The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku antologi cerpen berjudul Cinta, Persahabatan, dan Alam merupakan hasil dari kegiatan Gendis Sewu (Gerakan Pendongeng dan Penulis Seribu) sebuah inovasi layanan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya dalam pelaksanaan teknis dilakukan oleh Petugas Bacaan Masyarakat (TBM) se-Kecamatan Rungkut yang bekerja sama dengan SDN Penjaringan Sari II / 608 Surabaya.

Di dalamnya berisi sekumpulan cerita yang mengisahkan rasa cinta kepada orang tua, saudara, sahabat, dan lingkungan sekitar.

Para penulis mengungkapkan perasaannya yang dituangkan dalam tulisan untuk membuat pembaca ikut merasakan berbagai emosi antara lain rasa sedih, haru, dan bahagia.

Jangan lupa bahagia!

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tbmgabwiltim, 2022-04-18 22:30:33

CINTA, ALAM, DAN PERSAHABATAN

Buku antologi cerpen berjudul Cinta, Persahabatan, dan Alam merupakan hasil dari kegiatan Gendis Sewu (Gerakan Pendongeng dan Penulis Seribu) sebuah inovasi layanan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya dalam pelaksanaan teknis dilakukan oleh Petugas Bacaan Masyarakat (TBM) se-Kecamatan Rungkut yang bekerja sama dengan SDN Penjaringan Sari II / 608 Surabaya.

Di dalamnya berisi sekumpulan cerita yang mengisahkan rasa cinta kepada orang tua, saudara, sahabat, dan lingkungan sekitar.

Para penulis mengungkapkan perasaannya yang dituangkan dalam tulisan untuk membuat pembaca ikut merasakan berbagai emosi antara lain rasa sedih, haru, dan bahagia.

Jangan lupa bahagia!

GENDIS SEWU BERKARYA
CINTA, PERSAHABATAN, DAN ALAM

Antologi Cerita Pendek
Bibit Penulis Gendis Sewu Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Kota Surabaya
Bekerja Sama dengan SDN Penjaringan Sari II/608

CINTA, PERSAHABATAN, DAN ALAM

Penulis : Alifa Agni
Ghania, Alifa
Farzana Kinanti,
Denova Dhinda
Pasya Laksana,
dkk

Ilustrator : Aticaa

Penyunting : Pramita Febri I,
Penyunting Akhir Moch Wildan F,
Anas Listiyono

: Faradila Elifin,
Vivi Sulviana,
Ameilia Rizky C,
Rici Alric K,
Vegasari Yuniati

Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya

Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7, Surabaya
Buku ini merupakan kumpulan karya dari bibit
Gendis Sewu, sebagai penghargaan atas partisipasi
yang telah diberikan dalam Gerakan Melahirkan
1000 Penulis dan 1000 Pendongeng.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu
besar, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
buku ini sebagai bentuk apresiasi kepada para bibit
penulis yang mengikuti Gerakan Melahirkan 1000
Penulis dan 1000 Pendongeng (Gendis Sewu)
dengan baik dan lancar.

Antologi merupakan kumpulan karya dari para
penulis. Buku ini mengangkat tema tentang Cinta,
Persahabatan, danAlamdari para penulis yang
merupakan bibit Gendis Sewu Berkarya SDN
Penjaringan Sari II / 608. Kisah yang ditulis adalah
ungkapan perasaan akan gambaran cita-cita dan
impian terhadap hidup. Penulis yang merupakan
siswa dan siswi usia remaja dengan gejolak rasa
dan pikiran, membuat buku ini memiliki banyak
pesan yang penuh makna dari tiap cerita. Kami
menyadari bahwa sebuah karya memiliki
ketidaksempurnaan. Apabila dalam penyusunan
buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

ada kekurangan kami mengharap kritik dan saran
yang bisa membangun dari segenap pembaca buku
ini.

Tim Penulis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya

KATA SAMBUTAN
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Surabaya

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, hanya dengan kemurahanNya kita
selalu dapat berikhtiar untuk berkarya dalam ikut
serta membangun Kota Surabaya yang kita cintai.

Kita patut bangga dan memberi apreasiasi
kepada para bibit penulis Gendis Sewu (Gerakan
Melahirkan 1000 Bibit Penulis dan 1000 Bibit
Pendongeng), para editor penulis Dispusip di Kota
Surabaya yang telah bekerja keras membuat karya
tulis yang berjudul Cinta, Persahabatan, dan Alam.

Buku para bibit Gendis Sewu menghasilkan
karya tulis dari anak-anak cerdas yang telah
melalui proses panjang dan berjenjang dan
merupakan karya-karya imajinatif yang
mengandung pesan moral dengan bahasa yang
mudah dipahami juga sangat baik untuk dinikmati.

Semoga kedepannya akan menjadi inspiraasi untuk

berkembangnya budaya literasi dari berbagai

kalangan masyarakat di Kota Surabaya. Akhir kata,

semoga buku Gendis Sewu Berkarya dengan judul

Cinta, Persahabatan, dan Alam bermanfaat bagi

semua pihak dan perkembangan para bibit Gendis

Sewu.

Surabaya, 2022

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya,

Mia Santi Dewi, SH, M.Si

KATA SAMBUTAN
Kepala SDN Penjaringan Sari II / 608 Surabaya

Dengan segala Rahmat dan HidayahNya, kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa dengan
ridhaNya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan buku kumpulan cerpen dengan baik.
Hal tersebut sebagai bentuk keikutsertaan dalam
membangun Surabaya sebagai kota literasi melalui
Gendis Sewu (Gerakan Melahirkan 1000 Bibit
Penulis dan 1000 Bibit Pendongeng).

