panen, yang mungkin memiliki format dan tingkat kerumitan berbeda. 4. Veracity: Kebenaran menyangkut keakuratan, keandalan, dan kepercayaan data. Ini mencakup aspek-aspek seperti kualitas data, kelengkapan, konsistensi, dan integritas. Dalam analisis Big Data, memastikan kebenaran data sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat dan mendapatkan wawasan yang andal. Hal ini melibatkan proses pembersihan data, validasi, dan verifikasi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan, inkonsistensi, atau bias dalam data. 5. Valorization: Dimensi ini menekankan pemanfaatan dan eksploitasi Big Data untuk menciptakan nilai, mendorong inovasi, dan mendorong penyebaran pengetahuan. Hal ini melibatkan penggalian wawasan yang dapat ditindaklanjuti dari data untuk meningkatkan pengambilan keputusan, mengoptimalkan proses, dan mengungkap peluang baru. Valorisasi juga mencakup berbagi wawasan dan pengetahuan yang diperoleh dari analisis Big Data dengan pemangku kepentingan terkait untuk mendorong kolaborasi, pembelajaran, dan inovasi di seluruh industri dan domain. TANTANGAN PENERAPAN IoT DAN BIG DATA DALAM AGRIBISNIS Sektor pertanian mengalami lonjakan signifikan dalam integrasi big data, sebuah tren yang ditandai dengan meningkatnya prevalensi layanan cloud dalam operasional agribisnis
(Hou et al., 2022). Pergeseran ini mencerminkan pengakuan seluruh industri terhadap potensi manfaat yang ditawarkan oleh big data, mulai dari optimalisasi hasil panen hingga penyederhanaan logistik rantai pasokan. Petani dan agribisnis semakin beralih ke solusi berbasis cloud untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data pertanian dalam jumlah besar, mulai dari pola cuaca dan kondisi tanah hingga metrik kesehatan tanaman. Dengan memanfaatkan big data dengan cara ini, para pemangku kepentingan bertujuan untuk mengambil keputusan yang lebih tepat, meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya meningkatkan keberlanjutan di seluruh rantai nilai pertanian. Namun, selain potensi transformatifnya, pemanfaatan big data di bidang pertanian juga menimbulkan sejumlah tantangan, khususnya dalam hal keamanan dan privasi (abo aly, Atwa and Mousa, 2021). Mengingat sifat sensitif data pertanian, termasuk informasi kepemilikan mengenai hasil panen dan praktik pengelolaan pertanian, memastikan kerahasiaan dan integritas data ini adalah hal yang sangat penting. Agrobisnis harus bergulat dengan permasalahan seperti pelanggaran data, akses tidak sah, dan potensi penyalahgunaan data pertanian oleh pihak ketiga. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan langkah-langkah keamanan siber yang kuat, protokol enkripsi data, dan kepatuhan terhadap peraturan privasi yang ketat untuk melindungi kepentingan petani dan integritas industri pertanian secara keseluruhan. (Jarial, 2022) juga menyoroti kerentanan yang terkait dengan sistem pertanian yang saling terhubung, dimana pelanggaran data dan serangan siber dapat menyebabkan gangguan signifikan dan membahayakan informasi sensitif. Melindungi data pertanian dan memastikan integritas jaringan IoT sangat penting untuk membangun kepercayaan dan keyakinan di antara petani dan pemangku kepentingan dalam mengadopsi teknologi ini. Menurut para ahli asimilasi teknologi Internet of Things (IoT) dalam praktik pertanian menghadapi beberapa tantangan berat. Pertama, memastikan penyediaan energi berkelanjutan untuk node IoT masih menjadi kendala yang signifikan. (Huang et al., 2020) menekankan pentingnya masalah ini, dengan menyoroti perlunya sumber energi terbarukan dan andal untuk memberi daya pada perangkat IoT di lokasi pertanian terpencil. Selain itu, (Maraveas and Bartzanas, 2021) menggarisbawahi tingginya biaya investasi yang terkait dengan penerapan solusi IoT di bidang pertanian. Hal ini mencakup biaya yang terkait dengan perangkat keras, perangkat lunak, dan pengaturan infrastruktur, yang dapat menimbulkan hambatan finansial, khususnya bagi petani skala kecil. Terdapat kebutuhan mendesak untuk standarisasi infrastruktur IoT di sektor pertanian. (Huang et al., 2020) menekankan pentingnya menetapkan protokol dan kerangka kerja yang seragam untuk memastikan interoperabilitas dan integrasi yang lancar dari berbagai perangkat dan sistem IoT. Kurangnya standardisasi dapat menyebabkan masalah kompatibilitas, menghambat skalabilitas dan efisiensi penerapan IoT dalam praktik pertanian. Lalu pada masalah keamanan dan privasi muncul sebagai tantangan penting dalam penerapan solusi IoT dalam pertanian cerdas. (Lohit and Mujahid, 2022) menyoroti kompleksitas yang terkait dengan penanganan aliran data yang beragam dan banyak yang dihasilkan oleh perangkat IoT. Permasalahan seperti kemacetan pemrosesan data, keterbatasan penyimpanan, dan kompleksitas analisis menimbulkan hambatan besar dalam mewujudkan potensi penuh Big Data di bidang pertanian. Untuk mengatasi tantangan ini memerlukan infrastruktur yang kuat, strategi pengelolaan data yang canggih, dan keahlian dalam analisis data.
Selain itu, konvergensi pembelajaran mesin dengan pertanian berbasis IoT menawarkan peluang yang menjanjikan untuk meningkatkan efisiensi dan memitigasi risiko. (Raghuvanshi et al., 2022) menjelaskan potensi transformatif algoritma pembelajaran mesin dalam konteks ini. Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran mesin, pemangku kepentingan pertanian dapat mengembangkan model prediktif untuk memperkirakan hasil panen, deteksi penyakit, dan pengelolaan hama. Selain itu, algoritme pembelajaran mesin dapat berkontribusi pada otomatisasi tugas-tugas rutin, memungkinkan petani memfokuskan upaya mereka pada pengambilan keputusan strategis dan inovasi. Terlepas dari hambatan-hambatan ini, penerapan analisis big data mempunyai potensi besar dalam merevolusi manajemen rantai pasok agribisnis (Valencia-Cárdenas, RestrepoMorales and Día-Serna, 2021). Kesimpulannya dengan memanfaatkan teknik analisis tingkat lanjut, seperti pemodelan prediktif dan algoritme pembelajaran mesin, agribisnis dapat memperoleh wawasan berharga tentang berbagai aspek rantai pasokan, termasuk manajemen inventaris, logistik transportasi, dan perkiraan permintaan. Pendekatan berbasis data ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi inefisiensi, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan di seluruh rantai pasokan pertanian. Selain itu, dengan memanfaatkan analisis big data, agribisnis dapat merespons kondisi pasar yang dinamis dengan lebih baik, memitigasi risiko, dan meningkatkan ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang. PENGGUNAAN DRONE DAN ROBOT DALAM PRECISION AGRICULTURE Dalam pertanian kontemporer, integrasi drone dan robot mewakili transformasi penting, yang menawarkan solusi beragam terhadap berbagai tantangan yang dihadapi petani. Dikenal sebagai Smart Farming atau Pertanian 5.0, perubahan paradigma ini didorong oleh kemajuan teknologi yang pesat (Saiz-Rubio and Rovira-Más, 2020). Drone, yang dilengkapi dengan sensor dan teknologi pencitraan canggih, digunakan untuk berbagai tugas, mulai dari pemantauan tanaman secara akurat hingga deteksi penyakit secara tepat waktu. Platform udara ini memfasilitasi pemahaman komprehensif tentang kesehatan tanaman dan pola pertumbuhan, memungkinkan petani mengambil keputusan berdasarkan data secara real-time. Demikian pula, robot semakin banyak digunakan untuk operasi di lapangan, seperti penyemprotan pestisida yang tepat, pengelolaan irigasi otomatis, dan pemantauan ternak. (Lee et al., 2022)menyoroti pentingnya teknologi ini dalam menyederhanakan proses pertanian, meningkatkan produktivitas, dan memitigasi risiko yang terkait dengan praktik pertanian tradisional. Selain itu, meluasnya penggunaan drone dan robot di bidang pertanian telah memberikan manfaat nyata, yang menunjukkan potensi transformatif dari drone dan robot tersebut. (SaizRubio and Rovira-Más, 2020) menekankan peran penting yang dimainkan oleh teknologi ini dalam meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi tugas-tugas padat karya. Dengan mengotomatiskan aktivitas rutin seperti pemantauan tanaman dan penggunaan pestisida, petani dapat mengalokasikan waktu dan sumber daya mereka dengan lebih efektif, dengan fokus pada pengambilan keputusan strategis dan aktivitas yang bernilai tambah. Selain itu, presisi dan akurasi yang ditawarkan oleh drone dan robot berkontribusi pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya, meminimalkan pemborosan input, dan dampak terhadap lingkungan. Integrasi
teknologi canggih ini tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian namun juga mendorong praktik berkelanjutan, selaras dengan tuntutan kontemporer akan solusi pertanian ramah lingkungan. Kemunculan drone dan robot di bidang pertanian menandai era baru inovasi dan efisiensi, yang merevolusi praktik pertanian tradisional. Konvergensi teknologi mutakhir dengan operasional pertanian, sebagaimana dibuktikan oleh inisiatif Smart Farming, menandakan perubahan paradigma menuju praktik pertanian berkelanjutan berbasis data (Saiz-Rubio and Rovira-Más, 2020). Memanfaatkan drone dan robot memungkinkan petani mengatasi tantangan yang ada, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan dalam lanskap pertanian yang berkembang pesat. Ketika teknologi ini terus berkembang dan berintegrasi dengan lancar ke dalam alur kerja pertanian, dampak transformatifnya terhadap sektor ini akan semakin besar, sehingga membentuk masa depan produksi pangan global. Drone dan robot telah dianggap sebagai alat transformatif dalam bidang pengelolaan tanaman, yang berdampak signifikan terhadap praktik pertanian. Dilengkapi dengan sensor dan kamera yang canggih, drone telah menjadi aset yang sangat berharga bagi petani, memungkinkan mereka memperoleh gambar tanaman dengan resolusi tinggi pada berbagai tahap pertumbuhan. Gambar-gambar ini memberikan wawasan penting mengenai kesehatan tanaman dan potensi hasil panennya, sehingga petani dapat membuat keputusan yang tepat mengenai strategi irigasi, pemupukan, dan pengendalian hama (Rane and Choudhary, 2023). Dengan memanfaatkan kekuatan teknologi penginderaan jarak jauh, petani dapat secara efektif memantau sebagian besar lahan pertanian dengan presisi dan efisien, sehingga pada akhirnya mengoptimalkan hasil panen sekaligus meminimalkan pemborosan sumber daya. Selain drone, robot juga telah merevolusi praktik pengelolaan tanaman, khususnya dalam tugas-tugas padat karya seperti panen. Secara tradisional, pemanenan merupakan proses manual dan memakan waktu, serta memerlukan banyak tenaga manusia. Namun, kemajuan dalam teknologi robotika telah mengarah pada pengembangan robot pemanen otonom yang mampu mengumpulkan tanaman secara efisien dengan presisi dan kecepatan (Tang, Tosun and Baum, 2020). Robot-robot ini tidak hanya meringankan beban kerja petani tetapi juga meningkatkan produktivitas dengan menyederhanakan proses panen. Selain itu, dengan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual, robot pemanen otonom berkontribusi terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas biaya dalam operasi pertanian, yang pada akhirnya memperkuat keberlanjutan praktik pertanian. Selain itu, integrasi drone dan robot ke dalam strategi pengelolaan tanaman telah menghasilkan manfaat lingkungan yang signifikan. Dengan menyediakan data real-time mengenai kesehatan tanaman dan pola pertumbuhan, drone memberdayakan petani untuk menerapkan intervensi yang ditargetkan, sehingga mengurangi kebutuhan penggunaan pestisida dan pupuk sembarangan (Zimmer et al., 2021). Pendekatan yang ditargetkan ini tidak hanya meminimalkan dampak lingkungan dari praktik pertanian namun juga mendorong penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Selain itu, penerapan robot pemanen otonom mengurangi jejak karbon yang terkait dengan metode pemanenan tradisional, karena robot tersebut beroperasi secara efisien dan mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan dengan mesin bertenaga diesel. Intinya, konvergensi drone, robot, dan teknologi pertanian