Kita turut bangga serta mengapresiasi kepada
para bibit penulis dari SDN Penjaringansari II/608
yang telah membuat karya tulis dengan penuh
semangat dan kerja keras. Serta kepada para
mentor-mentor dari tim Dispusip Kecamatan
Rungkut.

Buku kumpulan cerpen ini diharapkan mampu
menjadikan bibit-bibit penulis SDN Penjaringansari
II/608 menjadi writerpreneur dengan hasil karya
tulisnya. Sehingga menciptakan generasi muda
yang memiliki kemampuan literasi dengan

diimbangi dengan output yang sangat bermanfaat
bagi masa depan.

Diharapkan dengan terbitnya buku kumpulan
cerpen ini, semakin berkembangnya budaya literasi
di kalangan sekolah kami dan juga di seluruh
kalangan masarakat kota Surabaya. Akhir kata,
semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan perkembangan generasi literasi masa
kini.

Surabaya, 2022

Kepala SDN Penjaringan Sari II / 608 Surabaya

Nunuk Sri Wahyu, S/Pd

SEKAPUR SIRIH
Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
sangat bersyukur atas kehadirat-Nya, hanya
dengan kemurahan Allah SWT, kami dapat
menghimpun berbagai karya tulis para bibit penulis
Gendis Sewu dan menerbitkannya dalam sebuah
buku antologi cerpen dengan judul Cinta,
Persahabatan, dan Alam.

Kegiatan Gendis Sewu memanfaatkan
platform buatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya yang bernama Taman Kalimas.
Taman Kalimas yang merupakan singkatan dari
Tempat Menampung Karya Literasi Masyarakat
memberikan layanan literasi yang di dalamnya
terdapat tiga layanan sekaligus, antara lain layanan

Taman Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas
Karya dan Taman Kalimas PublikasI.

Buku ini adalah jawaban nyata atas kinerja
para Tim Inti Penulis Dispusip yang berkolaborasi
dengan SDN Penjaringan Sari II / 608.

Membangun kota maka perlu disertai
'membangun' manusia di dalamnya. Tentu tidak lah
mudah, karena awal membangun seringkali terlihat
abstrak, dipertanyakan, atau diragukan.

Walaupun begitu, tetap terus 'membangun' karena
'membangun' manusia melalui literasi adalah
sebuah investasi jangka panjang untuk kota tercinta
kita Kota Surabaya.
Salam Literasi.

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya

Dani Arijanti, SE, M.Si

DAFTAR ISI 1
7
LIBURAN DI RUMAH SEPUPU 13
MONYET DAN SI ELANG 19
KAKAK YANG SAYANG PADA ADIKNYA 26
KEVIN YANG BIJAKSANA 29
GADIS YANG BAIK HATI 35
PULANG KAMPUNG 41
SI TUKANG TIDUR 48
ANAK YANG TANGGUH 55
BERWISATA DI HUTAN MANGROOVE 61
KAMPUNG BEBAS SAMPAH
MENJAGA KEBERSIHAN

LIBURAN DI RUMAH SEPUPU

Oleh Alifah Agni Ghania
Hari Sabtu di rumahku, aku merasa bosan karena
tidak melakukan apapun. Keluargaku tidak ada
rencana untuk pergi kemana pun karena Papa
sedang ada kerjaan kantor yang harus diselesaikan
hari ini. Lalu aku teringat sepupuku bernama Daryl
dan Aqeela. Sudah lama aku tidak berjumpa
dengan mereka.

“Mah apa boleh aku menginap di rumah
sepupuku Daryl dan Aqeela?“ tanya aku.

“Boleh boleh aja tapi Mama bilang dulu
ketantemu,” jawab Mama.

Beberapa menit kemudian Mamaku meng
hampiri.

“Kata Tantemu boleh, sebentar lagi Papa
akan mengantarkan kamu ke sana’” kata Mama.
Aku bersiap-siap dan pergi ke sana. Aku dan
Papaku juga menjemput kakak sepupuku Mas Aldo
terlebih dahulu. Mas Aldo kebetulan juga ingin ikut.

1

Sesampai di rumah Tante, aku disambut
oleh Daryl dan Aqeela. Aqeela memelukku dengan
senang. Sore hari aku diajak Aqeela bermain di
luar. Saat bermain, tiba-tiba ada anak yang
seumuran dengan Aqeela melemparkan batu ke
arahku dan tertawa.

“Hahaha,” tawa anak yang melempar batu
itu.

“Dia itu suka menggangguku di rumah
maupun di sekolah namanya Cia,“ bisik Aqeela.
Tiba-tiba Cia mendorongku

“Aduh!” Cia tertawa lagi dan akhirnya aku
mengajak Aqeela masuk.

Pukul 20.30 tiba-tiba aku lapar, padahal
1jam yang lalu aku sudah makan

“Tante apakah mempunyai snack?“ tanyaku.
“Maaf ya tidak ada,” jawab tante.
“Ada makanan sisa tadi tidak?“ tanyaku lagi.

2

“Tidak ada sudah habis, tetapi kalau mau
kamu boleh ajak Aqeela, Daryl dan Mas Aldo keluar
membeli jajan, Daryl tau kok tempatnya,” jawab
Tante sambil memberi uang untuk membeli jajan.

Aku mengucapkan terima kasih ke Tante,
lalu mengajak Aqeela, Daryl, dan Mas Aldo untuk
pergi membeli makanan.