presisi mewakili perubahan paradigma dalam pengelolaan tanaman, mendorong keberlanjutan dan efisiensi dalam praktik pertanian demi kepentingan petani dan lingkungan. Drone telah menjadi alat yang sangat diperlukan dalam pertanian modern, dan salah satu penerapannya yang penting adalah penyemprotan pestisida. Kendaraan udara tak berawak ini, dilengkapi dengan sistem penyemprotan canggih, telah merevolusi cara penggunaan pestisida di bidang pertanian. (Qian et al., 2022) menyoroti efisiensi drone dalam menjangkau area yang luas dengan cepat, sehingga memungkinkan penggunaan pestisida secara cepat untuk mencegah penyakit tanaman dan mengendalikan hama serangga. Kemampuan ini sangat bermanfaat bagi petani yang memiliki lahan pertanian yang luas, karena drone dapat menavigasi medan yang sulit dan menjangkau daerah terpencil yang mungkin sulit diakses menggunakan metode tradisional. Keserbagunaan dan ketangkasan drone menjadikannya sangat disukai oleh para pendatang baru di sektor pertanian. (Qian et al., 2022) mencatat bahwa kemampuan jangkauan drone yang cepat menarik bagi bisnis pertanian baru yang mencari solusi pengelolaan tanaman yang efisien dan hemat biaya. Dengan menggunakan drone untuk penyemprotan pestisida, perusahaan-perusahaan ini dapat mengoptimalkan sumber daya mereka dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Lebih lanjut, (Borikar, Gharat and Deshmukh, 2022) menekankan keunggulan drone dibandingkan metode tradisional dalam hal penyemprotan pestisida. Drone tidak hanya lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan berbagai kondisi lapangan, namun juga menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi dalam penggunaan pestisida. Berbeda dengan peralatan penyemprotan di darat, drone dapat bernavigasi dengan presisi, meminimalkan aliran pestisida, dan memastikan cakupan yang seragam di seluruh lahan. Tingkat presisi ini berkontribusi pada hasil pengelolaan hama yang lebih baik dan mengurangi dampak penggunaan pestisida terhadap lingkungan. Kesimpulannya, penggunaan drone untuk penyemprotan pestisida menunjukkan kemajuan signifikan dalam pertanian modern. Kombinasi kecepatan, presisi, dan kemampuan beradaptasi yang ditawarkan oleh drone telah mengubah praktik pertanian, sehingga menghasilkan peningkatan hasil panen dan praktik pertanian berkelanjutan. Ketika penelitian terus mengeksplorasi potensi teknologi drone di bidang pertanian, kemungkinan besar peran mereka dalam pengelolaan tanaman akan terus berkembang di masa depan. Dalam pertanian kontemporer, perpaduan kecerdasan buatan (AI) dengan drone menandai kemajuan yang signifikan, memberikan petani kemampuan yang belum pernah ada sebelumnya dalam analisis data lapangan dan pengambilan keputusan (Hayajneh et al., 2024). Dengan memanfaatkan algoritme AI pada drone, data yang dikumpulkan dari berbagai sensor dapat diproses dengan cepat secara real-time, memungkinkan petani mendapatkan wawasan berharga tentang kesehatan tanaman, kondisi tanah, dan praktik pengelolaan pertanian secara keseluruhan (Hayajneh et al., 2024). Misalnya, drone yang dilengkapi AI dapat mendeteksi tanda-tanda awal penyakit tanaman atau kekurangan unsur hara, sehingga memungkinkan petani mengambil tindakan perbaikan tepat waktu, sehingga meningkatkan hasil panen dan meminimalkan kerugian. Integrasi AI dengan drone tidak hanya menyederhanakan proses pertanian tradisional namun juga memberdayakan petani dengan kecerdasan yang dapat ditindaklanjuti untuk mengoptimalkan praktik pertanian dan pemanfaatan sumber daya.
Selain itu, adopsi teknologi drone di bidang pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari usia petani dan literasi teknologi hingga ukuran lahan pertanian dan sumber daya keuangan (Bai et al., 2022). Memahami faktor-faktor pendorong ini sangat penting untuk mendorong penerapan solusi berbasis drone secara luas dan efektif di komunitas petani. Misalnya saja, para petani muda yang lebih melek teknologi mungkin akan segera menggunakan teknologi drone, karena mereka melihatnya sebagai alat untuk memodernisasi operasi mereka dan meningkatkan efisiensi. Di sisi lain, petani lanjut usia dengan paparan terbatas terhadap teknologi canggih mungkin memerlukan pelatihan dan dukungan yang ditargetkan untuk memanfaatkan potensi drone secara penuh dalam usaha pertanian mereka. Selain itu, ukuran dan skala peternakan memainkan peran yang sangat penting, dimana peternakan yang lebih besar berpotensi mendapatkan manfaat lebih banyak dari sistem pemantauan dan pengelolaan berbasis drone karena skala ekonomi dan kebutuhan akan alokasi sumber daya yang efisien. Kesimpulannya, integrasi drone dan robot yang dilengkapi teknologi AI merevolusi praktik pertanian, menawarkan segudang manfaat seperti peningkatan produktivitas, pengurangan kebutuhan tenaga kerja, dan praktik pertanian berkelanjutan (Bai et al., 2022; Hayajneh et al., 2024). Teknologi-teknologi ini bukan sekedar alat untuk otomatisasi namun mewakili perubahan paradigma dalam bagaimana pertanian dikonsep dan dilaksanakan. Ketika drone menjadi semakin canggih dan terjangkau, penerapannya di bidang pertanian siap untuk diperluas, mulai dari penyemprotan presisi dan pemantauan tanaman hingga analisis tanah dan perkiraan hasil panen. Merangkul kemajuan teknologi ini dan memahami faktor-faktor mendasar yang mendorong penerapannya merupakan langkah penting untuk mewujudkan potensi penuh drone dan AI dalam membentuk masa depan pertanian. Integrasi e-commerce dan platform digital telah menjadi landasan bagi pemasaran produk pertanian yang efisien dan efektif. Dengan memanfaatkan alat-alat teknologi ini, petani dapat melampaui batas-batas tradisional, menjangkau pasar yang lebih luas dan mengoptimalkan keuntungan mereka. Platform semacam ini berfungsi sebagai pasar virtual, yang memungkinkan produsen memamerkan produk mereka ke khalayak global tanpa harus melewati perantara yang sering kali mengurangi keuntungan. Selain itu, kemudahan yang diberikan oleh transaksi online menyederhanakan proses pembelian konsumen, mendorong akses yang lebih besar terhadap produk segar dan barang pertanian. Kemajuan digital ini, yang didukung oleh teknologi seperti kecerdasan buatan, komputasi awan, dan Internet of Things, merevolusi lanskap sistem produksi dan pemasaran pertanian. Algoritme kecerdasan buatan, misalnya, menawarkan analisis prediktif yang memberdayakan petani dengan wawasan mengenai permintaan pasar, pola cuaca, dan kesehatan tanaman, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat. Komputasi awan memfasilitasi penyimpanan dan analisis data, memungkinkan integrasi operasi pertanian yang terpisah dan mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan. Selain itu, Internet of Things memungkinkan terciptanya ekosistem yang saling terhubung di mana sensor memantau tingkat kelembapan tanah, laju pertumbuhan tanaman, dan kinerja mesin secara real-time, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Dengan memanfaatkan inovasi digital ini, petani tidak hanya memodernisasi praktik mereka tetapi juga menjadikan keberlanjutan sebagai prinsip inti. Metode pertanian berkelanjutan, seperti pertanian presisi dan praktik regeneratif, difasilitasi oleh data dan wawasan akurat yang disediakan oleh teknologi digital. Melalui intervensi yang ditargetkan, seperti jadwal irigasi yang optimal dan pemupukan yang dikalibrasi secara tepat, petani dapat meminimalkan limbah, melestarikan sumber daya, dan memitigasi dampak lingkungan. Selain itu, penerapan solusi digital akan menumbuhkan ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim, memungkinkan petani beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi lingkungan dan menjamin kelangsungan produksi pertanian. Intinya, konvergensi e-commerce, platform digital, dan teknologi mutakhir membentuk kembali lanskap pertanian, memberdayakan petani untuk menavigasi kompleksitas pasar modern sambil mencapai tujuan keberlanjutan. Seiring dengan terus berkembangnya alat-alat digital ini, potensi transformatifnya di bidang pertanian tetap besar, dan menjanjikan peningkatan lebih lanjut dalam produktivitas, profitabilitas, dan pengelolaan lingkungan (Hoang and Tran, 2023). E-COMMERCE DAN PLATFORM DIGITAL UNTUK PEMASARAN HASIL PERTANIAN Platform digital telah menjadi alat yang sangat diperlukan untuk mengekstraksi dan menganalisis sejumlah besar data terkait produk pertanian dalam bidang e-commerce. Proses ini, yang sering kali difasilitasi oleh teknik penambangan data pengguna, memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan strategi pemasaran yang dirancang khusus untuk sektor pertanian (Meiling, 2022). Dengan menggali data pengguna, platform e-commerce dapat memperoleh wawasan berharga mengenai preferensi konsumen, perilaku pembelian, dan tren pasar, sehingga memungkinkan mereka menyempurnakan pendekatan pemasaran secara efektif. Dengan kemampuan menganalisis kumpulan data besar secara real-time, platform dapat mengidentifikasi pola dan korelasi yang mungkin tidak langsung terlihat melalui metode tradisional, sehingga memungkinkan upaya pemasaran yang lebih bertarget dan efisien. Integrasi teknologi canggih seperti pembelajaran mendalam dan teknik penambangan data yang canggih merevolusi lanskap pemasaran e-commerce untuk produk pertanian. Melalui penerapan alat-alat mutakhir ini, bisnis dapat menggali lebih dalam pola perilaku konsumen dan dinamika pasar. Dengan memanfaatkan algoritme pembelajaran mendalam, platform e-niaga dapat memprediksi tren pasar di masa depan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan mereka mengantisipasi perubahan permintaan dan menyesuaikan strategi mereka (Yang, Zheng and Sun, 2022). Kemampuan prediktif ini memberdayakan bisnis untuk tetap menjadi yang terdepan, memungkinkan mereka untuk secara proaktif menyesuaikan penawaran produk, strategi harga, dan aktivitas promosi untuk memenuhi preferensi konsumen dan kondisi pasar yang terus berkembang. Sinergi antara platform digital, analisis big data, dan teknologi canggih mengubah cara produk pertanian dipasarkan dan dijual secara online. Dengan memanfaatkan kekuatan penambangan data pengguna, ditambah dengan algoritma pembelajaran mendalam dan teknik penambangan data, platform e-commerce dapat membuka wawasan berharga yang mendorong pengambilan keputusan yang tepat dan mendorong strategi pemasaran yang lebih efektif. Seiring dengan terus berkembangnya lanskap digital, bisnis yang menerapkan pendekatan inovatif ini akan mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar ecommerce yang terus berkembang.
Kepercayaan konsumen memegang peranan penting dalam pemasaran e-commerce, terutama dalam mempromosikan produk pertanian ramah lingkungan. (Dong, 2022) menyoroti peran penting analisis big data dalam mengungkap faktor rumit yang memengaruhi kepercayaan konsumen. Dengan menggali lebih dalam kumpulan data yang luas, bisnis dapat memperoleh wawasan berharga mengenai perilaku dan preferensi konsumen, sehingga memberdayakan mereka untuk membangun strategi membangun kepercayaan. Selain itu, pemanfaatan big data memfasilitasi transmisi informasi yang lancar di berbagai lokasi geografis dan zona waktu, sehingga pada akhirnya meningkatkan kepercayaan konsumen. Hal ini tidak hanya menumbuhkan transparansi namun juga menumbuhkan rasa keandalan di kalangan konsumen, yang sangat penting bagi keberhasilan usaha e-commerce di sektor pertanian ramah lingkungan. Selain itu, platform e-commerce memainkan peran transformatif dalam merevolusi rantai nilai pertanian tradisional. Sebagaimana dicatat oleh (Gede Endra Bratha, Tussoleha Rony and Winarso, 2022), platform-platform ini berperan sebagai disruptor dengan secara efektif memperpendek saluran distribusi antara petani dan konsumen. Dengan melewati perantara, seperti pedagang grosir dan pengecer, platform e-commerce menyederhanakan proses pemasaran, memungkinkan petani untuk terhubung langsung dengan target audiens mereka. Interaksi langsung ini tidak hanya menghilangkan biaya-biaya yang tidak perlu namun juga memastikan produk-produk yang lebih segar dan berkelanjutan sampai ke tangan konsumen. Hasilnya, platform e-commerce berkontribusi signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas strategi pemasaran di sektor