Di tengah perjalanan, angin sepoi-sepoi
membuat suasana semakin dingin. Di sana juga
sangat gelap karena tidak ada lampu.

“Gelap sekali, sebentar lagi sampai ‘kan?“
tanyaku.

“Aku tidak tahu, perutku tiba-tiba sangat
sakit,” Daryl menjawab sambil lari dengan cepat.
Lalu Mas Aldo mengejar, sekarang tinggal aku dan
Aqeela. Aqeela tidak tahu harus ke mana karena
hanya Daryl yang tahu tempatnya. Aku pun
bingung karena aku kehilangan Daryl dan Mas
Aldo. Tiba-tiba kami tersesat.

3

“Abang Daryl! Mas Aldo! Kalian di mana?“
teriak Aqeela.

Aku mengajak Aqeela untuk belok ke kanan.
Akhirnya aku menemukan Daryl dan Mas Aldo
tetapi wajah Daryl pucat, dia meminta air agar ia
bisa merasa lebih baik. Lalu aku bergegas pergi ke
toko yang tidak jauh dari situ.

“Bu, apa ada air?“ tanyaku.

“Maaf airnya lagi habis,” jawab penjual toko
itu.

Aku pun lari ke toko sebelah dan bertanya
yang sama. Ternyata ada tetapi aku tidak bisa
membuka tutup botol air tersebut. Mas Aldo dan
Aqeela juga mencoba membuka tutup botol itu
tetapi tidak bisa. Daryl tidak tahan lagi. Aku
berusaha lagi membuka tutup botol dengan sekuat
tenaga dan akhirnya aku berhasil membuka tutup
botol tersebut. Aku langsung memberikan ke Daryl,
ia pun langsung meminum habis air tersebut dan
katanya dia sudah lebih baik. Lalu kami

4

melanjutkan perjalanan membeli makanan. Namun,
tiba tiba pada saat kami akan pulang hujan datang
dan listrik padam. Aku dan sepupuku berteduh di
toko tersebut.

“Maaf saya mau tutup tokonya karena mau
melihat keadaan rumah saya,”kata pemiik toko.

Aku dan sepupuku terpaksa berpindah
tempat untuk berteduh.

10 menit kemudian.

“Bisa-bisa sampai besok nih hujannya,“kata
Mas Aldo. Aku hanya bisa terdiam dan bingung.
Tidak lama Tanteku menjemput kami. Di rumah
aku langsung memakan makanan yang aku beli
tadi. Setelah itu kami ke kamar dan bersiap tidur.
Namun aku tidak bisa tidur dan jam hampir
menunjukkan angka 12 malam. Aku mencari solusi
agar aku bisa tertidur. Aku mencoba memejamkan
mata dan berdoa. Sekitar 5 menit kemudian, aku
akhirnya bisa tertidur.

5

Keesokan harinya, kami semua bangun dan
bersiap sarapan pagi. Setelah itu kami mandi. Jam
10 pagi aku bersiap-siap mengemasi barangku.
Mas Aldo juga mengemais barangnya. Tak lama
papaku menjemput. Aku dan Mas Aldo naik ke
mobil.

“Sampai jumpa Aqeela dan Daryl. Kapan-
kapan menginap di rumah ku, yah?“ tanyaku.

“Oke dengan senang hati,” jawab Aqeela
dan Daryl bersamaan.

6

MONYET DAN SI ELANG

Oleh Alifa Farzana Kinanti

Pada suatu hari ada seekor monyet bernama
Choco. Dan ada juga seekor elang bernama
Belang. Choco dan Belang adalah sahabat. Mereka
tidak pernah terpisahkan. Dan pada hari itu juga
Choco merayakan pesta ulang tahunnya yang ke 6
tahun. Tetapi anehnya, si Belang tidak datang di
pesta ulang tahunnya Choco.

“Mengapa Belang tidak datang?“ kata Choco
yang penasaran.

Waktu cepat berlalu, tetapi Belang tidak
tampak juga. Hingga keesokan harinya Choco
mendapatkan surat ancaman dari penculik.

Temanmu berada disekapanku, kamu bisa
menyelamatkannya dengan syarat bawa 200 buah
– buahan jika ingin temanmu selamat.

Choco yang mengetahui temannya telah
diculik merasa kaget. Choco bergegas mencari
buah yang diinginkan oleh penculik. Sesampainya
di tengah hutan, ternyata tidak ada buah sama

7

sekali di hutan. Choco kebingungan, ia harus
mencari buah dimana lagi. Choco terus menyusuri
hutan hingga ia bertemu dengan seekor beruang
yang bernama Teddy. Teddy melihat Choco tidak
seriang seperti biasanya. Terlihat wajah Choco
yang sangat sedih.

“Hai Choco, mengapa hari ini wajah kamu
terlihat sedih?” kata Teddy.

“Iya Teddy, aku sedih temanku Belang telah
diculik dan aku tidak dapat memenuhi persyaratan
si penculik tersebut,” jawab Choco.

“Memang apa persyaratan penculik tersebut
Choco?” tanya Teddy.

“Jika Belang ingin selamat, bawakan 200
buah-buahan untuk penculik itu,” kata Choco.

“Hah itu mustahil sekali Choco, sekarang
‘kan sedang musim tidak berbuah,” jawab Teddy.

Choco yang mendengar perkataan Teddy
semakin sedih. Dia jadi berpikir yang tidak-tidak
dengan nyawa temannya Belang.