pertanian, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen. Upaya penelitian saat ini sedang menyelidiki strategi subsidi pemerintah yang disesuaikan untuk mendukung lanskap e-commerce produk pertanian yang sedang berkembang. Eksplorasi terpadu ini, seperti yang disoroti oleh (Zhong et al., 2021), menggarisbawahi titik penting di mana pendekatan inovatif diupayakan untuk mendukung lintasan pertumbuhan sektor ini. Inti dari upaya ini adalah pentingnya membangun platform belanja online yang kuat dan dikhususkan untuk produk pertanian. Platform-platform ini berfungsi sebagai pasar digital yang memfasilitasi transaksi lancar antara produsen dan konsumen, sehingga mendorong ekosistem e-commerce yang lebih dinamis dan mudah diakses dalam domain pertanian. Selain itu, (Zhong et al., 2021) menekankan pentingnya meningkatkan mekanisme keterlibatan pelanggan dalam platform ini, memastikan tidak hanya transaksi yang efisien tetapi juga memperkaya pengalaman pengguna yang membina hubungan yang langgeng antara pembeli dan penjual. Sejalan dengan kemajuan ini, pentingnya pengembangan yang terkoordinasi dalam logistik e-commerce produk pertanian menjadi landasan bagi kemajuan yang berkelanjutan, sebagaimana dijelaskan oleh (Yang, 2023). Seluk-beluk logistik, yang mencakup transportasi, penyimpanan, dan distribusi, semakin penting dalam konteks operasi e-commerce. Pemahaman Yang menggarisbawahi pentingnya kolaborasi berbagai aspek di antara beragam pemangku kepentingan, mulai dari pelaku industri dan perdagangan hingga produsen pertanian dan badan pemerintah. Etos kolaboratif ini sangat penting untuk mengatur kelancaran arus barang dari pertanian ke konsumen, mengoptimalkan rantai pasokan untuk mengakomodasi dinamika unik ritel online. Dengan menyelaraskan upaya di seluruh sektor ini, (Yang, 2023) berpendapat bahwa landasan dapat dibangun untuk infrastruktur logistik yang tangguh dan mudah
beradaptasi yang mampu mendukung lintasan pertumbuhan usaha e-commerce pertanian yang stabil. Platform pemasaran elektronik saat ini sedang menjalani pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui potensinya dalam merevolusi promosi dan penjualan produk pertanian. Dengan memanfaatkan platform ini, petani dapat terhubung langsung dengan konsumen, melewati saluran distribusi tradisional dan berpotensi meningkatkan margin keuntungan mereka. Selain itu, konsumen mendapatkan manfaat dari akses terhadap produk pertanian yang lebih beragam dan kemudahan membeli langsung dari produsen. (Srivastava, 2022) menekankan manfaat timbal balik yang ditawarkan platform-platform ini kepada petani dan konsumen, serta menyoroti dampak transformatif yang dapat ditimbulkannya terhadap industri pertanian. Secara paralel, upaya penelitian sedang dilakukan untuk mengeksplorasi implikasi strategis dari integrasi e-commerce ke dalam ekspor produk pertanian. Penyelidikan ini bertujuan untuk mengungkap tidak hanya kemampuan ekspor yang difasilitasi oleh strategi pemasaran elektronik namun juga manfaat dan keuntungan yang lebih luas yang dapat diberikan oleh strategi tersebut. Studi dari (Mohammad, 2022) menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana e-commerce dapat meningkatkan proses ekspor, berpotensi membuka pasar baru dan menyederhanakan operasi logistik. Melalui analisis terperinci, para peneliti bertujuan untuk memberikan wawasan yang dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan strategis dan mendorong inovasi dalam praktik ekspor pertanian. (Yang, 2022) menyoroti peran penting yang dimainkan oleh e-commerce pedesaan dalam merevolusi praktik pertanian tradisional melalui integrasi teknologi internet. Dengan munculnya elektronisasi, virtualisasi, dan intelektualisasi dalam operasi pertanian, platform ecommerce pedesaan mendorong transformasi besar di berbagai aspek produksi pertanian. Elektronisasi melibatkan digitalisasi proses pertanian, memungkinkan petani memanfaatkan alat digital untuk berbagai tugas mulai dari pemantauan tanaman hingga manajemen inventaris. Virtualisasi, di sisi lain, memfasilitasi penciptaan pasar online di mana petani dapat terhubung langsung dengan konsumen, menghilangkan perantara dan memastikan harga yang lebih adil. Intelektualisasi melibatkan penerapan analisis data dan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan praktik pertanian, sehingga menghasilkan peningkatan hasil panen dan pemanfaatan sumber daya. Akibatnya, platform e-commerce pedesaan tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi pertanian tetapi juga memberdayakan petani dengan akses ke pasar yang lebih luas dan wawasan berharga mengenai preferensi konsumen. Selain meningkatkan produksi pertanian, (Chen et al., 2022) menekankan peran penting model logistik e-commerce dalam memperlancar pengiriman produk pertanian ke konsumen. Karena permintaan akan produk-produk segar yang bersumber secara lokal terus meningkat, logistik yang efisien menjadi hal yang terpenting dalam memastikan pengiriman yang tepat waktu dan andal. Model logistik e-commerce sedang dikembangkan untuk mengatasi tantangan unik yang terkait dengan pengangkutan barang yang mudah rusak, termasuk pengendalian suhu dan pengiriman jarak jauh. Sistem pelacakan canggih dan pemantauan realtime memungkinkan platform e-commerce mengoptimalkan rute pengiriman, meminimalkan waktu transit, dan memastikan kualitas produk di seluruh rantai pasokan. Selain itu, model logistik ini menggabungkan umpan balik pelanggan dan data pasar untuk terus menyempurnakan standar layanan, sehingga meningkatkan pengalaman konsumen secara