“Choco jangan bersedih dulu, coba kita
minta bantuan ke teman-teman barangkali teman-

8

teman menyimpan persediaan buah yang cukup
banyak di rumah mereka,” imbuh Teddy.

“Betul Teddy,” jawab Choco yang penuh
semangat.

Kemudian Choco dan Teddy mulai
mendatangi rumah teman-temannya satu persatu.
Dan apa yang terjadi? Satu persatu teman-teman
Choco dengan ikhlas memberikan buah simpanan
mereka kepada Choco dan Teddy. Choco sangat
senang, dia melihat secercah harapan Belang bisa
selamat. Hingga larut malam, Teddy menemani
Choco. Mereka merasa lelah, lalu pulang ke rumah
masing-masing.

Pagi harinya, Choco menghitung buah
kemarin. Buah yang dikumpulkan kemarin
berjumlah 205 buah. Choco langsung bergegas
menemui si penculik itu. Namun ternyata untuk
menemui penculik itu Choco harus menyeberangi
sungat. Choco tidak bisa berenang. Ia duduk
termenung sambil memikirkan bagaimana caranya
ia bisa menyeberangi sungai. Tak lama ia melihat

9

seekor buaya. Choco sangat takut. Namun dari
situ, Choco mendapat ide cemerlang.

“Hai buaya nama kamu siapa?” kata Choco.
“Namaku Charly,” sahut buaya itu.
“Maukah kamu menolongku untuk
menyeberangi sungai ini? Nanti sebagai upahnya
aku akan memberikanmu lima buah untuk kamu
dan teman-temanmu,“ kata Choco kepada Charly.
“Baik, aku akan menolongmu untuk
menyeberangi sungai ini,“ jawab Charly.
Dengan sigap Charly mengajak temannya
para buaya untuk berbaris membentuk jembatan
supaya Choco bisa menyeberangi sungai tersebut.
Sesampainya di seberang sungai, Choco
memberikan lima buah yang dijanjikannya. Ia
berterima kasih kepada Charly dan teman–
temannya yang telah membantunya. Lalu Choco
berusaha mencari dan menemukan penculik itu.
Saat Choco menemui penculik itu, ia menanyakan
keberadaan si Belang.
“Dimana kau sembunyikan temanku?“ kata
Choco.

10

”Apakah kamu telah membawakan syarat
yang kuminta 200 buah–buahan?“ tanya penculik.

“Sudah.“
“Serahkan padaku buah itu,“ kata penculik.
Choco lekas menyerahkan buah tersebut
kepada penculik. Lalu penculik menyerahkan
Belang kepada Choco.
“Terima kasih Choco, kamu telah
menyelamatkanku,” kata Belang.
“Jangan hanya berterima kasih kepadaku
Belang, berkat teman-teman juga aku bisa
mengumpulkan 200 buah dari persyaratan penculik
itu,” jawab Choco.
Beberapa tahun kemudian, mereka telah
tumbuh dewasa. Saat itu juga Belang diangkat
sebagai Raja Elang oleh para pemimpin Burung
Elang. Choco yang mendengar hal itu sangat
gembira. Meskipun Belang telah menjadi Raja,
bukan berarti ia melupakan sahabatnya.
Setelah beberapa bulan, Belang menikahi
elang betina bernama Putih, dan memiliki putra
bernama Beling. Beling adalah putra yang baik,

11

sopan dan santun. Di waktu yang hampir
bersamaan, Choco diangkat menjadi Raja Monyet
dan menikah dengan monyet betina bernama
Merah. Dari pernikahan itu Choco dikaruniai
seorang putri bernama Shella.

Waktu tidak terasa, Beling pun berulang
tahun yang ke 3. Choco beserta keluarganya
menghadiri acara tersebut. Mereka semua makan
sambil berbincang–bincang mengenang masa lalu
mereka. Dua keluarga tersebut sangat bahagia.

12

KAKAK YANG SAYANG PADA ADIKNYA

Oleh Denova Dhinda Pasya Laksana

Ada Kakak beradik yang hidupnya susah. Mereka
adalah anak yatim piatu karena kedua orang
tuanya meninggal akibat tertabrak mobil. Kak Yurei
yang berumur 14 tahun sedangkan Adik Ume
berumur 7 tahun. Mereka tinggal jauh di dalam
hutan dan menempati sebuah gubuk yang tua, bau,
dan kotor.

Kakak beradik ini belum makan selama dua
hari. Terkadang juga mereka berdua memakan
makanan yang tidak layak makan. Ume yang
kelaparan, membuat Kakaknya menangis tanpa
suara karena ia tidak bisa memenuhi kehidupan
dirinya dan Ume. Yurei dan Ume mencari makanan
dan diperjalanan Yurei melihat danau yang jernih.
Yurei menawarkan pada Ume untuk meminum air
danau itu.

“Dik kita minum air danau itu aja ya? Nanti
rasa lapermu bisa hilang,” kata Yurei membujuk
Ume.

13

“Wah beneran kak?” jawab Ume dengan
suara yang tidak sabar.

“Iya dik,” kata Yurei.

“Oke Kak kalau begitu aku minum!” jawab
Ume. Seusai mereka berdua minum di danau itu,
mereka kembali ke rumah.

“Dik, Kakak mau keluar sebentar, ya?” kata
Yurei.

“Kemana, Kak?” jawab Ume.

“Kakak mau mencari makanan untuk kita
berdua, kita juga belum makan seharian” kata
Yurei.

“Loh aku tadi sudah minum banyak jadi
tidak laper lagi kak,” jawab Ume dengan wajah
bingung.