keseluruhan. Dengan mengintegrasikan solusi logistik berbasis teknologi, platform ecommerce pedesaan tidak hanya memperluas akses terhadap produk pertanian tetapi juga meningkatkan standar efisiensi dan keandalan dalam proses pengiriman. Digitalisasi dan platform elektronik telah membuka era baru bagi produsen pertanian dan memberikan mereka peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kemajuan teknologi ini memfasilitasi hubungan langsung antara produsen dan konsumen, melewati perantara dan memperpendek rantai nilai tradisional. Dengan memanfaatkan pasar digital, produsen pertanian kini dapat mengakses basis konsumen yang lebih luas, menjangkau lebih dari pasar lokal hingga konsumen nasional dan bahkan internasional. Keterlibatan langsung ini tidak hanya memupuk hubungan yang lebih kuat antara produsen dan konsumen tetapi juga memungkinkan produsen menerima umpan balik secara real-time, sehingga memungkinkan mereka menyesuaikan penawaran untuk memenuhi permintaan konsumen dengan lebih efektif (Bahn, Yehya and Zurayk, 2021). Selain itu, integrasi platform digital ke dalam sistem pertanian telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi kehilangan dan limbah pangan. Melalui peningkatan manajemen inventaris, perkiraan permintaan, dan optimalisasi rantai pasokan, teknologi digital membantu meminimalkan inefisiensi di sepanjang rantai nilai pertanian. Hal ini tidak hanya memastikan lebih banyak produk yang sampai ke konsumen namun juga mengurangi dampak lingkungan dengan mengurangi sumber daya yang dikeluarkan untuk memproduksi makanan terbuang. Selain itu, pasar digital menciptakan peluang bisnis baru bagi produsen skala kecil, menyamakan kedudukan dan memungkinkan mereka bersaing secara lebih efektif di pasar global (Bahn, Yehya and Zurayk, 2021). Secara paralel, penggabungan kemampuan e-commerce telah merevolusi kinerja perusahaan pertanian. Dengan memanfaatkan saluran penjualan online, perusahaan pertanian meningkatkan ketangkasan organisasi mereka, sehingga memungkinkan mereka beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan kondisi pasar dan preferensi konsumen. Selain itu, platform eniaga memberikan wawasan data berharga yang memberdayakan bisnis pertanian untuk mengambil keputusan yang tepat, mulai dari strategi penetapan harga hingga pengembangan produk. Pendekatan berbasis data ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga mendorong inovasi dalam sektor ini, mendorong perbaikan dan adaptasi berkelanjutan terhadap dinamika pasar yang terus berkembang (Li et al., 2020). Kesimpulannya, konvergensi digitalisasi, e-commerce, dan pertanian telah membawa perubahan transformatif dalam cara produk pertanian dipasarkan, didistribusikan, dan dikonsumsi. Inovasi teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan sektor pertanian namun juga menciptakan jalan baru bagi pertumbuhan dan kesejahteraan. Dengan memanfaatkan kemajuan ini, produsen dan pelaku usaha pertanian dapat memanfaatkan peluang yang muncul, mendorong perubahan positif, dan memastikan ketahanan sistem pertanian dalam jangka panjang (Li et al., 2020; Bahn, Yehya and Zurayk, 2021). PENGGUNAAN TEKNOLOGI BLOCKCHAIN UNTUK MENINGKATKAN TRANSPARANSI DAN TRACEABILITY DALAM RANTAI PASOKAN Teknologi Blockchain telah muncul sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran dalam rantai pasokan di berbagai industri. Teknologi inovatif
ini menawarkan sistem buku besar yang terdesentralisasi dan tidak dapat diubah yang mencatat transaksi dengan aman dan transparan. Dengan memanfaatkan blockchain, pemangku kepentingan rantai pasokan dapat membangun kepercayaan, akuntabilitas, dan efisiensi di seluruh jaringan rantai pasokan. Penggunaan teknologi blockchain memungkinkan pengumpulan informasi di banyak perusahaan, memfasilitasi transparansi di antara anggota jaringan rantai pasokan. Transaksi yang tercatat di blockchain diamankan secara kriptografis, memastikan bahwa transaksi tersebut tidak dapat dirusak atau diubah secara surut. Transparansi ini menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar di antara para peserta dan memungkinkan pelacakan barang secara real-time saat barang tersebut bergerak melalui rantai pasokan. Para peneliti telah mencatat dampak transformatif blockchain pada praktik manajemen rantai pasokan (Babich and Hilary, 2019; Babaei et al., 2023). Melalui penerapan teknologi blockchain, pemangku kepentingan rantai pasokan dapat menyederhanakan operasi, mengurangi penipuan, dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan secara keseluruhan. Hasilnya, blockchain semakin terintegrasi ke dalam sistem manajemen rantai pasokan, menawarkan solusi yang menjanjikan terhadap tantangan transparansi dan ketertelusuran dalam jaringan rantai pasokan yang kompleks. Dalam beberapa tahun terakhir, industri pertanian pangan telah menyaksikan kemajuan penting dengan penerapan teknologi blockchain. Inovasi ini telah menjadi terobosan baru, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam merevolusi efisiensi dan keandalan seluruh rantai pasokan makanan. (Sharma et al., 2023) menyoroti bahwa blockchain berfungsi sebagai landasan dalam transformasi ini dengan membangun sistem data yang komprehensif, dapat dilacak, dan tidak dapat diubah. Melalui blockchain, setiap tahap proses produksi, pemrosesan, distribusi, dan ritel pangan menjadi saling berhubungan, memfasilitasi pelacakan dan pemantauan yang lancar. Dengan memanfaatkan blockchain, pemangku kepentingan dapat mengakses data secara real-time, memastikan transparansi dan akurasi di seluruh rantai pasokan. Peningkatan visibilitas ini tidak hanya menyederhanakan operasional namun juga memitigasi risiko yang terkait dengan keamanan pangan dan penipuan. Selain itu, (Kechagias et al., 2023) menekankan bahwa teknologi blockchain lebih dari sekedar peningkatan operasional; hal ini secara mendasar membentuk kembali dinamika kepercayaan dalam sektor pertanian pangan. Dengan menyediakan platform yang aman dan transparan, blockchain meningkatkan ketertelusuran produk makanan dari peternakan hingga produk makanan. Konsumen kini dapat menelusuri asal usul makanan mereka dengan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya, sehingga menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan yang lebih dalam terhadap produk yang mereka konsumsi. Peningkatan transparansi ini tidak hanya memperkuat loyalitas konsumen namun juga meningkatkan reputasi bisnis makanan. Selain itu, blockchain berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk kepatuhan terhadap peraturan, memungkinkan pihak berwenang untuk menegakkan standar dan peraturan secara efektif. Hasilnya, penerapan teknologi blockchain tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga menjamin integritas dan keamanan rantai pasokan pangan global. Dalam manajemen rantai pasokan kontemporer, penerapan teknologi blockchain telah muncul sebagai alat transformatif, yang menawarkan tingkat transparansi dan ketertelusuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. (Iranmanesh et al., 2023) menggarisbawahi peran penting blockchain dalam merevolusi mekanisme pemantauan tradisional, menyoroti kemampuannya untuk menyederhanakan operasi dengan memberikan peningkatan visibilitas
di seluruh rantai pasokan. Dengan memanfaatkan blockchain, perusahaan kini dapat melacak pergerakan barang dengan presisi yang tak tertandingi, mengurangi risiko yang terkait dengan proses yang tidak jelas dan arus informasi yang terfragmentasi. Peningkatan transparansi ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen namun juga mendorong akuntabilitas yang lebih besar di antara para pemangku kepentingan rantai pasokan. Selain itu, (Hastig and Sodhi, 2020) menekankan dampak besar blockchain terhadap efisiensi operasional dalam rantai pasokan. Dengan menghilangkan inefisiensi yang melekat dalam proses pencatatan dan rekonsiliasi manual, blockchain meminimalkan terjadinya kesalahan penghitungan dan perbedaan dalam manajemen inventaris. Setiap transaksi yang tercatat di blockchain tidak dapat diubah dan disimpan dengan aman di seluruh jaringan terdesentralisasi, memastikan integritas dan keakuratan data di seluruh siklus rantai pasokan. Hasilnya, perusahaan dapat mengoptimalkan alokasi sumber dayanya, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Melalui integrasi teknologi blockchain yang mulus, pelaku rantai pasokan dapat membuka jalan baru untuk inovasi dan pertumbuhan berkelanjutan, memperkuat keunggulan kompetitif mereka di pasar yang dinamis saat ini. Pemanfaatan teknologi blockchain dalam rantai pasokan telah muncul sebagai pedang bermata dua, menghadirkan tantangan berat sekaligus peluang menjanjikan. Teknologi revolusioner ini mempunyai potensi untuk merevolusi manajemen rantai pasokan dengan mengatasi masalah transparansi dan ketertelusuran yang sudah lama ada. (Li and Chen, 2023) menggarisbawahi kekuatan transformatif blockchain, menyoroti kapasitasnya untuk memberdayakan rantai pasokan. Namun, terlepas dari potensinya yang sangat besar, terdapat labirin ketidakpastian seputar strategi paling efektif dalam memanfaatkan blockchain untuk mewujudkan manfaat transformatif ini. Terlepas dari ketidakpastian ini, para sarjana seperti (Rashid et al., 2023) menekankan keuntungan nyata yang dapat ditawarkan oleh integrasi blockchain dalam rantai pasokan. Salah satu keuntungannya terletak pada peningkatan ketertelusuran yang difasilitasi oleh buku besar blockchain yang tidak dapat diubah. Dengan menyediakan catatan transaksi dan pergerakan produk yang transparan dan anti kerusakan, teknologi blockchain meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan rantai pasokan untuk melacak perjalanan barang dari asal hingga tujuan akhir. Peningkatan kemampuan penelusuran ini tidak hanya mendorong akuntabilitas yang lebih besar namun juga berfungsi sebagai alat yang ampuh dalam memerangi penyebaran barang palsu—sebuah ancaman yang telah lama mengganggu rantai pasokan. Selain itu, penerapan teknologi blockchain menjanjikan peningkatan visibilitas rantai pasokan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. (Rashid et al., 2023) menguraikan potensi ini, dengan mencatat bahwa ketersediaan data real-time dan transparan dalam blockchain dapat memberikan wawasan berharga kepada pelaku rantai pasokan mengenai status dan lokasi barang pada saat tertentu. Peningkatan visibilitas ini tidak hanya memungkinkan pengelolaan inventaris dan perencanaan logistik menjadi lebih efisien, namun juga meningkatkan ketahanan rantai pasokan dengan memfasilitasi respons cepat terhadap gangguan atau krisis.
Selain manfaat operasionalnya, penggabungan teknologi blockchain ke dalam rantai pasokan juga membawa implikasi besar terhadap reputasi dan tanggung jawab organisasi. (Rashid et al., 2023) menekankan bahwa dengan menerapkan langkah-langkah ketertelusuran dan transparansi berbasis blockchain, organisasi dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap praktik manufaktur yang etis dan berkelanjutan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan dan loyalitas konsumen namun juga melindungi perusahaan dari risiko reputasi yang terkait dengan praktik rantai pasokan yang tidak jelas atau tidak etis. Singkatnya, meskipun integrasi teknologi blockchain ke dalam rantai pasokan menghadirkan tantangan dan ketidakpastian yang besar, hal ini juga menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan transparansi, ketertelusuran, dan reputasi organisasi. Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini secara bijaksana dan memanfaatkan potensi transformatif dari teknologi blockchain, para pemangku kepentingan rantai pasokan siap untuk mengantarkan era baru efisiensi, akuntabilitas, dan keberlanjutan. Teknologi Blockchain memiliki potensi besar dalam merevolusi manajemen rantai pasokan dengan menawarkan peningkatan transparansi, ketertelusuran, dan akuntabilitas. (TORĞUL and PAKSOY, 2023) menyoroti potensinya untuk mengatasi berbagai tantangan yang lazim dalam rantai pasokan. Dengan memanfaatkan blockchain, perusahaan dapat memitigasi masalah yang timbul dari kesenjangan informasi dan komunikasi yang tidak lengkap. Sifat blockchain yang terdesentralisasi memastikan bahwa semua peserta dalam rantai pasokan memiliki akses terhadap data real-time yang tidak dapat diubah, sehingga mendorong transparansi yang lebih besar di seluruh jaringan. Selain itu, teknologi blockchain memungkinkan mekanisme penelusuran yang kuat, memungkinkan pemangku kepentingan melacak perjalanan produk dari asal hingga konsumen akhir. Tingkat ketertelusuran ini tidak hanya meningkatkan visibilitas rantai pasokan tetapi juga membantu pengendalian kualitas, manajemen risiko, dan kepatuhan terhadap standar peraturan. Dengan setiap transaksi dicatat dengan aman di blockchain, perusahaan dapat membuat jejak audit yang komprehensif, memfasilitasi identifikasi cepat dan penyelesaian setiap perbedaan atau inefisiensi. Fitur keamanan bawaan blockchain menawarkan solusi terhadap kekhawatiran yang berkembang seputar pelanggaran data dan produk palsu dalam rantai pasokan. Dengan mengenkripsi dan mendesentralisasikan data, blockchain meminimalkan risiko akses tidak sah atau gangguan, menjaga informasi sensitif dan memastikan integritas data produk sepanjang siklus hidupnya. Intinya, adopsi teknologi blockchain menjanjikan transformasi rantai pasokan menjadi jaringan yang lebih tangguh, transparan, dan efisien. Dengan mengatasi tantangan utama seperti asimetri informasi, hambatan komunikasi, dan risiko keamanan, blockchain memberdayakan perusahaan untuk mencapai tujuan keselamatan, transparansi, keberlanjutan, efisiensi biaya, dan keunggulan operasional (TORĞUL and PAKSOY, 2023).