“Hahaha, dik dik... Maaf ya Kakak tadi
bohong ke kamu, sebenernya airnya ga terlalu
membantu buat isi perut, malahan yang ada perut
kita bisa kembung,” tawa kecil dari Yurei.

14

“Hah kakak kok jahat sih!” jawab Ume.

“Hehe maaf, yaudah kakak mau cari
makanan, kamu janji ya jangan kemana-mana,
oke?” tanya Yurei.

“Oke Kak.” jawab Ume.

Tak lama saat Yurei mencari makanan,
adiknya keluar dari rumah. Ume penasaran ada
suara-suara gaduh dari luar rumah. Hingga ia tidak
sadar bahwa ia mengingkari janji Kakaknya. Tanpa
disadari Ume tersesat jauh menuju suara-suara
yang membuatnya penasaran. Ternyata itu adalah
Taman Hiburan yang penuh dengan kerlap-kerlip
lampu, dengan gambar yang menarik dan suara-
suara musik. Ia bingung harus kemana, karena
terlalu ramai. Ume lupa arah jalan menuju
rumahnya lagi.

Yurei pulang ke rumah. Ia kaget karena
rumahnya terlihat kosong. Yurei langsung panik
karena setelah dicek, tidak ada Ume di dalam
rumah. Yurei langsung keluar rumah, ia takut

15

Adiknya hilang di dalam hutan yang sangat gelap
akibat ditinggal sendirian. Tetapi Yurei tidak
menyerah, ia terus mencari ke sana kemari dan
perlahan mendengar suara keramaian di pinggir
hutan. Yurei mendatangi Taman Hiburan itu dan
tanpa sengaja ia mendengar seperti ada suara
keributan. Yurei yang penasaran ingin tahu ada apa
di sana ia mendatangi asal suara keributan itu.
Tidak disangka ternyata Ume. Tubuh Ume babak
belur, darah mengalir dari mulutnya. Kondisinya
sungguh sangat memprihatinkan, Yurei
menghampiri Adiknya sambil menangis dan
memeluk tubuh kurus Ume.

“Tidak! Jangan sakiti Adikku! Siapa yang
melakukannya? Apa salahnya ? Apa yang telah
dilakukannya sehingga kalian tega melukai
Adikku?” tanya Yurei dengan emosi. Diantara
kerumunan itu, terdengarlah suara seseorang yang
dikenalnya.

“Adik bodohmu itu sudah mencuri uangku
sebanyak seratus ribu rupiah,” jawab Era.

16

Yurei terkejut melihat Era berbicara seperti
itu, karena mereka saling mengenal satu sama lain.
Mereka ternyata pernah tinggal bersama di panti
asuhan karena orang tuanya tidak menginginkan
kehadirannya. Sehingga selama tinggal di panti
asuhan, Era sering membuat banyak masalah
dengan teman-temannya, baik di sekolah atau di
lingkungan panti asuhannya.

“Kaulah yang bodoh! Dia masih berumur 7
tahun, setidaknya beri dia teguran. Jangan
menyiksanya seperti ini!” teriak Yurei.

Mereka saling beradu mulut, membuat
emosi Yurei memuncak. Era juga tidak mau
mengalah sedikit pun sehingga terjadilah
perkelahian antara Era dengan Yurei. Petugas
keamanan segera melerai mereka dan membawa
ke dalam kantor karena keributan itu cukup menyita
banyak perhatian oleh para pengunjung lainnya.
Setelah diinterogasi kasus tuduhan pencurian itu,
akhirnya Era mengakui kesalahannya karena asal
menuduh kepada Ume. Lalu Era meminta maaf

17

kepada Yurei. Selama ini Era cemburu dengan
kedekatan Yurei dan Ume karena mereka selalu
bersama dan saling melindungi satu sama lain.
Tidak seperti Era yang tidak pernah mendapatkan
rasa kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Setelah kejadian di Taman Hiburan itu, Era
menghilang dan tidak pernah muncul lagi dari
kehidupan Yurei dan Ume. Luka Ume pun
berangsur-angsur sembuh. Ume pun janji akan
patuh apa yang diperintahkan oleh Kak Yurei, agar
tidak terjadi lagi hal-hal seperti kemarin.

18

KEVIN YANG BIJAKSANA

Oleh Dewi Maharania Syifayanti Putri

Di kota kecil ada sebuah rumah tampak asri
meskipun tidak terlalu besar. Di sana tinggal satu
keluarga yang hidup sederhana dan bahagia.
Keluarga ini ada 3 orang terdiri dari Kevin, Ibunya
bernama Dina, Adiknya bernama Amel, sedangkan
Ayahnya sudah tiada. Amel berusia 5 tahun dan
masih sekolah TK Sedangkan Kevin berusia 14
tahun, masih SMP kelas 2.

Keluarga Kevin hidup bahagia meskipun
serba kekurangan. Setiap hari Ibu Dina selain
mengerjakan pekerjaan rumah, ia berjualan kue di
pasar untuk menghidupi keluarganya. Kevin juga
terkadang membantu Ibunya membuat kue dan
berjualan saat ia tidak sibuk atau tidak sedang
sekolah. Setiap ia pergi ke sekolah, ia selalu
menitipkan dagangan kue buatan Ibunya ke warung
dekat sekolah untuk dijual. Kevin tidak pernah

19

merasa malu karena ia merasa kasihan melihat
Ibunya yang setiap hari bekerja tanpa kenal lelah.

Hari minggu, Kevin selalu membantu Ibunya
membuat kue. Selesai membuat kue, biasanya ibu
yang menjual kue di pasar. Namun saat itu, Amel
belum bangun tidur karena kemarin malam ia
begadang mengerjakan PR. Sehingga Kevin
menggantikan Ibunya berjualan kue di pasar.
Sesampai di pasar, Kevin menyiapkan semua
kuenya di meja tempat biasa ibunya berjualan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama jualan kue
Kevin sudah habis. Kevin membereskan meja
dagangan dan mengembalikan meja di tempat
semula. Namun ketika Kevin hendak pulang ke
rumah, Kevin melihat seorang anak kecil yang mau
mencuri kue dari jualan orang lain. Saat Kevin akan
menghampirinya, bapak penjual kue tersebut
mengetahuinya dan langsung memarahi pencuri
itu. Keributan pun terjadi.

“Hei kamu, ingin mencuri ya?” tanya penjual.

20

“Aku sebenarnya tidak ingin mencuri. Aku
mau beli, tapi tidak ada uang. Aku terpaksa
mencuri dan aku melakukan ini untuk Adikku yang
kelaparan,” kata pencuri kue.

“Itu hanya alasanmu saja,” kata penjual.
“Beneran, aku melakukan ini untuk adikku,
dia sangat kelaparan. Tolong Om ... Tante jangan
menangkapku sebelum aku memberi Adikku
makan,” kata pencuri.

Lalu Kevin berusaha melerai keributan yang
terjadi.

“Tunggu sebentar!” kata Kevin berjalan
menuju penjual dari pencuri itu.

“Siapa kamu? Apa kamu Kakak nya?” kata
penjual dengan suara tinggi.

“Tidak, aku bukan siapa siapanya, tetapi
bisakah Bapak tidak memfitnahnya terlebih dulu?”
jawab Kevin dengan berani.

21

“Halah, kamu pasti bekerja sama dengan
dia,” kata penjual.

“Dik, siapa namamu dan kenapa kamu
mencuri,” tanya Kevin.

“Hmm namaku Edo dan aku melakukan ini
karena aku mempunyai seorang adik yang
sedang kelaparan,” jawab Edo.

“Apakah benar kamu mempunyai adik yang
kelaparan?” kata Kevin.

“I-iya kak, Ibu kami meninggalkan kami saat
masih kecil, Sedangkan Ayah kami sudah tiada,”
kata Edo dengan raut wajah sedih.

“Oke sebentar ya, ini Kakak beri kamu uang
dankue untuk kamu dan Adikmu. Mohon maaf,
Pak kalau bisa masalah ini jangan dibesar-
besarkan biar saya yang membayar kue yang
diambil adik ini,” kata Kevin.

“Kenapa kamu percaya dengan orang itu?”
kata penjual dengan rasa jengkel.

22

“Hmmm, Dik bisa kasih tahu di mana kalian
tinggal?” kata Kevin.

“Bisa,Kak.Tempat tinggal kami tidak jauh
dari pasar,” kata Edo.

“Biar tahu kebenaran cerita Edo bagaimana
jika bapak ikut saya dan Edo ke rumahnya?” kata
Kevin.

“Oke,” kata penjual kue itu.

Kevin dan penjual kue itu mengikuti Edo
hingga sampai di rumahnya. Di sana Edo tinggal
bersama seorang anak lelaki masih kecil yang
terbaring di kasur sambil memegangi perutnya
yang kelaparan. Anak lelaki kecil itu rupanya adik
Edo. Kevin dan penjual kue kaget melihatnya
keadaan tersebut.

“Lihat Edo tidak berbohong,” kata Kevin.
“Maafkan aku, karena aku sudah tidak
percaya perkataan kamu Edo,” kata penjual kue.

23

“Tidak apa-apa pak, sebenarnya saya yang
meminta maaf karena saya dengan sengaja
mengambil kue jualan anda,” kata Edo.

Lalu Kevin menasehati Edo bahwa
perbuatan mencuri adalah dosa meskipun kita lagi
susah harus tetap berusaha dan bekerja keras.
Kemudian Kevin dan Bapak penjual kue pamit.
Kevin pulang ke rumah. Sesampai di rumah,
Kevin bercerita kepada Ibunya tentang kejadian di
pasar dan meminta maaf, karena sebagian uang
yang didapat dari berjualan dipakai untuk
membantu Edo.

“Kevin minta maaf, Bu, karena sebagian
uang jualan tadi Kevin pakai untuk membayar kue
yang diambil Edo,” kata Kevin.

“Ibu tidak marah Kevin, Ibu bangga
denganmu, Nak karena kamu sudah peduli
dengan orang lain,” jawab Ibu.

“Terima kasih, Ibu,” kata Kevin.

24

Ibu Dina memeluk Kevin dengan bangganya,
ia merasa Kevin mempunyai rasa peduli yang tinggi
terhadap orang lain.

25

GADIS YANG BAIK HATI

Oleh Alvira Fidellia Putri Adi
Pada suatu hari terdapat wanita dewasa yang
akan melahirkan. Wanita itu melahirkan bayi
perempuan yang manis dan imut. Dia sangat
senang dan memberi nama gadis kecil itu Eve. Arti
dari nama Eve adalah kehidupan. Namun dia ragu
bisa membahagiakan Eve sampai dewasa. Ibu
Eve menyembunyikan penyakit yang berbahaya
yaitu sakit kanker getah bening.

“Sepertinya aku tidak bisa menemaninya
sampai remaja,” batin Ibu Eve.