BAB IV AGRIBISNIS BERKELANJUTAN 4.1 Pengertian dan Prinsip Agribisnis Berkelanjutan Agribisnis berkelanjutan adalah sistem agribisnis yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Hal ini dicapai dengan menyeimbangkan tiga pilar utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan. • Ekonomi: Agribisnis berkelanjutan harus menguntungkan dan mampu menghasilkan pendapatan yang stabil bagi para pelaku agribisnis, termasuk petani, peternak, pengolah, distributor, dan pengecer. Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi produksi, diversifikasi produk, dan akses ke pasar yang menguntungkan. Jelaskan Agribisnis berkelanjutan harus menguntungkan dan mampu menghasilkan pendapatan yang stabil bagi para pelaku agribisnis, termasuk petani, peternak, pengolah, distributor, dan pengecer. Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi produksi, diversifikasi produk, dan akses ke pasar yang menguntungkan. Agribisnis berkelanjutan harus mampu memberikan keuntungan yang stabil bagi semua pelaku agribisnis, termasuk petani, peternak, pengolah, distributor, dan pengecer. Hal ini penting untuk menciptakan kondisi yang mendukung keberlanjutan ekonomi dan pertumbuhan sektor pertanian. Berikut adalah beberapa cara di mana agribisnis berkelanjutan dapat mencapai hal ini: 1. Peningkatan Efisiensi Produksi: Agribisnis berkelanjutan harus fokus pada peningkatan efisiensi dalam produksi pertanian, termasuk penggunaan sumber daya seperti tanah, air, dan input pertanian lainnya. Dengan meningkatkan efisiensi, biaya produksi dapat ditekan, sehingga meningkatkan profitabilitas bagi petani dan pelaku agribisnis lainnya. 2. Diversifikasi Produk: Diversifikasi produk dapat membantu meningkatkan pendapatan dan stabilitas finansial bagi pelaku agribisnis. Petani dan peternak dapat mempertimbangkan untuk menanam berbagai jenis tanaman
atau beternak berbagai jenis hewan untuk memperluas pasar mereka dan mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi harga pasar. 3. Akses ke Pasar yang Menguntungkan: Agribisnis berkelanjutan harus memastikan akses yang baik ke pasar yang menguntungkan bagi produkproduk pertanian. Ini dapat melibatkan pembentukan kemitraan dengan pedagang lokal, pengecer, atau lembaga pasar, serta pengembangan strategi pemasaran yang efektif untuk memasarkan produk secara lebih luas. 4. Nilai Tambah dan Pemasaran Berkelanjutan: Menambahkan nilai pada produk pertanian melalui pengolahan atau penanganan pasca-panen dapat meningkatkan potensi pendapatan bagi petani dan pelaku agribisnis lainnya. Selain itu, pemasaran berkelanjutan yang menekankan keberlanjutan lingkungan atau keberdayaan masyarakat lokal juga dapat membantu menarik pasar yang lebih luas dan meningkatkan profitabilitas. 5. Pembangunan Kapasitas dan Pendidikan: Agribisnis berkelanjutan harus mengutamakan pembangunan kapasitas dan pendidikan bagi petani dan pelaku agribisnis lainnya. Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pertanian, teknologi pertanian, dan pemasaran, mereka dapat lebih efektif dalam mengelola usaha pertanian mereka dan mengoptimalkan potensi pendapatan. Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, agribisnis berkelanjutan dapat memberikan keuntungan yang stabil bagi semua pelaku agribisnis, memastikan keberlanjutan ekonomi sektor pertanian, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi di pedesaan. Hal ini juga mendukung pencapaian tujuan-tujuan berkelanjutan, termasuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan, dan menjaga keberlanjutan lingkungan. • Sosial: Agribisnis berkelanjutan harus memberikan manfaat sosial bagi masyarakat, seperti lapangan kerja yang layak, akses ke makanan yang bergizi dan aman, dan peningkatan kualitas hidup. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, meningkatkan akses ke pendidikan dan pelatihan,
dan mempromosikan kesetaraan gender. Agribisnis berkelanjutan tidak hanya bertujuan untuk mencapai keuntungan ekonomi, tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi masyarakat. Beberapa cara di mana agribisnis berkelanjutan dapat memberikan manfaat sosial yang signifikan meliputi: 1. Lapangan Kerja yang Layak: Agribisnis berkelanjutan dapat menciptakan lapangan kerja yang layak bagi masyarakat lokal, terutama di daerah pedesaan. Hal ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. 2. Akses ke Makanan yang Bergizi dan Aman: Agribisnis berkelanjutan memainkan peran penting dalam menyediakan makanan yang bergizi dan aman bagi masyarakat. Dengan mempraktikkan pertanian berkelanjutan, produk-produk pertanian yang dihasilkan cenderung lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi. 3. Peningkatan Kualitas Hidup: Agribisnis berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Ini termasuk mengurangi polusi lingkungan, pelestarian sumber daya alam, dan meningkatkan akses ke air bersih dan udara bersih. 4. Pemberdayaan Masyarakat: Agribisnis berkelanjutan dapat memperkuat pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan proses produksi. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan implementasi proyek pertanian dapat membantu memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi mereka dipertimbangkan. 5. Akses ke Pendidikan dan Pelatihan: Agribisnis berkelanjutan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan pelatihan, terutama dalam bidang pertanian dan agribisnis. Ini membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam manajemen pertanian yang berkelanjutan dan memperluas peluang kerja. 6. Promosi Kesetaraan Gender: Agribisnis berkelanjutan juga harus memperhatikan kesetaraan gender dengan memastikan bahwa perempuan
memiliki akses yang sama dengan laki-laki terhadap sumber daya, pendidikan, pelatihan, dan peluang ekonomi dalam sektor pertanian. Dengan memberikan manfaat sosial bagi masyarakat, agribisnis berkelanjutan tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan sosial dan pengurangan ketimpangan. Ini merupakan aspek penting dari pembangunan berkelanjutan yang komprehensif dan inklusif. • Lingkungan: Agribisnis berkelanjutan harus melindungi dan memelihara sumber daya alam, seperti tanah, air, dan udara. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan, seperti pengurangan penggunaan pestisida dan pupuk kimia, serta pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Agribisnis berkelanjutan memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi dan memelihara sumber daya alam, seperti tanah, air, dan udara, karena ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya tersebut dalam proses produksi pertanian. Berikut adalah beberapa cara di mana agribisnis berkelanjutan dapat mencapai tujuan ini: 1. Penerapan Praktik Pertanian Ramah Lingkungan: Agribisnis berkelanjutan harus mengadopsi praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti pertanian organik, agroforestri, dan pertanian konservasi. Praktik-praktik ini mengurangi pencemaran lingkungan, memperbaiki kesehatan tanah, dan meningkatkan kualitas air. 2. Pengurangan Penggunaan Pestisida dan Pupuk Kimia: Agribisnis berkelanjutan harus berusaha untuk mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Ini dapat dicapai dengan mengadopsi praktik-praktik pengendalian organik dan biologis, serta dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti pengendalian hama terpadu. 3. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan: Agribisnis berkelanjutan harus memprioritaskan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, termasuk tanah, air, dan biodiversitas. Ini termasuk praktik-