Saat Eve berumur 5 tahun Ibu Eve
meninggal. Sebelum meninggal, Ibu Eve
memberikan amanah ke Adiknya untuk merawat
anaknya. Eve pun dirawat oleh Adik dari Ibunya.
Adik dari Ibunya tersebut bernama Bibi Freya. Bibi
Freya tidak memiliki anak sehingga dia sangat
senang akan keberadaan Eve. Dia sangat
menyayangi Eve seperti anak sendiri.

26

Seminggu kemudian Bibi Freya mengajak
Eve ke kebun di belakang rumahnya, Eve pun
senang karna Eve sangat suka dengan bunga. Dia
melihat ada satu bunga yang layu dan dia
memangil Bibi Freya.

“Bibi Freya!” panggil Eve.

“Kenapa Eve?” jawab Bibi Freya.

“Ada bunga yang layu, sungguh kasihan,”
kata Eve.

“Kamu harus menyiramnya dengan air,
agar bunga itu kembali segar,” jawab Bibi Freya.

Kemudian Eve menyiram bunga-bunga
yang sudah layu. Eve merawat semua bunga
dengan baik. Eve pun senang tinggal bersama Bibi
Freya karena di sana terdapat Kebun, Taman, dan
Terdapatkucing yang imut.

Sekarang Eve mulai dewasa, dia berusia 20
tahun dan mulai bekerja. Eve bekerja di
perusahaan Perbankan dan Bibi Freya sangat

27

bangga tetapi Bibi Freya telah tua dia tidak bisa
melakukan apapun selain berdoa untuk Eve.
Setiap sore hari Bibi Freya selalu menunggu
kepulangan Eve dari pekerjaannya. Bibi Freya
selalu menyiapkan makanan kesukaan Eve saat
makan malam. Eve sangat bahagia hidup bersama
Bibi Freya.

Empat tahun kemudian Eve menikah dan
tetap ingin tinggal bersama Bibi Freya. Eve tidak
ingin meninggalkan Bibi Freya sendirian. Mereka
hidup bahagia bersama.

28

PULANG KAMPUNG

Oleh Kayyisa Aqilah Hananisa

Sudah hampir dua tahun, kita berada dalam masa
pandemi karena adanya wabah virus corona
(Covid-19). Virus tersebut telah memakan banyak
korban. Banyak orang yang meninggal, dan
kehilangan keluarganya, karena virus tersebut gaya
hidup kita banyak yang berubah. Yang dulu kita
bebas untuk bertemu, bersekolah, dan bekerja
tanpa menggunakan masker tidak ada
pembatasan. Sekarang semuanya berubah, kita
harus memakai masker, menjaga jarak, membatasi
kerumunan, dan harus mencuci tangan sesering
mungkin. Sekolah dan bekerja juga dilaksanakan
secara daring. Kita juga diberitahu untuk tidak
terlalu sering bepergian ke luar kota. Ketika Hari
Raya Idul Fitri yang biasanya ada budaya mudik,
sekarang dibatasi dengan berbagai syarat. Hal ini
dilaksanakan untuk mengurangi penyebaran virus
yang berbahaya ini.

29

Hari ini pertama kali Nisa pergi keluar kota
ke kampung halamannyakarena selama masa
pandemi warga diimbauPemerintah untuk tidak
bepergian luar kota. Kampung halaman orang tua
Nisa adalah kota Yogyakarta. Kota tersebut sangat
menarik, menyenangkan, dan membuat Nisa ingin
selalu kembali kesana. Di sana, Nisa mempunyai
banyak saudara yang selalu ingin di kunjungi. Di
sana juga banyak objek wisata yang sangat indah
untuk di kunjungi. Baik wisata sejarah, gunung,
pantai, sungai maupun wisata edukasi.

Nisa berangkat dari Surabaya saat subuh
dan sampai di Yogyakarta siang hari. Selama
perjalanan sebenarnya Nisa khawatir, karena hujan
turun sangat deras.

“Yah gimana ini kok ujan deras, apakah kita
ndak papa meneruskan perjalanan?” tanya Nisa.

“Tidak papa pokoknya kita harus berdoa
dan berhati hati, Ayah akan mengemudikan pelan-
pelan,” jawab Ayah.

30

Dengan semangat dan terus berdoa, Nisa
menikmati perjalanan ini. Ayah mengemudikan
mobil dengan sangat hati–hati. Perjalanan Nisa
cukup cepat karena lewat jalan tol.

”Alhamdulilah kita sudah sampai Jogja, oke
ayo kita kerumah Nenek untuk beristirat,”kata Ayah.

“Alhamdulilah,” jawab Nisa.

Lega rasanya sampai dengan selamat.
Sampai dirumah Nenek dan sanak saudara
melepas rindu Nisa melanjutkan untuk menuju
penginapan untuk beristirahat. Keesokan harinya
Nisa menuju obyek wisata alam. Obyek wisata
pertama yang mereka kunjungi setelah silaturahmi
ke sanak saudara adalah wisata alam ‘Desa
Ledhok Sambi’ Desa wisata tersebut menyuguhkan
wisata keluarga yang lengkap dan murah meriah.
Di sana ada sungai yang mengalir jernih dengan
banyak bebatuan dimana anak-anak bisa bermain
air dan juga flying fox. Selain itu, juga bisa
berkemah di dekat sungai. Untuk masuk obyek

31

wisata tersebut tidak dikenakan biaya tertentu,
tetapi cukup membayar seikhlasnya. Di sana juga
banyak penjual makanan tradisional yang harganya
murah, ada juga terapi ikan. Catatan penting,
bahwa sebelum masuk kesana kita diukur suhu,
mencuci tangan, jaga jarak, pembatasan jumlah
yang masuk, dan menggunakan aplikasi Peduli
Lindungi.

Mereka juga mengunjungi istana air ‘Taman
Sari’. Dahulu kala tempat itu merupakan tempat
pemandian putri-putri Keraton Yogyakarta. Di sana
terdapat beberapa kolam dan ruangan yang
digunakan putri-putri. Sama seperti wisata yang lain
harus menerapkan protokol kesehatan. Untuk
wisata edukasi mereka mengunjungi ‘Taman
Pintar’. Nisa bisa belajar melukis, membatik, dan
membuat gerabah. Nisa juga bisa belajar tentang
berbagai percobaan ilmiah yang dapat dilihat
secara virtual maupun yang dilakukan secara
sederhana. Wisata ini terletak di tengah kota. Di
sana ada gedung oval dan gedung kotak. Saat di

32

wisata ini sebenarnya mereka menemui sedikit
kendala, hampir saja Ayah tidak mengizinkan Nisa
masuk kedalamnya.

“Dek ayo kita ketempat lainnya aja, hujan
deres terus itu lihat banyak sekali pengunjungnya,”
kata Ayah.

“Ya Ayah, aku ‘kan kepengen masuk
kedalam, kita tunggu bentar ya Ayah, nanti kalau
sudah tidak banyak pengunjungnya, aku boleh
masuk ya Ayah?” tanya Nisa.

Untung Ayah mengizinkan. Hal ini karena
kondisi cuaca saat itu yang hujan deras dan banyak
pengunjung yang berdatangan. Untung saja
petugas disana sangat sigap. Jadi mereka dibagi
menjadi beberapa baris untuk antri dengan tetap
menjaga jarak. Ketika masuk mereka diminta untuk
menunggu dahulu secara bergantian. Aturan di
tempat wisata ini adalah 50% yang ada didalam
ruangan.

33

Alhamdulilah acara pulang kampung Nisa
berjalan dengan lancar dan sangat menyenangkan.
Nisa dan keluarga pulang ke Surabaya dan sampai
dengan selamat. Sungguh ini pengalaman yang tak
terlupakan. Terima kasih diucapkan Nisa kepada
Ayah dan Bunda yang mengabulkan keinginannya
untuk pulang kampung.

34

SI TUKANG TIDUR

Oleh RR Myiesha Ardian Azka

“Reenaaa …..! Bangun! ”.

Terdengar teriakan Bu Guru. Ternyata aku
tertidur di kelas guys.

“Kenapa juga harus ada pelajaran IPS,” aku
bergumam.

Suara Bu Guru mendayu-dayu bercerita
tentang sejarah, seakan lantunan lagu mengiringi
dan mengajakku untuk melanjutan mimpi–mimpi
indahku. ‘Maaf’ adalah kata kunci yang selalu aku
gunakan jika ketahuan tidur di ruang kelas. Hampir
semua temanku dikelas tahu kalau hobiku adalah
tidur.

Tidur sangat dibutuhkan semua orang untuk
beristirahat, kenapa Mamaku marah ketika aku
bilang tidur adalah hobiku. Tidur membawaku ke
alam mimpi yang begitu indah, banyak sekali
impianku hadir dalam tidurku. Mungkin Mamaku

35

belum pernah menikmati mimpi-mimpi yang
terwujud dalam tidurnya.

Pagi ini aku berangkat ke sekolah dengan
penuh semangat, karena tadi malam aku bermimpi
kembali menjadi seorang FashionDesigner. Cita-
cita saya ingin jadi Fashion Designer. Setiap kali
ditanya bu guru, selalu kuucapkan Fashion
Designer adalah cita-citaku. Aku ingin membuat
semua orang senang, dengan karya design-ku
semua orang menjadi cantik dan keren.

Di sekolah aku bersemangat jika ada
pelajaran kesenian menggambar. Tidak ada kamus
ketiduran bagiku jika waktu menggambar. Justru
aku dapat mengekspresikan apa saja mimpi-mimpi
yang hadir dalam tidurku. Disaat senggang semua
teman-temanku sibuk bermain gadget, ada yang
main game, tiktok sampai hanya melihat-lihat status
yang di-upload pada media sosial (instagram dan
tiktok).Sedangkan aku sibuk dengan kertas dan
coret-coretan design-ku, mungkin aku dianggap
teman-temanku ‘aneh’.

36

Mungkin bagi teman-temanku sangat aneh
jika aku tidak tertarik dengan gadget tapi bagi aku,
justru kertas dan coret-coretanku adalah hiburan
dan media untuk menyalurkan mimpi-mimpi yang
hadir dalam setiap tidurku. Gadget memang
menarik tapi aku tidak terlalu suka karena
kuanggap sangat membosankan. Kadang kuamati
satu-satu bestfriend ku, Laudya si update media
sosial dan Alya si gamer dan satu lagi Neona si
tiktokers, jika kami berkumpul semua temanku itu
tak lepas dari gadget yang dipegangnya. Coret-
coretan design-ku sering diminta oleh teman-
temanku itu, dan melihat mereka senang saja aku
sudah cukup puas.

Hari ini aku terkejut mendapat kabar dari
Laudya kalau aku menang dalam lomba
FashionDesign kategori anak-anak. Mamaku juga
ikut kaget mendengar kabar tersebut, seakan
meragukan keseharianku, Renata, si tukang tidur,
ternyata memiliki hobi lainnya yang
membanggakan. Aku tersipu malu saat tahu

37


Click to View FlipBook Version